BAB 6 PEMBAHASAN
Penelitian eksperimental laboratorium secara in vitro mengenai ekstrak buah mahkota dewa terhadap Enterococcus faecalis adalah untuk membuktikan bahwa ekstrak
buah mahkota dewa memiliki efek antibakteri dalam hal menghambat pertumbuhan E.faecalis. Ekstraksi buah mahkota dewa dilakukan dengan menggunakan pelarut etanol.
Pelarut etanol diketahui lebih aman tidak bersifat toksik dibandingkan dengan menggunakan pelarut metanol. Buah mahkota dewa yang dipakai adalah buah mahkota
dewa yang masih segar, bertujuan untuk menghindari rusaknya kandungan zat akibat proses enzimatis. Buah mahkota dewa yang dipergunakan sebanyak 800 gram karena diperkirakan
akan dapat menghasilkan ekstrak kental buah mahkota dewa yang cukup untuk melakukan pengujian antibakteri terhadap E. Faecalis. Buah mahkota dewa terlebih dahulu diiris kecil
dengan tujuan untuk mempercepat proses maserasi. Dalam proses pengirisan, bagian tanaman yang diiris adalah buah mahkota dewa, tanpa bijinya, karena biji tanaman mahkota
dewa mengandung toksik. Sampel buah mahkota dewa yang diiris kecil akan memperbanyak permukaan serta memperpendek jarak antar sel sehingga bahan coba dapat
berkontak langsung dan lebih banyak dengan pelarut etanol sehingga pelarut etanol akan dapat dengan sempurna berdifusi ke dalam molekul – molekul senyawa buah mahkota
dewa. Untuk menghindari terjadinya pembusukan, buah dengan kadar air yang tinggi terlebih dahulu harus dikeringkan dalam lemari pengering.
Dalam hal ini, kandungan berupa senyawa aktif buah mahkota dewa tahan terhadap pengeringan. Irisan kering buah mahkota dewa kemudian dihaluskan hingga menjadi serbuk
Universitas Sumatera Utara
yang disebut simplisia lalu dimaserasi selama 3 jam dengan pelarut etanol. Metode ekstraksi yang dipilih adalah maserasi, alasannya karena pelaksanaannya sederhana serta untuk
mengurangi kemungkinan terjadinya penguraian zat aktif yang terkandung dalam buah mahkota dewa oleh pengaruh suhu, karena dalam maserasi tidak ada proses pemanasan.
Tujuan maserasi adalah untuk memberi kesempatan pada simplisia untuk berdifusi ke dalam pelarut. Kemudian diperkolasi hingga diperoleh 2,5 liter maserat cair, yang akan dilakukan
penguapan menggunakan Vaccum Rotary Evaporator yang bekerja dengan menurunkan tekanan udara dari tekanan udara luar menjadi 1 ATM, sehingga tekanan uap pelarut serta
titik didih pelarut menurun. Penurunan tekanan akan berbanding lurus dengan penurunan temperatur sehingga menghindari terjadinya penguraian kandungan kimia yang diekstraksi.
Berdasarkan penelitian yang telah ada sebelumnya, yaitu efek antibakteri infusum daun mahkota dewa, maka dalam penelitian ini dipakai buah mahkota dewa karena adanya
kandungan senyawa yang sama yang bekerja pada daun dan buah sebagai antibakteri. Acuan pustaka yang ada telah menyebutkan bahwa tanaman marga Phaleria umumnya
memiliki aktifitas antibakteri dan telah diketahui bahwa biji mahkota dewa bersifat toksik sedangkan buahnya tidak, dengan potensi penghambatan yang lebih besar dibandingkan
daunnya.
7,30
Dalam hal ini, senyawa aktif mahkota dewa yang berkhasiat sebagai antibakteri adalah saponin, alkaloid, dan tanin.
8
Kemungkinan akan adanya efek antibakteri dari senyawa aktif ekstrak buah mahkota dewa saponin sebagai deterjen
yang memiliki molekul ampifatik mengandung bagian hidrofilik dan hidrofobik yang dapat melarutkan protein membran. Ujung hidrofobik saponin berikatan pada
regio hidrofobik protein membran sel dengan menggeser sebagian besar unsur lipid
Universitas Sumatera Utara
yang terikat. Ujung hidrofilik saponin merupakan ujung yang bebas akan membawa protein ke dalam larutan sebagai kompleks deterjen-protein sehingga sel bakteri
menjadi lisis. Sifat saponin adalah membentuk busa yang stabil dalam larutan air, serta
mengandung makna kadar racun yang tinggi. Akan tetapi, pada saat sampel buah mahkota dicuci hanya membentuk busa yang relatif sangat sedikit. Hal ini
membuktikan kemungkinan adanya kandungan saponin dengan konsentrasi yang rendah pada buah mahkota dewa, dan bermakna toksisitas rendah.
Jika dikaitkan dengan hasil pengujian antibakteri E.faecalis, kemungkinan adanya senyawa lainnya dari ekstrak etanol buah mahkota dewa yang bekerja sebagai
antibakteri, seperti tannin dan alkaloid. Adanya tanin adalah sebagai polifenol dan bagian dari senyawa fenolik kompleks tanaman yang berfungsi mengikat dan
mengendapkan protein, sehingga diduga senyawa aktif tanin juga bekerja sebagai antibakteri. Seluruh senyawa dari ekstrak etanol buah mahkota dewa yang berfungsi
sebagai antibakteri adalah termasuk senyawa yang tahan terhadap suhu pengeringan. Pengujian efek antibakteri dilakukan dengan metode dilusi, pengenceran agar
dalam gelas petri, dengan mengetahui nilai MIC Minimum Inhibitory Concentration yaitu mengamati perubahan kekeruhan yang terjadi pada suspensi yang telah
diinkubasi 37 C selama 24 jam dan nilai MBC Minimum Bactericidal
Concentration dari bahan coba dengan perhitungan jumlah koloni yang terbentuk. Sesuai dengan media pembenihan yang dipergunakan, yaitu MHA Mueller Hinton
Agar, maka bakteri E. Faecalis yang diinkubasi selama 24 jam akan tumbuh maksimal. Dengan metode ini bahan coba dapat berkontak langsung dengan
Universitas Sumatera Utara
mikroorganisme, sehingga hasil yang diperoleh lebih akurat. Pada penelitian tersebut, menggunakan metode dilusi pengenceran ganda yang besarnya setengah dari
konsentrasi awal yaitu konsentrasi 100, 50, 25, 12,5 dan 6,25. Setiap konsentrasi dilakukan replikasi 6 sampel sehingga didapat jumlah sampel yang
digunakan baik pada penentuan nilai MIC dan MBC masing – masing adalah 32 sampel. Jumlah sampel tersebut telah memenuhi standar penelitian yaitu 25 sampel.
Penentuan konsentrasi tersebut disesuaikan berdasarkan standard konsentrasi pengujian antibakteri yang ada di laboratorium Tropical Disease , UNAIR. Pengujian
dimulai dari konsentrasi terbesar yaitu 100, kemudian dilakukan pengenceran ganda hingga pada konsentrasi 6,25.
Efek antibakteri dari ekstrak etanol buah mahkota dewa dengan konsentrasi 100
sangat kental terhadap E.faecalis akan secara langsung membunuh bakteri karena tingginya konsentrasi antibakteri yang terkandung di dalamnya. Demikian juga yang terjadi
pada konsentrasi 50, 25, dan 12,5 yaitu senilai 0 CFUml. Sedangkan pada konsentrasi 6,25 yang telah dilakukan pengenceran akan semakin mengurangi daya hambat terhadap
pertumbuhan bakteri dilihat dari terbentuknya koloni bakteri 56x2x10
9
CFUml pada replikasi 1.
Hasil penelitian menunjukkan, bahwa bahan coba yaitu ekstrak buah mahkota dewa memiliki efek antibakteri terhadap E.faecalis dengan pengukuran nilai MIC dan MBC bahan
coba. Efek antibakteri bahan coba dilihat dari besar nilai MIC dan MBC bahan coba terhadap pertumbuhan bakteri, dengan jumlah bakteri yang sama untuk setiap perlakuan yaitu 10
9
CFUml. Nilai minimum ditunjukkan pada bahan coba dengan konsentrasi 12,5 yaitu 0 CFUml. Pada ekstrak etanol mahkota dewa dengan konsentrasi 12,5 adalah konsentrasi
Universitas Sumatera Utara
minimal yang dibuktikan dengan diperoehnya nilai MBC 0 CFUml pada media pembenihan. Hal ini mungkin terjadi karena ekstrak saat berkontak dengan pelarut dapat terurai dan
berdifusi pada membran sel E.faecalis dan menghasilkan efek antibakteri yang dapat menghambat pertumbuhan bakteri E.faecalis.
Dari hasil penelitian terbukti bahwa bahan coba ekstrak etanol buah mahkota dewa memiliki efek antibakteri terhadap bakteri E.faecalis dilihat dari konsentrasi
MIC dan MBC bahan tersebut yaitu pada konsentrasi 12,5. Bahkan hal ini juga dibuktikan dengan melihat perbandingan jumlah koloni yang terbentuk pada
konsentrasi 6,25 jauh lebih kecil jika dibandingkan dengan jumlah koloni pada kontrol Mc Farland yang diinkubasi 24 jam yaitu 132x2x10
15
CFUml. Akan tetapi, kemungkinan masih adanya konsentrasi lain diantara 6,25 - 12,5 yang dapat
membunuh E.faecalis, sehingga perlu dilakukan pengujian antibakteri dengan metode lain. Selain itu, rendahnya kandungan saponin yang juga memiliki makna toksisitas
racun dalam ekstrak etanol buah mahkota dewa dapat menjadi pertimbangan penggembangan ekstrak tersebut sebagai salah satu alternatif bahan medikamen
saluran akar. Dalam pengaplikasianya, ekstrak etanol buah mahkota dewa kemungkinan akan dapat dipergunakan sebagai bahan vehicle transport yang
digabungkan dengan CaOH
2
. Pada akhir penelitian , tidak dilakukan uji statistik terhadap hasil yang didapat, karena nilai yang didapat pada konsentrasi 100, 50,
25,12,5 dan 6,25 telah memiliki perbedaan yang jelas antar konsentrasi.
Universitas Sumatera Utara
BAB 7 KESIMPULAN DAN SARAN