Laporan Praktek Kerja Profesi Farmasi Rumah Sakit Di RSUP H. Adam Malik Medan

(1)

Fauziah Annisa : Laporan Praktek Kerja Profesi Farmasi Rumah Sakit Di RSUP H. Adam Malik Medan, 2009.

LAPORAN PRAKTEK KERJA PROFESI

FARMASI RUMAH SAKIT

DI

RSUP H. ADAM MALIK MEDAN

Disusun oleh:

FAUZIAH ANNISA, S. Farm. NIM 083202021

PROGRAM PENDIDIKAN PROFESI APOTEKER

FAKULTAS FARMASI

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA

MEDAN


(2)

Fauziah Annisa : Laporan Praktek Kerja Profesi Farmasi Rumah Sakit Di RSUP H. Adam Malik Medan, 2009.

Lembar Pengesahan

LAPORAN PRAKTEK KERJA PROFESI

FARMASI RUMAH SAKIT

di

Rumah Sakit Umum Pusat Haji Adam Malik Medan

Laporan ini disusun untuk melengkapi salah satu syarat untuk memperoleh gelar Apoteker pada Fakultas Farmasi Universitas Sumatera Utara Medan

Disusun Oleh:

Fauziah Annisa, S. Farm 083202021

RSUP.H. Adam Malik Medan

Pembimbing,

Prof. Dr. Urip Harahap, Apt. Dra. Nurminda Silalahi, M.Si., Apt.

NIP. 131283720 NIP. 140 280 928

Fakultas Farmasi Universitas Sumatera Utara

Dekan,

Prof. Dr. Sumadio Hadisahputra, Apt. NIP. 131 283 716


(3)

Fauziah Annisa : Laporan Praktek Kerja Profesi Farmasi Rumah Sakit Di RSUP H. Adam Malik Medan, 2009.

KATA PENGANTAR

Penulis mengucapkan syukur alhamdulillah kepada ALLAH SWT karena atas berkah, rahmah, taufiq, hidayah dan inayah-Nya, penulis dapat menyelesaikan Praktek Kerja Profesi (PKP) Apoteker di RSUP. H. Adam Malik Medan. Laporan ini ditulis berdasarkan teori dan hasil pengamatan selama melakukan PKP di RSUP. H. Adam Malik Medan.. Selama melaksanakan Praktek Kerja Profesi penulis telah banyak menerima bantuan dari berbagai pihak berupa bimbingan, arahan dan masukan. Ucapan terima kasih dan penghargaan yang setinggi-tingginya ingin penulis sampaikan kepada :

1. Bapak Drg. Armand P. Daulay, M.Kes., selaku Direktur RSUP H. Adam Malik Medan.

2. Bapak Dr. H. Djamaluddin Sambas, SpTHT., Selaku Wakil Direktur Penunjang Medis dan Penelitian RSUP H. Adam Malik Medan.

3. Ibu Drg. Ridawaty Harahap, MARS., selaku Kepala Bidang Diklat RSUP H. Adam Malik Medan dan beserta staf.

4. Ibu Dra.H. Isma Sani Pane, M.Si., Apt., selaku Kepala Instalasi Farmasi RSUP H. Adam Malik Medan.

5. Ibu Nurminda Silalahi, M.Si., Apt, selaku kepala Pokja Farmasi Klinis RSUP. H. Adam Malik Medan.

6. Prof. Dr. Urip Harahap, Apt., dan Ibu Nurminda Silalahi, M.Si., Apt selaku Pembimbing Praktek Kerja Profesi.

7. Prof. Dr. Sumadio Hadisahputra, Apt., selaku Dekan Fakultas Farmasi USU.

8. Bapak Drs. Wiryanto, M.S., Apt. selaku Koordinator Program Pendidikan Apoteker Fakultas Farmasi USU.


(4)

Fauziah Annisa : Laporan Praktek Kerja Profesi Farmasi Rumah Sakit Di RSUP H. Adam Malik Medan, 2009.

9. Seluruh Apoteker, Asisten Apoteker dan Staf Instalasi Farmasi yang telah banyak membantu penulis selama melakukan Praktek Kerja Profesi di RSUP H. Adam Malik Medan.

Penulis berharap semoga laporan Praktek Kerja Profesi ini dapat menambah ilmu dan pengetahuan di bidang Farmasi, khususnya farmasi rumah sakit dan dapat bermanfaat bagi semua pihak.

Medan, Maret 2009 Penulis


(5)

Fauziah Annisa : Laporan Praktek Kerja Profesi Farmasi Rumah Sakit Di RSUP H. Adam Malik Medan, 2009.

DAFTAR ISI

Halaman

JUDUL ... i

LEMBAR PENGESAHAN ... ii

KATA PENGANTAR ... iii

DAFTAR ISI ... v

DAFTAR GAMBAR ... viii

RINGKASAN ... ... ix

BAB I PENDAHULUAN ... 1

1.1 Latar Belakang ... 1

1.2 Tujuan... 3

BAB II TINJAUAN UMUM RUMAH SAKIT ... 4

2.1 Rumah Sakit ... ... 4

2.1.1 Definisi Rumah Sakit ... 4

2.1.2 Tugas dan Fungsi Rumah Sakit ... 5

2.1.3 Klasifikasi Rumah Sakit ... 7

2.1.4 Klasifikasi Rumah Sakit Umum Pemerintah... 8

2.1.5 Klasifikasi Rumah Sakit Umum Swasta... 10

2.2 Komite Medik dan Komite Farmasi dan Terapi……...11

2.3 Formularium Rumah Sakit ... 12

2.4 Instalasi Farmasi Rumah Sakit (IFRS) ... ... 13

2.4.1 Pelayanan kefarmasian... 13


(6)

Fauziah Annisa : Laporan Praktek Kerja Profesi Farmasi Rumah Sakit Di RSUP H. Adam Malik Medan, 2009.

2.4.3 Rekam medik ... 20

2.5 Instalasi Central Sterilized Supply Department (CSSD) ... 21

2.5.1 Ruang Lingkup CSSD... 21

2.5.2 Sterilisasi ... 22

2.5.3 Infeksi Nosokomial ... 23

2.5.4 Resistensi Mikroba... 24

2.6 Instalasi Gas Medis ... ... 25

2.6.1 Definisi... 25

2.6.2 Penyimpanan Gas Medis... 26

2.6.3 Pendistribusian Gas Medis... 27

BAB III TINJAUAN KHUSUS RSUP H. ADAM MALIK MEDAN ... 28

3.1 Rumah Sakit Umum Pusat H. Adam Malik Medan ... 28

3.2 Instalasi Farmasi RSUP H. Adam Malik Medan ... 35

3.2.1 Kepala Instalasi Farmasi ... ... 37

3.2.2 Wakil Kepala Instalasi Farmasi ... 38

3.2.3 Tata Usaha Farmasi ... 38

3.2.4 Kelompok Kerja ... 39

3.2.4.1 Pokja Perbekalan... ... 39

3.2.4.2 Pokja Apotek ... 39

3.2.4.3 Pokja Farmasi Klinis... 39

3.2.4.4 Pokja Perencanaan dan Evaluasi ... 40

3.2.4.5 Depo Farmasi Rindu A ... 40

3.2.4.6 Depo Farmasi Rindu B ... 41

3.2.4.7 Depo Farmasi CMU Lantai III... 41


(7)

Fauziah Annisa : Laporan Praktek Kerja Profesi Farmasi Rumah Sakit Di RSUP H. Adam Malik Medan, 2009.

3.4 Instalasi Gas Medis ... 44

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN ... 47

4.1 Rumah Sakit Umum Pusat H. Adam Malik Medan ... 47

4.2 Instalasi Farmasi Rumah Sakit ... 48

4.2.1 Kelompok Kerja Perbekalan ... 48

4.2.2 Kelompok Kerja Farmasi Klinis... 50

4.2.3 Kelompok Kerja Perencanaan dan Evaluasi ... 51

4.2.4 Depo Farmasi ... 54

4.2.5 Apotek... ... ... 55

4.3 Instalasi Central Sterilized Supply Department (CSSD)... 57

4.4 Instalasi Gas Medis... 59

BAB V KESIMPULAN DAN SARAN ... 61

5.1 Kesimpulan... 61

5.2 Saran ... 62


(8)

Fauziah Annisa : Laporan Praktek Kerja Profesi Farmasi Rumah Sakit Di RSUP H. Adam Malik Medan, 2009.

DAFTAR GAMBAR

Gambar Halaman

3.1 Struktur Organisasi Instalasi Farmasi RSUP H. Adam Malik ... 37 3.2 Struktur Organisasi CSSD RSUP H. Adam Malik ... 44 3.3 Struktur Organisasi Instalasi Gas Medis RSUP H. Adam Malik ... 46


(9)

Fauziah Annisa : Laporan Praktek Kerja Profesi Farmasi Rumah Sakit Di RSUP H. Adam Malik Medan, 2009.

RINGKASAN

Telah selesai dilakukan Praktek Kerja Profesi (PKP) farmasi rumah sakit di Rumah Sakit Pusat Haji Adam Malik Medan. PKP ini bertujuan untuk memberikan perbekalan, keterampilan dan keahlian kepada calon apoteker dalam mengelola perbekalan farmasi di rumah sakit dan melihat secara langsung peran Apoteker dalam pelayanan kefarmasian di rumah sakit. Praktek Kerja Profesi ini dilaksanakan pada tanggal 2 Februari 2009 sampai 28 Februari 2009 dengan jumlah jam efektif 7 jam per hari. Kegiatan PKP di rumah sakit meliputi: melihat fungsi dan tugas rumah sakit dalam pelayanan kesehatan kepada masyarakat, melihat peran Instalasi Farmasi Rumah Sakit dalam menunjang pelayanan kesehatan di rumah sakit, melihat peran Apoteker dalam mengelola perbekalan farmasi mulai dari perencanaan, pengadaan, penyimpanan dan distribusi obat kepada pasien serta pelayanan kefarmasian yang berorientasi kepada pasien, melakukan peninjauan ke Depo-Depo Farmasi dan Apotek untuk melihat sistem distribusi obat dan perbekalan kesehatan kepada pasien di rumah sakit, melakukan visite ke ruang rawat inap untuk memberikan informasi dan konseling kepada pasien rawat inap, dan melaksanakan Pelayanan Informasi Obat kepada pasien rawat jalan. Selain itu juga melakukan peninjauan ke Instalasi Central Sterilized Supply Department (CSSD) untuk melihat sistem sterilisasi di RSUP.H.Adam Malik Medan dalam rangka penurunan angka infeksi nosokomial dan melihat sistem distribusi gas medis di RSUP.H.Adam Malik Medan.


(10)

Fauziah Annisa : Laporan Praktek Kerja Profesi Farmasi Rumah Sakit Di RSUP H. Adam Malik Medan, 2009.

BAB I PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Upaya kesehatan merupakan setiap kegiatan yang dilakukan untuk memelihara dan meningkatkan kesehatan dengan tujuan untuk mewujudkan derajat kesehatan yang optimal bagi masyarakat. Kesehatan merupakan kebutuhan pokok masyarakat dan menjadi modal utama bagi pertumbuhan dan perkembangan suatu bangsa. Pembangunan kesehatan telah dilaksanakan sejak pelita pertama dan telah memberikan hasil yang antara lain adalah meningkatnya derajat kesehatan masyarakat (Aslam, dkk., 2003).

Sejalan dengan pembangunan kesehatan menuju Indonesia sehat 2010 serta semakin kompleksnya upaya pelayanan kesehatan terutama yang menyangkut terapi obat telah menuntut kita untuk memberikan perhatian dan orientasi pelayanan farmasi kita kepada patient care dengan sasaran akhir meningkatkan kualitas hidup bagi pasien. Salah satu upaya yang dilakukan pemerintah adalah dengan meningkatkan mutu pelayanan kesehatan rumah sakit di bidang obat. Hal tersebut diperjelas dalam Keputusan Menteri Kesehatan Nomor 1333/Menkes/SK/XII/1999 tentang Standar Pelayanan Rumah Sakit, yang menyatakan bahwa pelayanan farmasi rumah sakit adalah bagian yang tidak terpisahkan dari sistem pelayanan rumah sakit yang berorientasi kepada pelayanan pasien, penyediaan obat yang bermutu, termasuk pelayanan farmasi klinik, yang terjangkau bagi semua lapisan masyarakat (Depkes RI, 2004).

Pelayanan farmasi yang luas mencakup keterlibatan dalam berbagai kegiatan untuk memastikan kesehatan yang baik dan menghindari kesakitan dalam populasi. Apabila pengobatan kesehatan yang sakit diperlukan, mutu dari tiap proses penggunaan obat penderita harus dipastikan untuk mencapai manfaat terapi maksimal dan


(11)

Fauziah Annisa : Laporan Praktek Kerja Profesi Farmasi Rumah Sakit Di RSUP H. Adam Malik Medan, 2009.

menghindarkan efek samping yang tidak menguntungkan. Hal ini mensyaratkan apoteker menerima tanggungjawab bersama dengan professional lain dan dengan penderita untuk hasil terapi (Siregar & Amalia, 2004).

Untuk melaksanakan tanggung jawab profesional apoteker dalam pelayanan farmasi pada umumnya dan di rumah sakit khususnya, apoteker wajib menerapkan empat unsur utama dari pelayanan farmasi, yaitu: 1) pelayanan farmasi yang baik, 2) pelayanan profesi apoteker dalam proses penggunaan obat, 3) praktik dispensing yang baik, dan 4) pelayanan profesional apoteker yang proaktif dalam berbagai kegiatan dan kepanitiaan yang bertujuan untuk meningkatkan mutu pelayanan kepada penderita.

Untuk dapat menerapkan empat unsur utama dari pelayanan farmasi tersebut, maka perlu diadakan upaya peningkatan sumber daya manusia. Upaya tersebut adalah melalui pendidikan dan pelatihan bagi calon tenaga kesehatan. Bagi calon Apoteker yaitu dengan mengikuti Praktek Kerja Profesi (PKP) Apoteker. Sebagai tenaga kesehatan profesional, maka calon apoteker perlu memahami dan mengenal peranan apoteker di rumah sakit, khususnya pada instalasi farmasi. Hal ini penting sebagai bekal bagi lulusan Program Pendidikan Profesi Apoteker apabila bekerja di rumah sakit. Dengan pertimbangan ini, Fakultas Farmasi USU Medan bekerjasama dengan Badan Pelayanan Kesehatan Rumah Sakit Umum Pusat H. Adam Malik Medan mengadakan Praktek Kerja Profesi.

Praktek kerja profesi ini meliputi:

1. Penerimaan materi mengenai RSUP H. Adam Malik Medan secara umum, Instalasi Farmasi, Instalasi Gas Medis dan Instalasi CSSD.

2. Peninjauan pada beberapa kelompok kerja (Pokja) dan depo farmasi yang merupakan bagian dari instalasi farmasi dengan memperhatikan peranan apoteker pada bagian tersebut.


(12)

Fauziah Annisa : Laporan Praktek Kerja Profesi Farmasi Rumah Sakit Di RSUP H. Adam Malik Medan, 2009.

3. Pelaksanaan studi kasus di Rawat Inap Terpadu (Rindu) A dan B serta mengikut i kegiatan visite tenaga medis sebagai pendekatan peranan farmasi klinis.

1.2 Tujuan

Tujuan dilaksanakannya Praktek Kerja Profesi di rumah sakit adalah:

a. Untuk melihat peran Instalasi Farmasi Rumah Sakit, peran Instalasi CSSD dan Instalasi Gas Medis dalam menunjang pelayanan kesehatan kepada masyarakat di rumah sakit.

b. Untuk melihat peran apoteker dalam pengelolaan perbekalan farmasi di rumah sakit.

c. Untuk melihat peran apoteker dalam pelayanan farmasi klinis di rumah sakit. d. Untuk melihat rasionalitas penggunaan obat di rumah sakit.


(13)

Fauziah Annisa : Laporan Praktek Kerja Profesi Farmasi Rumah Sakit Di RSUP H. Adam Malik Medan, 2009.

BAB II

TINJAUAN UMUM RUMAH SAKIT

2.1 Rumah Sakit

2.1.1 Definisi Rumah Sakit

Rumah sakit merupakan salah satu dari sarana kesehatan tempat penyelenggaarakan upaya kesehatan. Rumah sakit dapat didefinisikan sebagai suatu organisasi yang kompleks, menggunakan gabungan alat ilmiah khusus dan rumit, dan difungsikan oleh berbagai kesatuan personel terlatih dan terdidik dalam menghadapi dan menangani masalah medik modern, yang semuanya terikat bersama-sama dalam maksud yang sama untuk pemulihan dan pemeliharaan kesehatan yang baik. Rumah sakit dipandang sebagai suatu struktur terorganisasi yang menggabungkan bersama-sama semua profesi kesehatan, fasilitas diagnostik dan terapi, alat dan perbekalan serta fasilitas fisik ke dalam sistem terorganisasi untuk penghantaran pelayanan kesehatan bagi masyarakat.

Dulu rumah sakit dianggap hanya sebagai suatu tempat penderita ditangani, sekarang ini rumah sakit dianggap sebagai sutu lembaga yang giat memperluas pelayanannya kepada penderita dimanapun lokasinya. Rumah sakit memberikan pelayaannya kepada penderita lewat tinggal dan ambulatori di dalam rumah sakit itu sendiri, di klinik, di ruang gawat darurat sentra pelayanan darurat , praktik dokter di rumah sakit, pelayanan dalam puskesmas, dalam klinik komunitas dan dalam fasilitas pelayanan yang diperluas seperti rumah rawatan (nursing home), baik yang berafiliasi ataupun milik rumah sakit; serta rumah penderita yang memerlukan layanan perawatan kesehatan (Siregar & Amalia, 2004).


(14)

Fauziah Annisa : Laporan Praktek Kerja Profesi Farmasi Rumah Sakit Di RSUP H. Adam Malik Medan, 2009.

2.1.2 Tugas dan Fungsi Rumah Sakit

Secara umum tugas rumah sakit adalah menyediakan keperluan untuk pemeliharaan dan pemulihan kesehatan. Menurut Keputusan Menteri Kesehatan Republik Indonesia No. 983/MenKes/SK/XI/1992, tugas rumah sakit umum adalah melaksanakan upaya kesehatan secara berdaya guna dan berhasil guna dengan mengutamakan upaya penyembuhan dan pemeliharaan yang dilaksanakan secara serasi dan terpadu dengan upaya peningkatan dan pencegahan serta melaksanakan upaya rujukan. Untuk melaksanakn tugas tersebut, rumah sakit memiliki berbagai fungsi, antara lain yaitu:

a. Menyelenggarakan pelayanan medis

b. Menyelenggarakan pelayanan penunjang medis dan nonmedis c. Menyelenggarakan pelayanan dan asuhan keperawatan

d. Menyelenggarakan pelayanan rujukan e. Menyelenggarakan pendidikan dan pelatihan f. Menyelenggarakan penelitian dan pengembangan g. Menyelenggarakan administrasi umum dan keuangan

Rumah sakit umum mempunyai misi memberikan pelayanan kesehatan yang bermutu dan terjangkau oleh masyarakat dalam rangka meningkatkan derajat kesehatan masyarakat.

Beberapa indikator pelayanan di rumah sakit antara lain adalah: 1. Bed Occupancy Rate (BOR): angka penggunaan tempat tidur

BOR digunakan untuk mengetahui tingkat pemanfaatan tempat tidur rumah sakit. Angka BOR yang rendah menunjukkan kurangnya pemanfaatan fasilitas perawatan rumah sakit oleh masyarakat. Angka BOR yang tinggi (lebih dari 85 %) menunjukkan tingkat pemanfaatan tempat tidur yang tinggi sehingga perlu pengembangan rumah sakit atau penambahan tempat tidur.


(15)

Fauziah Annisa : Laporan Praktek Kerja Profesi Farmasi Rumah Sakit Di RSUP H. Adam Malik Medan, 2009.

2. Length Of Stay (LOS): lamanya dirawat

LOS digunakan untuk mengukur efisiensi pelayanan rumah sakit yang tidak dapat dilakukan sendiri tetapi harus bersama dengan interpretasi BTO dan TOI.

3. Bed Turn Over (BTO): frekuensi penggunaan tempat tidur

Bersama-sama indikator TOI dan LOS dapat digunakan untuk mengetahui tingkat efisiensi penggunaan tempat tidur rumah sakit.

4. Turn Over Interval (TOI): interval penggunaan tempat tidur

Bersama-sama dengan LOS merupakan indikator tentang efisiensi penggunaan tempat tidur. Semakin besar TOI maka Efisiensi penggunaan tempat tidur semakin jelek.

5. Net Death Rate (NDR): angka kematian netto

Digunakan untuk mengetahui mutu pelayanan/perawatan rumah sakit. Semakin rendah NDR suatu rumah sakit berarti bahwa mutu pelayanan rumah sakit tersebut semakin baik.

6. Gross Death Rate (GDR): angka kematian bruto

Digunakan untuk mengetahui mutu pelayanan/perawatan rumah sakit. Semakin rendah GDR berarti mutu pelayanan rumah sakit semakin baik.

2.1.3 Klasifikasi Rumah Sakit

Rumah sakit dapat diklasifikasikan berdasarkan berbagai kriteria sebagai berikut: 1. Berdasarkan kepemilikan

a. Rumah sakit pemerintah, terdiri dari:

- Rumah sakit yang langsung dikelola oleh Departemen Kesehatan - Rumah sakit pemerintah daerah

- Rumah sakit militer - Rumah sakit BUMN


(16)

Fauziah Annisa : Laporan Praktek Kerja Profesi Farmasi Rumah Sakit Di RSUP H. Adam Malik Medan, 2009.

b. Rumah sakit yang dikelola oleh masyarakat (swasta). 2. Berdasarkan jenis pelayanan

Berdasarkan jenis pelayanannya, rumah sakit terdiri atas:

a. Rumah sakit umum, memberi pelayanan kepada berbagai penderita dengan berbagai jenis penyakit.

b. Rumah sakit khusus, memberi pelayanan diagnosis pengobatan untuk penderita dengan kondisi medik tertentu baik bedah maupun non bedah. Contoh: rumah sakit kanker, rumah sakit bersalin.

3. Berdasarkan afiliasi pendidikan Terdiri atas 2 jenis, yaitu;

a. Rumah sakit pendidikan, yaitu rumah sakit yang menyelenggarakan program latihan untuk berbagai profesi.

b. Rumah sakit non pendidikan, yaitu rumah sakit yang tidak memiliki afiliasi dengan universitas.

4. Berdasarkan lama tinggal di rumah sakit

a. Rumah sakit perawatan jangka pendek, yaitu rumah sakit yang merawat penderita selama rata-rata kurang dari 30 hari , misalnya penderita dengan kondisi penyakit aku dan kasus darurat.

b. Rumah sakit perawatan jangka panjang yang merawat penderita dalam waktu rata-rata 30 hari atau lebih.


(17)

Fauziah Annisa : Laporan Praktek Kerja Profesi Farmasi Rumah Sakit Di RSUP H. Adam Malik Medan, 2009.

2.1.4 Klasifikasi Rumah Sakit Umum Pemerintah

Berdasarkan SK MenKes RI No. 983/MenKes/SK/XI/1992 tanggal 5 Oktober 1992 rumah sakit umum diklasifikasikan berdasarkan pada unsur pelayanan dan ketenagaan fisik yang terdiri dari :

a. Rumah Sakit Umum Kelas A

Rumah Sakit Umum Kelas A adalah rumah sakit umum yang mempunyai fasilitas dan kemampuan pelayanan medis spesialistik luas dan subpesialistik luas.

Susunan Organisasi Rumah Sakit Umum kelas A ini adalah sebagai berikut: 1.Direktur Utama yang dibantu oleh sebanyak-banyaknya 4 wakil Direktur Utama 2. Wakil Direktur Utama Pelayanan Medis

3. Wakil Direktur Utama Penunjang Medis

4. Wakil Direktur Utama Pendidikan dan Penelitian 5. Wakil Direktur Utama Umum dan Keuangan 6. Komite Medis dan Staf Medis Fungsional 7. Dewan Penyantun

8. Satuan Pengawas Intern

b. Rumah Sakit Umum Kelas B

Rumah Sakit Umum Kelas B adalah rumah sakit umum yang mempunyai fasilitas dan kemampuan pelayanan medis sekurang-kurangnya 11 spesialistik dan subspesialistik.

Rumah sakit ini dibedakan 2 jenis berdasarkan adanya fungsi sebagai tempat tenaga medis fakultas kedokteran yaitu Rumah Sakit Umum Pendidikan dan Rumah Sakit Umum Non Pendidikan.

Susunan Organisasi Rumah Sakit Umum kelas B adalah sebagai berikut:


(18)

Fauziah Annisa : Laporan Praktek Kerja Profesi Farmasi Rumah Sakit Di RSUP H. Adam Malik Medan, 2009.

2. Wakil Direktur Utama pelayanan medis dan keperawatan 3. Wakil Direktur Utama penunjang medis dan pendidikan 4. Wakil Direktur Utama umum dan keuangan

5. Komite medis dan staf medis fungsional 6. Dewan penyantun

7. Satuan pengawas intern c. Rumah Sakit Umum Kelas C

Rumah sakit umum kelas C adalah rumah sakit umum yang mempunyai fasilitas dan kemampuan pelayanan medis spesialistik dasar.

Susunan Organisasi Rumah Sakit Umum kelas C ini adalah sebagai berikut: 1. Direktur Utama Utama

2. Seksi keperawatan 3. Seksi pelayanan

4. Sub bagian kesekretariatan dan rekam medis 5. Sub bagian keuangan dan program

6. Instalasi

7. Komite Medis dan Staf Medis Fungsional 8. Dewan Penyantun

9. Satuan Pengawasan Intern d. Rumah Sakit Umum Kelas D

Rumah sakit umum kelas D adalah rumah sakit umum yang mempunyai fasilitas dan kemampuan pelayanan medis dasar.

Susunan organisasi rumah sakit umum kelas D ini adalah sebagai berikut: 1. Direktur Utama


(19)

Fauziah Annisa : Laporan Praktek Kerja Profesi Farmasi Rumah Sakit Di RSUP H. Adam Malik Medan, 2009.

3. Sub bagian kesekretariatan dan rekam medis 4. Sub bagian keuangan dan program

5. Instalasi

6. Komite Medis dan Staf Medis Fungsional

2.1.5 Klasifikasi Rumah Sakit Umum Swasta

Beberapa ketentuan dalam Keputusan Menteri Kesehatan Republik Indonesia No. 806 b/MenKes/SK/1987 tentang Klasifikasi Rumah Sakit Umum Swasta yaitu :

1. Klasifikasi rumah sakit adalah pengelompokan rumah sakit berdasarkan pembedaan tingkatan dan kemampuan pelayanannya.

2. Rumah Sakit Umum Swasta adalah rumah sakit umum yang diselenggarakan oleh pihak swasta.

3. Klasifikasi rumah sakit umum swasta adalah :

a. Rumah Sakit Umum Swasta Pratama, yang memberikan pelayanan medik bersifat umum.

b. Rumah Sakit Umum Swasta Madya, yang memberikan pelayanan medik bersifat umum dan spesialistik dalam 4 (empat) cabang.

c. Rumah Sakit Umum Swasta Utama, yang memberikan pelayanan medik bersifat umum, spesialistik dan subspesialistik.

2.2 Komite Medik dan Komisi Farmasi dan Terapi

Komite medik adalah wadah non struktural yang keanggotaannya dipilih dari Ketua Staf Medis Fungsional (SMF) atau yang mewakili SMF yang ada di Rumah Sakit.


(20)

Fauziah Annisa : Laporan Praktek Kerja Profesi Farmasi Rumah Sakit Di RSUP H. Adam Malik Medan, 2009.

Komite Medis berada dibawah dan bertanggung jawab kepada Direktur Utama Utama Utama.

Komisi Farmasi dan Terapi adalah sekelompok penasehat dari staf medik dan bertindak sebagai garis komunikasi organisasi antara staf medik dan Instalasi Farmasi Rumah Sakit (IFRS). Pembentukan suatu Komisi Farmasi dan Terapi yang efektif akan memberikan kemudahan dalam pengadaan sistem formularium yang membawa perhatian staf medik pada obat yang terbaik dan membantu mereka dalam menyeleksi obat terapi yang tepat bagi pengobatan penderita tertentu. Panitia ini difungsikan rumah sakit untuk mencapai terapi obat yang rasional.

Komisi Farmasi Dan Terapi ini meningkatkan penggunaan obat secara rasional melalui pengembangan kebijakan dan prosedur yang relevan untuk seleksi obat, pengadaan, penggunaan, dan melalui edukasi tentang obat bagi penderita dan staf profesional.

Ketua Komisi Farmasi Dan Terapi dipilih dari dokter yang diusulkan oleh komite medik dan disetujui pimpinan rumah sakit. Ketua adalah seorang anggota staf medik yang memahami benar dan pendukung kemajuan IFRS, dan ia adalah dokter yang mempunyai pengetahuan mendalam di bidang farmakologi klinik. Sekretaris panitia adalah kepala IFRS atau apoteker senior lain yang ditunjuk oleh kepala IFRS. Susunan anggota Komisi Farmasi Dan Terapi harus mencakup dari tiap SMF yang ada di rumah sakit.

2.3 Formularium Rumah Sakit

Rumah sakit kelas A dan B diharuskan memiliki formularium. Hal ini diyatakan dalam Peraturan Menteri Kesehatan Republik Indonesia No.085/Men- Kes/Per/I/1989 tentang kewajiban menuliskan resep dan atau menggunakan obat generik di fasilitas pelayanan kesehatan pemerintah.


(21)

Fauziah Annisa : Laporan Praktek Kerja Profesi Farmasi Rumah Sakit Di RSUP H. Adam Malik Medan, 2009.

Formularium rumah sakit adalah daftar obat baku yang dipakai oleh rumah sakit yang dipilih secara rasional dan dilengkapi penjelasan, sehingga merupakan informasi obat yang lengkap untuk pelayanan medik rumah sakit, terdiri dari obat-obatan yang tercantum Daftar Obat Essensial Nasional (DOEN) dan beberapa jenis obat yang sangat diperlukan oleh rumah sakit serta dapat ditinjau kembali sesuai dengan perkembangan bidang kefarmasian dan terapi serta keperluan rumah sakit yang bersangkutan (SK Dirjen YanMed No. 0428/YanMed/RSKS/SK/89 tentang Petunjuk Pelaksanaan Permenkes No. 085/MenKes/Per/I/1989).

Penyusunan formularium rumah sakit merupakan tugas Komisi Farmasi Dan Terapi. Adanya formularium diharapkan dapat menjadi pegangan para dokter staf medis fungsional dalam memberi pelayanan kepada pasien sehingga tercapai penggunaan obat yang efektif dan efisien serta mempermudah upaya menata manajemen kefarmasian di rumah sakit.

2.4 Instalasi Farmasi Rumah Sakit (IFRS)

IFRS adalah fasilitas pelayanan penunjang medis, di bawah pimpinan seorang apoteker dibantu oleh beberapa orang apoteker yang memenuhi persyaratan peraturan perundang-undangan yang berlaku dan kompeten secara profesional, yang bertanggung jawab atas seluruh pekerjaan serta pelayanan kefarmasian, yang terdiri atas pelayanan paripurna, mencakup perencanaan; pengadaan; produksi; penyimpanan perbekalan kesehatan/ sediaan farmasi; dispensing obat berdasarkan resep bagi penderita rawat tinggal dan rawat jalan; pengendalian mutu; dan pengendalian distribusi dan penggunaan seluruh perbekalan kesehatan di rumah sakit; serta pelayanan farmasi klinis (Siregar & Amalia, 2004).


(22)

Fauziah Annisa : Laporan Praktek Kerja Profesi Farmasi Rumah Sakit Di RSUP H. Adam Malik Medan, 2009.

2.4.1 Pelayanan Kefarmasian

Pelayanan kefarmasian dibagi menjadi 2 bagian yaitu pelayanan farmasi minimal dan pelayanan farmasi klinis.

I. Pelayanan Farmasi Minimal

Dalam pelaksanaannya, pelayanan farmasi minimal dibagi atas:

a. Produksi

Instalasi farmasi rumah sakit memproduksi produk steril dan non steril serta pengemasan kembali. Produk steril yang dibuat terdiri dari Total Parenteral Nutrisi (TPN), injeksi dan pencampuran obat suntik, sedangkan produk non steril terdiri dari pembuatan pulvis, pulveres, pengenceran alkohol, formalin, H2O2 dan pengemasan kembali.

Produksi Instalasi Farmasi perlu diadakan karena obat-obat yang dikehendaki dalam bentuk tertentu atau obat-obat dengan formulasi dan konsentrasi yang khusus, misalnya: pembuatan pulvis dan pulveres untuk anak-anak.

b. Perbekalan

Merupakan unit pelaksana instalasi farmasi rumah sakit yang meliputi pengadaan dan penyimpanan perbekalan farmasi. Pengadaan merupakan proses kegiatan dalam pemilihan jenis, jumlah dan harga perbekalan farmasi. Pengadaan bertujuan untuk mendapatkan jenis dan jumlah sesuai dengan kebutuhan dan anggaran serta menghindari kekosongan obat.

Pedoman perencanaan berdasarkan:

- Daftar Obat Esensial Nasional (DOEN) atau formularium, standar terapi rumah sakit dan ketentuan setempat yang berlaku.


(23)

Fauziah Annisa : Laporan Praktek Kerja Profesi Farmasi Rumah Sakit Di RSUP H. Adam Malik Medan, 2009.

- Anggaran yang tersedia - Penetapan prioritas - Siklus penyakit - Sisa stok

- Data pemakaian periode lalu - Perencanaan pengembangan

Pengadaan perbekalan farmasi merupakan kegiatan untuk merealisasikan kebutuhan yang telah direncanakan. Pembelian perbekalan farmasi berpedoman pada:

- Surat pesanan yang ditanda tangani oleh apoteker

- Barang harus berasal dari sumber dan jalur distribusi yang resmi. - Perjanjian pembayaran.

- Kualitas barang.

Penyimpanan perbekalan farmasi merupakan kegiatan pengaturan sediaan farmasi di dalam ruang penyimpanan, dengan tujuan untuk:

- Menjamin mutu tetap baik, yaitu kondisi penyimpanan disesuaikan dengan sifat obat, misalnya dalam hal suhu, kelembaban.

- Memudahkan dalam pencarian, misalnya disusun berdasarkan abjad.

- Memudahkan pengawasan persediaan/stok dan barang kadaluarsa, yaitu disusun berdasarkan FIFO (First In First Out).

- Menjamin pelayanan yang cepat dan tepat. c. Distribusi

Distribusi merupakan serangkaian kegiatan dalam rangka penyaluran obat-obatan dan alat kesehatan. Distribusi obat rumah sakit dilakukan untuk melayani:


(24)

Fauziah Annisa : Laporan Praktek Kerja Profesi Farmasi Rumah Sakit Di RSUP H. Adam Malik Medan, 2009.

1. Pasien rawat jalan

Pasien/keluarga pasien langsung menerima obat dari instalasi farmasi sesuai dengan resep yang ditulis oleh dokter. Untuk pasien yang terapi jangka panjang dan polifarmasi diberikan konseling.

2. Pasien rawat inap

Ada tiga sistem pendistribusian pada pasien rawat inap, yaitu: a. Resep perorangan (Individual Prescription)

Sistem ini memungkinkan semua resep dokter dapat dianalisis langsung oleh apoteker dan terjalin kerja sama antara dokter, apoteker, perawat dan pasien.

Keuntungan sistem ini adalah:

- Resep dapat dikaji lebih dahulu oleh apoteker - Ada interaksi antara apoteker, dokter dan perawat - Adanya legalisasian persediaan

Kelemahan sistem ini adalah:

- Bila obat berlebih maka pasien harus membayarnya - Obat dapat terlambat ke pasien

b. Floor stock

Pada sistem ini perbekalan farmasi diberikan kepada masing-masing unit perawatan sebagai persediaan. Sistem ini memungkinkan perbekalan farmasi tersedia bila diperlukan. Misalnya untuk persediaan obat-obat emergensi.

Keuntungan sistem ini adalah:

- Obat yang dibutuhkan cepat tersedia - Meniadakan obat yang retur

- Pasien tidak harus membayar obat yang lebih - Tidak perlu tenaga yang banyak


(25)

Fauziah Annisa : Laporan Praktek Kerja Profesi Farmasi Rumah Sakit Di RSUP H. Adam Malik Medan, 2009.

Kelemahan sistem ini adalah:

- Sering terjadi kesalahan, seperti kesalahan peracikan atau penulisan etiket. - Persediaan obat di ruangan harus banyak.

c. Unit dose

Didefinisikan sebagai obat-obatan yang diminta, disiapkan, digunakan dan dibayar dalam unit dosis tunggal, yang berisi obat dalam jumlah yang telah ditetapkan untuk satu kali pemakaian. Sistem ini melibatkan kerjasama antara dokter, apoteker dan perawat.

Keuntungan sistem ini adalah:

- Hanya obat yang digunakan pasien yang diklaim

- Tidak ada kelebihan obat atau alat yang tidak dipakai di ruangan perawat. - Menciptakan pengawasan ganda oleh apoteker dan perawat.

- Kerusakan dan kehilangan obat hampir tidak ada.

d. Kombinasi Sistem Unit dose dan Sistem Resep Perseorangan

Sistem distribusi obat harus menjamin obat yang diterima pasien adalah tepat diberikan kepada pasien, dosis yang tepat dengan jumlah yang tepat, serta memiliki kemasan yang menjamin mutu obat.

d. Administrasi

Administrasi yang teratur sangat dibutuhkan untuk menjamin terselenggaranya sistem pembukuan yang baik. Oleh karena itu tugas administrasi di instalasi farmasi dikoordinir oleh koordinator yang bertanggung jawab langsung kepada kepala instalasi farmasi rumah sakit.


(26)

Fauziah Annisa : Laporan Praktek Kerja Profesi Farmasi Rumah Sakit Di RSUP H. Adam Malik Medan, 2009.

II. Pelayanan Farmasi Klinis

Pelayanan farmasi klinis adalah praktek kefarmasian berorientasi kepada pasien lebih dari orientasi kepada produk, dengan penerapan pengetahuan dan keahlian farmasi dalam membantu memaksimalkan efek obat dan meminimalkan toksisitas bagi pasien secara individual.

Tujuan pelayanan farmasi klinis adalah meningkatkan keuntungan terapi obat dan mengoreksi kekurangan yang terdeteksi dalam proses penggunaan obat karena itu tujuan farmasi klinis adalah meningkatkan dan memastikan kerasionalan, kemanfaatan dan keamanan terapi obat.

Menurut SK MenKes No.436/MenKes/SK/VI/1993 pelayanan farmasi klinis meliputi:

- Melakukan konseling

- Monitoring Efek Samping Obat (MESO) - Pencampuran obat suntik secara aseptik

- Menganalisa efektivitas biaya secara farmakoekonomi - Penentuan kadar obat dalam darah

- Penanganan obat sitostatika

- Penyiapan Total Parenteral Nutrisi (TPN) - Pemantauan dan pengkajian penggunaan obat - Pendidikan dan penelitian (Aslam, dkk., 2002).

2.4.2 Pengelolaan dan Penggunaan Obat Secara Rasional (PPOSR)

Yang dimaksud dengan PPOSR adalah pengelolaan obat yang dilaksana- kan secara efektif dan efisien dimana pemanfaatan atau efikasi, keamanan (safety) dan mutu (quality) obat terjamin; serta penggunaan obat secara 4 Tepat 1 Waspada, artinya harus


(27)

Fauziah Annisa : Laporan Praktek Kerja Profesi Farmasi Rumah Sakit Di RSUP H. Adam Malik Medan, 2009.

diberikan dengan indikasi yang tepat, untuk penderita yang tepat dengan jenis obat yang tepat dan diberikan dengan regimen dosis yang tepat serta senantiasa waspada terhadap kemungkinan terjadinya efek obat yang tidak diinginkan.

Kegiatan pengelolaan dan penggunaan obat dimulai dari:

1. Pemilihan jenis obat dan alat kesehatan yang dibutuhkan, baik diagnostik, terapetik, paliatik maupun rehabilitatif.

2. Perencanaan untuk mengadakan obat dan alat kesehatan tersebut dalam jenis, jumlah, waktu dan tempat yang tepat.

3. Pengadaan berdasarkan pertimbangan dana yang tersedia dilakukan skala prioritas pengadaan yang tepat.

4. Penyimpanan yang tepat sesuai dengan sifat masing-masing obat dan alat kesehatan. 5. Penyaluran kepada unit-unit pelayanan dan penunjang yang membutuhkan obat dan

alat kesehatan tersebut di Instalasi Gawat Darurat, Instalasi Bedah Pusat, Instalasi Rawat Jalan, dan Instalasi Rawat Inap.

6. Penulisan resep oleh dokter (Prescribing Process). 7. Peracikan oleh farmasis (Dispensing Process).

8. Pemberian oleh perawat kepada penderita (Administration Process). 9. Penggunaan oleh penderita (Consuming Process).

10. Pemantauan khasiat dan keamanan obat oleh dokter, perawat, farmasis dan penderita. Seluruh kegiatan pengelolaan dan penggunaan obat yang dimulai dari pertama sampai langkah ke-10 disebut sebagai Sepuluh Kegiatan Pengelolaan Dan Penggunaan Obat Secara Rasional (LSK-PPOSR), dimana jika semua langkah dilakukan dengan tepat, maka diharapkan akan dapat dicegah timbulnya masalah-masalah yang berkaitan dan pengelolaan dan penggunaan obat dan alat kesehatan.


(28)

Fauziah Annisa : Laporan Praktek Kerja Profesi Farmasi Rumah Sakit Di RSUP H. Adam Malik Medan, 2009.

2.4.3 Rekam Medik

Rekam medik adalah sejarah ringkas, jelas, dan akurat dari paien yang ditulis dari sudut pandang medis. Setiap rumah sakit dipersyaratkan mengadakan dan memelihara rekam medik yang memadai dari setiap pasien, baik untuk pasien rawat inap maupun pasien rawat jalan.

Suatu rekam medik yang lengkap mencakup data identifikasi dan sosiologi, sejarah famili pribadi, sejarah kesakitan yang sekarang, pemeriksaan fisik, pemeriksaan khusus, seperti konsultasi, data laboratorium klinis, pemeriksaan sinar X dan pemeriksaan lain, diagnosa kerja, penanganan medik atau bedah, patologi mikroskopik dan nyata, kondisi pada waktu pembebasan, tindak lanjut, dan temuan otopsi (Siregar & Amalia, 2004)

Kegunaan rekam medik;

- Digunakan sebagai dasar perencanaan dan keberlanjutan perawatan penderita.

- Merupakan suatu sarana komunikasi antara dokter dan setiap profesional yang berkontribusi pada perawatan penderita.

- Melengkapi bukti dokumen terjadinya/penyebab penyakit penderita dan penanganan/pengobatan selama dirawat di rumah sakit.

- Digunakan sebagai dasar untuk kaji ulang studi dan evaluasi perawatan yang diberikan kepada penderita.

- Membantu perlindungan kepentingan hukum penderita, rumah sakit dan praktisi yang bertanggung jawab.

- Menyediakan data untuk digunakan dalam penelitian dan pendidikan.

- Sebagai dasar perhitungan biaya, dengan menggunakan rekam medik, bagian keuangan dapat menetapkan besarnya biaya pengobatan seorang penderita (Siregar & Amalia, 2004).


(29)

Fauziah Annisa : Laporan Praktek Kerja Profesi Farmasi Rumah Sakit Di RSUP H. Adam Malik Medan, 2009.

2.5 Instalasi Central Sterilized Supply Department (CSSD) 2.5.1 Ruang Lingkup CSSD

Instalasi CSSD merupakan fasilitas untuk melakukan kegiatan sterilisasi yang bertujuan untuk melayani semua kebutuhan steril dan unit–unit yang membutuhkan yaitu alat-alat medik dan alat-alat lainnya yang diperlukan untuk tindakan steril.

Fungsi utama CSSD adalah menyiapkan alat-alat bersih dan steril untuk keperluan perawatan pasien di rumah sakit. Secara lebih rinci fungsinya adalah menerima, memproses, mensterilkan, menyimpan serta mendistribusikan peralatan medis ke berbagai ruangan di rumah sakit untuk kepentingan perawatan pasien. Alur aktivitas fungsional CSSD dimulai dari proses pembilasan, pembersihan/dekontaminasi, pengeringan, inspeksi dan pengemasan, memberi label, sterilisasi, sampai proses distribusi (Hidayat, 2003).

Ketersediaan ruangan CSSD yang memadai merupakan suatu keharusan untuk keefisienan dan keoptimalan fungsi kerja CSSD. Untuk menghindari terjadinya kontaminasi silang di CSSD maka ruangan CSSD dibagi menjadi 5 bagian:

1. Daerah Dekontaminasi: terjadi proses penerimaan barang kotor, dekontaminasi, dan pembersihan.

2. Daerah Pengemasan Alat: untuk melakukan pengemasan terhadap alat bongkar pasang, maupun pengemasan dan penyimpanan alat bersih.

3. Daerah Prossesing Linen: Linen diinspeksi, dilipat, dan dikemas untuk persiapan sterilisasi. Selain linen pada daerah ini dipersiapkan pula bahan-bahan seperti kain kassa, cooton swabs, dll.

4. Daerah Sterilisasi: tempat dimana proses sterilisasi dilakukan.

5. Daerah penyimpanan barang steril: sebaiknya letaknya berdekatan dengan proses sterilisasi dilakukan. Tersedia mesin sterilisasi dua pintu dimana pintu belakang langsung berhubungan dengan ruang penyimpanan.


(30)

Fauziah Annisa : Laporan Praktek Kerja Profesi Farmasi Rumah Sakit Di RSUP H. Adam Malik Medan, 2009.

Lokasi CSSD sebaiknya berdekatan dengan ruangan pemakai alat steril terbesar. Dengan pemilihan lokasi seperti ini maka selain meningkatkan pengendalian infeksi dengan meminimalkan resiko kontaminasi silang, serta meminimalkan lalu lintas transportasi alat steril (Hidayat, 2003).

2.5.2 Sterilisasi

Istilah sterilisasi berarti penghancuran secara lengkap semua mikroba hidup dan spora-sporanya atau penghilangan secara lengkpa mikroba dari sediaan. Lima metode yang digunakan untuk mensterilkan peralatan dan produk farmasi adalah:

a. Sterilisasi uap (lembab panas) menggunakan alat autoklaf b. Sterilisasi panas kering dengan oven

c. Sterilisasi gas

d. Sterilisasi dengan penyaringan e. Sterilisasi dengan radiasi pengionan

Metode yang digunakan untuk mendapatkan sterilitas ditentukan oleh sifat dari zat yang akan disterilkan. Pada prinsipnya, sterilisasi autoklaf menggunakan panas dan tekanan dari uap air. Temperatur sterilasi biasanya 121o C selama 15 menit, tekanan yang biasa digunakan antara 15-17,5 psi (pound per square inci) atau 1 atm. Bila ada kelembaban (uap air), bakteri terkoagulasi dan dirusak pada temperatur yang lebih rendah daripada bila tidak ada kelembaban. Sterilisasi panas kering umumnya digunakan untuk sterilisasi alat-alat gelas dan alat-alat bedah. Sterilisasi biasanya ditetapkan pada temperatur 160-1700 C dengan waktu tidak kurang dari 2 jam. Sterilisasi gas biasanya menggunakan gas etilen oksida. Umumnya sterilisasi dengan gas etilen oksida memerlukan waktu pemaparan 4-16 jam. Diduga, kerja gas etilen oksida sebagai pensteril


(31)

Fauziah Annisa : Laporan Praktek Kerja Profesi Farmasi Rumah Sakit Di RSUP H. Adam Malik Medan, 2009.

adalah dengan mengganggu metabolisme sel bakteri. Sterilisasi gas digunakan untuk bahan-bahan yang tidak tahan terhadap panas dan uap (Ansel, 1989).

2.5.3 Infeksi Nosokomial

Infeksi Nosokomial adalah Infeksi yang didapat atau timbul pada waktu pasien dirawat di Rumah Sakit. Bagi pasien yang dirawat di Rumah Sakit ini merupakan persoalan serius yang dapat menjadi penyebab langsung atau tidak langsung terhadap kematian pasien. Beberapa kejadian Infeksi Nosokomial mungkin tidak menyebabkan kematian pasien akan tetapi ia menjadi penyebab penting pasien dirawat lebih lama di Rumah Sakit. Kasus infeksi nosokomial di seluruh dunia rata-rata 9% dari 1,4 juta pasien rawat inap di seluruh dunia. Di Indonesia, data akurat tentang angka kejadian infeksi nosokomial di rumah sakit belum ada

Penyebab Infeksi Nosokomial adalah kuman yang berada dilingkungan Rumah Sakit atau kuman yang sudah dibawa oleh pasien sendiri, yaitu kuman Endogen. Dari batasan ini dapat disimpulkaan bahwa kejadian Infeksi Nosokomial adalah Infeksi yang secara potensial dapat dicegah atau sebaliknya dapat juga merupakan infeksi yang tidak dapat dicegah

2.5.4 Resistensi Mikroba

Seiring dengan penemuan dan penggunaan antibiotika penicillin antara tahun 1950-1970, banyak penyakit yang serius dan fatal ketika itu dapat diterapi dan disembuhkan. Bagaimana pun juga, keberhasilan ini menyebabkan penggunaan berlebihan dan pengunsalahan dari antibiotika. Banyak mikroorganisme yang kini menjadi lebih resisten. Meningkatnya resistensi bakteri dapat meningkatkan angka mortalitas terutama terhadap pasien yang immunocompromised. Resitensi dari bakteri di transmisikan antar pasien dan


(32)

Fauziah Annisa : Laporan Praktek Kerja Profesi Farmasi Rumah Sakit Di RSUP H. Adam Malik Medan, 2009.

faktor resistensinya di pindahkan antara bakteri. Penggunaan antibiotika yang terus-menerus ini justru meningkatkan multipikasi dan penyebaran strain yang resistan. Penyebab utamanya karena:

a. Penggunaan antibiotika yang tidak sesuai dan tidak terkontrol b. Dosis antibiotika yang tidak optimal

c. Terapi dan pengobatan menggunakan antibiotika yang terlalu singkat d. Kesalahan diagnosa

Banyaknya pasien yang mendapat obat antibiotika dan perubahan dari gen yang resisten terhadap antibiotika, mengakibatkan timbulnya multiresistensi kuman terhadap obat-obatan tersebut. Penggunaan antibiotika secara besar-besaran untuk terapi dan profilaksis adalah faktor utama terjadinya resistensi. Banyak strains dari pneumococci, staphylococci, enterococci, dan tuberculosis telah resisten terhadap banyak antibiotika, begitu juga klebsiella dan Pseudomonas aeruginosa juga telah bersifat multiresisten. Keadaan ini sangat nyata terjadi terutama di negara-negara berkembang dimana antibiotika lini kedua belum ada atau tidak tersedia. Infeksi nosokomial sangat mempengaruhi angka morbiditas dan mortalitas di rumah sakit, dan menjadi sangat penting karena: a. Meningkatnya jumlah penderita yang dirawat

b. Seringnya imunitas tubuh melemah karena sakit, pengobatan atau umur mikororganisme yang baru (mutasi)

c. Meningkatnya resistensi bakteri terhadap antibiotika

2.6 Instalasi Gas Medis

Penggunaan gas medis pada sarana pelayanan kesehatan diatur berdasarkan Surat Keputusan Menteri Kesehatan No. 1439/Menkes/SK/XI/2002.


(33)

Fauziah Annisa : Laporan Praktek Kerja Profesi Farmasi Rumah Sakit Di RSUP H. Adam Malik Medan, 2009.

2.6.1 Defenisi

- Gas medis adalah gas dengan spesifikasi khusus yang dipergunakan untuk pelayanan medis pada sarana kesehatan.

- Instalasi pipa gas medis adalah seperangkat prasarana perpipaan beserta peralatan yang menyediakan gas medis tertentu yang dibutuhkan untuk menyalurkan gas medis ke titik outlet di ruang tindakan dan perawatan

- Sentral gas medis adalah seperangkat prasarana beserta peralatan dan atau tabung gas/liquid yang menyimpan beberapa gas medis tertentu yang dapat disalurkan melalui pipa instalasi gas medis

- Instalasi gas medis (IGM) adalah seperangkat sentral gas medis, instalasi pipa gas medis sampai outlet

Sesuai dengan Surat Keputusan Menteri Kesehatan No. 143/Menkes/SK/XI/2002 tentang penggunaan gas medis pada sarana pelayanan kesehatan antara lain:

- Gas Oksigen (tabung 2m3, 6m3) - Oksigen cair (tangki)

- Gas N2O (tabung 25 kg)

- Gas N2

- Gas CO2

- Udara Tekan (UT)

2.6.2 Penyimpanan Gas Medis

1. Tabung-tabung gas medis harus disimpan berdiri, dipasang penutup kran dan dilengkapi tali pengaman untuk menghindari jatuh pada saat terjadi bencana.


(34)

Fauziah Annisa : Laporan Praktek Kerja Profesi Farmasi Rumah Sakit Di RSUP H. Adam Malik Medan, 2009.

2. Lokasi penyimpanan harus khusus dan masing-masing gas medis dibedakan tempatnya.

3. Penyimpanan tabung gas medis yang berisi dan tabung gas medis yang kosong dipisahkan untuk memudahkan pemeriksaan dan penggantian.

4. Lokasi penyimpanan diusahakan jauh dari sumber panas, listrik dan oli atau sejenisnya.

5. Gas medis yang sudah cukup lama disimpan, agar dilakukan uji/test kepada produsen untuk mengetahui kondisi gas medis tersebut.

2.6.3 Pendistribusian Gas Medis

1. Distribusi gas medis dilayani dengan menggunakan troly yang biasanya ditempatkan dekat dengan pasien.

2. Pemakaian gas diatur melalui flowmeter pada regulator. 3. Regulator harus dites dan dikalibrasi.

4. Penggunaan gas medis sistem tabung hanya bisa dilakukan 1 tabung untuk 1 orang.

5. Tabung gas beserta troly harus bersih dan memenuhi syarat sanitasi (higienis).


(35)

Fauziah Annisa : Laporan Praktek Kerja Profesi Farmasi Rumah Sakit Di RSUP H. Adam Malik Medan, 2009.

BAB III

TINJAUAN KHUSUS

RUMAH SAKIT UMUM PUSAT HAJI ADAM MALIK

MEDAN

3.1. Rumah Sakit Umum Pusat H. Adam Malik Medan

Berdasarkan Surat Keputusan Menteri Kesehatan Republik Indonesia No. 244/Menkes/SK/VI/2008 tentang Organisasi dan Tata Kerja RSUP H. Adam Malik Medan, RSUP H. Adam Malik adalah unit pelaksana teknis di lingkungan Departemen Kesehatan yang berada di bawah dan bertanggung jawab langsung kepada Direktur Jenderal Bina Pelayanan Medik Departemen Kesehatan RI. RSUP H. Adam Malik mempunyai tugas melaksanakan upaya kesehatan secara berdayaguna dan berhasilguna dengan mengutamakan upaya penyembuhan dan pemulihan yang dilaksanakan secara serasi dan terpadu dengan upaya peningkatan dan pencegahan serta melaksanakan upaya rujukan.

Untuk menyelenggarakan tugas tersebut, RSUP H. Adam Malik Medan mempunyai fungsi:

1. Menyelenggarakan pelayanan medis.

2. Menyelenggarakan pelayanan penunjang medis dan non medis. 3. Menyelenggarakan pelayanan dan asuhan keperawatan.

4. Menyelenggarakan pelayanan rujukan.

5. Menyelenggarakan pendidikan danpenelitian secara tterpadu dalam bidang profesi kedokteran dan pendidikan kedokteran berkelanjutan.

6. Menyelenggarakan pendidikan dan pelatihan di bidang kesehatan lainnya. 7. Menyelenggarakan penelitian dan pengembangan.


(36)

Fauziah Annisa : Laporan Praktek Kerja Profesi Farmasi Rumah Sakit Di RSUP H. Adam Malik Medan, 2009.

8. Menyelenggarakan administrasi umum dan keuangan.

RSUP H. Adam Malik adalah Rumah Sakit Umum kelas A yang digunakan oleh Fakultas Kedokteran Universitas Sumatera Utara sebagai tempat pendidikan calon dokter, spesialis dan sub spesialis dan digunakan oleh lembaga pendidikan lain sebagai tempat pendidikan dan lahan praktek.

Susunan Organisasi RSUP H. Adam Malik Medan terdiri dari : a. Direktur Utama

b. Direktorat Medik dan Keperawatan

c. Direktorat Sumber Daya Manusia dan Pendidikan d. Direktorat Keuangan

e. Direktorat Umum dan Operasional f. Unit-Unit Non Struktural.

Struktur organisasi RSUP H. Adam Malik Medan dapat dilihat pada lampiran.

A. Direktur Utama RSUP H. Adam Malik Medan

Direktur Utama RSUP H. Adam Malik Medan mempunyai tugas memimpin, merumuskan kebijaksanaan pelaksanaan, membina pelaksanaan, mengkoordinasikan dan mengawasi pelaksanaan tugas rumah sakit sesuai dengan peraturan perundang-undangan yang berlaku.

B. Direktorat Medik dan Keperawatan

Direktorat medik dan keperawatan dipimpin oleh seorang Direktur Medis dan Keperawatan yang berada dibawah dan bertanggung jawab kepada Direktur Utama. Direktorat Medik dan Keperawatan mempunyai tugas melaksanakan peneglolaan pelayanan medis, keperawatan dan penunjang.


(37)

Fauziah Annisa : Laporan Praktek Kerja Profesi Farmasi Rumah Sakit Di RSUP H. Adam Malik Medan, 2009.

Dalam melaksanakan tugasnya, Direktur Medik dan Keperawatan menyelenggarakan fungsi :

a. Penyusunan rencana pelayanan medis, keperwatan dan penunjang. b. Koordinasi pelaksanaan pelayanan medis, keperawatan dan penunjang c. Pengendalian, pengawasan dan evaluasi pelayanan medis, keperawatan dan

penunjang.

Direktorat Medik dan Keperawatan terdiri dari : a. Bidang Pelayanan Medik

b. Bidang Pelayanan Keperawatan c. Bidang Pelayanan Penunjang d. Instalasi

e. Kelompok Jabatan Fungsional.

C. Direktorat Sumber Daya Manusia Dan Pendidikan

Direktorat Sumber Daya Manusia dan Pendidikan dipimpin oleh seorang Direktur yang berada dibawah dan bertanggung jawab kepada Direktur Utama. Dalam

melaksanakan pengelolaan sumber daya manusia serta pendidikan dan penelitian, Direktorat Sumber Daya Manusia dan Pendidikan menyelenggarakan fungsi :

a. Penyusunan rencana kebutuhan sumber daya manusia, pendidikan dan pelatihan serta penelitian dan pengembangan.

b. Koordinasi dan pelaksanaan pengelolaan sumber daya manusia.

c. Koordinasi pelaksanaan pendidikan dan pelatihan serta penelitian dan pengembangan. d. Pengendalian, pengawasan, dan evaluasi pelaksanaan pengelolaan sumber daya

manusia, pendidikan dan pelatihan serta penelitian dan pengembangan. Direktorat Sumber Daya Manusia dan Pendidikan terdiri dari :


(38)

Fauziah Annisa : Laporan Praktek Kerja Profesi Farmasi Rumah Sakit Di RSUP H. Adam Malik Medan, 2009.

a. Bagian Sumber Daya Manusia b. Bagian Pendidikan dan Penelitian c. Instalasi

d. Kelompok Jabatan Fungsional.

D. Direktorat Keuangan

Direktorat Keuangan dipimpin oleh seorang Direktur Keuangan yang berada di bawah dan bertanggung jawab kepada Direktur Utama. Dalam melaksanakan penyusunan program dan anggaran, pengelolaan perbendaharaan, mobilisasi dana, akutansi dan verifikasi. Direktorat Keuangan menyelenggarakan fungsi:

a. Penyusunan rencana program dan anggaran.

b. Koordinasi dan pelaksanaan urusan perbendaharaan dan mobilisasi dan mobilisasi dana, serta akuntani dan verifikasi.

c. Pengendalian, pengawasan, evaluasi dan pelaporan pelaksanaan pengelolaan program dan anggaran, perbendaharaan dan mobilisasi dana, serta akuntansi dan verifikasi.

Direktorat Keuangan terdiri dari : a. Bagian Program dan Anggaran

b. Bagian Perbendaharaan dan Mobilisasi Dana c. Bagian Akuntansi dan Verifikasi

d. Instalasi

e. Kelompok Jabatan Fungsional E. Direktorat Umum dan Operasional

Direktorat Umum dan Operasional dipimpin oleh seorang Direktur Umum dan Operasional yang berada di bawah dan bertanggung jawab kepada Direktur Utama.


(39)

Fauziah Annisa : Laporan Praktek Kerja Profesi Farmasi Rumah Sakit Di RSUP H. Adam Malik Medan, 2009.

Direktur Umum dan Operasional bertugas menangani administrasi umum. Dalam melaksanankan tugas tersebut. Direktorat Umum dan Opreasional menyelenggarakan fungsi:

a. Pengelolaan data dan informasi.

b. Pelaksanaan urusan hukum, organisasi dan hubungan masyarakat c. Pelaksanaan urusan administrasi umum.

Direktur Umum dan Operasional terdiri dari : a. Bagian Data dan Informasi

b. Bagian Hukum, organisasi dan hubungan masyarakat. c. Bagian Umum

d. Instalasi

e. Kelompok Jabatan Fungsional.

F. Unit-Unit Non Struktural 1. Badan Pengawas

Pembentukan, tugas, fungsi, tata kerja, dan keanggotaan Dewan Pengawas ditetapkan berasarkan ketentuan peraturan perundang-undangan yang berlaku.

2. Komite

Komite merupakan wadah non struktural yang terdiri dari tenaga ahli atau profesi yang dibentuk untuk memberikan pertimbangan strategis kepada Direktur Utama dalam rangka meningkatkan dan mengembangkan pelayanan rumah sakit. Komite berada dibawah dan bertanggung jawab kepada Direktur Utama. Komite dipimpin oleh seorang ketua yang diangkat dan diberhentikan oleh Direktur Utama. Di lingkungan RSUP H.


(40)

Fauziah Annisa : Laporan Praktek Kerja Profesi Farmasi Rumah Sakit Di RSUP H. Adam Malik Medan, 2009.

Adam Malik Medan dibentuk dua komite yaitu Komite Medik dan Komite Etik dan Hukum.

Komite medik mempunyai tugas memberikan pertimbangan kepada Direktur Utama dalam hal menyusun standar pelayanan medis, hak klinis khusus kepada Staf Medis Fungsional, program pelayanan pendidikan dan pelatihan, serta penelitian dan pengembangan. Sedangkan kkomite Etik dan Hukum mempunyai tugas memberikan pertimbangan kepada Direktur Utama dalam hal menyusun dan merumuskan medicoetikolegal dan etik pelayanan rumah sakit, penyelesaian masalah etik kedokteran, etik rumah sakit, serta penyelesaian pelanggaran terhadap kode etik pelayanan rumah sakit, pemeliharaan etika penyelenggaraan fungsi rumah sakit, kebijakan yang terkait dengan “Hospital Bylaws” serta “Medical Staff Bylaws”, gugus tugas bantuan hukum dalam penanganan masalah hukum di rumah sakit.

3. Satuan Pemeriksaan Intern

Satuan Pemeriksaan Intern merupakan satuan kerja fungsional yang bertugas melaksanakan pemeriksaan intern rumah sakit. Satuan pemeriksaan intern berada di bawah dan bertanggung jawab kepada Direktur Utama.

4. Instalasi

Instalasi adalah unit pelayanan non struktural yang menyediakan fasilitas dan menyelenggarakan kegiatan pelayanan, pendidikan, dan penelitian rumah sakit. Instalasi berada dibawah dan bertanggung jawab kepada Direktur Utama. Kepala instalasi iangkat dan diberhentikan oleh Direktur Utama. Kepala Instalasi dalam melaksanankan tugasnya dibantu oleh tenaga-tenaga fungsional dan atau non medis.


(41)

Fauziah Annisa : Laporan Praktek Kerja Profesi Farmasi Rumah Sakit Di RSUP H. Adam Malik Medan, 2009.

Kelompok Jabatan Fungsional mempunyai tugas melakukan kegiatan sesuai denganjabatan fungsional masing-masing berdasarkan peraturan perundang-undangan. Kelompok Jabatan Fungsional terdiri dari sejumlah Tenaga Fungsional yang terbagi atas berbagai kelompok jabatan fungsional sesuai dengan bidang keahliannya.

H. Staf Medis Fungsional (SMF)

SMF terdiri dari para dokter umum dan dokter gigi, para dokter spesialis dan sub spesialis, dari disiplin bedah, bedah ortopedi, bedah syaraf, kesehatan anak, kebidanan dan penyakit kandungan, penyakit dalam, jiwa, syaraf, kulit dan kelamin, telinga, hidung dan tenggorok, mata, gigi dan mulut, jantung, paru, anestesi, radiologi, patologi klinik, patologi anatomi, kedokteran kehakiman dan spesialis lain yang diakui pemerintah.

SMF mempunyai tugas melaksanakan diagnosis, pengobatan, pencegahan akibat penyakit, peningkatan dan pemulihan kesehatan, penyuluhan, penelitian, pengembangan, pendidikan dan pelatihan. Dalam melaksanakan tugasnya SMF menggunakan pendekatan tim dan dikelompokkan menurut disiplin keahliannya atau dikelompokkan dengan cara lain berdasarkan pertimbangan khusus. Setiap jenis SMF dikoordinasikan oleh seorang ketua yang dipilih oleh anggota SMF dan merupakan atasan langsung dari anggota SMF yang diangkat oleh Direktur Utama Jenderal Pelayanan Medik Departemen Kesehatan atas usul Direktur Utama RSUP H. Adam Malik.

3.2 Instalasi Farmasi RSUP H. Adam Malik Medan

Berdasarkan Surat Keputusan Direktur Utama RSUP H. Adam Malik Medan No. OT. 01.01.11. 249, Instalasi Farmasi Rumah Sakit Umum Pusat Haji Adam Malik Medan dipimpin oleh seorang apoteker yang bertanggung jawab langsung kepada Direktur Umum dan Operasional setelah Rumah Sakit menerapkan pola pengelolaan keuangan Badan


(42)

Fauziah Annisa : Laporan Praktek Kerja Profesi Farmasi Rumah Sakit Di RSUP H. Adam Malik Medan, 2009.

Layanan Umum (BLU). Sebelum BLU Kepala Instalasi Farmasi Rumah Sakit bertanggung jawab langsung kepada Wakil Direktur Penunjang Medis dan Penelitian.

Instalasi Farmasi RSUP H. Adam Malik merupakan fasilitas untuk melakukan kegiatan peracikan, penyimpanan, penyaluran obat-obatan dan bahan kimia serta penyimpanan dan penyaluran alat kedokteran, alat perawatan, dan alat kesehatan.

Instalasi Farmasi bertugas membantu Direktur Umum dan Operasional untuk menyelenggarakan, mengkoordinasikan, merencanakan, mengawasi dan mengevaluasi seluruh kegiatan pelayanan kefarmasian di RSUP H. Adam Malik Medan.

Untuk menyelenggarakan tugas tersebut, Instalasi Farmasi RSUP H. Adam Malik sesuai SK Direktur Utama RSUP H. Adam Malik Medan No. OT.01.01.11.249 mempunyai fungsi:

- Melaksanakan kegiatan tata usaha untuk menunjang kegiatan Instalasi Farmasi dan melaporkan seluruh kegiatan pelayanan kefarmasian.

- Melaksanakan perencanaan perbekalan farmasi untuk kebutuhan RSUP H. Adam Malik serta melaksanakan evaluasi dan SIMRS (Sistim Informasi Manajemen Rumah Sakit) Instalasi Farmasi.

- Melaksanakan perencanaan, penerimaan, penyimpanan, pendistribusian perbekalan farmasi di gudang Instalasi Farmasi dan memproduksi obat-obat sesuai dengan kebutuhan rumah sakit.

- Mendistribusikan perbekalan farmasi ke seluruh satuan kerja/instalasi di lingkungan RSUP H. Adam Malik Medan baik untuk kebutuhan pasien rawat jalan, rawat inap, gawat darurat dan instalasi-instalasi penunjang lainnya.

- Melaksanakan fungsi pelayanan Farmasi Klinis.


(43)

Fauziah Annisa : Laporan Praktek Kerja Profesi Farmasi Rumah Sakit Di RSUP H. Adam Malik Medan, 2009.

Berdasarkan Surat Keputusan Direktur Utama RSUP H. Adam Malik Medan No. OT.01.01.11.249 tentang Struktur Organisasi dan Tata Kerja Instalasi Farmasi Rumah Sakit Umum Pusat H. Adam Malik tanggal 26 Maret 2005, IFRS dipimpin oleh seorang kepala instalasi. Dalam melaksanakan kegiatan IFRS, kepala instalasi dibantu oleh wakil kepala instalasi, tata usaha, empat kelompok kerja dan empat depo.

Struktur Organisasi Instalasi Farmasi RSUP H. Adam Malik menurut SK Direktur Nomor: OT.01.01.11 tanggal 26 Maret 2005 dapat dilihat pada gambar 3.1 berikut.

Gambar 3.1. Struktur Organisasi Instalasi Farmasi RSUP H. Adam Malik Wadir Penunjang Medis dan Penelitian

Ka. Instalasi Farmasi Wa. Ka. Instalasi Farmasi

Tata Usaha Farmasi

Pokja Perbekalan

Pokja Apotek

Pokja Farmasi Klinis

Pokja Perencanaaan &

Evaluasi

Depo Farmasi Rindu A Depo Farmasi

Rindu B Depo Farmasi

CMU Lt.III Depo Farmasi


(44)

Fauziah Annisa : Laporan Praktek Kerja Profesi Farmasi Rumah Sakit Di RSUP H. Adam Malik Medan, 2009.

3.2.1 Kepala Instalasi Farmasi

Kepala Instalasi Farmasi Rumah Sakit Umum Pusat H. Adam Malik mempunyai tugas memimpin, menyelenggarakan, mengkoordinasi, merencanakan, mengawasi dan mengevaluasi seluruh kegiatan pelayanan kefarmasian terhadap pasien, instalasi pelayanan dan instalasi penunjang lainnya di Rumah Sakit Umum Pusat H. Adam Malik sesuai dengan peraturan perundang-undangan yang berlaku. Dalam melaksanakan tugasnya kepala Instalasi Farmasi berada di bawah dan bertanggung jawab langsung kepada Direktur Umum dan Operasional.

3.2.2 Wakil Kepala Instalasi Farmasi

Wakil Kepala Instalasi Farmasi Rumah Sakit Umum Pusat H. Adam Malik mempunyai tugas membantu Kepala Instalasi Farmasi dalam menyelenggarakan, mengkoordinasikan, merencanakan, mengawasi dan mengevaluasi seluruh kegiatan pelayanan kefarmasian terhadap pasien, instalasi pelayanan dan instalasi penunjang lainnya di Rumah Sakit Umum Pusat H. Adam Malik sesuai dengan peraturan perundang-undangan yang berlaku, menggantikan tugas kepala Instalasi Farmasi apabila kepala Instalasi Farmasi berhalangan hadir.

3.2.3 Tata Usaha Farmasi

Tata Usaha Farmasi berada di bawah dan bertanggung jawab langsung kepada kepala Instalasi Farmasi yang mempunyai tugas membantu kepala Instalasi Farmasi dalam hal mengkoordinasikan kegiatan ketatausahaan, pelaporan, kerumahtanggaan, mengarsipkan surat masuk dan keluar, serta urusan kepegawaian kepala Instalasi Farmasi.


(45)

Fauziah Annisa : Laporan Praktek Kerja Profesi Farmasi Rumah Sakit Di RSUP H. Adam Malik Medan, 2009.

3.2.4 Kelompok Kerja 3.2.4.1 Pokja Perbekalan

Pokja perbekalan dipimpin oleh seorang kepala yang berada di bawah dan bertanggung jawab langsung kepada kepala Instalasi Farmasi Rumah Sakit Umum Pusat H. Adam Malik, mempunyai tugas membantu kepala Instalasi Farmasi dalam hal mengkoordinasikan, membina, melaksanakan perencanaan, penerimaan, penyimpanan, pendistribusian perbekalan farmasi (Alat Kesehatan Habis Pakai (AKHP), instrumen dasar, reagensia, radiofarmasi, obat dan cairan), memproduksi obat-obatan dan pengujian mutu sesuai dengan kebutuhan rumah sakit serta melaksanakan pencatatan, pelaporan dan evaluasi dari setiap pelaksanaan tugas di lingkungan Pokja Perbekalan.

3.2.4.2 Pokja Apotek

Pokja Apotek dipimpin oleh seorang kepala yang berada di bawah dan bertanggung jawab langsung kepada kepala Instalasi Farmasi Rumah Sakit Umum Pusat H. Adam Malik, mempunyai tugas membantu kepala Instalasi Farmasi dalam hal mengkoordinasikan, membina, melaksanakan pelayanan kefarmasian terhadap pasien rawat jalan, rawat inap maupun gawat darurat dan melaksanakan pencatatan, pelaporan dan evaluasi dari setiap pelaksanaan tugas di lingkungan Pokja Apotek.

3.2.4.3 Pokja Farmasi Klinis

Pokja Farmasi Klinis dipimpin oleh seorang kepala yang berada di bawah dan bertanggung jawab langsung kepada kepala Instalasi Farmasi Rumah Sakit Umum Pusat H. Adam Malik, mempunyai tugas membantu kepala Instalasi Farmasi dalam hal mengkoordinasikan, membina, melaksanakan pelayanan Farmasi Klinik dan melaksanakan pendidikan, penelitian dan pengembangan pelayanan kefarmasian serta melaksanakan


(46)

Fauziah Annisa : Laporan Praktek Kerja Profesi Farmasi Rumah Sakit Di RSUP H. Adam Malik Medan, 2009.

pencatatan, pelaporan dan evaluasi dari setiap pelaksanaan tugas di lingkungan Pokja Farmasi Klinis.

3.2.4.4 Pokja Perencanaan dan Evaluasi

Pokja Perencanaan dan Evaluasi dipimpin oleh seorang kepala yang berada di bawah dan bertanggung jawab langsung kepada kepala Instalasi Farmasi Rumah Sakit Umum Pusat H. Adam Malik, mempunyai tugas membantu kepala Instalasi Farmasi dalam hal mengkoordinasikan, membina, melaksanakan perencanaan perbekalan farmasi untuk kebutuhan rumah sakit, melakukan evaluasi kegiatan pelayanan kefarmasian di RSUP H. Adam Malik dan melaksanakan SIMRS Instalasi Farmasi serta melaksanakan pencatatan, pelaporan dan evaluasi dari setiap pelaksanaan tugas di lingkungan Pokja Perencanaan dan Evaluasi.

3.2.4.5 Depo Farmasi Rindu A

Depo Farmasi Rindu A dipimpin oleh seorang kepala yang berada di bawah dan bertanggung jawab langsung kepada kepala Instalasi Farmasi RSUP H. Adam Malik, yang bertugas membantu kepala Instalasi Farmasi dalam hal mengkoordinasikan, membina, melaksanakan perencanaan, penerimaan, penyimpanan, pendistribusian perbekalan farmasi untuk pasien rawat inap di Rindu A secara sistem Unit Dose Dispensing (UDD) dan melaksanakan pencatatan, pelaporan dan evaluasi dari setiap pelaksanaan tugas di lingkungan Depo Farmasi Rindu A.

3.2.4.6 Depo Farmasi Rindu B

Depo Farmasi Rindu B dipimpin oleh seorang kepala yang berada di bawah dan bertanggung jawab langsung kepada kepala Instalasi Farmasi RSUP H. Adam Malik, yang


(47)

Fauziah Annisa : Laporan Praktek Kerja Profesi Farmasi Rumah Sakit Di RSUP H. Adam Malik Medan, 2009.

bertugas membantu kepala Instalasi Farmasi dalam hal mengkoordinasikan, membina, melaksanakan perencanaan, penerimaan, penyimpanan, pendistribusian perbekalan farmasi untuk pasien rawat inap di Rindu B secara sistem Unit Dose Dispensing (UDD) dan melaksanakan pencatatan, pelaporan dan evaluasi dari setiap pelaksanaan tugas di lingkungan Depo Farmasi Rindu B.

3.2.4 Depo Farmasi CMU Lantai III

Depo Farmasi CMU Lt. III dipimpin oleh seorang kepala yang berada di bawah dan bertanggung jawab langsung kepada kepala Instalasi Farmasi RSUP H. Adam Malik, yang bertugas membantu kepala Instalasi Farmasi dalam hal mengkoordinasikan, membina, melaksanakan perencanaan, penerimaan, penyimpanan, pendistribusian perbekalan farmasi untuk kebutuhan pasien Instalasi Bedah Pusat (IBP) dan Instalasi Perawatan Intensif (IPI) secara sistem dosis individual dan sistem floor stock. Selain itu juga melaksanakan pencatatan, pelaporan dan evaluasi dari setiap pelaksanaan tugas di lingkungan Depo Farmasi CMU Lt. III.

3.3 Instalasi Central Sterilized Supply Department (CSSD)

Instalasi Sterilisasi Pusat adalah satu unit kerja yang merupakan fasilitas, penyelenggaraan, kegiatan pelayanan kebutuhan steril yang dipimpin oleh seorang kepala instalasi yang berada dibawah Direktur Umum dan Operasional.

Pelayanan sterilisasi adalah kegiatan yang memproses semua bahan, peralatan dan perlengkapan yang dibutuhkan untuk pelayanan medik di rumah sakit, mulai dari perencanaan, pengadaan, pencucian, pengemasan, pemberian tanda, proses sterilisasi, penyimpanan dan penyalurannya untuk memenuhi kebutuhan rumah sakit.


(48)

Fauziah Annisa : Laporan Praktek Kerja Profesi Farmasi Rumah Sakit Di RSUP H. Adam Malik Medan, 2009.

1. Melakukan sterilisasi instrument dan linen untuk kebutuhan kamar operasi 2. Melakukan sterilisasi untuk kebutuhan IGD

3. Melakukan sterilisasi untuk kebutuhan catheterisasi/bedah jantung 4. Melakukan sterilisasi ruangan dengan fogging dan lampu UV 5. Melakukan re-use dengan gas Etilen Oksida

Sasaran dari kegiatan yang dilakukan adalah tercapainya kebutuhan steril untuk seluruh lingkungan rumah sakit, mencegah terjadinya infeksi nosokomial seminimal mungkin, dan mempertahankan mutu hasil sterilisasi dengan melakukan monitoring terhadap proses dan hasil sterilisasi.

Untuk mendapatkan pelayanan CSSD yang optimal disediakan ruangan yang memadai yang terdiri atas:

- ruang pencucian - ruang kerja

- ruang steril/ penyimpanan barang steril yang memenuhi syarat.

Instalasi Sterilisasi Pusat dikepalai oleh seorang apoteker dan dibantu oleh wakil kepala instalasi, tata usaha dan tiga pokja lainnya.

Kepala instalasi mempunyai tugas menyelenggarakan, mengkoordinasikan, mengatur dan mengawasi seluruh kegiatan dalam perencanaan dan pemenuhan kebutuhan CSSD, menyelenggarakan sterilisasi dan pelayanan kepada unit-unit lain yang membutuhkan perlengkapan steril, menyelenggarakan penelitian dan pengembangan dalam bidang sterilisasi.

Wakil kepala instalasi membantu kepala instalasi dalam menyelenggarakan, mengkoordinasikan, merencanakan serta mengawasi seluruh kegiatan di Instalasi Sterilisasi Pusat. Dalam menunjang tugas dan fungsi CSSD, dibentuk 3 pokja yaitu:


(49)

Fauziah Annisa : Laporan Praktek Kerja Profesi Farmasi Rumah Sakit Di RSUP H. Adam Malik Medan, 2009.

Pokja penyediaan ini bertugas untuk membantu kepala instalasi dalam menyelenggarakan seluruh kegiatan penyediaan dan penerimaan kebutuhan steril di CSSD.

b. Pokja Pencucian dan Sterilisasi

Pokja pencucian dan sterilisasi ini bertugas untuk membantu kepala instalasi dalam menyelenggarakan seluruh kegiatan pencucian dan sterilisasi kebutuhan di CSSD mulai dari pembilasan atau pencucian, pengeringan, pengemasan paket, sterilisasi dan penyimpanan.

c. Pokja Distribusi

Pokja distribusi ini bertugas dalam membantu kepala instalasi dalam menyelenggarakan seluruh kegiatan pendistribusian kebutuhan steril untuk unit IGD, IBP, IPI, Poliklinik, Rindu A, Rindu B.

Tata Usaha bertugas membantu kepala instalasi dalam menyelenggarakan seluruh ketatausahaan dan kerumahtanggaan di CSSD. Struktur Organisasi CSSD dapat dilihat pada gambar 3.2. berikut:

Gambar 3.2. Struktur Organisasi Instalasi Central Sterilized Supply Department (CSSD) RSUP H. Adam Malik Medan

Kepala Instalasi CSSD Wa.Ka. Instalasi

Tata Usaha

Pokja

Pencucian/Sterilisasi

Pokja Distribusi Pokja


(50)

Fauziah Annisa : Laporan Praktek Kerja Profesi Farmasi Rumah Sakit Di RSUP H. Adam Malik Medan, 2009.

3.4 Instalasi Gas Medis

Sesuai SK Direktur Utama Utama RSUP H. Adam Malik Medan No. OT.01.01.11.173 tentang Instalasi Gas Medis, pada tanggal 26 Maret 2005 didirikan Instalasi Gas Medis RSUP H. Adam Malik dengan pertimbangan bahwa gas medis merupakan hal vital di rumah sakit sehingga perlu dipersiapkan pelayanan gas medis yang baik, efektif dan efisien kepada pasien yang membutuhkannya.

Sesuai dengan Peraturan Menteri Kesehatan Nomor: 244/Menkes/Per/III/2008, Instalasi Gas Medis berada dibawah dan bertanggung jawab langsung kepada Direktur Umum dan Operasional, mempunyai tugas membantu Direktur Umum dan Operasional untuk menyelenggarakan, mengkoordinasikan, merencanakan, melaksanakan, mengawasi dan mengevaluasi seluruh kegiatan pelayanan gas medis di RSUP H. Adam Malik Medan. Kepala Instalasi dalam menjalankan tugasnya dibantu oleh:

1. Wakil Kepala Instalasi

Bertugas membantu Kepala Instalasi Gas Medis, dalam memimpin, menyelenggarakan, mengkoordinasikan, merencanakan, mengawasi, mengevaluasi seluruh kegiatan pelayanan gas medis di RSUP H. Adam Malik serta menggantikan tugas Kepala Instalasi Gas Medis bila berhalangan.

2. Ka. Pokja Tata Usaha

Mempunyai tugas melaksanakan dan mengkoordinasikan kegiatan ketatausahaan, kepegawaian dan kerumahtanggaan di lingkungan Instalasi Gas Medis serta membuat laporan kegiatan pelayanan gas medis.

3. Ka. Pokja Perbekalan dan Pendistribusian Gas Medis Mempunyai tugas:


(51)

Fauziah Annisa : Laporan Praktek Kerja Profesi Farmasi Rumah Sakit Di RSUP H. Adam Malik Medan, 2009.

- Menerima dan menyimpan gas medis

- Menyalurkan gas medis ke unit kerja yang membutuhkan - Mengawasi dan memonitor penyaluran gas medis

- Mengevaluasi dan membuat laporan tentang penerimaan dan penyaluran gas medis. 4. Ka. Pokja Pelayanan dan Pemantauan Penggunaan Gas Medis

Mempunyai tugas:

- Melaksanakan koordinasi dengan dokter dan perawat tentang pengaturan pemakaian gas medis oleh pasien

- Bekerjasama dengan perawat dalam pendataan pasien yang menggunakan gas medis

- Mencatat setiap pemakaian gas medis oleh pasien

- Melaksanakan koordinasi dengan Pokja Perbekalan dan Pendistribusian gas medis tentang kebutuhan gas medis

- Memberikan data pemakaian gas medis oleh pasien kepada petugas verifikasi guna penagihan biaya pemakaian gas medis

- Membuat laporan tentang penggunaan gas medis oleh pasien

- Melaksanakan dan mengkoordinasikan kegiatan diklat dan litbang dilingkungan instalasi gas medis.


(52)

Fauziah Annisa : Laporan Praktek Kerja Profesi Farmasi Rumah Sakit Di RSUP H. Adam Malik Medan, 2009.

Struktur Organisasi Instalasi Gas Medis RSUP H. Adam Malik Medan dapat dilihat pada gambar 3.3.

Gambar 3.3. Struktur Organisasi Instalasi Gas Medis RSUP. H. Adam Malik Direktur Umum dan Operasional

Ka. Instalasi Gas Medis Wa.Ka. Instalasi Gas Medis

Tata Usaha Gas Medis

Pokja Perbekalan & Pendistribusian Gas

Pokja Pelayanan & Pemantauan Penggunaan Gas Medis


(53)

Fauziah Annisa : Laporan Praktek Kerja Profesi Farmasi Rumah Sakit Di RSUP H. Adam Malik Medan, 2009.

BAB IV

HASIL DAN PEMBAHASAN

4.1 Rumah Sakit Umum Pusat H. Adam Malik Medan

Rumah Sakit Umum Pusat H. Adam Malik Medan adalah rumah sakit umum kelas A yang berada dibawah departemen kesehatan RI dan merupakan pusat rujukan untuk wilayah Sumatera Utara, Aceh, Sumatera Barat dan Riau. Pasien yang datang ke RSUP.H. Adam Malik adalah pasien Jamkesmas, pasien Askes, dan pasien umum.

Sejak bulan Juli 2007 pelayanan kefarmasian untuk pasien yang berasal dari keluarga miskin (Pasien Jamkesmas) di RSUP H. Adam Malik Medan dikelola oleh Instalasi Farmasi sesuai dengan keputusan menteri kesehatan yang dituangkan dalam SK No.417/Menkes/SK/IV/2007 tanggal 1 Juli 2007. Pelayanan obat untuk pasien Jamkesmas mengacu kepada daftar obat yang diterbitkan oleh mentri kesehatan yang disebut dengan MANLAK. MANLAK merupakan suatu pedoman pelayanan obat untuk pasien Jamkesmas. Pemerintah menanggung semua biaya pengobatan dan perawatan untuk pasien Jamkesmas tanpa dipungut biaya. Pelayanan kesehatan yang diberikan kepada pasien Askes megacu kepada Daftar Plafon dan Harga Obat (DPHO) yang diterbitkan oleh PT. Askes. Rumah sakit hanya melayani pengobatan pasien Askes berdasarkan DPHO yang telah ditetapkan. Pengadaan obat untuk pasien Jamkesmas dan pasien Askes dilaksanakan oleh rumah sakit melalui Instalasi Farmasi.

4.2 Instalasi Farmasi Rumah Sakit

Instalasi Farmasi Rumah Sakit RSUP. H. Adam Malik melaksanakan berbagai pelayanan sesuai dengan standar Farmasi di rumah sakit, yaitu:


(54)

Fauziah Annisa : Laporan Praktek Kerja Profesi Farmasi Rumah Sakit Di RSUP H. Adam Malik Medan, 2009.

a. Pelayanan Farmasi Minimal 1. Perencanaan perbekalan farmasi

2. Pengadaan perbekalan farmasi baik melalui pembelian atau droping 3. Penerimaan perbekalan farmasi

4. Penyimpanan perbekalan farmasi 5. Produksi dan pengemasan kembali

6. Distribusi dan penyerahan untuk pasien rawat jalan dan inap b. Pelayanan Farmasi Klinis

1. Melakukan konseling 2. Pelayanan Informasi obat 3. Monitoring Efek Samping Obat

4. Melakukan visite ke ruangan rawat inap

5. Melakukan penyuluhan terhadap pasien rawat jalan, penyediaan informasi dan edukasi bagi staf medik, tenaga kesehatan lainnya dan pasien.

6. Pengembangan dan penelitian

4.2.1 Kelompok Kerja Perbekalan

Pokja perbekalan mempunyai tugas merencanakan, menerima, menyimpan, mendistribusikan, memproduksi perbekalan farmasi, serta melaksanakan pencatatan, pelaporan dan evaluasi dari setiap pelaksanaan tugas di lingkungan Pokja Perbekalan.

Perbekalan farmasi yang masuk diterima oleh Panitia Penerima Barang, bersama-sama dengan Bendaharawan Barang menerima, memeriksa dan meneliti keadaan perbekalan farmasi, disesuaikan dengan surat pengantar barang (SPB) dan surat pesanan (SP), bila sesuai perbekalan farmasi diserahkan ke Instalasi Farmasi melalui Pokja


(55)

Fauziah Annisa : Laporan Praktek Kerja Profesi Farmasi Rumah Sakit Di RSUP H. Adam Malik Medan, 2009.

Perbekalan. Kemudian dibuat berita acara, Petugas pokja Perbekalan menerima dan mencatat pada buku penerima perbekalan farmasi. Selanjutnya perbekalan farmasi yang diterima, disimpan sesuai dengan sifatnya (obat termolabil di lemari es); bentuk sediaan (oral, injeksi, infus, salep); bahan baku obat (mudah menguap/terbakar); obat narkotika dan psikotropik dalam lemari khusus dan terkunci, dan disusun secara alfabetis dengan sistem First In First Out (FIFO) dan First Expired First Out (FEFO).

Instalasi Farmasi RSUP. H. Adam Malik memiliki 4 gudang perbekalan untuk menyimpan perbekalan farmasi, yaitu:

1. Gudang obat dan radiofarmasi.

2. Gudang reagensia, cairan repacking dan bahan baku. 3. Gudang AKHP dan Instrumen.

4. Gudang perbekalan farmasi ASKES.

Pokja perbekalan melakukan kegiatan produksi sediaan farmasi. Menurut Standar Pelayanan Farmasi di Rumah Sakit tahun 2004, yang dimaksud dengan produksi adalah kegiatan membuat, merubah bentuk, dan pengemasan kembali sediaan farmasi steril atau nonsteril untuk memenuhi kebutuhan pelayanan kesehatan di rumah sakit. Kegiatan produksi yang dilakukan adalah membuat antara lain Alkohol 70%, H2O2 3% dan

formalin mengubah menjadi kemasan yang lebih kecil (repacking) antara lain Isodin, Hydrex.

Pendistribusian perbekalan farmasi dilakukan untuk memenuhi kebutuhan perbekalan farmasi di unit-unit pelayanan seperti:

1. Depo Farmasi seperti Rindu A, Rindu B, CMU Lt III dan Apotek. 2. User lainnya seperti poli-poli rawat jalan.

Administrasi yang dilakukan meliputi mencatat perbekalan farmasi yang masuk dan yang keluar ke buku penerimaan dan pengeluaran barang serta ke kartu stok. Pokja


(56)

Fauziah Annisa : Laporan Praktek Kerja Profesi Farmasi Rumah Sakit Di RSUP H. Adam Malik Medan, 2009.

Perbekalan juga membuat laporan mutasi barang, laporan narkotik serta melakukan stok opname setiap bulan dan diakhir tahun.

4.2.2 Kelompok Kerja Farmasi Klinis

Pelayanan farmasi klinis merupakan perwujudan keahlian profesional apoteker dalam bidang kesehatan yang bertanggung jawab untuk meningkatkan keamanan, kemanfaatan, dan kerasionalan penggunaan terapi obat bagi pasien. Pelayanan ini memerlukan hubungan profesional antara apoteker, penderita, dokter, perawat dan lain-lain yang terlibat memberikan perawatan kesehatan (Siregar & Amalia, 2004).

Dari pengamatan yang dilakukan, kegiatan pelayanan farmasi klinis yang telah dilaksanakan berdasarkan Self Assesment Farmasi Rumah Sakit adalah: melaksanakan konseling, melaksanakan pelayanan informasi obat baik secara aktif maupun secara pasif, monitoring efek samping obat, dan pemantauan penggunaan obat. Pokja farmasi klinis juga telah melaksanakan kegiatan lain seperti: melaksanakan visite bersama-sama dengan dokter dan perawat, bekerjasama dengan PKMRS melaksanakan penyuluhan rutin bagi pasien rawat jalan maupun pasien rawat inap dan menyelenggarakan, mengkoordinasikan serta bertanggung jawab terhadap pendidikan dan pelatihan di instalasi farmasi. Kegiatan pelayanan farmasi klinis seperti pencampuran obat suntik secara aseptis, penanganan obat sitostatika, penyiapan TPN (Total Perenteral Nutrition) dan pemantauan kadar obat dalam darah belum dilaksanakan oleh farmasis. Pencampuran obat suntik masih dilakukan oleh perawat sesuai instruksi dokter.

Dalam rangka peningkatan pelayanan farmasi klinis di RSUP H. Adam Malik Medan, diperlukan peningkatkan kompetensi apoteker dalam bidang tersebut dengan memberi kesempatan pendidikan khusus farmasi klinis dengan pembiayaan dari rumah


(57)

Fauziah Annisa : Laporan Praktek Kerja Profesi Farmasi Rumah Sakit Di RSUP H. Adam Malik Medan, 2009.

sakit ataupun bekerjasama dengan pihak lain dalam mengadakan pelatihan dan seminar-seminar.

4.2.3 Kelompok Kerja Perencanaan dan Evaluasi

Pokja Perencanaan dan Evaluasi mempunyai tugas melaksanakan perencanaan perbekalan farmasi untuk kebutuhan rumah sakit, melakukan evaluasi kegiatan pelayanan kefarmasian di RSUP H. Adam Malik dan melaksanakan SIMRS Instalasi Farmasi serta melaksanakan pencatatan, pelaporan dan evaluasi dari setiap pelaksanaan tugas dilingkungan pokja perencanaan.

Menurut Standar Pelayanan Farmasi di Rumah Sakit tahun 2004, perencanaan dilakukan sebagai pedoman dalam merencanakan kebutuhan perbekalan farmasi yang bertujuan untuk menentukan jenis dan jumlah perbekalan farmasi yang sesuai dengan kebutuhan dan anggaran, untuk menghindari kekosongan obat, dan meningkatkan efisiensi penggunaan perbekalan farmasi dengan menggunakan metode yang dapat dipertanggungjawabkan dan dasar-dasar yang telah ditentukan antara lain konsumtif, epidemologi atau kombinasi keduanya.

Berdasarkan hasil pengamatan, Pokja Perencanaan dan Evaluasi sudah melakukan perencanaan perbekalan farmasi untuk kebutuhan RSUP H. Adam Malik dengan menggunakan metode konsumtif. Metode ini didasarkan pada analisa data konsumsi obat sebelumnya. Data yang diperlukan untuk perencanaan diperoleh dari laporan yang diberikan oleh depo-depo farmasi, laporan bulanan pokja perbekalan serta rencana tahunan dari masing-masing depo farmasi. Pokja Perencanaan dan Evaluasi juga melaksanakan pencatatan, pelaporan dan evaluasi dari setiap pelaksanaan tugas di lingkungan pokja perencanaan. Untuk evaluasi kegiatan pelayanan kefarmasian di RSUP H. Adam Malik


(1)

Lampiran 4. Tabel hasil diagnosa dan terapi

No Pengamatan

Tanggal

Keterangan

8/2/2009 9/2/2009 10/2/2009 11/2/2009 12/2/2009 13/2/2009 14/2/2009 1 Kedaan umum

Sensorium CM CM CM CM CM CM CM CM= Compos

Mentis

Suhu Tubuh 38 37 37 37 36,1 36,5 37

°C

HR 80 78 80 80 78 80 80 (kali/ menit)

RR 22 22 20 20 22 22 22 (kali/ menit)

TD 110/60 110/60 110/70 130/80 130/70 130/80 130/80 (mmHg)

2 Diagnosa Ampullary Tumor + Cholestasis + Pangastritis

3 Penatalaksanaan

Dextrosa 5%

20 tetes/menit

NaCl 0,9 %

20 tetes/menit

Trunal DX

2x1

Levofloxacin

1x1

Urdahex

3x1

Questran

3x1

Primperan

3x1

Omeprazol

2x1

Ultracet

3x1


(2)

Lampiran 5. Lembar Penilaian PPOSR

Nama

: BP

Tanggal Diagnosis Terapi Obat RASIONALITAS Keterangan

Indikasi Obat Penderita Dosis Saat Interval Lama

Pemberian

Nama Obat Kekuatan Dosis

Sehari

Cara Pemberian

Pemberian Pemberian

R TR R TR R TR R TR R TR R TR R TR

8/2/2009 Ampullary tumor + cholestasis

Dextrosa 5% - 20

gtt/menit

Infus

Trunal DX 50 mg 2x1 Oral √ √ √ √ √ √ √

Levofloxacin 250 mg 1x1 Oral √ √ √ √ √ √ √

Urdahex 250 mg 3x1 Oral √ √ √ √ √ √ √

Questran 4 gram/bungkus 3x1 Oral √ √ √ √ √ √ √

9/2/2009 Ampullary tumor + cholestasis

NaCL 0,9 % - 20

gtt/menit

Infus

Trunal DX 50 mg 2x1 Oral √ √ √ √ √ √ √

Levofloxacin 250 mg 1x1 Oral √ √ √ √ √ √ √

Urdahex 250 mg 3x1 Oral √ √ √ √ √ √ √

Questran 4 gram/bungkus 3x1 Oral √ √ √ √ √ √ √

Primperan 5 mg 3x1 Oral √ √ √ √ √ √ √

Omeprazol 20 mg 2x1 Oral √ √ √ √ √ √ √

10/2/2009 Ampullary tumor + cholestasis

NaCL 0,9 % - 20

gtt/menit

Infus

Trunal DX 50 mg 2x1 Oral √ √ √ √ √ √ √

Levofloxacin 250 mg 1x1 Oral

Urdahex 250 mg 3x1 Oral √ √ √ √ √ √ √

Questran 4 gram/bungkus 3x1 Oral √ √ √ √ √ √ √

Primperan 5 mg 3x1 Oral √ √ √ √ √ √ √

Omeprazol 20 mg 2x1 Oral √ √ √ √ √ √ √


(3)

Lanjutan Lembar Penilaian PPOSR

Tanggal Diagnosis Terapi Obat RASIONALITAS Keterangan

Indikasi Obat Penderita Dosis Saat Interval Lama

Pemberian

Nama Obat Kekuatan Dosis

Sehari

Cara Pemberian

Pemberian Pemberian

R TR R TR R TR R TR R TR R TR R TR

11/2/2009 Ampullary tumor + cholestasis + pangastritis

NaCL 0,9 % - 20

gtt/menit

Infus

Trunal DX 50 mg 2x1 Oral √ √ √ √ √ √ √

Levofloxacin 250 mg 1x1 Oral √ √ √ √ √ √ √

Urdahex 250 mg 3x1 Oral √ √ √ √ √ √ √

Questran 4 gram/bungkus 3x1 Oral √ √ √ √ √ √ √

Primperan 5 mg 3x1 Oral √ √ √ √ √ √ √

Omeprazol 20 mg 2x1 Oral √ √ √ √ √ √ √

12/2/2009 Ampullary tumor + cholestasis + pangastritis

NaCL 0,9 % - 20

gtt/menit

Infus

Levofloxacin 250 mg 1x1 Oral √ √ √ √ √ √ √

Urdahex 250 mg 3x1 Oral √ √ √ √ √ √ √

Questran 4 gram/bungkus 3x1 Oral √ √ √ √ √ √ √

Primperan 5 mg 3x1 Oral √ √ √ √ √ √ √

Omeprazol 20 mg 2x1 Oral √ √ √ √ √ √ √

Ultracet Tramadol HCl 37,5 mg Asetaminofen 325 mg

3x1 Oral

13/2/2009 Ampullary tumor + cholestasis + pangastritis

NaCL 0,9 % - 20

gtt/menit

Infus

Levofloxacin 250 mg 1x1 Oral √ √ √ √ √ √ √

Urdahex 250 mg 3x1 Oral √ √ √ √ √ √ √

Questran 4 gram/bungkus 3x1 Oral √ √ √ √ √ √ √

Primperan 5 mg 3x1 Oral √ √ √ √ √ √ √

Omeprazol 20 mg 2x1 Oral √ √ √ √ √ √ √

Ultracet Tramadol HCl 37,5 mg Asetaminofen 325 mg


(4)

Lanjutan Lembar Penilaian PPOSR

Tanggal Diagnosis Terapi Obat RASIONALITAS Keterangan

Indikasi Obat Penderita Dosis Saat Interval Lama

Pemberian

Nama Obat Kekuatan Dosis

Sehari

Cara Pemberian

Pemberian Pemberian

R TR R TR R TR R TR R TR R TR R TR

14/2/2009 Ampullary tumor + cholestasis + pangastritis

Levofloxacin 250 mg 1x1 Oral √ √ √ √ √ √ √

Urdahex 250 mg 3x1 Oral √ √ √ √ √ √ √

Questran 4 gram/bungkus 3x1 Oral √ √ √ √ √ √ √

Primperan 5 mg 3x1 Oral √ √ √ √ √ √ √

Omeprazol 20 mg 2x1 Oral √ √ √ √ √ √ √

Ultracet Tramadol HCl 37,5 mg Asetaminofen 325 mg

3x1 Oral


(5)

(6)