Laporan Praktek Kerja Lapangan (PKL) Di Bagian Organisasi Hukum Dan Humas Direktorat Jenderal Pelayanan Dan Rehabilitasi Sosial Departemen Sosial RI Jakarta Pusat

(1)

1 BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Sejarah Departemen Sosial Republik Indonesia 1.1.1 Kilasan Sejarah Departemen Sosial RI

Berdasarkan keputusan panitia persiapan kemerdekaan Republik Indonesia, tertanggal 19 Agustus 1945, Departemen Sosial RI merupakan salah satu departemen pemerintahan pada jaman itu. Menurut surat keputusan tersebut, tugas Departemen Sosial RI dinyatakan secara singkat dan sederhana, yaitu : “Urusan fakir miskin dan anak terlantar”.

Untuk pertama kali dalam sejarah Indonesia, Pemerintah memikul tanggung jawab konstitusional, mengenai pembangunan kesejahteraan sosial, termaktub dalam pasal 34 UUD’ 45 bahwa : “Fakir miskin dan anak -anak terlantar dipelihara oleh Negara”, yang berarti bahwa secara konstitusional, berdasarkan pasal 34 yang dirangkaikan dengan pasal 33 tentang perekonomian.

Pemerintah membangun kesejahteraan sosial untuk meniadakan kemiskinan dan keterlantaran, yang terutama disebabkan oleh penjajahan, yang menindas dan menghisap Bangsa Indonesia yang nyata-nyata tidak berusaha untuk membangun kesejahteraan sosial bagi rakyat Indonesia, malah membiarkan rakyat Indonesia cukup hidup dengan segobang atau dua setengah sen sehari.


(2)

1.1.1.1Masa Awal Kemerdekaan

Pimpinan tertinggi Departemen Sosial pada masa awal kemerdekaan dipercayakan pada Mr. Iwa Kusuma Sumantri yang pada waktu itu membawahi kurang lebih 30 orang pegawai untuk Bagian Perburuhan dan Bagian Sosial. Hampir semua pegawai tersebut kurang/tidak berpengetahuan dan berpengalaman cukup mendalam dalam bidang perburuhan dan bidang sosial.

Berbeda dengan departemen-departemen lainnya seperti Departemen Dalam Negeri, Departemen Keuangan, dan Departemen Kesehatan, meskipun dalam suasana dan tujuan yang sangat berbeda, yaitu suasana dan tujuan jajahan atau colonial dan tujuan merdeka, instansi tersebut memiliki peninggalan-peninggalan contoh departemen-departemen sejenis dari Pemerintahan Jajahan Belanda. Tidak demikian halnya dengan Departemen Sosial RI. Depsos tidak mempunyai pendahulu atau “voorloper” di zaman Pemerintahan

Jajahan Belanda, juga tidak mempunyai pendahulu di zaman Pemerintahan Balatentara Dai Nippon.

Pada masa pemerintahan Balatentara Dai Nippon, di dalam Departemen Dalam Negeri atau Gunseikabu Naimubu terdapat

Romukyoku atau Kantor Perburuhan yang terdiri dari Romuka: Bagian Perburuhan dan Koseika atau Bagian Sosial. Romuka berpijak pada Kantor van Arbeid atau Kantor Perburuhan termasuk: Departement van Justitie atau Departemen Kehakiman, sedangkan Koseika atau


(3)

3

Bagian Sosial yang menangani Urusan Kemiskinan atau Azmwezen

berpijak pada Departement van Justitie atau Departemen Kehakiman.

Azmwezen atau Urusan Kemiskinan ini bergerak sesuai Stb. 1934 Nomor 26 jo Stb. 1939 Nomor 225. Dalam pengaturan santunan fakir miskin (“Azmwezen”) dan sesuai ordonansi tersebut di atas yang

termasuk dalam rumah tangga pemerintahan kota dan kabupaten adalah Jawa dan Madura, sedangkan daerah-daerah luar Jawa dan Madura termasuk dalam pemerintahan daerah.

Sumpah setia pada Negara serta Pemerintah Republik Indonesia di bawah bendera Sang Saka Merah Putih dilaksanakan di salah satu ruangan tingkat pertama bangunan Departemen Sosial RI yang tidak diikuti oleh seluruh pegawai, karena masih ada yang ragu-ragu mengenai kebenaran proklamasi kemerdekaan. Sumpah setia juga dilaksanakan bersama-sama dengan Departemen Kesehatan, Departemen Agama, Departemen Dalam Negeri, dan Departemen Sosial yang bertempat di suatu halaman yang sekarang ditempati seluruhnya oleh Departemen Dalam Negeri di Jalan Merdeka Utara.

Departemen Sosial RI pada waktu itu berlokasi di Jalan Cemara no. 5 yang merupakan bekas Kantor Perburuhan di Jalan Agus Salim, sampai dating perintah untuk pindah ke Jogyakarta pada tanggal 10 Januari 1946, karena gangguan dari NICA terus-menerus, sehingga Jakarta dianggap tidak aman lagi bagi Pusat Pemerintahan Republik Indonesia. Pertempuran-pertempuran terjadi di beberapa


(4)

wilayah di Jakarta, baik siang maupun malam, sehingga waktu banyak terbuang mencari jalan yang aman sampai di kantor.

Tidak banyak yang dapat diperbuat dalam suasana dan keadaan tidak aman tersebut, karena pertempuran itu beresiko terkena tembakan setiap saat. Kemudian datang perintah untuk bersiap-siap pindah ke Jogyakarta yang pada waktu itu menjadi Ibu Kota Republik Indonesia. Perpindahan terlaksana malam hari tanggal 10 Januari 1946 dari stasiun kereta api Tanah Abang. Para pegawai tidak diperkenankan membawa barang-barang lain, selain pakaian, alat untuk makan, tikar dan bantal, serta dibekali gaji untuk dua bulan.

Setiba di Jogyakarta dan setelah beberapa hari Departemen Sosial RI ditempatkan di Sekolah Bruderan Loji Wetan, kemudian dipindahkan di gedung Seminari di Jl. Code Jogyakarta bersama dengan Departemen Penerangan. Di gedung Seminari ini tugas Departemen Sosial dilaksanakan setapak demi setapak dalam suasana aman dengan perlengkapan dan peralatan yang ada, sambil mensolidkan tubuh Departemen Sosial dan menyusun kantor-kantor Sosial di daerah-daerah. Lahirlah pula di gedung Seminari beberapa peraturan, berbentuk maklumat dan sebagainya, diantaranya Maklumat Nomor 3 tentang pembentukan Panitia-panitia Pembantu Sosial untuk usaha-usaha santunan fakir miskin, anak terlantar, di Ibu Kota Kabupaten dan Kotamadya terdiri dari para peminat dalam bidang sosial, pegawai pamongpraja dan kantor sosial, para pemimpin


(5)

5

badan-badan sosial dan pemimpin-pemimpin informal setempat. Panitia lain yang diusahakan dibentuk dan disiapkan adalah Panitia Penolong Korban Perang.

Sejak pemerintahan Republik Indonesia pindah kembali ke Jakarta, Departemen Sosial RI pusat menempati kantor di Jalan Ir.Juanda 36 Jakarta Pusat, dan mengalami perpindahan lokasi lagi ke Jalan Salemba Raya 28 Jakarta Pusat sampai sekarang. Hingga saat ini telah tercatat 29 kali pergantian menteri sosial, mulai dari Mr. Iwa Kusuma Sumantri, hingga Bachtiar Chamsyah.

1.1.1.2 Masa Pembubaran (Likuidasi)

Peralihan kepemimpinan di negeri ini berpengaruh juga terhadap keberadaan kabinetnya. Kemudian berimbas pada lembaga tinggi Negara dan departemen. Setelah berakhirnya pemerintahan orde baru, yang dilanjutkan oleh pemerintahan reformasi dan saat K.H Abdurrahman Wahid (yang biasa dikenal dengan sebutan „Gus Dur’) terpilih sebagai Presiden Republik RI, secara mengejutkan nomenklatur Departemen Sosial RI dihapus bersamaan dengan Departemen Penerangan dari jajaran departemen yang ada di pemerintahan Indonesia.

Hal ini membuat para praktisi dan akademisi termasuk mahasiswa Pascasarjana Kesejahteraan Sosial Universitas Indonesia saat itu ikut serta menyuarakannya dengan menggelar seminar tentang kiprah Departemen Sosial, dengan harapan supaya Gusdur


(6)

membentuk kembali Departemen Sosial atau nomenklatur lainnya yang dapat mewadahi pelayanan kesejahteraan sosial secara institusional.

Saat itu pemerintahan Gus Dur menggagas bahwa pelayanan kesejahteraan social cukup dilakukan oleh masyarakat. Namun keadaan berkata lain, secara tidak diduga pula, saat itu muncul berbagai masalah kesejahteraan social seperti bencana alam, bencana sosial, populasi anak jalanan dan anak terlantar semakin bertambah terus jumlahnya, sehingga para mantan petinggi Departemen Sosial menggagas untuk dibentuknya sebuah Badan yang berada langsung di bawah Presiden, maka terbentuklah Badan Kesejahteraan Sosial Nasional (BKSN).

1.1.1.3 Masa Penggabungan

Dengan terbentuknya BKSN ini permasalahan tidak segera terentaskan, malah yang terjadi serba kekurangan karena tidak berimbangnya populasi permasalahan sosial dengan petugas yang dapat menjangkaunya dan kewenangan BKSN juga sangat terbatas. Dengan pertimbangan seperti itu maka Departemen Sosial dimunculkan kembali tetapi digabung dengan Departemen Kesehatan. Nomenklaturnya menjadi Departemen Kesehatan dan Kesejahteraan Sosial. Gagasan penggabungan ini juga tidak memberikan solusi terentaskannya permasalahan kesejahteraan sosial secara memadai, padahal populasi permasalahan sosial semakin kompleks.


(7)

7

Kemudian pada masa cabinet berikutnya setelah berakhirnya pemerintahan reformasi berganti ke pemerintahan Gotong Royong, maka Departemen Sosial difungsikan kembali untuk menyelenggarakan tugas-tugas pembangunan di bidang kesejahteraan sosial. Dengan difungsikannya kembali Departemen Sosial, memang tidak serta merta permasalahan kesejahteraan sosial menjadi hilang dan rakyat menjadi sejahtera, tetapi pelayanan sosial yang diterima rakyat menjadi lebih memadai.

Tenaga pekerja sosial profesional yang dimiliki Departemen Sosial adalah salah satu komponen yang dapat memberikan harapan bagi para penyandang masalah kesejahteraan sosial (PMKS). PMKS menjadi mampu memanfaatkan berbagai potensi dan sumber kesejahteraan sosial (PSKS) yang ada di lingkungan lokalnya bahkan di luar lingkungannya menuju insan mandiri dan sejahtera dengan pelayanan yang berbasiskan pada kearifan lokal dan hak dasar manusia.

1.1.1.4 Masa Sekarang

Departemen Sosial RI dibawah kepemimpinan Bapak Dr. (HC) Bachtiar Chamsyah, S.E. tidak hanya menggarap persoalan-persoalan yang bersifat teknis dan sebatas kelompok marginal, melainkan juga melibatkan peran serta masyarakat dan dunia usaha dalam penyelenggaraan pelayanan kesejahteraan sosial.


(8)

Pada tingkat Nasional, Departemen Sosial RI juga memberikan masukan-masukan penting kepada pemerintah untuk menyusun kebijakan-kebijakan publik yang berorientasi kepada kesejahteraan sosial, karena kesejahteraan sosial bagi warga negara Indonesia dijamin oleh UUD’ 45. Dalam konteks ini,

Departemen Sosial RI menjalankan salah satu fungsi pemerintahan di dalam sistem negara atau pemerintah, agar penyelenggaraan kesejahteraan sosial di negeri ini berada di jalur yang tepat. Penyelenggaraan kesejahteraan sosial diperlukan justru untuk mencegah dan mengatasi berbagai problema yang muncul dengan berupaya memeratakan pemanfaatan potensi dan sumber yang dihasilkan dari pelaksanaan pembangunan itu sendiri.

Apabila cara melihat lembaga ini hanya dari sisi masih banyaknya angka kemiskinan, yang merupakan penyebab paling dominan munculnya masalah kesejahteraan sosial, maka hal tersebut terlalu menyederhanakan masalah. Berbagai perdebatan mengemuka mengenai jumlah angka kemiskinan di Indonesia, tetapi yang jauh lebih penting dari cara pandang dan perdebatan-perdebatan tersebut adalah program-program untuk pengentasan masalah kesejahteraan sosial tersebut.

Sebagai bagian dari masyarakat internasional, kita pun harus menghormati standar hidup layak sebagaimana yang diwujudkan dalam sebuah konvensi tentang keberhasilan pembangunan dan


(9)

9

pengentasan kemiskinan yang disepakati negara-negara anggota Perserikatan Bangsa-Bangsa (PBB) pada tahun 1995, yang tertuang dalam Millenium Development Goals (MDG’s). Bahkan, standar

kelayakan hidup MDG’s itu seharusnya menjadi motivasi dalam penyelenggaraan kesejahteraan sosial.

Standar kelayakan hidup itu tentu saja penting sebagai ukuran untuk mengetahui apakah pembangunan di sebuah negara telah mencapai tujuan-tujuan standar hidup yang layak bagi warga negaranya. Dari situ akan terlihat di mana kekurangan pembangunan yang dilakukan bangsa ini. Namun, yang jauh lebih penting lagi adalah bagaimana memberdayakan orang miskin, atau secara lebih khusus dalam perspektif Pekerjaan Sosial dikenal dengan program pemberdayaan sosial PMKS dan PSKS.

Dalam melaksanakan tugas pokok dan fungsinya Departemen Sosial bertitik tolak pada upaya memikirkan dan menjadikan orang yang terlilit oleh berbagai persoalan sosial dan mental agar mampu menolong dirinya sendiri dengan meraih kesejahteraan hidupnya.

Dengan didasarkan pada Peraturan Menteri Sosial RI Nomor: 82/HUK/2005 tentang Organisasi dan Tata Kerja Departemen Sosial, telah dilakukan berbagai upaya dalam bentuk Usaha Kesejahteraan Sosial (UKS) melalui berbagai program. Program tersebut berada di setiap Unit Kerja di lingkungan Departemen Sosial RI.


(10)

Departemen Sosial RI menyelenggarakan beberapa fungsinya, yakni: (a) perumusan kebijakan nasional, kebijakan pelaksanaan, dan kebijakan teknis di bidang sosial; (b) pelaksanaan urusan pemerintahan sesuai dengan bidang tuganya; (c) pengelolaan barang milik atau kekayaan Negara yang menjadi tanggung jawabnya; (d) pengawasan atas pelaksanaan tugasnya; (e) penyampaian laporan hasil evaluasi, saran, dan pertimbangan di bidang tugas dan fungsinya kepada Presiden.

Dalam menjalankan tugas sehari-hari Menteri Sosial dibantu beberapa unsure di dalam Departemen Sosial, yakni: Sekretariat Jenderal; Ditjen Bantuan dan Jaminan Sosial; Inspektorat Jenderal (Itjen); Badan Pendidikan dan Penelitian Kesejahteraan Sosial; dan 5 staf ahli Menteri yakni Staf Ahli bidang Otonomi Daerah, Staf Ahli Bidang Hubungan Antar Lembaga, Staf Ahli Bidang Perlindungan Sosial, Staf Ahli Bidang Dampak Sosial, dan Staf Ahli Bidang Integrasi Sosial. Disamping itu juga ada Pusat Penyuluhan Sosial dan Pusat Penyusunan Perundang-Undangan dan Bantuan Hukum.


(11)

11

1.1.2 Visi dan Misi Departemen Sosial RI

Berdasarkan Peraturan Presiden Republik Indonesia Nomor 9 Tahun 2005 tentang Kedudukan, Tugas, Fungsi, Kewenangan, Susunan Organisasi, dan Tata Kerja Kementerian Negara Republik Indonesia, sebagaimana telah dirubah dengan Peraturan Presiden RI Nomor 62 Tahun 2005, dan Peraturan Presiden Republik Indonesia Nomor 10 Tahun 2005 sebagaimana telah beberapa kali terakhir dengan Peraturan Presiden Republik Indonesia Nomor 66 Tahun 2006 tentang Unit Organisasi dan Tugas Eselon I Kementerian Negara Republik Indonesia, Departemen Sosial RI saat ini diberikan mandat untuk menyelenggarakan sebagian urusan pemerintahan di bidang sosial. Departemen ini berkedudukan langsung di bawah Presiden. Dengan demikian dalam merealisasikan kebutuhan dan kedudukan tersebut mengacu pada Peraturan Menteri Sosial Republik Indonesia Nomor 82/HUK/2005 tentang Organisasi dan Tata Kerja Departemen Sosial, selanjutnya dalam melaksanakan tugas pokok dan fungsi maka Departemen Sosial RI mempunyai visi dan misi sebagai berikut:

a. Visi

Departemen Sosial RI, memiliki suatu visi yaitu sebagai berikut: “Kesejahteraan Sosial Oleh dan Untuk Semua”

Visi ini mengandung arti bahwa pembangunan kesejahteraan sosial sebagai bagian dari kesejahteraan rakyat adalah upaya dan gerakan nasional untuk mewujudkan kesejahteraan sosial, oleh dan untuk


(12)

seluruh rakyat Indonesia, yang dilakukan dalam rangka mewujudkan keadilan sosial sebagaimana amanat UUD 1945. Oleh karena itu setiap warga negara mempunyai hak yang sama untuk memperoleh taraf kesejahteraan sosial yang sebaik-baiknya dan sekaligus mempunyai kewajiban yang sama pula untuk mewujudkan kesejahteraan sosial.

b.Misi

Departemen Sosial RI, memiliki misi yaitu sebagai berikut:

1. Meningkatkan kualitas hidup berdasarkan harkat dan martabat manusia;

2. Mengembangkan prakarsa dan peran aktif masyarakat dalam pembangunan kesejahteraan sosial;

3. Mencegah, mengendalikan dan mengatasi permasalahan kesejahteraan sosial;

4. Mengembangkan sistem jaminan kesejahteraan sosial; 5. Memperkuat ketahanan sosial masyarakat.


(13)

13

1.1.3 Landasan Hukum Departemen Sosial RI

Berbagai landasan hukum yang terkait dengan pelaksanaan pembangunan kesejahteraan sosial, yaitu meliputi:

1. Undang-undang Dasar 1945, Pasal 27, 28B, 33, dan 34; 2. Undang-undang RI Nomor 22 Tahun 1954 tentang Undian;

3. Undang-undang RI Nomor 9 Tahun 1961 tentang Pengumpulan Uang atau Barang;

4. Undang-undang RI Nomor 5 PRPS Tahun 1964 tentang Pemberian Penghargaan/Tunjangan Kepada Perintis Pergerakan Kebangsaan/Kemerdekaan;

5. Undang-undang RI Nomor 33 PRPS Tahun 1964 tentang Penetapan Penghargaan dan Pembinaan terhadap Pahlawan;

6. Undang-undang RI Nomor 4 Tahun 1979 tentang Kesejahteraan Anak;

7. Undang-undang RI Nomor 7 Tahun 1984 tentang Pengesahan Konvensi Mengenai Penghapusan Segala Bentuk Diskriminasi terhadap Perempuan;

8. Undang-undang RI Nomor 8 Tahun 1985 tentang Organisasi Kemasyarakatan;

9. Undang-undang RI Nomor 2 Tahun 1992 tentang Usaha Peransurasian;

10.Undang-undang RI Nomor 4 Tahun 1992 tentang Perumahan dan Permukiman.


(14)

1.2 Tugas dan Fungsi

1.2.1 Tugas dan Fungsi Direktorat Jenderal Pelayanan dan Rehabilitasi Sosial

Direktorat Jenderal Pelayanan dan Rehabilitasi Sosial dipimpin oleh Direktur Jenderal yang mempunyai tugas merumuskan serta melaksanakan kegiatan dan standarisasi teknis di bidang Pelayanan dan Rehabilitasi Sosial. Dalam melaksanakan tugas tersebut, Direktorat Jenderal Pelayanan dan Rehabilitasi Sosial mempunyai fungsi:

a. Penyiapan perumusan kebijakan Departemen di bidang Pelayanan dan Rehabilitasi Sosial.

b. Pelaksanaan kebijakan di bidang Pelayanan dan Rehabilitasi Sosial.

c. Perumusan kebijakan teknis, norma, pedoman, kriteria dan prosedur di bidang Pelayanan dan Rehabilitasi Sosial.

d. Pemberian bimbingan teknis dan evaluasi di bidang Pelayanan dan Rehabilitasi Sosial.

1.2.2 Visi dan Misi Direktorat Jenderal Pelayanan dan Rehabilitasi Sosial

Untuk melaksanakan tugas pokok dan fungsi tersebut diatas, maka Direktorat Jenderal Pelayanan dan Rehabilitasi Sosial mempunyai visi dan misi sebagai berikut :


(15)

15

a. Visi

Rumusan visi dan misi Direktorat Jenderal Pelayanan dan Rehabilitasi Sosial mengacu pada visi dan misi Departemen Sosial, dengan fokus pada tugas pokok dan fungsi yang telah ditetapkan, maka visi Direktorat Jenderal Pelayanan dan Rehabilitasi Sosial sebagai berikut :

“Pelayanan dan Rehabilitasi Sosial adalah Tanggungjawab Bersama”

b. Misi

Untuk mencapai visi yang telah ditetapkan, Direktorat Jenderal Pelayanan dan Rehabilitasi Sosial mempunyai misi yang harus dilaksanakan agar tujuan dapat terlaksana dan berhasil dengan baik. Misi tersebut adalah :

a. Melakukan advokasi dan fasilitas bagi pembentukan dan pemeliharaan serta pelayanan pada tempat penitipan anak (TPA) dan kelompok bermain bagi anak balita terlantar dan bagi anak balita yang orang tuanya bekerja.

b. Menyelenggarakan pelayanan sosial, rehabilitasi sosial, dan perlindungan sosial bagi anak cacat, anak terlantar, termasuk anak jalanan, anak nakal dan korban penyalahgunaan NAPZA. c. Memberikan pelayanan sosial, santunan, advokasi sosial serta


(16)

d. Menyelenggarakan pelayanan dan rehabilitasi sosial, perlindungan sosial serta penyediaan aksesibilitas bagi penyandang cacat.

e. Melaksanakan pelayanan dan rehabilitasi sosial bagi tuna sosial yang terdiri tuna susila, gelandangan, pengemis dan bekas narapidana serta pencegahan penyebarluasan HIV/AIDS.

f. Meningkatkan intensitas kemitraan dan memberikan penghargaan bagi pihak-pihak yang berperan aktif dalam kegiatan pelayanan dan rehabilitasi sosial.

g. Menyelenggarakan pelayanan sosial, rehabilitasi sosial, pencegahan, kelembagaan, perlindungan dan advokasi sosial korban penyalahgunaan NAPZA.


(17)

17

1.3 Struktur Departemen Sosial RI

Gambar 1.1

Struktur Departemen Sosial RI

Sumber : Buku Profil Departemen Sosial RI, 2009

STAF AHLI

MENTERI

SOSIAL

SET IJEN INSPEKTORAT SET JEN BIRO PERENCANAAN BIRO KEUANGAN BIRO ORGANISASI DAN KEPEGAWAIAN BIRO UMUM BIRO HUMAS PUSAT PENYULUHAN SOSIAL PUSAT PENYUSUNAN PER-UU DAN BANTUAN HUKUM DIREKTORAT UPT DITJEN PEMBERDAYAAN SOSIAL SET DITJEN DITJEN PELAYANAN DAN REHABILITASI SOSIAL DIREKTORAT DITJEN BANTUAN DAN JAMINAN

SOSIAL

DIREKTORAT

BADAN PENDIDIKAN DAN PENELITIAN KESEJAHTERAAN SOSIAL

SET DITJEN SET DITJEN

UPT

SET BADAN IT JEN

PUSAT 1. Staf Ahli Men. Bid. Otonomi Daerah 2. Staf Ahli Men. Bid. Hubungan Antar Lembaga 3. Staf Ahli Men. Bid. Perlindungan Sosial 4. Staf Ahli Men. Bid. Dampak Sosial 5. Staf Ahli Men. Bid. Integrasi Sosial


(18)

Departemen Sosial RI dalam menata kelembagaannya disesuaikan dengan permasalahan yang ditangani, sehingga dapat menangani masalah dan mengembangkan potensi serta sumber kesejahteraan sosial yang ada. Hal ini penting karena masalah sosial dan isu kesejahteraan sosial selalu muncul oleh berbagai sebab.

Dasar hukum dalam melaksanakan tugas pokok dan fungsi Departemen Sosial RI adalah Peraturan Menteri Sosial RI Nomor: 82/HUK/2005 tentang Organisasi dan Tata Kerja Departemen Sosial RI.

Departemen Sosial merupakan unsur pelaksana pemerintah yang dipimpin oleh seorang menteri negara yaitu Menteri Sosial RI yang berada di bawah dan bertanggung jawab kepada Presiden. Departemen Sosial membantu tugas Presiden dalam menyelenggarakan sebagian urusan pemerintahan di bidang sosial. Oleh sebab itu, Departemen Sosial RI menyelenggarakan beberapa fungsinya, yakni:

1. Pelaksanaan urusan di bidang sosial.

2. Pembinaan dan koordinasi pelaksanaan tugas serta pelayanan administrasi Departemen.

3. Pelaksanaan penelitian dan pengembangan terapan, pendidikan dan pelatihan tertentu dalam rangka mendukung kebijakan di bidang social. 4. Pelaksanaan pengawasan fungsional.

Dalam menyelenggarakan fungsi tersebut, Departemen Sosial mempunyai kewenagan sebagai berikut:

1. Menetapkan kebijakan di bidang sosial untuk mendukung pembangunan secara makro.


(19)

19

2. Menetapkan pedoman untuk menentukan standar pelayanan minimal yang wajib dilaksanakan oleh kabupaten/kota di bidang sosial, penyusunan rencana nasional secara makro di bidang sosial.

3. Menetapkan persyaratan akreditasi lembaga pendidikan dan sertifikasi tenaga profesional ahli serta persyaratan jabatan di bidang sosial.

4. Melakukan pembinaan dan pengawasan atas penyelenggaraan otonomi daerah yang meliputi pemberian pedoman, bimbingan, pelatihan, arahan, dan supervisi di bidang sosial.

5. Mengatur penerapan perjanjian atau persetujuan internasional yang disahkan atas nama negara di bidang sosial.

6. Menetapkan standar pemberian izin oleh daerah di bidang sosial. 7. Menanggulangi bencana yang berskala nasional di bidang sosial. 8. Menetapkan kebijakan sistem informasi nasional di bidang sosial. 9. Menyelesaikan perselisihan antar Provinsi di bidang sosial.

10.Mengatur sistem penganugerahan tanda kehormatan/jasa tingkat nasional.

11.Menyelenggarakan pelayanan sosial termasuk sistem jaminan dan rehabilitasi sosial.

12.Menetapkan pedoman pelestarian nilai-nilai kepahlawanan, keperintisan, dan kejuangan serta nilai-nilai kesetiakawanan sosial.

13.Mengadakan pedoman akreditasi lembaga penyelenggaraan pelayanan sosial.


(20)

14.Menetapkan pedoman pelayanan dan rehabilitasi serta bantuan sosial dan perlindungan sosial penyandang masalah kesejahteraan sosial. 15.Memelihara taman makam pahlawan nasional.

16.Kewenangan lain sesuai dengan ketentuan peraturan perundang-undangan yang berlaku, yaitu:

a. Memberikan izin undian dan pengumpulan uang dan/atau barang di tingkat nasional.

b. Memberikan rekomendasi pengangkatan anak lintas negara. c. Memelihara makam pahlawan nasional.

Menteri Sosial dalam menjalankan tugas sehari-hari dibantu oleh beberapa unsur di dalam Departemen Sosial, yakni: Sekretariat Jenderal, Ditjen Pemberdayaan Sosial, Ditjen Pelayanan dan Rehabilitasi Sosial, Ditjen Bantuan dan Jaminan Sosial; Inspektorat Jenderal (Itjen); Badan Pendidikan dan Penelitian Kesejahteraan Sosial; dan Staf Ahli Menteri.


(21)

21

1.4 Struktur Organisasi Direktorat Jenderal Pelayanan dan Rehabilitasi Sosial

Gambar 1.2

Struktur Organisasi Ditjen Yanrehsos

Sumber : Buku Profil Departemen Sosial RI, 2009 DIREKTORAT JENDERAL

PELAYANAN DAN REHABILITASI SOSIAL

DIREKTORAT PELAYANAN SOSIAL ANAK

DIREKTORAT PELAYANAN SOSIAL LANJUT

USIA

DIREKTORAT PELAYANAN DAN REHABILITASI SOSIAL

TUNA SUSILA

DIREKTORAT PELAYANAN DAN REHSOS KORBAN

PENYALAHGUNAAN NAPZA DIREKTORAT

PELAYANAN DAN REHABILITASI SOSIAL PENYANDANG CACAT

SEKRETARIAT DIREKTORAT JENDERAL


(22)

1.5 Job Description

Dalam melaksankan tugas dan fungsi, Direktur Jenderal Pelayanan dan Rehabilitasi Sosial dibantu oleh satu Sekretariat, lima Direktorat dan Unit Pelaksana Teknis (UPT) yaitu:

a. Sekretariat Direktorat Jenderal b. Direktorat pelayanan sosial anak c. Direktorat pelayanan sosial lanjut usia

d. Direktorat Pelayanan dan Rehabilitasi Sosial penyandang cacat e. Direktorat Pelayanan dan Rehabilitasi Sosial Tuna Sosial

f. Direktorat Pelayanan dan Rehabilitasi Sosial korban penyalahgunaan Napza

g. Unit Pelaksana Teknis (UPT)

Adapun tugas pokoknya adalah sebagai berikut: a. Sekretariat Direktorat Jenderal

Mempunyai tugas memberikan pelayanan administrasi di lingkungan Direktorat Jenderal. Lingkup kegiatan; program dan informasi, umum, keuangan dan organisasi, hukum dan hubungan masyarakat. b. Direktorat Pelayanan Sosial Anak

Mempunyai tugas melaksanakan penyiapan perumusan kebijakan teknis, standarisasi dan pemberian bimbingan teknis serta evaluasi di bidang pelayanan sosial anak. Lingkup kegiatan; pelayanan sosial anak balita dan pengangkatan anak, pelayanan sosial anak terlantar,


(23)

23

pelayanan dan rehabilitasi sosial anak nakal, anak cacat, kelembagaan, perlindungan dan advokasi sosial anak.

c. Direktorat Pelayanan Sosial Lanjut Usia

Mempunyai tugas melaksanakan penyiapan perumusan kebijakan teknis, standarisasi dan pemberian bimbingan teknis serta evaluasi di bidang pelayanan sosial lanjut usia. Lingkup kegiatan; pelayanan sosial dalam panti, luar panti, kelembagaan sosial, serta perlindungan sosial dan aksesibilitas sosial lanjut usia.

d. Direktorat Pelayanan dan Rehabilitasi Sosial Penyandang Cacat Mempunyai tugas melaksanakan penyiapan perumusan kebijakan teknis, standarisasi dan pemberian bimbingan teknis serta evaluasi di bidang pelayanan dan rehabilitasi sosial penyandang cacat. Lingkup kegiatan; pelayanan rehabilitasi sosial cacat tubuh dan bekas penderita penyakit kronis, pelayanan rehabilitasi sosial cacat netra, pelayanan rehabilitasi sosial penyandang cacat rungu wicara, pelayanan rehabilitasi sosial penyandang cacat mental, fisik dan mental serta kelembagaan, perlindungan dan advokasi sosial penyandang cacat.

e. Direktorat Pelayanan dan Rehabilitasi Sosial Tuna Sosial

Mempunyai tugas melaksanakan penyiapan perumusan kebijakan teknis, standarisasi dan pemberian bimbingan teknis serta evaluasi di bidang pelayanan dan rehabilitasi sosial tuna sosial. Lingkup kegiatan; pelayanan dan rehabilitasi sosial gelandangan dan


(24)

pengemis, pelayanan dan rehabilitasi sosial tuna sosial, pelayanan dan rehabilitasi sosial bekas warga binaan lembaga pemasyarakatan, pelayanan dan rehabilitasi sosial orang dengan HIV/AIDS.

f. Direktorat Pelayanan dan Rehabilitasi Sosial Korban Penyalahgunaan NAPZA

Mempunyai tugas melaksanakan penyiapan perumusan kebijakan teknis, standarisasi dan pemberian bimbingan teknis serta evaluasi di bidang pelayanan dan rehabilitasi social korban penyalahgunaan NAPZA. Lingkup kegiatan; pencegahan penyalahgunaan NAPZA, pelayanan dan rehabilitasi social korban penyalahgunaan NAPZA, pengembangan dan pembinaan lanjut korban penyalahgunaan NAPZA, serta kelembagaan, perlindungan dan advokasi sosial. g. Unit Pelaksana Teknis (UPT)

Unit Pelaksana Teknis (UPT) adalah sebagai pelaksana tugas teknis penunjang Direktorat Jenderal Pelayanan dan Rehabilitasi Sosial.


(25)

25

1.6 Sarana dan Prasarana Departemen Sosial RI

1.6.1Sarana dan prasarana yang dimiliki oleh Departemen Sosial RI, antara lain :

a. Gedung

Departemen Sosial memiliki beberapa gedung baik berada di Jakarta maupun daerah. Gedung yang berada di Jakarta berlokasi di Jl. Salemba Raya, Margaguna, dan Cawang. Sedangkan yang berada di daerah berupa Unit Pelaksana Teknis (UPT) yang berupa panti-panti, maupun balai-balai. Lokasi Panti Sosial berada di Bogor, Bandung, Jogyakarta, Surakarta, Medan, Makassar, Kupang dan lain-lain. Sedangkan balai besar berada di 6 lokasi yaitu BBPPKS Padang, Bandung, Jogyakarta, Banjarmasin, Makassar dan Jayapura.

Gedung-gedung tersebut secara fisik memadai, baik ruang belajar atau ruang pelayanan maupun tempat bekerja bagi pegawai, sehingga dapat memperlancar pelaksanaan kerja Departemen.

b. Kendaraan

Kendaraan yang dimiliki Departemen Sosial untuk operasional kedinasan, pada dasarnya relatif memadai, mulai kendaraan roda enam, empat dan dua, serta kendaraan operasional langsung untuk pelayanan korban bencana alam yang berupa truk, jip, mobil dapur umum berikut peralatannya, mobil sosial keliling, dll. Kendaraan ini tersebar di setiap unit kerja Departemen Sosial, baik di pusat maupun di daerah, baik yang melekat pada jabatan maupun untuk operasional pelayanan.


(26)

c. Peralatan Kantor

Pada dasarnya peralatan kantor yang dimiliki Departemen Sosial cukup memadai mulai dari alat tulis kantor (ATK), mesin tik, komputer, ruang data, dan tempat penyimpanan dokumen, dll.

d. Teknologi Software dan Hard Ware

Untuk mendukung kelancaran keterpaduan informasi dan komunikasi antar unit, baik di pusat maupun dengan di daerah dalam rangka penyusunan rancangan program dan strategi penanganan masalah serta pemanfaatan sistem sumber, Departemen Sosial RI telah memiliki website yang telah tersambung dengan website unit-unit teknis yang ada di daerah.

Ketersediaan sarana dan prasana pada sebuah perusahaan/instansi merupakan suatu bentuk dukungan bagi karyawan agar dapat melakukan pekerjaannya dengan baik. Selain itu juga dapat menunjang terciptanya kinerja karyawan yang efisien dan efektif. Sehingga setiap karyawan dapat melakukan aktivitas kerja dengan mudah, cepat dan tepat karena didukung dengan sarana dan prasarana yang memadai.

1.6.2Sarana dan Prasarana Bagian Organisasi Hukum dan Humas

Untuk menunjang aktivitas kerja sehari-hari menjadi lebih baik lagi, maka Bagian Organisasi Hukum dan Humas Ditjen Yanrehsos memiliki sarana dan prasarana sebagai berikut :


(27)

27

Tabel 1.1

Sarana dan Prasarana Bagian Organisasi Hukum dan Humas Departemen Sosial Jakarta

Sarana dan Prasarana JUMLAH

Ruang Kerja 2 Ruangan

Komputer 5 unit

Printer 4 unit

Televisi 1 unit

Air Conditioner (AC) 1 set

Kamera Digital/LSR 2 unit

Kamera/Video PAS 1 unit

Telepon 2 saluran

Kursi 16 set

Meja 18 set

Lemari Buku 8 set

Cutter 2 buah

Gunting 2 buah

Kursi Tamu 2 set

Kulkas 1 buah

Meja Komputer 5 set

Mesin Fotocopy 1 unit

Kipas Angin 1 buah


(28)

Magiccom (Cooker) 1 buah

Jam Dinding 3 buah

Sumber : Agenda Penulis Selama PKL, 2010

1.7 Lokasi dan Waktu Praktek Kerja Lapangan (PKL) 1.7.1 Lokasi Pelaksanaan Praktek Kerja Lapangan

Praktek Kerja Lapangan (PKL) dilaksanakan di Departemen Sosial Republik Indonesia, Jln. Salemba Raya No. 28 Jakarta Pusat 10430. Telepon: (021)-3103613, (021)-3103591, Fax : 021-3103613, Website :

www.depsos.go.id.

1.7.2 Waktu Pelaksanaan Praktek Kerja Lapangan

Waktu pelaksanaan Praktek Kerja Lapangan (PKL), dilakukan mulai dari tanggal 05 Juli s/d 31 Agustus 2010 pada bagian Organisasi Hukum dan Humas dalam waktu 5 hari kerja, yaitu mulai dari hari Senin s/d hari Jumat, dimana setiap hari kerjanya dimulai dari pukul 09.00-16.00 WIB.


(29)

29 BAB II

PELAKSANAAN PRAKTEK KERJA LAPANGAN

2.1 Aktivitas dan Kegiatan Selama PKL

Selama melaksanakan Praktek Kerja Lapangan (PKL), penulis melakukan berbagai kegiatan baik kegiatan yang sifatnya rutin (dilakukan hampir setiap hari kerja) dan kegiatan insidentil (dilakukan pada waktu atau acara tertentu saja).

Selama melaksanakan Praktek Kerja Lapangan (PKL) di Departemen Sosial Jakarta, penulis ditempatkan pada bagian Organisasi Hukum dan Humas (OHH) yang berada dibawah naungan Direktorat Jenderal Pelayanan dan Rehabilitasi Sosial (Ditjen Yanrehsos). Dimana pada bagian ini kegiatan rutin yang dilakukan, antara lain adalah membaca koran dan mencari berita koran mengenai Depsos, merapikan file, mengarsipkan surat-surat yang masuk dan keluar. Sedangkan kegiatan yang bersifat insidentil yaitu, ikut serta untuk meliput berbagai kegiatan diantaranya, Hari Anti Narkotika Internasional, Hari Anak Nasional, Silaturahmi Menteri Sosial dengan Para Pengusaha.

Berikut ini adalah jadwal pelaksanaan PKL yang telah penulis lakukan selama 2 bulan hari kerja, dimulai dari tanggal 5 Juli sampai dengan 31 Agustus 2010. Untuk lebih jelasnya, dapat dilihat pada tabel dibawah ini:


(30)

Tabel 2.1

Jadwal Aktivitas Praktek Kerja Lapangan

No. Hari/Tanggal Jenis Kegiatan

Keterangan Rutin Insidentil

1 Senin, 05 Juli 2010

 Pengenalan diri kepada seluruh karyawan OHH.  Pengenalan dan pengarahan

oleh pembimbing PKL mengenai kegiatan humas yang biasa dilaksanakan.  Membuat klipping di

bagian humas, mengenai Depsos dan berita-berita yang berkaitan dengan hal-hal sosial.


(31)

31

2 Selasa, 06 Juli 2010

 Membuat klipping di bagian humas, mengenai Depsos dan berita-berita yang berkaitan dengan hal-hal sosial.

 Membantu staf humas mengetik bahan berita untuk buletin “Infocare”.

3 Rabu, 07 Juli 2010

 Membuat klipping di bagian humas, mengenai Depsos dan berita-berita yang berkaitan dengan hal-hal sosial.

 Ikut serta bersama staf humas, untuk meliput kegiatan “Hari Anti Narkotika Internasional” (HANI).

4 Kamis, 08 Juli 2010

 Membuat klipping di bagian humas, mengenai Depsos dan berita-berita yang berkaitan dengan


(32)

hal sosial. 5 Jumat,

09 Juli 2010

 Membuat kliping dibagian humas, mengenai Depsos dan berita-berita yang berkaitan dengan hal-hal sosial.

6 Sabtu, 10 Juli 2010

Libur

7 Senin, 12 Juli 2010

 Membuat kliping dibagian humas, mengenai Depsos dan berita-berita yang berkaitan dengan hal-hal sosial.

8 Selasa, 13 Juli 2010

 Membuat kliping dibagian humas, mengenai Depsos dan berita-berita yang berkaitan dengan hal-hal sosial.

 Meminta, mencari, dan mengumpulkan data untuk bahan laporan PKL.

9 Rabu, 14 Juli 2010

 Membuat klipping di bagian humas, mengenai


(33)

33

Depsos dan berita-berita yang berkaitan dengan hal-hal sosial.

10 Kamis, 15 Juli 2010

 Ikut serta bersama staf humas untuk meliput kegiatan Hari Anak Nasional “Care For The Little Hands”, di Gedung Aneka Bhakti Depsos Jakarta.

11 Jumat, 16 Juli 2010

 Membuat klipping di bagian humas, mengenai Depsos dan berita-berita yang berkaitan dengan hal-hal sosial.

12 Sabtu, 17 Juli 2010

Libur

13 Senin, 19 Juli 2010

 Membuat klipping di bagian humas, mengenai Depsos dan berita-berita yang berkaitan dengan hal-hal sosial.


(34)

20 Juli 2010 bagian humas, mengenai Depsos dan berita-berita yang berkaitan dengan hal-hal sosial.

 Menerima telepon dari bagian lain, yang hendak berbicara atau memiliki kepentingan dengan Kabag ataupun Kasubag.

15 Rabu, 21 Juli 2010

Izin

16 Kamis, 22 Juli 2010

 Ikut serta bersama staf humas untuk meliput acara puncak Hari Anak Nasional “One Day for Children”, di Gedung Aneka Bhakti Depsos Jakarta.

17 Ju’mat, 23 Juli 2010

 Membuat klipping di bagian humas, mengenai Depsos dan berita-berita yang berkaitan dengan hal-hal sosial.


(35)

35

18 Sabtu, 24 Juli 2010

Libur

19 Senin, 26 Juli 2010

 Ikut serta bersama Kasubag Humas untuk meliput acara “Penutupan Pelatihan KTBN”, di Panti NVRC Cibinong Bogor.

 Membuat klipping di bagian humas, mengenai Depsos dan berita yang berkaitan dengan hal-hal sosial.

20 Selasa, 27 Juli 2010

 Membuat klipping di bagian humas, mengenai Depsos dan berita-berita yang berkaitan dengan hal-hal sosial.

21 Rabu, 28 Juli 2010

 Membuat klipping di bagian humas, mengenai Depsos dan berita-berita yang berkaitan dengan hal-hal sosial.


(36)

22 Kamis 29 Juli 2010

 Membuat klipping di bagian humas, mengenai Depsos dan berita-berita yang berkaitan dengan hal-hal sosial.

23 Jum’at, 30 Juli 2010

 Membuat klipping di bagian humas, mengenai Depsos dan berita-berita yang berkaitan dengan hal-hal sosial.

 Meminta, mencari, dan mengumpulkan data untuk bahan laporan PKL.

24 Sabtu, 31 Juli 2010

 Ikut serta bersama staf humas untuk meliput acara Hari Anak Nasional PSMP Handayani di Bumi Perkemahan Cibubur.

25 Senin,

02 Agustus 2010

 Membuat klipping di bagian humas, mengenai Depsos dan berita-berita yang berkaitan dengan hal-hal sosial.


(37)

37

26 Selasa,

03 Agustus 2010

 Membuat klipping di bagian humas, mengenai Depsos dan berita-berita yang berkaitan dengan hal-hal sosial.

27 Rabu,

04 Agustus 2010

 Membuat klipping di bagian humas, mengenai Depsos dan berita-berita yang berkaitan dengan hal-hal sosial.

 Membantu staf humas untuk mengantarkan dan membagikan daftar hasil klipping edisi bulan Juli ke bagian eselon.

28 Kamis,

05 Agustus 2010

 Membuat klipping di bagian humas, mengenai Depsos dan berita-berita yang berkaitan dengan hal-hal sosial.


(38)

29 Ju’mat,

06 Agustus 2010

 Membuat klipping di bagian humas, mengenai Depsos dan berita-berita yang berkaitan dengan hal-hal sosial.

30 Sabtu,

07 Agustus 2010

Libur

31 Senin,

09 Agustus 2010

 Membuat klipping di bagian humas, mengenai Depsos dan berita-berita yang berkaitan dengan hal-hal sosial.

32 Selasa,

10 Agustus 2010

 Membuat klipping di bagian humas, mengenai Depsos dan berita-berita yang berkaitan dengan hal-hal sosial.

 Membantu staf humas untuk memasukkan Buletin “Infocare” edisi-VII kedalam amplop untuk dikirim.


(39)

39

 Membantu staf humas mengecek daftar nama-nama panti yang akan menerima Buletin “Infocare” edisi-VII.

33 Rabu,

11 Agustus 2010

 Membuat klipping di bagian humas, mengenai Depsos dan berita-berita yang berkaitan dengan hal-hal sosial.

 Membantu staf humas untuk memasukkan Buletin “Infocare” edisi-VII kedalam amplop untuk dikirim.

 Membantu staf humas mengecek daftar nama-nama panti yang akan menerima Buletin “Infocare” edisi-VII.

34 Kamis,

12 Agustus 2010

 Membuat klipping di bagian humas, mengenai Depsos dan berita-berita


(40)

yang berkaitan dengan hal-hal sosial.

 Membantu staf humas untuk memasukkan Buletin “Infocare” edisi-VII kedalam amplop untuk dikirim.

 Membantu staf humas mengecek daftar nama-nama panti yang akan menerima Buletin “Infocare” edisi-VII.

35 Ju’mat,

13 Agustus 2010

 Membuat klipping di bagian humas, mengenai Depsos dan berita-berita yang berkaitan dengan hal-hal sosial.

 Membantu staf humas untuk memasukkan Buletin “Infocare” edisi-VII kedalam amplop untuk dikirim.

 Membantu staf humas


(41)

41

mengecek daftar nama-nama panti yang akan menerima Buletin “Infocare” edisi-VII.

36 Sabtu,

14 Agustus 2010

Libur

37 Senin,

16 Agustus 2010

 Membuat klipping di bagian humas, mengenai Depsos dan berita-berita yang berkaitan dengan hal-hal sosial.

 Membantu staf humas untuk mengetik data-data alumni dari panti-panti sosial.

38 Selasa,

17 Agustus 2010

 Membuat klipping di bagian humas, mengenai Depsos dan berita-berita yang berkaitan dengan hal-hal sosial.

 Membantu staf humas untuk mengetik data-data


(42)

alumni dari panti-panti sosial.

39 Rabu,

18 Agustus 2010

 Membuat klipping di bagian humas, mengenai Depsos dan berita-berita yang berkaitan dengan hal-hal sosial.

 Membantu staf humas untuk mengetik data-data alumni dari panti-panti sosial.

40 Kamis,

19 Agustus 2010

 Membuat klipping di bagian humas, mengenai Depsos dan berita-berita yang berkaitan dengan hal-hal sosial.

 Persiapan seluruh staf OHH menuju acara “Silaturahmi Menteri Sosial dengan Para Pengusaha”.

41 Ju’mat,

20 Agustus 2010

 Membuat klipping di bagian humas, mengenai Depsos dan berita-berita


(43)

43

yang berkaitan dengan hal-hal sosial.

 Membantu staf humas dalam membuat surat undangan untuk para pengusaha.

42 Sabtu,

21 Agustus 2010

Libur

43 Senin,

23 Agustus 2010

 Membuat klipping di bagian humas, mengenai Depsos dan berita-berita yang berkaitan dengan hal-hal sosial.

 Membantu staf humas untuk menyusun surat-surat

undangan dan

memasukkannya kedalam amplop.

 Membantu staf humas untuk menelopon kantor-kantor para pengusaha untuk meminta informasi.


(44)

 Membantu staf humas untuk mengirimkan surat undangan kepada para pengusaha melalui mesin fax.

44 Selasa,

24 Agustus 2010

 Membuat klipping di bagian humas, mengenai Depsos dan berita-berita yang berkaitan dengan hal-hal sosial.

 Membantu staf humas untuk menelopon kantor-kantor para pengusaha untuk meminta informasi.  Membantu staf humas

untuk mengirimkan surat undangan kepada para pengusaha melalui mesin fax.


(45)

45

45 Rabu,

25 Agustus 2010

 Membuat klipping di bagian humas, mengenai Depsos dan berita-berita yang berkaitan dengan hal-hal sosial.

 Persiapan seluruh staf  Ikut serta bersama seluruh

staf bagian Organisasi Hukum dan Humas (OHH) dalam acara “Silaturahmi Menteri Sosial dengan Para Pengusaha” di Hotel Aryaduta, Jakarta.

 

46 Kamis,

26 Agustus 2010

 Membuat klipping di bagian humas, mengenai Depsos dan berita-berita yang berkaitan dengan hal-hal sosial.

 Membantu staf humas untuk mengarsipkan surat-surat masuk dan keluar.


(46)

47 Ju’mat,

27 Agustus 2010

 Membuat klipping di bagian humas, mengenai Depsos dan berita-berita yang berkaitan dengan hal-hal sosial.

 Membantu staf humas untuk mengarsipkan surat-surat masuk dan keluar.

48 Sabtu,

28 Agustus 2010

Libur

49 Senin,

30 Agustus 2010

 Membuat klipping di bagian humas, mengenai Depsos dan berita-berita yang berkaitan dengan hal-hal sosial.

50 Selasa,

31 Agustus 2010

 Membuat klipping di bagian humas, mengenai Depsos dan berita-berita yang berkaitan dengan hal-hal sosial.

 Hari terakhir PKL, sekaligus berpamitan.


(47)

47

dengan seluruh karyawan OHH.

Sumber: Agenda Penulis selama PKL, 2010

2.2 Deskripsi Aktivitas Kerja Rutin Selama Praktek Kerja Lapangan Selama melaksanakan Praktek Kerja Lapangan (PKL) di Departemen Sosial Jakarta, penulis melakukan berbagai aktivitas rutin atau aktivitas yang selalu dilaksanakan pada setiap hari kerja. Berikut ini adalah berbagai aktivitas yang rutin penulis laksanakan, antara lain :

1. Membaca Koran dan Membuka Situs Website Departemen Sosial Kegiatan yang rutin penulis lakukan setiap paginya dibagian humas, yaitu membuka situs web Depsos untuk melihat berita apa saja yang telah dipublikasikan di web tersebut. Baik berita yang dipublikasikan oleh bagian humas sendiri atau dibagian lainnya. Selain itu, penulis juga membaca koran dan mencari berita tentang Depsos dan tentang hal-hal sosial seperti; Berita tentang anak jalanan, narkotika, HIV/AIDS, Gelandangan/pengemis, trafficking/perdagangan manusia dan tentang kegiatan-kegiatan yang dilaksanakan oleh Depsos. Adapun surat kabar/koran yang digunakan adalah koran lokal maupun Koran nasional, diantaranya: Kompas, Media Indonesia, Rakyat Merdeka, Republika, Koran Tempo, Jurnal Nasional, The Jakarta Post.


(48)

2. Memfotocopy File dan Surat-surat

Kegiatan memfotocopy file adalah salah satu kegiatan yang sering penulis lakukan apabila kasubag humas atau staf humas meminta bantuan penulis untuk memfotocopy hasil klipping agar dapat disusun dan disebarkan hasil klippingnya atau memfotocopykan surat masuk atau surat keluar, dan surat tanda terima. Selain itu penulis juga memfotocopy undangan untuk pers dalam rangka acara “Hari Anak Nasional”.

3. Pengarsipan Surat masuk dan Surat Keluar

Salah satu kegiatan yang juga rutin dilakukan oleh humas yaitu pengarsipan surat-surat yang masuk dan surat-surat yang keluar, dalam pengarsipan surat-surat ini penulis membantu staf humas untuk mengarsipkan surat-surat baik intern maupun ekstern.

Menurut Barthos (1989) arsip adalah, ”Setiap catatan tertulis baik dalam bentuk gambar ataupun bagan yang memuat keterangan-keterangan mengenai sesuatu subyek (pokok persoalan) ataupun peristiwa yang dibuat orang untuk membantu daya ingatan orang (itu) pula”.

Berdasarkan pengalaman penulis pada saaat di lapangan, surat-surat yang masuk atau yang keluar baik ekstern maupun intern biasanya dimasukkan ke dalam sebuah folder tertentu yang disesuaikan dengan jenis surat apa yang telah masuk dan keluar dengan tujuan untuk memudahkan dalam pencarian kembali surat-suart tersebut sesuai dengan kebutuhan.


(49)

49

4. Membuat Media Monitoring Tentang Departemen Sosial

Membuat media monitoring dibagian humas merupakan aktivitas rutin yang penulis lakukan disetiap pagi harinya. Berita-berita untuk media monitoring tersebut diperoleh dari berbagai surat kabar, baik dari lokal maupun nasional seperti: Kompas, Media Indonesia, Rakyat Merdeka, Republika, Koran Tempo, Indopos, Sinar Harapan, Media Demokrat, Jurnal Nasional, Nusantara Satu, Berita Tipikor dan The Jakarta Post. Kemudian, berita-berita yang diperoleh dari Koran tersebut ditandai, difotocopy, dan digunting. Setelah itu, koran-koran yang sudah digunting tersebut ditempel pada satu lembar kertas khusus dengan format ada kolom tanggal, nama surat kabar, dan halaman yang digunakan sebagai lembar klipping. Lalu, setelah seluruh berita selama satu bulan terkumpul lengkap maka akan difotocopy lagi sebanyak-banyaknya untuk dibagikan ke bagian eselon I, eselon II, dan eselon III.

Media monitoring merupakan kegiatan pengguntingan atau pemotongan bagian-bagian tertentu dari surat kabar, majalah atau sumber yang lain kemudian disusun dalam sistem tertentu dalam suatu bidang.

Sumber media monitoring bisa didapat dari terbitan berkala seperti : jurnal, tabloid, koran, majalah. Terbitan berkala mempunyai kelebihan yaitu: media pengembangan ilmu pengetahuan yang lebih luas dibanding buku, dapat menyampaikan informasi lebih cepat, dapat terjadi komunikasi dua arah (misalnya melalui surat pembaca), berisikan pikiran-pikiran terbaru yang belum tentu terdokumentasi dalam bentuk buku.


(50)

Fungsi media monitoring adalah mengemas ulang bacaan, yang dikliping dapat berupa artikel, berita atau foto. Agar termonitor dengan baik maka sumber harus jelas (nama koran, majalah atau yang lain, tanggal terbit, halaman), tenaga yang telaten, teliti dan kreatif, profesional (dapat memilih tema yang akan dimonitoring, misalnya sesuai pengguna atau misi lembaga).

Teknis membuat media monitoring terbagi menjadi dua bagian yaitu sistem ordnere (satu bundel berisi satu tema tanpa memperhatikan judul surat kabar maupun urutan waktu, misal tentang adat istiadat daerah tertentu, olah raga). Kedua sistem evixe (menitikberatkan pada satu surat kabar atau majalah yang terbit dalam jangka waktu tertentu secara kronologis, misal melakukan media monitoring dengan koran dengan batasan waktu satu atau dua bulan).

Media monitoring sebaiknya diberi indeks (dapat berupa indeks judul, nama penulis atau topik tulisan), direproduksi (misalnya dalam bentuk fotokopi, micro film, cd), dan dipromosikan (terutama pada para intelektual: guru, peneliti, ulama dan lain-lain).

Media monitoring dapat dibedakan menjadi dua yaitu, pertama untuk kepentingan pribadi (hal ini tergantung pada keperluan, minat dan gaya seseorang). Kedua, media monitoring yang dikerjakan dengan fokus tema tertentu dan ada kejelasan kalangan mana yang memerlukan.

Dalam pembuatan media monitoring yang harus diperhatikan adalah apa tujuan pembuatan media monitoring tersebut, fokus yang akan


(51)

51

dimonitoring dan sasaran pengguna. Media monitoring sebagai sumber informasi bisa dijadikan alternatif “pengganti” buku untuk pengetahuan.

Berikut ini adalah hasil klipping oleh OHH Ditjen Yanrehsos yang diuraikan dalam tabel dibawah ini :

Tabel 2.2

Daftar Hasil Klipping Berita Edisi Bulan Juli & Agustus 2010

No. Tanggal Nama Surat Kabar

Isi Berita Hal

1 Kamis, 08 Juli 2010

Kompas  Anak Berkebutuhan

Khusus

 99 Korban Bencana Terancam Putus Sekolah

9

13

Jurnal Nasional  Semester I 2010, Pengidap AIDS di Semarang 99 Orang  Sindikat Narkoba china

7

8 Media Indonesia  Sabu dipasok Melalui

Handuk

10

2 Ju’mat, 09 Juli 2010

Kompas  Pabrik Rumahan Ekstasi Digerebek


(52)

Media Indonesia  Anak DropOut, Tuntut Sekolah Gratis

12

3 Senin, 12 Juli 2010

Kompas  Kekerasan: Siswa SD Ditembak ditengah Tidur Lelapnya

 Lagi, DKI Gelar Razia Sindikat Pengemis  Edukasi HIV/AIDS di

Mal

18

19

23

Media Indonesia  Balita Jadi Korban Penyiksaan

17

Republika  Demo Masak Anak jalanan

16

4 Selasa, 13 Juli 2010

Media Indonesia  Pabrik Narkoba Rp 30 Miliar Terungkap

24

Republika  DKI Buru Sindikat Pengemis

 Pabrik Narkoba

Terbongkar

27

28

5 Rabu, 14 Juli 2010

Media Indonesia  Warga Filipina: Ditangkap Bawa Heroin  Kampanye Stop AIDS

29


(53)

53

Republika  Penertiban Pengemis Persuasif

34

Rakyat Merdeka  Bus Transjakarta; Minim

Fasilitas Bagi

Penyandang Cacat  Jumlah Penderita HIV/

AIDS DKI Turun Dua Tingkat

30

31

6 Senin, 02 Agustus 2010

Kompas  Polisi Bekuk Kurir dan Tahan ganja 6 kg

 Ibu Bunuh Bayinya  Sabu Dikemas dalam

Kopi

4

6 8

Republika  PSK dan Anjal akan Ditertibkan

5

7 Selasa, 3 Agustus 2010

Media Indonesia  Terpidana Narkoba Kuasai LP

 Kesenian Tradisional Anak

 Hari yang Berbeda bagi Anak Panti Asuhan

9

10


(54)

8 Rabu, 4 Agustus 2010

Media Indonesia  Mewujudkan Kota

Ramah Anak di

Surakarta

15

Kompas  Tiga Janda Adukan

Nasib Tentara Pelajar  Remaja Putri Disetubuhi

Ayah Tiri Hingga Hamil

16

18

9 Senin, 9 Agustus 2010

Media Indonesia  Paradigm Sehat untuk Pencegahan HIV

 Pemerintah Harus Hapus Penjara Anak

21

23

Republika  Wujudkan Cita-cita Anak Korban Tsunami  Indofood Ajak

Anak-anak Cintai Lingkungan

25

27

10 Selasa, 10 Agustus 2010

Media Indonesia  Tabung 3 kg Meledak lagi, Anak Balita Tewas

29

Kompas  Bayi Berkaki Empat Dioperasi


(55)

55

Republika  Ratusan Siswa Bagikan Jilbab pada PSK

 Empat Ribu Lansia di Banjarmasin Terlantar  Satpol PP Razia

Pengemis

 Elpiji Meledak, Bocah Tewas

30

32

33

35

Sumber: Arsip Bagian OHH, 2010

2.3 Deskripsi Aktivitas Kerja Insidentil Selama Praktek Kerja Lapangan Aktifitas kerja yang penulis lakukan selama PKL yang bersifat insidentil yaitu berupa kegiatan yang tidak setiap hari (insidentil) dilakukan, artinya kegiatan tersebut dilakukan pada saat tertentu saja, kegiatan tersebut antara lain :

1. Bersosialisasi dan Berkenalan

Kegiatan pertama yang penulis lakukan adalah perkenalan dengan seluruh karyawan yang berada di ruangan Organisasi Hukum dan Humas, serta melakukan perkenalan dengan karyawan yang lainnya pada saat jam istirahat. Hal ini dilakukan dengan tujuan agar penulis dapat merasa nyaman dan menjadi akrab dengan semua pihak dan dapat bersosialisasi serta berinteraksi dengan baik.


(56)

2. Menerima Telepon

Menerima telepon merupakan aktivitas insidental yang penulis lakukan, aktivitas ini berlangsung apabila Karyawan Organisasi Hukum dan Humas sedang sibuk atau tidak berada di tempat. Telepon yang masuk ke bagian Organisasi Hukum dan Humas berasal dari karyawan Departemen Sosial sendiri yang mempunyai kepentingan khusus, ataupun dari pihak luar yang bertujuan meminta konfirmasi ataupun informasi dari bagian Organisasi Hukum dan Humas dengan masalah-masalah yang ada hubungannya dengan Departemen Sosial.

3. Acara Hari Anti Narkotika Internasional

Pada hari ketiga penulis melaksanakan PKL, penulis mendapat kesempatan untuk ikut serta dalam meliput kegiatan seminar sehari tentang "Pemanfaatan Harta Benda Negara Hasil Rampasan Tindak Pidana Pencucian Uang dan Tindak Pidana Narkotika dan Prekusor Narkotika untuk Rehabilitasi Sosial Korban Penyalahgunaan Napza" dalam rangka memperingati Hari Anti Narkotika Internasional. Diadakan pada tanggal 7 Juli 2010 di Gedung Aneka Bhakti dan lapangan parkir Departemen Sosial Jakarta. Bersama dengan staf humas, penulis belajar untuk memdokumentasikan setiap kegiatan yang berlangsung yang nantinya hasil dari kegiatan tersebut akan dipublikasikan melalui website Depsos. Kegiatan tersebut merupakan salah satu bentuk dari kegiatan insidental


(57)

57

yang biasanya dilakukan hanya satu kali dalam setahun. Berikut ini adalah

news release dan dokumentasi foto ketika acara sedang berlangsung :

Mensos : Pencucian Uang Untuk Dana Rehabilitasi Narkoba " Jangan Bilang Peduli Narkoba Kalau Tidak peduli Dengan Mantan

Pengguna Narkoba "

Demikian pernyataan Menteri Sosial Salim Segaf Al Jufri pada seminar Sehari tentang "Pemanfaatan harta benda Negara hasil rampasan tindak pidana pencucian uang dan tindak pidana narkotika dan prekusor narkotika untuk rehabilitasi sosial korban penyalahgunaan Napza", Rabu (7/7) 2010 di Gedung Aneka Bhakti Kementerian Sosial RI, hadir pada kesempatan itu Putri Indonesia tahun 2009 Qory Sandioriva, yang menjadi pembicara pada seminar tersebut dan Puteri Indonesia 2008 Zivanna Letisha Siregar sebagai moderator dalam seminar tersebut, selain itu hadir pula anggota DPR Komisi VIII, PPAKT, dan MA.

"Uang sitaan Narkoba bisa untuk rehabilitasi, selama ini uang sitaan tersebut berada dalam penanganan negara dan barang buktinya dimusnahkan, kalau tidak dimanfaatkan untuk proses rehabilitasi uang itu mau dikemanakan, apa mau dibakar atau mau digunakan", ujarnya.

"Proses pemulihan dan rehabilitasi memang sangat mahal dan itu harus ditunjang sarana dan prasarana yang memadai agar para pecandu narkoba bisa menjalani rehabilitasi dan terapi penyembuhan dengan baik", tuturnya.


(58)

"Pengawasan penggunan rampasan narkoba itu akan diatur dengan Peraturan Pemerintah, dan siapa yang akan bertanggung jawab dalam proses penyerahan kita akan bicarakan nantinya, karena ini bukan hanya melibatkan Kementerian Sosial saja tetapi melibatkan beberapa lembaga pemerintah yang turut serta dalam proses penanganan rehabilitasi korban narkotika", paparnya.

Salim menegaskan "Kami belum bisa memastikan berapa besar nilai rampasan tindak pidana narkotika dan prekusor narkotika yang nantinya akan digunakan untuk rehabilitasi medis dan sosial tersebut.

Lebih lanjut Mensos mengatakan "rencana adanya realisasi tersebut dapat membantu untuk rehabilitasi medis sosial sendiri sebab jumlah yang menderita akibat narkoba cukup siginifikan sekitar 3,6 juta terkena narkoba atau 1,5 persen dari jumlah populasi penduduk Indonesia".

Rehabilitasi sosial merupakan hak dasar bagi pengguna NAPZA, sesuai dengan Undang-undang nomor 35 Tahun 2009 tentang Narkotika., saat ini lembaga pelayanan dan rehabilitasi korban NAPZA masih sangat minim, tercatat 90 lembaga yang menangani permasalahan tersebut, disadari bahwa upaya penanganan masalah penyalahgunaan NAPZA hanya dapat menghambat laju perkembangannya oleh karena itu perlu kerjasama berbagai komponen terkait pelayanan dan rehabilitasi korban NAPZA, masyarakat juga perlu untuk berperan aktif untuk mengatasi pengedaran Narkotika.

Pada kesempatan itu Menteri Sosial memberikan bantuan sebesar Rp. 10.000.000 kepada 10 lembaga yang konsisten dalam memberikan pelayanan dan rehabilitasi sosial bagi eks narkoba, pemberian bantuan tersebut untuk


(59)

59

memberikan memotivasi kepada lembaga agar tetap memberikan pelayanan yang lebih baik demi sebagai proses pemulihan bagi para pecandu narkoba, membantu oprasional panti, dan lebih memperluas jangkauan pelayanan sosial.

Selain acara seminar juga diadakan kegiatan pameran dan lomba memasak bagi para eks narkoba diikuti 30 peserta dari 19 yayasan yang menangani pelayanan dan rehabilitasi bagi eks narkoba diantaranya Jakarta, Bandung, Bogor, Cimahi, Banten dan Lembang, dipandu MC Reza Rahardian, aktor sekaligus aktivis Narkoba. "Kegiatan ini bertujuan agar mereka mampu membangun kreativitasnya sebagai bentuk pembuktian baik kepada masyarakat, keluarga dan lingkungannya bahwa mereka juga berprestasi", kata Eni Nuryani.

Dari hasil seleksi ketat dari dewan juri maka diputuskanlah, BPS Pamardi Putra Lembang, berhasil keluar sebagai juara I pada lomba masak nasi dan mie goreng, juara II RBM Silih Asih, Bandung dan juara III dimenangkan oleh Sekar Mawar, Bandung. Selamat kepada para pemenang teruslah berkarya dan menuai prestasi.

Dibawah ini adalah Dokumentasi Foto-foto dari Kegiatan Hari Anti Narkotika Internasional 2010 yang diselenggarakan oleh Depsos :


(60)

Gambar 2. 1

Menteri Sosial, menyampaikan sambutannya dalam acara HANI 2010

Sumber : OHH Ditjen Yanrehsos, 2010

Gambar 2. 2

Menteri sosial beserta Ibu menteri sedang memberi penilaian lomba memasak dalam acara HANI 2010


(61)

61

4. Acara Care For The Little Hands

Penulis kembali diberikan kesempatan dan kepercayaan oleh kasubag humas, dimana beliau mengikut sertakan penulis kembali bersama staf humas untuk meliput kegiatan acara Hari Anak Nasional dengan tema “Little Hand for Care” pada tanggal 15 Juli 2010 di Gedung Aneka Bhakti, Depsos Jakarta. Dalam kegiatan tersebut penulis mendapat kesempatan untuk mendokumentasikan setiap acara yang berlangsung, mulai dari awal hingga selesai. Berikut ini news release dan dokumentasi foto-foto ketika acara berlangsung :

Care For The Little Hands (Peduli Anak Jalanan)

“ Berawal Dari Jalanan, Dalam Kreativitas Kami Tinggal “

Salah satu rangkaian Hari Anak Nasional Kementerian Sosial menggelar “ Care For The Little Hands” dalam program ini anak jalanan yang telah mendapat pembinaan dari berbagai yayasan peduli anak jalanan dan akan diberikan pelatihan untuk membuat kerajinan, dan hasil yang terlihat bahwa “kreativitas mereka dalam membuat karya sangat luar biasa”, ungkap Harry Hikmat, Direktur Pelayanan Sosial Anak ketika membuka program Kreativitas bagi anak jalanan, Kamis (15/7) 2010 di Gedung Aneka Bhakti Kementerian Sosial RI.


(62)

Anak jalanan menjadi fenomena sosial yang selalu mengusik banyak kalangan terutama mereka yang tinggal di kota-kota besar, tetapi tidak dapat dipungkiri mereka kadang harus berjuang hidup untuk memenuhi kehidupannya sehingga sebagian mereka melakukan kejahatan.

Menurut Harry “Pemerintah sudah memiliki strategi dalam menerapkan berbagai kebijakan untuk memberikan perlindungan dan mengatasi berbagai permasalahan sosial pada anak, namun semuanya belum mampu menurunkan besaran masalah itu secara bermakna.”

“Membantu pendidikan anak jalanan melalui program PKSA, saat ini telah dilaksanakan sejak awal 2010, inilah salah satu program pemerintah untuk menjadikan Indonesia cerdas,” tuturnya.

“Perlu peningkatan peran serta masyarakat dan swasta bersama dengan Pemerintah dalam menyelenggarakan upaya pembinaan dan pengembangan anak secara holistik-integratif dan berkesinambungan. Upaya tersebut ditujukan untuk memenuhi hak-hak anak, mewujudkan tingkat kesejahteraan anak, dan memberikan perlindungan yang setinggi-tingginya bagi anak sebagai generasi penerus cita-cita bangsa,” ujarnya.

Tidak dapat dipungkiri permasalahan anak di Indonesia Permasalahan anak yang terjadi merupakan sebuah gunung es yang semakin menjulang tinggi, ini bisa dicermati dengan semakin meningkatnya pelanggaran-pelanggaran hak anak di Indonesia dari tahun ke tahun. Mulai dari kekerasan terhadap anak, eksploitasi, diskriminasi,


(63)

63

perdagangan anak sampai pada perlakuan salah lainnya, begitu kompleks danmemprihatinkan.

“Saat ini jumlah anak yang hidup dikota besar seperti diwilayah Jabodetabek sekitar 12.000 orang dimana 8.000 diantaranya berada di Ibukota DKI Jakarta,” ujar Harry.

Berdasarkan hasil assesment anak jalanan dari beberapa rumah singgah dan yayasan yang berada di DKI Jakarta dan Depok menyebutkan dari 736 anak jalanan, 48 % berusia 13 – 16 tahun (hasil survey Januari 2010).

Pemerintah akan secara bertahap melakukan berbagai perubahan strategi dalam memperbaiki program-program penanganan masalah sosial pada anak khususnya anak jalanan, anak terlantar, anak korban eksloitasi dan kasus trafficking. “Untuk itu peran semua pihak termasuk pelaku usaha, lembaga swadaya masyarakat dan komponen masyarakat yang lain mesti ikut berperan dalam upaya perlindungan anak dan penanganan masalah sosial anak perlu,” ungkapnya.

Acara Kreativitas anak jalanan dirangkai dengan pembuatan gelang persahabatan, menari dan bernyanyi bersama sebagai ungkapan keakraban diantara mereka, selain itu Direktur Pelayanan Sosial Anak, Harry Hikmat didampingi Kepala PSMP Handayani ikut serta bersama anak-anak jalanan dalam pembuatan gelang persahabatan yang akan dipasangkan kepada mereka yang ikut dalam kegiatan tersebut.


(64)

Hadir pada kesempatan acara tersebut, Staf Ahli Mensos Bidang Integrasi Sosial, Sahawiah Abdullah, M.Si, Sekretaris Ditjen Yanrehsos Samsudi, MM, Direktur PRS PACA, Justina Dwi Noviantari, MSW dan beberapa pejabat di lingkungan Kementerian Sosial RI. (www.depsos.go.id)

Dibawah ini adalah Dokumentasi Foto-foto dari Kegiatan Hari Anti Narkotika Internasional 2010 yang diselenggarakan oleh Depsos :

Gambar 2. 3

Bpk Harry Hikmat selaku Direktur Pelayanan Anak memberikan sambutannya dalam acara HAN 2010


(65)

65

Gambar 2. 4

Anak-anak sedang membuat kreasi gelang persahabatan dalam acara HAN 2010

Sumber : OHH Ditjen Yanrehsos, 2010

Gambar 2. 5

Gelang persahabatan hasil kreasi anak-anak disematkan ditangan teman mereka masing-masing


(66)

5. Acara Hari Anak Nasional

Kemeriahan rangkaian kegiatan acara Hari Anak Nasional kembali digelar. Pada tanggal 22 Juli 2010 bertempat di Gedung Aneka Bhakti dan diseluruh lapangan parkir Kementerian Sosial RI. Kegiatan ini merupakan acara puncak dari peringatan Hari Anak Nasional yang ditandai pada tanggal 23 Juli setiap tahunnya, dan diselenggarakan lebih awal. Dalam kegiatan tersebut, penulis juga diikut sertakan kembali untuk meliput setiap rangkaian acara yang berlangsung dan didampingi oleh staf humas. Berikut

news release dan dokumentasi foto ketika acara berlangsung :

Kreasi Anak Mewarnai Peringatan Hari Anak Nasional 2010 di Kementerian Sosial

Kementerian Sosial Hadirkan 1500 Anak

Peringatan Hari Anak Nasional (HAN) 2010 yang diselenggarakan Kementerian Sosial pada tanggal 22 Juni 2010 (satu hari sebelum hari puncak 23 Juli 2010) berlangsung meriah. semangat untuk memberikan hari yang istimewa "One Day for Children" benar-benar terwujud. Pada hari ini seluruh halaman, setiap sudut ruang, lantai Kementerian Sosial penuh dengan anak-anak. Mereka dipandu oleh pembimbing, bebas memasuki setiap ruangan di Kantor. Mereka dengan seksama mengamati ruang Pusat Data dan Informasi (PUSDATIN). Media Center, KAT Center, Ruang kerja para pejabat dan sebagainya.


(67)

67

Pada kesempatan berdialog dengan Dirjen Yanrehsos Bapak Makmur Sunusi, Phd dan Kak Seto di Gedung Aneka Bhakti mereka bertanya dengan kritis. Salah satu pertanyaannya adalah ; Kenapa kebanyakan orang pintar suka korupsi. Pertanyaan yang tidak terduga itu tentu saja mendapatkan tepukan yang meriah dari anak-anak. Dalam jawabannya Pak Dirjen mengatakan bahwa seorang yg pintar secara intelektual belum tentu pintar moralnya. Untuk itu pak Dirjen berpesan agar anak Indonesia pintar secara intelektual dan moral, sebagai bekal membangun bangsa itu. Pada kesempatan tersebut Kak Seto juga mengingatkan kepada kita semua untuk mencegah dan menghentikan aksi kekerasan, eksploitasi kepada anak.

Kemeriahan hari anak diisi oleh berbagai pentas seni, atraksi, flying fox, permainan ketangkasan, pameran buku, filateli, Stand TAGANA, Stand Kepolisian, Pemadam Kebakaran, dan lain-lain. Untuk menambah semarak acara maka ditampilkan pula artis cilik Amel Carla dan Grup Band Armada.

Semoga cita-cita mewujudkan anak Indonesia sejahtera 2020 dapat terlaksana. Mari kita berikan kasih sayang dan perlindungan kepada anak-anak. Keluarga bertanggung jawab anak terlindungi. Selamat Hari Anak Indonesia - Salam Sejahtera. (www.depsos.go.id)

Dibawah ini adalah Dokumentasi Foto-foto dari Kegiatan Hari Anak Nasional 2010 yang diselenggarakan oleh Depsos :


(68)

Gambar 2. 6

Direktur Pelayanan Anak, Dirjen Yanrehsos beserta Bapak Arist Merdeka mengunjungi salah satu Stan Pameran dalam kegiatan

HAN 2010

Sumber : OHH Ditjen Yanrehsos, 2010

Gambar 2. 7

Beberapa anak-anak yang turut serta dalam rangkaian acara HAN 2010


(69)

69

6. Acara Silaturahmi Menteri Sosial Dengan Para Pengusaha

Acara silaturahmi menteri sosial dengan para pengusaha merupakan salah satu bentuk dari CSR (Corporate Social Rensponsibility). Dimana acara ini diselenggarakan dengan tujuan untuk memberitahukan kepada para pengusaha bahwa masih banyak tenaga kerja penyandang cacat terampil yang belum mempunyai pekerjaan. Mensos berharap adanya keterlimbatan dari setiap pengusaha yang hadir dalam acara tersebut untuk memberikan kesempatan serta tempat bagi para tenaga kerja penyandang cacat terampil yang sesuai dengan bidang dan keahlian mereka. Berikut

news release dan dokumentasi foto-foto ketika acara berlangsung :

Silaturahmi Menteri Sosial dengan Para Pengusaha

"Komitmen Memperkerjakan Penyandang Cacat"

Kompleksnya permasalahan kemiskinan menuntut adanya penanganan yang komprehensif, terpadu, terarah dan berkesinambungan, Berkembangnya kemitraan Pemerintah dengan Dunia Usaha, Kementerian Sosial RI telah merintis kerjasama sinergis dengan dunia usaha sejak tahun 2002 dan di bentuknya konsorsium CSR di tingkat pusat pada tahun 2008. ungkap Mensos Salim Segaf Al Jufri pada kegiatan pertemuan dengan dunia usaha di Hotel Aryaduta, Rabu (25/8).

Bagi penyandang cacat bekerja menunjukkan kemandirian dan pengakuan serta penghargaan akan kemampuan mereka walaupun dengan


(70)

keterbatasan dalam melakukan mobilitasnya. Banyak diantara mereka yang telah bekerja, namun banyak juga yang belum bekerja yaitu sebanyak 389 orang. Untuk menciptakan koordinasi dan kerjasama antara Kementerian Sosial dengan para pengusaha, Menteri Sosial mengadakan pertemuan silaturahmi sekaligus dengan para pengusaha di Hotel Aryaduta tanggal 25 Agustus 2010, pertemuan ini dihadiri sekitar 100 orang pengusaha baik yang bergerak dibidang Migas, Tambang, Elektronik, Percetakan, Perbankan maupun pengadaan jasa.

Pertemuan ini selain dihadiri oleh Menteri Sosial dan Pengusaha juga dihadiri, Direktur Jenderal Pelayanan dan Rehabilitasi Sosial, Makmur Sunusi, P.hD, Direktur Jenderal Pemberdayaan Sosial, Rusli Wahid, dan Sekretaris Jenderal Kementerian Sosial, Ghazali Situmorang, dan para pejabat di Lingkungan Kementerian Sosial RI. Pada pertemuan ini Menteri Sosial menyampaikan harapannya kepada para pengusaha agar lebih memperhatikan tenaga kerja penyandang cacat yang sudah memiliki keterampilan akan tetapi belum mendapatkan pekerjaan.

Pada pertemuan ini berhasil digalang Komitmen para pengusaha untuk memperkerjakan para penyandang cacat, dan tenaga kerja penyandang cacat yang berhasil diserap perusahaan yang hadir pada pertemuan tersebut sebanyak 106 orang, yang akan ditempatkan dibidang Elektronik, pijat, komputer, design grafis dan menjahit, dan dana yang terkumpul sebesar 110.000.000,-.


(71)

71

Berikut ini daftar perusahaan yang berkomitmen memperkerjakan penyandang cacat. Hasil Pertemuan dengan para pengusaha di Hotel Aryaduta Jakarta, 25 Agustus 2010.

1. BP Migas akan menindak lanjuti dengan melaporkan kepimpinan, dan selanjutnya akan menghubungi Kementerian Sosial untuk menyusun program.

2. BP Migas juga Akan membantu modal usaha dengan ditunjang dalam MoU untuk melaksanakan program yang disusun bersama termasuk pelaksanaan pelatihan dan penempatan (Ngatijan).

3. Perusahaan Jirvie Jaya Pratama membantu modal usaha sebesar Rp. 10.000.000 (Muhajrin).

4. Perusahaan Batik Zainal (Bapak Zen Jufrie) membantu modal usaha untuk 20 penyandang cacat sebesar Rp. 100.000.000, -. 5. Perusahaan Omron Mtg of Indonesia akan mempekerjakan

penyandang cacat sebanyak 40 orang pekerja di bidang elektronika, jahit dan dekotis ( Yuntadi).

6. Perusahaan Consiz Ventures akan mempekerjakan penyandang cacat sebanyak 10 orang, di bidang Parking line.

7. PT Sakura sarana Putra akan mempekerjakan penyandang cacat sebanyak 20 0rang di bidang Garmen/menjahit (Quartly Abdul Kadir Alkatiri).

8. PT. Unoh Tanoh Seuramo akan mempekerjakan penyandang cacat 1 orang di bidang computer Auto Chad (Zaenal Arifin).


(72)

9. PT. Rediprint sebanyak 1 bidang design grafis (Cjendrawan). 10.PT. Sangrahan akan memperkerjakan penyandang cacat yang

terampil sebanyak 2 Orang.

11.PT. Teknik Wijaya akan memperkerjakan penyandang cacat 1 orang.

12.PT. Indo Naga Tomy akan memperkerjakan penyandang cacat 3 oarang.

13.PT. Pancar Prima akan memperkerjakan penyandang cacat 9 orang.

14.PT. Mega Waja akan memperkerjakan penyandang cacat 10 orang. 15.PT. Sarana Indo akan memperkerjakan penyandang cacat 2 orang. 16.PT. Multi Control Nasional akan memperkerjakan penyandang

cacat 1 orang.

17.Griya pijat Indo Prasa akan memperkerjakan penyandang cacat 6 orang.

Hasil Kesimpulan dari Quisioner yang diedarkan pada pertemuan dengan para pengusaha di Hotel Aryaduta Jakarta

1. Pada umumnya para pengusaha mengetahui adanya tenaga kerja penyandang cacat

2. Keterampilan yang harus diberikan kepada penyandang cacat menurut para pengusaha :

a. Basic Mentality b. Basic Elektronika


(73)

73

c. Kesiapan mental untuk hidup mandiri d. Sesuai hobby

e. House Keeping

f. Pertukangan, menjahit, komputer

3. Para pengusaha pada umumnya akan memperkerjakan penyandang cacat sesuai dengan kebutuhan perusahaanya.

4. Penyandang cacat memiliki hak yang sama untuk dipekerjakaan dalam sebuah perusahaan agar mereka bisa mandiri, produktif dan terampil

5. Penyandang cacat harus mendapat kesempatan dan motivasi, materil untuk mandiri, diarahkan kearah yang lebih baik agar mereka mampu bersaing dalam dunia kerja dengan orang normal.

(www.depsos.go.id)

Dibawah ini adalah Dokumentasi Foto-foto dari Kegiatan Silaturahmi Menteri Sosial dengan Para Pengusaha yang diselenggarakan oleh Depsos :

Gambar 2. 8

Menteri Sosial, menyampaikan sambutannya dalam acara Silaturahmi dengan Para Pengusaha


(74)

7. Mengirim Surat Undangan Melalui Mesin Fax Gambar 2. 9

Mensos Salim Segaf Al Jufri bersama salah satu pengusaha, dan para pejabat dilingkungan Kementerian Sosial RI

Sumber : OHH Ditjen Yanrehsos, 2010

Gambar 2. 10

Salah satu pengusaha yang hadir dalam acara Silaturahmi Menteri Sosial dengan Para Pengusaha


(75)

75

Penulis mendapat kesempatan untuk belajar menggunakan mesin fax selama melaksanakan PKL. Menjelang acara Silaturahmi Menteri Sosial dengan Para Pengusaha, penulis mendapat tugas dari kasubag humas untuk membantu staf humas dalam mengirim undangan kepada para pengusaha melalui mesin fax. Dengan tujuan agar penulis mengerti bagaimana menggunakan mesin fax, karena tidak jarang bagian humas menggunakan mesin fax sebagai salah satu sarana untuk menjalankan kegiatan yang mereka laksanakan salah satu contohnya adalah acara tersebut.

2.4 Analisis Tentang Humas

Humas atau Public Relations menurut (British) Institute of Public Relations

dalam Jefkins pada bukunya “Public Relations” adalah sebagai berikut :

“PR adalah keseluruhan upaya yang dilangsungkan secara terencana dan berkesinambungan dalam rangka menciptakan dan memelihara niat baik dan saling pengertian antara suatu organisasi dengan segenap khalayaknya”. (2003 : 9).

Dari definisi diatas, maka dapat dilihat bahwa Humas adalah suatu “upaya yang terencana dan berkesinambungan”, dimana humas merupakan suatu rangkaian kegiatan yang di organisasikan sebagai rangkaian kampanye atau program terpadu, dan semuanya ini berlangsung secara berkesinambungan dan teratur.

Tujuan utamanya adalah menciptakan dan memelihara saling pengertian maksudnya adalah untuk memastikan bahwa organisasi tersebut senantiasa


(76)

dimengerti oleh pihak-pihak lain yang turut berkepentingan. Dengan adanya kata saling, maka itu berati organisasi juga harus memahami setiap kelompok atau individu yang terlibat dengan khalayak atau publik.

Fungsi humas menurut Cutlip & Centre and Canflied dalam Ruslan pada bukunya “Manajemen Public Relations dan Media Komunikasi Konsep dan Aplikasi”, fungsi humas yaitu :

a. Menunjang aktifitas utama manajemen dalam mencapai tujuan bersama (fungsi melekat pada manajemen organisasi)

b. Membina hubungan yang harmonis antara organisasi dengan publiknya yang merupakan khalayak sasaran

c. Mengidenifikasikan segala sesuatu yang berkaitan dengan opini, persepsi dan tanggapan masyarakat terhadap organisasi yang diwailinya, atau sebaliknya

d. Melayani keinginan publik dan memberikan sumbangan saran kepada pemimpin organisasi demi tujuan dan manfaat bersama

e. Menciptakan komunikasi dua arah atau timbal balik, dan mengatur arus informasi, publikasi serta pesan dari organisasi ke publiknya atau sebaliknya, demi tercapainya citra positif bagi kedua belah pihak (Ruslan, 2006 : 19).

Dari penjelasan diatas dapat ditarik kesimpulan mengenai peranan humas pada intinya adalah sebagai penghubung antara perusahaan yang diwakilinya dengan publiknya, sebisa mungkin terus mebina dan memelihara hubungan yang


(77)

77

harmonis, dan saling menguntungkan, serta menciptakan citra positif bagi perusahaan.

2.4.1Humas Pemerintah dan BUMN

Hubungan masyarakat (Humas) bukanlah hal baru yang ada di instansi pemerintah maupun swasta. Keberadaan bidang Humas sangatlah diperlukan khususnya dalam bidang mengkomunikasikan kebijakan perusahaan ataupun instansi pemerintah yang ujungnya adalah upaya-upaya untuk meningkatkan citra bagi suatu organisasi.

Perbedaan pokok antara fungsi dan tugas hubungan masyarakat (Humas) yang terdapat di instansi pemerintah dengan non pemerintah (lembaga komersial) adalah tidak adanya unsur komersial walaupun Humas Pemerintah juga melakukan hal yang sama dalam kegiatan publiksai, promosi dan periklanan. Humas pemerintah lebih menekankan pada public services atau demi meningkatkan pelayanan umum.

Melalui unit atau program kerja Humas tersebut, pemerintah dapat menyampaikan informasinya atau menjelaskan mengenai kebijaksanaan dan tindakan-tindakan tertentu serta aktivitas dalam melaksanakan tugas-tugas atau kewajiban-kewajiban pemerintahannya. Menurut John D. Millet dalam bukunya, Management in Public Service the Quest for Effective Performance, artinya Humas/PR dalam dinas instansi atau lembaga kepemerintahan terdapat beberapa hal untuk melaksanakan tugas utamanya, yaitu sebagai berikut :


(78)

1. Mengamati dan mempelajari tentang hasrat, keinginan-keinginan dan aspirasi yang terdapat dalam masyarakat (learning about public desires and aspiration)

2. Kegiatan memberikan nasihat atau sumbang saran untuk menanggapi apa sebaiknya dilakukan oleh instansi atau lembaga pemerintah seperti yang dikehendaki oleh pihak publiknya (advising the public about what is should desire)

3. Kemampuan untuk mengusahakan terjadinya hubungan memuaskan yang diperoleh antara hubungan public dengan para aparat pemerintahan (ensuring satisfactory contact between public and government official)

4. Memberikan penerangan dan informasi tentang apa yang telah diupayakan oleh suatu lembaga atau instansi pemerintahan yang bersangkutan (informing and about what an agency is doing)

2.4.2Keberadaan Humas Pemerintah

Keberadaan unit kehumasan (hubungan masyarakat) di sebuah lembaga atau instansi milik pemerintah merupakan keharusan secara fungsional dan operasional dalam upaya menyebarluaskan atau untuk mempublikasikan tentang sesuatu kegiatan atau aktivitas instansi bersangkutan yang ditujukan baik untuk hubungan masyarakat ke dalam, maupun kepada masyarakat luar pada umumnya. Humas merupakan suatu alat atau saluran (The PR as tools or channels of government publication) untuk memperlancar jalannya interaksi dan penyebaran informasi mengenai


(1)

(2)

Struktur Depsos RI

Gambar 1.1

Struktur Departemen Sosial RI

Sumber : Buku Profil Departemen Sosial RI, 2009

STAF

AHLI

MENTERI

SOSIAL

SET IJEN

INSPEKTORAT

SET JEN

BIRO PERENCANAAN BIRO KEUANGAN BIRO ORGANISASI DAN KEPEGAWAIAN BIRO UMUM BIRO HUMAS PUSAT PENYULUHAN SOSIAL PUSAT PENYUSUNAN PER-UU DAN BANTUAN HUKUM DIREKTORAT

UPT

DITJEN PEMBERDAYAAN SOSIAL SET DITJEN DITJEN PELAYANAN DAN REHABILITASI SOSIAL DIREKTORAT DITJEN BANTUAN DAN JAMINAN

SOSIAL

DIREKTORAT

BADAN PENDIDIKAN DAN PENELITIAN KESEJAHTERAAN SOSIAL

SET DITJEN SET DITJEN

UPT

SET BADAN

IT JEN

PUSAT

1. Staf Ahli Men. Bid. Otonomi Daerah 2. Staf Ahli Men. Bid. Hubungan Antar Lembaga 3. Staf Ahli Men. Bid. Perlindungan Sosial 4. Staf Ahli Men. Bid. Dampak Sosial 5. Staf Ahli Men. Bid. Integrasi Sosial


(3)

LAMPIRAN FOTO

Gambar Lampiran 1.1

Seluruh rangkaian kegiatan Hari Anti Narkotika Internasional 2010 oleh Depsos RI, yang dihadiri oleh Menteri Sosial beserta Pejabat-pejabat di lingkungan Depsos dan Puteri Indonesia 2008 juga 2009


(4)

Gambar Lampiran 1.2

Seluruh rangkaian kegiatan Hari Anak Nasional “Care For The Little Hands & One Day For Children

oleh Depsos RI. Yang dihadiri oleh Direktur dan Pejabat di lingkungan Depsos, Komnas Perlindungan Anak serta artis-artis Indonesia.


(5)

(6)