Analisis Pelaksanaan Kemitraan Ayam Broiler pada CV. Barokah dan Pendapatan antara Peternak Mitra dan Peternak Mandiri di Kabupaten Bogor

ANALISIS PELAKSANAAN KEMITRAAN AYAM BROILER
PADA CV. BAROKAH DAN PENDAPATAN ANTARA
PETERNAK MITRA DAN PETERNAK MANDIRI DI
KABUPATEN BOGOR

KEISTY LAW PRIBADI

DEPARTEMEN AGRIBISNIS
FAKULTAS EKONOMI DAN MANAJEMEN
INSTITUT PERTANIAN BOGOR
BOGOR
2013

PERNYATAAN MENGENAI SKRIPSI DAN SUMBER
INFORMASI SERTA PELIMPAHAN HAK CIPTA∗
Dengan ini saya menyatakan bahwa skripsi yang berjudul Analisis
Pelaksanaan Kemitraan Ayam Broiler pada CV. Barokah dan Pendapatan antara
Peternak Mitra dan Peternak Mandiri di Kabupaten Bogor adalah benar karya saya
dengan arahan dari dosen pembimbing dan belum pernah diajukan dalam bentuk
apapun kepada perguruan tinggi manapun. Sumber informasi yang berasal atau
dikutip dari karya yang diterbitkan maupun tidak diterbitkan dari penulis lain telah

disebutkan dalam teks dan dicantumkan dalam Daftar Pustaka di bagian akhir
skripsi ini.
Dengan ini saya melimpahkan hak cipta dari karya tulis saya kepada
Institut Pertanian Bogor.

Bogor, Agustus 2013

Keisty Law Pribadi
NIM H34114089



Pelimpahan hak cipta atas karya tulis dari penelitian kerja sama dengan pihak luar IPB harus
didasarkan pada perjanjian kerja sama yang terkait.

ABSTRAK
KEISTY LAW PRIBADI. Analisis Pelaksanaan Kemitraan Ayam Broiler
pada CV. Barokah dan Pendapatan antara Peternak Mitra dan Peternak Mandiri di
Kabupaten Bogor. Dibimbing oleh SITI JAHROH.
Peternak ayam broiler mandiri di Kabupaten Bogor pada umumnya

memiliki skala usaha kecil yang dihadapkan dengan keterbatasan modal,
teknologi budidaya sederhana, manejemen sumberdaya yang masih kurang, risiko
harga dan risiko produksi. Hambatan dan keterbatasan dalam melakukan usaha
ayam broiler tersebut akan berdampak juga pada pendapatan usaha peternak.
Pengelolaan usaha ternak ayam broiler yang dihadapkan pada risiko tinggi harus
disertai dengan pengetahuan peternak dalam meminimalkan risiko. Salah satu
upaya untuk meminimalkan risiko peternakan ayam broiler yaitu dengan menjalin
kerjasama dengan kemitraan. Penelitian ini bertujuan untuk (1) mendeskripsikan
pelaksanaan kemitraan yang dijalankan oleh CV. Barokah dengan peternak mitra,
(2) menganalisis karakteristik peternak mitra dan peternak mandiri, serta (3)
menganalisis pendapatan peternak mitra dan peternak mandiri. Analisis dilakukan
dengan analisis usahatani didukung oleh data primer dan sekunder. Hasil penelitan
menunjukkan bahwa kemitraan dapat memberikan manfaat kepada peternak
antara lain dalam penyediaan sapronak, bimbingan teknis budidaya ayam broiler
dan menjamin hasil produksi ayam. Karakteristik peternak mitra dan peternak
mandiri tidak jauh berbeda. Karakteristik tersebut meliputi umur, jenis kelamin,
pendidikan, dan pengalaman beternak ayam. Hasil perhitungan pendapatan
menunjukkan bahwa pendapatan peternak mitra lebih besar dibandingkan dengan
pendapatan peternak mandiri. Dengan demikian, adanya kemitraan dapat
memberikan manfaat kepada peternak dalam meningkatkan pendapatan.

Kata kunci: karakteristik peternak, manfaat, risiko, usahatani, usaha ternak

ABSTRACT
KEISTY LAW PRIBADI. Partnership Implementation Analysis of Broiler
Chickens at CV. Barokah and Partner and Independent Farmers’ Income in Bogor
District. Supervised by SITI JAHROH.
Independent broiler farmers in Bogor District are generally characterized
by small scale and face capital constraints, simple cultivation technology, less
resource management, price and production risks. These constraints and
limitations in broiler business will give an impact on farmers’ income. High risk
of broiler raising leads to the needs of knowledge in minimizing the risk. One
effort to minimize the risk of broiler business is partnership program. This study
aims to (1) describe the implementation of partnership run by CV. Barokah with
partner farmers, (2) analyze the characteristics of independent and partner farmers,
and (3) analyze the income of partner and independent farmers. Farm
management analysis was conducted using primary and secondary data. The
results showed that the partnerships could provide benefits to farmers by

providing production inputs, technical guidance on broiler raising and buying the
products. Characteristics of partner and independent farmers were not much

different. These characteristics include age, gender, education, and experience of
broiler raising. Income analysis showed that partner farmers’ income was greater
than independent farmers’ income. Thus, the partnership can provide benefits to
farmers in increasing income.
Keywords: benefit, broiler raising, characteristics of farmers, farm management,
risk

ANALISIS PELAKSANAAN KEMITRAAN AYAM BROILER
PADA CV. BAROKAH DAN PENDAPATAN ANTARA
PETERNAK MITRA DAN PETERNAK MANDIRI DI
KABUPATEN BOGOR

KEISTY LAW PRIBADI

Skripsi
sebagai salah satu syarat untuk memperoleh gelar
Sarjana Ekonomi
pada
Departemen Agribisnis


DEPARTEMEN AGRIBISNIS
FAKULTAS EKONOMI DAN MANAJEMEN
INSTITUT PERTANIAN BOGOR
BOGOR
2013

Judul Skripsi : Analisis Pelaksanaan Kemitraan Ayam Broiler pada CV. Barokah
dan Pendapatan antara Petemak Mitra dan Peternak Mandiri
di Kabupaten Bogor
Nama
: Keisty Law Pribadi
NIM
: 34114089

Disetujui oleh
t

'\

Pembimbing


Diketahui oleh

Tanggal Lulus:

o5 SEP

2013

Judul Skripsi : Analisis Pelaksanaan Kemitraan Ayam Broiler pada CV. Barokah
dan Pendapatan antara Peternak Mitra dan Peternak Mandiri
di Kabupaten Bogor
Nama
: Keisty Law Pribadi
NIM
: 34114089

Disetujui oleh

Siti Jahroh, Ph.D.

Pembimbing

Diketahui oleh

Dr. Ir. Nunung Kusnadi, MS.
Ketua Departemen Agribisnis

Tanggal Lulus:

PRAKATA
Puji dan syukur penulis panjatkan kehadirat Allah SWT, atas berkat rahmat
dan hidayah-Nya penulis dapat menyelesaikan skripsi sebagai karya akhir dengan
judul Analisis Pelaksanaan Kemitraan Ayam Broiler pada CV. Barokah dan
Pendapatan antara Peternak Mitra dan Peternak Mandiri di Kabupaten Bogor
sebagai salah satu syarat kelulusan pada Program Alih Jenis Agribisnis Institut
Pertanian Bogor. Shalawat serta salam semoga selalu tetap tercurahkan kepada
panutan kita Nabi Muhammad SAW, beserta sahabatnya, keluarganya, serta
pengikutnya hingga akhir masa.
Terimakasih penulis ucapkan kepada Siti Jahroh, Ph.D., selaku dosen
pembimbing yang telah bersedia meluangkan waktu dalam memberikan

bimbingan, arahan, saran, serta ilmu pengetahuannya selama penyusunan skripsi.
Tidak lupa penulis mengucapkan banyak terima kasih kepada Ibu/Bapak
dosen yang telah memberikan bekal pengetahuan kepada penulis, seluruh peternak
mitra dan peternak mandiri di Kabupaten Bogor, serta seluruh pihak yang telah
membantu memberikan berbagai informasi kepada penulis. Rasa terima kasih juga
penulis sampaikan kepada bapak dan ibu, keluarga dan teman-teman sekalian atas
doa yang tak pernah putus, nasehat, kasih sayang, serta tukar pikiran yang telah
diberikan kepada penulis.
Semoga skripsi ini dapat berguna bagi pembaca dan sebagai bahan rujukan
untuk melakukan penelitian lebih lanjut.

Bogor, Agustus 2013

Keisty Law Pribadi
NIM H34114089

DAFTAR ISI
DAFTAR TABEL
DAFTAR GAMBAR
PENDAHULUAN

Latar Belakang
Perumusan Masalah
Tujuan Penelitian
Manfaat Penelitian
TINJAUAN PUSTAKA
Usaha Peternakan Ayam Broiler di Indonesia
Analisis Pola Kemitraan
Analisis Pendapatan Kemitraan
KERANGKA PEMIKIRAN
Kerangka Pemikiran Teoritis
Kerangka Pemikiran Operasional
METODE PENELITIAN
Lokasi dan Waktu Penelitian
Jenis dan Sumber Data
Metode Pengumpulan Data
Metode Analisis Data
HASIL DAN PEMBAHASAN
Gambaran Umum Lokasi Penelitian
Pelaksanaan Kemitraan
Karakteristik Peternak Mitra dan Peternak Mandiri

Analisis Pendapatan Usaha Peternak Ayam Broiler
DAFTAR PUSTAKA
LAMPIRAN
RIWAYAT HIDUP

ix 










11 
11 
21 
24 

24 
24 
24 
24 
27 
27 
36 
43 
48 
55 
57 
71 

DAFTAR TABEL
1.
2.
3.
4.
5.
6.
7.
8.
9.
10.

Konsumsi daging per kapita tahun 2009-2011
Populasi ternak ayam ras di Kabupaten Bogor tahun 2006-2011
(ekor)
Hak dan kewajiban pelaku kemitraan
Perbandingan penggunaan input dalam budidaya ayam broiler oleh
peternak mitra dan peternak mandiri per 1 000 ekor
Perbandingan manajemen budidaya ternak ayam broiler peternak
mitra dan peternak mandiri
Pelaksanaan kemitraan antara CV. Barokah dengan peternak mitra
Harga garansi ayam broiler hidup
Harga garansi CV. Barokah
Bonus intensif FCR
Daftar jumlah dan lokasi peternak mitra dan mandiri di Kabupaten
Bogor tahun 2013



19 
31 
33 
36 
40 
41 
42 
43 

11.
12.
13.
14.
15.
16.
17.
18.
19.
20.
21.
22.
23.

Kelompok umur responden
Jenis kelamin peternak mitra dan peternak mandiri
Tingkat pendidikan peternak mitra dan peternak mandiri
Status kepemilikan kandang peternak
Pekerjaan diluar usaha ternak ayam broiler
Alasan beternak
Pengalaman peternak dalam beternak ayam broiler
Alasan peternak mitra mengikuti kemitraan
Alasan peternak mandiri tidak mengikuti kemitraan
Sumber informasi mengenai CV. Barokah
Struktur biaya produksi peternak mitra dan peternak mandiri
Komposisi penerimaan peternak mitra dan peternak mandiri
Perhitungan pendapatan peternak mitra dan peternak mandiri

44 
44 
45 
45 
46 
46 
47 
47 
48 
48 
49 
51 
52 

DAFTAR GAMBAR
1.
2.
3.
4.
5.
6.
7.
8.
9.

Pola kemitraan inti-plasma
Pola kemitraan sub kontrak
Pola kemitraan dagang umum
Pola kemitraan keagenan
Pola kemitraan kerjasama operasional
Pola kemitraan waralaba
Kerangka pemikiran operasional
Struktur organisasi CV. Barokah
Perbandingan rata-rata harga DOC pasar dan CV. Barokah

14 
15 
16 
16 
17 
18 
23 
29 
41 

LAMPIRAN
1.
2.
3.
4.
5.
6.
7.
8.
9.
10.
11.
12.

Populasi dan tingkat mortalitas ayam broiler peternak mitra
Populasi dan tingkat mortalitas ayam broiler peternak mandiri
Analisis pendapatan usaha ayam broiler peternak mitra
Analisis pendapatan usaha ayam broiler peternak mitra
Analisis pendapatan usaha ayam broiler peternak mitra
Analisis pendapatan usaha ayam broiler peternak mandiri
Analisis pendapatan usaha ayam broiler peternak mandiri
Analisis pendapatan usaha ayam broiler peternak mandiri
Hasil Uji-t total biaya peternak mitra dan peternak mandiri
Hasil Uji-t total penerimaan peternak mitra dan peternak mandiri
Hasil uji-t pendapatan peternak mitra dan peternak mandiri
Foto-foto manajemen ayam broiler peternak mitra dan peternak
mandiri

58 
59 
60 
61 
62 
63 
64 
65 
66 
67 
68 
69 

1

PENDAHULUAN
Latar Belakang
Indonesia merupakan negara yang mempunyai potensi kekayaan alam
yang melimpah. Hal ini dapat dilihat dengan tingginya keanekaragaman hayati,
dan potensi kekayaan alam lainnya yaitu letak negeri ini yang berada di antara
garis khatulistiwa sehingga mempunyai iklim yang tropis. Kekayaan alam tersebut
menjadi salah satu modal dalam pengembangan sektor pertanian. Sub sektor
peternakan merupakan bagian dari sektor pertanian yang sangat potensial untuk
dikembangkan. Kontribusi sub sektor peternakan terhadap pertanian Indonesia
ditentukan oleh seberapa besar kemampuan pelaku di sub sektor ini untuk
mengembangkan usaha peternakan tersebut agar mempunyai prospek yang baik di
pasaran. Terkait dengan hal tersebut, maka sub sektor peternakan yang ingin
dibangun di masa depan adalah yang mampu menghasilkan produk-produk yang
dapat bersaing di pasar dan mampu berkembang secara berkelanjutan.
Salah satu komoditas peternakan yang mengalami peningkatan
produksinya dan berpotensi untuk dikembangkan adalah ayam ras pedaging atau
yang biasa disebut dengan ayam broiler. Ayam broiler merupakan populasi ternak
jenis ras unggulan hasil persilangan dari ayam yang memiliki daya produktivitas
tinggi dan salah satu hewan yang dibudidayakan manusia untuk diambil
dagingnya. Pada tahun 2011 jumlah produksi daging ayam broiler mencapai 1 337
910 ribu ton atau sebesar 52.38 persen dari keseluruhan produksi daging nasional
(Direktorat Jenderal Peternakan 2013).
Peningkatan produksi daging ayam broiler di Indonesia di dukung oleh
kesadaran masyarakat dalam mengkonsumsi daging sebagai makanan yang
memiliki kandungan gizi tinggi dan sebagai pemenuhan protein hewani. Daging
ayam broiler memilki kandungan gizi seperti protein sebesar 23.40 persen dan air
sebesar 73.70 persen lebih tinggi dari pada daging sapi dan kambing sedangkan
kandungan lemak paling kecil dibandingkan dengan daging sapi dan kambing
(Balai Besar Industri Hasil Pertanian 2009). Hal ini menunjukkan bahwa daging
ayam dapat dikonsumsi sebagai pemenuhan protein hewani dibandingkan dengan
daging sapi dan kambing.
Tabel 1. Konsumsi daging per kapita tahun 2009-2011
Komoditi
Sapi potong
Babi
Ayam Ras
Ayam
Kampung
Unggas
lainnya
Daging
Lainnya
Jumlah

Kg/Tahun
Persentase
2010
(%)
0.36
7.55
0.21
4.31
3.55
73.10

0.31
0.21
3.08

Persentase
(%)
7.41
4.95
72.80

0.52

12.30

0.63

0.05

1.23

0.05

1.23

2009

0,42
0,26
3,65

Persentase
(%)
8.30
5.14
72.13

12.90

0,63

12.45

0.05

1.09

0,05

0.99

0.05

1.09

0,05

0.99

4.22
4.85
Sumber: Direktorat Jenderal Peternakan (2013)

2011

5,06

2

Tabel 1 menunjukkan bahwa konsumsi daging mengalami peningkatan di
setiap tahunnya tak terkecuali daging ayam rasa atau ayam broiler. Konsumsi
daging ayam broiler pada tahun 2011 mencapai 3.65 kg/kapita/tahun atau sebesar
72.13 persen dari keseluruhan konsumsi daging masyarakat Indonesia. Faktor lain
yang juga menjadi pertimbangan masyarakat dalam mengkonsumsi ayam broiler
adalah harga daging yang relatif lebih murah dibandingkan dengan harga daging
lainnya.
Berdasarkan uraian yang telah dijelaskan, dapat diketahui bahwa ayam
broiler memilki potensi yang sangat baik untuk dikembangkan. Peternakan ayam
broiler mempunyai banyak kelebihan, salah satunya adalah siklus produksi yang
sangat pendek yaitu sekitar 30-40 hari. Siklus produksi yang pendek inilah yang
menjadi daya tarik bagi para peternak karena perputaran modalnya relatif lebih
cepat. Hal inilah yang mendukung perkembangan usaha ayam broiler di Indonesia.
Di Indonesia usaha ayam broiler juga sudah dijumpai hampir di setiap
provinsi. Usaha ini berkembang dengan pesat di berbagai provinsi di Indonesia,
salah satunya adalah Provinsi Jawa Barat. Jawa Barat merupakan salah satu
provinsi yang menghasilkan populasi ayam broiler terbesar di Indonesia (Dirjen
peternakan, 2013). Usaha ternak ayam broiler di Jawa Barat yang terbesar berasal
dari daerah Sukabumi, Bogor, Cianjur, dan Karawang. Kabupaten Bogor
merupakan salah satu daerah sentra produksi ayam broiler di Jawa Barat. Pada
Tabel 2 dapat dilihat mengenai informasi populasi ternak ayam di Kabupaten
Bogor.
Tabel 2. Populasi ternak ayam ras di Kabupaten Bogor tahun 2006-2011 (ekor)
No.

Tahun

Jumlah

1.
2006
11 864 000
2.
2007
12 756 300
3.
2008
13 775 475
4.
2009
14 363 496
5.
2010
15 771 780
6.
2011
17 175 302
Sumber: Dinas Peternakan dan Perikanan (2013)

Pertumbuhan (%)
7.52
7.99
4.27
9.80
8.90

Berdasarkan data tersebut, dapat dilihat bahwa pertumbuhan populasi
ayam ras atau ayam broiler di Kabupaten Bogor mengalami peningkatan setiap
tahunnya. Pada tahun 2011 pertumbuhan jumlah populasi ayam broiler di
Kabupaten Bogor mengalami peningkatan sebesar 8.90 persen dari tahun 2010.
Peningkatan produksi ayam broiler di Kabupaten Bogor disebabkan karena
sebagian besar produksi ayam broiler diperuntukkan untuk memenuhi permintaan
pasar yang ada di Jakarta. Saat ini, kebutuhan akan daging ayam di kota Jakarta
kurang lebih sebanyak 1 juta ekor per hari.1 Selain itu, peningkatan produksi ayam

1

Konsumsi Ayam Broiler di Jakarta

http://regional.kompas.com/read/2011/08/06/04463958/DKI.Cegah.Flu.Burung.14 Maret 2013

3

broiler di Kabupaten Bogor dipengaruhi oleh lokasi usaha peternakan ayam yang
tidak jauh dari pemasaran dan tersedianya sarana transportasi yang mendukung.
Usaha peternakan ayam broiler tidak terlepas dari beberapa kendala yang
dihadapi. Kendala tersebut merupakan hambatan yang cukup kompleks dalam
mengusahakan peternakan ayam broiler. Umumnya usaha ternak ayam broiler di
Kabupaten Bogor merupakan usaha ternak mandiri yang memiliki skala usaha
relatif kecil. Kondisi peternakan di Kabupaten Bogor dihadapkan pada
permasalahan permodalan yang terbatas, teknologi budidaya sederhana, dan
manejemen sumberdaya yang masih kurang. Selain itu, kendala yang dihadapi
oleh peternak kecil adalah tingginya tingkat risiko yang dihadapi. Aziz (2009)
yang melakukan penelitian mengenai risiko dalam usaha ayam broiler di Bogor
mengatakan risiko yang dihadapi dalam usaha ternak ayam broiler ini adalah
risiko harga, seperti tingginya harga-harga input seperti Day Old Chick (DOC),
pakan dan obat-obatan, maupun ketidakjelasan informasi pasar yaitu harga jual
output berupa ayam hidup dan daging. Risiko lain yang dihadapi dalam usaha
ternak ayam broiler adalah risiko produksi yang disebabkan oleh cuaca dan iklim
serta penyakit. Pengelolaan usaha ternak ayam broiler yang dihadapkan pada
risiko tinggi harus disertai dengan pengetahuan peternak dalam meminimalkan
risiko. Kemampuan mengelola risiko yang baik sangat diperlukan peternak untuk
meminimalkan risiko, sehingga peternak bisa mendapatkan keuntungan yang
maksimal.
Salah satu upaya untuk meminimalkan risiko di sektor peternakan
khususnya peternakan ayam broiler yaitu dengan adanya lembaga-lembaga
kemitraan. Hal ini dikaitkan dengan adanya landasan peraturan mengenai
kemitraan di Indonesia yang di atur oleh Peraturan Pemerintah No.44 tahun 1997
yang menyebutkan bahwa kemitraan merupakan kerjasama antara usaha kecil
dengan memperlihatkan prinsip saling memerlukan, saling memperkuat dan saling
menguntungkan. Artinya kemitraan merupakan suatu sinergi dalam meningkatkan
kinerja pelaku agribisnis khususnya peternak kecil. Pada kemitraan pihak
perusahaan memfasilitasi pengusaha kecil dengan modal usaha, teknologi,
manajemen yang baik dan kepastian pemasaran hasil. Sementara pihak pengusaha
kecil melakukan proses produksi sesuai dengan petunjuk teknis dari pihak
perusahaan kemitraan. Hal ini membuktikan bahwa pemerintah mempunyai
keberpihakan kepada peternakan rakyat yang merupakan bagian utama dalam
pembangunan agribisnis peternakan Indonesia. Melalui pola kemitraan dengan
memberikan kesempatan usaha bagi peternak rakyat yaitu berupa kemudahan
mendapatkan fasilitas pendukung untuk budidaya ternak ayam ras serta pemasaran
produk ternak ayam ras.
Adanya kendala dan risiko yang dihadapi oleh peternak mandiri, serta
melihat tingginya peluang dalam usaha peternakan ayam broiler, maka
menyebabkan pula tingginya pertumbuhan perusahaan kemitraan di Kabupaten
Bogor. Salah satu perusahaan kemitraan ayam broiler di Kabupaten Bogor adalah
CV. Barokah. CV. Barokah merupakan perusahaan peternakan ayam broiler yang
melakukan kerjasama dengan peternak di Kabupaten Bogor melalui pola
kemitraan inti-plasma. Tujuan pola kemitraan ini adalah meningkatkan
pendapatan, meningkatkan kualitas sumberdaya peternak, serta peningkatan skala
usaha baik dari pihak perusahaan maupun peternak.

4

Dalam perjanjian kemitraan, peran perusahaan kemitraan kepada pihak
peternak antara lain membantu peternak dalam menyiapkan sarana produksi
berupa DOC, pakan, obat-obatan, vaksin dan vitamin. Selain itu, perusahaan
kemitraan memberikan dan meningkatkan kualitas sumber daya manusia peternak
melalui pelatihan, pembinaan, dan keterampilan teknis produksi. Perusahaan mitra
juga mempunyai peran menjamin pembelian hasil produksi peternak sesuai
dengan kesepakatan. Sedangkan peternak mitra melakukan proses produksi sesuai
dengan petunjuk teknis dari pihak perusahaan kemitraan dan menjual hasil
produksinya kepada perusahaan kemitraan.
Adanya manfaat yang ditimbulkan dari pola kemitraan ini, diharapkan
peternak sebagai pelaku usaha mendapatkan manfaat dalam kemitraan dengan
tujuan tidak hanya dapat meminimalikan risiko yang dihadapi dalam usaha ayam
broiler tetapi juga dapat meningkatkan pendapatan dengan adanya jaminan saran
produksi peternakan dan pelatihan pemeliharaan yang diberikan oleh perusahaan
kemitaraan.
Perumusan Masalah
Peternak ayam broiler mandiri di Kabupaten Bogor pada umumnya
memiliki skala usaha kecil yang dihadapkan dengan keterbatasan modal,
teknologi budidaya sederhana, dan manejemen sumber daya yang masih kurang.
Kegiatan usaha ternak ayam broiler yang dilakukan oleh peternak mandiri
dilakukan secara sendiri, mulai dari pemasokan sarana dan produksi hingga
pemasaran hasil panen. Semua sarana produksi peternakan diperoleh dari pihak
luar dengan menggunakan modal sendiri, demikian halnya dengan ketika menjual
hasil produksi ayam broiler sangat tergantung pada pihak luar.
Selain itu, kendala yang dihadapi oleh peternak mandiri adalah harga DOC,
pakan dan harga jual ayam yang selalu naik turun bahkan tidak hanya mingguan
tetapi sampai harga harian. Naik turunnya harga dipengaruhi oleh berbagai faktor
antara lain karena adanya ketidakpastian pasokan pakan dan permintaan pasar.2
Ketika harga sarana produksi naik dan diikuti dengan turunnya harga jual produk
ayam broiler, maka semua risiko kerugian ditanggung oleh peternak mandiri.
Naiknya harga sarana produksi menyebabkan peningkatan terhadap biaya
produksi yang dikeluarkan, sehingga hal ini akan berdampak pada pendapatan
yang diperoleh peternak. Kondisi ini dapat menyebabkan peternak mandiri lebih
rentan terhadap dampak krisis ekonomi. Hal ini memberikan pengaruh besar pada
usaha ayam broiler secara mandiri.
Adanya hambatan dan keterbatasan dalam melakukan usaha ayam broiler,
maka akan berdampak juga pada pendapatan dari usaha peternak. Oleh karena itu,
beberapa peternak memilih bergabung dengan perusahaan kemitraan. Salah satu
perusahaan kemitraan di wilayah Bogor adalah CV. Barokah. Perusahaan CV.
Barokah merupakan anak cabang dari perusahaan Janu Putra Sejahtera yang
berpusat di Yogyakarta. CV. Barokah berlokasi di perumahan Taman Yasmin
sektor 3 Bogor dan telah berdiri selama 7 tahun. Saat ini, jumlah peternak ayam
2

Fluktuasi Harga Pakan dan Harga Jual Ayam Broiler
http://www.poultryindonesia.com/news/opini/mengapa-harga-komoditas-ayam-berfluktuasi/17
Maret 2013

5

broiler yang bermitra dengan CV. Barokah berjumlah 38 peternak yang tersebar di
seluruh wilayah Kabupaten Bogor.
Sebelum melakukan kerjasama, CV. Barokah dan peternak mitra perlu
melakukan kontrak perjanjian di awal periode. Perjanjian kontrak berguna untuk
penetapan harga input, harga output dan bonus yang didapat peternak selama
melakukan kerjasama. Di dalam kontrak perjanjian terkandung aspek-aspek
perjanjian berupa identitas kedua belah pihak, luas areal peternak mitra, hak dan
kewajiban kedua belah pihak. Selain itu, didalam kontrak juga disepakati jalan
yang akan diambil jika timbul perselisihan diantara kedua belah pihak dan
bagaimana cara penyelesaian perselisihan tersebut.
Keberadaan perusahaan kemitraan CV. Barokah banyak memberikan
keuntungan bagi peternak plasma. Peternak dapat menjalankan usahanya secara
berkesinambungan karena adanya bantuan modal berupa DOC, pakan dan obatobatan dari perusahaan inti, dimana modal tersebut akan dikembalikan kepada
perusahaan mitra setelah panen. Selain itu, perusahaan mitra ikut membuka
kesempatan kerja bagi peternak, menjamin pemasaran dan turut berperan dalam
mengembangkan usaha ayam broiler. Oleh karena itu, perlu dilakukan penelitian
dalam menganalisis pendapatan usaha ternak ayam broiler pada peternak
kemitraan dan peternak mandiri untuk membuktikan dalam pola kemitraan dapat
meminimalkan risiko yang dihadapi peternak serta untuk mengetahui pengelolaan
usaha ternak mana ynag lebih baik dan lebih menguntungkan.
Namun, dalam kegiatan kemitraan yang dijalankan pada CV. Barokah
tidak selalu berjalan sesuai harapan dari kedua belah pihak. Fakta yang terjadi di
lapangan, pernah terdapat peternak plasma menjual hasil panen kepada pihak lain.
Hal tersebut terjadi karena peternak plasma ingin memperoleh pendapatan yang
lebih besar. Dalam pola kemitraan, baik pihak perusahaan kemitraan maupun
peternak yang bermitra mempunyai tujuan masing-masing dalam menjalankan
usahanya. Perbedaan kepentingan ini akan menimbulkan masalah diantara CV.
Barokah dengan peternak plasma. Salah satu faktor yang menyebabkan perbedaan
kepentingan diantara kedua belah pihak yaitu berhubungan dengan pendapatan
yang ingin dicapai masing-masing pelaku kemitraan. Hal tersebut yang
menyebabkan permasalahan yang mengakibatkan ketidakharmonisan antara
peternak dengan CV. Barokah. Sehingga, mengindikasikan bahwa kemitraan yang
terjalin belum memberikan manfaat sepenuhnya kepada kedua belah pihak. Hal
inilah yang menjadi acuan peneliti untuk mengetahui peranan kemitraan dalam
peningkatan pendapatan peternak mitra.
Berdasarkan kondisi di atas, pertanyaan-pertanyaan yang perlu dijawab dalam
penelitian adalah:

1. Bagaimana pelaksanaan kemitraan yang sedang dijalankan antara CV.
Barokah dengan peternak mitra?
2. Bagaimana karakteristik peternak mitra CV. Barokah dan karakteristik
peternak mandiri?
3. Bagaimana tingkat pendapatan peternak mitraCV. Barokah dan peternak
mandiri?

6

Tujuan Penelitian
Berdasarkan perumusan masalah di atas, maka tujuan dari penelitian ini
adalah:
1. Mendeskripsikan pelaksanaan kemitraan yang sedang dijalankan antara
peternak mitra dengan CV. Barokah.
2. Menganalisis karakteristik peternak mitra CV. Barokah dan peternak mandiri.
3. Menganalisis pendapatan peternak mitra CV. Barokah dengan peternak
mandiri.
Manfaat Penelitian
1. Perusahaan, sebagai masukan atau bahan pertimbangan yang berguna bagi
pihak manajemen perusahaan dalam mengambil keputusan dan menetapkan
kebijakan untuk memperbaiki kekurangan dan meningkatkan pendapatan serta
kesejahteraan peternak.
2. Penulis, penelitian ini berguna untuk melatih kemampuan dalam menganalisa
permasalahan bedasarkan data dan fakta yang diperoleh dan disesuaikan
dengan pengetahuan yang didapat selama kuliah.
3. Pihak lain, penelitian ini dapat menjadi bahan rujukan dalam melihat
karakteristik dan tingkat pendapatan peternak pada skala tertentu serta
dijasikan bahan perbandingan bagi penelitian selanjutnya.

TINJAUAN PUSTAKA
Usaha Peternakan Ayam Broiler di Indonesia
Pada tahun 1960, galur murni ayam broiler telah diketahui. Ayam ras
pedaging disebut juga sebagai ayam broiler, yang meupakan jenis ras unggulan
hasil persilangan dari bangsa-bangsa ayam yang memiliki daya produktivitas
tinggi, terutama dalam memproduksi daging ayam. Namun, ayam broiler
komersial seperti yang banyak beredar sekarang ini baru popular pada periode
1980-an. Semula ayam yang dipotong adalah ayam petelur, karena masyarakat
Indonesia masih banyak yang antipati terhadap ayam broiler karena terbiasa
dengan daging ayam kampung. Sehingga pada akhir 1980-an, pemerintah
menggalakkan konsumsi daging ayam. Kelebihan dan kekurangan antara ayam
broiler dan ayam kampung ternyata saling melengkapi dan tidak saling bersaing
karena beberapa masakan khas dareah di Indonesia yang memerlukan pemasakan
lama tetap membutuhkan ayam kampung yang mempunyai tekstur daging yang
lebih liat. ementara untuk makanan sehari-hari ayam broiler sudah menjadi menu
rutin.
Perkembangan ayam broiler di Indonesia dimulai pada pertengahan
dasawarsa 1970-an dan terkenal pada awal 1980-an. Laju perkembangan usaha
ayam broiler sejalan dengan pertumbuhan populasi penduduk, pergeseran gaya
hidup, tingkat pendapatan, perkembangan situasi ekonomi dan politik, serta

7

kondisi keamanan (Fadilah, 2006) dalam Sari (2012). Usaha komersial ayam
broiler tersebar di beberapa wilayah di Indonesia. Daerah penyebaran ayam
broiler komersial di Indonesia bagian barat adalah Pulau Jawa dan sebagian
Sumatera. Indonesia bagian tengah adalah Kalimantan Barat, Kalimantan Selatan,
dan Kalimantan Timur, serta Indonesia bagian timur adalah Pulau Sulawesi. Dari
ketiga bagian daerah tersebut, Indonesia bagian barat merupakan penyebaran
ayam broiler komersial. Populasi ayam broiler terbanyak di Indonesia bagian barat
terdapat di Provinsi Jawa Barat, Jawa Timur, Banten dan Jawa tengah. Menurut
Fadilah (2006) dalam Sari (2012), Indonesia bagian barat menjadi daerah
penyebaran ayam komersial karena hampir semua perusahaan pembibitan ayam
broiler komersial serta pangsa pasar terbesar masih didominasi oleh Indonesia
bagian barat, khususnya Pulau Jawa.
Hingga kini ayam broiler telah dikenal masyarakat Indonesia dengan
berbagai kelebihannya. Dengan jangka waktu pemeliharaan yang relatif singkat
dan menguntungkan, maka hal ini menjadi pendorong peternak baru bermunculan
di berbagai wilayah di Indonesia. Namun, bersamaan dengan semakin diterimanya
daging ayam oleh konsumen pada tahun 1981 usaha peternakan ayam broiler
banyak dikuasai oleh pengusaha besar, keadaan ini membuat peternak kecil
semakin sulit dalam melakukan usaha ternak ayam. Untuk melindungi peternak
kecil, pada tahun 1981 dikeluarkan Kepres No 51 yang intinya membatasi jumlah
ayam petelur konsumsi hanya 5 000 ekor dan ayam broiler sebanyak 750 ekor per
minggu. Dengan adanya Kepres tersebut peternakan-peternakan ayam komersial
banyak mengalami penurunan. Setelah sembilan tahun berjalan, kebijakan
tersebut telah membuat sektor peternakan tidak berkembang, sampai akhirnya
Kepres No 51 tersebut dicabut dan diganti dengan kebijakan 28 Mei 1990.
Kebijakan tersebut merangsang berdirinya peternakan-peternakan besar untuk
tujuan ekspor dan menjadi industri peternakan yang handal dan menjadi
penggerak perekonomian.
Pada tahun 1997, terjadi krisis moneter yang menagkibatkan perubahan
drastis pada sektor peternakan yang mengalami kemunduran pada industi
perunggasan. Harga bahan baku impor untuk industri perunggasan menjadi sangat
tinggi, sementara harga ayam dan telur domestik terus menurun seiring dengan
menurunnya daya beli masyarakat. Akibatnya, permintaan pakan dan DOC juga
menurun dan berdampak pada penurunan populasi ternak di Indonesia. Sehingga,
pada tahun 1998 populasi ayam broiler berkurang hingga 80 persen dari tahun
sebelumnya. Namun pada akhir tahun 1998, usaha peternakan unggas mulai
berkembang, harga daging ayam dan telur mulai dapat dikendalikan dan
menguntungkan bagi para peternak, walaupun pada saat ini mayoritas peternak
sudah tidak berusaha secara mandiri lagi melainkan bergabung menjadi mitra
perusahaan terpadu.
Analisis Pola Kemitraan
Definisi kemitraan menurut undang-undang dicantumkan dalam Undang
Undang No 9 tahun 1995 tentang Usaha Kecil, dijelaskan bahwa kemitraan adalah
kerjasama usaha antara usaha kecil dengan usaha menengah atau dengan usaha
besar, disertai pembinaan dan pengembangan oleh usaha menengah atau usaha
besar dengan memperlihatkan prinsip saling memerlukan, saling memperkuat dan

8

saling menguntungkan. Definisi lain diungkapkan oleh Hafsah (1999) yang
menyatakan bahwa kemitraan adalah suatu strategi bisnis yang dilakukan oleh dua
pihak atau lebih dalam jangka waktu tertentu untuk meraih keuntungan bersama,
dengan prinsip saling mambutuhkan dan saling membesarkan. Karena merupakan
strategi bisnis maka keberhasilan kemitraan sangat ditentukan oleh adanya
kepatuhan diantara yang bermitra dalam menjalankan etika bisnis. Dari beberapa
definisi tersebut, kemitraan merupakan jalinan kerjasama usaha yang merupakan
strategi bisnis yang dilakukan oleh dua belah pihak atau lebih dengan prinsip
saling menguntungkan.
Menurut Sumardjo et al. (2004) dalam Sari (2012), salah satu pola
kemitraan yang dilakukan dalam usaha ternak ayam broiler adalah pola inti
plasma. Pola ini merupakan kerjasama antara peternak sebagai plasma dan
perusahaan mitra sebagai inti. Dalam pola inti plasma, perusahaan mitra
menyediakan lahan, sarana produksi, bimbingan teknis dan memasarkan hasil
produksi yaitu ayam broiler. Sedangkan kelompok mitra hanya bertugas dalam
memnuhi kebutuhan perusahaan inti sesuai dengan persyaratan yang telah
disepakati.
Pada dasarnya, baik pihak perusahaan kemitraan dan peternak mitra
mempunyai kedudukan yang sejajar dalam keberlangsungan usaha sesuai dengan
prinsip saling menguntungkan. Saputra (2011) yang melakukan penelitian analisis
kepuasan peternak plasma terhadap pola kemitraan ayam broiler mengatakan, baik
pihak inti maupun plasma memiliki kedudukan yang sama penting. Dalam
kegiatan kemitraan yang dilakukan, tidak ada pihak yang posisinya lebih tinggi
dari pihak lain. Setiap kegiatan yang berlangsung dalam kerjasama kemitraan
telah disepakati di dalam kontrak kerja sama, begitupun dengan kontrak harga
sarana produksi dan harga ayam hidup.
Keberadaan perusahaan kemitraan dalam usaha ternak ayam broiler adalah
untuk membantu kendala-kendala peternak. Kendala yang sering dihadapi oleh
peternak ayam broiler antara lain keterbatasan modal, teknologi yang dipakai
masih sederhana, sumber daya manusia atau manajemen yang kurang baik, serta
terjadinya fluktuasi harga sapronak dan harga jual ayam broiler. Dengan adanya
kemitraan, peternak diberi bantuan modal berupa sarana produksi seperti DOC,
pakan, obat-obatan, dan vitamin. Selain itu, perusahaan kemitraan memberikan
pelatihan, pembinaan, dan keterampilan teknis produksi serta menjamin
pembelian hasil produksi peternak sesuai dengan kesepakatan.
Penelitian yang dilakukan Lestari (2009) mengenai analisis pendapatan
peternak pada kemitraan inti plasma, mengatakan keberadaan perusahaan
kemitraan banyak memberikan keuntungan bagi peternak plasma. Salah satunya
peternak dapat menjalankan usahanya secara berkesinambungan karena kendala
modal yang biasanya dihadapi oleh peternak dapat teratasi dengan adanya
pinjaman barang modal berupa DOC, pakan dan obat-obatan dari perusahaan inti.
Modal tersebut akan dibayarkan jika peternak telah mendapat hasil panen.
Perusahaan inti ikut membuka kesempatan kerja bagi peternak, menjamin
pemasaran dan pasokan sapronak, dan turut berperan dalam mengembangkan
usaha peternakan.
Oleh karena itu, tujuan dari adanya kemitraan diharapkan menjadi solusi
untuk merangsang tumbuhnya agribisnis peternakan terutama mengatasi masalah
peternak yang kurang dalam hal permodalan, teknologi, pasar dan manajemen

9

(Firwiyanto, 2008). Sehingga dapat meningkatkan pendapatan peternak dan
memenuhi ketersediaan daging ayam dalam dimensi jumlah, kualitas, dan waktu.
Dalam sistem pola kemitraan inti plasma terdapat beberapa hal yang perlu
diketahui dan diperhatikan agar kerjasama dapat berjalan dengan lancar, yaitu
mekanisme kemitraan inti plasma. Saputra (2011) mengatakan, mekanisme
kemitraan inti plasma meliputi sistem dan prosedur penerimaan mitra, syarat
menjadi mitra, hak dan kewajiban perusahaan mitra dan peternak dan penetapan
harga input, output dan bonus.
Sistem dan prosedur penerimaan mitra dilakukan dengan peternak
mendaftarkan diri kepada perusahaan sebagai calon mitra. Kemudian pihak
perusahaan melakukan proses seleksi yang meliputi lokasi kandang, kondisi, serta
kelengkapan fasilitas kandang calon peternak plasma. Selanjutnya setelah
dinyatakan layak oleh perusahaan mitra untuk bergabung dalam kemitraan,
peternak menyerahkan persyaratan dan jaminan serta penandatanganan kontrak
perjanjian kerjasama.
Syarat bergabung menjadi peternak mitra yang ditetapkan perusahaan
kemitra berbeda-beda. Namun pada dasarnya, syarat menjadi mitra yaitu meliputi
kapasitas ayam broiler, dan lokasi kandang dengan menyerahkan jaminan dapat
berupa bukti kepemilikan tanah, bpkb, atau uang tunai.
Pihak inti mempunyai hak dalam menentukan pilihan sarana produksi
ternak yang meliputi DOC, pakan, obat-obatan, vaksin serta menentukan harga
kesepakatan kontrak. Selanjutnya kewajiban pihak inti adalah menentukan dan
menyusun program pemeliharaan ayam melalui petugas penyuluh lapang (PPL).
Pihak inti juga berkewajiban mengontrol kesehatan ayam peternak dan
memberikan bimbingan teknis kepada peternak. Sedangkan hak dari peternak
plasma adalah menerima bantuan modal sapronak dan mendapat bimbingan
manajemen yang baik dan benar dari perusahaan mitra. Kewajiban peternak
plasma yaitu bertanggung jawab dalam mengelola ternaknya dengan baik sesuai
dengan prosedur yang telah ditetapkan oleh pihak perusahaan mitra.
Analisis Pendapatan Kemitraan
Penelitian yang terkait dengan pendapatan usaha ternak ayam broiler telah
dilakukan oleh Lestari (2009), Febridinia (2010), Deshinta (2006). Berdasarkan
hasil penelitian, Lestari (2009) membagi skala usaha peternak menjadi 2, yaitu
peternak dengan skala besar (skala II) dan skala sedang (skala I). Hasil
penelitiannya menyatakan sebagian besar peternak mendapatkan keuntungan dari
usaha ternak ini, antara peternak dengan skala besar (skala II) dan skala sedang
(skala I) tidak terdapat perbedaan yang signifikan dalam perolehan pendapatan.
Nilai rasio R/C peternak skala besar adalah 1.066 sedangkan peternak skala
sedang adalah 1.069. Hal ini dikarenakan usaha ternak dalam skala kecil jika
dibudidayakan dengan baik dan sesuai prosedur, maka hasil yang didapatkan juga
bisa memuaskan. Pendapatan peternak plasma sangat dipengaruhi bagaimana
peternak tersebut dapat mengelola ternak ayam dengan sebaik-baiknya,
memperhatikan kesehatan ayam agar dapat menekan angka kematian pada ayam,
dan menjaga kondisi ayam agar nafsu makan semakin meningkat, sehingga
menghasilkan bobot ayam yang berat, tentu disertai dengan penggunaan pakan
yang seefisien mungkin. Selain itu, pada kasus ini peternak dengan skala besar

10

mengeluarkan biaya produksi sedikit lebih murah, namun hanya sedikit peternak
skala besar yang memperoleh bonus. Peternak skala sedang sebagian besar
memperoleh bonus dari pihak inti, sehingga nilai rasio R/C peternak skala sedang
lebih tinggi daripada peternak skala besar.
Lestari juga melakukan analisis mengenai kepuasan peternak plasma
terhadap PT. X di Yogyakarta yang menjadi mitra usahanya. Peneltian yang
dilakukan adalah terhadap pelayanan administrasi penerimaan mitra, pelayanan
sarana produksi, pelayanan teknis budidaya, dan pelayanan pasca panen.
Berdasarkan hasil analisis kuadran kinerja dan kepentingan, didapatkan beberapa
atribut yang memiliki tingkat kepentingan yang tinggi akan tetapi kinerjanya
dinilai masih rendah oleh peternak plasma. Atribut-atribut tersebut antara lain
atribut kualitas DOC, kualitas pakan, kecepatan pencairan hasil panen, dan
pemberian bonus. Hasil analisis kesesuaian juga menunjukkan keempat atribut
tersebut memiliki nilai kesesuaian yang rendah. Secara keseluruhan peternak
plasma merasa puas terhadap kinerja atribut-atribut yang terdapat dalam
kemitraan PT X. Hal ini dapat diketahui dari nilai indeks kepuasan peternak
sebesar 63.38 persen, dimana nilai ini berada pada skala puas.
Adapun penelitian yang dilakukan oleh Febridinia (2010) yang juga
menganalisis peran kemitraan dalam pendapatan peternakan ayam broiler.
Penelitan ini menganalisis pendapatan pada peternak yang bermitra dan peternak
non mitra. Hasil penelitian ini menyatakan terdapat perbedaan total biaya,
penerimaan dan pendapatan antara peternak mitra dan non mitra. Biaya tunai
peternak mitra lebih besar dibandingkan dengan peternak non mitra, sehingga ada
indikasi bahwa peternak non mitra lebih banyak mengakses input dari pasar.
Tingkat keuntungan antara peternak mitra dan non mitra juga dapat dilihat dari
besarnya R/C rasio. Rasio atas biaya tunai peternak mitra sebesar 1.11 dan
peternak non mitra sebesar 1.09. Sedangkan rasio atas biaya total juga diperoleh
lebih tinggi oleh peternak mitra yaitu sebesar 1.03 dan 1.02 untuk peternak non
mitra. Hal ini berarti usaha ayam peternak mitra lebih efisien dibandingkan
dengan peternak non mitra. Berdasarkan perhitungan uji-t didapat hasil bahwa ada
perbedaan pendapatan tunai antara peternak mitra dan non mitra. Hal ini dapat
dilihat dari p-value yang diperoleh sebesar 0.004 lebih kecil dari nilai α yang
ditentukan yaitu 0.05.
Deshinta (2006) melakukan penelitian mengenai dampak kemitraan
terhadap peningkatan pendapatan peternak yang dilakukan pada PT Sierad
Produce di Kabupaten Sukabumi. Hasil penelitian ini menyatakan pendapat bersih
yang diperoleh peternak mitra lebih kecil dibandingkan dengan peternak mandiri.
Berdasarkan nilai R/C rasio terhadap total biaya diperoleh hasil Rp. 1 066 untuk
peternak mitra, sedangkan peternak mandiri memperoleh tambahan lebih besar yaitu
Rp. 1 079. Hal tersebut disebabkan oleh jumlah biaya yang ditanggung peternak
mitra lebih besar dari peternak mandiri seperti pembelian sapronak yang dijual
oleh perusahaan kemitraan. Dari hasil uji t yang dilakukan terhadap total
pendapatan bersih diperoleh kesimpulan terima Ho, ini menunjukkan bahwa
antara pendapatan peternak mitra dan peternak mandiri tidak memiliki perbedaan
secara nyata, atau dapat disimpulkan bahwa kemitraan tidak berpengaruh terhadap
peningkatan pendapatan peternak.
Berdasarkan hasil berbagai penelitian mengenai peran kemitraan dalam
peningkatan pendapatan peternak, dapat disimpulkan bahwa hasil penelitian yang

11

dilakukan oleh Lestari (2009) dan Febridinia (2010) menyatakan terdapat manfaat
yang positif dari pelaksanaan kemitraan.manfaat tersebut antara lain peternak
yang bermitra mendapatkan jaminan sapronak, risiko usaha lebih rendah,
mendapatkan kepastian dalam memasarkan hasil panen dan mendapatkan
bimbingan serta penyuluhan dari pihak perusahaan mitra. Namun, pada penelitian
Deshinta (2006) dapat dikatakan bahwa adanya kemitraan tidak berpengaruh
terhadap peningkatan pendapatan peternak. Peternak mandiri lebih
menguntungkan daripada peternak yang bermitra. Hal ini dipengaruhi oleh biayabiaya yang dikeluarkan oleh peternak mitra lebih besar daripada biaya yang
dikeluarkan oleh peternak mandiri, sehingga mengakibatkan kemitraan menjadi
tidak signifikan dampaknya terhadap pendapatan peternak.
Beberapa hal yang menjadi persamaan penelitian ini dengan sebelumnya
adalah mendeskripsikan pelaksanaan kemitraan yang dilakukan antara pihak
peternak dengan perusahaan kemitraan dan menghitung tingkat pendapatan antara
peternak mitra dan peternak mandiri dengan alat analisis yang sama. Adapun
perbedaan dengan penelitian sebelumnya adalah lokasi usaha. Lokasi usaha
diduga akan memberikan dampak yang berbeda terhadap pelaksanaan kemitraan
karena berbeda topografi wilayah, berbeda sumberdaya manusia, budaya kerja dan
berbeda pergerakan harga di pasar. Penelitian ini akan dilakukan di Kabupaten
Bogor dengan perusahaan kemitraan yaitu CV. Barokah.

KERANGKA PEMIKIRAN
Kerangka Pemikiran Teoritis
1. Definisi Kemitraan
Definisi kemitraan menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia berasal dari 2
kata, mitra adalah teman, kawan kerja, pasangan kerja, rekan. Sementara
kemitraan artinya perihal hubungan atau jalinan kerjasama sebagai mitra. Definisi
lain diungkapkan oleh Hafsah (1999) yang menyatakan bahwa kemitraan adalah
suatu strategi bisnis yang dilakukan oleh dua pihak atau lebih dalam jangka waktu
tertentu untuk meraih keuntungan bersama, dengan prinsip saling mambutuhkan
dan saling membesarkan.
Pengertian kemitraan juga terdapat secara jelas pada peraturan perundangundangan antara lain:
1. Undang-undang Nomor. 9 Tahun 1995 tentang Usaha Kecil, Pasal 1 angka
menyatakan bahwa kemitraan adalah “Kerjasama usaha antara usaha kecil
dengan usaha menengah atau dengan usaha besar disertai pembinaan dan
pengembangan oleh usaha menengah atau usaha besar dengan
memperlihatkan prinsip saling memerlukan, saling memperkuat, dan saling
menguntungkan”.
2. Peraturan Pemerintah Nomor 44 Tahun 1997 tentang kemitraan, pasal 1 angka
1, kemitraan adalah kerjasama usaha antara usaha kecil dengan usaha
menengah dan atau usaha besar dengan memperlihatkan prinsip saling
memerlukan, saling memperkuat dan saling menguntungkan.

12

Dari beberapa definisi tersebut, kemitraan merupakan jalinan kerjasama
usaha yang merupakan strategi bisnis yang dilakukan oleh dua belah pihak atau
lebih dengan prinsip saling memerlukan, saling memperkuat dan saling
menguntungkan. Karena merupakan strategi bisnis maka keberhasilan kemitraan
sangat ditentukan oleh adanya kepatuhan diantara yang bermitra dalam
menjalankan etika bisnis. Hal ini dapat terjadi jika kedua belah pihak saling
melengkapi kelebihan satu sama lain, seperti pihak pengusaha yang memiliki
tanggung jawab untuk melakukan pembinaan terhadap peternak agar mampu
mengembangkan usahanya. Sementara pihak peternak mampu menjalankan
kegiatan sesuai dengan perjanjian yang dibuat antara kedua belah pihak. Berkaitan
dengan kemitraan yang telah diuraikan diatas, maka kemitraan mengandung
beberapa unsur pokok, yaitu:
a. Kerjasama Usaha
Dalam konsep kemitraan, kerjasama yang dilakukan antara pengusaha
besar atau usaha menengah dengan usaha kecil didasarkan pada kesejajaran
kedudukan atau mempunyai derajat yang sama antar kedua belah pihak yang
bermitra. Hal ini berarti kedua belah pihak mempunyai hak dan kewajiban yang
setara dan tidak ada pihak yang dirugikan. Sehingga tujuan kemitraan tercapai
dengan meningkatkan keuntungan atau pendapatan melalui pengembangan usaha
tanpa saling mengeksploitasi satu sama lain dan berkembangnya rasa saling
percaya diantara kedua belah pihak yang bermitra.
b. Pembinaan dan Pengembangan
Bentuk pembinaan dalam kemitraan yang dilakukan oleh pengusaha besar
atau pengusaha menengah terhadap pengusaha kecil dapat berupa pembinaan
mutu produksi, pembinaan manajemen usaha, pembinaan manajemen produksi,
pembinaan peningkatan sumber daya manusia dan lain-lain.
c. Prinsip Saling Memerlukan, Saling Memperkuat dan Saling Menguntungkan.
Pada dasarnya adanya kemitraan diawali dengan mengenal dan memahami
posisi kelebihan dan kelemahan kedua belah pihak yang bermitra, sehingga
menghasilkan sinergi yang berdampak pada efisiensi dan turunnya biaya produksi.
Dalam kemitraan diharapkan pengusaha besar atau pengusaha menengan dapat
bekerjasama saling memerlukan, memperkuat dan menguntungkan dengan
pengusaha kecil untuk mencapai kesejahteraan bersama.
2. Manfaat dan Tujuan Kemitraan
Pada dasarnya tujuan kemitraan di antara pengusaha besar dan pengusaha
kecil adalah mengarah pada pola hubungan simbiosis mutualisme atau saling
menguntungkan yang pada akhirnya bermuara pada win-win solution. Tujuan
saling menguntungkan tersebut di dasarkan pada kesejajaran kedudukan antara
kedua belah pihak sehingga tidak ada yang merasa saling dirugikan. Dalam hal ini,
(Hafsah, 1999) mengatakan ciri kemitraan terhadap hubungan timbal balik antara
kedua belah pihak yang bermitra bukan sebagai buruh dan majikan atau atasan
dan bawahan melaikan sebagai adanya pembagian risiko dan keuntungan yang
proposional. Dalam kondisi yang ideal, tujuan yang ingin dicapai dalam
pelaksanaan kemitraan adalah:
1. Meningkatkan pendapatan usaha kecil dan masyarakat
2. Meningkatkan perolehan nilai tambah bagi pelaku kemitraan
3. Meningkatkan pemerataan dan pemberdayaan masyarakat usaha kecil

13

4. Meningkatkan pertumbuhan ekonomi pedesaan, wilayah dan nasional
5. Memperluas kesempatan kerja
6. Meningkatkan ketahanan ekonomi nasional
Kemintraan bermanfaat bagi pihak-pihak yang melakukan kerjasama
didalamnya. Manfaat yang dapat dicapai dari usaha kemitraan antara lain (Hafsah,
1999):
a. Produktivitas
Bagi perusahaan kemitraan, manfaat dari adanya kerjasama dengan petani
adalah dapat mengoprasionalkan kapasitas pabriknya secara full capacity tanpa
perlu memiliki lahan dan pekerja lapang sendiri karena biaya untuk keperluan
tersebut ditanggung oleh petani. Sedangkan bagi petani, dengan adanya kemitraan
dapat meningkatkan produktivitas secara simultan dengan cara menambah unsur
input baik kualitas maupun kuantitas dalam jumlah tertentu sehingga memperoleh
hasil dalam jumlah dan kualitas yang berlipat.
b. Efisiensi
Perusahaan dapat menghemat penggunaan tenaga dalam mencapai target
tertentu dengan tenaga kerja yang dimiliki petani. Sedangkan untuk petani yang
relatif lemah dalam hal kemampuan teknologi dan sarana produksi, dengan
bermitra dapat menghemat waktu produksi melalui produksi yang di sediakan
oleh perusahaan.
c. Jaminan Kualitas, Kuantitas dan Kontinuitas
Kualitas, kuantitas dan kontinuitas sangat erat kaitannya dengan efisiensi
dan poduktifitas di pihak petani yang dapat menentukan terjaminnya pasokan
pasar.
d. Risiko
Kemitraan bermanfaat mengurangi risiko bagi pihak-pihak yang
melakukan kerjasama. Kontrak akan mengurangi risiko yang dihadapi perusahaan
karena tidak harus menanamkan investasi atas tanah dan mengelola pertanian
yang sangat luas. Sedangkan bagi petani dapat mengurangi risiko produksi dan
risiko harga dengan adanya kerjasama melalui kemitraan.
3. Pola Kemitraan
Menurut Keputusan Menteri Pertanian No. 940/kpts/OT.210/10/97 tentang
Pedoman Kemitraan Usaha Pertanian yang merupakan penjabaran dari UndangUndang No. 9 Tahun 1995 dan PP No. 44 Tahun 1997, pola kemitraan dibagi
kedalam enam kelompok yaitu inti plasma, subkontrak, dagang umum, keagenan,
kerjasama operasional agribisnis dan waralaba.
1. Pola Inti Plasma
Pola ini merupakan hubungan kemitraan antara kelompok mitra dengan
perusahaan mitra, yang di dalamnya perusahaan mitra bertindak sebagai inti dan
kelompok mitra sebagai plasma. Dalam pola kemitraan inti plasma, perusahaan
inti berperan dalam penyediaan sarana produksi, menampung hasil produksi,
membeli hasil produksi, memberikan bimbingan teknis dan pembinaan
manajemen kepada kelompok mitra, memberikan pelayanan kepada kelompok
mitra berupa permodalan/kredit, sarana produksi dan teknologi, mempunyai usaha
budidaya pertanian/memproduksi kebutuhan perusahaan serta mneyediakan lahan.
Sedangkan kelompok mitra bertugas sebagai pengelola seluruh usaha bisnisnya
sampai dengan panen, menjual hasil produksi kepada perusahaan mitra dan

14

memenuhi kebutuhan perusahaan sesuai dengan persyaratan yang telah disepakati
(Hafsah, 2000).
Adapun kelebihan dari pola inti plasma antara lain:
a) Kemitraan inti plasma memberikan manfaat timbal balik antara kedua belah
pihak yang bekerja sama dengan saling ketergantungan dan saling
menguntungkan
b) Terciptanya peningkatan usaha
c) Pola kemitraan inti plasma dapat mendorong perkembangan ekonomi
Kelemahan dari pola inti plasma antara lain:
a) Kelompok mitra belum memahami hak dan kewajibannya dengan baik sesuai
dengan perjanjian yang telah disepakati
b) Perusahaan mitra sebagai inti belum sepenuhnya menjalani komitmen dalam
memenuhi fungsi dan kewajiban sesuai apa yang diharapkan oleh pihak
plasma
Plasma

Plasma

Perusahaan Inti

Plasma

Plasma
Gambar 1. Pola kemitraan inti-plasma

Sumber: Dep