Studi Pengembangan Kebun Binatang Medan Sebagai Hutan Kota dan Sarana Rekreasi

(1)

STUDI PENGEMBANGAN TAMAN MARGASATWA MEDAN SEBAGAI HUTAN KOTA DAN SARANA REKREASI

SKRIPSI

Oleh :

HIRAS ANDREW A LUMBANTORUAN 031201002/MANAJEMEN HUTAN

DEPARTEMEN KEHUTANAN FAKULTAS PERTANIAN UNIVERSITAS SUMATERA UTARA

MEDAN 2009


(2)

LEMBAR PENGESAHAN

Judul Penelitian : Studi Pengembangan Kebun Binatang Medan Sebagai Hutan Kota dan Sarana Rekreasi

Nama : Hiras Andrew A Lumbanoruan

Nim : 031201002

Program Studi : Manajeman Hutan Departemen : Kehutanan

Disetuju Oleh : Komisi Pembimbing

Ketua Anggota

Agus Purwoko, S.Hut, M.Si Ir. Ma’rifatin Zahra, M.Si NIP : 19740801 200003 1 001

Diketahui Oleh :

Ketua Departemen Kehutanan

Dr.Ir. Edy Batara Mulya Siregar, MS NIP : 19641228 200012 1 001


(3)

ABSTRAK

HIRAS ANDREW A LUMBANTORUAN. Studi Pengembangan Taman

Margasatwa Medan Sebagai Hutan kota Dan Sarana Rekreasi. Dibimbing oleh

AGUS PURWOKO dan MA’RIFATIN ZAHRA.

Taman Margasatwa Medan dengan lokasi yang baru perlu ditingkatkan pengembangannya. Selain satwa yang menjadi obyek utama, pengembangan yang sedang dilakukan antara lain hutan kota dan sarana rekreasi. Penelitian ini bertujuan untuk mengkaji aspek tata letak, pemilihan jenis dan populasi pepohonan hutan kota Taman Margasatwa Medan dan sarana rekreasi yang ada serta mendeskripsikan hubungan karakteristik pengunjung (umur, tingkat pendidikan, pendapatan) dengan persepsi pengunjung terhadap keberadaan hutan kota di Taman Margasatwa Medan. Penelitian ini menggunakan skala Likert untuk melihat persepsi pengunjung terhadap kajian-kajian yang dilakukan dan untuk melihat hubungan karakteristik pengunjung (umur, tingkat pendidikan, pendapatan) dengan tingkat persepsi pengunjung terhadap keberadaan hutan kota di Taman Margasatwa Medan menggunakan korelasi rank Spearman. Hasil penelitian menunjukkan bahwa aspek tata letak, pemilihan jenis dan populasi pepohonan hutan kota sudah baik. Persepsi pengunjung tentang sarana rekreasi yang menyatakan biasa saja. Jadi, perlu dilakukan pembenahan sarana rekreasi yang ada supaya lebih baik. Ada hubungan yang kuat antara persepsi pengunjung dengan tingkat pendidikan. Tidak terdapat hubungan yang kuat antara umur dan pendapatan dengan persepsi pengunjung.

Kata kunci : Taman Margasatwa Medan, hutan kota, sarana rekreasi, persepsi, pengunjung.


(4)

ABSTRACT

LUMBANTORUAN, HIRAS ANDREW A. A study about Medan Zoo

Development as City Forest and Recreation Facility. Under academic supervised by AGUS PURWOKO and MA’RIFATIN ZAHRA.

Medan Zoo in the new location in need to increase the development is. Besides the animals as the main object, the development which is being done to increase the number of visitors are ccity forest and recreation facility. The objective of this research are to investigate the arrangement aspects, species choosen, and trees population of city forest Medan Zoo and recreation facility taht exist and to describe the relation between visitor characteristics (age, level of education, income) and visitor perception toward the existance of city forest in Medan Zoo. This research uses Likert scale to see the visitors perception about the investigation that was done and to see the relation between visitors characteristics (age, level of education, income) and level of visitors characteristics toward the existance city forest in Medan Zoo by using Rank Spearman Correlation. The result of the research showed that arrangement aspects, species choosen and trees population of city forest are good. The result are little different with the visitors perception about recreation facility who state that its common. So, recreation facility repairation are need in order be better. There is so strong relation between visitors perception and level education. There is no strong relation between visitors perception and level education. There is no strong relation between age and income with visitors perception.


(5)

RIWAYAT HIDUP

Penulis dilahirkan di Medan, Provinsi Sumatera Utara pada tanggal 15 April 1986 dari Ayah K. Lumbantoruan dan (alm) Ibu E br. Sinurat. Penulis merupakan anak pertama dari empat bersaudara.

Tahun 2003 penulis lulus dari SMU Negeri 1 Medan dan pada tahun 2003 lulus seleksi masuk Universitas Sumatera Utara (USU) melalui jalur Seleksi Penerimaan Mahasiswa Baru (SPMB). Penulis memilih Program Studi Manajemen Hutan, Departemen Kehutanan, Fakultas Pertanian.

Penulis mengikuti Praktik Pengenalan dan Pengelolaan Hutan (P3H) pada tahun 2005 di Taman Hutan Rakyat Tongkoh Kabupaten Karo dan Hutan Mangrove Bandar Kalipah Kabupaten Serdang Bedagai Provinsi Sumatera Utara. Penulis melakukan Praktik Kerja Lapang (PKL) pada tahun 2007 di HPHTI PT. Musi Hutan Persada, Kabupaten Musi Banyuasin Provinsi Sumatera Utara. Pada tahun 2009 penulis melaksanakan penelitian dengan judul ” Studi Pengembangan Taman Margasatwa Medan Sebagai Hutan Kota dan Sarana Rekreasi”.


(6)

KATA PENGANTAR

Segala Puji dan syukur penulis panjatkan kepada Tuhan Yang Maha Esa, karena atas penyertaan dan kasihNya penulis dapat menyusun hasil penelitian ini dengan judul Studi Pengembangan Kebun Binatang Medan sebagai Hutan Kota dan Sarana Rekreasi.

Pada kesempatan ini, penulis mengucapkan terimakasih kepada orangtua dan seluruh keluarga yang terus memberikan bantuan baik materil maupun spirit kepada penulis untuk menyelesaikan segala tanggungjawab dalam hal pendidikan yang diemban. Penulis menyampaikan terimakasih kepada Bapak Agus Purwoko, S.Hut, M.Si dan Ibu Ir. Ma’riftin Zahra, M.Si sebagai Komisi Pembimbing Skripsi penulis yang terus membimbing penulis dalam menyusun hasil penelitian ini.

Penulis menyadari bahwa dalam penyusunan hasil penelitian ini masih jauh dari kesempurnaan. Oleh karena itu penulis sangat mengharapkan kritik dan saran dari seluruh pihak yang bersifat konstruktif demi penyempurnaan penulisan hasil penelitian ini di masa yang akan datang.

Semoga penelitian ini bermanfaat. Atas perhatian yang diberikan penulis mengucapkan terima kasih.


(7)

DAFTAR ISI

Halaman

KATA PENGANTAR ... i

DAFTAR ISI ... ii

DAFTAR TABEL ... iv

DAFTAR GAMBAR ... v

DAFTAR LAMPIRAN ... vi

PENDAHULUAN ... 1

Latar Belakang ... 1

Perumusan Masalah ... 2

Tujuan Penelitian ... 3

Manfaat Penelitian... 3

TIJNJAUAN PUSTAKA ... 4

Taman Margasatwa ... 4

Pengertian taman margasatwa ... 4

Fungsi taman satwa... 4

Pembinaan taman margasatwa ... 5

Hutan Kota ... 6

Pengertian hutan kota ... 6

Fungsi dan manfaat hutan kota... 6

Tipe dan bentuk hutan kota ... 8

Kriteria pohon ruang terbuka hijau... 8

Silvikultur ... 12

Pembangunan hutan kota ... 14

Rekreasi ... 14

Pengertian rekreasi ... 14

Permintaan rekreasi ... 14

METODOLOGI PENELITIAN ... 17

Lokasi dan Waktu Penelitian ... 17

Aspek Kajian ... 17

Alat dan Bahan ... 17

Pengumpulan Data ... 18

Prosedur Penelitian ... 20

Analisis Data ... 21

Karakteristik pengunjung ... 21

Persepsi ... 21

Hutan kota ... 22

Tata letak ... 22

Populasi ... 23


(8)

KONDISI UMUM LOKASI PENELITIAN ... 25

Sejarah singkat Taman Margasatwa Medan ... 25

HASIL DAN PEMBAHASAN ... 27

Hutan Kota ... 27

Kondisi harapan hutan kota ... 27

Penutupan tajuk ... 29

Pengaturan tanaman ... 31

Keanekaragaman tanaman dan penciri kota ... 32

Sebagai habitat burung liar ... 33

Persemaian ... 34

Keorganisasian ... 34

Komposisi Responden Berdasarkan Cara Melakukan Kunjungan ... 32

Komposisi Responden Berdasarkan Status Penikahan ... 33

Komposisi Responden Berdasarkan Alasan Kedatangan .. 34

Komposisi Responden Berdasarkan Sumber Informasi .... 34

Rekreasi ... 37

Kondisi harapan rekreasi ... 37

Kelengkapan sarana dan prasarana ... 38

Kelengkapan layanan ... 40

Obyek wisata ... 41

Tingkat Keamanan ... 39

Karakteristik Pengunjung Taman Margasatwa Medan ... 43

Kondisi saat ini ... 43

Karakteristik individu pengunjung Taman Margasatwa Medan ... 43

Kunjungan ... 45

Pelayanan ... 47

Hubungan Karakteristik Pengunjung Dengan Persepsi ... 49

Hubungan antara umur dengan persepsi pengunjung ... 49

Hubungan antara tingkat pendidikan dengan persepsi pengunjung... 50

Hubungan antara pendapatan dengan persepsi pengunjung... ... 51

KESIMPULAN DAN SARAN ... 52

Kesimpulan ... 52

Saran ... 52

DAFTAR PUSTAKA LAMPIRAN


(9)

DAFTAR TABEL

Halaman

Tabel 1. Rekapitulasi Data Persepsi Pengunjung tentang Keadaan Hutan

Kota di Taman Margasatwa Medan. ... 35 Tabel 2. Rekapitulasi Data Persepsi Pengunjung tentang Fasilitas

Rekreasi di Taman Margasatwa Medan... 42 Tabel 3. Karakteristik Individu Pengunjung Taman Margasatwa Medan

Berdasarkan Jenis Kelamin, Umur, Pendidikan Terakhir dan

Pekerjaan Pokok. ... 44 Tabel 4. Pola Kunjungan ... 46 Tabel 5. Karakteristik Pengunjung berdasarkan Motif Kunjungan,

Informasi, dan Daya Tarik... 47 Tabel 6. Analisis Korelasi Rank Spearman dengan Karakteristik


(10)

DAFTAR GAMBAR

Halaman

Gambar 1. Pepohonan di Taman Margasatwa Medan... 35 Gambar 2. Jalan Taman Margasatwa Medan yang ditanami pohon hias... 42 Gambar 3. Ruang terbuka di bawah pepohonan dimanfaatkan untuk

bersantai... 44 Gambar 4. Perilaku pengunjung yang dapat membahayakan satwa... 46


(11)

DAFTAR LAMPIRAN

Halaman

Lampiran 1. Lembar Kuisioner. ... 56

Lampiran 2. Data Sampel Pengunjung Taman Margasatwa Medan... 59

Lampiran 3. Korelasi Rank Spearman Antara Umur dengan Persepsi... 62

Lampiran 4. Korelasi Rank Spearman Antara Tingkat Pendidikan dengan Persepsi... 65

Lampiran 5. Korelasi Rank Spearman Antara Pendapatan dengan Persepsi.... 68

Lampiran 6. Pengolahan Data dengan Menggunakan Software SPSS... 71

Lampiran 7. Burung-burung bebas yang ada di Taman Margasatwa Medan.... 72

Lampiran 8. Nama-nama koleksi satwa di Taman Margasatwa Medan... 73

Lampiran 9. Peta Lokasi Kandang... 74

Lampiran10. Peta Lokasi Taman Margasatwa Medan... 75


(12)

ABSTRAK

HIRAS ANDREW A LUMBANTORUAN. Studi Pengembangan Taman

Margasatwa Medan Sebagai Hutan kota Dan Sarana Rekreasi. Dibimbing oleh

AGUS PURWOKO dan MA’RIFATIN ZAHRA.

Taman Margasatwa Medan dengan lokasi yang baru perlu ditingkatkan pengembangannya. Selain satwa yang menjadi obyek utama, pengembangan yang sedang dilakukan antara lain hutan kota dan sarana rekreasi. Penelitian ini bertujuan untuk mengkaji aspek tata letak, pemilihan jenis dan populasi pepohonan hutan kota Taman Margasatwa Medan dan sarana rekreasi yang ada serta mendeskripsikan hubungan karakteristik pengunjung (umur, tingkat pendidikan, pendapatan) dengan persepsi pengunjung terhadap keberadaan hutan kota di Taman Margasatwa Medan. Penelitian ini menggunakan skala Likert untuk melihat persepsi pengunjung terhadap kajian-kajian yang dilakukan dan untuk melihat hubungan karakteristik pengunjung (umur, tingkat pendidikan, pendapatan) dengan tingkat persepsi pengunjung terhadap keberadaan hutan kota di Taman Margasatwa Medan menggunakan korelasi rank Spearman. Hasil penelitian menunjukkan bahwa aspek tata letak, pemilihan jenis dan populasi pepohonan hutan kota sudah baik. Persepsi pengunjung tentang sarana rekreasi yang menyatakan biasa saja. Jadi, perlu dilakukan pembenahan sarana rekreasi yang ada supaya lebih baik. Ada hubungan yang kuat antara persepsi pengunjung dengan tingkat pendidikan. Tidak terdapat hubungan yang kuat antara umur dan pendapatan dengan persepsi pengunjung.

Kata kunci : Taman Margasatwa Medan, hutan kota, sarana rekreasi, persepsi, pengunjung.


(13)

ABSTRACT

LUMBANTORUAN, HIRAS ANDREW A. A study about Medan Zoo

Development as City Forest and Recreation Facility. Under academic supervised by AGUS PURWOKO and MA’RIFATIN ZAHRA.

Medan Zoo in the new location in need to increase the development is. Besides the animals as the main object, the development which is being done to increase the number of visitors are ccity forest and recreation facility. The objective of this research are to investigate the arrangement aspects, species choosen, and trees population of city forest Medan Zoo and recreation facility taht exist and to describe the relation between visitor characteristics (age, level of education, income) and visitor perception toward the existance of city forest in Medan Zoo. This research uses Likert scale to see the visitors perception about the investigation that was done and to see the relation between visitors characteristics (age, level of education, income) and level of visitors characteristics toward the existance city forest in Medan Zoo by using Rank Spearman Correlation. The result of the research showed that arrangement aspects, species choosen and trees population of city forest are good. The result are little different with the visitors perception about recreation facility who state that its common. So, recreation facility repairation are need in order be better. There is so strong relation between visitors perception and level education. There is no strong relation between visitors perception and level education. There is no strong relation between age and income with visitors perception.


(14)

PENDAHULUAN

Latar Belakang

Saat ini banyak kebun binatang atau taman margasatwa di Indonesia mulai diarahkan kepada pembangunan hutan kota. Dahlan (1992) mengatakan, pembangunan hutan kota menyangkut masalah ketersediaan lahan yang berhubungan dengan masalah tata ruang kota. Masalah ketersediaan lahan untuk kota, serta bagaimana mengefektifkan pemanfaatan lahan yang tersedia merupakan kunci dalam penbangunan hutan kota. Lahan semakin hari semakin berharga, semakin mahal dan semakin sedikit untuk hutan kota sehingga sering terjadi perebutan kepentingan dalam penggunaan lahan dari berbagai aktifitas kota. Dalam situasi ini, lahan yang sudah tersedia untuk hutan kota sewaktu-waktu dialihgunakan untuk kepentingan lainnya. Jadi, taman margasatwa bisa dimanfaatkan sebagai tempat pembangunan hutan kota.

Di dalam usaha mengembangkan taman margasatwa harus secara utuh dapat berfungsi sebagai paru-paru kota juga tetap berpedoman pada empat fungsi, yaitu sarana rekreasi, konservasi, riset dan edukasi. Untuk memenuhi tuntutan zaman, peran serta penampilan taman margasatwa perlu ditingkatkan dari waktu ke waktu. Meskipun demikian di dalam usaha pengembangan ternyata menghadapi banyak kendala yang bersifat teknis maupun non teknis. Kendala non teknis yang bersumber pada masalah sosial dan psikologis ternyata cukup berpengaruh pada usaha terwujudnya secara serasi keempat fungsi tersebut di atas (Fandeli,1995).


(15)

Seiring dengan perkembangan zaman, Kota Medan mulai menjadi kota yang sibuk dan penduduknya semakin bertambah. Kesibukan kota biasanya menimbulkan dampak stres dan rekreasi adalah salah satu cara untuk menguranginya. Rekreasi bisa dilakukan di alam terbuka (outdoor) ataupun di dalam ruangan (in door). Tempat rekreasi alam yang ada di Kota Medan salah satunya adalah Taman Margasatwa Medan (TMM). Kurangnya sarana rekreasi alam yang ada di Kota Medan dikarenakan kurangnya luasan tutupan hijau yang ada. Untuk memenuhi kebutuhan warga Kota Medan akan sarana rekreasi alam, maka diperlukan peningkatan kualitas dari sarana rekreasi yang sudah ada.

Perumusan Masalah

Permasalahan pokok dalam penelitian ini adalah Taman Margasatwa Medan dengan lokasi yang baru belum memberikan nilai manfaat yang lebih, karena aspek tata letak, pemilihan jenis, populasi dan fasilitas rekreasi belum terpenuhi secara optimal sebagai hutan kota dan tempat rekreasi.


(16)

Tujuan Penelitian

Adapun tujuan penelitian yang dilakukan adalah :

1. Mengkaji aspek tata letak, pemilihan jenis dan populasi pada hutan kota di Taman Margasatwa Medan.

2. Mengkaji dan melakukan studi persepsi pengunjung tentang sarana rekreasi Taman Margasatwa Medan.

3. Mendeskripsikan hubungan karakteristik pengunjung (umur, tingkat pendidikan, pendapatan) dengan persepsi masyarakat terhadap keberadaan hutan kota di Taman Margasatwa Medan.

Manfaat Penelitian

Adapun manfaat penelitian yang dilakukan adalah :

1. Sebagai sumber informasi bagi pengelola tentang hutan kota di Taman Margasatwa Medan.

2. Sebagai bahan pertimbangan bagi pengelola untuk pengoptimalan fasilitas rekreasi di Taman Margasatwa Medan.


(17)

TINJAUAN PUSTAKA

Taman Margasatwa

Pengertian taman margasatwa

Taman margasatwa adalah tempat hewan dipelihara dalam lingkungan buatan dan dipertunjukkan kepada publik. Selain sebagai tempat rekreasi, kebun binatang atau taman margasatwa berfungsi sebagai tempat pendidikan, riset dan tempat konservasi untuk satwa terancam punah. Binatang yang dipelihara sebagian besar adalah hewan yang hidup di darat, sedangkan satwa yang hidup air dipelihara di akuarium (Wikipedia, 2009).

Dalam Arief (2001), berdasarkan surat keputusan Dirjen Kehutanan No. 20/upts/DJ/1978 tentang pedoman umum kebun binatang, bahwa kebun binatang atau taman margasatwa adalah suatu tempat dimana berbagai macam satwa dikumpulkan, diperagakan, dipelihara untuk umum dalam rangka pengadaan sarana rekreasi alam yang sehat untuk mendidik dan mengembangkan budaya masyarakat dalam memelihara kelestarian lingkungan hidup.

Fungsi taman margasatwa

Berdasarkan fungsi taman satwa yang telah dijadikan oleh Perhimpunan Kebun Binatang Se-Indonesia dirincikan sebagai berikut :

1. Sebagai sarana untuk meningkatkan kepedulian masyarakat tentang pentingnya masalah keanekaragaman hayati fauna di dunia dan di Indonesia. 2. Sebagai sarana konservasi ex-situ jenis-jenis satwa yang langka atau terancam


(18)

3. Sebagai sarana tempat penangkaran jenis-jenis satwa koleksi yang ada.

4. Sebagai sarana tempat dan obyek penelitian aspek biologi/ekologi jenis-jenis satwa koleksi dalam rangka melengkapi data.

5. Sebagai sarana untuk membantu penghijauan kota berupa taman karena banyaknya jenis pepohonan yang ditanam sebagai pelindung dan habitat satwa semi alami.

6. Sebagai paru-paru kota oleh karena banyaknya jenis tumbuhan hijau sebagai produsen oksigen serta pencegah erosi dan kekeringan.

7. Sebagai sarana tempat obyek rekreasi yang edukatif. Dengan mengunjungi taman satwa, masyarakat dapat memperoleh informasi tentang kehidupan dan perilaku satwa yang menarik.

8. Sebagai sarana untuk membantu peningkatan kondisi sosial-ekonomi masyarakat.

Tobrani (1997), menyebutkan bahwa kebun binatang atau taman margasatwa merupakan sarana yang vital dari program pelestarian alam disamping fungsi-fungsi yang lain, diantaranya sebagai sarana untuk memberikan kesempatan yang luas dalam bidang pendidikan, penelitian dan rekreasi. Dengan demikian, kebun binatang atau taman margasatwa merupakan sarana penghubung satu-satunya antara masyarakat dan satwa liar, karena itu di tempat ini masyarakat dapat melihat berbagai jenis satwa liar.

Pembinaan taman margasatwa

Faktor-faktor yang diperlukan dalam pembinaan taman margasatwa, yaitu bentuk-bentuk tempat satwa (kandang biasa, kandang bentuk gua, dataran,


(19)

pulau-pulauan, unit kandang luar, kolam air dan gedung pameran), keamanan (pagar, kandang pemisah dan pemeriksaan kandang), pelayanan teknis (tenaga ahli, perawatan dan kesehatan satwa), pelayanan masyarakat, pembiayaan, laporan dan kerja sama antara kebun binatang atau taman margasatwa (Dirjen PPA, 1997).

Hutan Kota

Pengertian hutan kota

Rapat teknis Departemen Kehutanan (1991), hutan kota adalah suatu lahan yang bertumbuhan pohon-pohon di dalam tanah negara maupun tanah milik yang berfungsi sebagai penyangga lingkungan dalam hal pengaturan tata air, udara, habitat, flora dan fauna yang memiliki nilai estetika dan dengan luas yang solid yang merupakan ruang terbuka hijau pohon-pohonan serta area tersebut ditetapkan oleh pejabat yang berwewenang sebagai hutan kota.

Fungsi dan manfaat hutan kota

Menurut Irwan (2005), fungsi hutan kota sangat bergantung pada komposisi dan keanekaragaman jenis dari komunitas vegetasi yang menyusunnya dan tujuan perancangannya. Secara garis besar fungsi hutan kita dapat dikelompokkan menjadi tiga fungsi berikut :

1. Fungsi Lansekap, meliputi fungsi fisik, dimana vegetasi sebagai unsur struktural berfungsi untuk perlindungan terhadap kondisi alami sekitarnya seperti angin, sinar matahari, pemandangan yang kurang bagus dan terhadap bau. Meliputi fungsi sosial, penataan vegetasi dalam hutan kota yang baik akan memberikan tempat interaksi sosial yang sangat produktif. Di dalam


(20)

hutan kota orang seperti penyair atau seniman yang dapat merenung dan mengkhayal sehingga dapat menjadi sumber inspirasi dan ilham. Hutan kota dengan aneka vegetasinya mengandung nilai-nilai ilmiah yang dapat menjadi laboratorium hidup untuk sarana pendidikan dan penelitian.

2. Fungsi Pelestarian Lingkungan, antara lain :

a. Menyegarkan udara atau sebagai “paru-paru” kota, dengan mengambil CO2 dalam proses fotosintesi dan menghasilkan O2 yang sangat diperlukan

bagi makhluk hidup untuk pernapasan.

b. Menurunkan suhu kota dan meningkatkan kelembapan.

c. Sebagai ruang hidup satwa. Vegetasi atau tumbuhan selain sebagai produsen pertama dalam ekosistem juga dapat menciptakan ruang hidup (habitat) bagi makhluk hidup lainnya.

d. Sebagai penyanggah dan perlindungan permukaan tanah dari air hujan dan angin untuk penyediaan air tanah dan pencegahan erosi.

e. Pengendalian dan mengurangi polusi udara dan limbah. f. Peredam kebisingan.

g. Tempat pelestarian plasma nutfah dan bioindikator dari timbulnya masalah seperti hujan asam, karena tumbuhan tertentu akan memberikan reaksi tertentu terhadap perubahan lingkungan yang terjadi di sekitarnya.

h. Menyuburkan tanah.

3. Fungsi Estetika, erat kaitannya dengan rekreasi. Ukuran, bentuk, warna dan tekstur tanaman serta unsur komposisi dan hubungannya dengan lingkungan sekitarnya merupakan faktor yang mempengaruhi kualitas estetika. Kualitas visual vegetasi sangat penting karena tanggapan


(21)

seseorang merupakan reaksi dari suatu penampakan. Hutan, selain memberikan hasil utama dan sebagai sumber air juga merupakan sarana untuk berekreasi.

Tipe dan bentuk hutan kota

Menurut Dahlan (1992), hutan kota dibagi menjadi beberapa tipe yaitu tipe pemukiman, tipe rekreasi dan keindahan, tipe pengamanan, tipe pelestarian plasma nutfah dan tipe kawasan industri, sedangkan untuk bentuk, hutan kota dapat dikelompokkan menjadi bentuk jalur hijau, taman kota, kebun raya, hutan raya dan kebun binatang.

Kriteria pohon ruang terbuka hijau

Wibowo (1992), menyatakan bahwa tumbuhan yang dipakai untuk ruang terbuka hijau merupakan habitat satwa, tempat hidup dan makan, bagi burung-burung untuk menjamin kehidupan burung-burung di perkotaan. Jenis pohon untuk lansekap kota biasanya dipilih yang tidak memerlukan perawatan intensif dan biaya pemeliharaan yang minim. Berdasarkan Arnold (1980) dan Haeckett (1974), beberapa syarat dalam memilih tanaman untuk lansekap hutan kota adalah : 1. Memenuhi keutuhan khusus seperti jalan, perkantoran dan hutan kota. 2. Mampu beradaptasi dengan lingkungan.

3. Tahan terhadap stress. 4. Tahan terhadap penyakit


(22)

6. Mempunyai sifat fisik yang mencakup ukuran tumbuh maksimum, umur, kecepatan tumbuh, trkstur dan bentuk alami, serta dapat mengkoordinasi kebutuhan desain.

Penentuan jenis pohon yang sesuai untuk hutan kota tergantung jenis atau struktur hutan kota yang akan dikembangkan. Untuk kawasan hijau pertamanan kota kriterianya antara lain :

1. Harus tidak bergetah/ beracun, dahan tidak mudah patah, perakaran tidak mengganggu fondasi, struktur daun setengah rapat sampai rapat.

2. Jenis ketinggian bervariasi.

3. Warna daun hijau dengan variasi seimbang. 4. Jenis tanaman tahunan.

5. Kecepatan tumbuh sedang.

Sebagai habitat burung, pohon ruang terbuka hijau berperan sebagai tempat berlindung, bersarang dan terutama sebagai penghasil makanan. Jenis pohon yang dipilih yaitu yang menghasilkan buah, dapat mengundang serangga, menghasilkan bunga, baik tanaman tahunan maupun musiman, sedang untuk burung pemakan biji-bijian, sumber biji didapat dari berbagai jenis varietas rumput-rumputan. Pohon yang bertekstur daun halus ( seperti Peltlophorom pteoarpum Back), berbuah (seperti Ficus benyamina L) banyak mengundang serangga (Miller, 1998).

Menurut Rachman (1996) penggunaan tanaman yang menghasilkan bunga akan memberikan daya tarik bagi satwa (burung dan kupu-kupu) serta dapat memberikan suasana yang ceria. Kehadiran satwa tersebut akan menambah suasana alami tapak yang dikelilingi oleh bangunan bertingkat serta hiruk pikuk


(23)

kegiatan transportasi. Kehadiran burung akan menambah keasrian tapak sehingga akan memperindah kawasan tersebut. Penggunaan vegetasi yang memiliki bunga/ buah akan menjadi daya tarik burung tersebut untuk datang dan tinggal di kawasan tersebut.

Masyarakat modern kini cenderung kembali ke alam (back to nature). Desiran angin, kicauan burung dan atraksi satwa lainnya di kota diharapkan dapat menghalau kejenuhan dan stres yang banyak dialami oleh penduduk perkotaan. Salah satu satwa liar yang dapat dikembangkan di perkotaan adalah burung. Burung perlu dilestarikan, mengingat mempunyai manfaat yang tidak kecil artinya bagi masyarakat, antara lain (Hernowo dan Prasetyo, 1989) :

1. Membantu mengendalikan serangga hama, 2. Membantu proses penyerbukan bunga,

3. Mempunyai nilai ekonomi yang lumayan tinggi,

4. Burung memiliki suara yang khas yang dapat menimbulkan suasana yang menyenangkan,

5. Burung dapat dipergunakan untuk berbagai atraksi reaksi, 6. Sebagai sumber plasna nutfah,

7. Objek untuk pendidikan dan penelitian.

Beberapa jenis burung sangat membutuhkan pohon sebagai tempat mencari makan maupun sebagai tempat bersarang dan bertelur. Pohon kaliandra di antaranya disenangi burung penghisap madu. Pohon jenis lain disenangi oleh burung karena berulat yang dapat dimakan oleh jenis burung lainnya.

Menurut Ballen (1989) dalam Ismayadi (2009), beberapa jenis tumbuhan yang banyak didatangi burung antara lain :


(24)

1. Kiara, caringin dan loa (Ficus spp.) F.benjamina, F.variegata, dan F.glaberrima buahnya banyak dimakan oleh burung seperti punai (Treron sp.) 2. Dadap (Erythrina variegata). Bunganya menghasilkan nektar. Beberapa jenis

burung yang banyak dijumpai pada tanaman dadap yang tengah berbunga antara lain : betet (Psittacula alexandri), serindit (Loriculus pusillus), jalak (Sturnidae) dan beberapa jenis burung madu.

3. Dangdeur (Gossampinus heptaphylla). Bunganya yang berwarna merah menarik burung ungkut-ungkut dan srigunting.

4. Aren (Arenga pinnata). Ijuk dari batangnya sering dimanfaatkan oleh burung sebagai bahan untuk pembuatan sarangnya.

5. Bambu(Bambusa spp.) Burung blekok (Ardeola speciosa) dan manyar (Ploceus sp.) bersarang di pucuk bambu. Sedangkan jenis burung lainnya seperti : burung cacing (Cynoris banyumas), celepuk (Otus bakkamoena), sikatan (Rhipidura javanica), kepala tebal bakau (Pachysephala cinerea) dan perenjak kuning (Abroscorpus superciliaris) bertelur pada pangkal cabangnya, diantara dedaunan dan di dalam batangnya.

Pada studi kasus mengenai persepsi masyarakat terhadap hutan kota di Kota Pematang Siantar, Sanuddin dkk (2003) mengklasifikasikan jenis-jenis pohon yang perlu ditanam dalam pembuatan hutan kota berdasarkan jawaban responden sebagai berikut :

1. Pohon yang efektif mengurangi polusi (menyerap partikel zat pencemaran), yaitu antara lain mahoni daun besar (Swietenia macrophylla), cemara (Casuarina equisetifolia) dan angsana (Ptercarpus indicus).


(25)

2. Pohon yang dapat meneduhkan, seperti flamboyant (Delonix regia) dan beringin (Ficus benjamina) dan pohon yang bernila estetika, seperti bunga tanjung (Mimusops elengii), filicium (Filicium decipiens), pinang merah dan palem raja.

3. Pohon MPTs (Multi Purpose Trees Species). Pilihan terhadap jenis ini untuk mengakomodir keinginan masyarakat untuk memperoleh manfaat nyata dari hutan kota melalui pemanfaatan jenis-jenis MPTs dengan aturan tertentu. Jenis-jenis tanaman ini antara lain : durian (Durio zibethinus), rambutan (Nephelium lappaceum), duku (Lansium domesticum), mangga (Mangifera indica), jambu klutuk (Psidium guajava) dan mengkudu (Morinda brachteata).

4. Koleksi pohon yang bersifat komersial, seperti jati (Tectona grandis), meranti (Shorea sp.), tusam (Pinus merkusii), pulai (Alstonia scholaris), eukaliptus (Eucalyptus sp.), melina (Gmelina arborea) dan pohon-pohon jenis langka, seperti cendana (Santalum album) dan ulin (Eusideroxylon zwagerii). Hal ini dimaksudkan agar hutan kota dapat menambah pengetahuan masyarakat tentang hutan dan lingkungan.

Silvikultur

Silvikultur berkenaan dengan kontrol pembentukan, pertumbuhan, komposisi dan kualitas vegetasi hutan. Hal ini hanya dapat dilakukan pada setiap hutan yang berlokasi tertentu, bila tersedia tujuan pengelolaan yang jelas dan tegas, yang melukiskan apa yang akan dicapai. Kemudian setiap tujuan pengelolaan harus ditafsirkan dalam arti macam struktur tegakan hutan yang


(26)

paling cocok. Tujuan yang bervariasi diantara produksi kayu, air, margasatwa dan rekreasi menghendaki struktur hutan yang berbeda (Baker,1992).

Setiap tanaman perlu pemeliharaan. Penanaman tanaman yang bersifat produksi biasanya lebih intesif dilakukan. Untuk mendapatkan hasil yang baik, tentunya semua aspek pemeliharaan harus dilakukan, mulai dari pembumbunan hama, penyakit dan kebakaran (Setiawan,2000).

Perlindungan hutan merupakan bagan dari silvikultur. Penyebab kerusakan hutan ada yang berasal dari luar hutan maupun faktor-faktor yang berhubungan dengan perkembangan hutan itu sendiri. Penyebab kerusakan hutan yaitu pathogen, serangan hama dan hewan hama, faktor lingkungan abiotik, tumbuhan pengganggu, kebekaran, satwa liar dan penggembalaan ternak. Untuk menangani hal tersebut, Evans (1982) dalam Sumardi (2004) merumuskan asas strategi perlindungan hutan yang dapat digunakan untuk mewujudkan pengelolaan hutan yang lestari, yaitu :

1. Memahami interaksi hutan dengan agens perusak sehingga dapat mengenali faktor-faktor yang menyebabkan masalah dalam perlindungan hutan dan dapat mengenali penyebab kerusakan primer.

2. Dapat menganalisis dan mengambil keputusan secara menyeluruh dan tidak hanya terbatas pada penyebab kerusakan yang paling serius saja.

3. Selalu melihat bahwa perlindungan hutan sebagai tindakan yang tidak terpisah dari silvikultur.

4. Sadar bahwa perlindungan hutan semakin penting dan pendekatannya tidak hanya terbatas pada bidang tanaman tapi termasuk hasil hutannya.


(27)

Pembangunan hutan kota

Menurut Dahlan (1992) tahapan-tahapan pembangunan hutan kota yaitu perencanaan, kelembagaan dan organisasi pelaksanaannya, pemilihan jenis, penentuan luas serta komponen pendukung.

Rekreasi

Pengertian rekreasi

Rekreasi adalah setiap kegiatan individu manusia yang dapat mempengaruhi sikap mentalnya, Rekreasi dapat menghidupkan spirit, memulihkan vitalitas, inisiatif dan pandangan hidup manusia. Pendapat ini didukung Fandeli (2001), yang menyatakan bahwa rekreasi adalah kegiatan aktif atau pasif, yang dilakukan dengan bebas dan kreatif dalam waktu senggang sebagai selingan pekerjaan sehari-hari sesuai dengan bakat dan kegemarannya.

Permintaan rekreasi

Douglas (1978), menyatakan bahwa permintaan rekreasi menunukkan banyaknya kesempatan rekreasi yang diinginkan oleh masyarakat atau gambaran total partisipasi masyarakat dalam kegiatan rekreasi secara umum yang dapat diharapkan bila tersedia fasilitas-fasilitas yang memadai atau memenuhi selera masyarakat.

Douglas (1978), menyatakan bahwa permintaan rekreasi menunukkan banyaknya kesempatan rekreasi yang diinginkan oleh masyarakat atau gambaran total partisipasi masyarakat dalam kegiatan rekreasi secara umum yang dapat


(28)

diharapkan bila tersedia fasilitas-fasilitas yang memadai atau memenuhi selera masyarakat.

Yoeti (1978), mengemukakan faktor-faktor yang mempengaruhi permintaan rekreasi yaitu pendapatan, harga produk pariwisata, struktur keluarga, kualitas, perubahan cuaca atau faktor iklim dan faktor lain.

Clawsaon dan Knetsch (1975) menyatakan ada beberapa faktor yang mempengaruhi permintaan rekreasi harian, mingguan dan musiman atau tahunan, sebagai berikut :

1. Faktor individu, yang bepengaruh terhadap potensial rekreasi, dengan unsur-unsurnya :

a. Sejumlah total areal yang berada di sektor.

b. Distribusi geografi areal, berapa banyak kemudahan kesulitan.

c. Karakteristik sosial ekonomi, seperti : umur, jenis kelamin, pekerjaan, hubungan keluarga, pendidikan dan suku bangsa.

d. Rata-rata pendapatan dan pembagian waktu luang.

e. Pendidikan khusus, pengalaman dan pengetahuan masyarakat, individu mengenai rekreasi.

2. Faktor lokasi, dengan unsurnya :

a. Keindahan yang menarik dan pembagian penggunaan bagi rekreasi. b. Intensitas dan pengelolaan rekreasi.

c. Alternatif pemilihan tempat rekreasi.

d. Kapasitas areal untuk akomodasi pemakaian rekreasi. e. Karakteristik iklim dan cuaca daerah rekreasi.


(29)

3. Hubungan antara pemakai potensial dan daerah rekreasi dengan unsur-unsurnya :

a. Lama perjalanan → tempat rekreasi → rumah. b. Senang atau tidaknya selama perjalanan. c. Keputusan perjalanan ke areal tertentu.

d. Banyaknya permintaan rekreasi akibat adanya promosi yang menarik. Douglas (1970) menyatakan permintaan rekreasi dipengaruhi oleh :

1. Unsur dari masyarakat terdiri dari ukuran populasi, tempat tinggal (kota, desa), umur dan tingkat pendidikan.

2. Uang, dengan unsur yang terdiri dari pendapatan dan kesejahteraan. 3. Waktu, dengan unsur yang terdiri dari kesempatan dan mobilitas. 4. Komunitas, dengan unsur yang terdiri dari mass media.

5. Penawaran, yang unsur yang terdiri dari ketersediaan fasilitas dari mudah tidaknya dikunjungi (aksesibilitas).


(30)

METODOLOGI PENELITIAN

Lokasi dan Waktu Penelitian

Penelitian ini dilakukan di Taman Margasatwa Medan (TMM) yang terletak di Jalan Bunga Rampe IV Kelurahan Simalingkar B Kecamatan Medan Tuntungan. Penelitian ini dilaksanakan pada bulan Mei – Juni 2009.

Aspek Kajian

Ada 3 hal yang menjadi aspek kajian utama dalam penelitian, yaitu : 1. Karakteristik pengunjung Taman Margasatwa Medan.

2. Hutan kota yang ada di Taman Margasatwa Medan. 3. Fasilitas rekreasi di Taman Margasatwa Medan.

Alat dan Bahan

Alat yang digunakan yaitu alat tulis, kamera, teropong (binokuler), dan kompas, dan kuisioner. Bahan yang digunakan yaitu pengunjung TMM, pepohonan dalam TMM, koleksi satwa di TMM, pegawai TMM, burung liar di TMM, peta kawasan..


(31)

Pengumpulan Data

Data-data yang akan dikumpulkan dalam penelitian adalah sebagai berikut 1. Data primer, merupakan data yang diperoleh secara langsung di lokasi

penelitian, antara lain :

a. Karakteristik pengunjung TMM, data-data ini meliputi 3 bagian yaitu karakteristik individu (meliputi;umur, jenis kelamin, pendidikan, pekerjaan pokok, pendapatan), kunjungan (meliputi: lama waktu kunjungan, hari berkunjung, frekuensi kunjungan, motif informasi, daya tarik TMM selain satwa, objek, dan pelayanan (meliputi: pelayanan, kebersihan dan fatasilitas).

b. Persepsi pengunjung terhadap TMM baik dari segi sarana maupun tumbuhan.

c. Jenis burung bebas yang ada di TMM.

d. Penutupan lahan TMM oleh pohon dan tanaman, yang dilihat adalah penutupan tajuk oleh tanaman maupun tumbuhan.

2. Data Sekunder, merupakan data umum yang sudah ada tersedia di pengelola TMM, seperti kondisi umum, program yang telah dilakukan oleh pengelola, rencana pengembangan serta sarana dan prasarana yang ada di TMM.

Pengambilan sampel dilakukan dengan teknik purposive sampling. Teknik pengambilan sampel ini adalah teknik pengambilan sampel berdasarkan tujuan tertentu yaitu sampel yang diambil dari pengunjung adalah pengunjung yang memiliki kriteria yang cukup dewasa (yang berumur 17 tahun ke atas), sehat jasmani dan rohani serta mampu berkomunikasi dengan baik, sedangkan untuk


(32)

pengunjung yang berkelompok dipilih beberapa orang sebagai wakil dari kelompoknya (Hasan, 2002).

Dalam penentuan jumlah sampel digunakan rumus Slovin , yaitu :

n =

( )

2

1 N e N

+

Keterangan :

n = Ukuran sampel yang dibutuhkan N = Ukuran populasinya

e = Margin error yang diperkenankan 0,1 (Kusmayadi dan Sugiarto, 2000).

Jumlah populasi yang diambil dalam menentukan jumlah responden yang akan diwawancarai adalah berdasarkan data jumlah kunjungan di TMM 2 tahun terakhir ini (2007 dan 2008) adalah : 87.078 orang dan 86.034 orang (berdasarkan data dari pihak pengelola TMM). Oleh karena itu, dalam 2 tahun ini akan diperoleh rata-rata jumlah pengunjung/tahun yang datang adalah 86.556 orang dan jika dimasukkan ke dalam rumus Slovin diatas akan diperoleh jumlah sampel sebanyak 100 orang. Secara matematis adalah sebagai berikut :

n =

( )

2

1 N e N

+

n =

( )

2

1 . 0 556 . 86 1 556 . 86 + n = 56 , 865 1 556 . 86 + n = 56 , 866 556 . 86

n = 99,88 n = 100


(33)

Prosedur Penelitian

Adapun langkah-langkah penelitian yang akan dilakukan antara lain : 1. Melakukan inventarisasi terhadap pohon-pohon yang ada di TMM, untuk

melihat jenis pohon yang ada dan melihat kesesuaiannya sebagai pohon hutan kota.

2. Mengkaji aspek tata letak dari pepohonan serta sarana dan prasarana TMM, untuk melihat kesesuaian letak yang sangat menentukan untuk kenyamanan pengunjung.

3. Melakukan studi persepsi pengunjung terhadap Taman Margasatwa Medan (TMM), dilaksanakan pada hari-hari dimana diperkirakan akan banyak pengunjung yang datang, untuk lebih mendapatkan kriteria sampel dan mengefektifkan waktu.

4. Melakukan survei burung liar yang ada di Kebun Binatang Medan, dilakukan bersama seseorang yang sudah tahu tentang burung-burung yang ada di sekitar lokasi, untuk melihat keragaman burung sebagai hasil dari fungsi hutan kota di TMM.

5. Mengkaji kelengkapan sarana TMM, dilakukan untuk membandingkan dengan persepsi dari pengunjung.


(34)

Analisis Data

Karakteristik pengunjung

Data karakteristik pengunjung TMM dianalisis secara deskriptif. Nazir (1988) mengatakan, metode deskriptif digunakan untuk mengetahui dan menganalisis data yang terkumpul dari hasil kuisioner, wawancara mendalam, observasi dan studi pustaka. Data karakteristik yang diperoleh ditabulasi dan dipersentasekan. Persamaan yang digunakan :

K = (X/Y) x 100%

dimana :

K = Karakteristik pengunjung (umur, jenis kelamin, pendidikan,dll). X = Jumlah responden yang memiliki karakteristik tertentu.

Y = Jumlah total responden yang berkunjung.

Persepsi

Persepsi pengunjung terhadap keberadaan hutan kota di TMM dan persepsi terhadap fasilitas rekreasi yang ada di TMM, dilakukan dengan menggunakan skala Likert, dimana para pengunjung akan diwawancara dan diberikan pertanyaan-pertanyaan dengan memilih satu dari lima alternatif jawaban yang ada. Skala Likert sering digunakan untuk mengukur sikap, pendapat, persepsi responden (Usman dan Akbar, 2001).


(35)

Untuk melihat hubungan karakteristik pengunjung (umur, tingkat pendidikan, pendapatan) dengan persepsi masyarakat terhadap keberadaan hutan kota di TMM, digunakan korelasi Spearman Rank (Sugiono, 2001).

6 ∑ di2

i-1 rs = 1 - _________

n(n2-1)

dimana : di = beda antar dua pengamatan berpasangan

n = banyak pengamatan

Hutan Kota

Analisa data tentang hutan kota yang diperoleh, dibagi menjadi 3 bagian,

meliputi aspek tata letak, populasi dan pemilihan jenis pohon.

Tata letak

Dianalisa menggunakan skala Likert dengan memberikan pertanyaan kepada pengunjung tentang aspek tata letak pepohonan hutan kota di Taman Margasatwa Medan (TMM) dengan memilih satu dari lima alternatif jawaban yang diberikan dan selanjutnya dipersentasekan. Pengamatan lapangan dilakukan terhadap letak pepohonan yang ditinjau berdasarkan bentuk-bentuk hutan kota (bergerombol, menyebar, atau jalur) dengan struktur ruang yang ada di TMM. Hasil dari persepsi pengunjung disesuaikan dengan pengamatan di lapangan dan literatur yang mendukung untuk mendapat kesimpulan.


(36)

Populasi

Untuk populasi juga dianalisis menggunakan skala Likert dengan memberikan pertanyaan kepada pengunjung tentang populasi pepohonan hutan kota di TMM dengan memilih satu dari lima alternatif jawaban yang ada dan selanjutnya dipersentasekan. Pengamatan di lapangan berdasarkan populasi pohon disetiap tempat dengan silvikultur yang digunakan oleh pengelola TMM. Hasil dari persepsi pengunjung disesuaikan dengan pengamatan di lapangan dan literatur yang mendukung untuk mendapatkan kesimpulan.

Pemilihan jenis

Dalam pemilihan jenis pohon yang diperhatikan adalah tujuan peruntukan hutan kota tersebut dengan pemilihan jenis pohonnya. Persepsi pengunjung menggunakan analisis skala Likert, pengunjung akan diberi pertanyaan tentang pemilihan jenis pepohonan dengan memilih satu dari lima alternatif jawaban yang ada dan selanjutnya dipersentasekan. Hasil dari persepsi pengunjung disesuaikan dengan pengamatan di lapangan dan literatur yang mendukung.

Pada pengamatan burung liar dilakukan bersama dengan seorang pemandu yang sudah mengenal burung-burung liar yang ada disekitar TMM. Metode yang dilakukan yaitu :

1. Jalan mengendap-endap,

2. Mencari tempat yang cukup dekat dengan burung,

3. Tidak melakukan kegiatan yang dapat mengganggu burung,

4. Tidak melepas binokuler sampai deskripsi burung dapat tergambarkan, dan 5. Membuat sketsa burung dan mendeskripsikan ciri-cirinya.


(37)

KONDISI UMUM LOKASI PENELITIAN

Sejarah Singkat Taman Margasatwa Medan

Taman Margasatwa Medan adalah taman margasatwa yang lokasinya terletak di Jalan Bunga Rampe IV Kelurahan Simalingkar B Kecamatan Medan Tuntungan, sekitar 10 kilometer dari pusat kota ke arah Brastagi. Taman margasatwa yang saat ini merupakan taman margasatwa dengan luasan 30 hektar diresmikan Walikota Medan, Abdillah, pada 14 April 2005. Sebelumnya Taman Margsatwa Medan bernan Binatang Medan di Jalan Brigjen Katamso, Kelurahan Kampung Baru, Medan Maimun.

Taman margasatwa ini cukup diminati warga. Sekitar ± 1.000 orang mengunjungi taman margasatwa seluas 30 hektar ini setiap akhir minggunya. Pada hari libur, jumlah pengunjung berjumlah 150 orang

Taman Margasatwa Medan berada di bawah naungan Pemko Medan yang dana pengelolaannya berasal dari PD Pembangunan Kota Medan. Disana terdapat aneka hewan semisal, rusa jawa, rusa totol, harimau sumatera, beruang, kera, siamang, ayam hutan, orangutan, tapir, buaya, aneka burung, dan banyak hewan lainnya. Jumlah satwa kini telah mengalami penambahan. Ini berkat program pengembangbiakan bagi hewan-hewan langka yang dilindungi seperti harimau sumatera dan jenis primata. Taman satwa ini sebenarnya masih dalam tahap pembenahan. Masih banyak tahapan pembangunan fasilitas lainnya yang sedang direncanakan untuk melengkapi Taman Margasatwa Medan ini. Penataannya pun belum begitu maksimal, masih banyak kekurangan yang harus disempurnakan lagi demi menarik minat pengunjung.


(38)

Jalur pengunjung di Taman Margasatwa Medan ini dibuat mendekati situasi alamiah. Pengunjung harus melewati jajaran jalan kecil yang sengaja dibuat untuk bisa berkeliling meninjau setiap kandang hewan yang ada. Namun, jika dilalui dengan berjalan kaki, cukup memakan waktu. Namun pada setiap jarak tertentu akan disajikan pemandangan alam dan bisa sambil mengamati lokasi satwa yang ada.

Bagi yang tidak ingin lelah dan kepanasan, bisa juga menggunakan jasa sado Ada 4 kereta berkuda yang disediakan pegelola. Dengan membayar tiket sado sesuai dengan Dengan membayar tiket dado sesuai tarif, pengunjung akan diantar berkeliling taman margasatwa.

Berbagai fasilitas pendukung yang dapat dinikmati para pengunjung Taman Margasatwa Medan, seperti lahan parker yang luas, toilet, kantin, warung, ayunan, tempat peristirahatan, fasilitas ini terdapat di dalam areal taman margasatwa.


(39)

HASIL DAN PEMBAHASAN

Hutan Kota

Kondisi harapan hutan kota

Untuk membuat taman margasatwa sebagai hutan kota yang baik, yang

menunjang kegiatan rekreasi, pelestarian plasma nutfah, sebagai indetitas kota dan untuk sarana pendidikan, maka hutan kota tersebut harus memenuhi persyaratan : a. Penutupan tajuk pohon pelindung merata, sehingga tidak ada lokasi yang

perbedaan kerapatan tajuknya terlalu besar. Hal ini dikarenakan pengunjung tidak terfokus pada satu areal, pengunjung menyebar merata. Untuk lokasi-lokasi yang berdekatan dengan kandang tertutup satwa, perlu pengaturan masuknya sinar matahari. Apabila kondisi kandang telalu lembab dapat menyebabkan satwa sakit.

b. Pengaturan tanaman yang tepat. Tujuannya agar pengunjung merasa nyaman dan kesehatan satwa terjaga.

1. Untuk lokasi yang berbau tidak sedap, tanaman yang mendominasi adalah tanaman yang menghasilkan bau wangi.

2. Antara kandang satwa dengan lingkungan sekitarnya ditanami tanaman pagar. Untuk menjaga kselamatan satwa dari gangguan pengunjung.

3. Pot-pot tanaman ditanami dengan tanaman yang memiliki bunga indah, agar terlihat lebih menarik.

4. Penanaman lantai kebun binatang ang tidak diperkeras (diaspal atau paving blok) dengan tanaman penutup tanah bertujuan yaitu pada saat


(40)

musim hujan tanah tidak becek dan pada saat musim kemarau tidak menghasilkan debu.

5. Pinggiran danau ditanami tanaman hias yang diletakkan pada pot-pot, bertujuan agar danau terlihat alami.

6. Sekelililng pagar pembatas luar ditanami dengan tanaman yang dapat mengurangi dan meredam kebisingan serta memberi kesan yang indah.

7. Tanaman-tanaman air pada kolam-kolam kebun binatang.

8. Di depan pintu masuk ditanami tanaman pelindung dan tanman hias, bertujuan agar kebun binatang terlihat lebih asri dan indah.

c. Keanekaragaman tumbuhan yang tinggi dapat dijadikan sebagai sarana edukatif.

d. Penanaman tanaman yang merupakan tanaman ciri khas propinsi.

e. Sebagai habitat burung-burung liar perkotaan. Simbiosis mutualisme antara tumbuhan dan hewan dapat dimanfaatkan sebagai habitat burung liar yang ada di perkotaan.

f. Memiliki areal persemaian tanaman.


(41)

Penutupan tajuk

Kondisi TMM saat ini hampir seluruhnya tertutup oleh tajuk pohon pelindung. Hanya ada beberapa lokasi tertentu yang masih terbuka seperti areal parkir, depan pintu masuk, dan arena gajah. Pada beberapa tempat pepohonan masih berupa pancang dengan rata-rata tinggi 1 meter. Selain itu ada juga tempat yang penutupan tajuk pohon pelindung sudah memadai namun rumput tinggi dan semak tetap banyak Oleh karena adanya tajuk pepohonan dan rerumputan serta semak yang tinggi menyebabkan suasana lembab dan banyak nyamuk.

Disepanjang jalan yang mengelilingi area taman margasatwa sudah ditanami dengan pepohonan sehingga memberi kesan sejuk dan asri ketika berjalan mengelilingi TMM.


(42)

Gambar 2. Jalan TMM yang ditanami pohon hias.

Pada beberapa tempat yang tanaman tingginya rata-rata 1 meter belum memberikan suasana sejuk oleh karena belum adanya penutupan tajuk. Untuk lokasi yang rumput dan semaknya terlalu tinggi perlu dilakukan pemangkasan sehingga nyamuk yang mengganggu semakin berkurang demi kenyamanan pengunjung dan luasan untuk tempat bersantai bagi pengunjung semakin bertambah untuk berkumpul dan duduk bersantai sambil menggelar tikar, terutama jika banyak pengunjung datang di hari libur.

Gambar 3. Ruang terbuka di bawah pepohonan dimanfaatkan untuk bersantai.

Saat ini tajuk pepohonan yang ada di dekat kandang belum terlalu lebat dan satwa-satwa masih mendapat sinar matahari yang cukup, sehingga belum perlu dilakukan pemangkasan. Perawatan terhadap tanaman dan pepohonan sangat


(43)

perlu dilakukan terutama untuk yang baru ditanam supaya terhindar dari penyakit dan dapat tumbuh dengan baik.

Pengaturan tanaman

Tanaman yang ada di TMM saat ini kurang banyak dan pengaturannya kurang tepat sehingga kondisi TMM menjadi kurang indah dan menarik. Tidak semua kandang ditanami dengan tanaman yang menghasilkan bau wangi yang dapat menetralisir bau tidak sedap di sekitarnya, terutama pada kandang rusa dan kandang bangau tongtong yang makanannya berupa ikan mati.

Kurangnya tanaman pagar di setiap kandang dapat mengganggu keselamatan satwa koleksi. Perilaku pengunjung yang suka melemparkan makanan, plastik bungkus makanan ke dalam kandang satwa dapat mengganggu kesehatan satwa, terutama saluran pencernaan.

Gambar 4. Perilaku pengunjung yang dapat membahayakan satwa Beberapa tanaman hias ditanami sepanjang jalan yang mengelilingi area kebun binatang. Jalan yang dibuat mengelililngi TMM sudah diperkeras dengan paving blok sehingga tidak perlu diberi tanaman penutup tanah yang berfungsi untuk mencegah becek saat musim hujan dan debu saat musim kemarau.


(44)

Penanaman tanaman sebaiknya disesuaikan dengan kondisi lingkungan di sekitarnya, agar pengunjung aman dan nyaman, dan satwa koleksi aman dari gangguan negatif pengunjung. Areal yang banyak digunakan pengunjung untuk berkumpul sekelilingnya ditanami dengan bunga berwarna indah dan berbau wangi, misalnya bunga mawar dan flamboyan. Penanaman ini bertujuan agar pengunjung yang beristirahat di areal tersebut akan merasa nyaman. Penanaman tanaman berbau wangi ini juga dapat menetralisir bau tidak sedap yang berasal dari kandang satwa.

Keanekaragaman tanaman dan penciri kota

Saat ini tanaman di areal TMM baik jumlah maupun lokasinya belum tersebar merata, sehingga ada areal yang hanya didominasi oleh tanaman tertentu. Tanaman yang mendominasi antara lain angsana, mahoni, dan glodokan. Tidak adanya papan interpretasi nama tanaman dapat menghambat pengunjung untuk lebih mengenal nama tanaman.

Beranekaragamnya tanaman dalam satu areal akan dapat menambah pengetahuan pengunjung tentang tanaman. Penanaman tanaman dapat disesuaikan dengan jumlah. Fungsi pelestarian plasma nutfah flora dapat dilakukan dengan cara penanaman tanaman langka.

Untuk menunjang kegiatan pendidikan, perlu dilakukan pemberian papan interpretasi di setiap tanaman yang mewakili. Papan tersebut berisi informasi tentang nama lokal, nama ilmiah, kegunaan, penyebaran serta keterangan yang lainnya. Selain itu sangat perlu dilakukan penanaman untuk tanaman khas propinsi di areal TMM.


(45)

Sebagai habitat burung liar

Pada saat ini TMM berfungsi sebagai habitat burung liar. Aktifitas burung tersebut yang dapat terlihat adalah mencari makanan. Tidak ditemukan sarang burung. Burung-burung ini pada umumnya berasal dari sekitar luar areal kebun binatang dimana masih banyak terdapat ladang masyarakat dan pepohonan serta tanaman sawit yang juga membentuk habitat bagi burung-burung tersebut.

Penanaman tanaman yang berbunga dapat mendatangkan berbagai jenis burung dan satwa liar lainnya, seperti kupu-kupu. Menurut Ballen (1989) dalam Ismayadi (2009), dadap (Erythrina variegata), beringin (Ficus benjamina) dan Dangdeur (Gossampinus heptaphylla) adalah contoh dari jenis tumbuhan yang disukai burung. Beraneka ragam tanaman yang ada dapat menyebarkan burung-burung tersebut di seluruh areal TMM. Dalam Hernowo dan Prasetyo (1989), desiran angin, kicauan burung dan atraksi satwa lainnya di kota diharapkan dapat menghalau kejenuhan dan stres yang banyak dialami oleh penduduk perkotaan. Oleh karena itu, semakin banyak kicauan burung dan beragamnya kupu-kupu akan dapat menambah keindahan dan keasrian, sehingga dapat mengurangi kejenuhan dan stress yang dialami oleh penduduk perkotaan. Untuk pihak pengelola, beranekaragamnya burung dapat dibuat wisata khusus khusus untuk pengunjung berupa wisata pengamatan burung (bird watching).

Persemaian

Saat ini TMM tidak memiliki persemaian karena pepohonan dan tanaman yang ada berasal dari sumbangan-sumbangan instansi pemerintah ataupun perusahaan-perusahaan. Kebun persemaian perlu dibuat di TMM supaya


(46)

dapat berfungsi sebagai pemenuhan bibit bagi penggantian tanaman yang mati atau rusak. Dalam Setiawan (2000), dikatakan bahwa setiap tanaman perlu pemeliharaan. Penanaman tanaman yang bersifat produksi biasanya lebih intesif dilakukan. Untuk mendapatkan hasil yang baik, tentunya semua aspek pemeliharaan harus dilakukan, mulai dari pembumbunan hama, penyakit dan kebakaran. Selain itu, kebun persemaian juga dapat menjadi sarana edukasi bagi pengunjung.

Keorganisasian

Pada saat ini tanaman-tanaman dan pepohonan yang ada di TMM adalah hasil dari sumbangan dari berbagai pihak yang peduli pada efek lingkungan yang mulai marak dibicarakan. Oleh karena hal-hal yang berhubungan dengan sifat pendanaan yang sangat terbatas, pihak pengelola masih memfokuskan pengembangan TMM pada bagian satwa dan pembenahan sarana dan prasarana, sehingga, belum ada satu bagian khusus untuk mengurus tanaman dan pepohonan yang ada saat ini.

Tanaman dan pepohonan yang ada di TMM saat ini yang membentuk suasana alamiah hutan sangat perlu ditangani oleh suatu bagian kepengurusan atau seksi yang bertanggung jawab secara penuh. Banyak kegiatan yang dapat dilakukan dalam perawatan seluruh tanaman. Kalau tidak ditangani secara tepat, maka tanaman-tanaman yang ada saat ini akan tumbuh kurang baik dan dapat mengurangi nilai keindahan yang ada sebelumnya.


(47)

Berdasarkan wawancara yang dilakukan terhadap pengunjung tentang pendapat atas keberadaan hutan kota di Taman Margasatwa Medan sesuai dengan keadaan saat ini, diperoleh hasil yang disajikan pada tabel berikut :

Tabel 1. Rekapitulasi Data Persepsi Pengunjung tentang Keadaan Hutan

Kota di Taman Margasatwa Medan.

NO. Keterangan Skala

Penilaian

Jumlah

(Orang) Skor Penilaian

1 Sangat Tidak Bagus 1 0 0

2 Tidak Bagus 2 2 4

3 Biasa Saja 3 39 117

4 Bagus 4 59 236

5 Sangat Bagus 5 0 0

Total - 100 357

Sumber : Data kuesioner diolah

Kriteria Skor :

a. 100-180 : Sangat Kurang Baik b. 181-260 : Kurang Baik

c. 261-340 : Biasa saja d. 341-420 : Baik

e. 421-500 : Sangat Baik

Jadi, dilihat dari hasil skor yang diperoleh yaitu 357, maka hutan kota Taman Margasatwa Medan untuk saat ini pengunjung menilai sudah baik. Hal ini sesuai dengan rata-rata pengunjung selain untuk melihat satwa tujuan utama yang lain adalah untuk menikmati keteduhan dan kesegaran alamiah dari pepohonan yang ada. Hal yang perlu ditingkatkan adalah pengaturan tata letak pepohonan, pemilihan jenis pepohonan dan jumlahnya.

Tata letak pepohonan di hutan kota TMM saat ini adalah berbentuk jalur dan bergerombol. Hal ini sesuai dengan Irwan (1994) yang menyebutkan hutan kota dapat dikelompokkan menjadi bentuk letak bergerombol, menyebar dan


(48)

bentuk jalur. Namun, tata letak sebaiknya disesuaikan berdasarkan jenis dan tujuan supaya lebih teratur sehingga pengunjung dapat lebih fokus dan terkonsentrasi ketika menikmati obyek hutan kota. Misalnya untuk jenis pohon MPTs ataupun jenis komersial letaknya masing-masing di kelompokkan pada satu tempat.

Pemilihan jenis pepohonan di hutan kota TMM masih terasa kurang banyak jenisnya. Hal ini dapat dilihat dari jenis pepohonan yang masih sedikit dan di beberapa tempat yang tujuannya untuk ditanami masih kosong. Menurut Setiadi dkk (2003), jenis pohon yang ditambahi sebaiknya jenis MPTs (durian, rambutan,mangga, duku, dll) dimana pengunjung bisa merasakan manfaat jenis tersebut dengan aturan tertentu, dan jenis yang dapat menambah pengetahuan pengunjung untuk tujuan edukasi, seperti jenis pohon komersial (jati, tusam, eukaliptus, dll), jenis pohon langka (cendana, ulin, namnam, dll). Akan lebih baik jika tanaman khas Sumatera Utara juga ditanam, seperti bunga kenanga, anggrek tien soeharto, bunga bangkai, ataupun daun sang. Dengan demikian jenis tanaman dan pepohonan di hutan kota akan semakin beragam dan fungsi sebagai pelestarian plasma nutfah flora dapat terwujud.

Populasi pepohonan di hutan kota TMM belum banyak berdasarkan luasan yang sedang dikembangkan saat ini. Hal ini dapat dilihat pada beberapa tempat yang tujuannya untuk ditanami masih kosong karena jumlah yang kurang dan banyak tanaman yang mati. Oleh karena itu, tidak menjadi masalah jika pepohonan ditambah jumlah dan jenisnya, agar suasana TMM lebih segar dan asri.


(49)

Rekreasi

Kondisi harapan rekreasi

Dalam Ifana (2003), untuk mengoptimalkan taman margasatwa sebagai sarana rekreasi, maka sarana rekreasi tersebut harus memenuhi :

1. Kelengkapan sarana dan prasarana a. Kuantitasnya mecukupi. b. Letaknya tersebar merata. c. Kondisi layak pakai.

2. Kelengkapan layanan. Layanan yang diberikan setiap hari sama. 3. Obyek wisata

a. Jumlahnya beraneka ragam. b. Pengandangan terbuka. c. Kondisi kandang bersih.

4. Keorganisasian. Adanya kerja sama antara bagian untuk mengoptimalkan taman margasatwa sebagai sarana rekreasi, adanya pengawasan yang bertanggung jawab terhadap penggunaan dana-dana yang diperuntukkan untuk pengelolaan, dan penerimaan dana operasional setiap seksi sesuai dengan pengalokasian anggaran, agar taman margasatwa dapat berjalan sesuai dengan tujuannya sebagai sarana konservasi, sarana rekreasi dan sarana pendidikan.


(50)

Kelengkapan sarana dan prasarana

Fasilitas yang ada di TMM saat ini adalah : 1. Fasilitas wisata

a. Naik gajah, naik kuda dan naik andong. b. Tempat bermain anak-anak.

c. Flying fox d. Parkir

e. Kios souvenir f. Kandang hewan 2. Fasilitas pengunjung

a. Mushola b. Toilet

c. Ruang terbuka di bawah pepohonan d. Tempat duduk

e. Papan interpretasi. f. Kafetaria

3. Faslitas manajemen.

a. Kantor sekretariat TMM

b. Kantor pusat penelitian dan pengembangan c. Kantor satpam

d. Kantor klinik dan karantina e. Perpustakaan


(51)

Sarana dan fasilitas yang ada di TMM sudah cukup dan dapat memenuhi

kebutuhan pengunjung. 72% pengunjung mengatakan bahwa pelayanan pengelola TMM dinilai cukup karena masih dalam tahap pembenahan karena pemindahan lokasi yang baru. Untuk beberapa sarana yang jumlahnya kurang banyak dan kurang tersebar merata, maka perlu dilakukan penambahan dan penyebaran secara merata, seperti tempat duduk, tempat sampah, kafetaria, dan kios souvenir. Untuk sarana dan prasarana yang kondisinya rusak dan tidak menarik seperti musholla dan toilet perlu diperbaiki lagi supaya pengunjung merasa nyaman. Hal ini untuk mengantisipasi jika hari libur tiba, dimana jumlah pengunjung sangat banyak. Penambahan buku-buku di perpustakaan yang berhubungan dengan kebun binatang perlu dilakukan untuk menambah pengetahuan para pengunjung.

Gambar 5. Arena bermain anak


(52)

Kelengkapan layanan

Layanan yang ada di TMM saat ini antara lain papan informasi di

beberapa tempat, papan interpretasi di setiap kandang satwa yang berisi tentang nama ilmiah, nama lokal, asal, penyebaran dan gambar satwa. Selain itu ada juga untuk foto bersama gajah yang langsung ditangani oleh keeper gajah.

Kelengkapan layanan yang diberikan kepada pengunjung belum cukup

memenuhi kebutuhan pengunjung sebagai sarana rekreasi. 89% pengunjung mengatakan kurangnya papan informasi yang ada di TMM dan petugas yang ada sebagai sumber informasi. Sumber informasi tentang TMM memang dirasakan perlu supaya pengunjung jangan merasa kebingungan ketika berada di TMM. Selain itu, beberapa pengunjung menyarankan untuk penyediaan majalah dinding yang berisi tentang berbagai macam informasi TMM. Penyediaan informasi akan setiap tanaman yang ada di TMM juga perlu dilakukan.

Pihak pengelola sebenarnya mempunyai target dan rencana penambahan dan pembenahan fasilitas dan layanan yang sekiranya direalisasikan sebelum lebaran tiba, karena biasanya pengunjung akan banyak. Pembenahan yang akan dilakukan yaitu penambahan jumlah kursi dan tempat sampah di beberapa tempat, perbaikan fasilitas bermain anak-anak, penambahan dan perbaikan papan informasi di berbagai tempat dan perbaikan papan interpretasi di setiap kandang, pemutaran film dokumenter tentang satwa dan lingkngan dan penambahan satwa.

Jenis layanan yang ada sebaiknya dapat memenuhi fungsi TMM sebagai sarana pendidikan yang sehat selain sebagai sarana rekreasi. Layanan yang ada perlu ditingkatkan kualitasnya dengan pengintensifan layanan yang diberikan. Pengintensifan layanan ini perlu dilakukan karena pengunjung kebun binatang


(53)

tidak hanya datang pada waktu-waktu tertentu, melainkan setiap hari. Boleh jadi diadakan wisata khusus, seperti pendidikan lingkungan hidup dan wisata pengamatan perilaku satwa. Tujuan dilakukan kegiatan ini selain dapat menambah kualitas layanan kebun binatang, juga agar pengunjung lebih mengenal dan mencintai lingkungannya, sehingga akan menjaga lingkungan dari kerusakan. Kegiatan wisata ini bisa bekerja sama dengan lembaga swadaya masyarakat yang bergerak di bidang lingkungan yang ada di sekitar Kota Medan.

Obyek wisata

Koleksi satwa yang ada di TMM saat ini ada sebanyak 81 ekor dengan 25

jumlah spesies. Untuk daftar nama satwa dapat dilihat pada lampiran. Saat ini satwa yang menjadi andalan wisata TMM yaitu harimau sumatera dan orang utan. Satwa ini termasuk unik bagi para pengunjung.

Sistem pengandangan di TMM saat ini adalah sistem pengandangan terbuka dan sistem pengandangan tertutup. Untuk satwa aves, reptil dan beberapa mamalia menggunakan sistem pengandangan tertutup.

Koleksi satwa di TMM populasinya belum padat untuk jumlah spesies ±25

spesies dan 81 ekor satwa di lahan 30 ha. Jadi perlu dilakukan penambahan jumlah dan jenis satwa.

Berdasarkan wawancara yang dilakukan terhadap pengunjung tentang pendapat atas keseluruhan fasilitas rekreasi di Taman Margasatwa Medan sesuai dengan keadaan saat ini, diperoleh hasil yang disajikan pada tabel berikut :


(54)

Tabel 2. Rekapitulasi Data Persepsi Pengunjung tentang Fasilitas Rekreasi di

Taman Margasatwa Medan

NO. Keterangan Skala

Penilaian

Jumlah

(Orang) Skor Penilaian

1 Sangat Kurang Baik 1 0 0

2 Kurang Baik 2 37 74

3 Biasa Saja 3 25 75

4 Baik 4 38 152

5 Sangat Baik 5 0 0

Total - 100 301

Sumber : Data kuesioner diolah

Kriteria Skor :

a. 100-180 : Sangat Kurang Baik b. 181-260 : Kurang Baik

c. 261-340 : Biasa saja d. 341-420 : Baik

e. 421-500 : Sangat Baik

Jadi, dilihat dari hasil skor yang diperoleh yaitu 301, maka keadaan fasilitas rekreasi Taman Margasatwa Medan untuk saat ini pengunjung menilai biasa saja. Pengunjung memang belum sepenuhnya merasa nyaman dengan sarana rekreasi yang ada. Masih banyak hal-hal yang harus dibenahi. Keterbatasan dana pengelola, dimana dana pengelolaan TMM tidak dimasukkan lagi ke dalam anggaran dana pemerintah. Walaupun demikian, masih tetap harus dilakukan pembenahan di setiap sarana dan fasilitas.


(55)

Karakteristik Pengunjung Taman Margasatwa Medan Kondisi saat ini

Penilaian mengenai karakteristik pengunjung TMM dan harapan yang diinginkan oleh pengunjung didasarkan atas beberapa variabel, yaitu karakteristik individu, kunjungan yang mencakup frekuensi kunjungan, waktu dan motif kunjungan serta pelayanan pengelola terhadap pengunjung. Dengan mengetahui karakteristk pengunjung, dapat memudahkan pengelolaan untuk mengambil langkah ke depan dalam meningkatkan kualitas pelayanan, sarana dan prasarananya.

Karakteristik individu pengunjung TMM

Karakteristik individu yang diidentifikasi dalam penelitian ini meliput i jenis kelamin, status perkawinan, umur, pendidikan tertinggi, dan pekerjaan pokok. Pengamatan terhadap karakteristik individu ini perlu dilakukan karena faktor individu merupakan yang mempengaruhi permintaan rekreasi alam terbuka seperti kebun binatang (Clawson dan Knetsch, 1975).

Pengunjung Taman Margasatwa Medan yang diwawancarai sebanyak 100 responden. Responden yang diwawancarai umumnya perempuan, yakni sebanyak 58 orang atau 58% dari total responden, pengunjung laki-laki sebanyak 42 orang atau 42%. Hal ini disebabkan karena umumnya pengunjung datang berupa rombongan, yang kebanyakan anggotanya adalah perempuan dan ada juga yang hanya perempuan saja. Hal ini dikarenakan umumnya kelompok perempuan memiliki waktu luang lebih banyak.


(56)

Umumnya responden yang dominan adalah dibawah 20 tahun sebanyak 30 orang (30%). Selanjutnya kelompok umur 21-30 tahun sebanyak 21 orang (21%), 31-40 tahun sebanyak 24 orang (24%), 41-50 tahun sebanyak 17 orang (17%) dan yang paling sedikit adalah rentang umur 51-60 tahun sebanyak 8 orang (8%).

Pendidikan terakhir pengunjung TMM berdasarkan hasil wawancara didapatkan Sekolah Menengah Atas sebanyak 62 orang (62%) dan Perguruan Tinggi sebanyak 38 orang (38%). Pendidikan terakhir pengunjung berpengaruh pada jenis pekerjaan pokok pengunjung. Berdasarkan hasil wawancara, didapatkan jenis pekerjaan tertinggi yaitu Pelajar/Mahasiswa sebanyak 46 orang (46%), selanjutnya PNS sebanyak 22 orang (22%), pegawai swasta sebanyak 16 orang (16%), wiraswasta sebanyak 11 orang (11%) dan petani sebanyak 5 orang (5%). Untuk lebih jelasnya dapat dilihat pada tabel 3.

Tabel 3. Karakteristik Individu Pengunjung TMM Berdasarkan Jenis Kelamin,

Umur, Pendidikan Terakhir dan Pekerjaan Pokok.

No Variabel Karakteristik Jumlah (orang) Persentase (%)

1 Jenis Kelamin

Laki-laki Permpuan 58 42 58 42 2 Umur

<20 tahun 21-30 tahun 31-40 tahun 41-50 tahun 51-60 tahun

30 21 24 17 8 30 21 24 17 8 3 Pendidikan Terakhir

Tidak sekolah SD SMP SMA/ SMK Perguruan Tinggi 0 10 15 37 38 0 10 15 37 38 4 Pekerjaan Pokok

Pelajar/ Mahasiswa PNS Pegawai Swasta Wiraswasta Petani 46 22 16 11 5 46 22 16 11 5


(57)

Kunjungan

Dari wawancara beberapa pengunjung diperoleh lamanya waktu pengunjung berada di dalam areal Taman Margasatwa Medan (TMM), paling banyak selama 3-4 jam ada sebesar 48% dari total pilihan pengunjung. Lama berkunjung 2-3 jam dan 1-2 jam masing-masing sebesar 18% dari total plihan pengunjung. Lama berkunjung lebih dari 4 jam ada sebesar 11% dan lama berkunjung kurang dari 1 jam ada sebesar 5% dari total pilihan pengunjung. Hal ini menunjukkan rata-rata pengunjung berada di dalam areal TMM selama 3-4 jam dan waktu ini sudah tergolong cukup untuk mengelilingi seluruh obyek wisata TMM. Kalaupun ada yang melebihi ataupun kurang dari waktu itu hanyalah pengunjung yang memiliki kepentingan-kpentingan khusus selain untuk rekreasi di dalam areal TMM dan bisa juga karena kondisi kebun binatang dirasa sudah tidak nyaman lagi.

Pilihan hari yang masih menjadi prioritas pengunjung untuk melakukan rekreasi adalah hari libur, hal ini dapat dilihat dari hasil wawancara. Sebesar 81% pengunjung memilih hari libur dan 19% memilih hari biasa. Umumnya pengunjung sudah pernah berkunjung ke TMM. Pengunjung yang sudah pernah ke kebun binatang 2-3 kali ada sebanyak 42 orang (42%), yang berkunjung baru 1 kali sebanyak 23 orang (23%), sebanyak 3-4 kali sebanyak 21 orang (21%) dan lebih dari 4 kali sebanyak 14 orang (14%). Untuk lebih jelasnya dapat dilihat pada tabel berikut .


(58)

Tabel 4. Pola Kunjungan

No Variabel Kunjungan Jumlah (orang) Persentase (%)

1 Waktu yang digunakan selama di TMM

3-4 jam 2-3 jam 1-2 jam > 4 jam < 1 jam

48 18 18 11 5 48 18 18 11 5 2 Pilihan hari kunjungan

Hari libur Hari biasa 81 19 81 19 3 Jumlah kunjungan

2-3 kali 1 kali 3-4 kali > 4 kali

42 23 21 14 42 23 21 14

Berdasarkan hasil wawancara, motif kunjungan pengunjung TMM ada berbagai macam, tetapi yang paling tinggi yaitu untuk berekreasi sebanyak 78 orang (78%), belajar sebanyak 15 orang (15%), penelitian sebanyak 4 orang (4%), olah raga sebanyak 3 orang (3%).

Sebelum melakukan kegiatan rekreasi, umumnya pengunjung sudah memperoleh informasi tentang TMM yang akan dikunjungi. Umumnya pengunjung memperoleh informasi dari keluarga dan teman (65%), media massa serta elektronik (20%) dan papan reklame (15%). Hal ini menunjukkan media yang baik untuk melakukan promosi yaitu melalui penunjung sebelumnya, yang akan menceritakan pengalamannya setelah berkunjung kepada keluarga dan teman.

Banyak pengunjung melakukan kunjungan ke TMM selain untuk melihat satwa, pengunjung tertarik akan keteduhan dan kesegaran suasana kebun binatang yang mulai terasa nyaman karena pepohonan banyak yang sudah tumbuh besar di


(59)

tengah-tengah panasnya Kota Medan. Pengunjung yang tertarik dengan keteduhan dan kesegaran Kebun Binatang Medan ada sebesar 71%, lainnya dikarenakan faktor biaya murah sebesar 15%, fasilitas sebesar 9% dan aksesibilitas sebesar 5%. Hal ini menunjukkan bahwa pengelolaan tanaman yang ada di areal TMM tidak boleh disepelekan. Untuk lebih jelasnya dapat dilihat pada tabel berikut.

Tabel 5. Karakteristik Pengunjung berdasarkan Motif Kunjungan, Informasi, dan

Daya Tarik.

No Variabel Kunjungan Pengunjung TMM Jumlah Pendapat Persentase (%)

1 Motif kunjungan

Rekreasi Belajar Penelitian Olah raga 78 15 4 3 78 15 4 3 2 Informasi

Keluarga dan teman

Media massa dan elektronik Papan reklame 65 20 15 65 20 15 3 Daya tarik

Keteduhan dan kesegaran Biaya murah Fasilitas Aksesibilitas 71 15 9 5 71 15 9 5 Pelayanan

Dari hasil wawancara kepada beberapa pengunjung didapatkan 73% mengatakan bahwa pelayanan pengelola sudah dirasa cukup, 68% berpendapat TMM cukup bersih, meskipun jumlah dan penyebaran tempat sampah masih dirasa kurang. 88% berpendapat bahwa papan informasi belum cukup. 83% berpendapat kandang satwa terlihat nyaman bagi pengunjung. 71% berpendapat bahwa fasilitas yang ada sudah cukup memenuhi. 74% berpendapat bahwa TMM sudah cukup teduh. Hal ini menunjukkan bahwa pelayanan yang telah diberikan cukup memuaskan pengunjung, meskipun masih ada kekurangan-kekurangan, sehingga perlu ditingkatkan lagi, baik itu kualitas maupun kuantitasnya.


(60)

Taman Margasatwa Medan (TMM) sebagai sarana rekreasi dengan obyek wisata utama adalah satwa, merupakan sarana rekreasi yang kompetitif untuk dikembangkan. Hal ini dapat dilihat dari lokasinya yang berada di pinggir Kota Medan sehingga dapat dijangkau dari berbagai arah. Walaupun koleksi satwa serta kelengkapan sarana dan prasarananya belum cukup lengkap, berdasarkan hasil wawancara kepada pengunjung, dapat dilakukan beberapa kegiatan untuk mendukung TMM, yaitu :

1. Pengklasifikasian harga tiket masuk berdasarkan umur dan hari kunjungan. 2. Peningkatan sarana pendidikan yang ada, yaitu penambahan jumlah buku di

perpustakaan. Buku-buku tersebut dapat diperoleh melalui pembelian dan sumbangan. Pihak pengelola diharapkan dapat menaikkan minat anak muda, khususnya pelajar untuk datang berkunjung.

3. Penyebaran informasi tentang TMM melalui media elektronik maupun media cetak diperbanyak frekuensinya, sehingga jumlah individu yang akan berkunjung diharapkan bertambah banyak. Pengunjung yang datang bisa untuk rekreasi dan bisa juga untuk kegiatan penelitian.

4. Kebersihan kandang satwa perlu ditingkatkan lagi. Kebersihan kandang ini mempengaruhi kenyamanan pengunjung.


(61)

Hubungan Karakteristik Pengunjung dengan Persepsi

Hubungan karakteristik pengunjung dibagi menjadi 3 bagian yaitu hubungan antara umur dengan persepsi pengunjung, hubungan antara tingkat pendidikan dengan persepsi pengunjung, hubungan antara pendapatan dengan persepsi pengunjung.

Hubungan antara umur dengan persepsi pengunjung

Hubungan karakterisitk pengunjung (umur, tingkat pendidikan, pendapatan dan pekerjaan) dengan persepsi pengunjung TMM disajikan pada tabel berikut :

Tabel 6. Analisis Korelasi Rank Spearman dengan Karakteristik Pengunjung No Karakteristik

Pengunjung

Rank Spearman

t hitung t tabel Kesimpulan

1 Umur -0.109 -0.967 1.990 Hubungan Lemah

2 Tingkat Pendidikan

0.539 5.649 1.990 Hubungan Kuat 3 Pendapatan 0.049 0.433 1.990 Hubungan Lemah

Umur adalah usia responden pada saat penelitian dilakukan. Berdasarkan hasil anaisis yang dilakukan dengan menggunakan peringkat Spearman diperoleh rs= -0.109, ini menunjukkan bahwa umur dengan persepsi memiliki hubungan yang rendah. Sebagai pedoman sederhana, angka korelasi di atas 0.5 menunjukkan korelasi yang cukup kuat, sedang di bawah 0.5 korelasi lemah (Santoso, 1999). Berdasarkan analisis yang dilakukan tersebut dapat diketahui bahwa t hitung =

-0.967 dan t tabel = 1.990 pada α = 0.05, sehingga t hitung < t tabel . Dengan demikian

perbedaan umur tidak mempunyai hubungan yang kuat atau nyata terhadap persepsi masyarakat.


(62)

Hasil tersebut membuktikan bahwa baik yang tua maupun yang muda memiliki pandangan yang tidak berbeda terhadap keberadaan hutan kota di TMM. Hal ini dikarenakan pihak pengelola belum terlalu memfokuskan pada pengelolaan pepohonan yang ada karena masih dalam tahap pembenahan pada lokasi baru yang difokuskan pada satwa.

Hubungan antara tingkat pendidikan dengan persepsi pengunjung

Pendidikan formal adalah pendidikan yang diperoleh responden melalui bangku sekolah. Berdasarkan pengamatan di lapangan terlihat bahwa pendidikan formal responden yang tertinggi adalah Perguruan Tinggi dan yang paling rendah adalah SD.

Dari hasil analisis yang dilakukan, diperoleh rs sebesar 0.539 dengan t hitung = 5.649 dan t tabel = 1.990 pada α = 0.05, sehingga t hitung > t tabel . Atas dasar

hal tersebut dapat disimpulkan bahwa tingkat pendidikan formal memiliki hubungan yang kuat terhadap persepsi pengunjung. Artinya pengunjung yang berpendidikan tinggi dengan pengunjung yang berpendidikan rendah memiliki persepsi yang berbeda terhadap keberadaan hutan kota di TMM. Hal ini didukung oleh pendapat Wibowo (1998) yang mengatakan bahwa pendidikan merupakan salah satu faktor yang mempengaruhi persepsi masyarakat.

Berdasarkan wawancara yang dilakukan di lapangan, terlihat kelas perbedaan antara pengunjung yang pendidikannya tinggi dengan pengunjung yang pendidikannya rendah. Pengunjung yang pendidikannya tinggi pandangannya lebih visioner (berpikir panjang) dalam menganalisa tempat dan perkembangan yang ada saat ini. Sedangkan pengunjung yang pendidikannya rendah cenderung


(63)

skeptis dan berpikir untuk kepentingan sesaat saja dalam mencermati perkembangan yang ada, khususnya menyangkut tentang keberadaan hutan di lingkungan perkotaan.

Hubungan antara pendapatan dengan persepsi pengunjung

Hubungan antara pendapatan dengan persepsi pengunjung terhadap keberadaan hutan kota di TMM diuji dengan menggunakan korelasi rank spearman. Dari hasil analisis tersebut diketahui bahwa rs sebesar 0.049 dengan t hitung = 0.433 dan t tabel = 1.990 pada α = 0.05, sehingga t hitung < t tabel.

Hal ini menunjukkan bahwa antara pendapatan dengan persepsi pengunjung terhadap keberadaan hutan kota di TMM memiliki hubungan yang lemah. Artinya pengunjung dengan pendapatan yang tinggi dengan pengunjung yang pendapatannya rendah memiliki persepsi yang relatif seragam.


(64)

KESIMPULAN DAN SARAN

Kesimpulan

Berdasarkan hasil penelitian, diperoleh beberapa kesimpulan, yaitu : 1. Hutan kota :

a. Tata letak pepohonan perlu ditata lagi berdasarkan jenisnya supaya lebih teratur dan pengunjung dapat lebih menikmati suasana alam di TMM. b. Pemilihan jenis pohon masih dirasa kurang sehingga perlu ditambahi

dengan jenis yang lain seperti jenis yang meneduhkan, jenis MPTs (Multi Purpose Trees Species), jenis yang bersifat komersial, dan jenis yang langka untuk menambah keragaman jenis pohon.

c. Populasi pohon belum banyak ataupun padat untuk luasan lahan yang ada. 2. Pengunjung menilai sarana rekreasi di TMM masih biasa saja oleh karena

belum maksimalnya sarana rekreasi yang ada.

3. Adanya hubungan yang kuat antara pendidikan dengan tingkat persepsi pengunjung.

4. Tidak terdapat hubungan yang kuat antara umur dan pendapatan terhadap persepsi pengunjung.

Saran

1. Perlu adanya penelitian lebih lanjut tentang hutan kota di TMM.

2. Perlu adanya penelitian lebih lanjut tentang karakteristik pengunjung TMM. 3. Perlu adanya kajian khusus tentang pengembangan obyek wisata TMM dari


(65)

DAFTAR PUSTAKA

Arief, A. 2001. Hutan dan Ketuhanan. Cetakan ke-5. Penerbit Kanasius. Yogyakarta.

Arnold, H. F. 1980. Trees in Urban Design.Van no Strad Reinhold Co.New York. Dahlan, E. N. 1992. Hutan Kota Untuk Pengelolaan dan Peningkatan Kualitas

Lingkungan Hidup. APHI. Jakarta.

Departemen Pendidikan dan Kebudayaan. 1988. Kamus Besar Bahasa Indonesia. Balai Pustaka. Jakarta.

Faisal, S. Format-Format Penelitian Sosial. PT Raja Grafindo Persada. Jakarta. Fandeli, C. 1995. Dasar-dasar Manajemen Kepariwisataan Alam. Liberty.

Yogyakarta.

Hasan, I. 2002. Pokok-pokok Materi Metodologi Penelitian dan Aplikasinya. Ghalia Indonesia. Jakarta.

Heckett, B. 1977. Planting Design. Cambridge University Press. New York.

Irwan, D. Z. 2005. Tatanan Lingkungan dan lansekap Hutan Kota. Bumi Aksara. Jakarta.

Karyono, H. 1997. Kepriwisataan. PT Gramedia Widiasarana Indonesia. Jakarta. Miller, R. W. 1988. Urban Forestry. Prentice Hall, Englewood cliffs. New Jersey. PKBSI.________. Sendi-dendi Pengelolaan Taman Satwa di Indonesia.

Rachman, A. 1996. Perencanaan Lansekap Simpang Susun Jakarta (Jakarta Interchange) Cawang Jakarta Timur. Skripsi Jurusan Budidaya Pertanian Fakultas Pertanian IPB Bogor.

Sanudin, W. Kuswanda, R. Noprianto, Rusli M.S. Harahap. 2003. Persepsi Masyarakat Terhadap Kota di Pemtangsiantar. Info Konifera No. 2 Thn XVIII. Desember 2003. Balai Litbang Kehutanan Sumatera. Pematangsiantar.


(66)

Tobrani, 1977. Fungsi Peranan Kebun Binatang dalm Pelestarian dan Ilmu Pengetahuan. Lokakarya Kebun Binatang se-Indonesia. Direktorat Jendral Kehutanan. Direktorat Perlindungan dan Pengawetan Alam. Bogor.


(67)

LAMPIRAN

Lampiran 1. LEMBAR KUISIONER

Dengan Hormat, Saya yang bernama Hiras Andrew A. Lumbantoruan, mahasiswa Departemen Kehutanan, Fakultas Pertanian, Universitas Sumatera Utara, yang sedang melakukan penelitian mengenai “Studi Pengembangan

Taman Margasatwa Medan Sebagai Hutan Kota dan Sarana Rekreasi”.

Adapun kuisioner ini bertujuan untuk mendapatkan data-data yang saya perlukan untuk menyeleaikan penelitian saya. Untuk itu saya mohon kesediaan saudara untuk menjawab pertanyaan-pertanyaan yang disediakan sesuai dengan keadaan sebenarnya. Terima kasih.

A. Data Responden

1. Nama :

2. Umur :

3. Jenis Kelamin : laki/perempuan 4. Pendidikan Terakhir :

5. Pekerjaan Pokok :

6. Pendapatan : 1. < Rp. 1 juta

2. Rp. 1 juta sampai 2 juta 3. Rp. 2 juta sampai 3 juta 4. Rp. 3 juta sampai 4 juta 5. > 4 juta

B. Kunjungan

1. Apakah tujuan utama anda datng ke tempat ini? a. Menikmati satwa

b. Olahraga c. Penelitian d. Rekreasi

e. ………

……

2. Apakah anda sebelumnya sudah pernah kemari? ( Pernah/ Tidak Pernah ) 3. Berapa lama waktu yang anda habiskan di tempat ini?

a. < 30 menit

b. 30 menit sampai 1 jam c. 1 jam sampai 1,5 jam d. 1,5 jam sampai 2 jam e. > 2 jam


(1)

45 2 51,5 3,4 11,5 40 1600

46 2 55 3,4 11,5 43,5 1892,25

47 4 92,5 3,4 11,5 81 6561

48 5 98 3,8 79 19 361

49 2 35,5 3,4 11,5 24 576

50 1 22,5 3,4 11,5 11 121

51 1 29 3,5 27,5 1,5 2,25

52 1 26,5 3,5 27,5 -1 1

53 2 47,5 3,8 79 -31,5 992,25

54 3 66 3,8 79 -13 169

55 1 14 3,3 1,5 12,5 156,25

56 2 51,5 3,7 59 -7,5 56,25

57 3 75,5 3,8 79 -3,5 12,25

58 3 75,5 3,8 79 -3,5 12,25

59 3 59 3,4 11,5 47,5 2025

60 3 75,5 3,4 11,5 64 4089

61 4 92,5 3,6 42 50,5 2550,25

62 4 89,5 3,7 59 30,5 930,25

63 5 99 3,8 79 20 400

64 3 61 4,0 96,5 -35,5 1260,25

65 3 63 3,9 91,5 -28,5 812,25

66 5 100 3,7 59 41 1681

67 3 84,5 3,6 42 42,5 1806,25

68 3 84,5 3,5 27,5 57 3249

69 1 6,5 3,5 27,5 -21 441

70 2 47,5 3,9 91,5 -44 1936

71 1 22,5 3,6 42 -19,5 380,25

72 1 26,5 3,3 1,5 25 625

73 1 29 3,6 42 -13 169

74 2 43 3,4 11,5 31,5 992,25

75 1 6,5 3,4 11,5 -5 25

76 1 14 3,4 11,5 2,5 6,25

77 3 75,5 3,7 59 16,5 272,25

78 3 82 4,1 100 18 324

79 1 22,5 3,5 27,5 -5 25

80 2 55 3,5 27,5 27,5 756,25

81 2 43 3,8 79 -36 1296

82 3 75,5 4,0 96,5 -21 441

83 1 14 3,4 11,5 2,5 6,25

84 1 2,5 3,6 42 -39,5 1560,25

85 2 51,5 3,7 59 -7,5 56,25

86 2 35,5 3,8 79 -43,5 1892,25

87 3 69,5 3,8 79 -9,5 90,25

88 1 6,5 3,6 42 -35,5 1260,25

89 3 75,5 3,6 42 33,5 1122,25

90 1 22,5 3,4 11,5 11 121


(2)

91 2 33 3,8 79 -46 2116

92 2 43 3,8 79 -36 1296

93 2 39 3,8 79 -40 1600

94 2 39 3,7 59 -20 400

95 2 51,5 4,0 96,5 -45 2025

96 4 89,5 3,7 59 30,5 930,25

97 3 75,5 3,6 42 33,5 1122,25

98 2 43 3,8 79 -36 1296

99 3 84,5 4,0 96,5 -12 144

100 3 61 4,0 96,5 -35,5 1260,25

84,35 66893,9725

Rs = -0,186

T hitung = -1,505 T table = 1,990


(3)

Lampiran 6. Pengolahan Data dengan Menggunakan Software SPSS

Correlations

UMUR PERSEPSI

Speaarman`s rho UMUR Correlation Coefficient Sig. (2-tailed) N 1.000 . 100 -.109 .336 100 PERSEPSI Correlation Coefficient

Sig. (2-tailed) N -.109 .336 100 1.000 . 100 Correlations

UMUR PERSEPSI

Speaarman`s rho PENDIDIKAN Correlation Coefficient Sig. (2-tailed) N 1.000 . 100 -.539 .000 100 PERSEPSI Correlation Coefficient

Sig. (2-tailed) N .539 .000 100 1.000 . 100 **Correlation is significant at the .01 level (2-tailed)

Correlations

UMUR PERSEPSI

Speaarman`s rho PENDAPATAN Correlation Coefficient Sig. (2-tailed) N 1.000 . 100 -.233 .037 100 PERSEPSI Correlation Coefficient

Sig. (2-tailed) N -.237 .037 100 1.000 . 100


(4)

Lampiran 7 Burung-burung bebas yang ada di Taman Margasaatwa Medan

No Nama Latin Nama Burung

1 Amaurornis phoenicurus Kareo Padi 2 Streptopelia chinensis Tekukur Biasa 3 Geopelia striata Perkutut Jawa

4 Centropus sp Bubut

5 Halcyon smyrnensis Cekakak Belukar

6 Halcyon sp Cekakak

7 Megalaima haemacephala Takur Ungkut-ungkut 8 Dendrocopos moluccensis Caladi Tilik

9 Hirundo tahitica Layang-layang Batu 10 Pycnonotus goiavier Merbah Cerukcuk 11 Lanius tigrinus Bentet Loreng 12 Lanius cristatus Bentet Coklat 13 Copsychus saularis Kucica Kampung

14 Orthotomus sp Cinenen

15 Parus mayor Gelatikbatu Kelabu

16 Anthreptes sp Burungmadu

17 Lonchura punctulata Bondol Peking 18 Passer montanus Burunggereja Erasia 19 Aplonis panayensis Perling Kumbang 20 Artamus leucorhynchus Kekep Babi


(5)

Lampiran 8. Nama-nama hewan di TMM

No Nama Hewan Nama Latin Jumlah (ekor)

1 Beruang madu Helactos malayanus 1

2 Harimau sumatera Panthera tigris 2

3 Elang laut perut putih Haliaeetus leucogaster 1

4 Dara mahkota Goura spp. 5

5 Landak Hystrixbrachyuran 6

6 Elang bondol Haliastur Indus 15

7 Elang tikus Elanus caerulens 1

8 Merak Pavo muticus 2

9 Gajah Elephas maximus 2

10 Kakatua putih Cacatua galerita 1

11 Siamang Hylobates syndactilus 4

12 Ayam hutan Gallus gallus 5

13 Buaya muara Crocodilus porosus 1

14 Rusa tutul Axis axis 9

15 Kasuari Casuarius casuarius 2

16 Kuntul Bubulcus ibis 1

17 Bangau tongtong Leptoptilas javanicus 6

18 Rusa Jawa Cevus spp 5

19 Ayam mutiara Gallus guinea 4

20 Rajawali Aquila clanga 1

21 Cendrawasih Paradiseidae spp. 1

22 Orang utan Pongo pygmaeus 2

23 Biawak Varanus spp. 1

24 Kakatua jambul kuning Cacatua sulphuera 1

25 Perkutut Geopelia stirata 2


(6)

Lampiran 9 Nama Pepohonan di TMM

No Nama Pohon Nama Latin

1 Saga Abrus precatorius

2 Angsana Pterocarpus indica

3 Petai Cina Leucaena leucocephala

4 Jelutung Dyera spp

5 Ceri Prunus apetala

6 Ketapang Terminalia catapa

7 Rambutan Nephelium lappacium

8 Suren Toona sureni

9 Waru Hibiscus macrophyllus

10 Palem Chrysalidocarpus lutescens

11 Jati Tectona grandis

12 Kemiri Aleurites moluccana

13 Mindi Melia azedarach

14 Jambu air Syzigium aqueum

15 Melur Dacyrdim elatum

16 Kapuk Bombax malabaricium

17 Pinang Areca catechu

18 Cemara laut Casuarina equisetipholia

19 Sengon Parasirianthes falcataria

20 Kayu manis Cinnamomum burmanii

21 Bambu kuning Bambusa vulgaris schrad

22 Tarap Arocarpus champeden