Pengaruh Manipulasi Bentuk Buah Terhadap Kualitas Buah Melon (Cucumis melo L.) Hidroponik

PENGARUH MANIPULASI BENTUK BUAH TERHADAP
KUALITAS BUAH MELON (Cucumis melo L.) HIDROPONIK

MUHAMMAD INDRA KUSWARA
A24060760

DEPARTEMEN AGRONOMI DAN HORTIKULTURA
FAKULTAS PERTANIAN
INSTITUT PERTANIAN BOGOR
2011

PENGARUH MANIPULASI BENTUK BUAH TERHADAP
KUALITAS BUAH MELON (Cucumis melo L.) HIDROPONIK

Skripsi sebagai salah satu syarat
untuk memperoleh gelar Sarjana Pertanian
pada Fakultas Pertanian Institut Pertanian Bogor

MUHAMMAD INDRA KUSWARA
A24060760


DEPARTEMEN AGRONOMI DAN HORTIKULTURA
FAKULTAS PERTANIAN
INSTITUT PERTANIAN BOGOR
2011

RINGKASAN

MUHAMMAD INDRA KUSWARA. Pengaruh Manipulasi Bentuk Buah
Terhadap Kualitas Buah Melon (Cucumis melo l.) Hidroponik. Dibimbing
Oleh ANAS D. SUSILA.
Melon (Cucumis melo L.) merupakan salah satu komoditas sayuran buah
yang digemari oleh masyarakat. Melon berasal dari afrika, namun pusat
keragaman sekunder muncul di India, Iran, Rusia Selatan dan Cina . Tanaman ini
sudah dikenal dengan baik oleh masyarakat luas baik untuk konsumsi segar
maupun dalam bentuk olahan karena melon juga memiliki kandungan gizi.
Penampilan luar buah yang berbeda (berbentuk kotak) akan meningkatkan harga
jual per buah melon. Manipulasi bentuk yang dilakukan pada buah melon
bertujuan agar buah memiliki penampilan berbeda (berbentuk kotak) dari yang
biasa. Melakukan manipulasi bentuk buah menyebabkan perubahan bentuk buah
secara mekanis. Salah satu manipulasi bentuk dilakukan dengan memberikan

wadah berbentuk kotak. Pengaruh yang ditimbulkan akibat manipulasi bentuk
buah terhadap kualitas buah melon yang dihasilkan belum dapat diketahui,
sehingga perlu dilakukan penelitian untuk menguji lebih lanjut pengaruh
manipulasi bentuk buah terhadap kualitas buah yang dihasilkan.
Penelitian dilakukan di dalam rumah kaca di Unit Lapangan Cikabayan,
University Farm, Institut Pertanian Bogor. Penelitian dilaksanakan mulai Juli
sampai Oktober 2010. Penelitian ini disusun dalam Rancangan Kelompok
Lengkap Teracak (RKLT) faktor tunggal yaitu ukuran kotak dan waktu
pemasangan dengan 5 taraf perlakuan yaitu (P1) pemberian kotak kecil (12 cm x
9.5 cm x 9.5 cm) saat 1 minggu setelah antesis (MSA), (P2) pemberian kotak
kecil (12 cm x 9.5 cm x 9.5 cm) saat 2 MSA, (P3) pemberian kotak besar (10.5
cm x 10.5 cm x 10.5 cm) saat 1 MSA, (P4) pemberian kotak besar (10.5 cm x 10.5
cm x 10.5 cm) saat 2 MSA, dan (P0) tanpa kotak sebagai kontrol.
Berdasarkan hasil penelitian diketahui bahwa perlakuan manipulasi bentuk
(pengkotakan) buah memberikan pengaruh terhadap beberapa variabel kulitas
buah. Variabel kualitas yang menunjukan pengaruh sangat nyata yaitu kekerasan
kulit dan daging buah. Buah melon dengan perlakuan manipulasi bentuk memiliki

kekerasan kulit dan daging buah lebih lunak yaitu 17.53 mm.kg-1.5s-1 dan 42.07
mm.kg-1.5s-1 dibandingkan buah melon tanpa perlakuan manipulasi bentuk yaitu

12.52 mm.kg-1.5s-1 dan 24.08 mm.kg-1.5s-1.
Variabel bobot buah, panjang buah, diameter buah, ketebalan daging dan
PTT buah hasilnya tidak dipengaruhi oleh perlakuan. Kekerasan daging buah
melon pada kotak kecil lebih lunak yaitu 47.34 mm.kg-1.5s-1 dibandingkan pada
kotak besar yaitu 36.81 mm.kg-1.5s-1. Ketebalan daging buah pada kotak kecil
lebih tipis yaitu 22.64 mm dibandingkan pada kotak besar yaitu 25.29 mm.
Kekerasan daging buah melon pada waktu aplikasi kotak 1 MSA lebih lunak
yaitu sebesar 48.09 mm.kg-1.5s-1 dibandingkan aplikasi kotak 2 MSA yaitu
sebesar 36.05 mm.kg-1.5s-1. Bentuk buah kotak sempurna (100%) tidak
didapatkan pada semua perlakuan. Perlakuan yang dilakukan hanya dapat
merubah bentuk buah melon menjadi sekitar 75 % berbentuk kotak. Perlakuan
manipulasi bentuk juga mampu meningkatkan daya tarik konsumen. Hal ini
berdasarkan hasil uji organoleptik, responden lebih menyukai penampilan, aroma
dan rasa melon dengan perlakuan pengkotakan buah dibandingkan dengan kontrol
(tanpa pengkotakan).

PENGARUH MANIPULASI BENTUK BUAH TERHADAP
KUALITAS BUAH MELON (Cucumis melo L.) HIDROPONIK
The Effect of Fruit Shape Manipulation on Fruits Quality
of Hydroponics Melon (Cucumis melo L.)

Muhammad Indra Kuswara1 dan Anas D. Susila2
1
Student of Agronomy and Horticulture Departement, IPB
2
Lecture of Agronomy and Horticulture Departement, IPB

Abstract
The objective of this research was to study the effect of fruit shape
manipulation on fruit quality of hydroponic melon. Different physical appearance
it will raise the price of melon fruit. This study was conducted at Cikabayan
(green house unit –University Farm of IPB) from July to October 2010. The
research was arranged in randomized Completely Block Design with 4
replications. Five different box treatments: (P1) Box A with 7 days after anthesis
(DAA) application, (P2)Box A with 14 DAA, (P3)Box B with 7 DAA, (P4)Box B
with 14DAA, (P0) Control (not uses box). The result of this study show fruit shape
manipulation is significantly different result to fruit quality factor (fruit peel
firmness, flesh firmness and fruit peel thickness). Box treatment application in 7
days after anthesis (DAA) is recommended because of the fruits have better
square shape (physical appearance), firmness and peel thickness.
Key words :Melon, shape manipulation, fruis quality,hydroponic


LEMBAR PENGESAHAN

Judul

:PENGARUH MANIPULASI BENTUK BUAH TERHADAP
KUALITAS BUAH MELON (Cucumis melo L.) HIDROPONIK.

Nama

:MUHAMMAD INDRA KUSWARA

NRP

:A24060760

Menyetujui,
Dosen Pembimbing

Dr. Ir Anas D. Susila, M.Si

NIP : 19621127 198703 1 002

Mengetahui,
Ketua Departemen Agronomi dan Hortikultura
Fakultas Pertanian IPB

Dr. Ir. Agus Purwito, M.Sc.Agr
NIP : 19611101 198703 1 003

Tanggal Lulus :……………..

RIWAYAT HIDUP

Penulis dilahirkan di Bogor, Propinsi Jawa Barat tanggal 4 November
1988. Penulis merupakan anak pertama dari Bapak Nana Kuswana dan Ibu Sri
Rahayu.
Tahun 2000 penulis lulus dari SDN Taman Pagelaran Bogor, kemudian
pada tahun 2003 penulis lulus dari SLTP Negeri 4 Bogor. Selanjutnya penulis
menyelesaikan studi di SMA Negeri I Bogor pada tahun 2006. Tahun 2006
penulis diterima di IPB melalui jalur USMI. Setelah satu tahun di Tingkat

Persiapan Bersama (TPB) pada tahun 2007 penulis di terima sebagai mahasiswa
Departemen Agronomi dan Hortikultura, Fakultas Pertanian.
Selama masa perkuliahan penulis aktif dalam Himpunan Mahasiwa
Agronomi (HIMAGRON) pada tahun 2007-2008, menjadi asisten mata kuliah
Dasar-dasar Hortikultura tahun ajaran 2009/2010.

KATA PENGANTAR
Puji syukur penulis panjatkan ke hadirat Allah SWT, atas rahmat dan
hidayahNya sehingga penulis dapat menyelesaikan skripsi ini dengan baik. Skripsi
ini disusun sebagai salah satu syarat untuk menyelesaikan program sarjana pada
Fakultas Pertanian, Institut Pertanian Bogor. Penelitian ini berjudul “Pengaruh
Manipulasi Bentuk Buah Terhadap Kualitas Buah Melon (Cucumis melo L.)
Hidroponik”. Penelitian ini dilaksanakan untuk mengetahui adanya pengaruh
terhadap kualitas buah melon setelah terjadi manipulasi bentuk. Penelitian
dilakukan di dalam rumah kaca yang terletak di kebun percobaan IPB di
Cikabayan, Darmaga, Bogor.
Penulis menyampaikan terima kasih kepada semua pihak yang telah
membantu terselesaikannya skripsi ini. Terima kasih penulis sampaikan kepada:
1.


Dr. Ir Anas D. Susila, M.Si. selaku dosen pembimbing skripsi yang
telah banyak membantu dan mengarahkan penulis dalam penyelesaian
skripsi.

2.

Dr. Ir Winarso D. Widodo, MS. dan Dr Dewi Sukma, SP, M.Si. selaku
dosen penguji yang telah memberikan masukan dan arahan dalam
ujian skripsi.

3.

Ayahanda, ibunda dan adik tercinta atas doa, dukungan dan arahannya
selama ini.

Bogor, April 2011

Penulis

DAFTAR ISI


Halaman
DAFTAR TABEL .............................................................................................. ix
DAFTAR GAMBAR ........................................................................................... x
DAFTAR LAMPIRAN ....................................................................................... xi
PENDAHULUAN ............................................................................................... 1
Latar Belakang ................................................................................................. 1
Tujuan ............................................................................................................. 2
Hipotesis .......................................................................................................... 2
TINJAUAN PUSTAKA....................................................................................... 3
Melon (Cucumis melo L.)................................................................................. 3
Hidroponik ....................................................................................................... 5
Fertigasi ........................................................................................................... 5
Manipulasi Bentuk ........................................................................................... 6
Kualitas Buah .................................................................................................. 7
BAHAN DAN METODE .................................................................................... 9
Tempat dan Waktu ........................................................................................... 9
Bahan dan Alat ................................................................................................ 9
Metode Penelitian ............................................................................................ 9
Pelaksanaan ................................................................................................... 10

Pengamatan.................................................................................................... 11
HASIL DAN PEMBAHASAN .......................................................................... 13
Kondisi Pertanaman ....................................................................................... 13
Pertumbuhan Vegetatif Tanaman ................................................................... 14
Panjang, Diameter dan Bobot Buah ................................................................ 15
Kekerasan Kulit dan Daging buah .................................................................. 15
Padatan Total Terlarut (PTT), Ketebalan Kulit dan Daging buah .................... 17
Uji Organoleptik ............................................................................................ 18
Cacat Pada Buah ............................................................................................ 19
Pengelompokan Buah..................................................................................... 20
Pembahasan ................................................................................................... 21
KESIMPULAN DAN SARAN .......................................................................... 24
DAFTAR PUSTAKA ........................................................................................ 25
LAMPIRAN ........................................................................................................ 27

DAFTAR TABEL

Nomor

Halaman


1. Panjang , Diameter dan Bobot Buah Saat Panen ............................................. 15
2. Kekerasan Kulit dan Daging Buah Saat Panen ............................................... 16
3. Padatan Total Terlarut (PTT), Ketebalan Kulit dan Daging buah Saat Panen .. 17
4. Uji Organoleptik Terhadap Aroma, Rasa, dan Penampilan Buah Saat Panen .. 18
5. Cacat Pada Buah Saat Panen .......................................................................... 19
6. Pengelompokan Pada Buah Saat Panen .......................................................... 20

DAFTAR GAMBAR

Nomor

Halaman

1. Pemasangan Kotak Pada Buah Umur 2 MSA dan Umur 1 MSA .................. 11
2. Tanaman Melon dengan Budidaya Hidroponik pada umur 8 MST .............. 13
3. Tinggi Tanaman Melon................................................................................ 14
4. Jumlah Buku Tanaman Melon ..................................................................... 14
5. Panjang Ruas Rata-rata Tanaman Melon ...................................................... 15
6. Melon dengan Perlakuan P4 dan P3 ............................................................. 19
7. Cacat Buah pada Buah Melon ..................................................................... 20

DAFTAR LAMPIRAN

Nomor

Halaman

1. Volume dan Jadwal Penyiraman Tanaman Melon ....................................... 28
2. Contoh Formulir Uji Organoleptik Buah Melon .......................................... 29
3. Data Suhu Pagi dan Siang hari didalam Greenhouse ................................... 30
4. Data Kelembaban (RH) Pagi dan Siang hari didalam Greenhouse ............... 30
5. Sidik Ragam Pengaruh Manipulasi Bentuk Buah Terhadap Panjang Buah
Melon ......................................................................................................... 30
6. Sidik Ragam Pengaruh Manipulasi Bentuk Buah Terhadap Diameter Buah
Melon ......................................................................................................... 31
7. Sidik Ragam Pengaruh Manipulasi Bentuk Buah Terhadap Bobot Buah Melon
................................................................................................................... 31
8. Sidik Ragam Pengaruh Manipulasi Bentuk Buah Terhadap Padatan Total
Terlarut (PTT) Buah Melon......................................................................... 31
9. Sidik Ragam Pengaruh Manipulasi Bentuk Buah Terhadap Tebal Daging
Buah Melon ................................................................................................ 31
10.Sidik Ragam Pengaruh Manipulasi Bentuk Buah Terhadap Tebal Kulit Buah
Melon ......................................................................................................... 32
11.Sidik Ragam Pengaruh Manipulasi Bentuk Buah Terhadap Kekerasan Daging
Buah Melon ................................................................................................ 32
12.Sidik Ragam Pengaruh Manipulasi Bentuk Buah Terhadap Kekerasan Kulit
Buah Melon ................................................................................................ 32

1

PENDAHULUAN
Latar Belakang
Melon (Cucumis melo L.) merupakan salah satu komoditas sayuran buah
yang digemari oleh masyarakat. Melon berasal dari afrika, namun pusat
keragaman sekunder muncul di India, Iran, Rusia Selatan dan Cina (Rubatzky dan
Yamaguchi, 1999). Tanaman ini sudah dikenal dengan baik oleh masyarakat luas
baik untuk konsumsi segar maupun dalam bentuk olahan. Menurut Rahardjo
(2007) peningkatan konsumsi buah melon memiliki hubungan yang erat dengan
tingkat pengetahuan dan selera masyarakat terhadap pentingnya nilai gizi bagi
kesehatan manusia.
Prospek pengembangan melon saat ini cukup cerah karena memiliki nilai
ekonomi yang tinggi, harga relatif stabil, tanaman cepat menghasilkan buah, dan
permintaan pasar meningkat. Menurut Departemen Pertanian (2008) produksi
melon pada tahun 2007 mencapai 59 653 ton dengan produktivitas rata-rata 16.50
ton/ha. Sentra produksi buah melon di pulau Jawa diantaranya : Malang, Ngawi,
Pacita, Madiun (Jawa Timur) serta Sukaharjo, Surakarta dan Klaten (Jawa
Tengah).
Keunggulan buah melon ini terletak pada rasanya yang manis, tekstur
daging buah renyah, warna daging buah yang berwarna hijau atau oranye, serta
pada buahnya mengeluarkan aroma harum. Selain memiliki keunggulan buah
melon juga memiliki kandungan gizi. Menurut Rubatzky dan Yamaguchi (1999)
dalam setiap 100 gr buah melon segar mengandung 41 kal, 0.9 mg protein, 0.1 mg
lemak, 0,5 mg serat, 52 mg vitamin C, 500 mg I.U vitamin A, 14 mg kalsium dan
16.09 mg karbohidrat. Harjadi (1989) menyatakan bahwa bagian buah yang dapat
dimakan sebesar 47% dari total buah dan bagian tersebut mengandung air 94%.
Kualitas buah menjadi unsur utama dalam komoditas hortikultura. Syarat
utama permintaan pasar adalah kualitas buah selain penampakan buah yang
sempurna, ukuran, rasa, dan kandungan gizi buah. Penampilan luar buah sering
dijadikan pertimbangan oleh konsumen. Wijayani dan Widodo

(2005)

menyatakan, buah yang ditanaman di greenhouse memiliki kualitas buah yang
lebih baik dibandingkan dengan penanaman di lahan terbuka.

2

Penampilan luar buah yang berbeda akan meningkatkan harga jual per
buah melon. Manipulasi bentuk yang dilakukan pada buah melon bertujuan agar
buah memiliki penampilan berbeda dari yang biasa. Melakukan manipulasi bentuk
buah menyebabkan perubahan bentuk buah secara mekanis. Manipulasi bentuk
dapat dilakukan dengan memberikan wadah berbentuk kotak. Menurut Coker
(2005) pemberian kotak ini juga dapat mengurangi serangan hama dan penyakit.
Pemberian kotak akan mempengaruhi pertumbuhan dan perkembangan bentuk
buah secara mekanis, sehingga betuk buah melon akan berubah menjadi seperti
kotak yang ditempatinya. Pengaruh yang ditimbulkan akibat manipulasi bentuk
buah terhadap kualitas buah melon yang dihasilkan belum dapat diketahui,
sehingga dalam penelitian dilakukan uji pengaruh manipulasi bentuk buah
terhadap kualitas buah yang dihasilkan.

Tujuan
Tujuan penelitian ini adalah untuk mengetahui pengaruh manipulasi
bentuk buah terhadap kualitas buah melon (Cucumis melo L.) hidroponik.

Hipotesis
1. Ukuran kotak kecil yang digunakan dalam manipulasi bentuk buah pada
melon akan menghasilkan kualitas buah yang lebih baik dibandingkan
ukuran kotak besar.
2. Waktu aplikasi kotak 1 minggu setelah antesis (MSA) akan menghasilkan
kualitas buah yang lebih baik dibandingkan 2 MSA.

3

TINJAUAN PUSTAKA
Melon (Cucumis melo L.)

Botani
Melon (Cucumis melo L.) tergolong dalam famili Cucurbitaceae genus
Cucumis. Di Amerika Serikat, melon yang dibudidayakan dikelompokan dalam
dua tipe utama yaitu Netted melon dan Winter melon. Dalam klasifikasinya secara
botani tipe-tipe melon yang dibudidayakan terbagi dalam dua varietas yaitu :
Cucumis melo var. cantaloupensis (Cantalop/Muskmelon) dan Cucumis melo var.
inodorus (Winter melon). Varietas cantaloupensis merupakan tipe netted melon
sedangkan varietas inodorus merupakan tipe winter melon (Rubatzky dan
Yamaguchi, 1999).
Netted melon mempunyai ciri-ciri kulit buahnya tebal, keras dan kasar,
berjaring, dan tahan lama. Musk melon memiliki bentuk buah bulat, kulit keras
berjaring, daging buah hijau kekuningan, biji putih kecoklatan, dan aromanya
harum. Contoh varietas Sky roket, Action, Aroma, dan Sweet star. Golongan
canteloup memiliki bentuk bulat atau hampir bulat, ukuran buahnya lebih besar,
daging buah kurang tebal, warnanya jingga, biji putih kekuningan dan harum
aromanya. Varietas Autumn, Bianglala, Hales best termasuk golongan cantaloupe.
Winter melon mempunyai ciri-ciri kulit buah halus dan mengkilap, yang termasuk
winter melon adalah Casaba melon (Cucumis melo var. inodorus). Golongan
casaba melon memiliki ciri-ciri berkulit tebal, agak keras, warna kulit hijau
sampai kuning jingga dengan daging buah keras dan berwarna hijau muda atau
jingga. Varietas Honey, Honey world, dan Sun merupakan varietas yang
tergolong casaba melon (Rubatzky dan Yamaguchi, 1999).
Biji melon berbentuk elips dan licin serta berwarna putih atau kusam.
Panjang biji berkisar dari 5-15 mm, rata-rata sekitar 30 biji dengan bobot 1 gram.
Melon termasuk dalam buah pepo, yaitu pada biji terdapat lapisan tipis yang
menyelimutinya (lendir). Lendir tersebut terasa manis dan tidak banyak
mengandung air (Rubatzky dan Yamaguchi, 1999).

4

Bunga melon tergolong tanaman Andromonoecious, yaitu pada satu
tanaman dihasilkan bunga jantan dengan serbuk sari dan bunga sempurna dengan
serbuk sari, putik dan calon buah. Bunga yang terbentuk muncul dari ketiak daun,
bunga jantan muncul dalam kelompok tiga sampai lima bunga per kelompok.
Bunga sempurna tunggal dengan tangkai bunga yang gemuk pendek, dan tumbuh
pada ketiak daun yang berbeda. Bunga jantan biasanya muncul lebih awal dari
pada bunga sempurna (Rubatzky dan Yamaguchi, 1999).
Syarat tumbuh
Pertumbuhan melon akan optimal jika dibudidayakan pada tanah dengan
pH 6,0-6,8. Tanaman melon memerlukan curah hujan antara 2.000 - 3.000 mm
per tahun. Rubatzky dan Yamaguchi (1999) menyatakan bahwa kelembapan yang
tinggi menyebabkan tanaman mudah terserang penyakit yang mengakibatkan
kerontokan daun dan ukuran buah lebih kecil saat panen.
Menurut Harjadi (1989), suhu udara yang optimum untuk melon adalah
sekitar 26-30 °C tetapi masih toleran terhadap suhu rendah 10-15 °C dan suhu
tinggi 40 °C. Suhu tinggi mutlak dibutuhkan pada saat periode pematangan buah.
Kelembaban udara yang dibutuhkan sekitar 60%. Melon umumnya ditanam di
dataran rendah menengah pada ketinggian di atas 300 m dpl, tetapi dapat
diusahakan di dataran rendah yang memiliki kadar garam tinggi, yakni pada
lokasi ketinggian 5 m di atas permukaan laut (Purnomo, 1993).
Varietas Hibrida 7
Hibrida 7 merupakan melon tipe winter, karena kulit buahnya mulus dan
ada yang sedikit berjaring, bentuk buahnya bulat dengan warna kulit berwarna
putih agak kehijauan, serta memiliki tekstur buah halus tak berserat. Kelebihan
yang dimiliki oleh hibrida 7 adalah memiliki nilai PTT sebesar 10.50 oBrix
(Raharjo, 2007),
Menurut Andriyani (2006), hibrida 7 memiliki bobot rata-rata per buah
1.150 kg serta toleran terhadap penyakit embun bulu (Peronospora cubensis) dan
embun tepung (Erysipht cichoracearum). Menurut Rahardjo (2007) melon
hibrida 7 yang ditanam dalam rumah kaca memiliki umur sedang antara 9-10
minggu setelah tanam (MST). Menurut Pusat Kajian Buah Tropika (2009),

5

varietas H7 yang ditanam di lahan memiliki umur panen 9 MST. Genotipe hibrida
7 unggul dalam ketahanan terhadap OPT, umur sedang 9 MST sampai 10 MST,
bobot buah 1.1-1.5 kg, penampilan menarik, padatan total terlarut 11.0 ⁰Brix, dan
aroma harum.
Hidroponik
Hidroponik berasal dari dua kata dari bahasa Yunani, yakni hydro yang
artinya air dan phononos yang artinya bekerja. Jadi hidroponik artinya pengerjaan
air atau bekerja dengan air atau secara umum bercocok tanam tanpa tanah.
Bertanam dengan sistem hidroponik mempunyai banyak keuntungan,
diantaranya : (1) menghemat penggunan lahan, (2) kualitas produk lebih tinggi,
(3) pengendalian hama dan penyakit tanaman lebih mudah, (4) pemberian nutrisi
tanaman mudah diatur dan (5) tidak tergantung pada musim (Wardi et al, 1998).
Menurut Schawrz (1995), media tanam yang digunakan untuk hidroponik
bersifat inert. Media tanam yang dapat dapat digunakan diantaranya pasir, kerikil,
perlite, vermikulit, peat, serbak gergaji, spon, sekam padi dan arang sekam. Hal
penting yang harus diperhatikan dalam penanaman tanpa tanah adalah tanaman
tetap memerlukan unsur mineral, air dan penunjang. Pada umumnya media yang
digunakan pada hidroponik tidak menyediakan unsur hara seperti halnya tanah.
Oleh sebab itu, pemberian unsur mineral (hara) dalam bentuk larutan sangat
penting dan harus benar-benar diperhitungkan sesuai dengan kebutuhan setiap
tanaman, dan diusahakan untuk tidak sampai mengalami defisiensi atau kelebihan
unsur hara karena dapat menurunkan produktivitasnya. Media tanam yang sering
digunakan dalam budidaya hidroponik adalah arang sekam, karena arang sekam
mempunyai tekstur yang kasar sehingga memudahkan terjadinya sirkulasi udara
dan dapat menghindari penyakit tular tanah karena telah melalui tahap sterilisasi
yaitu pembakaran (Susanto, et al. 2005).
Fertigasi
Budidaya dengan sistem hidroponik memungkinkan pemberian pupuk
dilakukan bersaman dengan pengairan. Manajemen pemupukan (fertilization)

6

dapat dilaksanakan secara terintegrasi dengan manajemen irigasi (irrigation) yang
selanjutnya disebut fertigasi (fertilization and irrigation) (Susila, 2006).
Pengairan dalam sistem budidaya secara hidroponik dilakuan melalui
sistem irigasi tetes (drip irrigation). Irigasi tetes merupakan metode pemberian air
pada tanaman secara langsung melelui tetesan-tetesan yang sinambung dan
perlahan, baik pada permukaan tanah maupun di dalam tanah. Alat pengeluaran
air pada sistem irigasi tetes disebut emitter (Schawab et al., 1981). Pemberian air
irigasi dengan cara membasahi daerah perakaran bertujuan untuk membasahi
secara keseluruhan lahan, sehingga dapat mengurangi penguapan air secara
berlebih dan efisiensi pemakaian air dapat mendekati 100% dan penghematan air
mencapai 30 - 50% (Hansen et al., 1979).
Keuntungan dari penggunaan irigasi tetes diantaranya hemat dalam
pemakaian air dan tenaga kerja, dapat menekan aktivitas organisme pengganggu
tanaman, meningkatkan efektifitas dan efisiensi pemberian pupuk dan pestisida,
mampu beradaptasi dengan baik pada kondisi topografi dan sifat media tumbuh
tanaman. Kelemahan dari penggunaan irigasi tetes adalah biaya yang dikeluarkan
cukup tinggi, dibutuhkan teknik yang relatif tinggi dalam desain, instalansi dan
pengoperasian sistem, serta adanya penyumbatan emitter (Prastowo dan
Liyantono, 2002).
Penggunaan larutan nutrisi pada media tumbuh merupakan faktor utama
dalam budidaya tanaman secara hidroponik. Pada sistem hidroponik melon, hara
yang digunakan adalah larutan AB Mix. Pupuk ini terdiri dari dua kelompok,
yaitu pupuk stok A dan pupuk stok B. Pupuk stok A terdiri dari unsur N, K, Ca,
dan Fe sedangkan pupuk stok B terdiri dari unsur N, P, S, Mg, B, Mn, Cu, Mo,
dan Zn. Pupuk stok A mengandung kalsium dan besi, sedangkan pupuk stok B
mengandung sulfat dan posfat, sehingga dalam pembuatan larutan stok, keduanya
tidak boleh tercampur karena akan menyebabkan pengendapan dan dapat
menyumbat emitter pada jaringan irigasi tetes (Susila, 2006).
Manipulasi Bentuk
Manipulasi bentuk dilakukan dengan cara pemberian wadah saat buah
belum masak. Manipulasi bentuk yang dilakukan pada buah melon bertujuan agar

7

buah memiliki penampilan lebih menarik dari yang biasa misalnya berbentuk
kotak. Perlakuan pemberian wadah juga mampu membuat penampilan buah lebih
menarik (Rusdianto, 1995). Pembungkusan buah dapat menyebabkan akumulasi
panas, sehingga memacu proses pertumbuhan, perkembangan dan pematangan
buah (Damayanti, 2000).
Berbagai macam bahan telah digunakan untuk kotak manipulasi bentuk
buah contohnya kaca, kayu, plastik dan semen. Menurut Coker (2005)
penggunaan kaca sebagai kotak untuk memanipulasi bentuk semangka akan
membuat kotak pecah tertekan oleh buah. Pemakaian kotak plastik yang dilapisi
oleh semen dibagian luar akan menyebabkan buah pecah dan sulit untuk dipanen.
Nguyen (2007) menyatakan penggunaan kotak dari bahan kayu akan
menyebabkan peningkatan serangan hama dan menghalangi cahaya matahari
langsung mengenai buah.
Penggunaan kotak kaca dengan kerangka alumunium dilakukan untuk
membiarkan cahaya matahari langsung mengenai buah melon. Pemasangan kotak
dilakukan pada 6 MST atau diameter buah mencapai 11 cm atau 12 cm pada
melon F1 hasil persilangan Yellow dan Thang Long, buah akan menekan kotak
dan terbentuk sesuai dengan bentuk kotak saat dipanen (11 MST) (Nguyen,
2007). Menurut Nguyen (2007) untuk membuat melon menjadi kotak sempurna
dibutuhkan banyak percobaan karena peluang keberhasilanya hanya 40%.
Kualitas Buah
Menurut Santoso dan Purwoko (1995) kualitas komoditi hortikultura segar
merupakan kombinasi dari ciri-ciri, sifat dan nilai harga yang mencerminkan nilai
komoditi tersebut. Kualitas yang diinginkan berbeda oleh setiap orang baik itu
petani produsen, penerima dan distributor pasar, dan konsumen. Petani produsen
menghendaki kultivar yang berdaya hasil tinggi, tahan penyakit, mudah dipanen,
dan tahan unuk dikirim jauh. Distributor menginginkan kualitas penampilan,
kekerasan dan daya simpan yang panjang. Konsumen lebih memperhatikan
tingkat kekerasa buah, penampilan buah, rasa buah dan nilai gizi buah.
Kualitas buah meliputi kualitas rasa, kualitas penampilan, kualitas tekstur,
dan nilai nutrisi. Kualitas buah sangat dipengaruhi oleh faktor pra panen dan

8

pasca panen. Menurut Pantastico (1986) faktor-faktor pra panen yang
mempengaruhi kulitas buah yaitu varietas, kemasakan, faktor-faktor lingkungan
dan pembudidayaan. Faktor-faktor pasca panennya meliputi pemanenan,
perlakuan pasca panen dan pendistribusian.
Kualitas buah melon yang baik diantaranya penampilan luarnya tidak
cacat, mulus dan jaring 90% baik (pembentukan jaring yang sempurna pada
netted melon) memiliki aroma yang harum serta buah yang seragam. Menurut
Rubatzky dan Yamaguchi (1999), melon yang berkualitas tinggi memiliki
kandungan padatan terlarut 10% (Brixº) atau lebih. Aroma melon yang khas
berasal dari berbagai macam senyawa atsiri, khususnya alkohol, asam dan ester
yang terbentuk selama pematangan.

9

BAHAN DAN METODE

Tempat dan Waktu
Penelitian dilakukan di dalam rumah kaca Unit Lapangan Cikabayan,
University Farm, Institut Pertanian Bogor pada ketinggian 250 m dpl. Penelitian
dilaksanakan mulai Juli sampai Oktober 2010.
Bahan dan Alat
Bahan tanaman yang digunakan adalah melon varietas Hibrida 7, Winter
melon (Cucumis melo var. inodorus) dari Pusat Kajian Buah-buahan Tropika IPB.
Hara yang digunakan berupa larutan AB Mix yang terdiri dari pupuk stok A
(KNO3, Ca(NO3)2 dan FeEDTA) dan pupuk stok B (KNO3, K2SO4, KH2PO4,
MgSO4, MnSO4, CUSO4, (NH4)S04, Na2HBO3, ZnSO4 dan NaMoO4).Komposisi
hara yang digunakan yaitu: NO3- 233 ppm, NH4+ 25 ppm, K+ 210 ppm, PO4- 60
ppm, Ca2+ 177 ppm. Mg2+ 24 ppm, SO4-113 ppm, Fe 2.14 ppm, B 1.2 ppm, Zn
0.26 ppm, Cu 0.048 ppm, Mn 0.18 ppm dan Mo 0.046 ppm.
Media tanam berupa arang sekam. Insektisida yang digunakan yaitu
berbahan aktif Deltametrin dan Profenofos. Peralatan yang digunakan berupa tray
semai, instalasi irigasi tetes, gelas ukur 1 000 ml, kontainer 100 liter (2 buah),
kontainer 2 000 liter, termohygrometer, hand refraktometer, penetrometer, pH
meter, EC meter, jangka sorong digital, ember, label, alat tulis, meteran, gunting
pangkas, alkohol, sarung tangan, pisau, timbangan digital, polybag 35 cm x 35
cm, wadah bentuk kotak dari flexi glass (mika) transparan dengan ketebalan 3
mm dengan ukuran 12 cm x 9.5 cm x 9.5 cm dan 10.5 cm x 10.5 cm x 10.5 cm.
Metode Penelitian
Percobaan ini dilakukan dalam Rancangan Kelompok Lengkap Teracak
(RKLT) faktor tunggal yaitu ukuran kotak dan waktu pemasangan dengan 5 taraf
perlakuan yaitu (P1) pemberian kotak kecil (12 cm x 9.5 cm x 9.5 cm) saat 1
minggu setelah antesis (MSA), (P2) pemberian kotak kecil (12 cm x 9.5 cm x 9.5
cm) saat 2 MSA, (P3) pemberian kotak besar (10.5 cm x 10.5 cm x 10.5 cm) saat
1 MSA, (P4) pemberian kotak besar (10.5 cm x 10.5 cm x 10.5 cm) saat 2 MSA,

10

dan (P0) tanpa kotak sebagai kontrol. Percobaan ini terdiri dari empat ulangan
sehingga terdapat 20 unit percobaan. Tiap satuan terdiri dari tiga tanaman
sehingga jumlah keseluruhan 60 tanaman.
Model linier yang digunakan adalah:
Yij = μ +

i

+

j

+ εij

(i = 1, 2, 3, 4, 5 ; j = 1, 2, 3,4)

Keterangan,
Yij

: Nilai peubah yang diamati akibat perlakuan ke-i, ulangan ke-j

μ

: Nilai rataan umum

αi

: Pengaruh perlakuan ke-i

βj

: Pengaruh kelompok atau ulangan ke-j

εij

: Pengaruh galat percobaan pada perlakuan ke-i dan ulangan ke-j

Untuk mengetahui ada tidaknya pengaruh perlakuan yang dicobakan
dilakukan dengan analisis ragam (Uji-F). Jika hasil Uji-F menunjukkan pengaruh
nyata maka untuk mengetahui perbedaan antar perlakuan dilakukan Uji Kontras
Ortogonal pada taraf α = 5%
Pelaksanaan
Sebelum penelitian dilaksanakan, rumah kaca dibersihkan serta alat dan
bahan disiapkan. Larutan hara stok A dan B masing-masing dilarutkan degan
menambahkan air sebanyak 90 liter ke kontainer A dan B (100 liter). Larutan hara
stok A dan B diambil masing-masing 10 liter, kemudian diecerkan menjadi 2 000
liter ke dalam kontainer 2 000 liter dengan nilai EC 2.0-2.5 mmhos (mS.cm-1).
Penyemaian benih dilakukan selama 3 minggu dengan media kascing.
Pindah tanam dilakukan kedalam polybag (35 cm x 35 cm) dengan media arang
sekam, satu bibit untuk satu polibag. Jarak antar polybag 60 cm ditempatkan
dalam 2 baris secara zig-zag.
Irigasi yang digunakan adalah irigasi tetes. Sebelum penanaman, media
disiram dengan air hingga cukup lembab. Lalu, dripper stick ditancapkan pada
media tanam. Penyiraman dan pemupukan dilakukan bersamaan (fertigasi)
dengan menggunakan irigasi tetes. Aplikasi fertigasi disesuaikan dengan umur
tanaman, seperti pada awal pindah tanam sampai umur 2 MST volume yang
diaplikasikan sebesar 250 ml pertanaman. Larutan fertigasi diukur kadar EC

11

sesuai dengan umur tanaman. Volume dan jadwal penyiraman disajikan pada
Lampiran 1.
Pemeliharaan dilakukan mulai awal pindah tanam dengan melakukan
pelilitan batang tanaman pada benang sebagai ajir. Pemangkasan cabang lateral
dilakukan dengan membuang (memangkas) cabang lateral pada ruas 1-10. Tunastunas yang tumbuh dibagian atas ruas ke 20 dipangkas. Cabang ke 11-20
dipelihara untuk calon buah. Pemasangan kotak dengan ukuran (12 cm x 9.5 cm x
9.5 cm) dan (10.5 cm x 10.5 cm x 10.5 cm) dilakukan saat 1 minggu setelah
antesis (MSA) (Gambar 1a) dan 2 MSA (Gambar 1b).

(a)

(b)

Gambar 1. (a) Buah Melon Umur 1 MSA (b) Pemasangan Kotak Pada
Buah Umur 2 MSA
Penyemprotan

tanaman

dilakukan

untuk

mengurangi

Organisme

Penggangu Tanaman (OPT) yang menyerang tanaman dengan menggunakan
insektisida. Aplikasi insektisida dengan konsentasi 2 ml/liter dan dosis
penyemprotan sekitar 50 ml/tanaman setelah dilarutkan dalam air. Pada awal
penanaman (4 MST), tanaman disemprot insektisida sebanyak 3 hari sekali
sampai tanaman mulai berbuah. Saat tanaman mulai berbuah (8 MST)
penyemprotan dilakukan seminggu sekali sampai 2 minggu sebelum panen.

Pengamatan
Pengamatan dilakukan setiap minggu sejak pindah tanam pada umur 4
minggu setelah tanam (MST) sampai 8 MST. Pengamatan dilakukan pada 3
tanaman contoh pada setiap perlakuan. Pengamatan dibagi menjadi dua fase yaitu
fase vegetatif dan fase generatif. Pengamatan pada fase vegetatif ini bertujuan

12

untuk melihat perkembangan tanaman melon dan untuk menentukan waktu
pemangkasan pucuk (topping) Pengamatan fase vegetatif meliputi:
1. Jumlah buku, dihitung dari buku pertama hingga buku terakhir.
2. Tinggi tanaman (cm), diukur dari buku pertama hingga ujung titik
tumbuh.
3. Panjang ruas rata-rata (cm), dihitung dari tinggi tanaman dibagi jumlah
buku setiap minggunya.
Pengamatan fase generatif meliputi:
1. Umur buah, dihitung setelah terjadi antesis.
2. Umur panen, dihitung dari pindah tanam sampai panen
Pengamatan buah dilakukan setelah panen dilakukan pada empat tanaman
contoh yaitu variabel kuantitatif dan variabel kualitatif. Pengamatan variabel
kuantitatif meliputi:
1. Bobot buah (gram), diukur dengan timbangan digital.
2. Panjang buah (cm), diukur dari pangkal hingga ujung buah.
3. Diameter buah (cm), diukur dengan jangka sorong pada bagian tengah
buah
4. Kekerasan kulit buah dan daging buah (mm/kg/5 s), diukur menggunakan
penetrometer pada bagian pangkal, tengah dan ujung buah.
5. Tebal daging buah (mm), diukur dengan jangka sorong digital.
6. Tebal kulit buah (mm), diukur dengan jangka sorong digital.
7. Padatan terlarut total (PTT), diukur menggunakan hand refraktometer.
Pengamatan variabel kualitatif meliputi:
1. Pengelompokan bentuk buah dilakukan secara kualitatif.
2. Ada atau tidaknya cacat fisik pada buah yang dilakukan secara kualitatif.
3. Uji Organoleptik uji aroma, rasa dan penampilan buah dengan cara uji
kesukaan yang dilakukan pada 20 responden. Pengujian menggunakan
skor yang selanjutnya dilakukan pengolahan dengan menghitung rataan.
Skoring ini menggunakan skala angka satu sampai lima, angka satu
menunjukan sangat tidak suka dan angka lima sangat suka. Contoh
formulir Organoleptik ada pada Lampiran 2.

13

HASIL DAN PEMBAHASAN

Kondisi Pertanaman
Tanaman melon selama penelitian berlangsung tumbuh baik, tidak ada
tanaman yang mengalami kematian sampai saat panen. Suhu rata-rata harian di
dalam rumah kaca sangat tinggi berkisar antara 40-45ºC saat siang hari dan 17.522ºC saat pagi hari (Lampiran 3) dan kelembaban antara 20-96 % (Lampiran 4).
Suhu yang sangat tinggi dan kelembaban yang rendah pada siang hari
menyebabkan daun tanaman mengalami kelayuan sementara. Hama tanaman yang
menyerang tanaman saat penelitian berlangsung adalah pengorok daun (Liriomyza
spp). Penyakit yang menyerang tanaman diantaranya embun tepung (Erysipht
cichoracearum) dan penyakit kerdil (Cucumber Green Mottle Mosaic Virus).
Hama dan penyakit yang menyerang tidak berpengaruh terhadap pertumbuhan dan
perkembangan tanaman. Pengendalian hama menggunakan insektisida yang
digunakan yaitu berbahan aktif Deltametrin dan Profenofos dengan konsentrasi 2
ml/liter.

s

Gambar 2. Tanaman Melon dengan budidaya Hidroponik pada umur
8 MST

14

Pertumbuhan Vegetatif Tanaman
Berdasarkan Gambar 3 pertambahan tinggi tanaman melon paling tinggi
terjadi pada 8 MST yaitu sebesar 79.14 cm. Pertambahan tinggi tanaman

Tinggi Tanaman (cm)

dihentikan pada 8 MST dengan melakukan pemangkasan pucuk.

250.00
216.16

200.00
150.00

137.02

100.00
66.76

50.00
11.63

0.00

26.41

4 MST 5 MST 6 MST 7 MST 8 MST
Gambar 3. Tinggi Tanaman Melon
Berdasarkan Gambar 4 , dapat dilihat jumlah buku (ruas) pada tanaman
setiap minggu mengalami pertambahan. Pertambahan jumlah buku tanaman

Jumlah buku

paling banyak pada umur 8 MST yaitu sebanyak 9 buah
35
30
25
20
15
10
5
0

31
22
14
7
3
4 MST 5 MST 6 MST 7 MST 8 MST

Gambar 4. Jumlah Buku Tanaman melon
Rata-rata

panjang

ruas

diantara

dua

buku tanaman

mengalami

pertambahan panjang ruas setiap minggu (Gambar 5). Pada awal pertumbuhan
tanaman pertambahan panjang ruas diantara dua buku tanaman bertambah sangat
rendah diduga karena tanaman baru melakukan penyesuaian dengan kondisi di
dalam rumah kaca. Pertambahan panjang ruas rata-rata terbesar terjadi pada
umur 7 MST yaitu sebesar 1.45 cm.

Panjang Ruas (cm)

15

8.00
7.00
6.00
5.00
4.00
3.00
2.00
1.00
0.00

6.36

6.98

4.91
3.83

4 MST

3.99

5 MST

6 MST

7 MST

8 MST

Gambar 5. Panjang Ruas Rata-rata Tanaman Melon
Panjang, Diameter dan Bobot Buah
Berdasarkan Tabel 1, didapatkan bahwa pelakuan manipulasi bentuk
(pengkotakan) buah tidak memberikan pengaruh nyata terhadap panjang, diameter
dan bobot buah saat panen. Panjang dan diameter buah berkisar antara 11.05
sampai 11.89 cm untuk panjang buah, sedangkan untuk diameter buah 10.51
sampai 10.97 cm. Panjang dan diameter buah melebihi ukuran kotak sehingga
kotak menjadi rusak (pecah). Bobot buah melon saat panen berkisar 966.40
sampai 1 057.50 gram.
Tabel 1. Panjang , Diameter dan Bobot Buah Melon Saat Panen
Panjang Buah
Diameter
Bobot buah
Perlakuan
(cm)
(cm)
(gr)
Kontrol (P0)
11.33
10.97
1 001.60
Kotak kecil saat 1 MSA (P1)
11.42
10.76
1 003.40
Kotak kecil saat 2 MSA (P2)
11.05
10.92
966.40
Kotak besar saat 1 MSA (P3)
11.76
10.51
1 049.40
Kotak besar saat 2 MSA (P4)
11.89
10.89
1 057.50
Uji F
tn
tn
tn
KK
5.56
4.12
14.56
Ket : tn menunjukan tidak berbeda nyata pada uji F taraf 5%

Kekerasan Kulit dan Daging buah
Berdasarkan data pada Tabel 2, didapatkan bahwa perlakuan manipulasi
bentuk (pengkotakan) memberikan pengaruh sangat nyata terhadap kekerasan
kulit dan daging buah. Kekerasan kulit dan daging buah terbesar pada perlakuan
P1 yaitu 20.28 mm.kg-1.5s-1 dan 59.64 mm.kg-1.5s-1 dan yang terkecil yaitu pada
Kontrol (P0) yaitu 12.52 mm.kg-1.5s-1 dan 24.08 mm.kg-1.5s-1. Nilai kekerasan

16

20.28 mm.kg-1.5s-1 memiliki arti bahwa dengan tekanan 1 kg kedalaman jarum
pada buah mencapai 20.28 mm selama 5 detik. Hasil yang didapat menunjukan
perlakuan P1 memiliki kekerasan kulit dan daging buah lebih lunak dari perlakuan
P0 (Kontrol).
Hasil uji kontras ortogonal menunjukan bahwa perlakuan tanpa kotak dan
dengan kotak terhadap kekerasan kulit dan daging buah memberikan pengaruh
nyata. Perlakuan dengan kotak memberikan nilai yang lebih besar (lebih lunak)
pada kekerasan kulit dan daging buah yaitu berturut-turut 17.53 mm.kg-1.5s-1 dan
42.07 mm.kg-1.5s-1. Perbandingan perlakuan antara kotak kecil dan kotak besar
didapatkan hasil tidak berbeda nyata terhadap kekerasan kulit. Sedangkan untuk
kekerasan daging didapatkan hasil yang berbeda sangat nyata dengan nilai kotak
kecil lebih besar (lebih lunak) yaitu mm.kg-1.5s-1. Perbandingan perlakuan antara
waktu aplikasi 1 MSA dan 2 MSA memberikan hasil berbeda nyata terhadap
kekerasan kulit dan daging buah. Waktu aplikasi kotak saat 1 MSA memberikan
nilai yang lebih besar (lebih lunak) pada kekerasan kulit dan daging buah yaitu
berturut-turut yaitu 18.77 mm.kg-1.5s-1 dan 48.09 mm.kg-1.5s-1.
Tabel 2. Kekerasan Kulit dan Daging Buah Saat Panen
Kekerasan kulit
Kekerasan daging
Perlakuan
-1
------(mm.kg .5s-1)-----Kontrol (P0)
12.52
24.08
Kotak Kecil saat 1 MSA (P1)
20.28
59.64
Kotak Kecil saat 2 MSA (P2)
16.36
35.03
Kotak Besar saat 1 MSA (P3)
17.25
36.54
Kotak Besar saat 2 MSA (P4)
16.22
37.07
**
**
Uji F
KK
11.17
16.45
Uji kontras :
Tanpa kotak
12.52
24.08
Kotak
17.53
42.07
Uji kontras
**
**
Kotak kecil
18.32
47.34
Kotak besar
16.74
36.81
Uji kontras
tn
**
1 MSA
18.77
48.09
2 MSA
16.29
36.05
Uji kontras
*
**

Ket : tn= Tidak Berbeda Nyata (α =5%), * = Berbeda nyata (α =5%),
** = Berbeda sangat nyata (α =1%)

17

Padatan Total Terlarut (PTT), Ketebalan Kulit dan Daging buah
Berdasarkan data pada Tabel 3, bahwa perlakuan manipulasi bentuk
(pengkotakan) buah tidak memberikan pengaruh nyata terhadap padatan total
terlarut (PTT) saat panen. Padatan total terlarut (PTT) buah saat panen memiliki
kiasaran 8.03 sampai 10.06 ºBrix. Menurut Setyowati (2009), nilai padatan total
terlarut (PTT) dapat digunakan dalam menggambarkan cita rasa yang dimiliki
suatu buah, semakin tinggi nilai padatan total terlarut (lebih dari 10 Brixº) maka
kualitas buah tersebut akan baik.
Tabel 3. Padatan Total Terlarut (PTT), Ketebalan Kulit dan Daging buah
Saat Panen
Ketebalan
Ketebalan
PTT
kulit buah
daging buah
Perlakuan
(ºBrix)
(mm)
(mm)
Kontrol (P0)
9.86
2.48
22.97
Kotak Kecil saat 1 MSA (P1)
8.03
1.85
23.18
9.77
1.94
22.10
Kotak Kecil saat 2 MSA (P2)
Kotak Besar saat 1 MSA (P3)
10.06
1.79
25.03
Kotak Besar saat 2 MSA (P4)
9.24
2.01
25.55
tn
*
*
Uji F
9.82
14.05
6.08
KK
Uji kontras :
Tanpa kotak
9.86
2.48
22.97
Kotak
9.28
1.90
23.97
Uji kontras
tn
**
tn
Kotak kecil
8.90
1.90
22.64
Kotak besar
9.65
1.90
25.29
Uji kontas
tn
tn
**
1 MSA
9.05
1.82
24.11
2 MSA
9.51
1.98
23.83
Uji kontras
tn
tn
tn

Ket : tn= Tidak Berbeda Nyata (α =5%), * = Berbeda nyata (α =5%), ** = Berbeda sangat nyata (α =1%)

Perlakuan manipulasi bentuk (pengkotakan) buah memberikan pengaruh
nyata terhadap ketebalan kulit dan daging buah saat panen. Pada kontrol (P0)
didapat ketebalan kulit buah yang paling tebal yaitu 2.48 mm, sedangkan untuk
perlakuan Kotak besar saat 1 MSA (P3), Kotak kecil saat 2 MSA (P2), Kotak
kecil saat 1 MSA (P1), Kotak besar saat 2 MSA (P4) yaitu berturut-turut 1.79
mm, 1.85 mm, 1.94 mm dan 2.01 mm. Hasil yang didapat pada ketebalan daging
buah untuk pelakuan kotak besar dengan waktu aplikasi 2 MSA (P4) memberikan

18

pengaruh nyata yaitu sebesar 25.55 mm, sedangkan ketebalaan daging buah pada
pelakuan P0, P1, P2, P3 berurutan 22.97 mm, 23.18 mm, 22.10 mm, 25.03 mm.
Hasil uji kontras ortogonal menunjukan bahwa perlakuan tanpa kotak
memberikan hasil lebih besar yaitu 2.48 mm dibandingkan perlakuan dengan
kotak yaitu 1.90 mm, terhadap ketebalan kulit buah. Perlakuan pengkotakan
memberikan pengaruh sangat nyata (lebih tipis) terhadap ketebalan kulit.
Perbandingan perlakuan antara kotak kecil dan kotak besar didapatkan hasil
perlakuan kotak besar memberikan nilai lebih besar yaitu 25.29 mm dibandingkan
kotak kecil 22.64 mm, terhadap ketebalan daging buah. Perlakuan ukuran kotak
memberikan

pengaruh

sangat

nyata

terhadap

ketebalan

daging

buah.

Perbandingan perlakuan antara waktu aplikasi 1 MSA dan 2 MSA memberikan
hasil tidak berbeda nyata terhadap padatan total terlarut (PTT), ketebalan kulit dan
daging buah.
Uji Organoleptik
Berdasarkan Tabel 4, responden lebih menyukai perlakuan kotak besar
saat 1MSA (P3) (Gambar 6b). Hal ini dikarenakan perlakuan tersebut memiliki
rasa daging buah yang paling manis yaitu dengan skor 4.40 ± 0.88. Selain itu
pelakuan kotak besar saat 1 MSA (P3) memiliki aroma buah yang paling wangi
yaitu dengan skor 3.55 ± 0.60 dibandingkan perlakuan yang lain. Perlakuan kotak
besar saat 2 MSA (P4) mempunyai penampilan buah yang paling disukai
responden (3.80 ± 0.89) dibandingkan dengan perlakuan yang lain (Gambar 6a).
Hal ini terjadi karena pada perlakuan kotak besar saat 2 MSA (P4) memiliki
bentuk buah yang buah yang hampir kotak sempurna.
Tabel 4. Uji Organoleptik Terhadap Aroma, Rasa, dan Penampilan Buah
Saat Panen
Skor
Pelakuan
Rasa
Aroma
Penampilan
Kontrol (P0)
2.05 ± 0.69
3.55 ± 1.19
2.55 ± 0.69
Kotak Kecil saat 1 MSA (P1)
Kotak Kecil saat 2 MSA (P2)
Kotak Besar saat 1 MSA (P3)
Kotak Besar saat 2 MSA (P4)

3.10 ± 0.97
3.30 ± 0.80
4.40 ± 0.88
2.70 ± 0.92

Keterangan : Skor : 1 = sangat tidak suka
2 = tidak suka

3 = netral
4 = suka

3.15 ± 0.59
2.85 ± 0.49
3.55 ± 0.60
3.15 ± 0.93

3.35 ± 0.88
3.40 ± 0.88
3.35 ± 0.93
3.80 ± 0.89

5 = sangat suka

19

(a)

(b)

Gambar 6. (a) Melon dengan Perlakuan Kotak Besar saat 2 MSA (P4) (b)
Melon dengan Perlakuan Kotak Besar saat 1 MSA (P3)
Cacat Pada Buah
Cacat buah pada penelitian ini terjadi pada seluruh perlakuan. Berdasarkan
Tabel 5, cacat buah 100 % dan 25 % terjadi pada semua perlakuan masing-masing
sebanyak 1 buah. Untuk cacat buah 75 % terjadi pada perlakuan kotak kecil
dengan waktu aplikasi 1 MSA (P1) dan kotak besar dengan waktu aplikasi 1 MSA
(P3) masing-masing sebanyak 1 buah. Untuk cacat buah 50 % terjadi pada
perlakuan kotak kecil dengan waktu aplikasi 2 MSA (P2) sebanyak 1 buah dan
kotak besar dengan waktu aplikasi 2 MSA (P4) sebanyak 1 buah.
Tabel 5. Cacat Pada Buah Saat Panen
100 %
Pelakuan

75 %
50 %
----buah----

25 %

Kontrol (P0)

1

-

-

2

Kotak Kecil saat 1 MSA (P1)

1

1

-

2

Kotak Kecil saat 2 MSA (P2)

1

-

1

2

Kotak Besar saat 1 MSA (P3)

1

1

-

2

Kotak Besar saat 2 MSA (P4)

1

-

1

2

20

(a)

(b)

(c)

Gambar 7. (a) Cacat Buah 25% (b) Cacat Buah 50% (c) Cacat Buah 75%
pada buah melon
Pengelompokan Buah
Pengelompokan buah dilakukan pada saat panen, pengelompokan ini
bertujuan untuk mengetahui kualitas buah yang baik. Dalam pengelompokan ini
dilakukan dengan cara skoring. Skor dibagi menjadi 1-6 nilai (Tabel 6).
Tabel 6. Pengelompokan Pada Buah Saat Panen
Skor

Perlakuan

Keterangan
P0

P1

P2

P3

P4

1

Buah berbentuk bulat tidak
mengalami perubahan bentuk.

9

0

2

2

3

2

Buah mengalami perubahan bentuk
buah menjadi berbentuk kotak 25%

0

2

2

3

3

3

Buah mengalami perubahan bentuk
buah menjadi berbentuk kotak 50%

0

3

3

3

2

4

Buah mengalami perubahan bentuk
buah menjadi berbentuk kotak 75%

0

5

3

2

2

5

Buah mengalami perubahan bentuk
buah menjadi berbentuk kotak 100%
Buah afkir / busuk

0

0

0

0

0

3

2

2

2

2

6

Bentuk buah kotak sempurna (100%) tidak didapatkan pada semua
perlakuan diduga karena bentuk dan ukuran kotak yang kurang tepat. Buah melon
yang terbentuk kotak 25% - 75% sebanyak 33 buah melon atau sebesar 55% dari
total buah yang diamati. Perlakuan yang paling banyak membentuk buah menjadi
berbentuk kotak 75% adalah perlakuan kotak kecil saat 1 MSA (P1) yaitu
sebanyak 5 buah.

21

Pembahasan
Pertumbuhan vegetatif yang diamati pada pernelitian ini meliputi tinggi
tanaman, jumlah buku dan panjang ruas rata-rata. Pengamatan vegetatif ini
bertujuan untuk menentukan waktu pemangkasan pucuk pada tanaman.
Pengamatan dilakukan setiap minggu dan selalu terjadi peningkatan pada setiap
minggu. Peningkatan terbesar terjadi saat tanaman berumur 8 MST. Tanaman
memasuki fase generatif yaitu pada saat tanaman mulai berbuah rata-rata pada
umur 9 MST. Pada saat tanaman mulai memasuki fase generatif dilakukan
pemangkasan pucuk (toping) yang dilakukan pada seluruh tanaman. Pemangkasan
pucuk dilakukan untuk mengurangi transpirasi tanaman yang bertujuan untuk
menjaga kelembaban tanaman dan pengurangi serangan hama penyakit.
Pengamatan pada saat panen yaitu panjang buah, diameter buah dan bobot
buah memiliki hasil yang tidak berbeda nyata. Hasil ini didapat berdasarakan hasil
uji F, jadi perlakuan manipulasi bentuk buah (pengkotakan) tidak memberikan
pengaruh yang nyata terhadap panjang, diameter dan bobot buah. Hal ini
disebabkan buah yang dipertahankan 1 buah pertanaman. Menurut Setyowati
(2009), buah melon yang dipertahankan 1 buah pertanaman dapat menghasilkan
panjang buah, diameter buah, lingkar buah dan bobot buah yang tidak jauh
berbeda.
Berdasarkan Tabel 2 diketahui bahwa kekerasan kulit dan daging buah
perlakuan kontrol (P0) mendapatkan nilai lebih kecil (lebih keras) dibandingkan
dengan perlakuan yang lain. Hal ini diduga bahwa pelakuan manipulasi bentuk
(pengkotakkan) buah menyebabkan kulit dan daging buah menjadi lebih lunak
karena adanya gangguan mekanis pada lapisan-lapisan epidermal pada sistem
jaringan kulit buah saat pemasakan buah. Pantastico (1989) menyatakan
pengaturan permulaan berbagai proses fisika dan fisiko-kimiawi pada buahbuahan yang telah dipanen bergantung pada sifat lapisan-lapisan epidermal.
Pertukaran gas, kehilangan air, patogen-patogen, peresapan bahan kimia,
kerusakan mekanis, perubahan-perubahan tekstural, semuanya dimulai dari
permukaan buah. Namun perbedaan tidak nyata didapat antara perlakuan kotak
kecil dan kotak besar disemua waktu perlakuan baik 1 MSA maupun 2 MSA.

22

Perlakuan perbedaan ukuran kotak yang dipakai tidak mempengaruhi kekerasan
yang didapat.
Nilai padatan total terlarut (PTT) yang terdapat pada suatu buah menjadi
salah satu faktor yang dapat menentukan kualitas buah tersebut. Padatan total
terlarut (PTT) ini dapat digunakan sebagai indikator tingkat rasa, kemanisan dan
kematangan buah. Menurut Rubatzky dan Yamaguchi (1999), tinggi kadar
padatan terlarut total pada buah melon akan menyebabkan meningkatkan kualitas
buah. Hasil penelitian ini didapatkan hasil padatan total terlarut antara 8-10 ºBrix.
Menurut Rubatzky dan Yamaguchi (1999) melon yang berkualitas memiliki
kandugan padatan total terlarut sebesar 10% (ºBrix) atau lebih. Berdasarkan hasil
yang didapat perlakuan manipulasi bentuk buah (p