POBLEMATIKA PEMBELAJARAN PENDIDIKAN AGAMA ISLAM (PAI) INTERAKTIF : STUDI DI KELAS 1 DAN 5 SEKOLAH DASAR AL FALAH SURABAYA.

(1)

PROBLEMATIKA PEMBELAJARAN PENDIDIKAN AGAMA ISLAM (PAI) INTERAKTIF (Studi di Kelas 1 dan 5 Sekolah Dasar Al Falah Surabaya)

TESIS

Diajukan untuk Memenuhi Sebagian Syarat Memperoleh Gelar Magister dalam Program Studi Pendidikan Agama Islam

Oleh :

MALIYEH

NIM. F13213179

PASCASARJANA

UNIVERSITAS ISLAM NEGERI SUNAN AMPEL

SURABAYA


(2)

(3)

(4)

(5)

ABSTRAK

Maliyeh, 2015, “Poblematika Pembelajaran Pendidikan Agama Islam (PAI)

Interaktif ( Studi di Kelas 1 dan 5 Sekolah Dasar Al Falah Surabaya )”. Tesis ini tidak dipublikasikan. Program studi konsentrasi Pendidikan Islam Program Pascasarjana Universitas Islam Negeri (UIN) Sunan Ampel Surabaya dengan dosen pembimbing Bapak Dr. H. Masyhudi Ahmad, M.Pd.I

.

Kata Kunci : Problematika, Pembelajaran Pendidikan Agama Islam, Interaktif,

Sekolah Dasar, Al Falah.

Sekolah Dasar Al Falah merupakan sebuah Sekolah Islam favorit yang terletak di tengah-tengah kota, sebagai sarana untuk mengangkat derajat, harkat, dan martabat sehingga terbebas dari jeratan kebodohan dan kemiskin.

Penelitian ini bertujuan untuk menggambarkan dan mengungkap (to describe and explore) proses pembelajaran PAI interaktif di kelas 1 dan 5 Sekolah Dasar Al Falah Surabaya, dan juga bertujuan untuk menggambarkan dan menjelaskan (to describe and explain) pada problematika serta solusi dalam pembelajaran PAI interaktif di kelas 1 dan 5 Sekolah Dasar Al Falah Surabaya.

Penelitian ini menggunakan pendekatan kualitatif - field research (penelitian lapangan), dengan rancangan pendekatan deskriptif eksploratif, dimana peneliti dapat menggambarkan atau menguraikan data-data yang diperoleh dengan apa adanya berdasarkan atas kualitas data yang diperoleh. Untuk menggali data dengan menggunakan observasi, wawancara, dan dokumentasi. Selanjutnya hasil dari teknik tersebut dipilih sesuai dengan fokus penelitian. Untuk melihat keabsahan data digunakan teknik Uji Kredibilitas (Validityas Interbal), yang meliputi: Pemeriksaan melalui diskusi dengan teman sejawat. Perpanjangan Pengamatan dan Bahan Referensi.

Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa Proses pembelajaran pendidikan agama Islam (PAI) interaktif di kelas 1 dan 5 Sekolah Dasar Al Falah Surabaya sebagai berikut: (1) beberapa tahapan, mulai dari persiapan sampai pada proses pembelajaran yang terjadi secara interaktif; (2) Proses pembelajaran interaktif di SD Al falah Surabaya berjalan dengan baik. Kondisi pembelajaran terlihat kondusif, inovatif, aktif dan kreatif. (3) terjadi interaksi antara guru dan siswa.

Problematika pembelajaran PAI interaktif di Kelas 1 dan 5 Sekolah Dasar Al Falah Surabaya adalah terdiri dari Faktor Intern seperti : Sikap dan motivasi belajar sehingga suasana di kelas menjadi lebih ramai. Konsentrasi belajar karena kondisi siswa yang sedang sakit dan teman yang ngajak ngobrol. Kemampuan mengolah bahan ajar karena kesulitan dalam menentukan media dan kesulitan dalam menjelaskan pelajaran yang sifatnya aqidah akhlak. Hal ini tentunya juga dipengaruhi oleh Faktor Ekstern seperti : Guru sebagai pembina siswa dalam belajar.

Solusi untuk mengatasi pembelajaran PAI interaktif di Kelas 1 dan 5 Sekolah Dasar Al Falah Surabaya tidak hanya dilakukan oleh guru PAI sendiri, tapi juga dilakukan oleh Kepala Sekolah dan Pihak Lembaga Al Falah.


(6)

1

PROBLEMATIKA PEMBELAJARAN PENDIDIKAN AGAMA ISLAM (PAI) INTERAKTIF (STUDI DI KELAS 1 DAN 5 SEKOLAH DASAR AL

FALAH SURABAYA) Oleh Maliyeh

I

Guru sebagai tenaga profesional dalam dunia pendidikan, disamping memahami hal-hal yang bersifat filosofis dan konseptual, guru juga harus mengetahui dan melaksanakan hal- hal yang bersifat teknis seperti melakukan interaksi dalam kegiatan belajar mengajar, maka seorang guru harus memiliki kemampuan dalam mendesain program dan ketrampilan mengkomunikasikan program itu kepada peserta didik. Dalam mengkomunikasikan program dalam pembelajaran perlu adanya pembelajaran interaktif. Pembelajaran Interaktif yang dimaksud adalah suatu cara atau teknik pembelajaran yang digunakan guru pada saat menyajikan bahan pelajaran dimana guru pemeran uta ma dalam menciptakan situasi interaktif, yakni interaksi antara guru dengan siswa, siswa dengan siswa dan dengan sumber pembelajaran dalam menunjang tercapainya tujuan belajar.

Penerapan pembelajaran interaktif dalam kelas tidaklah mudah. karena dalam pembelajaran interaktif kesatuan jiwa antara guru dan siswa tidak bisa dipisahkan oleh dimensi ruang dan waktu. Apabila salah satu tidak baik, dari pihak guru maupun siswa, niscaya pembelajaran interaktif tidak akan dapat dilaksanakan dengan baik, sehingga terciptalah problematika pembelajaran.

Berdasarkan hal di atas, maka permasalahan yang diajukan dalam penelitian ini adalah: Bagaimana proses pembelajaran pendidikan agama Islam interaktif di SD Al Falah Surabaya? Kemudian Apa problem dalam proses pembelajaran pendidikan agama Islam interaktif di SD Al Falah Surabaya? Serta Bagaimana solusi mengatasi problematika pembelajaran pendidikan agama Islam interaktif di SD Al Falah Surabaya?


(7)

2

Jenis penelitian ini adalah kualitatif- field research (penelitian lapangan), dengan rancangan pendekatan deskriptif eksploratif, dimana peneliti dapat menggambarkan atau menguraikan data-data yang diperoleh dengan apa adanya berdasarkan atas kualitas data yang diperoleh. Untuk menggali data dengan menggunakan observasi, wawancara, dan dokumentasi. Selanjutnya hasil dari teknik tersebut dipilih sesuai dengan fokus penelitian. Untuk melihat keabsahan data digunakan teknik Uji Kredibilitas (Validityas Interbal), yang meliputi: Pemeriksaan melalui diskusi dengan teman sejawat. Perpanjangan Pengamatan dan Bahan Referensi.

II

Bab ini akan menguraikan tentang Problematika pembelajaran Pendidikan Agama Islam (PAI ) Interaktif, di dalamnya membahas tentang

porblematika pembelajaran, Dimyati dan Sudjiono mengemukakan bahwa problematika pembelajaran berasal dari dua faktor yaitu faktor intern dan ekstern.

Komponen Pembelajaran yaitu: 1) guru, 2) siswa, 3) materi pembelajaran, 4) metode pembelajaran, 5) media pembelajaran, 6) evaluasi pembelajaran.1Materi pendidikan agama Islam PAI, dan Pembelajaran interaktif, mencakup landasan teori pembelajaran interaktif dan tahapan pembelajaran Interaktif.

III

Bab ini akan membahas tentang: letak geografis dan sejarah singkat berdirinya Sekolah Dasar Al Falah Surabaya, yang mempunyai visi yaitu: Unggul dalam Ketaqwaan, Kemandirian, Prestasi Akademik, Cinta Tanah Air, Bangsa dan Agama. Sedangkan misi Sekolah Dasar ini yaitu:

1. Menyelenggarakan pendidikan yang berwawasan keimanan dan ketaqwaan kepada Allah SWT.

2. Menyelenggarakan Pembelajaran yang berkeseimbangan duniawi dan

ukhrowi

1


(8)

3

2. Meningkatkan prestasi akademik dan non akademik yang sesuai dengan

perkembangan IPTEK dan tuntutan masyarakat.

3. Malaksanakan Model PAIKEM (Pembelajaran Aktif, Inovatif, Kreatif,

Evektif dan Menyenangkan)

4. Menumbuhkan semangat Religius, Kedisiplinan, dan Pembiasaan hidup

yang Islami.

5. Menumbuhkan semangat patriotisme melalui pendidikan kesamaptaan 6. Menyiapkan siswa menjadi pribadi yang berkarakter kuat, unggul dan

berakhlaqul karimah.

7. Menyiapkan siswa untuk dapat melanjutkan pendidikan yang lebih tinggi. Bab ini juga membabahas tentang kegiatan pembelajaran dan penunjang Sekolah Dasar Al Falah Surabaya. Jumlah guru Sekolah Dasar Al falah yaitu 49, sedangkan guru Agama Islam yaitu 5 orang, dan jumlah siswanya sebanyak 674.

IV

Proses pembelajaran pendidikan agama Islam interaktif di SD Al Falah Surabaya terjadi melalui beberapa tahapan, mulai dari persiapan sampai pada proses pembelajaran yang terjadi secara interaktif. Pembelajaran tidak hanya dilakukan di dalam kelas. Namun juga dilakukan di luar kelas, bahkan terkadang juga dilakukan di luar Sekolah sesuai sub tema yang akan diajarkan.

Ketika proses pembelajaran PAI interaktif, guru berperan sebagai fasilitator yang bertugas memandu, mendampingi dan memberikan pengarahan kepada para peserta didik agar proses pembelajaran dapat mengarah pada pencapaian tujuan yang diinginkan. Proses pembelajaran interaktif di SD Al falah Surabaya berjalan dengan baik. Kondisi pembelajaran terlihat kondusif, inovatif, aktif dan kreatif.

Dilihat dari proses pembelajaran PAI interaktif di atas, terjadi interaksi antara guru dan siswa.

Problem dalam proses pembelajaran pendidikan agama Islam (PAI) interaktif di Kelas 1 dan 5 SD Al Falah Surabaya, tidak hanya dipengaruhi oleh Faktor Intern seperti : Sikap dan motivasi belajar sehingga suasana di kelas


(9)

4

menjadi lebih rame. Konsentrasi belajar karena kondisi siswa yang sedang sakit dan teman yang ngajak ngobrol. Kemampuan mengolah bahan ajar karena kesulitan dalam menentukan media dan kesulitan dalam menjelaskan pelajaran yang sifatnya aqidah akhlak. Hal ini tentunya juga dipengaruhi oleh Faktor Ekstern seperti: Guru sebagai pembina siswa dalam belajar.

Solusi yang dilakukan SD Al Falah Surabaya dalam mengatasi problematika pembelajaran pendidikan agama Islam interaktif yakni mengadakan rapat Kelompok Kerja Guru (KKG) baik itu setingkat sekolah sendiri maupun setingkat kecamatan. Mencari guru yang profesional dengan mengadakan tes seleksi guru-guru baru, kemudian bagi yang lulus seleksi diberi bimbingan agar dapat mengajar dengan baik dan menjadi guru yang profesional. Selain itu, Kepala Sekolah ikut andil dengan mengadakan supervisi setiap satu semester sekali. Pengurus lembaga Al Falah bagian pendidikan, yakni kabid bag SDM yang menangani kurikulum dan pengembangan juga ikut andil dengan mendatangkan narasumber dari luar, 1 semester sekali untuk membimbing guru-guru Al Falah agar dapat menjadi guru-guru yang profesional.


(10)

DAFTAR ISI

HALAMAN JUDUL ...i

PERNYATAAN KEASLIAN... ii

HALAMAN PENGESAHAN PEMBIMBING...iii

HALAMAN PENGESAHAN TIM PENGUJI...iv

HALAMAN MOTTO ...v

ABSTRAK...vi

KATA PENGANTAR...vii

DAFTAR ISI ...ix

BAB I : PENDAHULUAN ...1

A. Latar Belakang ...1

B. Identifikasi dan Pembatasan Masalah...6

C. Rumusan Masalah ...7

D. Tujuan Penelitian ...7

E. Kegunaan Penelitian ...8

F. Kerangka Teoretik ...9

G. Penelitian Terdahulu ...13

H. Metode Penelitian...14

1. Jenis dan Pendekatan Penelitian ...15

2. Subyek, Obyek dan Lokasi Penelitian ...16

3. Sumber Data ...16

4. Tahap-tahap Penelitian ...18


(11)

6. Teknik Analisis Data ...20

7. Teknik Pemeriksaan Keabsahan Data ...21

I. Sistematika Pembahasan ...22

BAB II : KAJIAN TEORITIS... ...24

A. Problematika Pembelajaran...24

B. Pendidikan Agama Islam...37

C. Pembelajaran Interaktif ...44

BAB III: PENYAJIAN DAN ANALISIS DATA...51

A. Profil Sekolah Dasar Al Falah...51

B. Sejarah Pendirian dan Perkembangan Sekolah Dasar Al Falah...52

C. Visi dan Misi Sekolah Dasar Al Falah...53

D. Struktur Organisasi Sekolah Dasar Al Falah Surabaya...54

E. Kurikulum Pendidikan di Sekolah Dasar Al Falah...55

F. Kegiatan Belajar Mengajar di Sekolah Dasar Al Falah...55

G. Keadaan Siswa Sekolah Dasar Al Falah...57

H. Tenaga Pendidik Sekolah Dasar Al Falah...58

I. Proses Pembelajaran Pendidikan Agama Islam Interaktif di Kelas 1 dan 5 SD Al Falah Surabaya ...59

J. Problem dalam Proses Pembelajaran Pendidikan Agama Islam Interaktif di Kelas 1 dan 5 SD Al Falah Surabaya...65

K. Solusi Mengatasi Problematika Pembelajaran Pendidikan Agama Islam Interaktif di Kelas 1 dan 5 SD Al Falah Surabaya...68


(12)

BAB IV : PEMBAHASAN HASIL PENELITIAN...71

A. Proses Pembelajaran Pendidikan Agama Islam Interaktif di Kelas 1 dan 5 SD Al Falah Surabaya...71

B. Problem dalam Proses Pembelajaran Pendidikan Agama Islam Interaktif di Kelas 1 dan 5 SD Al Falah Surabaya...74

C. Solusi Mengatasi Problematika Pembelajaran Pendidikan Agama Islam Interaktif di Kelas 1 dan 5 SD Al Falah Surabaya...77

BAB V : PENUTUP...81

A. Kesimpulan ...81

B. Saran ...83

DAFTAR PUSTAKA LAMPIRAN-LAMPIRAN


(13)

1

BAB I PENDAHULUAN

A. Latar Belakang Masalah

Pendidikan agama Islam merupakan usaha sadar yang dilakukan pendidik dalam mempersiapkan peserta didik untuk meyakini, memahami dan mengamalkan ajaran Islam melalui kegiatan bimbingan, pengajaran atau pelatihan yang telah direncanakan.1

Penyelenggara pendidikan merupakan ujung tombak menuju tercapainya cita-cita bangsa, yaitu mencerdaskan kehidupan bangsa melalui pendidikan formal, non formal, maupun informal. Pendidikan informal adalah tanggung jawab orang tua, sedangkan pendidikan forma l dan non formal tidak hanya tanggung jawab orang tua dan guru, tapi juga tanggung jawab pemerintah. Untuk itu perlu menentukan berbagai pijakan dalam rangka mensukseskan programnya agar dapat mensukseskan kualitas pendidikan.

Untuk mencapai kualitas bangsa yang diinginkan. Antara lain diperlukan sistem pemerintahan yang baik. Pemerintah menyadari bahwa pendidikan merupakan asset dan investasi nasional guna mencapai keberhasilan pembangunan. Untuk mewujudkannya, maka lahirlah Undang-undang Sistem Pendidikan Nasional. Dalam Undang-Undang-undang itu peran guru menempati peran yang strategis guna mencapai tujuan pendidikan yang diharapkan.

1


(14)

2

Guru adalah seorang professioanal dalam masyarakat. Untuk itu guru harus mempunyai karakteristik dan kompetitif. Untuk memiliki semua itu guru perlu membina diri secara baik, karena fungsi guru itu sendiri adalah

“membina dan mengembangkan kemampuan siswa secara professional di

dalam proses belajar mengajar”.2

Guru merupakan faktor yang sangat dominan dalam dunia pendidikan formal. Karena bagi siswa guru dijadikan teladan, bahkan menjadi tokoh identifikasi diri. Oleh karena itu guru seharusnya memiliki perilaku dan kemampuan yang memadai untuk mengembangkan kemampuan siswanya. Dengan demikian, guru juga harus mengetahui dan memahami siswanya, karena setiap siswa memiliki wujud dan kemampuan yang berbeda. Selain guru, siswa juga menentukan keberhasilan proses belajar mengajar. Guru dan siswa harus sama-sama aktif dalam berinteraksi agar dapat mencapai tujuan pendidikan yang diharapkan.

Guru sebagai tenaga profesional dalam dunia pendidikan, disamping memahami hal-hal yang bersifat filosofis dan konseptual, guru juga harus mengetahui dan melaksanakan hal- hal yang bersifat teknis seperti melakukan interaksi dalam kegiatan belajar mengajar, maka seorang guru harus memiliki kemampuan dalam mendesain program dan ketrampilan mengkomunikasikan program itu kepada peserta didik. Dalam mengkomunikasikan program dalam pembelajaran perlu adanya pembelajaran interaktif. Pembelajaran Interaktif yang dimaksud adalah suatu cara atau teknik pembelajaran yang digunakan

2

Wijaya Cece, Tabrani Rusyan. Kemampuan Guru dalam Proses Belajar Mengajar (Bandung: Rosdakarya, 1992), 1


(15)

3

guru pada saat menyajikan bahan pelajaran dimana guru pemeran utama dalam menciptakan situasi interaktif, yakni interaksi antara guru dengan siswa, siswa dengan siswa dan dengan sumber pembelajaran dalam menunjang tercapainya tujuan belajar.

Dalam proses pembelajaran interaktif seorang guru harus bisa mengajak siswanya untuk mendengarkan, menyajikan media yang dapat dilihat, memberi kesempatan untuk menulis dan mengajukan pertanyaan atau tanggapan sehingga terjadi dialog kreatif yang menunjukan proses belajar mengajar yang interaktif.

Dalam pembelajaran interaktif, peranan pengajar bukanlah satu-satunya nara sumber dan paling banyak menggunakan waktunya di kelas, artinya pengajar lebih berperan sebagai fasilitator yang bertugas memandu, mendampingi dan memberikan pengarahan kepada para peserta didik agar proses pembelajaran dapat mengarah pada pencapaian tujuan yang diinginkan.3 Dengan demikian pembelajaran interaktif dapat menciptakan kondisi pembelajaran yang kondusif, inovatif, aktif dan kreatif.4

Pelaksanaan pembelajaran interaktif dapat membuat proses belajar-mengajar menjadi dinamis dan tidak satu arah. Proses belajar- belajar-mengajar satu arah atau siswa tidak dilibatkan sudah ketinggalan zaman dan membosankan. Dalam hal itu, guru harus mempunyai semangat untuk terus belajar, terutama belajar dalam menerapkan pembelajaran interaktif.

3Imam Ma’ruf, Strategi Pembelajaran Bahasa Arab Ak tif

, (Se marang : Needs Press, 2009), 99 - 100

4


(16)

4

Penerapan pembelajaran interaktif dalam kelas tidaklah mudah. Karena dalam pembelajaran interaktif kesatuan jiwa antara guru dan siswa tidak bisa dipisahkan oleh dimensi ruang dan waktu. Apabila salah satu tidak baik, dari pihak guru maupun siswa, niscaya pembelajaran interaktif tidak akan dapat dilaksanakan dengan baik, sehingga terciptalah problematika pembelajaran.

Banyak ahli mengemukakan pengertian problematika. Ada yang melihat problematika sebagai ketidaksesuaian antara harapan dengan kenyataan, ada yang melihat sebagai tidak terpenuhinya kebutuhan seseorang, dan adapula yang mengartikannya sebagai suatu hal yang tidak mengenakan.

Problematika adalah sesuatu yang tidak disukai adanya,

menimbulkan kesulitan bagi diri sendiri dan atau orang lain, ingin atau perlu dihilangkan. Sedangkan menurut pengertian secara psikologis, belajar merupakan suatu proses perubahan yaitu perubahan dalam tingkah laku sebagai hasil dari interaksi dengan lingkungannya dalam memenuhi kebutuhan hidupnya.5

Problematika pembelajaran dapat ditelusuri dari jalannya proses dasar pembelajaran. Secara umum, proses pembelajaran dapat ditelusuri dari faktor- faktor yang mempengaruhi proses pembelajaran, yaitu : (1) guru, sebagaimana yang dikemukakan oleh Muhammad Nurdin bahwa guru merupakan salah satu komponen terpenting karena dianggap mampu memahami, mendalami, melaksanakan, dan akhirnya mencapai tujuan

5

Suhri Nasution, “proble matika Pe mbela jaran PAI:Sebuah Tinjauan Epistemo logis”, dala m http://bdkjakarta.kemenag.go.id/index.php?a=artikel&id=854 , (17 September 2015)


(17)

5

pembelajaran.6 (2) peserta didik/siswa, sebagai penerima berbagai transfer pengetahuan, sikap, dan keterampilan guna perubahan dalam dirinya sebagai proses pembelajaran juga menjadi penentu dan hal yang mempengaruhi proses pembelajaran itu sendiri, dan (3) lingkungan, hal ini mencakup lingkungan kelas dan lingkungan sekolah.

SD Al Falah Surabaya merupakan salah satu sekolah Islam favorit di wilayah Surabaya Selatan. Dalam proses pembelajaran, guru-guru di SD Al Falah Surabaya harus bisa mengajak siswanya untuk mendengarkan, menyajikan media yang dapat dilihat, memberi kesempatan untuk menulis dan mengajukan pertanyaan atau tanggapan sehingga terjadi dialog kreatif yang menunjukkan proses belajar mengajar yang interaktif. Agar hal tersebut dapat dilakukan, tentunya guru-guru di SD Al Falah Surabaya dituntut mampu mendesain program pembelajaran yang baik. Sehingga sebelum proses belajar mengajar berlangsung, guru- guru di SD Al Falah Surabaya diharuskan sudah menyiapkan Rencana Pelaksanaan Pembelajaran (RPP), memilih metode dan media yang sesuai dengan materi yang akan disampaikan.

Banyak sekali upaya-upaya yang dilakukan oleh guru-guru SD Al Falah Surabaya dalam mewujudkan pembelajaran yang interaktif. Namun dalam mewujudkan pembelajaran interaktif tersebut, tak semudah membalikkan tangan. Karena masih saja ada kendala atau problem di dalamnya seperti kesalahan memilih media atau metode sehingga

6


(18)

6

pembelajaran interaktif yang berjalan, tidak sesua i dengan yang diharapkan. Bahkan di Sekolah lain masih ada yang belum sepenuhnya bisa menerapkan pembelajaran interaktif dikarenakan banyaknya kendala, terutama kurangnya sarana dan prasarana seperti terbatasnya media, kondisi kelas yang kurang stabil, dan lain sebagainya.

Atas dasar itulah peneliti tertarik untuk melakukan penelitian dengan

judul “ Problematika Pembelajaran Pendidikan Agama Islam Interaktif (Studi di SD Al Falah Surabaya)

B. Identifikasi dan Pembatasan Masalah

Proses pembelajaran tidak akan berjalan dengan lancar apabila tidak didukung dengan komponen-komponen dalam pembelajaran. Adapun komponen yang mempengaruhi berjalannya suatu proses pembelajaran dalam kegiatan belajar mengajar adalah beberapa komponen pembelajaran yang saling berkaitan antara satu dengan yang lainnya yaitu: guru, siswa, materi pembelajaran, metode pembelajaran, media pembelajaran, dan evaluasi pembelajaran.7 Demikian halnya dalam proses pembelajaran interaktif yang terjadi interaksi antara guru dengan siswa, siswa dengan siswa dan dengan sumber pembelajaran dalam menunjang tercapainya tujuan belajar. Apabila salah satu tidak baik, dari pihak guru maupun siswa, niscaya pembelajara n interaktif tidak akan dapat dilaksanakan dengan baik.

7


(19)

7

Berdasarkan identifikasi masalah yang ada, peneliti tidak akan membahas semua permasalahan di atas. Masalah akan dibatasi pada problem dalam proses pembelajaran interaktif dan bagaimana pembelajaran interaktif itu dapat dilakukan antara guru dan siswa dalam proses pembelajaran pendidikan agama Islam.

C. Rumusan Masalah

1. Bagaimana proses pembelajaran pendidikan agama Islam interaktif di SD Al Falah Surabaya ?

2. Apa problem dalam proses pembelajaran pendidikan agama Islam interaktif di SD Al Falah Surabaya ?

3. Bagaimana solusi mengatasi problematika pembelajaran pendidikan agama Islam interaktif di SD Al Falah Surabaya ?

D. Tujuan Penelitian

Berdasarkan rumusan permasalahan di atas, maka tujuan yang ingin dicapai dalam penelitian ini adalah:

1. Untuk mendeskripsikan proses pembelajaran pendidikan agama Islam interaktif di SD Al Falah Surabaya

2. Untuk mendeskripsikan problem dalam proses pembelajaran pendidikan agama Islam interaktif di SD Al Falah Surabaya

3. Untuk mendeskripsikan solusi mengatasi problematika pembelajaran pendidikan agama Islam interaktif di SD Al Falah Surabaya.


(20)

8

E. Kegunaan Penelitian

Penelitian ini berguna baik secara teoritis maupun praktis yaitu: 1. Kegunaan Teoritis

a. Diharapkan hasil penelitian pembelajaran pendidikan agama Islam interaktif menambah konsep dan metode baru dalam pembelajaran pendidikan agama islam

b. Memperkaya teknik atau cara dalam menyampaikan pelajaran terutama dalam menyampikan pelajaran pendidikan agama Islam (PAI)

2. Kegunaan Praktis

a. Bagi Penulis, untuk menambah wawasan dan pemahaman tentang Pembelajaran Pendidikan Agama Islam Interaktif sebagai alternatif peningkatan kualitas pendidikan agama Islam serta dapat mengembangkan teori yang berkaitan dengan penelitian tersebut. b. Bagi Lembaga, sebagai sumbangsih pemikiran dan untuk menambah

khazanah literatur terutama dalam meningkatkan Aspek teo ritis, mengembangkan konsep dan ilmu pengetahuan yang berkaitan tentang Pembelajaran Pendidikan Agama Islam Interaktif dan sebagai alternatif peningkatan kualitas pendidikan agama Islam. Kemudian dari aspek praktis, memberikan kontribusi ilmiah yang dapat dijadikan referensi dalam upaya pengembangan pendidikan agama Islam di masa sekarang dan yang akan datang.


(21)

9

F. Kerangka Teoretik

Kata “pendidikan” berasal dari bahasa arab yaitu “tarbiyah“. Istilah

tarbiyah berasal dari tiga kata, yaitu :

a. Dari kata “roba yarbu” berarti “bertambah atau tubuh”

b. Dari kata “robiyah yarba” bararti tumbuh dan berkembang”

c. Dari kata “ robba yarubu “ berarti “ memperbaiki, menguasai, dan

memimpin, menjaga dan memelihara.

Kata pendidikan yang umum digunakan, dalam bahasa arab adalah

“Tarbiyah”, dengan kata kerja “rabba”. Kata “pengajaran” dalam bahasa arab adalah “ ta’lim” dengan kata kerja “allama”. Sehingga pendidikan dan pengajaran dalam bahasa arab “tarbiyah wa’ta’lim” sedangkan pendidikan

Islam dalam bahasa arab “tarbiyah islamiyah”.

Kata kerja rabba yang berarti sifat-sifat tuhan yaitu mendidik, mengasuh maupun memelihara. Sedangkan kata ta’lim hanya sekedar mengandung hanya memberi tahu atau memberi pengetahuan. Oleh karena

itu, lebih sering menggunakan kata “rabba”, dengan terkandung arti

pembinaan, pemimpin dan lain-lain.

Menurut Zakiyah Darajat Pendidikan agama Islam adalah pendidikan dengan melalui ajaran-ajaran Islam, yaitu berupa bimbingan dan asuhan terhadap anak didik agar nantinya setelah selesai dari pendidikan ia dapat memahami, menghayati dan mengamalkan ajaran-ajaran agama Islam yang telah diyakininya secara menyeluruh, serta menjadikan agama Islam itu


(22)

10

sebagai suatu pandangan hidup (way of life) demi keselamatan dan kesejahteraan hidup di dunia maupun di akhirat kelak..8

Mata pelajaran Pendidikan Agama Islam itu secara keseluruhannya terliput dalam lingkup al-Qur’an dan Al Hadis, Ilmu tauhid/keimanan, akhlak, fiqih/ibadah, dan tarikh/sejarah Islam, sekaligus menggambarkan bahwa ruang lingkup Pendidikan Agama Islam mencakup perwujudan keserasian, keselarasan, dan keseimbangan hubungan manusia dengan Allah Swt, diri sendiri, sesama manusia, makhluk lainnya maupun lingkungannya (Hablun minallah wa hablun minannas).9

Pendidikan Agama Islam mempunyai tujuan untuk menumbuhkan pola kepribadian manusia yang bulat melalui latihan kejiwaan, kecerdasan otak, penalaran, perasaan dan indera. Dalam tujuan pendidikan agama Islam ini juga menumbuhkan manusia dalam semua aspek, baik aspek spiritual, intelektual, imajinasi, jasmaniah, maupun aspek ilmiah, baik peroranga n ataupun kelompok.10

Setiap model mengarahkan kita untuk mendesain pembelajaran yang dapat membantu siswa untuk mencapai berbagai tujuan. 11 Model Pembelajaran interaktif merupakan salah satu model pembelajaran yang sesuai dengan paradigma konstruktivisme. Pendekatan teori kontruktivistik pada dasarnya menekankan pentingnya siswa membangun sendiri pengetahuan mereka lewat keterlibatan proses belajar mengajar. Sehingga

8

Zakiyah Darajat, Ilmu Pendidik an Islam, ( Jakarta :Bumi Aksara, 2009), 86

9

Abdul Majid, Belajar dan Pembelajaran . (Bandung: Remaja Rosdakarya, 2014), 13

10

Aat Syafaat; Sohari Sahran i; Muslih, Peranan Pendidikan Agama Islam, (Jakarta : PT. Ra ja Grafindo Persada, 2008), 33-38

11


(23)

11

proses belajar mengajar lebih berpusat pada siswa (student centered) dari pada teacher centerred.12

Ada beberapa model yang dilandasi konstruktivistik yaitu model siklus belajar (Learning Cycle), model pembelajaran generative, model pembelajaran interaktif, model CLIS (Children Learning in Science), dan model strategi pembelajaran kooperatif.13

Pembelajaran interaktif, interaksi sosial antara siswa dan antara siswa dengan guru mendapatkan suatu perhatian diantaranya: Burscheid dan

Struve dalam T. G. Ratumanan,14 mengemukakan bahwa, “Belajar konsep -konsep teorotis di sekolah, tidak cukup dengan hanya memfokuskan pada individu siswa yang akan menemukan konsep, tetapi perlu adanya “social impulses” di sekolah sehingga dapat mengkonstruksikan konsep teoritis seperti yang diinginkan”. Vygotsky dalam T. G. Ratumanan mengemukakan

bahwa, “Membelajarkan manusia mensyaratkan sifat sosial alamiah dan suatu proses dimana para pelajar tumbuh dalam kehidupan intelektual

disekelilingnya”. Pembelajaran interaktif menekankan pada adanya interkasi

dalam kegiatan belajar mengajar. Interaksi tersebut dapat saja terjadi antara siswa dengan siswa, siswa dengan bahan ajar, siswa dengan guru, siswa dengan bahan ajar siswa, dan siswa dengan bahan ajar guru.15 Menurut Faire

12

Trianto, Model–Model Inovatif Berorientasi Konstruktivistik, (Jakarta : Prestasi Pusat, 2007),22.

13

Nurul Qo mariyah, “Pengembangan Modul Pembe laja ran Matematika Model Siklus Belajar(learning cycle)5-E”, (Skripsi--FMIPA Universitas Negeri Malang, Malang, 2009), 14.

14 T. G Ratumanan, “

Pe mbe la jaran Interaktif: Arah Ba ru Da la m Pengaja ran Matemat ika”. (Makalah--Seminar Nasional Matematika ITS, Surabaya, 2000). 7.

15


(24)

12

dan Cosgrove, tahapan pembelajaran interaktif terdiri dari tujuh tahapan, yaitu :

1. Tahap Persiapan (preparation)

2. Tahap Pengetahuan Awal (before view) 3. Tahap Kegiatan (exploratory)

4. Tahap Pertanyaan Siswa (children question) 5. Tahap Penyelidikan (investigation)

6. Tahap Pengetahuan Akhir (after view) 7. Tahap Refleksi (reflection).16

Dari beberapa pendapat di atas dapat disimpulkan bahwa pembelajaran interaktif sangat diperlukan adanya interaksi sosial di lingkungan sekolah, memungkinkan guru, siswa, bahan ajar saling mempengaruhi dan mendukung ko nsep-konsep yang sudah ditetapkan sejak semula. Dalam proses pembelajarannya guru membuat tugas yang memancing siswa untuk mengkonstruksikan konsep-konsep, membangun aturan-aturan dan belajar strategi pemecahan masalah. Disini terlihat peran siswa cukup besar dan dominasi guru dalam pembelajaran mulai berkurang.

Dalam pembelajaran interaktif, peranan pengajar bukanlah satu-satunya nara sumber dan paling banyak menggunakan waktunya di kelas, artinya pengajar lebih berperan sebagai fasilitator yang bertugas memandu, mendampingi dan memberikan pengarahan kepada para peserta didik agar

16


(25)

13

proses pembelajaran dapat mengarah pada pencapaian tujuan yang diinginkan.17

G. Penelitian Terdahulu

Selama ini penelitian tentang interaktif belum banyak dibahas. Penelitian yang banyak dilakukan adalah penelitian tentang guru secara umum dalam proses pembelajaran. Diantaranya adalah sebagai berikut: a. Tesis karya Chanif, Mahasiswa Program Pascasarjana Kosentrasi

Pendidikan Islam IAIN Sunan Ampel Surabaya. Tahun 2012 dengan

Judul: “Interaksi Edukatif Guru Dengan Peserta Didik Dan Implementasi Pada Proses Pembelajaran Pendidikan Agama Islam Di SMP Negeri 1 Bojonegoro”.18

b. Tesis hasil karya Fizin, Mahasiswa Program Pascasarjana Kosentrasi Pendidikan Islam IAIN Sunan Ampel S urabaya. Tahun 2012 dengan

Judul: “Strategi Pembelajaran Afektif Dalam Pendidikan Agama Islam Di SMA Luqman Al Hakim Surabaya”.19

c. Skripsi karya Adawiyati, Sarjana Pendidikan Islam Fakultas Tarbiyah UIN Sunan Kalijaga Yogyakarta, Tahun 2009, mengangkat masalah

17

Imam Ma’ruf, Strategi Pembelajaran Bahasa Arab Ak tif (Semarang:Needs Press, 2009), 99-100.

18Chanif, “

Interaksi Edu katif Gu ru Dengan Peserta Didik Dan Imp le mentasi Pada Proses Pembelajaran Pendidikan Agama Islam” (Tesis--IAIN Sunan Ampel, Surabaya 2012)

19Fizin,” Strategi Pembelajaran Afektif Dalam Pendidikan Agama Islam”

(Tesis--IAIN Sunan Ampel, Surabaya 2012)


(26)

14

Pembelajaran Ranah Afektif Pendidikan Agama Islam di SMP Negeri 9

Yogyakarta”. 20

Berdasarkan penelitian di atas, dapat dikatakan bahwa penelitian yang dilakukan oleh Chanif bertempat di SMP dan lebih berfokus pada interaksi edukatif guru dengan peserta didik. Sementa ra itu, Penelitian yang dilakukan oleh Fizin bertempat di SMA dan lebih terfokus pada strategi pembelajaran afektif. Sedangkan penelitian yang dilakukan oleh Adawiyati bertempat di SMP dan terfokus pada pembelajaran ranah afektif.

Dengan demikian, dapat dikatakan penelitian di atas memiliki titik

fokus berbeda dengan penelitian yang berjudul “ Problemtika Pembelajaran Pendidikan Agama Islam Interaktif (Studi di SD Al Falah Surabaya)”.

Setidaknya ada dua perbedaan utama. Pertama, Penelitian ini bertujuan mengungkap apa problem dalam proses pembelajaran pendidikan agama Islam interaktif di SD Al Falah Surabaya. Kedua, Penelitian ini berusaha mengungkap bagaimana solusi mengatasi problematika pembelajaran pendidikan agama Islam interaktif di SD Al Falah Surabaya.

H. Metode Penelitian

Metode penelitian merupakan elemen penting untuk menjaga reliabilitas dan validitas hasil penelitian. Metode penelitian adalah cara apa

20 Adawiyati, “

Pe mbe laja ran Ranah Afektif Pendidikan Agama Islam”, (Skripsi--UIN Sunan Kalijaga, Yogyakarta 2009)


(27)

15

dan bagaimana data diperlukan dapat dikumpulkan, sehingga hasil akhir penelitian mampu menyajikan informasi yang valid dan reliable.21

1. Jenis dan Pendekatan Penelitian

Penelitian ini merupakan penelitian lapangan (field research) yang termasuk dalam penelitian kualitatif.22 Penelitian kualitatif adalah prosedur penelitian yang menghasilkan data deskriptif berupa kata-kata yang tertulis atau lisan dari orang-orang dan perilaku yang diamati. Dan berdasarkan atas filsafat fenomenologi, didalam ilmu sosial dan ilmu komunikasi, sesungguhnya yang di cari dalam penelitian kualitatif adalah apa yang ada di balik tindakan, bukan fenomena luar tetapi fenomena dalam dan lebih menekankan pada makna dan proses dari pada hasil suatu aktifitas. Sudut pandang peneliti dalam penelitian ini adalah sebagai seorang pengamat yang berusaha memahami permasalahan yang terjadi.23

Pendekatan yang dilakukan pada penelitian ini adalah pendekatan deskriptif eksploratif, dimana peneliti dapat menggambarkan atau menguraikan data-data yang diperoleh dengan apa adanya berdasarkan atas kualitas data yang diperoleh, yaitu Problematika Pembelajaran Pendidikan Agama Islam interaktif.

21

Burhan Bungin, Metode Penelitian Kualitatif, Ak tualisasi Metodologis Kearah Ragam Kontemporer (Jakarta: Raja Grafindo Persada, 2001), 42

22

Kartini Kartono, Pengantar metodologi Riset Sosial. (Bandung: Mandar Maju,1996), 47

23


(28)

16

2. Subyek, Obyek dan Lokasi Penelitian

Subyek penelitian ini adalah informan dari Kepala Sekolah dan Guru Pendidikan Agama Islam (PAI).

Objek dari penelitian ini adalah Pembelajaran Pendidikan Agama Islam Interaktif.

Lokasi dari penelitian ini terletak di SD Al Falah, tepatnya di Jl. Taman Mayangkara 2-4, Surabaya.

3. Sumber Data

Jenis data yang akan dikumpulkan dalam penelitian ini terdiri dari data primer dan data sekunder. Data primer adalah tempat atau gudang yang menyimpan data orisinil dan merupakan sumber-sumber dasar yang merupakan bukti atau saksi mata.24 Data primer berupa keterangan-keterangan yang langsung dicatat oleh penulis bersumber dari Kepala Sekolah dan guru yang mengetahui secara jelas dan rinci tentang permasalahan yang diteliti.. Sedangkan data sekunder adalah catatan tentang adanya sesuatu yang jaraknya telah jauh dari sumber orisinil.25 Data ini bersumber dari data-data (non- lisan) berupa catatan-catatan rekaman, dan foto- foto yang dapat digunakan sebagai data pelengkap data primer seperti buku program kerja, dan foto-foto kegiatan SD Al Falah Surabaya dalam melaksanakan program kegiatannya.

Dalam penelitian penelitian lapangan (field research), data di kumpulkan terutama oleh peneliti sendiri dengan memasuki lapangan.

24

Moh.Nasir, Metode Penelitian (Jakarta: Gholia Indonesia, 1988), 9-10.

25


(29)

17

Dalam hal ini, sumber datanya adalah orang-orang yang dijadikan sebagai informan dalam penelitian. Untuk menentukan informan pada penelitian ini, peneliti menggunakan teknik menggunakan sistem

purposif sampling,26dan Snowball sampling.27 dengan menetapkan key informan. Teknik ini akan dapat menganalis populasi yang tersembunyi, lebih ekonomis, efektif, efisien dan dapat memberikan hasil yang rinci dan mendalam.28

Yang dijadikan informan dalam penelitian ini akan diambil dari individu- individu yang terlibat langsung dalam pengelolaan pembelajaran pendidikan agama Islam, akan tetapi dalam proses pelaksanaan di lapangan tidak mungkin secara keseluruhan satu persatu akan di mintai keterangan atau informasi tentang data yang diperlukan. Oleh sebab itu sistem snowball Sampling sangat diperlukan untuk diterapkan, sehingga peneliti akan mendapatkan petunjuk awal tentang data yang akan diperoleh dari siapa, ada di mana, dan tentang apa yang kemudian dikumpulkan untuk dianalisa.

Setelah peneliti melaksanakan wawancara dengan Kepala Sekolah SD Al Falah Surabaya sebagai informan utama, beliau memberikan petunjuk untuk pelaksanaan wawancara berikutnya kepada orang-orang yang bisa memberikan informasi tentang problematika

26

Purposif Sa mp ling adalah sistem pengambilan sumber data dengan pengumpulan sampling yang didasarkan atas tujuan penelitian.

27

Snowball Sa mp ling adalah sistem pengambilan sumber data dengan menetapkan key informan terlebih dahulu, ke mud ian akan me mberikan petunjuknya kepada informan lainya, sistem ini juga dikenal dengan istilah sampel jaringan (network sampling) atau sampel bola salju.

28

Bogdan, Qualitatif Research for Educations: An Introduction to Theory and Methods, (Boston: Allyn And Bacon, INC, 1982), 244.


(30)

18

pembelajaran pendidikan agama Islam Interaktif. Mereka adalah guru-guru pendidikan agama Islam, sehingga pada kesempatan lain peneliti secara tidak langsung dapat mengecek kebenaran data yang bersumber dari informan utama kepada informan yang lain.

4. Tahap-Tahap Penelitian

Tahapan penelitian yang digunakan oleh peneliti yaitu ada 4 tahapan, yang mana dalam hal ini peneliti mengambil pendapatnya Kirk and Miller yang berada dalam bukunya Lexy. J. Moleong yang berjudul

“Metodologi Penelitian Kualitatif” dalam rangka penyelesaian penelitian

sebagai berikut:

a. Tahap Invention (Tahap Persiapan)

Dalam tahap ini peneliti melakukan eksplorasi tahapan lokasi penelitian dan disinilah peneliti dapat menemukan permasalahan yang dijadikan pokok penelitian.

Tahap invention ini disebut juga tahap pra lapangan, yang mana

meliputi menyusun rancangan-racangan penelitian, memilih

lapangan penelitian, mengurus perizinan, memilih dan

memanfaatkan informasi, menjajaki dan menilai keadaan penelitian. b. Discovery (Tahap Penemuan)

Tahapan ini adalah dimana penelitian melakukan kegiatan yang berkaitan dengan pengumpulan data di lapangan atau disebut juga tahapan kerja lapangan. Sedangkan yang peneliti lakukan pada tahapan ini ialah peneliti langsung terjun dan kerja ke lapangan yang


(31)

19

tujuannya untuk mecari data-data yang diperlukan dalam penelitian ini, sehingga pada akhirnya peneliti menemukan data yang diperoleh dari sumber-sumber data.

c. Interpretasi (Tahap Penafsiran)

Dalam tahap ini peneliti berusaha menginterprestasikan data lapangan dengan cara membandingkan diri pada data yang di peroleh dan di analisis dengan teori yang sudah ada.

d. Explanation (Tahap Penulisan laporan)

Tahapan ini adalah tahapan dimana peneliti menulis laporan hasil penelitian.

5. Teknik Pengumpulan Data

Adapun pengumpulan data pada penelitian ini, peneliti menggunakan teknik sebagai berikut:

a. Interview (Wawancara)

Interview merupakan teknik pengumpulan data yang dilakukan dengan cara face to face, interview adalah sebuah dialog yang di lakukan oleh pewawancara untuk memperoleh informasi dan terwawancara.

Wawancara ini dilakukan dengan Kepala Sekolah SD Al Falah Surabaya dan guru yang mengetahui secara je las dan rinci tentang permasalahan yang diteliti yakni guru pendidikan agama Islam (PAI).


(32)

20

b. Observasi (Pengamatan)

Semua data yang diperoleh melalui pengamatan dicatat pada buku catatan yang tersedia, selain itu juga digunakan alat komunikasi (kamera) untuk mengabadikan prilaku-prilaku atau peristiwa penting yang terjadi selama pengamatan berlangsung. Selain itu, dengan pengamatan akan diperoleh informasi yang mendukung atau menolak informasi yang ditemukan sewaktu wawancara.

Dalam hal ini peneliti mengamati secara langsung proses pembelajaran pendidikan agama Islam interaktif di SD Al Falah Surabaya, sehingga menemukan problem dalam proses pembelajaran pendidikan agama Islam interaktif di SD Al Falah Surabaya.

c. Dokumentasi

Dokumentasi adalah teknik mencari data mengenai hal- hal yang berupa catatan, transkip, buku, surat kabar, majalah, agenda dan lain sebagainya.29

6. Teknik Analisis Data

Selama di lapangan, data di analisis melalui tiga alur kegiatan yang terjadi secara bersamaan, yaitu :

a. Reduksi data; menajamkan, memilih data-data pokok dan

mengorganisasikan data sedemikian rupa sehingga terfokuskan pada

29

Arikunto Suharsimi, Prosedur Penelitian Suatu Pendek atan Prak tek (Jakarta: Rine ka Cipta, 1988), 114


(33)

21

tema utama dalam permasalahan hingga kesimpulan-kesimpulan finalnya dapat ditarik dan diverifikasi.

b. Penyajian data; pengorganisasian sekumpulan informasi atau data tersusun yang memberi kemungkinan adanya penarikan kesimpulan dan pengambilan tindakan.

c. Verifikasi data; menarik simpulan final dari informasi atau data-data yang telah disajikan secara bertahap. Dari permulaan pengumpulan data yang diperoleh dan terus berlangsung hingga akhir penelitian.

Ketiga kegiatan tersebut bersifat interaktif sebagai sesuatau yang jalin menjalin dalam proses siklus pada saat sebelum, selama dan sesudah pengumpulan data dalam bentuk sejajar untuk membangun analisis, sebagaimana pola yang diajukan Miles dan Huberman seperti dikutip Ulber Silalahi.30

7. Teknik Pemeriksaan Keabsahan Data

Teknik keabsahan data merupakan konsep terpenting yang diperbarui dari konsep ke-sahihan dan keandalan, dan konsep ini disesuaikan dengan tuntutan pengetahuan, kriteria, dan paradigmanya sendiri. Dengan demikian teknik keabsahan data yang digunakan peneliti untuk mengukur validitas hasil penelitian adalah Uji Kredibilitas (Validityas Interbal),31 yang meliputi:

a. Pemeriksaan melalui diskusi dengan teman sejawat

30

Ulber Silalahi, Metode Penelitian Sosial , (Bandung: PT Refika Aditama, 2010), 339-341

31

Sugiyono. Metode Penelitian Kuantitatif Kualitatif dan R&D, cet 11. (Bandung: Alfabeta, 2010) 270-275


(34)

22

Melakukan pemeriksaan melalui diskusi dengan guru-guru di SD Al Falah Surabaya khususnya guru pendidikan agama Islam (PAI). b. Perpanjangan Pengamatan

Perpanjangan pengamatan ini dilakukan peneliti dengan kembali ke lapangan, melakukan pengamatan, wawancara lagi dengan sumber data yang pernah ditemui maupun yang baru, agar hubungan peneliti dengan nara sumber semakin akrab, semakin terbuka dan saling mempercayai sehingga tidak ada informasi yang disembunyikan lagi. c. Bahan Referensi

Referensi di sini adalah sebagai pendukung untuk membuktikan keabsahan data yang telah ditemukan oleh peneliti.

I. Sistematika Pembahasan

Dalam pembahasan tesis ini, penulis menyusun dalam lima bab, satu bab pendahuluan, tiga bab pembahasan dan satu bab penutup.

Bab pertama: pendahuluan yang berfungsi mengantarkan secara metodologis penelitian tesis ini yang berisi latar belakang masalah, rumusan masalah, tujuan penelitian, kegunaan penelitian, kerangka teoretik, penelitian terdahulu, metode penelitian, dan sistematika pembahasan.

Bab kedua: berfungsi sebagai deskripsi tentang problematika pembelajaran pendidikan agama Islam interaktif sebagaimana berikut; Problematika Pembelajaran, Pengertian Dasar Pendidikan Agama Islam, dan Pengertian Dasar Pembelajaran Interaktif,


(35)

23

Bab ketiga : Berfungsi memberikan gambaran tentang letak geografis dan monografis serta menganalisa kritis terhadap problematika pembelajaran pendidikan agama Islam interaktif di SD Al Falah.

Bab keempat: berfungsi sebagai pembahasan hasil penelitian terhadap problematika pembelajaran pendidikan agama Islam interaktif di SD Al Falah Surabaya.

Bab kelima: penutup yang digunakan sebagai wadah untuk memberikan kesimpulan dan saran.


(36)

24

BAB II

KAJIAN TEORITIS

A. Problematika Pembelajaran

a. Pengertian Problematika Pembelajaran

Istilah problema/problematika berasal dari bahasa Inggris yaitu "problematic" yang artinya persoalan atau masalah. Sedangkan dalam kamus bahasa Indonesia, problema berarti hal yang belum dapat dipecahkan; yang menimbulkan permasalahan.1 Adapun masalah itu

sendiri “adalah suatu kendala atau persoalan yang harus dipecahkan dengan kata lain masalah merupakan kesenjangan antara kenyataan dengan suatu yang diharapkan dengan baik, agar tercapai hasil yang

maksimal”.2

Syukir mengemukakan problematika adalah suatu kesenjangan yang mana antara harapan dan kenyataan yang diharapkan dapat menyelesaikan atau dapat diperlukan.3

Menurut penulis problematika adalah berbagai persoalan-persoalan sulit yang dihadapi dalam proses pemberdayaan, baik yang datang dari faktor intern atau ekstern.

Secara sederhana istilah pembelajaran sebagai upaya untuk membelajarkan seseorang atau kelompok orang melalui berbagai upaya

1

Debdikbud, Kamus Besar Bahasa Indonesia, (Jakarta : Bulan Bintang, 2002), 276

2

Muh Rosihuddin, “Pengertian Proble matika Pe mbe la jaran”, da la m http: //banjire mbun. blogspot.com /2012/11/pengertian-problematika - pembelajaran. html (28 April 2015)

3


(37)

25

(efforts) dan berbagai strategi, metode dan pendekatan kearah pencapaian tujuan yang telah direncanakan. Pembelajaran dapat juga dikatan sebagai kegiatan guru secara terprogram dalam desain intruksional untuk membuat peserta didik belajar secara aktif yang menekankan pada penyediaan sumber belajar. Dengan kata lain bahwa pembelajaran merupakan upaya membelajarkan peserta didik untuk belajar. Kegiatan ini mengakibatkan peserta didik mempelajari sesuatu dengan cara yang lebih efektif dan efesien.4

Kata pembelajaran dalam Kamus Bahasa Indonesia berasal dari kata ajar artinya petunjuk yang diberikan kepada orang supaya diketahui (diturut),5dan mendapat imbuhan pe-an sehingga artinya menjadi cara atau proses menjadikan orang belajar.6 Adapun dalam bahasa Arab

disebut dengan ta’lim yang berarti mengajar,7

dan dalam bahasa Inggris disebut dengan to teach atau to instruct artinya to direct to do something, to teach to do something, yakni memberi pengarahan agar melakukan sesuatu,8 dan mengajar akan melakukan sesuatu.

Menurut istilah, pembelajaran diartikan oleh beberapa pakar sebagai berikut; Ahmad Rohani dan Abu Ahmadi mengartikan pembelajaran sebagai suatu aktivitas (proses belajar mengajar) yang sistematis dan sistemik yang terdiri dari berbagai komponen, antara satu

4

Muhaimin, Strategi Belajar Mengajar, (Surabaya:Citra Media. 1996), 19

5

Dikbud, Kamus Umum, 15.

6

Ibid, 15-16

7

Has Wahr, A Dictionary of Modern Writtern Arabic, ( Wiesboden: Otto Harrassowitz, 1971 ), 743.

8

As Hornby, Oxford Advanced Learner’s Dictionary of Current English, (Oxford : Oxford University Press, 1989), 650


(38)

26

komponen pengajaran dengan lainnya saling tergantung dan sifatnya tidak parsial, komplementer dan berkesinambungan.9 Menurut Dimyati dan Mudjiono pembelajaran adalah kegiatan guru secara terprogram dalam desain instruksiona, untuk membuat siswa belajar secara aktif, yang menekanka pada penyediaan sumber belajar.10 Menurut Corey pembelajaran adalah suatu proses dimana lingkungan seseorang secara disengaja dikelola untuk memungkinkan ia turut serta dalam tingkah laku tertentu. Pembelajaran merupakan subjek khusus dari pendidikan.11 Dalam Undang-Undang No. 20 Tahun 2003 Tentang Sistem Pendidikan Nasional pasal 1 ayat 20 dinyatakan bahwa Pembelajaran adalah Proses interaksi peserta didik dengan pendidik dan sumber belajar pada suatu lingkungan belajar.12 Oemar Hamalik mengartikan pembelajaran yaitu suatu kombinasi yang tersusun meliputi unsur-unsur manusiawi, material, fasilitas, perlengkapan dan prosedur yang saling mempengaruhi dalam mencapai tujuan belajar.13

Dari beberapa pendapat pakar di atas, dapat ditarik kesimpulan bahwa Pembelajaran adalah usaha sadar dari guru untuk membuat siswa belajar, yaitu terjadinya perubahan tingkah laku pada diri siswa yang belajar, dimana perubahan itu didapatkannya karena kemampuan baru yang berlaku dalam waktu yang relatif lama dan karena adanya usaha.

9

Muhibbin Syah, Psik ologi Pendidikan dengan Pendekatan Baru, (Bandung: Rosdakarya, 1997), 34-36

10

Dimyati dan Mudjiono, Belajar dan Pembelajaran, (Jakarta: Rineka Cipta, 2010), 297

11

Abdul Majid, Strategi Pembelajaran. (Bandung: Rosdakarya, 2014), 4

12

Ibid, 4

13


(39)

27

Dari pengertian tentang “Problematika dan Pembelajaran” yang

telah disebutkan diatas, sebagaimana yang diungkapkan oleh Dimyati dan Sudjiono bahwa Problematika Pembelajaran adalah kesukaran atau hambatan yang menghalangi terjadinya belajar.14 Maka dapat ditarik kesimpulan bahwa Pengertian Problematika Pembelajaran adalah kendala atau persoalan dalam proses belajar mengajar yang harus dipecahkan agar tercapai tujuan yang maksimal.

Tantangan baru yang dihadapi pendidikan dasar dan menengah dengan diterbitkannya Peraturan Mendiknas No. 24 Tahun 2006 tentang pelaksanaan Standar Standar Isi dan Kompetensi Lulusan adalah pemberian peluang bagi sekolah untuk mengembangkan sendiri dalam menyusun kurikulumnya sesuai dengan Misi, Visi, Tujuan sekolah, serta keleluasaan dalam menyusun Silabus menjadi Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan (KTSP). Problema yang timbul di lapangan adalah perlunya membekali guru agar dapat menciptakan pembelajaran sesuai dengan pendekatan pembelajaran kontektual (contextual teaching and learning), pendekatan belajar aktif (active learning) dan di Sekolah Dasar dan Menengah dengan pendekatan pembelajaran Aktif, Kreatif, Efektif dan Menyenangkan (PAKEM).15

14

Dimyati dan Mudjiono, Belajar dan Pembelajaran, (Jakarta: Rineka Cipta, 2010), 296

15

Ekowati, “Pakem”, dalam https://ekowati52.wordpress.com/2008/08/11/pake m/ (27 mei 2015), 1


(40)

28

b. Faktor-faktor yang Mempengaruhi Proses Pembelajaran

Masalah interaksi belajar mengajar merupakan masalah yang kompleks karena melibatkan berbagai faktor yang saling terkait satu sama lain. Dari sekian banyak faktor yang mempengaruhi proses dan hasil interaksi belajar mengajar terdapat dua faktor yang sangat menentukan yaitu faktor guru sebagai subjek pembelajaran dan faktor peserta didik sebagai objek pembelajaran. Tanpa adanya faktor guru dan peserta didik dengan berbagai potensi kognitif, afektif, dan psikomotorik yang dimiliki tidak mungkin proses interaksi belajar mengajar dikelas atau ditempat lain dapat berlangsung dengan baik, Namun pengaruh berbagai faktor lain tidak boleh diabaikan, misalnya faktor media dan instrument pembelajaran, fasilitas belajar, infrastruktur sekolah, fasilitas laboratorium, manajemen sekolah, sistem pembelajaran dan evaluasi, kurikulum, metode, dan strategi pembelajaran. Kesemua faktor- faktor tersebut dengan pendekatan berkontribusi berarti dalam meningkatkan kualitas dan hasil interaksi belajar mengajar di kelas dan tempat belajar lainnya.

Berikut akan dijelaskan pengaruh masing- masing faktor sebagai berikut:

Pertama, Media dan instrumen pembelajaran memiliki pengaruh dalam membantu guru mendemonstrasikan bahan atau materi pelajaran kepada siswa sehingga menciptakan proses belajar- mengajar yang efektif dengan kata lain media dipergunakan dengan tujuan membantu guru agar


(41)

29

proses belajar siswa lebih efektif dan efisien. Fasilitas belajar yang tersedia dalam jumlah memadai di suatu sekolah memiliki pengaruh terhadap keberlangsungan proses belajar- mengajar. Tanpa ada fasilitas belajar yang tersedia dalam jumlah yang memadai di sekolah, proses interaksi belajar- mengajar kurang dapat berjalan secara maksimal dan optimal.

Kedua, Metode pengajaran memiliki peranan yang penting dalam memperlancar kegiatan belajar mengajar proses belajar mengajar yang baik hendaknya mempergunakan berbagai jenis metode mengajar yang

bervariasi. Dalam hal ini tugas guru adalah memilih berbagai metode yang tepat untuk menciptakan proses belajar mengajar yang efektif yang disesuaikan dengan tujuan pembelajaran.

Ketiga, Evaluasi atau penilaian berfungsi untuk mengetahui tercapai tidaknya tujuan pengajaran danuntuk mengetahui keefektifan proses belajar mengajar yang telah dilakukan guru. Tanpa adanya evaluasi guru tidak akan mengetahui hasil belajar yang dicapai oleh siswa dan tidak bisa menilai tindakan mengajarnya serta tidak ada tindakan untuk memperbaikinya.16

c. Faktor Terjadinya Problematika Pembelajaran

Dimyati dan Sudjiono mengemukakan bahwa problematika pembelajaran berasal dari dua faktor yaitu faktor intern dan ekstern.

16

Nandang Sarip Hidayat, “Problematika Pembelajaran Bahasa Arab”, Akademika, Vol. 37, No. 1 (Januari-Juni 2012), 83.


(42)

30

1. Faktor Intern

Dalam belajar siswa mengalami beragam masalah, jika mereka dapat menyelesaikannya maka mereka tidak akan mengalami masalah atau kesulitan dalam belajar. Terdapat berbagi faktor intern dalam diri siswa, yaitu:

a) Sikap Terhadap Belajar

Sikap merupakan kemampuan memberikan penilaian tentang sesuatu, yang membawa diri sesuai dengan penilaian. Adanya penilaian tentang sesuatu, mengakibatkan terjadinya sikap menerima, menolak, atau mengabaikan.

b) Motivasi belajar

Motivasi belajar merupakan kekuatan mental yang mendorong terjadinya proses belajar.

c) Konsentrasi belajar

Konsentrasi belajar merupakan kemampuan memusatkan perhatian pada pelajaran.

d) Kemampuan mengolah bahan belajar

Merupakan kemampuan siswa untuk menerima isi dan cara pemerolehan ajaran sehingga menjadi bermakna bagi siswa. Dari segi guru, pada tempatnya menggunakan pendekatan-pendekatan keterampilan proses, inkuiri, ataupun laboratori.


(43)

31

e) Kemampuan menyimpan perolehan hasil belajar

Menyimpan perolehan hasil belajar merupakan kemampuan menyimpan isi pesan dan cara perolehan pesan. Kemampuan menyimpan tersebut dapat berlangsung dalam waktu pendek yang berarti hasil belajar cepat dilupakan, dan dapat berlangsung lama yang berarti hasil belajar tetap dimiliki siswa.

f) Menggali hasil belajar yang tersimpan

Menggali hasil belajar yang tersimpan merupakan proses mengaktifkan pesan yang telah diterima. Siswa akan memperkuat pesan baru dengan cara mempelajari kembali, atau mengaitkannya dengan bahan lama.

g) Kemampuan berprestasi

Siswa menunjukkan bahwa ia telah mampu memecahkan tugas-tugas belajar atau mentransfer hasil belajar. Dari pengalaman sehari- hari di Sekolah bahwa ada sebagian siswa yang tidak mampu berprestasi dengan baik.

h) Rasa percaya diri siswa

Dalam proses belajar diketahui bahwa unjuk prestasi merupakan

tahap pembuktian “perwujudan diri” yang diakui oleh guru dan


(44)

32

i) Intelegensi dan keberhasilan belajar

Dengan perolehan hasil belajar yang rendah, yang disebabkan oleh intelegensi yang rendah atau kurangnya kesumgguhan belajar, berarti terbentunya tenaga kerja yang bermutu rendah.

j) Kebiasaan belajar

Dalam kegiatan sehari-hari ditemukan adnya kebiasaan yang kurang baik. Kebiasaan belajar tersebut antara lain: belajar diakhir semester, belajar tidak teratur, menyia-nyiakan kesempatan belajar, bersekolah hanya untuk bergengsi, datang terlambang bergaya pemimpin dam lain sebagainya.

k) Cita-cita siswa

Dalam rangka tugas perkembangan, pada umumnya setiap anak memiliki cita-cita. Cita-cita merupakan motivasi intrinsik, tetapi gambaran yang jelas tentang tokoh teladan bagi siswa belum ada. Akibatnya siswa hanya berperilaku ikut-ikutan.

2. Faktor Ekstern

Proses belajar didorong oleh motivasi intrinsik siswa. Disamping itu proses belajar juga dapat terjadi, atau menjadi bertambah kuat, bila didorong oleh lingkungan siswa. Dengan kata lain aktivitas belajar dapat meningkat bila program pembelajaran disusun dengan baik. Program pembelajaran sebagai rekayasa pendidikan guru di sekolah merupakan faktor eksternal belajar. Ditinjau dari segi siswa, maka ditemukan beberapa faktor eksternal


(45)

33

yang berpengaruh pada aktivitas belajar. Faktor- faktor eksternal tersebut adalah sebagai berikut:

a) Guru sebagai pembina siswa dalam belajar

Sebagai pendidik, guru memusatkan perhatian pada kepribadian siswa, hususnya berkenaan dengan kebangkitan belajar. Kebangkitan belajar tersebut merupakan wujud emansipasi diri siswa. Sebagai guru, ia bertugas mengelola kegiatan belajar siswa di Sekolah. Guru juga menumbuhkan diri secara profesional dengan mempelajari profesi guru sepanjang hayat.

b) Sarana dan prasarana pembelajaran

Lengkapnya sarana dan prasarana pembelajaran merupakan kondisi pembelajaran yang baik. Lengkapnya sarana dan prasarana pembelajaran merupakan kondisi pembelajaran yang baik. Hal itu tidak berarti bahwa lengkapnya sarana dan prasarana menentukan jaminan terselenggaranya proses belajar yang baik.

c) Kebijakan penilaian

Keputusan hasil belajar merupakan puncak harapan siswa. Secara kejiwaan, siswa terpengaruh atau tercekam tentang hasil belajarnya. Oleh karena itu, Sekolah dan guru diminta berlaku arif dan bijak dalam menyampaikan keputusan hasil belajar siswa.


(46)

34

d) Lingkungan sosial siswa di sekolah

Siswa siswi di Sekolah membentuk suatu lingkungan sosial siswa. Dalam lingkungan sosial tersebut ditemukan adanya kedudukan dan peranan tertentu. Ada yang menjabat sebagai pengurus kelas, ketua kelas, OSIS dan lain sebagainya. Dalam kehidupan tersebut terjadi pergaulan seperti hubungan akrab, kerja sama, bersaing, konflik atau perkelahian.

e) Kurikulum sekolah17

Program pembelajaran di Sekolah mendasarkan diri pada suatu kurikulum. Kurikulum disusun berdasarkan tuntutan kemajuan masyarakat.

d. Komponen Pembelajaran

Komponen pembelajaran adalah kumpulan dari beberapa item yang saling berhubungan satu sama lain yang merupakan hal penting dalam proses belajar mengajar. Adapun komponen yang mempengaruhi berjalannya suatu proses pembelajaran dalam kegiatan belajar mengajar adalah beberapa komponen pembelajaran yang saling berkaitan antara satu dengan yang lainnya yaitu: 1) guru, 2) siswa, 3) materi pembelajaran, 4) metode pembelajaran, 5) media pembelajaran, 6) evaluasi pembelajaran.18

17

Dimyati dan Mudjiono, Belajar dan Pembelajaran, (Jakarta: Rineka Cipta, 2010), 235-254

18


(47)

35

1) Guru

Kata Guru berasal dari bahasa Sansekerta guru” yang juga

berarti guru, tetapi arti harfiahnya adalah “berat” yaitu seorang

pengajar suatu ilmu. Dalam bahasa Indonesia, guru umumnya merujuk pendidik profesional dengan tugas utama mendidik, mengajar, membimbing, mengarahkan, melatih, menilai, dan mengevaluasi peserta didik.

Di dalam masyarakat, dari yang paling terbelakang sampai yang paling maju, guru memegang peranan penting. Guru merupakan satu diantara pembentuk-pembentuk utama calon warga masyarakat. Peranan guru tidak hanya terbatas sebagai pengajar (penyampai ilmu pengetahuan), tetapi juga sebagai pembimbing, pengembang, dan pengelola kegiatan pembelajaran yang dapat memfasilitasi kegiatan belajar siswa dalam mencapai tujuan yang telah ditetapkan.

2) Siswa

Siswa atau Murid adalah seseorang yang mengikuti suatu program pendidikan di sekolah atau lembaga pendidikan lainnya, di bawah bimbingan seorang atau beberapa guru. Dalam konteks keagamaan murid digunakan sebagai sebutan bagi seseorang yang mengikuti bimbingan seorang tokoh bijaksana. Meskipun demikian, siswa jangan selalu dianggap sebagai objek belajar yang tidak tahu apa-apa. Ia memiliki latar belakang, minat, dan kebutuhan serta kemampuan yang berbeda. Bagi siswa, sebagai dampak pengiring


(48)

36

(nurturent effect) berupa terapan pengetahuan dan atau kemampuan di bidang lain sebagai suatu transfer belajar yang akan membantu perkembangan mereka mencapai keutuhan dan kemandirian.

3) Materi Pembelajaran

Materi memang haruslah didesain dengan baik agar bisa sesuai dalam mencapai tujuan pendidikan. Adapun fungsinya adalah :

a) Untuk memperluas dan menambah pengetahuan peserta didik b) Sebagai dasar pengetahuan bagi siswa untuk pembelajaran c) Menjadi bahan yang digunakan dalam pembelajaran 4) Metode Pembelajaran

Metode digunakan oleh guru untuk mengkreasikan lingkungan belajar dan mengkhususkan aktivitas dimana guru dan siswa terlibat selama proses pembelajaran berlangsung. Biasanya metode digunakan melalui salah satu trategi, tetapi juga tidak tertutup kemungkinan beberapa metode berada dalam strategi yang bervariasi melalui strategi yang berbeda tergantung pada tujuan yang akan dicapai dan konten proses yang akan dilakukan dalam kegiatan pembelajaran.

Terdapat beberapa metode pembelajaran yang dapat digunakan, diantaranya : metode ceramah, diskusi, simulasi,

laboratorium, pengalaman lapangan, brainstorming, debat,

simposium dan lain sebagainya.19

19


(49)

37

5) Media pembelajaran

Media pembelajaran merupakan seperangkat alat

bantu/pelengkap yang digunakan oleh guru atau pendidik dalam rangka berkomunikasi dengan siswa atau peserta didik. 20 Media pendidikan dapat digunakan secara massal (misalnya: radio dan televisi), kelompok besar dan kelompok kecil (misalnya: film, slide, video, dan OHP), atau perorangan (misalnya: modul, komputer, tape recorder, dan kaset).21

6) Evaluasi Pembelajaran

Evaluasi pemelajaran adalah tindakan untuk menentukan nilai atas suatu hal (dalam konteks hasil pembelajaran). Untuk fungsinya sendiri adalah :

a) Memberikan laporan hasil belajar kepada orang tua siswa b) Mengetahui keefektifan suatu metode belajar

c) Untuk mengetahui kemampuan peserta didik

B. Pendidikan Agama Islam

a. Pengertian Pendidikan Agama Islam

Istilah “Pendidikan Agama Islam” di Indonesia dipergunakan untuk nama suatu mata pelajaran di lingkungan sekolah-sekolah yang berada di bawah pembinaan Departemen Pendidikan Nasional Pendidikan Agama dalam hal ini agama Islam termasuk dalam struktur

20

Sudarman Danim, Media Komunik asi (Jakarta: PT. Bumi Aksara, 2008), 7.

21


(50)

38

kurikulum. Ia termasuk kedalam kelompok mata pelajaran wajib dalam setiap jalur jenis dan jenjang pendidikan, perpadanan dengan mata pelajaran lain seperti pendidikan kewarganegaraan, bahasa, matematika, sosial dan budaya (Pasal 37 ayat 1). Memang sejak Proklamasi Kemerdekaan Republik Indonesia sampai terwujudnya Undang- undang No 2 tahun 1989 tentang Sistem Pendidikan Nasional dan disempurnakan dengan UU No. 20 Tahun 2003 tentang Sistem Pendidikan Nasional eksistensi pendidikan Islam sudah diakui oleh pemerintah sebagai mata pelajaran wajib di sekolah.

Pengertian pendidikan agma Islam Menurut Zakiyah Darajat dalam bukunya Ilmu Pendidikan Islam dapat disimpulkan sebagai berukut :22

a) Pendidikan agama Islam ialah usaha berupa bimbingan dan usaha terbadap anak didik agar kelak setelah selesai pendidikannya dapat memahami dan mengamalkan ajaran agama Islam serta menjadikannya sebagai pandangan hidup ( way of life ).

b) Pendidikan agama Islam ialah pendidikan yang dilaksanakan berdasarkan ajaran Islam.

c) Pendidikan agama Islam ialah pendidikan dengan melalui ajaran-ajaran Islam, yaitu berupa bimbingan dan asuhan terhadap anak didik agar nantinya setelah selesai dari pendidikan ia dapat memahami, menghayati dan mengamalkan ajaran-ajaran agama

22


(51)

39

Islam yang telah diyakininya secara menyeluruh, serta menjadikan ajaran agama Islam itu sebagai suatu pandangan hidupnya demi keselamatan dan kesejahteraan hidup di dunia maupun di akhirat kelak.

b. Tujuan Pendidikan Agama Islam

Pendidikan agama Islam (PAI) sebagai suatu disiplin ilmu, mempunyai karakteristik dan tujuan yang berbeda dari disiplin ilmu yang lain. Bahkan sangat mungkin berbeda sesuai dengan orientasi dari masing- masing lembaga yang menyelenggarakannya.23

Pusat Kurikulum Depdiknas mengemukakan bahwa pendidikan agama Islamdi Indonesia adalah bertujuan untuk menumbuhkan dan meningkatkan keimanan, peserta didik melalui pemberian dan pemupukan pengetahuan, penghayatan, pengamalan serta pengalaman peserta didik tentang agama Islam sehingga menjadi manusia muslim yang terus berkembang dalam hal keimanan, ketaqwaannya kepada Allah SWT. serta berakhlak mulia dalam kehidupan pribadi, bermasyarakat, berbangsa dan bernegara.

Peserta didik yang telah mencapai tujuan pendidikan agama Islam dapat digambarkan sebagai sosok individu yang memiliki keimanan, komitmen dan sosial pada tingkat yang diharapkan. Menerima tanpa keraguan sedikit pun akan kebeneran ajaran Islam, bersedia untuk berperilaku atau memperlakukan objek keagamaan secara

23

Ahmad Munjin Nasih dan Lilik Nur Kholidah, Metode dan Tek nik Pembelajaran Agama Islam, (Bandung: Refika Aditama, 2009), 7


(52)

40

positif, melakukan perilaku ritual dan sosial keagamaan secara positif, melakukan perilaku ritual dan sosial keagamaan sebagaimana yang digariskan dalam ajaran agama Islam.

Dengan demikian, pendidikan agama Islam di samping bertujuan menginternalisasikan (menanamkan dalam pribadi) nilai- nilai Islami, juga mengembangkan anak didik agar mampu mengamalkan nilai- nilai itu secara dinamis dan flesibel dalam batas- batas konfigurasi idealitas wahyu Tuhan. Dalam arti, pendidikan agama Islam secara

optimal harus mampu mendidik anak didik agar memiliki “ kedewasaan atau kematangan” dalam berpikir, beriman dan bertaqwa kepada Allah SWT.

Sementara itu, menurut Zakiyah Daradjat dalam Metodik Khusus Pengajaran Agama Islam, tujuan pendidikan agama Islam yaitu:

Membina manusia beragama, berarti manusia yang mampu

melaksanakan ajaran-ajaran agama Islam dengan baik dan sempurna, sehingga tercermin pada sikap dan tindakan dalam seluruh kehidupannya, dalam rangka mencapai kebahagiaan dan kejayaan hidup di dunia dan di akhirat.

Menurut Aat Syafaat, Pendidikan Agama Islam mempunyai tujuan untuk menumbuhkan pola kepribadian manusia yang bulat melalui latihan kejiwaan, kecerdasan otak, penalaran, perasaan dan indera. Dalam tujuan pendidikan agama Islam ini juga menumbuhkan manusia dalam


(53)

41

semua aspek, baik aspek spiritual, intelektual, imajinasi, jasmaniah, maupun aspek ilmiah, baik perorangan ataupun kelompok.24

Dari beberapa defenisi di atas, terlihat bahwa tujuan pendidikan agama Islam lebih berorientasi kepada nilai- nilai luhur dari Allah SWT yang harus diinternalisasikan ke dalam diri individu anak didik lewat proses pendidikan.25

c. Materi Pendidikan Agama Islam

Sebagaimana diketahui, bahwa inti ajaran pokok Islam meliputi:

masalah keimanan („aqidah), masalah keislaman (syari’ah) dan masalah

ikhsan (akhlak).26 a) „Aqidah

„Aqidah adalah bersifat i’tiqad batin, mengajarkan keesaan Allah,

Esa sebagai Tuhan yang mencipta, mengatur, dan meniadakan alam ini.

b) Syari’ah

Syari’ah adalah berhubungan dengan amal lahir dalam rangka mentaati peraturan dan hukum Tuhan, guna mengatur hubungan antara manusia dengan Tuhan dan mengatur pergaulan hidup dan kehidupan manusia.

c) Akhlak

24

Aat Syafaat; Sohari Sahran i; Muslih, Peranan Pendidikan Agama Islam, (Jakarta : PT. Ra ja Grafindo Persada, 2008), 33-38

25

Ahmad Munjin Nasih dan Lilik Nur Kholidah, Metode dan Tek nik Pembelajaran Agama Islam, (Bandung: Refika Aditama, 2009), 7

26

Zuhairini, Abdul Ghofir dan Sla met As. Yusuf, Metodik Khusus Pendidikan Agama, (Surabaya: Usaaha Nasional, 1981), 60


(54)

42

Akhlak adalah suatu amalan yang bersifat pelengkap penyempurna bagi kedua amal di atas dan yang mengajarkan tentang tata cara pergaulan hidup manusia.

Dari tiga inti ajaran pokok lahirlah beberapa keilmuan Agama yaitu: Ilmu Tauhid, Ilmu Fiqih dan Ilmu Akhlak. Ketiga ilmu pokok Agama ini kemudian dilengkapi dengan pembahasan dasar hukum Islam yaitu Al- Qur’an dan Al- Hadits serta ditambah lagi dengan Sejarah Islam (Tarikh), hal ini sekaligus menggambarkan bahwa ruang lingkup Pendidikan Agama Islam mencakup perwujudan keserasian, keselarasan, dan keseimbangan hubungan manusia dengan Allah Swt, diri sendiri, sesama manusia, makhluk lainnya maupun lingkungannya (Hablun minallah wa hablun minannas). 27 Adapun penjabarannya secara berurutan sebagaimana berikut ini :

1) Ilmu Tauhid/ Keimanan

Ilmu keimanan ini banyak membicarakan tentang

kalamullah dan banyak berbicara tentang dalil dan bukti kebenaran wujud dan keesaan Allah. Beriman kepada Allah Tuhan Yang Maha Esa, berarti percaya dan yakin wujud- Nya yang esa, yakin akan sifat- sifat ketuhanan- Nya yang maha sempurna; yakin bahwa Dia maha kuasa dan berkuasa mutlak pada alam semesta dan seluruh makhluk ciptaan- Nya.28

27

Abdul Majid, Strategi Pembelajaran. (Bandung: Rosdakarya, 2014), 13

28


(55)

43

2) Ilmu Fiqih

Ilmu fiqih itu ialah ilmu pengetahuan yang membicarakan/ membahas/ memuat hukum- hukum Islam yang bersumber pada Al-

Qur’an, Sunnah dan dalil- dalil Syar’i yang lain. 3) Al- Qur’an

Al-Qur’an itu menempati suatu ilmu tersendiri yang dipelajari secara khusus. Membaca Al- Qur’an adalah suatu ilmu yang mengandung seni, seni baca Al- Qur’an. Al- Qur’an itu ialah wahyu Allah yang dibukukan, yang diturunkan kepada Nabi Muhammad saw, sebagai suatu mukjizat, membacanya dianggap suatu ibadah, sumber utama ajaran Islam.

4) Al- Hadits

Hadits ialah segala sesuatu yang bersumber dari Nabi Muhammad saw, baik merupakan perkataan, perbuatan, ketetapan, ataupun sifat fisik/ kepribadian. 29 Adapun ilmu yang dapat digunakan untuk mempelajari hadits diantaranya ialah dari segi wurudnya, dari segi matan dan maknanya, dari segi riwayat dan dirayahnya, dari segi sejarah dan tokoh- tokohnya dari segi yang dapat dianggap dalil atau tidaknya; dan dari segi istilah- istilah yang digunakan dalam menilainya.

29

Zakiyah Da radjat, Metodik Khusus Pengajaran Agama Islam,( Jaka rta : Bu mi A ksara, 1995).100


(56)

44

5) Akhlaq

Akhlaq ialah suatu istilah tentang bentuk batin yang tertanam dalam jiwa seseorang yang mendorong ia berbuat (bertingkah laku). Demikian pula ilmu akhlak; yang dipelajari orang hanyalah gejalanya. Gejala itu merupakan tingkah laku yang berhulu dari keadaan jiwa ( bentuk batin seseorang).

6) Tarikh Islam/ Sejarah Islam

Tarikh Islam disebut juga ilmu Sejarah Islam yaitu ilmu yang mempelajari tentang sejarah yang berhubungan dengan pertumbuhan dan perkembangan umat Islam.

C. Pembelajaran Interaktif

a. Landasan Teori Pembelajaran Interaktif

Model Pembelajaran interaktif merupakan salah satu model

pembelajaran yang sesuai dengan paradigma konstruktivisme.

Pendekatan teori kontruktivistik pada dasarnya menekankan pentingnya siswa membangun sendiri pengetahuan mereka lewat keterlibatan proses belajar mengajar. Sehingga proses belajar mengajar lebih berpusat pada siswa (student centered) dari pada teacher centerred.30

Ada beberapa model yang dilandasi konstruktivistik yaitu model siklus belajar (Learning Cycle), model pembelajaran generative, model

30

Trianto, Model–Model Inovatif Berorientasi Konstruk tivistik, (Jakarta : Prestasi Pusat, 2007), 22


(57)

45

pembelajaran interaktif, model CLIS (Children Learning in Science), dan model strategi pembelajaran kooperatif.31

Margaretha berpendapat bahwa pembelajaran interaktif menitik beratkan pada pertanyaan siswa sebagai ciri sentralnya dengan cara

menggali pertanyaan-pertanyaan siswa. Sedangkan Suparman

mengemukakan bahwa pembelajaran interaktif merupakan proses pembelajaran yang memungkinkan para pembelajar aktif melibatkan diri dalam keseluruhan proses, baik secara mental maupun secara fisik. Hal ini diperkuat oleh Faire dan Cosgrove yang mengemukakan bahwa pembelajaran interaktif dirancang agar siswa mau bertanya, kemudian menemukan jawaban mereka sendiri.

Berdasarkan beberapa pendapat di atas, maka Abdul Majid menarik kesimpulan bahwa pembelajaran interaktif dirancang untuk menjadikan suasana belajar mengajar berpusat pada siswa agar aktif membangun pengetahuannya melalui penyelidikan terhadap pertanyaan yang mereka ajukan sendiri.

Pembalajaran interaktif dapat dilakukan guru pada semua pokok bahasan, dengan syarat harus memperhatikan 9 (sembilan) hal, yaitu; motivasi, pemusatan perhatian, latar belakang siswa, konteksitas materi pelajaran, perbedaan individual siswa, belajar sambil bermain, belajar

31

Nurul Qo mariyah, “Pengembangan Modul Pembe laja ran Matematika Model Siklus Belajar(learning cycle)5-E, (Skripsi--FMIPA Universitas Negeri Malang, Malang, 2009), 14.


(1)

81

BAB V PENUTUP

A. Kesimpulan

Berdasarkan data hasil penelitian dan pembahasan yang telah dipaparkan di atas, berkaitan dengan problematika pembelajaran pendidikan agama Islam (PAI) interaktif (Studi di Kelas 1 dan 5 Sekolah Dasar Al Falah Surabaya) dapat diambil sebuah kesimpulan sebagai berikut:

1. Proses pembelajaran pendidikan agama Islam interaktif di SD Al Falah Surabaya terjadi melalui beberapa tahapan, mulai dari persiapan sampai pada proses pembelajaran yang terjadi secara interaktif. Pembelajaran tidak hanya dilakukan di dalam kelas. Namun juga dilakukan di luar kelas, bahkan terkadang juga dilakukan di luar Sekolah sesuai sub tema yang akan diajarkan.

Ketika proses pembelajaran PAI interaktif, guru berperan sebagai fasilitator yang bertugas memandu, mendampingi dan memberikan pengarahan kepada para peserta didik agar proses pembelajaran dapat mengarah pada pencapaian tujuan yang diinginkan. Proses pembelajaran interaktif di SD Al falah Surabaya berjalan dengan baik. Kondisi pembelajaran terlihat kondusif, inovatif, aktif dan kreatif. Dilihat dari proses pembelajaran PAI interaktif di atas, terjadi interaksi antara guru dan siswa.


(2)

82

2. Problem dalam proses pembelajaran pendidikan agama Islam (PAI) interaktif di Kelas 1 dan 5 SD Al Falah Surabaya, tidak hanya dipengaruhi oleh Faktor Intern seperti : Sikap dan motivasi belajar sehingga suasana di kelas menjadi lebih rame. Konsentrasi belajar karena kondisi siswa yang sedang sakit dan teman yang ngajak ngobrol. Kemampuan mengolah bahan ajar karena kesulitan dalam menentukan media dan kesulitan dalam menjelaskan pelajaran yang sifatnya aqidah akhlak. Hal ini tentunya juga dipengaruhi oleh Faktor Ekstern seperti: Guru sebagai pembina siswa dalam belajar.

3. Solusi yang dilakukan SD Al Falah Surabaya dalam mengatasi problematika pembelajaran pendidikan agama Islam interaktif yakni mengadakan rapat Kelompok Kerja Guru (KKG) baik itu setingkat sekolah sendiri maupun setingkat kecamatan. Mencari guru yang profesional dengan mengadakan tes seleksi guru-guru baru, kemudian bagi yang lulus seleksi diberi bimbingan agar dapat mengajar dengan baik dan menjadi guru yang profesional. Selain itu, Kepala Sekolah ikut andil dengan mengadakan supervisi setiap satu semester sekali. Pengurus lembaga Al Falah bagian pendidikan, yakni kabid bag SDM yang menangani kurikulum dan pengembangan juga ikut andil dengan mendatangkan narasumber dari luar, 1 semester sekali untuk membimbing guru-guru Al Falah agar dapat menjadi guru yang profesional.


(3)

83

B. Saran

Beberapa saran yang dapat penulis sampaikan, dengan harapan agar dijadikan sebagai bahan pertimbangan dan perbaikan yang berkaitan dengan judul tesis ini.

1. Agar pembelajaran interaktif yang telah diterapkan terus mengalami perubahan-perubahan ke arah yang lebih baik, seorang guru jangan sampai mempunyai rasa malas untuk terus menggalih kemampuannya agar mempunyai seribu cara untuk mengaktifkan peserta didiknya, terutama dalam proses pengembangan keterampilan.

2. Pembelajaran interaktif yang telah dicapai hendaknya terus dimonitor dan dievaluasi untuk kemudian dapat dijadikan starting point bagi langkah-langkah selanjutnya.


(4)

DAFTAR PUSTAKA

Adawiyati, “Pembelajaran Ranah Afektif Pendidikan Agama Islam”, Skripsi- UIN Sunan Kalijaga, Yogyakarta 2009

Azra, Azyumardi. Esei- esei Intelektual Muslim & Pendidikan Islam, Jakarta: Logos, 1999

Bogdan., Qualitatif Research for Educations: An Introduction to Theory and Methods, Boston: Allyn And Bacon, INC, 1982

Bungin, Burhan. Metode Penelitian Kualitatif, Aktualisasi Metodologis Kearah Ragam Kontemporer , Jakarta: Raja Grafindo Persada, 2001

B.Uno, Hamzah, Model Pembelajaran:Menciptakan Proses Belajar Mengajar yang Kreatif dan Efektif. Jakarta: Bumi Aksara, 2011

Cece, Wijaya. Tabrani Rusyan. Kemampuan Guru dalam Proses Belajar Mengajar. Bandung: Rosdakarya, 1992

Chanif, “Interaksi Edukatif Guru Dengan Peserta Didik Dan Implementasi Pada Proses Pembelajaran Pendidikan Agama Islam”, Tesis-IAIN Sunan Ampel, Surabaya 2012

Daradjat, Zakiyah. Metodik Khusus Pengajaran Agama Islam, Jakarta : Bumi Aksara, 1995

______________. Ilmu Pendidikan Islam, Jakarta :Bumi Aksara, 2009 Debdikbud, Kamus Besar Bahasa Indonesia, Jakarta : Bulan Bintang, 2002 Dimyati dan Mudjiono, Belajar dan Pembelajaran, Jakarta: Rineka Cipta, 2010

Fizin,” Strategi Pembelajaran Afektif Dalam Pendidikan Agama Islam”, Tesis-IAIN Sunan Ampel, Surabaya 2012

Hamalik, Oemar. Kurikulum dan Pembelajaran, Jakarta: Bina Aksara, 1995

Hidayat, Nandang Sarip. “Problematika Pembelajaran Bahasa Arab”, Akademika,

Vol. 37, No. 1, Januari-Juni 2012

Hornby, As. Oxford Advanced Learner’s Dictionary of Current English, Oxford: Oxford University Press, 1989


(5)

Jantra Malewa, S.H.I, Wawancara, Surabaya, 14 April 2015

Kartono, Kartini. Pengantar metodologi Riset Sosial. Bandung: Mandar Maju,1996

Ma’ruf, Imam. Strategi Pembelajaran Bahasa Arab Aktif, Semarang:Needs Press, 2009

Majid, Abdul. Belajar dan Pembelajaran . Bandung: Remaja Rosdakarya, 2014 ____________. Strategi Pembelajaran, (Bandung: Remaja Rosdakarya, 2014 Marimba, Ahmad D. Pengantar Filsafat Pendidikan Islam, Bandung: Alma’arif,

1962

Moleong, Lexy J. Metodologi Penelitian Kualitatif, Bandung: Remaja Rosdakarya, 2001

Muhaimin, Strategi Belajar Mengajar, Surabaya:Citra Media. 1996

Nasih, Ahmad Munjin dan Lilik Nur Kholidah, Metode dan Teknik Pembelajaran Agama Islam, Bandung: Refika Aditama, 2009

Nasir, Moh. Metode Penelitian, Jakarta: Gholia Indonesia, 1988

Nasution, Suhri “problematika Pembelajaran PAI:Sebuah Tinjauan Epistemologis”,dalamhttp://bdkjakarta.kemenag.go.id/index.php?a=artik el&id=854, (17 September 2015)

Ni’mah, S.Pd.I, Wawancara, Surabaya, 16 April 2015

Qomariyah, Nurul. Pengembangan Modul Pembelajaran Matematika Model Siklus Belajar(learning cycle)5-E, Skripsi, Malang: Jurusan Pendidikan Matematika FMIPA Universitas Negeri Malang, 2009

Ramayulis, Ilmu Pendidikan Islam, Jakarta : Kalam Mulia, 2006

Ratumanan, T. G. “Pembelajaran Interaktif: Arah Baru Dalam Pengajaran Matematika”. Makalah. Disajikan pada Seminar Nasional Matematika di ITS, 2000

Rosihuddin, Muh. “Pengertian Problematika Pembelajaran”, dalam http: //banjirembun. blogspot.com /2012/11/pengertian-problematika- pembelajaran. html (28 April 2015)


(6)

Rusman, Model-model Pembelajaran, Jakarta: Raja Grafindo Persada, 2012 Sabari, Ahmad. Strategi Belajar Mengajar Micro Teaching. Jakarta: Quantum

Teaching, 2005

Silalahi, Ulber. Metode Penelitian Sosial , Bandung: PT Refika Aditama, 2010 Sugiyono. Metode Penelitian Kuantitatif Kualitatif dan R&D, cet 11. Bandung:

Alfabeta, 2010

Suharsimi, Arikunto. Prosedur Penelitian Suatu Pendekatan Praktek , Jakarta: Rineka Cipta, 1988

Sumber Data hasil observasi mulai dari tanggal 06 -16 April 2015

Syafaat, Aat ; Sohari Sahrani; Muslih, Peranan Pendidikan Agama Islam, Jakarta: PT. Raja Grafindo Persada, 2008

Syah, Muhibbin. Psikologi Pendidikan dengan Pendekatan Baru, Bandung: Rosdakarya, 1997

Syahrial Rizki, Wawancara, Surabaya, 13 April 2015

Syukir, Dasar-dasar Strategi Dakwah Islami, Surabaya : Al-Ikhlas, 1983 Trianto, Model Pembelajaran Terpadu, Jakarta : Bumi Aksara, 2010

______, Model–Model Inovatif Berorientasi Konstruktivistik, Jakarta : Prestasi Pusat, 2007

Wahr, Has. A Dictionary of Modern Writtern Arabic, Wiesboden: Otto Harrassowitz, 1971

Zaenudin H.R.L,dkk. Pusat Sumber Belajar. Jakarta: Dirjen PT.Dep.T dan K, 1997

Zuhairini. Abdul Ghofir dan Slamet As. Yusuf, Metodik Khusus Pendidikan Agama, (Surabaya: Usaaha Nasional, 1981

Zulhannan, Teknik pembelajaran Bahasa Arab Interaktif, Jakarta: PT.Raja Grafindo, 2014