Formularium Rumah Sakit Instalasi Central Sterilization Supply Department CSSD

2.4 Formularium Rumah Sakit

Formularium rumah sakit adalah daftar obat baku yang dipakai oleh rumah sakit yang dipilih secara rasional dan dilengkapi penjelasan, sehingga merupakan informasi obat yang lengkap untuk pelayanan medik rumah sakit, terdiri dari obat- obatan yang tercantum Daftar Obat Essensial Nasional DOEN dan beberapa jenis obat yang sangat diperlukan oleh rumah sakit serta dapat ditinjau kembali sesuai dengan perkembangan bidang kefarmasian dan terapi serta keperluan rumah sakit yang bersangkutan SK Dirjen YanMed No. 0428YanMedRSKSSK89 tentang Petunjuk Pelaksanaan Permenkes No. 085MenKesPerI1989. Penyusunan formularium rumah sakit merupakan tugas PFT. Adanya formularium diharapkan dapat menjadi pegangan para dokter staf medis fungsional dalam memberi pelayanan kepada pasien sehingga tercapai penggunaan obat yang efektif dan efisien serta mempermudah upaya menata manajemen kefarmasian di rumah sakit. Kegunaan formularium di rumah sakit adalah: 1. membantu menyakinkan mutu dan ketepatan penggunaan obat di rumah sakit 2. sebagai bahan edukasi bagi staf medik tentang terapi obat yang benar 3. memberi ratio manfaat yang tinggi dengan biaya yang minimal Siregar dan Amalia, 2004. Universitas Sumatera Utara

2.5 Instalasi Farmasi Rumah Sakit IFRS

IFRS adalah fasilitas pelayanan penunjang medis, di bawah pimpinan seorang apoteker dibantu oleh beberapa orang apoteker yang memenuhi persyaratan peraturan perundang-undangan yang berlaku dan kompeten secara profesional, yang bertanggung jawab atas seluruh pekerjaan serta pelayanan kefarmasian, yang terdiri atas pelayanan paripurna, mencakup perencanaan; pengadaan; produksi; penyimpanan perbekalan kesehatansediaan farmasi; dispensing obat berdasarkan resep bagi penderita rawat tinggal dan rawat jalan; pengendalian mutu dan pengendalian distribusi dan penggunaan seluruh perbekalan kesehatan di rumah sakit; serta pelayanan farmasi klinis Siregar dan Amalia, 2004.

2.5.1 Pelayanan Kefarmasian

Pelayanan kefarmasian dibagi menjadi 2 bagian yaitu pelayanan farmasi minimal dan pelayanan farmasi klinis.

2.5.1.1 Pelayanan Farmasi Minimal

Dalam pelaksanaannya, pelayanan farmasi minimal dibagi atas:

1. Produksi

Instalasi farmasi rumah sakit memproduksi produk non steril serta pengemasan kembali produk-produk tertentu.

2. Perbekalan

Merupakan unit pelaksana instalasi farmasi rumah sakit yang meliputi pengadaan dan penyimpanan perbekalan farmasi. Pengadaan merupakan proses kegiatan dalam pemilihan jenis, jumlah dan harga perbekalan farmasi. Pengadaan Universitas Sumatera Utara bertujuan untuk mendapatkan jenis dan jumlah sesuai dengan kebutuhan dan anggaran serta menghindari kekosongan obat. Pedoman perencanaan berdasarkan: a. Daftar Obat Esensial Nasional DOEN atau formularium, standar terapi rumah sakit dan ketentuan setempat yang berlaku. b. data catatan medik c. anggaran yang tersedia d. penetapan prioritas e. siklus penyakit f. sisa stok g. data pemakaian periode lalu h. perencanaan pengembangan Pengadaan perbekalan farmasi merupakan kegiatan untuk merealisasikan kebutuhan yang telah direncanakan. Penyimpanan perbekalan farmasi merupakan kegiatan pengaturan sediaan farmasi di dalam ruang penyimpanan dengan tujuan untuk: a. menjamin mutu tetap baik, yaitu kondisi penyimpanan disesuaikan dengan sifat obat, misalnya dalam hal suhu dan kelembaban. b. memudahkan dalam pencarian, misalnya disusun berdasarkan abjad. c. memudahkan pengawasan persediaanstok dan barang kadaluarsa, yaitu disusun berdasarkan First In First Out FIFO dan First Expired First Out FEFO d. menjamin pelayanan yang cepat dan tepat. Universitas Sumatera Utara

3. Distribusi

Distribusi merupakan serangkaian kegiatan dalam rangka penyaluran obat- obatan dan alat kesehatan. Sistem distribusi obat harus menjamin: a. obat yang tepat diberikan kepada pasien yang tepat b. dosis yang tepat dan jumlah yang tepat c. kemasan yang menjamin mutu obat

4. Administrasi

Administrasi yang teratur sangat dibutuhkan untuk menjamin terselenggaranya sistem pembukuan yang baik. Oleh karena itu tugas administrasi di instalasi farmasi dikoordinir oleh koordinator yang bertanggung jawab langsung kepada kepala instalasi farmasi rumah sakit.

2.5.1.2 Pelayanan Farmasi Klinis

Pelayanan farmasi klinis adalah praktek kefarmasian berorientasi kepada pasien dengan penerapan pengetahuan dan keahlian farmasi dalam membantu memaksimalkan efek obat dan meminimalkan toksisitas bagi pasien secara individual. Tujuan pelayanan farmasi klinis adalah meningkatkan keuntungan terapi obat dan mengoreksi kekurangan yang terdeteksi dalam proses penggunaan obat karena itu tujuan farmasi klinis adalah meningkatkan dan memastikan kerasionalan, kemanfaatan dan keamanan terapi obat. Menurut SK MenKes No.436MenKesSKVI1993 pelayanan farmasi klinis meliputi: a. melakukan konseling Universitas Sumatera Utara b. Monitoring Efek Samping Obat MESO c. pencampuran obat suntik secara aseptik d. menganalisa efektivitas biaya secara farmakoekonomi e. penentuan kadar obat dalam darah f. penanganan obat sitostatika g. penyiapan Total Parenteral Nutrisi TPN h. pemantauan dan pengkajian penggunaan obat i. pendidikan dan penelitian Aslam, dkk., 2003.

2.5.2 Pengelolaan dan Penggunaan Obat Secara Rasional PPOSR

PPOSR adalah pengelolaan obat yang dilaksanakan secara efektif dan efisien dimana pemanfaatan atau efikasi, keamanan safety dan mutu quality obat terjamin; serta penggunaan obat secara 4 T + 1 W, artinya obat harus diberikan dengan tepat pasien, tepat indikasi, tepat obat, tepat dosis dan senantiasa waspada terhadap kemungkinan terjadinya efek samping obat yang tidak diinginkan. Kegiatan pengelolaan dan penggunaan obat dimulai dari: 1. pemilihan jenis obat dan alat kesehatan yang dibutuhkan 2. perencanaan untuk mengadakan obat dan alat kesehatan tersebut dalam jenis, jumlah, waktu dan tempat yang tepat 3. pengadaan berdasarkan pertimbangan dana yang tersedia dan skala prioritas untuk pengadaan yang tepat 4. penyimpanan yang tepat sesuai dengan sifat masing-masing obat dan alat kesehatan Universitas Sumatera Utara 5. penyaluran kepada unit-unit pelayanan dan penunjang yang membutuhkan obat dan alat kesehatan tersebut di Instalasi Gawat Darurat, Instalasi Bedah Pusat, Instalasi Rawat Jalan dan Instalasi Rawat Inap 6. penulisan resep oleh dokter Prescribing Process 7. peracikan oleh farmasis Dispensing Process 8. pemberian oleh perawat kepada penderita Administration Process 9. penggunaan oleh penderita Consuming Process 10. pemantauan khasiat dan keamanan obat oleh dokter, perawat, farmasis dan penderita. Seluruh kegiatan pengelolaan dan penggunaan obat yang dimulai dari pertama sampai langkah ke 10 disebut sebagai Lingkar Sepuluh Kegiatan Pengelolaan Dan Penggunaan Obat Secara Rasional LSK-PPOSR, dimana jika semua langkah dilakukan dengan tepat, maka diharapkan akan dapat mencegah timbulnya masalah-masalah yang berkaitan dalam pengelolaan dan penggunaan obat serta alat kesehatan.

2.6 Instalasi Central Sterilization Supply Department CSSD

Central Sterilization Supply Department CSSD atau Instalasi Pusat Pelayanan Sterilisasi merupakan satu unit atau departemen dari rumah sakit yang menyelenggarakan proses pencucian, pengemasan, sterilisasi terhadap semua alat atau bahan yang membutuhkan kondisi steril. Berdirinya CSSD di rumah sakit dilatar belakangi oleh: a. besarnya angka kematian akibat infeksi nasokomial. b. kuman mudah menyebar, mengkontaminasi benda dan menginfeksi manusia di lingkungan rumah sakit. Universitas Sumatera Utara Fungsi utama CSSD adalah menyiapkan alat-alat bersih dan steril untuk keperluan perawatan pasien di rumah sakit. Secara lebih rinci fungsinya adalah menerima, memproses, mensterilkan, menyimpan serta mendistribusikan peralatan medis ke berbagai ruangan di rumah sakit untuk kepentingan perawatan pasien. Alur aktivitas fungsional CSSD dimulai dari proses pembilasan, pembersihandekontaminasi, pengeringan, inspeksi dan pengemasan, memberi label, sterilisasi, sampai proses distribusi Hidayat, 2003. Lokasi CSSD sebaiknya berdekatan dengan ruangan pemakai alat steril terbesar. Dengan pemilihan lokasi seperti ini maka selain meningkatkan pengendalian infeksi dengan meminimalkan resiko kontaminasi silang, serta meminimalkan lalu lintas transportasi alat steril Hidayat, 2003.

2.7 Instalasi Gas Medis