Natrium Hidroksida Luas Pori Porositas

K ajian Proses Produksi N at rium Silikat dari limbah Silika Pembangkit L ist rik Tenaga Panas Bumi 10 II.1.5 Asam Klorida HCl Pada suhu kamar, HCl adalah gas tidak berwarna yang membentuk kabut ketika melakukan kontak dengan kelembaban udara. Sifat – sifat kimia dan fisika HCl Arthur Ross, 1950  Bentuk : Liquid  Warna : Jernih atau kuning  Melting point : -15,35 o C  Titik didih : ˜  Rumus kimia : HCl  Berat Molekul : 36,47 Kegunaan dari asam klorida HCl adalah : a. Sebagai katalis b. HCl merupakan asam anorganik dan termasuk asam kuat

II.1.6 Natrium Hidroksida

NaOH Natrium hidroksida NaOH, juga dikenal sebagai soda kaustik atau sodium hidroksida, digunakan di berbagai macam bidang industri, kebanyakan digunakan sebagai basa dalam proses produksi bubur kayu dan kertas, tekstil, air minum, sabun dan deterjen. Natrium hidroksida adalah basa yang paling umum digunakan dalam laboratorium kimia. Natrium hidroksida murni berbentuk putih padat dan tersedia dalam bentuk pelet, serpihan, butiran ataupun larutan jenuh 50. Hak Cipta © milik UPN Veteran Jatim : Dilarang mengutip sebagian atau seluruh karya tulis ini tanpa mencantumkan dan menyebutkan sumber. K ajian Proses Produksi N at rium Silikat dari limbah Silika Pembangkit L ist rik Tenaga Panas Bumi 11 Bersifat lembab cair dan secara spontan menyerap karbon dioksida dari udara bebas, sangat larut dalam air dan akan melepaskan panas ketika dilarutkan. Larutan natrium hidroksida akan meninggalkan noda kuning pada kain dan kertas. Sifat – sifat kimia dan fisika NaOH  Bentuk : Padatan atau serpihan  Warna : Putih  Titik Leleh : 318 °C  Titik didih : 1390 °C  Rumus kimia : NaOH  Berat Molekul : 39,9971 gmol

II.1.7 Luas Pori Porositas

Merupakan ukuran ruang-ruang kosong dalam suatu batuan. Secara definitive porositas merupakan perbandingan antara volume ruang-ruang kosong dalam batuan yang berupa pori-pori terhadap volume batuan secara keseluruhan. a. Porositas Primer Merupakan porositas awal yang terbentuk pada saat terjadinya batuan tersebut, serta adanya ruang-ruang pori sehingga dapat menampung dan menyerap fluida. b. Porositas Sekunder Merupakan ruang-ruang atau pori yang dapat menyerap air atau menampung fluida tapi terbentuknya karena adaya proses lanjutan atau bisa Hak Cipta © milik UPN Veteran Jatim : Dilarang mengutip sebagian atau seluruh karya tulis ini tanpa mencantumkan dan menyebutkan sumber. K ajian Proses Produksi N at rium Silikat dari limbah Silika Pembangkit L ist rik Tenaga Panas Bumi 12 juga diartikan porositas yang terbentuk akibat adanya suatu proses geologi setelah batuan sedimen tersebut diendapkan. Dalam hal ini baik bentuk, ukuran, letak maupun hubungan antar pori sudah tidak ada hubungannya dengan proses terbentuknya batuan asal. c. Porositas Bersambung Merupakan porositas yang saling berhubungan dan membentuk jalur pada ruang porinya sehingga dapat memberikan aliran pada fluida dengan batasan tertentu. d. Porositas Potensial Merupakan porositas yang dapat memberikan aliran pada fluida pada batasan tertentu tergantung dari ukuran pori. e. Porositas Efektif Merupakan porositas yang dapat memberikan aliran bagi fluida bebas bukan merupakan porositas yang bersambung. Faktor – faktor yang mempengaruhi porositas :  Bentuk dan ukuran butir Semakin kecil ukuran butir maka rongga yang terbentuk akan semakin kecil pula dan sebaliknya jika ukuran butir besar maka rongga yang terbentuk juga semakin besar.  Sorting Pemilahan Apabila butiran baik maka ada keseragaman sehingga porositasnya akan baik pula. Pemilahan yang jelek menyebabkan butiran yang berukuran kecil Hak Cipta © milik UPN Veteran Jatim : Dilarang mengutip sebagian atau seluruh karya tulis ini tanpa mencantumkan dan menyebutkan sumber. K ajian Proses Produksi N at rium Silikat dari limbah Silika Pembangkit L ist rik Tenaga Panas Bumi 13 akan menempati rongga diantara butiran yang lebih besar akibatnya porositasnya rendah.  Packing susunan butir Apabila ukuran butirnya sama maka susunan butir juga sama sehingga memiliki porositas yang lebih besar dibandingkan dengan bentuk yang tidak beraturan atau tidak sama.

II. 2 Landasan Teori