5 pelaksanaan pekerjaan dinilai baik atau tidak sangat tergantung pada bilamana tugas
itu diselesaikan, terutama dalam menjawab pertanyaan bagaimana cara melaksanakannya dan biaya yang dikeluarkan untuk itu. Seperti yang diungkapkan
oleh Gibson, dkk., 1996 bahwa efektivitas kerja adalah pencapaian sasaran yang telah disepakati atas usaha bersama, dengan kata lain tingkat pencapaian sasaran
menunjukkan tingkat efektivitas. Dari pendapat-pendapat para ahli di atas dapat ditarik kesimpulan bahwa
efektivitas kerja adalah suatu keadaan yang menunjukkan keberhasilan pekerjaan seseorang mendapatkan dan memanfaatkan sumber daya yang tersedia, dan
menunjukkan hasil kerja seperti yang dikehendaki, sesuai dengan waktu yang telah ditentukan.
Aspek-aspek efektivitas kerja adalah kesadaran pegawai untuk hadir di kantor pada hari kerja serta ketepatan masuk dan pulang kerja, kewaspadaan
pegawai dalam menggunakan bahan-bahan dan alat-alat kantor, kemampuan pegawai dalam melaksanakan dan mengerjakan tugasnya, semangat pegawai dalam
menyelesaikan pekerjaan, dan ketaatan pegawai dalam mengikuti cara kerja yang telah ditentukan, kemampuan menyesuaikan diri, kemampuan menyelesaikan
pekerjaan tepat waktu, prestasi kerja, kepuasan kerja, hubungan kerja sama, dan semangat kerja dari karyawan, kesetiaan, tanggung jawab, ketaatan, kejujuran,
kerjasama, prakarsa, dan kepemimpinan. Faktor-faktor yang memengaruhi efektivitas kerja adalah kemampuan,
keahlian, pengetahuan, sikap motivasi, disiplin kerja, budaya organisasi, hubungan, kerjasama antar pegawai dan masyarakat, waktu, tugas, produktivitas, pengawasan,
lingkungan kerja, perlengkapan, dan fasilitas.
2. Budaya Organisasi
Di dalam berbagai buku manajemen organisasi dan manajemen sekolah ada beberapa istilah teknis yang seringkali digunakan secara berdampingan dan bahkan
bergantian antara budaya satu dengan budaya lainnya. Istilah teknis yang dimaksud antara lain adalah latar
setting
, lingkungan
milieu
, suasana
atmosphere
, rasa
fee
l, sifat
tone
dan iklim
climate
. Dalam kontek organisasi keseluruhan istilah tehnis tersebut dapat diartikan sebagai kualitas internal organisasi sebagaimana
dirasakan oleh seluruh anggotannya. Dengan perkataan lain jika merujuk kepada
6 pengertian harfiah, budaya diartikan sebagai kualitas internal: latar, lingkungan,
suasana, rasa, sifat, dan iklim yang dirasakan oleh seseorang Kefela, 2010. Menurut Lean 2008, budaya organisasi dapat didefinisikan sebagai
kualitas kehidupan
the quality of life
dalam suatu organisasi yang dimanifestasikan dalam aturan-aturan atau norma-norma, tata kerja, kebiasaan kerja
work habits
, dan gaya kepemimpinan
operating styles of principals
seseorang atasan maupun bawahan. Kualitas kehidupan organisasi, baik yang terwujud dalam kebiasaan
maupun kepemimpinan dan hubungan tersebut tumbuh dan berkembang berdasarkan spirit dan keyakinan tertentu yang dianut organisasi. Karena itu, budaya organisasi
banyak didefinisikan sebagai spirit dan keyakinan sebuah organisasi yang mendasari lahirnya aturan-aturan, norma-norma dan nilai-nilai yang mengatur bagaimana
seseorang harus bekerja, struktur yang mengatur bagaimana seorang anggota organisasi berhubungan secara formal maupun informal dengan orang lain, sistem
dan prosedur kerja yang mengatur bagaimana kebiasaan kerja seharusnya dimiliki oleh seseorang anggota organisasi.
Berdasarkan uraian di atas dapat disimpulkan bahwa budaya organisasi adalah suatu keseluruhan yang kompleks dari pengetahuan, kepercayaan, seni,
moral, hukum, adat-istiadat, serta kemampuan-kemampuan dan kebiasaan lainnya yang diperoleh manusia dalam organisasi.
Kesimpulan faktor-faktor yang memengaruhi budaya organisasi yaitu kondisi fisik, kondisi mental-psikis, kondisi sosio-ekonomi dan budaya dan kondisi
lingkungan, falsafah, vis dan, misi, strategi perusahaan, struktur, iklim, simbol, nilai, kebiasaan, dan kepemimpinan.
Aspek-aspek budaya organisasi meliputi aspek: objektif, subjektif, kepercayaan, nilai, norma dan sanksi, simbol, teknologi, bahasa, kesenian, pekerja,
pengusaha, lingkungan, alat produksi, sistem dan prosedur, serta wewenang dan otoritas.
3. Hipotesis