Analisis Perbandingan Kinerja Teknologi Msan Dan Gpon Pada Layanan Triple Play

(1)

TUGAS AKHIR

ANALISIS PERBANDINGAN KINERJA TEKNOLOGI

MSAN DAN GPON PADA LAYANAN TRIPLE PLAY

Diajukan untuk memenuhi salah satu persyaratan dalam menyelesaikan Pendidikan Sarjana (S-1) pada Departemen Teknik Elektro

Oleh

Fratika Arie Yolanda

NIM : 100402089

DEPARTEMEN TEKNIK ELEKTRO

FAKULTAS TEKNIK

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA

MEDAN


(2)

LEMBAR PENGESAHAN TUGAS AKHIR

ANALISIS PERBANDINGAN KINERJA TEKNOLOGI

MSAN DAN GPON PADA LAYANAN TRIPLE PLAY

Disusun Oleh :

FRATIKA ARIE YOLANDA 100402089

Disetujui Oleh : Pembimbing Tugas Akhir

NAEMAH MUBARAKAH, ST. MT. NIP. 19790506 200501 2004

Diketahui Oleh :

Ketua Departemen Teknik Elektro FT USU

Ir. SURYA TARMIZI KASIM, M.Si. NIP. 19540531 198601 1 002

DEPARTEMEN TEKNIK ELEKTRO FAKULTAS TEKNIK

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA MEDAN


(3)

i

ABSTRAK

Teknologi akses yang ada pada PT.Telkom terdapat pada Multi Service Access Node (MSAN) dan Gigabit Passive Optical Network (GPON) yang dimana dapat melalukan pelayanan triple play. Triple Play adalah layanan suara video, dan data yang disebarkan melalui jaringan broadband.

Pada Tugas Akhir ini dilakukan perbandingan kualitas jaringan dan mencari solusi layanan komunikasi yang optimal pada MSAN dan GPON untuk layanan Triple Play, Sehingga diketahui hasil perhitungan parameter kualitas jaringan pada pelanggan dengan menggunakan teknologi MSAN dan GPON.

Adapun metodenya berdasarkan data pengukuran yang dihitung diperoleh hasil, Line Rate Upstream pada MSAN dengan GPON sebesar 1276 Kbps dan 1280 Kbps. Line Rate Downstream menggunakan MSAN dengan GPON sebesar 4607 Kbps dan 47168 Kbps. Attenuation Upstream menggunakan MSAN dengan GPON sebesar 2,1 dB dan -30 dB. Attenuation Downstream menggunakan MSAN dengan GPON sebesar 0 dB dan -94,365 dB. Attainable Rate Upstream

menggunakan MSAN dengan GPON sebesar 2404 Kbps dan 1,239 Gbps.

Attainable Rate Downstream menggunakan MSAN dengan GPON sebesar 23626 Kbps dan 2,447 Gbps. Sehingga dapat diambil kesimpulan bahwa teknologi GPON memiliki kualitas jaringan yang lebih baik dibandingkan teknologi MSAN.


(4)

ii

KATA PENGANTAR

Segala puji dan syukur penulis haturkan kehadirat Allah SWT yang telah memberikan kemampuan dan kesempatan untuk dapat menyelesaikan Tugas Akhir ini dengan baik.

Tugas Akhir ini penulis persembahkan kepada yang teristimewa yaitu Bapak Junaidi dan Ibu Salfianur,serta adik saya Debby dan Agung yang senantiasa mendukung dan mendoakan hingga sekarang.

Tugas Akhir ini merupakan bagian dari kurikulum yang harus diselesaikan untuk memenuhi persyaratan menyelesaikan pendidikan Sarjana Strata Satu di Departemen Teknik Elekro, Fakultas Teknik, Universitas Sumatera Utara. Adapun judul Tugas Akhir ini adalah :

“ANALISIS PERBANDINGAN KINERJA TEKNOLOGI MSAN DAN GPON PADA LAYANAN TRIPLE PLAY”.

Selama penulis menjalani pendidikan dikampus hingga diselesaikannya Tugas Akhir ini, penulis banyak menerima bantuan, bimbingan, dan dukungan dari berbagai pihak. Untuk itu dalam kesempatan ini penulis mengucapkan terima kasih kepada :

1. Ibu Naemah Mubarakah,ST,MT selaku dosen Pembimbing Tugas Akhir saya, atas nasehat, bimbingan, dan motivasi dalam menyelesaikan Tugas Akhir ini.

2. Bapak Ir.Surya Tarmizi Kasim,M.Si dan Bapak Rahmad Fauzi,ST,MT selaku Ketua dan Sekretaris Departemen Teknik Elektro Fakultas Teknik Universitas Sumatera Utara.


(5)

iii

3. Bapak Ir.M.Zulfin,MT dan Bapak Dr.Maksum Pinem,ST.MT selaku penguji seminar dan sidang Tugas Akhir saya.

4. Seluruh staf pengajar yang telah memberi bekal ilmu kepada penulis dan seluruh pegawai Departemen Teknik Elektro, Fakultas Teknik, Universitas Sumatera Utara atas segala bantuannya.

5. Teman saya Eko widodo dan teman –teman angkatan 2010 di elektro. 6. Bapak Khawakif, Bapak Misdi, Bapak Darwin di PT.TELKOM yang telah

membimbing.

7. Semua pihak yang tidak sempat penulis sebutkan satu per satu.

Penulis menyadari bahwa Tugas Akhir ini masih banyak kekurangan baik dari segi materi maupun penyajiannya. Oleh karena itu saran dan kritik dengan tujuan memyempurnakan dan mengembangkan kajian dalam bidang ini sangat penulis harapkan.

Akhir kata penulis berserah diri pada Allah SWT,semoga Tugas akhir ini bermanfaat bagi pembaca sekalian terutama bagi penulis sendiri.

Medan, 7 April 2015

Penulis

Fratika arie yolanda NIM. 100402089


(6)

iv

DAFTAR ISI

ABSTRAK……….i

KATA PENGANTAR……….ii

DAFTAR ISI………iv

DAFTAR GAMBAR……….vii

DAFTAR TABEL………ix

BAB 1 PENDAHULUAN………...1

1.1Latar Belakang………...1

1.2Rumusan Masalah………...2

1.3Tujuan Penulisan……….2

1.4Batasan Masalah………..3

1.5Metode Penulisan………3

1.6Sistematika Penulisan……….4

BAB II DASAR TEORI……….5

2.1 Umum………..5

2.2 Jaringan Akses Pelanggan………...6

2.2.1 Jaringan Lokal Akses Kabel Tembaga……….6

2.2.2 Jaringan Lokal Akses Kabel Fiber………8

2.3 Teknologi Multi Service Access Node(MSAN)………..11

2.3.1 Konfigurasi Teknologi MSAN……….12

2.3.2 Prinsip Kerja MSAN Pada Layanan Triple Play……..14

2.4 Teknologi Gigabit Passive Optical Network(GPON)…………16


(7)

v

2.4.2 Komponen Perangkat GPON……… 21

2.5 Layanan Triple Play……….23

2.5.1 Layanan Video………..23

2..5.2 Layanan Data………24

2.5.3 Layanan Voice………25

BAB III METODOLOGI PENELITIAN……….. 26

3.1 Umum ………26

3.2 Pengambilan data pelanggan……….27

3.2.1 Peta lokasi………..29

3.3 Parameter yang digunakan………33

BAB IV ANALISIS DAN PEMBAHASAN………...34

4.1 Umum………34

4.2 Hasil pengukuran ……….….34

4.3 Analisis dan Pembahasan………..35

4.3.1 Analisis Parameter Line Rate ………35

4.3.2 Analisis Parameter Attenuation ……...………..37

4.3.3 Analisis Parameter Attainable Rate ……... ………….. 40

BAB V KESIMPULAN DAN SARAN……….….42

5.1 Kesimpulan………42

5.2 Saran………...43

DAFTAR PUSTAKA……….….44


(8)

vi

DAFTAR GAMBAR

Gambar 2.1 Pencatuan saluran dari sentral ke pesawat pelanggan…………8

Gambar 2.2 Kabel serat optic………8

Gambar 2.3 Single mode fiber………9

Gambar 2.4 Multi mode fiber……….10

Gambar 2.5 Struktur jaringan kabel akses tembaga………..12

Gambar 2.6 Topologi MSAN………14

Gambar 2.7 Konfigurasi sistem GPON……….16

Gambar 2.8 Perangkat OLT………17

Gambar 2.9 ODN yang terpasang dalam ODC……….18

Gambar 2.10 Perangkat ONT/ONU………..18

Gambar 2.11 FTTH yang menghubungkan antara OLT dan ONT………...19

Gambar 2.12 Topologi GPON………..19

Gambar 2.13 Arsitektur GPON………21.

Gambar 2.14 Passive Splitter………22

Gambar 2.15 Konfigurasi IPTV………24

Gambar 2.16 Home Network………25

Gambar 3.1 Diagram alir………...26

Gambar 3.2 Konfigurasi Jarlokat dan Jarlokaf……….27

Gambar 3.3 Perangkat lunak Embassy………..28

Gambar 3.4 Denah lokasi jalur pemasangan kabel tembaga dan posisi MSAN………...29


(9)

vii Gambar 3.6 Jalur dan bundelling kabel optik………31 Gambar 3.7 Skema plotting ODP dan ODC………32

Gambar 4.1 Grafik Line Rate Upstream MSAN dan GPON.……….36

Gambar 4.2 Grafik Line Rate Downstream MSAN dan GPON………….37 Gambar 4.3 Grafik Attenuation Upstream MSAN Dan GPON…………...38 Gambar 4.4 Grafik Attenuation Downstream MSAN dan GPON.………..38

Gambar 4.5 Grafik Attainable Rate Upstream MSAN dan GPON,…….…41


(10)

viii

DAFTAR TABEL

Tabel 2.1 Perbedaan kabel optik dan kabel tembaga………..5

Tabel 3.1 Standar nilai parameter Attenuation………..33

Tabel 4.1 Hasil data pada aplikasi embassy……….…….34

Tabel 4.2 Hasil perhitungan rata-rata Line rate……….35

Tabel 4.3 Hasil perhitungan rata-rata Attenuation…..………..39


(11)

i

ABSTRAK

Teknologi akses yang ada pada PT.Telkom terdapat pada Multi Service Access Node (MSAN) dan Gigabit Passive Optical Network (GPON) yang dimana dapat melalukan pelayanan triple play. Triple Play adalah layanan suara video, dan data yang disebarkan melalui jaringan broadband.

Pada Tugas Akhir ini dilakukan perbandingan kualitas jaringan dan mencari solusi layanan komunikasi yang optimal pada MSAN dan GPON untuk layanan Triple Play, Sehingga diketahui hasil perhitungan parameter kualitas jaringan pada pelanggan dengan menggunakan teknologi MSAN dan GPON.

Adapun metodenya berdasarkan data pengukuran yang dihitung diperoleh hasil, Line Rate Upstream pada MSAN dengan GPON sebesar 1276 Kbps dan 1280 Kbps. Line Rate Downstream menggunakan MSAN dengan GPON sebesar 4607 Kbps dan 47168 Kbps. Attenuation Upstream menggunakan MSAN dengan GPON sebesar 2,1 dB dan -30 dB. Attenuation Downstream menggunakan MSAN dengan GPON sebesar 0 dB dan -94,365 dB. Attainable Rate Upstream

menggunakan MSAN dengan GPON sebesar 2404 Kbps dan 1,239 Gbps.

Attainable Rate Downstream menggunakan MSAN dengan GPON sebesar 23626 Kbps dan 2,447 Gbps. Sehingga dapat diambil kesimpulan bahwa teknologi GPON memiliki kualitas jaringan yang lebih baik dibandingkan teknologi MSAN.


(12)

1

BAB I

PENDAHULUAN

1.1Latar Belakang

Salah satu faktor yang mendorong pengembangan layanan adalah hadirnya beberapa teknologi akses yang dapat mengoptimalkan jaringan akses untuk layanan broadband. Keterbatasan jaringan akses yang dinilai belum cukup dan belum dapat mengakomodir permintaan kapasitas bandwidth yang besar serta kecepatan yang tinggi, membuat pelayanan akan layanan suara, data, dan gambar atau dikenal dengan triple play.

Triple Play merupakan salah satu produk inovasi Telkom terbaru yang menggabungkan layanan suara, data, dan gambar dalam satu saluran melalui kabel yang sama ke rumah pelanggan. Dengan produk ini, pelanggan dapat menggunakan ketiga layanan tersebut dalam waktu bersamaan tanpa harus mematikan salah satunya.

Untuk dapat mendukung hal tersebut dibutuhkan suatu sistem baru yang dapat menyokong teknologi ini. Teknologi tersebut antara lain adalah Multi Service Access Node (MSAN) dan Gigabit Passive Optical Network (GPON). Penyedia jasa layanan telekomunikasi menggantikan kabel tembaga, menjadi kabel fiber optik untuk memenuhi kepuasan pelanggan terhadap layanan tersebut.

Adapun tujuan tugas akhir ini untuk membandingkan kinerja teknologi MSAN dan GPON serta melakukan pengukuran kualitas jaringan dengan


(13)

2

menggunakan parameter Line Rate, Attenuation, dan Attainable Rate. Untuk mencari solusi optimal pelayanan telekomunikasi.

1.2 Rumusan Masalah

Dalam Tugas Akhir ini dirumuskan beberapa permasalahan antara lain: 1. Bagaimana prinsip kerja teknologi MSAN dan GPON pada layanan Triple

Play

2. Apa itu layanan Triple play

3. Bagaimana mencari solusi layanan telekomunikasi yang optimal pada MSAN dan GPON untuk layanan Triple Play

1.3 Tujuan Penulisan

Tujuan dari penulisan Tugas Akhir ini adalah untuk membandingkan kinerja teknologi MSAN dan GPON dengan melakukan pengukuran kualitas jaringan untuk mencari solusi optimal pelayanan telekomunikasi.

1.4 Batasan Masalah

Untuk memudahkan pembahasan dalam tulisan ini, maka dibuat pembatasan masalah sebagai berikut :

1. Tidak membahas seluruh jaringan akses yang ada

2. Tidak membahas seluruh perangkat untuk membangun teknologi tersebut 3. Hanya melakukan pengukuran kualitas jaringan

4. Parameter yang diperhitungkan hanya Line Rate, Attenuation, dan Attainable Rate


(14)

3

1.5 Metode Penulisan

Untuk dapat menyelesaikan Tugas Akhir ini maka penulis menerapkan beberapa metode studi diantaranya adalah sebagai berikut.

1.Studi Literatur

Berupa studi kepustakaan dan kajian dari buku-buku dan tulisan-tulisan lain yang terkait, diskusi dengan dosen pembimbing Tugas Akhir, pihak

PT. TELKOM, teman serta dari layanan internet berupa jurnal-jurnal penelitian. 2. Observasi Lapangan

Yaitu dengan melaksanakan pengukuran langsung untuk memperoleh data-data yang diperlukan.

3. Studi analisa

Yaitu dengan melakukan analisa terhadap hasil perhitungan dari data-data yang diperoleh di lapangan.

1.6 Sistematika Penulisan

Untuk memudahkan pemahaman terhadap Tugas Akhir ini maka penulis menyusun sistematika penulisan sebagai berikut.

BAB I PENDAHULUAN

Bab ini merupakan pendahuluan yang berisikan tentang latar belakang masalah, rumusan masalah, tujuan penulisan, batasan masalah, metode penulisan, dan sistematika penulisan dari Tugas Akhir ini.


(15)

4

BAB II DASAR TEORI

Pada Bab ini membahas tentang teori-teori yang mendukung jaringan akses serat optik dan tembaga,teknologi MSAN, Teknologi GPON dan layanan Triple Play.

BAB III METODELOGI PENELITIAN

Pada bab ini membahas tentang metode penelitian, pengambilan data pelanggan, dan parameter yang digunakan untuk mengukur kualitas jaringan.

BAB IV HASIL ANALISIS DAN PEMBAHASAN

Pada bab ini membahas tentang hasil analisis dengan munggunakan parameter Line rate, Attenuation,dan Attainable rate.

BAB V KESIMPULAN DAN SARAN

Pada bab ini berisi tentang kesimpulan dari hasil penelitian Tugas Akhir serta saran untuk perkembangan lebih lanjut.


(16)

5

BAB II

DASAR TEORI

2.1 Umum

Perkembangan teknologi telekomunikasi global akhir-akhir ini menunjukkan perubahan yang demikian cepat. Hal ini ditandai dengan semakin diminatinya layanan multiservice berbasis teknologi komunikasi data dan internet yang bersifat mobile maupun personal.

Penggunaan kabel tembaga sebagai saluran transmisi pada jaringan telekomunikasi yang kerumah sudah mulai tergantikan. Kabel tembaga ini memiliki kekurangan karena dianggap tidak dapat memberikan bandwith dan kecepatan tinggi dibandingkan dengan kabel fiber optik yang dapat menerima dan mengirim data, suara, video dengan kecepatan 19 MBps-1 GBps.

Dapat dilihat perbedaan kabel fiber optik dan kabel tembaga pada tabel dibawah ini.

Tabel 2.1 Perbedaan kabel optik dan kabel tembaga

Item Kabel fiber optik Kabel tembaga

Bahan penyusun Serat kaca Tembaga

Kapasitas bandwidth 1-2,5 Gbps 10 MBps

Sinyal yang ditransmisikan Cahaya Elektromagnetik

Tingkat redaman Kurang dari 1dB/km 3,3 dB/10m

Harga Mahal Murah

Pengaruh gangguan frekuensi


(17)

6

Lanjutan Tabel 2.1

Item Kabel fiber optik Kabel tembaga

Jarak tempuh 200 km 500 m

Ketahanan terhadap karat

Tidak berkarat Dapat berkarat

Tingkat kesulitan penyambungan kabel

Sulit,butuh penelitian dan alat khusus

Lebih mudah

2.2 Jaringan Akses Pelanggan

Jaringan akses merupakan jaringan transmisi yang menghubungkan perangkat terminal pelanggan ke sentral lokal. Ada 2 jaringan akses yaitu :

1) Jaringan lokal akses tembaga (JARLOKAT) 2) Jaringan lokal akses fiber (JARLOKAF)

2.2.1 Jaringan Lokal Akses Tembaga

Jaringan Lokal Akses Tembaga (Jarlokat) adalah jaringan akses yang konfigurasinya dimulai dari menghubungkan sentral telepon ke pelanggan menggunakan kabel tembaga dengan satu pasang (pair) untuk 1 pelanggan. Ditarik dari MDF(Main Distribution Frame) melalui konstruksi kabel primer dan diterminasi ke titik distribusi sekunder RK (Rumah Kabel) yang kemudian di distribusikan ke rumah pelanggan melalui tiang dan DP (Distribution Point). Dari DP ditarik ke pelanggan menggunakan kabel DW (Drop Wire) dan diterminasi di lokasi rumah pelanggan. Selanjutnya dengan menggunakan IKR (Instalasi Rumah Kabel) jaringan akan dihubungkan dengan pesawat telepon[1].


(18)

7

Sejalan dengan perkembangan jenis layanan yang cenderung kearah layanan pita lebar teknologi JARLOKAT harus mempunyai kemampuan akses yang memadai. Peningkatan kemampuan akses JARLOKAT dilakukan dengan dua cara :

1) JARLOKAT Murni dimana jaringan lokal akses tembaga tidak menggunakan tambahan perangkat aktif. JARLOKAT murni digunakan hanya untuk menghubungkan pelanggan telepon individual ke sentral telepon dan pelanggan data individual ke sentral data dengan kecepatan sampai dengan 19,6 kbps[2].

2) JARLOKAT Tidak Murni dimana jaringan lokal akses tembaga yang didalamnya menggunakan tambahan teknologi/perangkat lain untuk meningkatkan kualitas jaringan. Hasil kecepatannya pun bermacam-macam tergantung dari perangkat tambahan yang digunakan[2].

Berdasarkan cara pencatuan saluran dari sentral ke pesawat pelanggan, jaringan kabel lokal dapat dibedakan menjadi dua macam,yaitu :

1. Jaringan Catu Langsung

Pada jaringan ini, pesawat pelanggan dicatu dari MDF terdekat yang langsung dihubungkan dengan DP tanpa melalui RK. Jadi, semua pasangan urat kabel dari DP tersambung secara tetap ke MDF.

2. Jaringan Catu Tidak Langsung

Pada struktur jaringan ini dimana pesawat pelanggan dicatu dari MDF terdekat yang dihubungkan terlebih dahulu ke RK, kemudian dihubungkan ke DP. RK berfungsi sebagai titik sambung antara kabel primer dan kabel sekunder.


(19)

8

SENTRAL MDF

RK

DP

DP TELEPON

TELEPON

Gambar 2.1 Pencatuan saluran dari sentral ke pesawat pelanggan

2.2.2 Jaringan Lokal Akses Fiber

Jaringan Lokal Akses Fiber (JARLOKAF) adalah jaringan transmisi yang menghubungkan sentral lokal kearah terminal pelanggan dengan menggunakan media transmisi serat optik.

Serat optik merupakan helaian optik murni yang sangat tipis dan dapat membawa data informasi digital untuk jarak jauh. Helaian tipis ini tersusun dalam bundelan yang dinamakan kabel serat optik dan berfungsi menstransmisikan (mengirim) cahaya, hampir tanpa kerugian[3]. Kabel serat optik ditunjukan pada Gambar 2.2.

Gambar 2.2 Kabel Serat Optik

Sistem komunikasi serat optik menggunakan sinyal-sinyal informasi dalam bentuk energi cahaya yang disalurkan melalui serat optik. Sinyal informasi yang dikirimkan tersebut dapat berupa sinyal audio, video ataupun data dalam


(20)

9

bentuk sinyal elektrik dan kemudian diubah menjadi sinyal optik. Sebelum ditransmisikan melalui serat optik[4].

Jenis-jenis dari kabel berdasarkan jumlah mode dapat dijelaskan sebagai berikut :

1. Single mode fiber

Serat optik dengan core yang sangat kecil, diameter mendekati panjang gelombang sehingga cahaya masuk ke dalamnya tidak dipantulkan ke dinding

cladding[3]. menpunyai inti yang kecil (berdiameter 0,00035 inch atau 9 micron) dan berfungsi mengirimkan sinar laser inframerah (panjang gelombang 1300-1550) seperti yang ditunjukkan pada Gambar 2.3.

Gambar 2.3 Single mode fiber

2. Multi mode fiber

Serat optik dengan diameter core yang agak besar yang membuat laser di dalamnya akan terpantul-pantul di dinding cladding yang dapat menyebabkan berkurangnya bandwidth dari serat optik jenis ini[3]. Mempunyai inti yang lebih besar (berdiameter 0.0025 inch atau 63,5 micron) dan berfungsi mengirimkan sinar laser inframerah (panjang gelombang 850-1300 nanometer) seperti yang ditunjukkan pada Gambar 2.4.


(21)

10

Gambar 2.4 Multi mode fiber

Sistem jarlokaf memiliki 2 perangkat elektronik, 1 di sisi sentral , 1 di sisi pelanggan. Lokasi perangkat tersebut di sisi pelanggan disebut Titik Konversi sinyal optik (TKO). Berikut struktur jarlokaf berdasarkan letak TKO[5]:

1. Fiber To The Building (FTTB)

TKO terletak di dalam gedung dan biasanya terletak pada ruang telekomunikasi basement. Terminal pelanggan dihubungkan dengan TKO melalui kabel tembaga indoor. FTTB dapat dianalogikan dengan Daerah Catu Langsung (DCL) pada jaringan akses tembaga.

2. Fiber To The Zone (FTTZ)

TKO terletak di suatu tempat di luar bangunan, baik di dalam kabinet maupun manhole. Terminal pelanggan dihubungkan dengan TKO melalui kabel tembaga hingga beberapa kilometer. FTTZ dapat dianalogikan sebagai penganti RK. FTTZ umumnya diterapkan pada daerah perumahan yang jauh letaknya dari sentral.

3. Fiber To The Curb (FTTC)

TKO terletak disuatu tempat diluar bangunan, baik di dalam kabinet, di atas tiang maupun manhole. Terminal pelanggan dihubungkan dengan TKO melalui kabel tembaga hingga beberapa ratus meter.


(22)

11

4. Fiber To The Home (FTTH)

TKO terletak dirumah pelanggan. Terminal pelanggan dihubungkan dengan TKO melalui kabel tembaga indoor atau IKR hingga beberapa puluh meter. FFTH dapat dianalogikan sebagai penganti terminal batas (TB).

2.3 Teknologi Multi Service Access Node (MSAN)

MSAN merupakan salah satu implementasi dari teknologi Next Generation Network (NGN) dengan memanfaatkan jaringan kabel tembaga eksisting pada segmen sekundernya[6].

MSAN digunakan untuk memberikan layanan Triple Play yang menyalurkan layanan HSIA (High Speed Internet Access),Voice Packet dan layanan Internet Protocol Television (IPTV) secara bersamaan[6].

Untuk penambahan jaringan PSTN maka semua pelanggan sudah dilayani dengan perangkat MSAN, saat ini juga sedang mengimplementasikan MSAN modernisasi, yaitu upgrade jaringan pelanggan existing ke MSAN, baik yang masih merupakan jaringan cooper acces network dengan terminal pelanggan menggunakan RK maupun jaringan akses yang terminal pelanggan sudah menggunakan Optical Network Unit (ONU).

Node MSAN sudah dapat menggantikan fungsi kabinet RK, ONU, dan

Digital Subscriber Line Access Multiplexer (DSLAM). DSLAM berfungsi menggabungkan dan memisahkan sinyal data dengan saluran telepon yang dipakai untuk mentransmisikan data. Selain itu jaringan sekunder dari Node pelanggan


(23)

12

MSAN ke DP tetap menggunakan kabel tembaga begitu juga dari DP ke pelanggan tetap menggunakan DW.

Apabila dari sisi pelanggan ingin memanfaatkan fitur MSAN cukup dengan menggantikan pesawat telepon dan menggantikan terminal dengan perangkat yang berfugsi seperti modem sebagai bagian dari instalasi kabel rumah yang sudah ada.

2.3.1 Konfigurasi Teknologi MSAN

Ada beberapa unsur yang membentuk konfigurasi dasar teknologi MSAN dapat dilihat pada Gambar 2.5.

Gambar 2.5 Struktur jaringan lokal akses tembaga 1) RPU (Rangka Pembagi Utama)

RPU adalah tempat titik penyambungan saluran pelanggan dari sentral dan kabel primer menuju ke jaringan. RPU terdiri dari dua bagian, yaitu sisi vertikal dan sisi horizontal. Pada sisi vertikal mewakili penyambungan kabel dari sentral ke RPU dan sisi horizontal mewakili penyambungan kabel dari RPU ke pelanggan melalui kabel primer menuju RK.


(24)

13

2) Kabel Primer

Kabel primer berfungsi untuk menghubungkan MDF ke sentral dengan RK pada sistem catuan tidak langsung dan dengan DP pada sistem catuan langsung.

3) RK

RK adalah tempat penyambungan dari jaringan kabel primer. Digunakan untuk mengkoneksikan antara kabel primer dari sentral dengan kabel sekunder yang mengarah ke pelanggan.

4) Kabel Sekunder

Kabel sekunder berfungsi untuk menghubungkan RK dan DP. 5) DP

DP adalah tempat penyambungan antara kabel sekunder dengan kabel distribusi. Dan sebagai tempat pengetesan gangguan, dengan jaringan drop wire yang mengarah langsung ke pelanggan melalui tiang-tiang telepon. 6) Kabel Distribusi

Kabel distribusi atau saluran penanggal disebut juga drop wire yang mempunyai daerah pelayanan dari DP ke pelanggan.

7) Kotak Terminal Batas (KTB)

KTB merupakan kotak tempat penyambungan antara kabel distribusi dengan kabel instalasi dalam rumah yang berfungsi sebagai penghubung antara KTB dengan roset tipe RJ-11.


(25)

14

8) Kabel Rumah

Kabel rumah atau saluran rumah merupakan instalasi kabel dalam ruangan dengan kapasitas 1 pasang atau lebih, instalasi dilakukan antara KTB sapai ke roset.

9) Roset

Roset merupakan titik penyambungan terakhir sampai pesawat telepon. Biasanya terletak dekat pesawat telepon.

2.3.2 Prinsip Kerja MSAN Pada Layanan Triple Play

Metro Ethernet yang merupakan protokol transportasi data yang terhubung pada MSAN menggunakan kabel fiber optik terhubung dengan Asymmetric Digital Subscriber Line (ADSL) dengan menggunakan kabel tembaga. Dapat dilihat pada Gambar 2.6[7]

Gambar 2.6 Topologi MSAN

ADSL terhubung dengan voice untuk layanan data dan PC untuk layanan data. Kemudian terhubung pada gateway dimana gateway dapat menghubungkan


(26)

15

banyak jaringan, dapat dilihat home gateway dihubungkan pada layanan triple play yaitu suara, data dan video. Tetapi pada layanan Internet Protocol Television

(IPTV) dihubungkan pada Set To Box (STB) dimana STB berfungsi untuk mengkonversikan sinyal digital menjadi sinyal analog untuk dapat ditampilkan pada televisi pelanggan.

ADSL digunakan untuk mengakses internet tanpa mengganggu saluran telepon, dan memungkinkan kecepatan tinggi koneksi internet tanpa saluran telepon anda tetap sibuk.

Teknologi MSAN merupakan gabungan dari beberapa teknologi yaitu : 1. Telepon TDM yang didalamnya terdapat ISDN

2. Passive Optical Network (PON) 3. FTTx (Fiber to the X)

Jaringan Layanan Multi Akses merupakan generasi ketiga dari teknologi

Optical Access Network (OAN) yang memiliki kemampuan untuk memberikan berbagai jenis layanan. Fungsi Access Gateway yang bisa langsung terhubung ke

Softswitch untuk memberikan layanan voice, fungsi Broadband Access multiplexer yang membawa layanan berbasis ADSL, juga dikembangkan dengan mengintegrasikan fungsi IP DSLAM serta Access Gateway dalam single platform. MSAN akan sampai ke pelanggan dengan layanan triple play yaitu menyalurkan layanan HSIA, Voice packet dan layanan IPTV secara bersamaan melalui infrastruktur yang sama[8].

Layanan broadband untuk kemampuan internet, data dan multimedia ADSL yang memungkinkan kemampuan download file dan penjelajahan internet yang lebih cepat bagi end-users. Node akses MSAN telah didesain untuk dapat


(27)

16

mengcover pelanggan sampai dengan 2000 end-user. MSAN dimungkinkan digelar dengan memakai infrastruktur serat optik sehingga memungkinkan penggunaan kabel tembaga yang lebih pendek karena jaraknya menjadi lebih dekat ke pelanggan (pada umumnya < 1 km).

2.4 Teknologi Gigabit Passive Optical Network (GPON)

GPON adalah teknologi akses yang berbasis kabel serat optik. GPON menggunakan serat optik sebagai medium transmisinya yang distandardisasi oleh ITU-T G.984 series. Pada GPON, beberapa Optical Line Termination (OLT),

interface sentral dengan jaringan fiber optik dihubungkan dengan beberapa

Optical Network Unit (ONU), interface pelanggan dengan jaringan serat optic menggunakan pasif Optical Distribution Network (ODN), seperti splitter, filter, atau perangkat pasif optik lainnya[9]. Satu perangkat akan diletakkan pada sentral, kemudian akan mendistribusikan traffic triple play kearah pelanggan. GPON mampu memberikan layanan dengan kecepatan 2.4 Gbps secara simetris (upstream dan downstream) atau 1.2 Gbps untuk downstream dan 2.4 Gbps untuk

upstream. GPON harus dapat melayani layanan jenis apapun,baik Ethernet

maupun TDM (PSTN, ISDN, E1, dll)[7]. Seperti yang terlihat pada Gambar 2.7 merupakan sistem GPON dimana OLT terhubung dengan ODN jaringan optik yang menghubungkan antara OLT dengan banyak ONT/ONU.


(28)

17

Konfigurasi sistem GPON pada dasarnya dapat dibagi menjadi tiga bagian,yaitu :

1) OLT

OLT menyediakan antarmuka antara sistem Passive Optical Network

(PON) dengan PT.Telkom (service provider) video,data dan suara.

Gambar 2.8 Perangkat OLT

2) ODN

ODN merupakan jaringan optik antara OLT sampai perangkat ONU/ONT. ODN menyediakan sarana transmisi optik OLT terhadap pelanggan dan sebaliknya. Transmisi ini menggunakan komponen optik pasif. ODN menyediakan peralatan transmisi optik antara OLT dan ONU.


(29)

18

Gambar 2.9 ODN yang terpasang dalam ODC ODN terdiri dari :

1. Passive Splitter 2. Connector

3. Jaringan Fiber Optik

4. Splices

3) ONT / ONU

ONT/ONU menyediakan interface antara jaringan optik dengan pelanggan. Sinyal optik yang ditransmisikan melalui ODN diubah oleh ONT/ONU menjadikan sinyal elektrik yang diperlukan untuk layanan pelanggan.


(30)

19

Gambar 2.11 FTTH yang menghubungkan antara OLT dan ONT

Pada Gambar 2.11 merupakan jalur kabel optik yang terhubung antara OLT hingga sampai ke ONT. OLT yang terletak di STO terhubung dengan

Optical Distribution Frame (ODF) yang berada diluar ruangan menuju ODC dengan menggunakan splitter 1:4 tersambung pada ODP dengan menggunakan splitter 1:8 dimana ODP akan terhubung dengan Optical Termination Premises (OTP), OTP berada di atas tiang maupun tertempel didinding dihubungkan ke roset dari roset kemudian dihubungan ke ONT.

2.4.1 Prinsip Kerja GPON pada Layanan Triple Play

Metro Ethernet yang merupakan protocol transportasi data yang terhubung pada OLT menggunakan kabel fiber optik. Dapat dilihat pada Gambar 2.12[7]


(31)

20

OLT didistribusikan kearah ONT/ONU menggunakan splitter. Dari ONT/ONU mentransmisikan sinyal elektrik untuk layanan triple play. ONT/ONU dapat langsung terhubung pada voice untuk layanan telepon dan PC untuk layanan data. Kemudian ONT/ONU terhubung ke STB untuk layanan IPTV pada video. Dimana STB berfungsi untuk mengkonversikan sinyal digital menjadi sinyal analog. Semua perangkat saling terhubung dengan menggunakan kabel fiber optik. Sedangkan ODN merupakan jaringan optik yang mengubungkan antara OLT dan ONT/ONU.

Prinsip kerja dari GPON sendiri yaitu ketika data atau sinyal dikirimkan dari OLT. Dan bagian dari splitter berfungsi untuk kemudian serat optik tunggal dapat mengirim ke berbagai ONT. ONT sendiri akan memberikan data-data dan sinyal yang diinginkan oleh user. Antara OLT dan ONU tidak ada perangkat aktif dan dihubungkan melalui ODN yang terdiri atas fiber optik dan passive splitter. Pada prinsipnya, PON adalah sistem point-to-multipoint, dari fiber ke arsitektur network dimana splitter fiber serat optik tunggal.

Pengiriman data dari sentral ke pelanggan menggunakan konfigurasi point to multipoint. Oleh karena itu digunakan perangkat ODN yang dapat mendistribusikan data dari sentral ke pelanggan tujuan atau sebaliknya. Berdasarkan jenis ODN yang digunakan,maka JARLOKAT dibagi menjadi AON,yaitu ODN yang menggunakan perangkat optik aktif dan Passive Optical Network (PON),yaitu ODN yang menggunakan perangkat pasif[9].

Jarak antar OLT dengan ONU yang dapat dijangkau adalah 10 km untuk kecepatan 2.4 Gbps, sedangkan untuk kecepatan 1.2 Gbps dapat mencapai 20 km.


(32)

21

untuk split ratio, ODN pada GPON dapat mencapai 1:64. Dapat dilihat pada Gambar 2.13 dibawah ini[6].

Gambar 2.13 Arsitektur GPON

GPON mampu memberikan layanan yang dipersyaratkan pada implementasi jaringan masa depan yang bersifat convergence, sistem GPON harus mampu menyalurkan layanan Triple Play. Dari ONT/ONU ke rumah pelanggan menggunakan standar interface/protocol Ethernet untuk melayani layanan berbasis Ethernet.

2.4.2 Komponen Perangkat GPON

Komponen perangkat GPON terdiri dari :

1. Sumber Cahaya

Sumber cahaya yang digunakan untuk memancarkan cahaya yang membawa informasi merupakan hasil pengubahan sinyal listrik menjadi sinyal optik. Sumber cahaya yang digunakan dalam teknologi GPON adalah Injection Laser Diode (ILD), dengan lebar spektrum masing – masing 3nm dan 1nm[10].


(33)

22

2. Serat optik yang digunakan

Jenis serat optik yang digunakan dalam GPON yang diaplikasikan untuk komunikasi jarak jauh harus memiliki kemampuan untuk membawa banyak sinyal dengan laju bit yang tinggi[10]. Dari dua jenis serat optik yang ada yaitu

single mode dan multimode, yang digunakan sebagai media transmisi teknologi GPON adalah jenis single mode, karena panjang gelombang single mode lebih tinggi daripada panjang gelombang multimode. Serat optik jenis single mode

lebih sesuai digunakan pada transmisi jarak jauh yang memerlukan transmisi kecepatan tinggi dan rugi-rugi yang kecil.

3. Splitter

Splitter merupakan optical fibre yang membagi sinyal optik menjadi beberapa path. Splitter berfungsi untuk merutekan dan mengkombinasikan berbagai sinyal optik[10]. Jenis-jenis splitter antara lain adalah : 1:2, 1:4 , 1:8, 1:16, 1:32, 1:64 dan 1:128.


(34)

23 4. Splicer

Splicer merupakan suatu alat yang digunakan untuk menyambung core

serat optik yang berbasis kaca mengimplementasikan daya listrik yang sudah dirubah menjadi media sinar berbentuk sinar laser yang berfungsi memanasi kaca yang putus pada core sehingga dapat terhubung secara baik.

2.5 Layanan Triple Play

Layanan triple play adalah layanan Voice, Video dan Data yang disebar melalui jaringan broadband.

2.5.1 Layanan Video

Komunikasi yang berupa informasi video, aplikasi IPTV adalah salah satu contoh layanan komunikasi informasi video. IPTV adalah sebuah sistem yang digunakan untuk mengirim layanan televisi digital kepada konsumen yang terdaftar sebagai subscriber dalam sistem tersebut.

Layanan IPTV di-deliver oleh provider dengan menggunakan basis IP melalui koneksi broadband dengan alokasi bandwith yang dedicated. IPTV berbeda dengan video internet yang hanya menyediakan video yang ditonton dan tidak memiliki servis manajemen back-to-back dengan mempertimbangkan VDSL (Very High Data Rate Digital Subscriber Line). Hal ini menawarkan nilai tambah serta menciptakan peluang bagi industri penyedia layanan telekomunikasi. IPTV memberikan jalan kepada para provider dalam berpartisipasi dan menyediakan efisiensi pada Triple Play (Suara, Video, dan Internet). Sedikitnya ada 4 tipe


(35)

24

layanan yang harus didukung IPTV yaitu live TV, Video on Demand (VoD), time-shifted TV (TSTV),dan Personal Video Recording (PVR)[11].

Diantara layanan-layanan streamed audio/video, bisa terjadi beberapa masalah yang cukup serius yang memberikan dampak negatif pada penerapan layanan. Konten bisa saja ilegal, sehingga subscribers tidak dapat menikmati layanan berkualitas tinggi karena jaringan akibat aktivitas serangan keamanan. Audio/video contents dapat disimpan, digandakan ulang, dikirimkan dan digelapkan secara ilegal. Oleh karenannya, kemampuan keamanan harus menjadi karakter layanan IPTV yang tidak hanya diperlukan tetapi juga diutamakan. Konfigurasi IPTV dapat dilihat pada Gambar 2.15[12].

Gambar 2.15 Konfigurasi IPTV

2.5.2 Layanan Data

Salah satu layanan data dalam layanan Triple Play adalah akses internet. Untuk memenuhi kebutuhan internet dengan kecepatan yang tinggi dan memuaskan jaringan Triple Play Service harus memiliki minimum bandwidth sebesar 512 Kbps untuk mengakses layanan data dengan baik. Home Network


(36)

perangkat-25

perangkat berbasis IP (IP Based) dengan akses internet kecepatan tinggi yang dapat diakses dari dalam atau luar rumah. Perangkat-perangkat berbasis IP diantaranya adalah IP Camera, IP printer, IP Storage. Pengaturan pada perangkat-perangkat home network tersebut dilakukan oleh Home Gateway[7]. Seperti yang terlihat pada Gambar 2.16 perangkat home network.

Gambar 2.16 Home Network

2.5.3 Layanan Voice

Voice Over Internet Protocol (VoIP) adalah teknologi telepon yang menggunakan internet sebagai medianya. VoIP juga dikenal dengan istilah seperti

Voice over Broadband (VoBB) dan IP Telephone. Dengan adanya VoIP, pelanggan dapat terhindar biaya telepon yang mahal saat menelepon seseorang yang berada di tempat yang jauh. Selain itu, VoIP juga menghemat biaya infrastruktur telepon[7].

VoIP mampu melewatkan trafik suara, video, dan data yang berbentuk paket melalui jaringan IP. Dalam komunikasi VoIP, user melakukan telepon melalui terminal berupa PC atau telepon.


(37)

26

BAB III

METODELOGI PENELITIAN

3.1 Umum

Pada tugas akhir ini dilakukan penelitian di STO cinta damai, adapun alur penelitian dapat dilihat pada diagram alir 3.1 berikut :

Gambar 3.1 Diagram Alir Mulai

Pengambilan data pelanggan

Parameter yang digunakan :

- Line Rate

- Attenuation

- Attainable Rate

Pengumpulan data hasil pengukuran kualitas jaringan dengan software embassy

Analisis data membandingkan kualitas jaringan teknologi MSAN dan GPON


(38)

27

3.2 Pengambilan data pelanggan

Pengambilan data pelanggan pada MSAN dan GPON dilakukan dengan menggunakan perangkat lunak embassy. Embassy adalah sebuah aplikasi yang digunakan oleh PT.Telkom untuk memonitor kualitas jaringan pelanggan. Dimana pegambilan data dilakukan di STO cinta damai yang terletak dijalan gatot subroto. Data pelanggan pada MSAN dan GPON diambil dari pelanggan yang menggunakan layanan triple play yang mencakup kawasan STO cinta damai.

Gambar 3.2 Konfigurasi jarlokat dan jarlokaf

Gambar 3.2 merupakan rute konfigurasi pengambilan data, dimana konfigurasi jarlokat merupakan teknologi MSAN dan konfigurasi jarlokaf merupakan teknologi GPON. Adapun perangkat-perangakat untuk membangun kedua teknologi tersebut sudah dijelaskan pada bab sebelumnya.


(39)

28

Pengambilan data yang menggunakan aplikasi embassy dapat dilihat pada Gambar 3.3.

Gambar 3.3 Perangkat lunak embassy

Embassy adalah sebuah aplikasi yang digunakan oleh PT.Telkom untuk memonitor kualitas jaringan pelanggan. Embassy dapat juga digunakan untuk mencari data teknis pelanggan, yaitu berupa Nomor telepon, Nomor speedy, Datek[DP,RK,MDF],EQN[Penomoran pair pada sentral], Nama pelanggan, dan Alamat pelanggan.


(40)

29

3.2.1 Peta Lokasi

Denah lokasi pemasangan kabel tembaga yang ditarik dari STO sampai ke pelanggan dan kedudukan posisi MSAN dari STO cinta damai dapat dilihat pada Gambar 3.4.


(41)

30

Denah lokasi pemasangan kabel optik yang ditarik dari STO sampai ke pelanggan dan kedudukan posisi ODC dan ODP dari STO cinta damai dapat dilihat pada Gambar 3.5.


(42)

31

Setelah lokasi ODP dan ODC ditentukan maka dapat dilakukan penentuan jalur dan bundelling kabel optik sebagai berikut :


(43)

32

Kemudian dapat dilakukan plotting letak ODP yang akan mencatu masing-masig unit rumah,dan plotting letak ODC yang akan mencatu masing-masing ODP.


(44)

33

3.3 Parameter yang digunakan

Ada 3 parameter yang digunakan untuk mengukur kualitas jaringan pada pelanggan, yaitu :

1. Line rate

Line rate adalah kecepatan pengiriman data dari sentral menuju pengguna.

Line rate sebagai hasil pengukuran yang menentukan seberapa besar kecepatan jalur koneksi pada saat melakukan upload dan download.

2. Attenuation

Attenuation adalah proses peredaman sinyal hingga kekuatan sinyal berkurang seiring dengan penambahan jarak yang ditempuh. Penurunan kekuatan sinyal, terjadi bila jaraknya terlalu jauh melalui media transmisi. Standar acuan nilai parameter pada Tabel 3.1[13].

Parameter Kualitas

0 dB-19,9 dB Bagus sekali

20 dB- 29,9 dB Bagus

30 dB-39,9 dB Baik

40 dB-49,9 dB Cukup

50 dB-59,9 dB Buruk

>60dB Buruk sekali

Tabel 3.1 Standar nilai parameter Attenuation 3. Attainable rate

Attainable rate adalah parameter yang menentukan kesanggupan jaringan kabel dalam menyalurkan data yang menunjukan kapasitas bandwidth maksimum yang ditransmisikan.


(45)

34

BAB IV

ANALISIS DAN PEMBAHASAN

4.1 Umum

Pada bab ini akan dibahas hasil analisis kualitas jaringan dan pembahasan dari hasil analisis tersebut. Dimana data diambil dari pelanggan STO cinta damai. Parameter-parameter yang akan dianalisis adalah Line Rate, Attenuation, dan Attainable Rate. Perangkat yang digunakan dalam melakukan pengukuran kualitas jaringan adalah Embassy.

4.2 Hasil pengukuran

Dengan melakukan pengukuran menggunakan aplikasi embassy maka

didapatkan hasil pengukuran seperti Tabel 4.1. Untuk hasil pengukuran kualitas jaringan sebanyak 19 pelanggan terdapat pada lampiran 1.

Tabel 4.1 Hasil data pada aplikasi Embassy

Pelanggan

Upstream Downstream

Line Rate (Kbps)

Attenuation

(dB) Attainable Rate (Mbps) Line Rate (Kbps) Attenuation (dB) Attainable Rate (Mbps)

1 1276 7,8 2404 3582 9,6 19900

2 764 7,6 924 4605 15,1 22444

3 192 4,8 820 768 8 10176

4 189 9,8 1016 766 20,5 21980

5 764 8,3 964 3069 17,3 19332

6 764 2,1 992 4605 0 23292


(46)

35

4.3 Analisis dan Pembahasan

Berdasarkan hasil penelitian diperoleh sampel 19 data pelanggan. Analisis dan pembahasan hanya melakukan perhitungan nilai rata-rata dengan menjumlahkan seluruh nilai data kemudian dibagi dengan jumlah sampel. Maka, didapat hasil rata-rata keseluruhan data pelanggan.

4.3.1 Analisis Parameter Line Rate

Dengan parameter line rate, maka dapat diketahui seberapa besar kecepatan jalur koneksi pada upstream dan downstream.Hal ini dilihat pada Tabel 4.2.

Tabel 4.2 Hasil perhitungan rata-rata line rate

Upstream Downstream

Pelanggan MSAN (Kbps) GPON (Kbps) MSAN (Kbps) GPON (Kbps)

1 1276 768 3582 4608

2 764 1000 4605 1536

3 192 1000 768 768

4 189 768 766 1536

5 764 768 3069 1536

6 764 1000 4605 768

7 764 768 1533 1536

8 189 1280 766 5632

9 764 768 4605 5120

10 189 192 766 768

11 764 1000 3069 768

12 764 1280 1533 7168

13 764 1000 4607 768

14 189 768 766 1536

15 380 768 766 1536

16 458 768 1536 1536

17 764 768 1536 1536

18 764 1000 1533 768

19 189 1000 766 768


(47)

36

Dari Tabel 4.2 diketahui bahwa pada upstream MSAN memiliki nilai minimum 189 Kbps nilai maksimum 1276 Kbps dengan nilai rata-rata 573.210526 Kbps. Upstream GPON memiliki nilai minimum 192 Kbps nilai maksimum 1280 Kbps dengan nilai rata-rata 877 Kbps. Pada downstream MSAN memiliki nilai minimum 766 Kbps nilai maksimum 4605 Kbps dengan nilai rata-rata 2167.210526 Kbps. Downstream GPON memiliki nilai minimum 768 Kbps nilai maksimum 5632 Kbps dengan nilai rata-rata 2,115 Kbps

Perbandingan nilai line rate yang paling bagus antara MSAN dengan GPON pada jalur upstream adalah 1276 Kbps dan 1280 Kbps sedangkan yang paling buruk adalah 189 Kbps dan 768 Kbps. Hal ini dapat dilihat pada Gambar 4.1.


(48)

37

Perbandingan nilai line rate yang paling bagus antara MSAN dengan GPON pada jalur downstream adalah 4607 Kbps dan 7168 Kbps sedangkan yang paling buruk adalah 766 Kbps dan 768 Kbps.

Gambar 4.2 Grafik Line Rate Downstream MSAN dan GPON

Dari Gambar 4.1 dan 4.2 dapat disimpulkan untuk nilai line rate GPON lebih baik daripada MSAN. Sehingga, diperoleh peningkatan kinerja line rate

GPON terhadap MSAN sebesar 9,24 % pada jalur upstream sedangkan untuk jalur downstream sebesar 0,0841 %.

4.3.2 Analisis Parameter Attenuation

Dengan parameter Attenuation, maka dapat diketahui seberapa besar redaman sepanjang jalur pada upstream dan downstream. Dapat dilihat pada Tabel 4.3. 0 2000000 4000000 6000000 8000000 10000000 12000000 14000000

1 2 3 4 5 6 7 8 9 10111213141516171819

Li n e R ate ( K b p s) Pelanggan

Grafik downstream

MSAN GPON Rata-rata MSAN Rata-rata GPON


(49)

38

Tabel 4.3 Hasil perhitungan rata-rata attenuation

Attenuation Upstream Attenuation Downstream

Pelanggan MSAN GPON MSAN GPON

1 7.8 31.246 9.6 28

2 7.6 29.881 15.1 25.11

3 4.8 28.903 8 23.49

4 9.8 18.723 20.5 19.56

5 8.3 -30 17.3 33.71

6 2.1 24.665 0 25.11

7 8.8 30.958 12 25.17

8 4.6 36.699 9.6 -94.37

9 3.3 25.124 2.3 18.9

10 5.5 31.327 12 27.87

11 2.1 22.735 0 20.49

12 8.5 19.338 18.1 18.67

13 2.1 23.579 0.6 21.75

14 4.5 27.471 6.6 24.96

15 6 28.548 8.8 26.93

16 24.6 26.861 16 24.4

17 6.8 19.529 12 20.21

18 7.8 31.834 17.3 28.85

19 23.3 27.766 19.6 28.8

Rata-rata 7.805263 24 10.8105 18

Dari Tabel 4.3 diketahui bahwa pada upstream MSAN memiliki nilai minimum 2,1 dB nilai maksimum 24,6 dB dengan nilai rata-rata 7,805263158 dB.

Upstream GPON memiliki nilai minimum -30 dB nilai maksimum 36,699 dB dengan nilai rata-rata 24 dB. Pada downstream MSAN memiliki nilai minimum 0 dB nilai maksimum 20,5 dB dengan nilai rata-rata 10,81052632 dB. Downstream

GPON memiliki nilai minimum -94,365 dB nilai maksimum 33,708 dB dengan nilai rata-rata 18 dB.

Nilai attenuation yang sangat bagus pada MSAN dengan GPON pada jalur

upstream adalah 2,1 dB dan -30 dB sedangkan yang nilai redaman yang buruk adalah 24,6 dB dan 36,699 dB.


(50)

39

Gambar 4.3 Grafik Attenuationupstream MSAN dan GPON

Nilai attenuation paling bagus antara MSAN dengan GPON pada jalur

downstream adalah 0 dB dan -94,365 dB sedangkan yang paling buruk adalah 20,5 dB dan 33,708 dB.

Gambar 4.4 Grafik Attenuation downstream MSAN dan GPON 0 2000000 4000000 6000000 8000000 10000000 12000000 14000000

1 3 5 7 9 11 13 15 17 19

A tt e n u ation (d B ) Pelanggan

Grafik upstream

MSAN GPON Rata-rata MSAN Rata-rata GPON 0 2000000 4000000 6000000 8000000 10000000 12000000 14000000

1 2 3 4 5 6 7 8 9 10111213141516171819

att e n u ation (d B ) Pelanggan

Grafik downstream

MSAN GPON Rata-rata MSAN Rata-rata GPON


(51)

40

Dari Gambar 4.3 dan 4.4 dapat disimpulkan untuk nilai attenuation GPON memiliki penurunan dari MSAN. Sehingga, diperoleh GPON mengalami penurunan kinerja attenuation terhadap MSAN sebesar 0,0262 % pada jalur

upstream sedangkan untuk jalur downstream sebesar 0,005184 %.

4.3.3 Analisis Parameter Attainable Rate

Dengan parameter Attainable Rate, maka dapat diketahui seberapa kesanggupan jaringan dalam menyalurkan data upstream dan downstream. Hasil perhitungan rata-rata dapat dilihat pada Tabel 4.4.

Dari Tabel 4.4 diketahui bahwa pada upstream MSAN memiliki nilai minimum 432 Kbps nilai maksimum 2404 Kbps dengan nilai rata-rata 997,6842105 Kbps. Upstream GPON memiliki nilai minimum 1.201.000 Mbps nilai maksimum 1.241.000 Mbps dengan nilai rata-rata 1.227.895 Mbps. Pada

downstream MSAN memiliki nilai minimum 10176 kbps nilai maksimum 23626 Kbps dengan nilai rata-rata 19955,89474 Kbps. Downstream GPON memiliki nilai minimum 20.800 Mbps nilai maksimum 2.447.000 Mbps dengan nilai rata-rata 6.233.459 Mbps.


(52)

41

Tabel 4.4 Hasil perhitungan rata-rata Attainable rate Attainable Rate Upstream Attainable Rate Downstream Pelanggan MSAN

(Kbps) GPON (Mbps) MSAN (Kbps) GPON (Mbps)

1 2404 1,237,000 19900 2,496,320.00

2 924 1,229,000 22444 20,800.00

3 820 1,236,000 10176 7,470,400.00

4 1016 1,225,000 21980 9,959,232.00

5 964 1,240,000 19332 2,491,712.00

6 992 1,228,000 23292 21,312.00

7 952 1,209,000 22416 2,527,328.00

8 1000 1,225,000 22992 9,963,840.00

9 992 1,236,000 23626 7,474,752.00

10 1068 1,209,000 21336 2,527,328.00

11 1060 1,229,000 22456 12,463,168.00

12 1044 1,228,000 20532 9,979,712.00

13 976 1,229,000 21116 9,975,616.00

14 1012 1,239,000 21864 2,491,712.00

15 964 1,241,000 20436 2.624,000

16 460 1,201,000 12768 2,447,000

17 912 1,224,000 17304 12,446,016.00

18 964 1,236,000 19200 4,982,848.00

19 432 1,229,000 15992 12,463,168.00

Rata-rata 997.6842105 1,227,895 19955.89474 6,233,459

Gambar 4.5 Grafik Attainable rate upstream MSAN dan GPON 0 2000000 4000000 6000000 8000000 10000000 12000000 14000000

1 2 3 4 5 6 7 8 9 10111213141516171819

att ai n ab le r ate Pelanggan

Grafik upstream

MSAN GPON Rata-rata MSAN Rata-rata GPON


(53)

42

Kesanggupan jaringan yang sangat bagus pada MSAN dengan GPON pada jalur upstream adalah 2404 Kbps dan 1.241.000 Mbps sedangkan yang memiliki kesanggupan jaringan yang buruk adalah 432 Kbps dan 1.201.000 Mbps.

Kesanggupan jaringan yang sangat bagus pada MSAN dengan GPON pada jalur downstream adalah 23626 Kbps dan 2.447.000 Mbps sedangkan yang memiliki kesanggupan jaringan yang buruk adalah 10176 Kbps dan 20.800 Mbps.

Gambar 4.6 Grafik Attainable rate downstream MSAN dan GPON

Dari Gambar 4.5 dan 4.6 dapat disimpulkan untuk nilai attainable rate

GPON lebih baik daripada MSAN. Sehingga, diperoleh peningkatan kinerja

attainable rate GPON terhadap MSAN sebesar 12.268,9 % pada jalur upstream

sedangkan untuk jalur downstream sebesar 62.135,032 %. 0 2000000 4000000 6000000 8000000 10000000 12000000 14000000

1 2 3 4 5 6 7 8 9 10111213141516171819

att ai n ab le r ate Pelanggan

Grafik downstream

MSAN GPON Rata-rata MSAN Rata-rata GPON


(54)

43

BAB V

KESIMPULAN DAN SARAN

5.1 Kesimpulan

Berdasarkan perhitungan parameter kualitas jaringan yang telah dilakukan dengan membandingkan penggunaan teknologi MSAN dan GPON, maka dapat diambil kesimpulan sebagai berikut :

1. Berdasarkan parameter Line Rate diperoleh peningkatan kinerja GPON terhadap MSAN sebesar 9,24 % pada jalur upstream sedangkan untuk jalur downstream sebesar 0,0841 %.

2. Berdasarkan parameter Attenuation diperoleh GPON mengalami penurunan kinerja terhadap MSAN sebesar 0,0262 % pada jalur upstream

sedangkan untuk jalur downstream sebesar 0,005184 %.

3. Berdasarkan parameter Attainable rate diperoleh peningkatan kinerja GPON terhadap MSAN sebesar 12.268,9 % pada jalur upstream

sedangkan untuk jalur downstream sebesar 62.135,032 %.

5.2Saran

Saran yang dapat diberikan untuk Tugas Akhir ini adalah pada penelitian Tugas Akhir ini penulis hanya meneliti 19 sampel data pelanggan dan meneliti dengan 3 parameter. Sehingga untuk penelitian selanjutnya dapat menambahkan sampel data pelanggan serta parameter lainnya.


(55)

44

DAFTAR PUSTAKA

[1] Rizky, Nur,2008, ”Konfigurasi jaringan telepon dan penanganan

gangguan di MDF”. Jurusan Teknik Elektro, Fakultas teknik, Universitas Dipenegoro. Semarang.

[2] Yayasan Sandhykara Putra Telkom,2004, Modul Sistem Telekomunikasi. Yayasan Sandhykara Putra Telkom.

[3] Nugraha, Andi Rahman, ST. 2006, Serat Optik. Bandar Lampung : Penerbit Andi Yogyakarta.

[4] Wadhana, Endy Kusuma dkk,”Analisa redaman serat optic terhadap kinerja sistem komunikasi serat optik menggunakan metode optical link

power budget”. Institut Teknologi 10 November Surabaya.

[5] PT.Telekomunikasi Indonesia Tbk. November 2012, Panduan Desain FTTH. Jakarta.

[6] Rakhmawati, Suci, September 2013, ”Analisis jaringan tembaga eksisting

untuk penerapan teknologi MSAN”. Universitas Kristen Maranatha.

Jakarta.

[7] Steven K, Kusumo SJ dkk,2012, ”Perbandingan Jaringan GPON dan

MSAN pada PT.Telkom”. Universitas Binus. Jakarta.

[8] Royani, Astrid Harera.2012,” Modernisasi Jaringan Akses Tembaga

dengan Fiber Optik sampai dengan ke pelanggan”. Fakultas Teknik

Elektro, Universitas Sumatera Utara.

[9] Vinaldo, Andrea , Sistama, Ranggi dkk,2013 ”Pengenalan Teknologi


(56)

45

[10] Foelyati, Rika , Sugesti, Erna Sri dkk,2008 ”Analisis Quality Of Service

untuk layanan IPTV pada GPON studi kasus PT.Telkom”. Institut

Teknologi Telkom.

[11] Kusuma, Eugenius, Krisnadi, Iwan, 2012, ”Analisa kelayakan perencanaan penerapan teknologi IPTV untuk meningkatkan nilai bisnis

perusahaan”. Universitas Mercu buana.

[12] DF, Fara Mantika, Sukiswo, ST, 2014, ”USEE TV

NETWORK”.Universitas Dipenegoro. Semarang.

[13] Larasati, Solichah dkk, November 2014, ”Analisis Kualitas Jaringan Terhadap Tembaga Penerapan Teknologi Annex M Pada Perangkat

MSAN Studi Kasus Di PT.Telkom Purwokerto”Sekolah Tinggi Teknologi


(57)

46

LAMPIRAN 1

DATA MSAN

Upstream Downstream

Pelanggan Line Rate (Kbps) Attenuation (dB) Attainable Rate (Kbps) Line Rate (Kbps) Attenuation (dB) Attainable Rate (Kbps)

1 1276 7,8 2404 3582 9,6 19900

2 764 7,6 924 4605 15,1 22444

3 192 4,8 820 768 8 10176

4 189 9,8 1016 766 20,5 21980

5 764 8,3 964 3069 17,3 19332

6 764 2,1 992 4605 0 23292

7 764 8,8 952 1533 12 22416

8 189 4,6 1000 766 9,6 22992

9 764 3,3 992 4605 2,3 23626

10 189 5,5 1068 766 12 21336

11 764 2,1 1060 3069 0 22456

12 764 8,5 1044 1533 18,1 20532

13 764 2,1 976 4607 0,6 21116

14 189 4,5 1012 766 6,6 21864

15 380 6 964 766 8,8 20436

16 458 24,6 460 1536 16 12768

17 764 6,8 912 1536 12 17304

18 764 7,8 964 1533 17,3 19200


(58)

47

LAMPIRAN 2

DATA GPON

Upstream Downstream

Pelanggan Line Rate (Kbps) Attenuation (dB) Attainable Rate (Mbps) Line Rate (Kbps) Attenuation (dB) Attainable Rate (Mbps)

1 768 31,246 1.237.000 4608 27,997 2.496,32

2 1000 29,881 1.229.000 1536 25,113 20,8

3 1000 28,903 1.236.000 768 23,493 7.470,4

4 768 18,723 1.225.000 1536 19,563 9.959,232

5 768 -30 1.240.000 1536 33,708 2.491,712

6 1000 24,665 1.228.000 768 25,113 21,312

7 768 30,958 1.209.000 1536 25,165 2.527,328

8 1280 36,699 1.225.000 5632 -94,365 9.963,84

9 768 25,124 1.236.000 5120 18,895 7.474,752

10 192 31,327 1.209.000 768 27,868 2.527,328

11 1000 22,735 1.229.000 768 20,486 12.463,168

12 1280 19,338 1.228.000 7168 18,672 9.979,712

13 1000 23,579 1.229.000 768 21,75 9.975,616

14 768 27,471 1.239.000 1536 24,956 2.491,712

15 768 28,548 1.241.000 1536 26,925 2,624

16 768 26,861 1.201.000 1536 24,395 2.447.000

17 768 19,529 1.224.000 1536 20,213 12.446,016

18 1000 31,834 1.236.000 768 28,851 4.982,848


(1)

42 Kesanggupan jaringan yang sangat bagus pada MSAN dengan GPON pada jalur upstream adalah 2404 Kbps dan 1.241.000 Mbps sedangkan yang memiliki kesanggupan jaringan yang buruk adalah 432 Kbps dan 1.201.000 Mbps.

Kesanggupan jaringan yang sangat bagus pada MSAN dengan GPON pada jalur downstream adalah 23626 Kbps dan 2.447.000 Mbps sedangkan yang memiliki kesanggupan jaringan yang buruk adalah 10176 Kbps dan 20.800 Mbps.

Gambar 4.6 Grafik Attainable rate downstream MSAN dan GPON

Dari Gambar 4.5 dan 4.6 dapat disimpulkan untuk nilai attainable rate GPON lebih baik daripada MSAN. Sehingga, diperoleh peningkatan kinerja attainable rate GPON terhadap MSAN sebesar 12.268,9 % pada jalur upstream sedangkan untuk jalur downstream sebesar 62.135,032 %.

0 2000000 4000000 6000000 8000000 10000000 12000000 14000000

1 2 3 4 5 6 7 8 9 10111213141516171819

att

ai

n

ab

le

r

ate

Pelanggan

Grafik downstream

MSAN

GPON

Rata-rata MSAN


(2)

43

BAB V

KESIMPULAN DAN SARAN

5.1 Kesimpulan

Berdasarkan perhitungan parameter kualitas jaringan yang telah dilakukan dengan membandingkan penggunaan teknologi MSAN dan GPON, maka dapat diambil kesimpulan sebagai berikut :

1. Berdasarkan parameter Line Rate diperoleh peningkatan kinerja GPON terhadap MSAN sebesar 9,24 % pada jalur upstream sedangkan untuk jalur downstream sebesar 0,0841 %.

2. Berdasarkan parameter Attenuation diperoleh GPON mengalami penurunan kinerja terhadap MSAN sebesar 0,0262 % pada jalur upstream sedangkan untuk jalur downstream sebesar 0,005184 %.

3. Berdasarkan parameter Attainable rate diperoleh peningkatan kinerja GPON terhadap MSAN sebesar 12.268,9 % pada jalur upstream sedangkan untuk jalur downstream sebesar 62.135,032 %.

5.2Saran

Saran yang dapat diberikan untuk Tugas Akhir ini adalah pada penelitian Tugas Akhir ini penulis hanya meneliti 19 sampel data pelanggan dan meneliti dengan 3 parameter. Sehingga untuk penelitian selanjutnya dapat menambahkan sampel data pelanggan serta parameter lainnya.


(3)

44

DAFTAR PUSTAKA

[1] Rizky, Nur,2008, ”Konfigurasi jaringan telepon dan penanganan gangguan di MDF”. Jurusan Teknik Elektro, Fakultas teknik, Universitas Dipenegoro. Semarang.

[2] Yayasan Sandhykara Putra Telkom,2004, Modul Sistem Telekomunikasi. Yayasan Sandhykara Putra Telkom.

[3] Nugraha, Andi Rahman, ST. 2006, Serat Optik. Bandar Lampung : Penerbit Andi Yogyakarta.

[4] Wadhana, Endy Kusuma dkk,”Analisa redaman serat optic terhadap

kinerja sistem komunikasi serat optik menggunakan metode optical link power budget”. Institut Teknologi 10 November Surabaya.

[5] PT.Telekomunikasi Indonesia Tbk. November 2012, Panduan Desain FTTH. Jakarta.

[6] Rakhmawati, Suci, September 2013, ”Analisis jaringan tembaga eksisting untuk penerapan teknologi MSAN”. Universitas Kristen Maranatha. Jakarta.

[7] Steven K, Kusumo SJ dkk,2012, ”Perbandingan Jaringan GPON dan MSAN pada PT.Telkom”. Universitas Binus. Jakarta.

[8] Royani, Astrid Harera.2012,” Modernisasi Jaringan Akses Tembaga

dengan Fiber Optik sampai dengan ke pelanggan”. Fakultas Teknik Elektro, Universitas Sumatera Utara.

[9] Vinaldo, Andrea , Sistama, Ranggi dkk,2013 ”Pengenalan Teknologi


(4)

45 [10] Foelyati, Rika , Sugesti, Erna Sri dkk,2008 ”Analisis Quality Of Service untuk layanan IPTV pada GPON studi kasus PT.Telkom”. Institut Teknologi Telkom.

[11] Kusuma, Eugenius, Krisnadi, Iwan, 2012, ”Analisa kelayakan perencanaan penerapan teknologi IPTV untuk meningkatkan nilai bisnis perusahaan”. Universitas Mercu buana.

[12] DF, Fara Mantika, Sukiswo, ST, 2014, ”USEE TV

NETWORK”.Universitas Dipenegoro. Semarang.

[13] Larasati, Solichah dkk, November 2014, ”Analisis Kualitas Jaringan Terhadap Tembaga Penerapan Teknologi Annex M Pada Perangkat MSAN Studi Kasus Di PT.Telkom Purwokerto”Sekolah Tinggi Teknologi Telematika Telkom Purwokerto.


(5)

46

LAMPIRAN 1

DATA MSAN

Upstream Downstream

Pelanggan

Line Rate (Kbps)

Attenuation (dB)

Attainable Rate (Kbps)

Line Rate (Kbps)

Attenuation (dB)

Attainable Rate (Kbps)

1 1276 7,8 2404 3582 9,6 19900

2 764 7,6 924 4605 15,1 22444

3 192 4,8 820 768 8 10176

4 189 9,8 1016 766 20,5 21980

5 764 8,3 964 3069 17,3 19332

6 764 2,1 992 4605 0 23292

7 764 8,8 952 1533 12 22416

8 189 4,6 1000 766 9,6 22992

9 764 3,3 992 4605 2,3 23626

10 189 5,5 1068 766 12 21336

11 764 2,1 1060 3069 0 22456

12 764 8,5 1044 1533 18,1 20532

13 764 2,1 976 4607 0,6 21116

14 189 4,5 1012 766 6,6 21864

15 380 6 964 766 8,8 20436

16 458 24,6 460 1536 16 12768

17 764 6,8 912 1536 12 17304

18 764 7,8 964 1533 17,3 19200


(6)

47

LAMPIRAN 2

DATA GPON

Upstream Downstream

Pelanggan

Line Rate (Kbps)

Attenuation (dB)

Attainable Rate (Mbps)

Line Rate (Kbps)

Attenuation (dB)

Attainable Rate (Mbps) 1 768 31,246 1.237.000 4608 27,997 2.496,32 2 1000 29,881 1.229.000 1536 25,113 20,8 3 1000 28,903 1.236.000 768 23,493 7.470,4 4 768 18,723 1.225.000 1536 19,563 9.959,232 5 768 -30 1.240.000 1536 33,708 2.491,712 6 1000 24,665 1.228.000 768 25,113 21,312 7 768 30,958 1.209.000 1536 25,165 2.527,328 8 1280 36,699 1.225.000 5632 -94,365 9.963,84 9 768 25,124 1.236.000 5120 18,895 7.474,752 10 192 31,327 1.209.000 768 27,868 2.527,328 11 1000 22,735 1.229.000 768 20,486 12.463,168 12 1280 19,338 1.228.000 7168 18,672 9.979,712 13 1000 23,579 1.229.000 768 21,75 9.975,616 14 768 27,471 1.239.000 1536 24,956 2.491,712 15 768 28,548 1.241.000 1536 26,925 2,624 16 768 26,861 1.201.000 1536 24,395 2.447.000 17 768 19,529 1.224.000 1536 20,213 12.446,016 18 1000 31,834 1.236.000 768 28,851 4.982,848 19 1000 27,766 1.229.000 768 28,796 12.463,168