Pemeriksaan Ekuivalen Hemoglobin Retikulosit Ret-He dalam

Alternatif lain untuk menegakkan diagnosis ADB adalah berdasarkan respons hematologi setelah pemberian terapi suplementasi besi. Peningkatan Hb sebesar 1- 2 grdL baru terjadi setelah terapi diberikan selama 4 minggu. Retikulosit juga dapat digunakan untuk menilai respons terapi karena peningkatan jumlah telah terjadi sejak minggu pertama tetapi kemudian jumlahnya akan menetap bahkan sedikit menurun sehingga tidak dapat digunakan sebagai indikator awal keberhasilan terapi ADB Pritchard, 1961 ; Buttarello, 2004 ; Santen, et.al 2014 ; Parodi, et.al 2015. Indikator lain seperti MCV, MCH juga meningkat tetapi peningkatan tiap minggu tergolong kecil dan baru terlihat signifikan pada minggu ke 4 terapi Afzal, et.al 2009. Dengan ditemukan hal-hal tersebut diatas, diagnosis ADB walaupun mudah dapat menyulitkan. Tidak terdapat 1 jenis tes yang paling superior bila dibandingkan dengan tes-tes yang lain untuk mendiagnosis ADB. Bila digunakan pada kondisi inflamasi dan penyakit kronis maka hasil yang didapatkan kurang maksimal sehingga diperlukan sebuah modalitas diagnosis yang lebih praktis, ekonomis dan tidak terpengaruh oleh kondisi inflamasi. Diperlukan juga pemeriksaan yang dapat mendeteksi respon terapi lebih cepat sehingga keberhasilan pengobatan ADB dapat diketahui lebih awal.

1.2 Pemeriksaan Ekuivalen Hemoglobin Retikulosit Ret-He dalam

Diagnosis ADB

1.2.1 Pendahuluan

Keseimbangan besi terutama diregulasi oleh kecepatan eritropoesis dan cadangan besi. Defisiensi besi adalah salah satu contoh kondisi kekurangan gizi yang dapat menyebabkan anemia. Diagnosis ADB mudah tetapi akibat beberapa kondisi seperti inflamasi, penyakit kronis, dll sehingga diagnosis menjadi menyulitkan. Deteksi dini defisiensi besi sebelum terjadi anemia penting dilakukan untuk mencegah komplikasi namun dikarenakan tidak adanya 1 jenis tes yang superior dan tidak terpengaruh oleh kondisi penyakit penyerta, proses deteksi dini menjadi kurang akurat. Diperlukan modalitas diagnosis yang praktis, ekonomis, dan tidak terpengaruh oleh inflamasi dalam diagnosis dan deteksi dini defisiensi besi.

1.2.2 Sistem eritroid, eritropoesis dan retikulosit

Sistem eritroid terdiri atas sel darah merah red cell atau eritrosit dan prelursor eritroid. Unit fungsional dari sistem eritroid ini dikenal sebagai eritron yang mempunyai fungsi penting sebagai pembawa oksigen. Prekursor eritroid dalam sumsum tulang berasal dari sel induk hemopoetik melalui jalur sel induk myeloid kemudian menjadi sel induk eritroid yaitu Burst Forming Unit Erythroid BFU-E dan selanjutnya menjadi Colony Forming Unit Erythroid CFU-E Bakta, 2006. Perkembangan selanjutnya adalah sel pronormoblast kemudian menjadi normoblas t lalu berkembang menjadi retikulosit yang akan dilepas ke darah tepi dan menjadi eritrosit dewasa. Retikulosit adalah sel darah merah imatur, tidak berinti yang berasal dari proses pematangan normoblas di sumsum tulang dengan masa hidup selama 1-2 hari di sirkulasi darah tepi sebelum mengalami maturasi menjadi sel darah merah. Peningkatan pelepasan retikulosit ke sirkulasi darah tepi disebabkan oleh kondisi anemia, kehilangan darah, hemolisis dan lain-lain. Pada pasien tanpa anemia, hitung retikulositnya berkisar antara 1-2 dimana jumlah ini penting karena dapat digunakan sebagai indikator produktivitas dan aktivitas eritropoesis. Dalam kondisi defisiensi besi jumlah retikulosit akan menurun dan dengan pemberian terapi subtitusi besi jumlahnya akan meningkat Wu, et al. 2002 ; Bakta, 2006 ; Suega, 2010. Bahan pembentuk eritrosit seperti besi, vitamin B12, asam folat juga diperlukan dalam proses ini. Eritrosit hidup dan beredar dalam darah tepi rata-rata selama 120 hari dan setelah itu akan mengalami penuaan kemudian dikeluarkan dari sirkulasi oleh sistem retikuloendotelial RES. Kadar besi dianggap konstan pada setiap fase sel saat eritropoesis Buttarello, 2004 ; Bakta, 2006.

1.2.3 Automated hematology analyser

80 tahun yang lalu seorang ahli hematologi yang bernama Dr Maxwell Myer Wintrobe menemukan suatu klasifikasi anemia berdasarkan indeks Wintrobe yaitu penghitungan manual MCV, MCH dan MCHC berdasarkan nilai hemoglobin dan eritrosit Brugnara dan Mohandas, 2013 ; Urrechaga, 2014. Tahun 1940 konsep dari Wintrobe tersebut berusaha diaplikasi dengan ditemukannya alat penghitung otomatis dari sel-sel darah oleh Wallace H Coulter dan sampai dengan tahun 1980 alat pemeriksaan hematologi mampu memberikan 7 nilai parameter pemeriksaan darah lengkap dan 3 parameter hitung jenis sel Urrechaga, 2014. Pada tahun 1990 ditemukan parameter pemeriksaan yang mampu mengetahui distribusi dari MCV yaitu Red Cell Distribution Width RDW. RDW memberikan informasi mengenai variasi ukuran dari masing-masing sel darah merah. Dalam 10-15 tahun terakhir teknologi semakin canggih dengan ditemukannya pengukuran otomatis dari jumlah retikulosit dan parameter selular dari retikulosit termasuk kandungan hemoglobin serta indeks maturitasnya Brugnara dan Mohandas, 2013 ; Urrechaga, 2014. Sebuah teknologi analisis retikulosit yang terbaru dapat mengukur kandungan hemoglobin dalam retikulosit atau ekuivalennya sehingga dapat memberikan penilaian langsung tentang ketersediaan cadangan besi adekuat untuk proses eritropoesis Mast, et al. 2002; Brugnara, 2003 ; Brugnara, et al. 2006; Mast, et al. 2007; Urrechaga, et al. 2009. Karena masa hidup retikulosit yang singkat maka pemeriksaan ini merupakan indikator yang sensitif terhadap kondisi iron deficient erythropoiesis bahkan pada stadium awal karena pemeriksaan ini mencerminkan ketersediaan besi untuk proses eritropoesis dalam jangka waktu 2-4 hari kedepan sehingga pemeriksaan ini dapat dipakai untuk mendiagnosis defisiensi besi Mast, et al. 2002 ; Brugnara, 2003 ; Brugnara, et al. 2006; Mast, et al. 2007 ; Urrechaga, et al. 2009. Bayer Diagnostic memproduksi Advia® dan memperkenalkan pemeriksaan kadar hemoglobin retikulosit atau CHr yang merupakan produk konsentrasi hemoglobin dan volume sel dari retikulosit sedangkan Sysmex Corporation memproduksi Sysmex seri XE dan XN mengeluarkan pemeriksaan ekuivalen retikulosit hemoglobin atau Ret-He dengan menggunakan teknologi yang sama tetapi pada Ret-He langsung mengukur inkorporasi besi di dalam hemoglobin eritrosit sehingga dapat menghasilkan estimasi langsung dari ketersediaan besi dalam erythron. Terdapat hasil yang senada antara CHr dan Ret-He menurut studi yang dilakukan oleh Thomas, et al. tahun 2005, David, et al. tahun 2006 dan Brugnara, et al. tahun 2006 Mast, et al. 2002 ; Brugnara, 2003 ; Brugnara, et al. 2006 ; Mast, et al. 2007 ; Urrechaga, et al. 2009.

1.3 Aplikasi Klinis Ret-He dalam Diagnosis ADB