dengan pelaksanaan hak dan kewajiban tersebut . Dalam kasus tersebut
19
dana yang dikeluarkan lebih besar daripada yang seharusnya sehingga terkait dengan adanya kerugian keuangan Negara.
Dalam kaitannya pengadaan barang dan jasa ini, yang peneliti ketahui belum ada yang membahasnya di Universitas Padjajaran Bandung,
sehingga karya ini merupakan karya pertama. Oleh karena itu peneliti tertarik untuk membahas permasalahan ini,
“PENERAPAN PRINSIP EFEKTIF, EFISIEN, EKONOMIS PADA PENGADAAN BARANG DAN JASA DI KEMENTERIAN
KESEHATAN DALAM ALAT KESEHATAN”
B. Indetifikasi Masalah
1. Bagaimana penerapan prinsip efektif, efesien dan ekonomis dalam pengadaan alat kesehatan di Kementerian Kesehatan?
2. Apakah tindakan pengadaan barang dan jasa pada alat kesehatan dianggap sebagai perbuatan onrechtmatige overheidsdaad?
C. Tujuan Penelitian
1. Memperoleh kepastian dalam penerapan prinsip efektif, efesien dan ekonomis dalam pengadaan barang dan jasa.
Pasal 1 angka 1 Undang-Undang Nomor 17 tahun 2003 tentang Keuangan Negara.
19
2. Menemukan kriteria tindakan onrechtmatige overheidsdaad dari
pejabat Negara.
D. Kegunaan Penelitian
Penelitian yang dilakukan ini diharapkan dapat membawa kegunaan secara teoritis dan secara praktis:
1. Secara teoritis: Menambah referensi di bidang Hukum Keuangan Negara,
dengan dapat mengetahui ketentuan-ketentuan yang sesuai. 2. Secara praktis
Memberikan solusi bagi para pejabat pemerintahan apabila adanya persoalan mengenai Pengadaan Barang dan Jasa yang
membutuhkan kebijakannya.
E. Kerangka Pemikiran
Hukum adalah tata aturan order sebagai suatu sistem aturan- aturan rules tentang kaitannya dengan perilaku manusia, oleh karena itu
hukum tidak menunjuk pada satu aturan tunggal, tetapi seperangkat aturan yang memiliki satu kesatuan sehingga dapat dipahami sebagai suatu
sistem . Hukum adalah suatu tata aturan tentang perilaku manusia tidak
20
berarti bahwa tata hukum hanya tentang perilaku manusia tapi berkaitan juga dengan kondisi tertentu yang terkait dengan perilaku manusia .
21
Negara Hukum atau lebih dikenal dengan konsep rechtstaat lahir dari suatu perjuangan menentang absolutisme sehingga sifatnya
revolusioner, Konsep rechtstaat ini lebih berkembang di negara atau yang memiliki sistem hukum civil law.
22
Dalam sistem hukum civil law inilah memunculkan cabang hukum baru droit administratif dan inti dari hubungan mengenai administrasi
dengan rakyat. Sedangkan di negara common law semakin berkembangnya peranan hakim dan peradilan. Dan memunculkan pembatasan kekuasaan
di sistem civil law pembatasan kekuasaan adminitrasi di common law pembatasan kekuasaan hakim atau peradilan.
23
Konsep Negara Hukum yang diselenggarakan di Indonesia melalui mekanisme demokrasi, dan tergolong sebagai Negara hukum demokratis .
24
Hukum yang dijadikan aturan spelregel dalam penyelenggaraan Negara
Jimly Asshiddiqie dan M. Ali Safa’at, Teori Hans Kelsen tentang Hukum, Jakarta:
20
Konstitusi Press, Juli 2012, hlm.13 Ibid.
21
Philipus M.Hadjon, makalah Ide Negara Hukum dalam Sistem Ketatanegaraan
22
Republik Indonesia yang dibukukan dengan judul Kedaulatan Rakyat, Hak Asasi Manusia dan Negara Hukum, Perpustakaan Nasional: Katalog Dalam Terbitan KDT, Jakarta, 1996, hlm.76.
Ibid.
23
Ridwan HR, Hukum Adminitrasi Negara, Jakarta: Rajawali Press, Cetakan ke-8, 2013,
24
hlm 20.
d a n p e m e r i n t a h a n s e r t a u n t u k m e n g a t u r h u b u n g a n h u k u m rechtsbetrekking antara penyelenggaraan Negara dan pemerintahan di
Indonesia adalah Hukum Tata Negara dan Hukum Administrasi Negara .
25
Dalam Negara hukum, hukum ditempatkan sebagai aturan main dalam penyelenggaraan kenegaraan, pemerintahan, dan kemasyarakatan,
sementara tujuan hukum itu sendiri adalah untuk menata masyarakat yang damai, adil dan bermakna . Oleh karena itu eksistensi hukum dijadikan
26
sebagai instrument dalam menata kehidupan kenegaraan, pemerintahan, dan kemasyarakatan .
27
Landasan Negara hukum menjamin perlindungan hukum terhadap kekuasaan pemerintahan. Asas-asas umum Negara hukum yang langsung
berkaitan dengan jaminan perlindungan hukum bagi masyarakat terhadap kekuasaan pemerintahan adalah :
28
a. Asas legalitas rechtmatigheid van bestuur b. Perlindungan hak asasi manusia grondrechten
c. P e m b a g i a n k e k u a s a a n d i b i d a n g p e m e r i n t a h a n machtsverdeling
d. Pengawasan oleh pengadilan rechterlijke controle
Ibid.
25
Ibid. hlm 22
26
Ibid.
27
Philipus M.Hadjon, et al, Hukum Administrasi dan Tindak Pidana Korupsi,
28
Yogyakarta: Gadjah Mada University Press, cetakan kedua, 2012, hlm.6
Dalam penyelenggaraan kenegaraan, Hukum Tata Negara tidak dapat sepenuhnya dilaksanakan secara efektif, atau dalam kaitannya
dibutuhkan hukum lain yang bersifat lebih teknis yaitu Hukum Administrasi Negara .
29
Hukum Administrasi memiliki pergertian secara umum: “It is the system of general legal principles that
lawmaker and judges have devised over the years to legitimate, as well as to control, the actions of
administrative agencies.”
30
Pengertian secara umum tersebut dapat diartikan bahwa Hukum Administrasi mengatur tindakan pejabat Negara atau pejabat administrasi.
Berkaitan dengan kewenangan seorang pejabat administrasi dalam melakukan atau menjalankan tugasnya H.D. Van WijkWillem
sebagaimana yang dikutip Ridwan HR, mendefinisikan sebagai berikut:
31
a. Atribusi adalah pemberian wewenang pemerintah oleh pembuat undang-undang kepada organ pemerintah.
b. Delegasi adalah pelimpahan wewenang pemerintahan dari satu organ pemerintahan kepada organ pemerintahan
lainnya.
Ibid.
29
Keith Werhan, Principles of Administrative Law, United States of America, 2008, hlm.
30
2 Ridwan HR, op.cit, hlm. 102.
31
c. Mandat terjadi ketika organ pemerintahan mengijinkan kewenangannya dijalankan oleh organ lain atas namanya.
Dalam menjalankan tugasnya sebagai pejabat Negara atau yang mempunyai kewenangan. Pemberian kewenangan atau keputusan ini
hendaknya memperhatikan tiga asas hukum, yakni:
32
1 Asas yuridiktias rechtmatigheid, keputusan tidak boleh melanggar hukum.
2 Asas legalitas wetmatigheid, keputusan harus di ambil dengan berdasarkan undang-undang.
3 Asas diskresi, artinya pejabat tidak boleh menolak mengambil keputusan dengan alasan “tidak adanya
peraturan.” Berkaitan dengan memberikan keputusan atau kebijakan, pejabat
Negara juga perlu memperhatikan asas umum penyelenggaraan Negara yang baik atau good governance, yaitu :
33
1 Asas Kepastian Hukum
S. Prajudi Atmosudirjo, Hukum Administrasi Negara, Jakarta: Ghalia Indonesia,
32
Cetakan ke-10: 1994, hlm. 89 Undang-Undang Nomor 28 tahun 1999 tentang Penyelenggaraan Negara yang Bersih
33
dari Kolusi, Korupsi, dan Nepotisme, Pasal 3.
Asas dalam Negara hukum yang mengutamakan landasan peraturan perundang-undangan, kepatutan, dan keadilan
dalam setiap kebijakan penyelenggaraan Negara .
34
2 Asas Tertib Penyelenggaraan Negara Asas yang menjadi landasan keteraturan, keserasian, dan
keseimbangan dalam pengendalian penyelenggaraan Negara .
35
3 Asas Kepentingan Umum Mendahulukan kesejahteraan umum dengan cara yang
aspiratif, akomodatif dan selektif .
36
4 Asas Keterbukaan Asas yang membuka diri terhadap hak masyarakat untuk
memperoleh informasi yang benar, jujur, dan tidak diskriminatif tentang penyelenggaraan Negara dengan tetap
memperhatikan perlindungan atas hak asasi pribadi, golongan dan rahasia Negara .
37
5 Asas Proposionalitas
Penjelasan Undang-Undang Nomor 28 tahun 1999 tentang Penyelenggaraan Negara
34
yang Bersih dari Kolusi, Korupsi dan Nepotisme. Ibid.
35
Ibid.
36
Ibid.
37
Asas yang mengutamakan keseimbangan antara hak dan kewajiban penyelenggaraan Negara .
38
6 Asas Profesionalitas Asas yang mengutamakan keahlian yang berlandaskan
kode etik dan ketentuan peraturan perundang-undangan yang berlaku .
39
7 Asas akuntabilitas Asas yang menentukkan bahwa setiap kegiatan
p e n y e l e n g g a r a a n N e g a r a h a r u s d a p a t dipertanggungjawabkan kepada masyarakat atau rakyat
sebagai pemegang kedaultan tertinggi Negara sesuai dengan ketentuan peraturan perundang-undangan yang
berlaku .
40
Dalam melakukan penunjukkan langsung ada kaitannya dengan penggunaan keuangan Negara. Oleh karena itu dalam penggunaan
keuangan Negara asas pengelolaan keuangan Negara perlu diperhatikan asas-asas dalam pengelolaan tersebut, antara lain :
41
1. Akuntabilitas berorientasi pada hasil;
Ibid.
38
Ibid.
39
Ibid.
40
Adrian Sutedi, Hukum Keuangan Negara, Jakarta: Sinar Grafika, cetakan ke-2, 2012,
41
hlm.4
2. Profesionalitas; 3. Proposionalitas;
4. Keterbukaan dalam pengelolaan keuangan Negara; 5. Pemeriksaan keuangan oleh badan pemeriksaan yang bebas
mandiri. Penyediaan Barang dan Jasa pun untuk memenuhi suatu konsep
Negara hukum dibuat peraturan perundang-undangannya. Peraturan Perundang-Undangan ini yang pertama dibuat pada Keppres nomer 80
tahun 2003, lalu mengalami perubahan dengan adanya Perpres 54 tahun 2010 dan Perubahan Pertama dilakukan pada tahun 2011 dengan Perpres
35 tahun 2011 dan Perubahan Kedua pada tahun 2012 yaitu Perpres 70 tahun 2012. Perubahan-perubahan ini dilakukan karena adanya suatu
keadaan di mana harus di sesuaikan satu dengan yang lainnya. Dalam proses penunjukkan langsung dalam penyedian barang dan
jasa diperlukan juga pertimbangan mengenai prinsip dalam ekonomi dalam pelayan publik yaitu:
1. Efektif Efektif secara sederhana dapat diartikan “tepat sasaran”,
sehingga dalam artian ini lebih di arahkan kepada kebijakan. Dalam membuat suatu program atau rencana dengan benar dan
ditujukan untuk sesuatu yang diperlukan bukan sesuatu yang dibuang-buang atau tanpa hasil .
42
2. Efisien Pengertian efisien dalam ilmu ekonomi ada kaitannya dengan
ilmu ekonomi kesejahteraan dimana suatu produk yang dibuat dapat berdaya guna dalam pemakaiannya efisien sehingga
dana atau uang yang dikeluarkan dapat lebih sedikit . Dalam
43
pelayanan publik arti efisien lebih kearah usaha pemerintah untuk menghemat sumber daya publik yang dititipkan kepada
pemerintah . Adanya penghematan sumber aset publik
44
sehingga segala yang dihasilkan harus berdaya guna efisien. 3. Ekonomis
Ekonomis bersifat hati-hati dalam melakukan pengeluaran uang, pemakaian barang dan penggunaan waktu . Dalam
45
pelayanan publik arti ekonomi yang harus diperhatikan adalah :
46
Jutaajrullah, Prinsip 3E dalam Pelayanan Publik, http:jutaajrullah.wordpress.com
42
20100603prinsip-3e-dalam-pelayanan-publik , dipublikasikan 3 Juni 2010, diakses 22 Mei 2014.
Jack Hirshleifer terjemahan Kusnedi, Teori Harga dan Penerapannya, Edisi Ketiga,
43
Jakarta: Erlangga, hlm.627 Jutaajrullah, Prinsip 3E dalam Pelayanan Publik, op.cit
44
Ibid.
45
Ibid.
46
a. Nilai barang dan jasa pelayanan umum dan tidak menuntut biaya yang tinggi di luar kewajaran .
47
b. Kondisi dan kemampuan masyarakat untuk membayar secara umum .
48
c. Ketentuan peraturan perundang-undangan yang berlaku .
49
Prinsip 3E ini ada kaitannya dalam melakukan Penunjukkan Langsung dan dapat menjadi sebagai suatu tolak ukur. Penunjukkan
Langsung yang dilakukan memang merupakan suatu kewenangan pejabat, tetapi perlu juga memperhatikan prinsip-prinsip tersebut apalagi kaitannya
dengan pelayanan publik.
F. Metode Penelitian