Persepsi Masyarkat Terhadap Fungsi Hutan Kota di Lingkungan Padat Penduduk (Studi Kasus: Hutan Kota Dukuh Jakarta Timur)

(1)

SKRIPSI

Diajukkan Kepada Fakultas Ilmu Tarbiyah dan Keguruan untuk Memenuhi Salah Satu Syarat Mencapai Gelar Sarjana Pendidikan

Disusun Oleh : FIRDAUS NIM : 1111015000094

JURUSAN PENDIDIKAN ILMU PENGETAHUAN SOSIAL

FAKULTAS ILMU TARBIYAH DAN KEGURUAN

UIN SYARIF HIDAYATULLAH

JAKARTA


(2)

(STUDI KASUS:

HUTAN KOTA DUKUH

JAKARTA

TIMUR)

Skripsi

Diajukan Untuk Memenuhi Salah Satu Persyaratan Memperoleh Gelar Sarjana Pendidikan IPS Pada Fakultas

Ilmu

Tarbiyah dan Keguruan

(s.Pd)

Oleh: Firdaus

NIM:

1111015000094

Dosen Pembimbing Skripsi I ing Skripsi II

uK^

,\,J;/,.,,,

NIDN :2014118001

JURUSAN

PENDIDII(AN

ILMU

PENGETAFIUAI.{

S

OSIAL

FAKULTAS

ILMU

TARBIYAH DAN KEGURUAN

UNIERSITAS ISLAM NBGERI SYARIF

HIDAYATULLAH

JAKARTA

2015 Andri Noor Ardiansyah. S.Pd. M.Si.


(3)

kepada Fakultas Ilmu Tarbiyah dan Keguruan UIN Syarif Hidayatullah Jakarta dan telah dinyatakan lulus dalam Ujian Munaqosah pada tanggal 26 November 2015 dihadapan dewan penguji. Karena itu penulis berhak mendapatkan gelar Sarjana S1 (S.Pd) dalam bidang pendidikan Ilmu Pengetahuan Sosial.

Jakarta, 26 November 2015

Panitia Ujian Munaqosah

Ketua Panitia (Ketua Jurusar/Ketua Program Studi)

Dr. Iwan Purwanto. M.Pd

NIP. 19130424 200801

t

012 S ekertaris (S ekertaris Jurusan/Prodi)

Dolvaupuilqb-M!

NIP. 19670909 20070r 1 033 Penguji I

Drs. Syaripulloh. M.Si NIP. i 9610909 200701 1 033 Penguji

Il

Sodikin. M.Si NIP.

Tanggal TandaTangan

lsl.

-

2ors

--tt .H

-/

J-\

lafra--zorl-tu/

zo

tr


(4)

Saya yang bertanda tangan dibawah ini,

Nama

Tempat/Tgl.Lahir

NIM

Jurusan/ Prodi Judul Skripsi

Dosen Pembimbing I Dosen Pembimbing II

Firdaus

Jakarta,23 Januai 1994 1 1 1 10i5000094

Pendidikan Ilmu Pengetahuan Sosial / Geografi Persepsi Masyarakat Terhadap Fungsi Hutan Kota di

Lingkungan Padat Penduduk, Studi Kasus Hutan Kota Dukuh IakarlaTimur

Andri Noor Andriansyah, M.Si Tri Harjawati, M.Si

Dengan ini menyatakan bahwa skripsi yang saya buat benar-benar hasil karya sendiri dan saya bertanggung jawab secara akademis atas apa yang saya tulis.

Pernyataan ini dibuat sebagai salah satu syarat menempuh Ujian Munaqasah.

Jakafia, 26 Novemver 2075 Mahasiswa Ybs.

Firdaus


(5)

i

Penelitian ini membahas mengenai persepsi masyarakat terhadap fungsi hutan kota di lingkungan padat penduduk. Persepsi masyarakat mengenai keberadaan Hutan Kota Dukuh diperlukan karena persepsi masyarakat yang baik mengenai keberadaan hutan kota akan berdampak kepada perilaku masyarakat mengenai peningkatan pelestarian kualitas fisik lingkungan hidup disekitarnya. Penelitian ini bertujuan untuk menggambarkan keberadaan Hutan Kota Dukuh yang terdapat di wilayah DKI Jakarta yang terkenal dengan kepadatan penduduk sangat tinggi. Penelitian ini menggunakan metode kuantitatif dan kualitatif (mixed methods). Pengambilan sampel menggunakan teknik random sampling. Metode pengumpulan data dilakukan melalui observasi, wawancara dan kuisioner kepada responden.

Persepsi masyarakat terhadap fungsi Hutan Kota Dukuh di lingkungan padat penduduk menurut hasil perhitungan pada sub variabel pengetahuan masyarakat mengenai fungsi hutan kota termasuk ke dalam kategori cukup, dengan prosentase 60,62%. Pada sub variabel lanskep dengan prosentase 62,07% termasuk ke dalam kategori baik dan pada sub variabel pelestarian lingkungan dengan prosentase 82,94% termasuk ke dalam kategori sangat baik, sedangkan pada sub variabel estetika termasuk ke dalam kategori tidak baik dengan prosentase 30,5%. Jadi dapat di simpulkan rata-rata dari sub variabel tersebut adalah 68,91% yang termasuk ke dalam kategori baik. Jadi dapat disimpulkan persepsi masyarakat terhadap fungsi hutan kota di lingkungan padat penduduk adalah baik.

Kata Kunci : Persepsi Masyarakat, Fungsi Hutan, Lingkungan Padat Penduduk, Hutan Kota


(6)

ii

This study discusses the public perceptions toward the function of urban forests in densely populated environments. The public perceptions towards the presence Dukuh Urban Forest are necessary because good public perceptions will affect the public attitudes in preserving the physical quality of the living environment. This study aims to describe the presence of Dukuh Urban Forest, located in the capital city of Jakarta which is known for its high population.

This study used quantitative and qualitative (mixed) methods. Sampling method used was random sampling technique. The data were collected by conducting observation and interview, as well as administering questionnaire to the respondents.

The findings showed that public perceptions towards the function of Dukuh Urban Forest could be categorized as: fair, according to the sub-variable of public knowledge on the function of urban forests, with the percentage of 60.62%; good, according to the sub-variable of landscape, with the percentage of 62.07%; and very good, according to the sub-variable of environmental preservation, with the percentage of 82.94%. However, according to the sub-variable of aesthetic, the perceptions were categorized as bad, with the percentage of 30.5%. The average percentage of the four sub-variables is 68.91%, which can be categorized as good. In conclusion, the public perceptions towards the function of urban forests in densely populated environments are good.

Keywords : Public Perceptions, Function of Forest, Densely Populated Environment, Urban Forest


(7)

iii

Alhamdulilah segala puji bagi Allah SWT penulis persembahkan sebagai ungkapan rasa syukut atas segala limpahan nikmat, rahmat dan hidayah-Nya kepada penulis, sehingga penulis dapat menyelesaikan skripsi ini. Shalawat beserta salam semoga tetap tercurahkan kepada junjungan kita Nabi Muhammad SAW. Penulis menyadari sepenuhnya bahwa dalam penulisan skripsi ini masih banyak kekurangan dan kelemahan.

Di dalam perjalanan mengerjakan skripsi yang melalui berbagai kesulitan ini, penulis tidak dapat melupakan jerih payah seluruh pihak yang sejak awal hingga selesainya skripsi ini telah menyediakan waktunya yang berharga. Tanpa bantuan serta dorongan dari berbagai pihak yang secara moril maupun materil dimungkinkan skripsi ini tidak akan bisa selesai.

Oleh karena itu, pada kesempatan ini penulis menyampaikan penghargaan yang setinggi-tingginya dan menghaturkan ucapan terimakasih kepada:

1. Prof. Dr. Ahmad Thib Raya, M.A selaku Dekan Fakultas Ilmu Tarbiyah dan Keguruan dan Wakil Dekan bidang Akademik, Wakil Dekan bidang Kemahasiswaan, Wakil Dekan bidang Administrasi Umum, yang telah membantu kelancaran pengerjaan skripsi ini.

2. Dr. Iwan Purwanto, M.Pd selaku Ketua Jurusan Pendidikan Ilmu Pengetahuan Sosial dan Syaripuloh, M.Si selaku Sekertaris Jurusan Pendidikan Ilmu Pengetahuan Sosial.

3. Dosen Penasihat Akademik Ibu Anissa Windarti, M.Sc. yang telah memberikan saran mengenai perkuliahan.

4. Bapak Andri Noor Ardiansyah, S.Pd. M.Si. selaku dosen pembimbing I dan Ibu Tri Harjawati, S.Pd. M.Si. selaku dosen pembimbing II yang telah meluangkan waktunya demi kelancaran penulisan skripsi ini.

5. Para dosen Jurusan Pendidikan IPS yang telah memberikan ilmunya kepada penulis dari awal perkuliahan hingga selesai skripsi ini.


(8)

iv

para pegawai Kelurahan Dukuh Jakarta Timur yang telah memberikan data untuk melengkapi skripsi ini.

8. Bapak Pohan selaku Ketua RW 02 dan seluruh staf RW 02 Kelurahan Dukuh yang telah memberikan informasi mengenai Hutan Kota Dukuh. 9. Ketua RT 01 RW 02 Kelurahan Dukuh Bapak Sarmada yang membantu

memfasilitasi penelitian skripsi ini.

10. Orang tua Bapak Bambang Suyitno dan Ibu Juhaeni yang telah memberikan dukungan dalam bentuk materil ataupun non materil, membesarkan dan mendidik penulis hingga menjadi seperti sekarang ini. 11. Kakak ku tersayang Eka Permatahati dan Adityo Ismail Suyitno yang telah

membagi pengalamannya di dunia perkuliahan.

12. Para sahabat di Kabilah BDS Iben, Saddam, Khoirul, Imam Wahyudi, Emil, Antoni, Delvi, Pongki, Dedi, dan Fari yang telah menghibur penulis

di saat jenuh mengerjakan skripsi ini, inget kata Patrick Star kalo “Teman

adalah Kekuatan”.

13. Teman seperjuangan ketika bimbingan skripsi, Asif Putra, Aprian Ismed Hidayat dan Kubal yang telah berbagi ketika menunggu dosen untuk bimbingan.

14. Teman-teman seperjuangan di Jurusan Pendidikan Ilmu Pengetahuan Sosial angkatan 2011 UIN Syarif Hidayatullah Jakarta.

Jakarta, 26 November 2015


(9)

v

ABSTRACK ...ii

KATA PENGANTAR ...iii

DAFTAR ISI ...v

DAFTAR TABEL ...vi

DAFTAR GAMBAR ...xi

DAFTAR LAMPIRAN ...xii

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah ... 1

B. Identifikasi Masalah ... 6

C. Pembatasan Masalah ... 7

D. Rumusan Masalah ... 7

E. Tujuan dan Manfaat Penelitian ... 7

BAB II KAJIAN TEORITIS A. Persepsi Masyarkat 1. Pengertian Persepsi ... 8

2. Ciri Umum Persepsi ... 8

3. Hakikat Persepsi ... 9

4. Faktor-faktor Persepsi ... 10

5. Pengertian Masyarakat ... 11

B. Kota dan Hutan Kota 1. Pengertian Kota ... 12


(10)

vi

7. Fungsi Hutan Kota ... 21

C. Hasil Penelitian Relevan ... 23

D. Kerangka berfikir ... 25

BAB III METODE PENELITIAN A. Lokasi dan Waktu Penelitian ... 26

B. Metodologi Penelitian ... 27

C. Sumber Data ... 28

D. Teknik Pengumpulan Data ... 28

E. Populasi dan Sempel ... 31

F. Variabel penelitian ... 33

G. Teknik Pengelolaan Data ... 34

H. Analisis data ... 35

I. Uji instrumen ... 36

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN A. Deskripsi Daerah Penelitian 1. Kondisi Fisik Daerah Penelitian ... 37

a. Letak dan luas ... 37

b. Iklim ... 37

c. Jenis tanah ... 38

d. Hidrologi ... 38

e. Penggunaan tanah... 38

2. Kondisi Sosial Daerah Penelitian ... 39

a. Jumlah dan kepadatan penduduk ... 39


(11)

vii

C. Hasil Angket ... 45 D. Hasil Wawancara ... 78 E. Pembahasan ... 81

BAB V KESIMPULAN DAN SARAN

1. Kesimpulan... 86 2. Saran ... 86


(12)

viii

3.2 Kriteria Penelitian Linkert... 31

3.3 Variabel Penelitian ... 33

3.4 Kriteria Presentase ... 35

4.1 penggunaan Lahan ... 39

4.2 Komposisi Penduduk Berdasarkan Usia dan Jenis Kelamin... 41

4.3 Komposisi Penduduk Berdasarkan Pekerjaan ... 43

4.4 Komposisi Penduduk Berdasarkan Pendidikan ... 44

4.5 Vegetasi Hutan Kota Dukuh ... 45

4.6 Fauna Hutan Kota Dukuh... 45

4.7 Memperbaiki Mutu Lingkungan dengan Cara Mengelola RTH ... 46

4.8 Mendukung Pemerintah DKI Menambah Jumlah Hutan Kota ... 47

4.9 Hutan Kota Dukuh Mencegah Banjir ... 47

4.10 Hutan Kota Dukuh Mencegah Erosi ... 48

4.11 Hutan Kota Dukuh Menjadi Resapan Air ... 49

4.12 Hutan Kota Dukuh Menyaring Air Sehingga Air Menjadi Jernih ... 50

4.13 Hutan Kota Dukuh Mampu Menyimpan Air Tanah ... 51

4.14 Hutan Kota Dukuh Menjaga Kesuburan Tanah ... 51

4.15 Hutan Kota Dukuh Membuat Lingkungan Sejuk ... 52

4.16 Hutan Kota Dukuh Mampu Menetralisir Bahan Tercemar ... 53

4.17 Hutan Kota Dukuh Menjadi Tempat Plasma Nutfah ... 54

4.18 Hutan Kota Dukuh Mengurangi Kebisingan dari Kendaraan Bermotor ... 55

4.19 Hutan Kota Dukuh untuk Ruang Hidup Flora dan Fauna ... 56

4.20 Hutan Kota Dukuh Mengurangi Dampak Hujan Asam ... 57

4.21 Hutan Kota Dukuh Mengurangi Intrusi Air Laut ... 58

4.22 Hutan Kota Dukuh di Lengkapi Sarana Olahraga... 59


(13)

ix

Hutan Kota Dukuh ... 63

4.27 Ikut Berpartisipasi dalam Penyuluhan Tersebut ... 63

4.28 Mendapatkan Informasi Tentang Hutan Kota Dukuh ... 64

4.29 Hutan Kota Dukuh Tidak Berguna untuk Menunjang Kualitas Hidup Masyarakat Sekitar ... 65

4.30 Hutan Kota Dukuh Tidak Berdampak pada Perubahan Perilaku Masyarakat ... 66

4.31 Hutan Kota Dukuh Untuk Penelitian dan Pengembangan ... 67

4.32 Masyarakat Melakukan Pengerusakan Terhadap Hutan Kota Dukuh ... 68

4.33 Hutan Kota Dukuh Dialih Fungsikan Menjadi Taman Kota ... 69

4.34 Hutan Kota Dukuh Diperluas dengan Menggusur Rumah Warga ... 70

4.35 Hutan Kota Dukuh Dialih Fungsikan Sebagai Maal atau Tempat Kegiatan Ekonomi ... 71

4.36 Terdapat Pekerja Untuk Menjaga Hutan Kota Dukuh ... 71

4.37 Pemerintah Daerah Melibatkan Masyarakat Dalam Menentukan Keberadaan Hutan Kota ... 72

4.38 Mengunjungi Hutan Kota Dukuh Untuk Kepentingan Rekreasi ... 73

4.39 Mengunjungi Hutan Kota Dukuh Untuk Kepentingan Olahraga ... 74

4.40 Mendapatkan Pamflet, Pengumuman, Brosur dari Pemerintah DKI Jakarta Tentang Fungsi Hutan Kota di Lingkungan Padat ... 75

4.41 Masyarakat Memberikan Dana Bantuan Untuk Penyelenggaraan Hutan Kota ... 76

4.42 Skor Per Sub Variabel ... 76


(14)

x

2.2 Gambar sketsa hutan kota berbentuk bergerombol strata 2. ... 18

2.3 Gambar sketsa hutan kota berbentuk menyebar strata 2 ... 18

2.4 Gambar sketsa hutan kota berbentuk menyebar strata banyak ... 18

2.5 Gambar sketsa hutan kota berbentuk jalur strata 2. ... 18

2.6 Kerangka Berfikir... 25

3.1 Peta Hutan Kota Dukuh ... 26


(15)

xi 3. Lampiran Angket Penelitian

4. Lampiran Tabulasi Angket Penelitian

5. Lampiran Surat Keterangan Penelitian Kelurahan Dukuh Jakarta Timur 6. Lampiran Foto Hutan Kota Dukuh Jakarta Timur


(16)

1

A. Latar Belakang

Meningkatnya pertumbuhan suatu kota akan mengakibatkan

semakin kritisnya lingkungan fisik suatu kota tersebut, banyak bermunculan fenomena masalah fisik lingkungan di perkotaan serta

berbagai macam masalah sosial. Tujuan pembangunan pada dasarnya

adalah terwujudnya peningkatan kesejahteraan masyarakat, namun fakta yang terjadi saat sekarang ini memperlihatkan kondisi lingkungan yang buruk berupa kerusakan hutan alam maupun hutan buatan termasuk rusaknya ekosistem di perkotaan, tujuan pembangunan hanya dilihat dari aspek ekonominya saja dan menghiraukan aspek-aspek yang lainnya. Berdasarkan Al-Qur’an Surat Ar-Rum ayat 41.1

Artinya : Telah nampak kerusakan di darat dan di laut disebabkan karena perbuatan tangan manusia, supaya Allah merasakan kepada mereka sebahagian dari (akibat) perbuatan mereka, agar mereka kembali (kejalan yang benar).

Ayat tersebut menjelaskan mengenai tugas manusia untuk menjadi pemimpin di muka bumi, bertugas mengurus dan mengelola bumi untuk kemakmuran dan kesejahteraan. Manusia di karuniai akal sehingga dapat memanfaatkan segala sesuatu yang terdapat di dunia ini tanpa harus merusak.

Cita-cita untuk mensejahterakan masyarakat akan tercapai apabila didukung oleh kebijakan yang mumpuni yang juga memperhitungkan

1


(17)

manfaat keberadaan sumberdaya alam termasuk plasma nutfah pepohonan dan jasa lingkungan khususnya ekosistem di perkotaan sebagai sumber ekonomi tidak langsung.

Seperti halnya kota-kota besar di Indonesia, Jakarta mempunyai luas yang terbatas. Menurut SK Gubernur No 171 Tahun 2007 luas wilayah Provinsi DKI Jakarta terdiri atas daratan seluas 662,33 km2 dan lautan seluas 6.977,5 km2.2 Pemanfaatan lahan di kota Jakarta yang terus bertambah untuk pembangunan berbagai fasilitas dan infrastruktur perkotaan sering kali mengubah suatu lahan, salah satunya lahan untuk ruang terbuka hijau (RTH) demi menunjang kegiatan perekonomian ataupun untuk tempat tinggal penduduk. Dalam rangka memenuhi kebutuhan diperkotaan terutama untuk pemukiman, sehingga wilayah Jakarta menjadi padat dengan pemukiman penduduk, penduduk DKI Jakarta berjumlah 8,9 juta jiwa pada malam hari dan 11 juta jiwa pada siang hari, dengan kepadatan penduduk 130-150 jiwa/ha hingga 200-300 jiwa/ha3. Kepadatan penduduk adalah jumlah orang persatuan luas (per km2, per mil2) disuatu daerah, dan di negeri kita kepadatan penduduk umumnya dinyatakan sebagai jumlah orang (penduduk) per km2 luas wilayah.4

Berbagai permasalahan dihadapi oleh Jakarta yang telah berada pada kondisi kronis, baik permasalahan dari segi sosial-masyarakat

(environmental degradation of societal nature) maupun permasalahan dari segi lingkungan hidup (environmental degradation of physical nature).5 Ketimpangan sosial ekonomi yang semakin nyata, tingkat kriminalitas yang semakin tinggi, daerah yang terkena dampak banjir semakin meluas tiap tahunnya, kemacetan sering terjadi yang tak mengenal waktu, krisis air bersih yang melanda beberapa wilayah di Jakarta, merupakan sebagian

2

SK GUBERNUR No 171 Tahun 2007

3

Joga Nirwono dan Iwan Ismaun, RTH 30%! Resolusi (kota) Hijau, (Jakarta: Kompas Gramedia, 2011), h. 51

4

Rusli Said, Pengantar Ilmu Kependudukan, (Jakarta: LP3ES, 1984), h. 94

5


(18)

kecil yang dihadapi oleh masyarakat Jakarta. Pemerintah Provinsi DKI Jakarta telah mengupayakan banyak hal untuk menangani permasalahan dari segi sosial maupun lingkungan hidup yang dihadapi oleh Jakarta.

Untuk memperbaiki mutu lingkungan hidup dan merevitalisasi ekosistem di perkotaan salah satunya dengan cara mengelola ruang terbuka hijau (RTH). Menurut UU no 26 Tahun 2007 tentang Penataan Ruang Pemerintah Daerah diwajibkan memiliki ruang terbuka hijau sebanyak 30% dari total luas wilayah, terdiri atas 20% dikelola pemerintah daerah

dan 10% dimiliki masyarakat dan swasta.6

Pemerintah Provinsi DKI Jakarta telah berupaya untuk memiliki ruang terbuka hijau sebanyak 30% dengan cara membangun 7 hutan kota diwilayah Jakarta Timur agar sesuai dengan UU no 26 Tahun 2007 tentang penataan ruang. Hutan kota adalah ialah cara pendekatan dan penerapan salah satu fungsi hutan dalam kelompok vegetasi diperkotaan untuk mencapai tujuan proteksi, rekreasi, estetika dan kegunaan khusus lainnya bagi kepentingan perkotaan.7

Tujuh lokasi Hutan Kota di Jakarta Timur, yaitu: (1) Hutan Kota Dukuh seluas 5.738 m2 di Kampung Dukuh, Kramat jati, (2) Hutan Kota PT JIEP seluas 89.017 m2 di Kelurahan Jatinegara, Cakung, (3) Hutan Kota Dongkal seluas 32.812 m2 di Kelurahan Cibubur, Kecamatan Ciracas. (4) Hutan Kota Halim PK seluas 35.000 m2 di Kelurahan Kebonpala, Makasar. (5) Hutan Kota Buperta Cibubur seluas 273.200 m2 di Kelurahan Cipayung, Cipayung. (6) Hutan Kota Mabes TNI Cilangkap seluas 144.300 m2 di Kelurahan Cilangkap, Cipayung. (7) Hutan Kota Kopasus Cijantung seluas 17.500m2 di Kelurahan Cijantung, Kecamatan Pasa.8

Hutan kota yang berada di wilayah Jakarta Timur dilengkapi dengan berbagai fasilitas yang dapat dimanfaatkan sebagai sarana interaksi warga. Fasilitas dan sarana itu antara lain jogging track, taman bermain, track jalan kaki, fasilitas olahraga, serta berbagai fasilitas lain. Keadaan hutan kota yang ditunjang oleh berbagai fasilitas, umumnya jarang

6

UU No 26 Tahun 2007 tentang Penataan Ruang

7

Endes N Dahlan, Hutan Kota Untuk Pengellan dan Peningkatan Kualitas Lingkungan Hidup, (Jakarta:APHI, 1992), h. 29.

8


(19)

dipergunakan atau dikunjungi oleh masyarakat sekitar, sehingga hutan kota dibiarkan begitu saja oleh masyarakat sekitar. Keterlibatan masyarakat dalam hal untuk turut berpartisipasi dalam pengembangan hutan kota sangat diharapkan. Masyarakat merupakan elemen yang sangat penting untuk turut dilibatkan dalam kegiatan pembangunan karena masyarakat sendirilah yang merasakan langsung dampak dari pembangunan tersebut, ditambah pula dengan bergesernya paradigma pembangunan dari top-down planning menjadi bottom-up planning yang turut melibatkan masyarakat dalam setiap pembangunan ruang terbuka hijau khususnya hutan kota.9

Hutan Kota Dukuh merupakan salah satu ruang terbuka hijau yang berbentuk hutan kota yang berada di Jakarta tepatnya di wilayah administrasi Jakarta Timur. Hutan Kota Dukuh berada di wilayah kelurahan Dukuh, Kecamatan Kramat Jati. Hutan kota Dukuh merupakan satu dari 7 hutan kota yang berada di wilayah Jakarta Timur berdasarkan SK Gubernur DKI Jakarta dan hutan kota Dukuh memiliki luas 5.738m2, hutan kota ini berfungsi sebagai daerah resapan air dan juga menjadi daerah ruang terbuka hijau.10 Hutan Kota Dukuh merupakan lahan yang di akui oleh berbagai pihak, tetapi tidak ada yang membuktikan kepemilikan lahan tersebut secara sah dimata hukum, dikarenakan status lahan tersebut adalah wakaf. Sebelum dibangunnya Hutan Kota Dukuh lahan tersebut hampir dijadikan lahan tempat pembungan sampah sementara, tetapi warga RT 01 RW 02 menolak hal tersebut. Akhirnya lahan bekas tempat pemakaman umum ini di bangun hutan kota oleh Dinas Kelautan dan Pertanian Provinsi DKI Jakarta, hal ini yang meyebabkan warga sekitar enggan mengunjungi hutan kota tersebut padahal telah di lengkapi oleh berbagai macam fasilitas penunjang.

9

Elfin Rusliansyah, “Kajian Peluang Pelibatan Masyarakat dalam Pengembangan Hutan Kota Srengseng Jakarta Barat”, makalah pada Jurusan Perencanaan Wilayah dan Kota Universitas Diponegoro, Semarang, 2005, h 6, tidak dipublikasikan.

10


(20)

Keadaan hutan kota Dukuh yang berada di pemukiman padat, mengakibatkan banyak warga masyarakat yang kurang peduli terhadap keberadaan hutan kota tersebut, padahal keberadaan hutan kota tersebut sangat penting keberadaannya karena memiliki banyak fungsi. Pemerintah Daerah Provinsi DKI Jakarta seharusnya juga tidak hanya berfokus pada besaran lahan (kuantitas) hutan kota, tetapi mengabaikan dari aspek fungsi (kualitas) hutan kota tersebut.11 Sebagai kebijakan yang mengatur pemanfatatan ruang bagi publik, kebijakan tata ruang dan hutan kota adalah kebijakan yang berada pada posisi yang sangat strategis bagi pemerintah pusat dan daerah, pembuatan dan pengimplementasian kebijakan ini akan menjadi bukti dalam menjalankan tanggung jawab untuk memenuhi hak publik, baik untuk mendapatkan akses ruang yang tepat, kepentingan ekonomi, sosial, dan budaya maupun guna

mendapatkan lingkungan yang memenuhi standar kesejahteraan.12

Dalam penelitian yang berjudul, perbandingan penyelenggaraan

hutan kota di kota Samarinda Studi tentang implementasi kebijakan hutan kota di kota Samarinda, yang terdapat di jurnal karya Yusrinda Prababeni dapat disimpulkan adalah penunjukkan hutan kota sebagai tahap awal penyelenggaraan hutan kota tidak dijalankan pemerintah sesuai dengan prosedur yang ada dan dalam hal pengelolaan hutan kota, pengelolaan hutan kota tidak dapat terselenggara dengan maksimal dikarenakan pengelolaan hutan kota yang hanya dilakukan pada beberapa lokasi milik pemerintah saja. Pada penelitian yang dilakukan oleh Syamsu Rijal Perencanaan Hutan Kota Dengan Sistem Informasi Geografis Di Kota Watampone dapat disimpulkan pengembangan ruang terbuka hijau berupa hutan kota pada kawasan yang padat penduduk dilakukan dengan cara intensifikasi yaitu usaha penanaman tanaman untuk memperbaiki mutu tata hijau pada wilayah-wilayah yang sebelumnya sudah merupakan

11

Joga Nirwono dan Iwan Ismaun, op. cit., h 32

12

Tien Wahyuni & Ismayadi Samsoedi, Kajian Aplikasi Kebijakan Hutan Kota di Kalimantan Timur ( Review on Application of Urban Forest Policy in East Kalimantan, Jurnal analisis kebijakan kehutanan, Vol 9, No 3, 2012, h 15.


(21)

daerah tata hijau dengan cara karena tidak memungkinkan lagi untuk dilakukan penambahan luas ruang terbuka hijau, sedangkan pada daerah yang masih memiliki lahan dilakukan ekstensifikasi yaitu dengan cara upaya pemenambahan luasan/pengadaan luasan baru daerah tata hijau. Penelitian yang dilakukan oleh Tien Wahyuni dan Ismayadi Samsoedin mengenai Kajian Aplikasi Kebijakan Hutan Kota di Kalimantan Timur (Review On Application Of Urban Forest Policy In East Kalimantan) dapat disimpulkan, sebagai kebijakan yang mengatur pemanfatatan ruang bagi publik, kebijakan tata ruang dan hutan kota adalah kebijakan yang berada pada posisi yang sangat strategis bagi pemerintah pusat dan daerah, pembuatan dan pengimplementasian kebijakan ini akan menjadi bukti dalam menjalankan tanggung jawab untuk memenuhi hak publik, baik untuk mendapatkan akses ruang yang tepat, kepentingan ekonomi, sosial, dan budaya maupun guna mendapatkan lingkungan yang memenuhi standar kesejahteraan.

Berdasarkan latar belakang dan beberapa penelitian yang telah dilakukan tersebut penulis tertarik untuk mengadakan penelitian mengenai penelitian ini, baik lapangan maupun penelitian kepustakaan dengan memilih judul “Persepsi Masyarakat Terhadap Fungsi Hutan Kota di Pemukiman Padat Penduduk, Studi Kasus: Hutan Kota Dukuh Jakarta Timur”.

B. Identifikasi Masalah

Berdasarkan latar belakang yang telah dikemukakan tersebut diatas, maka penulis mengidentifikasi permasalahan yang terkait dengan yang di teliti antara lain:

1. Meningkatnya pertumbuhan kota mengakibatkan semakin kritis

lingkungan fisik.

2. Permasalahan di DKI Jakarta yang telah berada pada kondisi kronis, baik permasalahan dari segi sosial maupun permasalahan dari segi lingkungan hidup.


(22)

3. Keadaan hutan kota yang ditunjang oleh berbagai fasilitas jarang dipergunakan atau dikunjungi oleh masyarakat sekitar, sehingga hutan kota dibiarkan begitu saja oleh masyarakat sekitar.

C. Pembatasan Masalah

Mengingat luasnya lingkup masalah, maka penulis membatasi penelitian pada pokok pernyataan sebagai berikut :

1. Keadaan hutan kota yang ditunjang oleh berbagai fasilitas jarang dipergunakan atau dikunjungi oleh masyarakat sekitar, sehingga hutan kota dibiarkan begitu saja oleh masyarakat sekitar.

D. Rumusan Masalah

Berdasarkan latar belakang yang telah diuraikan diatas, maka perumusan masalah yang di ambil dalam penelitian ini adalah bagaimana persepsi masyarakat terhadap fungsi hutan kota dilingkungan padat?

E. Tujuan dan Manfaat Penelitian 1. Tujuan Penelitian

Penelitian ini dilakukan bertujuan untuk mengetahui tentang persepsi masyarakat terhadap fungsi hutan kota di lingkungan padat penduduk, sehingga penelitian ini dapat menjadi rujukan pemerintah daerah Jakarta untuk membangun atau menambah ruang terbuka hijau terutama hutan kota di pemukiman padat penduduk.

2. Manfaat Penelitian a. Kegunaan teoritis

Memberikan pengetahuan baru tentang manfaat hutan kota kepada masyarakat DKI Jakarta khususnya dan rakyat Indonesia pada umumnya, sehingga keberadaan hutan kota di Indonesia dapat di tambah jumlahnya dan diperhatikan dengan baik.


(23)

1. Memberikan pemecahan masalah kepada Pemerintah DKI Jakarta dan masyarakat tentang cara meningkatkan kualitas hidup masyarakat DKI Jakarta yang salah satunya dengan memperbanyak Ruang Terbuka Hijau berupa hutan kota di DKI Jakarta.

2. Dapat menjadi masukan bagi masyarakat setempat berupa rekomendasi tentang pemanfaatan hutan kota dilingkungan sekitar.

3. Memberikan masukan bagi pemerintah khususnya dalam dasar pertimbangan pengambilan kebijakan yang menyangkut arahan dalam pola pemanfaatan ruang terbuka hijau terutama hutan kota di wilayah masing-masing karena kaitannya secara langsung dengan kondisi lingkungan.

4. Sebagai salah satu sumber data dan informasi bagi pengembangan penelitian di bidang geografi selanjutnya. 5. Memperluas khasanah pengetahuan bagi pengembangan


(24)

8

A. Perspsi Masyarakat 1. Pengertian Persepsi

Persepsi atau pengamatan adalah aktivitas jiwa yang memungkinkan manusia mengenali rangsangan-rangsangan yang sampai kepadanya melalui alat-alat inderanya; dengan kemampuan inilah kemungkinan manusia/individu mengenali millieu hidupnya.1

Persepsi juga di artikan sebagai kemampuan untuk membeda-bedakan, mengelompokkan, memfokuskan dan sebagainya itu, disebut sebagai kemampuan untuk mengorganisasikan pengamatan atau

persepsi.2

Persepsi didefinisikan sebagai proses yang menggambungkan dan mengorganisir data-data indra kita (pengindraan) untuk dikembangkan sedemikian rupa sehingga kita dapat menyadari di sekeliling kita, termasuk sadar akan diri kita sendiri.3

Jadi dapat disimpulkan, persepsi adalah proses suatu rangsangan untuk mengorganisasikan pengamatan sedemikian rupa sehingga dapat dikembangkan melalui alat inderanya.

2. Ciri Umum Persepsi

Pengindraan terjadi dalam suatu konteks tertentu, konteks ini disebut sebagai dunia persepsi dan agar dihasilkan suatu pengindraan

1

Sabri Alisuf, Pengantar Psikologi Umum & Perkembangan, (Jakarta: Pedoman Ilmu Jaya, 2001), h. 45

2

Sarwono Sarlito Wirawan, Pengantar Umum Psikologi, (Jakarta: Bulan Bintang) h., 39

3

Shaleh Abdul Rahman, Psikologi Suatu Pengantar dalam Perspektif Islam, (Jakarta: Kencana, 2008) h. 110


(25)

yang bermakna, ada ciri-ciri umum tertentu dalam dunia persepsi, antara lain:4

a. Modalitas adalah rangsangan-rangsangan yang diterima harus sesuai dengan modalitas tiap-tiap indra, yaitu sifat sensoris data dan masing-masing data (cahaya untuk penglihatan; bau untuk penciuman; suhu bagi perasa; bunyi bagi pendengaran; sifat permukaan bagi peraba dan sebagainya).

b. Dimensi ruang adalah dunia persepsi mempunyai sifat ruang (dimensi ruang); kita dapat mengatakan atas bawah, tinggi rendah, luas sempit, latar depan latar belakang dan lain-lain. c. Dimensi waktu adalah dunia persepsi mempunyai dimensi waktu,

seperti cepat lambat, tua muda, dan lain-lainnya.

d. Struktur konteks, keseluruhan yang menyatu: objek-objek atau gejala-gejala dalam dunia pengamatan mempunyai struktur yang menyatu dengan konteksnya, struktur dan konteks ini merupakan keseluruhan yang menyatu.

e. Dunia penuh arti: dunia persepsi adalah dunia penuh arti dan kita cenderung melakukan pengamatan atau persepsi pada gejala-gejala yang mempunyai mekana bagi kita, yang ada hubungannya dalam diri kita.

3. Hakikat Persepsi

Persepsi memiliki hakikat, antara lain:5

a. Persepsi merupakan kemampuan kognitif

Pada awal pembentukan persepsi, orang telah menentukan apa yang telah diperhatikannya, setiap kali kita memusatkan perhatian lebih besar kemungkinan kita akan memperoleh makna dari apa yang kita tangkap, lalu menghubungkannya dengan pengalaman yang lalu dan kemudian hari akan diingat kembali.

4

Ibid., h 111

5


(26)

b. Peran atensi dalam persepsi

Beberapa psikolog melihat atensi sebagai jenis alat saringan (filter), yang akan menyaring semua informasi pada titik yang berbeda dalam proses persepsi. Atensi memiliki ciri-ciri tertentu, yaitu intensitasnya dan keterbatasan pada kepastian.

4. Faktor-faktor Persepsi

Karena persepsi lebih bersifat psikologi daripada merupakan proses penginderaan saja maka ada beberapa faktor yang mempengaruhi, antara lain:6

a. Perhatian yang selektif

Dalam kehidupan manusia setiap saat akan menerima banyak sekali rangsangan dari lingkungannya. Meskipun demikian, ia tidak harus menanggapi semua rangsangan yang diterimanya untuk itu, individunya memutuskan perhatiannya pada rangsangan-rangsangan tertentu saja. dengan demikian, objek-objek atau gejala lain tidak akan tampil ke muka sebagai objek pengamatan.

b. Ciri-ciri rangsang

Rangsang yang bergerak diantara rangsang yang diam akan lebih menarik perhatian. Demikian juga rangsang yang paling besar di antara yang kecil; yang kontras dengan latar belakangnya dan intensitas rangsangnya paling kuat.

c. Nilai dan kebutuhan individu

Seorang seniman tentu punya pola dan cita rasa yang berbeda dalam pengamatannya dibanding seorang yang bukan seniman. Penelitian juga menunjukan bahwa anak-anak dari golongan ekonomi rendah melihat koin lebih besar daripada anak-anak orang kaya.

6


(27)

d. Pengalaman dahulu

Pengalaman-pengalaman terdahulu sangat mempengaruhi bagaimana seorang mempersepsi dunianya. Cermin bagi kita tentu bukan barang baru, tetapi lain halnya bagi orang-orang Mentawai di pedalaman Siberut atau saudara kita di pedalaman Irian.

5. Pengertian Masyarakat

Masyarakat ialah suatu sistem dari kebiasaan dan tata cara, dari wewenang dan kerjasama antar berbagai kelompok dan penggolongan, dari pengawasan tingkah laku serta kebebasan-kebebasan manusia.7

Masyarakat adalah pergaulan hidup manusia, sehimpunan orang yang hidup bersama dalam suatu tempat dengan ikatan-ikatan antara aturan yang tertentu.8

Sementara itu masyarakat adalah orang-orang yang saling berinteraksi dalam suatu wilayah terbatas yang diarahkan oleh kebudayaan mereka.9

Jadi dapat disimpulkan, masyarakat adalah sekumpulan orang yang hidup bersama, berinteraksi dan berkerjasama di suatu wilayah dan terdapat aturan didalamnya yang mengikat.

a. Komponen-komponen Masyarakat

Menurut Gumilar, ada lima komponen-komponen dasar suatu masyarakat, yaitu:10

1) Populasi, yakni warga-warga suatu masyarakat yang dilihat dari setiap sudut pandangan kolektif. Secara sosiologis, aspek-aspeknya yang perlu dipertimbangkan adalah: (a)

7

Nari Markus, Dinamika Sosial dan Pemekaran Daerah, (Yogyakarta: Ombak, 2010) h.6

8

Hartono & Arnicun Aziz. 2008. Ilmu Sosial Dasar, (Jakarta: Bumi Aksara) h. 88

9

Nurdin Amin & Ahmad Abrori, Mengerti Sosiologi Pengantar Memhami Konsep-Konsep Sosiolog,. (Jakarta: UIN Jakarta Press, 2006). h.35

10


(28)

aspek genetika yang konstan secara alamiah, (b) variabel genetik, dan (c) variabel demografis.

2) Kebudayaan, hasil karya, cipta dan rasa dari kehidupan bersama yang mencakup: (a) sistem lambang-lambang dan (b) informasi.

3) Hasil-hasil kebudayaan material.

4) Organisasi sosial, yakni jaringan hubungan antara warga masyarakat yang bersangkutan, antara lain mencakup: (a) warga masyarakat secara individual, (b) peranan-peranan, kelompok-kelompok sosial, dan (d) kelas-kelas sosial.

5) Lembaga-lembaga sosial dan sistemnya. b. Unsur-unsur Masyarakat

Terdapat tiga unsur dari masyarakat, antara lain:11

1) Harus ada kelompok (pengumpulan) manusia, dan harus banyak jumlahnya dan bukan mengumpulkan binatang. 2) Telah berjalan dalam waktu yang lama dan bertempat tinggal

dalam daerah tertentu.

3) Adaya aturan (undang-undang) yang mengatur mereka bersama, untuk maju kepada satu cita-cita yang sama.

B. Kota dan Hutan Kota 1. Pengertian Kota

Pada umumnya “kota” itu diartikan sebagai suatu permukaan wilayah dimana terdapat pemusatan (konsentrasi) penduduk dan berbagai jenis kegiatan ekonomi, sosial budaya dan administrasi pemerintah.12

Kota merupakan sebuah sistem, baik secara fisik maupun sosial ekonomi, bersifat tidak statis yang sewaktu-waktu dapat menjadi tidak

11

Hartono & Arnicun Aziz, op. cit h. 90

12

Adisasmita Rahardjo, Pembangunan Kota Optimum, Efisiensi & Mandiri, (Jakarta: Graha Ilmu, 2010), h. 49


(29)

teratur, sulit dikontrol, dan mempunyai pengaruh terhadap lingkungan fisik seperti iklim.13

Kota adalah daerah pemukiman yang terdiri atas bangunan rumah yang merupakan kesatuan tempat tinggaldari berbagai lapisan masyarakat.14 Kota juga dapat didefinisikan sebagai suatu tempat sejumlah besar orang menetap secara permanen dan tidak memproduksi makanan mereka sendiri.15

Jadi dapat disimpulkan kota merupakan suatu permukaan wilayah dimana terdapat pemusatan penduduk dan bersifat statis yang sewaktu-waktu dapat tidak teratur yang terdiri dari bangunan rumah yang menjadi tempat tinggal berbagai lapisan masyarakat dan tidak memproduksi makanan mereka sendiri.

Kota menurut hirarkhi besarannya menurut NUDS (National Urban Development Strategy) dapat diamati melalui jumlah penduduk yang tinggal dan beraktivitas dikawasan tersebut, yang menurut sumber tersebut bisa dibagi dalam 5 tingkatan:16

1. Kota Metropolitan, penduduk> 1.000.000 2. Kota Besar, penduduk 500.000 – 1.000.000 3. Kota Menengah, penduduk 100.000 – 500.000 4. Kota Kecil A, penduduk 50.000 – 100.000 5. Kota Kecil B, penduduk 20.000 – 50.000 2. Permasalahan Kota

Selanjutnya Bintarto mengatakan bahwa kemunduran lingkungan kota yang juga dikenal dengan istilah “Urban Environment

Degradation” pada saat ini sudah meluas di berbagai kota di dunia,

13

Zoer’aini Irwan, Tantangan Lingkungan dan Lansekap Hutan Kota, Jakarta: Bumi Aksara, 2004), h. 47

14

Kamus Besar Bahasa Indonesia (KBBI) Edisi ketiga. 2003. Balai Pustaka: Jakarta. h. 597

15

Henslin James M, Sosiologi dengan Pendekatan Membumi Edisi 6 Jilid 2. (Jakarta: Erlangga, 2006), 197

16


(30)

sedangkan di beberapa kota di Indonesia sudah nampak adanya gejala yang membahayakan. Kemunduran atau kerusakan lingkungan kota tersebut dapat dilihat dari dua aspek:17

Dari aspek fisis, (environmental degradation of physical nature), yaitu gangguan yang ditimbulkan dari unsur-unsur alam, misalnya pencemaran air, udara dan seterusnya.

a. Dari aspek sosial-masyarakat (environmental degradation of societal nature), yaitu gangguan yang ditimbulkan oleh manusianya sendiri yang menimbulkan kehidupan yang tidak tenang, tidak nyaman dan tidak tenteram.

Kepadatan penduduk merupakan permasalahan kota dari aspek fisik. Kepadatan penduduk adalah kepadatan penduduk adalah jumlah orang persatuan luas (per km2, per mil2) disuatu daerah ,dan di negeri kita kepadatan penduduk umunya dinyatakan sebagai jumlah orang (penduduk) per km2 luas wilayah.18

3. Pengertian Hutan Kota

Pemerintah Indonesia membuat Peratruran Pemerintah tantang hutan kota. Menurut Peraturan Pemerintah Republik Indonesia Nomor 63 Tahun 2002 Tentang Hutan Kota:

a. Hutan adalah kesatuan ekosistem berupa hamparan lahan berisi sumberdaya alam hayati yang didominasi pepohonan dalam persekutuan alam lingkungannya yang satu dengan lainnya tidak dapat dipisahkan.

b. Hutan kota adalah suatu hamparan lahan yang bertumbuhan pohon-pohon yang kompak dan rapat didalam wilayah perkotaan baik pada tanah negara maupun tanah hak, yang telah ditetapkan sebagai hutan kota oleh pejabat yang berwenang

17

Bintarto, Interaksi Desa-Kota, (Jakarta: Ghalia Indonesia, 1989), h,36

18


(31)

Sedangkan menurut Fakuara, hutan kota ialah cara pendekatan dan penerapan salah satu fungsi hutan dalam kelompok vegetasi diperkotaan untuk mencapai tujuan proteksi, rekreasi, estetika dan kegunaan khusus lainnya bagi kepentingan perkotaan.19

Menurut hasil rumusan Rapat Teknis di Jakarta pada bulan Februari 1991 hutan kota didefinisikan sebagai suatu lahan yang pertumbuhan pohon-pohon di dalam wilayah perkotaan di dalam tanah negara maupun tanah milik yang berfungsi sebagai penyangga lingkungan dalam hal peraturan tata air, udara, habitat flora dan fauna yang memiliki nilai estetika dan dengan luas yang solid yang merupakan ruang terbuka hijau pohon-pohonan, serta areal tersebut ditetapkan oleh pejabat berwenang sebagai hutan kota.20

Jadi dapat disimpulkan hutan kota adalah hamparan lahan yang berfungsi sebagai penyangga lingkungan dan terdapat kelompok vegetasi yang bertujuan untuk proteksi, rekreasi dan estetika dan telah ditetapkan sebagai hutan kota oleh pejabat yang berwenang.

4. Bentuk Hutan Kota

Beberapa bentuk hutan kota adalah sebagai berikut.21 a. Jalur Hijau

Pohon peneduh jalan raya, jalur hijau dibawah kawat listrik tegangan tinggi, jalur hijau ditepi jalan kereta api, jalur hijau di tepi sungai di dalam kota atai di luar kota dapat di bangun dan di kebangkan sebagai hutan kota guna diperoleh manfaat kualitas lingkungan perkotaan yang baik.

19

Endes N Dahlan, Hutan Kota Untuk Pengellan dan Peningkatan Kualitas Lingkungan Hidup, (Jakarta: APHI Jakarta, 1992), h. 29.

20

Ibid.,h. 30.

21


(32)

b. Taman Kota

Taman dapat diartikan sebagai tanaman yang ditanam dan ditata sedemikian rupa, baik sebagaian maupun semuanya hasil rekayasa manusia untuk mendapatkan komposisi tertentu yang indah.

c. Kebun dan Halaman

Jenis tanaman yang ditanam di kebun dan halaman biasanya dari jenis yang dapat menghasilkan buah. Halaman rumah juga dapat memberikan prestise tertentu. Oleh sebab itu halaman rumah ditata apik sedemikian rupa untuk mendapatkan citra, kebanggan dan keindahan tertentu bagi empunya rumah maupun orang lain yang memandang dan menikmatinya.

d. Kebun Raya, Hutan Kota dan Kebun Binatang

Kebun raya, hutan kota dan kebun binatang dapat dimasukkan ke salah satu bentuk hutan kota. Tanaman berasal dari daerah setempat, maupun dari daerah lain, baik dari daerah dalam negeri maupun luar negeri.

e. Hutan lindung

Daerah pantai yang rawan akan abrasi air laut, hendaknya dijadikan hutan lindung.

f. Kuburan dan Taman Makan Pahlawan

Pada temmat pemakaman banyak ditanam pephonan. Nampaknya sebagai manifestasi kecintaan orang yang masih hidup terhadap orang yang sudah meninggal tak akan pernah berhenti, selama pohon tersebut masih berdiri tegak.

Menurut Zoer’aini Djamal Irwan bentuk hutan kota dapat dikelompokkan menjadi tiga bentuk, yaitu:22

a. Bergerombol atau menumpuk, yaitu hutan kota yang dengan komunitas vegetasinya terkonsentrasi pada suatu areal dengan jumlah vegetasinya minimal 100 pohon dengan jarak tanam rapat yang tidak beraturan.

22


(33)

b. Menyebar, yaitu hutan kota yang tidak mempunyai pola tertentu, dengan komunitas vegetasinya tumbuh menyebar terpencar-pencar dalam bentuk rumpun atau gerombol-gerombol kecil.

c. Berbentuk jalur, yaitu komunitas vegetasinya tumbuh pada lahan yang berbentuk jalur lurus atau melengkung, mengikuti bentukan sungai, jalan, pantai, saluran dan sebagainya.

5. Struktur Hutan Kota

Struktur hutan kota ditentukan keanekaragaman vegetasi yang ditanam sehingga terbangun hutan kota yang berlapis-lapis dan berstrata baik secara vertikal maupun horizontal yang meniru hutan alam. Struktur hutan kota merupakan komunitas tumbuh-tumbuhan yang menyusun kota yang dapat diklasifikasikan menjadi:23

a. Berstrata dua

Komunitas tumbuh-tumbuhan hutan kota hanya terdiri dari pepohonan dan rumput penutup atau penutup lainnya.

b. Berstrata banyak

Komunitas tumbuh-tumbuhan hutan kota selain terdiri dari pepohohnan dan rumput juga terdapat semak, terna, liana, epifit, ditumbuhi banyak anakan dan penutup tanah. Jarak tanam rapat tidak beraturan dengan strata, serta komposisi mengarah meniru komunitas tumbuh-tumbuhan hutan alam.

Gambar 2.1

Gambar sketsahutan kota strata 2.

23


(34)

Gambar 2.2

Gambar sketsa hutan kota berbentuk bergerombol strata 2.

Gambar 2.3

Gambar sketsa hutan kota berbentuk menyebar strata 2.

Gambar 2.4

Gambar sketsa hutan kota berbentuk menyebar strata banyak.

Gambar 2.5


(35)

Bentuk dan strata hutan kota berbentuk mempengaruhi kualitas lingkungan sekitarnya. Hasil penelitian pengaruh bentuk dan strata hutan kota terhadap kualitas lingkungan di sekitarnya, antara lain:24

a. Hutan kota menurunkan suhu sekitarnya sebesar 3,46% disiang hari pada pemulaan musim hujan. Hutan kota dengan komunitas vegetasi berstrata dua menurunkan suhu pada yang berbentuk jalur sebesar 1,43% menyebar 3,60% bergerombol 3,18%. Hutan kota berstrata banyak menurunkan suhu pada yang berbentuk menyebar 2,28% dan bergerombol 3,04%.

b. Hutan kota berbentuk jalur strata dua menaikkan kelembaban sebesar 1,77%, berbentuk menyebar strata banyak 4,66% dan hutan kota bergerombol strata banyak menaikkan kelambaban sebesar 2,20%. Secara keseluruhan hutan kota menaikkan kelembapan sebesar 0,81% disiang hari pada permulaan musim hujan.

c. Hutan kota berstrata dua menurunkan kebisingan pada yang berbentuk jalur 5,54%, menyebar 21,87%, bergerombol 16,34%. Hutan kota berbentuk menyebar strata banyak menurunkan kebisingan 18,94% pada siang hari di permulaan musim hujan. d. Hutan kota berstrata dua menurunkan kadar debu pada yang

berbentuk jalur sebesar 37,62%, menyebar 39,93%, bergerombol 51,14%. Hutan kota berstrata banyak menurunkan kadar debu pada yang berbentuk menyebar 67,91% dan bergerombol 39,21%. Secara keseluruhan hutan kota menurunkan kadar debu sebesar 46,13% di siang hari pada permulaan musim hujan.

6. Tipe Hutan Kota

Setiap hutan memiliki tipe yang berbeda-beda sesuai dengan kebutuhan tiap-tiap kota. Kota yang memiliki kuantitas air tanah yang sedikit dan atau terancam masalah intrusi air laut, maka fungsi hutan kota yang harus diperhatikan adalah sebagai penyerapan, penyimpanan dan

24


(36)

pemasok air. Maka hutan kota yang cocok adalah hutan lindung didaerah tangkapan airnya. Berikut adalah tipe-tipe hutan kota:25

a. Tipe pemukiman

Hutan kota didaerah pemukiman dapat berupa taman dengan komposisi tanaman pepohonan yang tinggi dikombinasikan dengan semak dan rerumputan. Umumnya digunakan untuk olahraga, bersantai, bermain dan sebagainya.

b. Tipe kawasan industri

Hutan kota ini ditunjuk untuk mengatasi masalah limbah dari industri dapat berupa partikel, aerosol, gas dan cairan dapat menggangu kesehatan manusia dan dapat menimbulkan kebisingan dan bau yang mengganggu kenyamaan.

c. Tipe rekreasi dan keindahan

Rekreasi pada kawasan hutan kota bertujuan menyegarkan kondisi fisik. Untuk mendapatkan kesegaran diperlukan masa istirahat yang terbebas dari rutinitas sambil menikmati wajah alam yang indah, segar dan penuh kesegaran.

d. Tipe pelestarian plasma nutfah

Hutan konservasi bertujuan mencegah kerusakan, perlindungan dan pelestarian sumberdaya alam. Bentuk hutan kota yang memenuhi kriteria ini contohnya kebun raya, hutan raya dan kebun binatang. e. Tipe perlindungan

Kota yang terletak pada kemiringan yang cukup tinggi dengan tebing-tebing yang curam ataupun daerah tepian sungai perlu dijaga dengan membangun hutan kota agar terhindar dari bahasa erosi dan longsor.

f. Tipe pengamanan

Jalur hijau disepanjang tepi jalan tol. Tujuan pembuatan hutan kota tipe ini adalah untuk mencegah kecelakaan dijalan, dengan menanam perdu yang tliat dan jalur pohon pisang.

25


(37)

7. Fungsi Hutan Kota

Fungsi hutan kota sangat tergantung pada komposisi dan keanekaragaman dari komunitas vegetasi yang menyusunnya dan tujuan perancangannya. Secara garis besar fungsi hutan kota dapat dikelompokkan menjadi tiga fungsi berikut:26

a. Fungsi Lansekap meliputi fungsi fisik dan fungsi sosial, yaitu sebagai berikut :

1) Fungsi fisik antara lain vegetasi sebagai unsur struktural berfungsi untuk perlindungan terhadap kondisi fisik alam di sekitar seperti angin, sinar matahari, pemandangan yang kurang bagus dan terhadap bau. Kegunaan arsitektural vegetasi sangat penting didalam tata ruang luar.

2) Fungsi lansekap yang meliputi fungsi sosial. Penataan vegetasi dalam hutan kota yang baik akan memberikan tempat interaksi sosial yang sangat produktif

b. Fungsi Pelestarian Lingkungan Dalam pengembangan dan pengendalian kualitas lingkungan, fungsi lingkungan diutamakan tanpa mengesampingkan fungsi-fungsi lainnya. Fungsi lingkungan antara lain :

1) Menyegarkan udara atau sebagai ”paru-paru kota”

Fungsi menyegarkan udara dengan mengambil CO2 dalam

proses sintesis dan menghasilkan O2, yang sangat diperlukan

bagi makhluk hidup untuk pernapasan. Fotosintesis dengan nama latin Phosynthesis Mensintesa adalah zat makanan (bahan organik) dengan mendapat energi dari cahaya matahari, air (H2O) dari tanah beserta asam arang (CO2) dari udara, diubah

jadi glokosa (C6 H12 O6) di daun untuk mengikat energi cahaya

matahari itu perlu ke hadiran klorofil (zat hijau daun) didaun.27

26

Zoer’aini Irwan, op. cit., h. 66

27


(38)

2) Menurunkan suhu kota dan mengingkatkan kelembaban

Kelembapan udara menunjukkan kandungan air di atmosfer pada suatu saat dan waktu tertentu. Semakin banyak air yang diuapkan, semakin banyak energi yang berbentuk panas laten dan makin lembap udaranya. Uap air di atmosfer bertindak sebagai pengatur panas (suhu udara) karena sifatnya yang dapat menyerap energi radiasi matahari gelombang pendek maupun gelombang panjang.

3) Sebagai ruang hidup satwa

Vegetasi atau tumbuhan selain sebagai produsen pertama dalam ekosistem juga dapat menciptakan ruang hidup (habitat) bagi makhluk hidup lainnya.

4) Penyanggah dan perlindungan Permukaan tanah dari erosi Fungsi hutan kota lainnya adalah sebagai penyanggah dan pelindung permukaan tanah dari air hujan dan angin untuk ketersediaan air tanah dan pencegah erosi.

5) Pengendalian dan mengurangi polusi udara dan limbah

Untuk pengendalian atau mengurangi polusi udara, limbah dan menyaring debu. Debu atau partikulat terdiri dari beberapa komponan zat pencemar. Dalam sebutir debu terdapat unsur-unsur seperti garam sulfat, sulfuroksida, timah hitam, asbestos, oksida besi, silika, jelaga dan unsur kima lainnya. Berbagai hasil penelitian lainnya menunjukkan bahwa vegetasi dapat mengakumulasi berbagai jenis polutan.

6) Peredaman kebisingan

Kebisingan adalah suara yang berlebihan, tidak diinginkan dan sering disebut ”polusi tidak terlihat” yang menyebabkan efek fisik dan psikologis. Tingkat kebisingan yang dapat dikontrol oleh vegetasi tergantung pada jenis spesies, tinggi tumbuhan, kerapatan dan jarak tumbuhan. Bagian tumbuhan yang paling


(39)

efektif untuk absorpsi adalah bagian yang memiliki daun tebal, berdaging dengan banyak petiole.

7) Tempat pelestarian plasma nutfah dan bioindikator

Hutan kota berfungsi sebagai tempat pelestarian plasma nutfah dan bioindikator dari timbulnya masalah lingkungan seperti hujan asam. Karena tumbuhan tertentu akan memberikan reaksi tertentu terhadap perubahan lingkungan yang terjadi di sekitarnya.

8) Menyuburkan tanah

Sisa-sisa tumbuhan akan dibusukkan oleh mikroorganisme dan akhirnya terurai, lalu menjadi humus atau materi yang merupakan sumber harta mineral bagi tumbuhan.

c. Fungsi Estetika

Karakteristik visual atau estetika erat kaitannya dengan rekreasi. Ukuran bentuk, warna dan tekstur tanaman serta unsur komposisi dan hubungannya dengan lingkungan sekitarnya merupakan faktor yang mempengaruhi kualitas estetika. Hutan selain memberikan hasil utama dan sebagai sumber air juga.

C. Hasil Penelitian Relevan

Hasil penelitian relevan di pergunakan untuk menjadi bahan rujukan penulis dalam meneliti skripsi ini dan terdapat empat hasil penelitian, antara lain:

No Nama Peneliti Tahun Judul Perbedaan

dengan penelitian

Persamaan dengan penelitian 1 Eva Siti Sundari 2010 Studi Untuk

Menentukan Fungsi Hutan Kota Dalam

Dalam penelitian ini tidak

disebutkan

Membahas Fungsi Hutan Kota di Perkotaan


(40)

Masalah Lingkungan Perkotaan

tempat penelitian

2 Yusrinda Prababeni

2013 Perbandingan Penyelenggaraan Hutan Kota di Kota Samarinda Studi Tentang Implementasi Kebijakan Hutan Kota di Kota Samarinda Dalam penelitian ini dibahas mengenai peraturan pemerintah daerah mengenai hutan kota yang terdapat di Samarinda Dalam penelitian ini terdapat pembahasan mengenai segala bentuk hutan kota

3 Tien Wahyuni dan Ismayadi

Samsoedin

2012 Kajian Aplikasi Kebijakan Hutan Kota di Kalimantan Timur Dalam penelitian ini terdapat kajian mengenai kesesuaian Peraturan Daerah yang terdapat di Kalimantan Timur mengenai hutan kota Dalam penelitian ini membahas mengenai struktur hutan kota

4 Lydia Hatta Persepsi

Masyarakat Terhadap Fungsi Dalam penelitian ini hanya Dalam penelitian ini membahas


(41)

Ekologis

Buperta Sebagai Hutan Kota (Studi kasus Pada Hutan Kota Buperta

Cibubur)

membahas fungsi ekologis hutan kota saja.

persepsi masyarakat mengenai fungsi hutan kota

D. Kerangka Berfikir

Gambar 2.6

Permasalahan Sosial Permasalahan

Fisis

Perilaku Negatif

Usulan Strategis Perilaku Positif

Internal Eksternal

Fungsi Lansekap Fungsi

Keindahan

Persepsi Masyarakat

Fungsi Pelestarian Lingkungan

Hutan Kota Kota


(42)

26

A. Lokasi dan Waktu Penelitian 1. Lokasi Penelitian

Penelitian ini dilaksanakan di Hutan Kota Dukuh yang terletak di garis lintang 6° 17' 17.46" S dan garis bujur 106° 52' 26.80" T, berada di wilayah kelurahan Kampung Dukuh, Kecamatan Kramat Jati wilayah administrasi Jakarta Timur.

Gambar 3.1 Peta Hutan Kota Dukuh

2. Waktu Penelitian

Waktu penelitian ini dilaksanakan pada November sampai September, dengan perincian kegiatan penelitian berdasarkan table berikut:


(43)

Tabel 3.1 Waktu Penelitian

Kegiatan Nov Des Jan Feb Mar Apr Mei Jun Jul Agu Sep Nov Seminar

Proposal Revisi Proposal Menyusun Bab I-III Membuat instrumen pengumpulan data

Melakukan penelitian atau

pengambilan data di lapangan Mengelola data Menyusun bab IV-V Sidang Munaqosah

B. Metodologi Penelitian

Metodologi penelitian ini termasuk ke dalam penelitian kuantitatif dan kualitatif (mixed methods), dasar dari penggunaan metode kuantitatif dan kualitatif dalam satu kesatuan memberikan pemahaman yang lebih baik akan masalah penelitian dibandingkan hanya dengan menggunakan


(44)

satu metode saja.1Mixed methods digunakan karena peneliti menggunakan jenis pengumpulan data yang bersifat kuantitatif dan kualititatif sehingga menghasilkan data yang bersifat kualitatif maupun kuantitatif, dengan terdapatnya dua jenis data tersebut membuat penelitian menjadi lebih mendalam.

C. Sumber Data

Dalam pelaksanaan penelitian diperlukan data-data yang akurat untuk membahas dan menganalisis persepsi masyarakat terhadap fungsi hutan kota. Data untuk penelitian adalah data primer dan data sekunder.

a. Sumber data primer diperoleh dari informan yang ditunjuk. Para informan tersebut adalah :

1) Kelapa Kelurahan Kampung Dukuh Jakarta Timur. 2) Ketua RW dan RT di Kelurahan Dukuh Jakarta Timur. 3) Masyarakat sekitar Hutan Kota Dukuh Jakarta Timur.

b. Sumber data sekunder yakni data lain yang terkait dengan hutan kota seperti dari jurnal dan skripsi.

D. Teknik Pengumpulan Data

Ada empat teknik pengumpulan data di lapangan yaitu: 1. Observasi partisipatif

Dalam observasi ini, peneliti terlibat dengan kegiatan sehari-hari orang yang sedang diamati atau yang digunakan sebagai sumber data penelitian. Sambil melakukan pengamatan, peneliti ikut melakukan apa yang dikerjakan oleh sumber data, dan ikut merasakan suka dukanya. Peneliti menggunakan jenis observasi non-sistemis, yang

1

Iwan Dudy Gunawan, Penerapan Model Pembelajaran Berbasis Tugas (Task-Based Learning) Bagi Peningkatan Keterampilan Berbicara Bahasa Inggris (Studi Kasus pada Mahasiswa Perguruan Tinggi di Bandung), Skripsi pada Universitas Pendidikan Indonesia: 2013, Tidak dipublikasikan


(45)

berarti observasi yang dilakukan oleh pengamat dengan tidak menggunakan instrumen pengamatan.2

2. Dokumen

Dokumen merupakan catatan peristiwa yang sudah berlalu. Dokumen bisa berbentuk tulisan, gambar, atau karya-karya menumental dari seseorang. Studi dokumen merupakan pelengkap dari penggunaan metode observasi dan kuisioner.

3. Wawancara

Teknik wawancara yang digunakan dalam penelitian ini adalah tidak terstruktur, dengan tidak menggunakan pedoman wawancara, tetapi pedoman wawancara yang di gunakan hanya berupa garis besar permasalahan yang akan di tanya.3 Kemudian satu persatu di perdalam dengan cara meminta kejelasan lebih lanjut.

4. Kuesioner/Angket

Teknik kuesioner merupakan teknik pengumpulan data yang dilakukan dengan cara memberi seperangkat pertanyaan atau pernyataan tertulis kepada responden untuk dijawabnya.4 Bentuk pertanyaan kuesioner penelitian ini adalah pertanyaan tertutup, yaitu pertanyaan yang tidak memberikan alternatif jawaban, responden hanya tinggal memilih salah satu jawaban yang ada. kuesioner diberikan kepada warga di sekitar Hutan Kota Dukuh Jakarta Timur.

Pengukuran tingkat persepsi masyarakat terhadap fungsi hutan kota di lingkungan padat penduduk menggunakan kuesioner yang didasarkan atas sistem penilaian skala Likert. Skala Likert adalah

2

Suharsimi Arikunto, Prosedur Penelitian Suatu Pendekatan Praktik, (Jakarta: Rineka Cipta, 2013) h. 200

3

Sugiyono, Metode Penelitian Pendidikan Pendekatan Kuantitatif, Kualitatif, dan R&D

(Bandung: Alfabeta 2012), h 197 4


(46)

skala yang sering digunakan dalam penelitian survei dengan orang menyatakan sikap atau tanggapan lain sehubungan dengan kategori tingkat ordinal (misal, setuju, tidak setuju) yang diperingatkan sepanjang kontinum.5

Jawaban dalam setiap item kuisioner menggunakan skala Likert, dengan menggunakan kata-kata sebagai berikut:

1) Sangat tidak Setuju 2) Tidak Setuju 3) Ragu-ragu 4) Setuju 5) Sangat Setuju

1) Sangat tidak baik 2) Tidak baik 3) Ragu-ragu 4) Baik 5) Sangat baik

1) Tidak pernah 2) Jarang 3) Ragu-ragu 4) Sering 5) Sering sekali

Jawaban tersebut diberikan skor untuk mempermudah menganalisis jawaban secara kuantitatif, antara lain:

1. Sangat Setuju/Sangat Baik/Sering Sekali Skor 5

2. Setuju/Baik/Sering Skor 4

3. Ragu-ragu Skor 3

4. Tidak Setuju/Tidak Baik/Jarang Skor 2

5. Sangat Tidak Setuju/Sangat Tidak Baik/Tidak Pernah Skor 1

Kriteria yang terdapat di tabel 3.2 bertujuan untuk menghitung prosentase secara keseluruhan sub variabel maupun variabel penelitian.6

5

Neuman Lawrence W, Metodologi Penelitian Sosial: pendekatan kualitatif dan Kuantitatif Edisi 7, (Jakarta: PT Indeks, 2013), h. 255

6


(47)

Tabel 3.2 Kriteria Penilaian

No Kategori Penilaian

1 81% – 100% Sangat Baik

2 61% – 80% Baik

3 41% – 60% Cukup

4 21% – 40% Tidak Baik

5 0% – 20% Sangat Tidak Baik

Menentukan prosentase digunakan perhitungan dengan langkah-langkah sebagai berikut:7

1. Menentukan Nilai harapan (NH), nilai ini dapat diketahui dengan mengalihkan item pertanyaan dengan skor tertinggi. 2. Menghitung Nilai Skor (NS), nilai ini merupakan rata-rata

sebenarnya yang diperoleh dari hasil penelitian.

3. Menentukan ketegori, yaitu dengan menggunakan rumus :

x 100%

E. Polupasi dan Sampel 1. Populasi

Populasi adalah suatu himpunan dengan sifat-sifat yang ditetukan oleh peeliti sedemikian rupa sehingga setiap individu/variabel/data dapat dinyatakan dengan cepat apakah individu tersebut menjadi anggota atau tidak.8 Populasi dalam penelitian ini adalah seluruh warga RT 01/RW 02 Kelurahan Dukuh Jakarta Timur yang berjumlah 348 jiwa.

7

Fuzi Novianti, Persepsi Siswa Terhadap Kompetensi Pedagogik Mahasiswa Jurusan IPS Dalam Pelaksanaan PPKT di Sekolah, Skripsi Pada Universitas Islam Negeri Syarif Hidayatullah Jakarta: 2015 Tidak Dipublikasikan

8

Tim Fakultas Ilmu Tarbiyah dan Keguruan UIN Syarif Hidayatullah, Pedoman Penulisan Skripsi, (Jakarta: FITK UIN Syarif Hidayatullah, 2011), h. 53


(48)

2. Sampel

Sampel adalah sebagian dari unit-unit dalam populasi yang ciri atau karakteristiknya benar-benar diselidiki.9 Sedangkan dalam pengambilan sampel, teknik yang digunakan adalah random sampling, yaitu pengambilan anggota sampel dari populasi dilakukan secara acak tanpa memperhatikan strata yang ada dalam populasi itu.10

Maka untuk sampel wilayah dalam penelitian ini adalah wilayah di RT 01 RW 02 dikarenakan wilayah Hutan Kota Dukuh terdapat di area tersebut dengan total sampel berjumlah 35 responden karena mengambil 10% dari jumlah populasi. Mengenai ukuran sampel, apabila subjek penelitiannya kurang dari 100, lebih baik diambil semua sehingga penelitiannya merupakan penelitian populasi, tetapi jika subjeknya besar dapat diambil antara 10-15% atau 20-25% atau lebih.11 Berikut merupakan peta persebaran angket penelitian.

Gambar 3.2

Peta Persebaran Sampel Angket

9 Ibid. 10

Sugiyono, Metode Penelitian Pendidikan Kuantitatif, Kualitatif, dan R&D, (Bandung: Alfabeta, 2009), h, 114

11


(49)

F. Variabel Penelitian

Variabel adalah bentuk konsepsi atau sifat yang akan dipelajari dan variabel dapat dikatakan sebagai suatu sifat yang diambil dari suatu nilai yang berbeda, sehingga variabel merupakan suatu yang bervasiasi sehingga variabel merupakan suatu kualitas dengan variabel tersebut sorang peneliti dapat menganalisis serta menarik kesimpulan.12 Pada tabel 3.3 akan dijabarkan variabel pada penelitian ini.

Tabel 3.3 Variabel Peelitian

Variabel Sub Variabel Sub Indikator Variabel

Persepsi Masyarakat Terhadap Fungsi

Hutan Kota di Lingkungan Padat

Pengetahuan Masyarakat Mengenai

Fungsi Hutan Kota

Penyuluhan mengenai fungsi hutan kota

Pendidikan

Fungsi Hutan Kota

Lanskep Fisik Sosial

Pelestarian Lingkungan

Menyegarkan udara

atau sebagai “paru-paru

kota”

Menurunkan suhu kota dan meningkatkan kelembaban

Ruang hidup satwa Penyanggah dan perlindungan

permukaan tanah dari erosi

Pengendalian dan

12


(50)

mengurangi polusi udara dan limbah Peredam kebisingan Tempat pelestarian plasma nutfah & biondikator

Menyuburkan tanah Estetika Rekreasi

Olahraga

G. Teknik Pengolahan Data

Setelah data terkumpul dari hasil pengumpulan data, secara garis besar pekerjaan analisis data meliputi langkah-langkah sebagai berikut:

1. Editing

Kegiatan ini merupakan kegiatan yang dilakukan setelah penelitian selesai menghimpun data di lapangan. Kegiatan ini penting karena kenyatannya data yang terhimpun kadang kala belum memenuhi harapan peneliti.13

2. Koding

Mengklasifikasikan jawaban-jawaban dari para responden ke dalam kategori-kategori dan biasanya klasifikasi dilakukan dengan cara memberi tanda atau kode berbentuk angka pada jawaban masing-masing responden.14

3. Tabulasi

Memasukan data pada tabel-tabel tertentu dan mengatur angka-angka serta menghitungnya.15 Proses tabulasi berguna untuk mengambarakan frekuensi di setiap item yang peneliti akan kemukakan.

13

Burhan Bungin, Metodologi Penelitian Kuantitatif, (Jakarta: Kencana. 2010), h. 165

14

Cholid Narbuko dan Abu Achmadi, Metodologi Penelitian, (Jakarta:Bumi Aksara, 2003), h. 154.

15


(51)

H. Teknik Analisis Data

Teknik analisis data yang digunakan yaitu deskriptif kualitatif. Deskriptif kualitatif digunakan untuk menganalisis data non parametik kedalam bentuk tabel distribusi frekuensi yang akan digunakan sebagai bahan untuk mendapatkan kesimpulan dari persepsi masyarakat terhadap fungsi hutan kota dilingkungan padat yang akan diolah menggunakan teknik skoring. Dalam hal ini penulis menggunakan rumus sebagai berikut:

Keterangan: P = Presentasi F = Frekuensi

N = Banyaknya Responden

Setelah perhitungan dilakukan, hasil perhitungan tersebut merupakan sebuah persentase, untuk mempermudah proses penafsiran data menggunakan parameter yang digunakan oleh Effendi dan Manning. Kriteria persentase digunakan secara dirinci sebagai berikut:16

Tabel 3.4

Kriteria Penilaian Presentase

Presentase Kriteria

100 Seluruhnya

75-99 Sebagian Besar

51-74 >Setengahnya

50 Setengahnya

25-49 <Setengahnya

1-24 Sebagian Kecil

0 Tidak Ada

16

Sodikin, Persepsi Masyarakat Petani Tambak Terhadap Kelestarian Hutan Mangrove di Desa Pabean Ilir Kecamatan Pasekan Kabupaten Indramayu, Skripsi pada Universitas Pendidikan Indonesia: 2010, Tidak dipublikasikan


(52)

I. Uji Instrumen

1. Validitas Instrumen

Validitas adalah suatu ukuran yang menunjukkan tingkat-tingkat kevalidan atau kesahihan suatu instrumen.17 Instrumen yang tidak valid tidak akan mendapatkan data yang benar sehingga kesimpulan penelitian tidak sesuai dengan kenyataan, sebaliknya apabila instrumen memiliki tingkat validitas yang tinggi, maka akan di dapat data yang benar dan kesimpulan penelitian sesuai dengan kenyataan. Validasi dilakukan di warga RT 07 dan 08 RW 02 Kelurahan Sunter Jaya, dengan 50 butir soal pertanyaan angket dan dibagikan ke 30 responden. Daerah Sunter terdapat Hutan Kota Sunter yang terdapat di wilayah administrasi Jakarta Utara.

Validitas bertujuan untuk mengetahui kevalidan dari kuesioner yang digunakan dalam pengumpulan data yang diperoleh dengan mengkorelasi skor variabel jawaban responden dengan total skor setiap variabel, kemudian hasil korelasi dibandingkan dengan nilai kritis pada taraf siginifikan 0,05 dan 0,01. Adapun perhitungan korelasi product moment, dengan rumus seperti:

∑ ∑ ∑

√( ∑ ∑ ∑ ∑ )

Keterangan :

r = Koefisien korelasi n = Banyaknya sampel x = Skor masing-masing item y = Skor total variabel

17

Trianto, Pengantar Penelitian Pendidikan Bagi Pengembangan Profesi Pendidikan dan Tenaga Kependidikan,. (Jakarta: Kencana, 2011), h. 269


(53)

2. Uji Reliabilitas

Reliabel lebih mudah dimengerti, dengan memperhatikan tiga aspek dari suatu alat ukur, yaitu: (1) kemantapan, (2) ketepatan dan homogenitas.18 Instrumen yang reliabel tidak bersifat tendensius yang mengarahkan responden untuk memilih jawaban-jawaban tertentu dan instrumen dikatakan reliabel apabila instrumen tersebut konsisten atau ajek dalam hasil ukurnya sehingga dapat dipercaya.

Pertanyaan yang telah valid kemudian baru diukur reliabilitasnya. Butir pertanyaan yang dikatakan valid dianalisis reliabilitasnya dengan menggunakan rumus Alpha croanbach, dengan rumus seperti:

r ( k 1k ) 1 b2

Keterangan :

r = Reliabilitas instrumen

k = Banyaknya butir pertanyaan atau banyaknya soal

b2 = Jumlah varians butir 12 = Varians total

Untuk mengetahui reliabilitas caranya adalah dengan membandingkan nilai r tabel dengan nilai alpha. Dengan ketentuan bila r alpha > r tabel, maka alat peneliti reliable.

18


(54)

37

BAB IV

HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

A. Deskripsi Daerah Penelitian 1. Kondisi Fisik Daerah Penelitian

a. Letak dan Luas

Kelurahan Dukuh merupakan salah satu dari tujuh kelurahan yang terletak sebelah timur Kecamatan Kramat Jati, Kota Administrasi Jakarta Timur dan secara geografis terdapat di wilayah timur Provinsi DKI Jakarta. Berdasarkan dengan Keputusan Gubernur KDKI Jakarta Nomor 1227 Tahun 1989, batas-batas wilayah Kelurahan Dukuh adalah sebagai berikut:

1) Sebelah Utara: Kali Cipinang / Kelurahan Kramat Jati 2) Sebelah Timur: Jalan Tol Jagorawi / Kelurahan Pinang Ranti 3) Sebelah Selatan: Ring Road / Kelurahan Rambutan

4) Sebelah Barat: Kali Cipinang / Kelurahan Rambutan

Kelurahan Dukuh memiliki luas wilayah 198,09 Ha, yang didalamnya terdapat sebanyak 6 Rukun Warga (RW) dan 66 Rukun Tangga (RT), hal tersebut berdasarkan Keputusan Gubernur KDKI Jakarta Nomor 1227 Tahun 1989 Penyempurnaan Batas dan Luas wilayah sebagai pelaksanaan Keputusan Gubernur KDKI Jakarta Nomor 1251 Tahun 1986 tentang Pemecahan, Penyatuan, Penetapan Batas, Perubahan Nama Kelurahan dan Penetapan Luas Wilayah Kelurahan.

b. Iklim

Curah hujan tahunan di sekitar kawasan ini cukup tinggi 2.800 mm/tahun, atau rata-rata 248 mm/bulan, dengan hari hujan 149/tahun atau 12,5 hari hujan/bulan, dengan rataan suhu udara


(55)

harian kurang lebih 29,1o C, dengan rataan kelembaban udara berkisar 79-84%.

c. Jenis Tanah

Kawasan Hutan Kota Dukuh Jakarta Timur ini memiliki jenis tanah yang merupakan struktur alluvium sungai, yang mengandung lumpur dan bongkahan-bongkahan andesit basah, dikarenakan wilayah ini merupakan kawasan yang dilintasi oleh Sungai Cipinang.

d. Hidrologi

Kondisi hidrologi berkaitan dengan sumber air yang dipergunakan oleh suatu penduduk di suatu daerah, baik untuk industri maupun keperluan rumah tangga.

Kelurahan Dukuh merupakan daerah yang di lewati oleh aliran Kali Cipinang yang berair sepanjang tahun, Kali Cipinang berhulu dikawasan Situ Jati Jajar sebelah barat Lapangan Golf Emeralda mengalir melewati Ciracas, Kampung Rambutan, Halim Perdana Kusuma, Kebon Nanas, Cipinang Besar dan bermuara di Kali Sunter. Kali Cipinang sering kali meluap ketika musim penghujan yang mengakibatkan banjir untuk daerah yang di lintasi kali tersebut, termasuk Kelurahan Dukuh yang terkena dampaknya.

e. Penggunaan Lahan

Berdasarkan laporan hasil kegiatan pembinaan Pemerintahan Kelurahan Dukuh, lahan yang terdapat di Kelurahan Dukuh digunakan untuk berbagai macam penggunaan seperti perumahan, industri, pemakaman, fasilitas umum dan lain-lain. Untuk lebih jelasnya dapat di lihat pada tabel 4.1


(56)

Tabel 4.1 Penggunaan Lahan

No Peruntukan Tanah Luas (Ha)

1 Perumahan 159,259

2 Industri 3,100

3 Fasilitas Umum 14,857

4 Pemakaman 1,194

5 Lain-lain 19,599

Jumlah 198,09

Berdasarkan tabel 4.1 mengenai kegunaan lahan di wilayah Kelurahan Dukuh dapat disimpulkan bahwa luas perumahan merupakan mayoritas penggunaan lahan yang terdiri dari 159,259 Ha.

2. Kondisi Sosial Daerah Penelitian a. Jumlah dan Kepadatan Penduduk

Berdasarkan data penduduk pada bulan Juli Tahun 2015 Kelurahan Dukuh memiliki jumlah penduduk sebanyak 26.081 jiwa, yang diantaranya terdapat 3 jiwa warga negara asing. Berdasarkan rincian jenis kelamin terdiri dari 13.625 jiwa laki-laki, 13.149 jiwa perempuan. Untuk mengetahui angka kepadatan penduduk Kelurahan Dukuh dengan menggunakan rumus sebagai berikut: Kepadatan Penduduk = Jumlah Penduduk

Luas Wilayah

= 26.081 198,09 Ha = 1.316 Jiwa/km2


(57)

Merujuk kepada kategori kepadatan penduduk yang terdapat di dalam UU No 56 Tahun 1960, yaitu terdapat 4 kategori yang menyangkut jumlah penduduk, antaralain sebagai berikut:

1) 0-50 jiwa/km2 dikatakan wilayah penduduk tidak padat 2) 51-250 jiwa/km2 dikatakan wilayah kurang padat 3) 251-400 jiwa/km2 dikatakan wilayah cukup padat 4) > 400 jiwa/km2 dikatakan wilayah padat

Dari kategori tersebut, dapat ambil kesimpulan kepadatan Kelurahan Dukuh termasuk kedalam kepadatan > 400jiwa/km2, berarti kepadatan penduduk Kelurahan Dukuh termasuk ke dalam kategori wilayah yang padat.

b. Komposisi Penduduk

Komposisi penduduk ialah pengelompokan atau susunan penduduk yang terdiri dari kriteria tertentu antara lain kriteria usia dan jenis kelamin, angkatan kerja, dan rasio ketergantungan. komposisi penduduk penting untuk diketahui karena berbagai susunan beserta perubahan perubahannya, dapat dijadikan dasar bagi program dan kebijakan pemerintah.

1) Komposisi Berdasarkan usia dan jenis kelamin

Berdasarkan data penduduk pada bulan Juli Tahun 2015 Kelurahan Dukuh memiliki jumlah penduduk sebanyak 26.081 jiwa, yang diantaranya terdapat 3 jiwa warga negara asing. Berdasarkan rincian jenis kelamin terdiri dari 13.625 jiwa laki-laki, 13.149 jiwa perempuan. Tabel 4.2 akan menjelaskan lebih rinci mengenai komposisi penduduk berdasarkan usia dan jenis kelamin.


(58)

Tabel 4.2

Komposisi Penduduk Berdasarkan Usia dan Jenis Kelamin

Umur WNI WNA Jml

Total

LK PR Jumlah LK PR Jumlah

0 – 4 1.234 1.128 2.362 - - 0 2.362

5 – 9 1.218 1.135 2.353 - - 0 2.353

10-14 1.139 1.119 2.258 - - 0 2.258

15-19 1.087 1.029 2.116 - - 0 2.116

20-24 1.184 1.125 2.309 - - 0 2.309

25-29 1.434 1.510 2.944 - - 0 2.944

30-34 1.445 1.352 2.797 - - 0 2.797

35-39 1.254 1.318 2.572 - - 0 2.572

40-44 1.113 1.040 2.153 - - 0 2.153

45-49 921 845 1.766 - - 0 1.766

50-54 632 675 1.307 2 1 3 1.310

55-59 481 427 908 - - 0 908

60-64 243 236 479 - - 0 479

65-69 171 124 295 - - 0 295

70-74 69 53 122 - - 0 122

>70 25 32 57 - - 0 57

Jml 13.650 13.148 26.798 2 1 3 26.801

Berdasarkan Tabel 4.2 penduduk Kelurahan Dukuh didominasi oleh jenis kelamin laki-laki dan Kelurahan Dukuh memiliki lebih banyak penduduk usia produktif di banding usia non produktif. Untuk mengetahui sex ratio di Kelurahan Dukuh menggunakan rumus:

Sr =


(59)

=

x 100%

= 103 Jiwa

Berdasarkan perhitungan diatas maka sex ratio untuk wilayah Kelurahan Dukuh adalah tiap 100 orang perempuan terdapat 103 orang laki-laki. Untuk mengetahui rasio ketergantungan penduduk (depedency ratio) Kelurahan Dukuh dengan menggunakan rumus:

Dr =

x 100%

Dr =

x 100%

Dr =

x 100%

Dr = 38,4

Berdasarkan perhitungan diatas maka angkat ketergantungan (depedency ratio) Kelurahan Dukuh adalah 38 jiwa. Artinya bahwa setiap 100 orang penduduk produktif harus menanggung 38 orang non produktif.

2) Komposisi berdasarkan mata pencaharian

Komposisi penduduk berdasarkan mata pencaharian menggambarkan mengenai kecenderungan pendapatan masyarakat di Kelurahan Dukuh Jakarta Timur. Tabel 4.3 akan menjelaskan secara terperinci mengenai pekerjaan penduduk kelurahan Kampung Dukuh Jakarta Timur.


(60)

Tabel 4.3

Komposisi Penduduk Berdasarkan Pekerjaan

No Pekerjaan Jumlah/Jiwa

1 Bidang Pertanian -

2 Kary Swasta/Pemerintahan/ABRI 6.762

3 Pedagang 5.915

4 Buruh Tani 841

5 Pensiunan 5.400

6 Pertukangan 468

7 Pengangguran 591

8 Fakir Miskin 607

9 Lain-Lain 6.217

Jumlah 26.801

Berdasarkan tabel 4.3 dapat disimpulkan bahwa mayoritas mata pencaharian penduduk Kelurahan Dukuh adalah sebagai karyawan swasta, pemerintah dan ABRI sebanyak 6.762 jiwa.

3) Komposisi berdasarkan tingkat pendidikan

Tingkat pendidikan suatu masyarakat berdampak kepada kualitas atau kesejahteraan hidupnya yang lebih baik, termasuk bagaimana masyarakat dapat menyerap suatu informasi dengan mudah. Pendidikan merupakan faktor penting yang harus di peroleh oleh setiap warga masyarakat yang ingin meningkatkan kualitas hidup yang lebih baik.


(61)

Tabel 4.4

Komposisi Penduduk Berdasarkan Pendidikan

No Pendidikan Jumlah

1 Tidak Sekolah 1.677

2 Tidak Tamat SD 2.202

3 Sekolah Dasar 5.786

4 SMP 8.886

5 SLTA 5.078

6 Akademi (D1-D3) / Sarjana (S1-S3) 1.986

Jumlah 25.615

Berdasarkan tabel 4.4 dapat disimpulkan bahwa tingkat pendidikan penduduk Kelurahan Dukuh adalah SMP dengan 8.886 jiwa.

B. Kondisi Daerah Hutan Kota di Daerah Penelitian 1. Letak dan Luas Hutan Kota

Hutan Kota Dukuh berada di Jakarta tepatnya di wilayah administrasi Jakarta Timur. Hutan Kota Dukuh berada di wilayah kelurahan Dukuh, Kecamatan Kramat Jati. Hutan kota Dukuh merupakan satu dari 7 hutan kota yang berada di wilayah Jakarta Timur berdasarkan SK Gubernur DKI Jakarta dan hutan kota Dukuh memiliki luas 5.738 m2 atau 0,5 hektar.

2. Jenis Vegetasi Hutan Kota

Hutan Kota Dukuh memiliki beranekaragam vegetasi yang memilik banyak fungsi antaranya sebagai penyangga kehidupan daerah sekitar bahkan kerapatan vegetasi di Hutan Kota Dukuh dikategorikan secara rata-rata sangat rapat vegetasinya. Vegetasi yang terdapat di Hutan Kota Dukuh, antara lain:


(1)

6

SK

Gubernur

No

171

Tahun 2007

luas

wilayah Provinsi

DKI

Jakarta

I

0,

7 SK Gubernur

DKI

Jakarta dan hutan kota

Dukuh

memiliki

luas 5.738m2

I

n*

8

UU

no 26 Tahun 2007 tentang Penataan

Ruang

I

(),

9 Tien Wahyuni

&

Ismayadi Samsoedi,

Kajian

Aplikasi Kebijakan Hutan Kota

di

Kalimantan

Timur ( Review on

Application

cf

Urban Forest

Policy

in

E as t Ka I imanton, Jurnal analisis

ry9,No3,2012

BA

t5

BII

u

h

10 Sabri

Alisuf,

Pengantar Ps,ikologi (lmum

&

Perkembangan, (Jakarta: Pedoman

Ilmu Jaya, 2001)

45

A

(

),1,

l1 Sarwono Sarlito Wirawan, Pengantar

Umum

Psikologi,

(Jakarta: Bulan Bintang)

39

h

t2

Shaleh Abdul Rahman, Psikologi Suatu

Pengantar dalam

Perspehif

Islam,

(Jakarta: Kencana, 2008)

r10

(),

l3

Nari Markus, Dinamika Sosial dan

P emekar an D aer ah, (Yogyakarta: Ombak,2010)

6

n

14 Hartono

& Arnicun

A2i2.2008.

Ilmu


(2)

l5

Nurdin

Amin

&

Ahmad

AWcr:;

Mengeltt

Sos iologi P engantar Memhami Konsep_

Konsep Sosiolog,. (Jakarta:

UIN

Jakarta Press,2006).

35

0,

t6

f\ursasmlul KanardJo, P emb angunan

Kota

Optimum, Efisiensi &

Mandiri,

(Jakarta: Graha IImu, 2010)

dan Lansekap Hutan

Kota,

Iakarta: Bumi

Aksara,2004)

Nomor 63 Tahun 2O12Tentang Hutan

Kota

Karr,rs

-Edisi

ketiga.20A3. Balai pustaka: Jakarta.

He"rli"

Pendekatan Membumi Eclisi 6

Jitid

2

(Jakarta: Erlangga, 2 0 06 )

49

0,

17

47

3

0,

18

0-l9

597

0-2A

197

q"

21 Departemen Dalam Negeri F(I,

Nrtionot

Ur b an D ev e I opme nt St rat e

g/,

Jakarta,

1985.

6

()"

22 rjlntaruo, I nt e ra ks

i

D es a _ K o t a, (J akarta:

Ghalia Indonesia, 1989)

36

0,-23 a\uDrr D Dar(!, rvngunrcff

llmu

Kep e ndudukan, (J akarta: LP3ES, 1 9 g4)

94

ft

24 Endes

NDahlan,

Hutan

Kota

Untuk

P engellan dan P eningkatan Kual itas L ingkungan H idup, (Jakarta:

APHI

Jakarta,1992)


(3)

25

Yatim

Wildan, Kamus

Biologi,

(Jakarta: Yayasan Obor indonesia, 2007)

390

fr

().

BAB

III

I

26 Suharsimi

Arikunto,

Prosedur Penelitian

Sustu

Pendekatan

Praktik,

(Jakarta:

Rineka Cipta, 2013)

200

tu

27 Sugiyono, Metode P enelitian P endidikan.

(Bandung. Alfabeta, 20 1 0) 199

0,

28 Neuman Lawrence W, Metodologi

P enelitian Sosial : pendekatan

kualitatif

dan

Kuantitatif Edisi

7, (Jakarta: PT Indeks,2A1:3)

255

,''//

-')Y

(),

29

Tim

F'akultas

Ilmu

Tarbiyah

Can

Keguruan

UIN

Syarif

Hidayatullah,

Pedoman Peruilisan

Skripsi,

(Jakarta:

FITK

UIN

Syarif Hidayatullah, 20 1 t )

53

/t

L/"

30 Sugiyono, Metode Penelttian Penclidikan

Kuantitatif,

Kualitatif,

dan

R&D,

(Bandung. Alfabeta, 2A09)

1t4

3t

Hatimah

Ihat.

Penelitian

Pendidikan.

(Bandung: Upi Press, 2007)

67

o

BAB

IV

32

Keputusan Gubernur

KDKI

Jakarta

Nomor

l25l

Tahun 1986

tentang Pemecahan, Penyatuan, Penetapan Batas,

Perubahan

Nama

Kelurahan

yang

kemar/sama dan Penetapan luas wilayah Kelurahan

I

0"

33

UU no

56

Tahun

1960 tentang Kategori

Kepadatan Penduduk

56


(4)

Keputusan Gubernur

KDKI

Jakarta

Nomor 1227 Tahun

1989

Penyempurnaan Batas dan Luas Wilayah

Jakarta, 19 Oktober 2015 Dosen Pembimbing Skripsi

I

Andri

Noor Ardiansyah. S.Pd.. M.Si.

MP

:

19840312201503 IA0 2


(5)

PEMERINTAH PROVINSI DAERAH KH USUS IBU KOTA JAKARTA

KOTA ADMI N ISTRASI JAKARTA TIM U R

KECAMATAN KRAMAT JATI

KELURAHAN DUKUH

JALAN DUKUH

v

RT. 007/002 (021 - 840 7689) / Emait : ket.dukuh@gmait.com

JAKARTA Kode

Pos: 13550

SURAT

KETERANGAN

Nomor

:5;9

I

-

t'

EFr8

Yang bertanda tangan di bawah

ini,

menyatakan dengan

ini

bahwa:

Nama

NIM

Jurusan Semester

Universitas

Firdaus

1 1 1 1015000094

Pendidikan

Ilmu

Pengetahuan Sosial

IX

(Sembilan)

UIN

Syarif Hidayatullah Jakarta

Benar

mahasiswa

tersebut

talah

melaksanakan

kegiatan penelitian

guna mendapatkan data sebagai bahan penyusunan skripsi yang

berjudul "PERSEPSI

MASYARAKAT TERIIADAP

FUNGSI

HUTAN KOTA DI LINGKUNGAN

PADAT PENDUDUK, STUDI

KASUS

HUTAN KOTA DUKUH JAKARTA

TIMUR',

yang dilaksanakar pada

Demikian

mestinya.

Tanggal : 3 Agustus 2015 sampai dengan 25 September 2015

surat keterangan

ini

kami

buat untuk dapat dipergunakan sebagaimana

21 Oktober 2015 t- r"

it t1

t.;i!


(6)

, aaw &trflr x

KEMENTERIAN AGAMA UIN JAKARTA

FITK

Jl. lr. H. Juanda No 95 Cipulat 15412 lndonesia

FORM

(FR)

No. Dokumen

:

FITK-FR-AKD-082 Tgl.

Terbit :

1

Maret 20'10

No.

Revisi: '.

02

Hal 1t1

SURAT PERMOHONAN IZIN PENELITIAN

Nomor : Un.01/F.1 /KM.01 .31...1201 5

Lamp. : Outline/Proposal

Hal

: Permohonan

lzin

Penelitian

Tembusan:

1.

Dekan FITK

2.

Pembantu Dekan Bidang Akademik

3.

Mahasiswa yang bersangkutan

Ciputat, 6 Agustus 2015

Kepada Yth.

Bapak

/

lbu Pegawai

Kelurahan Dukuh, Kecamatan Kramat Jati, Jakarta Timur

di

Tempat

Assal am u' al ai ku m wr.wb.

Deagan hormat kami sampaikan bahwa,

Nama

: Firdaus

NIM

'.111101s000094

Jurusan

: Pendidikan IPS

Sernester

:

Vlll

(Delapan)

Judul

Skripsi

: Persepsi Masyarakat Terhadap Fungsi Hutan Kota di Lingkungan Padat Penduduk. studi kasus: Hutan Kota

Dukuh Jakarta Timur.

adalah benar mahasiswa Fakultas llrnu Tarbiyah dan Keguruan UIN Jakarta yang sedang menyusun skripsi, dan akan mengadakan penelitian (riset) di instansi yang Saudara pimpin.

Untuk

itu

kami

mohon Saudara

dapat

mengizinkan mahasiswa

tersebut melaksanakan penelitian dimaksud.

Atas perhatian dan kerja sama Saudara, kami ucapkan terima kasih.

Wa ssal am u' al ai ku m wr.wb.