Pemanenan dilakukan dengan cara memotong bagian akar tanaman. Akar-akar contoh kemudian diberi pewarnaan untuk melihat kolonisasi
pada akar dengan menggunakan metode Phillip dan Hayman 1970 yang dikembangkan oleh Brundrett et al. 1996. Akar-akar yang telah diwarnai
diamati dibawah mikroskop dengan pembesaran 40 kali atau 60 kali. Hasil pengamatan dicatat dalam tabel pengamatan bila ada yang terkolonisasi
diberi tanda + dan bila tidak ada diberi tanda - . Perhitungan nilai MPN menggunakan rumus Sivierding 1991 :
Y= s – x Keterangan :
O = Jumlah propagul infektif
x = Jumlah rata- rata yang terinfeksi
s = Jumlah taraf pengenceran
a = Faktor pengenceran
K = Nilai yang diperoleh dari tabel Fisher dan Yates 1970 dalam
Sivierding 1991 Perhitungan selang kepercayaan 95 :
Log O
SI
= log O ± S O Z v n
Keterangan : S = v 0.201 untuk pengenceran kelipatan 4
N = Jumlah ulangan perpengenceran Z = 1.645 untuk taraf 95
3. Penanaman bibit A. crassicarpa
Persiapan benih Benih A. crassicarpa yang akan dikecambahkan di seleksi terlebih
dahulu dengan cara memilih bentuk biji yang baik dan sama besarnya. Untuk mempercepat perkecambahan dilakukan dengan merendam benih
K -
a Log
x. =
Log Ω
n pengencera
per ulangan
jumlah terinfeksi
yang ulangan
Jumlah x
=
dalam air yang baru mendidih selama 2 detik, setelah itu air diganti dengan air dingin 25
°
C dan selanjutnya benih direndam selama 24 jam. Persiapan media perkecambahan
Bak pengecambahan benih disiapkan sebanyak lima buah yaitu satu bak kecambah tanpa diberi inokulum dan 4 bak kecambah masing- masing
diberi inokulum CMA jenis G. clarum, G. manihotis, G. etunicatum dan indigenous dengan menggunakan metode berlapis layering technique.
- Penyiapan bak kecambah tanpa inokulum : Media zeolit dicuci bersih dari kotoran dan debu, dan dimasukan ke dalam
bak kecambah ukuran 30cm x 25cm x 5cm yang bagian bawahnya telah dilubangi untuk drainase agar tidak tergenang. Benih A. crassicarpa
kemudian ditaburkan di atas media dengan membuat jalur tanam di bak kecambah, setelah itu bagian atas ditaburi media tipis. Media kemudian
disiram dengan air hingga kapasitas lapang dan kemudian ditutup kembali dengan menaburkan zeolit tipis diatasnya. Selama masa perkecambahan,
kelembaban media dijaga dengan menyemprotkan air dengan sprayer. - Penyiapan bak kecambah dengan inokulum :
Inokulum yang digunakan adalah inokulum yang masih baru dan telah dihitung jumlah propagul infektifnya dengan metoda MPN Sivierding
1991 Lampiran 3 dan 4. Pra- inokulasi benih dilakukan dengan sistem layering technique, yaitu 4
buah bak kecambah disiapkan untuk 4 jenis inokulum. Masing- masing bak dilapisi media zeolit steril, kemudian lapisan zeolit inokulum, kemudian
dilapisi kembali dangan zeolit steril. Perbandingan berat zeolit steril dan zeolit bermikoriza 1 : 1 yaitu 1,5 kg zeolit steril dan 1,5 kg inokulum.
Permukaan media kemudian dibuat alur-alur sebagai tempat benih ditaburkan. Setelah benih ditaburkan, zeolit kemudian ditaburkan tipis
sampai menutupi permukaan benih. Kelembaban media dijaga sama dengan cara di atas.
Pengecekan infeksi pada kecambah Pengecekan infeksi CMA pada kecambah mulai dilakukan saat
berumur 2 minggu. Sampel kecambah yang akan dicek infeksinya diambil secara acak sebanyak 5 kecambah dari setiap bak kecambah, pada tempat
pengambilan yang berbeda-beda. Untuk meyakinkan bahwa semai telah terinfeksi, dilakukan pengamatan hifa pada akar semai di bawah
mikroskop biasa. Jika semua telah terinfeksi kecambah kemudian disapih ke polybag.
Persiapan Penyapihan
Penyiapan Larutan Bio-organik - Larutan bio-organik 5 dibuat dengan cara 50 ml bio-organik
diencerkan dengan air menjadi 1 liter larutan. - Larutan bio- organik 10 dibuat dengan cara 100 ml bio-organik
diencerkan dengan air menjadi 1 liter larutan. - Larutan bio- organik 15 dibuat dengan cara 150 ml bio-organik
diencerkan dengan air menjadi 1 liter larutan. Penyiapan media sapih
Media tanam yang digunakan adalah ultisol yang telah diayak dibersihkan dari serasah, ranting-ranting dan batu. Selanjutnya media tanam
dicampurkan dengan fungisida yang berbahan aktif Dazomet 98 sebanyak 60 g m
-2
tanah dengan kedalaman 20 cm Sieverding 1991 dengan menggunakan cangkul. Tanah yang telah tercampur rata kemudian
dimasukan ke dalam kantong plastik besar, diikat dan diinkubasi selama 2 minggu. Setelah 2 minggu ikatan plastik dibuka dan dibiarkan agar terjadi
penguapan sampai tidak mengeluarkan bau. Media kemudian dimasukan ke dalam polybag. Media yang telah
dimasukan ke dalam polybag selanjutnya diberi pupuk dasar dalam bentuk larutan dengan dosis 0,0166 g SP36, 0,035 g KCL dan 0,0163 g urea
setiap polybag atau setara dengan 20 kg ha
-1
P
2
O
5
dalam bentuk SP36, 60 kg h
-1
K
2
O dalam bentuk KCL dan 25 kg ha
-1
N dalam bentuk Urea. Pupuk
urea diberikan sehari sebelum tanam untuk menghindari penguapan. Bersamaan dengan itu media disiram bio-organik sebanyak 75 ml pada
masing- masing konsentrasi. Pemberian pupuk dasar dan bio-organik diberikan hanya satu kali dan kemudian polybag diinkubasi selama 1
minggu. Penyapihan
Kecambah kemudian dipindahkan dari bak kecambah ke polybag. Pada saat pemindahan, kecambah diseleksi dengan melihat bentuk kecambah
yang baik, yaitu berbatang lurus, sehat dan tinggi yang seragam. Media perkecambahan yang mangandung inokulan ditambahkan 10g bersamaan
dengan penanaman kecambah ke dalam lubang tanam. Setelah selesai penanaman, tanaman kemudian disiram dan selanjutnya dibiarkan selama
satu minggu untuk adaptasi. Jika ada kecambah yang mati penyulaman dapat dilakukan seminggu setelah tanam 1 MST.
Pemeliharaan Semua polybag yang telah diberi perlakuan, diletakkan di rumah
kaca dengan penataan sesuai pengacakan Rancangan Acak Kelompok pola faktorial. Pemeliharaan dilakukan dengan penyiraman secara teratur setiap
pagi dan sore, dan untuk menjaga kelembaban, penyiraman juga dilakukan disekitar polybag dan lantai dasar tempat polybag. Penyiangan rumput dan
pemberantasan hama dilakukan dengan cara manual.
4. Pengukuran dan analisis data