1
BAB I PENDAHULUAN
A. Latar Belakang Penelitian
Dalam era globalisasi, persaingan bisnis menjadi semakin tajam baik dipasar domestik nasional maupun internasional. Perkembangan dunia
usaha yang dinamis dan penuh persaingan menuntut perusahaan untuk melakukan perubahan orientasi terhadap cara mereka mengeluarkan produk,
mempertahankan produknya, menarik konsumen, dan menangani pesaing. Salah satu hal penting yang perlu dilakukan dan diperhatikan oleh
setiap perusahaan adalah menarik pelanggan dan dapat mempertahankan pelanggan tersebut. Kesuksesan dalam persaingan akan dapat dipenuhi
apabila perusahaan bisa menciptakan dan mempertahankan pelanggan Tjiptono, 2006 dalam Irawan, 2011. Untuk mencapai tujuan tersebut maka
perusahaan melakukan berbagai usaha agar tujuan yang telah direncanakan tercapai. Syarat yang harus dipenuhi oleh sebuah perusahaan agar dapat
sukses dalam persaingan adalah berusaha mencapai tujuan untuk menciptakan dan mempertahankan pelanggan Levitt, 2001 dalam
Rachmansyah, 2010 Di era globalisai dan kompetisi yang makin ketat, dan iklim bisnis
yang gonjang – ganjing, serta inovasi produk yang dirasa kian penting. Persaingan yang ketat antar perusahaan membuat para pelaku dunia bisnis
berani tampil beda dari para pesaingnya. Disamping itu pula, perlu diketahui
2
bahwa kondisi persaingan yang semakin ketat, setiap perusahaan atau produk harus mampu bertahan hidup, bahkan harus dapat terus berkembang.
Menurut Kotler 2005 secara umum, banyak hal yang
mempengaruhi keputusan pembelian yang dilakukan oleh konsumen. Tingkat keterlibatan konsumen dalam pembelian sangat dipengaruhi oleh
kepentingan personal yang ditimbulkan serta dirasakan oleh stimulus. Dengan kata lain, seorang merasa terlibat atau tidak dalam pengambilan
keputusan. Semakin tinggi kecenderungan dalam membeli semakin tinggi pula sifat refleksi emosional atraksi dan kepuasan yang didapat oleh
pelanggan Hock dan Loewnstein, 1991:Thompson et,al., 1990 seperti dikutip dalam Lin 2005
Berbagai upaya dilakukan perusahaan agar bisa memiliki daya tarik yang kuat tertancap di pikiran konsumen dan pada akhirnya dapat meraih
pangsa pasar yang luas sehingga mampu bersaing dengan kompetitor lain. Salah satu upaya yang dilakukan perusahaan yakni melalui konsep
Experiential Marketing. Pemikiran Bernd H. Schmitt tentang hubungan antar produk dan konsumennya yang dituangkan dalam buku Experiential
Marketing EM
memang sudah
lama ada,
sejak 1999
http:202.59.162.82swamajalah. Melalui konsep ini, perusahaan mencoba melibatkan konsumen melalui emosi, perasaan, mendorong mereka untuk
berpikir, melakukan tindakan, maupun untuk menjalin komunitas, keberhasilan mengeksekusi lima elemen ini akan membuat merek tertanam
lebih dalam di hati konsumen. Menurut Schmitt Lin, 2006:24 experiential
3
marketing dapat berguna bagi sebuah perusahaan membedakan produk mereka dari produk pesaing, menciptakan identitas untuk sebuah
perusahaan, meningkatkan inovasi dan membujuk pelanggan untuk mencoba dan membeli produk serta menciptakan pelanggan yang loyal
terhadap merek tersebut. Selain diterapkannya experiential marketing, hal penting lain yaitu
perceived quality dalam upaya menciptakan dan mempertahankan merek. Menurut Darmadi Durianto, Sugiarto dan Tony Sitinjak 2001 hanya
produk yang memiliki persepsi kualitas kuat perceived quality yang mampu bersaing, merebut dan menguasai pasar. Perceived Quality adalah
persepsi pelanggan terhadap keseluruhan kualitas atau keunggulan suatu produk atau jasa layanan berkaitan dengan apa yang diharapkan oleh
pelanggan Darmadi Durianto, Sugiarto dan Tony Sitinjak, 2001. Menjaring pelanggan – pelanggan potensial baru agar pelanggan tidak
beralih kepada perusahaan lain memerlukan perceived quality untuk membangun kepercayaan merek. Sudah selayaknya produk – produk baru
bersaing dengan kondisi pasar dengan upaya peningkatan perceived quality sehingga kebutuhan dan keinginan konsumen dapat dipenuhi dan dipuaskan
dan konsumen menjadi loyal. Hal lain yang berperan penting dalam keputusan pembelian lainnya
adalah media promosi yaitu advertising periklanan. Promosi adalah sarana pemikat konsumen dalam melakukan kegiatan pembelian produk
diharapkan dapat mendorong permintaan konsumen. Kotler 2008:648
4
salah satu alat utama adalah bauran promosi yaitu iklan Advertising. Periklanan Advertising merupakan salah satu alat promosi yang digunakan
perusahaan untuk mengarahkan komunikasi persuasif pada konsumen potensial dan masyarakat. Iklan harus dirancang dengan baik untuk
memenuhi fungsi
utamanya, yaitu
penyampaian informasi
dan mempengaruhi sifat audiens sasaran sehingga dapat menarik perhatian,
mempertahankan ketertarikan,
membangkitkan keinginan
dan menggerakkan tindakan.
Di tengah banyaknya merek kopi yang bermunculan dengan jenis, rasa dan harga yang berbeda membuat para konsumen punya banyak
pilihan. Dengan banyak pilihan itu maka pihak produsen berlomba untuk membuat produk dengan citra rasa yang enak dan harga yang murah. Hal
tersebut dilakukan agar bisa meraih hati para konsumen untuk membeli produknya. Persaingan bisnis kopi instant yang semakin ketat menjadi
tantangan maupun ancaman bagi pelaku usaha tersebut agar dapat memenangkan persaingan, mempertahankan pasar yang dimiliki dan
merebut pasar yang sudah ada. Setiap pelaku bisnis kopi instant ini dituntut untuk mempunyai kepekaan terhadap setiap perubahan yang terjadi, dan
mampu memenuhi apa yang diinginkan pelanggan. Terbukti bahwa persaingan kopi instant sangat ketat, hal ini menuntut kreatifitas dari pada
pebisnis kopi instant yang menggeluti bidang usaha ini. Strategi yang diterapkan produsen kopi instant tidak lagi hanya berada diseputar kualitas
kopi, cita rasa kopi, khasiat kopi dan harga. Faktor lain yang sangat penting
5
adalah pembentukan identitas, bagi sebuah kopi identitas meliputi banyak aspek fisik seperti, nama merek kopi, desain logo pada bungkus kopi, dan
rasa kopi itu sendiri.
Menurut data korantekno.com, 2011 setiap tahun diperkirakan ada 100 miliar cangkir kopi diseduh setiap hari. Jika diasumsikan 10 persen
dari total jumlah penduduk masyarakat Indonesia meminum kopi, maka estimasi perhitungannya adalah sebagai berikut: 10 persen x 237 juta jiwa =
23,7 juta x 7 gram = 165,9 ton per hari. Jika seseorang meminum kopi dua kali dalam sehari, maka kebutuhan kopi di dalam negeri saja berjumlah
121.107 ton per tahun. Luas area perkebunan kopi Indonesia berkisar 1,3 juta hektar. Berdasarkan data Asosiasi Eksportir dan Industri Kopi
Indonesia AEKI, konsumsi kopi Indonesia hanya 0,83 kilogram per kapita pada 2010. Jumlah yang kecil jika dibandingkan negara lain di Asia
Tenggara seperti Malaysia, Thailand dan Singapura.
Tabel 1.1 Daftar Perusahaan yang Memproduksi Kopi Putih White Coffee
No Nama Perusahaan
BrandMerek
1 PT. Java Prima Abadi
Kopi Luwak White Koffie 2
PT. Santos Jaya Abadi
ABC White Coffe 3
PT. Mayora Kopiko White Cofee
4 PT. Santos Jaya
Abadi Kapal Api Grande White
Coffe Sumber: http:moslemzen.blogspot.com
www.kopiluwak.org
6
Banyaknya jenis kopi yang bermunculan dimana bukan hanya kopi hitam, kopi susu dan sebagainya muncul pula istilah kopi putih.
Perkembangan kopi putih yang sedang menjadi trend saat ini membuat para produsen berlomba-lomba untuk menciptakan produk kopi putih. Dalam
penelitian ini menggunakan Luwak White Koffie sebagai objek penelitian karena Luwak White Koffie ini muncul pertama kali dibandingkan dengan
kopi merek lain selain itu kopi ini mempunyai khasiat, dimana didalam iklan yang ditayangkan Luwak White Koffie memberikan penjelasan bahwa
kopi ini dapat dinikmati oleh penderita penyakit maag yang merupakan salah satu hal yang dihindari oleh penderita maag untuk meminum kopi.
Kopi ini memberikan hal yang baru untuk seseorang yang sedang melakukan diet dapat meminum kopi tanpa memikirkan kadar gula yang
tinggi. Sehingga diambil kopi ini untuk membuktikan apakah kopi ini benar benar aman untuk penderita magh dan seseorang yang sedang berdiet serta
mengetahui tanggapan konsumen tentang keberadaan produk ini melalui pancaindera mulai dari kemasan, rasa, hingga memunculkan pemikiran dan
tindakan melalui experiential marketing lalu dengan perceived quality bagaimana persepsi konsumen tentang produk ini yang cenderung baru dan
nantinya akan memunculkan keputusan pembelian serta advertising dengan adanya advertising bagaimana respon konsumen terhadap produk ini apakah
maksud isi pesan dari iklan ini sampai kepada konsumen dengan baik dan akhirnya memutuskan untuk membeli. Sebenarnya berdasarkan sumber
www.wayantulus.compenyebab-perut-buncit yang
dikutip dari
7
Detikhealth kopi yang merupakan salah satu penyebab perut membuncit karena memiliki kandungan asam yang tinggi yang dapat mengiritasi
saluran pencernaan dan menyebabkan pembengkakan. Namun produk Luwak White Koffie berani memberikan pernyataan bahwa kopi ini dapat
dinikmati oleh penikmat kopi untuk menikmati tanpa memikirkan hal – hal yang dapat menganggu kesehatan.
Berdasarkan uraian kasus diatas, penulis tertarik untuk melakukan penelitian sejauh mana pengaruh Experiential Marketing, Perceived Quality
dan Advertising sebuah produk terhadap suatu Keputusan Pembelian
Konsumen. Untuk itu penulis melakukan penelitian dengan judul “ Analisis Pengaruh
Experiential Marketing, Perceived Quality, dan Advertising terhadap Keputusan Pembelian Produk Luwak White Koffie.
B. Perumusan Permasalahan