menjelang  peristiwa  politik  seperti  pemilu
100
.  Pada  akhirnya  gagasan  messianistis menjadi sebuah wacana luas yang dapat dikontestasikan dalam berbagai medan.
C. Konstruksi Messianisme Jamaah an-Nadzir
Jamaah an-Nadzir sebagai sebuah komunitas  yang terbentuk dari berbagai latar belakang  anggota  jamaah  disatukan  oleh  satu  konstruksi  gagasan  messianistis.
Pengharapan terhadap sosok messianistis inilah yang menyatukan mereka untuk berada di  Mawang.  Konstruksi  gagasan  messianistis  menjadi  semangat  inti  yang  menjadi
pengikat  gerakan  Jamaah  an-Nadzir,  bahkan  semua  konstruksi  wacana  dan  praktik hidup  mereka  pada  dasarnya  dilakukan  untuk  memperkuat  dan  mewujudkan  gagasan
messianistik mereka. Sebagai  sebuah  komunitas  agama,  konsep  messianisme  Jamaah  an-Nadzir
banyak  terpengaruh  atau  mengambil  doktrin  eskatologis  Islam  yang  mereka modifikasiinterpretasikan  secara  berbeda  sebagai  dasar  pembentukan  konsep
messianistis  mereka.  Jamaah  an-Nadzir  meyakini  bahwa  Imam  Mahdi  telah  lahir  dan telah  eksis,  tetapi  saat  ini  sedang  berada  dalam  periode  kegaiban.  Keberadaan  Jamaah
an-Nadzir  di  Mawang  Kabupaten  Gowa  dengan  segala  aktifitas  serta  praktik keagaamaan  mereka  dalam  pandangan  Jamaah  an-Nadzir  tidak  lain  dan  tidak  bukan
adalah untuk mempersiapkan kedatangankebangkitan Imam Zaman al-Mahdi.
100
Lih, Arwan Tuti Artha, Satria Pinilih: Siapa Pantas Jadi Ratu Adil? , Galangpress, 2008,  Salah satu buku yang berusaha menganalisis potensi berbagai politisi nasional saat ini yang  dianggap potensial
menjadi „Ratu Adil‟ atau „Satria pinilih‟ Indonesia selanjutnya.
Jamaah  an-Nadzir  meyakini  messias  menurut  mereka  adalah  Imam  Mahdi. Imam  Mahdi  adalah  keturunan  atau  keluarga  nabi  yang  diramalkan  akan  muncul  pada
akhir  zaman.  Menurut  Jamaah  an-Nadzir  Imam  Mahdi  telah  turun  dan  membawa peringatan  kepada  umat  Islam.  Dalam  pemahaman  Jamaah  an-Nadzir,  Imam  Mahdi
telah dilahirkan di dunia sekitar tahun 250 Hijriah. Kepercayaan an-Nadzir bahwa Imam Mahdi telah pernah ada dan akan eksis kembali pada suatu waktu yang ditentukan oleh
Tuhan sangat mirip dengan kepercayaan Syiah Imamiyah. Bahkan,  tahun yang mereka sebutkan sebagai tahun kelahiran sang Imam juga sama sebagaimana diyakini kelompok
Syiah Imamiah. Di Sulawesi Selatan sendiri, pengaruh Islam Syiah telah lama ada, bahkan sejak
masa-masa awal penyebaran Islam di kerajaan Gowa pada abad XVII. Adalah seseorang bernama  Sayyid  Jalaluddin  al-Aidid  yang  punya  kaitan  erat  dengan  sekte  Islam  Syiah
yang  pernah  berusaha  mengajak  raja  Gowa  untuk  memeluk  Islam,  namun  ditolak
101
. Sayyid Jalaluddin akhirnya pindah daerah Gowa ke daerah Cikoang
102
. Di daerah ini, ia berhasil  meng-Islamkan  beberapa  kelompok  bangsawan  dan  masyarakat  sekitar.  Di
tempat ini Sayyid Jalaluddin mendirikan sebuah padepokan pendidikan Islam, salah satu murid  Jalaluddin  adalah  tokoh  kharismatik  Sulawesi  Selatan  yang  terkenal,  Syekh
Yusuf al-Makassari. Meskipun  memiliki  kemiripan  dengan  kepercayaan  messianisme  Syiah,  namun
gagasan  messianisme  Jamaah  an-Nadzir  tidak  sepenuhnya  sama  dengan  konsep
101
Lih Suryadi Mappangara  Irwan Abbas, Sejarah Islam di Sulawesi Selatan, Lamacca Press, 2003, hlm 77
102
Daerah ini terletak di selatan kabupaten Gowa, saat ini Cikoang merupakan daerah administrative kab. Takalar. Di Cikoang setiap tahunnya di adakan peringatan Maudu Lompoa, sebuah peringatan maulid
Nabi Muhammad yang diselenggarakan dengan sangat meriah dan berlimpah berbagai makanan dan sajian.
messianisme  Syiah.  Jamaah  an-Nadzir  memodifikasi  konsep  messianisme  dan eskatologi  Islam
–Sunni  dan  Syiah–  untuk  mengkonstruksi  konsep  messianistik  baru yang  hanya  identik  dengan  komunitas  mereka.  Jamaah  an-Nadzir  meyakini  bahwa
Imam Mahdi mengalami beberapa periode kegaiban. Pertama yaitu ketika Imam Mahdi masih kecil, kemudian Imam Mahdi muncul lagi menurut Jamaah an-Nadzir dalam diri
Kahar Muzakkar, lalu kemudian Imam Mahdi terhijab seiring dengan menghilangnya –
ataupun  meninggalnya-  Kahar  Muzakkar.  Imam  Mahdi  kemudian  muncul  lagi  dalam sosok  Imam  Syamsuri  Madjid  pendiri  Jamaah  an-Nadzir, lalu kemudian  terhijab lagi
pada  tahun  2006  ketika  Syamsuri  Madjid  meninggal.  Fase  terhijab  ini  juga  dianggap sebagai
gaib kubra
di mana setelah kegaiban tersebut Imam Mahdi akan muncul dalam wujud „aslinya‟ untuk memenuhi janji Tuhan.
Penggunaan  sosok  Kahar  Muzakkar  sebagai  tokoh  yang  dikaitkan  ataupun diklaim sebagai al-Mahdi adalah sebuah hal yang menarik. Bagaimana pun juga Kahar
Muzakkar  adalah  seorang  tokoh  yang  kontroversial.  Dia  adalah  serang  tokoh  pejuang sekaligus  pemberontak  karena  pernah  dianggap  melakukan  upaya  makar  terhadap
NKRI,  sosok  yang  banyak  dibenci  sebagian  kalangan  masyarakat,  tetapi  tidak  sedikit pula yang mencintai dan menaruh simpati terhadap perjuangannya.
Nama  asli  Kahar  Muzakkar  adalah  La  Domeng.  Lahir  di  desa  Lanipa,  Palopo, Luwu,  Sulawesi  Selatan  pada  tanggal  24  Maret  1921.  Ayahnya  bernama  Malinrang
adalah  seorang  petani  yang  cukup  mampu  dan  tergolong  aristokrasi  rendah.  Dengan kedudukan  dan  kemampuan  orang  tuanya,  ketika  usianya  sudah  mencapai  tujuh  belas
tahun  ia  dikirim  ke  Surakarta  untuk  belajar  di  sekolah  perguruan  Islam  Kweekschool
Muhammadiyah,  dari  tahun  1938  sampai  1941
103
.  Selama  menjalani  masa pendidikannya di Surakarta, Kahar Muzakkar terlibat aktif dalam berbagai organisasi di
antaranya  menjadi  salah  seorang  pemimpin  lokal  Pemuda  Muhammadiyah  di Hizbulwathan, sebuah gerakan kepanduan Muhammadiyah.
Setelah  menyelesaikan  pendidikannya,  Kahar  Muzakkar  sempat  kembali  ke daerah asalnya di Sulawesi. Namun karena pengaruh Islam modernis  yang dibawanya,
Kahar Muzakkar berselisih paham dengan kepala dan tokoh-tokoh adat setempat. Kahar oleh  sebagian  kepala  adat  dianggap  telah  mengutuk  sistem  feodal  yang  berlaku  di
Sulawesi  Selatan  dan  menganjurkan  dihapuskannya  aristokrasi  yang  membuat  para tokoh  adat  marah.  Dia  pun  akhirnya  dihukum  dibuang  dari  Sulawesi  Selatan.  Setelah
itu, Kahar Muzakkar akhirnya kembali lagi ke Surakarta pada tahun 1943. Kahar Muzakkar merupakan tokoh yang paradoksal. Dia adalah seorang pejuang
sekaligus pemberontak. Dalam perjalanan perjuangannya, dia merupakan salah seorang pengawal Soekarno ketika Soekarno menyampaikan salah satu pidato rapat umumnya di
lapangan  Merdeka  Jakarta,  19  september  1945
104
.  Sebelum  melakukan  tindakan separatif  baca;  pemberontakan,  Kahar  Muzakkar  adalah  seorang  anggota  Tentara
Nasional  Indonesia.  Bahkan,  latar  belakang  ketentaraannyalah  yang  menjadi  pemicu awal  pemberontakannya.  Kahar  Muzakkar  kecewa  karena  tuntutannya  untuk
menjadikan  seluruh  tentara  gerilyawan  yang  berperang  merebut  kemerdekaan  di wilayah  Sulawesi  sebagai  tentara  Nasional  Indonesia  dan  hak  historisnya  untuk
103
Lihat Usman, Tragedi Patriot Pemberontakan Kahar Muzakkar, Narasi, Yogyakarta, 2009, hlm 13
104
Ibid hlm 13
memimpin  pasukan  Tentara  Nasional  Indonesia  di  Sulawesi  Selatan  sebagai  seorang perwira senior tidak dipenuhi pemerintah.
Penolakan  pemerintah  dikarenakan  sebagian  besar  para  mantan  gerilyawan revolusi  kemerdekaan  tersebut  dianggap  tidak mempunyai  kualifikasi  pendidikan  yang
baik untuk dijadikan sebagai prajurit Tentara Nasional Indonesia. Pemerintah Indonesia saat  itu,  lebih  memilih  para  prajurit  yang  pernah  mengenyam  pendidikan  Eropa  untuk
dijadikan  sebagai  tentara –khususnya  untuk  posisi-posisi  strategis-  dibanding  dengan
para  mantan  gerilyawan  revolusi  kemerdekaan  yang  hanya  mengeyam  pendidikan „tradisional‟.  Pendidikan  tradisional  yang  dimaksud  di  sini  termasuk  pula  pendidikan
Islam. Kekecewaan  Kahar  Muzakkar  dan  para  kelompok  gerilyawan  revolusi
kemerdekaan terhadap sikap pemerintah membuat mereka mengundurkan diri ke hutan untuk  membagun  perlawanan  gerilya  baru.  Bedanya  jika  dulu  gerilya  dilakukan  untuk
melawan  Belanda,  gerilya  kali  ini  adalah  untuk  melawan  rezim  pemerintah  Indonesia saat  itu.  Dalam  perjalanan  pemberontakannya,  Kahar  Muzakkar  dan  pasukan
gerilyawannya kemudian menjadikan isu Islam sebagai wacana gerakannya. Pada tahun 1953  Kahar  Muzakkar  menyatakan  bahwa  Sulawesi  Selatan  dan  daerah  Indonesia
Timur  lainnya  sebagai  bagaian  dari  Negara  Islam  Indonesia  NII  bentukan  SM Kartosuwiryo.  Bersamaan  dengan  itu,  ia  juga  mengganti  nama  pasukannya  dengan
nama Tentara Islam Indonesia
105
. Dengan menggunakan Islam, Kahar Muzakkar mulai memungut  berbagai  pajak  dari  masyarakat  seperti  pajak  pembangunan,  pajak
105
Ibid hlm 92
perjuangan,  pajak  ternak  dan  pajak  pendapatan  atas  nama  Negara  Islam  Indonesia
106
. Gerakan  Islam  yang  diusung  oleh  Kahar  cenderung  bersifat  puritan.  Dia  sangat
membenci  sistem  feodal,  karena  itu  Kahar  Muzakkar  melarang  pemakaian  gelar kebangsawanan  seperti  Andi  dan  Daeng  untuk  menciptakan  masyarakat  setara  yang
dibayangkannya. Hal tersebut membuatnya banyak dibenci kalangan bangsawan. Selain itu,  Kahar  dan  pasukannya  juga  menyerang  paham  mistik  masyarakat  pra  Islam  di
Sulawesi  Selatan.  Para  tokoh  spiritual  pra  Islam  seperti  komunitas
Bissu
disingkirkan. Hukum Islam syariat dijadikan sebagai tonggak utama dalam penataan masyarakat.
Selain  dekat  dengan  wacana  Islam,  Kahar  Muzakkar  sendiri  sebenarnya  dekat dengan  wacana  Marxisme.  Islam  sepertinya  memberi  keuntungan  lebih  besar  terhadap
gerakannya. Melalui wacana Islam, Kahar memperoleh banyak dukungan dari kalangan bangsawan yang juga merasa kecewa dengan pemerintah
107
, hal yang mana dirasa akan hilang  jika  Marxisme  yang  dijadikan  sebagai  wacana  utama  gerakan.  Kahar  berusaha
mempertahankan  dukungan  mereka  tanpa  mengorbankan  tujuan  untuk  mencapai keadilan sosial.  Islam  dengan prinsip persamaan  haknya juga dapat  digunakan sebagai
serangan  tak  langsung  terhadap  feodalisme
108
.  Gerakan  Kahar  Muzakkar  juga  hampir tidak  bisa  dilepaskan  dari  sentimen  kedaerahan  saat  itu.  Dalam  hal  ini,  Islam  dipakai
sebagai  antagonisme antara „kita‟ dan „mereka‟. „Kita‟ adalah para pemberontak yang
merupakan putr a asli daerah, sedang „mereka‟ adalah orang-orang Kristen Minahas dan
106
Ibid hlm 93
107
Banyak bangsawan yang terlibat aktif menjadi gerilyawan semasa pendudukan Jepang dan Belanda. Mereka juga sangat menderita pada masa-masa tersebut. Setelah kemerdekaan, mereka berharap dapat
direkrut menjadi anggota TNI, namun seperti banyak gerilyawan lainnya di Sulawesi Selatan, sangat sedikit dari mereka yang mempunyai latar belakan pendidikan Barat yang dijadikan standar utama
pemerintah dalam rekrutmen tentara nasional.
108
Lih, Sillars Harvey, Pemberontakan Kahar Muzakkar; Dari Tradisi ke DITII, Pustaka Utama Grafiti, Jakarta, 1989, hlm 200
orang  abangan-  jika  istilah  ini  masih  bisa  dipakai-  Jawa  yang  banyak  menduduki jabatan-jabatan publik penting di Sulawesi Selatan saat itu yang sekaligus adalah lawan
di medan pertempuran
109
. Pemberontakan  Kahar  Muzakkar  berlangsung  pada  rentang  waktu  antara  tahun
1950  sampai  dengan  tahun  1965.  Melalui  serangkaian  operasi  militer  panjang  untuk meredam  pemberontakannya,  gerakan  Kahar  Muzakkar  dan  pasukan  akhirnya  dapat
diakhiri.  Kahar  Muzakkar  sendiri  dinyatakan  tewas  tertembak  pada  tanggal  3  Februari 1965 di tangan pasukan Divisi Siliwangi  yang dikirim  khusus menghabisi gerakannya.
Namun  demikian  jasad  dan  makamnya  tak  pernah  dipublikasi  secara  jelas  kepada masyarakat.
Kesimpangsiuran  berita  kematian  Kahar  Muzakkar  membuat  banyak  orang berspekulasi  dan  pada  akhirnya  dimistifikasi.  Mistifikasi  tersebut  membuat  wacana
tentang  sosok  Kahar  dapat  dibawa  kemana  saja.  Beberapa  orang  termasuk  beberapa mantan anggota pasukannya meyakini bahwa Kahar tidak meninggal pada saat operasi
militer tahun 1965 tersebut. Dia dianggap sosok yang kebal peluru. Kesamaran tentang berita  kematian  Kahar  inilah  yang  sepertinya  digunakan  oleh  Syamsuri  Madjid  untuk
mendapatkan simpati masyarakat  ketika dia melakukan dakwahnya di  Luwu, Sulawesi Selatan.
Seperti  telah  disebutkan  di  atas,  Jamaah  an-Nadzir  meyakini  bahwa  sebelum mun
cul  dalam  sosok  „aslinya‟  Imam  Mahdi  telah  mewujud  dalam  sosok  Kahar Muzakkar  dan  Syamsuri  Madjid.  Penggunaan  sosok  Kahar  Muzakkar  dimungkinkan
109
Ibid hlm 333
karena  kesamaan  cita-cita  menegakkan  hukum  Islam  secara
kaffah
meski  an-Nadzir tidak  memahaminya  dalam  konteks  Negara  sebagaimana  dicita-citakan  Kahar.  An-
Nadzir memahami dan menciptakan konstruksi tentang penegakan Hukum Islam dalam wacana  doktrin  eskatologi  Islam  sebagai  upaya  pemenuhan  janji  ilahi  dan  percepatan
kedatangan sosok messianis, Imam Mahdi. Sosok Kahar Muzakkar juga sangat mungkin digunakan sebagai wacana politis meraih simpati masyarakat. Bagaimanapun komunitas
an-Nadzir di Sulawesi Selatan awalnya berbasi di kabupaten Luwu, sebuah distrik yang merupakan basis pendukung loyalis dan pusat perjuangan Kahar Muzakkar di masa lalu.
Dengan  mewacanakan  sosok  Kahar  dan  Syamsuri  sebagai  Imam  Mahdi membuat  penyamaan  sosok  Syamsuri  sebagai  Kahar  tak  dapat  dihindari.  Bahkan  pada
awalnya  Syamsuri  tidak  menolak  anggapan  ini
110
.  Pengakuan  Syamsuri  sebagai  sosok Kahar Muzakkar menimbulkan polemik di antara keluarga Kahar. Keluarga besar Kahar
akhirnya  meminta  Syamsuri  membuat  pernyataan  tertulis  bahwa  dirinya  bukanlah Kahar  Muzakkar.  Syamsuri  akhirnya  memenuhi  permintaan  itu.  Dalam  surat
pernyataannya  yang  dimuat  majalah  Sabili  No.  15  Th.  VIII,  5  Januari  2001  Syamsuri menyatakan „saya adalah Syamsuri Abdul Madjid  dan Kahar Muzakkar adalah Kahar
Muzakkar  yang  sama kita  ketahui  telah  meninggal  dunia‟
111
.  Meskipun  telah menyatakan  bahwa  dia  bukan  Kahar,  namun  doktrin  messianis  tentang  Imam  Mahdi
masih menggunakan sosok Kahar maupun Syamsuri tersebut dalam penciptaan wacana messianistis an-Nadzir hingga saat ini.
110
Lih Taufan, Tinjauan  Sosiologi Hukum Jamaah an-Nadzir,  hlm 145
111
Ibid hlm 147.
Berbeda  dengan  doktin  messianis  Syiah,  konstruksi  messinistik  Jamaah  an- Nadzir  lebih berpusat  pada sosok  yang akan mempersiapkan kemunculan dan  revolusi
Imam Mahdi, bukan pada klaim tentang sosok al-Mahdi sebagaimana kelompok Syiah. Sosok  yang dimaksud  Jamaah an-Nadzir  adalah seseorang  yang dijuluki Pemuda  Bani
Tamim.  Pemusatan  doktrin  messianistik  an-Nadzir  pada  sosok  ini  dapat  dipahami karena  sosok  Pemuda  Bani  Tamim  adalah  orang  yang  menurut  mereka  akan
membangun sebuah komunitas kuat pembela sang Mahdi. Melalui sosok inilah Jamaah an-Nadzir  membangun  wacana  tentang  komunitas  mereka  sebagai  komunitas  pilihan
Tuhan. Pemuda  Bani  Tamim  dalam  pandangan  Jamaah  an-Nadzir  adalah  tokoh
sentralitas
112
dunia di akhir zaman. Ada beberapa gelar atau julukan yang melekat pada diri  Pemuda  Bani  Tamim,  antara  lain,  Syuaib  bin  Saleh  At-Tamimi,  Rijalullah  laki-
lakinya Allah, Abdisshalehah hamba yang dishalehkan, Al-Mansyur dan sebagainya. Dia  merupakan  sosok  pemimpin  akhir  zaman  yang  akan  mendahului  dan
mempersiapkan  syarat-syarat  bagi  terciptanya  revolusi  ilahi  oleh  Ima mul „Azdma Al-
Mahdi Al-Muntazar
113
. Sebagaimana al-Mahdi, Pemuda Bani Tamim juga diwacanakan sebagai  sosok  pilihan  ilahi.  Hal  tersebut  bahkan  sudah  ditunjukkan  dari  pemilihan
namanya.  Tamim
tamamah
dalam  bahasa  Arab  bermakna  sempurna.  Menurut  Ustad Rangka  pemimpin  Jamaah  an-Nadzir  ukuran  kesempurnaan  manusia  adalah  jika
manusia  tersebut  telah  mengenali  Tuhannya  dan  bertemu  dengannya.  Pemuda  Bani Tamim menurut klaim Rangka telah sempurna keimanannya kepada tuhan karena telah
112
Istilah yang digunakan  Jamaah an-Nadzir untuk memistifikasi sosok Pemuda Bani Tamim yang mereka yakini
113
Wawancara dengan Arif anggota Jamaah an-Nadzir
bertemu  dengan  Tuhan  sebagaimana  yang  pernah  dialami  Muhammad  pada  peristiwa Isra Mi‟raj
114
. Pemuda  Bani  Tamim  dalam  konstruksi  an-Nadzir  dapat  disamakan  dengan
sosok  Satria Piningit”  atau  “Ratu  Adil  dalam  messianisme  Jawa.  Namun  an-Nadzir
menegasi  kemungkinan  kemunculan  sosok  messianis  dari  Jawa.  Tidak  seperti  dalam konsep  messianistis  Jawa  di  mana  wacana  messianitis  tidak  selalu  harus  sepenuhnya
teologis-eskatologis  tetapi  sangat  mungkin  juga  dalam  wacana  politik,  an-Nadzir memandang  dan  memahami  messianisme  dalam  wacana  yang  sangat  teologis  meski
bukan  berarti  tidak  politis.  Dalam  pandangan  an-Nadzir,  di  tanah  Jawa  tidak  akan muncul  sosok  messias  karena  Jawa  sudah  dipenuhi  dengan  berbagai  kemaksiatan  dan
ketiadaan  sebuah  komunitas
ummah
yang  secara  konsisten  menjalankan  Islam  secara „benar‟.  Negasi  an-Nadzir  ini  sedikit  banyak  menyerupai  sentimen  kedaerahan  yang
dijadikan  wacana  dalam  pemberontakan  Kahar  Muzakkar  di  masa  lalu,  dengan menegasikan Jawa, Jamaah an-Nadzir sekaligus juga berusaha memapankan citra yang
mereka konstruksi seputar komunitasnya. Lalu  siapa  Pemuda  Bani  Tamim  atau  Satria  Piningit  atau  Ratu  Adil  menurut
Jamaah  an-Nadzir?  Menurut  mereka,  Pemuda  Bani  Tamim  adalah  seseorang  yang dijuluki
“Assa‟na  Gowa”  atau  aslinya  Gowa.  Ia  adalah  keturunan  Raja  dari  Polong Bangkeng  Gowa
yang  memakai  nama  gelar  “Daey”.  Lebih  lanjut,  an-Nadzir menghubung-hubungkan  klaim  mereka  tentang  Pemuda  Bani  Tamim  dengan  tokoh
ulama  kharismatik  Sulawesi  Selatan,  Syekh  Yusuf  al-Makassari.  Pemuda  Bani  Tamim diklaim  masih  dari  keturunan  keluarga  Syehk  Yusuf  yang  merupakan  keturunan  dari
114
Wawancara dengan Rangka.
Nabiullah Khaidir Ibnu Abbas Balyamulkan Rije‟ma Alfahanisu Al-Ajiru Abul Abbas Balyamulkan  as.  Tapi  ia  bukan  anak  keturunan  dari  Syaikh  Yusuf,  melainkan  beliau
adalah berasal  dari keturunan anak cucu  yang ketujuh  dari Nabiullah Khaidir as,  salah seorang dari keturunan inilah yang dipilih oleh Allah SWT untuk menjadi Pemuda Bani
Tamim
115
.  Dalam  berbagai  naskah  kuno  Sulawesi  Selatan,  Syekh  Yusuf  memang dimistifikasi  sebagai  anak  dari  tokoh  mistis  Nabi  Khidir  yang  memiliki  berbagai
karamah  sejak  dia  dilahirkan.
116
Hal  itu  dilakukan  untuk  memberi  legitimasi  kuat terhadap kewaliyan dan kekaramahan Syehk Yusuf yang menjadi wacana sentral dalam
masyarakat Sulawesi Selatan. Lalu siapakah Pemuda Bani Tamim itu dalam eksistensinya saat ini? Jamaah an-
Nadzir  tidak  secara  pasti  menyebutkan  tokoh  tertentu,  namun  dalam  berbagai kesempatan, secara tersirat kliam tersebut disematkan kepada pemimpin mereka saat ini,
Ustad Rangka. Misalnya dalam sebuah wawancara Ustad Rangka berkata Saya tahu siapa itu Pemuda Bani Tamim, aku sangat kenal dengannya. Aku
sering tidur dengannya, apa yang aku makan itu pulalah yang dia makan
117
. Dalam  berbagai  kesempatan  pula,  Ustad  Rangka  sebagaimana  disebutkan  oleh
sering  menggunakan  wacana  mistis  tentang  kekebalan  ketika  diajak  berargumentasi tentang konsep aqidah
Kalau  kau  yakin  Tuhanmu  allah,  kau  yakin  bahwasanya  allah  yang  cabut nyawamu klo kau mati, sekarang kau tebas saya duluan, setelah itu gantian
115
Wawncara dengan arif.
116
Lih Gibson, Narasi Islam dan Otoritas di Asia Tenggara, Ininnawa,2012,  hlm 86-90
117
Wawancara dengan Rangka
saya  yang  tebasko,  betul  dak  aqidahmu  dak  melenceng,  maksudnya  bukan parang ini yang cabut nyawamu
118
. Terdapat  beberapa  hal  menarik  pada  seputar  pembentukan  wacana  tentang
Pemuda  Bani  Tamim  an-Nadzir.  Hal  itu  terlihat  dari  klaim  tentang  gelar  bangsawan Makassar Gowa „daey‟ yang mereka sebut yang sama sekali tidak terdapat atau tidak
pernah  ditercatat  dalam  sejarah  tradisi  suku  Makassar  di  Sulawesi  Selatan.  Sepanjang catatan sejarah, suku Makassar tidak pernah mengenal gelar „daey‟  sebagai nama untuk
gelar  kebangsawanan  Makassar.  Gelar  kebangsawanan  Makassar  biasanya  dikenal dengan sebutan
Karaeng
atau
Daeng
. Dalam stratifakasi masyarakat Makassar di masa lalu,  manusia  dibagi  menjadi  tiga  tingkatan  yaitu
Karaeng,  Tu  Maradeka,
dan
Ata
119
. Karaeng adalah kelas sosial atas yang dihuni oleh para bangsawan.
Tu Maradeka
adalah lapisan  masyarakat  kelas  menengah  yang  biasanya  merupakan  jumlah  kelas  sosial
mayoritas.  Sedangkan
ata
adalah  budak  atau  abdi.  klaim  tentang  kebangsawanan tersebut  juga  terkesan  paradoks,  karena  kebangsawanan  dalam  masyarakat  Bugis-
Makassar bukanlah sesuatu yang kaku, setiap orang berpotensi untuk „naik kelas‟ sosial
menjadi  bangsawan  meskipun  dia  sebenarnya  bukan    dari  kelas  tersebut  dengan berbagai cara semisal perkawinan dan sebagainya
120
. Hal  lain  yang  menarik  dari  konstruksi  wacana  seputar  Pemuda  bani  Tamim
jamaah an-Nazdir adalah pernyataan tentang relasi pemuda Bani Tamim dengan ulama kharismati,  Syekh  Yusuf.  Hal  tersebut  tampak  tipikal  dengan  pengasimilasian  tokoh
118
Wawancara dengan Kepala Seksi Penerangan Dan Penyuluhan Agama Masyarakat Kementerian Agama Kabupaten Gowa.
119
Untuk penjelasan lebih lanjut tentang pembagian stratifikasi soasial masyarakat Makassar lih Hamid Abdullah, Manusia Bugis Makassar, Inti Idayu Press, Jakarta, 1985, hlm 111
120
Lih Pelras, Manusia Bugis, Nalar, Jakarta, 2006, hlm 196
Kahar  Muzakkar  dengan  sosok  Mahdi
121
.  Hal  itu  menunjukkan  bagaimana  an-Nadzir banyak  menggunakan  narasi  lokal  yang  telah  melekat  namun  samar-samar  dalam
konstruksi messianis mereka. konstruksi tentang Kahar Muzakkar dibangun ketika basis jamaah  an-Nazdir  masih  berada  di  kabupaten  Luwu-  tanah  kelahiran  dan  basis  Kahar
pada  masa  pemberontakannaya-  sewaktu  pemimpin  mereka  Syamsuri  Madjid  masih hidup-  tokoh  yang  diklaim  reinkarnasi  Kahar.  Sementara  ketokohan  Syehk  Yusuf
dipergunakan  ketika  komunitas  ini  telah  mapan  di  Mawang  Kabupaten  Gowa.  Hal tersebut  sepertinya  bertujuan  untuk  mengangkat  sosok  Ustad  Rangka,  pemimpin
komunitas yang juga merupakan warga Gowa. Dengan  membangun  kontruksi  messianis  semacam  itu,  Jamaah  an-Nadzir
menempatkan  konstruksi  messianis  mereka  dalam  sebuah  medan  kontestasi.  Setiap konstruksi  mesianistis  pastilah  menyatakan  bahwa  klaim  merekalah  yang  „benar‟.
Jamaah an-Nadzir seperti telah dikatakan sebelumnya menegasikan potensi messias dari Jawa,  selain  itu  mesti  banyak  memakai  doktrin  messianis  Syiah  dalam  konstruksi
messianis  mereka,  namun  mereka  pula  menolak  klaim  Syiah  khususnya  berkaitan dengan  pemuda  Bani  Tamim.  Penolakan  ini  bukan  sekadar  karena  menganggap  diri
berbeda  dengan  Syiah,  melainkan  juga  menentukan  konstruksi  lanjutan  mereka berkaitan dengan tempat kemunculan komunitas pilihan calon pembela sang Mahdi.
Jamaah  an-Nadzir  memulai  pembentukan  wacana  mereka  tentang  asal  usul komunitas  yang  dijanjikan  melalui  sebuah  perkataan  yang  disandarkan  kepada
Sayyidina  Ali  „
suatu  saat  kaum  bangsa  Arab  akan  tercengang  meliha t  Al-Quran
121
Telah umum dan mapan diketahui bahwa kedua tokoh Syekh Yusuf dan Kahar Muzakkar Sulawesi Selatan tersebut dimistifikasi dan dianggap keramat oleh banyak masyarakat Sulawesi Selatan, baik
semasa hidupnya terlebih setelah kematian mereka.
dibawa oleh kaum lain yang tidak dipahami bahasanya
”
122
.
Dalil-dalil teologis, seperti apapun interpretasinya, entah itu diambil dari teks-
teks suci Qur‟an, Sabda-sabda Nabi Muhammad, maupun perkataan tokoh-tokoh kharismatik masa lalu seperti sahabat nabi
atau  wali  ternama  sangat  dibutuhkan  dalam  konstruksi  messianistis-  khususnya  jika messiahnisme  dipahami  dalam  konteks  eskatologis  sebagaimana  dipahami  Jamaah  an-
Nadzir- untuk menguatkan konstruksi tersebut. Perkataan Sayyidina Ali di atas oleh an- Nadzir  kemudian  digunakan  untuk  mengklaim  komunitas  mereka  sebagai  komunitas
pilihan yang dimaksud teks tersebut. Menurut  Jamaah  an-Nadzir,  kaum  atau  komunitas  yang  dimaksudkan  teks
tersebut  adalah  kaumnya  Salman  Al-Farisi  atau  keturunan  dari  Nabi  Khidir  as  yang berasal  dari  Gowa  Makassar  Sulawesi  Selatan.  Hal  ini  sekali  lagi  memperlihatkan
kepada  kita  bagaimana  Jamaah  an-Nadzir  menggunakan  fakta  sejarah  yang  sifatnya samar-samar  untuk  dimistifikasi  dan  dikaitkan  dengan  komunitas  mereka.  Salman  al-
Farisi  menurut  an-Nadzir  bukanlah  sahabat  biasa,  tetapi  merupakan  jelmaan  Nabi Khidir as
123
. Salman itu tidak lain dan tidak bukan sosok Nabi khidir yang mendampingi
Nabi  Muhammad.  Nabi  khidir  itu  mendampingi  semua  nabi-nabi  Allah. Nah  di  masa  Nabi  Muhammad  dia  berwujud  dalam  sosok  Salman  al-
Farisi
124
122
Teks ini dikutip dari Tulisan Muhammad Al-Jundi yang berjudul Pemuda Bani Tamim Perintis Jalan Imam Mahdi hlm 8. Tulisan ini merupakan ini adalah buku yang diberikan kepada saya oleh Arif
anggota an-Nadzir. Buku ini berisi tentang argumentasi Jamaah an-Nadzir berkaitan dengan konstruksi mereka tentang sosok pemuda Bani Tamim menurut mereka.
123
Sosok mistis dan misterius dalam teologi Islam. Khidir diyakini sebagai seorang Nabi yang telah hidup jauh sebelum masa Muhammad. Dalam Alquran dicatat bahwa nabi Musa as bahkan pernah berguru
kepadanya. Nabi Khidir diyakini punya mu‟jizat dapat berumur panjang dan masih hidup sampai hari kiamat.
124
Wawancara dengan Arif
Salman al-Farisi adalah sosok sahabat setia Nabi. Dia adalah tokoh yang berjasa dalam  Perang
Khandaq
.  Strateginya  untuk  membuat  parit  di  sekeliling  kota  madinah demi menghalau pasukan Quraisy saat itu terbukti telah memberikan kemenangan bagi
umat  Islam.  Bahkan,  Salman  oleh  Nabi  dianggap  sebagai  salah  satu
ahlulbait.
Salman juga merupakan orang pertama  yang menerjemahkan al-Quran ke dalam bahasa asing,
yaitu  bahasa  Persia
125
.  Yang  samar-samar  terkait  Salman  adalah  tahun  kematiannya yang tidak diketahui secara pasti. Ada yang mengatakan Salman meninggal pada masa
pemerintahan Usman, ada pula yang mengatakan pada Masa pemerintahan Ali. Salman juga  diklaim  berumur  panjang,  ada  yang  mengatakan  beliau  hidup  250 tahun  ada  pula
yang menyebut  350 tahun. Kesamaran itulah  yang mungkin  digunakan oleh an-Nadzir untuk  mengklaim  Salman  sebagai  Khidir,  yang  juga  dipercayai  berumur  panjang.
Dengan  mengatakan  bahwa  kaum  yang  dijanjikan  adalah  keturunan  Salman,  maka Jamaah  an-Nadzir  menempatkan  Salman  pada  posisi  yang  sangat  tinggi,  hal  tersebut
bukanlah sesuatu yang hanya khas an-Nadzir, dalam tradisi Syiah, Salman ditempatkan sebagai tokoh yang sangat dihormati karena Salman adalah sahabat setia dan merupakan
„syiah‟ baca: pembela Ali. Selain itu, kepada Salman juga disandarkan sebuah hadist yang digunakan untuk memapankan doktrin imamah Syiah, khususnya Syiah Imam Dua
belas. Untuk mempertegas klaim bahwa kaum yang dimaksudkan teks tersebut adalah
komunitas  mereka  yang  berasal  dari  Gowa,  Sulawesi  Selatan  Jamaah  an-Nadzir menggunakan  penekanan  bahasa  yang  tidak  dikenali  pada  teks  tersebut.  Menurut  an-
Nadzir  ada  lima  buah  aksara  yang  dipakai  dan  akan  berkuasa  di  dunia.  Antara  lain,
125
Lih, Jafar Yahaghi, An Introduction to Early Persian Quranic Translations  hlm 1
aksara Latin, aksara China, aksara India, aksara Arab dan aksara Lontara
126
. Dari kelima aksara tersebut, sudah empat aksara pernah menguasai dunia, sehingga tinggal satu lagi
aksara  yang  akan  mendapatkan  gilirannya  yakni  “aksara  Lontara”  yang  berasal  dari Gowa, Sulawesi Selatan
127
. Dalam  berbagai  Hadis  juga  disebutkan  bahwa  komunitas  yang  akan
mempersiapkan jalan bagi Imam Mahdi berasal dari timur
128
. Teks tersebut yang hanya menyebut kata timur tanpa merujuk pada sebuah tempat tertentu memunculkan berbagai
interpretasi dan akhirnya menjadi medan konstestasi bagi para pengklaimnya. Jaman an- Nadzir menginterpretasikan timur sebagai daerah
“Qum.” atau Gowa Sulawesi Selatan . Dari  wilayah  “Qum”  inilah  Pemuda  Bani  Tamim  bergerak  melakukan  pembinaan
sedikit  demi sedikit,  secara terus  menerus dan istiqamah, sambil  menunggu ketetapan- ketetapan  Allah  SWT  selanjutnya.  Jamaah  an-Nadzir  mengklaim  bahwa  timur  dalam
teks  tersebut  adalah  timur  tempat  mereka  berada  karena  menurut  mereka  tak  ada  lagi sebuah  jamaah  di  timur  yang  secara  konsisten  menjalankan  kehidupan  sebagaimana
yang dijalankan oleh Rasulullah di masa lalu. Perlu  dipahami  bahwa  “Qum”  adalah  sinonim  dari  kata  “Gowa.”  Daerah
“Qum”  atau  “Gowa”  ini,  senantiasa  dijaga  oleh  Allah  SWT.  Bahkan  di daerah  atau  wilayah  inilah  terdapat  suatu  tempat  berkumpulnya  para
waliyullah menunggu datangnya ketetapan Allah SWT
129
. Tokoh  Pemuda  Bani  Tamim  dimistifikasi  oleh  Jamaah  an-Nadzir  sebagai
seseorang yang mendapatkan bimbingan dan pendidikan
tarbiyah
langsung dari Allah
126
Nama aksara lokal di Sulawesi Selatan.
127
Wawancara dengan Arif.
128
Salah satunya adalah hadist yang diriwatkan oleh Ibnu Majah „ Akan keluar sekelompok manusia dari
timur,  mereka  akan  meratakan  Jalan  bagi  kemunculan  Mahdi‟.;  dikuti  dari  buku  „Laga  Pamungkas: Duet Imam Mahdi dan Isa ibn Maryam Memipin Dunia‟  karya Najamuddin Thabasi hlm 65
129
Tempat yang dimaksud adalah Gunung Bawakaraeng. Muhammad al-Jundi hlm 32
SWT  sebagaimana  Imam  Mahdi  as.  Dia  digambarkan  sebagai  sosok  dengan supranatural  yang  sempurna.  Dia  diklaim  mengusai  berbagai  keterampilan  beladiri,
cakap  dalam  strategi  perang,  dan  menguasai  semua  bidang  ilmu  pengetahuan  sebab ilmunya adalah ilmu
ladunni
pengetahuan langsung dari Tuhan. Untuk melindungi diri dari  serangan  terhadap  klaim  mereka  tentang  sosok  Pemuda  Bani  tamim  yang  terasa
sedikit  kurang  logis  ada  manusia  yang  demikian  itu,  mereka  biasanya  berdalih  bahwa tak ada yang tak mungkin jika Allah yang berkehendak.
Antara Imam Mahdi dengan Pemuda Bani Tamim digambarkan bagaikan tubuh dengan roh. Artinya, ketika salah satu diantaranya tidak ada, tidak berfungsi atau tidak
berperan  sebagaimana  mestinya,  baiat  seseorang  terhadap  Mahdi  tidak  akan  diterima sebelum dia berbaiat kepada Pemuda Bani Tamim
130
. Dengan menjadikan pemuda bani Tamim  sebagai  tokoh  sentral-  tentu  bersama  dengan  Mahdi-,  Jamaah  an-Nadzir
membentuk  sebuah  konsep  messianistis  yang  berbeda  dengan  kebanyakan  konsep messias Islam yang biasanya menjadikan Mahdi sebagai „pusat‟.
Pemuda Bani Tamim menurut Jamaah an-Nadzir  memiliki peran penting untuk mempersiapkan  setidak-tidaknya  dua  hal.
Pertama
,  bertugas  untuk  mempersiapkan
pasukan inti berjumlah 313 orang yang akan menjadi balatentara Pemuda Bani Tamim dan  Imamul  „Adzma  Al-Mahdi  demi  tegaknya  Daulah  Islamiyah  dengan  sistem
Khilafah di akhir zaman ini.
Kedua,
bertugas untuk mempersiapkan wilayah kekuasaan untuk al-Mahdi  dirintis dan dimulai dari  wilayah
“Qum”
131
130
Lih, Muhammad, Pemuda Bani Tamim Perintis Jalan Imam Mahdi, Pustaka Tarbiyah, 2010, hlm 57
131
Lih Najamuddin Thabasi, Laga pamungkas: Duet Imam Mahdi dan Isa al-Masih Memimpin Dunia, penerbit Al-Huda, 2010, hlm 76
Selain  memusatkan  Pemuda  Bani  Tamim  sebagai  tokoh  sentral  konstruksi messianis  mereka,  Jamaah  an-Nadzir  juga
menempatkan  wacana  „ketimuran‟  dalam posisi yang sangat penting. Bahkan, Fungsi Bani Tamim dalam wacana messianistis an-
Nadzir  digunakan  untuk  mengafirmasi  konstruksi  tentang  timur  yang  mereka maksudkan.  Menurut  an-Nadzir  Semua  orang  yang  terlibat  membangun  dan  membina
pusat  pemerintahan  Imam  Mahdi  itu  adalah  orang-orang „Timur‟,  yakni  kaum  atau
bangsa yang menetap di „Timur‟, yang memeluk dan mengamalkan ajaran Muhammad
Rasulullah saw lebih baik dari bangsa-bangsa lain. Dari kalangan ini  pulalah asal  para ikhwan.  Ikhwan  dalam  pengertian  an-Nadzir  adalah  orang-orang  yang  akan  menjadi
pendamping dan pembela al-Mahdi. Mereka adalah pasukan pembawa panji-panji hitam dari timur. Kedudukan Ikhwan ini disetarakan dengan kedudukan sahabat-sahabat setia
Muhammad di masa lalu. Konstruksi
dan perebutan
makna tentang
komunitas yang
akan mempersiapkan  proses  kedatangan  Imam  Mahdi  tidak  hanya  dilakukan  oleh  an-
Nadzir, sepanjang sejarah Islam telah banyak usaha dan klaim terhadap wacana ini. Di  Iran
–  yang  notabene  masyarakatnya  mayoritas  Syiah-,  interpretasi  seperti  ini juga  banyak  terjadi.  Mereka  mengkalialm  bhawa  orang  Iran  nantinya  akan
memgeang  peran  fundamental  dalam  kebangkitan  Imam  Zaman  al-Mahdi  as
132
. Bangunan konsep  orang Iran terhadap wacana tersebut cenderung  mirip dengan apa
yang  dikonstruksi  oleh  an-Nadzir  bahkan  dalil-dalil  teologis  yang  dipakai  untuk
132
Ibid hlm 131
mengafirmasi  wacana  tersebut  juga  sedikit  banyak  memiliki  persamaan  meski dengan interpretasi yang berbeda
133
. Sebagaimana lazim dalam berbagai konsep messiasnisme, dunia dan keadaan
yang  sedang  berlangsung  saat  ini  dipandang  sebagai  dunia  yang  telah  mengalami dekadensi  akut,  jauh  dari  cita-cita  ideal  sebuah  masyarakat  ilahiah.  Jamaah  an-
Nadzir juga memandang dunia dengan cara pandang yang tidak jauh berbeda denga n argumentasi  messianic  lainnya.  menurut  an-Nadzir  penyebab  utama  kemerosotan
kualitas  hidup  manusia  adalah  karena  pilihan  hukum  yang  dipakai.  Dalam pandangan  an-Nadzir,  hukum,  peraturan  dan  undang-undang  yang  dipakai  saat  ini
adalah hukum, peraturan dan undang-undang produk  manusia.  Yang  sesungguhnya, dalam hukum tersebut banyak sekali yang bertentangan dengan  hukum-hukum Allah
SWT
134
.
133
Hadist-hadist yang akan saya sebutkan dibawah ini beserta interpretasinya yang menurut saya politis, saya kutip dari buku yang ditulis Najamuddin Thabasi, Laga pamungkas : Duet Imam Mahdi dan Isa al-
Masih Memimpin Dunia, hlm 76
Dari nabi Saw bersabda: bendera-bendera hitam berdatangan dari Timur, seolah-olah hati mereka terbuat dari potongan-potongan besi. Siapapun yang mendengar seruan mereka, maka hendaklah dia mendatangi
mereka  lalu berbaiat kepada mereka walaupun dia harus merangkak di atas salju. Hadist yang digunakan kaum Iran ini kurang lebih sama dengan yang digunakan oleh an-Nadzir, perbedaannya hanya pada
interpretasi tentang timur, di mana orang kelompok Iran tersebut memahami bahwa Timur yang dimaksud adalah wilayah Iran, sementara an-Nadzir menginterpretasikan Timur sebagai kab. Gowa, tempat dimana
komunitas mereka berada. Hadist lain yang dikutip adalah Dari imam Baqir as salah satu dari 12 imam Syiah dimana beliau
berkata : para sahabat al-Qaim berjumlah 313 orang yang merupakan orang ajam non-Arab.  Interpretasi tentang makna dari kata non-Arab inilah yang melahirkan sebuah medan kontestasi, orang Iran
menafsirkan bahwa orang non-Arab yang dimaksud adalah orang-orang Persia Iran, sedangkan an- Nadzir sebagaimana kita tahu memaknainya sebagai orang Makassar Gowa. Yang juga menarik dari
banyaknya persamaan antara konstruksi messianic Iran Syiah dan Jamaah an-Nadzir adalh interpretasi
tentang „Qum‟. Jika di Iran memang terdapat sebuah wilayah bernama Qum yang memang sering disebut dalam konsep messianisme Syiah, sementara itu an-Nadzir member makna baru terhadap kata Qum,
menurut mereka itulah adalah sinonim dari kata Goa, sehingga yang dimaksud adalah Gowa, tempat dimana mereka bermukim.
134
Wawancara dengan Arif
Pengabaian hukum ilahi, yang tertuang dalam kitab-kitab suci sebagai pedoman hidup  manusia  dalam  pandangan  an-Nadzir  telah  mehalirkan  berbagai  kezaliman  dan
penderitaan.  Tidak  hanya  itu,  dalam  pandangan  an-Nadzir,  bahkan  hukum  Tuhan  pun telah  direduksi  oleh  manusia  sehingga  kehidupan  beragama  telah  banyak
„diselewengkan‟. Agama bahkan digunakan sebagai sarana kekuasaan. Kedatangan al- Mahdi  bertujuan  untuk  mengembalikan  dan  menegakkan  kembali  hukum  Tuhan  dan
meluruskan kembali kehidupan beragama umat manusia sebagaimana mestinya. Selain misi  yang  terkesan  teologis  tersebut,  Imam  Mahdi  sebagai  seorang  pemimpin  akan
memenuhi dunia dengan keadilan. Keadilan yang dimaksud di sini adalah keadilan yang dicapai berkat implikasi penegakan hukum-hukum Tuhan.
Pewacanaan  penegakan  kembali  hukum  Tuhan  tentunya  memerlukan  sebuah konsep  hukum  lain  untuk  dipertentangkan  sebagai  sebuah  proses  identifikasi.  Seperti
kebanyakan gerakan radikal Islam, Jamaah an-Nadzir juga menuduh kekuatan hegemoni Barat baik dari segi ekonomi, politik dan budaya sebagai biang keladi dekandensi hidup
manusia, utamanya sebagai penyebab keterpurukan Islam. Namun demikian, meskipun dibenci,  Barat  di  sini  dibutuhkan  karena  selain  sebagai  ancaman,  Barat  juga  telah
melahirkan sebuah pengharapan baru dari antagonismenya dengan Islam. Pertentangan  dan  revolusi  sebagai  tujuan  kebangkitan  al-Mahdi  tentunya
mengadaikan  terjadinya  perebutan  kekuasaan.  Dalam  hal  ini  an-Nadzir  sepertinya mengambil  jalan  berbeda  dengan  kelompok  Islam  radikal  lainnya,  alih-alih
mewacanakan  gerakan  kekerasan,  an- Nadzir malah memilih jalan yang lebih „damai‟.
An-Nadzir  mempercayai  adanya  peran  supranatural  dalam  imaji  proses  meraih kekuasaan  bagi  al-Mahdi.  Inilah  pula  yang  mungkin  menjadi  alas  an  mengapa
konstruksi messianic an-Nadzir sangat kental dengan kesan supranatural  yang terkesan agak  „irasional‟.  Menurut  an-Nadzir  Manusia  yang  mati  di  dunia  karena  menentang
perjalanan  ini  jumlahnya  sangat  banyak.  Kebanyakan  di  antara  mereka  yang  mati  itu bukan  karena  terlibat  dalam  peperangan,  akan  tetapi  di  rumah  atau  di  rumah  sakit.
Karena dahsyatnya peristiwa ini, banyak manusia yang dijadikan Allah SWT mengidap penyakit  kronis,  terutama  penyakit  jantung  dan  tekanan  darah  tinggi.  Sehingga  para
musuh-musuh  Islam  yang  mengidap  penyakit  jantung  dan  tekanan  darah  tinggi,  akan segera  mati.  Sebab  hati  mereka  sangat  sakit  dan  sangat  marah  dengan  munculnya
pemimpin baru dari kalangan ummat Muslim yang menggantikan kekuasaan Barat yang selama ini menguasai peradaban manusia di dunia
135
. Konsep messianisme an-Nadzir yang telah dipaparkan di atas terkesan revivalis
di  mana  terdapat  sebuah  masa  di  waktu  lampau  yang  telah  diidealisasi  dan  berusaha untuk  direbut  kembali.  Dalam  messianisme  an-Nadzir,  masa  itu  adalah  masa  atau  era
Muhammad. Kerinduan dan hasrat untuk mewujudkan kembali kehidupan sebagaimana di  masa  kenabian  merupakan  hal  sentral  dalam  messianisme  an-Nadzir,  bahkan
mahdisme Islam secara umum. Mahdi diandaikan sebagai tokoh yang akan mewujudkan hal tersebut.
Bangunan  konstruksi  an-Nadzir  bahkan  banyak  menggunakan  cerita  tentang masa tersebut untuk digunakan dan diinterpretasikan sesuai kebutuhan mereka sekarang.
Cerita  tentang  ikhwan  sahabat  dan  pendukung  Mahdi  yang  dianggap  setara  dengan sahabat-sahabat  Rasul,  jumlah  pasukan  Mahdi  yang  berjumlah  313  orang  yang
terinspirasi  dari  cerita  heroik  perang  Badar  dimana  313  orang  pasukan  Muhammad
135
Muhammad al Jundi, Pemuda Bani Tamim perintis Jalan al-Mahdi, Pustaka Tarbiyah, 2010,
mengalahkan  ribuan  pasukan  musuh  adalah  bukti  bagaimana  kehidupan  kenabian adalah  hal  yang  paling  dihasrati.  Dan  dengan  itu  mengutuk  sistem  saat  ini  yang
dianggap sepenuhnya dikuasai Barat.
BAB IV KONTRUKSI KEPEMIMPINAN JAMAAH AN-NADZIR