Bahan Cara Kerja HASIL DAN PEMBAHASAN

5 hasil lidah buaya Ciurzy ńska dan Lenart, 2011. Pemanfaatan bahan baku lidah buaya sendiri digunakan oleh manusia untuk memenuhi kebutuhannya contohnya untuk mempercantik diri. Industri kosmetik sudah memanfaatkan lidah buaya sebagai bahan baku herbal yang bertujuan agar memiliki sediaan yang memiliki efek samping kecil. Sediaan kosmetik yang sudah dipasarkan diantaranya seperti krim, gel, pasta. Produk kosmetik yang sudah umum di pasaran diantaranya adalah sediaan gel memiliki beberapa kelebihan yaitu lebih mudah tersebar serta penyerapannya yang baik pada kulit manusia, Ginanjar et al., 2010. Ekstrak lidah buaya dalam penelitian ini akan dibuat sediaan gel agar dapat memenuhi kebutuhan konsumennya. Pada formulasi sediaan gel digunakan beberapa polimer sintesis yang berfungsi sebagai basis untuk membuat massa gel Lieberman et al., 1996. Massa gel dibuat dengan menambahkan gelling agent, menurut penelitian Ida dan Noer 2012 gelling agent yang baik digunakan harus stabil dan optimal. Menurut Voigt 1984 carbopol merupakan salah satu gelling agent yang baik karena basis ini tidak beracun, dapat diterima baik di kulit, dan biasa digunakan sebagai preparat-preparat pelindung kulit. Carbopol memiliki sifat yang cocok dengan kulit manusia dan memiliki viskositas yang baik selama masa penyimpanan Allen, 2002. Berdasarkan hasil penelitian Handani 2006 sediaan gel yang menggunakan basis carbopol sebagai gelling agent akan mempengaruhi lama penyimpanan serta berpengaruh terhadap stabilitas fisik, dan daya sebar dari sediaan gel akan semakin luas dan pada minggu ketiga daya lekat yang dihasilkan semakin menurun. Sedangkan carbopol 934 sendiri memiliki viskositas yang tinggi dengan range antara 30.400-39.400 cP Allen, 2002.

B. METODE PENELITIAN 1. Alat

Alat dan pembuatan dan pengujian hand gel sanitizer adalah: alat-alat gelas pyrex, pH meter, timbangan analitik, Rion Rotor Viskotester VT-04, kompor listrik, freeze dryer .

2. Bahan

Bahan yang digunakan dalam penelitian ini adalah: Ekstrak lidah buaya, carbopol 934, triethanolamin, methyl paraben, Propil paraben, Propilen glikol, NaOH 0,1 N dan aquadest.

3. Cara Kerja

Ekstrak dibuat dengan menggunakan metode freeze drying, kemudian membuat larutan lidah buaya dengan konsentrasi 10. Pada pembuatan hand gel antiseptik carbopol didispersikan dalam 40 mL akuades panas bersuhu 90ºC-100 o C metil dan propil paraben 6 dilarutkan dalam 20 mL air mendidih, ditambahkan dalam basis gel carbopol, diaduk pada suasana dingin di atas baskom berisi es, kemudian ditambahkan akuades 40 mL, diaduk sampai terbentuk gel. Ditambahkan 10 mL NaOH 0,1 N ke dalam basis carbopol, dan diaduk sampai homogen. Sebanyak 10 mL larutan ekstrak lidah buaya hasil freeze drying ditambahkan ke dalam 15 gram propilen glikol, diaduk sampai homogen, kemudian ditambahkan ke dalam basis carbopol yang sudah jadi dan diaduk sampai homogen. Di tambahkan trietanolamin tetes demi tetes dan diaduk kembali sampai homogen. Dilakukan uji sifat fisik dan stabilitas gel pada masa penyimpanan selama 8 minggu. Uji stabilitas dilakukan pada suhu ruang dengan suhu 27 o C-28 o C dan suhu dingin yaitu 6 o C-8 o C, dengan interval waktu pengujian 1 minggu satu kali. Analisis data dilakukan dengan statistik ANOVA satu jalan dilanjutkan uji t-LSD dengan taraf kepercayaan 95 pada data hasil evaluasi sifat fisik hand gel yaitu daya sebar, daya lekat.

4. HASIL DAN PEMBAHASAN

Lidah buaya yang digunakan adalah lidah buaya hasil freeze drying, metode ini cocok untuk tanaman lidah buaya karena kandungan air yang melimpah dari lidah buaya. Sebelum dilakukan perhitungan rendemen dari lidah buaya ditimbang terlebih dahulu berat basah lidah buaya. Rendemen yang didapatkan sebesar 1,38. Hasil dari ekstrak lidah buaya secara organoleptik adalah warna kuning muda, kering, bentuk seperti kapas, bau khas lidah buaya, dan tidak memiliki rasa. Berdasarkan hasil pengamatan uji sifat fisik hand gel lidah buaya memiliki bau yang sama, yaitu bau khas lidah buaya. Uji stabilitas sediaan gel yang diperoleh pada minggu ke 1 sampai minggu ke 8 berbau khas lidah buaya, hal ini disebabkan karena pada formulasi tidak menggunakan bahan yang mudah menguap, sehingga bau gel pada masing-masing formula masih sama pada minggu ke 0 sampai minggu ke 8. Berdasarkan hasil uji organoleptik warna hand gel, terjadi perbedaan warna dengan adanya peningkatan konsentrasi dari basis carbopol, pada formula 1 cenderung warna yang dihasilkan adalah warna kuning agak pudar, warna pudar ini dikarenakan semakin banyak akuades yang digunakan untuk melarutkan basis dan sedikit konsentrasi dari carbopol yang digunakan, uji sifat fisik ini dihitung sebagai hari ke 0. Bentuk konsistensi dari gel berdasarkan sifat fisik dan stabilitasnya tidak terjadi perubahan tekstur selama 8 minggu penyimpanan. Dikarenakan gel tidak memberikan perubahan organoleptis selama 8 minggu penyimpanan sehingga dikatakan gel ekstrak stabil secara organoleptis. 7 Evaluasi homogenitas dilakukan dengan mengoleskan sedikit sediaan gel pada sekeping kaca obyek glass transparan. Evaluasi ini penting dilakukan agar dapat mengetahui bahwa zat aktif terdistribusi merata dalam sediaan dan tidak ada partikel yang menggumpal. Secara fisik semua sediaan memiliki homogenitas yang baik. Hasil pengamatan menunjukkan bahwa keempat sediaan gel memiliki homogenitas yang baik berdasarkan sifat fisik atau stabilitasnya hal ini dibuktikan tidak adanya partikel yang menggumpal dan tidak ada butiran kasar pada gel. Sediaan gel yang homogen mengindikasikan ekstrak lidah buaya dan basis carbopol terdistribusi secara merata dalam sediaan yang dibuat. Berdasarkan grafik sediaan yang disimpan pada suhu 27– 28 o C dan suhu 6-8 o C nilai pH berdasarkan hasil uji sifat fisiknya sediaan tidak memiliki peningkatan yang derastis pada masing-masing formula, dan masih berada dalam rentang pH kulit, diharapkan sediaan masih bisa diterima sebagai sediaan topikal. Hasil pH sediaan gel pada formula 1, 2, 3, 4 masih sesuai dengan rentang pH kulit, sehingga gel aman digunakan. Formula 1 menunjukan pH yang paling tinggi dan mendekati pH 7, hal ini disebabkan formula 1 yang memiliki konsentrasi paling kecil di bandingkan formula yang lain. Berdasarkan hasil uji sifat fisik menunjukkan nilai viskositas yang berbeda antar formula, konsentrasi carbopol yang ditambahkan ke dalam formula mempengaruhi viskositas gel, semakin tinggi konsentrasi carbopol yang ditambahkan ke dalam formula gel maka nilai viskositas gel akan semakin tinggi. Berdasarkan hasil uji viskositas menunjukkan nilai viskositas yang sedikit berbeda antara formula yang disimpan pada suhu 27– 28 o C dan suhu 6-8 o C. Dengan variasi konsentrasi carbopol serta penambahan konsentrasi ekstrak lidah buaya yang tetap pada setiap formula akan meningkatkan viskositas gel. Kenaikan viskositas pada masing-masing formula terjadi pada minggu ke 5, namun terdapat perbedaan sedikit yaitu viskositas pada suhu 27– 28 o C lebih tinggi dibandingkan viskositas pada suhu 6-8 o C, perbedaan viskositas ini dikarenakan pada gel suhu 6-8 o C setelah dikeluarkan dari almari pendingin yang kemudian didiamkan pada suhu 27– 28 o C mengalami peningkatan suhu atau pemanasan sehingga konsistensi atau kekentalan gel menjadi turun, namun perbedaan ini tidak menyebabkan terjadinya pemisahan fase selama 8 minggu penyimpanan. Berdasarkan uji daya sebar gel secara keseluruhan menunjukkan bahwa terjadi penurunan diameter penyebaran gel seiring dengan peningkatan konsentrasi basis carbopol dan beban yang ditambahkan. Adanya penambahan carbopol kedalam gel menyebabkan penurunan yang signifikan terhadap daya sebar gel, dari 3 kali replikasi pengujian 8 didapatkan nilai P- value 0,01 P-value 0,05. Hal ini disebabkan oleh adanya penambahan carbopol menyebabkan konsistensi gel semakin kental. Pada formula 1 didapatkan luas penyebaran yang lebih luas dibandingkan dengan formula yang lain. Berdasarkan hasil uji daya sebar menunjukan bahwa luas penyebaran dari minggu ke 1 sampai minggu ke 8 mengalami peningkatan. Pada minggu 1 ke minggu 2 menunjukan bahwa formula 4 pada suhu 27– 28 o C mengalami peningkatan yang tajam dibandingkan dengan formula 4 pada suhu 6-8 o C. Peningkatan uji daya sebar ini dikarenakan selain formula 4 yang memiliki konsentrasi carbopol yang besar juga dikarenakan viskositas yang turun pada formula 4 sehingga menyebabkan daya sebar formula 4 semakin meningkat. Berdasarkan hasil stabilitas uji daya sebar menggunakan analisis uji statistik ANOVA satu jalan menunjukan bahwa daya sebar pada formula 1, 2, 3 dan 4 suhu 27– 28 o C mengalami peningkatan yang signifikan selama 8 minggu dengan nilai P-value = 0.000 P-value 0,05. Untuk analisis tiap minggunya menggunakan Post Hoc Test didapatkan bahwa formula 1 mengalami peningkatan yang signifikan dimulai pada minggu ke 2, karena memberikan nilai P-value 0,02 P-value 0,05. Pada formula 2 mengalami peningkatan signifikan dimulai pada minggu ke 3 dengan nilai P-value 0,038, pada formula 3 dan 4 mengalami peningkatan signifikan dimulai pada minggu ke 2, dengan nilai P-value 0,03. Hasil uji analisis statistik ANOVA satu jalan menunjukan peningkatan konsentrasi carbopol mempengaruhi daya sebar formula 1, 2, 3 dan 4 pada suhu 6-8 o C dengan ditunjukannya peningkatan yang signifikan, berdasarkan analisis Post Hoc Test semua formula mengalami peningkatan daya sebar yang signifikan dimulai pada minggu ke 2 dengan nilai P-value yang didapatkan pada F1 dan F3: 0,01, F2 dan F4 : 0,00 P- value 0,05. Hasil uji daya lekat berdasarkan mengalami peningkatan seiring dengan bertambahnya konsentrasi carbopol pada sediaan, berdasarkan sifat fisik uji daya lekat gel formula 4 memiliki daya lekat lebih tinggi dibandingkan F1, F2, dan F3. Pada hasil uji analisis statistik daya lekat dengan ANOVA satu jalan menunjukkan nilai P-value 0,118 P-value 0,05 yang berarti peningkatan konsentrasi carbopol tidak mempengaruhi daya lekat gel secara signifikan. Kemudian analisis dilanjutkan menggunakan Post Hoc Test, tiap-tiap formula tidak memiliki peningkatan daya lekat yang signifikan kecuali pada formula 1 dan 4 memberikan peningkatan signifikan karena nilai P-value 0,045 P-value 0,05. Berdasarkan hasil stabilitas uji daya lekat menggunakan analisis uji statistik ANOVA satu jalan menunjukan bahwa daya lekat pada formula 1, 2, 3, 4 suhu 27– 28 o C mengalami peningkatan yang signifikan selama 8 minggu dengan nilai P-value 0.000 P- 9 value 0,05. Untuk analisis tiap minggunya menggunakan Post Hoc Test didapatkan bahwa sediaan formula 1 mengalami peningkatan daya lekat yang signifikan dimulai pada minggu ke 3, karena memberikan nilai P-value 0,039 P-value 0,05. Pada formula 2 mengalami peningkatan signifikan dimulai pada minggu ke 3 dengan nilai P-value 0,031, pada formula 3 dan 4 mengalami peningkatan signifikan dimulai pada minggu ke 2, dengan nilai P-value 0,029 dan 0,008. Hasil uji analisis statistik ANOVA satu jalan menunjukan, daya lekat formula 1, 2, 3 dan 4 pada suhu 6-8 o C mengalami peningkatan yang signifikan, semua dimulai pada minggu ke 3 dengan nilai p-value pada F1 dan F2 sebesar 0,020 dan 0,042, serta F3 dan F4 sebesar 0,00 p-value 0,05. Semua formula mengalami peningkatan daya lekat yang signifikan baik suhu 6-8 o C atau suhu 27– 28 o C dimulai pada minggu ke 3, kecuali formula 3 dan 4 pada suhu 27– 28 o C mengalami peningkatan signifikan dimulai minggu ke 2. Hal ini dikarenakan pada formula 3 dan 4 pada minggu 1 dan 2 memiliki hasil uji daya lekat yang hampir sama. Berdasarkan hasil keseluruhan hasil uji sifat fisik dan stabilitasnya, formula terbaik adalah formula 2, hal dikarenakan berdasarkan hasil uji organoleptis gel yang dihasilkan memberikan konsistensi yang bagus, warna dan bau yang tidak berubah, sediaan yang homogen tidak ada partikel kasar atau menggumpal, kemampuan penyebarannya yang baik, nilai pH masuk dalam range pH kulit manusia, viskositas yang baik dan sediaan tidak mengalami perubahan bentuk dari awal pembuatan sampai 8 minggu penyimpanan. Formula 2 juga memiliki tekstur yang cocok saat dioleskan pada kulit, tidak terlalu kental atau terlalu cair, walaupun keseluruhan hasil uji terdapat perubahan namun formula 2 memiliki hasil kedekatan yang besar dibandingkan dengan formula yang lain. Formula 2 memberikan nilai p-value pada uji daya sebar dan daya lekat sebesar 0,038 dan 0,042.

5. KESIMPULAN