Penerapan Prinsip Efektif, Efisien, Ekonomis Penunjukan Langsung Pada Penyediaan Barang Dan Jasa Di Kementerian Kesehatan Dalam Pengadaan Alat Kesehatan.

(1)

PENERAPAN PRINSIP EFEKTIF, EFISIEN,

EKONOMIS PENUNJUKAN LANGSUNG PADA

PENYEDIAAN BARANG DAN JASA DI

KEMENTERIAN KESEHATAN DALAM PENGADAAN

ALAT KESEHATAN

MELDA MEGAWATI BERNOULI

110120120002

A. Latar Belakang

Pada tahun 2005 Indonesia Corruption Watch (ICW) mengungkapkan bahwaindikasi terjadinya korupsi paling banyak adalah pada proyek pengadaan. Hal itu terutama disebabkan karena proses pengadaan barang dan jasa tidak dilakukan melalui mekanisme lelang terbuka (tender), melainkan dengan penunjukan langsung, padahal melalui penunjukan langsung, pelaksanaan proyek dapat saja menimbulkan konsekuensi pelanggaran hukum . 1

Admin, Sisi Lemah Pengadaan Barang dan Jasa, http://www.antikorupsi.org/id/

1


(2)

2

Dalam pelaksanaan pengadaan barang dan jasa banyak metode yang dapat dilakukan, tapi dalam melakukan pengadaan barang dan jasa terdapat prinsip-prinsip yaitu : 2

a. Efisien; b. Efektif; c. Transparan; d. Terbuka; e. Bersaing;

f. Adil/tidak diskriminatif; dan g. Akutanbel.

Pada tahun 2005 di Aceh, saat terjadi banjir bandang, di laporkan 26 meninggal dunia dan puluhan luka berat, dan pada saat itu Kementerian Kesehatan diharuskan segera bertindak karena banyaknya alat kesehatan yang hancur . Keadaan tersebut merupakan keadaan yang luar biasa atau 3

mendesak, sehingga Menteri Kesehatan yang saat itu menjabat yaitu Sitti Fadilah Supari melakukan penunjukkan langsung terhadap penyediaan alat kesehatan tersebut . 4

Sebenarnya pengadaan barang dan jasa yang menggunakan sumber dana seluruh atau sebagian dari Anggaran Pendapatan Belanja Negara (APBN) atau Anggaran Pendapatan Belanja Daerah (APBD) harus

Peraturan Presiden Nomor 54 tahun 2010 tentang Pengadaan Barang dan Jasa

2

Pemerintah Pasal 5

Admin, Inilah Kronologis Kasus Siti Fadilah Supari, http://www.waspada.co.id/

3

index.php?option=com_content&view=article&id=242859:inilah-kronologi-kasus-siti-fadillah-supari&catid=59:kriminal-a-hukum&Itemid=91, di posting 19 April 2012, di akses pada tanggal 17 April 2013.

Ibid.


(3)

dilakukan melalui prosedur yang ditetapkan dalam peraturan tentang Pengadaan Barang dan Jasa. Metode pengadaan tersebut adalah pelelangan umum, pelelangan sederhana maupun pelelangan terbatas, penunjukkan langsung, pengadaan langsung dan sayembara atau kontes . 5

Penunjukkan langsung hanya boleh dilakukan pada saat keadaan tertentu. Penangangan darurat yang tidak dapat direncanakan sebelumnya dan waktu penyelesaian pekerjaannya harus segera atau tidak dapat ditunda adalah : 6

1) Pertahanan Negara;

2) Keamanan dan Ketertiban Masyarakat;

3) Keselamatan atau perlindungan masyarakat yang pelaksanaan pekerjaannya tidak dapat ditunda atau harus dilakukan segera termasuk:

a) Akibat bencana alam dan/atau bencana non alam dan/atau bencana sosial;

b) Dalam rangka pencegahan bencana; dan/atau

c) Akibat kerusakan sarana/prasarana yang dapat menghentikan kegiatan pelayanan publik.

Sesuai yang tertuang di dalam Perpres 35 tahun 2011 dan Perpres 70 tahun 2012 tentang

5

Pengadaan Barang dan Jasa

Keppres 80 tahun 2003 diganti oleh Perpres 54 tahun 2010 diperbarui oleh Perpres 35

6


(4)

4

Saat itu penunjukkan langsung yang dilakukan oleh Menteri Kesehatan tersebut dianggap oleh penyidik telah merugikan Negara sebesar Rp.6,1 Milyar dan menjadikan Siti Fadilah tersangka sejak 28 7

Maret 2012, karena diduga terlibat dalam korupsi proyek pengadaan alat kesehatan senilai Rp 15,5 miliar pada tahun 2005.

Hal ini menjadi menarik mengingat kasus tersebut terjadi dalam keadaan darurat yang sebenarnya sangatlah wajar apabila penunjukkan langsung dilakukan. Selain itu penunjukkan langsung itu dilakukan sesuai dengan yang menjadi aturan di dalam peraturan. Dalam melakukan penunjukkan langsung yang sesuai dengan peraturan harus memperhatikan prinsip-prinsip 3E (Efektif, Efisien dan Ekonomis), dan seharusnya apabila sesuai dengan prinsip tersebut perbuatan penunjukkan langsung tidak dapat dikatakan sebagai penyalahgunaan wewenang. Hal tersebut yang menjadikan kasus ini sangat menarik dan dapat menjadi salah satu bahan pertimbangan lain dalam penunjukkan langsung lainnya.

Adanya dugaan penyalahgunaan wewenang dengan penunjukan langsung dalam pengadaan alat kesehatan untuk buffer stock atau stok cadangan kejadian luar biasa . Komisi Pemberatasan Korupsi (KPK) 8

Maria Natalia, Siti Fadilah Ungkap Pertemuan dengan Hasjmy di Aceh, http:// 7

nasional.kompas.com/read/2012/04/25/23141126/

Siti.Fadilah.Ungkap.Pertemuan.dengan.Hasjmy.di.Aceh, di posting tanggal 25 April 2012, di akses pada tanggal 9 Mei 2014.

Bunga Manggiasih, Korupsi Alat Kesehatan, KPK Segera Periksa Fadilah, 8

http://www.tempo.co/read/news/2014/03/21/063564128/Korupsi-Alat-Kesehatani-KPK-Segera-Periksa-Fadilah, diposting pada tanggal 21 Maret 2014, di akses pada tanggal 9 Mei 2014.


(5)

menetapkan mantan Menteri Kesehatan Siti Fadilah Supari sebagai tersangka kasus dugaan korupsi pengadaan alat kesehatan (alkes) untuk kejadian luar biasa pada tahun 2005 . 9

Kasus lain yang terjadi dan berkaitan dengan pengadaan alat kesehatan yaitu vaksin flu burung pada tahun 2006 dan 2007, dan yang bertanggung jawab saat itu adalah Ratna Dewi Umar sebagai Direktur Jenderal Bina Pelayanan Medik Dasar Departemen Kesehatan . Jaksa 10

penuntut umum Komisi Pemberantasan Korupsi menilai Ratna terbukti melakukan korupsi, sehingga merugikan keuangan negara sampai Rp 50,4 miliar dalam proyek pengadaan alat kesehatan tersebut . Pengadaan alat 11

kesehatan dan perbekalan dalam rangka penanggulangan vaksin flu burung ini dilakukan dengan metode penunjukkan langsung yang telah disetujui oleh Siti Fadilah Supari yang pada saat itu menjabat sebagai Menteri Kesehatan . 12

Rizki Gunawan, Mantan Menkes Siti Fadilah Jadi Tersangka Kasus Korupsi Alkes -

9

http://news.liputan6.com/read/2032490/mantan-menkes-siti-fadilah-jadi-tersangka-kasus-korupsi-alkes, di posting pada tanggal 4 April 2014, di akses pada tanggal 9 Mei 2014.

Nur Alfiyah, Flu Burung, Eks Dirjen Kemenkes Dituntut 5 Tahun,http:// 10

www.tempo.co/read/news/2013/08/01/078501584/Flu-Burung-Eks-Dirjen-Kemenkes-Dituntut-5-Tahun, di posting tanggal 1 Agustus 2013, di akses pada tanggal 9 Mei 2014.

Ibid.

11

Admin, Ratna Dewi: Siti Fadilah harus jadi Tersangka Merasa Dikorbankan, http://

12

www.jpnn.com/read/2013/09/02/188888/Merasa-Dikorbankan-dalam-Kasus-Flu-Burung-, di posting tanggal 2 September 2013, di akses pada tanggl 12 Mei 2014.


(6)

6

Perbuatan Ratna dianggap merugikan keuangan Negara tersebut berasal dari empat pengadaan : 13

1. Pengadaan alat kesehatan dan perbekalan dalam rangka wabah flu burung tahun anggaran 2006 . 14

2. Penggunaan sisa dana daftar isian pelaksanaan anggaran (DIPA) 2006 sebesar Rp. 10, 22 miliar . 15

3. Pengadaan peralatan kesehatan untuk melengkapi rumah sakit rujukan penanganan flu burung dari DIPA APBN perubahan anggaran 2007 sebesar Rp.27,92 miliar . 16

4. Pengadaan “Reagen dan Consumable” penanganan virus flu burung dari DIPA APBN-P anggaran 2007 senilai Rp.12,33 miliar . 17

Penyelewengan dana proyek vaksin flu burung untuk manusia bermula pada 2008. Saat itu, Menteri Kesehatan Siti Fadilah Supari menetapkan PT Anugerah Nusantara sebagai pemenang tender. Mempercayakan pengadaan peralatan fasilitas produksi, riset, dan alih teknologi vaksin flu burung senilai Rp 718 miliar kepada perusahaan milik

Ibid.

13

Ibid.

14

Ibid.

15

Ibid.

16

Ibid.


(7)

Muhammad Nazaruddin yang baru berdiri pada tahun 2008 dapat disebut keputusan yang amat berani. Komisi Pemberantasan Korupsi menyelidiki kasus korupsi ini di tahun 2011 dan menemukan dugaan keterlibatan Nazaruddin. Kepolisian melakukan penyelidikan kasus ini dari tahun 2008 hingga 2010, dan hasilnya seorang pejabat di Ditjen Pengendalian Penyakit dan Penyehatan Lingkungan di Kementrian Kesehatan menjadi tersangka . 18

Apabila melihat tindakan yang dilakukan oleh Menteri Kesehatan pada saat itu maupun Dirjen Kemenkes merupakan suatu tindakan yang dilakukan karena menyangkut masalah hidup orang banyak, dan sebagai Menteri yang saat itu bertanggung jawab seperti tertulis di dalam Keputusan Presiden No 80 tahun 2003 tentang pengadaan barang dan jasa di dalam keadaan memaksa, tentulah dapat melakukann penunjukkan langsung.

Perbuatan pengadaan barang dan jasa tersebut dikatakan telah merugikan keuangan Negara. Pengertian keuangan Negara menurut Undang-Undang No. 17 tahun 2003 adalah semua hak dan kewajiban Negara yang dapat dinilai dengan uang, serta segala sesuatu baik berupa uang maupun berupa barang yang dapat dijadikan milik Negara berhubung

Admin, Cover Tempo: Di Balik Vaksin Flu Burung, http://www.tempo.co/read/video/

18

2013/07/16/1115/Cover-Tempo-Di-Balik-Vaksin-Flu-Burung, diakses pada tanggal 6 Nopember 2014.


(8)

8

dengan pelaksanaan hak dan kewajiban tersebut . Dalam kasus tersebut 19

dana yang dikeluarkan lebih besar daripada yang seharusnya sehingga terkait dengan adanya kerugian keuangan Negara.

Dalam kaitannya pengadaan barang dan jasa ini, yang peneliti ketahui belum ada yang membahasnya di Universitas Padjajaran Bandung, sehingga karya ini merupakan karya pertama.

Oleh karena itu peneliti tertarik untuk membahas permasalahan ini, “PENERAPAN PRINSIP EFEKTIF, EFISIEN, EKONOMIS PADA PENGADAAN BARANG DAN JASA DI KEMENTERIAN KESEHATAN DALAM ALAT KESEHATAN”

B. Indetifikasi Masalah

1. Bagaimana penerapan prinsip efektif, efesien dan ekonomis dalam pengadaan alat kesehatan di Kementerian Kesehatan?

2. Apakah tindakan pengadaan barang dan jasa pada alat kesehatan dianggap sebagai perbuatan onrechtmatige overheidsdaad?

C. Tujuan Penelitian

1. Memperoleh kepastian dalam penerapan prinsip efektif, efesien dan ekonomis dalam pengadaan barang dan jasa.

Pasal 1 angka 1 Undang-Undang Nomor 17 tahun 2003 tentang Keuangan Negara.


(9)

2. Menemukan kriteria tindakan onrechtmatige overheidsdaad dari pejabat Negara.

D. Kegunaan Penelitian

Penelitian yang dilakukan ini diharapkan dapat membawa kegunaan secara teoritis dan secara praktis:

1. Secara teoritis:

Menambah referensi di bidang Hukum Keuangan Negara, dengan dapat mengetahui ketentuan-ketentuan yang sesuai. 2. Secara praktis

Memberikan solusi bagi para pejabat pemerintahan apabila adanya persoalan mengenai Pengadaan Barang dan Jasa yang membutuhkan kebijakannya.

E. Kerangka Pemikiran

Hukum adalah tata aturan (order) sebagai suatu sistem aturan-aturan (rules) tentang kaitannya dengan perilaku manusia, oleh karena itu hukum tidak menunjuk pada satu aturan tunggal, tetapi seperangkat aturan yang memiliki satu kesatuan sehingga dapat dipahami sebagai suatu


(10)

10

sistem . Hukum adalah suatu tata aturan tentang perilaku manusia tidak 20

berarti bahwa tata hukum hanya tentang perilaku manusia tapi berkaitan juga dengan kondisi tertentu yang terkait dengan perilaku manusia . 21

Negara Hukum atau lebih dikenal dengan konsep rechtstaat lahir dari suatu perjuangan menentang absolutisme sehingga sifatnya revolusioner, Konsep rechtstaat ini lebih berkembang di negara atau yang memiliki sistem hukum civil law. 22

Dalam sistem hukum civil law inilah memunculkan cabang hukum baru droit administratif dan inti dari hubungan mengenai administrasi dengan rakyat. Sedangkan di negara common law semakin berkembangnya peranan hakim dan peradilan. Dan memunculkan pembatasan kekuasaan di sistem civil law pembatasan kekuasaan adminitrasi di common law

pembatasan kekuasaan hakim atau peradilan. 23

Konsep Negara Hukum yang diselenggarakan di Indonesia melalui mekanisme demokrasi, dan tergolong sebagai Negara hukum demokratis . 24

Hukum yang dijadikan aturan (spelregel) dalam penyelenggaraan Negara

Jimly Asshiddiqie dan M. Ali Safa’at, Teori Hans Kelsen tentang Hukum, Jakarta:

20

Konstitusi Press, Juli 2012, hlm.13 Ibid.

21

Philipus M.Hadjon, makalah Ide Negara Hukum dalam Sistem Ketatanegaraan

22

Republik Indonesia yang dibukukan dengan judul Kedaulatan Rakyat, Hak Asasi Manusia dan Negara Hukum, Perpustakaan Nasional: Katalog Dalam Terbitan (KDT), Jakarta, 1996, hlm.76.

Ibid.

23

Ridwan HR, Hukum Adminitrasi Negara, Jakarta: Rajawali Press, Cetakan ke-8, 2013,

24


(11)

d a n p e m e r i n t a h a n s e r t a u n t u k m e n g a t u r h u b u n g a n h u k u m (rechtsbetrekking) antara penyelenggaraan Negara dan pemerintahan di Indonesia adalah Hukum Tata Negara dan Hukum Administrasi Negara . 25

Dalam Negara hukum, hukum ditempatkan sebagai aturan main dalam penyelenggaraan kenegaraan, pemerintahan, dan kemasyarakatan, sementara tujuan hukum itu sendiri adalah untuk menata masyarakat yang damai, adil dan bermakna . Oleh karena itu eksistensi hukum dijadikan 26

sebagai instrument dalam menata kehidupan kenegaraan, pemerintahan, dan kemasyarakatan . 27

Landasan Negara hukum menjamin perlindungan hukum terhadap kekuasaan pemerintahan. Asas-asas umum Negara hukum yang langsung berkaitan dengan jaminan perlindungan hukum bagi masyarakat terhadap kekuasaan pemerintahan adalah : 28

a. Asas legalitas (rechtmatigheid van bestuur) b. Perlindungan hak asasi manusia (grondrechten)

c. P e m b a g i a n k e k u a s a a n d i b i d a n g p e m e r i n t a h a n (machtsverdeling)

d. Pengawasan oleh pengadilan (rechterlijke controle)

Ibid.

25

Ibid. hlm 22

26

Ibid.

27

Philipus M.Hadjon, (et al), Hukum Administrasi dan Tindak Pidana Korupsi,

28


(12)

12

Dalam penyelenggaraan kenegaraan, Hukum Tata Negara tidak dapat sepenuhnya dilaksanakan secara efektif, atau dalam kaitannya dibutuhkan hukum lain yang bersifat lebih teknis yaitu Hukum Administrasi Negara . 29

Hukum Administrasi memiliki pergertian secara umum:

“It is the system of general legal principles that lawmaker and judges have devised over the years to legitimate, as well as to control, the actions of administrative agencies.” 30

Pengertian secara umum tersebut dapat diartikan bahwa Hukum Administrasi mengatur tindakan pejabat Negara atau pejabat administrasi.

Berkaitan dengan kewenangan seorang pejabat administrasi dalam melakukan atau menjalankan tugasnya H.D. Van Wijk/Willem sebagaimana yang dikutip Ridwan HR, mendefinisikan sebagai berikut: 31

a. Atribusi adalah pemberian wewenang pemerintah oleh pembuat undang-undang kepada organ pemerintah.

b. Delegasi adalah pelimpahan wewenang pemerintahan dari satu organ pemerintahan kepada organ pemerintahan lainnya.

Ibid.

29

Keith Werhan, Principles of Administrative Law, United States of America, 2008, hlm.

30

2

Ridwan HR, op.cit, hlm. 102.


(13)

c. Mandat terjadi ketika organ pemerintahan mengijinkan kewenangannya dijalankan oleh organ lain atas namanya. Dalam menjalankan tugasnya sebagai pejabat Negara atau yang mempunyai kewenangan. Pemberian kewenangan atau keputusan ini hendaknya memperhatikan tiga asas hukum, yakni: 32

1) Asas yuridiktias (rechtmatigheid), keputusan tidak boleh melanggar hukum.

2) Asas legalitas (wetmatigheid), keputusan harus di ambil dengan berdasarkan undang-undang.

3) Asas diskresi, artinya pejabat tidak boleh menolak mengambil keputusan dengan alasan “tidak adanya peraturan.”

Berkaitan dengan memberikan keputusan atau kebijakan, pejabat Negara juga perlu memperhatikan asas umum penyelenggaraan Negara yang baik atau good governance, yaitu : 33

1) Asas Kepastian Hukum

S. Prajudi Atmosudirjo, Hukum Administrasi Negara, Jakarta: Ghalia Indonesia,

32

Cetakan ke-10: 1994, hlm. 89

Undang-Undang Nomor 28 tahun 1999 tentang Penyelenggaraan Negara yang Bersih

33


(14)

14

Asas dalam Negara hukum yang mengutamakan landasan peraturan perundang-undangan, kepatutan, dan keadilan dalam setiap kebijakan penyelenggaraan Negara . 34

2) Asas Tertib Penyelenggaraan Negara

Asas yang menjadi landasan keteraturan, keserasian, dan keseimbangan dalam pengendalian penyelenggaraan Negara . 35

3) Asas Kepentingan Umum

Mendahulukan kesejahteraan umum dengan cara yang aspiratif, akomodatif dan selektif . 36

4) Asas Keterbukaan

Asas yang membuka diri terhadap hak masyarakat untuk memperoleh informasi yang benar, jujur, dan tidak diskriminatif tentang penyelenggaraan Negara dengan tetap memperhatikan perlindungan atas hak asasi pribadi, golongan dan rahasia Negara . 37

5) Asas Proposionalitas

Penjelasan Undang-Undang Nomor 28 tahun 1999 tentang Penyelenggaraan Negara

34

yang Bersih dari Kolusi, Korupsi dan Nepotisme. Ibid.

35

Ibid.

36

Ibid.


(15)

Asas yang mengutamakan keseimbangan antara hak dan kewajiban penyelenggaraan Negara . 38

6) Asas Profesionalitas

Asas yang mengutamakan keahlian yang berlandaskan kode etik dan ketentuan peraturan perundang-undangan yang berlaku . 39

7) Asas akuntabilitas

Asas yang menentukkan bahwa setiap kegiatan p e n y e l e n g g a r a a n N e g a r a h a r u s d a p a t dipertanggungjawabkan kepada masyarakat atau rakyat sebagai pemegang kedaultan tertinggi Negara sesuai dengan ketentuan peraturan perundang-undangan yang berlaku . 40

Dalam melakukan penunjukkan langsung ada kaitannya dengan penggunaan keuangan Negara. Oleh karena itu dalam penggunaan keuangan Negara asas pengelolaan keuangan Negara perlu diperhatikan asas-asas dalam pengelolaan tersebut, antara lain : 41

1. Akuntabilitas berorientasi pada hasil;

Ibid.

38

Ibid.

39

Ibid.

40

Adrian Sutedi, Hukum Keuangan Negara, Jakarta: Sinar Grafika, cetakan ke-2, 2012,

41


(16)

16

2. Profesionalitas; 3. Proposionalitas;

4. Keterbukaan dalam pengelolaan keuangan Negara;

5. Pemeriksaan keuangan oleh badan pemeriksaan yang bebas mandiri.

Penyediaan Barang dan Jasa pun untuk memenuhi suatu konsep Negara hukum dibuat peraturan perundang-undangannya. Peraturan Perundang-Undangan ini yang pertama dibuat pada Keppres nomer 80 tahun 2003, lalu mengalami perubahan dengan adanya Perpres 54 tahun 2010 dan Perubahan Pertama dilakukan pada tahun 2011 dengan Perpres 35 tahun 2011 dan Perubahan Kedua pada tahun 2012 yaitu Perpres 70 tahun 2012. Perubahan-perubahan ini dilakukan karena adanya suatu keadaan di mana harus di sesuaikan satu dengan yang lainnya.

Dalam proses penunjukkan langsung dalam penyedian barang dan jasa diperlukan juga pertimbangan mengenai prinsip dalam ekonomi dalam pelayan publik yaitu:

1. Efektif

Efektif secara sederhana dapat diartikan “tepat sasaran”, sehingga dalam artian ini lebih di arahkan kepada kebijakan. Dalam membuat suatu program atau rencana dengan benar dan


(17)

ditujukan untuk sesuatu yang diperlukan bukan sesuatu yang dibuang-buang atau tanpa hasil . 42

2. Efisien

Pengertian efisien dalam ilmu ekonomi ada kaitannya dengan ilmu ekonomi kesejahteraan dimana suatu produk yang dibuat dapat berdaya guna dalam pemakaiannya (efisien) sehingga dana atau uang yang dikeluarkan dapat lebih sedikit . Dalam 43

pelayanan publik arti efisien lebih kearah usaha pemerintah untuk menghemat sumber daya publik yang dititipkan kepada pemerintah . Adanya penghematan sumber aset publik 44

sehingga segala yang dihasilkan harus berdaya guna (efisien). 3. Ekonomis

Ekonomis bersifat hati-hati dalam melakukan pengeluaran uang, pemakaian barang dan penggunaan waktu . Dalam 45

pelayanan publik arti ekonomi yang harus diperhatikan adalah : 46

Jutaajrullah, Prinsip 3E dalam Pelayanan Publik, http://jutaajrullah.wordpress.com/

42

2010/06/03/prinsip-3e-dalam-pelayanan-publik/, dipublikasikan 3 Juni 2010, diakses 22 Mei 2014. Jack Hirshleifer terjemahan Kusnedi, Teori Harga dan Penerapannya, Edisi Ketiga,

43

Jakarta: Erlangga, hlm.627

Jutaajrullah, Prinsip 3E dalam Pelayanan Publik, op.cit

44

Ibid.

45

Ibid.


(18)

18

a. Nilai barang dan jasa pelayanan umum dan tidak menuntut biaya yang tinggi di luar kewajaran . 47

b. Kondisi dan kemampuan masyarakat untuk membayar secara umum . 48

c. Ketentuan peraturan perundang-undangan yang berlaku . 49

Prinsip 3E ini ada kaitannya dalam melakukan Penunjukkan Langsung dan dapat menjadi sebagai suatu tolak ukur. Penunjukkan Langsung yang dilakukan memang merupakan suatu kewenangan pejabat, tetapi perlu juga memperhatikan prinsip-prinsip tersebut apalagi kaitannya dengan pelayanan publik.

F. Metode Penelitian

Dalam melakukan penelitian dibutuhkan metode penelitian supaya hasil yang di dapatkan dapat teruji. Metode penelitian yang akan digunakan adalah : 50

1. Metode Pendekatan

Ibid.

47

Ibid.

48

Ibid.

49

Soerjono Soekanto, Pengantar Penelitian Hukum, Cetakan III (1986), hlm. 52


(19)

Metode yang dilakukan adalah yuridis normatif. Pendekatan yuridis normatif mengacu kepada norma-norma hukum yang terdapat dalam peraturan perundang-undangan dan putusan pengadilan serta norma-norma yang ada dalam masyarakat . 51

Dalam kaitan dengan penelitian yang dilakukan adalah mengenai penunjukkan langsung di Kementerian Kesehatan ditinjau dengan peraturan mengenai pengadaan barang dan jasa serta prinsip 3E.

2. Spesifikasi Penelitian

Spesifikasi penelitian ini mengunakan deskritif analitis yang artinya penelitian ini menggambarkan dan menganalisis permasalahan pengadaan barang dan jasa di Kementerian Kesehatan.

3. Tahap penelitian

Dalam melakukan penelitian ini adapun tahap penelitiannya sebagai berikut:

a. Studi Kepustakaan

H.Zainuddin Ali, Metode Penelitian Hukum, Jakarta: Sinar Grafika, 2009, cetakan

51


(20)

20

Penelitian kepustakaan yang dilakukan adalah dengan mencari sumber data sekunder yang berupa buku, konsep, teori, jurnal yang ada kaitannya dengan pengadaan barang dan jasa. Kepustakaan tersebut antara lain:

Bahan hukum primer merupakan peraturan perundang-undangan yang ada kaitannya dengan tentang pengadaan barang dan jasa seperti:

a) Undang-Undang Dasar 1945 Amandemen pasal 1 ayat (3) tentang Indonesia adalah Negara Hukum

b) Keputusan Presiden No 80 tahun 2003 tentang Pengadaan Barang dan Jasa, Peraturan Presiden (Perpres) No. 54 tahun 2010 dan Perpres No. 35 tahun 2011 tentang Pengadaan Barang dan Jasa (Perubahan Pertama), serta Perpres No. 70 tahun 2012 tentang Pengadaan Barang dan Jasa (Perubahan Kedua).

c) Undang-Undang No.17 tahun 2003 tentang Keuangan Negara.

Bahan hukum sekunder adalah yang memberikan penjelasan terhadap bahan hukum primer, misalnya doktrin para ahli, tulisan ilmiah, jurnal-jurnal yang ada kaitannya dengan penulisan ini, serta membantu peneliti untuk dapat


(21)

menganalisis sehingga nantinya akan mendapatkan jawaban.

Bahan hukum tertier adalah petunjuk atau penjelasan mengenai bahan hukum primer atau bahan hukum sekunder yang berasal dari kamus, ensiklopedia, majalah, surat kabar, dan sebagainya.

b. Studi Lapangan

Data lapangan yang diperlukan sebagai penujang dalam melakukan penelitian, serta melakukan seleksi data primer yang diperoleh di lapangan secara langsung untuk menunjang data sekunder.

4. Teknik Pengumpulan Data

Teknik pengumpulan data yang dilakukan adalah kepustakaan dan lapangan.

a. Studi Kepustakaan

Mengunjungi perpustakaan Mochtar Kusumaatmadja di Jalan Dipati Ukur No.35, Bandung serta membaca buku-buku referensi lainnya.

b. Wawancara

Merupakan teknik pengumpulan data mengunakkan metode tanya jawab dan pada saat akan mewawancara harus mempersiapkan apa saja yang akan ditanyakan kepada


(22)

22

responden dan menghubungi respoden sehingga wawancara dapat berlangsung dengan baik. Dalam mewawancarai tentunya mencari seseorang yang punya kompetensi.

5. Metode Analisis Data

Metode penelitian bersifat yuridis normatif, salah satunya dengan menggunakan metode penafsiran. Penelitian di dasarkan atas asas-asas hukum dan norma hukum. Dalam menemukan jawaban tersebut menggunakan penafsiran teleologis/sosiologis yang melihat tujuan sebuah peraturan 52

perundang-undangan itu dibentuk dalam menganalisis indetifikasi masalah tersebut.

Sudikno Mertokusumo, Penemuan Hukum: Sebuah Pengantar, Yogyakarta: Liberty,

52


(1)

ditujukan untuk sesuatu yang diperlukan bukan sesuatu yang

dibuang-buang atau tanpa hasil . 42

2. Efisien

Pengertian efisien dalam ilmu ekonomi ada kaitannya dengan

ilmu ekonomi kesejahteraan dimana suatu produk yang dibuat

dapat berdaya guna dalam pemakaiannya (efisien) sehingga

dana atau uang yang dikeluarkan dapat lebih sedikit . Dalam 43

pelayanan publik arti efisien lebih kearah usaha pemerintah

untuk menghemat sumber daya publik yang dititipkan kepada

pemerintah . Adanya penghematan sumber aset publik 44

sehingga segala yang dihasilkan harus berdaya guna (efisien).

3. Ekonomis

Ekonomis bersifat hati-hati dalam melakukan pengeluaran

uang, pemakaian barang dan penggunaan waktu . Dalam 45

pelayanan publik arti ekonomi yang harus diperhatikan

adalah : 46

Jutaajrullah, Prinsip 3E dalam Pelayanan Publik, http://jutaajrullah.wordpress.com/ 42

2010/06/03/prinsip-3e-dalam-pelayanan-publik/, dipublikasikan 3 Juni 2010, diakses 22 Mei 2014. Jack Hirshleifer terjemahan Kusnedi, Teori Harga dan Penerapannya, Edisi Ketiga,

43

Jakarta: Erlangga, hlm.627

Jutaajrullah, Prinsip 3E dalam Pelayanan Publik, op.cit 44

Ibid. 45

Ibid. 46


(2)

a. Nilai barang dan jasa pelayanan umum dan tidak

menuntut biaya yang tinggi di luar kewajaran . 47

b. Kondisi dan kemampuan masyarakat untuk

membayar secara umum . 48

c. Ketentuan peraturan perundang-undangan yang

berlaku . 49

Prinsip 3E ini ada kaitannya dalam melakukan Penunjukkan

Langsung dan dapat menjadi sebagai suatu tolak ukur. Penunjukkan

Langsung yang dilakukan memang merupakan suatu kewenangan pejabat,

tetapi perlu juga memperhatikan prinsip-prinsip tersebut apalagi kaitannya

dengan pelayanan publik.

F. Metode Penelitian

Dalam melakukan penelitian dibutuhkan metode penelitian supaya

hasil yang di dapatkan dapat teruji. Metode penelitian yang akan

digunakan adalah : 50

1. Metode Pendekatan

Ibid. 47

Ibid. 48

Ibid. 49

Soerjono Soekanto, Pengantar Penelitian Hukum, Cetakan III (1986), hlm. 52


(3)

Metode yang dilakukan adalah yuridis normatif. Pendekatan

yuridis normatif mengacu kepada norma-norma hukum yang

terdapat dalam peraturan perundang-undangan dan putusan

pengadilan serta norma-norma yang ada dalam masyarakat . 51

Dalam kaitan dengan penelitian yang dilakukan adalah

mengenai penunjukkan langsung di Kementerian Kesehatan

ditinjau dengan peraturan mengenai pengadaan barang dan jasa

serta prinsip 3E.

2. Spesifikasi Penelitian

Spesifikasi penelitian ini mengunakan deskritif analitis yang

artinya penelitian ini menggambarkan dan menganalisis

permasalahan pengadaan barang dan jasa di Kementerian

Kesehatan.

3. Tahap penelitian

Dalam melakukan penelitian ini adapun tahap penelitiannya

sebagai berikut:

a. Studi Kepustakaan

H.Zainuddin Ali, Metode Penelitian Hukum, Jakarta: Sinar Grafika, 2009, cetakan

51


(4)

Penelitian kepustakaan yang dilakukan adalah

dengan mencari sumber data sekunder yang berupa buku,

konsep, teori, jurnal yang ada kaitannya dengan pengadaan

barang dan jasa. Kepustakaan tersebut antara lain:

Bahan hukum primer merupakan peraturan

perundang-undangan yang ada kaitannya dengan tentang

pengadaan barang dan jasa seperti:

a) Undang-Undang Dasar 1945 Amandemen pasal 1 ayat

(3) tentang Indonesia adalah Negara Hukum

b) Keputusan Presiden No 80 tahun 2003 tentang

Pengadaan Barang dan Jasa, Peraturan Presiden

(Perpres) No. 54 tahun 2010 dan Perpres No. 35 tahun

2011 tentang Pengadaan Barang dan Jasa (Perubahan

Pertama), serta Perpres No. 70 tahun 2012 tentang

Pengadaan Barang dan Jasa (Perubahan Kedua).

c) Undang-Undang No.17 tahun 2003 tentang Keuangan

Negara.

Bahan hukum sekunder adalah yang memberikan

penjelasan terhadap bahan hukum primer, misalnya doktrin

para ahli, tulisan ilmiah, jurnal-jurnal yang ada kaitannya


(5)

menganalisis sehingga nantinya akan mendapatkan

jawaban.

Bahan hukum tertier adalah petunjuk atau

penjelasan mengenai bahan hukum primer atau bahan

hukum sekunder yang berasal dari kamus, ensiklopedia,

majalah, surat kabar, dan sebagainya.

b. Studi Lapangan

Data lapangan yang diperlukan sebagai penujang dalam

melakukan penelitian, serta melakukan seleksi data primer

yang diperoleh di lapangan secara langsung untuk

menunjang data sekunder.

4. Teknik Pengumpulan Data

Teknik pengumpulan data yang dilakukan adalah kepustakaan

dan lapangan.

a. Studi Kepustakaan

Mengunjungi perpustakaan Mochtar Kusumaatmadja di

Jalan Dipati Ukur No.35, Bandung serta membaca

buku-buku referensi lainnya.

b. Wawancara

Merupakan teknik pengumpulan data mengunakkan metode

tanya jawab dan pada saat akan mewawancara harus


(6)

responden dan menghubungi respoden sehingga wawancara

dapat berlangsung dengan baik. Dalam mewawancarai

tentunya mencari seseorang yang punya kompetensi.

5. Metode Analisis Data

Metode penelitian bersifat yuridis normatif, salah satunya

dengan menggunakan metode penafsiran. Penelitian di

dasarkan atas asas-asas hukum dan norma hukum. Dalam

menemukan jawaban tersebut menggunakan penafsiran

teleologis/sosiologis yang melihat tujuan sebuah peraturan 52

perundang-undangan itu dibentuk dalam menganalisis

indetifikasi masalah tersebut.

Sudikno Mertokusumo, Penemuan Hukum: Sebuah Pengantar, Yogyakarta: Liberty,

52