Uji Pakan Berbasis Pelepah Daun Kelapa Sawit, Jerami Padi Dan Jerami Jagung Fermentasi Dengan Phanerochaete chrysosporium Terhadap Pertumbuhan Sapi Peranakan Ongole

UJI PAKAN BERBASIS PELEPAH DAUN KELAPA SAWIT,
JERAMI PADI DAN JERAMI JAGUNG FERMENTASI
DENGAN Phanerochaete chrysosporium TERHADAP
PERTUMBUHAN SAPI PERANAKAN ONGOLE

YUNIKA HARAHAP
020306034
IPT

DEPARTEMEN PETERNAKAN
FAKULTAS PERTANIAN
UNIVERSITAS SUMATERA UTARA
MEDAN
2008

Universitas Sumatera Utara

UJI PAKAN BERBASIS PELEPAH DAUN KELAPA SAWIT,
JERAMI PADI DAN JERAMI JAGUNG FERMENTASI
DENGAN Phanerochaete chrysosporium TERHADAP
PERTUMBUHAN SAPI PERANAKAN ONGOLE


SKRIPSI

O
L
E
H
YUNIKA HARAHAP
020306034
IPT

DEPARTEMEN PETERNAKAN
FAKULTAS PERTANIAN
UNIVERSITAS SUMATERA UTARA
MEDAN
2008

Universitas Sumatera Utara

UJI PAKAN BERBASIS PELEPAH DAUN KELAPA SAWIT,

JERAMI PADI DAN JERAMI JAGUNG FERMENTASI
DENGAN Phanerochaete chrysosporium TERHADAP
PERTUMBUHAN SAPI PERANAKAN ONGOLE

SKRIPSI

Oleh:
YUNIKA HARAHAP
020306034/PRODUKSI TERNAK

Skripsi Sebagai Salah Satu Syarat Untuk Dapat Mengikuti Ujian Sarjana di
Departemen Peternakan Fakultas Pertanian
Universitas Sumatera Utara

DEPARTEMEN PETERNAKAN
FAKULTAS PERTANIAN
UNIVERSITAS SUMATERA UTARA
MEDAN
2008


Universitas Sumatera Utara

Judul Penelitian

Nama
NIM
Departemen
Program Studi

: Uji pakan berbasis pelepah daun kelapa sawit, jerami
padi
dan
jerami
jagung
fermentasi
dengan
Phanerochaete chrysosporium terhadap pertumbuhan
sapi Peranakan Ongole.
: Yunika Harahap
: 020306034

: Peternakan
: Produksi Ternak

Disetujui Oleh :

Komisi Pembimbing

(Ir. Sayed Umar, MP.)
Anggota

(Prof. Dr. Ir. Hasnudi, MS)
Ketua

Mengetahui :

(Dr. Ir. Zulfikar Siregar, MP).
Ketua Departemen Peternakan

Tanggal lulus : 30 Desember 2008


Universitas Sumatera Utara

ABSTRACT

Yunika Harahap, 2008. “The test of feed based on oil palm frond, paddy
straw and maize stalks fermented using Phanerochaete chrysosoporium towards
growth of ongole cross-breed”. Under advices of Prof Dr. Ir. Hasnudi, MS as
supervisor and Ir. Sayed Umar, MP as co supervisor.
The experiment was conducted in PTPN IV, Laras oil palm plantation,
Distric of Bandar Huluan, Sub-Province of Simalungun during three months. The
research was started since 27th August until 20th November 2007.
The purpose of experiment was to observe the effect of
usage oil palm frond, paddy straw and maize stalks fermented with
Phanerochaete chrysosporium towards growth of ongole cross-breed.
The experiment design was using completely randomized design (CRD)
by three treatments and six replications. Each replication consist of three ongole
cross-breed. The treatments are P1 = fermented oil palm frond feed,
P2 = fermented paddy straw feed and P3 = fermented maize stalks feed.
The result of research shows that average feed intake is
48.854 g/head/week, where as the highest average intake is in P2 treatment as

51.536 g/head/week and the lowest is in P1 treatment as 47.323 g/head/week,
respectively ; average daily gain is 0,4 kg/head/day, where as the highest is in
P1 tretment as 0,45 kg/head/day and the lowest is in P3 treatment as 0,37
kg/head/day, respectively ; average feed conversion ratio is 20,45 where as the
highest average feed conversion ratio is in P2 treatment as 24,45 and the lowest is
in P1 treatment as 17,15.
The result of anova shows that application of feed based on oil palm frond,
paddy straw and maize stalks fermented using Phanerochaete chrysosoporium
towards growth of ongole cross-breed is giving significant effect towards average
feed intake and giving in signifiscant effect towards daily gain and average feed
conversion ratio.
The conclutions of the research is fermented oil palm frond feed was has
the best effect towards growth of ongole cross-breed.

Universitas Sumatera Utara

ABSTRAK

Yunika Harahap, 2008. “Uji Pakan Berbasis Pelepah Daun Kelapa Sawit,
Jerami Padi dan Jerami Jagung Fermentasi dengan Phanerochaete chysosporium

Terhadap Pertumbuhan Sapi Peranakan Ongole”. Dibimbing oleh Bapak
Prof. Dr. Ir. Hasnudi, MS sebagai ketua komisi pembimbing dan Bapak
Ir. Sayed Umar, MP sebagai anggota komisi pembimbing.
Penelitian dilaksanakan di PTPN IV Kebun Laras, Kecamatan Bandar
Huluan Kabupaten Simalungun Selama 3 bulan. Penelitian ini dilaksanakan
mulai dari tanggal 27 Agustus sampai dengan bulan 20 November 2007.
Tujuan penelitian ini adalah untuk mengetahui pengaruh pemberian
ransum pelepah daun kelapa sawit, jerami padi dan jerami jagung yang fermentasi
dengan Phanerochaete chrysosporium terhadap pertumbuhan sapi peranakan
ongole (PO).
Rancangan penelitian yang digunakan adalah rancangan acak lengkap
(RAL) dengan 3 perlakuan dan 6 ulangan, dimana setiap ulangan terdiri dari 3
ekor sapi peranakan ongole. Perlakuan yang diteliti adalah sebagai berikut
P1 = Ransum pelepah daun kelapa sawit fermentasi, P2 = Ransum jerami padi
fermentasi dan P3 = Ransum jerami jagung fermentasi.
Dari hasil penelitian menunjukkan rataan konsumsi ransum sebesar
48.854 g/ekor/minggu dimana rataan konsumsi tertinggi terdapat pada perlakuan
P2 sebesar 51.536,49 g/ekor/minggu dan terendah pada perlakuan P1 sebesar
47.323 g/ekor/minggu. Rataan pertambahan bobot badan yang diperoleh sebesar
0,4 kg/ekor/hari, dimana rataan pertambahan bobot badan tertinggi terdapat pada

perlakuan P1 sebesar 0,45 kg/ekor/hari dan terendah pada perlakuan P3 sebesar
0,34 kg/ekor/hari. Rataan konversi ransum yang diperoleh adalah 20,45 dimana
rataan konversi ransum tertinggi terdapat pada perlakuan P2 sebesar 24,45 dan
terendah pada perlakuan P1 sebesar 17,15.
Dari hasil uji keragaman, menunjukkan bahwa pemberian pakan berbasis
pelepah daun kelapa sawit, jerami padi dan jerami jagung fermentasi dengan
Phanerochaete chrysosporium memberikan pengaruh yang nyata terhadap
konsumsi ransum dan memberikan pengaruh yang tidak nyata terhadap
pertambahan bobot badan dan konversi ransum.
Dari hasil penelitian dapat ditarik kesimpulan bahwa pakan pelepah daun
kelapa sawit fermentasi merupakan pakan yang memberikan pengaruh terbaik
terhadap pertumbuhan sapi Peranakan Ongole.

Universitas Sumatera Utara

RIWAYAT HIDUP

YUNIKA HARAHAP, lahir tanggal 8 Juni 1984 di Mayang, Sumatera Utara.
Anak kedua dari empat bersaudara, putri dari Bapak Ir. Chairul Anwar dan Ibu
Ratna Dewi Lubis.

Pendidikan yang pernah ditempuh penulis sampai saat ini :
1. Tahun 1990 memasuki SD Impres 064037 Medan dan lulus tahun 1996.
2. Tahun 1996 memasuki SLTP Negeri 27 Medan dan lulus tahun 1999.
3. Tahun 1999 memasuki SMU Negeri 7 Medan dan lulus tahun 2002.
4. Tahun 2002 lulus seleksi masuk Universitas Sumatera Utara Medan
melalui jalur SPMB di Fakultas Pertanian Departemen Peternakan.
Kegiatan yang pernah diikuti selama kuliah :
Pada bulan Juni 2006 melaksanakan praktek kerja lapangan di PTPN IV
Kebun Dolok Ilir, Kabupaten Simalungun, Propinsi Sumatera Utara.
Pada bulan Agustus 2007 melaksanakan penelitian di PTPN IV Kebun Laras,
Kecamatan Bandar Huluan, Kabupaten Simalungun, Propinsi Sumatera Utara.

Universitas Sumatera Utara

KATA PENGANTAR

Puji syukur penulis panjatkan kepada Allah Swt karena dengan rahmat dan
karunia-Nya penulis dapat menyelesaikan penelitian dan penulisan skripsi
berjudul “ Uji Ransum Berbasis Pelepah Daun Sawit, Jerami Padi dan Jerami
Jagung


Fermentasi

dengan

Phanerochaete

chrysosporium

Terhadap

Pertumbuhan Sapi Peranakan Ongole”
Pada kesempatan ini penulis mengucapkan banyak terima kasih kepada
Bapak Prof. Dr. Ir. Hasnudi, MS dan Bapak Ir. Sayed Umar, MP. sebagai ketua
dan anggota pembimbing, atas bimbingan dan arahan yang diberikan kepada
penulis sejak dimulai hingga menyelesaikan penelitian dan skripsi ini. Penulis
juga mengucapkan banyak terima kasih kepada orangtua dan keluarga besar
penulis yang telah memberikan banyak dukungan dana dan moril serta pada
teman-teman yang telah membantu penulis menyelesaikan skripsi ini.
Penulis menyadari bahwa skripsi ini masih jauh dari sempurna. Oleh karena

itu, saran dan kritik yang bersifat membangun sangat penulis harapkan demi
kesempurnaan skripsi ini.
Akhirnya penulis berharap skripsi ini dapat bermanfaat bagi kita
semua.Wassalam dan terima kasih.

Medan, 30 Desember 2008

Penulis

Universitas Sumatera Utara

DAFTAR ISI
Hal
ABSTRACT .............................................................................................................. ....i
ABSTRAK ................................................................................................................ ...ii
RIWAYAT HIDUP ................................................................................................... ..iii
KATA PENGANTAR ............................................................................................... ..iv
DAFTAR ISI ............................................................................................................. ...v
DAFTAR TABEL ..................................................................................................... .vii
DAFTAR GAMBAR................................................................................................. viii
DAFTAR LAMPIRAN ............................................................................................. ..ix
PENDAHULUAN
Latar Belakang ................................................................................................... ...1
Tujuan Penelitian ............................................................................................... ...3
Hipotesis Penelitian............................................................................................ ...3
Kegunaan Penelitian .......................................................................................... ...3
TINJAUAN PUSTAKA
Ternak Sapi........................................................................................................ ...4
Pertumbuhan Ternak Sapi .................................................................................. ...5
Sistem Pencernaaan Ternak Ruminansia ............................................................ ...8
Pakan Sapi ......................................................................................................... ...9
Pakan Dari Limbah Perkebunan ......................................................................... ..11
Pelepah Daun Sawit ..................................................................................... ..11
Lumpur Sawit............................................................................................... ..12
Bungkil Inti Sawit ........................................................................................ ..13
Molases ........................................................................................................ ..15
Pakan Berbasis Limbah Pertanian ...................................................................... ..15
Jerami Padi................................................................................................... ..15
Jerami Jagung............................................................................................... ..17
Onggok ........................................................................................................ ..17
Dedak Padi .................................................................................................. ..18
Bahan Pakan Pelengkap ..................................................................................... ..19
Urea ............................................................................................................. ..19
Ultra mineral ................................................................................................ ..19
Garam .......................................................................................................... ..20
Fermentasi ......................................................................................................... ..20
Phanerochaete chrysosporium ........................................................................... ..22
Lignin ................................................................................................................ ..23
Konsumsi Ransum ............................................................................................. ..23
Pertambahan Bobot Badan ................................................................................. ..24
Konversi Ransum ............................................................................................... ..24
BAHAN DAN METODE PENELITIAN
Lokasi dan Waktu Penelitian .............................................................................. ..26
Bahan dan Alat Penelitian .................................................................................. ..26

Universitas Sumatera Utara

Bahan ........................................................................................................... ..26
Alat .............................................................................................................. ..26
Metode Penelitian .............................................................................................. ..27
Rancangan Penelitian ................................................................................... ..27
Parameter Penelitian ..................................................................................... ..29
Prosedur Penelitian ............................................................................................ ..29
HASIL DAN PEMBAHASAN
Hasil ................................................................................................................. ..32
Konsumsi Ransum ....................................................................................... ..32
Pertambahan Bobot Badan ........................................................................... ..32
Konversi Ransum ......................................................................................... ..33
Pembahasan ....................................................................................................... ..35
Konsumsi Ransum ....................................................................................... ..35
Pertambahan Bobot Badan ........................................................................... ..36
Konversi Ransum ......................................................................................... ..38
Rekapitulasi hasil penelitian ............................................................................... ..40
KESIMPULAN DAN SARAN
Kesimpulan ........................................................................................................ ..41
Saran ................................................................................................................. ..41
DAFTAR PUSTAKA

Universitas Sumatera Utara

DAFTAR TABEL

Hal
1. Kebutuhan nutrisi pakan sapi ................................................................................ 11
2. Kandungan nilai gizi pelepah daun kelapa sawit.................................................... 12
3. Kandungan nilai gizi lumpur sawit ........................................................................ 13
4. Kandungan nilai gizi BIS ...................................................................................... 14
5. Kandungan nilai gizi molases ................................................................................ 15
6. Kandungan nilai gizi jerami padi........................................................................... 16
7. Kandungan nilai gizi jerami jagung ....................................................................... 17
8. Kandungan nilai gizi onggok ................................................................................ 18
9. Kandungan nilai gizi dedak padi ........................................................................... 18
10. Kandungan beberapa mineral dalam ultra mineral ............................................... 20
11. Formulasi pakan.................................................................................................. 30
12. Rataan konsumsi pakan sapi Peranakan Ongole (g/ekor/minggu) ........................... 32
13. Rataan pertambahan bobot badan sapi Peranakan Ongole (kg/ekor/hari) ............ 33
14. Rataan konversi pakan sapi Peranakan Ongole .................................................... 33
15. Analisis keragaman konsumsi pakan sapi Peranakan Ongole ............................... 35
16. Hasil uji beda nyata terkecil (BNT) untuk konsumsi pakan ................................. 36
17. Analisis keragaman pertambahan bobot badan sapi Peranakan Ongole ................ 37
18. Analisis keragaman konversi pakan sapi Peranakan Ongole ................................ 38
19. Rekapitulasi hasil penelitian sapi Peranakan Ongole..............................................40

Universitas Sumatera Utara

DAFTAR GAMBAR

Hal
1. Grafik pertumbuhan sapi............................................................................................6

Universitas Sumatera Utara

DAFTAR LAMPIRAN

Hal
1. Perbanyakan dan pembiakkan Phanerochaete chrysosporium .............................. 45
2. Pembiakkan Phanerochaete chrysosporium pada inokulasi BIS ............................ 46
3. Cara fermentasi bahan ........................................................................................... 47
4. Pakan berbasis pelepah daun kelapa sawit fermentasi dengan

Phanerochaete

chrysosporium ...................................................................................................... 48
5. Pakan berbasis jerami padi fermentasi dengan
Phanerochaete chrysosporium .............................................................................. 49
6. Pakan berbasis jerami jagung fermentasi dengan
Phanerochaete chrysosporium .............................................................................. 50
7. Data total konsumsi pakan .................................................................................... 51
8. Data total kenaikan bobot badan............................................................................ 52
9. Data konversi pakan .............................................................................................. 53
10. Daftar hasil analisa bahan.................................................................................... 54
11. Daftar hasil analisa energi bahan ......................................................................... 56
12. Daftar hasil analisa ransum ................................................................................. 57

Universitas Sumatera Utara

ABSTRACT

Yunika Harahap, 2008. “The test of feed based on oil palm frond, paddy
straw and maize stalks fermented using Phanerochaete chrysosoporium towards
growth of ongole cross-breed”. Under advices of Prof Dr. Ir. Hasnudi, MS as
supervisor and Ir. Sayed Umar, MP as co supervisor.
The experiment was conducted in PTPN IV, Laras oil palm plantation,
Distric of Bandar Huluan, Sub-Province of Simalungun during three months. The
research was started since 27th August until 20th November 2007.
The purpose of experiment was to observe the effect of
usage oil palm frond, paddy straw and maize stalks fermented with
Phanerochaete chrysosporium towards growth of ongole cross-breed.
The experiment design was using completely randomized design (CRD)
by three treatments and six replications. Each replication consist of three ongole
cross-breed. The treatments are P1 = fermented oil palm frond feed,
P2 = fermented paddy straw feed and P3 = fermented maize stalks feed.
The result of research shows that average feed intake is
48.854 g/head/week, where as the highest average intake is in P2 treatment as
51.536 g/head/week and the lowest is in P1 treatment as 47.323 g/head/week,
respectively ; average daily gain is 0,4 kg/head/day, where as the highest is in
P1 tretment as 0,45 kg/head/day and the lowest is in P3 treatment as 0,37
kg/head/day, respectively ; average feed conversion ratio is 20,45 where as the
highest average feed conversion ratio is in P2 treatment as 24,45 and the lowest is
in P1 treatment as 17,15.
The result of anova shows that application of feed based on oil palm frond,
paddy straw and maize stalks fermented using Phanerochaete chrysosoporium
towards growth of ongole cross-breed is giving significant effect towards average
feed intake and giving in signifiscant effect towards daily gain and average feed
conversion ratio.
The conclutions of the research is fermented oil palm frond feed was has
the best effect towards growth of ongole cross-breed.

Universitas Sumatera Utara

ABSTRAK

Yunika Harahap, 2008. “Uji Pakan Berbasis Pelepah Daun Kelapa Sawit,
Jerami Padi dan Jerami Jagung Fermentasi dengan Phanerochaete chysosporium
Terhadap Pertumbuhan Sapi Peranakan Ongole”. Dibimbing oleh Bapak
Prof. Dr. Ir. Hasnudi, MS sebagai ketua komisi pembimbing dan Bapak
Ir. Sayed Umar, MP sebagai anggota komisi pembimbing.
Penelitian dilaksanakan di PTPN IV Kebun Laras, Kecamatan Bandar
Huluan Kabupaten Simalungun Selama 3 bulan. Penelitian ini dilaksanakan
mulai dari tanggal 27 Agustus sampai dengan bulan 20 November 2007.
Tujuan penelitian ini adalah untuk mengetahui pengaruh pemberian
ransum pelepah daun kelapa sawit, jerami padi dan jerami jagung yang fermentasi
dengan Phanerochaete chrysosporium terhadap pertumbuhan sapi peranakan
ongole (PO).
Rancangan penelitian yang digunakan adalah rancangan acak lengkap
(RAL) dengan 3 perlakuan dan 6 ulangan, dimana setiap ulangan terdiri dari 3
ekor sapi peranakan ongole. Perlakuan yang diteliti adalah sebagai berikut
P1 = Ransum pelepah daun kelapa sawit fermentasi, P2 = Ransum jerami padi
fermentasi dan P3 = Ransum jerami jagung fermentasi.
Dari hasil penelitian menunjukkan rataan konsumsi ransum sebesar
48.854 g/ekor/minggu dimana rataan konsumsi tertinggi terdapat pada perlakuan
P2 sebesar 51.536,49 g/ekor/minggu dan terendah pada perlakuan P1 sebesar
47.323 g/ekor/minggu. Rataan pertambahan bobot badan yang diperoleh sebesar
0,4 kg/ekor/hari, dimana rataan pertambahan bobot badan tertinggi terdapat pada
perlakuan P1 sebesar 0,45 kg/ekor/hari dan terendah pada perlakuan P3 sebesar
0,34 kg/ekor/hari. Rataan konversi ransum yang diperoleh adalah 20,45 dimana
rataan konversi ransum tertinggi terdapat pada perlakuan P2 sebesar 24,45 dan
terendah pada perlakuan P1 sebesar 17,15.
Dari hasil uji keragaman, menunjukkan bahwa pemberian pakan berbasis
pelepah daun kelapa sawit, jerami padi dan jerami jagung fermentasi dengan
Phanerochaete chrysosporium memberikan pengaruh yang nyata terhadap
konsumsi ransum dan memberikan pengaruh yang tidak nyata terhadap
pertambahan bobot badan dan konversi ransum.
Dari hasil penelitian dapat ditarik kesimpulan bahwa pakan pelepah daun
kelapa sawit fermentasi merupakan pakan yang memberikan pengaruh terbaik
terhadap pertumbuhan sapi Peranakan Ongole.

Universitas Sumatera Utara

PENDAHULUAN

Latar Belakang
Pembangunan sub-sektor peternakan merupakan bagian dari pembangunan
sektor pertanian, dimana sektor pertanian

memiliki nilai strategis dalam

memenuhi kebutuhan pakan yang terus meningkat atas bertambahnya jumlah
penduduk indonesia, dan peningkatan rata-rata pendapatan penduduk indonesia
dan taraf hidup petani dan nelayan (Tanari, 2001).
Selain dengan pemberian rumput segar pada ternak ruminansia juga dapat
diberi konsentrat sebagai bahan pakan tambahan untuk meningkatkan produksi.
Konsentrat dapat dibuat dari berbagai bahan pakan tambahan yang mengandung
nilai gizi yang dibutuhkan oleh ternak, jumlahnya banyak tersedia, harganya
murah dan nilai gizinya baik. Hasil samping perkebunan merupakan bahan pakan
yang berpotensi untuk dimanfaatkan karena jumlahnya yang melimpah, harga
murah dan nilai gizinya baik.
Pemberian rumput segar pada sapi akan menjadi suatu kendala apabila
suatu peternakan itu berada di pinggiran kota atau berada di daerah yang populasi
sapi didaerah tersebut sudah mencapai level maksimum. Contoh kasus didaerah
Kebun Dolok Ilir dimana populasi didaerah perkebunan kelapa sawit sudah
mencapai level yang membahayakan bagi kebun ataupun ternak itu sendiri.
Dimana populasi sapi dalam satu kebun ± 12.000 Ha mencapai 120.000 ekor,
dimana dalam lahan kosong, setiap 1 Ha hanya bisa menampung 4 ekor sapi. Hal
ini menjadi suatu kendala bagi ternak dikarenakan over grazing sehingga ternak
menjadi kurus. Melihat masalah tersebut maka penggunaan pelepah daun kelapa

Universitas Sumatera Utara

sawit menjadi pakan sapi merupakan suatu tindakan yang bisa diambil dimana
terjadi simbiosis mutualisme antara ternak dan kebun tersebut. Kebun dapat
menggunakan kotoran sapi dan peternak dapat menggunakan pelepah daun kelapa
sawit sebagai pakan sapi.
Menurut Prayitno dan Darmoko (1994), pelepah daun kelapa sawit
merupakan limbah padat perkebunan kelapa sawit dimana keberadaannya cukup
melimpah sepanjang tahun di Indonesia khususnya Sumatera Utara. Dilihat dari
kandungan protein kasar, pelepah daun kelapa sawit setara dengan mutu hijauan,
sedangkan menurut Devendra (1990) menyatakan bahwa jumlah pemangkasan
pelepah daun kelapa sawit per hektar 8.880 kg. Sementara jumlah pemangkasan
pelepah daun kelapa sawit/bulan/hektar pada bahan kering adalah 3.108 kg.
Salah satu upaya untuk menyediakan pakan yang cukup bagi ternak adalah
memanfaatkan seoptimal mungkin lahan, produk samping serta komoditi
perkebunan dan pertanian, baik dengan pola integrasi maupun dengan
diversifikasi. Usaha ini sekaligus dapat memberi nilai tambah bagi perkebunan,
petani dan peternak. Perkebunan kelapa sawit sangat berpotensi untuk
mengembangkan seluruh hewan ternak ruminansia khususnya sapi. Perkebunan
kelapa sawit merupakan tanaman yang cepat berkembang pesat di Asia Tenggara,
termasuk Indonesia. Luas perkebunan kelapa sawit di Indonesia mencapai
4.686.000 Ha dengan produksi tandan buah segar 5.456.700 ton pada tahun 2004
( Direktorat Jenderal Perkebunan, 2004 ). Sumatera Utara sendiri pada tahun 2005
memiliki luas perkebunan kelapa sawit mencapai 948.811 Ha dengan produksi
tandan buah segar 3.439.748 ton. Sedangkan luas areal panen padi pada tahun
2007 sebesar 740.561 Ha dengan hasil produksi sebesar 3.203.485 ton serta luas

Universitas Sumatera Utara

areal panen jagung pada tahun 2007 sebesar 227.402 Ha dengan hasil produksi
sebesar 788.090 ton. Sehingga di wilayah Sumatera Utara tingkat pertumbuhan
produksi perkebunan dan pertanian sangat signifikan dalam menghasilkan banyak
hasil sampingan. Hal ini memberi peluang bagi peternak dalam memanfaatkan
hasil ikutan dari perkebunan dan pertanian sebagai pakan alternatif.
Disinilah diupayakan agar pakan ternak berbasis limbah perkebunan
kelapa sawit dan limbah pertanian khususnya jerami padi dan jerami jagung
berubah menjadi bahan pakan inkonvensional yang kompetitif dan dapat
menggantikan rumput lapangan yang pada saat sekarang ini semakin susah
didapatkan karena semakin bertambahnya jumlah penduduk yang menyebabkan
lahan padang pengembalaan sebagai lahan potensial berubah fungsi dan
pemanfaatannya. Adapun hambatan dan kelemahan ketiga bahan pakan tersebut
adalah tingginya kadar lignin yang terkandung sehingga nilai gizinya sangat
rendah. Akibatnya hewan ternak ruminansia kurang menyukai sehingga
masyarakat selalu mengabaikan akan pentingnya ketiga bahan pakan tersebut
sebagai bahan pakan alternatif yang ketersediaannya terus berkesinambungan.
Berdasarkan pemikiran diatas penulis merasa perlu untuk memberikan perlakuan
fermentasi terhadap ketiga bahan tersebut guna meningkatkan nilai kecernaan
yaitu

dengan

memberikan

perlakuan

fermentasi dengan

Phanerochaete

chrysosporium yang bertujuan untuk mendegradasi lignin yang ada didalam
ketiga bahan pakan tersebut, sehingga dapat diberikan kepada ternak sapi periode
penggemukan dan diharapkan hasilnya berpengaruh nyata terhadap produksi
karkas sapi Peranakan Ongole (PO).

Universitas Sumatera Utara

Tujuan Penelitian
Untuk
kelapa
dengan

sawit,

mengetahui
jerami

Phanerochaete

pengaruh
padi

dan

pemberian
jerami

chrysosporium

pakan

jagung
terhadap

yang

pelepah

daun

difermentasi

pertumbuhan

sapi

Peranakan Ongole (PO).
Hipotesis Penelitian
Pemberian pakan pelepah daun kelapa sawit, jerami padi dan jerami
jagung yang difermentasikan dengan Phanerochaete chrysosporium memberikan
pengaruh yang sama terhadap pertumbuhan sapi Peranakan Ongole (PO) selama
penggemukan.
Kegunaan Penelitian
-

Sebagai bahan informasi bagi peneliti dan peternak sapi mengenai
pengaruh fermentasi dengan Phanerochaete chrysosporium terhadap
pertumbuhan sapi Peranakan Ongole (PO).

-

Peningkatan pemanfaatan hasil samping perkebunan dan pertanian untuk
memudahkan peternak dalam pengadaan pakan.

Universitas Sumatera Utara

TINJAUAN LITERATUR

Ternak Sapi
Faktor genetik ternak menentukan kemampuan yang dimiliki oleh seekor
ternak sedang faktor lingkungan memberi kesempatan kepada ternak untuk
menampilkan kemampuannya. Ditegaskan pula bahwa seekor ternak tidak akan
menunjukkan penampilan yang baik apabila tidak didukung oleh lingkungan yang
baik dimana ternak hidup atau dipelihara, sebaliknya lingkungan yang baik tidak
menjamin penampilanyang baik apabila ternak tidak memiliki mutu genetik yang
baik (Hardjosubroto, 1994).
Bangsa sapi mempunyai klasifikasi taksonomi sebagai berikut :
Phylum

: Chordata

Subphylum

: Vertebrata

Class

: Mamalia

Ordo

: Artiodactyla

Sub ordo

: Ruminantia

Famili

: Bovidae

Genus

: Bos

Spesies

: Bos Indicus

(Williamson and Payne, 1993).
Menurut Deptan (1982), ciri-ciri sapi Peranakan Ongole adalah sebagai
berikut :

Universitas Sumatera Utara

1.

Warna putih.

2.

Pada bagian kepala dan gumba sapi jantan berwarna keabu-abuan.

3.

Mempunyai gelambir dari rahang hingga bagian ujung tulang dada.

4.

Persentase karkasnya 44 %.

5.

Tinggi sapi jantan maupun betina mencapai + 135-150 cm.

6.

Termasuk tipe sapi pekerja.

7.

Berat badan mendekati sapi Ongole (sapi jantan 615 kg, betina

425 kg).
Sapi Peranakan Ongole hasil perkawinan silang dari sapi Ongole Sumba
dengan sapi Brahman diperoleh sifat ekonomisnya sebagai berikut :
1.

Berat lahir 24 kg.

2.

Berat sapih (umur 6-7 bulan) rata-rata 143 kg.

3.

Berat pada umur 18-24 bulan rata-rata 260 kg.

4.

Pertambahan bobot badan mencapai 0,8 kg/hari.

Disamping itu juga, sapi Peranakan Ongole memiliki sifat-sifat khas
seperti sapi Brahman, yaitu tahan terhadap gigitan serangga dan dapat hidup pada
padang penggembalaan yang jelek sekalipun (Deptan, 1982).
Pertumbuhan Ternak Sapi
Laju pertumbuhan ditentukan oleh beberapa faktor antara lain potensi
pertumbuhan dari masing-masing individu ternak dan pakan yang tersedia
(Cole, 1982). Potensi pertumbuhan dalam periode ini dipengaruhi oleh faktor
bangsa dan jenis kelamin. Pola pertumbuhan ternak tergantung pada sistem
manajemen yang dipakai, tingkat nutrisi yang tersedia, kesehatan dan iklim. Laju
pertambahan bobot badan dipengaruhi oleh umur, lingkungan dan genetik dimana

Universitas Sumatera Utara

berat tubuh awal fase penggemukan berhubungan dengan berat dewasa, yaitu
apabila pertumbuhan sapi di awal penggemukan baik, maka pertumbuhan sapi
hingga puncaknya juga akan baik (Tomaszewska et al., 1993).
Kurva hubungan antara bobot badan dengan umur adalah suatu bentuk S
(sigmoid). Ada fase awal yang pendek dimana bobot badan sedikit meningkat
dengan meningkatnya umur, hal ini diikuti oleh pertumbuhan eksplosif, kemudian
akhirnya ada satu fase dengan tingkat pertumbuhan yang sangat rendah
(Lawrie, 1995).
Proses pertumbuhan ternak sapi dilukiskan dalam kurva berbentuk seperti
huruf ”S”, kurva ini menunjukkan saat pembuahan berlangsung, dimana
kelangsungannya berjalan lambat, dan menjadi agak cepat pada saat menjelang
saat kelahiran. Sesudah pedet lahir pertumbuhan menjadi semakin cepat, hingga
usia penyapihan dan usia pubertas. Akan tetapi dari usia pubertas hingga usia jual,
lajunya mulai menurun dan akan terus menurun hingga usia dewasa dan akhirnya
pertumbuhannya berhenti. Lebih jelasnya dapat dilihat dalam grafik 1 berikut :
Grafik 1: Pertumbuhan sapi
Bobot badan (kg)
> 625
425 - 625
260

Umur Jual

Dewasa

Umur Pubertas
Penyapihan
143
> 24
Kelahiran
0 - 23

Pertumbuhan
0 -9

0

umur (bulan)
6-7

18-23

24

> 25

sblm lhr
Sumber: Ismed Pane (1986)

Universitas Sumatera Utara

Persen laju pertumbuhan selalu menurun sepanjang hidup ternak, laju
pertumbuhan tertinggi dicapai saat terjadinya pembuahan, meskipun laju
pertumbuhannya sama, ternak yang lebih kecil tumbuh tiga kali lebih cepat bila
perbandingan dibuat dalam persen laju pertumbuhan. Sebagai gambaran untuk
memperjelas pernyataan tersebut disajikan data pertumbuhan sapi bobot 100 kg
dan 300 kg dengan pertambahan bobot badan harian (PBBH) yang sama (1,0 kg).
Pertumbuhan adalah pertambahan dalam bentuk dan berat jaringanjaringan pembangun seperti urat daging, tulang, otak, jantung dan semua jaringan
tubuh (kecuali jaringan lemak), serta alat-alat tubuh lainnya. Lebih lanjut
dikatakan pertumbuhan murni adalah penambahan dalam jumlah protein dan zatzat mineral, sedangkan pertambahan akibat penimbunan lemak atau air bukanlah
pertumbuhan murni (Anggorodi, 1984).
Dalam pertumbuhan seekor hewan ada dua hal yang terjadi :
1.

Bobot badannya meningkat sampai mencapai bobot badan dewasa yang
disebut pertumbuhan.

2.

Terjadinya perubahan konfirmasi dan bentuk tubuh serta berbagai fungsi
dan kesanggupannya untuk melakukan sesuatu menjadi wujud penuh yang
disebut perkembangan.
Penggemukan bertujuan untuk memperbaiki kualitas karkas dengan jalan

mendeposit lemak seperlunya. Bila hewan belum dewasa digunakan untuk
penggemukan ini sifatnya membesarkan sambil memperbaiki kualitas karkas
(Parakkasi, 1995).
Ternak yang mempunyai potensi genetik yang tinggi akan memiliki respon
yang baik terhadap pakan yang diberikan dan memiliki efisiensi pakan yang tinggi

Universitas Sumatera Utara

dan adanya keragaman yang besar dalam konsumsi bahan kering disebabkan oleh
beda kualitas, daya cerna dan spesies tanaman (Devendra, 1977).
Pengurangan pakan akan memperlambat kecepatan pertumbuhan dan
pengurangan pakan sangat parah akan menyebabkan ternak kehilangan berat
badannya (Tillman et al., 1984).
Bahwa laju pertambahan bobot badan dipengaruhi oleh umur, lingkungan
dan genetik dimana berat tubuh awal fase penggemukan berhubungan dengan
berat dewasa (Tomaszweska et al., 1993).
Hasil penelitian menunjukkan bahwa pemberian jerami padi dan
konsentrat pada sapi Peranakan Ongole akan meningkatkan pertambahan bobot
badan 813 g/ekor/hari dan lebih baik dibandingkan sapi Madura 648 g/ekor/hari.
Kombinasi daun lamtoro dan rumput lapangan (60:40) memberikan pertambahan
bobot badan maksimal 570 g/ekor/hari (pemakaian daun lamtoro > 60%
menurunkan laju pertumbuhan). Penggunaan ampas sagu optimum pada tingkat
30% dengan tambahan 70% rumput lapangan (Ditjen Peternakan, 2001).
Sistem Pencernaan Ternak Ruminansia
Proses utama dari pencernaan adalah secara mekanik, enzimatik ataupun
mikrobial. Proses mekanik terdiri dari mastikasi atau pengunyahan dalam mulut
dan gerakan-gerakan saluran pencernaan yang dihasilkan oleh kontraksi otot
sepanjang usus. Pencernaan secara enzimatik atau kimiawi dilakukan oleh enzim
yang dihasilkan oleh sel-sel dalam tubuh hewan dan yang berupa getah-getah
pencernaan (Tillman et al., 1991).
Bagian-bagian sistem pencernaan adalah mulut, parinks, oesofagus (pada
ruminansia merupakan perut depan atau forestomach), perut glandular, usus halus,

Universitas Sumatera Utara

usus besar serta glandula aksesoris yang terdiri dari glandula saliva, hati dan
pankreas (Fradson, 1992).
Pakan Ternak Sapi
Beberapa pengertian tentang bahan pakan :
1.

Sumber serat adalah bahan-bahan yang memiliki kandungan serat kasar
(SK) ≥ 18%, contohnya limbah pertanian, kulit biji polong-polongan dll.

2.

Sumber energi adalah bahan-bahan yang memiliki kadar protein kurang
dari 20% dan serat kasar kurang dari 18% atau dinding selnya kurang dari
35%, contohnya biji-bijian, kacang-kacangan, buah-buahan, umbi-umbian
dan limbah sisa penggilingan.

3.

Sumber protein adalah buah-buahan yang memiliki kandungan protein
kasar ≥ 20% baik bahan yang beras al dari tumbuh-tumbuhan seperti
bungkil, bekatul maupun yang berasal dari hewan seperti silase ikan.

4.

Sumber mineral adalah bahan-bahan yang memiliki kandungan mineral
yang cukup tinggi, misalnya garam dapur, kapur makan, tepung ikan, grit
kulit bekicot, grit kulit ikan dan grit kulit ikan.

5.

Sumber vitamin adalah bahan-bahan yang mamliki kandungan vitamin
cukup tinggi, misalnya makanan berbutir dan umbi-umbian.

6.

Pakan tambahan adalah bahan-bahan tertentu yang ditambahkan ke dalam
ransum, seperti obat-obatan, anti biotika, hormon, air dan zat pengharum.
(Hardianto, 2000).
Pakan yang diberikan jangan sekedar dimaksudkan untuk mengatasi lapar

atau sebagai pengisi perut saja melainkan harus benar-benar bermanfaat untuk

Universitas Sumatera Utara

kebutuhan hidup, membentuk sel-sel baru, mengganti sel-sel yang rusak dan
untuk produksi. (Widayati dan Widalestari, 1996).
Penyediaan pakan harus diupayakan secara terus-menerus dan sesuai
dengan standar gizi menurut status ternak yang dipelihara. Pemberian pakan yang
tidak sesuai dengan kebutuhan gizi ternak dapat menyebabkan defisiensi zat
makanan sehingga ternak mudah terserang penyakit (Cahyono, 1998).
Pakan ternak ruminansia pada umumnya terdiri atas hijauan seperti rumput
dan konsentrat. Pemberian pakan berupa kombinasi kedua bahan tersebut akan
memberikan peluang terpenuhinya zat-zat gizi dan biaya relatif rendah
(Smith dan Mangkoewidjojo, 1988).
Teknologi pengolahan limbah pertanian dan limbah agroindustri menjadi
pakan lengkap merupakan salah satu upaya untuk meningkatkan nilai kedua
limbah tersebut dengan metode prosessing yang terdiri atas :
1.

Perlakuan pencacahan (choppping) untuk merubah ukuran partikel dan
melunakkan tekstur bahan agar konsumsi ternak lebih efisien.

2.

Perlakuan pengeringan (drying) dengan panas matahari atau dengan alat
pengering umtuk menurunkan kadar air bahan.

3.

Proses pencampuran (mixing) dengan menggunakan alat pencampuran
(mixer) dan perlakuan penggilingan dengan alat giling Hammer Mill dan
terakhir proses pengemasan.

(Wahyono dan Hardianto, 2004).

Universitas Sumatera Utara

Adapun kebutuhan nutrisi pakan sapi dapat dilihat dari Tabel 1.
Tabel 1. Kebutuhan nutrisi pakan sapi
Uraian Bahan (%)
Kadar Air
Bahan Kering
Protein kasar
lemak kasar
serat kasar
kadar abu
BETN
TDN
Sumber : Wahyono (2000)

Tujuan Produksi
Pembibitan
Penggemukan
12
12
88
88
10,4
12,7
2,6
3,0
19,6
18,4
6,8
8,7
60,2
51,8
64,2
64,4

Pakan Dari Limbah Perkebunan
Pelepah Daun Kelapa Sawit
Tingkat kecernaan bahan kering pelepah dan daun kelapa sawit pada sapi
mencapai 45%. Demikian pula daun kelapa sawit dapat digunakan sebagai sumber
atau pangganti pakan hijauan. Namun, adanya lidi pada pelepah daun kelapa sawit
akan menyulitkan ternak dalam mengkonsumsinya. Masalah tersebut dapat diatasi
dengan pencacahan yang dilanjutkan dengan pengeringan dan penggilingan.
Pemanfaatan pelepah daun sawit sebagai bahan pakan ruminansia disarankan
tidak melebihi 30%. Untuk meningkatkan konsumsi dan kecernaan pelepah daun
sawit, dapat ditambahkan produk samping lain dari kelapa sawit. Pemberian
pelepah daun sawit sebagai bahan pakan dalam jangka panjang, dapat
menghasilkan kualitas karkas yang baik (Balitnak, 2003).

Universitas Sumatera Utara

Kandungan nilai gizi pelepah daun kelapa sawit dapat dilihat pada Tabel 2.
Tabel 2. Kandungan nilai gizi pelepah daun kelapa sawit.
Uraian
Bahan Kering
Protein Kasar
Lemak Kasar
Serat Kasar
TDN

Kandungan (%)
93,4b
6,5a
4.47a
32,5a
56,0a

Sumber : a. Laboratorium Ilmu Makanan Ternak IPB, Bogor (2000)
b. Laboratorium Ilmu Makanan Ternak Departemen Peternakan FP-USU (2005).

Penggunaan pelepah daun kelapa sawit dalam pakan telah dicobakan pada
sapi pedaging dan perah dan ternyata dapat diberikan sebesar 30-40% dari
keseluruhan pakan (Devendra, 1977).
Lumpur Sawit
Lumpur sawit merupakan larutan buangan yang dihasilkan selama proses
ekstraksi minyak. Untuk setiap ton hasil akhir minyak sawit maka akan dihasilkan
antara 2-3 ton lumpur sawit. Sebagai komponen terbesar dalam bahan ini adalah
air 95%, padatan 4-5% dan sisi minyak sebesar 0,5 - 1%. Lumpur sawit dapat
dimanfaatkan sebagai bahan pakan ternak. Sebagai bahan pakan ternak, lumpur
sawit ini dapat diberikan langsung atau setelah mendapat perlakuan.
Lumpur sawit tanpa perlakuan dapat diberikan kepada ruminansia sebesar
50 % konsentrat (Hutagalung dan Jalaludin, 1982) dan dapat diberikan pada
pakan beberapa ternak antara lain sapi dan babi. Pada ternak ruminansia, bahan
ini dapat diberikan sebanyak 25 - 30%. Kandungan proteinnya bervariasi sekitar
11-14% dan lemaknya relatif tinggi (Devendra, 1994).

Universitas Sumatera Utara

Kandungan nilai gizi lumpur sawit dapat dilihat pada Tabel 3.
Tabel 3. Kandungan nilai gizi lumpur sawit
Uraian
Abu
Protein Kasar
Lemak Kasar
Serat Kasar
TDN

Kandungan (%)
13,9a
13,2b
13,0a
17,8b
79,0b

Sumber : a. Laboratorium Ilmu Makanan Ternak IPB, Bogor (2000)
b. Laboratorium Ilmu Makanan Ternak Departemen Peternakan FP-USU (2005).

Lumpur sawit mengandung protein kasar 12 - 14%. Kandungan air yang
tinggi menyebabkan produk samping ini kurang disenangi oleh ternak.
Kandungan energi yang rendah dan abu yang tinggi, menyebabkan lumpur sawit
tidak digunakan secara tunggal, tetapi harus disertai bahan pakan lainnya.
Fermentasi diharapkan dapat mengoptimalkan penggunaan bahan pakan tersebut.
Belum diketahui dengan pasti jumlah pemberian lumpur sawit yang cukup aman
dalam pakan ruminansia. Walaupun pemberian lumpur sawit memberikan respon
yang positif terhadap pertumbuhan ternak (Balitnak, 2003).
Bungkil Inti Sawit (BIS)
Menurut Devendra (1977), Bungkil Inti Sawit (BIS) adalah limbah hasil
ikutan dari hasil ekstraksi inti sawit. Bahan ini diperoleh dengan proses kimiawi
atau cara mekanik. Walaupun kandungan proteinnya agak baik tapi karena serat
kasarnya tinggi dan palatibilitasnya rendah sehingga menyebabkan kurang cocok
bagi ternak monogastrik dan lebih cocok pada ternak ruminansia.

Universitas Sumatera Utara

Kandungan nilai gizi BIS dapat dilihat paad Tabel 4.
Tabel 4. Kandungan nilai gizi BIS
Uraian
Bahan Kering
Protein kasar
Lemak kasar
Serat Kasar
TDN
Ca
P

Kandungan (%)
92,6
15,4
2,4
16,9
72,0
0.53
0,19

Sumber : Laboratorium Ilmu Makanan Ternak, Departemen Peternakan, Fakultas Pertanian USU,
Medan.

Bungkil inti sawit merupakan produk samping yang berkualitas karena
mengandung protein kasar yang cukup tinggi 16 - 18%. Sementara kandungan
serat kasar mencapai 16%. Pemanfaatannya perlu disertai produk samping lainnya
untuk mengoptimalkan penggunaan bungkil ini bagi ternak. Untuk lebih lanjut
diinformasikan bahwa bungkil inti sawit dapat diberikan 30% dalam pakan sapi
(Batubara dkk., 1993).
Secara umum produksi Bungkil Inti Sawit mengalami peningkatan sejalan
berkembangnya industri minyak sawit. Di Malaysia, kira-kira 3 juta ton inti sawit
dan pada tahun 2001 di produksi 1,4 juta ton minyak inti sawit dan 1,6 juta ton
Bungkil Inti Sawit yang merupakan hasil sampingannya. Bungkil Inti Sawit ini
biasanya di ekspor ke Eropa untuk pakan sapi potong dan sapi perah sebagai
sumber protein, energi dan serat. Dilaporkan juga bahwa produksi minyak sawit
(Palm oil) dapat dihasilkan untuk setiap Ha adalah 4 ton per tahun. Jumlah
tersebut

dapat

dihasilkan

dari

16

ton

tandan

buah

segar

(Hutagalung dan Jalaludin., 1991). Selanjutnya dikatakan bahwa dari setiap
1.000 kg tandan buah segar dapat diperoleh berupa minyak sawit 250 kg dan
produk samping sejumlah 294 kg lumpur sawit, 35 kg bungkil inti sawit 180 kg

Universitas Sumatera Utara

serat perasan. Jumlah tersebut dapat disetarakan dengan 1.223 kg lumpur sawit,
509 kg bungkil inti sawit, 2.678 kg serat perasan dan 3.386 kg tandan kosong
untuk setiap hektar per tahun. Atas dasar nilai tersebut maka dapat diketahui
bahwa produk samping pengolahan buah kelapa sawit yang dapat dihasilkan dari
perluasan kelapa sawit yang ada di Indonesia mencapai 2.463 ton lumpur sawit,
1.026 ton bungkil inti sawit, 5.394 ton serat perasan dan 6.018 ton tandan kosong
(Sembiring, 2006).
Molases
Molases merupakan hasil ikutan pengolahan tebu menjadi gula. Bentuk
fisiknya berupa cairan yang kental dan berwarna hitam. Kandungan karbohidrat,
protein, dan mineral yang cukup tinggi, sehingga bisa dijadikan pakan ternak
walaupun sifatnya sebagai pakan pendukung. Kelebihan molases terletak pada
aroma dan rasanya, sehingga bila dicampur pada pakan ternak bisa memperbaiki
aroma dan rasa ransum (Widayati dan Widalestari, 1996).
Kandungan nilai gizi molases dapat dilihat pada Tabel 5.
Tabel 5. Kandungan nilai gizi molases
Uraian
Bahan kering
Protein kasar
Lemak kasar
Serat kasar
TDN

kandungan (%)
67,50
3-4
0,08
0,38
81,00

Sumber: Laboratorium Makanan Ternak Departemen Peternakan FP USU (2000).

Pakan Berbasis Limbah Pertanian
Jerami Padi
Jerami merupakan salah satu bahan pakan ternak yang rendah kualitasnya.
Zat-zat yang terkandung didalamnya seperti selulosa sebenarnya masih bisa

Universitas Sumatera Utara

dimanfaatkan oleh sapi namun terselubung oleh dinding keras, yakni silika dan
lignin sehingga sulit dicerna. Nilai cernanya hanya 30%, artinya bila dikonsumsi
10 kg jerami, maka hanya 3 kg saja yang bisa dicerna. Dengan bertambahnya
kemajuan di bidang pakan ternak, maka nilai cerna jerami yang rendah tadi bisa
ditingkatkan menjadi lebih dari 50% dengan cara melakukan proses pencampuran
jerami tersebut dengan urea, molasses, juga NaOH teknis dan juga dengan
fermentasi (Kartadisastra, 1997).
Jerami padi adalah limbah pertanian yang dapat dimanfaatkan untuk
menjadi makanan ternak. Jerami adalah bagian batang, daun tumbuhan yang telah
dipanen bulir-bulir buah bersama dengan tangkainya dikurangi dengan akar dan
bagian batang yang tertinggal setelah disabit (Komar, 1984).
Karakteristik jerami padi ditandai dengan tingginya kandungan protein,
mineral khususnya Kalium dan Phospor, Nitrogen dan Phospat, sedangkan serat
kasarnya termasuk tinggi. Menurut Kartadisastra (1997) daya cernanya rendah,
sehingga konsumsinya menjadi terbatas, namun jerami padi masih potensial
sebagai sumber energi, disamping jumlahnya yang besar dan belum dimanfaatkan
secara optimal oleh masyarakat.
Kandungan nilai gizi jerami padi dapat dilihat pada Tabel 6.
Tabel 6. Kandungan nilai gizi jerami padi
Uraian
Bahan Kering
Protein kasar
Serat kasar
Lemak Kasar
TDN

Nilai gizi (%)
3,5
4,5
35,0
1,5
43,0

Sumber : NRC, (1995).

Universitas Sumatera Utara

Jerami Jagung
Jerami jagung merupakan sisa dari tanaman jagung setelah buahnya
dipanen dikurangi akar dan sebagian batang yang tersisa dan dapat diberikan pada
ternak, baik dalam bentuk segar maupun kering. Pemanfaatan jerami jagung
adalah sebagai makanan ternak ruminansia seperti kerbau, sapi, kambing dan
domba (Jamarun,1991).
Kandungan nilai gizi jerami jagung dapat dilihat pada Tabel 7.
Tabel 7. Kandungan nilai gizi jerami jagung
Uraian
Bahan kering
Protein kasar
Serat kasar
Lemak Kasar
TDN

Nilai gizi (%)
60.0 b
3.3 b
30.5a
1,06a
30.0b

Sumber : a. Jamarun, (1991)
b. Sumoprastowo, (1993)

Onggok
Dalam proses pengolahan ubi kayu menjadi tepung tapioka maka
dihasilkan limbah yang disebut onggok. Ketersediaan onggok sangat bergantung
pada jumlah varietas dan mutu ubi kayu yang diolah menjadi tepung tapioka.
Jumlah onggok yang dihasilkan sebesar 50% dari ubi kayu yang diolah.
Moertinah (1984) melaporkan bahwa dalam pengolahan ubi kayu menghasilkan
15-20% onggok kering, sedangkan onggok basah dihasilkan 70-79%.
Sebagian besar onggok yang berasal dari industri tapioka rakyat kurang
dimanfaatkan dan tidak diolah menjadi suatu produk yang lebih berguna, seperti
pakan ternak. Pemanfaatannya sebagai pakan diperlukan suatu penanganan lebih
lanjut karena kandungan zat makanannya terutama kandungan proteinnya masih
rendah.

Universitas Sumatera Utara

Kandungan nutrisi onggok dapat dilihat pada Tabel 8.
Tabel 8. Kandungan nilai gizi onggok
Uraian
Bahan kering
Protein kasar
Serat kasar
Lemak Kasar
TDN

Nilai gizi (%)
81.7
0.6
12
0.04
76

Sumber : a. Laboratorium Ilmu Makanan Ternak Departemen Peternakan FP USU Medan (2000)

Dedak Padi
Dedak Padi adalah bahan pakan yang diperoleh dari pemisahan beras
dengan kulit gabahnya melalui proses penggilingan padi dari pengayakan hasil
ikutan

dari

penumbukan

padi

(Parakkasi,

1995).

Sedangkan

menurut

Rasyaf (1992) dedak merupakan hasil ikutan dalam proses pengolahan gabah
menjadi beras yang mengandung bagian luar yang tidak tebal, tapi tercampur
dengan bagian penutup beras. Hal inilah yang mempengaruhi tinggi atau
rendahnya kandungan serat kasar dedak. Bila dilihat dari asal-usul pengolahan
gabah menjadi beras, wajar bila kandungan serat kasar yang dikandungnya tinggi.
Kandungan nilai gizi dedak padi dapat dilihat pada Tabel 9.
Tabel 9. Kandungan nilai gizi dedak padi
Uraian
Bahan kering
Protein kasar
Serat kasar
Lemak Kasar
TDN

Nilai gizi (%)
89.1
13.8
8.0
8.2
64.3

Sumber : Tillman, dkk (1991)

Universitas Sumatera Utara

Bahan Pakan Pelengkap
Urea
Urea merupakan bahan pakan sumber Nitrogen yang dapat difermentasi di
dalam sistem pencernaan ruminansia. Urea dalam proporsi tertentu mempunyai
dampak positif terhadap peningkatan konsumsi protein kasar dan daya cerna. Urea
yang diberikan pada ruminansia akan melengkapi sebagian dari kebutuhan protein
dan lemak, karena lemak tersebut disintesis menjadi protein oleh mikroorganisme
di dalam rumen (Kartadisastra, 1997).
Urea yang diberikan di dalam pakan ternak ruminansia, di dalam rumen
akan dipecah oleh enzim urease menjadi amonium, dimana amonium bersama
mikroorganisme akan membentuk protein mikroba dengan bantuan energi.
Apabila urea berlebih atau tidak dicerna oleh tubuh ternak maka urea akan
diabsorbsi oleh dinding rumen, kemudian dibawa oleh aliran darah ke hati dan
dalam hati akan dibentuk kembali amonium yang akhirnya disekresikan melalui
urine dan feses (Parakkasi, 1995).
Ultra Mineral
Mineral adalah zat anorganik yang dibutuhkan dalam jumlah yang sedikit,
namun berperan penting agar proses fisiologis dapat berlangsung dengan baik.
Mineral digu