Potensi Hutan Kota sebagai Alternatif Substitusi Fungsi Alat Pendingin Udara (Air Conditioner) di Kota Surabaya
POTENSI HUTAN KOTA SEBAGAI ALTERNATIF SUBSTITUSI
FUNGSI ALAT PENDINGIN UDARA (
Air Conditioner)
DI KOTA SURABAYA
GITA NATALIA
DEPARTEMEN KONSERVASI SUMBERDAYA HUTAN DAN EKOWISATA FAKULTAS KEHUTANAN
INSTITUT PERTANIAN BOGOR BOGOR
(2)
PERNYATAAN MENGENAI SKRIPSI DAN SUMBER
INFORMASI SERTA PELIMPAHAN HAK CIPTA
Dengan ini saya menyatakan bahwa skripsi berjudul Potensi Hutan Kota Sebagai Alternatif Substitusi Fungsi Alat Pendingin Udara (Air Conditioner) di Kota Surabaya adalah benar karya saya dengan arahan dari komisi pembimbing dan belum diajukan dalam bentuk apa pun kepada perguruan tinggi mana pun. Sumber informasi yang berasal atau dikutip dari karya yang diterbitkan maupun tidak diterbitkan dari penulis lain telah disebutkan dalam teks dan dicantumkan dalam daftar pustaka di bagian akhir skripsi ini.
Dengan ini saya melimpahkan hak cipta dari karya tulis saya kepada Institut Pertanian Bogor.
Bogor, Juli 2013 Gita Natalia NIM E34090058
(3)
ABSTRAK
GITA NATALIA. Potensi Hutan Kota Sebagai Alternatif Substitusi Fungsi Alat Pendingin Udara ( Air Conditioner ) di Kota Surabaya. Dibimbing oleh ENDES N DACHLAN dan IRZAMAN.
Sebagian besar masyarakat perkotaan menggunakan alat pendingin ruangan (AC) untuk mengatasi pemanasan suhu. Akan tetapi, disamping membutuhkan biaya yang mahal, penggunaan alat pendingin ruangan dapat menjadi salah satu penyebab pemanasan global karena panas yang dihembuskan keluar ruangan. Salah satu upaya untuk mengatasi pemanasan di wilayah perkotaan adalah dengan membangun hutan kota. Tujuan dari penelitian yang berlokasi di Surabaya ini adalah mengetahui kemampuan hutan kota dalam menurunkan suhu sebagai alternatif pengganti fungsi alat pendingin ruangan, sehingga dapat diketahui nilai efisiensi dari hutan kota. Dari hasil penelitian, diketahui bahwa pohon memiliki kemampuan menyerap panas sebesar 2958.7 KJ/jam (Hutan Kota
Bratang) dan 2589 KJ/jam (Hutan Kota Wonorejo). 1 Unit AC 1 PK (kapasitas 9495 KJ/jam) dapat disubstitusi 3-4 pohon, 1 unit AC 1.5 PK (kapasitas 18990 KJ/jam) dapat disubstitusi 6-7 pohon, 1 unit AC 2 PK (kapasitas 28485 KJ/jam) dapat disubstitusi dengan 9-10 pohon. Total efisiensi dari delapan ruangan sebesar Rp 22.811.042,-/tahun (Hutan Kota Bratang) dan Rp.20.365.265,-/tahun (Hutan Kota Wonorejo). Pembangunan hutan kota untuk mengganti fungsi AC dapat dikatakan rasional karena mampu menghemat biaya pengeluaran dengan signifikan.
Kata kunci : alat pendingin ruangan, hutan kota, Surabaya, substitusi
ABSTRACT
GITA NATALIA. Potential of Urban Forest as an Alternative Substitution of Air Conditioner in Surabaya. Supervised by ENDES N DACHLAN and IRZAMAN.
Most of the societies used the air conditioners to reduce overwarming. However, besides apart from costly, air conditioner only increase global warming. One attempt to control temperatures in urban areas is by developing an urban forest. The purpose of this research was to assess the ability of urban forest vegetation in absorbing heat in replacing air conditioner, hence the efficiency of urban forest. The research would be known was conducted in the city of Surabaya. The research was initiated by performing measurements at room with Room Air Conditioner methods. The potential of urban forest made through of measuring the heat flux density on vegetation. The result show that the heat absorption ability of the trees was 2958.7 KJ/h (Bratang urban forest) and 2589 KJ/h (Wonorejo urban forest). One unit of 1 PK air conditioner ( capacity of 9495 Kj/h ) can be substituted by 3-4 trees, one unit of 1.5 PK air conditioner (capacity of 18990 Kj/h ) can be substituted by 6-7 trees and one unit 2 PK of air conditioner (capacity 28458 Kj/h) can be substituted with 9-10 trees. The total efficiency of the eight rooms studied was found token Rp 22.811.042,-/year (Bratang Urban Forest) and Rp.20.365.265,-/year (Wonorejo Urban Forest). Thus, The development of urban forests to replace air conditioner is rational because it could significantly save the cost of a room spending. Keywords : air conditioner, substitution, Surabaya, urban forest
(4)
RINGKASAN
GITA NATALIA. Potensi Hutan Kota Sebagai Alternatif Substitusi Fungsi Alat Pendingin Udara ( Air Conditioner ) di Kota Surabaya. Dibimbing oleh ENDES N DACHLAN dan IRZAMAN.
Sebagian besar masyarakat perkotaan menggunakan alat pendingin ruangan (AC) untuk mengatasi pemanasan suhu. Akan tetapi, disamping membutuhkan biaya yang mahal, penggunaan alat pendingin ruangan dapat menjadi salah satu penyebab pemanasan global karena panas yang dihembuskan keluar ruangan. Salah satu upaya untuk mengatasi pemanasan di wilayah perkotaan adalah dengan membangun hutan kota. Tujuan dari penelitian ini adalah mengetahui kemampuan hutan kota dalam menurunkan suhu sebagai alternatif pengganti fungsi alat pendingin ruangan, sehingga dapat diketahui nilai efisiensi dari hutan kota. Penelitian dilaksanakan di kota Surabaya, Jawa Timur pada bulan Agustus sampai Desember 2012. Data diambil di Hutan Kota Bratang dan Hutan Kota Wonorejo. Selain itu, pengambilan data juga dilakukan di beberapa gedung perkantoran, pertokoan, dan perumahan.
Dari hasil penelitian, diketahui bahwa Vegetasi Hutan Kota Bratang dan Hutan Kota Wonorejo memiliki potensi sebagai substitusi AC baik dari sisi ekonomi maupun daya serapnya. Berdasarkan daya serapnya, hutan kota memiliki kemampuan serapan panas sebesar 2958.7 KJ/jam ( Hutan Kota Bratang), dan 2589 KJ/jam (Hutan Kota Wonorejo), dan sisi ekonomi, biaya yang dibutuhkan
untuk pembelian dan pengoperasian AC selama 10 tahun berkisar antara Rp 40.779.680,- hingga Rp 71.741.840,- sedangkan biaya pembangunan dan
pemeliharaan hutan kota berkisar antara Rp 2.041.660,- hingga Rp 49.253.135,- Selisih biaya penggunaan AC selama 10 tahun bila dibandingkan dengan pembangunan hutan kota adalah sebesar Rp 228.110.424,-/10 tahun (berdasarkan HK Bratang) atau Rp 203.652.559,-/10tahun (berdasarkan HK Wonorejo), atau Rp 22.811.042,-/tahun (berdasarkan HK Bratang atau Rp 20.365.256,-/tahun (berdasarkan HK Wonorejo). Pembangunan hutan kota untuk mengganti fungsi AC dapat dikatakan rasional karena mampu menghemat biaya pengeluaran dengan signifikan.
(5)
Skripsi
sebagai salah satu syarat untuk memperoleh gelar Sarjana Kehutanan
pada
Departemen Konservasi Sumberdaya Hutan dan Ekowisata
POTENSI HUTAN KOTA SEBAGAI ALTERNATIF SUBSTITUSI
FUNGSI ALAT PENDINGIN UDARA (
Air Conditioner)
DI KOTA SURABAYA
GITA NATALIA
DEPARTEMEN KONSERVASI SUMBERDAYA HUTAN DAN EKOWISATA FAKULTAS KEHUTANAN
INSTITUT PERTANIAN BOGOR BOGOR
(6)
Judul Skripsi : Potensi Hutan Kota sebagai Alternatif Substitusi Fungsi Alat Pendingin Udara (Air Conditioner) di Kota Surabaya
Nama : Gita Natalia NIM : E34090058
Disetujui oleh
Dr Ir Endes N. Dachlan, MS Pembimbing I
Dr Ir Irzaman, M.Si Pembimbing II
Diketahui oleh
Prof Dr Ir Sambas Basuni, MS Ketua Departemen
(7)
PRAKATA
Puji dan syukur penulis panjatkan kepada Tuhan yang Maha Pengasih, atas segala berkat dan karunia sehingga karya ilmiah ini berhasil diselesaikan. Tema yang dipilih dalam penelitian yang dilaksanakan sejak bulan Agustus 2012 ini ialah hutan kota, dengan judul Potensi Hutan Kota sebagai Alternatif Substitusi Fungsi Alat Pendingin Udara (Air Conditioner) di Kota Surabaya.
Terima kasih penulis ucapkan kepada Bapak Dr Ir Endes N. Dachlan, MS selaku pembimbing pertama dan Dr Ir Irzaman M.Si selaku pembimbing kedua. Di samping itu, ungkapan terima kasih dan penghargaan penulis sampaikan kepada orang tua penulis yang sangat penulis cintai, babe Triyono dan ibu Tuty Lestari, kepada orang tua kedua penulis, om Yoyok dan bulek Wiwik, Bobo dan adik Yosua, atas doa, kasih sayang, dan semangat yang selalu diberikan. Ungkapan terima kasih juga disampaikan kepada yang terkasih Yosua Edgar Saragi Allagan atas doa, kasih sayang, pengertian, bantuan, dan semangat yang tak henti. Kepada sahabat dalam suka dan duka, adik Arvina Oktaviani, teman-teman kontrakan Temaram (Irene, Athu, Tari, Ina, Mbak Surini, Dini, dan Tia), serta teman-teman HIMAKOVA dan KSHE 46 yang penulis sayangi. Semoga karya ilmiah ini bermanfaat.
Bogor, Juli 2013 Gita Natalia
(8)
DAFTAR ISI
DAFTAR TABEL vii
DAFTAR GAMBAR vii
DAFTAR LAMPIRAN vii
PENDAHULUAN 1
Latar Belakang 1
Tujuan Penelitian 1
Manfaat Penelitian 2
METODE 2
Alat dan Bahan 2
Prosedur Analisis Data 2
HASIL DAN PEMBAHASAN 6
Kondisi Umum Lokasi Penelitian 6
Kebutuhan Pendingin pada Ruangan 7
Kemampuan Hutan Kota dalam Menyerap Panas 8
Efisiensi Pembangunan Hutan Kota 11
SIMPULAN DAN SARAN 15
Simpulan 15
Saran 15
DAFTAR PUSTAKA 16
(9)
DAFTAR TABEL
1. Sistematika metologi penelitian 2
2. Daftar perhitungan beban room air conditioner (RAC) 3
3. Kebutuhan pendingin ruangan 7
4. Rekapitulasi perhitungan kemampuan pohon dalam menyerap panas 8
5. Potensi pohon mensubstitusi alat pendingin ruangan (AC) 10
6. Biaya penggunaan alat pendingin ruangan (AC) 11
7. Biaya penanaman dan pemeliharaan satu pohon dalam waktu 10 tahun 12
8. Biaya pemenuhan pohon 13
9. Perbandingan biaya penggunaan AC dengan biaya pengadaan pohon. 14
DAFTAR GAMBAR
1. Vegetasi di Hutan Kota Bratang, Surabaya 9
2. Vegetasi di Hutan Kota Wonorejo, Surabaya 9
DAFTAR LAMPIRAN
1. Analisis vegetasi 17
2. Perhitungan kebutuhan pendingin ruangan berdasarkan metode RAC 18
3. Perhitungan kemampuan pohon dalam menyerap panas 26
(10)
PENDAHULUAN
Latar Belakang
Kota yang tumbuh dari semangat maksimalisasi pertumbuhan ekonomi seringkali memang menjadi kota besar yang mengagumkan. Namun, model pembangunan demikian semata ditekankan pada pertumbuhan kualitas produksi tanpa diikuti dengan pengembangan daya dukung kota yang memadai sehingga amat sedikit mengarah pada pemeliharaan dan peningkatan kualitas lingkungan. Berkaitan dengan pembangunan untuk infrastruktur, Irwan (2008) menyatakan bahwa peningkatan suhu perkotaan salah satunya disebabkan oleh padatnya bangunan dan gedung-gedung tinggi sehingga memantulkan cahaya matahari ke segala arah dan melepaskan panas pada malam hari. Hal ini telah mengakibatkan perbedaan suhu udara yang tinggi antara daerah kota dengan pinggiran kota yang dikenal dengan istilah “heat island effect” atau efek pulau panas.
Salah satu perubahan kualitas lingkungan yaitu terjadinya peningkatan suhu kota. Fluktuasi suhu cenderung meningkat setiap tahunnya. Suhu udara di Indonesia telah meningkat sebesar 0,3°C sejak tahun 1950 sampai tahun 2000 ( Hulme dan Sheard 1999 diacu dalam Dahlan 2011). Suhu kota Surabaya sendiri pada siang hari rata-rata mencapai 33-35° C. Badan Meteorologi dan Geofisika Juanda menerangkan bahwa suhu tertinggi bisa mencapai 35°C (BMKG 2012).
Pada umumnya, masyarakat mengatasi pemanasan suhu lingkungan dengan menggunakan alat pendingin ruangan ( AC ) di rumah maupun perkantoran. Adanya AC memang meningkatkan kenyamanan masyarakat, namun biaya yang dibutuhkan untuk memperoleh dan mengoperasikan alat pendingin tersebut relatif mahal. Manfaat yang diperoleh hanya terbatas pada ukuran dan ruangan (indoor) saja, sedangkan panas yang dihembuskan keluar akan menambah pemanasan suhu di luar ruangan.
Usaha yang dapat dilakukan untuk mengendalikan suhu udara wilayah perkotaan salah satunya dengan pembangunan hutan kota. Penelitian yang dilakukan oleh Yamada (1993) diacu dalam Fatimah (2004) telah membuktikan bahwa hutan kota mampu menurunkan suhu udara di Kota Kurihashi, Provinsi Saitama, Jepang. Namun demikian, perlu dilakukan kajian lebih lanjut mengenai kemampuan hutan kota sebagai stabilitas iklim mikro sehingga dapat menggantikan fungsi alat pendingin ruangan (AC). Disamping itu, perlu dilakukan perhitungan ekonomi terkait biaya pembangunan dan pemeliharaan hutan kota serta biaya pembelian dan operasi AC sehingga dapat diketahui nilai efisiensi dari hutan kota untuk menggantikan AC.
Tujuan Penelitian
Tujuan penelitian ini adalah untuk menentukan daya serap panas hutan kota dalam menurunkan suhu sebagai alternatif pengganti fungsi alat pendingin ruangan (AC), serta membandingkan biaya pembangunan hutan kota dengan penggunaan AC.
(11)
2
Manfaat Penelitian Manfaat yang diharapkan dari penelitian ini:
1. Memberikan informasi kemampuan pohon dalam hutan kota sebagai pengganti pendingin ruangan, sehingga dapat mengurangi tingkat pemakaian alat pendingin ruangan.
2. Memberikan informasi kepada masyarakat mengenai nilai hutan kota, sehingga dapat membuka pemikiran mereka untuk ikut berpartisipasi menjaga dan mengembangkan hutan kota.
3. Sebagai dasar pertimbangan pengambilan keputusan dalam manajemen perkotaan berbasis lingkungan.
METODE
Lokasi dan Waktu Penelitian
Penelitian dilaksanakan di kota Surabaya, Jawa Timur pada bulan Agustus sampai Desember 2012. Data diambil di Hutan Kota Bratang dan Hutan Kota Wonorejo. Selain itu, pengambilan data juga dilakukan di beberapa gedung perkantoran, pertokoan, dan perumahan.
Alat dan Bahan
Alat dan bahan yang digunakan dalam penelitian ini adalah alat pendingin ruangan (AC) dan ruangan, termometer, kamera, kalkulator, meteran, tali rafia, tangga, kompas, alat tulis.
Prosedur Analisis Data Tabel 1 Sistematika metologi penelitian
Jenis data Metode pengumpulan Analisis data
Data Primer:
a. Ukuran dan deskripsi ruangan (termasuk pemakaian AC dan daya listrik)
b. Suhu udara di bawah tajuk pohon
c. Luas tajuk plot (L) dan kerapatan pohon
a. Pengukuran ruangan dan pengisian check list
b. Pengukuran perbedaan suhu vertikal (1m-6m)
c. Pengukuran luas plot
a. Deskripsi kuantitatif (perhitungan room air conditioner) (Handoko, 1979)
b. Menghitung nilai H (Hukum Fourier)
c. Rn = a X i X L
Data Sekunder:
a. Panas laten permukaan (λ) b. Evapotranspirasi (E) c. Intensitas cahaya matahari (i) d. Albedo hutan (a)
e. Biaya hutan kota f. Keadaan umum
a. Pustaka b. Pustaka c. Data BMKG d. Pustaka e. Pustaka f. Pustaka
( a. sampai d.) : G = Rn – H –λE
(12)
3
Pengukuran Kebutuhan Pendingin pada Ruangan/Gedung
Pengukuran untuk memperoleh data kebutuhan tingkat pendinginan untuk suatu ruangan dilakukan dengan menggunakan instrumen yang berupa data check list (Tabel 2).
Tabel 2 Daftar perhitungan beban room air conditioner (RAC) ( Handoko 1979 )
Bagian Satuan Faktor Perkalian Beban dingin BTU/jam Ukuran x Faktor 1.JENDELA-JENDELA
… m2
… m2
… m2
… m2
… m2
… m2
… m2
… m2
Siang hari Menghadap matahari :
(Pilih satu, beban yang terbesar)
Tanpa Penutup Ditutup Tirai Tenda Luar
a) Timur Laut b) Timur c) Tenggara d) Selatan e) Barat Daya f) Barat g) Barat Laut h) Utara 807,29 1076,39 807,29 807,29 1291,67 1614,58 1291,67 807,29 322,92 430,56 322,92 376,74 538,20 699,65 538,20 376,74 215,28 269,09 215,28 215,28 376,74 484,38 376,74 215, 28 2.JENDELA-JENDELA
Tidak menghadap Matahari: Jumlah semua jendela
a) Gelas Tunggal
b) Gelas ganda atau Glass Block
… m2
… m2 150,69
75,35
3. DINDING a.) Bagian Luar Menghadap matahari b.) Bagian Dalam Harus pada dinding yang merupakan batas dengan ruangan lain yang tidak didinginkan
Panjang
… m2
… m2 Ringan
196,81
konstruksi
Berat 98,42
4.ATAP atau LANGIT-LANGIT (Pilih sebuah saja)
a) Atap tanpa isolasi b) Atap berisolasi
c) Langit-langit di atasnya bertingkat
d) Langit-langit berisolasi di atasnya ada ruangan
e) Langit-langit tanpa isolasi di atasnya ada ruangan
… m2
… m2
… m2
… m2
… m2
204,51 86,11 32,29 53,82 129,17 5. LANTAI
(Hilangkan jika langsung di atas tanah atau diatas ruangan bawah tanah)
… m2
32,29
6. ORANG & VENTILASI
Jumlah orang … 600
7. LAMPU & ALAT LISTRIK
(13)
4
Tabel 2 Daftar perhitungan beban room air conditioner (RAC) ( Handoko 1979 ) (Lanjutan)
8. PINTU
Terus menerus terbuka ke ruangan yang tidak didinginkan
Lebar
Panjang
… m2
… m2
3229,17
3229,17 9. JUMLAH 1 s/d 8
10. JUMLAH BEBAN DINGIN (Bagian 9) x 1.1 (Faktor)
=
1. Mengalikan luas jendela dari tiap-tiap arah dengan faktor-faktor dari arah jendela. Faktor yang diberikan tergantung pada pemakaian penutup tirai, gorden, atau tenda dari luar.
2. a. Mengalikan jumlah panjang dari semua dinding yang menghadap ke luar dengan faktor yang sesuai ketentuan pada tabel. Pintu dianggap sebagai bagian dari dinding. Dinding yang tidak berisolasi atau dinding batu yang tebalnya 20 cm atau kurang dianggap konstruksi ringan. Dinding yang berisolasi atau dinding batu yang tebalnya lebih dari 20 cm dianggap konstruksi berat.
b. Mengalikan jumlah semua dinding dari dinding-dinding bagian dalam yang berbatasan dengan ruangan yang tidak didinginkan dengan faktor yang diberikan. Dinding yang membatasi ruangan lain yang juga didinginkan tidak perlu ikut dijumlahkan untuk dihitung.
3. Mengalikan jumlah luas atap atau langit-langit dengan faktor-faktor yang diberikan yang paling sesuai bentuk atap atau langit-langit.
4. Mengalikan jumlah luas lantai dengan faktor yang diberikan. Menghilangkan bagian ini jika lantai berada langsung di atas tanah atau diatas ruangan bawah tanah.
5. Mengalikan jumlah orang yang ada di dalam ruangan dengan faktor yang diberikan. Menghitung jumlah orang sesuai kapasitas maksimum ruangan. 6. Menghitung jumlah daya lampu dan alat listrik yang dipakai dalam ruangan,
kemudian mengalikan jumlah daya dengan faktor yang diberikan
7. Mengalikan lebar dari pintu atau dinding yang terbuka atau terus menerus terbuka dan berhubungan dengan lain ruangan yang tidak didinginkan dengan faktor yang diberikan.
8. Menjumlahkan beban-beban dari semua bagian diatas (1 s/d 8)
9. Mengalikan jumlah beban yang didapat dari bagian 9 dengan faktor koreksi dan hasilnya adalah jumlah perkiraan beban dingin dalam BTU/jam. Tahap selanjutnya menghitung biaya listrik dan pembelian unit serta jumlah AC yang terdapat pada ruangan tersebut.
Perhitungan biaya penggunaan AC dilakukan dengan persamaan 1 ( Dahlan 2011)
BAC = BU + BL (1)
Keterangan:
BAC = Biaya penggunaan AC suatu ruangan BU = Biaya pembelian unit AC
BL = Biaya listrik yang harus ditanggung pada penggunaan (asumsi pemakaian AC selama delapan jam/hari).
(14)
5
Potensi Vegetasi Hutan Kota
Potensi hutan kota dalam menurunkan suhu dilakukan melalui pendugaan dengan data sekunder yaitu laju panas laten permukaan, intensitas cahaya matahari, albedo, laju evapotranspirasi, dan panas laten evapotranspirasi. Berdasarkan perhitungan tersebut maka dapat diketahui berapa jumlah pohon yang diperlukan untuk menciptakan suhu yang nyaman berdasarkan perhitungan beban dari RAC. Namun, perlu dilakukan perhitungan densitas fluks panas di dalam vegetasi terlebih dahulu. Data perbedaan suhu digunakan untuk menghitung nilai H (Hukum Fourier), untuk transfer panas dihitung dengan persamaan 2.
H = -k A ΔT (2)
ΔZ Keterangan:
H = densitas fluks panas (W/m2) di dalam vegetasi A = luas penapang/tajuk (m2)
ΔT = rentang suhu (0C)
ΔZ = rentang tinggi/ jarak (meter)
k = konduktansi thermal udara (5,7 x 10-5 Cal/cm.sec.0C) (Sears and Zemansky 1960) dalam Dahlan (2011)
Hasil perhitungan dan data lapangan serta data sekunder kemudian digunakan untuk menghitung kemampuan penyimpanan panas oleh pohon/vegetasi berdasarkan prinsip keseimbangan energi pada permukaan vegetasi dengan persamaan 3 (Campbell and Norman 2000)
G = Rn – H –λE (3)
Keterangan:
G = laju penyimpanan panas dalam vegetasi dan tanah,
Rn = kerapatan fluks penyerapan radiasi oleh permukaan atau intensitas cahaya matahari bersih yang diterima oleh pohon
H = laju pelepasan panas (aliran panas melalui konveksi atau konduksi ditentukan oleh perbedaan suhu),
λE = laju panas laten dari permukaan, E = laju evapotranspirasi air,
Λ = panas laten evapotranspirasi ( panas yang diserap ketika 1 gram air diuapkan).
Indeks Kesamaan Komunitas (IS)
Penghitungan Indeks kesamaan komunitas dilakukan untuk mengetahui kesamaan relatif komposisi jenis dari dua tegakan yang dibandingkan. Besarnya Indeks kesamaan antar dua komunitas berkisar antara 0% (komposisi jenis tidak sama) sampai 100% (komposisi jenis sama).
Menurut Kusmana dan Istomo (2001), IS dikatakan berbeda sama-sekali bila nilainya 0% dan umumnya dua komunitas dianggap sama apabila mempunyai IS ≥ 75%. Untuk mengetahui koefisien kesamaan jenis dapat dihitung dengan persamaan 4 (Odum 1993)
IS = 2C (4) A + B
(15)
6
Keterangan:
IS = Indeks kesamaan
C = Jumlah spesies yang sama dan terdapat di kedua komunitas A = Jumlah spesies dalam komunitas A
B = Jumlah spesies dalam komunitas B Efisiensi Hutan Kota
Perhitungan nilai atau efisiensi hutan kota dianalisis dengan membandingkan dan mencari selisih biaya untuk penggunaan alat pendingin ruangan dengan biaya pembangunan hutan kota pada tingkat pemenuhan kebutuhan pendinginan suatu ruangan yang sama sehingga akan diketahui perbandingan biaya yang dibutuhkan. Nilai ekonomi hutan kota dihitung dengan persamaan 5 ( Dahlan 2011).
NHK = BAC – BHK (5) Keterangan:
NHK = Nilai ekonomi hutan kota
BAC = Biaya penggunaan AC (biaya pembelian dan listrik) BHK = Biaya pembangunan hutan kota
HASIL DAN PEMBAHASAN
Kondisi Umum Lokasi PenelitianKota Surabaya merupakan ibukota Provinsi Jawa Timur yang terletak di tepi pantai utara Jawa Timur, terbentang antara 7o 12′ sampai 07o 21′ Lintang Selatan dan 112o36′ sampai 112o 54′ Bujur Timur. Secara geografis wilayah Kota Surabaya di sebelah utara dan sebelah timur berbatasan langsung dengan Selat Madura, sedangkan di sebelah selatan berbatasan dengan Kabupaten Sidoarjo dan di sebelah barat berbatasan dengan Kabupaten Gresik. Kota Surabaya terbagi menjadi 31 kecamatan dengan luas wilayah sebesar 326.36 km2.
Surabaya berada pada dataran rendah dengan ketinggian 3-6 meter diatas permukaan laut kecuali di bagian Selatan dimana terdapat 2 bukit landai yaitu daerah Lidah dan Gayungan dimana ketinggiannya antara 25-50 m diatas permukaan laut dan di bagian barat sedikit bergelombang. Seperti di daerah tropis lainnya, Surabaya memiliki dua musim yaitu musim hujan dan musim kemarau. Musim hujan jatuh pada bulan November hingga April dengan curah hujan tertinggi terjadi pada bulan Januari dan Februari. Suhu udara di Kota Surabaya tahun 2010 cukup berfluktuasi berkisar antara 27.20C sampai dengan 28.40C. Suhu tertinggi terjadi pada bulan Mei dan Oktober yang mencapai sebesar 28.40C dan suhu terendah terjadi bulan September sebesar 27.20C. Rata-rata suhu udara di Kota Surabaya tahun 2010 sebesar 27.80C
Hasil registrasi penduduk yang dilakukan oleh Dinas Pendaftaran Penduduk dan Pencatatan Sipil Kota Surabaya, diketahui bahwa penduduk kota Surabaya sebesar 2.740.490 jiwa. Kegiatan usaha bidang ekonomi penduduk Surabaya meliputi sektor pertanian, pertambangan dan galian, industri pengolahan dan kerajinan rumah tangga, listrik, gas, air minum, bangunan, perdagangan, hotel, restoran, transportasi, komunikasi, bank, pemerintahan, dan jasa.
(16)
7
Kebutuhan Pendingin pada Ruangan
Pengukuran kebutuhan pendingin ruangan dilakukan pada delapan ruangan yang ada di Kota Surabaya. Pengukuran dengan metode Room Air Conditioner ( RAC ) menghasilkan nilai kebutuhan pendinginan pada masing-masing ruangan ( Tabel 3).
Tabel 3 Kebutuhan pendingin ruangan
No Nama Ruangan Deskripsi ruangan
Kebutuhan pendingin
(KJ/jam) 1 Ruang pokja Kota
Surabaya
Berukuran 9,5 m x 5 m; 3 jendela 2,7 m x 2 m, kapasitas 50 orang, lampu 40 watt sebanyak 16 buah. Terdapat 2 buah AC 1 PK. 48752.95
2 Ruang ketua PKK Kota Surabaya
Berukuran 7,5 m x 3,5 m; 4 jendela 2 m x 1 m, kapasitas 10 orang, lampu 40 watt sebanyak 6 buah. Terdapat 1 buah AC 1 PK. 12764.56 3 Ruang Pertemuan
Dinas Bina Marga Kota Surabaya
Berukuran 15 m x 14,5 m; 12 jendela 2 m x 1 m, kapasitas 100 orang, lampu 40 watt sebanyak 6 buah dan 30 watt sebanyak 25 buah. Terdapat 4 buah AC 1 PK.
117023.12
4 Toko Griya Muslim Bibah Dibah lantai 1
Berukuran 15 m x 20 m; 6 jendela 2,5 m x 3 m, kapasitas 100 orang, lampu 18 watt sebanyak 18 buah dan 30 watt sebanyak 30 buah. Terdapat 4 buah AC 2 PK.
156316.11
5 Toko Griya Muslim Bibah Dibah lantai 2
Berukuran 15 m x 15 m; 6 jendela 1 m x 3,5 m, kapasitas 100 orang, lampu 18 watt sebanyak 12 buah dan 30 watt sebanyak 20 buah. Terdapat 3 buah AC 2 PK.
124914.36
6 Ruang Karyawan BMKG Juanda
Beukuran 8,5 m x 5 m; 12 jendela 2 m x 1 m, kapasitas 20 orang, lampu 30 watt sebanyak 20 buah, dispenser 250 watt sebanyak 1 buah, Televisi 21' 65 watt sebanyak 1 buah, Komputer 100 watt sebanyak 2 buah. Terdapat 1 buah AC 1 PK.
72084.67
7 Ruang Kepala Bagian BMKG Juanda
Berukuran 3 m x 3 m; 4 jendela 2 m x 1 m, kapasitas 4 orang, lampu 30 watt sebanyak 4 buah. Terdapat 1 buah AC 1 PK.
10519.06
8 Ruang tidur Perumahan Rungkut Harapan G/31
Berukuran 4 m x 3 m; tanpa jendela, kapasitas 2 orang, lampu 40 watt sebanyak 4 buah, televisi 21' 65 watt sebanyak 1 buah. Terdapat 1 buah AC 1 PK.
4738.64
Hasil perhitungan menunjukkan bahwa Toko Griya muslim Bibah Dibah di lantai 1 memerlukan pendinginan yang paling besar, yaitu 156316.11 KJ/jam. Sedangkan ruang tidur di Perumahan Rungkut Harapan G/31 memerlukan pendinginan yang paling kecil yaitu 4738.64 KJ/jam. Hal ini menunjukkan bahwa kebutuhan pendinginan ruangan ditentukan oleh ukuran ruangan, dinding, jumlah dan ukuran jendela, kapasitas ruangan, dan peralatan listrik yang digunakan.
Besarnya ukuran ruangan akan menentukan besarnya pendinginan yang dibutuhkan karena semakin besar ukuran ruangan, maka semakin besar volume udara dan semakin banyak bagian lain seperti jendela yang menerima panas
(17)
8
matahari dari luar ruangan. Jendela merupakan bagian dari ruangan yang memiliki pengaruh yang besar terhadap suhu di dalam ruangan , karena jendela merupakan penghubung kondisi di dalam dengan di luar ruangan. Winarto (2007) menyebutkan bahwa jendela dapat membawa panas thermal dari luar ruangan. Jendela yang mendapatkan radiasi cahaya matahari secara langsung, otomatis akan menjadi konduktor panas dari radiasi tersebut. Dinding ruangan juga akan meningkatkan kebutuhan pendinginan suatu ruangan. Dinding atau tembok suatu bangunan merupakan salah satu contoh dari permukaan kota yang berpotensi menaikkan suhu udara melalui refleksi, transmisi dan absorbsi radiasi matahari. Dinding ruangan memiliki tingkat kejenuhan saat terkena radiasi secara langsung dan akan memancarkan panas ke segala arah, termasuk ke dalam ruangan (Grey dan Deneke 1986 diacu dalam Fandeli et al. 2004).
Kapasitas ruangan memiliki peran paling besar terhadap suhu ruangan. Besarnya kapasitas ruangan akan berbanding lurus dengan jumlah orang yang dapat ditampung. Sementara, proses metabolism pada tubuh manusia akan menghasilkan panas yang ditransfer ke lingkungannya. Syamsuri diacu dalam Dahlan (2011) mengungkapkan bahwa panas tubuh akan dikeluarkan bersama keringat manusia. Panas yang terakumulasi di dalam ruangan akibat mekanisme tersebut akan meningkatkan suhu udara di dalam ruangan. Kelengkapan ruangan yang juga mempengaruhi suhu udara di dalamnya yaitu peralatan listrik yang digunakan. Peralatan listrik seperti lampu, selain memberi pencahayaan, juga memancarkan panas ke udara di lingkungannya ( Frick et al. 2008). Akibatnya, suhu udara akan meningkat dan kebutuhan akan pendinginan ruangan akan menjadi semakin besar.
Kemampuan Hutan Kota dalam Menyerap Panas
Berdasarkan hasil pengukuran dan data sekunder serta analisis menggunakan prinsip keseimbangan energi pada permukaan vegetasi ( Campbell dan Norman 2000) dapat diketahui kemampuan vegetasi pohon dalam menyerap panas ( Tabel 4)
Tabel 4 Rekapitulasi perhitungan kemampuan pohon dalam menyerap panas
No Lokasi Luas Tajuk Kerapatan
Kemampuan pohon dalam kelompok
Kemampuan individu pohon
1 Hutan Kota
Bratang 400 m
2 14 pohon/
400 m2
41421.86
KJ/jam 2958.7 KJ/jam
2 Hutan Kota
Wonorejo 400 m
2 16 pohon/
400 m2
41422.82
KJ/jam 2589 KJ/jam
Lakitan (1997) menjelaskan bahwa penyerapan energi radiasi matahari oleh tajuk tanaman akan memacu tumbuhan untuk meningkatkan laju transpirasinya, sehingga hanya sedikit panas yang tersisa yang akan dipancarkan ke udara di sekitarnya. Meskipun radiasi cahaya matahari merupakan salah satu pemicu pemanasan suhu udara, termasuk suhu dalam ruangan, namun radiasi panas matahari yang mengenai ruangan yang berada dalam jangkauan pohon akan lebih kecil dibandingkan ruangan yang tidak ditumbuhi pepohonan. Efek
(18)
9 pendinginan terjadi karena suhu yang semakin rendah, kelembaban relatif yang lebih tinggi, dan pengurangan sinar matahari yang melewati tajuk pohon (Georgi dan Zafriadis 2006).
Kemampuan individu pohon menyerap panas merupakan hasil perhitungan berdasarkan asumsi bahwa kemampuan kelompok vegetasi hutan kota merupakan gabungan kemampuan pohon-pohon sebagai komponen penyusun vegetasi hutan kota. Komposisi jenis vegetasi pohon di kedua lokasi relatif sama. Dari perhitungan Indeks Kesamaan Komunitas (IS), diketahui bahwa nilai IS lebih besar dari 75% ( IS = 83%). Berdasarkan hasil perhitungan dapat diketahui nilai serapan panas pohon pada vegetasi hutan kota yang satu dengan yang lain akan berbeda, tergantung pada kerapatannya. Kemampuan serapan panas pohon di Hutan Kota Bratang lebih besar dibandingkan dengan pohon di Hutan Kota Wonorejo. Perbedaan ini disebabkan karena pohon-pohon di Hutan Kota Bratang memiliki luas tajuk rata-rata yang lebih besar, yaitu 28.6 m2/pohon (Gambar 1),
sedangkan pohon-pohon di Hutan KotaWonorejo memiliki luas tajuk 23.5 m2/pohon (Gambar 2). Luasan tajuk yang lebih luas mampu menyerap panas
radiasi matahari lebih banyak.
Gambar 1 Vegetasi di Hutan Kota Bratang, Surabaya
Gambar 2 Vegetasi di Hutan Kota Wonorejo, Surabaya
Vegetasi pembentuk hutan merupakan komponen alam yang mampu mengendalikan iklim melalui pengendalian fluktuasi atau perubahan unsur-unsur iklim yang ada disekitarnya, misalnya suhu, kelembaban, angin dan curah hujan, serta menentukan kondisi iklim setempat dan iklim mikro (Indriyanto 2006). Menurut Grey dan Deneke (1986) diacu dalam Fendeli et al. (2004), besarnya daya serap pohon terhadap panas, dipengaruhi oleh radiasi matahari, evapotranspirasi dan fotosintesis, densitas fluks panas, dan albedo permukaan vegetasi yang termasuk dalam komponen iklim mikro. Keberadaan vegetasi
(19)
10
sebagai komponen lingkungan biotik mampu menyerap radiasi matahari. Tauhid (2008) mengemukakan bahwa radiasi matahari diserap oleh vegetasi dalam suatu mekanisme fisiologis untuk kelangsungan hidupnya. Efek metabolisme yang memerlukan panas tersebut menyebabkan terjadinya pendinginan suhu udara di sekitar vegetasi. Proses transpirasi yang berjalan stimultan dengan proses fotosintesis juga merupakan mekanisme lain pendinginan suhu udara di sekitar vegetasi ( Campbell et al. 1999).
Udara panas dapat dikurangi dengan menanam pohon pada kawasan sumber polusi panas (Fendeli et al. 2004). Dari hasil penelitian yang dilakukan Fendeli et al. (2004), diketahui bahwa keberadaan vegetasi hutan kota dapat mengurangi atau menggantikan penggunaan alat pendingin udara. Apabila didasarkan pada perhitungan ini, jumlah pohon yang diperlukan untuk memenuhi kebutuhan suatu ruangan harus ditanam sesuai kerapatan vegetasi hutan kota yang diukur. Selain itu, pohon yang ditanam sebaiknya memiliki tajuk yang rindang, rapat, dan pada umumnya merupakan pohon yang berumur minimal 10 tahun agar dapat menyerap panas dengan baik. Jumlah pohon yang dibutuhkan untuk mensubstitusi AC tersebut tergantung pada besarnya kebutuhan pendingin ruangan (Tabel 5).
Tabel 5 Potensi pohon mensubstitusi alat pendingin ruangan (AC)
No Nama Ruangan
Kebutuhan Pendingin ruangan (KJ/jam) Pohon yang dibutuhkan HK Bratang HK Wonorejo
1 Ruang pokja kota Surabaya 48 752.9 17 19
2 Ruang ketua PKK Kota Surabaya
12 764.6
5 5
3 Ruang Pertemuan Dinas Bina Marga Kota Surabaya
117 023
40 45
4 Toko Griya Muslim Bibah Dibah lantai 1
156 316
53 60
5 Toko Griya Muslim Bibah Dibah lantai 2
124 914.4
42 49
6 Ruang Karyawan BMKG 72 085 25 28
7 Ruang Kepala Bagian BMKG Juanda
10 519.1
4 4
8 Ruang tidur Perumahan Rungkut Harapan G/31
4 739
2 2
Berdasarkan penelitian di Hutan Kota Bratang dan Wonorejo, 1 Unit AC 1 PK (kapasitas 9495 KJ/jam) dapat disubtitusi 3-4 pohon, 1 unit AC 1.5 PK (kapasitas 18990 KJ/jam) dapat disubtitusi 6-7 pohon, 1 unit AC 2 PK (kapasitas 28485 KJ/jam) dapat disubtitusi dengan 9-10 pohon. Penelitian yang dilakukan oleh Dahlan (2011) di Kampus IPB Dramaga juga memiliki hasil yang tidak jauh berbeda. Satu unit AC 1 PK (kapasitas 9.495 KJ/jam) dapat disubstitusi tiga
(20)
11 pohon, sementara satu unit AC 1,5 PK (kapasitas 18.990 KJ/jam) dapat disubstitusi dengan enam pohon dan untuk satu unit AC 2 PK (kapasitas 28.485 KJ/jam) dapat disubstitusi dengan sembilan pohon. Dapat dikatakan bahwa keberadaan hutan kota mampu mengurangi jumlah penggunaan AC.
Efesiensi Pembangunan Hutan Kota
Nilai lebih hutan kota dapat diketahui dengan membandingkan biaya yang dibutuhkan untuk penggunaan AC dan biaya pengadaan pohon sebagai komponen hutan kota. Biaya penggunaan AC dapat dihitung dengan mengetahui harga unit AC dan biaya listrik dalam pengoperasiannya (Tabel 6). Akan tetapi dalam perhitungan ini belum disertakan biaya perawatan (maintenance) dan biaya penggantian AC apabila mengalami kerusakan.
Tabel 6 Biaya penggunaan Alat pendingin ruangan AC
No Ruangan AC yang
digunakan Daya Listrik (1 unit AC) Biaya listrik ( 1 unit AC selama 1 bulan) Harga AC (1 Unit) (Rp) Total Biaya (10 tahun) (Rp)
1 Ruang pokja Kota Surabaya
2 buah AC 1 PK (9000 BTU/jam)
1450
watt 389 719 3 650 000 50 416 280
2
Ruang ketua PKK Kota Surabaya
1 buah AC 1 PK (9000 BTU/jam)
1450
watt 389 719 3 650 000 50 416 280
3 Ruang Pertemuan Dinas Bina Marga Kota Surabaya
4 buah AC 1 PK (9000 BTU/jam)
1450
watt 389 719 3 650 000 50 416 280
4
Toko Griya Muslim Bibah Dibah lantai 1
4 buah AC 2 PK (27000 BTU/jam)
1650
watt 558 682 4 700 000 71 741 840
5
Toko Griya Muslim Bibah Dibah lantai 2
3 buah AC 2 PK (27000 BTU/jam)
1650
watt 558 682 4 700 000 71 741 840
6
Ruang Karyawan BMKG
1 buah AC 1 PK (9000 BTU/jam)
1170
watt 322 163 3 443 000 42 102 560
7
Ruang Kepala Bagian BMKG Juanda
1 buah AC 1 PK (9000 BTU/jam)
1170
watt 322 163 3 443 000 42 102 560
8
Ruang tidur Perumahan Rungkut Harapan G/31
1 buah AC 1 PK (9000 BTU/jam)
1150
(21)
12
Sebuah ruangan yang menggunakan 2 buah AC 1 PK membutuhkan biaya 50 juta dalam waktu 10 tahun. Ruangan yang menggunakan 4 buah AC 2 PK membutuhkan biaya mencapai 70 juta selama 10 tahun. Biaya AC diperhitungkan selama 10 tahun pemakaian mengingat daya tahan AC itu kurang lebih mampu bertahan 10 tahun dan juga pertimbangan bahwa pohon sebagai pembanding mampu bertahan 10 tahun setelah waktu penanaman. Hal ini mengingat bahwa usia pohon rata-rata yaitu 20-30 tahun (Widiarti 2003).
Pohon-pohon yang mampu menurunkan suhu udara tidak serta-merta ada dan tumbuh sendiri, walaupun ada sebagian pohon yang tumbuh alami. Adapun biaya-biaya yang dikeluarkan untuk sebuah pohon antara lain biaya pengadaan bibit, biaya penanaman, penyulaman, pemupukan, penyiraman dan monitoring disesuaikan dengan standar Gerhan yang diacu dalam Asyravy (2008) ( Tabel 7).
Tabel 7 Biaya penanaman dan pemeliharaan satu pohon dalam waktu10 tahun
Tahun Jenis
kegiatan
Satuan Volume Biaya
satuan
Total biaya Keterangan
0 Penanaman
Penyiraman
HOK HOK
1 Rp 50.000,- Rp 2.270,-
Rp 50.000,- Rp 2.270,-
1 Penyiraman
Pemupukan Penyiangan HOK HOK HOK 48 12 12 Rp 2.270,- Rp 10.000,- Rp 25.000,- Rp 108.960,- Rp 120.000,- Rp 300.000,- Setiap minggu 12 kali/tahun 12 kali/tahun
2 Pemupukan
Penyiangan HOK HOK 12 1 Rp 10.000,- Rp 25.000,- Rp 120.000,- Rp 25.000,- 12 kali/tahun 1 kali/tahun
3 Pemupukan
Penyiangan Monitoring HOK HOK HOK 12 1 12 Rp 10.000,- Rp 25.000,- Rp 1.000,- Rp 120.000,- Rp 25.000,- Rp 12.000,- 12 kali/tahun 1 kali/tahun 12 kali/tahun
4-10 Monitoring HOK 72 Rp 1.000,- Rp 72.000,- 72 kali
Pengadaan bibit
Bibit 1 Rp.
26.000,-
Rp 26.000,- 1 kali
Pengadaan pupuk
Kg 36 Rp. 1.100 Rp. 39.600 12 kali/tahun
untuk tahun ke-1, ke-2, dan ke-3
(22)
13 Biaya pembangunan dan pemeliharaan hingga pohon mampu memberikan manfaat secara ekologis, diasumsikan membutuhkan waktu 10 tahun. Berdasarkan perhitungan biaya pengadaan pohon diatas, dapat diketahui biaya yang dikeluarkan untuk pemenuhan pohon di suatu ruangan (Tabel 8).
Tabel 8 Biaya pemenuhan pohon
N
o Nama Ruangan
Pohon yang dibutuhkan Harga 1 pohon selama 10 tahun (Rp)
Harga keseluruhan pohon
HK Bratang HK Wonorejo HK Bratang (Rp) HK Wonorejo (Rp) 1 Ruang pokja kota
Surabaya
17
pohon 19 pohon
1 020 830
16 821 044 19 223 029
2 Ruang ketua PKK
Kota Surabaya 5 pohon 5 pohon 5 104 150 5 104 150
3 Ruang Pertemuan Dinas Bina Marga Kota Surabaya
40
pohon 45 pohon 40 833 200 46 141 595
4 Toko Griya Muslim Bibah Dibah lantai 1
53
pohon 60 pohon 54 103 990 61 634 632
5 Toko Griya Muslim Bibah Dibah lantai 2
42
pohon 49 pohon 43 098 782 49 253 135
6 Ruang Karyawan BMKG
25
pohon 28 pohon 25 520 750 28 583 240
7 Ruang Kepala Bagian BMKG Juanda
4 pohon 4 pohon 4 083 320 4 083 320
8 Ruang tidur Perumahan Rungkut Harapan G/31
2 pohon 2 pohon 2 041 660 2 041 660
Efisiensi pengeluaran dan pengembangan hutan kota dapat diketahui dengan membandingkan biaya yang dibutuhkan untuk penggunaan AC dan biaya pengadaan pohon sebagai komponen hutan kota (Tabel 9). Dengan demikian maka dapat diketahui selisih biaya yang digunakan, sehingga dapat terlihat efisiensinya.
(23)
14
Tabel 9 Perbandingan biaya penggunaan AC dengan biaya pengadaan pohon
No Ruangan
Biaya AC (A) (Rp)
Biaya Pohon HK Bratang (P) (Rp)
Selisih (A-P) (Rp) HK Bratang HK Wonorejo HK Bratang HK Wonorejo
1 Ruang pokja kota
Surabaya 50 416 280 16 821 044 19 223 029 33 595 236 31 193 251
2 Ruang ketua PKK
Kota Surabaya 50 416 280 5 104 150 5 104 150 45 312 130 45 312 130
3
Ruang Pertemuan Dinas Bina Marga Kota Surabaya
50 416 280 40 833 200 46 141 595 9 583 080 4 274 685
4 Toko Griya Muslim
Bibah Dibah lantai 1 71 741 840 54 103 990 61 634 632 17 637 850 10 107 208
5 Toko Griya Muslim
Bibah Dibah lantai 2 71 741 840 43 098 782 49 253 135 28 643 058 22 488 705
6 Ruang Karyawan
BMKG 42 102 560 25 520 750 28 583 240 16 581 810 13 519 320
7
Ruang Kepala Bagian BMKG Juanda
42 102 560 4 083 320 4 083 320 38 019 240 38 019 240
8
Ruang tidur
Perumahan Rungkut Harapan G/31
40 779 680 2 041 660 2 041 660 38 738 020 38738 020
Total
Rp 419 717 320,-
Rp 191 606 896,-
Rp 216 064 761
Rp 228 110 424
Rp 203 652 559
Hasil perhitungan di atas menunjukkan bahwa biaya pembangunan hutan kota lebih kecil dibandingkan dengan biaya penggunaa AC, sehingga pembangunan hutan kota sebagai alternatif pengganti AC sangat rasional. Pemilik ruangan dapat menghemat biaya sebesar Rp 228.110.424,-/10 tahun (berdasarkan HK Bratang) atau Rp 203.652.559,-/10tahun (berdasarkan HK Wonorejo), atau Rp 22.811.042,-/tahun (berdasarkan HK Bratang) atau Rp 20.365.256,-/tahun (berdasarkan HK Wonorejo). Penggunaan pohon untuk pendinginan suatu ruangan lebih efisien menekan tingkat pengeluaran dibandingkan penggunaan AC.
(24)
15
SIMPULAN DAN SARAN
Simpulan
Vegetasi Hutan Kota Bratang dan Hutan Kota Wonorejo memiliki potensi sebagai substitusi AC baik dari sisi ekonomi maupun daya serapnya. Berdasarkan
daya serapnya, hutan kota memiliki kemampuan serapan panas sebesar 2958.7 KJ/jam ( Hutan Kota Bratang), dan 2589 KJ/jam (Hutan Kota Wonorejo),
dan sisi ekonomi, biaya yang dibutuhkan untuk pembelian dan pengoperasian AC selama 10 tahun berkisar antara Rp 40.779.680,- hingga Rp 71.741.840,- sedangkan biaya pembangunan dan pemeliharaan hutan kota berkisar antara Rp 2.041.660,- hingga Rp 49.253.135,- Selisih biaya penggunaan AC selama 10 tahun bila dibandingkan dengan pembangunan hutan kota adalah sebesar Rp 228.110.424,-/10 tahun (berdasarkan HK Bratang) atau Rp 203.652.559,-/10tahun (berdasarkan HK Wonorejo), atau Rp 22.811.042,-/tahun (berdasarkan HK Bratang atau Rp 20.365.256,-/tahun (berdasarkan HK Wonorejo).
Saran
1 Diperlukan penelitian mengenai albedo pada masing-masing jenis pohon agar dapat dilakukan penelitian lebih lanjut terkait kemampuan pohon dalam menyerap panas
2 Diperlukan penelitian lebih lanjut untuk mengetahui kemampuan tiap jenis pohon dalam menyerap panas.
3 Diperlukan penelitian lebih lanjut tentang kesesuaian bahan bangunan dan cara pembangunan agar bisa merasakan efek dari keberadaan hutan kota.
(25)
16
DAFTAR PUSTAKA
Asyravy. 2008. Valuasi Ekonomi Hutan Kota Berdasarkan Pendekatan Biaya Kesehatan (Studi Kasus Taman Margasatwa Ragunan, Jakarta) [skripsi]. Bogor: Departemen Konservasi Sumberdaya Hutan dan Ekowisata Fakultas Kehutanan Institut Pertanian Bogor.
Campbell, NA., J.B. Reece, L.G. Mitchell. 1999. Biologi. Dalam www.bima.ipb. ac. id. [Diunduh 8 April 2013]
Campbell GS, Norman JM. 2000. An Introduction to Environmental Biophysics-Second edition. New York: Springer-Verlag New York, Inc
Dahlan. 2011. Potensi Hutan Kota Sebagai Alternatif Substitusi Fungsi Alat Pendingin Ruangan (Air Conditioner), Studi Kasus di Kampus IPB Dramaga [Skripsi]. Bogor: Departemen Konservasi Sumberdaya Hutan dan Ekowisata Fakultas Kehutanan Institut Pertanian Bogor.
Fandeli C., Kaharuddin, Mukhlison. 2004. Perhutanan Kota, Cet. I. Fakultas Kehutanan Universitas Gadjah Mada, Yogyakarta.
Fatimah IS. 2004. Studi Potensi dan Manfaat Badan Air dalam Mengatasi Problema Panas Lingkungan di Wilayah Perkotaan [Tesis]. Bogor: Sekolah Pasca Sarjana Institut Pertanian Bogor.
Frick H, Ardiyanto A., Darmawan AMS. 2008. Ilmu Fisika Lingkungan. Yogyakarta: Kanisius
Georgi NJ, Zafiriadis K. 2006. The Impact of Park Trees on Microclimate in Urban Areas. Urban Ecosystems 9:195-209.
Handoko K. 1979. Room Air Conditioner. Jakarta: P.T. Ichtiar Baru. Indriyanto. 2006. Ekologi Hutan, Cetakan I. Jakarta: Bumi Aksara.
Irwan ZD. 2008. Tantangan Lingkungan dan Lansekap Hutan Kota. Jakarta: PT. Bumi Aksara.
Kusmana C., Istomo. 2001. Penuntun Praktikum Ekologi Hutan. Laboratorium Ekologi Hutan, Fakultas Kehutanan. Institut Pertanian Bogor.
Lakitan, B. 1997. Dasar-dasar Klimatologi, Cet. II. Jakarta: Raja Grafindo Persada.
Odum, E. HLM.1993. Dasar-dasar Ekologi. Terjemahanoleh Tjahyono Samingan dari buku Fundamentals of Ecology. Yogyakarta: Gadjah Mada University Press.
Pudjiharta A. 2000. Aspek Ekologis dan Peranan Jenis Pohon Ekaliptus ( Eucalyptus sp.) dalam Kaitannya dengan Penurunan Tinggi Muka Air Danau Toba. Bogor. BAdan Penelitian dan Pengembangan Kehutanan dan Perkebunan.
Tauhid. 2008. Kajian Jarak Jangkau Efek Vegetasi Pohon Terhadap Suhu Udara Pada Siang Hari di Perkotaan [Tesis]. Semarang: Program Studi Ilmu Lingkungan Program Pasca Sarjana, Universitas Diponegoro.
Widiarti R. 2003. Penentuan kayu johar dan ki hiang sebagai bahan baku pulp kertas[skripsi]. Sumedang: Jurusan Teknologi Hasil Hutan Fakultas Kehutanan Universitas Unaya Mukti.
Winarto ED. 2007. Pengaruh Penerangan Alam pada Ruangan Kerja Dosen. Jurnal Rekayasa Perencanaan : 4 (1)
(26)
17
Lampiran 1 Analisis vegetasi
Analisis Vegetasi sederhana di Hutan Kota Bratang Nomor
plot Nama Lokal Nama Latin Jumlah
1 Mangga Mangivera indica 2
Tanjung Mimusops elengi 2
Flamboyan Delonix regia 2
Sembirit Bligleia sapida 2
Krey Payung Filicium decipiens 2
Angsana Pterocarpus indicus 1
Mahoni daun kecil Swietenia mahagoni 3 Mahoni daun besar Swietenia macrophylla 2
2 Palem raja Oreodoxa regia 3
Mahoni daun kecil Swietenia mahagoni 1 Glodokan tiang Polymthea longifolia 4
Angsana Pterocarpus indicus 4
Flamboyan Delonix regia 3
Trembesi Samanea saman 1
Analisis Vegetasi sederhana di Hutan Kota Wonorejo Nomor
plot Nama Lokal Nama Latin Jumlah
1 Flamboyan Delonix regia 1
Asam Jawa Tamarindus indicus 2
Mangga Mangifera indica 3
Trembesi Samanea saman 4
Mahoni daun kecil Swietenia mahagoni 2
Angsana Pterocarpus indicus 1
Kembang merak Chaesalpinia
pulcerrima 2
Krey Payung Fillicium decipiens 2
Sawo kecik Manilkara kauki 1
2 Palem raja Oreodoxa regia 1
Kenanga Cannanga odorata 3
Mahoni daun besar Switenia macrophylla 1
Mangga Mangifera indica 1
Lamtoro gung Leucoena glauca 1
Trembesi Samanea saman 1
Sawo kecik Manilkara kauki 2
Krey payung Filicium decipiens 2
(27)
18
Lampiran 2 Perhitungan kebutuhan pendingin ruangan berdasarkan metode RAC
Perhitungan Beban Room Air Condotioner Ruang Pokja PKK :
1). Jendela menghadap matahari bagian Timur ( 2 buah ) :
Luas = panjang x lebar
= 2.7 m x 2 m = 5.4 m2
Dengan penutup = 5.4 m2 x 2 430.56 = 4650.04 BTU/h
Jendela menghadap matahari bagian Selatan ( 1 buah) :
Luas = panjang x lebar
= 2.7 m x 2 m = 5.4 m2
Dengan penutup = 5.4 x 1 x 376.74 = 2034.4 BTU/h
2). Dinding – dinding :
Dinding bagian luar = 9.5 m
Konstruksi ringan = 9.5 x 196.81 = 1869.7 BTU/h
3). Langit-langit :
Luas = panjang x lebar
= 9.5 m x 5 m = 47.5 m2 Berisolasi diatasnya bertingkat
= 47.5 x 32.25 = 1533,7 BTU/h
4). Lantai
Luas = panjang x lebar
= = 9.5 m x 5 m = 47.5 m2
Lantai dari keramik = 47.5 m2 x 32.29 = 1533.8 BTU/h
5). Jumlah orang = 50 orang
= 50 x 600 = 30000 BTU/h
6). Lampu dan alat-alat listrik yang dipakai
Lampu =16 watt x 40 x 3 = 1920 BTU/h
7). Pintu tertutup = -
+
Jumlah = 42007,94 BTU/h
Jumlah beban dingin = 42.007,94 x 1,1 = 46208,7 BTU/h
Kapasitas pendinginan yang dibutuhkan adalah 46208,7 BTU/h. Pada ruangan telah terpasang AC 1 PK ( 9000 BTU/h) sebanyak 2 buah, yang dibutuhkan ruangan bila memakai AC 1 PK untuk mendapatkan kesejukan dan pendinginan yang merata adalah
= 46208,7 BTU/h = 5,1 = 5 buah AC 9000
(28)
19
Lampiran 2 Perhitungan kebutuhan pendingin ruangan berdasarkan metode RAC (lanjutan)
Perhitungan beban Room Air Condotioner ruang ketua PKK :
1). Jendela menghadap matahari bagian Tenggara ( 2 buah ) :
Luas = panjang x lebar
= 2 m x 1 m = 2 m2
Dengan penutup = 2 m2 x 2 x 322.92 = 1291,7 BTU/h
Jendela tidak menghadap matahari ( Gelas tunggal, 2 buah) :
Luas = panjang x lebar
= 2 m x 1 m
= 2 m2 x 2 x 150,69 = 602,76 BTU/h 2). Dinding – dinding :
Dinding bagian luar = 3.5 m
Konstruksi ringan = 3.5 x 196.81 = 688,9 BTU/h
3). Langit-langit :
Luas = panjang x lebar
= 3.5 m x 7,5 m = 26,25 m2 Berisolasi diatasnya bertingkat
= 26,25 m2 x 32,29 = 847,6BTU/h
4). Lantai
Luas = panjang x lebar
= 3.5 m x 7,5 m = 26,25 m2
Lantai dari keramik = 26,25 m2x 32.29 = 847,6 BTU/h
5). Jumlah orang = 10 orang
= 10 x 600 = 6000 BTU/h
6). Lampu dan alat-alat listrik yang dipakai
Lampu = 40 watt x 6 x 3 = 720 BTU/h
7). Pintu tertutup = -
+
Jumlah = 10998,56 BTU/h
Jumlah beban dingin = 10998,56 x 1,1 = 12098,42 BTU/h
Kapasitas pendinginan yang dibutuhkan adalah 12098,42 BTU/h. Pada ruangan telah terpasang AC 1 PK ( 9000 BTU/h) sebanyak 1 buah, yang dibutuhkan ruangan bila memakai AC 1 PK untuk mendapatkan kesejukan dan pendinginan yang merata adalah
= 12098,42 BTU/h = 1,3 = 1 buah AC 9000
(29)
20
Lampiran 2 Perhitungan kebutuhan pendingin ruangan berdasarkan metode RAC (lanjutan)
Perhitungan beban Room Air Condotioner ruang pertemuan Dinas Bina Marga :
1). Jendela menghadap matahari bagian Timur ( 2 buah ) :
Luas = panjang x lebar
= 2 m x 1 m = 2 m2
Dengan penutup = 2 m2 x 2 x 430,56 = 1722,24 BTU/h
Jendela menghadap matahari bagian Utara ( 5 buah) :
Luas = panjang x lebar
= 2 m x 1 m = 2 m2
Dengan penutup = 2 m2 x 5 x 376,74 = 3767,4 BTU/h
Jendela menghadap matahari bagian Selatan ( 5 buah) :
Luas = panjang x lebar
= 2 m x 1 m = 2 m2
Dengan penutup = 2 m2 x 5 x 376,74 = 3767,4 BTU/h 2). Dinding – dinding :
Dinding bagian luar = 14,5 m
Konstruksi ringan = 14,5 x 196.81 = 2853,75 BTU/h
3). Langit-langit :
Luas = panjang x lebar
= 15 m x 14,5 m = 217,5 m2
Atap berisolasi = 217,5 m2 x 86,11 = 18728,93 BTU/h
4). Lantai
Luas = panjang x lebar
= 15 m x 14,5 m = 217,5 m2
Lantai dari keramik = 217,5 m2x 32.29 = 7023,08 BTU/h
5). Jumlah orang = 100 orang
= 100 x 600 = 60000 BTU/h
6). Lampu dan alat-alat listrik yang dipakai
Lampu = 40 watt x 6 x 3 = 720 BTU/h
Lampu = 30 watt x 25 x 3 = 2250 BTU/h
7). Pintu tertutup = -
+
Jumlah = 100832,8 BTU/h
Jumlah beban dingin = 100832,8 x 1,1 = 110916,08 BTU/h
Kapasitas pendinginan yang dibutuhkan adalah 110916,08 BTU/h. Pada ruangan telah terpasang AC 1 PK ( 9000 BTU/h) sebanyak 4 buah, yang dibutuhkan ruangan bila memakai AC 1 PK untuk mendapatkan kesejukan dan pendinginan yang merata adalah
= 110916,08 BTU/h = 12,32 = 12 buah AC 9000
(30)
21
Lampiran 2 Perhitungan kebutuhan pendingin ruangan berdasarkan metode RAC (lanjutan)
Perhitungan beban Room Air Condotioner Toko Bibah Dibah Lt. 1 :
1). Jendela menghadap matahari bagian Utara ( 6 buah ) :
Luas = panjang x lebar
= 2.5 m x 3 m = 7,5 m2
Dengan penutup = 7,5 m2 x 376,74 x 6 = 36328.05 BTU/h 2). Dinding – dinding :
Dinding bagian luar = 45 m
Konstruksi ringan = 45 m x 196.81 = 8856,45 BTU/h
3). Langit-langit :
Luas = panjang x lebar
= 15 m x 20 m = 300 m2 Berisolasi diatasnya ada ruangan
= 300 m2 x 32.25 = 16146 BTU/h
4). Lantai
Luas = panjang x lebar
= 15 m x 20 m = 300 m2
Lantai dari keramik = 300 m2x 32.29 = 9687 BTU/h
5). Jumlah orang = 100 orang
= 100 x 600 = 60000 BTU/h
6). Lampu dan alat-alat listrik yang dipakai
Lampu =18 watt x 18 x 3 = 972 BTU/h
Lampu = 30 watt x 30 x 3 = 2700 BTU/h
7). Pintu tertutup = -
+
Jumlah = 134689,5 BTU/h
Jumlah beban dingin = 134689,5 x 1,1 = 148158,5 BTU/h
Kapasitas pendinginan yang dibutuhkan adalah 148158,5 BTU/h. Pada ruangan telah terpasang AC 2 PK ( 27000 BTU/h) sebanyak 4 buah, yang dibutuhkan ruangan bila memakai AC 2 PK untuk mendapatkan kesejukan dan pendinginan yang merata adalah
= 148158,5 BTU/h = 5,49 = 6 buah AC 27000
(31)
22
Lampiran 2 Perhitungan kebutuhan pendingin ruangan berdasarkan metode RAC (lanjutan)
Perhitungan beban Room Air Condotioner Toko Bibah Dibah Lt. 2 :
1). Jendela menghadap matahari bagian Utara ( 6 buah ) :
Luas = panjang x lebar
= 1 m x 3,5 m = 3,5 m2
Dengan penutup = 3,5 m2 x 376,74 x 6 = 16953,09 BTU/h 2). Dinding – dinding :
Dinding bagian luar = 45 m
Konstruksi ringan = 45 m x 196.81 = 8856,45 BTU/h
3). Langit-langit :
Luas = panjang x lebar
= 15 m x 15 m = 225 m2 Berisolasi diatasnya ada ruangan
= 225 m2 x 32.25 = 12109,5 BTU/h
4). Lantai
Luas = panjang x lebar
= 15 m x 15 m = 225 m2
Lantai dari keramik = 300 m2x 32.29 = 7265,25 BTU/h
5). Jumlah orang = 100 orang
= 100 x 600 = 60000 BTU/h
6). Lampu dan alat-alat listrik yang dipakai
Lampu =18 watt x 12 x 3 = 648 BTU/h
Lampu = 30 watt x 20 x 3 = 1800 BTU/h
7). Pintu tertutup = -
+
Jumlah = 107632,3 BTU/h
Jumlah beban dingin = 107632,3 x 1,1 = 118395,5 BTU/h
Kapasitas pendinginan yang dibutuhkan adalah 118395,5 BTU/h. Pada ruangan telah terpasang AC 2 PK ( 27000 BTU/h) sebanyak 3 buah, yang dibutuhkan ruangan bila memakai AC 2 PK untuk mendapatkan kesejukan dan pendinginan yang merata adalah
= 118395,5 BTU/h = 4,38 = 5 buah AC 27000
(32)
23
Lampiran 2 Perhitungan kebutuhan pendingin ruangan berdasarkan metode RAC (lanjutan)
Perhitungan beban Room Air Condotioner ruang karyawan BMKG Juanda:
1). Jendela menghadap matahari bagian Barat ( 12 buah ) :
Luas = panjang x lebar
= 2 m x 1 m = 2 m2
Tanpa penutup = 2 m2 x 1614,58 x 12 = 38749,92 BTU/h 2). Dinding – dinding :
Dinding bagian luar = 13,5 m
Konstruksi ringan = 13,5 m x 196.81 = 2656,94 BTU/h
3). Langit-langit :
Luas = panjang x lebar
= 8,5 m x 5 m = 42,5 m2 Berisolasi diatasnya ada ruangan
= 42,5 m2 x 32.25 = 4707.47 BTU/h
4). Lantai
Luas = panjang x lebar
= 8,5 m x 5 m = 42,5 m2
Lantai dari keramik = 42,5 m2x 32.29 = 1372,33 BTU/h
5). Jumlah orang = 20 orang
= 20 x 600 = 12000 BTU/h
6). Lampu dan alat-alat listrik yang dipakai
Lampu = 30 watt x 12 x 3 = 1080 BTU/h
Dispenser = 250 watt x 1 x 3 = 750 BTU/h
Televisi = 65 watt x 1 x 3 = 195 BTU/h
Komputer = 100 watt x 2 x 3 = 600 BTU/h
7). Pintu tertutup = -
+
Jumlah = 62111,65 BTU/h
Jumlah beban dingin = 62111,65 x 1,1 = 68322,82 BTU/h
Kapasitas pendinginan yang dibutuhkan adalah 68322,82 BTU/h. Pada ruangan telah terpasang AC 1 PK ( 9000 BTU/h) sebanyak 1 buah, yang dibutuhkan ruangan bila memakai AC 1 PK untuk mendapatkan kesejukan dan pendinginan yang merata adalah
= 68322,82 BTU/h = 7,59 = 8 buah AC 9000
(33)
24
Lampiran 2 Perhitungan kebutuhan pendingin ruangan berdasarkan metode RAC (lanjutan)
Perhitungan beban Room Air Condotioner ruang kepala bagian BMKG Juanda:
1). Jendela menghadap matahari bagian Timur ( 2 buah ) :
Luas = panjang x lebar
= 2 m x 1 m = 2 m2
Dengan penutup = 2 m2 x 430,56 x 2 = 4305,56 BTU/h
Jendela tidak menghadap matahari gelas tunggal ( 2 Buah) :
Luas = panjang x lebar
= 2 m x 1 m = 2 m2
Tanpa penutup = 2 m2 x 150,69 x 2 = 602,76 BTU/h
2). Dinding – dinding :
Dinding bagian luar = 3 m
Konstruksi ringan = 3 m x 196.81 = 590,43 BTU/h
3). Langit-langit :
Luas = panjang x lebar
= 3 m x 3 m = 9 m2 Berisolasi diatasnya ada ruangan
= 9 m2 x 32.25 = 484,38 BTU/h
4). Lantai
Luas = panjang x lebar
=3 m x 3 m = 9 m2
Lantai dari keramik = 9 m2x 32.29 = 290,61 BTU/h
5). Jumlah orang =4 orang
= 4 x 600 = 2400 BTU/h
6). Lampu dan alat-alat listrik yang dipakai
Lampu = 30 watt x 4 x 3 = 390 BTU/h
7). Pintu tertutup = -
+
Jumlah = 9063,74 BTU/h
Jumlah beban dingin = 9063,74 x 1,1 = 9970,11 BTU/h
Kapasitas pendinginan yang dibutuhkan adalah 9970,11 BTU/h. Pada ruangan telah terpasang AC 1 PK ( 9000 BTU/h) sebanyak 1 buah, yang dibutuhkan ruangan bila memakai AC 1 PK untuk mendapatkan kesejukan dan pendinginan yang merata adalah
= 9970,11 BTU/h = 1,12 = 1 buah AC 9000
(34)
25
Lampiran 2 Perhitungan kebutuhan pendingin ruangan berdasarkan metode RAC (lanjutan)
Perhitungan beban Room Air Condotioner ruang tidur Perumahan Rungkut
Harapan G/31:
1). Jendela tidak ada 2). Dinding – dinding :
Dinding bagian luar = 4 m
Konstruksi ringan = 4 m x 196.81 = 787,24 BTU/h
3). Langit-langit :
Luas = panjang x lebar
= 4 m x 3 m = 12 m2 Atap berisolasi
= 12 m2 x 86,11 = 1033,32 BTU/h
4). Lantai
Luas = panjang x lebar
=4 m x 3 m = 12 m2
Lantai dari keramik = 12 m2x 32.29 = 387,48 BTU/h
5). Jumlah orang =2 orang
= 2 x 600 = 1200 BTU/h
6). Lampu dan alat-alat listrik yang dipakai
Lampu = 40 watt x 4 x 3 = 480 BTU/h
Televisi = 65 x 1 x 3 = 195 BTU/h
7). Pintu tertutup = -
+
Jumlah = 4083,04 BTU/h
Jumlah beban dingin = 4083,04 x 1,1 = 4491,34 BTU/h
Kapasitas pendinginan yang dibutuhkan adalah 4491,344 BTU/h. Pada ruangan telah terpasang AC 1 PK ( 9000 BTU/h) sebanyak 1 buah, yang dibutuhkan ruangan bila memakai AC 1 PK untuk mendapatkan kesejukan dan pendinginan yang merata adalah
= 4491,344 BTU/h = 0,49 = 1 buah AC 9000
(35)
26
Lampiran 3 Perhitungan kemampuan pohon dalam menyerap panas
Lokasi : Hutan Kota Bratang Jumlah pohon rata-rata perpetak : 14 pohon
Luas plot penelitian : 400 m2
Evapotranspirasi jenis Shorea sp. : 2339 mm/tahun = 2.339 m/tahun (Pudjiharta 2000) Panas laten evapotranspirasi (λ) : 2450 KJ/kg (Chaves et al 2005)
Intensitas cahaya matahari : 492 kal/cm2hari = 861 KJ/m2 jam (BMKG 2012) Albedo hutan : 0.12 ( Campbell and Norman 1999)
Konduktivitas thermal udara : 5.7 x 10-5 kal/sec cm0C = 86.18 x 10-3 J/jam m0C ( Sears and Zemansky 1960)
Suhu pada ketinggian 6m (T6) : 31.570C Suhu pada ketinggian 1m (T1) : 30.140C
G = Rn – H –λE
Rn = ( 1- Albedo ) x intensitas cahaya matahari x luas tajuk plot
= 0.88 X 861 Kj/m2 jam X 400 m2 = 303 072 KJ/jam
λE = λ X Evapotranspirasi dalam massa
E dalam massa: V = A X h
= 400 m2 X 2.339 m/tahun = 935.6 m3/tahun
m= massa jenis air X V
= 1000 kg/m3 X 935.6 m3/tahun = 935 600 kg/tahun
= 106.8 kg/jam
λE= 2450 KJ/kg X 106.80 kg/jam
= 261 660 KJ/jam
H = -k x A x (T6 – T1) (h2 – h1)
= -86.18 x 10-3 X 400 m2 X (31,570C – 30.140C) 6 m – 1 m = - 9.86 KJ/jam
G = Rn – H –λE
= 303 072 KJ/jam – ( - 9.86 KJ/jam) - 261 660 KJ/jam = 41 421.86 KJ/jam
Kemampuan perpohon:
= 41 421.86 KJ/jam = 2 958.7 KJ/jam
(36)
27
Lampiran 3 Perhitungan kemampuan pohon dalam menyerap panas ( lanjutan)
Lokasi : Hutan Kota Wonorejo Jumlah pohon rata-rata perpetak : 16 pohon
Luas plot penelitian : 400 m2
Evapotranspirasi jenis Shorea sp. : 2339 mm/tahun = 2.339 m/tahun (Pudjiharta 2000) Panas laten evapotranspirasi (λ) : 2450 KJ/kg (Chaves et al 2005)
Intensitas cahaya matahari : 492 kal/cm2hari = 861 KJ/m2 jam (BMKG 2012) Albedo hutan : 0.12 ( Campbell and Norman 1999)
Konduktivitas thermal udara : 5.7 x 10-5 kal/sec cm0C = 86.18 x 10-3 J/jam m0C ( Sears and Zemansky 1960)
Suhu pada ketinggia 6m (T6) : 33.71 0C Suhu pada ketinggian 1m (T1) : 32.14 0C
G = Rn – H –λE
Rn = ( 1- Albedo) x intensitas cahaya matahari x luas tajuk plot
= 0.88 X 861 Kj/m2 jam X 400 m2 = 303 072 KJ/jam
λE = λ X Evapotranspirasi dalam massa
E dalam massa: V = A X h
= 400 m2 X 2.339 m/tahun = 935.6 m3/tahun
m= massa jenis air X V
= 1000 kg/m3 X 935,6 m3/tahun = 935600 kg/tahun
= 106.8.kg/jam
λE= 2450 KJ/kg X 106.8 kg/jam
= 261 660 KJ/jam
H = -k x A x (T6 – T1) (h2 – h1)
= -86.18 x 10-3 X 400 m2 X (33.71 0C – 32,14 0C) 6 m – 1 m = - 10.82 KJ/jam
G = Rn – H –λE
= 303 072 KJ/jam – ( - 10.82 KJ/jam) - 261 660 KJ/jam = 41 422.82 KJ/jam
Kemampuan perpohon:
= 41 422.82 KJ/jam = 2 589 KJ/jam
(37)
28
Lampiran 4 Perhitungan biaya listrik pada pemakaian AC
a. Ruang Pokja Kota Surabaya, Ruang Ketua PKK Kota Surabaya, Ruang Pertemuan Dinas Bina Marga Kota Surabaya
AC 1450 W dinyalakan selama 8 jam/hari = energi listrik yang dikonsumsi adalah 8 X 1450 Wh ( watt-hour) = 11 600 Wh
Penggunaan selama 1 bulan :
30 hari X 11 600 Wh = 348 000 Wh = 348 KWh Penggunaan tarif : ( Tarif untuk P1/2200 : Rp 976/KWh )
348 KWh X Rp 976 ,- = Rp 339 648,- Biaya penggunaan minimum untuk P1/2200 :
(2200/1000) X Rp 17600,- = Rp 38 720,- Total tagihan listrik tanpa pajak adalah :
Rp 339 648,- + Rp 38720,- = Rp 378 368,- Total tagihan setelah pajak (3%) adalah :
3% X Rp 378 368,- = Rp 11 351,-
(38)
29
Lampiran 4 Perhitungan biaya listrik pada pemakaian AC (lanjutan)
b. Toko Griya Muslim Bibah Dibah lantai 1, Toko Griya Muslim Bibah Dibah lantai 2
AC 1650 W dinyalakan selama 10 jam/hari = energi listrik yang dikonsumsi adalah
10 X 1650 Wh ( watt-hour) = 16 500 Wh Penggunaan selama 1 bulan :
30 hari X 16 500 Wh = 495 000 Wh = 495 KWh Penggunaan tarif : ( Tarif untuk P1/2200 : Rp 998/KWh )
495 KWh X Rp 998 ,- = Rp 494 010,- Biaya penggunaan minimum untuk B1/2200 :
(2200/1000) X Rp 22 000,- = Rp 48 400,- Total tagihan listrik tanpa pajak adalah :
Rp 494 010,- + Rp 48 400,- = Rp 542 410,- Total tagihan setelah pajak (3%) adalah :
3% X Rp 542 410,-= Rp 16 272,-
(39)
30
Lampiran 4 Perhitungan biaya listrik pada pemakaian AC (lanjutan) c. Ruang Karyawan BMKG, Ruang Kepala BMKG
AC 1170 W dinyalakan selama 8 jam/hari = energi listrik yang dikonsumsi adalah 8 X 1170 Wh ( watt-hour) = 9 360 Wh
Penggunaan selama 1 bulan :
30 hari X 9360 Wh = 280 800 Wh = 280.8 KWh Penggunaan tarif : ( Tarif untuk P1/2200 : Rp 976/KWh )
280.8 KWh X Rp 976 ,- = Rp 274 061,- Biaya penggunaan minimum untuk P1/2200 :
(2200/1000) X Rp 17600,- = Rp 38 720,- Total tagihan listrik tanpa pajak adalah :
Rp 274 061,- + Rp 38 720,- = Rp 312 780,- Total tagihan setelah pajak (3%) adalah :
3% X Rp 312 780,- = Rp 9 383,-
(40)
31
Lampiran 4 Perhitungan biaya listrik pada pemakaian AC (lanjutan) d. Ruang Karyawan BMKG, Ruang Kepala BMKG
AC 1170 W dinyalakan selama 8 jam/hari = energi listrik yang dikonsumsi adalah 8 X 1170 Wh ( watt-hour) = 9 360 Wh
Penggunaan selama 1 bulan :
30 hari X 9360 Wh = 280 800 Wh = 280.8 KWh Penggunaan tarif : ( Tarif untuk P1/2200 : Rp 976/KWh )
280.8 KWh X Rp 976 ,- = Rp 274 061,- Biaya penggunaan minimum untuk P1/2200 :
(2200/1000) X Rp 17600,- = Rp 38 720,- Total tagihan listrik tanpa pajak adalah :
Rp 274 061,- + Rp 38 720,- = Rp 312 780,- Total tagihan setelah pajak (3%) adalah :
3% X Rp 312 780,- = Rp 9 383,-
(41)
32
Lampiran 4 Perhitungan biaya listrik pada pemakaian AC (lanjutan) e. Ruang Tidur Perumahan Rungkut Harapan G/31
AC 1150 W dinyalakan selama 10 jam/hari = energi listrik yang dikonsumsi adalah
10 X 1150 Wh ( watt-hour) = 11 500 Wh Penggunaan selama 1 bulan :
30 hari X 11 500 Wh = 345 000 Wh = 345 KWh Penggunaan tarif : ( Tarif untuk R1/1300 : Rp 833,- /KWh )
345 KWh X Rp 833 ,- = Rp 287 385,- Biaya penggunaan minimum untuk R1/1300 :
(1300/1000) X Rp 13 000,- = Rp 16 900,- Total tagihan listrik tanpa pajak adalah :
Rp 287 385,- + Rp 16 900,- = Rp 304 285,- Total tagihan setelah pajak (3%) adalah :
3% X Rp Rp 304 285,- = Rp 9 128,-
(42)
33
RIWAYAT HIDUP
Gita Natalia lahir dan dibesarkan di Bondowoso, sebuah kabupaten kecil di Provinsi Jawa Timur pada tanggal 17 Desember 1990. Penulis adalah anak pertama dari dua bersaudara pasangan Triyono dan Tuty Lestari. Penulis menempuh pendidikan di TK Katolik Indra Rini, SD Katolik Indra Siswa, SMP Negeri 1 Bondowoso, SMA Negeri 2 Bondowoso, dan diterima di Institut Pertanian Bogor pada tahun 2009 pada Fakultas Kehutanan, Departemen Konservasi Sumberdaya Hutan dan Ekowisata. Selama pendidikan di bangku kuliah, penulis mengikuti Praktek Pengenalan Ekosistem Hutan di jalur Sancang Barat-Kamojang, Praktek Pengelolaan Hutan di Hutan Pendidikan Gunung Walat dan daerah sekitarnya, serta Praktek Kerja Lapang Profesi di Taman Nasional Karimunjawa, Semarang. Penulis juga tergabung di Himpunan Mahasiswa Konservasi Sumberdaya Hutan dan Ekowisata (HIMAKOVA) dan Kelompok Pemerhati Goa “HIRA”. Dalam organisasi tersebut penulis mengikuti kegiatan Studi Konservasi Lingkungan (SURILI) di Taman Nasional Kerinci Seblat dan Taman Nasional Bukit Tigapuluh, serta diklat dan ekspedisi yang dilakukan oleh Kelompok Pemerhati Goa”HIRA” di kawasan karst Godawang, Bogor. Penulis melakukan penelitian untuk memperoleh gelar sarjana dengan judul Potensi Hutan Kota Sebagai Alternatif Substitusi Fungsi Alat Pendingin Ruangan ( Air Conditioner ) di Kota Surabaya dengan arahan dari dosen pembimbing Bapak Dr Ir Endes N Dachlan, MS dan Bapak Dr Ir Irzaman, M.Si.
(1)
a. Ruang Pokja Kota Surabaya, Ruang Ketua PKK Kota Surabaya, Ruang Pertemuan Dinas Bina Marga Kota Surabaya
AC 1450 W dinyalakan selama 8 jam/hari = energi listrik yang dikonsumsi adalah 8 X 1450 Wh ( watt-hour) = 11 600 Wh
Penggunaan selama 1 bulan :
30 hari X 11 600 Wh = 348 000 Wh = 348 KWh Penggunaan tarif : ( Tarif untuk P1/2200 : Rp 976/KWh )
348 KWh X Rp 976 ,- = Rp 339 648,- Biaya penggunaan minimum untuk P1/2200 :
(2200/1000) X Rp 17600,- = Rp 38 720,- Total tagihan listrik tanpa pajak adalah :
Rp 339 648,- + Rp 38720,- = Rp 378 368,- Total tagihan setelah pajak (3%) adalah :
3% X Rp 378 368,- = Rp 11 351,-
(2)
29
Lampiran 4 Perhitungan biaya listrik pada pemakaian AC (lanjutan)
b. Toko Griya Muslim Bibah Dibah lantai 1, Toko Griya Muslim Bibah Dibah lantai 2
AC 1650 W dinyalakan selama 10 jam/hari = energi listrik yang dikonsumsi adalah
10 X 1650 Wh ( watt-hour) = 16 500 Wh Penggunaan selama 1 bulan :
30 hari X 16 500 Wh = 495 000 Wh = 495 KWh Penggunaan tarif : ( Tarif untuk P1/2200 : Rp 998/KWh )
495 KWh X Rp 998 ,- = Rp 494 010,- Biaya penggunaan minimum untuk B1/2200 :
(2200/1000) X Rp 22 000,- = Rp 48 400,- Total tagihan listrik tanpa pajak adalah :
Rp 494 010,- + Rp 48 400,- = Rp 542 410,- Total tagihan setelah pajak (3%) adalah :
3% X Rp 542 410,-= Rp 16 272,-
(3)
c. Ruang Karyawan BMKG, Ruang Kepala BMKG
AC 1170 W dinyalakan selama 8 jam/hari = energi listrik yang dikonsumsi adalah 8 X 1170 Wh ( watt-hour) = 9 360 Wh
Penggunaan selama 1 bulan :
30 hari X 9360 Wh = 280 800 Wh = 280.8 KWh Penggunaan tarif : ( Tarif untuk P1/2200 : Rp 976/KWh )
280.8 KWh X Rp 976 ,- = Rp 274 061,- Biaya penggunaan minimum untuk P1/2200 :
(2200/1000) X Rp 17600,- = Rp 38 720,- Total tagihan listrik tanpa pajak adalah :
Rp 274 061,- + Rp 38 720,- = Rp 312 780,- Total tagihan setelah pajak (3%) adalah :
3% X Rp 312 780,- = Rp 9 383,-
(4)
31
Lampiran 4 Perhitungan biaya listrik pada pemakaian AC (lanjutan) d. Ruang Karyawan BMKG, Ruang Kepala BMKG
AC 1170 W dinyalakan selama 8 jam/hari = energi listrik yang dikonsumsi adalah 8 X 1170 Wh ( watt-hour) = 9 360 Wh
Penggunaan selama 1 bulan :
30 hari X 9360 Wh = 280 800 Wh = 280.8 KWh Penggunaan tarif : ( Tarif untuk P1/2200 : Rp 976/KWh )
280.8 KWh X Rp 976 ,- = Rp 274 061,- Biaya penggunaan minimum untuk P1/2200 :
(2200/1000) X Rp 17600,- = Rp 38 720,- Total tagihan listrik tanpa pajak adalah :
Rp 274 061,- + Rp 38 720,- = Rp 312 780,- Total tagihan setelah pajak (3%) adalah :
3% X Rp 312 780,- = Rp 9 383,-
(5)
e. Ruang Tidur Perumahan Rungkut Harapan G/31
AC 1150 W dinyalakan selama 10 jam/hari = energi listrik yang dikonsumsi adalah
10 X 1150 Wh ( watt-hour) = 11 500 Wh Penggunaan selama 1 bulan :
30 hari X 11 500 Wh = 345 000 Wh = 345 KWh Penggunaan tarif : ( Tarif untuk R1/1300 : Rp 833,- /KWh )
345 KWh X Rp 833 ,- = Rp 287 385,- Biaya penggunaan minimum untuk R1/1300 :
(1300/1000) X Rp 13 000,- = Rp 16 900,- Total tagihan listrik tanpa pajak adalah :
Rp 287 385,- + Rp 16 900,- = Rp 304 285,- Total tagihan setelah pajak (3%) adalah :
3% X Rp Rp 304 285,- = Rp 9 128,-
(6)
33
RIWAYAT HIDUP
Gita Natalia lahir dan dibesarkan di Bondowoso, sebuah kabupaten kecil di Provinsi Jawa Timur pada tanggal 17 Desember 1990. Penulis adalah anak pertama dari dua bersaudara pasangan Triyono dan Tuty Lestari. Penulis menempuh pendidikan di TK Katolik Indra Rini, SD Katolik Indra Siswa, SMP Negeri 1 Bondowoso, SMA Negeri 2 Bondowoso, dan diterima di Institut Pertanian Bogor pada tahun 2009 pada Fakultas Kehutanan, Departemen Konservasi Sumberdaya Hutan dan Ekowisata. Selama pendidikan di bangku kuliah, penulis mengikuti Praktek Pengenalan Ekosistem Hutan di jalur Sancang Barat-Kamojang, Praktek Pengelolaan Hutan di Hutan Pendidikan Gunung Walat dan daerah sekitarnya, serta Praktek Kerja Lapang Profesi di Taman Nasional Karimunjawa, Semarang. Penulis juga tergabung di Himpunan Mahasiswa Konservasi Sumberdaya Hutan dan Ekowisata (HIMAKOVA) dan Kelompok
Pemerhati Goa “HIRA”. Dalam organisasi tersebut penulis mengikuti kegiatan Studi Konservasi Lingkungan (SURILI) di Taman Nasional Kerinci Seblat dan Taman Nasional Bukit Tigapuluh, serta diklat dan ekspedisi yang dilakukan oleh
Kelompok Pemerhati Goa”HIRA” di kawasan karst Godawang, Bogor. Penulis
melakukan penelitian untuk memperoleh gelar sarjana dengan judul Potensi Hutan Kota Sebagai Alternatif Substitusi Fungsi Alat Pendingin Ruangan ( Air
Conditioner ) di Kota Surabaya dengan arahan dari dosen pembimbing Bapak Dr