Fungsi Immunologis Lien TINJAUAN PUSTAKA
dan juga mengelilingi folikel sel limfosit B. Lapisan tipis ini dibentuk oleh zone gelap di bagian luar, disebut zona mantle, yang mengandung sebagian besar
limfosit B, dan bagian tengah yang berwarna lebih cerah, zona germinal yang merupakan daerah seleksi sel limfosit B. Zona marginal, yang mengandung sel
limfosit B memori, adalah daerah paling tepi dari pulpa putih yang berbatasan langsung dengan daerah perifollicular, dimana makrofag dan fibroblas yang
memiliki molekul adhesi sel adressin mukosa tipe 1 berada Mebius dan Kraal, 2005.
Gambar 2.1. Struktur, fungsi dan populasi sel dari tiga kompartemen fungsional Di Sabbatino
et al., 2011
Lien berfungsi sebagai filter fagositik, yang menghilangkan sel-sel yang sudah tua dan rusak, partikel-partikel padat dari sitoplasma eritrosit pitting, dan
mikroorganisme yang terbawa oleh darah, dan juga memproduksi antibodi. Saat darah memasuki korda pulpa merah lien dan melewati epitel dengan fenestrasi
menuju sinus vena, aliran darah melambat, yang membantu menghilangkan eritrosit yang rusak dan bakteri oleh makrofag lien Di Sabbatino, et al. 2011.
Pulpa putih lien merupakan suatu akumulasi terbesar dari jaringan limfoid pada tubuh dan berfungsi sebagai tempat produksi dan aktivasi limfosit, dimana
kemudian sel limfosit akan bermigrasi menuju pulpa merah untuk mecapai lumen sinusoid-sinusoid lien. Sel-sel dendritic dan makrofag yang ada di zona marginal,
terlibat dalam proses penangkapan, pengolahan dan presentasi dari antigen. Makrofag lien khususnya, beradaptasi untuk dapat mengenali dan menghancurkan
bakteri yang telah teropsonisasi. Kedua sel dendritic dan limfosit T di dalam lien menunjukkan aktivitas immunologis yang kuat Katz et al., 2006.
Berdasarkan studi eksperimental, lokalisasi antigen di organ limfoid tergantung dari beberapa faktor, contohnya adalah
port d’ entry dari antigen, menentukan lokalisasi dari antigen di jaringan limfoid, khususnya untuk partikel-
partikel asing, protein dan makromolekul seperti lipopolisakarida LPS. Lebih jauh lagi, pemberian antigen secara intravena, berakibat terkumpulnya antigen ini
di lien, yang oleh karenanya disebutkan sebagai organ utama yang berespon terhadap antigen yang terbawa darah Jirillo, et al., 2003.
Antigen memasuki lien melalui arteriol sentral, yang berakhir di zona marginal dan dari sini darah akan mengalir di dalam sinusoid vascular dari pulpa
merah. Di zona marginal dan pulpa merah, antigen akan diproses oleh makrofag, dan fraksi dari antigen dapat ditemukan pada periarteriolar lymphoid sheath
PALS, yang kaya akan sel-sel dendritic, dan limfosit T. Pada kasus antigen polisakarida, pertama kali mereka akan difagositosis oleh makrofag zona
marginal, kemudian dibawa menuju folikel-folikel limfoid dimana disini terjadi produksi antibody. Di dalam folikel limfoid ini, antigen disimpan oleh sel
dendritic folikular selama berminggu-minggu sampai berbulan-bulan. Depot antigen ini menghasilkan stimulus jangka panjang untuk sel limfosit B memori.
Pada individu yang telah terpapar antigen, reinokulasi dengan antigen yang sama akan mengalami pembentukan kompleks imun yang lebih cepat, untuk kemudian
segera difagositosis dan dihancurkan Katz, et al. 2006. Beberapa bakteri dikenali secara langsung oleh makrofag, namun
kebanyakan terlebih dahulu memerlukan opsonisasi. Selama opsonisasi ini, permukaan bakteri diliputi oleh komplemen atau molekul opsonisasi lien lainnya
seperti properdin dan tuftsin, yang kemudian berinteraksi dengan reseptor pada fagosit. Bakteri-bakteri yang telah mengalami opsonisasi dapat secara efisien
dihilangkan oleh makrofag yang ada pada lien maupun hepar. Meski demikian, bakteri yang sulit untuk diopsonisasi, seperti bakteri berkapsul, khususnya
Streptococcus pneumonia, memiliki kemampuan untuk mencegah terikatnya komplemen atau menghambat komplemen yang ada pada kapsul untuk
berinteraksi dengan reseptor makrofag. Bakteri semacam ini hanya dapat dihilangkan pada lien yang normal. Untuk menghancurkan bakteri berkapsul ini
pada saat infeksi awal, dibutuhkan antibodi alamiah berupa pentamerik immunoglobulin M yang mampu memfasilitasi fagositosis baik secara langsung
ataupun melalui deposisi komplemen pada kapsul bakteri. Antibodi ini diproduksi oleh suatu populasi sel B memori yang ada di zona marginal lien Weller, et al.
2004.
Antigen yang memasuki aliran darah akan ditangkap oleh sel dendritic yang bertindak sebagai antigen presenting cell APC. Sel ini akan mengaktivasi
limfosit T yang ada di dalam PALS. Limfosit T yang telah aktif akan bermigrasi ke zona marginal dan membentuk suatu kluster, dan dibuktikan dengan adanya
kluster sel limfosit yang memproduksi sitokin yang berdekatan dengan sel B. sel limfosit B kemudian berespon terhadap antigen atas bantuan limfosit T helper
yang aktif di PALS. Pada langkah berikutnya, sel B yang telah diaktifkan akan bermigrasi ke folikel-folikel limfoid dan mulai untuk berproliferasi dan
membentuk suatu struktur yang disebut dengan germinal centre Di Sabatino et al., 2006.
Setelah respon antibodi terbetuk, sel limfosit B akan mengekspresikan reseptor immnuglobulin dengan afinitas yang lebih tinggi secara progresif
terhadap antigen. Sel B yang tidak mampu mengenali antigen akan mengalami apoptosis. Akhirnya sel-sel limfosit ini akan meninggalkan germinal centre dan
menjadi sel-sel yang memproduksi antibody dengan kecepatan tinggi di lokasi ekstra folikel, seperti misalnya di pulpa merah lien dan pada medulla dari
limfonodi. Di pusat germinal pula, ada beberapa sel limfosit B yang tidak mensekresikan antibodi, namun dapat bertahan hidup untuk jangka waktu yang
lama walau tanpa stimulus dari antigen. Sel-sel ini akan bersirkulasi secara bebas antara darah dan jaringan limfoid dan berespon secara cepat jika terjadi
reinokulasi dengan antigen yang sama. Sel ini adalah sel-sel memori, yang dipertahankan oleh suatu antigenic stimulasi oleh sel dendritic folikular selama
berbulan-bulan bahkan tahunan Shaw, et al. 1996.
Makrofag lien memainkan peran penting dalam proses penghancuran bakteri dari darah. Contohnya polisakarida pneumokokal yang dapat dihilangkan
dengan cara yang sangat efektif di dalam lien, namun dalam keadaan telah mengalami spenektomi, berakibat terakumulasinya polisakarida di limfonodi pada
percobaan terhadap tikus. Terdapat bukti bahwa makrofag zona germinal dapat berperan sebagai APC terhadap polisakarida, dan mempresentasikannya kepada
sel limfosit B untuk menginduksi antibody Ig M spesifik anti polisakarida. Yang cukup mengejutkan adalah, pada tikus yang displenektomi dan diberikan
immunisasi dengan polisakarida, sel yang mengandung antibody Ig A didapatkan pada limfonodi mesenterika. Ini sangat mungkin menunjukkan sel klon limfosit B
yang diaktifkan oleh eksposur sebelumnya atau polisakarida kapsul alami atau reaksi silang antigen, memproduksi IgA Jirillo, et al. 2003.
Studi eksperimental lainnya menunjukkan bahwa tikus yang asplenia, memiliki aktivitas bakterisidal dan fagositik dari makrofag alveolar yang
menurun, yang juga didukung dengan adanya bukti dari limfonodi pulmonal yang terisi oleh bakteri hidup. Temuan ini menunjukkan bahwa lien dapat
memproduksi sitokin, mis. Interleukin IL-1 dan granulocyte colony stimulating factor, yang dapat meningkatkan fungsi makrofag alveolar Hebert, et al. 1994.
Peran kunci lien dalam memulai respon imun terhadap bakteri berkapsul, diindikasikan oleh berkurangnya secara signifikan jumlah sel B memori IgM ini
setelah pengangkatan lien Di Sabatino, 2011. Hal ini mungkin disebabkan oleh adanya penurunan kadar interferon IFN- gamma dan IL-4 pada pasien-pasien
yang displenektomi. Ketidakseimbangan antara sitokin tipe Th1 dan Th2 dapat
berbahaya bagi host oleh karena baik respon imun seluler dan humoral menurun. Faktanya, ketiadaan dari produksi IFN gamma dapat membantu masuknya bakteri
intrasel danatau virus oleh karena defisiensi aktivasi dari makrofag danatau sel T sitotoksik. Di lain pihak, berkurangnya pembentukan IL-4 dapat mempengaruhi
produksi antibody dalam hal pertukaran kelas isotipe dan survival limfosit B pada lien, yang ditunjukkan pada berbagai eksperimen pada murine Erb, 2007.
Sel limfosit B memori IgM ini memerlukan organ lien untuk kelangsungan hidup dan regenerasinya. Jaringan limfoid perifer termasuk lien, bekerja dengan
prinsip yang sama, menangkap antigen dari lokasi infeksi dan membawanya untuk ditunjukkan kepada limfosit, sehingga menginduksi respon imun adaptif. Lien
juga mengeleluarkan sinyal kepada limfosit yang tidak bertemu dengan antigen spesifiknya. Hal ini penting untuk mempertahankan jumlah limfosit T dan B yang
cukup dan memastikan hanya limfosit dengan potensi untuk berespon terhadap antigen asing, yang dipertahankan. Sel limfosit B ini memiliki kemampuan unik
yang dapat memproduksi antibodi alamiah yang diperlukan untuk menghadapi S. pneumoniae, Neisseria meningitidis, dan Haemophilus influenzae type B, dan
dapat mengawali respon imun independen sel T terhadap adanya infeksi ataupun vaksinasi dengan antigen kapsul polisakarida. Penurunan jumlah sel B memori
IgM ini telah dilaporkan pada anak-anak berusia kurang dari 2 tahun oleh karena immaturitas zona marginal, pasien dengan immunodefisiensi, pasca splenektomi
dan individu dengan asplenia kongenital atau hiposplenisme, dan pasien usia lanjut Di Sabatino, et al. 2011.