Hubungan antara persepsi tentang keadilan dengan sikap kerja karyawan di PT.Kridaperdana centratehnindo

HUBUNGAN ANTARA PERSEPSI TENTANG KEAOILAN
OENGAN SIKAP KERJA KARYAWAN
01 PT. KRIOAPEROANA CENTRATEHNINOO

SKRIPSI
Diajukan Untuk Memenuhi Salah Satu Persyaratan
Memperoleh Gelar Sarjana Psikologi

OLEH:
SITI NURHASANAH

101070023091

FAKULTAS PSIKOLOGI
UIN SYARIF HIOAYATULLAH JAKARTA
TAHUN 1427 HI 2006 M

HUBUNGAN ANTARA PERSEPSI TENTANG KEAOILAN
OENGAN SIKAP KERJA KARYAWAN
01 PT. KRIOAPEROANA CENTRATEHNINOO


SKRIPSI
Diajukan Kepada Fakultas Psikologi Untuk Memenuhi
Sebagian Syarat-5yarat Mendapatkan Gelar Sarjana

OLEH:
SITI NURHASANAH
NIM.1 01 070023091

Di Bawah Bimbingan

Pembimbing I


Drs. Sofiandy Zakaria, M.PsLT

Pembimbing II

Liany Luzvinda, M.SL

FAKUlTAS PSIKOlOGI

UIN SYARIF HIDAYATUllAH JAKARTA

TAHUN 1427 HI 2006 M

PENGESAHAN PANITIA UJIAN

Skripsi yang ャオ、セ・「

HUBUNGAN ANTARA PERSEPSI TENTANG

KEADILAN DENGAN SIKAP KERJA KARYAWAN DI PT.
KRIDAPERDANA CENTRATEHNINDO telah diujikan dalam sidang
munaqasyah Fakultas Psikologi Universitas Islam Negeri Syarif Hidayatullah
Jakarta pada tanggal 22 November 2006. Skripsi ini telah diterima sebagai
salah satu syarat untuk memperoleh gelar Sarjana Psikologi.

Jakarta, 22 November 2006
Sidang Munaqasyah

Sekretaris


Ora. Nett
NIP: 150

rtati M.Si.
5938

M.Si.

Anggota:
Penguji II

Drs. Abdul Rahma
NIP: 150293224
Pembimbing I

セo、_

Drs. Sofiandy Zakaria. M.Psi.T


R、pセO

Drs. Sofiandy Zakaria, M.Psi.T

Pembimbing セ

Liany Luzvinda, M.Si.

'Tulianftu....
(j)aram 'Tennangu
JIftu 9vfasifi menye6ut :N"ama-9vfu
CBiarSusafi Sunggufi
9vfengingat 1(au CFenufiSeCuroli
Cafiya-9vfu CFenufi Suci
'TinggaC'l(flrdip LiCin (j)i '](pram Sunyi
(eliaili[Jlnwar)

'Kflrya SetferfiaTUJ Ini
CFenufts CFersem6afif&zn se6agai
'Kfltfo diJIR/iir 'Tafiun

Vntufti6untIa terf&zsili aan
JICmarfium JIyaliantIa tercinta
Serta '](p{uargaftu 'Tersayang

IV

ABSTRAK
(A) Fakultas Psikologi
(B) November 2006
(C) Siti Nurhasanah
(D) xiii + 96 Halaman + Lampiran
(E) Hubungan Antara Persepsi Tentang Keadilan Dengan Sikap Kerja
Karyawan Di PT. Kridaperdana Centratehnindo
(F) Dalam bekerja setiap individu akan mengalami kondisi yang tidak adi!.
Untuk mengurangi ketidakadilan tersebut, individu dapat mengubah
rasio hasil masukannya secara kognitif. Artinya karyawan dapat
menurunkan atau menaikkan makna dan nilainya. Baik disadari maupun
tidak disadari setiap individu akan mempersepsikan hasil yang
diterimanya dengan cara membandingkan masukan dirinya sendiri
terhadap orang lain yang pada keseluruhannya akan mempengaruhi

sikap kerja.
Tujuan penelitian ini adalah untuk mengetahui Hubungan Antara
Persepsi tentang Keadilan Dengan Sikap Kerja Karyawan di PT.
Kridaperdana Centratehnindo.
Penelitian ini menggunakan pendekatan kuantitatif dengan
menggunakan rumus Product Moment Pearson dan instrumen yang
dipakai adalah dengan angket atau kuesioner dengan skala model
Likert. Penelitian ini dilakukan di kantor pusat PT. Kridaperdana
Centratehnindo, Pasar Baru Jakarta Pusat dengan jumlah karyawan
sebanyak 138 orang. Dalam Penelitian ini jumlah populasi pada bagian
operasional di kantor pusat sebanyak 85 orang. Sampel yang digunakan
sebanyak 40 orang dan jumlah try out yang digunakan 45 orang. Tehnik
pengambilan sampel dengan Sample Random Sampling dari jenis
sampel probabilitas.
Berdasarkan hasil yang didapat dengan menggunakan rumus Product
Moment Pearson diketahui r hnung 0.366 dan r tabel a. '" 0,05, 0,312
dengan taraf kepercayaan 0,05 (a. '" 0,366> 0,05), maka dapat
diperoleh hasil bahwa uji r hitung lebih besar dari r label yang berarti bahwa
Ho ditolak dan Ha diterima. Artinya ada hubungan yang signifikan antara
persepsi tentang keadilan dengan sikap kerja karyawan. Dengan

demikian hasil tersebut disarankan bahwa kesejahteraan akan hak dan
kewajiban perusahaan terhadap karyawan ataupun sebaliknya akan
mempengaruhi sikap, apakah akan bersikap positif atau bersikap negatif
dalam bekerja.
(G) Daftar Pustaka '" (1975 - 2006) 29 Buku, 2 Skripsi, dan Internet.

ABSTRACT
(A)
(B)
(C)
(0)
(E)
(F)

The Faculty of Psychology
November 2006
Siti Nurhasanah
xiii + 96 Pages + Enclosure
The Correlation Between Perception About Justice With The Job
Attitude OfThe Labourers in PT. Kridaperdana Centratehnindo.

At the work, every labourer will get unfair condition of their job, they can
change the input to reduce this unfair condition cognitively. This means,
the labourer can increase or decrease the meaning and the value.
Consider or not, they will perceipt their input by comparing their input
with others, which affect their job attitude completely.
The purpose of the research is to find out the correlation between
perception about justice with the job attitude of the labourer in PT.
Kridaperdana Centratehnindo.
In the research, the writer use quantitative approach with seald Product
Moment Pearson and the instrument quesioner Likert skala model. The
research held in PT. Kridaperdana Centratehnindo, Pasar Baru, Jakarta
Pusat. The research use the sample by taking 40 participant from 85
participant of population. And the technique of sample taking is sample
Random Sampling from probability sample.
Based on the data with the formula Product Moment Pearson found that
r hilung 0,366 and r label a 0,05, 0,312 with the belief 0,05 (a 0,366 >
0,05), it concludes r hilung bigger than r label. It means Ho unaccepted Ha
accepted. It means there is a significance relation between perception
about justice with the job attitude of the labourer. Finally the writer
suggest both the prosperity of right and obligation of company and

labourer will affect the attitude positively or negatively to the job.

=

=

(G) Bibliography (1975 - 2006) 29 books, 2 skripsi, and internet.

KATA PENGANTAR

Syukur Alhamdulillah, taufik dan hidayah Allah SWT. Penulis dapat
menyelesaikan skripsi inL Tiada ada kata yang lagi yang bisa untuk
menguntai rasa terima kasihku kepada Allah SWT dan kepada manusia yang
paling sempurna Rasulullah Saw.
Adapun tugas akhir ini yang berjudul Hubungan Antara Persepsi Tentang
Keadilan Oengan Sikap Kerja Karyawan Oi PT. Kridaperdana Centratehnindo

disusun sebagai salah satu syarat untuk menyelesaikan pendidikan Program
Strata Satu, Fakultas Psikologi UIN Syarif Hidayatullah Jakarta. Penulis
mengakui bahwa penulisan skripsi ini tidak akan terselesaikan tanpa bantuan

dan bimbingan serta semangat dari orang tua tercinta dan berbagai pihak.
Pada kesempatan inilah penulis mengucapkan terima kasih kepada:
1.

Ibu Ora. Netty Hartati M.SL, selaku Dekan Fakultas Psikologi UIN Syarif
Hidayatullah Jakarta, Ibu Ora. Hj. Zahrotun Nihayah M.SL, selaku
Pembantu Dekan Fakultas Psikologi, beserta para staf akademik lainnya
yang dengan ketulusan dan kesabarannya telah membantu kelancaran
penyelesaian skripsi ini.

2.

Bapak Drs. Sofiandy Zakaria M.PsLT, selaku pembimbing I dan Ibu
Liany Luzvinda M.SL, selaku dosen pembimbing II yang selalu
memberikan i1mu dan waktunya disela-sela kesibukan yang padat dalam
membimbing penulis.

3.

Bapak Drs. Abdul Rahman Shaleh M.Si., selaku dosen pembimbing

kuliah seminar, yang telah memberi ide skripsi kepada penulis sehingga
penulis selalu termotivasi untuk dapat melakukan penelitian dan
menyelesaikannya segera.

4.

Keluarga besar Ayahanda H. Sodikin (Aim) dan Ibunda terkasih Hj.
Halimah Sodikin, tiada kata yang dapat mewakili untuk mengucapkan
rasa terima kasih yang tak terhingga untuk semuanya. Doa-doa tulus

yang dipanjatkan untuk penulis dapat sangat dirasakan dihati yang
sangat menyejukan. Untuk kakak-kakakku (bang ipin, mba' iin, po' lily,
bang dadi) terima kasih untuk motivasi dan dukungan yang kalian
berikan agar penulis segera menyelesaikan skripsi. Adik-adikku yang
tersayang (Eyun, Uci, Ninis) kalianlah yang membuat penulis untuk bisa
menjadi lebih baik, buktikan tanpa "Bapak" kita tetap bisa berprestasi.
5.

Teman-teman di Fakultas Psikologi Angkatan 2001, kelas A, B, C,
khususnya D, sobat-sobatku (Aya, Diah, Wiwid, Baiq) terima kasih untuk
persahabatan yang terindah & termanis yang kalian berikan, Finndy &
Firjabdy, kelekatan hati & jiwa kita tak akan berakhir selamanya. Temanteman satu perjuangan (Yeyen, Nani, Jannah) terima kasih untuk
dukungan dan persinggahannya. Teman-teman KKN 2001 babakan
"Dream Team" kita memang akan menjadikan mimpi menjadi nyata,
teman-teman PKL & rekan-rekan kerja penulis di Indovision.

6.

Terimakasih kepada bapak Sohit Chairil yang telah memberikan izin
penulis untuk melakukan penelitian, dan seluruh karyawan PT.
Kridaperdana Centratehnindo yang telah bersedia mengisi angket.
Semua pihak yang telah membantu menyelesaikan skripsi ini, atas
semua bantuannya penulis ucapkan terima kasih.

Penulis menyadari skripsi ini masih memiliki banyak kekurangan, karenanya
saran dan kritik akan sangat mermanfaat dan membangun bagi penulis.
Penulis hanya mampu berharap semoga skripsi ini bermanfaat bagi penulis
khususnya, dan bagi mahasiswa lain umumnya. Amiin, ya Rabbal 'Alamiin.

Jakarta, November 2006

Penulis

DAFTAR lSI
HALAMAN JUDUL .
HALAMAN PERSETUJUAN
HALAMAN PENGESAHAN
MOTTO
ABSTRAKSI
KATA PENGANTAR ..
DAFTAR lSi...............................................................................
DAFTAR TABEL
DAFTAR GAMBAR.
DAFTAR LAMPIRAN
BAB1 PENDAHULUAN
1.1.
1.2.

1.3.
1.4.
1.5.

Latar Belakang Masalah....................................................
Identifikasi Masalah...........................................................
1.2.1. Pembatasan Masalah.....
1.3.2. Perumusan Masalah....................................
Tujuan Penelitian.....
Manfaat Penelitian
Sistematika Penulisan......................................

BAB 2 KAJIAN TEORI
2.1.

2.2.

2.3.
2.4.

Sikap Kerja.........................
2.1.1. Definisi Sikap........................................................
2.1.2. Komponen Sikap.
2.1.3. Karakteristik Sikap...............................................
2.1.4. Definisi Kerja
2.1.5. Sikap Kerja...........................................
2.1.6. Faktor-Faktor Yang Mempengaruhi Sikap Kerja .
2.1.7. Pengukuran Sikap Kerja......................................
Persepsi Tentang Keadilan..............................................
2.2.1. Definisi Persepsi...................................................
2.2.2. Pembentukan Persepsi...............................
2.2.3. Definisi Keadilan..................................................
2.2.4. Persepsi tentang Keadilan...................................
2.2.5. Persepsi tentang Keadilan dan Sikap Kerja........
Kerangka Berpikir.....
Hipotesis Penelitian............

i
ii
iii
IV
V

vii

ix
xi
XII

xiii

1-12
1
9
9
10
10
11
12

13-57
13
13
18
18
20
22
25
30
32
32
34
38
39
49
53
57

BAB 3 METODOLOGI PENELITIAN
3.1.
3.2.
3.3.

3.4.

3.5.

BAB 4 PRESENTASI DANAANALISIS DATA.
4.1.
4.2.

4.3.

Kesimpulan
Diskusi.
Saran

DAFTAR PUSTAKA

LAMPIRAN

57
57
57
61
61
63
63
63
66
68
71
71
74
75
76

77-90

Gambaran Umum Responden........................................
Presentasi Data.....................................
4.2.1. Uji Persyaratan...............
4.2.2. Penyebaran Skor Responden..............................
4.2.3. Uji Hipotesa....
HasH Tambahan
4.3.1. Perbedaan Sikap Kerja Berdasarkan Jenis Kelamin,
Usia, pendidikan, status pernikahan, dan lama
bekerja.................................................................

BAB 5 KESIMPULAN, DISKUSI DAN SARAN
5.1.
5.2.
5.3.

57-76

Jenis Penelitian.........................
3.1.1. Pendekatan Penelitian.........................................
3.1.2. Metode Penelitian...
Pengambilan Sampel......................................................
3.2.1. Populasi dan Sampel...........................................
3.2.2. Tehnik Pengambilan Sampel...............................
Pengumpulan Data.................................
3.3.1. Metode dan Instrumen Penelitian.........................
3.3.2. Tipe Instrumen dan Cara Skoring
3.3.3. Tehnik Uji Instrumen Penelitian
Prosedur Penelilian.........................................................
3.4.1. Uji Validitas Skala.................................................
3.4.2. Uji Reliabilitas Skala.............................................
3.4.3. Persiapan dan Pelaksanaan Penelitian................
Teknik Analisa Data........................................................

77
80
80
83
85
86

86

. 91-97
.
90
.
92
.
96

DAFTAR TABEL
Tabel 3.1
Tabel 3.2
Tabel 3.3
Tabel 3.4
Tabel 3.5
Tabel 3.6
Tabel3.7
Tabel4.1
Tabel4.2
Tabel 4.3
Tabel 4.4
Tabel4.5
Tabel 4.6
Tabel4.7
Tabel 4.8
Tabel4.9

Blue Print Skala Sikap Kerja
65
Blue Print Skala Persepsi Tentang Keadilan
66
Skoring Instrumen
67
Hasil Uji Coba Skala Sikap Kerja
71
Kisi-kisi Penelitian Skala Sikap Kerja
72
Hasil Uji Coba Skala Persepsi Tentang Keadilan
73
Kisi-kisi Penelitian Skala Persepsi Tentang Keadilan
74
Gambaran Umum Responden Berdasarkan Jenis Kelamin
77
Gambaran Umum Responden Berdasarkan Usia
78
Gambaran Umum Responden Berdasarkan Pendidikan
78
Gambaran Umum Responden Berdasarkan Status Pernikahan. 79
Gambaran Umum Responden Berdasarkan Lama Bekerja
79
Uji Normalitas
80
Uji Homogenitas
83
Deskriptif Statistik Penyebaran Skor Responden
84
Korelasi Skala Persepsi Tentang Keadilan dengan Skala SikapKerja
85
Tabel 4.10 Sikap Kerja Berdasarkan Jenis Kelamin
87
Tabel 4.11 Sikap Kerja Berdasarkan Usia
88
Tabe14.12 Sikap Kerja Berdasarkan Pendidikan
89
Tabel 4.13 Sikap Kerja Berdasarkan Status Pernikahan
89
Tabe14.14 Sikap Kerja Berdasarkan Lama Bekerja
90

DAFTAR GAMBAR
Gambar 2.1 Hubungan Antara Nilai, Sikap, Motif dan Dorongan............
Gambar 4.1 Uji Normalitas Skala Persepsi Tentang Keadilan...
Gambar 4.2 Uji Normalitas Skala Sikap Kerja...

16
81
82

BAB 1
PENDAHULUAN
1.1. Latar Belakang Masalah
Untuk dapat bertahan hidup, manusia haruslah bekerja, dengan bekerja
seseorang akan mendapatkan upah atau imbalan dan dengan upah atau
imbalanpun kebutuhan primer akan dapat terpenuhi.

Karena bekerja merupakan salah satu bagian yang terpenting bagi manusia.
Selain untuk memenuhi kebutuhan, bekerja merupakan sarana untuk
mengaktualisasikan diri. Kebutuhan aktualisasi diri adalah kebutuhan untuk
melakukan pekerjaan sesuai dengan kemampuan yang dimiliki seseorang.
Kebutuhan ini mencakup kebutuhan untuk menjadi kreatif, kebutuhan untuk
dapat merealisasikan secara penuh. Dan kebutuhan ini menekankan
kebebasan dalam melaksanakan pekerjaan. (Munandar. 2001).

Strauss dan Sayless (1990), menyatakan bahwa orang bekerja pada
dasarnya bertujuan untuk memenuhi kebutuhannya. Kebutuhan itu meliputi:
(1) Kebutuhan Fisiologi, misalnya: kebutuhan rasa aman, (2) Kebutuhan
Psikis, misalnya: kebutuhan untuk mendapatkan kepuasan kerja, (3)

1

2

Kebutuhan Sosial, misalnya: kebutuhan untuk membina persahabatan
dengan teman kerja.

Pada umumnya orang beranggapan bahwa tujuan bekerja itu hanyalah untuk
mencari uang sehingga semakin besar gaji yang diberikan semakin tertariklah
orang pada pekerjaan itu. Hal tersebut karena kebutuhan manusia akan
makan. minum, pakaian dan perumahan akan terpenuhi bila seseorang
memiliki uang maka apa saja bisa dimiliki.

Tetapi dari hasil penyelidikan psikologi di perusahaan ternyata bila gaji sudah
mencukupi secara sederhana maka gaji bukanlah faktor utama yang dikejar
di dalam bekerja. Orang lebih berkecendrungan untuk memikirkan tipe
pekerjaan. status sosial pekerjaan dan kesempatan untuk maju walaupun
gajinya rendah.

Di Indonesia pada umumnya orang merasa tidak senang dengan pekerjaan
yang membangkitkan anggapan tentang status sosial yang rendah. Mereka
lebih senang dengan pekerjaan yang bersih, seperti juru ketik di kantor atau
perusahaan, walaupun penghasilannya rendah (Siagian, 2002).

Berdasarkan penyelidikan di negara.negara barat, ternyata gaji hanya
menduduki urutan ketiga sebagai faktor yang paling utama di dalam

3

memotivasi orang bekerja adalah rasa aman dan kesempatan untuk naik
pangkat dalam bekerjanya.

Kondisi tempat di mana kita bekerja juga merupakan faktor yang sangat
besar pengaruhnya terhadap semangat bekerja kondisi tempat kerja yang
memungkinkan bahaya,bahaya, seperti debu,debu, roda,roda mesin
berputar, biasanya menyebabkan semangat kerja menjadi rendah. Kondisi
tempat kerja yang baik yang ditandai oleh baiknya peredaran udara yang
cUkup, penerangan lampu yang terang dan jauh dari kebisingan suara yang
mengganggu konsentrasi kerja, selain itu tata ruang yang baik dan warna
yang indah, serta keberhasilan yang

エ・セ。ァ

sangat membuat karyawan betah

bekerja. Lingkungan kerja yang seperti ini akan meningkatkan semangat
dalam bekerja.

Faktor lain yang mempengaruhi sikap positif terhadap pekerjaan adalah
orang,orang yang ada di Iingkungan kerja kita, kalau teman sekerja kita
kompak, ramah tamah dan menyenangkan biasanya kita merasa betah
bekerja dan memperoleh kesenangan dan kebahagian dalam bekerja
sebaliknya jika dalam lingkungan kerja kita merasa tidak nyaman dan tidak
diperlakukan secara seimbang maka secara otomatis akan mempengaruhi
sikap negatif.

4

Dapat dikatakan bahwa karyawan dalam mengharapkan atau menilai imbalan
yang di terimanya melibatkan persepsi tentang keadilan. Oleh karena itu, baik
disadari atau tidak disadari, seorang karyawan akan mempersepsikan hasil
yang di terimanya seperti gaji, hubungan dengan teman sekerja, suasana
lingkungan kerja dan tantangan pekerjaan, jika dibandingkan dengan
masukan terhadap dirinya sendiri seperti: tingkat pendidikan, kemampuan
yang dimiliki, pengalaman kerja dan masa kerja, yang pada keseluruhannnya
akan mempengaruhi sikap kerja (Irmawati, 2004).

Pada dasarnya pihak pengelola dan pihak karyawan merupakan suatu mitra
kerja yang saling menguntungkan, karyawan bekerja dengan menghasilkan
benda dan mendapatkan upah atau gaji seperti: imbalan berupa uang atau
fasilitas tertentu, dalam menghasilkan benda atau jasa tersebut. Dalam hal
tersebut Karyawan melibatkan banyak faktor antara lain: pendidikan,
keterampilan, pengalaman, usia, kecerdasan, jenis kelamin, senioritas, dan
daya upaya yang dikerahkan dalam melaksanakan pekerjaannya (Irmawati,
2004).

Dengan menggunakan teori keadilan dari Adams dilakukan berbagai
penelitian dan salah satu hasilnya adalah bahwa orang yang menerima gaji
yang dipersepsikan sebagai terlalu kecil atau terlalu besar akan mengalami
distress atau ketidakpuasan (Munandar, 2001).

5

Seseorang melihat upah atau gaji itu dengan "kaca mata" perbandingan.
Perbandingan pertama dikaitkan dengan harapan seseorang berdasarkan
tingkat pendidikan, pengalaman, masa kerja, jumlah tanggungan, status
sosial dan kebutuhan ekonomi. Semakin tinggi faktor-faktor diatas maka
semakin tinggi pula harapannya. (Siangian, 1995).

Sedangkan menurut Good Watson bahwasanya dengan memberikan gaji
yang cukup tinggi belum tentu menjamin adanya kepuasan kerja bagi
karyawan. Seperti yang diungkapkan oleh Wiener dalam Mowday (1983),
bahwa karyawan yang dibayar rata-rata terutama bila tugas dilakukan
melibatkan ego mereka, contohnya tugas yang dilakukan mempergunakan
konsep diri dan pemikiran. Berdasarkan penemuan ini mereka berpendapat
bahwa penampilan pekerjaan karyawan di dalam kondisi dibayar lebih
perasaan ketidakadilan muncul karena adanya penurunan harga diri pada
karyawan itu sendiri jika ada gagal dalam pekerjaanya.

Adams dalam Wexley dan Yuki (1977), mengatakan bahwa puas tidak
puasnya seseorang terhadap pekerjaannya akan tergantung apakah
karyawan merasakan atau tidak merasakan keadilan pada situasi pekerjaan.
Perasaan ini diperoleh setelah karyawan membandingkan dirinya dengan
karyawan lain yang setingkat atau teman sekerja. Jika dalam

6

karyawan merasa adil maka karyawan tersebut merasakan kepuasan
demikian juga sebaliknya.

Greenberg (1988), mengatakan bahwa persepsi tentang keadilan dan
perbandingan hasil tidak hanya tergantung pada tingkat hubungan antara
hasil-hasil saja, tetapi tergantung pada penjelasan yang diberikan mengenai
hasil yang diterima. Langkah-Iangkah dan keputusan hasil yang diberikan
akan diterima karyawan apabila; (1) karyawan tersebut yakin kalau pimpinan
mempunyai kepekaan terhadap pandangan karyawan, (2) keputusan yang
diambil tanpa bias, (3) keputusan yang diterapkan berlaku secara konsisten,
(4) keputusan itu dipertimbangkan dengan matang berdasarkan informasiinformasi yang adekuat, (5) pembuat keputusan mengkomunikasikan pikiranpikirannya itu dengan bijaksana, dan (6) karyawan yang mengalami
keputusan tersebut dilatih dengan penuh pengertian dan sikap sopan santun,
sebagaimana telah ditemukan bahwa perlakuan atau latihan secara
interpersonal adalah penting untuk mengharapkan reaksi yang wajar dari
situasi atau menghadap kondisi yang tidak adi!.

Dari pendapat diatas penulis dapat menyimpulkan bahwa ketidakadilan itu
dapat dirasakan oleh karyawan setelah karyawan membandingkan hasil
masukan dirinya dengan hasil masukan yang lain. Kemudian ketidakadilan
dapat disebabkan karena dibayar lebih dan dapat pula dibayar kurang dan

7

ketidakadilan dapat memotivasi karyawan dalam upaya untuk mengurangi
atau mencapai keadilan.

Oleh karena itu baik disadari maupun tidak disadari, seorang karyawan akan
mempersepsikan hasil yang diterimanya seperti gaji, hubungan dengan
teman sekerja, suasana lingkungan kerja dan tantangan pekerjaan, jika
dibandingkan dengan masukan terhadap dirinya sendiri seperti: tingkat
pendidikan, kemampuan yang dimiliki, pengalaman kerja dan masa kerja
yang pada keseluruhannya akan mempengaruhi sikap kerja (Irmawati, 2004).

Seperti yang dikemukakan oleh Crow dan Crow (1973), bahwa sikap tidak
akan lepas dari lepas dari kehidupan manusia karena sikap merupakan
tingkah laku yang mengarahkan manusia untuk menilai baik buruk suatu
objek melalui apa yang ditunjukan oleh sikap positif terhadap sesuatu. Oleh
karena itu pengetahuan terhadap suatu hal akan menyebabkan mempunyai
sikap positif. Dan sikap ini akan mempengaruhi niat seseorang untuk
menerima sesuatu yang berkaitan dengan hal itu (Ancok, 1986).

Misalnya, kasus seorang karyawan sudah memiliki pengetahuan tentang
rasio hasil masukan yang tidak fair. Dalam pekerjaan ia mengalami kondisi
yang tidak adil, maka dalam upaya untuk mengurangi ketidakadilan tersebut
ia bisa mengubah rasio hasil.masukan secara kognitif. Artinya karyawan
dapat menurunkan atau menaikan makna atau nilainya.

8

Jadi sikap dapat bersifat positif dan negatif. Sikap positif mempunyai
kecenderungan untuk mendekati, menyenangi, dan mengharapkan objek
tertentu. Adapun sikap negatif mempunyai kecenderungan untuk mengetahui,
menghindari, dan tidak menyukai. Objek pelWujudan sikap positif maupun
sikap negatif yang dipengaruhi oleh objek tertentu dapat dipengaruhi oleh
sistem nilai yang berlaku dalam masyarakat.

Karena domain itu saling terkait erat, timbul teori bahwa jika kita dapat
mengetahui kognisi dari perasaan seseorang terhadap suatu objek sikap
tertentu, maka kita akan tahu pula kecendrungan perilaku. Dengan demikian
dapat diramalkan perilaku dari sikap yang nampaknya besar sekali dalam
penerapan psikologi.

Namun dalam kenyataanya tidak selamanya suatu sikap tertentu berakhir
dengan perilaku yang sesuai dengan sikap tersebut, oleh karena itu penulis
tertarik untuk meneliti variabel-veriabel tersebut. Dan akhirnya permasalahan
yang ingin diteliti adalah sejauhmanakah Hubungan Antara Persepsi tentang
Keadilan dengan Sikap Kerja Karyawan. Mengingat pentingnya persepsi
tentang keadilan atau perlakuan dan pembayaran yang adil di Iingkungan
perusahaan terkait dengan sikap kerja karyawan, maka penulis merasa
terdorong untuk menelitinya.

9

1.2. Identifikasi Masalah
1.2.1. Pembatasan Masalah

Untuk memudahkan pembahasan dalam penelitian ini dan agar pene/itian ini
tidak meluas, maka perlu adanya suatu pembatasan masalah. Adapun
batasan masalah yang akan diteliti pada skripsi ini adalah:

1. Persepsi keadilan yang dimaksud adalah kondisi seimbang yang
dirasakan dalam mengupayakan peningkatan kesejahteraan dan
peningkatan kualitas antara masukan dan hasil yang diterimanya dan
perhatian utamanya adalah sistem imbal jasa yang terdiri dari imbal jasa
finansial (gaji, honor, bonus tunjangan jabatan, tunjangan lapangan,
tunjangan hari raya) dan imbal jasa non finansial (pendidikan dan latihan,
promosi, mutasi, penempatan, penilain prestasi kerja, pengenaan sanksi
terhadap peraturan.

2.

Sikap Kerja adalah perasaan positif atau negatif yang dimiliki karyawan
tehadap tempat kerja ataupun teman bekerja adapun aspek-aspek yang
mendukung adalah: perasaan keterlibatan, mempunyai sikap tehadap
pekerjaan, kebutuhan untuk tergantung, adanya sifat kepatuhan terhadap
orang lain, penampilan akan pekerjaan.

3.

Dalam penelitian ini, subyek yang akan dijadikan responden adalah
karyawan di bagian operasional dengan jenis kelamin laki-Iaki dan

10

perempuan dan berusia minimal 20 tahun sampai dengan 45 tahun
sedangkan lama bekerja minimal 1 tahun.

1.2.2. Perumusan Masalah

Berdasarkan pertanyaan penelitian yang diajukan maka masalah penelitian
dapat dirumuskan sebagai berikut:

Bagaimanakah hubungan antara variabel persepsi tentang keadilan dengan
variabel sikap kerja?

1.3. Tujuan Penelitian
Berdasarkan rumusan masalah yang diajukan maka tujuan penelitian ini
adalah dimaksudkan untuk mengetahui:

1.

Hubungan antara Persepsi tentang Keadilan dengan Sikap Kerja
karyawan

2.

Besarnya hubungan antara persepsi tentang keadilan dengan sikap
kerja karyawan

3.

Arah hubungan antara persepsi tentang keadilan dengan sikap kerja
karyawan

II

1.3. Manfaat Penelitian
Adapun manfaat penelitian ini dapat ditinjau dari dua aspek, yaitu manfaat
teoritis dan manfaat praktis.

1. Manfaat secara teoritis

Hasil penelitian ini diharapkan dapat memperkaya khasanah ilmu
pengetahuan dalam bidang psikologi, khususnya psikologi industri dan
organisasi.

2. Manfaat secara praktis

Melalui penelitian ini diharapkan sebagai pengembangan terhadap kajian
tentang persepsi keadilan dan sikap kerja pada bidang psikologi industri
dan organisasi.

Penelitian ini juga, dapat dipergunakan sebagai acuan tambahan dalam
menelaah perilaku manusia di tempat kerja, terutama perilaku yang
berhubungan dengan persepsi keadilan. Sumbangan yang diberikan oleh
penelitian ini adalah karena paradigma yang digunakan dalam
menganalisis sikap kerja, di mana sikap kerja bukanlah suatu yang terjadi
begitu saja melainkan ada faktor penyebabnya.

12

1.5. Sistematika Penulisan
Pada penulisan skripsi ini, penulis menggunakan kaidah penulisan American
Psychology Association (APA Style)

BAB 1 : Berisi Pendahuluan, membahas tentang latar belakang masalah,
Identifikasi penelitian, pembatasan dan perumusan masalah, tujuan
dan manfaat penelitian serta sistematika penulisan yang dipakai.

BAB 2 : Berisi tentang Kajian teori yang mencakup definisi sikap, komponen
sikap, karakteristik sikap, definisi kerja, faktor-faktor yang
mempengaruhi sikap kerja, pengukuran sikap kerja, definisi
persepsi, pembentukan persepsi, definisi keadilan, kerangka
berfikir dan selanjutnya dibuat hipotesis penelitian.

BAB 3 : Bab ini membahas metodologi penelitian tentang pendekatan
penelitian, populasi, sampel penelitian, variabel penelitian,
instrumen penelitian, teknik analisa data dan prosedur penelitian.

BAB 4 : Bab ini membahas gambaran umum responden, deskripsi data dan
hasil penelitian.

BAB 5 : Bab ini berisi penutup yang terdiri dari kesimpulan, diskusi dan
saran

BAB2
KAJIAN TEORI
2.1. Sikap Kerja
2.1.1. Definisi Sikap

Sikap merupakan suatu hal yang menarik untuk dibahas karena dengan
diketahuinya sikap seseorang ataupun sekelompok orang, maka akan dapat
diramalkan tingkah laku yang akan terjadi.

Definisi tradisional tentang sikap berisikan gambaran yang sedikit berbeda
mengenai sikap atau menekankan aspek yang sedikit berbeda.

G. W. Allport (1985), mengemukakan behwa:
"Sikap adalah keadaan mental dan saraf dari kesiapan, yang diatur melalui
pengalaman yang memberikan pengaruh dinamika atau terarah terhadap
respons individu pada semua objek dan situasi yang berkaitan dengannya".

Definisi di atas sangat dipengaruhi oleh tradisi tentang belajar, juga
ditekankan bagaimana pengalaman masa lalu yang membentuk sikap.
Dengan alasan yang sama, sikap terutama digambarkan sebagai kesiapan
untuk selalu menanggapi dengan cara tertentu dan menekankan implikasi
perilakunya.

14

Sebaliknya, Krech dan Crutchfield (dalam Sarlito Wirawan, 1985), yang
sangat mendukung perspektif kognitif, mendefinisikan sikap sebagai:
"Organisasi yang bersifat menetap dari proses rnotivasional, emosional,
perceptual, dan kognitif mengenai beberapa aspek dunia individu".
Sikap didefinisikan sebagai:
" A person's location on a bipolar evaluative or affective dimension with
respect to some object, action. Or event. An attitude represents a person's
general feeling of favorableness toward some stimulus object" (Fishbein &
Ajzen, 1975).
Dari definisi di atas dapat dikatakan bahwa sikap merupakan posisi
seseorang dalam dimensi evaluasi atau afeksi yang bipolar. Posisi ini
berkaitan dengan obyek, tingkah laku atau kejadian. Suatu sikap merupakan
representasi dari perasaan secara umum, mengenai kesukaan atau
ketidaksukaan terhadap suatu obyek.

Pendapat lain Sarwono (1974), memberi pengertian tentang sikap sebagai
suatu kesiapan pada diri seseorang untuk bertindak. Sikap dapat bersifat
positif dan negatif. Sikap positif mempunyai kecenderungan untuk mendekati,
menyenangi, dan mengharapkan objek tertentu. Adapun sikap negatif
mempunyai kecenderungan untuk mengetahui, menghindari, dan tidak
menyukai. Objek perwujudan sikap positif maupun sikap negatif yang
dipengaruhi oleh objek tertentu dan dapat yang dipengaruhi oleh sistem nilai
yang berlaku dalam masyarakat.

15

Crow dan Crow (1973), mengatakan bahwa sikap tidak akan Iepas dari
kehidupan manusia karena sikap merupakan tingkah laku yang mengarahkan
manusia untuk menilai baik buruk suatu objek melalui apa yang ditunjukkan
oleh sikap positif terhadap sesuatu. Oleh karena itu pengetahuan terhadap
suatu hal akan menyebabkan mempunyai sikap positif. Dan sikap ini akan
mempengaruhi niat seseorang untuk menerima sesuatu yang berkaitan
dengan hal itu (Ancok, 1986).

Misalnya, kasus seorang karyawan sudah memiliki pengetahuan tentang
rasio hasil masukan yang tidak fair. Dalam pekerjaan ia mengalami kondisi
yang tidak adil, maka dalam upaya untuk mengurangi ketidakadilan tersebut
ia bisa mengubah rasio hasil masukan secara kognitif. Artinya karyawan
dapat menurunkan atau menaikkan makna atau nilainya.

Perhatikanlah bahwa secara keseluruhan mereka mengabaikan beberapa
petunjuk tentang asal mula sikap dan lebih menekankan pengalaman
subjektif di masa sekarang. Perhatikan juga bahwa mereka menekankan
organisasi, mereka memandang seseorang sebagai organisme, yang dapat
berfikir dan terstruktur secara aktif. Dan akhirnya, perhatikan bahwa tidak ada
tekanan tentang perilaku yang nampak. Pandangan kognitif menekankan
pengalaman subjektif seseorang.

16

Namun, banyak para pakar yang tidak selalu sepakat tentang definisi dari
sikap itu sendiri. Berikut ini akan dikemukakan beberapa definisi mengenai
sikap, yaitu (dalam Sarlito Wirawan, 2002):
Attitude is a favorable or unfavorable evaluative reaction toward something or
someone, exhibited in one's belief, feeling or intended behavior (Myres,
1996).
An Attitude is a disposition favorable on unfavorably to an bject, person,
institution or event (Ajzen. 1988).
Attitude is a psychological tendency that is expressed by evaluating a
particular entity with some degree of favor or disfavor (Eagly & Chaiken,
1982).
Menurut Newcomb dalam Mar'at (1981), sikap merupakan suatu kesatuan
kognisi yang mempunyai va/ens! dan akhirnya berintegrasi ke dalam pola
yang lebih luas. Hal ini dapat dilihat pada gambar sebagai berikut:

Gambar 2.1. Hubungan antara nilai, sikap, motif dan dorongan

Sasaranl tujuan yang bernilai terhadap mana berbagai pola sikap
dapat diorganisir

Kesiapan secara umum untuk suatu tingkah laku bermotivasi

Kesiapan ditujukan pada sasaran dan dipelajari untuk tingkah laku

Motivasi

bermotivasi
Keadaan organisme yang menginisiasikan kecendrungan ke arah
ktititas umum

17

Dari definisi-definisi tersebut tampak bahwa meskipun ada perbedaan,
semuanya sependapat bahwa eiri dari sikap adalah (1) mempunyai objek
tertentu (orang, perilaku, konsep, situasi, benda, dan sebagainya), dan (2)
mengandung penilaian (setuju-tidak setuju, suka-tidak suka) (Ben, 1970;
Edwards, 1957; Fishbein & Ajzen, 1975; Osgood, Suci & Tannenbaum, 1957;
Oskamp, 1977; dalam Sarlito Wirawan, 2002).

Perbedaan terletak pada proses terjadinya dan penerapan dari konsep
tentang sikap ini. Mengenai proses terjadinya, sebagian besar pakar
berpendapat bahwa sikap adalah sesuatu yang dipelajari (bukan bawaan).
Oleh karena itu, sikap lebih dapat dibentuk, dikembangkan, dipengaruhi, dan
diubah. Sikap berbeda dari sifat (trait) yang lebih merupakan bawaan yang
sulit diubah. Akan tetapi, sebagian besar pakar lainnya mengatakan bahwa
dapat saja sikap timbul karena bawaan, terbukti dari kenyataan bahwa sikap
dapat timbul kerena ada pengalaman sebelumnya, misalnya orang yang
sejak bayi tidak suka sayur (Eagly & Chaiken, 1992); dalam Sarlito Wirawan,
2002).

Demikian pula penelitian-penelitian menunjukan adanya persamaan sikap
pada orang-orang kembar identik (Waller dkk., 1990) dan adanya hUbungan
antara struktur organ otak dansikap (Arvey dkk., 1984).

18

2.1.2. Komponen Sikap

Sikap mengandung 3 komponen (Ajzen, 1988) yaitu:

1. Komponen kognitif; terdiri dari seluruh kognisi yang memiliki
seseorang mengenai objek sikap tertentu-fakta, pengetahuan, dan
keyakinan tentang objek,
2. Komponen Afektif; terdiri dari seluruh perasaan atau emosi seseorang
terhadap objek, terutama penilaian,
3. Komponen Konatif; terdiri dari kesiapan seseorang untuk bereaksi
atau kecendrungan untuk bertindak terhadap objek.

2.1.3. Karakteristik Sikap

Karakteristik dari sikap senantiasa mengikutsertakan segi evaluasi yang
berasal dari komponen afeksi. Sedangkan kejadiannya tidak diikut sertakan
segi evaluasi emosional. Oleh sebab itu sikap adalah relatif konstan dan agak
sukar berubah. Jika ada perubahan dalam sikap berarti adanya suatu
tekanan yang kuat dan dapat mengakibatkan terjadinya perubahan dalam
sikap melalui proses tertentu.

19

Mar'at (1981),sikap dapat diuraikan sebagai berikut:

a. Sikap didasarkan pada konsep evaluasi berkenaan dengan obyek
tertentu, menggugah motif untuk bertingkah laku;
b. Sikap digambarkan pula dalam berbagai kualitas dan intensitas yang
berbeda dan berg3rak secara kontinyu dari positif melalui areal netral ke
arah negatif;
c. Sikap lebih dipandang sebagai hasil belajar daripada sebagai hasil
perkembangan atau sesuatu yang diturunkan;
d. Sikap memiliki sasaran tertentu. Sasaran dalam hal ini tdak perlu konkrit
akan tetapi dapat bersifat abstrak atau dapat bersifat langsung dan tidak
langsung;
e. Tingkat keterpaduan sikap adalah berbeda-beda. Sikap yang sangat
berpautan akan membentuk kelompok (kluster) yang merupakan
subsistem sikap;
f.

Sikap bersifat relatif menetap dan tidak berubah.

Dilihat dari karakteristik tersebut jelaslah bahwa konsep sikap diramalkan
lebih banyak mengungkapkan struktur sikap secara deskritif.

20

2.1.4 Definisi Kerja

Seseorang bekerja karena adanya sesuatu yang hendak dicapainya dan
orang berharap, bahwa aktivitas kerja yang dilakukannya akan membawanya
pada suatu keadaan yang lebih baik dari keadaan sebelumnya.

Untuk mencapai tujuan kebutuhah tersebut, orang terdorong melakukan
aktivitas yang disebut kerja. Akan tetapi tidak semua aktivitas dapat
dikatakankerja, karena menurut Franz Von Magnis dalam Anarogan (2001),
pekerjaan adalah kegiatan yang direncanakan. Jadi pekerjaan itu
memerlukan pemikiran yang khusus dan tidak dapat dijalankan kegiatan
tersebut oleh binatang, yang dilaksanakan tidak hanya karena pelaksanaan
kegiatan itu sendiri menyenangkan, melainkan karena kita mau dengan
sungguh-sungguh mencapai suatu hasil yang kemudian berdiri sendiri atau
sebagai benda karya, tenaga jasmani dan rohani atau berupa kegiatan fisik
atau bersifat psikis.

Menurut Barthos (2001), kerja diartikan sebagai suatu usaha melakukan
kegiatan selama paling sedikit satu jam dalam seminggu dengan maksud
memperoleh atau membantu memperoleh penghasilan atau keuntungan,
waktu bekerja harus berurutan dan tidak terputus.

21

Selanjutnya menurut Hegel dalam Anoraga (2001), bahwa inti dari pekerjaan
adalah kesadaran man usia. Pekerjaan memungkinkan orang dapat
menyatakan diri secara objektif kedunia ini, sehingga ia dan orang lain dapat
memandang dan memahami keberadaan dirinya.

Berdasarkan uraian diatas dapat disimpulkan, bahwa kerja adalah sebuah
aktivitas dasar dan menjadi bagian esensial dari kebutuhannya dan
memberikan status untuk manusia itu sendiri.

Aktivitas kerja merupakan hal yang tidak asing bagi kehidupan manusia.
setiap hari manusia hidup dan berjuang dalam dunia kerja. Sedemikian erat
manusia dengan kerja. Sehingga aktivitas kerja tampak hanya mempunyai
satu pengertian yang utuh dalam kehidupan manusia.

Menurut Ghiselli dan Brown (1958), aktivitas kerja memiliki dua bentuk yang
berbeda, yaitu: (1) aktivitas kerja fisik, dan (2) aktivitas kerja mental. Secara
fisik aktivitas kerja merupakan penyaluran energi potensial ke energi kinetik.
Penekanan aktivitas kerja ini lebih bersifat fisiko Tenaga tersebut diperoleh
dari kontraksi otot-otot. Kontraksi otot tersebut terjadi karena hasil oksidasi
zat gula dan zat tepung. Sedangkan aktivitas kerja mental tidak menekankan
aktivitasnya pada kontraksi otot, tetapi pada aktivitas otak dan syaraf-syaraf.

22

Berdasarkan atas kedua aktivitas tersebut Fleishman dan Hogan (1979),
menyatakan bahwa baik fisik maupun mental kedua jenis aktivitas tersebut
berperan dan saling berpengaruh pada aktivitas kerja manusia secara
keseluruhan.

Seperti halnya permainan bagi anak, aktivitas kerja tampak sebagai aktivitas
dasar yang memberikan kesenangan, manfaat, dan arti tersendiri bagi
kehidupan manusia dalam aktivitas tersebut akan terdapat berbagai transaksi
dari berbagai pihak yang akan menimbulkan berbagai manfaat (Blum, 1968:
Schermerhorn, 1982).

Selanjutnya Blum dan Schermerhorn (1982), mengatakan bahwa aktivitas
kerja melibatkan tiga manfaat dalam kehidupan manusia yaitu: (1) manfaat
sosial (2) manfaat ekonomi (3) manfaat psikologis.

2.1.5 Sikap Kerja

Cacioppo dalam Brigham (1991), mengatakan sikap sebagai suatu respon
yang timbul apabila individu dihadapkan pada suatu stimulus yang
menghendaki reaksi individual.

Sikap adalah kecendrungan tingkah laku yang didasari oleh proses evaluatif
dalam diri individu, terhadap suatu objek tertentu (Ajzen & Fishbein, 1980).
Menurut Azwar (1997), sikap dikatakan sebagai suatu respon evaluatif.

23

Respon hanya akan timbul apabila individu dihadapkan pada suatu stimulus
yang menghendaki adanya reaksi individual. Respon evaluatif berarti bahwa
bentuk reaksi yang dinyatakan sebagai sikap itu timbul didasari oleh proses
evaluasi dalam diri individu yang memberi kesimpulan terhadap stimulus
dalam bentuk nilai baik-buruk, positif-negatif, menyenangkan-tidak
menyenangkan, yang kemudian mengkristal sebagai potensi reaksi terhadap
objek sikap.

Wexley dan Yuki (1992), menyatakan bahwa sikap kerja merupakan bagian
perasaan terhadap pekerjaan. Adanya perasaan puas terhadap aspek-aspek
dalam bekerja akan sangat berpengaruhi terhadap baik buruknya sikap kerja
karyawan. Miner (1992), menjelaskan bahwa sikap kerja adalah perasaan
positif atau negatif yang memiliki karyawan terhadap tempat kerja atau temen
bekerja. Hal ini berarti sikap kerja merupakan perasaan suka atau tidak suka
terhadap pekerjaannya.

Menurut Azwar (1997), pembentukan sikap kerja dipengaruhi oleh beberapa
faktor yaitu:

24

a. Pengalaman Pribadi

Apa yang telah dan sedang individu alami akan ikut terbentuk dan
mempengaruhi penghayatan individu terhadap stimulus sosial. Untuk
dapat menjadi dasar pembentukan sikap, pengalaman pribadi haruslah
meninggalkan kesan yang kuat. Karena itu, sikap akan lebih mudah
terbentuk apabila pengalaman pribadi tersebut terjadi dalam situasi yang
melibatkan faktor emosional;

b. Pengaruh orang lain yang dianggap penting

Pada umumnya individu cenderung untuk memiliki sikap yang konformis
atau searah dengan sikap orang yang dianggap penting. Kecendrungan
ini antara lain dimotivasi oleh keinginan untuk berafil:asi dan keinginan
untuk menghindari konflik dengan orang yang dianggap penting tersebut;

c. Pengaruh kebudayaan

Kebudayaan telah mewarnai sikap anggota masyarakatnya karena
kebudayaan pulalah yang memberi corak pengalaman individu-individu
yang menjadi anggota kelompok masyarakat asuhannya. Hanya
kepribadian individu yang telah mapan dan kuat yang dapat memudarkan
dominasi kebudayaan dalam pembentukan sikap individual;

25

d. Lembaga pendidikan dan lembaga agama

Lembaga pendidikan serta lembaga agama sebagai suatu sistem
mempunyai pengaruh dalam pembentukan sikap, karenanya meletakkan
dasar pengertian dan konsep moral dalam diri individu;

e. Media massa

Dalam penyampaian informasi sebagai tugas pokoknya, media massa
membawa pula pesan-pesan yang berisi sugesti yang dapat
mengarahkan opini seseorang. Adanya informasi baru mengenai sesuatu
hal memberikan landasan kognitif baru bagi terbentuknya sikap terhadap
hal tersebut;

f.

Pengaruh faktor emosional

Kadang-kadang suatu bentuk sikap merupakan pernyataan yang didasari
oleh emosi yang berfungsi semacam penyaluran frustasi atau pengalihan
bentuk mekanisme pertahanan ego;

2.1.6. Faktor-faktor Yang Mempengaruhi Sikap Kerja

Faktor-faktor yang mempengaruhi sikap kerja cukup banyak, dalam tulisan ini
dijelaskan faktor-faktor yang dianggap penting oleh beberapa pakar.

26

Gibson dkk. (1989), mengatakan bahwa suatu kondisi yang adil atau tidak
adil dapat menimbulkan masalah moral kerja, pergantian karyawan, dan
absensi.

Situasi kerja yang perlu mendapat perhatian adalah faktor keselamatan kerja,
ventilasi, kebersihan ruangan, ruangan yang cukup luas. Hal ini turut
membantu memelihara kondisi fisik karyawan, sehingga mereka tidak mudah
lelah, bosan, dan jenuh. Selanjutnya dikatakan bahwa ketidaksenangan
berada di tempat kerja mempengaruhi sikap kerja (Siagian, 1988).

Kedua faktor tersebut ditekankan untuk menciptakan suasana yang dapat
mendukung kenyamanan kerja karyawan dalam Iingkungan pekerjaan.
Karena apabila situasi dan kondisi kerja kurang mendukung atau tidak
menyenangkan dapat berdampak negatif pada karyawan.

Disamping itu imbalan atau gaji adalah suatu pengaruh yang paling kuat
pada sikap kerja. Karyawan yang pada umumnya bekerja bertujuan untuk
mendapatkan imbalan itu demi mempertahankan hidupnya.

Towle (1965), berpendapat bahwa sikap kerja ialah suatu keadaan
seseorang sehubungan dengan usaha untuk memenuhi kebutuhan serta
keinginannya. Salah satu faktor seseorang bekerja ialah untuk mendapatkan
uang (gaji). Untuk mencapai itu, karyawan terlebih dahulu harus

27

menyumbangkan atau memberikan tenaga serta pikirannya kepada
organisasi. Hasil atau imbalan yang diperoleh setelah ia bekerja, dapat
digunakan untuk memenuhi kebutuhan-kebutuhan hidupnya. Dengan hasil
jerih payahnya itu sudah bisa memenuhi kebutuhan-kebutuhan dasarnya.
Apabila dapat ditabung sudah tentu ia akan merasa puas.

Sikap kerja terhadap perusahaan atau pekerjaan banyak dipengaruhi dan
ditentukan oleh harapan-harapan karyawan. Sikap kerja yang tinggi
menyebabkan individu ikut mengambil bagian dalam keputusan-keputusan
yang mempengaruhi dirinya dan mereka cenderung merasa puas dengan
pekerjaannya serta menerima sebagaimana hal yang membangkitkan
semangat kerja.

Mitchel (1982), mengatakan bahwa ketidakpuasan karyawan dalam bekerja
dapat menyebabkan karyawan suka membolos dari pekerjaannya atau yang
lebih ekstrim mengajukan permohonan minta berhenti. Keadaan ini dapat
berpengaruh negatif untuk kesehatan fisik maupun psikis sehingga
produktivitas kerja menjadi rendah.

Nainggolan (1984), mengatakan bahwa ketaatan suatu bentuk kesetiaan
dalam segala peraturan kedinasan dan tidak melanggar peraturan yang
berlaku. Ketaatan identik dengan kedisiplinan sebagai suatu sikap tingkah
laku dan perbuatan yang sesuai dengan peraturan baik yang tertulis maupun

28

tidak. Misalnya perusahaan menetapkan suatu peraturan bahwa setiap
karyawan tidak boleh terlambat masuk kerja. Apabila sebagian besar
karyawan tersebut taat berarti salah satu kedisiplinan sudah dapat
ditegakkan (Leavit, 1986).

Absen merupakan keadaan waktu seseorang tidak datang ke tempat kerja.
Penyebab absen adalah karena keeelakaan kerja, rendah prestasi, kurang
perhatian, ada halangan transportasi, menyelesaikan urusan pribadi dan
kedatangan tamu (Flippo, 1986). Menurut Hadi (1974) absen dapat
disebabkan karena sakit dan merasa bosan terhadap pekerjaan.

Siagian (1988), mengatakan bahwa ketabahan kerja merupakan salah satu
peneerminan dari sikap kerja, ketabahan kerja adalah kesungguhan
karyawaan mengatasi masalah dalam usaha menyelesaikan tugas setiap
waktu dan keadaan tanpa mudah menyerah serta dilandasi kepereayaan
pada diri sendiri.

Dalam setiap pekerjaan, sedikit banyak harus mempergunakan ketelitian
kerja yaitu kemampuan psikomotorik yang bersifat keterampilan dimana
merupakan salah satu eiri atau sifat bagi jenis pekerjaan tertentu dengan
harapan mendapat suatu hasH yang optimal dari seseorang (Tjahjono, 1986).

29

Menurut Mc Cormick dan Tiffan (1974), kemampuan psikomotor meliputi
gerakan tangan, keterampilan jari jemari dan koordinasi mata dengan tangan
yang pada dasarnya ditunjang kemampuan penglihatan. Kelelilian seseorang
biasanya berhubungan dengan kecakapan kelerampilan. Barlatl dalam
Tjahjono (1986), mengatakan bahwa keterampilan ilu berasal dari proses
kognitif yang menghasilkan penampilan yang cermat dan leliti.

Siagian (1988), mengatakan bahwa pendidikan merupakan faktor
pembentukan kecakapan dan keterampilan dalam pekerjaan. Dengan
pendidikan, dapat lebih berinisiatif, kemampuan mengambil keputusan,
langkah-Iangkah atau tindakan yang diperlukan dalam melakukan tugas
tanpa diberi atau diminta petunjuk atasan (Nainggolan, 1984). Orang
berinisialif diduga akan sukses dalam pekerjaan karena ide-ide atau
pendapat-pendapat yang akan mendukung pekerjaan.

Selain itu hal yang berhubungan dengan Iingkungan fisik adalah:
kenyamanan ruangan, absensi, kuantitas dan kualitas pekerjaan serta inisiatif
karyawan itu sendiri yang semua ini akan mempengaruhi sikap kerja.

30

2.1.7. Pengukuran Sikap Kerja

Kartono (1985), mengatakan pada dasarnya para karyawan tidak sekedar
dikuasai oleh motif ekonomi tetapi dibalik itu semua mereka dijiwai oleh
dorongan motif yang kuat, mencari rasa aman untuk bisa diterima menjadi
bagian integral dari suatu kelompok kerja dan bisa berperan di dalamnya.
Tidak seorangpun yang bisa berprestasi dalam bekerja jika dia tidak bersedia
bekerjasama dengan orang lain, dengan kata lain kurang mempunyai sikap
kooperatif. Selain itu tidak ada seseorangpun yang bisa bekerjasama tanpa
dilandasi rasa kepecayaan pada orang lain. Jika mereka itu satu sama lain
tidak terikat oleh opini-opini yang sama, afeksi atau perasan dan interest
yang sama.

Maslow dalam Miner (1992), menyatakan bahwa orang-orang yang sehat
memiliki kebutuhan untuk bekerja, tumbuh, berpartisipasi dan menjadi orang
yang berharga. Individu dalam suasana kerja dapat merasakan kepuasan
karena menjadi anggota suatu tim bekerja sama dengan orang lain sebagai
bagiqn dari suatu organisasi yang dikelola dengan baik pula.

31

Miner (1992), pengukuran sikap kerja dapat terwujud:

a. Adanya perasaan keterlibatan sehingga menyakinkan bahwa mereka
mampu untuk membuat keputusan. Individu dalam menyelesaikan
pekerjaannya tidak lepas dari kebersamaanl kekeluargaan yang baik
dalam suatu organisasi serta saling mengerti dan memahami tentang
status dirinya dan pekerjaannya dorongan mau terlibat di dalamnya;
b. Mempunyai sikap yang baik terhadap pekerjaan. Adanya penerimaan dan
penyelesaian pekerjaan dengan senang, kemauan dan semangat kerja
yang tinggi.
c. Kebutuhan untuk saling tergantung. Bagaimana seseorang dapat
menyelesaikan pekerjaan dan tugasnya tidak akan lepas dari pengaruh,
dorongan serta bantuan orang lain.
d. Adanya sifat kepatuhan terhadap orang lain. Sikap seseorang dalam
melaksanakan tugas dan kewenangannya, kedisiplinan kerja dengan
monoton, sehinggga menyebabkan orang lain harus bersikap patuh, taat
terhadap ketentuan atau syarat yang berlaku.
e. Penampilan akan pekerjaan. Seseorang dalam menyelesaikan tugas dan
pekerjaannya tepat waktu dan konsekuen sehingga hasil yang diperoleh
memuaskan.

32

2.2. Persepsi Tentang Keadilan
2.2.1 Definisi Persepsi

Persepsi menurut Rakhmat Jalaludin (1998), adalah pengalaman tentang
objek, peristiwa, atau hubungan-hubungan yang diperoleh dengan
menyimpulkan informasi dan menafsirkan pesan.
Menurut Ruch (1967), persepsi adalah suatu proses tentang petunjukpetunjuk inderawi (sensory) dan pengalaman masa lampau yang relevan
diorganisasikan untuk memberikan kepada kita gambaran yang terstruktur
dan bermakna pada suatu situasi tertentu.

Senada dengan hal tersebut Atkinson dan Hilgard (1991), mengemukakan
bahwa persepsi adalah proses dimana kita menafsirkan dan
mengorganisasikan pola stimulus dalam lingkungan. Gibson dan Donely
(1994), menjelaskan bahwa persepsi adalah proses pemberian arti terhadap
Iingkungan oleh seorang individu.

Menurut Stephent P. Robbins (2003), Persepsi adalah suatu proses
mengorganisasikan dan menafsirkan kesan-kesan indera mereka agar
memberikan makna bagi Iingkungan mereka.

Persepsi menurut kamus psikologi artinya adalah proses dimana seseorang
menjadi sadar akan segala sesuatu didalam Iingkungannya melalui indera

33

yang dimilikinya; pengetahuan lingkungan yang diperoleh melalui interpretasi
data inderawi (Gulo, 2001).

Di dalam Desiderato yang dikutip Rakhmat (2001), pemahaman persepsi
adalah proses pemberian makna pada stimulus yang diperoleh dengan
menyimpulkan informasi dan menafsirkan pesan.

Dari dua pengertian persepsi diatas dapat disimpulkan bahwa persepsi
merupakan suatu penilaian atau pemahaman dari in