Analisis teks puisi

(1)

ANALISIS TEKS PUISI “NUMA”

KARYA YAMAMURA BOCHOU

(Melalui Pendekatan Struktural - Semiotik)

SKRIPSI

Diajukan Untuk Menempuh Ujian Sarjana Jurusan Sastra Jepang Fakultas Sastra

Universitas Komputer Indonesia

Disusun oleh: NURLAELA SUKMA

63804009

JURUSAN SASTRA JEPANG

FAKULTAS SASTRA

UNIVERSITAS KOMPUTER INDONESIA

2009


(2)

山村募鳥「沼」の詩を

原文

の分析

(

構造の記号論を通して

)

論文

日本文学土号受ける条件の一つ満たすために提出いたします

筆者

NURLAELA SUKMA

6384009


(3)

文学部日本語文学科

2009

DAFTAR RIWAYAT HIDUP

1. Nama : Nurlaela Sukma

2. Tempat dan Tanggal Lahir : Purwakarta, 16 juli 1985 3. Nomor Induk Mahasiswa : 63804009

4. Jurusan : Sastra Jepang

5. Jenis Kelamin : Perempuan 6. Kewarganegaraan : Indonesia

7. Agama : Islam

8. Alamat : Jl. Bates No 40 RT 05 RW 11 Pondok Cabe Ilir Pamulang Tanggerang

9. Berat Badan : 60 Kg

10. Tinggi Badan : 167 cm

11. Status material : Belum Kawin

12. Orang tua :

1. Nama Ayah : Ma’mun Santoso Pekerjaan : Wiraswasta

Alamat : Jl. Bates No 40 RT 05 RW 11 Pondok Cabe Ilir Pamulang Tanggerang


(4)

Pekerjaan : Ibu Rumah Tangga

Alamat : Jl. Bates No 40 RT 05 RW 11 Pondok Cabe Ilir Pamulang Tanggerang RIWAYAT PENDIDIKAN

NO LEMBAGA PENDIDIKAN TAHUN AJARAN

1 SDN I PARUNG BANTENG PURWAKARTA 1992-1998

2 SMPN 1 PAMIJAHAN BOGOR 1998-2001

3 SMU KORNITA IPB BOGOR 2001-2004


(5)

承認

タイトル

山村募鳥「沼」の詩を原文の分析

(

構造の記号論を通して

)

筆者

Nurlaela Sukma

学生番号

63804009

バンドン、

2009

8

15

指導教官

I

Dewi Soetanti, SS, M.Pd


(6)

Soni Mulyawan Setiana, Mpd

NIP 4127.20.04.001

番査委員会

1. Dewi Soetanti, SS, M.Pd

(

)

2. Fenny Febrianty, SS, M.Pd

(

)


(7)

optimislah, walaupun

engkau berada di tengah-tengan badai topan. Karena

sesungguhnya sesudah kesulitan itu ada kemudahan dan hari

esok akan menghapuskan semua mimpi buruk, menggantikan

semua, dan menggantikannya dengan canda dan tawa.

Dr. Aidh al-Qarni)

Cintailah apa yang engkau punya sekarang jangan kau sia-siakan.

Jadiakan apa yang engkau miliki sebagai harta yang tak akan

terganti oleh apapun di dunia ini. Namun jangan engkau lupa

dengan cinta yang abadi adalah cinta kepada tuhan dan cinta kepada

kedua orang tua.


(8)

Karya kecil ini kupersembakan pada

Kedua orang tua , adik-adik ku dan semua orang-orang

sangat berarti dalam hidup ku.


(9)

iii DAFTAR ISI

HALAMAN

LEMBAR PENGESAHAN

LEMBAR PENGUJI

LEMBAR PERNYATAAN

ABSTRAK INDONESIA

ABSTRAK INGGRIS

ABSTRAK JEPANG

KATA PENGANTAR………. i

DAFTAR ISI………. iii

BAB I PENDAHULUAN……….. 1

1.1 Latar Belakang Masalah……… 1

1.2 Rumusan Masalah……….. 4


(10)

iv

1.4 Tujuan penelitian………. 5

1.5 Manfaat penelitian………... 5

1.6 Definisi Operasional………. 5

1.7 Sistematika Penulisaan………. 6

BAB II PUISI……… 8

2.1 Pengertian Puisi……… 8

2.2 Unsur-Unsur Intrinsik Puisi………. 9

2.2.1 Struktur Fiksi Puisi……… 10

2.2.2 Struktur Batin Puisi……… 14

2.3 Struktural-Semiotik……… 17

2.3.1 Pengertian Struktural……… 17

2.3.2 Pengertian Semiotik………. 18

2.4 Teks Dalam Karya Sastra……… 23

BAB III METODE PENELITIAN.………. 25


(11)

v

3.2 Teknik Analisis………….……….. 26

3.3 Penganalisis….….. ..……….. 26

3.4 Objek Penelitian………... 27

3.4.1 Puisi Numa……… 27

3.4.2 Arti Puisi Numa……… 29

BAB IV ANALISIS TEKS PUISI “NUMA” KARYA YAMAMURA BOCHOU……….. 30

4.1 Pembacaan Struktural-Semiotik…...……….. 30

4.1.1 Pembacaan Heuristik……… 30

4.1.2 Pembacaan Unsur-Unsur Puisi………. 31

4.1.2 Pembacaan hermeneutik………... 34

4.2 Analisis Gaya Bahasa Puisi Dan Pemberian makna Puisi...……… 36

4.2.1 Analisis Gaya Bahasa Puisi...……… 38


(12)

vi BAB V SARAN DAN KESIMPULAN………. 55

5.1 Saran………... 55

5.2 kesimpulan……… 56

Daftar Pustaka


(13)

RIWAYAT PENGARANG

Yamamura Bochou adalah salah seorang penyair jepang pada era Taisho (1912-1926). Yamamura Bochou lahir di Todaka prefektur Gunna pada tanggal 10 Januari tahun 17 Meiji (1885). Yamamura Bochou meninggal di Isohama prefektur Ibaraki 8 Desember pada tahun 13 Taisho. Kehidupan Yamamura Bochou dihabiskan dengan menulis puisi dan dalam keadaan hidup miskin, penderitaan dan penyakit.

Yamamura Bochou menyebut dirinya sebagai “penyair yang malang” terlihat pada karyanya yang ditinggalkan dalam jumlah banyak, dan merupakan gambaran tidak dapat menolak realita kehidupan yang menyedihkan dari Yamamura Bochou.

Kemiskinan yang melanda keluarga Bochou, menjadikan Yamamura Bochou memutuskan untuk mencari nafkah, banyak pekerjaan yang ia jalani demi kelangsungan hidupnya, seperti menjadi guru, buruh dipertokoan percetakan dan buruk memperbaika rel kereta bahkan ia pernah menjadi pencuri. Ketika ia berusia 21 tahun, hasil tulisanya berupa tanka yang berjudul “Kanyahoumei” dan pada saat ia berusia 40 tahun Yamamura Bohcou menerbitkan hasil karyanya berupa dokumen yang berjudul “ Kanbendaga”.

Puisi “numa” diterbitkan dalam buku kumpulan puisi Yamamura Bochou yang berjudul Sannin No Otome adalah kumpulan puisi pertama dimana karangan


(14)

Yamamura Bochou yang bersifat simbolis yang diterbitkan pada bulan Mei tahun 2 Taisho (1914) dengan biaya sendiri. Pada bulan 3 tahun 2 Taisho bersama dengan Shugen Sakutarou mendirikan kantor dengan nama Shitsurei Saisei dan Ningyoushiha. Pada bulan Maret dan Desember ia menerbitkan karyanya yang berjudul Takujou Funsui dan kumpulan puisi Seisan Ryouhari yang bertema tentang angin dan juga menceritakan keadaan jaman kindai. Yamamura Bochou pernah pindah ke aliran humanisme dan menerbitkan kumpulan puisi yang berjudul “Kaze Wa Kisiki Ni Sasayaita”. Pada bulan Februari tahun selanjutnya karyanya yang bersifat alam dan berkesan yang merupakan awal dari penampilanya didunia puisi, Bochou terus melanjutkan kegiatannya menciptakan dan mempublikasika karya-karya puisinya yang berjudul Bunsyou Sekai, Soukoku, Hasetabongaku yang dipublikasikan dalam majalah.


(15)

8

BAB II

PUISI

2.1. Pengertian Puisi

Dalam karya sastra terdapat beberapa jenis sastra, salah satunya adalah puisi. Puisi menurut Aminuddin (1995:76) adalah sebagai berikut.

secara etimologi, puisi berasal dari bahasa yunani poeima ‘membuat’ atau

poeisi ‘pembuatan’ dan dalam bahasa inggris disebut peom atau poerty

“membuat atau pembuatan” karena lewat puisi seseorang telah menciptakan dunianya sendiri, yang mungkin berisi pesan atau gambaran suasana tertentu, baik itu fisik atau batiniah. Selain itu, puisi adalah karya sastra yang mengunakan kata-kata sebagai media penyampain untuk menghasilkan ilusi dan imajinasi, tentang keindahan, angan-angan dan harapan.

Sedangkan menurut Rahmat (1995:7) menyatakan definisi puisi sebagai berikut.

Puisi adalah suatu karya yang mengekpresikan pemikiran yang membangkitkan perasaan, merangsang imajinasi, panca indra dalam suasana yang berirama. Semua itu merupakan sesuatu yang direkam, diekpresikan, dinyatakan dengan menarik dan memberikan kesan pada para penikmatnya.

Selain itu Aftarudin (1991:16) menyatakan puisi sebagai “bahasa perasaan, bahasa cinta, benci, birahi, jiwa, pikiran, renungan estetis, pengalaman dan penghayatan intensiras manusia”.


(16)

9

Berdasarkan definisi di atas dapat disimpulkan pengertian dari puisi merupakan rekaman dan interprestasi dari pemikiran, imajinasi, perasaan, dan pengalaman manusia yang penting, yang diubah dalam wujud untai kata-kata indah, penuh makna dan berkesan. Menggunakan kata-kata yang indah dan penuh makna sebagai media penyampai dari penyair tentang hal yang dirasakannya. Selain itu juga, puisi merupakan cerminan dari perasaan manusia dan pengungkapan yang spontan dari perasaan-perasaan manusia. Karena puisi merupakan salah satu karya sastra yang unik dan yang paling tua yang monumental sehingga dapat memberikan pengaruh yang besar bagi para penikmatnya hingga perubahan zaman.

Berdasarkan amanat puisi yang tersirat dari pemilihan kata-kata yang baik, indah, dan penuh makna, dan juga sebagai hasil kreasi manusia. Puisi mampu memaparkan yang ada diluar diri manusia persis apa adanya, yang menjadi representasi dan puisi merupakan sarana yang sesuai untuk menggungkapkan keadaan hati, pikiran dan permasalahan.

2.2. Unsur - Unsur Intrinsik Puisi

Aminuddin (2002:136) mengangap bahwa puisi adalah “sebuah struktur yang terdiri dari unsur-unsur pembangun yang merupakan unsur-unsur terpadu yang tidak dapat dipisahkan dari unsur lainnya dan saling berhubungan satu sama lainya. Struktur pembentuk puisi terbagi dua yakni struktur fisik dan struktur batin”.


(17)

10

2.2.1. Struktur Fisik Puisi

Menurut Aminudin (2002:134) berpendapat bahwa struktur fisik puisi adalah sebagai berikut.

struktur fisik puisi adalah unsur pembentuk puisi yang dapat diamati secara visual. Unsur-unsur tersebut meliputi (1) diksi, (2) pengimajinasian/pencitraan, (3) majas, (4) kata kongkret, (5) ritma, (6) tifografi. Struktur fisik puisi merupakan salah satu yang dapat diamati secara visual karena dalam puisi juga terdapat unsur-unsur yang hanya dapat ditangkap lewat kepekaan batin dan pikiran pembaca. Struktur batin puisi akan sulit dipahami sebelum memahami struktur fisik puisi terlebih dahulu. Maka dari itu struktur fisik dibahas terlebih dahulu.

a. Diksi

Dalam karya sastra khususnya puisi, penyair menulis puisi menggunakan pilihan kata-kata yang cermat dan sistematis, sampai mendapatkan diksi yang tepat. Menurut (Aminuddin, 1995:78) mendefenisikan diksi sebagai berikut.

Diksi adalah pilihan kata-kata yang tepat dan selaras yang memiliki efek keindahan, dalam penggunaannya untuk mengungkapkan gagasan sehingga memperoleh apa yang diharapkan. Dikarenakan penyair sangat cermat dalam memilih kata-kata, sebab kata-kata yang ditulis harus dipertimbangkan maknanya, komposisinya bunyi, ritma dan irama, kedudukan kata itu ditengah kata lainnya, dan kedudukan kata dalam keseluruhan teks puisi.

Di dalam menentukan kata-kata pilihan dalam diksi harus bersifat puitis artinya kata tersebut harus mempunyai efek keindahan, dan berbeda dengan kata-kata dalam kehidupan sehari-hari.


(18)

11

b. Pengimajinasian (penciptaan)

Dalam puisi juga penyair juga menciptakan pengimajinasian. Pengimajinasian merupakan ungkapan pengalaman dari penyair dalam bentuk kata-kata untuk memberikan gambaran yang jelas dan menimbulkan suasana yang khusus dalam puisi. Menurut Effendi (Waluyo, 1987:53-54) definisi Pengimajinasian adalah “susunan kata yang dapat menggungkapkan pengalaman sensorik penyair seperti penglihatan, pendengaran, dan perasaan, kedalam kata-kata. Pengimajinasian ditandai oleh kata-kata yang konkret dan khas”.

Pengimajinasian dalam puisi dapat diartikan sebagai diri penyair, untuk menciptakan atau menimbulkan imaji dari para pembacanya. Sehingga pembaca tergugah untuk menggunakan mata hatinya untuk melihat benda-benda, warna, dan dengan telinga hati mendengarkan bunyi-bunyian, selain itu juga dengan perasaan hati kita menyentuh kesejukan dan keindahan benda dan warna. Sehingga tercipta gambaran yang nyata dari sebuah puisi.

c. Majas

Majas adalah penggunaan bahasa atau kata secara khusus untuk mendapatkan efek tertentu untuk menambah nilai estetik dan kepuistisan. Menurut Aminuddin (2002:144) definisi majas adalah sebagai berikut.

Majas adalah bahasa atau kata yang digunakan penyair untuk menyatakan sesuatu dengan cara yang tidak biasa. Yakni secara tidak langsung menggungkapkan makna. Untuk mengetahui majas pembaca harus


(19)

12

menafsirkan kiasan atau lambang yang dibuat oleh penyair. Tujuan dari penggunaan kiasan atau lambang untuk menciptakan efek lebih beragam, efektif, sugestif dalam bahasa puisi.

Perlambangan atau kiasan juga digunakan oleh penyair untuk memperjelas makna dan membuat nada dan suasana puisi menjadi lebih jelas. Sehingga dapat menggugah pembaca.

d. Kata kongkret

Menurut Effendi (Waluyo, 1987:56) definisi kata kongkret adalah “kata yang digunakan penyair untuk membangkitkan imajinasi para pembaca. Sehingga kata-kata tersebut dapat mengarah kepada arti yang menyeluruh, kata kongkret erat hubungannya dengan penggunaan kiasan atau lambang/simbol”. Selain itu juga, menurut Waloyu (1987:57) Pemberian arti pada kata konkret berdasarkan fungsi dari kata konkret itu sendiri yang bertujuan untuk membangkitkan imajinasi, daya berpikir dari para pembaca dan setiap pembaca dapat mengartikan/menafsirkan berbeda.

Penggunaan kata kongkret yang tepat dengan apa yang dikemukakan oleh penyair dalam sebuah puisi, membuat pembaca membayangkan dengan lebih hidup dengan apa yang dimaksudkan oleh penyair. Dengan kata lain, jika penyair mahir mengkongkretkan kata-kata, maka pembaca seolah-olah melihat, mendengarkan, dan merasakan apa yang dilukiskan oleh penyair. Dengan demikian pembaca terlibat penuh secara batin kedalam puisinya. Selain itu juga, pengkongkretan kata-kata erat hubungannya dengan pengimajinasian, perlambangan atau pengkiasan.


(20)

13

e. Ritma

Menurut Waluyo (1979:84) ritma berasal dari bahasa yunani dari katarheo

yang berarti gerakan-gerakan yang teratur, terus menerus dan tidak putus-putus. Sedanglan Slamet Muljana (Waluyo, 1979:84) menyatakan bahawa “ritma merupakan bunyi rendah-tinggi, panjang-pendek, keras-lemah, yang mengalun dengan teratur dan berulang-ulang, sehingga membentuk keindahan”.

Ritma adalah pengulangan bunyi yang sama dalam puisi. Namun ada juga yang menggunakan kata rima untuk menggantikan istilah persajakan pada sistem lain, karena diharapkan penepatan bunyi dan pengulangannya tidak hanya pada akhir setiap baris. Namun juga untuk keseluruhan teks, dalam ritma pemotongan-pemotongan baris menjadi frase yang berulang-ulang dan merupakan unsur yang memperindah puisi tersebut (Waluyo, 1979 : 42).

Dalam ritma terdapat onomatope (tiruan bunyi), bentuk intern pola bunyi, intonasi, repetisi bunyi, dan persamaan bunyi. Jadi ritma tidak khusus persamaan bunyi atau dalam istilah tradisional disebut sajak. Rima lebih luas lagi karena menyangkut perpaduan bunyi konsonan dan vokal untuk membangun orkestrasi atau musikalitas.

Pengulangan bunyi pada puisi dimaksudkan untuk membentuk musikalitas. Sehingga puisi menjadi merdu saat dibaca, untuk pengulangan bunyi, penyair juga mempertimbangkan kelanjutan bunyi. Dengan cara ini, bunyi-bunyi mendukung perasaan dan suasana puisi.


(21)

14

Pengulangan tidak hanya terbatas pada bunyi, namun mungkin pada kata-kata atau ungkapan. Ritma sangat berhubungan dengan bunyi dan juga berhubungan dengan pengulangan bunyi, kata, frasa, dan kalimat. Ritma puisi berbeda dengan metrum (mantra), metrum berupa pengulangan penekanan kata yang tepat.

f. Tifografi

Tifografi merupakan pembeda antara puisi dengan prosa dan drama, kata-kata yang disusun mewujudkan larik-larik yang panjang dan pendeknya menbuat kesatuan yang terpadu. Menurut Aminuddin (2002:146) berpendapat bahwa “Tifografi berperan untuk menampilkan aspek artistik visual dalam puisi, juga untuk menciptakan nuansa makna dan suasana tertentu. Selain itu juga, untuk menunjukkan adanya loncatan gagasan serta menjelaskan adanya satuan-satuan makna yang hendak disampaikan oleh penyair”.

2.2.2. Struktur Batin Puisi

Struktur batin puisi merupakan kesatuan makna puisi secara keseluruhan yang tidak dapat dipisahkan dengan struktur fiksi. Menurut A Richards (Waluyo, 1987:106) menyebutkan bahwa “makna atau struktur batin dengan istilah hakekat puisi. Ada empat unsur yaitu tema (sense), perasaan (feeling), nada dan suasana (tone), dan amanat (intension). Keempat unsur tersebut menyatu dalam penyampaian bahasa”.


(22)

15

a. Tema

Menurut A Richards (Waluyo, 1987: 106) tema dalam karya sastra adalah sebagai barikut.

Tema adalah Penafsiran-penafsiran puisi akan memberikan tafsiran tema yang sama bagi sebuah puisi, karena tema puisi bersifat lugas, objektif, dan khusus. Tema puisi harus berhubungan dengan penyairnya, dengan konsepnya yang terimajinasikan. Oleh sebab itu, tema bersifat khusus, tetap objektif, lugas, dan berhubungan dengan arti karya sastra.

Tema merupakan ungkapanan yang berasal dari diri penyair, masyarakat, atau keadaan penyair saat menulis puisi, yang merupakan pokok pikiran atau pokok persoalan, sehingga menjadi landasan utama penciptaan puisi.

b. Perasaan

A Richards (Waluyo, 1987:106) menyatakan perasaan adalah “sikap atau ungkapan perasaan penyair terhadap hasil karya sastranya yang mengarah pada pada pokok persoalan yang terdapat didalanya, dalam menciptakan puisi. Perasaan penyair ikut diekpresikan dan harus dapat dihayati oleh pembaca, untuk mengunkapkan tema”.

c. Nada dan Suasana

Dalam menulis puisi, penyair mempunyai sikap tertentu terhadap pembaca. Apabila dia ingin bersikap menggurui, menasehati, mengejek, menyindir kepada siapa saja yang ia kehendaki termasuk pembaca sendiri, maka itu disebut nada puisi. Sedangkan suasana merupakan keadaan jiwa pembaca setelah membaca puisi tersebut atau akibat psikologis yang


(23)

16

ditimbulkan oleh puisi itu. Menurut A Richards (Waluyo, 1987:107) menyatakan nada dan suasana adalah sebagai berikut.

Dengan nada dan suasana memberikan kesan mendalam kepada pembaca. Puisi bukan hanya ungkapan yang bersifat teknis, namun suatu ungkapan yang total karena keseluruhan aspek psikologi penyair turut terlibat dan aspek-aspek psikologis itu dikonsentarasikan untuk memperoleh imajinasi.

d. Amanat

Amanat yang hendak disampaikan oleh penyair dapat ditelaah setelah kita memahami tema, perasaan, nada dan suasana puisi. Amanat merupakan dorongan penyair untuk menciptakan puisinya, amanat tersirat dibalik kata-kata, yang disusun dan juga berada dibalik tema yang di unngkapkan oleh penyair. Menurut Amanat adalah keseluruhan makna yang terdapat pada puisi, makna puisi yang dirasakan atas ide pokok yang disampaikan penyair. Namun amanat dirumuskan sendiri oleh pembaca. Penafsiran puisi akan berbeda dikarenakan sikap dan pengalaman pembaca yang mempenguruhi pemaknaan. Meskipun amanat ditentukan oleh cara pandang pembaca, tetapi, amanat tidak lepas dari tema dan isi puisi yang disampaikan oleh penyair Dari tinjaun terhadap sebuah puisi yang terdiri dari struktur batin dan fisik, ini dapat disimpulkan bahwa kedua unsur ini sangat berkaitan erat.


(24)

17

2.3. Struktural-Semiotik

Menurut Junus (Pradopo, dkk, 2001:97) berpendapat bahwa “teori stukturalisme-semiotik merupakan gabungan dua teori strukrural dan semiotik yang merupakan perkembangan strukturalisme (aliran struktural)”. Sedangkan menurut Hawkes (Pradopo, dkk, 2001:98) berpendapat bahwa struktural-semiotik adalah sebagai berikut.

Karya sastra merupakan sebuah struktur yang bagian-bagianya saling berhubungan erat. Dalam struktur itu unsur-unsur tidak mempunyai makna dengan sendirinya, maknanya ditentukan oleh keterikatan hubungan dengan unsur lainnya dan keseluruhannya, bahwa makna unsur-unsur karya sastra itu hanya dapat dipahami dan dinilai sepenuhnya atas dasar pemahaman dan fungsi unsur keseluruhan karya sastra. Berdasarkan konsep semiotik untuk memahami sastra sepenuhnya sebagai suatu struktur, haruslah diinsafi ciri khas sastra sebagai tanda. Tanda baru bermakna bila diberi makna oleh pembaca berdasarkan konvensi (perjanjian) yang berhubungan dengannya.

Struktural-semiotik merupakan sebuah usaha untuk menganalis teks karya sastra sebagai suatu sistem tanda/simbol sehingga karya sastra (puisi) mempunyai makna.

2.3.1 Pengertian Struktural

Kutha (2006:88) menyatakan bahwa “structural secara etimologi berasal dari bahasa latin yaitustructura yang berarti bentuk atau bangunan”. Sedangkan Nurgiantoro (2005:37) menyatakan “struktural mempunyai istilah lain yaitu strukturalisme yang berarti paham mengenai unsur-unsur struktur itu sendiri dan hubungan unsur yang satu dengan yang lainnya”.


(25)

18

Sedangkan Rahmat (2007:118) berpendapat bahwa struktural dalam karya sastra sebagai berikut.

Karena karya sastra merupakan sebuah struktur. Struktur di sini dalam arti bahwa karya sastra merupakan susunan unsur-unsur yang bersistem, yang antar unsur-unsur terjadi hubungan yang timbal balik, saling menentukan. Jadi, kesatuan unsur-unsur dalam sastra bukan hanya berupa kumpulan hal-hal, melainkan hal-hal itu saling terikat, saling terkait, dan saling bergantung.

Konsep dasar yang menjadi ciri khas dari teori struktural adalah adanya anggapan bahwa di dalam karya sastra itu sendiri merupakan suatu struktur yang otonom yang dapat dipahami sebagai suatu kesatuan yang bulat dengan unsur-unsur pembangunya yang saling berhubungan satu sama lainya.

2.3.2. Pengertian Semiotik

Bahasa sebagai media dalam penyampaian karya sastra khususnya puisi merupakan sistem ketandaan yang mempunyai arti kebahasaan. Sistem ketandaan tersebut disebut semiotik. Dalam mengkaji dan memahami puisi tidak lepas dari analisis semiotik karena puisi merupakan struktur tanda-tanda yang bermakna.

Semotik berasal dari bahasa yunani kuno dari kata semeion yang berarti tanda atau sign dalam bahasa Inggris. menurut Pradopo dkk (2001: 98, 2007:127) mendefinisikan semiotik sebagai berikut:

Semiotik adalah ilmu yang mempelajari tanda-tanda yang mempunyi arti dan makna dengan bahasa yang disesuaikan. Selain itu, semiotik adalah usaha


(26)

19

untuk menganalisis karya sastra sebagia suatu tanda dan menentukan bagian bagian apa yang memmungkinkan karya sastra (puisi) mempunyai makna. Dalam pengertian tanda ada dua prinsip, yaitu penanda (signifier) adalah bentuk formalnya dari yang menandai sesuatu yang disebut petanda. Petanda (signified) adalah sesuatu yang ditandai oleh petanda itu yaitu artinya. Contohnya kata ibu merupakan tanda dan berupa satuan bunyi yang menandai arti “orang yang melahirkan kita”. Selain itu semiotik adalah memahami sebuah puisi yang tidak lepas dari analisis semiotik, karena merupakan struktur tanda-tanda yang bersistem dan bermakna. Menganalisis puisi merupakan usaha untuk mengetahuai makna atau memberikan makna kepada teks puisi. Makna puisi bukanlah semata-mata arti bahasanya (arti denotatif), melainkan arti bahasa dan suasana, perasaan, intensitas arti, arti tambahan (konotasi), pengertian yang ditimbulkan oleh tanda-tanda. Selain itu juga, semiotik berarti “ilmu tanda-tanda (sign) secara sistematik. Semiotik menunjukkan bidang kajian khusus, yaitu sistem yang secara umum dipandang sebagai tanda, seperti puisi, rambu-rambu lalu lintas dan nyanyian burung”.

Berdasarkan hubungan antara penanda dan petanda, ada tiga jenis tanda pokok yaitu:

a) Ikon adalah tanda hubungan antara penanda dan petandanya, yang bersifat bersamaan bentuk alamiah. Contoh potret orang menandai orang yang dipotret.


(27)

20

b) Indeks adalah tanda yang menunjukkan adanya hubungan alamiah antara tanda petanda yang bersifat kasual atau hubungan sebab-akibat. Contoh asap menandai adanya api.

c) Simbol merupakan tanda yang tidak menunjukkan hubungan alamiah penanda dan petandanya. Hubungan antaranya bersifat arbiter atau semau-maunya, hubunganya berdasarkan konvensi (perjanjian) masyarakat. Contoh kata ibu “orang yang melahirkan kita” itu terjadi atas konvensi masyarakat bahasa Indonesia, masyarakat Inggris menyebutnyamother, Jepang okasanatau hahadan masyarakat bahasa PrancisIa mere( Pradopo , 2007:121-122).

Dengan adanya teori struktural-semiotik bertujuan untuk memahami makna (struktur batin puisi) dalam teks puisi yang pada dasarnya saling melengkapi. Namun dengan adanya ini dapat memperluas wawasan pembaca. Selain itu dengan memahami makna puisi akan menumbuhkan pengertian, penghayatan, kepekaan pikiran dan perasaan yang baik terhadap karya sastra.

Dalam metode struktural-semiotik terdapat suatu cara untuk memahami dan memberikan makna puisi dengan melakukan pembacaan heuristik dan hermeneutik, yang bertujuan untuk menganalisis karya sastra secara khusus sebagai suatu sistem tanda-tanda dan memnentukan arti yang memungkinkan karya sastra mempunyai makna (Pradopo, dkk, 2007:123).


(28)

21

A. Pembacaan Heuristik

Pembacaan heuristik adalah puisi dibaca berdasarkan struktur kebahasaannya atau secara semiotik. Untuk memperjelas arti bila mana perlu diberi sisipan kata /sinonim kata-katanya ditaruhkan dengan kalimat baku dan bila perlu disusun terbalik untuk memperjelas arti.

B. Pembacaan Hermeneutik

Setelah pembacaan heuristik, puisi harus dibaca ulang kembali dengan bacaan hermeneutik dan ditafsirkan secara hermeneutik berdasarkan konvensi sastra (puisi), yaitu sistem semiotik tingkat dua dengan memberikan makna diantarnya konvensi ketaklangsungan ucapan (ekpresi) puisi. Menurut Riffaterre (Pradopo, 2007:209) mengemukakan bahwa dalam pembacaan hermenutik, puisi memiliki ketidak langsungan ekpresi disebabkan tiga hal: (1) penggantian arti (displacing of meaning),(2) penyimpangan arti (distorting of meaning), (3) penciptaan arti (creating of meaning).

a) Penggantian arti

Pada umumnya kata-kata kiasan menggantikan sesuatu yang lain, lebih-lebih metafora dan metomini. Dalam penggantian arti ini suatu kata (kiasan) berarti lain (Pradopo, 2007:212.)

b) Penyimpangan arti

Menurut Riffaterre (Pradopo, 2001:76, 2007:213-219) mengemukan bahwa penyimpangan arti diakibatkan oleh tiga hal yaitu (1)


(29)

22

Ambigunitas dalam puisi yaitu kata-kata, frase, kalimat sering mempunyai arti ganda sehingga banyak penafsiaran. (2) Kontradiksi dalam puisi berarti mengandung pertentangan yang disebabkan oleh paradoks dan ironi yaitu salah satu cara yang berlawanan. Ironi ini biasanya untuk menarik perhatian dengan cara membuat pembaca berpikir. (3) Nonsense merupakan bentuk kata-kata secara lingustik tidak mempunyai arti sebab tidak terdapat pada kosakata.

c) Penciptaan arti

Penciptaan arti merupakan konvensi kepuitisan yang berupa bentuk visual yang secara linguistik tidak mempunyai arti, tetapi menimbulkan makna dalam puisi. Jadi, penciptaan arti ini adalah pengorganisasian teks diluar linguistik, diataranya: pembaitan, enjamberment, ritma, tipografi, dan homologues (persamaan posisi) (Pradopo, 2007:220).

Pemberian makna dilakukan kata demi kata, bait demi bait, larik demi larik dengan memadankan kata-kata kiasan yang terdapat dalam puisi dengan kata yang sesuai. Dalam hal ini setelah peneliti mengetahui dan memahami tanda/simbol-simbol yang terdapat pada puisi “Numa” , peneliti dapat menentukan tema dan amanat yang tersirat dalam puisi.


(30)

23

2.4. Teks Dalam Karya Sastra

Teks berasal dari kata textum dalam bahasa latin yang berarti tenunan, jalinan, susunaan yang menimpelstasi suatu aktivitas yang komplek diantara aspek-aspek pembangunan. Istilah teks umumnya digunakan dalam sastra, terutama dalam sastra kontemporer yang telah berkembang menjadi ilmu tekstologi (Partini, 1992:24)

Menurut Sudjiman (1990 : 126)menyatakan bahwa “teks dalam karya sastra adalah naskah yang berupa kata-kata asli dari pengarang yang mengunkapkan perasaan dan pertimbangan dari diri pengarang”. Sedangkan menurut Jakobson (Pradopo, 1992:39) menyatakan bahwa “Suatu teks dikatakan sebuah teks karya sastra bila teks tersebut berfungsi sebagai sastra dan merupakan hasil sastra yang memiliki unsur-unsur sastra didalamnya”.

Dari keterangan di atas dapat dikatakan bahwa unsur-unsur dalam teks karya sastra disyaratkan tidak hanya memiliki hubungan yang menggambarkan kesatuan. Melainkan dituntut adanya tatanan dan jalinan yang erat antara satu unsur dengan unsur lain. Sehingga tercipta teks karya sastra yang selaras. Selain itu juga, prinsip teks karya sastra merupakan sarana pemberian makna pada sebuah hasil dari teks sastra. khususnya puisi, dalam menghasilkan atau menanggapi teks sastra itu penyair atau pengarang mempunyai gagasan, pemikiran, konsep estetik dan pengetahuan tentang sastra yang dimilikinya.


(31)

24

Tatanan dan jalinan antara unsur inilah yang secara kualitat sebagai kohesi dalam hal ini, kohesi merupakan konsep semantik yang mengacu pada alat penghubung formal. Menurut Hallidy dan Rugaiya Hasan (Widodo, 1987:45) “kohesi ini muncul apabila penafsiran unsur tertentu di dalam sebuah teks bergantung pada unsur lain yang sama dalam teks yang sama”. Dalam teks karya sastra, kohesi adalah hubungan keselarasan antara unsur pendukung teks. Selain berkaitan dengan satuan struktur kebahasaannya juga berkaitan dengan aspek makna, untuk mewujudkan hubungan keselarasan dalam teks. Diperlukan alat-alat penghubung seperti kata penunjuk, kata penghubung, dan sejenisnya, alat-alat penghubung ini lazim disebut piranti kohesi.


(32)

55

BAB V

SIMPULAN dan SARAN

5.1. Kesimpulan

Setelah menganalisis keseluruhan teks puisi, maka penulis dapat menarik kesimpulan mengenai puisi “Numa”. Adapun hasil analisis yang telah penulis lakukan adalah sebagai berikut. Dengan judul “Numa” nya itu telah memberikan gambaran perjalanan kehidupan manusia ada banyak hal yang mempengaruhi dan banyak faktor yang menjadi kendala dalam menjalani hidup, baik itu kebahagian atau kesedihan”.

Selain itu, puisi “Numa” adalah puisi yang memaknai alam sebagai sumber inspirasi untuk mewakilkan apa yang dirasakan, dialami, dipikirkan manusia dalam kehidupan yang terus berputar. Dimana ada saatnya manusia menangis, dan bahagia. Akan tetapi semua itu adalah proses dalam kehidupan yang harus dihadapi dan dijalani dengan sebaik mungkin, agar tujuan hidup yang kita cita-citakan dapat tercapai, selain itu juga kit dapat mengambil pelajaran atas apa yang terjadi pada diri kita sebagai pelajaran hidup yang berharga.

Sedangkan Tema yang terdapat pada puisi “Numa” adalah sebagai berikut:

1. Bahwa setiap orang harus menyadari betul dengan semua proses kehidupan yang tidak akan terlepas dari persoalan hidup. Karena permasalahan yang di alami oleh manusia merupakan bagian dari


(33)

56

proses kehidupan yang harus tetapi dijalani manusia dan manuisa harus dapat menyelesaikan semua permasalahan yang dihadapi.

2. Manusia dalam menjalani kehidupan tidak akan terlepas dari berbagai macam kesulitan atau permasalahan hidup. Karena kesulitan itu datang dan pergi dengan tiba-tiba tanpa kita duga sebelumnya seperti semilir angin. Semua itu tidak dapat kita hindari karena merupakan bagian dari takdir dan proses kehidupan yang harus dijalankan. Meskipun kehidupan manusia yang penuh dengan harapan dan impian, tetapi semua yang diharapkan oleh manusia tidak semuanya dapat diwujudkan. Karena banyak kendala yang harus dihadapi dan dialami oleh manusia, baik itu kebahagian ataupun kesediahan.

5.2. Saran

Setelah dilakukan analisis pada teks puisi “Numa”, penulis menyarankan, tema yang terdapat dalam puisi “Numa”, hendaknya dijadikan pelajaran hidup yang berharga, agar kita dapat menjalankan kehidupan dengan baik dan menyelesaikan permasalahan yang kita hadapi dengan bijaksana. Selain itu juga, kita harus menganggap permasalahan yang ada merupakan ujian yang harus kita lalui dengan penuh keikhlasaan, kesabaran, tidak mudah putus asa dan terus meminta perlindungan kepada yang maha kuasa yang memberikan segalanya dalam hidup kita.


(34)

57

Adapun saran untuk penelitian selanjutnya yaitu puisi “Numa” dapat dilakukan penelitian ditinjau dari segi symbolime, semiotik, latar belakang social-budaya puisi tersebut. Selanjutnya puisi tersebut bisa dilakukan penelitian dengan cara membandingkan setiap karya-karya Yamamura Bochou yang lain, ditinjau dari berbagai aspek yang berhubungan dengan puisi dan dari unsur ektrinsik karya sastra yaitu histories penyair pada saat karya tersebut dibuat.


(1)

ANALISIS TEKS PUISI “NUMA”

KARYA YAMAMURA BOCHOU

(Melalui Pendekatan Struktural - Semiotik)

SKRIPSI

Diajukan Untuk Menempuh Ujian Sarjana Jurusan Sastra Jepang Fakultas Sastra

Universitas Komputer Indonesia

Disusun oleh: NURLAELA SUKMA

63804009

JURUSAN SASTRA JEPANG

FAKULTAS SASTRA

UNIVERSITAS KOMPUTER INDONESIA

2009


(2)

山村募鳥「沼」の詩を

原文

の分析

(

構造の記号論を通して

)

論文

日本文学土号受ける条件の一つ満たすために提出いたします

筆者

NURLAELA SUKMA

6384009


(3)

文学部日本語文学科

2009

DAFTAR RIWAYAT HIDUP

1. Nama : Nurlaela Sukma

2. Tempat dan Tanggal Lahir : Purwakarta, 16 juli 1985 3. Nomor Induk Mahasiswa : 63804009

4. Jurusan : Sastra Jepang

5. Jenis Kelamin : Perempuan 6. Kewarganegaraan : Indonesia

7. Agama : Islam

8. Alamat : Jl. Bates No 40 RT 05 RW 11 Pondok Cabe Ilir Pamulang Tanggerang

9. Berat Badan : 60 Kg

10. Tinggi Badan : 167 cm

11. Status material : Belum Kawin

12. Orang tua :

1. Nama Ayah : Ma’mun Santoso Pekerjaan : Wiraswasta

Alamat : Jl. Bates No 40 RT 05 RW 11 Pondok Cabe Ilir Pamulang Tanggerang


(4)

Pekerjaan : Ibu Rumah Tangga

Alamat : Jl. Bates No 40 RT 05 RW 11 Pondok Cabe Ilir Pamulang Tanggerang RIWAYAT PENDIDIKAN

NO LEMBAGA PENDIDIKAN TAHUN AJARAN

1 SDN I PARUNG BANTENG PURWAKARTA 1992-1998

2 SMPN 1 PAMIJAHAN BOGOR 1998-2001

3 SMU KORNITA IPB BOGOR 2001-2004


(5)

承認

タイトル

山村募鳥「沼」の詩を原文の分析

(

構造の記号論を通して

)

筆者

Nurlaela Sukma

学生番号

63804009

バンドン、

2009

8

15

指導教官

I

Dewi Soetanti, SS, M.Pd


(6)

Soni Mulyawan Setiana, Mpd

NIP 4127.20.04.001

番査委員会

1. Dewi Soetanti, SS, M.Pd

(

)

2. Fenny Febrianty, SS, M.Pd

(

)


(7)

optimislah, walaupun

engkau berada di tengah-tengan badai topan. Karena

sesungguhnya sesudah kesulitan itu ada kemudahan dan hari

esok akan menghapuskan semua mimpi buruk, menggantikan

semua, dan menggantikannya dengan canda dan tawa.

Dr. Aidh al-Qarni)

Cintailah apa yang engkau punya sekarang jangan kau sia-siakan.

Jadiakan apa yang engkau miliki sebagai harta yang tak akan

terganti oleh apapun di dunia ini. Namun jangan engkau lupa

dengan cinta yang abadi adalah cinta kepada tuhan dan cinta kepada

kedua orang tua.


(8)

Karya kecil ini kupersembakan pada

Kedua orang tua , adik-adik ku dan semua orang-orang

sangat berarti dalam hidup ku.


(9)

iii DAFTAR ISI

HALAMAN

LEMBAR PENGESAHAN

LEMBAR PENGUJI

LEMBAR PERNYATAAN

ABSTRAK INDONESIA

ABSTRAK INGGRIS

ABSTRAK JEPANG

KATA PENGANTAR………. i

DAFTAR ISI………. iii

BAB I PENDAHULUAN……….. 1

1.1 Latar Belakang Masalah……… 1

1.2 Rumusan Masalah……….. 4


(10)

iv

1.4 Tujuan penelitian………. 5

1.5 Manfaat penelitian………... 5

1.6 Definisi Operasional………. 5

1.7 Sistematika Penulisaan………. 6

BAB II PUISI……… 8

2.1 Pengertian Puisi……… 8

2.2 Unsur-Unsur Intrinsik Puisi………. 9

2.2.1 Struktur Fiksi Puisi……… 10

2.2.2 Struktur Batin Puisi……… 14

2.3 Struktural-Semiotik……… 17

2.3.1 Pengertian Struktural……… 17

2.3.2 Pengertian Semiotik………. 18

2.4 Teks Dalam Karya Sastra……… 23

BAB III METODE PENELITIAN.………. 25


(11)

v

3.2 Teknik Analisis………….……….. 26

3.3 Penganalisis….….. ..……….. 26

3.4 Objek Penelitian………... 27

3.4.1 Puisi Numa……… 27

3.4.2 Arti Puisi Numa……… 29

BAB IV ANALISIS TEKS PUISI “NUMA” KARYA YAMAMURA BOCHOU……….. 30

4.1 Pembacaan Struktural-Semiotik…...……….. 30

4.1.1 Pembacaan Heuristik……… 30

4.1.2 Pembacaan Unsur-Unsur Puisi………. 31

4.1.2 Pembacaan hermeneutik………... 34

4.2 Analisis Gaya Bahasa Puisi Dan Pemberian makna Puisi...……… 36

4.2.1 Analisis Gaya Bahasa Puisi...……… 38


(12)

vi BAB V SARAN DAN KESIMPULAN………. 55

5.1 Saran………... 55

5.2 kesimpulan……… 56

Daftar Pustaka


(13)

RIWAYAT PENGARANG

Yamamura Bochou adalah salah seorang penyair jepang pada era Taisho (1912-1926). Yamamura Bochou lahir di Todaka prefektur Gunna pada tanggal 10 Januari tahun 17 Meiji (1885). Yamamura Bochou meninggal di Isohama prefektur Ibaraki 8 Desember pada tahun 13 Taisho. Kehidupan Yamamura Bochou dihabiskan dengan menulis puisi dan dalam keadaan hidup miskin, penderitaan dan penyakit.

Yamamura Bochou menyebut dirinya sebagai “penyair yang malang” terlihat pada karyanya yang ditinggalkan dalam jumlah banyak, dan merupakan gambaran tidak dapat menolak realita kehidupan yang menyedihkan dari Yamamura Bochou.

Kemiskinan yang melanda keluarga Bochou, menjadikan Yamamura Bochou memutuskan untuk mencari nafkah, banyak pekerjaan yang ia jalani demi kelangsungan hidupnya, seperti menjadi guru, buruh dipertokoan percetakan dan buruk memperbaika rel kereta bahkan ia pernah menjadi pencuri. Ketika ia berusia 21 tahun, hasil tulisanya berupa tanka yang berjudul “Kanyahoumei” dan pada saat ia berusia 40 tahun Yamamura Bohcou menerbitkan hasil karyanya berupa dokumen yang berjudul “ Kanbendaga”.

Puisi “numa” diterbitkan dalam buku kumpulan puisi Yamamura Bochou yang berjudul Sannin No Otome adalah kumpulan puisi pertama dimana karangan


(14)

Yamamura Bochou yang bersifat simbolis yang diterbitkan pada bulan Mei tahun 2 Taisho (1914) dengan biaya sendiri. Pada bulan 3 tahun 2 Taisho bersama dengan Shugen Sakutarou mendirikan kantor dengan nama Shitsurei Saisei dan Ningyoushiha. Pada bulan Maret dan Desember ia menerbitkan karyanya yang berjudul Takujou Funsui dan kumpulan puisi Seisan Ryouhari yang bertema tentang angin dan juga menceritakan keadaan jaman kindai. Yamamura Bochou pernah pindah ke aliran humanisme dan menerbitkan kumpulan puisi yang berjudul “Kaze Wa Kisiki Ni Sasayaita”. Pada bulan Februari tahun selanjutnya karyanya yang bersifat alam dan berkesan yang merupakan awal dari penampilanya didunia puisi, Bochou terus melanjutkan kegiatannya menciptakan dan mempublikasika karya-karya puisinya yang berjudul Bunsyou Sekai, Soukoku, Hasetabongaku yang dipublikasikan dalam majalah.


(15)

8

BAB II

PUISI

2.1. Pengertian Puisi

Dalam karya sastra terdapat beberapa jenis sastra, salah satunya adalah puisi. Puisi menurut Aminuddin (1995:76) adalah sebagai berikut.

secara etimologi, puisi berasal dari bahasa yunani poeima ‘membuat’ atau

poeisi ‘pembuatan’ dan dalam bahasa inggris disebut peom atau poerty

“membuat atau pembuatan” karena lewat puisi seseorang telah menciptakan dunianya sendiri, yang mungkin berisi pesan atau gambaran suasana tertentu, baik itu fisik atau batiniah. Selain itu, puisi adalah karya sastra yang mengunakan kata-kata sebagai media penyampain untuk menghasilkan ilusi dan imajinasi, tentang keindahan, angan-angan dan harapan.

Sedangkan menurut Rahmat (1995:7) menyatakan definisi puisi sebagai berikut.

Puisi adalah suatu karya yang mengekpresikan pemikiran yang membangkitkan perasaan, merangsang imajinasi, panca indra dalam suasana yang berirama. Semua itu merupakan sesuatu yang direkam, diekpresikan, dinyatakan dengan menarik dan memberikan kesan pada para penikmatnya.

Selain itu Aftarudin (1991:16) menyatakan puisi sebagai “bahasa perasaan, bahasa cinta, benci, birahi, jiwa, pikiran, renungan estetis, pengalaman dan penghayatan intensiras manusia”.


(16)

9

Berdasarkan definisi di atas dapat disimpulkan pengertian dari puisi merupakan rekaman dan interprestasi dari pemikiran, imajinasi, perasaan, dan pengalaman manusia yang penting, yang diubah dalam wujud untai kata-kata indah, penuh makna dan berkesan. Menggunakan kata-kata yang indah dan penuh makna sebagai media penyampai dari penyair tentang hal yang dirasakannya. Selain itu juga, puisi merupakan cerminan dari perasaan manusia dan pengungkapan yang spontan dari perasaan-perasaan manusia. Karena puisi merupakan salah satu karya sastra yang unik dan yang paling tua yang monumental sehingga dapat memberikan pengaruh yang besar bagi para penikmatnya hingga perubahan zaman.

Berdasarkan amanat puisi yang tersirat dari pemilihan kata-kata yang baik, indah, dan penuh makna, dan juga sebagai hasil kreasi manusia. Puisi mampu memaparkan yang ada diluar diri manusia persis apa adanya, yang menjadi representasi dan puisi merupakan sarana yang sesuai untuk menggungkapkan keadaan hati, pikiran dan permasalahan.

2.2. Unsur - Unsur Intrinsik Puisi

Aminuddin (2002:136) mengangap bahwa puisi adalah “sebuah struktur yang terdiri dari unsur-unsur pembangun yang merupakan unsur-unsur terpadu yang tidak dapat dipisahkan dari unsur lainnya dan saling berhubungan satu sama lainya. Struktur pembentuk puisi terbagi dua yakni struktur fisik dan struktur batin”.


(17)

10

2.2.1. Struktur Fisik Puisi

Menurut Aminudin (2002:134) berpendapat bahwa struktur fisik puisi adalah sebagai berikut.

struktur fisik puisi adalah unsur pembentuk puisi yang dapat diamati secara visual. Unsur-unsur tersebut meliputi (1) diksi, (2) pengimajinasian/pencitraan, (3) majas, (4) kata kongkret, (5) ritma, (6) tifografi. Struktur fisik puisi merupakan salah satu yang dapat diamati secara visual karena dalam puisi juga terdapat unsur-unsur yang hanya dapat ditangkap lewat kepekaan batin dan pikiran pembaca. Struktur batin puisi akan sulit dipahami sebelum memahami struktur fisik puisi terlebih dahulu. Maka dari itu struktur fisik dibahas terlebih dahulu.

a. Diksi

Dalam karya sastra khususnya puisi, penyair menulis puisi menggunakan pilihan kata-kata yang cermat dan sistematis, sampai mendapatkan diksi yang tepat. Menurut (Aminuddin, 1995:78) mendefenisikan diksi sebagai berikut.

Diksi adalah pilihan kata-kata yang tepat dan selaras yang memiliki efek keindahan, dalam penggunaannya untuk mengungkapkan gagasan sehingga memperoleh apa yang diharapkan. Dikarenakan penyair sangat cermat dalam memilih kata-kata, sebab kata-kata yang ditulis harus dipertimbangkan maknanya, komposisinya bunyi, ritma dan irama, kedudukan kata itu ditengah kata lainnya, dan kedudukan kata dalam keseluruhan teks puisi.

Di dalam menentukan kata-kata pilihan dalam diksi harus bersifat puitis artinya kata tersebut harus mempunyai efek keindahan, dan berbeda dengan kata-kata dalam kehidupan sehari-hari.


(18)

11

b. Pengimajinasian (penciptaan)

Dalam puisi juga penyair juga menciptakan pengimajinasian. Pengimajinasian merupakan ungkapan pengalaman dari penyair dalam bentuk kata-kata untuk memberikan gambaran yang jelas dan menimbulkan suasana yang khusus dalam puisi. Menurut Effendi (Waluyo, 1987:53-54) definisi Pengimajinasian adalah “susunan kata yang dapat menggungkapkan pengalaman sensorik penyair seperti penglihatan, pendengaran, dan perasaan, kedalam kata-kata. Pengimajinasian ditandai oleh kata-kata yang konkret dan khas”.

Pengimajinasian dalam puisi dapat diartikan sebagai diri penyair, untuk menciptakan atau menimbulkan imaji dari para pembacanya. Sehingga pembaca tergugah untuk menggunakan mata hatinya untuk melihat benda-benda, warna, dan dengan telinga hati mendengarkan bunyi-bunyian, selain itu juga dengan perasaan hati kita menyentuh kesejukan dan keindahan benda dan warna. Sehingga tercipta gambaran yang nyata dari sebuah puisi.

c. Majas

Majas adalah penggunaan bahasa atau kata secara khusus untuk mendapatkan efek tertentu untuk menambah nilai estetik dan kepuistisan. Menurut Aminuddin (2002:144) definisi majas adalah sebagai berikut.

Majas adalah bahasa atau kata yang digunakan penyair untuk menyatakan sesuatu dengan cara yang tidak biasa. Yakni secara tidak langsung menggungkapkan makna. Untuk mengetahui majas pembaca harus


(19)

12

menafsirkan kiasan atau lambang yang dibuat oleh penyair. Tujuan dari penggunaan kiasan atau lambang untuk menciptakan efek lebih beragam, efektif, sugestif dalam bahasa puisi.

Perlambangan atau kiasan juga digunakan oleh penyair untuk memperjelas makna dan membuat nada dan suasana puisi menjadi lebih jelas. Sehingga dapat menggugah pembaca.

d. Kata kongkret

Menurut Effendi (Waluyo, 1987:56) definisi kata kongkret adalah “kata yang digunakan penyair untuk membangkitkan imajinasi para pembaca. Sehingga kata-kata tersebut dapat mengarah kepada arti yang menyeluruh, kata kongkret erat hubungannya dengan penggunaan kiasan atau lambang/simbol”. Selain itu juga, menurut Waloyu (1987:57) Pemberian arti pada kata konkret berdasarkan fungsi dari kata konkret itu sendiri yang bertujuan untuk membangkitkan imajinasi, daya berpikir dari para pembaca dan setiap pembaca dapat mengartikan/menafsirkan berbeda.

Penggunaan kata kongkret yang tepat dengan apa yang dikemukakan oleh penyair dalam sebuah puisi, membuat pembaca membayangkan dengan lebih hidup dengan apa yang dimaksudkan oleh penyair. Dengan kata lain, jika penyair mahir mengkongkretkan kata-kata, maka pembaca seolah-olah melihat, mendengarkan, dan merasakan apa yang dilukiskan oleh penyair. Dengan demikian pembaca terlibat penuh secara batin kedalam puisinya. Selain itu juga, pengkongkretan kata-kata erat hubungannya dengan pengimajinasian, perlambangan atau pengkiasan.


(20)

13

e. Ritma

Menurut Waluyo (1979:84) ritma berasal dari bahasa yunani dari katarheo

yang berarti gerakan-gerakan yang teratur, terus menerus dan tidak putus-putus. Sedanglan Slamet Muljana (Waluyo, 1979:84) menyatakan bahawa “ritma merupakan bunyi rendah-tinggi, panjang-pendek, keras-lemah, yang mengalun dengan teratur dan berulang-ulang, sehingga membentuk keindahan”.

Ritma adalah pengulangan bunyi yang sama dalam puisi. Namun ada juga yang menggunakan kata rima untuk menggantikan istilah persajakan pada sistem lain, karena diharapkan penepatan bunyi dan pengulangannya tidak hanya pada akhir setiap baris. Namun juga untuk keseluruhan teks, dalam ritma pemotongan-pemotongan baris menjadi frase yang berulang-ulang dan merupakan unsur yang memperindah puisi tersebut (Waluyo, 1979 : 42).

Dalam ritma terdapat onomatope (tiruan bunyi), bentuk intern pola bunyi, intonasi, repetisi bunyi, dan persamaan bunyi. Jadi ritma tidak khusus persamaan bunyi atau dalam istilah tradisional disebut sajak. Rima lebih luas lagi karena menyangkut perpaduan bunyi konsonan dan vokal untuk membangun orkestrasi atau musikalitas.

Pengulangan bunyi pada puisi dimaksudkan untuk membentuk musikalitas. Sehingga puisi menjadi merdu saat dibaca, untuk pengulangan bunyi, penyair juga mempertimbangkan kelanjutan bunyi. Dengan cara ini, bunyi-bunyi mendukung perasaan dan suasana puisi.


(21)

14

Pengulangan tidak hanya terbatas pada bunyi, namun mungkin pada kata-kata atau ungkapan. Ritma sangat berhubungan dengan bunyi dan juga berhubungan dengan pengulangan bunyi, kata, frasa, dan kalimat. Ritma puisi berbeda dengan metrum (mantra), metrum berupa pengulangan penekanan kata yang tepat.

f. Tifografi

Tifografi merupakan pembeda antara puisi dengan prosa dan drama, kata-kata yang disusun mewujudkan larik-larik yang panjang dan pendeknya menbuat kesatuan yang terpadu. Menurut Aminuddin (2002:146) berpendapat bahwa “Tifografi berperan untuk menampilkan aspek artistik visual dalam puisi, juga untuk menciptakan nuansa makna dan suasana tertentu. Selain itu juga, untuk menunjukkan adanya loncatan gagasan serta menjelaskan adanya satuan-satuan makna yang hendak disampaikan oleh penyair”.

2.2.2. Struktur Batin Puisi

Struktur batin puisi merupakan kesatuan makna puisi secara keseluruhan yang tidak dapat dipisahkan dengan struktur fiksi. Menurut A Richards (Waluyo, 1987:106) menyebutkan bahwa “makna atau struktur batin dengan istilah hakekat puisi. Ada empat unsur yaitu tema (sense), perasaan (feeling), nada dan suasana (tone), dan amanat (intension). Keempat unsur tersebut menyatu dalam penyampaian bahasa”.


(22)

15

a. Tema

Menurut A Richards (Waluyo, 1987: 106) tema dalam karya sastra adalah sebagai barikut.

Tema adalah Penafsiran-penafsiran puisi akan memberikan tafsiran tema yang sama bagi sebuah puisi, karena tema puisi bersifat lugas, objektif, dan khusus. Tema puisi harus berhubungan dengan penyairnya, dengan konsepnya yang terimajinasikan. Oleh sebab itu, tema bersifat khusus, tetap objektif, lugas, dan berhubungan dengan arti karya sastra.

Tema merupakan ungkapanan yang berasal dari diri penyair, masyarakat, atau keadaan penyair saat menulis puisi, yang merupakan pokok pikiran atau pokok persoalan, sehingga menjadi landasan utama penciptaan puisi.

b. Perasaan

A Richards (Waluyo, 1987:106) menyatakan perasaan adalah “sikap atau ungkapan perasaan penyair terhadap hasil karya sastranya yang mengarah pada pada pokok persoalan yang terdapat didalanya, dalam menciptakan puisi. Perasaan penyair ikut diekpresikan dan harus dapat dihayati oleh pembaca, untuk mengunkapkan tema”.

c. Nada dan Suasana

Dalam menulis puisi, penyair mempunyai sikap tertentu terhadap pembaca. Apabila dia ingin bersikap menggurui, menasehati, mengejek, menyindir kepada siapa saja yang ia kehendaki termasuk pembaca sendiri, maka itu disebut nada puisi. Sedangkan suasana merupakan keadaan jiwa pembaca setelah membaca puisi tersebut atau akibat psikologis yang


(23)

16

ditimbulkan oleh puisi itu. Menurut A Richards (Waluyo, 1987:107) menyatakan nada dan suasana adalah sebagai berikut.

Dengan nada dan suasana memberikan kesan mendalam kepada pembaca. Puisi bukan hanya ungkapan yang bersifat teknis, namun suatu ungkapan yang total karena keseluruhan aspek psikologi penyair turut terlibat dan aspek-aspek psikologis itu dikonsentarasikan untuk memperoleh imajinasi.

d. Amanat

Amanat yang hendak disampaikan oleh penyair dapat ditelaah setelah kita memahami tema, perasaan, nada dan suasana puisi. Amanat merupakan dorongan penyair untuk menciptakan puisinya, amanat tersirat dibalik kata-kata, yang disusun dan juga berada dibalik tema yang di unngkapkan oleh penyair. Menurut Amanat adalah keseluruhan makna yang terdapat pada puisi, makna puisi yang dirasakan atas ide pokok yang disampaikan penyair. Namun amanat dirumuskan sendiri oleh pembaca. Penafsiran puisi akan berbeda dikarenakan sikap dan pengalaman pembaca yang mempenguruhi pemaknaan. Meskipun amanat ditentukan oleh cara pandang pembaca, tetapi, amanat tidak lepas dari tema dan isi puisi yang disampaikan oleh penyair Dari tinjaun terhadap sebuah puisi yang terdiri dari struktur batin dan fisik, ini dapat disimpulkan bahwa kedua unsur ini sangat berkaitan erat.


(24)

17

2.3. Struktural-Semiotik

Menurut Junus (Pradopo, dkk, 2001:97) berpendapat bahwa “teori stukturalisme-semiotik merupakan gabungan dua teori strukrural dan semiotik yang merupakan perkembangan strukturalisme (aliran struktural)”. Sedangkan menurut Hawkes (Pradopo, dkk, 2001:98) berpendapat bahwa struktural-semiotik adalah sebagai berikut.

Karya sastra merupakan sebuah struktur yang bagian-bagianya saling berhubungan erat. Dalam struktur itu unsur-unsur tidak mempunyai makna dengan sendirinya, maknanya ditentukan oleh keterikatan hubungan dengan unsur lainnya dan keseluruhannya, bahwa makna unsur-unsur karya sastra itu hanya dapat dipahami dan dinilai sepenuhnya atas dasar pemahaman dan fungsi unsur keseluruhan karya sastra. Berdasarkan konsep semiotik untuk memahami sastra sepenuhnya sebagai suatu struktur, haruslah diinsafi ciri khas sastra sebagai tanda. Tanda baru bermakna bila diberi makna oleh pembaca berdasarkan konvensi (perjanjian) yang berhubungan dengannya.

Struktural-semiotik merupakan sebuah usaha untuk menganalis teks karya sastra sebagai suatu sistem tanda/simbol sehingga karya sastra (puisi) mempunyai makna.

2.3.1 Pengertian Struktural

Kutha (2006:88) menyatakan bahwa “structural secara etimologi berasal dari bahasa latin yaitustructura yang berarti bentuk atau bangunan”. Sedangkan Nurgiantoro (2005:37) menyatakan “struktural mempunyai istilah lain yaitu strukturalisme yang berarti paham mengenai unsur-unsur struktur itu sendiri dan hubungan unsur yang satu dengan yang lainnya”.


(25)

18

Sedangkan Rahmat (2007:118) berpendapat bahwa struktural dalam karya sastra sebagai berikut.

Karena karya sastra merupakan sebuah struktur. Struktur di sini dalam arti bahwa karya sastra merupakan susunan unsur-unsur yang bersistem, yang antar unsur-unsur terjadi hubungan yang timbal balik, saling menentukan. Jadi, kesatuan unsur-unsur dalam sastra bukan hanya berupa kumpulan hal-hal, melainkan hal-hal itu saling terikat, saling terkait, dan saling bergantung.

Konsep dasar yang menjadi ciri khas dari teori struktural adalah adanya anggapan bahwa di dalam karya sastra itu sendiri merupakan suatu struktur yang otonom yang dapat dipahami sebagai suatu kesatuan yang bulat dengan unsur-unsur pembangunya yang saling berhubungan satu sama lainya.

2.3.2. Pengertian Semiotik

Bahasa sebagai media dalam penyampaian karya sastra khususnya puisi merupakan sistem ketandaan yang mempunyai arti kebahasaan. Sistem ketandaan tersebut disebut semiotik. Dalam mengkaji dan memahami puisi tidak lepas dari analisis semiotik karena puisi merupakan struktur tanda-tanda yang bermakna.

Semotik berasal dari bahasa yunani kuno dari kata semeion yang berarti tanda atau sign dalam bahasa Inggris. menurut Pradopo dkk (2001: 98, 2007:127) mendefinisikan semiotik sebagai berikut:

Semiotik adalah ilmu yang mempelajari tanda-tanda yang mempunyi arti dan makna dengan bahasa yang disesuaikan. Selain itu, semiotik adalah usaha


(26)

19

untuk menganalisis karya sastra sebagia suatu tanda dan menentukan bagian bagian apa yang memmungkinkan karya sastra (puisi) mempunyai makna. Dalam pengertian tanda ada dua prinsip, yaitu penanda (signifier) adalah bentuk formalnya dari yang menandai sesuatu yang disebut petanda. Petanda (signified) adalah sesuatu yang ditandai oleh petanda itu yaitu artinya. Contohnya kata ibu merupakan tanda dan berupa satuan bunyi yang menandai arti “orang yang melahirkan kita”. Selain itu semiotik adalah memahami sebuah puisi yang tidak lepas dari analisis semiotik, karena merupakan struktur tanda-tanda yang bersistem dan bermakna. Menganalisis puisi merupakan usaha untuk mengetahuai makna atau memberikan makna kepada teks puisi. Makna puisi bukanlah semata-mata arti bahasanya (arti denotatif), melainkan arti bahasa dan suasana, perasaan, intensitas arti, arti tambahan (konotasi), pengertian yang ditimbulkan oleh tanda-tanda. Selain itu juga, semiotik berarti “ilmu tanda-tanda (sign) secara sistematik. Semiotik menunjukkan bidang kajian khusus, yaitu sistem yang secara umum dipandang sebagai tanda, seperti puisi, rambu-rambu lalu lintas dan nyanyian burung”.

Berdasarkan hubungan antara penanda dan petanda, ada tiga jenis tanda pokok yaitu:

a) Ikon adalah tanda hubungan antara penanda dan petandanya, yang bersifat bersamaan bentuk alamiah. Contoh potret orang menandai orang yang dipotret.


(27)

20

b) Indeks adalah tanda yang menunjukkan adanya hubungan alamiah antara tanda petanda yang bersifat kasual atau hubungan sebab-akibat. Contoh asap menandai adanya api.

c) Simbol merupakan tanda yang tidak menunjukkan hubungan alamiah penanda dan petandanya. Hubungan antaranya bersifat arbiter atau semau-maunya, hubunganya berdasarkan konvensi (perjanjian) masyarakat. Contoh kata ibu “orang yang melahirkan kita” itu terjadi atas konvensi masyarakat bahasa Indonesia, masyarakat Inggris menyebutnyamother, Jepang okasanatau hahadan masyarakat bahasa PrancisIa mere( Pradopo , 2007:121-122).

Dengan adanya teori struktural-semiotik bertujuan untuk memahami makna (struktur batin puisi) dalam teks puisi yang pada dasarnya saling melengkapi. Namun dengan adanya ini dapat memperluas wawasan pembaca. Selain itu dengan memahami makna puisi akan menumbuhkan pengertian, penghayatan, kepekaan pikiran dan perasaan yang baik terhadap karya sastra.

Dalam metode struktural-semiotik terdapat suatu cara untuk memahami dan memberikan makna puisi dengan melakukan pembacaan heuristik dan hermeneutik, yang bertujuan untuk menganalisis karya sastra secara khusus sebagai suatu sistem tanda-tanda dan memnentukan arti yang memungkinkan karya sastra mempunyai makna (Pradopo, dkk, 2007:123).


(28)

21

A. Pembacaan Heuristik

Pembacaan heuristik adalah puisi dibaca berdasarkan struktur kebahasaannya atau secara semiotik. Untuk memperjelas arti bila mana perlu diberi sisipan kata /sinonim kata-katanya ditaruhkan dengan kalimat baku dan bila perlu disusun terbalik untuk memperjelas arti.

B. Pembacaan Hermeneutik

Setelah pembacaan heuristik, puisi harus dibaca ulang kembali dengan bacaan hermeneutik dan ditafsirkan secara hermeneutik berdasarkan konvensi sastra (puisi), yaitu sistem semiotik tingkat dua dengan memberikan makna diantarnya konvensi ketaklangsungan ucapan (ekpresi) puisi. Menurut Riffaterre (Pradopo, 2007:209) mengemukakan bahwa dalam pembacaan hermenutik, puisi memiliki ketidak langsungan ekpresi disebabkan tiga hal: (1) penggantian arti (displacing of meaning),(2) penyimpangan arti (distorting of meaning), (3) penciptaan arti (creating of meaning).

a) Penggantian arti

Pada umumnya kata-kata kiasan menggantikan sesuatu yang lain, lebih-lebih metafora dan metomini. Dalam penggantian arti ini suatu kata (kiasan) berarti lain (Pradopo, 2007:212.)

b) Penyimpangan arti

Menurut Riffaterre (Pradopo, 2001:76, 2007:213-219) mengemukan bahwa penyimpangan arti diakibatkan oleh tiga hal yaitu (1)


(29)

22

Ambigunitas dalam puisi yaitu kata-kata, frase, kalimat sering mempunyai arti ganda sehingga banyak penafsiaran. (2) Kontradiksi dalam puisi berarti mengandung pertentangan yang disebabkan oleh paradoks dan ironi yaitu salah satu cara yang berlawanan. Ironi ini biasanya untuk menarik perhatian dengan cara membuat pembaca berpikir. (3) Nonsense merupakan bentuk kata-kata secara lingustik tidak mempunyai arti sebab tidak terdapat pada kosakata.

c) Penciptaan arti

Penciptaan arti merupakan konvensi kepuitisan yang berupa bentuk visual yang secara linguistik tidak mempunyai arti, tetapi menimbulkan makna dalam puisi. Jadi, penciptaan arti ini adalah pengorganisasian teks diluar linguistik, diataranya: pembaitan, enjamberment, ritma, tipografi, dan homologues (persamaan posisi) (Pradopo, 2007:220).

Pemberian makna dilakukan kata demi kata, bait demi bait, larik demi larik dengan memadankan kata-kata kiasan yang terdapat dalam puisi dengan kata yang sesuai. Dalam hal ini setelah peneliti mengetahui dan memahami tanda/simbol-simbol yang terdapat pada puisi “Numa” , peneliti dapat menentukan tema dan amanat yang tersirat dalam puisi.


(30)

23

2.4. Teks Dalam Karya Sastra

Teks berasal dari kata textum dalam bahasa latin yang berarti tenunan, jalinan, susunaan yang menimpelstasi suatu aktivitas yang komplek diantara aspek-aspek pembangunan. Istilah teks umumnya digunakan dalam sastra, terutama dalam sastra kontemporer yang telah berkembang menjadi ilmu tekstologi (Partini, 1992:24)

Menurut Sudjiman (1990 : 126)menyatakan bahwa “teks dalam karya sastra adalah naskah yang berupa kata-kata asli dari pengarang yang mengunkapkan perasaan dan pertimbangan dari diri pengarang”. Sedangkan menurut Jakobson (Pradopo, 1992:39) menyatakan bahwa “Suatu teks dikatakan sebuah teks karya sastra bila teks tersebut berfungsi sebagai sastra dan merupakan hasil sastra yang memiliki unsur-unsur sastra didalamnya”.

Dari keterangan di atas dapat dikatakan bahwa unsur-unsur dalam teks karya sastra disyaratkan tidak hanya memiliki hubungan yang menggambarkan kesatuan. Melainkan dituntut adanya tatanan dan jalinan yang erat antara satu unsur dengan unsur lain. Sehingga tercipta teks karya sastra yang selaras. Selain itu juga, prinsip teks karya sastra merupakan sarana pemberian makna pada sebuah hasil dari teks sastra. khususnya puisi, dalam menghasilkan atau menanggapi teks sastra itu penyair atau pengarang mempunyai gagasan, pemikiran, konsep estetik dan pengetahuan tentang sastra yang dimilikinya.


(31)

24

Tatanan dan jalinan antara unsur inilah yang secara kualitat sebagai kohesi dalam hal ini, kohesi merupakan konsep semantik yang mengacu pada alat penghubung formal. Menurut Hallidy dan Rugaiya Hasan (Widodo, 1987:45) “kohesi ini muncul apabila penafsiran unsur tertentu di dalam sebuah teks bergantung pada unsur lain yang sama dalam teks yang sama”. Dalam teks karya sastra, kohesi adalah hubungan keselarasan antara unsur pendukung teks. Selain berkaitan dengan satuan struktur kebahasaannya juga berkaitan dengan aspek makna, untuk mewujudkan hubungan keselarasan dalam teks. Diperlukan alat-alat penghubung seperti kata penunjuk, kata penghubung, dan sejenisnya, alat-alat penghubung ini lazim disebut piranti kohesi.


(32)

55

BAB V

SIMPULAN dan SARAN

5.1. Kesimpulan

Setelah menganalisis keseluruhan teks puisi, maka penulis dapat menarik kesimpulan mengenai puisi “Numa”. Adapun hasil analisis yang telah penulis lakukan adalah sebagai berikut. Dengan judul “Numa” nya itu telah memberikan gambaran perjalanan kehidupan manusia ada banyak hal yang mempengaruhi dan banyak faktor yang menjadi kendala dalam menjalani hidup, baik itu kebahagian atau kesedihan”.

Selain itu, puisi “Numa” adalah puisi yang memaknai alam sebagai sumber inspirasi untuk mewakilkan apa yang dirasakan, dialami, dipikirkan manusia dalam kehidupan yang terus berputar. Dimana ada saatnya manusia menangis, dan bahagia. Akan tetapi semua itu adalah proses dalam kehidupan yang harus dihadapi dan dijalani dengan sebaik mungkin, agar tujuan hidup yang kita cita-citakan dapat tercapai, selain itu juga kit dapat mengambil pelajaran atas apa yang terjadi pada diri kita sebagai pelajaran hidup yang berharga.

Sedangkan Tema yang terdapat pada puisi “Numa” adalah sebagai berikut:

1. Bahwa setiap orang harus menyadari betul dengan semua proses kehidupan yang tidak akan terlepas dari persoalan hidup. Karena permasalahan yang di alami oleh manusia merupakan bagian dari


(33)

56

proses kehidupan yang harus tetapi dijalani manusia dan manuisa harus dapat menyelesaikan semua permasalahan yang dihadapi.

2. Manusia dalam menjalani kehidupan tidak akan terlepas dari berbagai macam kesulitan atau permasalahan hidup. Karena kesulitan itu datang dan pergi dengan tiba-tiba tanpa kita duga sebelumnya seperti semilir angin. Semua itu tidak dapat kita hindari karena merupakan bagian dari takdir dan proses kehidupan yang harus dijalankan. Meskipun kehidupan manusia yang penuh dengan harapan dan impian, tetapi semua yang diharapkan oleh manusia tidak semuanya dapat diwujudkan. Karena banyak kendala yang harus dihadapi dan dialami oleh manusia, baik itu kebahagian ataupun kesediahan.

5.2. Saran

Setelah dilakukan analisis pada teks puisi “Numa”, penulis menyarankan, tema yang terdapat dalam puisi “Numa”, hendaknya dijadikan pelajaran hidup yang berharga, agar kita dapat menjalankan kehidupan dengan baik dan menyelesaikan permasalahan yang kita hadapi dengan bijaksana. Selain itu juga, kita harus menganggap permasalahan yang ada merupakan ujian yang harus kita lalui dengan penuh keikhlasaan, kesabaran, tidak mudah putus asa dan terus meminta perlindungan kepada yang maha kuasa yang memberikan segalanya dalam hidup kita.


(34)

57

Adapun saran untuk penelitian selanjutnya yaitu puisi “Numa” dapat dilakukan penelitian ditinjau dari segi symbolime, semiotik, latar belakang social-budaya puisi tersebut. Selanjutnya puisi tersebut bisa dilakukan penelitian dengan cara membandingkan setiap karya-karya Yamamura Bochou yang lain, ditinjau dari berbagai aspek yang berhubungan dengan puisi dan dari unsur ektrinsik karya sastra yaitu histories penyair pada saat karya tersebut dibuat.