Efek Pelepah Daun Kelapa Sawit Dan Limbah Industrinya Sebagai Pakan Terhadap Pertumbuhan Sapi Peranakan Ongole Pada Fase Pertumbuhan

EFEK PELEPAH DAUN KELAPA SAWIT DAN LIMBAH INDUSTRINYA
SEBAGAI PAKAN TERHADAP PERTUMBUHAN SAPI PERANAKAN
ONGOLE PADA FASE PERTUMBUHAN

SKRIPSI

OLEH :
TUA PARULIAN SIANIPAR
040306010
IPT

DEPARTEMEN PETERNAKAN
FAKULTAS PERTANIAN
UNIVERSITAS SUMATERA UTARA
MEDAN
2009
Tua Parulian Sianipar : Efek Pelepah Daun Kelapa Sawit Dan Limbah Industrinya Sebagai Pakan Terhadap
Pertumbuhan Sapi Peranakan Ongole Pada Fase Pertumbuhan, 2009.
USU Repository © 2009

EFEK PELEPAH DAUN KELAPA SAWIT DAN LIMBAH INDUSTRINYA

SEBAGAI PAKAN TERHADAP PERTUMBUHAN SAPI PERANAKAN
ONGOLE PADA FASE PERTUMBUHAN

SKRIPSI

OLEH :
TUA PARULIAN SIANIPAR
040306010
IPT

Skripsi Sebagai Salah Satu Syarat Untuk Dapat Mengikuti Ujian Sarjana di
Departemen Peternakan Fakultas Pertanian
Universitas Sumatera Utara

DEPARTEMEN PETERNAKAN
FAKULTAS PERTANIAN
UNIVERSITAS SUMATERA UTARA
MEDAN
2009
Tua Parulian Sianipar : Efek Pelepah Daun Kelapa Sawit Dan Limbah Industrinya Sebagai Pakan Terhadap

Pertumbuhan Sapi Peranakan Ongole Pada Fase Pertumbuhan, 2009.
USU Repository © 2009

Judul Skripsi

Nama
Nim
Departemen
Program Studi

: Efek Pelepah Daun Kelapa Sawit dan Limbah Industrinya
Sebagai Pakan Terhadap Pertumbuhan Sapi Peranakan
Ongole pada Fase Pertumbuhan
: Tua Parulian Sianipar
: 040306010
: Peternakan
: Ilmu Produksi Ternak

Disetujui Oleh
Komisi Pembimbing


( Prof. Dr. Ir. Hasnudi, MS )
Ketua

(Ir. Nurzainah Ginting, M.Sc)
Anggota

(Dr. Ir. Donald Siahaan)
Pembimbing Lapangan

Mengetahui:

(Prof. Dr.Ir. Zulfikar Siregar MP)
Ketua Departemen

Tua Parulian Sianipar : Efek Pelepah Daun Kelapa Sawit Dan Limbah Industrinya Sebagai Pakan Terhadap
Pertumbuhan Sapi Peranakan Ongole Pada Fase Pertumbuhan, 2009.
USU Repository © 2009

Tanggal Acc:

ABSTRACT

Tua Parulian Sianipar, 2009. “ The utilization of Oil Palm frond and
Industritial Waste in Feed on Growth of Weaning Ongole in Phase of Growth’.
Under advices of Prof. Dr. Ir Hasnudi, MS. as supervisor, Ir. Nurzainah Ginting,
MSc. as co supervisor and Dr. Ir. Donald Siahaan as field advisor.
The research has been conducted in plantation of Aek Pancur Blok 96
Tanjung Morawa, for 120 days. The research lasted from August to December
2008.
This research was conducted in basis on human requirement for protein
that was increasing progresively and the ever-declining supply of weaning feed.
The objective of the research would be to know the application level of oil palm
stem in plantation waste based feed on ration consumption, feed conversion ratio
(FCR) and average daily gain (ADG) weaning ongole in growth phase during this
reaseach.
This research was conducted by using latin squre design (LSD) consisting
of four treatments. The treatments were P1 = feedstuf of 40% oil palm frond,
P2 = feedstuf of 45% oil palm frond, P3 = feedstuf of 50% oil palm frond,
P4 = feedstuf of 55% oil palm frond.
The result of this research indicated that the highest average consumption

of ration was found in treatment P2 is 6728 gr/head/day and the lowest one was in
treatment P3 is 6389 gr/head/day. The highest average increment of body weight
was found in treatment P1 is 829 gr/head/day, and the lowest one was in treatment
P4 is 607 gr/head/day. The highest average feed conversion ratio (FCR) was
found in treatment P4 is 11,817 the lowest one was in treatment P1 is 8,031.
The result of ration test indicated tht administration of four substances has
the same on ration consumption, average daily gain (ADG), and feed conversion
ratio (FCR) weaning ongole.

Tua Parulian Sianipar : Efek Pelepah Daun Kelapa Sawit Dan Limbah Industrinya Sebagai Pakan Terhadap
Pertumbuhan Sapi Peranakan Ongole Pada Fase Pertumbuhan, 2009.
USU Repository © 2009

ABSTRAK

Tua Parulian Sianipar, 2009. “ Efek Pelepah Daun Kelapa Sawit dan
Limbah Industrinya Sebagai Pakan Terhadap Pertumbuhan Sapi Peranakan
Ongole pada Fase Pertumbuhan ”. Dibimbing oleh Bapak Prof. Dr. Ir Hasnudi,
MS sebagai ketua komisi pembimbing, Ibu Ir. Nurzainah Ginting, MSc. sebagai
anggota komisi pembimbing dan Bapak Dr. Ir. Donald Siahaan, sebagai

pembimbing lapangan.
Penelitian ini dilaksanakan di kebun Aek Pancur Blok 96 Tanjung Morawa
yang akan dilaksanakan selama 120 hari. Penelitian ini dilaksanakan mulai dari
bulan Agustus sampai dengan bulan Desember 2008.
Penelitian ini dilaksanakan berdasarkan tingkat kebutuhan manusia akan
protein yang semakin meningkat serta ketersediaan lahan untuk penyediaan
makanan ternak yang semakin menurun.
Tujuan penelitian ini adalah untuk mengetahui level penggunaan pelepah
daun kelapa sawit dalam pakan berbasis limbah perkebunan terhadap konsumsi
pakan, konversi pakan dan pertambahan berat badan sapi Peranakan Ongole (PO)
pada fase pertumbuhan selama penelitian.
Rancangan yang digunakan dalam penelitian ini adalah rancangan bujur
sangkar latin (RBSL) yang terdiri atas 4 macam perlakuan. Perlakuannya adalah
P1 = pakan dengan 40% pelepah daun kelapa sawit, P2 = pakan dengan 45%
pelepah daun kelapa sawit, P3 = pakan dengan 50% pelepah daun kelapa sawit,
P4 = pakan dengan 55% pelepah daun kelapa sawit.
Hasil penelitian menunjukkan rataan konsumsi pakan tertinggi terdapat
pada Perlakuan 2 sebesar 6728 gr/ekor/hari dan rataan konsumsi pakan terendah
terdapat pada Perlakuan 3 yaitu sebesar 6389 gr/ekor/hari. Rataan pertambahan
berat badan tertinggi terdapat pada Perlakuan 1 yaitu sebesar 829 gr/ekor/hari,

sedangkan rataan pertambahan berat badan terendah terdapat pada Perlakuan 4
yaitu sebesar 607 gr/ekor/hari. Rataan konversi pakan tertinggi terdapat pada
Perlakuan 4 sebesar 11,82 dan konversi pakan terendah terdapat pada Perlakuan 1
sebesar 8,03.
Hasil penelitian ini diperoleh hasil uji keragaman, menunjukkan bahwa
pemberian keempat bahan pakan mempunyai pengaruh yang sama terhadap
konsumsi pakan, pertambahan berat badan, dan konversi pakan sapi Peranakan
ongole (PO).

Tua Parulian Sianipar : Efek Pelepah Daun Kelapa Sawit Dan Limbah Industrinya Sebagai Pakan Terhadap
Pertumbuhan Sapi Peranakan Ongole Pada Fase Pertumbuhan, 2009.
USU Repository © 2009

RIWAYAT HIDUP

Tua Parulian Sianipar, dilahirkan di Balige pada tanggal 06 September
1985. Anak keempat dari empat bersaudara dari Ayahanda M. Sianipar dan
ibunda R. Siahaan.
Pendidikan yang ditempuh hingga saat ini adalah:
1. Tahun 1991 masuk SD Santa Maria Tarutung lulus tahun 1997

2. Tahun 1997 masuk SLTP Santa Maria Tarutung lulus tahun 2000
3. Tahun 2000 masuk SMU Cahaya Medan lulus tahun 2003
4. Tahun 2004 terdaftar sebagai mahasiswa Departemen Peternakan Fakultas
Pertanian Universitas Sumatera Utara melalui jalur SPMB
Kegiatan yang pernah diikuti selama kuliah:
1. Melaksanakan Praktek Kerja Lapangan di BPTU Babi dan Kerbau
Siborongborong di Desa Siaro Kecamatan Siborongborong Kabupaten
Tapanuli Utara pada bulan Juni 2007
2. Melaksanakan penelitian di kebun Aek Pancur Blok 96 Tanjung Morawa yang
akan dilaksanakan selama 120 hari dari bulan Agustus sampai dengan bulan
Desember 2008.

Tua Parulian Sianipar : Efek Pelepah Daun Kelapa Sawit Dan Limbah Industrinya Sebagai Pakan Terhadap
Pertumbuhan Sapi Peranakan Ongole Pada Fase Pertumbuhan, 2009.
USU Repository © 2009

KATA PENGANTAR

Puji dan syukur penulis panjatkan kehadirat Tuhan Yang Maha Esa atas
berkat dan rahmat serta karuniaNya sehingga penulis dapat menyelesaikan skripsi

ini dengan baik. Adapun judul dari skripsi ini adalah “ Efek Pelepah Daun Kelapa
Sawit dan Limbah Industrinya Sebagai Pakan Terhadap Pertumbuhan Sapi
Peranakan Ongole pada Fase Pertumbuhan ” yang merupakan salah satu syarat
untuk dapat mengikuti ujian sarjana di Departemen Peternakan, Fakultas
Pertanian, Universitas Sumatera Utara, Medan.
Pada kesempatan ini penulis mengucapkan banyak terima kasih kepada
Prof. Dr. Ir. Zulfikar Siregar, M.P Selaku ketua Departemen Peternakan dan
kepada Ibu Ir. Tri Hesty Wahyuni, MSc selaku sekretaris Departemen Peternakan,
Fakultas Pertanian. Penulis juga tidak lupa mengucapkan banyak terima kasih
kepada Bapak Prof. Dr. Ir. Hasnudi, MS selaku ketua komisi pembimbing, kepada
Ibu Ir. Nurzainah Ginting, M.Sc selaku anggota komisi pembimbing dan kepada
Bapak Dr. Ir. Donald Siahaan selaku komisi pembimbing lapangan yang telah
banyak memberikan arahan dalam penulisan skripsi ini.
Skripsi ini masih jauh dari kesempurnaan. Untuk itu penulis sangat
mengharapkan kritik dan saran yang membangun untuk kesempurnaan penulisan
skripsi ini.

Medan, Februari 2009

Tua Parulian Sianipar : Efek Pelepah Daun Kelapa Sawit Dan Limbah Industrinya Sebagai Pakan Terhadap

Pertumbuhan Sapi Peranakan Ongole Pada Fase Pertumbuhan, 2009.
USU Repository © 2009

Penulis
DAFTAR ISI

ABSTRACT ..................................................................................................
i
ABSTRAK .................................................................................................... ii
RIWAYAT HIDUP ....................................................................................... iii
KATA PENGANTAR ................................................................................... iv
DAFTAR ISI .................................................................................................
v
DAFTAR TABEL ......................................................................................... vii
DAFTAR GAMBAR..................................................................................... ix
DAFTAR LAMPIRAN .................................................................................
x
PENDAHULUAN
Latar Belakang ....................................................................................
Tujuan Penelitian ................................................................................

Hipotesis Penelitian .............................................................................
Kegunaan Penelitian ............................................................................

1
3
3
3

TINJAUAN PUSTAKA
Ternak Sapi ........................................................................................
Pertumbuhan dan Penggemukan Ternak Sapi. .....................................
Sapi Peranakan Ongole. .......................................................................
Sistem Pencernaan Ternak Ruminansia ..............................................
Pakan Sapi ..........................................................................................
Hijauan Pakan Ternak Ruminansia...... ......................................
Pelepah daun Sawit ........................ ...........................................
Bungkil Inti Sawit .....................................................................
Serat Perasan Buah...... ..............................................................
Konsentrat .................................................................................
Dedak Padi................................................................................
Molases ...... ..............................................................................
Urea ........................ .................................................................
Ultra Mineral ............................................................................
Garam ...... ................................................................................
Pertambahan Berat Badan ....................................................................
Konsumsi Pakan .................................................................................
Konversi Pakan...... .............................................................................

4
5
6
7
8
11
11
12
13
14
14
15
16
16
17
18
19
20

BAHAN DAN METODE PENELITIAN
Lokasi dan Waktu Penelitian ..............................................................
Bahan dan Alat Penelitian ...................................................................
Bahan........................................................................................
Alat ...........................................................................................
Metode Penelitian................................................................................

22
22
22
22
23

Tua Parulian Sianipar : Efek Pelepah Daun Kelapa Sawit Dan Limbah Industrinya Sebagai Pakan Terhadap
Pertumbuhan Sapi Peranakan Ongole Pada Fase Pertumbuhan, 2009.
USU Repository © 2009

Rancangan Penelitian ..........................................................................
Parameter Penelitian..... ......................................................................
Pelaksanaan Penelitian..... ...................................................................
HASIL DAN PEMBAHASAN
Hasil....................................................................................................
Konsumsi Pakan........................................................................
Pertambahan Berat Badan .........................................................
Konversi Pakan .........................................................................
Pembahasan ........................................................................................
Konsumsi Pakan........................................................................
Pertambahan Berat Badan .........................................................
Konversi Pakan .........................................................................
Rekapitulasi Penelitian ........................................................................

23
27
27
29
29
30
31
33
33
36
38
41

KESIMPULAN DAN SARAN
Kesimpulan .........................................................................................
Saran ...................................................................................................

42
42

DAFTAR PUSTAKA ....................................................................................
LAMPIRAN ..................................................................................................

43
47

Tua Parulian Sianipar : Efek Pelepah Daun Kelapa Sawit Dan Limbah Industrinya Sebagai Pakan Terhadap
Pertumbuhan Sapi Peranakan Ongole Pada Fase Pertumbuhan, 2009.
USU Repository © 2009

DAFTAR TABEL

1. Kebutuhan nutrisi pakan sapi ..............................................................

9

2. Kebutuhan zat makanan sapi pedaging sedang tumbuh dan
digemukkan ........................................................................................

10

3. Kandungan nilai gizi pelepah dan daun kelapa sawit ..........................

12

4. Kandungan nutrisi bungkil inti sawit .................................................

13

5. Kandungan nilai gizi serat perasan buah .............................................

14

6. Kandungan nilai gizi dedak padi .........................................................

15

7. Kandungan nilai gizi molases .............................................................

15

8. Kandungan beberapa mineral dalam ultra mineral ..............................

17

9. Formulasi pakan perlakuan ..................................................................

24

10. Kandungan nilai gizi pakan perlakuan .................................................

24

11. Rataan konsumsi pakan sapi peranakan ongole (PO) selama penelitian
dalam bahan kering (gr/ekor/hari) .......................................................

29

12. Rataan pertambahan berat badan sapi peranakan ongole (PO) selama
penelitian (gr/ekor/hari) .......................................................................

30

13. Rataan konversi pakan sapi peranakan ongole (PO) selama penelitian .

31

14. Analisa keragaman konsumsi total pakan sapi peranakan ongole .........

33

15. Uji beda nyata terkecil (BNT) waktu pemeliharaan terhadap konsumsi
pakan selama penelitian....................................................................... 34
16. Uji beda nyata terkecil (BNT) jenis sapi terhadap konsumsi pakan
selama penelitian ................................................................................. 35
17. Analisa keragaman pertambahan berat badan sapi peranakan ongole ...

36

Tua Parulian Sianipar : Efek Pelepah Daun Kelapa Sawit Dan Limbah Industrinya Sebagai Pakan Terhadap
Pertumbuhan Sapi Peranakan Ongole Pada Fase Pertumbuhan, 2009.
USU Repository © 2009

18. Uji beda nyata terkecil (BNT) jenis sapi terhadap pertambahan berat
badan sapi peranakan ongole ............................................................... 37
19. Analisa keragaman konversi pakan sapi peranakan ongole ..................

39

20. Rekapitulasi hasil penelitian ................................................................

41

Tua Parulian Sianipar : Efek Pelepah Daun Kelapa Sawit Dan Limbah Industrinya Sebagai Pakan Terhadap
Pertumbuhan Sapi Peranakan Ongole Pada Fase Pertumbuhan, 2009.
USU Repository © 2009

DAFTAR GAMBAR

1. Grafik konsumsi pakan sapi peranakan ongole (PO) ...........................

29

2. Grafik pertambahan berat badan sapi peranakan ongole (PO) ..............

31

3. Grafik konversi pakan sapi peranakan ongole (PO) .............................

32

Tua Parulian Sianipar : Efek Pelepah Daun Kelapa Sawit Dan Limbah Industrinya Sebagai Pakan Terhadap
Pertumbuhan Sapi Peranakan Ongole Pada Fase Pertumbuhan, 2009.
USU Repository © 2009

DAFTAR LAMPIRAN

1. Data konsumsi pakan selama penelitian ...............................................

47

2. Data pertumbuhan sapi selama penelitian ............................................

50

2a. Data pertambahan berat badan .................................................

50

2b. Grafik pertumbuhan sapi peranakan ongole .............................

50

3. Bagan pengolahan dan pembuatan pakan ............................................

51

4. Data analisa keragaman konsumsi pakan (gr/ekor/hari) .......................

52

5. Data analisa keragaman pertambahan berat badan sapi PO ..................

53

6. Data analisa keragaman konversi pakan sapi .......................................

54

Tua Parulian Sianipar : Efek Pelepah Daun Kelapa Sawit Dan Limbah Industrinya Sebagai Pakan Terhadap
Pertumbuhan Sapi Peranakan Ongole Pada Fase Pertumbuhan, 2009.
USU Repository © 2009

EFEK PELEPAH DAUN KELAPA SAWIT DAN LIMBAH INDUSTRINYA
SEBAGAI PAKAN TERHADAP PERTUMBUHAN SAPI PERANAKAN
ONGOLE PADA FASE PERTUMBUHAN

SKRIPSI

OLEH :
TUA PARULIAN SIANIPAR
040306010
IPT

DEPARTEMEN PETERNAKAN
FAKULTAS PERTANIAN
UNIVERSITAS SUMATERA UTARA
MEDAN
2009
Tua Parulian Sianipar : Efek Pelepah Daun Kelapa Sawit Dan Limbah Industrinya Sebagai Pakan Terhadap
Pertumbuhan Sapi Peranakan Ongole Pada Fase Pertumbuhan, 2009.
USU Repository © 2009

EFEK PELEPAH DAUN KELAPA SAWIT DAN LIMBAH INDUSTRINYA
SEBAGAI PAKAN TERHADAP PERTUMBUHAN SAPI PERANAKAN
ONGOLE PADA FASE PERTUMBUHAN

SKRIPSI

OLEH :
TUA PARULIAN SIANIPAR
040306010
IPT

Skripsi Sebagai Salah Satu Syarat Untuk Dapat Mengikuti Ujian Sarjana di
Departemen Peternakan Fakultas Pertanian
Universitas Sumatera Utara

DEPARTEMEN PETERNAKAN
FAKULTAS PERTANIAN
UNIVERSITAS SUMATERA UTARA
MEDAN
Tua Parulian Sianipar : Efek Pelepah Daun Kelapa Sawit Dan Limbah Industrinya Sebagai Pakan Terhadap
Pertumbuhan Sapi Peranakan Ongole Pada Fase Pertumbuhan, 2009.
USU Repository © 2009

Judul Skripsi

Nama
Nim
Departemen
Program Studi

2009
: Efek Pelepah Daun Kelapa Sawit dan Limbah Industrinya
Sebagai Pakan Terhadap Pertumbuhan Sapi Peranakan
Ongole pada Fase Pertumbuhan
: Tua Parulian Sianipar
: 040306010
: Peternakan
: Ilmu Produksi Ternak

Disetujui Oleh
Komisi Pembimbing

( Prof. Dr. Ir. Hasnudi, MS )
Ketua

(Dr. Ir. Donald Siahaan)
Pembimbing Lapangan

(Ir. Nurzainah Ginting, M.Sc)
Anggota

Mengetahui:

(Prof. Dr.Ir. Zulfikar Siregar MP)
Ketua Departemen

Tua Parulian Sianipar : Efek Pelepah Daun Kelapa Sawit Dan Limbah Industrinya Sebagai Pakan Terhadap
Pertumbuhan Sapi Peranakan Ongole Pada Fase Pertumbuhan, 2009.
USU Repository © 2009

Tanggal Acc:
PENDAHULUAN

Latar Belakang
Populasi penduduk yang terus berkembang mendorong peningkatan
permintaan terhadap kebutuhan pangan. Sementara itu, ketersediaan lahan untuk
penyediaan makanan ternak menunjukkan penurunan. Akibatnya, pemenuhan
kebutuhan pangan tersebut mengalami kesulitan, terutama yang berasal dari
protein hewani seperti daging, susu dan telur.
Ternak sapi potong merupakan salah satu sumber daya penghasil bahan
makanan berupa daging yang memiliki nilai ekonomi tinggi. Ternak sapi dapat
memenuhi berbagai macam kebutuhan manusia, terutama sebagai bahan makanan
berupa daging, disamping hasil ikutan lainnya seperti pupuk kandang, kulit,
tulang, dan lain sebagainya. Daging sangat berperan besar bagi pemenuhan gizi
protein hewani. Sapi sebagai salah satu hewan pemakan rumput sangat berperan
sebagai pengumpul bahan makanan bergizi rendah yang diubah menjadi bahan
makanan bergizi tinggi, kemudian diteruskan kepada manusia dalam bentuk
daging. Konsumsi protein hewani sangat menunjang kecerdasan dan diperlukan
untuk daya tahan tubuh.
Ternak memberikan kontribusi yang sangat penting untuk memproduksi
zat-zat makanan yang esensial bagi manusia. Pada saat ini, biji-bijian cukup
banyak digunakan untuk pakan ternak. Keadaan ini menyebabkan terjadinya
kompetisi kebutuhan manusia dan ternak. Untuk mendukung produksi ternak

Tua Parulian Sianipar : Efek Pelepah Daun Kelapa Sawit Dan Limbah Industrinya Sebagai Pakan Terhadap
Pertumbuhan Sapi Peranakan Ongole Pada Fase Pertumbuhan, 2009.
USU Repository © 2009

harus diupayakan mencari pakan alternatif lain yang potensial, murah dan mudah
diperoleh.
Pakan merupakan salah satu faktor penentu utama yang mempengaruhi
keberhasilan suatu usaha peternakan. Salah satu upaya untuk menyediakan pakan
yang cukup bagi ternak adalah memanfaatkan seoptimal mungkin lahan, serta
pemanfaatan limbah dan produk samping komoditi perkebunan dan pertanian,
baik dengan pola integrasi maupun dengan diversifikasi. Usaha ini sekaligus dapat
memberi nilai tambah bagi perkebunan, petani dan peternak.
Perkebunan kelapa sawit berpotensi untuk mengembangkan hewan ternak
ruminansia khususnya sapi. Perkebunan kelapa sawit berkembang pesat di Asia
Tenggara, termasuk Indonesia. Lahan perkebunan kelapa sawit di Indonesia
mencapai 7,1 juta Ha dengan tahun 2008 (Direktorat Jenderal Perkebunan, 2008).
Sumatera Utara sendiri pada tahun 2008 memiliki luas perkebunan kelapa sawit
948.800 Ha dengan produksi minyak sawit mentah 3.439.748 ton dan hasil
samping sangat signifikan. Hal ini memberikan peluang bagi peternak dalam
memanfaatkan hasil sampingan dari perkebunan dan pertanian sebagai pakan
alternatif.
Dengan pemikiran ini, perlu dilakukan penelitian tentang pengaruh
pemberian pelepah daun sawit sebagai limbah perkebunan serta pemanfaatan hasil
samping pabrik kelapa sawit (PKS) seperti bungkil inti sawit, serat perasan buah
kelapa sawit terhadap konsumsi pakan, konversi pakan, dan pertambahan berat
badan sapi.

Tua Parulian Sianipar : Efek Pelepah Daun Kelapa Sawit Dan Limbah Industrinya Sebagai Pakan Terhadap
Pertumbuhan Sapi Peranakan Ongole Pada Fase Pertumbuhan, 2009.
USU Repository © 2009

Tujuan Penelitian
Tujuan penelitian ini adalah mengetahui pengaruh level penggunaan
pelepah daun kelapa sawit dalam pakan berbasis limbah perkebunan terhadap
konsumsi pakan, konversi pakan dan pertambahan berat badan sapi Peranakan
Ongole (PO) pada fase pertumbuhan selama penelitian.

Hipotesis Penelitian
Pelepah daun kelapa sawit dalam pakan berbasis limbah perkebunan dapat
meningkatkan pertambahan berat badan dan konsumsi pakan serta menurunkan
konversi pakan sapi Peranakan Ongole pada fase pertumbuhan selama
penggemukan.

Kegunaan Penelitian
1. Penelitian ini berguna sebagai bahan informasi bagi peternak sapi dalam
penggunaan pelepah daun kelapa sawit
2. Penelitian ini berguna sebagai bahan informasi bagi para peneliti dan
kalangan akademis atau instansi yang berhubungan dengan penggemukan
sapi

Tua Parulian Sianipar : Efek Pelepah Daun Kelapa Sawit Dan Limbah Industrinya Sebagai Pakan Terhadap
Pertumbuhan Sapi Peranakan Ongole Pada Fase Pertumbuhan, 2009.
USU Repository © 2009

TINJAUAN PUSTAKA

Ternak Sapi Peranakan Ongole
Faktor genetik ternak menentukan kemampuan yang dimiliki oleh seekor
ternak sedangkan faktor lingkungan memberi kesempatan kepada ternak untuk
menampilkan kemampuannya. Seekor ternak tidak akan menunjukkan penampilan
yang baik apabila tidak didukung oleh lingkungan yang baik dimana ternak hidup.
Sebaliknya lingkungan yang baik tidak menjamin penampilan apabila ternak tidak
memiliki mutu genetik yang baik (Hardjosubroto, 1994).
Bangsa sapi mempunyai klasifikasi taksonomi sebagai berikut:
Phylum

: Chordata

Subphylum

: Vertebrata

Class

: Mamalia

Ordo

: Artiodactyla

Sub ordo

: Ruminantia

Famili

: Bovidae

Genus

: Bos

Spesies

: Bos Indicus

(Williamson dan Payne, 1993).

Tua Parulian Sianipar : Efek Pelepah Daun Kelapa Sawit Dan Limbah Industrinya Sebagai Pakan Terhadap
Pertumbuhan Sapi Peranakan Ongole Pada Fase Pertumbuhan, 2009.
USU Repository © 2009

Produktivitas sapi potong adalah jumlah kebuntingan, kelahiran, kematian,
panen pedet (calf crop), perbandingan antara jantan dan betina, jarak beranak,
bobot sapih, bobot setahun (yearling), bobot potong dan pertambahan bobot badan
(Trikesowo et al, 1993).
Menurut Anonimous (1982), ciri-ciri sapi Peranakan Ongole adalah
sebagai berikut:
1. Warna putih
2. Pada bagian kepala dan gumba sapi jantan berwarna keabu-abuan
3. Mempunyai gelambir dari rahang hingga bagian ujung tulang dada
4. Persentase karkas 44%
5. Tinggi sapi jantan maupun betina mencapai ± 135 – 150 cm
6. Termasuk tipe sapi potong dan pekerja
7. Terdapat lipatan kulit dibawah leher dan perut
8. Telinga panjang menggantung
9. Berat badan mendekati sapi Ongole (sapi jantan 615 kg, betina 425 kg)
Sapi Peranakan Ongole hasil persilangan silang dari sapi Ongole Sumba
dengan sapi Brahman diperoleh sifat ekonomisnya sebagai berikut:
1. Berat lahir 24 kg
2. Berat sapih (umur 6 – 7 bulan) rata – rata 143 kg
3. Berat pada umur 18 – 24 bulan rata – rata 260 kg
4. Pertambahan bobot badan mencapai 0,8 kg/ hari
Disamping itu juga, sapi Peranakan Ongole memiliki sifat – sifat khas
seperti sapi Brahman, yaitu tahan terhadap gigitan serangga dan dapat hidup pada
padang pengembalaan yang jelek sekalipun (Anonimous, 1982). Adapun
Tua Parulian Sianipar : Efek Pelepah Daun Kelapa Sawit Dan Limbah Industrinya Sebagai Pakan Terhadap
Pertumbuhan Sapi Peranakan Ongole Pada Fase Pertumbuhan, 2009.
USU Repository © 2009

pertumbuhan pertambahan berat badan sapi Peranakan Ongole adalah 204 gr, 302
gr, 450 gr/ hari pada masing –masing umur 6–9 bulan, 10–13 bulan dan 14–17
bulan (Sijabat, 1979).

Pertumbuhan dan Penggemukan Ternak Sapi
Pertumbuhan adalah pertambahan dalam bentuk dan berat jaringanjaringan pembangun seperti urat daging, tulang, otak, jantung dan semua jaringan
tubuh (kecuali jaringan lemak), serta alat-alat tubuh lainnya. Lebih lanjut
dikatakan pertumbuhan murni adalah penambahan dalam jumlah protein dan zatzat mineral, sedangkan pertambahan akibat penimbunan lemak atau penimbunan
air bukanlah pertumbuhan murni (Anggorodi, 1984).
Dalam pertumbuhan seekor hewan, ada dua hal yang terjadi:
1. Bobot badan meningkat sampai mencapai bobot badan dewasa yang
disebut pertumbuhan
2. Terjadinya perubahan konfirmasi dan bentuk tubuh serta berbagai fungsi
dan kesanggupannya untuk melakukan sesuatu menjadi wujud penuh yang
disebut perkembangan
Kurva hubungan antara bobot badan dengan umur adalah suatu bentuk S
(sigmoid). Ada fase awal yang pendek dimana bobot badan sedikit meningkat
dengan meningkatnya umur, hal ini diikuti oleh pertumbuhan eksplosif, kemudian
akhirnya ada satu fase dengan tingkat pertumbuhan yang sangat rendah
(Lawrie, 1995).
Penggemukan bertujuan untuk memperbaiki kualitas karkas dengan jalan
mendeposit lemak seperlunya. Bila hewan belum dewasa digunakan untuk
Tua Parulian Sianipar : Efek Pelepah Daun Kelapa Sawit Dan Limbah Industrinya Sebagai Pakan Terhadap
Pertumbuhan Sapi Peranakan Ongole Pada Fase Pertumbuhan, 2009.
USU Repository © 2009

penggemukan ini sifatnya membesarkan sambil memperbaiki kualitas karkas
(Parakkasi, 1995). Menurut Devendra (1977), ternak yang mempunyai potensi
genetik yang tinggi akan memiliki respon yang baik terhadap pakan yang
diberikan dan memiliki efisiensi pakan yang tinggi dan adanya keragaman yang
besar dalam konsumsi bahan kering rumput disebabkan oleh beda kualitas, daya
cerna dan spesies tanaman.
Laju pertambahan bobot badan dipengaruhi oleh umur, lingkungan dan
genetik dimana berat tubuh awal fase penggemukan berhubungan dengan berat
dewasa (Tomaszewska et al, 1993). Pengurangan pakan akan memperlambat
kecepatan pertumbuhan dan bila pengurangan pakan yang signifikan akan
menyebabkan ternak kehilangan berat badannya (Tillman et al, 1993).

Sistem Pencernaan Ternak Ruminansia
Ternak ruminansia memiliki empat bagian perut yaitu rumen, reticulum,
omasum dan abomasum. Keempatnya tidak mempunyai perbedaan yang nyata
ketika ternak dilahirkan hingga ternak ruminansia berkembang, tumbuh dan
berproduksi walaupun hanya mengkonsumsi jenis makanan sebagian besar
berbentuk serat kasar (Kartadisastra, 1997).
Proses utama dari pencernaan adalah secara mekanik, hidrolisis dan
fermentatif. Proses mekanik terdiri dari mastikasi atau pengunyahan dalam mulut
dan gerakan-gerakan saluran pencernaan yang dihasilkan oleh kontraksi otot
sepanjang usus. Proses hidrolisis dilakukan oleh enzim pencernaan yang
dihasilkan oleh ternak (induk semang) yang terjadi di abomasum. Pencernaan
secara fermentatif dilakukan oleh mikroorganisme rumen (Tillman et al, 1993).
Tua Parulian Sianipar : Efek Pelepah Daun Kelapa Sawit Dan Limbah Industrinya Sebagai Pakan Terhadap
Pertumbuhan Sapi Peranakan Ongole Pada Fase Pertumbuhan, 2009.
USU Repository © 2009

Bagian-bagian sistem pencernaan adalah mulut, parinks, oesofagus (pada
ruminansia merupakan perut depan atau forestomach), perut glandular, usus halus,
usus besar serta glandula aksesoris yang tediri dari glanua saliva, hati dan
pankreas (Frandson, 1992).
Rumen dari hewan ruminansia merupakan tempat berdiamnya trilyun
mikroorganisme termasuk protozoa, bakteri dan fungi. Mikroorganisme ini
mencerna hijauan yang mengandung selulosa dan hemiselulosa, konsentrat yang
mengandung karbohidrat, lemak dan protein. Aktivitas mikroorganisme dalam
mencerna selulosa dan hemiselulosa sangat bermanfaat dikarenakan selulosa dan
hemiselulosa tidak bisa dicerna secara langsung oleh ternak (induk semang).
Mikroorganisme mencerna bahan-bahan kasar terutama menjadi asam asetat,
propionat dan butirat yang disebut dengan asam lemak mudah terbang (Volatile
Fatty Acid/ VFA). Sebagian besar VFA diserap melalui dinding rumen ke dalam
aliran darah. Aksi mikroorganisme di dalam rumen menjadi dasar alasan mengapa
ruminansia dapat bertahan dengan makanan yang berserat tinggi (Lasley, 1981).

Pakan Sapi
Pakan adalah semua bahan yang bisa diberikan dan bermanfaat bagi ternak
serta tidak menimbulkan pengaruh negatif terhadap tubuh ternak. Pakan yang
diberikan harus berkualitas tinggi yaitu mengandung zat-zat yang diperlukan oleh
tubuh ternak dalam hidupnya seperti air, karbohidrat, lemak, protein, mineral
(Parakkasi, 1995).
Pakan yang diberikan jangan sekedar dimaksudkan untuk mengatasi lapar
atau sebagai pengisi perut saja melainkan harus benar-benar bermanfaat untuk
Tua Parulian Sianipar : Efek Pelepah Daun Kelapa Sawit Dan Limbah Industrinya Sebagai Pakan Terhadap
Pertumbuhan Sapi Peranakan Ongole Pada Fase Pertumbuhan, 2009.
USU Repository © 2009

kebutuhan hidup, membentuk sel-sel baru, menggantikan sel yang rusak dan
untuk produksi (Widayati dan Widalestari, 1996).
Lebih

lanjut

Kartadisastra (1997)

menyatakan

kebutuhan

ternak

ruminansia dicerminkan oleh kebutuhannya terhadap nutrisi. Jumlah nutrisi setiap
harinya sangat tergantung kepada jenis ternak, umur, fase (pertumbuhan, dewasa,
bunting, menyusui), kondisi tubuh (normal, sakit) dan lingkungan tempat
hidupnya serta berat badannya. Jadi untuk setiap ekor ternak yang berbeda
kondisinya membutuhkan pakan yang berbeda.
Tabel 1. Kebutuhan nutrisi pakan sapi
Uraian Bahan (%)
Kadar Air
Bahan Kering
Protein Kasar
Lemak Kasar
Serat Kasar
Kadar Abu
Total digestible nutriens (TDN)
Sumber: Wahyono (2000).

Tujuan Produksi
Pembibitan
Penggemukan
12
12
88
88
10,4
12,7
2,6
3,0
19,6
18,4
6,8
8,7
64,2
64,4

Pakan ternak ruminansia pada umumnya terdiri dari hijauan seperti
rumput, leguminosa dan konsentrat. Pemberian pakan berupa kombinasi kedua
bahan tersebut akan memberi peluang terpenuhinya zat-zat gizi dan biaya relatif
rendah

(Smith dan Mangkoewidjojo, 1988).
Parakkasi (1995) menyatakan bahwa semakin banyak bahan makanan

yang dapat dicerna melalui saluran pencernaan maka kecepatan alirannya
menyebabkan lebih banyak ruangan yang tersedia untuk penambahan makanan
sehingga konsumsi meningkat.

Tua Parulian Sianipar : Efek Pelepah Daun Kelapa Sawit Dan Limbah Industrinya Sebagai Pakan Terhadap
Pertumbuhan Sapi Peranakan Ongole Pada Fase Pertumbuhan, 2009.
USU Repository © 2009

Teknologi pengolahan limbah pertanian dan limbah agroindustri menjadi
pakan lengkap dengan metode prosessing yang terdiri dari:
1. Perlakuan pencacahan (chopping) untuk merubah ukuran partikel dan
melunakkan tekstur bahan agar konsumsi ternak lebih efisien
2. Perlakuan pengeringan (drying) dengan panas matahari atau dengan alat
pengering untuk menurunkan kadar air bahan
3. Proses pencampuran (mixing) dengan menggunakan alat pencampuran
(mixer) dan perlakuan penggilingan dengan alat giling Hammer Mill dan
terakhir proses pengemasan
(Wahyono dan Hardianto, 2004).
Tabel 2. Kebutuhan zat makanan sapi pedaging sedang tumbuh dan digemukkan
Berat Tambahan
Badan berat (kg)
(Kg)
100

150

200

250

0,0
0,5
0,7
0,9
1,1
0,0
0,5
0,7
0,9
1,1
0,0
0,5
0,7
0,9
1,1
0,0
0,7
0,9
1,1
1,3

Minimum
Konsentrat Protein TDN
Konsumsi (%Ransum) kasar
(%)
BK
(%)
(kg)/e/hari
2,1
0
8,7
55
2,9
20 – 30
12,4
62
2,7
40 – 50
14,8
70
2,8
70 – 75
16,4
77
2,7
85
18,2
86
2,8
0
8,7
55
4,0
20 – 30
11,0
62
3,9
40 – 50
12,6
70
3,8
70 – 75
14,1
77
3,7
85
15,6
86
3,5
0
8,5
55
5,8
10 – 20
9,9
58
5,7
20 – 30
10,8
64
4,9
55 – 65
12,3
75
4,6
85
13,6
86
4,1
0
8,5
55
5,8
35 – 45
10,7
70
6,2
50 – 55
11,1
72
6,0
75 – 80
12,1
77
6,0
80
12,7
86

Ca
(%)

P
(%)

0,18
0,48
0,70
0,86
1,04
0,18
0,35
0,46
0,61
0,76
0,18
0,24
0,32
0,47
0,59
0,18
0,31
0,35
0,43
0,50

0,18
0,38
0,48
0,57
0,70
0,18
0,32
0,36
0,45
0,54
0,18
0,22
0,28
0,37
0,43
0,18
0,28
0,31
0,35
0,38

Tua Parulian Sianipar : Efek Pelepah Daun Kelapa Sawit Dan Limbah Industrinya Sebagai Pakan Terhadap
Pertumbuhan Sapi Peranakan Ongole Pada Fase Pertumbuhan, 2009.
USU Repository © 2009

300

0,0
0,9
1,1
1,3
1,4
0,0
0,9
1,1
1,3
1,4

350

4,7
8,1
7,6
7,1
7,3
5,3
8,0
8,0
8,0
8,2

0
35 – 45
75 – 80
85
85
0
45 – 55
75 – 80
85
85

8,6
10,0
10,8
11,7
11,9
8,5
10,0
10,4
10,8
10,9

55
70
77
83
86
55
72
80
83
86

0,18
0,27
0,33
0,41
0,42
0,18
0,25
0,29
0,32
0,34

0,18
0,23
0,29
0,32
0,34
0,18
0,22
0,25
0,28
0,29

Parakkasi, (1995)

Hijauan Pakan Ternak Ruminansia
Hijauan pakan merupakan makanan utama bagi ternak ruminansia
dan berfungsi sebagai sumber nutrisi yaitu protein, energi, vitamin dan mineral
(Murtidjo, 1993). Hijauan yang ada di daerah tropis pada umumnya cepat tumbuh,
namun kualitasnya lebih rendah dari hijauan di daerah sub tropis. Oleh karena itu,
ternak ruminansia yang diperuntukkan bagi produksi daging harus memperoleh
konsentrat selain pemberian hijauan agar tercapai pertumbuhan ternak yang cepat
(Siregar, 1994).
Pilliang (1997) disitasi Waruwu (2002) menyatakan ternak ruminansia
harus mengkonsumsi hijauan sebanyak 10% dari berat badannya setiap hari dan
konsentratnya sekitar 1,5 – 2 % dari jumlah tersebut termasuk suplementasi
vitamin dan mineral. Oleh karena itu, hijauan dan sejenisnya terutama dari
berbagai spesies merupakan sumber energi utama ternak ruminansia. Kebutuhan
pakan ruminansia dicerminkan oleh kebutuhannya terhadap nutrisi. Jumlah
kebutuhan nutrisi setiap harinya tergantung pada jenis ternak, umur, fase, kondisi
tubuh dan lingkungan tempat hidupnya serta bobot badannya.

Tua Parulian Sianipar : Efek Pelepah Daun Kelapa Sawit Dan Limbah Industrinya Sebagai Pakan Terhadap
Pertumbuhan Sapi Peranakan Ongole Pada Fase Pertumbuhan, 2009.
USU Repository © 2009

Pelepah Daun Sawit
Tingkat kecernaan bahan kering pelepah dan daun kelapa sawit pada sapi
mencapai 45%. Demikian pula daun kelapa sawit dapat digunakan sebagai sumber
atau pengganti pakan hijauan. Namun, adanya lidi pada pelepah daun kelapa sawit
akan menyulitkan ternak dalam mengkonsumsinya. Masalah tersebut dapat diatasi
dengan pencacahan yang dilanjutkan dengan pengeringan dan penggilingan.
Pemanfaatan pelepah daun kelapa sawit sebagai bahan pakan ruminansia
disarankan tidak lebih dari 30%. Untuk meningkatkan konsumsi dan kecernaan
pelepah daun kelapa sawit, dapat ditambahkan produk samping lain dari kelapa
sawit. Pemberian pelepah daun kelapa sawit sebagai bahan pakan dalam jangka
panjang menghasilkan kualitas karkas yang baik (Balai Penelitian Ternak, 2003).
Tabel 3. Kandungan nilai gizi pelepah dan daun kelapa sawit
Kandungan Zat
Bahan kering
Protein kasar
Serat kasar
Lemak kasar
Total digestible nutriens (TDN)

Nilai Gizi (%)
26,07 b
13,3 a
32,5 a
4,47 a
65 c

Sumber : a . Laboratorium Ilmu Makanan Ternak IPB, Bogor (2000)
b . Balai Penelitian Ternak (2003)
c . Pusat Penelitian Kelapa Sawit (PPKS) (2007)

Penggunaan pelepah daun sawit dalam pakan telah dicobakan pada sapi
pedaging dan perah dan ternyata dapat diberikan sebesar 30 – 40% dari
keseluruhan pakan (Devendra, 1977).

Bungkil Inti Sawit
Menurut Devendra (1977), Bungkil Inti Sawit (BIS) adalah limbah hasil
ikutan dari ekstraksi inti sawit. Bahan ini diperoleh dengan proses kimiawi atau
Tua Parulian Sianipar : Efek Pelepah Daun Kelapa Sawit Dan Limbah Industrinya Sebagai Pakan Terhadap
Pertumbuhan Sapi Peranakan Ongole Pada Fase Pertumbuhan, 2009.
USU Repository © 2009

cara mekanik. Walaupun kandungan proteinnya agak baik tapi karena serat
kasarnya tinggi dan palatabilitasnya rendah menyebabkan kurang cocok bagi
ternak monogastrik dan lebih cocok pada ternak ruminansia.
Bungkil inti sawit merupakan produk samping yang berkualitas karena
mengandung protein kasar yang cukup tinggi 16 – 18%. Sementara kandungan
serat kasar mencapai 16%. Pemanfaatan perlu disertai produk samping lainnya
untuk mengoptimalkan penggunaan bungkil ini bagi ternak. Bungkil inti sawit
dapat diberikan 30% dalam pakan sapi (Batubara et al, 1993).

Tabel 4. Kandungan nutrisi bungkil inti sawit
Kandungan Zat

Nilai Gizi (%)

Bahan kering
Protein kasar

92,6 a
21,51 b

Serat kasar

10,5 b

Lemak kasar
Total digestible nutriens (TDN)
Kalsium

2,4 a
72,0 a
0,53 a

Fosfor

0,19 a

Sumber : a . Laboratorium Ilmu Makanan Ternak, Departemen Peternakan, Fakultas Pertanian
USU, Medan (2000)
b . Pusat Penelitian Kelapa Sawit (PPKS) (2007)

Serat Perasan Buah Kelapa Sawit
Serat perasan buah merupakan limbah yang diperoleh dari buah dalam
proses pemerasan. Limbah ini dapat digunakan sebagai bahan bakar dan abunya
digunakan sebagai pupuk karena kaya akan unsur K. Sebagai bahan campuran
makanan ternak, serat perasan buah kelapa sawit ini cenderung cocok diberikan
kepada ternak ruminansia (seperti sapi, kerbau), karena kandungan serat kasarnya,
Tua Parulian Sianipar : Efek Pelepah Daun Kelapa Sawit Dan Limbah Industrinya Sebagai Pakan Terhadap
Pertumbuhan Sapi Peranakan Ongole Pada Fase Pertumbuhan, 2009.
USU Repository © 2009

terutama ligninnya tinggi. Tingkat penggunaan serat perasan kelapa sawit dalam
pakan sapi dan kerbau adalah 10 – 20%, sedangkan untuk domba dan kambing 10
– 15% (Jalaludin dan Hutagalung, 1982). Untuk sapi perah, serat perasan buah
kelapa sawit dapat diberikan sebagai pengganti rumput disertai dengan pemberian
molases, urea, mineral dan vitamin.
Menurut Hasan dan Ishida (1991) serat perasan buah dapat digunakan
sebagai pakan ruminansia walaupun nilai kandungan gizi rendah, serat perasan
buah kelapa sawit yang dapat diberikan lebih kurang 20% dari total ransum,
karena jika lebih tinggi akan menghalangi kecernaan khususnya pada pylorus atau
omasum.
Tabel 5. Kandungan nilai gizi serat perasan buah kelapa sawit
Kandungan Zat
Berat kering
Abu
Protein kasar
Serat kasar
Lemak kasar
Total digestible nutriens (TDN)

Nilai Gizi (%)
93,11 b
5,90 b
6,20 b
48,10 b
3,22 b
56,00 a

Sumber : a . Laboratorium Ilmu Makanan Ternak IPB, Bogor (2000)
b . Laboratorium Ilmu Makanan Ternak Departemen Peternakan FP-USU (2005)

Konsentrat
Konsentrat adalah pakan yang memiliki nilai protein dan energi yang
tinggi dengan protein kasar ≥ 18. Pada ternak yang digemukkan, semakin banyak
konsentrat dalam pakan akan semakin baik asalkan konsumsi serat kasar
tidak kurang dari 15% berat kering pakan. Oleh karena itu, banyaknya pemberian
konsentrat dalam formula pakan harus terbatas agar ternak tidak terlalu gemuk
(Siregar, 1994).
Tua Parulian Sianipar : Efek Pelepah Daun Kelapa Sawit Dan Limbah Industrinya Sebagai Pakan Terhadap
Pertumbuhan Sapi Peranakan Ongole Pada Fase Pertumbuhan, 2009.
USU Repository © 2009

Ternak ruminansia membutuhkan konsentrat untuk mengisi kekurangan
makanan yang diperoleh dari hijauan. Pemberian konsentrat pada setiap jenis
hewan tidak sama (Novirma, 1991).
Pemberian konsentrat terlampau banyak akan meningkatkan konsentrasi
energi pakan yang dapat menurunkan tingkat konsumsi sehingga tingkat konsumsi
energi sendiri dapat berkurang (Parakkasi, 1995).

Dedak Padi
Dedak padi adalah bahan pakan yang diperoleh dari pemisahan beras
dengan kulit gabahnya melalui proses penggilingan padi dari pengayakan
hasil ikutan dari penumbukan padi (Parakkasi, 1995). Menurut Rasyaf (1992),
dedak merupakan hasil ikutan dalam proses pengolahan gabah menjadi beras yang
mengandung bagian luar yang tidak tebal, tapi tercampur dengan bagian penutup
beras. Hal ini yang mempengaruhi tinggi atau rendahnya kandungan serat kasar
dedak. Bila dilihat dari asal usul pengolahan gabah menjadi beras, wajar bila
kandungan serat kasar yang dikandungnya tinggi.
Tabel 6. Kandungan nilai gizi dedak padi
Kandungan Zat
Bahan kering
Protein kasar
Serat kasar
Lemak kasar
Total digestible nutriens (TDN)

Nilai Gizi (%)
89,1
13,8
11,2
8,2
64,3

Sumber : Tillman, et al (1991)

Molases

Tua Parulian Sianipar : Efek Pelepah Daun Kelapa Sawit Dan Limbah Industrinya Sebagai Pakan Terhadap
Pertumbuhan Sapi Peranakan Ongole Pada Fase Pertumbuhan, 2009.
USU Repository © 2009

Molases atau tetes tebu adalah hasil sampingan pengolahan tebu menjadi
molases, yang bentuk fisiknya berupa cairan kental dan berwarna hitam
kecoklatan. Walaupun harganya murah, namun kandungan gizi yang berupa
karbohidrat, protein dan mineralnya masih cukup tinggi dan dapat digunakan
untuk pakan ternak walaupun sifatnya hanya sebagai pendukung.
Tabel 7. Kandungan nilai gizi molases
Kandungan Zat
Bahan kering
Protein kasar
Serat kasar
Lemak kasar
Kalsium
Fosfor
Total digestible nutriens (TDN)

Nilai Gizi (%)
67,5 a
3,4 a
0,38 a
0,08 a
1,5
0,02
56,7 b

Sumber : a. Laboratorium Ilmu Makanan Ternak, Departemen Peternakan, Fakultas Pertanian,
USU, Medan (2005)
b. Batubara, et al (1993)

Urea
Urea merupakan bahan pakan sumber Nitrogen yang dapat difermentasi di
dalam sisterm pencernaan ruminansia. Urea dalam proporsi tertentu mempunyai
dampak positif terhadap peningkatan konsumsi protein kasar dan daya cerna. Urea
yang diberikan pada ruminansia akan melengkapi sebagian dari kebutuhan protein
dan lemak, karena lemak tersebut disintesis menjadi protein oleh mikroorganisme
di dalam rumen (Kartadisastra, 1997).
Tingkat penggunaan urea yang dianjurkan oleh Anggorodi (1984) adalah
1% dari bahan kering ransum dan tidak lebih 3% dari campuran konsentrat atau
tidak lebih dari 1/3 dari kebutuhan protein. Sing dan Moore (1978) menganjurkan

Tua Parulian Sianipar : Efek Pelepah Daun Kelapa Sawit Dan Limbah Industrinya Sebagai Pakan Terhadap
Pertumbuhan Sapi Peranakan Ongole Pada Fase Pertumbuhan, 2009.
USU Repository © 2009

pemberian urea yang optimal adalah 4% dari campuran makanan konsentrat atau
1% dari bahan kering ransum.
Urea yang diberikan di dalam pakan ternak ruminansia, di dalam rumen
akan dipecah oleh enzim urease menjadi amonium, dimana amonium bersama
mikroorganisme akan membentuk protein mikroba dengan bantuan energi.
Apabila urea berlebih atau tidak dicerna oleh tubuh ternak maka urea akan
diabsorbsi oleh dinding rumen, kemudian dibawa oleh aliran darah ke hati dan
dalam hari akan dibentuk kembali amonium yang akhirnya disekresikan melalui
urine dan feses (Parakkasi, 1995).

Ultra Mineral
Mineral adalah zat anorganik yang dibutuhkan dalam jumlah sedikit,
namun berperan penting agar proses fisiologis dapat berlangsung dengan baik.
Mineral digunakan sebagai kerangka pembentukan tulang dan gigi, pembentukan
darah dan pembentukan jaringan tubuh serta diperlukan sebagai komponen enzim
yang berperan dalam proses metabolisme (Lebdosoekojo, 1991).
Tabel 8. Kandungan beberapa mineral dalam ultra mineral
Kandungan Zat
Kalsium Karbonat
FosFor
Mangan
Iodium
Kalium
Cuprum
Sodium Klorida
Besi
Zn
Mg

Kadar zat (%)
50,0
25,0
0,35
0,20
0,10
0,15
23,05
0,80
0,20
0,15

Sumber: Eka Farma

Tua Parulian Sianipar : Efek Pelepah Daun Kelapa Sawit Dan Limbah Industrinya Sebagai Pakan Terhadap
Pertumbuhan Sapi Peranakan Ongole Pada Fase Pertumbuhan, 2009.
USU Repository © 2009

Garam
Garam diperlukan oleh sapi sebagai perangsang menambah nafsu makan.
Garam juga sebagai unsur yang dibutuhkan dalam kelancaran pekerjaan faali
tubuh. (Sumoprastowo, 1993). Menurut Pardede dan Asmira (1997), garam yang
dimaksud adalah garam dapur (NaCl), dimana selain berfungsi sebagai mineral
juga berfungsi meningkatkan palatabilitas.
Pada umumnya bahan pakan yang digunakan untuk ternak tidak cukup
mengandung Na dan Cl untuk memenuhi kebutuhan produksi optimum. Hampir
semua bahan makanan nabati mengadung Na dan Cl relative lebih kecil
dibandingkan bahan makanan hewani. Oleh karena itu, bahan pakan ruminan
(termasuk hijauan) perlu penambahan suplemen Na dan Cl dalam bentuk garam
dapur yang diberikan secara ad libitum (Parakkasi, 1995).

Pertambahan Berat Badan
Pertambahan berat badan dapat dikatakan pertumbuhan. Pertumbuhan
merupakan

fenomena

perkembangbiakan,

yang

sangat

perbanyakan

sel

kompleks,
serta

mulai

diferensiasi

dari
sel

fertilisasi,


sel

(Maynard et al, 1979).
Pertumbuhan dinyatakan dengan pengukuran kenaikan berat badan dengan
melakukan penimbangan berulang – ulang yang dinyatakan dengan pertambahan
berat badan tiap hari, tiap minggu atau ukuran waktu lain

(Tillman et al, 1993).

Parakkasi (1995) menyatakan bahwa hewan yang mempunyai sifat dan kapasitas
konsumsi yang lebih tinggi, produksinya pun akan relatif lebih tinggi dibanding
Tua Parulian Sianipar : Efek Pelepah Daun Kelapa Sawit Dan Limbah Industrinya Sebagai Pakan Terhadap
Pertumbuhan Sapi Peranakan Ongole Pada Fase Pertumbuhan, 2009.
USU Repository © 2009

dengan hewan yang sejenis dengan kapasitas sifat konsumsi yang rendah.
Parakkasi juga menambahkan bahwa peningkatan berat badan hidup dan deposit
lemak dikontrol oleh faktor genetik.
Pemberian konsentrat yang masing-masing mengandung lumpur sawit,
serta perasan buah, bungkil inti sawit, molases, urea, dan suplemen mineral
vitamin menampilkan bahwa lumpur sawit dapat digunakan secara efektif dan
memberi pertambahan bobot badan 0,47 kg per hari. Penggunaan konsentrat
tinggi pada pakan (lebih dari 70%) pada penggemukan sapi daging akan
meningkatkan konsumsi pakan, pertambahan bobot badan, efisiensi pakan,
persentase karkas dan lemak, serta menurunkan biaya pakan per unit pertambahan
bobot badan (Jesse et al, 1976).
Hasil penelitian Yunika (2008) pada sapi Peranakan Ongole yang
mendapatkan pelepah daun sawit, jerami padi dan jerami jagung fermentasi
Phanerochaete chrysosporium diperoleh pertambahan berat badan sapi berkisar
antara 0,35 – 0,45 kg/ ekor/ hari, sedangkan hasil penelitian Thony (2007) pada
sapi peranakan brahman yang mendapatkan pelepah daun kelapa sawit dalam
pakan diperoleh pertambahan berat badan sapi berkisar antara 35–786
gr/ekor/hari. Pemberian pakan yang tersusun dari pelepah kelapa sawit, solid yang
diperkaya, dan bungkil inti kelapa sawit dapat meningkatkan pertambahan berat
hidup harian sebesar 0,6 kg/ hari (Mathius et al. 2005), sedangkan hasil penelitian
yang diperoleh Amzi, et al (2005) pada sapi bali yang memanfaatkan pelepah
kelapa sawit dan solid untuk pakan sapi dengan komposisi pakan pelepah sawit 55
%, rumput lapangan 30% dan lumpur sawit/ solid 15 %, memperoleh
pertambahan bobot hidup harian rata-rata 226,66 gram per ekor dan jumlah
Tua Parulian Sianipar : Efek Pelepah Daun Kelapa Sawit Dan Limbah Industrinya Sebagai Pakan Terhadap
Pertumbuhan Sapi Peranakan Ongole Pada Fase Pertumbuhan, 2009.
USU Repository © 2009

konsumsi pakan sebesar 8,85 kg per ekor. Tingkat konversi pakan yang
merupakan perbandingan jumlah konsumsi pakan dan pertambahan bobot hidup
sapi selama pengkajian 8 minggu sebesar 22,88.

Konsumsi Pakan
Tingkat konsumsi (Voluntary Feed Intake) adalah jumlah pakan yang
dikonsumsi oleh ternak, bila pakan tersebut diberi secara ad libitum. Kesehatan
ternak juga sangat berpengaruh terhadap konsumsi pakan. Ternak yang sakit,
walaupum gejala penyakitnya belum jelas, selain menurunkan nafsu makannya
juga malas berjalan ke tempat pakan maupun minum. Pada keadaan suhu
lingkungan lebih tinggi dari yang dibutuhkan, nafsu makan akan menurun dan
konsumsi air minum meningkat. Akhirnya, otot-otot daging lambat membesar,
daya tahan pun menurun (Hardjosworo dan Rukmiasih, 2000).
Jumlah konsumsi bahan kering pakan dipengaruhi beberapa variabel
meliputi palatabilitas, jumlah pakan yang tersedia dan komposisi kimia serta
kualitas bahan pakan. Parakkasi (1995) menyatakan ketersediaan zat makanan
yang dibutuhkan oleh mikroba rumen untuk menjalankan fungsi yang normal
harus mendapatkan perhatian khusus misalnya pertambahan