Analisis Kepuasan Peternak Plasma Terhadap Pola Kemitraan Ayam Broiler Studi Kasus Kemitraan Dramaga Unggas Farm Di Kabupaten Bogor

(1)

I PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Sektor industri pengolahan merupakan penyumbang terbesar dalam pertumbuhan perekonomian nasional. Perkembangan sektor industri pengolahan tersebut tentu tidak terlepas dari adanya dukungan sektor pertanian, dimana industri pengolahan membutuhkan hasil-hasil sektor pertanian sebagai bahan baku utamanya. Hal ini menunjukkan bahwa sektor pertanian berperan sangat penting dalam menyokong pertumbuhan perekonomian di Indonesia. Distribusi Persentase Produk Domestik Bruto (PDB) atas dasar harga berlaku menurut lapangan usaha dapat dilihat pada Tabel 1.

Tabel 1. Distribusi Persentase Produk Domestik Bruto Tahun 2008-2009

Lapangan Usaha 2008 2009

Pertanian, Peternakan, Perikanan, dan Kehutanan 14.5 15.3

Pertambangan dan Penggalian 10.9 10.5

Industri Pengolahan 27.9 26.4

Listrik, Gas, dan Air Bersih 0.8 0.8

Konstruksi 8.5 9.9

Perdagangan, Hotel, dan Restoran 14.0 13.4

Pengangkutan dan Perekonomian 6.3 6.3

Keuangan, Real Estat, dan Jasa Perusahaan 7.4 7.2

Jasa-jasa 9.7 10.2

PDB 100 100

PDB Tanpa Migas 89.4 91.7

Sumber : Badan Pusat Statistik (2011)

Berdasarkan Tabel 1 diketahui bahwa pada tahun 2009, kontribusi sektor pertanian mengalami peningkatan dibanding tahun 2008. Sektor lain yang mengalami peningkatan adalah Kontruksi, dan Jasa-jasa. Sedangkan selebihnya tetap dan bahkan mengalami penurunan. Nilai PDB sektor pertanian pada tahun 2009 adalah 858,25 triliun rupiah, meningkat dari tahun sebelumnya yaitu 716,06 triliun rupiah. Kondisi ini menunjukkan bahwa sektor pertanian berperan penting dalam pertumbuhan perekonomian nasional.


(2)

2 Subsektor peternakan merupakan bagian dari sektor pertanian yang sangat potensial untuk dikembangkan. Hal ini karena subsektor peternakan terutama ayam ras dan sapi potong didukung oleh perkembangan industri peternakan1. Perkembangan populasi ternak nasional dapat dapat dilihat pada Tabel 2.

Tabel 2. Perkembangan Populasi Ternak Nasional Tahun 2005-2010 (Ribu Ekor)

Ternak 2005 2006 2007 2008 2009 2010 *)

Sapi Potong 10.569 10.875 11.515 12.257 12.760 13.633

Sapi Perah 361 369 374 458 475 495

Kerbau 2.128 2.167 2.086 1.931 1.933 2.010

Kambing 13.409 13.790 14.470 15.147 15.858 16.841

Domba 8.327 8.980 9.514 9.605 10.199 10.915

Babi 6.801 6.218 6.711 6.838 6.975 7.212

Kuda 387 398 401 393 399 409

Ayam Buras 278.954 291.085 272.251 243.423 249.963 0 Ayam Petelur 84.790 100.202 111.489 107.955 111.418 116.188 Ayam Pedaging 811.189 797.527 891.659 902.052 1.026.379 0

Itik 32.405 32.481 35.867 39.840 40.680 0

*) Angka sementara

Sumber : Direktorat Jendral Peternakan (2011)

Data pada Tabel 2 menunjukkan bahwa sebagian besar populasi ternak nasional mengalami peningkatan setiap tahunnya. Hal ini mengindikasikan bahwa peternakan di Indonesia berkembang dengan baik dan berpotensi untuk terus dikembangkan sebagai upaya pemenuhan kebutuhan daging domestik maupun ekspor.

Salah satu komoditas peternakan yang berpotensi untuk dikembangkan di Indonesia adalah ayam ras pedaging (broiler). Ayam broiler merupakan jenis ras unggulan hasil persilangan dari ayam yang memiliki daya produktivitas tinggi, terutama dalam memproduksi daging. Industri ayam broiler memiliki daya saing atau keunggulan komparatif dalam pengusahaannya. Pengusahaan ayam broiler untuk pemenuhan kebutuhan domestik, secara ekonomis adalah efisien dalam pemanfaatan sumberdaya dalam negeri (Siregar dan Rusastra, 2002)2. Potensi ini dapat dilihat dari perkembangan populasi ayam broiler nasional. Pengusahaan

1

Krissantono. 2009. Industri Peternakan Unggas Berpotensi Tumbuh. http://www.kampoengternak.or.id/. [30 April 2011]

2


(3)

3 ternak ayam broiler hingga tahun 2009 tercatat memiliki jumlah populasi ternak terbanyak dibandingkan jenis ternak unggas lainnya (Tabel 2).

Gambar 1. Perkembangan Populasi Ayam Broiler di Indonesia tahun 2005-2009 Gambar 1 menunjukkan populasi ayam broiler memiliki trend atau kecenderungan meningkat dari tahun 2005 sampai tahun 2009. Penurunan populasi hanya terjadi pada tahun 2006 yaitu 1,67% dari tahun sebelumnya. Hal ini disebabkan oleh maraknya kasus penyakit yang terjadi pada perternakan unggas, sehingga berdampak pada penurunan jumlah populasi ternak di berbagai wilayah di Indonesia3.

Tabel 3. Kandungan Gizi Ayam, Sapi, dan Kambing

Jenis Daging Protein (%) Air (%) Lemak (%)

Ayam 23,40 73,70 1,90

Sapi 21,50 69,50 8,00

Kambing 19,50 71,50 7,50

Sumber : Balai Besar Industri Hasil Pertanian (2009)

Peningkatan jumlah populasi ayam broiler didukung oleh kesadaran masyarakat dalam mengkonsumsi daging sebagai makanan yang memiliki kandungan gizi tinggi. Berdasarkan Tabel 3, diketahui bahwa tingkat kandungan

3

Thepatria. 2010. Fenomena Flu Burung di Indonesia. http://thepatria.wordpress.com/ [7 Mei 2011]

2005 2006 2007 2008 2009

Populasi 811.189,0 797.527,0 891.659,0 902.052,0 1.026.379

-200.000,00 400.000,00 600.000,00 800.000,00 1.000.000,00 1.200.000,00

P

o

p

u

las

i

(R

ib

u

Ek

o

r


(4)

4 gizi seperti protein dan air yang yang dimiliki oleh ayam lebih tinggi dari sapi dan kambing. Sedangkan kandungan lemak paling kecil. Hal ini menunjukkan bahwa daging ayam layak untuk dikonsumsi dan lebih baik dibanding jenis daging lainnya. Selain itu, ayam broiler juga merupakan bahan konsumsi daging yang relatif lebih murah, sehingga dapat menjadi pilihan utama dalam pemenuhan kebutuhan daging masyarakat.

Berdasarkan uraian yang telah dijelaskan, diketahui bahwa ayam broiler memiliki potensi yang sangat baik untuk dikembangkan. Ayam broiler berperan dalam pemenuhan kebutuhan daging yang relatif murah. Selain itu, pengusahaannya dilakukan secara massal sehingga produksi ayam broiler lebih mendominasi dibanding produksi daging lainnya. Hal ini lah yang mendukung perkembangan usaha ayam broiler di Indonesia.

Berdasarkan data dari Dirjen Peternakan (2011), Provinsi Jawa Barat merupakan wilayah dengan populasi ayam broiler terbesar di Indonesia. Hal tersebut menunjukkan bahwa Jawa Barat sebagai wilayah yang memadai untuk usaha peternakan ayam broiler. Kondisi ini seharusnya dapat dimanfaatkan sebagai suatu peluang bagi pengusaha bidang peternakan untuk mengembangkan usaha peternakan ayam broiler, baik usaha dalam skala besar ataupun skala kecil. Namun, beberapa permasalahan yang timbul beberapa tahun terakhir ini antara lain adalah kenaikan harga pakan dan biaya produksi belum diikuti dengan kenaikan harga ayam hidup (Poultry 2010).

Peternak mandiri pada umumnya memiliki skala usaha kecil yang memiliki keterbatasan dalam modal dan teknologi. Kondisi ini menyebabkan peternak mandiri lebih rentan terhadap dampak krisis ekonomi. Beberapa hambatan dan keterbatasan dalam melakukan usaha peternakan ayam broiler telah menyebabkan berkurangnya persentase peternak mandiri. Dimana sebagian besar memilih untuk bergabung dengan perusahaan kemitraan. Saat ini usaha peternakan ayam broiler dikuasai oleh perusahaan kemitraan dengan pangsa pasar mencapai 40-50 persen, yang sebelumnya hanya 25-30 persen saja4.

4

Poultry Indonesia. 2008. Peternak Broiler Mandiri Merajalela. http://www.poultryindonesia.com/ [8 Mei 2011]


(5)

5 Berbeda dengan peternak mandiri, peternak plasma memiliki risiko usaha yang lebih kecil. Sarana produksi peternakan (sapronak) peternak plasma akan dijamin ketersediannya oleh perusahaan inti. Selain itu, kepastian harga pasar juga diperoleh peternak plasma dalam memasarkan ayam hasil produksinya. Dalam usaha kemitraan, harga sapronak maupun harga jual ayam ditentukan oleh perusahaan kemitraan dalam sebuah kontrak kemitraan yang disepakati oleh kedua belah pihak. Dengan bermitra, pihak inti akan memperoleh keuntungan dari harga jual sapronak serta kelebihan harga jual ayam pada saat harga pasar melebihi harga kontrak. Sedangkan plasma akan memperoleh keuntungan dari hasil produksinya dengan harga kontrak yang disepakati dan tak harus menanggung beban kerugian ketika harga pasar berada di bawah harga kontrak.

Tujuan yang ingin dicapai dari kemitraan antara lain adalah meningkatkan pendapatan usaha kecil dan masyarakat, meningkatkan pertumbuhan ekonomi pedesaan, serta memperluas kesempatan kerja. Kemitraan juga diharapkan menjadi salah satu solusi untuk merangsang pertumbuhan agribisnis peternakan, terutama untuk mengatasi permasalahan peternak kecil.

1.2 Perumusan Masalah

Perkembangan perunggasan selalu bergejolak setiap saat, hal ini bisa di lihat dari harga produk perunggasan yang selalu naik turun bahkan tidak hanya mingguan tetapi sampai harga harian. Naik turunnya harga dipengaruhi oleh berbagai faktor antara lain daya beli masyarakat terhadap produk perunggasan dan biaya untuk memproduksi produk perunggasan itu sendiri5.

Sarana produksi terpenting dalam usaha peternakan ayam broiler adalah day old chicken (DOC) dan pakan ayam. Pergerakan harga DOC sangat berfluktuasi. Fluktuasi harga terjadi karena adanya ketidakpastian pasokan dan permintaan pasar, dimana hal ini memberikan pengaruh besar pada usaha peternakan ayam. Selain DOC, kualitas dan harga pakan juga merupakan faktor penting dalam usaha peternakan ayam broiler.

5

Poultry Indonesia. 2010. Dilema Peternak Ayam Ras.


(6)

6 Keterbatasan dalam hal permodalan, teknologi, dan sumberdaya manusia menjadi faktor yang mendukung terbentuknya kerjasama oleh pihak yang berkepentingan. Kerjasama diwujudkan dalam bentuk kemitraan. Direktorat Pengembangan Usaha, Departemen Pertanian (2002) memberikan panduan mengenai enam jenis pola kemitraan yang umumnya dilaksanakan di Indonesia, yaitu pola inti plasma, subkontrak, dagang umum, keagenan, kerjasama operasional, dan pola kemitraan penyertaan saham.

Pada umumnya kerjasama yang terjalin dalam sistem kemitraan peternak ayam broiler berupa inti plasma. Sistim kemitraan inti plasma merupakan bentuk kerjasama yang terjin antara pihak perusahaan sebagai inti dan peternak sebagai plasma. Perusahaan sebagai pihak inti berperan sebagai penyedia permodalan kepada pihak plasma dan menjamin penjualan atas hasil produksi ayam broiler. Sedangkan pihak peternak selaku pelasma berkewajiban mengelola usaha ternak dan bertanggung jawab terhadap hasil ternak tersebut.

Dramaga Unggas Farm (DUF) merupakan salah satu perusahaan peternakan ayam broiler berbasis kemitraan dengan pola inti plasma. DUF saat ini bekerjasama dengan peternak plasma di wilayah Dramaga, Pamijahan, Tenjolaya, Nanggung, dan Cigudeg. Pada kemitraan DUF, sistem budidaya ayam broiler ditentukan oleh inti, sedangkan plasma menjalankan kegiatan produksi sesuai dengan prosedur yang telah ditetapkan.

Baik pihak inti maupun plasma memiliki kedudukan yang sama penting dalam berlangsungnya usaha kemitraan, sehingga tidak ada pihak yang posisinya lebih tinggi dari pihak lain. Setiap kegiatan yang berlangsung dalam kerjasama kemitraan telah disepakati di dalam kontrak kerja sama, begitupun dengan kontrak harga sarana produksi dan harga ayam hidup.

Pola kemitraan yang terjadi seringkali merupakan perjanjian baku, dimana peternak plasma tidak memiliki kebebasan untuk merundingkan isi dari perjanjian tersebut. Hal ini menunjukan bahwa perjanjian yang terjadi antara perusahaan inti dan peternak plasma, tidak berlandaskan pada asas kebebasan berkontrak diantara kedua pihak yang mempunyai kedudukan seimbang. Kedudukan peternak plasma sangat lemah, dimana peternak hanya mempunyai pilihan menerima atau menolak


(7)

7 isi perjanjian yang dibuat oleh perusahaan inti. Apabila peternak menerima perjanjian tersebut, maka harus siap dengan segala konskuensi yang ada dan timbul sebagai akibat dari perjanjian tersebut, tetapi apabila peternak menolak maka peternak akan kehilangan kesempatan untuk mengatasi permasalahan permodalan mereka.

Berdasarkan kondisi yang ada maka penting untuk melakukan analisis umum mengenai bagaimana kedudukan dan hubungan antara peternak plasma dengan perusahaan inti dan permasalahan-permasalahan apa saja yang sering muncul dalam pola kemitraan tersebut.

Seiring berkembangnya banyak perusahaan kemitraan ayam broiler, tentunya diperlukan upaya untuk mempertahankan peternak mitra guna menjaga keberlanjutan usaha kemitraan. Berdasarkan informasi dari peternak plasma, beberapa perusahaan kemitraan yang mendominasi di Dramaga yaitu CMS (Cipta Mitra Sejahtera), TJF (Tri Jaya Farm), TMF (Tunas mandiri Farm), MJS Malindo, Amira, IPB (Inti Plasma Berkah), Inasa, dan Kemitraan Sierad Produce.

Kepuasan peternak plasma menjadi faktor penting yang perlu diperhatikan DUF dalam proses pengembangan usaha kemitraannya. Tingkat kepuasan peternak plasma terhadap perusahaan inti akan membawa dampak positif bagi kelangsungan usaha kemitraan. Plasma yang merasa puas, cenderung akan mempertahankan kerja sama dengan perusahaan inti.

Indikasi dari ketidakpuasan peternak saat ini juga dirasakan oleh DUF, yaitu ditunjukkan oleh rekuensi keluar masuk peternak plasma di perusahaan dan jumlahnya yang cenderung berkurang dalam satu tahun terakhir. Rata-rata frekuensi keluar masuk plasma dari perusahaan inti selama 7 periode terakhir sebanyak 5 plasma. Perkembangan jumlah peternak plasma pada perusahaan inti DUF dapat dilihat pada Gambar 2.


(8)

8 Gambar 2. Perkembangan Jumlah Peternak Plasma DUF 7 Periode Terakhir Sumber : DUF (2011)

Menurut perusahaan, ketidakpuasan peternak plasma diduga disebabkan oleh kurang maksimalnya hasil produksi selama ini, sehingga keuntungan yang diharapkan belum dapat diperoleh peternak. Namun, perlu dilakukan penelitian untuk mengetahui apakah dugaan tersebut benar ataukah ada faktor lain yang menyebabkan ketidakpuasan peternak plasma terhadap pelaksanaan pola kemitraan DUF.

Usaha ternak dan peternak plasma yang bergabung dalam kemitraan DUF memiliki keragaman karakteristik. Usaha ternak memiliki keragaman dari segi skala usaha, status kepemilikan kandang, pekerjaan diluar usaha ternak alasan berternak, lama berternak, dan alasan bermitra. Keragaman karakteristik peternak dilihat dari segi lokasi plasma, usia, jenis kelamin, pendidikan, dan pengalaman. Keragaman karakteristik tersebut memberikan penilaian yang berbeda terhadap kualitas pelayanan dan kinerja dari perusahaan inti. Keragaman juga diduga memberikan perilaku yang bervariasi dalam memutuskan untuk memilih suatu perusahaan kemitraan.

0 10 20 30 40 50 60

Okt 10 Nop 10 Jan 11 Feb 11 Apr 11 Mei 11 Jul 11

Ju

m

lah

P

e

te

r

n


(9)

9 Berdasarkan uraian diatas, maka pembahasan dirumuskan untuk menjawab pertanyaan :

1. Bagaimana karakteristik usaha ternak dan peternak plasma DUF? 2. Bagaimana pola kemitraan yang selama ini dilaksanakan oleh DUF?

3. Bagaimana tingkat kepuasan peternak plasma terhadap pelaksanaan kemitraan DUF?

1.3 Tujuan

1. Menganalisis karakteristik peternak plasma DUF

2. Menganalisis pola kemitraan yang dijalankan oleh DUF

3. Menganalisis tingkat kepuasan peternak plasma terhadap pelaksanaan kemitraan DUF

1.4 Manfaat Penelitian

Penelitian ini diharapkan dapat berguna bagi pihak-pihak terkait :

1. Bagi perusahaan, penelitian ini dapat digunakan sebagai bahan pertimbangan yang berguna bagi pihak perusahaan kemitraan dalam mengambil keputusan menyempurnakan pelaksanaan kemitraan.

2. Bagi penulis, penelitian ini memberi pengalaman nyata dalam menganalisis suatu kondisi, permasalan, dan fakta yang di lapangan serta merumuskannya dengan teori yang sudah dipelajari selama kuliah.

3. Bagi pembaca, penelitian ini berguna sebagai tambahan informasi rujukan untuk mengadakan penelitian lebih lanjut, serta dapat dijadikan bahan perbandingan penelitian selanjutnya.

1.5 Ruang Lingkup Penelitian

Pembahasan dalam penelitian ini mencakup analisis deskriptif mengenai pola kemitraan dan karakteristik peternak plasma DUF. Selain itu, akan dilakukan analisis tingkat kepuasan peternak plasma terhadap kemitraan DUF yang telah berlangsung selama ini. Analisis kepuasan menggunakan metode Importance Performance Analysis (IPA) dan metode Customer Satisfaction Index (CSI).


(10)

II TINJAUAN PUSTAKA

2.1 Usaha Peternakan Ayam Broiler di Indonesia

Perkembangan ayam broiler di Indonesia dimulai pada pertengahan dasawarsa 1970-an dan mulai terkenal pada awal tahun 1980-an. Laju perkembangan usaha ayam broiler sejalan dengan pertumbuhan populasi penduduk, pergeseran gaya hidup, tingkat pendapatan, perkembangan situasi ekonomi politik, serta kondisi keamanan (Fadilah 2006).

Usaha komersial ayam broiler tersebar di beberapa wilayah di Indonesia. Daerah dengan populasi ayam broiler tersebar di Indonesia bagian barat yaitu Pulau Jawa dan Sumatera. Berdasarkan data Ditjen Peternakan (2011), populasi ayam broiler terbanyak terdapat di Provinsi Jawa Barat, Jawa Timur, Banten, dan Jawa Tengah. Menurut Fadilah (2006), Indonesia bagian barat menjadi daerah penyebaran ayam broiler komersial karena hampir semua perusahaan pembibitan ayam broiler komersial serta pangsa pasar terbesar masih didominasi oleh Indonesia bagian barat, khususnya Pulau Jawa.

Peternakan ayam di Indonesia mulai marak pada tahun 1980. Hal ini didukung oleh kesadaran masyarakat mengkonsumsi daging ayam. Pada tahun 1981 usaha peternakan ayam broiler banyak dikuasai oleh pengusaha dengan skala besar, sedangkan peternak kecil semakin sulit dalam melakukan usaha ini. Dalam rangka melindungi peternak kecil yang semakin tertekan karena dominasi pengusaha ayam broiler skala besar, pemerintah pada saat itu mengeluarkan kebijakan berupa Keputusan Presiden No.51 yang intinya membatasi jumlah ayam petelur konsumsi paling banyak 5.000 ekor dan ayam broiler sebanyak 750 ekor per minggu.

Munculnya kebijakan tersebut akhirnya menghambat perkembangan peternakan ayam broiler di Indonesia. Selama sembilan tahun berjalan, kebijakan tersebut menyebabkan sektor peternakan tidak berkembang. Oleh karena itu akhirnya Keputusan Presiden No.51 tersebut dicabut dan diganti dengan kebijakan tanggal 28 Mei 1990. Kebijakan ini merangsang berdirinya peternakan-peternakan


(11)

11 besar untuk tujuan ekspor dan menjadi industri peternakan yang handal dan menjadi sektor penggerak perekonomian (Suharno 2002).

Perubahan drastis terjadi pada sektor peternakan saat krisis moneter tahun 1997. Industri perunggasan merupakan salah satu sektor peternakan yang mengalami kemunduran. Harga bahan baku impor untuk industri perunggasan menjadi sangat tinggi, sementara harga ayam dan telur domestik terus menurun seiring dengan menurunnya daya beli masyarakat. Akibatnya, permintaan pakan dan DOC juga menurun dan berdampak pada penurunan populasi ternak di Indonesia. Pada tahun 1998 populasi ayam broiler berkurang hingga 80 persen dari tahun sebelumnya. Kondisi ini mengindikasikan bahwa agribisnis ayam broiler belum memiliki ketangguhan dan kemampuan penyesuaian diri menghadapi perubahan besar lingkungan ekonomi eksternal. Faktor penyebabnya adalah ketergantungan peternakan Indonesia pada impor bahan baku utama yaitu pakan dan bibit (Saragih 2001).

Pada akhir tahun 1998, usaha peternakan unggas mulai berkembang. Harga daging ayam dan telur mulai dapat dikendalikan dan memberi keuntungan bagi para peternak, walaupun pada saat ini mayoritas peternak sudah tidak berusaha secara mandiri melainkan bergabung menjadi mitra perusahaan terpadu (Suharno 2002).

2.2 Tinjauan Umum Pola Kemitraan

Pola hubungan kemitaraan ditujukan agar pengusaha kecil dapat lebih aktif berperan bersama-sama dengan penguaha besar, karena bagaimanapun juga usaha kecil merupakan bagian yang integral dari dunia usaha nasional dan mempunyai eksistensi, potensi, peranan yang sangat penting dan strategis dalam mewujudkan pembangunan ekonomi pada khususnya. Peran pemerintah dalam mengatur dan menjembatani pola kemitraaan antara pengusaha besar, menengah dan kecil diatur dalam Ketentuan Umum Pasal 1 ayat (8) Undang-Undang Nomor 9 tahun 1995 yang menyebutkan tentang:

“Kerjasama usaha antara usaha kecil dengan usaha menengah atau dengan


(12)

12 menengah atau usaha besar dengan memperhatikan prinsip saling memerlukan, saling memperkuat dan saling menguntungkan.”

Dari definisi kemitraan sebagaimana tersebut di atas, mengandung makna sebagai tanggung jawab moral pengusaha menengah/besar untuk membimbing dan membina pengusaha kecil mitranya agar mampu mengembangkan usahanya sehingga mampu menjadi mitra yang handal untuk menarik keuntungan dan kesejahteraan bersama. Selanjutnya dari definisi tersebut dapat diketahui unsur-unsur penting dari kemitraan, yaitu:6

1. Kerjasama usaha, yang didasari oleh kesejajaran kedudukan atau mempunyai derajat yang sama bagi kedua pihak yang bermitra, tidak ada pihak yang dirugikan dalam kemitraan dengan tujuan bersama untuk meningkatkan keuntungan atau pendapatan melalui pengembangan usaha tanpa saling mengeksploitasi satu sama lain serta saling berkembangnya rasa saling percaya diantara mereka.

2. Antara pengusaha besar atau menengah dengan pengusaha kecil, diharapkan usaha besar atau menengah dapat bekerjasama saling menguntungkan dengan pelaku ekonomi lain (usaha kecil) untuk mencapai kesejahteraan bersama. 3. Pembinaan dan pengembangan, yang dilakukan oleh usaha besar atau usaha

menengah terhadap usaha kecil, yang dapat berupa pembinaan mutu produksi, peningkatan kemampuan SDM, pembinaan manajemen produksi, dan lain-lain.

4. Prinsip saling memerlukan, saling memperkuat dan saling menguntungkan, yang akan terjalin karena para mitra akan dan saling mengenal posisi keunggulan dan klemahan masing-masing yang akan berdampak pad aefisiensi dan turunnya biaya produksi. Karena kemitraan didasarkan pada prinsip win-win solution partnership, maka para mitra akan mempunyai posisi tawar yang setara berdasarkan peran masing-masing. Ciri dari kemitraan adalah kesejajaran kedudukan, tidak ada pihak yang dirugikan dan bertujuan untuk meningkatkan keuntungan bersama melalui kerjasama tanpa saling mengeksploitasi satu dan yang lain dan tumbuhnya rasa saling percaya diantara mereka.

6


(13)

13 Pola kemitraan yang banyak dilaksanakan di Indonesia, yaitu pola inti plasma, pola subkontrak, pola dagang umum, pola keagenan, pola kerjasama operasional khusus (KOA), dan pola kemitraan penyertaan saham (Direktorat Pengembangan Usaha, Deptan 2002).

1. Inti Plasma

Pola inti plasma banyak digunakan dalam usaha peternakan, khususnya ayam broiler (Suharno 2002). Hubungan kemitraan dalam pola ini adalah antara perusahaan mitra dengan kelompok mitra.

Kegiatan perusahaan mitra :

1) Menampung dan membeli hasil produksi

2) Memberi bimbingan teknis dan pembinaan manajemen kepada plasma 3) Memberikan pelayanan kepada plasma berupa permodalan / kredit, sarana

produksi, dan teknologi

4) Mempunyai usaha budidaya pertanian / memproduksi kebutuhan perusahaan 5) Menyediakan lahan

Kegiatan kelompok mitra :

1) Pengelola seluruh usaha bisnisnya sampai dengan panen 2) Menjual hasil produksinya kepada perusahaan inti

3) Memenuhi kebutuhan perusahaan sesuai persyaratan yang telah disepakati. 2. Subkontrak

Dalam pola kemitraan ini, mitra memproduksi komponen yang diperlukan oleh perusahaan mitra sebagai bagian dari produksinya.

Kegiatan perusahaan mitra :

1) Membeli komponen produksi yang dihasilkan oleh kelompok mitra 2) Menyediakan bahan baku / modal kerja

3) Melakukan kontrol kualitas produksi Kegiatan kelompok mitra :

1) Memproduksi kebutuhan yang dibutuhkan oleh perusahaan mitra 2) Menyediakan tenaga kerja


(14)

14 3. Dagang Umum

Dalam pola kemitraan ini, perusahaan mitra berfungsi memasarkan hasil produksi kelompok mitranya.

4. Keagenan

Dalam pola kemitraan ini, kelompok mitra diberi hak khusus untuk memasarkan barang atau jasa usaha perusahaan mitra.

5. Kerjasama Operasional Khusus

Dalam pola kemitraan ini, kelompok mitra menyediakan lahan, sarana dan tenaga. Perusahaan mitra harus menyediakan biaya, modal, dan atau sarana untuk mengusahakan suatu komoditi pertanian.

6. Pola Kemitraan Penyertaan Saham

Dalam pola kemitraan ini, penyertaan modal (equity) antara usaha kecil dengan usaha menengah atau besar. Penyertaan modal usaha kecil dimulai sekurang-kurangnya 20 persen dari seluruh modal saham perusahaan yang baru dibentuk dan ditingkatkan secara bertahap sesuai kesepakatan antar pihak yang melakukan kerjasama.

Dalam hubungan pola kemitraan, pola yang paling sederhana adalah pengembangan bisnis biasa ditingkatkan menjadi hubungan bisnis dengan adanya ikatan tanggung jawab masing-masing pihak yang bermitra dalam mewujudkan kemitraan usaha yang membutuhkan, saling menguntungkan dan saling memperkuat. Pola hubungan yang dilaksanakan antara perusahaan inti dan peternak adalah dengan pola inti plasma. Pola inti plasma ini di dalam penjelasan Undang-Undang Nomor 9 tahun 1995 tentang usaha kecil disebutkan sebagai berikut:

“Inti plasma merupakan hubungan kemitraan antara usaha kecil dengan

usaha menengah atau usaha besar yang di dalamnya usaha menengah atau usaha besar bertindak sebagai inti dan usaha kecil selaku plasma, perusahaan inti melaksanakan pembinaan mulai dari penyediaan sarana produksi, bimbingan

teknis, samapai dengan pemasaran hasil produksi.”

Secara garis besarnya, perusahaan besar mempunyai tanggung jawab terhadap pengusaha kecil mitranya dalam memberikan bantuan dan pembinaan


(15)

15 mulai dari sarana produksi, bimbingan teknis sampai dengan pemasran hasil produksi. Sebagai contoh dalam hubungan kemitraan antara perusahaan inti dengan peternak plasma ini, perusahaan inti berupaya menyediakan bibit ayam (DOC), vaksin, pakan selama berlangsungnya kegiatan pemeliharaan. Sedangkan pihak peternak plasma menyediakan lahan (areal) dan kandang, pelaksanaan pemeliharaan secara intensif harus diupayakan mendapat pengawasan dan pembinaan teknis dari perusahaan inti. Perusahaan inti akan menjamin pemasaran dengan mengambil hasil panen dengan harga dasar yang telah ditentukan dalam perjanjian.

2.3 Analisis Kemitraan

Kemitraan merupakan suatu konsep yang memadukan kelebihan yang dimiliki oleh masing-masing pelaku ekonomi. Adanya kerjasama dalam bentuk kemitraan akan menutupi kekurangan yang dimiliki oleh pelaku ekonomi tersebut. Pemahaman etika bisnis sebagai landasan moral dalam melaksanakan kemitraan merupakan suatu solusi untuk mengatasi kurang berhasilnya kemitraan yang ada selama ini. Pemahaman dan penerapan etika bisnis yang kuat akan memperkuat pondasi kemitraan dan akan memudahkan pelaksanaan kemitraan itu sendiri (Hafsah, 1999).

Penelitian-penelitian mengenai peternak yang menjadi bagian dari kemitraan telah banyak dilakukan. Namun kajian mengenai pola kemitraan terus berkembang, dimana kondisi ekonomi yang berfluktuatif menyebabkan keadaan yang berbeda dari tahun-tahun sebelumnya. Hal ini menunjukkan bahwa kajian tersebut menjadi menarik untuk dibahas.

2.3.1 Konsep Kemitraan

Dewanto (2005) melakukan penelitian tentang perjanjian kemitraan dengan pola inti plasma pada peternak ayam broiler di Grobongan Jawa Tengah. Kesimpulan yang diperoleh bahwa dengan pola kemitraan yang berlangsung, peternak plasma memperoleh bantuan permodalan berupa sarana produksi dari perusahaan inti, dan perusahaan inti bisa memasarkan sarana produksinya. Dalam perjanjian kemitraan yang disepakati bersama, secara hukum kedua belah pihak


(16)

16 mempunyai kedudukan yang seimbang karena tidak ada unsur paksaan dalam melakukan perjanjian tersebut.

Penelitian yang dilakukan Dewanto juga menemukan bahwa perjanjian kemitraan yang terjadi antara perusahaan inti dengan peternak plasma secara hukum memberikan perlindungan bagi peternak plasma, karena di dalam perjanjian tersebut telah disepakati hak dan kewajiban dari masing-masing pihak. Salah satu pasal yang penting adalah mengenai harga dasar ayam siap panen, dengan perjanjian tersebut peternak tidak akan mengalami kerugian apabila harga ayam di pasaran jatuh.

Firwiyanto (2008) mengacu pada pendapat beberapa ahli seperti Hafsah, Prawirokusumo, dan Kartasasmita, menerangkan dalam penelitiannya bahwa kemitraan usaha mengandung pengertian adanya hubungan kerjasama usaha antara badan usaha yang sinergis bersifat sukarela dan dilandari prinsip saling membutuhkan, saling menghidupi dan memperkuat untuk hasil positive sum game atau win-win situation.

Penelitian yang dilakukan oleh Siahaan (2005) dan Deshinta (2006) membahas mengenai pola kemitraan dan pendapatan usaha ternak ayam ras pedaging. Hasil penelitian menyatakan bahwa manfaat yang umumnya diperoleh peternak mitra dari pelaksanaan kemitraan, antara lain mendapat jaminan sapronak, menambah pengetahuan, risiko usaha lebih rendah, mendapat kepastian pasar, serta mendapatkan bimbingan teknis dari perusahaan.

2.3.2 Konsep Kepuasan

Beberapa penelitian yang telah dilakukan bertujuan untuk menganalisis tingkat kepuasan peternak plasma terhadap pelayanan dan kinerja perusahaan inti dalam suatu kemitraan ayam broiler. Penilaian terhadap kepuasan ini diwakili oleh pendapat peternak terhadap tingkat kepentingan dan hasil yang dirasakan peternak dari atribut-atribut pelayanan perusahaan inti. Penelitian tentang kepuasan peternak dilakukan di beberapa perusahaan kemitraan yang berbeda. Hasil dari masing-masing penelitian tersebut juga berbeda. Hal ini dipengaruhi oleh perbedaan penilaian peternak mitra dari masing-masing perusahaan terhadap kinerja atribut perusahaan.


(17)

17 Lestari (2009) yang mengacu pada teori Kotler, Rangkuti, dam Sumarwan menjelaskan bahwa dalam kemitraan terdapat upaya memenuhi kepuasan peternak plasma sebagai pelanggan perusahaan inti. Dalam kerangka pemikiran teoritis, Lestasi menunjukkan diagram konsep kepuasan, kemudian menjelaskan bahwa kepuasan pelanggan sebagai respon pelanggan terhadap ketidaksesuaian antara tingkat kepentingan sebelumnya dan kinerja yang dirasakan setelah pemakaian suatu variabel atau atribut pelayanan terhadap pelanggan.

Kusumah (2008) menjelaskan dalam penelitiannya bahwa kepuasan atau ketidakpuasan pelanggan berhubungan dengan perbedaan antara harapan dan kinerja yang diterima atau dirasakan oleh pelanggan. Penilaian tingkat kepuasan peternak plasma dilakukan dengan melihat penilaian tingkat kepentingan dan tingkat kinerja kemitraan terhadap atribut kemitraan yang diberikan oleh inti.

Firwiyanto (2008) mempelajari teori kepuasan dari Maslow, Davis, dan Newstorm. Ia menjelaskan bahwa kepuasan pada dasarnya merupakan hal yang bersifat individual. Setiap individu akan memiliki kepuasan yang berbeda sesuai dengan sistem nilai yang berlaku pada dirinya, dimana kepuasan akan timbul bila kebutuhan terpenuhi. Kepuasan kerja adalah seperangkat perasaan seseorang tentang menyenangkan atau tidaknya pekerjaan mereka. Kepuasan kerja mengacu pada sikap seseorang, dan menunjukkan kesesuaian antara harapan seseorang yang timbul dan imbalan yang disediakan pekerjaan. Jadi, kepuasan kerja juga berkaitan dengan teori keadilan, perjanjian, psikologis, dan motivasi.

Beberapa penelitian diatas adalah mengenai kepuasan peternak ayam broiler di lokasi yang berbeda. Konsep kepuasan memiliki pengertian yang hampir sama dari masing-masing penelitian tersebut. Kepuasan adalah tentang terpenuhi atau tidaknya harapan seseorang. Pemenuhan harapan tersebut dikaitkan dengan kinerja aktual dari atribut pelayanan perusahaan inti sebagai mitra usaha peternak plasma. Kusumah dan Lestari mengangkat teori kepuasan pelanggan sebagai dasar teori kepuasan mereka, dimana peternak plasma dianggap sebagai pelanggan dari pihak inti. Sedangkan dalam penelitian Firwiyanto, pembahasannya lebih cenderung ke individu peternak dan kepuasan kerja sebagai mitra perusahaan. Namun, untuk mengukur kepuasan peternak plasma terhadap


(18)

18 atribut pelayanan perusahaan inti, alat yang digunakan dalam penelitian-penelitian tersebut adalah sama, yaitu Importance Peformance Analysis dan Customer Satisfaction Index.

Importance Peformance Analysis digunakan untuk mengetahui hubungan antara tingkat kepentingan dan tingkat kinerja aktual dari masing-masing atribut kemitraan yang diteliti. Tingkat kepentingan menunjukkan seberapa penting suatu atribut bagi plasma atau seberapa besar harapan terhadap kinerja atribut. Sedangkan tingkat kinerja menunjukkan kinerja aktual dari atribut-atribut yang dirasakan oleh plasma. Sedangkan, Customer Satisfaction Index digunakan untuk mengetahui tingkat kepuasan peternak plasma secara keseluruhan.

2.3.3 Atribut Pelayanan dalam Kemitraan

Penelitian Lestari (2009) mengenai tingkat kepuasan dan pendapatan peternak plasma ayam broiler, menggunakan atribut-atribut, yaitu prosedur penerimaan mitra, penerapan harga kontrak DOC, harga kontrak pakan, kualitas DOC dan pakan, harga dan kualitas obat dan vaksin, jadwal pengiriman sarana produksi, frekuensi bimbingan teknis, pelayanan dan materi bimbingan, penerapan standar produksi, kesesuaian waktu panen, respon terhadap keluhan, kesesuaian harga jual output, kecepatan pembayaran hasil panen, pemberian bonus, dan pemberian kompensasi. Alat analisis yang digunakan untuk menganalisis tingkat kepuasan peternak terhadap atribut tersebut adalah metode importance peformance analysis dan Customer Satisfaction Index. Tiap atribut pernyataan responden diberi skala skor 1 sampai 4, dengan alasan untuk menghindari ketidakpastian responden (central tendency), yaitu kecenderungan responden memilih jawaban tengah atau jawaban kategori cukup.

Penelitian yang dilakukan Kusumah (2008) mengenai tingkat kepuasan peternak plasma terhadap pola kemitraan Tunas Mekar Farm menyimpulkan bahwa berdasarkan beberapa atribut yang diduga berpengaruh terhadap kepuasan peternak, diantaranya yang sudah sesuai dengan keinginan adalah penerapan harga kontrak DOC, kualitas pakan, obat dan vaksin, serta bimbingan teknis yang diberikan pihak inti. Sedangkan atribut yang menjadi prioritas utama yang harus diperbaiki adalah kualitas DOC. Kualitas DOC yang diharapkan oleh peternak


(19)

19 plasma adalah DOC yang memiliki peforma baik dan lebih tahan terhadap penyakit dan stress.

Atribut yang menjadi prioritas utama, yaitu atribut yang memiliki tingkat kepentingan tinggi namun kinerja dinilai masih rendah oleh peternak plasma akan berbeda di masing-masing perusahaan. Atribut prioritas utama dalam penelitian Firwiyanto (2008) adalah jadwal pengiriman sarana produksi, kesesuaian waktu panen, pelayanan dan materi bimbingan, dan kecukupan sarana produksi. Sedangkan, penelitian Lestari (2009) menyimpulkan bahwa atribut yang menjadi prioritas utama adalah kualitas DOC, kualitas pakan, kecepatan pencairan hasil panen, dan pemberian bonus.


(20)

III KERANGKA PEMIKIRAN

3.1 Definisi Kemitraan

Menurut kamus besar bahasa Indonesia, kemitraan berasal dari kata mitra yang berarti teman, kawan, pasangan kerja, dan rekan. Kemitraan diartikan sebagai suatu hubungan (jalinan kerjasama dsb) sebagai mitra7. Kemitraan muncul karena minimal ada dua pihak yang bermitra, dimana kedua pihak saling membutuhkan dan melakukan suatu kerjasama yang saling menguntungkan.

Definisi kemitraan menurut undang-undang tercantum dalam UU No.9 tahun 1995 tentang usaha kecil, bahwa kemitraan adalah kerjasama usaha antara usaha kecil dengan usaha menengah atau dengan usaha besar, disertai pembinaan dan pengembangan oleh usaha menengah atau usaha besar dengan memperhatikan prinsip saling memerlukan, saling memperkuat, dan saling menguntungkan.

Dari definisi kemitraan sebagaimana tersebut di atas, mengandung makna bahwa pengusaha menengah/besar memiliki tanggung jawab moral untuk membimbing dan membina pengusaha kecil agar mampu mengembangkan usahanya sehingga mampu menjadi mitra yang handal untuk menarik keuntungan dan kesejahteraan bersama. Unsur-unsur penting dari kemitraan, yaitu:8

1. Kerjasama usaha, yang didasari oleh kesejajaran kedudukan atau mempunyai derajat yang sama bagi kedua pihak yang bermitra, tidak ada pihak yang dirugikan dalam kemitraan dengan tujuan meningkatkan keuntungan atau pendapatan melalui pengembangan usaha tanpa saling mengeksploitasi satu sama lain serta saling berkembangnya rasa saling percaya diantara mereka. 2. Antara pengusaha besar atau menengah dengan pengusaha kecil, diharapkan

usaha besar atau menengah dapat bekerjasama saling menguntungkan dengan pelaku ekonomi lain (usaha kecil) untuk mencapai kesejahteraan bersama. 3. Pembinaan dan pengembangan, yang dilakukan oleh usaha besar atau usaha

menengah terhadap usaha kecil, yang dapat berupa pembinaan mutu produksi, peningkatan kemampuan SDM, pembinaan manajemen produksi, dan lain-lain.

7

KBBI. 2011. http://www.kamusbahasaindonesia.org/. [14 Mei 2011] 8


(21)

21 4. Prinsip saling memerlukan, saling memperkuat dan saling menguntungkan, yang akan terjalin karena para mitra akan dan saling mengenal posisi keunggulan dan klemahan masing-masing yang akan berdampak pad aefisiensi dan turunnya biaya produksi. Karena kemitraan didasarkan pada prinsip win-win solution partnership, maka para mitra akan mempunyai posisi tawar yang setara berdasarkan peran masing-masing. Ciri dari kemitraan adalah kesejajaran kedudukan, tidak ada pihak yang dirugikan dan bertujuan untuk meningkatkan keuntungan bersama melalui kerjasama tanpa saling mengeksploitasi satu dan yang lain dan tumbuhnya rasa saling percaya diantara mereka.

3.2 Keunggulan Kemitraan

Berdasarkan kondisi yang ada maka dapat dilihat bahwa sebenarnya pola inti plasma merupakan suatu hubungan kerja sama timbal balik yang saling menguntungkan. Beberapa keunggulan dari pelaksanaan pola inti plasma adalah sebagai berikut:9

1. Memberikan keuntungan timbal balik antara perusahaan inti dengan plasma melalui pembinaan dan penyediaan sarana produksi, pengolahan serta pemasaran hasil, sehingga tumbuh ketergantungan yang saling menguntungkan.

2. Meningkatkan keberdayaan plasma dalam hal kelembagaan, modal sehingga pasokan bahan baku kepada perusahaan inti lebih terjamin dalam jumlah dan kualitas

3. Usaha skala kecil/gurem yang dibimbing inti mampu memenuhi skala ekonomi, sehingga usaha kecil ini mampu mencapai efisiensi.

4. Perusahaan inti dapat mengembangkan komoditas, barang produksi yang mempunyai keunggulan dan mampu bersaing di pasaran.

5. Keberhasilan pola inti-plasma dapat menjaadi daya tarik bagi investor lainnya sehingga dapat menumbuhkan pusat-pusat pertumbuhan ekonomi yang baru

9

Lala M Kolopaking, 2002, Kemitraan dalam Pengembangan Usaha Ekonomi Skala Kecil/Gurem, Makalah Lokakarya Nasional Pengembangan Ekonomi Daerah Melalui Sinergitas Pengembangan Kawasan, Jakarta, hal 9


(22)

22 yang pada gilirannya membantu pemerataan pendapatan dan kesejahteraan masyarakat.

3.3 Kendala Kemitraan

Dalam pelaksanaan hubungan kemitraan perlu lebih dicermati hubungan kelembagaan antara mitra, mengingat kedudukan inti cenderung lebih kuat dan dominan dibanding plasma, khususnya dalam pemasaran hasil meskipun di sisi yang lain hal ini akan memacu plasma untuk berusaha secara lebih profesional dalam menangani jenis usahanya guna menghadapai mitranya yang lebih kuat. Berdasarkan pelaksanaan di lapangan, harus diakui banyak kendala yang dihadapi, yaitu:10

1. Kelompok atau koperasi yang menaungi masyarakat apabila belum mandiri, maka tidak dapat mewakili aspirasi anggotanya

2. Pemahaman atas hak dan kewajuban umumnya belum baik

3. Perusahaan inti belum sepenuhnya memenuhi fungsi dan kewajiban sebagaimana diharapkan

4. Belum ada kontrak yang benar-benar bisa menjamin terpenuhinya persyaratan komoditas yang diharapkan

5. Belum adanya lembaga arbitrase yang mampu menjadi penengah kala terjadi perselisihan.

Untuk mendukung dan membantu perkembangan pola kemitraan ini dibutuhkan peran pemerintah sebagai pembina dalam menciptakan iklim usaha yang kondusif bagi perkembangan usaha. Adapun wujud dari peran pemerintah tersebut dapat berupa pemberian fasilitas dan kemudahan berinvestasi serta perangkat perundang-undangan yang mendukung kemitraan usaha, penyediaan informasi bisnis, bertindak dalam pembinaan dan pengawasan. Dengan demikian, maka kepentingan pengusaha kecil dapat terlindungi, dengan cara menumbuhkan pola kemitraan yang dibangun atas asas kelembagaan kemitraan usaha tidak hanya dibangun atas dasar perhitungan keuangan dan manajemen saja, tetapi memberi tempat pada komunikasi antar pihak secara setara.

10

Dewanto, 2005, Perjanjian Kemitraan Dengan Pola Inti Plasma Pada Peternak Ayam Broiler di Pemerintah Kabupaten Grobogan Jawa Tengah, hal.18


(23)

23 3.4 Tujuan dan Manfaat Kemitraan

Dalam kondisi ideal, tujuan yang ingin dicapai dari pelaksanaan suatu kemitraan adalah : 11

1. Meningkatkan pendapataan usaha kecil dan masyarakat 2. Meningkatkan perolehan nilai tambah bagi pelaku kemitraan

3. Meningkatkan pemerataan dan pemberdayaan masyarakat dan usaha kecil 4. Meningkatkan pertumbuhan ekonomi pedesaan, wilayah dan nasional 5. Memperluas kesempatan kerja

6. Meningkatkan ketahanan ekonomi nasional

Kemitraan bermanfaat bagi pihak-pihak yang melakukan kerjasama didalamnya. Menurut Hafsah (1999), beberapa manfaat dari pelaksanaan kemitraan antara lain :

1. Produktivitas

Dalam kemitraan, bagi perusahaan yang lebih besar dapat mengoperasionalkan kapasitas pabriknya secara full capacity tanpa perlu memiliki lahan dan pekerja lapang sendiri karena biaya untuk keperluan tersebut ditanggung oleh petani. Bagi petani sendiri, manfaat dari kemitraan adalah peningkatan produktivitas secara simultan yaitu dengan cara menambah unsur masukan (input) baik kualitas maupun kuantitasnya.

2. Efisiensi

Perusahaan dapat menghemat penggunaan tenaga dalam mencapai target tertentu dengan tenaga kerja yang dimiliki petani. Bagi petani yang umumnya lemah dalam teknologi dan pengadaan sarana produksi, dengan bermitra dapat menghemat waktu melalui teknologi yang disediakan oleh perusahaan.

3. Jaminan Kualitas, Kuantitas, dan Kontinuitas

Kualitas, kuantitas dan kontinuitas sangat erat kaitannya dengan efisiensi dan produktivitas di pihak petani mitra. Hal tersebut pula yang menentukan terjaminnya pasokan pasar.

11

Mohammad Jafar Hafsah, Op. Cit,


(24)

24 4. Risiko

Kemitraan bermanfaat mengurangi risiko yang dihadapi oleh kedua pihak yang bermitra. Kontrak akan mengurangi risiko yang dihadapi perusahaan karena tidak harus menanamkan investasi atas tanah dan mengelola pertanian yang sangat luas. Sedangkan risiko yang dialihkan oleh petani antara lain kegagalan pemasaran hasil produksi, fluktuasi harga produk, dan kesulitan memperoleh sumberdaya produksi.

5. Sosial

Kemitraan dapat memberikan dampak sosial yang cukup tinggi. Melalui adanya kemitraan, terjadi proses interaksi antar pelakunya dan menghasilkan persaudaraan antar pelaku ekonomi yang berbeda status.

6. Ketahanan Ekonomi Nasional

Kemitraan berperan dalam upaya pemberdayaan petani kecil. Adanya kegitan kemitraan diharapkan dapat meningkatkan pendapatan, kesejahteraan, dan terciptanya pemerataan ekonomi di masyarakat. Hal ini akan mengurangi biaya timbulnya kesenjangan ekonomi antar pelaku yang terlibat dan pada akhirnya mampu meningkatkan ketahanan ekonomi nasional.

3.5 Konsep Kepuasan Kemitraan

Puas adalah merasa senang (lega dan gembira) karena sudah terpenuhi hasrat hatinya. Sedangkan kepuasan adalah perihal (bersifat) puas : (kesenangan/kelegaan)12. Secara umum kepuasan adalah perasaan senang atau kecewa seseorang yang muncul setelah membandingkan kinerja (hasil) produk yang dipikirkan terhadap kinerja (hasil) yang diharapkan. Jika kinerja berada di bawah harapan, maka pelanggan tidak puas. Sebaliknya jika kinerja memenuhi harapan, pelanggan akan merasa puas dan senang (Kotler 2000).

Kepusan kemitraan ayam broiler muncul ketika antara perusaan inti dan plasma dalam hal ini adalah peternak memperoleh hasil yang sesuai dengan apa yang mereka harapkan atau memberikan keuntungan kepada kedua belah pihak sehingga memunculkan rasa puas atau senang.

12


(25)

25 Teori perilaku kepuasan kemitraan lebih banyak didefinisikan dari perspektif terhadap hasil yang diperoleh. Dikatakan puas, jika proses kemitraan dapat berjalan sesuai dengan yang diharapkan yang dapat memberikan nilai bagi pihak penyedia jasa (perusahaan inti) dan produsen (peternak). Nilai ini bisa berasal dari produk, pelayanan, atau sistem yang telah dirasakan oleh pelaku kemitraan. Jadi pada dasarnya pengertian kepuasan kemitraan mencakup perbedaan antara suatu harapan dan kinerja (hasil) yang dirasakan terkait dengan harapan tersebut.

3.6 Pengukuran Kepuasan

Untuk mengukur kepuasan peternak plasma terhadap atribut kemitraan yang diberikan oleh pihak inti, dapat digunakan beberapa teknik yaitu indeks kepuasan, analisis kesenjangan, importance performance analysis, benchmarking, analisis diskriminan, analisis klaster, structural equation modeling, dan lain-lain. Metode analisis yang digunakan untuk mengukur kepuasan peternak plasma adalah importance performance analysis.

3.6.1 Importance Performance Analysis

Importance Performance Analysis digunakan sebagai metode untuk membandingkan antara tingkat kepentingan dan kinerja dari atribut suatu produk. Tingkat kepentingan mengindikasikan seberapa penting suatu atribut bagi responden atau seberapa besar harapan terhadap kinerja atribut. Sedangkan tingkat kinerja menunjukkan kinerja aktual dari atribut-atribut yang dirasakan oleh responden.

Sasaran dari suatu pencapaian hasil dapat ditentukan berdasarkan tingkat kepetingan dan kinerja dari atribut suatu produk. Untuk menghasilkan suatu kepuasan perlu dilakukan kajian terhadap seberapa penting atau seberapa besar harapan terhadap kinerja atribut yang berkolerasi terhadap kinerja aktual dari atribut tersebut.

Penilaian IPA digambarkan oleh dua variabel yang dibandingkan dan terdiri dari empat kuadran. Tingkat kepentingan suat atribut dibuat pada sumbu horizontal dan tingkat kinerja pada sumbu vertikal. Keunggulan dari penerapan metode IPA adalah perusahaan dapat membuat perumusan strategi berdasarkan


(26)

26 hasil penempatan dari dua variabel tersebut. Sehingga perusahaan memiliki bahan pertimbangan untuk memperbaiki kinerja produksinya.

3.6.2 Customer Satisfaction Index

Customer Satisfaction Index merupakan indeks untuk mengukur kepuasan pelanggan berdasarkan atribut-atribut tertentu. Nilai Indeks kepuasan dapat digunakan untuk melihat perkembangan tingkat kepuasan konsumen akan sebuah produk, sehingga membantu dalam proses perbaikan kinerjanya13. Cara yang digunakan adalah dengan merata-ratakan semua skor kinerja tiap atribut yang diteliti. Dengan menggunakan indeks kepuasan, dapat diketahui tingkat kepuasan dari atribut-atribut suatu produk secara keseluruhan.

3.7 Kerangka Pemikiran Operasional

Subsektor peternakan merupakan bagian dari sektor pertanian yang sangat potensial untuk dikembangkan. Sebagian besar populasi ternak nasional mengalami peningkatan setiap tahunnya. Selain itu, pertumbuhan PDB sektor peternakan juga sangat tinggi. Pertumbuhan ini didukung oleh perkembangan industri peternakan dan kesadaran masyarakat dalam mengkonsumsi daging sebagai makanan yang memiliki kandungan gizi tinggi.

Peternak ayam broiler pada umumnya memiliki skala usaha kecil yang memiliki keterbatasan dalam modal dan teknologi. Risiko yang dihadapi peternak antara lain kelangkaan dan ketidakpastian harga sapronak, serta harga ayam siap potong yang fluktuatif. Hal ini membuat banyak peternak memilih bergabung dengan perusahaan kemitraan dalam upaya meminimalkan risiko yang dihadapi. Harus diakui bahwa sistem kemitraan yang diterapkan berdampak pada pertumbuhan di bidang peternakan ayam broiler. Hambatan dan keterbatasan peternak kecil terakomodasi oleh munculnya banyak perusahaan kemitraan. Kemitraan dapat membantu peternak kecil untuk memperoleh modal, jaminan sapronak, dan jaminan pemasaran. Sementara bagi perusahaan, kemitraan berguna untuk memenuhi kebutuhan dan kontinuitas produksi.

13

Wahana Statistika. 2009. Analisis Kepuasan Konsumen. http://www.wahana-statistika.com/ [22 Mei 2011]


(27)

27 Dramaga Unggas Farm (DUF) merupakan salah satu usaha kemitraan yang berkembang di Kabupaten Bogor. DUF adalah pihak inti yang membuat prosedur, harga, serta waktu panen. Penentuan ini diduga tidak sepenuhnya diterima oleh peternak, karena pada kondisi tertentu harga masukan dan keluaran yang ditetapkan masing-masing bisa menjadi sangat mahal atau sangat murah dibanding harga pasar. Dengan adanya kontrak, harga pasar tidak akan mempengaruhi harga yang sudah ditetapkan sebelumnya.

Kesalahan-kesalahan yang umumnya terjadi pada perusahaan kemitraan adalah ketidaksesuaian waktu panen, keterlambatan pengiriman sarana produksi, serta keterlambatan pembayaran. Hal ini juga diduga berpengaruh terhadap kepuasan peternak plasma. Penilaian peternak terhadap kinerja perusahaan tentunya merupakan hal yang sangat penting dalam menjaga kesinambungan hubungan kemitraan. Penilaian oleh peternak akan berbeda-beda karena peternak plasma memiliki latar belakang pendidikan, usia, dan pengalaman yang beragam.

DUF tumbuh bersama perusahaan kemitraan lain yang saling bersaing dalam hal memperoleh mitra. Oleh karena itu, perlu upaya mempertahankan loyalitas peternak agar tidak keluar dari kemitraan. Hal inilah yang mengindikasikan keberhasilan suatu perusahaan berbasis kemitraan. Untuk mengetahui penilaian peternak plasma terhadap kinerja pelaksanaan kemitraan DUF, perlu dilakukan pengukuran mengenai tingkat kepuasan peternak plasma. Pengukuran dilakukan menggunakan atribut-atribut yang diduga mempengaruhi tingkat kepuasan peternak plama. Atribut tersebut antara lain :

1. Prosedur penerimaan menjadi mitra 2. Penerapan kontrak harga DOC 3. Kualitas DOC

4. Harga kontrak Pakan 5. Kualitas pakan

6. Harga obat dan vaksin 7. Kualitas obat dan vaksin

8. Jadwal pengiriman pakan dan DOC 9. Bimbingan teknis


(28)

28 10.Pelayanan dan materi bimbingan

11.Penerapan standar produksi 12.Ketepatan waktu panen 13.Respon terhadap keluhan

14.Kesesuaian harga jual hasil panen 15.Kecepatan pembayaran hasil panen 16.Pemberian bonus

Atribut-atribut tersebut diatas diperoleh dari studi terhadap kondisi di DUF saat ini dan penelitian terdahulu yang relevan dengan penelitian ini. Sebelumnya, telah dilakukan uji validitas dan reliabilitas, dan diperoleh kesimpulan bahwa seluruh atribut yang diuji dipertimbangkan oleh responden, sehingga dapat digunakan dalam penelitian terhadap kepuasan peternak plasma di DUF.

Selanjutnya, akan dipertanyakan kepada peternak mengenai tingkat kepentingan dan tingkat kinerja masing-masing atribut tersebut. Metode yang digunakan adalah IPA dan CSI. Metode IPA digunakan untuk mengetahui tingkat kepentingan dan kepuasan terhadap masing-masing atribut, sedangkan CSI digunakan untuk mengetahui tingkat kepuasan peternak secara keseluruhan.

Analisis tingkat kepentingan dan kinerja penting dilakukan untuk mengetahui ukuran pelayanan yang diberikan oleh pihak inti. Kinerja yang baik akan membawa dampak positif bagi kelangsungan usaha kemitraan, dimana peternak plasma yang merasa puas akan cenderung loyal terhadap perusahaan inti. Kondisi tersebut juga memungkinkan peternak plasma untuk mempromosikan kepada rekan peternak lain untuk turut serta bergabung dengan perusahaan inti.


(29)

29 Gambar 3. Kerangka Pemikiran Operasional

Pelaksanaan kemitraan oleh DUF

- Kontrak dibuat sepenuhnya oleh pihak Inti

- Indikasi ketidakpuasan peternak plasma

- Ada beberapa perusahaan kemitraan lain yang tumbuh bersama DUF

Analisis tingkat kepuasan peternak plasma

Analisis tingkat kesesuaian antara kepentingan dengan

kinerja atribut

- IPA (Importance

Performance Analyasis)

- CSI (Customer

Satisfaction Index)

Meningkatkan kualitas dan menjaga keberlanjutan usaha kemitraan DUF Studi pola

kemitraan DUF

- Analisis


(30)

IV METODE PENELITIAN

4.1 Lokasi dan Waktu Penelitian

Penelitian ini dilaksanakan di Kabupaten Bogor dengan responden para peternak ayam broiler yang menjalin kerjasama sebagai mitra dengan perusahaan kemitraan Dramaga Unggas Farm (DUF). Pemilihan lokasi penelitian dilakukan secara sengaja (purposive) dengan pertimbangan bahwa DUF merupakan perusahaan yang sedang berkembang dengan lokasi peternak plasma yang mudah untuk dikunjungi, serta adanya kesediaan perusahaan untuk memberikan data yang dibutuhkan dalam penelitian ini. Penelitian dilaksanakan pada bulan Juni - Agustus 2011.

4.2 Jenis dan Sumber Data

Data yang digunakan dalam penelitian ini adalah data primer dan data sekunder. Data primer diperoleh dari pengamatan langsung dan wawancara dengan peternak plasma. Pengambilan data dilakukan dengan menggunakan daftar pertanyaan yang telah disediakan. Data sekunder diperoleh dari sumber-sumber lain dalam bentuk tidak langsung berasal dari usaha yang diteliti atau berasal dari luar. Data ini diperoleh dari buku, Badan Pusat Statistika (BPS), Departemen Pertanian, perpustakaan LSI IPB, internet, dan literatur lain yang relevan dan berkaitan dengan penelitian ini.

4.3 Metode Pengumpulan Data

Jumlah populasi peternak yang bekerjasama dengan DUF pada Bulan Juni 2011 adalah sebanyak 46 orang. Metode pengumpulan data yang digunakan adalah purposive sampling. Peternak yang dijadikan responden dipilih secara sengaja berdasarkan kriteria peternak yang saat ini masih terdaftar sebagai peternak plasma DUF dan sudah bergabung dengan DUF sebanyak minimal dua periode produksi, sehingga responden dalam penelitian ini adalah sebanyak 32 orang. Pemilihan metode berdasarkan pertimbangan bahwa peternak tersebut memiliki pengalaman yang cukup, dan dapat mengisi dengan baik daftar pertanyaan yang diajukan.


(31)

31 4.4 Uji Validitas dan Reliabilitas

Uji validitas dan reliabilitas dilakukan terhadap atribut yang diduga berpengaruh terhadap kepuasan peternak plasma. Uji validitas digunakan untuk mengetahui derajat ketepatan suatu ukuran untuk menggambarkan kebenaran secara universal. Pengujian atribut dilakukan untuk mengetahui sejauh mana pertanyaan yang diajukan dapat dimengerti oleh responden. Pengujian dilakukan kepada 12 responden diluar kerangka sampling. Uji validitas dihitung dengan metode Cochran Q Test. Dengan tahapan sebagai berikut :

1) Menentukan Hipotesis

H0 : Kemungkinan semua atribut yang diuji dipertimbangkan oleh seluruh responden

H1 : Kemungkinan ada atribut yang diuji tidak dipertimbangkan oleh seluruh responden

2) Mencari Q hitung, dengan rumus :

ℎ� = (� −1) � �

2− �

2

� �

� � − � 2

1

� � Keterangan :

k : jumlah atribut yang diuji Ci : jumlah skor atribut i Ri : jumlah skor responden i

3) Membandingkan hasil Q hitung dengan Q tabel. Q tabel diperoleh dari tabel Chi Square Distribution dengan derajat kebebasan (dk) = k-1 dan alpa = 0,05. Kiteria keputusan untuk perbandingan tersebut adalah :

Tolak H0 dan terima H1, jika Q hitung > Q tabel Terima H0 dan tolak H1, jika Q hitung < Q tabel

4) Jika hasil pengujian menunjukkan hasil tolak H0, maka dilakukan pengujian selanjutnya dengan rumus yang sama. Pada pengujian ini, jawaban dengan proporsi yang terkecil dikeluarkan.

Berdasarkan perhitungan yang telah dilakukan, diperoleh hasil Q hitung sebesar 17,75 dan Q tabel sebesar 24,99 (Q hitung < Q tabel), sehingga


(32)

32 disimpulkan terima H0. Jadi, semua atribut yang diuji dipertimbangkan oleh seluruh responden.

Uji Reliabilitas digunakan untuk mengetahui bahwa atribut yang digunakan sudah baik dan mampu mengungkapkan informasi sebenarnya dilapangan. Perhitungan uji ini dapat dilakukan menggunakan metode Hoyt Test. Tahapannya adalah sebagai berikut :

1) Mencari nilai jumlah kuadrat responden JKr, dengan rumus :

= 2 � −

( )2

Keterangan :

JKr : jumlah kuadrat responden k : banyaknya butir pertanyaan N : banyaknya responden Xt : skor total responden

2) Mencari nilai jumlah kuadrat butir, dengan rumus :

�=

2

−( )2

Keterangan :

JKb : jumlah kuadrat butir

∑ B2

: jumlah kuadrat jawaban benar

(∑Xt)2

: kuadrat dari skor total

3) Mencari nilai jumlah kuadrat total JKt, dengan rumus :

= ( )( )

( ) + ( )

Keterangan :

JKt : jumlah kuadrat total

(∑B) : jumlah kuadrat jawaban benar (ya) seluruh butir

(∑S) : jumlah kuadrat jawaban salah (tidak) seluruh butir 4) Mencari jumlah kuadrat sisa dengan rumus :

= − − �

5) Mencari varians responden, varians butir dan varians sisa dengan rumus :

=

�� �= �


(33)

33 Keterangan :

Vr : Varians responden dbr : derajat bebas responden Vb : Varians butir dbb : derajat bebas butir Vs : Varians sisa dbs : derajat bebas sisa

6) Memasukkan nilai varians yang diperoleh kedalam rumus, dan membandingkan hasilnya dengan tabel r product moment.

11 = 1−

Syarat :

Jika |r11| < r product moment, berarti atribut tidak reliable Jika |r11| > r product moment, berarti atribut reliable

Berdasarkan hasil perhitungan, dihasilkan nilai |r11| sebesar 0,552 dan nilai r product moment (α=0,05) sebesar 0,532. Karena |r11| lebih besar dari r tabel, sehingga disimpulkan bahwa atribut yang akan diajukan sebagai pertanyaan dalam kuisioner penelitian ini dapat diandalkan dan mampu mengungkapkan informasi yang sebenarnya di lapangan.

4.5 Metode Analisis Data

Data yang diolah dalam penelitian ini adalah data kualitatif dan kuantitatif. Data kualitatif digunakan untuk mengetahui gambaran umum pola kemitraan. Sedangkan data kuantitatif yang diperoleh dari peternak plasma akan digunakan untuk menganalisis tingkat kepuasan peternak. Alat yang digunakan untuk melakukan analisis tersebut adalah metode IPA dan metode CSI.

4.5.1 Importance Performance Analysis (IPA)

Dalam penelitian ini, analisis kepuasan pelayanan perusahaan DUF akan dilakukan dengan metode IPA. Metode ini merupakan suatu teknik penerapan untuk mengukur atribut dari tingkat kepentingan (importance) dan tingkat kinerjanya (performance). Tingkat kepentingan adalah seberapa penting suatu atribut pelayanan dinilai oleh peternak plasma. Sedangkan tingkat kinerja digunakan untuk menilai seberapa besar kinerja atribut yang sudah dirasakan peternak plasma.


(34)

34 Tiap atribut pernyataan diberikan skala 1 sampai 4. Skala ini sengaja digunakan untuk menghindari ketidakpastian responden (central tendency), yaitu kecenderungan memilih jawaban tengah atau kategori cukup. Keempat tingkat kepentingan dan kinerja tersebut diberikan bobot sesuai dengan Tabel 4.

Tabel 4. Skor / Nilai Tingkat Kepentingan dan Tingkat Kinerja Skor / Nilai Tingkat Kepentingan Tingkat Kinerja

1 Sangat Tidak Penting Sangat Tidak Baik

2 Tidak Penting Tidak Baik

3 Penting Baik

4 Sangat Penting Sangat Baik

Untuk mengetahui suatu atribut dikatakan penting atau tidak penting oleh responden, dibutuhkan suatu rentang skala (Martila dan James dalam Aminah dan Sutarman 2007). Rumus untuk mengetahui rentang skala tingkat kepentingan adalah :

Wilayah Skala = [Xib−Xik]

Banyaknya skala pengukuran

Keterangan :

Xib = skor terbesar yang mungkin diperoleh, dengan asumsi bahwa semua responden memberikan jawaban sangat penting/sangat baik

Xik = skor terbesar yang mungkin diperoleh, dengan asumsi bahwa semua responden memberikan jawaban sangat tidak penting/sangat tidak baik Rentang skala tingkat kepentingan yang digunakan dalam penelitian ini adalah sebagai berikut :

Wilayah Skala =[(32x4)−(32x1)]

4 = 24

Pembagian kelas berdasarkan tingkat kepentingan dan tingkat kinerja atribut kemitraan adalah :

32 – 55 : Sangat tidak penting/sangat tidak baik 56 – 79 : Tidak penting/tidak baik

80 – 103 : Penting/baik


(35)

35 Perbandingan penilaian tingkat kepentingan dan kinerja menghasilkan suatu perhitungan tingkat kesesuaian antara tingkat kepentingan dan tingkat kinerja. Tingkat kesesuaian inilah yang menunjukkan tingkat kepuasan terhadap kinerja produk atau jasa yang dihasilkan. Rumus untuk tingkat kesesuaian responden yang digunakan adalah :

Tki = Xi

Yi× 100%

Keterangan :

Tki = Tingkat kesesuaian responden

Xi = Skor penilaian kinerja atribut kemitraan

Yi = Skor penilaian kepentingan pada setiap atribut pelaksanaan kemitraan Jika dihasilkan nilai Tki < 100% berarti kinerja atribut belum memenuhi kepuasan peternak plasma. Sedangkan jika nilai Tki > 100% berarti kinerja atribut telah memenuhi kepuasan pelanggan.

Tahap selanjutnya penilaian kepentingan dan kinerja atribut diformulasikan kedalam diagram Kartesius. Tingkat kepentingan dan kinerja yang dimasukkan dalam diagram kartesius adalah skor Rataan responden. Rumus yang digunakan adalah :

X

=

Xi

n

Y

=

Xi n

Keterangan :

X = Rataan skor penilaian kinerja atribut kemitraan

Y = Rataan skor penilaian kepentingan pada setiap atribut pelaksanaan kemitraan n = jumlah responden

Diagram kartesius merupakan suatu bangun yang dibagi menjadi empat bagian yang dibatasi oleh dua buah garis yang berpotongan tegak lurus pada titik

(X, Y) yang diperoleh dengan rumus :

X

=

Xi

n i=1

k

Y

=

Yi

n i=1

k

Keterangan :


(36)

36

Y = Rataan dari skor rataan kepentingan pada setiap atribut pelaksanaan kemitraan

k = Banyaknya atribut yang mempengaruhi kepuasan peternak plasma

Tingkat Kepentingan (Y)

Tingkat Kinerja (X) Gambar 4. Diagram Importance Performance Analysis (IPA)

Sumber : Rangkuti (2003)

Kuadran I (prioritas utama) menunjukkan faktor atau atribut yang dianggap mempengaruhi kepuasan peternak plasma. Atribut pada kuadran ini termasuk unsur-unsur yang sangat penting, namun pada kenyataannya belum sesuai dengan harapan peternak plasma. Perusahaan inti dapat melakukan perbaikan secara terus menerus sehingga kinerja atribut pada kuadran ini dapat ditingkatkan.

Kuadran II (pertahankan prestasi) menunjukkan faktor yang harus dipertahankan karena dianggap penting oleh peternak dan telah berhasil dilaksanakan oleh perusahaan inti. Atribut dalam kuadran ini menjadi produk / jasa unggul menurut persepsi peternak plasma.

Kuadran III (prioritas rendah) menunjukkan beberapa faktor yang kurang penting bagi peternak plasma dan pada kenyataannya kinerjanya tidak terlalu istimewa. Peningkatan kinerja atribut pada kuadran ini perlu dipertimbangkan kembali karena pengaruhnya terhadap manfaat yang dirasakan peternak sangat kecil.

Kuadran I

Prioritas Utama

Kuadran II

Pertahankan Prestasi

Kuadran IV

Berlebihan

Kuadran III


(37)

37 Kuadran IV (berlebihan) menunjukkan faktor yang kurang penting bagi peternak namun dirasakan terlalu berlebihan. Atribut yang termasuk dalam kuadran ini dapat dikurangi agar perusahaan dapat mengemat biaya.

4.5.2 Customer Satisfaction Index

Metode ini digunakan untuk menentukan tingkat kepuasan secara keseluruhan dengan pendekatan yang mempertimbangkan tingkat kepentingan dari atribut-atribut mutu jasa yang diukur. Pengukuran terhadap CSI diperlukan karena (1) hasil dari pengukuran dapat digunakan sebagai acuan untuk menentukan sasaran terhadap peningkatan pelayanan kepada pelanggan, (2) index diperlukan sebagai hal yang kontinyu (Irawan 2004).

Untuk melakukan penghitungan CSI digunakan skor rata-rata tingkat kepentingan dan kinerja yang digunakan dalam analisis IPA. Menurut Stratford (2004), metode pengukuran CSI ini meliputi tahap-tahap sebagai berikut :

1. Menghitung importance weighting factors (faktor kepentingan terbobot), yaitu mengubah nilai rataan tingkat kepentingan menjadi angka persentase dari total nilai rataan tingkat kepentingan untuk seluruh atribut yang diuji.

2. Menghitung weighted score (skor terbobot), yaitu nilai perkalian antara nilai rataan tingkat kinerja masing-masing atribut (MSS) dengan faktor kepentingan terbobot masing-masing atribut.

� = � ��

3. Menghitung weighted total (total terbobot), yaitu menjumlahkan skor terbobot dari semua atribut.

= �

� �=1

4. Menghitung costumer satisfaction index (indeks kepuasan), yaitu total terbobot dibagi skala maksimal yang digunakan (dalam penelitian ini skala maksimal 4), kemudian dikalikan 100 persen.

=


(38)

38 Tingkat kepuasan secara menyeluruh dapat dilihat dari kriteria tingkat kepuasan pelanggan. Adapun kriterianya berdasarkan Aditiawarman dalam Nugroho (2009) adalah :

0,00 – 0,34 = Tidak Puas 0,35 – 0,50 = Kurang Puas 0,51 – 0,65 = Cukup Puas 0,66 – 0,80 = Puas


(39)

V KARAKTERISTIK USAHA TERNAK DAN PETERNAK

5.1 Karakteristik Usaha Peternak Responden 5.1.1 Skala Usaha Ternak

Jumlah ternak yang diusahakan oleh peternak plasma sangat tergantung pada kemampuan peternak dalam menyediakan kandang beserta fasilitasnya. Skala usaha peternak responden berada pada kisaran 1.500 ekor sampai dengan 9.000 ekor. Sebagian besar peternak merupakan peternak dengan skala menengah. Sebaran responden berdasarkan skala usaha dapat dilihat pada Gambar 9.

Gambar 5. Sebaran Peternak Berdasarkan Skala Usaha 5.1.2 Status Kepemilikan Kandang

Sebagian besar lahan dan kandang yang digunakan untuk kegiatan peternak adalah milik sendiri, yaitu sebesar 75 persen. Berdasarkan keterangan peternak responden, sebagian besar dari mereka menjaminkan bukti kepemilikan tanah kepada DUF sebagai syarat untuk menjalin mitra. Sisanya 25 persen dari peternak responden yang menyewa kandang untuk ternak ayamnya. Pihak inti mengizinkan peternak plasma yang bergabung menggunakan sewa kandang, dengan syarat peternak tersebut dapat memastikan bahwa usaha dapat berjalan baik dan berkesinambungan.

0,00 10,00 20,00 30,00 40,00 50,00 60,00 70,00

< 3000

3000 - 6000

> 6000 18,75

62,50

18,75

P

e

r

se

n

tas

e


(40)

40 Gambar 6. Status Kepemilikan Lahan Peternak

5.1.3 Pekerjaan di Luar Usaha Ternak Ayam

Sebagian besar peternak responden mengandalkan usaha ternak ayam sebagai pekerjaan utama. Berdasarkan survei yang dilakukan, peternak plasma yang tidak memiliki pekerjaan lain selain beternak adalah sebanyak 37,50 persen. Sedangkan sisanya memiliki pekerjaan sebagai wiraswasta, petani, buruh tani, petani ikan dan guru.

Gambar 7. Pekerjaan diluar Usaha Ternak 0,00

10,00 20,00 30,00 40,00 50,00 60,00 70,00 80,00

Milik Sendiri

Sewa 75,00

25,00

P

e

r

se

n

tas

e

0,00 10,00 20,00 30,00 40,00

28,13

12,50

6,25 6,25 9,38

37,50

P

e

r

se

n

ta


(41)

41 5.1.4 Alasan Beternak Ayam

Sebanyak 46,88 persen peternak responden memilih usaha ternak ayam sebagai pekerjaan utama. Peternak mengaku bahwa usaha ternak yang mereka jalankan merupakan tumpuan utama untuk memenuhi kebutuhan hidup keluarga. Sebanyak 25 persen peternak memilih pekerjaan ini sebagai pekerjaan sampingan disamping pekerjaan utamanya seperti wiraswasta, petani, dan guru. Sebagian lagi beralasan bahwa pekerjaan ini merupakan pekerjaan yang cepat memperoleh keuntungan yaitu hanya dalam waktu rata-rata 30 hari, mudah penanganannya, dan usaha turun temurun. Selain ketiga alasan tersebut, sebanyak 21,88 persen responden memilih beternak ayam karena menurut mereka beternak ayam adalah usaha yang cepat memperoleh keuntungan dan mudah penanganannya.

Gambar 8. Alasan Beternak Ayam Broiler 5.1.5 Lama Beternak Ayam

Diketahui bahwa peternak responden yang memiliki pengalaman beternak ayam broiler dibawah 10,59 tahun adalah sebanyak 68,75 persen. Sedangkan sisanya merupakan peternak yang sudah menjalankan usaha ternak ayam dalam waktu yang lebih lama. Peternak responden memiliki pengalaman beternak ayam

0,00 10,00 20,00 30,00 40,00 50,00

A

B

C

D 46,88

25,00

6,25

21,88

P

e

r

se

n

tas

e

Alasan Beternak Ayam

Keterangan : A : Pekerjaan utama B : Pekerjaan sampingan C : Usaha turun temnurun D: Lainnya


(42)

42 rata-rata 10,59 tahun. Ini menunjukkan bahwa sebagian besar peternak mitra DUF memliliki pengalaman yang cukup lama di bidang ternak ayam. Sebelum bergabung dengan DUF, beberapa peternak merupakan peternak mandiri dengan skala 1.000 – 3.000 ekor per periode. Menurut mereka, beternak mandiri saat ini sulit dilakukan mengingat tingginya biaya yang harus dikeluarkan dan risiko yang relatif besar di bidang usaha ini.

Gambar 9. Pengalaman Beternak Ayam Broiler 5.1.6 Alasan Bermitra

Hal yang menjadi pertimbangan utama peternak bergabung dalam kemitraan adalah untuk mendapatkan bantuan modal dan meningkatkan keuntungan. Dengan menjadi anggota kemitraan, peternak mendapatkan bantuan modal, sehingga peternak plasma tidak harus mengeluarkan biaya utama seperti sapronak dan obat-obatan. Peternak cukup memesan pada saat periode produksi, dan perhitungan akan dilakukan pada akhir periode. Sehingga peternak plasma hanya berkewajiban menyediakan kandang, dan mengeluarkan biaya operasional untuk pemeliharaan ternak ayam broiler yang menurut mereka jumlahnya berada pada kisaran Rp 900-1.200 per ekor.

Selain berperan dalam meningkatkan keuntungan dan mendapat bantuan modal untuk sapronak, beberapa peternak memilih bermitra dengan DUF dalam

0,00 10,00 20,00 30,00 40,00 50,00 60,00 70,00

< 10.59

> 10.59 68,75

31,25

P

e

r

se

n

tas

e


(43)

43 upaya manajemen risiko dan menambah pengetahuan beternak yang baik. Jika menggunakan modal sendiri, tentunya risiko yang dihadapi akan lebih besar. Maka perusahaan inti diharapkan dapat membantu peternak dalam manajemen budidaya yang baik, sehingga mengurangi risiko kerugian yang dihadapi para peternak.

Selain risiko produksi, adanya pola kemitraan ini menurut peternak juga mengurangi risiko pemasaran produk ayam hidup mereka. Hal ini didukung oleh penetapan harga kontrak pada awal periode perjanjian yang disepakati oleh kedua belah pihak. Sehingga pada saat harga pasar jatuh, peternak tidak harus menanggung semua risiko kerugian penjualan hasil produksi mereka.

Gambar 10. Alasan Peternak Bermitra 5.1.7 Sumber Informasi Mengenai DUF

Sumber informasi mengenai DUF paling banyak diperoleh dari teman-teman sesama peternak, dimana sebanyak 46,88 persen peternak responden menyatakan bahwa informasi mengenai DUF diperoleh dari teman yang sebelumnya sudah bergabung atau pernah bergabung dengan perusahaan. Selebihnya diperoleh dari kerabat dan keluarga, serta langsung dari perusahaan.

0,00 10,00 20,00 30,00 40,00

A

B

C

D 37,50

6,25

37,50

18,75

P

e

r

se

n

tas

e

Alasan Bermitra dengan DUF Keterangan :

A : Mendapat bantuan modal B : Menambah pengetahuan C : Meningkatkan keuntungan D : Risiko usaha ditanggung bersama


(44)

44 Hal ini menunjukkan bahwa peranan PPL perlu ditingkatkan dalam hal penyebarluasan informasi untuk meningkatkan jumlah mitra DUF.

Gambar 11. Sumber Informasi Mengenai DUF 5.2 Karakteristik Peternak Responden

Peternak plasma yang terdaftar sebagai mitra DUF tersebar di beberapa wilayah, yaitu Dramaga, Pamijahan, Tenjolaya, Gunung Bunder, dan Nanggung. Jumlah peternak plasma DUF selalu berubah-ubah setiap periode produksi, bahkan satu semester terakhir jumlah peternak mitra DUF mengalami kecenderungan (trend) menurun. Oleh karena itu perusahaan sedang melakukan koreksi dan upaya perbaikan layanan untuk meningkatkan kembali jumlah peternak plasmanya.

Peternak responden yang mewakili populasi peternak mitra DUF adalah sebanyak 32 orang. Responden diambil dari lima wilayah berbeda. Adapun lokasi penyebaran peternak tersebut dapat dilihat pada Gambar 5.

0,00 10,00 20,00 30,00 40,00 50,00

Teman

Keluarga

Langsung dari DUF 46,88

28,13

25,00

P

e

r

se

n

tas


(45)

45 Gambar 12. Sebaran Peternak berdasarkan Lokasi Usaha Ternak

Berdasarkan Gambar 5, sebagian besar peternak plasma DUF berada di Kecamatan Dramaga yaitu sebesar 59,38 persen atau sebanyak 19 orang. Lokasi lainnya yang menjadi wilayah kerja DUF juga tidak terlalu jauh dari Dramaga. Hal ini karena wilayah Dramaga merupakan lokasi terdekat dengan perusahaan inti dan memungkinkan lebih mudah dijangkau dan dikontrol oleh perusahaan. 5.2.1 Usia

Berdasarkan hasil survei terhadap peternak responden, diperoleh bahwa umur peternak plasma berada pada kisaran 25 sampai dengan 70 tahun. Sebagian besar peternak plasma berada pada usia dewasa. Usia dapat menentukan prestasi kerja seseorang. Semakin berat pekerjaan fisik, maka semakin tua tenaga kerja dan akan semakin turun prestasinya. Namun dalam hal tanggung jawab, semakin tua umur kerja seseorang membuatnya semakin berpengalaman dalam berusaha sehingga dapat meningkatkan prestasi kerjanya (Suratiyah 2006). Sebaran responden berdasarkan kelompok usia dapat dilihat pada Gambar 6.

0,00 10,00 20,00 30,00 40,00 50,00 60,00

Dramaga

Gn.Bunder Pamijahan Tenjolaya

Nanggung 59,38

18,75

6,25 6,25 9,38

P

e

r

se

n

tas


(46)

46 Gambar 13. Kelompok Usia Peternak Responden

5.2.2 Jenis Kelamin

Hampir seluruh peternak responden berjenis kelamin laki-laki. Hal ini dapat dipengaruhi oleh kecenderungan laki-laki sebagai pemimpin dalam keluarga. Jumlah responden perempuan yang bermitra dengan DUF hanya satu orang saja. Alasan seorang responden perempuan tersebut bergabung dengan kemitraan adalah sebagai pekerjaan sampingan. Sebaran responden berdasarkan jenis kelamin dapat dilihat pada Gambar 7.

Gambar 14. Sebaran Peternak Responden Berdasarkan Jenis Kelamin 0,00 10,00 20,00 30,00 40,00 50,00

< 25 25-35

36-50 51-65 > 65 0,00 31,25 46,88 18,75 3,13 P e r se n tas e Tahun 0 20 40 60 80 100 Laki-laki Perempuan 96.88 3.12 P e r se n tas e


(1)

Lampiran 7. Perkembangan Populasi Ayam Pedaging Nasional Tahun 2005-2009 Provinsi 2005 2006 2007 2008 2009 Nanggroe Aceh

Darussalam 1,057,443 1,538,306 1,692,137 1,346,308 1,836,413 Sumatera Utara 35,568,236 42,763,530 78,152,052 42,891,621 43,063,188 Sumatera Barat 11,357,781 12,748,991 13,308,143 14,202,592 13,495,318 Riau 27,440,958 20,965,808 27,491,937 30,679,920 29,710,959 Jambi 9,694,426 11,539,188 6,804,140 6,910,116 10,655,107 Sumatera Selatan 14,920,000 15,842,000 15,914,000 13,747,390 11,751,130 Bengkulu 1,591,304 1,833,002 1,904,548 5,423,379 5,874,583 Lampung 21,747,209 21,094,571 15,033,671 15,879,617 24,087,464 DKI Jakarta 182,000 124,300 115,000 68,000 137,100 Jawa Barat 352,434,300 343,954,090 377,549,055 417,373,596 455,258,895 Jawa Tengah 62,043,412 61,258,115 64,552,829 54,643,212 58,350,965 DI Yogyakarta 20,971,720 25,360,260 4,834,537 5,128,488 5,276,897 Jawa Timur 142,602,400 119,525,124 148,854,817 140,005,968 147,006,266 Bali 5,363,066 5,317,163 4,846,644 4,975,477 5,263,645 Nusa Tenggara

Barat 8,848,482 9,804,858 1,727,773 1,339,495 1,787,163 Nusa Tenggara

Timur 625,000 45,825 9,397 244,101 105,635 Kalimantan

Barat 15,139,364 14,889,746 13,939,332 18,917,875 16,041,090 Kalimantan

Tengah 2,436,329 3,200,400 3,860,420 3,976,233 4,240,068 Kalimantan

Selatan 19,964,639 20,624,128 21,534,508 19,860,813 28,659,441 Kalimantan

Timur 25,828,600 26,292,200 23,832,200 26,941,660 39,485,000 Sulawesi Utara 1,459,443 1,406,880 1,550,396 1,623,420 2,654,090 Sulawesi Tengah 2,238,366 2,358,000 6,132,829 4,213,929 5,784,910 Sulawesi Selatan 12,765,509 12,325,960 13,826,056 14,575,840 16,373,046 Sulawesi

Tenggara 820,100 896,048 924,457 957,715 996,406 Maluku 80,945 111,202 114,169 119,887 127,787 Papua 733,022 981,161 1,395,964 1,465,732 2,524,160 Bangka Belitung 4,639,664 5,287,409 6,097,054 5,213,835 5,309,164 Banten 6,475,796 7,684,690 26,405,564 40,011,606 80,023,212 Gorontalo 379,497 384,219 1,930,641 1,347,640 1,347,640 Maluku Utara 84,325 269,920 147,400 129,352 925,933 Kepulauan Riau 469,592 6,284,676 6,206,862 6,878,886 6,437,755 Papua Barat 774,755 342,125 868,829 891,610 529,296 Sulawesi Barat 451,001 473,551 101,985 67,105 1,258,854 Total 811,188,684 797,527,446 891,659,346 902,052,418 1,026,378,580 Sumber : Direktorat Jendral Peternakan (2011)


(2)

Lampiran 8. Kuisioner Penelitian

KUISIONER PENELITIAN

UNTUK MENGETAHUI PENDAPATAN DAN TINGKAT KEPUASAN PETERNAK PLASMA TERHADAP PELAKSANAAN KEMITRAAN AYAM BROILER

PADA DRAMAGA UNGGAS FARM (DUF)

Nomor : Tanggal :

Saya Dian Saputra, mahasiswa Agribisnis IPB sedang menyusun sebuah skripsi. Dimohon kesediaan Bapak/Ibu untuk meluangkan sedikit waktunya untuk mengisi kuisioner ini. Atas bantuannya, saya ucapkan terimakasih.

Petunjuk : Isilah / beri tanda (x) pada tempat yang sudah disediakan. IDENTITAS RESPONDEN Nama : ...

Jenis Kelamin : Laki-laki Perempuan Alamat : ... Usia : ...tahun Pendidikan terakhir : ……… Lama beternak ayam : ...tahun Pengalaman bermitra : ...bulan dengan DUF

Skala Usaha : ... Kepemilikan Kandang : Milik Sendiri

Sewa

Alasan beternak ayam : Pekerjaan utama Pekerjaan sampingan Usaha turun temurun

Lainnya, ………

Alasan mengikuti kemitraan : Ingin mendapat bantuan modal Ingin menambah pengetahuan Ingin meningkatkan keuntungan Risiko usaha ditanggung bersama

Adakah pekerjaan lain, selain usaha ternak ayam: Tidak ada Ada, sebagai .…………..……

PERTANYAAN 1. Pertimbangan utama bergabung dengan DUF

Kemudahan Pembayaran cepat Ikut-ikutan peternak lain

Lainnya, ………

2. Sumber informasi mengenai DUF Teman

Keluarga

Langsung dari perusahaan DUF

Lainnya, ………

3. Apakah Anda memahami peraturan kemitraan (perjanjian kontrak dengan DUF)

Ya

Tidak, karena ………

4. Keluhan dalam bermitra

………... ....……..……… ………

5. Manfaat apa yang dirasakan dengan mengikuti DUF

Waktu pemanenan cepat Risiko rendah

Menambah penghasilan Mendapat bantuan modal Jaminan pemasaran

Menambah pengalaman beternak 6. Apa saran Anda kepada DUF

……… ………


(3)

TINGKAT KEPENTINGAN DAN KEPUASAN PETERNAK PLASMA I. TINGKAT KEPENTINGAN

Pernyataan yang berkaitan dengan kepentingan atribut dalam kegiatan kemitraan DUF menurut pendapat peternak plasma II. TINGKAT KINERJA

Pernyataan yang berkaitan dengan kinerja (hasil) pelaksanaan kemitraan yang telah Anda terima dari DUF

NO ATRIBUT

KEPENTINGAN KINERJA

Sangat Tidak Penting (1)

Tidak

Penting (2) Penting (3)

Sangat Penting (4)

Sangat Tidak Puas (1)

Tidak

Puas (2) Puas (3)

Sangat Puas (4) 1 Prosedur penerimaan menjadi mitra

2 Penerapan kontrak harga DOC 3 Kualitas DOC

4 Harga kontrak Pakan 5 Kualitas pakan 6 Harga obat dan vaksin 7 Kualitas obat dan vaksin

8 Jadwal pengiriman pakan dan DOC 9 Bimbingan teknis

10 Pelayanan dan materi bimbingan 11 Penerapan standar produksi 12 Ketepatan waktu panen 13 Respon terhadap keluhan

14 Kesesuaian harga jual hasil panen 15 Kecepatan pembayaran hasil panen 16 Pemberian bonus


(4)

(5)

i

RINGKASAN

DIAN SAPUTRA. Analisis Kepuasan Peternak Plasma Terhadap Pola Kemitraan Ayam Broiler Studi Kasus Kemitraan Dramaga Unggas Farm Di Kabupaten Bogor. Dibawah bimbingan RAHMAT YANUAR.

Keterbatasan modal dan teknologi dalam melakukan usaha peternakan ayam broiler telah menyebabkan berkurangnya persentase peternak mandiri, dimana sebagian besar memilih untuk bergabung dengan perusahaan kemitraan. Dramaga Unggas Farm (DUF) merupakan salah satu perusahaan peternakan ayam broiler berbasis kemitraan yang memanfaatkan peluang tersebut. Dalam kemitraan DUF, setiap kegiatan dalam budidaya ayam broiler disepakati dalam suatu kontrak kerjasama.

Dengan pola kemitraan ini peternak memperoleh keuntungan dari segi permodalan, sedangkan perusahaan inti diuntungkan karena bisa memasarkan hasil produksi berupa sarana produksi peternakan. Permasalahan yang sering terjadi adalah adanya perusahaan inti yang kurang bertanggung jawab pada peternak plasmanya, hal ini disebabkan ketidakseimbangngan posisi tawar antara inti dan plasma pada perjanjian yang disepakati. Pihak inti dengan latar belakang yang lebih kuat, baik dari modal, SDM, dan manajemen menentukan seluruh isi perjanjian, sedangkan peternak plasma hanya dapat menerima saja.

Indikasi dari ketidakpuasan peternak plasma dirasakan oleh DUF, yaitu ditunjukkan oleh tingginya frekuensi keluar masuk peternak plasma di perusahaan dan jumlahnya yang cenderung berkurang dalam satu tahun terakhir. Tingkat kepuasan peternak plasma terhadap perusahaan inti akan membawa dampak positif bagi kelangsungan usaha kemitraan. Peternak plasma yang merasa puas, cenderung loyal dan tidak akan mencari perusahaan kemitraan lain.

Berdasarkan kondisi yang ada, penulisan skripsi ini bertujuan untuk mengetahui secara jelas tentang bagaimana karakteristik peternak plasma, bagaimana kedudukan dan hubungan antara inti dan plasma dalam perjanjian kemitraan, serta bagaimana tingkat kepuasan plasma terhadap pelaksanaan kemitraan DUF.

Pola kemitraan yang dijalankan adalah inti plasma, dimana masing-masing memiliki hak dan kewajiban sesuai dengan ketentuan yang ditetapkan dalam perjanjian kemitraan. Inti berperan membantu plasma dalam hal permodalan, sedangkan plasma menyediakan kandang dan biaya pemeliharaan. Pemasaran hasil panen dilakukan oleh inti dengan harga yang telah disepakati dalam kontrak. Namun, dalam kenyataannya peternak plasma menjadi pihak yang lebih lemah posisinya karena kontrak kemitraan yang disodorkan merupakan aturan baku yang dibuat oleh inti untuk diterima tanpa adanya perundingan mengenai isi kontrak tersebut.

Berdasarkan analisis IPA, disimpulkan bahwa atribut yang memiliki tingkat kepentingan tinggi namun kinerjanya dinilai masih rendah adalah penerapan harga kontrak DOC, harga kontrak pakan, dan pemberian bonus. Berdasarkan hasil analisis tingkat kesesuaian skor kepentingan dan kinerja, ketiga atribut tersebut juga memiliki tingkat kesesuaian terendah dan menjadi prioritas


(6)

ii utama untuk diperbaiki kinerjanya. Secara umum peternak plasma sudah merasa puas dengan kinerja-kinerja atribut kemitraan DUF, dimana hasil perhitungan Customer Satisfaction Index adalah sebesar 69.68 persen.

Sebagian besar peternak plasma mengeluhkan harga kontrak DOC dan pakan yang terlalu mahal dan tidak pernah diperbaharui, terutama saat harga pasar mengalami penurunan yang cukup besar. Inti dapat melakukan penyesuaian terhadap kontrak harga dalam kemitraan. Sejalan dengan itu, inti dapat mengadakan pertemuan berkala untuk membahas keluhan-keluhan peternak dan sekaligus melakukan sosialisasi tentang penetapan kontrak. Hal ini dilakukan untuk mempertahankan kepercayaan plasma terhadap inti. Saat ini penyebaran informasi sudah sangat cepat dan memungkinkan peternak-peternak untuk saling bertukar informasi mengenai harga DOC maupun pakan di pasar.

Dalam perjanjian kemitraan yang disepakati bersama, secara hukum kedua belah pihak mempunyai kedudukan yang seimbang karena tidak ada unsur paksaan dalam melakukan perjanjian tersebut. Tetapi dengan latar belakang yang berbeda, baik dari segi permodalan, teknologi, dan sumberdaya manusia, maka kedua belah pihak harus mempunyai itikad yang baik dan komitmen kuat dalam melaksanakan perjanjian kemitraan dengan prinsip saling menguntungkan.