Potensi Tumbuhan Sebagai Pewarna Alami Tekstil Di Kampus Institut Pertanian Bogor Darmaga, Bogor
POTENSI TUMBUHAN SEBAGAI PEWARNA ALAMI TEKSTIL
DI KAMPUS INSTITUT PERTANIAN BOGOR
DARMAGA, BOGOR
DINNY DWI HADI SAPUTRI
DEPARTEMEN KONSERVASI SUMBERDAYA HUTAN DAN EKOWISATA
FAKULTAS KEHUTANAN
INSTITUT PERTANIAN BOGOR
BOGOR
2016
PERNYATAAN MENGENAI SKRIPSI DAN
SUMBER INFORMASI SERTA PELIMPAHAN HAK CIPTA
Dengan ini saya menyatakan bahwa skripsi berjudul Potensi Tumbuhan
sebagai Pewarna Alami Tekstil di Kampus Institut Pertanian Bogor Darmaga,
Bogor adalah benar karya saya dengan arahan dari komisi pembimbing dan belum
diajukan dalam bentuk apa pun kepada perguruan tinggi mana pun. Sumber
informasi yang berasal atau dikutip dari karya yang diterbitkan maupun tidak
diterbitkan dari penulis lain telah disebutkan dalam teks dan dicantumkan dalam
Daftar Pustaka di bagian akhir skripsi ini.
Dengan ini saya melimpahkan hak cipta dari karya tulis saya kepada Institut
Pertanian Bogor.
Bogor, April 2016
Dinny Dwi Hadi Saputri
NIM E34110011
ABSTRAK
DINNY DWI HADI SAPUTRI. Potensi Tumbuhan sebagai Pewarna Alami
Tekstil di Kampus Institut Pertanian Bogor Darmaga, Bogor. Dibimbing oleh
SISWOYO dan TUTIE DJARWANINGSIH.
Zat pewarna merupakan suatu bahan kimia baik alami maupun sintetik yang
memberikan warna. Zat Pewarna Alam (ZPA) merupakan zat warna yang berasal
dari bahan-bahan alam pada umumnya dari hasil ekstrak tumbuhan atau hewan.
Uji warna dilakukan terhadap 66 spesies pohon, 1 herba dan 1 perdu dari 35
famili, yang digunakan pada uji warna ini adalah daun tumbuhan. Terdapat 19
spesies yang sudah dimanfaatkan sebagai bahan pewarna alami dari 68 spesies
yang diteliti tersebut. Uji warna ini dilakukan menggunakan metode perebusan
dan fiksasi. Fiksasi merupakan tahapan terpenting setelah proses pencelupan
warna, karena fiksasi merupakan tahapan untuk mengunci warna. Pada tahapan
fiksasi pewarna digunakan tiga jenis larutan fiksatif, yaitu tawas
(KAl(SO4)2.12H2O), kapur sirih (Ca(OH)2), dan tunjung (FeSO4). Bahan fiksasi
tersebut dipilih karena harga yang terjangkau, mudah didapat di pasaran.
Berdasarkan penelitian yang dilakukan terdapat berbagai macam warna yang
dihasilkan dari proses perebusan dan fiksasi ini, diantaranya: greye- green, violet,
dan blue-green.
Kata kunci: fiksasi, pewarna alami, potensi, tekstil, tumbuhan
ABSTRACT
DINNY DWI HADI SAPUTRI. Potential Plants as a Natural Dyes for Textile
around Bogor Agricultural University Darmaga Campus, Bogor. Supervised by
SISWOYO and TUTIE DJARWANINGSIH.
A dye is a natural or synthetic chemical substances that give natural color
dyes. Natural dyes (ZPA) that is derived from natural materials are generally the
result of plants or animal extraction. Color test was carried out on 66 tree species,
1 herb, 1 perdu from 35 families, leaves were used on this test. There are 19
species that are already used for natural dyes of the 68 species studied. This color
test is done using a boiling method and fixation. Fixation is the most important
stages after the dyeing process, since it is a step to lock the colors. At the stage of
fixation of the dye three types of fixative liquid were used, which are alum
(KAl(SO4)2.12H2O), whiting (Ca(OH)2), and lotus (FeSO4). These materials were
chosen for availability and affordability reasons. Based on the research conducted
there is a wide range of colors generated from the boiling process and this fixation,
such as: greyed-green, violet, and blue-green.
Keywords: fixation, natural dyes, plants, potential, textiles.
POTENSI TUMBUHAN SEBAGAI PEWARNA ALAMI TEKSTIL
DI KAMPUS INSTITUT PERTANIAN BOGOR
DARMAGA, BOGOR
DINNY DWI HADI SAPUTRI
Skripsi
sebagai salah satu syarat untuk memperoleh gelar
Sarjana Kehutanan
pada
Departemen Konservasi Sumberdaya Hutan dan Ekowisata
DEPARTEMEN KONSERVASI SUMBERDAYA HUTAN DAN EKOWISATA
FAKULTAS KEHUTANAN
INSTITUT PERTANIAN BOGOR
BOGOR
2016
PRAKATA
Puji dan syukur penulis panjatkan kepada Allah subhanahu wa ta’ala atas
segala karunia-Nya sehingga karya ilmiah ini berhasil diselesaikan. Tema yang
dipilih dalam penelitian yang dilaksanakan sejak bulan September 2015 ini ialah
tumbuhan pewarna, dengan judul Potensi Tumbuhan sebagai Pewarna Tekstil di
Kampus Institut Pertanian Bogor Darmaga, Bogor.
Terima kasih penulis ucapkan kepada Bapak Ir Siswoyo, MSi dan Ibu Dra
Tutie Djarwaningsih, MSi selaku pembimbing. Di samping itu, penghargaan
penulis sampaikan kepada Ir Elfi Anis Saati yang bersedia meluangkan waktunya
untuk berkorespodensi dengan penulis serta kepada teman-teman yang telah
membantu selama pengumpulan data. Ungkapan terima kasih juga disampaikan
kepada bapak, ibu, serta seluruh keluarga, atas segala doa dan kasih sayangnya.
Semoga karya ilmiah ini bermanfaat.
Bogor, April 2016
Dinny Dwi Hadi Saputri
DAFTAR ISI
DAFTAR TABEL
vii
DAFTAR GAMBAR
vii
DAFTAR LAMPIRAN
vii
PENDAHULUAN
1
Latar Belakang
1
Tujuan
1
Manfaat
2
METODE
2
Lokasi dan Waktu
2
Alat dan Bahan
2
Jenis Data
2
Metode Pengumpulan Data
4
HASIL DAN PEMBAHASAN
5
Kondisi Umum Lokasi Penelitian
5
Keanekaragaman Spesies Tumbuhan
5
Potensi Tumbuhan Pewarna
9
SIMPULAN DAN SARAN
15
Simpulan
15
Saran
16
DAFTAR PUSTAKA
16
LAMPIRAN
18
DAFTAR TABEL
1
2
3
4
5
6
7
8
9
Jenis data
Kekayaan spesies tumbuhan berdasarkan lokasi
Kekayaan spesies tumbuhan berdasarkan habitus
Kekayaan spesies tumbuhan berdasarkan famili
Status tumbuhan menurut status perlindungan
Kekayaan spesies tumbuhan pewarna menurut lokasi
Kekayaan spesies tumbuhan pewarna menurut famili
Kekayaan spesies tumbuhan pewarna berdasarkan habitus
Kekayaan spesies tumbuhan berdasarkan kelompok warna
2
6
6
7
8
9
10
10
11
DAFTAR GAMBAR
1
2
3
Peta lokasi penelitian di Kampus IPB Darmaga
Warna yang dihasilkan oleh daun Swietenia macrophylla King.
Warna yang dihasilkan oleh daun Averrhoa bilimbi L
3
13
14
DAFTAR LAMPIRAN
1
2
3
Daftar spesies tumbuhan
Daftar spesies tumbuhan pewarna
Hasil identifikasi warna pada tumbuhan berdasarkan kelompok warna
18
33
37
PENDAHULUAN
Latar Belakang
Institut Pertanian Bogor (IPB) merupakan salah satu perguruan tinggi
negeri di Indonesia yang memiliki potensi keanekaragaman hayati tinggi dengan
232 spesies tumbuhan dari 73 famili, 87 spesies burung dari 38 famili, 13 spesies
mamalia dari 11 famili, 12 spesies ampibi dari 4 famili dan 35 spesies reptil dari
12 famili (Suryadi 2013).
Zat pewarna merupakan suatu bahan kimia baik alami maupun sintetik yang
memberikan warna (Elbe dan Schwartz 1996). Menurut sumber diperolehnya zat
warna tekstil digolongkan menjadi dua yaitu: (1) Zat Pewarna Alam (ZPA)
merupakan zat warna yang berasal dari bahan-bahan alam pada umumnya dari
hasil ekstrak tumbuhan atau hewan dan (2) Zat Pewarna Sintesis (ZPS) yang
merupakan zat warna buatan atau sintesis dibuat dengan reaksi kimia dengan
bahan dasar arang batu bara atau minyak bumi yang merupakan hasil senyawa
turunan hidrokarbon aromatik seperti benzena, naftalena dan antrasena
(Isminingsih 1978). Perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi saat ini
menyebabkan pemakaian pewarna alami terdesak oleh pewarna sintetis, terutama
di negara-negara industri maju zat pewarna alami sudah tidak memiliki nilai
ekonomis yang penting. Namun, saat ini dengan adanya gerakan kembali ke alam,
ketakutan akan ancaman kesehatan yang ditimbulkan dari pencemaran oleh zat
pewarna sintesis berupa ancaman kanker, serta keinginan menghasilkan atau
memiliki suatu keunikan telah membawa kebangkitan bagi zat pewarna alami.
Berkaitan dengan hal tersebut, Kampus IPB Darmaga dipilih karena
Kampus IPB Darmaga merupakan kampus biodiversitas dengan keanekaragaman
hayati yang tinggi serta memiliki berbagai tipe habitat yang ada di dalamnya.
Teridentifikasi beberapa tipe habitat yang ditemui di Kampus IPB Darmaga
seperti, lahan basah, danau, sungai, hutan alam, hutan buatan (arboretum), hutan
pinus, hutan sengon, kebun karet, kebun percobaan, semak belukar, dan areal
terbuka, sehingga memiliki potensi tumbuhan berguna khususnya pewarna yang
tinggi. Namun, data dan informasi tentang potensi tumbuhan pewarna di kawasan
Kampus IPB Darmaga dan pemanfaatan tumbuhan pewarna belum tersedia karena
belum adanya penelitian yang dilakukan untuk mendata potensi tumbuhan
pewarna di Kampus IPB Darmaga, maka perlu dilakukan penelitian mengenai
studi potensi keanekaragaman tumbuhan pewarna tersebut.
Tujuan
Tujuan dari penelitian ini adalah :
1. Mendata keanekaragaman spesies tumbuhan di Kampus IPB Darmaga,
2. Mengidentifikasi potensi tumbuhan sebagai pewarna tekstil di Kampus IPB
Darmaga.
2
Manfaat
Penelitian ini diharapkan dapat memberikan data atau informasi mengenai
keanekaragaman tumbuhan khususnya pohon sebagai bahan pewarna alami yang
berada di Kampus IPB Darmaga dan diharapkan juga sebagai bahan masukan bagi
pengelola untuk melakukan tindakan konservasi dan pengembangan tumbuhan
pewarna khususnya di habitat alaminya.
METODE
Lokasi dan Waktu
Penelitian ini akan dilaksanakan di Kampus IPB Darmaga Kecamatan
Darmaga, Kabupaten Bogor, Provinsi Jawa Barat yang terbagi menjadi beberapa
lokasi, yaitu : Arboretum Bambu, Arboretum Fakultas Kehutanan, Arboretum
Hutan Tropika, Arboretum Lanskap, Kebun Percobaan Pusat Studi Biofarmaka,
Hutan Al-Hurriyyah, Hutan di Komplek Perumahan Dosen dan Taman Rektorat.
Penelitian ini dilaksanakan selama dua bulan yaitu pada Bulan SeptemberOktober 2015.
Alat dan Bahan
Alat yang digunakan selama penelitian ini antara lain kamera, panci,
timbangan, kompor, gunting, penggaris, alat tulis, gelas serta gelas ukur. Bahan
yang digunakan yaitu alkohol 70%, thally sheet, label gantung, plastik, kain
nilon/satin, kain katun, kain mori, benang wol, benang katun, tawas
(KAl(SO4)2.12H2O), kapur sirih (Ca(OH)2), tunjung (FeSO4), air, serta daun
tumbuhan yang digunakan.
Jenis Data
Jenis data yang diambil terdiri dari data primer dan data sekunder (Tabel 1).
Data primer meliputi nama spesies lokal dan nama ilmiah, famili, serta habitus
tumbuhan pewarna, sedangkan data sekunder merupakan data yang didapat dari
studi literatur untuk memperkuat data primer yang diperoleh.
Tabel 1 Jenis data
No
1
2
Data yang
Dikumpulkan
Keanekaragaman
Spesies Tumbuhan
Potensi Tumbuhan
pewarna di kampus
IPB Darmaga.
Sumber Data
Kampus IPB
Darmaga
Metode
1. Observasi Lapang
2. Studi Literatur
1. Kampus IPB
1 Melakukan uji warna dan
Darmaga
fiksasi pada daun tumbuhan
2. Studi Literatur 2. Mengidentifikasi
menggunakan literatur
3
Gambar 1 Peta lokasi penelitian
4
Metode Pengumpulan Data
Eksplorasi
Eksplorasi adalah pelacakan atau penjelajahan atau dalam plasma nutfah
tanaman dimaksudkan sebagai kegiatan mencari, mengumpulkan, dan meneliti
jenis plasma nutfah tertentu untuk mengamankan dari kepunahan. Plasma nutfah
yang ditemukan perlu diamati sifat dan asalnya.
Lokasi eksplorasi Kampus IPB Darmaga, yaitu : Arboretum Bambu,
Arboretum Fakultas Kehutanan, Arboretum Hutan Tropika, Arboretum Lanskap,
Kebun Percobaan Pusat Studi Biofarmaka, Hutan Al-Hurriyyah, Hutan di
Komplek Perumahan Dosen dan Taman Rektorat. Eksplorasi ini dilaksanakan
selama satu bulan, yaitu pada bulan September 2015.
Perebusan dan fiksasi
Perebusan dan fiksasi dilakukan untuk mengetahui suatu tumbuhan
merupakan tumbuhan penghasil pewarna atau bukan. Perebusan dan fiksasi
dilakukan dengan cara:
Persiapan bahan
1. Menggunting kain (satin, katun dan mori) dengan ukuran 4 x 5 cm,
2. Menggunting benang katun dan wol dengan panjang 80 cm,
3. Mencuci kain dan benang yang telah digunting dengan campuran
detergent dan air,
4. Mengeringkan kain dan benang yang telah dicuci.
Perebusan
1. Merebus 400 CC air dengan 20 gram daun hingga air berkurang menjadi
100 CC,
2. Memisahkan air dengan bagian tumbuhan yang telah direbus,
Fiksasi
1. Membuat campuran yang terdiri dari 50 gram bahan kimia yang
digunakan (tawas (KAl(SO4)2.12H2O), kapur sirih (Ca(OH)2), tunjung
(FeSO4)) masing-masing dengan satu liter air,
2. Mengendapkan larutan hingga terdapat dua lapisan,
3. Memisahkan endapan bahan kimia dengan larutan bening yang akan
digunakan.
Deteksi warna
1. Merendam kain dan benang yang telah dicuci dengan larutan pewarna
yang telah disiapkan,
2. Mendiamkan kain dan benang yang direndam dengan larutan pewarna
selama 24 jam,
3. Mencelupkan kain dan benang yang telah mengering kedalam larutan
kimia yang telah didiamkan selama 24 jam selama ±30 detik,
4. Mengeringkan kain dan benang yang telah direndam dalam larutan kimia,
5. Melakukan identifikasi terhadap kandungan zat warna,
5
6. Melakukan dokumentasi dan memberi label pada kain dan benang yang
telah teridentifikasi kandungan zat warna.
Studi Literatur
Studi literatur dilakukan sebelum dan sesudah kegiatan di lapangan. Hasil
dari studi literatur akan menunjang data primer yang diperoleh observasi lapang.
Pengumpulan data dilakukan dengan merekapitulasi data-data dari literatur yang
ada seperti buku, jurnal ilmiah dan hasil penelitian mahasiswa. Studi literatur
dilakukan di Perpustakaan Pusat Penelitian Biologi LIPI, Perpustakaan Pusat IPB
Darmaga dan tempat lainnya.
HASIL DAN PEMBAHASAN
Kondisi Umum Lokasi Penelitian
Kampus IPB Darmaga secara administratif terletak di Desa Babakan
Kecamatan Darmaga Kabupaten Bogor. Secara geografis, Kampus IPB Darmaga
terletak pada perpotongan garis 6o30’-6o45’ LS dan 106o45’-106o50’ BT (Mulyani
1985 diacu dalam Najib 2014). Kampus IPB Darmaga memiliki luasan sekitar
256.97 ha (Balen et al. 1986 diacu dalam Kurnia 2003). Topografi Kampus IPB
Darmaga bervariasi mulai dari datar hingga bergelombang dengan ketinggian
tempat 142 - 200 m dengan curah hujan rata–rata per tahun yaitu 4 051 mm/th,
dengan temperatur udara tahunan rata–rata 25.8 oC, suhu maksimum 33.2 oC dan
minimum 22.7 oC serta curah hujan tertinggi terjadi bulan November yaitu 437.13
mm dan terendah pada bulan Juli yaitu 146.95 mm (BMKG 2010 diacu dalam
Dahlan 2011). Vegetasi di Kampus IPB Darmaga memiliki unsur utama berupa
pepohonan yang lebih beragam, baik dalam spesies maupun vegetasinya (Kurnia
2003). Penelitian terhadap potensi tumbuhan pewarna dilakukan di 8 tempat di
Kampus IPB Darmaga, yaitu Arboretum Bambu, Arboretum Fakultas Kehutanan,
Arboretum Hutan Tropika, Arboretum Lanskap dan Taman Rektorat, Kebun
Percobaan Pusat Studi Biofarmaka, Hutan Al-Hurriyyah, serta Hutan di Komplek
Perumahan Dosen.
Keanekaragaman Spesies Tumbuhan
Spesies tumbuhan yang dijumpai pada delapan lokasi penelitian yang
berada di Kampus IPB Darmaga Bogor berjumlah 177 spesies (Tabel 2).
Berdasarkan Tabel 2 diketahui bahwa spesies terbanyak ditemukan pada Hutan
Al-Hurriyyah. Hal ini dikarenakan struktur vegetasi yang berada pada Hutan AlHurriyyah tersebut sudah seperti struktur vegetasi yang berada padaa hutan alam,
dimana terjadi stratifikasi tajuk, stratifikasi tajuk tersebut kemudian mendukung
terjadinya kelimpahan spesies tumbuhan yang berada pada tempat tersebut. Hutan
di Komplek Perumahan Dosen memiliki jumlah spesies terendah hal ini
dikarenakan hutan di Komplek Perumahan Dosen merupakan tegakan karet,
6
sementara Arboretum Bambu memiliki jumlah famili terendah. Rendahnya
komposisi spesies dan famili pada dua lokasi tersebut selain karena komunitas
tegakan pohon yang homogen, juga disebabkan oleh perlakuan yang diberikan
secara berkala di bawah tegakan karet terhadap tumbuhan bawah, yakni berupa
pemotongan (Prinando 2011).
Tabel 2 Kekayaan spesies tumbuhan berdasarkan lokasi
No Lokasi
Jumlah Spesies
Jumlah Famili
1
Arboretum Bambu
32
5
2
Arboretum Fakultas Kehutanan
38
26
3
Arboretum Hutan Tropika
32
23
4
Arboretum Lanskap
44
29
5
Taman Rektorat
25
18
a
6
Kebun PPSB
65
36
7
Hutan Al-Hurriyah
74
44
Hutan Perumahan Dosen
10
9
8
a
PPSB : Percobaan Pusat Studi Biofarmaka
Berdasarkkan habitusnya, 177 spesies tumbuhan yang ditemukan dapat
digolongkan menjadi delapan habitus yang berbeda seperti yang tersaji pada
Tabel 3. Jumlah habitus terbanyak yang ditemui adalah pohon sebanyak 66
spesies atau 37.29%.
Tabel 3 Kekayaan spesies tumbuhan berdasarkan habitus
No
Habitus
Jumlah Spesies
Persentase (%)
1
Pohon
66
37.29
2
Herba
52
29.38
3
Bambu
27
15.25
4
Perdu
12
6.78
5
Rumput
8
4.52
6
Liana
5
2.82
7
Palem
5
2.82
8
Paku
2
1.13
Jumlah famili yang ditemukan pada lokasi penelitian berjumlah 68 famili
seperti yang tersaji pada Tabel 4, dengan famili terbanyak yang ditemukan adalah
famili Poaceae. Famili Poaceae adalah tumbuhan perennial dan herba, bentuk
7
seperti pohon tetapi tanpa penebalan sekunder, dinding sel, dan memiliki
epidermis kuat dan merupakan famili yang memiliki kemampuan adaptasi lebih
baik dibanding famili lainnya sehingga memungkinkan famili ini untuk tetap
bertahan pada berbagai kondisi (Pandey 2003).
Tabel 4 Kekayaan spesies tumbuhan berdasarkan famili
No
Famili
Jumlah Spesies
Persentase (%)
1
Poaceae
38
21.47
2
Fabaceae
13
7.34
3
Asteraceae
6
3.39
4
Araceae
5
2.82
5
Euphorbiaceae
5
2.82
6
Moraceae
5
2.82
7
Myrtaceae
5
2.82
8
Rubiaceae
5
2.82
9
Acanthaceae
4
2.26
10
Phyllanthaceae
4
2.26
11
Piperaceae
4
2.26
12
Malvaceae
4
2.26
13
Annonaceae
3
1.69
14
Apocynaceae
3
1.69
15
Arecaceae
3
1.69
16
Lauraceae
3
1.69
17
Meliaceae
3
1.69
18
Famili Lain
64
36.16
Terdapat 30 spesies tumbuhan yang termasuk dalam IUCN Red List dan 3
spesies yang semuanya termasuk dalam Appendiks II CITES (Tabel 5) dari 177
spesies yang ditemukan pada lokasi penelitian. IUCN (International Union for
Conservation of Nature and Natural Resources) merupakan suatu organisasi
profesi tingkat dunia yang memantau keadaan populasi suatu spesies kehidupan
liar (flora dan fauna). Kategori Status konservasi IUCN Red List merupakan
kategori yang digunakan oleh IUCN dalam melakukan klasifikasi terhadap
spesies-spesies makhluk hidup yang terancam kepunahan, terdapat 9 kategori
dalam IUCN Red List. Apendiks CITES (Convention on International Trade in
Endangered Species of Wild Fauna and Flora) merupakan daftar spesies flora dan
fauna yang perdagangannya perlu diawasi dan negara-negara anggota telah setuju
untuk membatasi perdagangan dan menghentikan eksploitasi terhadap spesies
yang terancam punah (Fitzgerald 1989 diacu dalam Soehartono dan Mardiastuti
2003).
8
Tabel 5 Status tumbuhan menurut status perlindungan
No
Nama Botani
IUCN *
CITES
1
Agathis dammara (Lamb.) Rich. & A.Rich.
VU
-
2
Alstonia scholaris (L.) R.Br.
LC
-
3
Bauhinia purpurea L.
LC
-
4
Brachiaria mutica (Forssk.) Stapf.
LC
-
5
Calophyllum inophyllum L.
LC
-
6
Calophyllum soulattri L.
LC
-
7
Centella asiatica (L).Urb
LC
-
8
Commelina benghalensis L.
LC
-
9
Couroupita guianensis Aubl.
LC
-
10
Delonix regia (Hook.) Raf.
LC
-
11
Dendrocalamus giganteus Munro
LC
12
Diospyros celebica Bakh.
VU
II
13
Diplazium esculantum (Retz) Sw.
LC
-
14
Eusideroxylon zwageri Teysm. & Binnend.
VU
-
15
Gnetum gnemon L.
LC
-
16
Intsia bijuga (Colebr.) Kuntze
VU
-
17
Lindernia crustacea (L.) F.Muell.
LC
-
18
Mangifera indica L.
DD
-
19
Marsilea crenata C.Presl
LC
-
20
Mimosa pudica L.
LC
-
21
Myristica fragrans Houtt
DD
-
22
Nephelium lappaceum Linn.
LC
-
23
Pinus Merkusii Jungh. & de Vriese
VU
-
24
Platycladus orientalis (L.) Franco
NT
-
25
Pterocarpus indicus Willd.
VU
-
26
Scindapsus hederaceus Miq.
LC
-
27
Shorea leprosula Miq.
EN
-
28
Swietenia macrophylla King
VU
II
29
Swietenia mahagoni Jacq
EN
II
30
Typhonium flagelliforme (Lodd.) Blume
LC
-
Keterangan * : DD (Data Deficient), LC (Least Concern), NT (Near Threatened), VU
(Vulnerable), EN (Endangered)
9
Potensi Tumbuhan Pewarna
Pengujian warna dilakukan dengan cara merebus daun. Perebusan dilakukan
dengan menggunakan daun tumbuhan. Daun dipilih karena banyak digunakan
oleh pengrajin untuk membuat pewarna alami dengan proses pengolahan lebih
mudah dan praktis, daun tersedia dalam jumlah yang relatif banyak dibanding
dengan bagian tumbuhan yang lain serta regenerasi dari daun yang lebih baik dan
tidak mengganggu proses pertumbuhan tumbuhan tersebut (Zahra 2015). Kain
yang digunakan adalah kain satin, kain katun dan kain mori dimana ketiga bahan
ini dapat dianggap mewakili ketebalan kain yang ada, yaitu tebal, sedang dan
tipis, serta digunakan pula dua benang, yaitu benang katun dan benang wol.
Uji warna dilakukan terhadap 68 spesies tumbuhan yang berada pada lokasi
penelitian, berdasarkan lokasi penelitian diketahui bahwa Kebun Percobaan Pusat
Studi Biofarmaka dan Hutan Al-Hurriyyah memiliki kekayaan spesies tertinggi
(Tabel 6).
Tabel 6 Kekayaan spesies tumbuhan pewarna menurut lokasi
No
Lokasi
Jumlah Spesies
Persentase (%)
1
Arboretum Bambu
4
2.92
2
Arboretum Fakultas Kehutanan
14
10.22
3
Arboretum Hutan Tropika
4
2.92
4
Arboretum Lanskap
21
15.33
5
Taman Rektorat
16
11.68
6
Kebun PPSB a
35
25.55
7
Hutan Al-Hurriyah
34
24.82
8
Hutan Perumahan Dosen
9
6.57
a
PPSB : Percobaan Pusat Studi Biofarmaka
Fabaceae merupakan famili terbanyak dari 35 famili yang diuji warna dan
berpotensi sebagai bahan pewarna alami seperti pada Tabel 7. Famili Fabaceae
merupakan famili tumbuhan berbunga kedua terbesar dengan 650 genus dan lebih
dari 18 000 spesies. Fabaceae memiliki ciri-ciri berdaun majemuk, berseling
dengan daun penumpu, buah polong (legum), merekah atau tidak merekah. Famili
Fabaceae memiliki bahan cadangan dengan kandungan protein lektin, dalam
famili ini terdapat pula saponin, isoflavon dan asam amino non protein (Sutrisno
1998 diacu dalam Syafi’i 2010). Beberapa spesies famili Fabaceae sudah
digunakan sebagai pewarna alami, seperti; Indigofera tinctoria L. (Tarum)
penghasil warna nila dan Peltophorum pterocarpum (DC.) K.Heyne (Soga)
penghasil warna coklat kekuningan.
10
Tabel 7 Kekayaan spesies tumbuhan pewarna menurut famili
No Famili
Jumlah Spesies
Persentase (%)
1 Fabaceae
10
14.71
2 Myrtaceae
5
7.35
3 Malvaceae
4
5.88
4 Moraceae
4
5.88
5 Annonaceae
3
4.41
6 Lauraceae
3
4.41
7 Meliaceae
3
4.41
36
52.94
8 Lainnya
Berdasarkan habitus, pengujian pewarna alami ini dilakukan terhadap 66
spesies pohon, 1 herba dan 1 perdu yang ditemukan pada lokasi penelitian (Tabel
8).
Tabel 8 Kekayaan spesies tumbuhan pewarna berdasarkan habitus
No Habitus
Jumlah Spesies Persentase (%)
1 Pohon
66
97.06
2 Herba
1
1.47
3 Perdu
1
1.47
Fiksasi merupakan tahapan terpenting setelah proses pencelupan warna,
karena fiksasi merupakan tahapan untuk mengunci warna (Prayitno et al. 2014).
Penggunaan larutan fiksatif dalam proses pewarnaan akan membuat warna
menjadi tidak mudah pudar serta tahan terhadap gosokan (Ruwana 2008). Pada
tahapan fiksasi pewarna digunakan tiga jenis larutan fiksatif, yaitu tawas
(KAl(SO4)2.12H2O), kapur sirih (Ca(OH)2), tunjung (FeSO4). Bahan fiksasi
tersebut dipilih karena harga yang terjangkau, mudah didapat dipasaran serta
menurut Ratyaningrum dan Giari (2005) zat warna alam merupakan zat warna
yang memerlukan penggabungan dengan kompleks logam, sehingga daya tahan
lunturnya menjadi lebih baik sehingga tawas (KAl(SO4)2.12H2O), kapur sirih
(Ca(OH)2), dan tunjung (FeSO4) yang merupakan kelompok logam kompleks
memiliki kemampuan berguna untuk memperbaiki ketahanan luntur dari pewarna
alam tersebut. Pembuatan larutan fiksatif menggunakan tiga bahan yang berbedaa
namun memiliki konsentrasi yang sama hal ini dikarenakan pemberian bahan
fiksasi yang berbeda memberikan pengaruh nyata terhadap perbedaan warna
sementara perbedaan konsentrasi bahan fiksasi tidak memberikan pengaruh nyata
terhadap perbedaan warna (Prayitno et al. 2015).
11
Penelitian potensi tumbuhan pewarna yang dilakukan dengan uji warna
mendapatkan 60 warna dari 68 spesies yang diuji (Tabel 9). Warna yang
dihasilkan antara lain; Greyed-Green, Blue-Green, Yellow-Green, Red dan Violet.
Warna yang dihasilkan diperoleh dari bahan satin, bahan katun, bahan mori,
benang katun dan benang wol yang diberi fiksasi tunjung (FeSO4), kapur sirih
(Ca(OH)2), tawas (KAl(SO4)2.12H2O), serta tanpa fiksasi. Identifikasi warna yang
didapat dilakukan dengan menggunakan R.H.S Colour Chart. Terdapat 19 spesies
tumbuhan yang sudah dimanfaatkan sebagai pewarna alami dari 68 spesies
tumbuhan yang diuji warnanya (Lampiran 2), sementara 49 spesies lainnya belum
dimanfaatkan sebagai pewarna alami dan memiliki potensi untuk dikembangkan
sebagai pewarna alami. Spesies tumbuhan yang sudah dimanfaatkan antara lain;
Antidesma bunius (L.) Spreng. (buni), Artocarpus heterophyllus Lam. (nangka),
Bixa orellana L. (kesumba keling), Castanopsis argentea (Blume) A.DC.
(saninten), Mangifera indica L (mangga), Myristica fragrans Houtt (pala), dan
Swietenia mahagoni Jacq. (mahoni daun kecil). Spesies yang belum digunakan
sebagai pewarna alami, antara lain; Parkia speciosa Hassk. (petai), Ficus elastica
Roxb. (karet kerbau) dan Eusideroxylon zwageri Teysm. & Binnend (ulin).
Tabel 9 Kekayaan spesies tumbuhan berdasarkan kelompok warna
No
1
2
3
4
5
6
7
8
9
10
11
12
13
14
15
16
17
18
19
20
21
Warna
Grey 201
Greyed-White 156
Greyed-Yellow 160
Greyed-Yellow 161
Greyed-Yellow 162
Greyed-Orange 164
Greyed-Orange 166
Greyed-Orange 172
Greyed-Orange 174
Greyed-Orange 176
Greyed-Orange 177
Greyed-Purple 186
Greyed-Green 188
Greyed-Green 189
Greyed-Green 190
Greyed-Green 191
Greyed-Green 192
Greyed-Green 193
Greyed-Green 194
Greyed-Green 195
Greyed-Green 196
Fiksasi
Jumlah
Spesies Tanpa Fiksasi Tunjung Kapur Tawas
40
8
8
13
8
22
17
3
16
2
5
1
24
19
2
11
6
9
21
36
36
53
4
9
8
4
16
10
0
13
1
2
0
28
3
2
4
4
3
9
29
18
12
2
0
0
0
5
3
0
9
0
2
0
9
31
2
11
1
2
13
20
32
20
3
6
9
7
18
33
2
19
2
7
1
10
3
3
4
2
2
8
29
19
34
3
6
8
6
18
8
5
13
1
3
0
18
5
3
10
3
5
11
25
28
12
Tabel 9 Kekayaan spesies tumbuhan berdasarkan kelompok warna (lanjutan)
No
22
23
24
25
26
27
28
29
30
31
32
33
34
35
36
37
38
39
40
41
42
43
44
45
46
47
48
49
50
51
52
53
54
55
56
57
58
59
60
Warna
Greyed-Green 197
Greyed-Green 198
Greyed-Brown 199
Blue 100
Blue 101
Blue 103
blue 104
Blue-Green 112
Blue-Green 115
Blue-Green 116
Blue-Green 117
Blue-Green 121
Blue-Green 122
Blue-Green 123
Green 133
Green 135
Green 138
Green 142
Yellow 8
Yellow 10
Yellow-Orange 18
Yellow-Orange 20
Yellow-Green 145
Yellow-Green 147
Yellow-Green 148
Yellow-Green 150
Yellow-Green 151
Yellow-Green 154
Yellow-White 158
Violet 84
Violet-Blue 92
Violet-Blue 93
Violet-Blue 97
violet-blue 98
red 41
red-purple 67
Orange-White 159
Brown 200
White
Fiksasi
Jumlah
Spesies
Tanpa Fiksasi
46
36
17
4
3
5
4
6
5
5
6
7
2
5
11
6
4
4
3
2
6
11
3
13
1
3
3
11
6
5
4
2
3
4
1
1
7
5
12
16
20
4
0
2
0
4
3
3
0
3
3
1
5
0
3
0
0
1
1
5
0
1
2
0
4
0
1
3
12
3
0
0
2
0
1
9
1
5
Tunjung Kapur Tawas
54
26
6
7
0
11
1
0
3
5
6
1
1
2
28
0
5
2
1
0
0
12
2
16
2
1
1
3
2
1
0
1
2
0
0
0
2
0
1
27
15
20
0
1
0
1
1
1
1
3
3
1
4
0
3
0
2
1
0
9
3
0
5
0
0
0
5
3
5
3
0
1
1
1
0
2
5
6
18
19
7
1
0
0
1
3
3
0
4
4
1
2
0
10
0
4
2
1
3
2
0
4
0
0
4
10
3
4
1
1
0
2
0
1
1
0
10
13
a
b
c
d
e
f
g
h
i
j
k
l
m
n
o
p
q
r
s
t
Gambar 2 Warna yang dihasilkan oleh daun Swietenia macrophylla (a) kain satin
tanpa fiksasi, (b) kain satin dengan fiksasi tunjung, (c) kain satin
dengan fiksasi kapur sirih, (d) kain satin dengan fiksasi tawas, (e) kain
katun tanpa fiksasi, (f) kain katun dengan fiksasi tunjung, (g) kain
katun dengan fiksasi kapur sirih, (h) kain katun dengan fiksasi tawas,
(i) kain mori tanpa fiksasi, (j) kain mori dengan fiksasi tunjung, (k)
kain mori dengan fiksasi kapur sirih, (l) kain mori dengan fiksasi tawas,
(m) benang katun tanpa fiksasi, (n) benang katun dengan fiksasi
tunjung, (o) benang katun dengan fiksasi kapur sirih, (p) benang katun
dengan fiksasi tawas, (q) benang wol tanpa fiksasi, (r) benang wol
dengan fiksasi tunjung, s benang wol dengan fiksasi kapur sirih, dan (t)
benang katun dengan fiksasi tawas)
14
a
b
c
d
e
f
g
h
i
j
k
l
o
p
m
n
q
r
s
t
Gambar 3 Warna yang dihasilkan oleh daun Averrhoa bilimbi (a) kain satin
tanpa fiksasi, (b) kain satin dengan fiksasi tunjung, (c) kain satin
dengan fiksasi kapur sirih, (d) kain satin dengan fiksasi tawas, (e)
kain katun tanpa fiksasi, (f) kain katun dengan fiksasi tunjung, (g)
kain katun dengan fiksasi kapur sirih, (h) kain katun dengan fiksasi
tawas, (i) kain mori tanpa fiksasi, (j) kain mori dengan fiksasi tunjung,
(k) kain mori dengan fiksasi kapur sirih, (l) kain mori dengan fiksasi
tawas, (m) benang katun tanpa fiksasi, (n) benang katun dengan
fiksasi tunjung, (o) benang katun dengan fiksasi kapur sirih, (p)
benang katun dengan fiksasi tawas, (q) benang wol tanpa fiksasi, (r)
benang wol dengan fiksasi tunjung, (s) benang wol dengan fiksasi
kapur sirih, dan (t) benang katun dengan fiksasi tawas)
Berdasarkan penelitian yang dilakukan pada kain satin, kain katun, kain
mori, benang katun dan benang wol yang menghasilkan warna terbaik setelah
proses pencelupan dan fiksasi seperti yang tersaji pada Gambar 2 dan Gambar 3,
15
yaitu perbedaan warna yang dihasilkan pada bahan yang diberi warna dengan
larutan warna yang dihasilkan oleh Swietenia macrophylla King. dan pada
Averrhoa bilimbi L. Berdasarkan pengamatan kain mori, kain katun dan benang
katun menghasilkan warna dengan tingkatan paling gelap karena terbuat dari serat
kapas hal ini sesuai dengan pernyataan Pujilestari (2014) bahwa serat kapas
memiliki kemampuan mudah menyerap bahan alami maupun kimia dan banyak
digunakan untuk bahan media kain batik. Sementara hasil pewarnaan yang tidak
terlalu baik didapat pada kain satin.
Kain mori yang di fiksasi dengan tunjung (FeSO4) sesuai hasil penelitian
yang dilakukan memiliki arah warna paling gelap, sementara tawas
(KAl(SO4)2.12H2O) menghasilkan arah warna paling muda. Hal tersebut
disebabkan pada proses pencelupan reaksi antara tanin pada daun tumbuhan yang
digunakan dengan logam Fe2+ dari bahan fiksasi tunjung (FeSO4) menghasilkan
garam kompleks (ferro tanat), garam kompleks tersebut terbentuk karena adanya
ikatan kovalen koordinasi antara ion logam dan ion non logam (Taofik et al.
2010). Namun, berdasarkan penelitian dan pengamatan yang dilakukan perolehan
warna tersebut tergantung pada warna dasar (warna yang di dapat dari proses
pencelupan tanpa dilakukannya fiksasi) yang dihasilkan, seperti pada Swietenia
macrophylla King. (mahoni daun besar) (Gambar 2) yang memiliki warna dasar
merah maka kapur sirih (Ca(OH)2) menghasilkan arah warna merah yang paling
tua, dilanjutkan dengan tawas (KAl(SO4)2.12H2O) menghasilkan arah warna
merah agak muda cenderung mengarah pada warna orange. Hal tersebut sesuai
dengan pernyataan Saati (2004) yang menyatakan bahwa peningkatan nilai tingkat
kemerahan yang cukup tinggi menunjukkan adanya sumbangan warna pigmen
dominan merah dan sebagian cenderung kearah merah orange, artinya
berdasarkan urutan warna kemerahan bahan fiksasi kapur sirih (Ca(OH)2) akan
menghasilkan warna merah paling tua, dilanjutkan tawas (KAl(SO4)2.12H2O)
menghasilkan arah warna merah agak muda dan tunjung (FeSO4) menghasilkan
arah warna merah paling muda.
SIMPULAN DAN SARAN
Simpulan
Spesies tumbuhan yang ditemukan pada lokasi penelitian berjumlah 177
spesies dengan pohon sebagai habitus yang mendominasi yaitu sebanyak 37.29%.
Berdasarkan pengamatan spesies terbanyak terdapat pada Kebun PPSB, yaitu
sebanyak 36% serta terdapat 30 spesies yang termasuk dalam IUCN Red List dan
3 Appendix CITES. Pengujian warna dilakukan terhadap 68 spesies tumbuhan.
Fabaceae merupakan famili terbanyak yang dilakukan uji warna, yaitu sebanyak
14,71%. Terdapat 60 jenis warna yang dihasilkan dari hasil uji warna terhadap
tumbuhan yang berpotensi sebagai pewarna alami, diantaranya; greyed-green,
blue-green, red, violet dan yellow-orange.
16
Saran
Perlu dilakukannya penelitian lanjutan mengenai tumbuhan pewarna
ataupun pewarna alami khususnya dalam uji ketahanan luntur serta eksplorasi dan
uji warna terhadap spesies tumbuhan lain yang dapat menghasilkan pewarna
alami baik pewarna textil maupun makanan. Perlu dilakukan penelitian mengenai
tumbuhan pewarna yang dapat digunakan sebagai pewarna makanan.
DAFTAR PUSTAKA
[CITES] Convention on International Trade in Endangered Species of Wild Fauna
and Flora. 2015. Appendices CITES. [Internet]. [diunduh 2015 Des 20].
Tersedia
pada:
http://cites.org/sites/default/files/eng/app/2015/EAppendices-2015-12-20.pdf
[IUCN] International Union for Conservation of Nature and Natural Resources.
2015. IUCN Red List of Threatened Species. [Internet]. [diunduh 2015 Nov
27]. Tersedia pada: http://www.iucnredlist.org/
Dahlan. 2011. Potensi Hutan Kota sebagai Alternatif Substitusi Fungsi Alat
Pendingin Ruangan (Air Conditioner) (Studi kasus Kampus IPB Darmaga)
[skripsi]. Bogor (ID): Institut Pertanian Bogor.
Elbe V, Schwartz. 1996. Food Chemistry. New York (US): Marcel Dekker.
Hernowo JB, Soekmadi R dan Ekarelawan. 1991. Kajian Pelestarian Jenis
Satwaliar di Kampus IPB Darmaga. Media Konservasi. 3(2):43-65.
Heyne K. 1987. Tumbuhan Berguna Indonesia IV. Jakarta (ID): Badan
Penelitian dan Pengembangan Kehutanan Departemen Kehutanan.
Isminingsih. 1978. Pengantar Kimia Zat Warna. Bandung (ID): STTT
Kurnia I. 2003. Studi Keanekaragaman Jenis Burung untuk Pengembangan
Wisata Birdwatching di Kampus IPB Darmaga [skripsi]. Bogor (ID):
Institut Pertanian Bogor.
Lemmens RHMJ, Soetjipto W, Van der Zwan RP, Parren M. 1999. Sumber
Daya Nabati Asia Tenggara (3) Tumbuh-tumbuhan Penghasil Pewarna
dan Tanin. Bogor (ID): PROSEA Indonesia.
Najib NN. 2014. Identifikasi Penggunaan Lahan dan Keterkaitannya Dengan
Suhu Udara Permukaan di Kampus IPB Darmaga, Bogor [skripsi]. Bogor
(ID): Institut Pertanian Bogor.
Pandey B P. 2003. Botany Angiosperms: Taxonomy, Anatomy, Embryologi. Ram
Nagar (IND) : S.Chand & Company Ltd.
Prayitno RE, Wijana S, Suestining B. 2014. Pengaruh Bahan Fiksasi terhadap
Ketahanan Luntur dan Intensitas Warna Kain Mori Batik Hasil Pewarnaan
Daun Alpukat (Persea americana Mill.). Jurnal lulusan Tip FB UB.
Prinindo M. 2011. Keanekaragaman Spesies Tumbuhan Asing Invasif di Kampus
IPB Darmaga, Bogor [skripsi]. Bogor (ID): Institut Pertanian Bogor.
Pujilestari T. 2014. Pengaruh Ekstraksi Zat Warna Alam dan Fiksasi Terhadap
Ketahanan Luntur Warna pada Kain Batik Katun. Dinamika Kerajinan dan
Batik. 31(1):1-9.
17
Ratyaningrum F dan Giari N. 2005. Kriya Tekstil. Surabaya (ID): Unesa
University Press.
Ruwana L. 2008. Pengaruh Zat Fiksasi terhadap Ketahanan Luntur Warna pada
Proses Pencelupan Kain Kapas dengan Menggunakan Zat Warna Dari
Limbah Kayu Jati (Tectona grandis) [skripsi]. Semarang (ID): Universitas
Negeri Semarang.
Saati EA. 2004. Studi Efektivitas Ekstrak Pigmen Antosianin Bunga Mawar
(Rosa sp.) terhadap Sumbangan Warna dan Daya Antioksidan pada Produk
Makanan. Penelitian Jurusan Teknologi Hasil Pertanian. Fakultas Pertanian.
Malang (ID) : Universitas Muhammadiyah.
Soehartono T dan Mardiastuti A. 2003. Pelaksanaan Konvensi CITES di
Indonesia. Jakarta (ID): Japan International Cooperation Agency.
Songko IW. 2002. Studi Keanekaragaman Spesies Tumbuhan Obat di Kampus
IPB Darmaga [skripsi]. Bogor (ID): Institut Pertanian Bogor.
Suryadi D. 2013. Identifikasi Nilai Konservasi Tinggi Keanekaragaman Hayati di
Kampus Institut Pertanian Bogor Darmaga Jawa Barat [skripsi]. Bogor
(ID): Institut Pertanian Bogor.
Syafi'i RF. 2010. Aktivitas Antioksidan dan Antimikroba Fraksi Polar Ekstrak
Kulit Kacang Tanah (Arachis hypogaea L) [Skripsi]. Semarang (ID) :
Universitas Muhammadiyah Semarang.
Taofik E, Yulianti A, Barizi dan Hayati EK. 2010. Isolasi dan Identifikasi
Senyawa Aktif Ekstrak Air Daun Paitan (Thitonia diversifolia) sebagai
Bahan Insektisida Botani untuk Pengendalian Hama Tungau Eriophyidae.
Malang (ID) :Universitas Maulana Malik Ibrahim.
Zahra A. 2015. Etnobotani Pewarna Alami Pada Batik di Surakarta dan
Yogyakarta [skripsi]. Bogor (ID): Institut Pertanian Bogor
18
Lampiran 1 Daftar spesies tumbuhan
No Nama Botani
Nama Indonesia
1
Acacia mangium Willd. Akasia
2
Adiantum braunii Mett. eSuplir
3
Aerva sanguinolenta (L.) Sambang colok
Agathis dammara (Lamb
Agatis
A.Rich.
Ageratum conyzoides L. Babandotan
Allamanda cathartica L. Alamanda
Alstonia scholaris (L.) RPulai
Altingia excelsa NoronhaRasamala
Amorphophallus variabil Iles-iles
Andrographis paniculata
Sambiloto
fil.) Nees
Annona muricata Linn. Sirsak
Antidesma bunius (L.)
Buni
Spreng.
Ardisia crispa
Mata ayam
(Thunb.) A. DC.
Artocarpus communis
Sukun
J. R. & G. Forst.
Artocarpus
Nangka
heterophyllus Lam.
4
5
6
7
8
9
10
11
12
13
14
15
Common Name
Famili
Habitus IUCN CITES PP 7 1999
Lokasi*
Brown Salwood
Delta MaidenHair
Kapok bush
Amboina Pitch
Tree
Billygoat-weed
Golden Trumpet
Blackboard Tree
Rose-malloes
Voodoo Lily
Fabaceae
Pohon
-
-
-
6,7
Pteridaceae
Paku
-
-
-
6
Amaranthaceae
Perdu
-
-
-
6
Araucariaceae
Pohon
VU
-
-
4,7
Asteraceae
Apocynaceae
Apocynaceae
Altingiaceae
Araceae
Terna
Perdu
Pohon
Pohon
Herba
LC
-
-
-
2,4
6,8
5,6
5,7
2,3,4
King of Bitters
Acanthaceae
Herba
-
-
-
7
Soursop
Annonaceae
Pohon
-
-
-
5
Bignay
Phyllanthaceae
Pohon
-
-
-
2,4,7
Coralberry
Primulaceae
Herba
-
-
-
6
Breadnut
Moraceae
Pohon
-
-
-
5,6
Jack
Moraceae
Pohon
-
-
-
5,6
Keterangan * : 1. Arboretum Bambu, 2. Arboretum Fakultas Kehutanan, 3. Arboretum Hutan Tropika, 4. Arboretum Lanskap, 5. Kebun PPSB, 6. Hutan AlHurriyyah , 7. Hutan Perumahan Dosen, 8. Taman Rektorat.
Lampiran 1 Daftar spesies tumbuhan (lanjutan)
No Nama Botani
16
Asplenium nidus L.
17
Averrhoa bilimbi L.
18
Averrhoa carambola L.
Axonopus compressus
(Sw.) P.Beauv.
19
Nama Indonesia
Paku sarang
burung
Belimbing
wuluh
Belimbing
Common Name
Famili
Habitus
Bird's-Nest
Aspleniaceae
Paku
-
-
-
1
Bilimbi
Oxalidaceae
Pohon
-
-
-
1,7
Star pickle
Oxalidaceae
Pohon
-
-
-
1,6,7
Jukut pait
Carpet-Grass
Poaceae
Rumput
-
-
-
4,5
Bambu loleba
Bogor ThinWalled Bamboo
Poaceae
Bambu
-
-
-
1
IUCN CITES PP 7 1999
Lokasi*
20
Bambusa atra Lindley.
21
Bambusa blumeana J.A.
Bambu duri
& J.H. Schultes
Spiny Bamboo
Poaceae
Bambu
-
-
-
1
22
Bambusa glaucescens
(Willd.) Merr
Silverstripe
fernleaf hedge
bamboo
Poaceae
Bambu
-
-
-
1
Buddha bamboo
Poaceae
Bambu
-
-
-
1
Ivory bamboo
Poaceae
Bambu
-
-
-
1
Butterfly-tree
Leguminosae
Pohon
LC
-
-
5,6
Paper Flower
Nyctaginaceae
Pohon
-
-
-
8
23
24
25
26
Bambu pagar
Bambusa ventricosa Mc
Bambu buddha
Clure.
Bambusa vulgaris
Bambu kuning
Schrad.
Bunga kupuBauhinia purpurea L.
kupu
Bougenvillea glabra
Kembang
Chols
kertas, Bugenvil
19
Keterangan * : 1. Arboretum Bambu, 2. Arboretum Fakultas Kehutanan, 3. Arboretum Hutan Tropika, 4. Arboretum Lanskap, 5. Kebun PPSB, 6. Hutan AlHurriyyah , 7. Hutan Perumahan Dosen, 8. Taman Rektorat.
20
Lampiran 1 Daftar spesies tumbuhan (lanjutan)
No Nama Botani
Nama Indonesia
Brachiaria mutica
Rumput
27
(Forssk.) Stapf.
braciaria
Caladium bicolor
28
Keladi Mas
(Aiton) Vent.
Callistemon viminalis
29
Sikatan botol
(Sol. ex Gaertn.) G.Don
Calophyllum
30
Nyamplung
inophyllum L.
31 Calophyllum soulattri L. Solatri
Cananga odorata
32 (Lam.) Hook. f. &
Kenanga
Thomson
33 Caryota mitis Lour.
Sarai
Castanopsis argentea
34
Saninten
(Blume) A.DC.
Casuarina
35
Cemara gunung
junghuhniana Miq.
Ceiba pentandra (L.)
36
Kapuk randu
Gaertn.
Centella Asiatica
37
Pegagan
(L).Urb
Centrosema pubescens
38
Sentro
Benth.
Common Name
Famili
Habitus
Para Grass
Gramineae
Herba
LC
-
-
3,4,5,6
Heart of Jesus
Araceae
Herba
-
-
-
2,3,4,5,6
Red Bottlebrush
Myrtaceae
Pohon
-
-
-
8
Guttiferae
Pohon
LC
-
-
4,5,6
Guttiferae
Pohon
LC
-
-
2,6
Annonaceae
Pohon
-
-
-
2,5,8
Clustering Fishtal Arecaceae
Palem
-
-
-
5
Chyaran
Fagaceae
Pohon
-
-
-
2,4
She Oak
Casuarinaceae
Pohon
-
-
-
4
Silk Cotton-Tree
Malvaceae
Pohon
-
-
-
4,5,6
Cetella
Umbelliferae
Herba
LC
-
-
2
Butterfly Pea
Fabaceae
Herba
-
-
-
2,3,4,5,6
Borneo
Mahogany
Nicobar Canoe
Cananga
IUCN CITES PP 7 1999 Lokasi*
Keterangan * : 1. Arboretum Bambu, 2. Arboretum Fakultas Kehutanan, 3. Arboretum Hutan Tropika, 4. Arboretum Lanskap, 5. Kebun PPSB, 6. Hutan AlHurriyyah , 7. Hutan Perumahan Dosen, 8. Taman Rektorat.
Lampiran 1 Daftar spesies tumbuhan (lanjutan)
No
Nama Botani
Nama Indonesia
Common Name
Famili
Habitus
IUCN
39
Cerbera manghas L.
Chromolaena odorata
R.M.King & H.Rob.
Cinnamomum
burmannii Bl.
Cissus repens Lam
Citrus maxima (Burm.
f.) Osbeck
Clidemia hirta D. Don.
Coffea canephora
Pierre ex A.Froehner
Commelina
benghalensis L.
Costus speciosus
(Koenig) J.E. Smith
Couroupita guianensis
Aubl.
Cuphea ignea A.DC.
Cyclosorus aridus Ching
Cyclosorus opulentus
(Kaulf.) Nakaike
Cymbopogon nardus
(L.) Randle.
Bintaro
Sea Mango
Apocynaceae
Pohon
-
-
-
5,6
Kirinyuh
Jack in the bush
Asteraceae
Herrba
-
-
-
3,4
Lauraceae
Pohon
-
-
-
2,5,8
Vitaceae
Liana
-
-
-
4
40
41
42
43
44
45
46
47
48
49
50
51
52
CITES PP 7 1999 Lokasi*
Areuy Karokot
Indonesian
Cinnamon
Cissus
Jeruk bali
Pommelo
Rutaceae
Pohon
-
-
-
5
Harendong bulu
Soapbush
MelastomataceaeHerba
-
-
-
2,5,6
Kopi
Robusta Coffee
Rubiaceae
-
-
-
2,6
Gewor
Day Flower
Commelinaceae Herba
LC
-
-
5,6
Pacing
Wild Ginger
Zingiberaceae
Terna
-
-
-
2,5,6
Canonball Tree
Cannonball Tree
Lecythidaceae
Pohon
LC
-
-
8
Bunga serutu
Paku kadal
Cigar Flower
Jeweled Maiden
Fern
Lyrtaceae
Herba
ThelypteridaceaeHerba
-
-
-
4
3,4,6
ThelypteridaceaeHerba
-
-
-
6
Lemon Grass
Poaceae
-
-
-
2
Kayu manis
Pakis
Sereh
Pohon
Rumput
21
Keterangan * : 1. Arboretum Bambu, 2. Arboretum Fakultas Kehutanan, 3. Arboretum Hutan Tropika, 4. Arboretum Lanskap, 5. Kebun PPSB, 6. Hutan AlHurriyyah , 7. Hutan Perumahan Dosen, 8. Taman Rektorat.
22
Lampiran 1 Daftar spesies tumbuhan (lanjutan)
No
53
54
55
56
57
58
59
60
61
62
63
64
65
Nama Botani
Nama Indonesia
Delonix regia (Hook.)
Flamboyan
Raf.
Dendrocalamus asper
Bambu betung
(Schult.f.) Backer
Dendrocalamus
Bambu
giganteus Munro
sembilang
Dendrocalamus
Bambu hirtalus
hirtellus Ridl.
Dieffenbachia seguine
Sri rezeki
(Jacq.) Schoot
Digitaria sp.
Rumput
Dillenia indica L.
Sempur
Dioscorea pyrifolia
Huwi upas
Kunth
Diospyros celebica Bakh Eboni
Diospyros philippensis
Bisbul
(Desr.) Gürke.
Diplazium esculantum
Paku sayur
(Retz) Sw.
Dracaena angustifolia
Drakaena
(Medik.) Roxb.
Dracontomelon dao
Dahu
(Blanco) Merr. & Rolfe
Common Name
Famili
Habitus
IUCN
Flame Tree
Leguminosae
Pohon
LC
-
-
5,6
Poaceae
Bambu
-
-
-
1
Poaceae
Bambu
LC
-
-
1
Common Bamboo
Poaceae
Bambu
-
-
-
1
Dumbcane
Araceae
Herba
-
-
-
2,6
Digitaria Grass
Indian Catmon
Poaceae
Dilleniaceae
Herba
Pohon
-
-
-
2
4,8
Upas Tree
Dioscoreaceae
Herba
-
-
-
3,6
Indonesian Ebony
Ebenaceae
Pohon
VU
II
-
2,5
Butter Fruit
Ebenaceae
Pohon
-
-
-
5,6
Edible fern
Athyriaceae
Palem
LC
-
-
2
Dracena
Asparagaceae
Perdu
-
-
-
8
Pacific walnut
Anacardiaceae
Pohon
-
-
-
8
Black Culmed
Rough Bamboo
Giant
Dendrocalamus
CITES PP 7 1999 Lokasi*
Keterangan * : 1. Arboretum Bambu, 2. Arboretum Fakultas Kehutanan, 3. Arboretum Hutan Tropika, 4. Arboretum Lanskap, 5. Kebun PPSB, 6. Hutan AlHurriyyah , 7. Hutan Perumahan Dosen, 8. Taman Rektorat.
Lampiran 1 Daftar spesies tumbuhan (lanjutan)
Common Name
Famili
Habitus IUCN
Durio zibethinus Murray Durian
Zibetbaum
Malvaceae
Pohon
-
-
-
5,6
Elaeis guineensis Jacq.
Eleutheranthera
ruderalis (Sw.) Sch.
Bip.
Kelapa sawit
African oil palm
Arecaceae
Palem
-
-
-
2,3,5,6
Rumputrumputan
Ogiera
Asteraceae
Rumput
-
-
-
5
Dadap
cangkring
Swamp Imortelle
Fabaceae
Pohon
-
-
-
4,8
Torch-ginger
Zingiberaceae
Herba
-
-
-
6
Mindano Gum
Myrtaceae
Pohon
-
-
-
4,5
Patikan kebo
Asthma Weed
Euphorbiaceae Herba
-
-
-
2
Ulin
Borneo Ironwood
Lauraceae
VU
-
-
2,7
Sambang darah
Blindness tree
Euphorbiaceae Perdu
Daun dolar
Karet kerbau
Rubber Plant
Moraceae
Morace ae
Liana
Pohon
-
-
-
5
5,8
Awar-awar
Fig
Moraceae
Pohon
-
-
-
2,4,5
Bambu apus
Bamboo apoos
Poaceae
Bambu
-
-
-
1
No
Nama Botani
66
67
68
69
70
71
72
73
74
75
76
77
78
Erythrina fusca Lour.
Nama Indonesia
Etlingera solaris
Tepus
(Blume) R. M. Sm.
Eucalyptus deglupta Bl. Eucaliptus
Euphorbia hirta L.
Eusideroxylon zwageri
Teysm. & Binnend.
Excoecaria
cochinchinensis Lour.
Ficus assamica Miq.
Ficus elastica Roxb.
Ficus septica Burm.
fil.
Gigantochloa apus
(Schult.f.) Kurz
Pohon
CITES PP 7 1999
Lokasi*
6,8
23
Keterangan * : 1. Arboretum Bambu, 2. Arboretum Fakultas Kehutanan, 3. Arboretum Hutan Tropika, 4. Arboretum Lanskap, 5. Kebun PPSB, 6. Hutan AlHurriyyah , 7. Hutan Perumahan Dosen, 8. Taman Rektorat.
24
Lampiran 1 Daftar spesies tumbuhan (lanjutan)
No
79
80
81
82
83
84
85
86
87
88
89
Nama Botani
Gigantochloa
atroviolacea Widjaja.
Gigantochloa
hasskarliana (Kurz)
Backer
Gigantochloa
manggong Widjaja.
Gigantochloa
psedoarundinaceae
(Steud.) Widjaja.
Gigantochloa robusta
Kurz.
Gigantochloa
scortechinii Gamble.
Glochidion rubrum Bl.
Gmelina arborea
Roxb. ex Sm
Gnetum gnemon L.
Graptophyllum pictum
(L.) Griffith.
Gymnostoma
sumatranum (Jungh. ex
de Vriese) L.A.S.
Johnson
Common Name
Java Black
Bamboo
Famili
Habitus IUCN
Poaceae
Bambu
-
-
-
1
Bambu lengka
tali
Hasskarliana
Poaceae
Bambu
-
-
-
1
Bambu
manggong
Manggong
Bamboo
Poaceae
Bambu
-
-
-
1
Bambu andong
Maxima Bamboo
Poaceae
Bambu
-
-
-
1
Bambu mayan
Robusta Bamboo
Poaceae
Bambu
-
-
-
1
Bambu kapal
Big Bamboo
Poaceae
Bambu
-
-
-
1
Dempul lelet
Bagnang-pula
Phyllanthaceae Herba
-
-
-
5
Gmelina
Beechwood
Lamiaceae
Pohon
-
-
-
6,8
Melinjo
Gnemon Tree
Gnetaceae
Pohon
LC
-
-
5
Daun ungu
Caricature Plant
Acanthaceae
Perdu
-
-
-
6
Cemara aru
Rhu Bukit
Casuarinaceae
Pohon
-
-
-
6,8
Nama Indonesia
Bambu hitam
CITES PP 7 1999 Lokasi*
Keterangan * : 1. Arboretum Bambu, 2. Arboretum Fakultas Kehutanan, 3. Arboretum Hutan Tropika, 4. Arboretum Lanskap, 5. Kebun PPSB, 6. Hutan AlHurriyyah , 7. Hutan Perumahan Dosen, 8. Taman Rektorat.
Lampiran 1 Daftar spesies tumbuhan (lanjutan)
Nama Botani
Nama Indonesia
Hedyotis verticillata
90
(L.) Lam.
Hemigraphis
91
Sengengen
brunelloides Bremek.
Hevea brasiliensis
92 (Willd. ex A.Juss.)
Karet
Müll.Arg
93 Impatiens balsamina L. Pacar air
Imperata cylindrica
94
Alang-alang
(L.) Raeusch.
Intsia bijuga (Colebr.)
95
Merbau
Kuntze
Iris domestica (L.)
96
Brojolintang
Goldblatt & Mabb.
97 Ixora coccinea L.
Soka
Jacquemontia
98
paniculata Hall. fil.
Lagerstroemia
99 loudonii Teijsm. &
Bungur
Binn
100 Lantana camara L.
Tembelekan
Leea indica (Brum
101
Girang merah
F.) Merr.
No
Common Name
Shrubby False
Buttonweed
Famili
Habitus IUCN CITES PP 7 1999 Lokasi*
Rubiaceae
Herba
-
-
-
3,5,6
Cemetery Plant
Acanthaceae
Herba
-
-
-
2,5
Rubber Tree
Euphorbiaceae
Pohon
-
-
-
2,3,4,5,6
Garden Balsam
Balsaminaceae
Herba
-
-
-
6
Cogon Satin-tail
Poaceae
Rumput
-
-
-
4,8
Borneo Teak
Leguminosae
Pohon
VU
-
-
4
Leopard Lily
Iridaceae
Herba
-
-
-
8
Jungle Geranium
Mauve
Clustervine
Rubiaceae
Perdu
-
-
-
8
Convolvulaceae Herba
-
-
-
3
Thai Bangor
Lythraceae
Pohon
-
-
-
5,6
Wild-Sage
Verbenaceae
Herba
-
-
-
3,5
Bandicoot berry
Leeaceae
Herba
-
-
-
3,5
25
Keterangan * : 1. Arboretum Bambu, 2. Arboretum Fakultas Kehutanan, 3. Arboretum Hutan Tropika, 4. Arboretum Lanskap, 5. Kebun PPSB, 6. Hutan AlHurriyyah , 7. Hutan Perumahan Dosen, 8. Taman Rektorat.
26
Lampiran 1 Daftar spesies tumbuhan (lanjutan)
No Nama Botani
Nama Indonesia
Lepidagathis javanica
102
Daun segugur
Bl.
Lindernia crustacea
Juku mata
103
(L.) F.Muell.
keuyeup
Lophatherum gracile
104
Rumput bambu
Brongn.
Macaranga gigantea
105 (Reichb.f. & Zoll.)
Mahang
Muell. Arg.
106 Mangifera indica L.
Mangga
Manilkara kauki (L.)
107
Sawo kecik
Dubard
Maniltoa grandiflora
108
Sapu tangan
(A.Gray)Scheff.
Marsilea crenata
109
Semanggi
C.Presl
Melastoma
110
Harendong
malabathricum L.
Melicope latifolia
111
Sibutan
(DC.) T.G. Hartley
Merremia umbellata
112
Daun bisul
(L.) Hall
Mikania micrantha
113
Sembung rambat
Kunth
Common Name
Famili
-
Acanthaceae
Brittle False
Pimpernel
Habitus IUCN CITES PP 7 1999 Lokasi*
Herba
-
-
-
3,4,6
Scrophulariaceae Herba
LC
-
-
4
Lophatherum
Poaceae
Rumput
-
-
-
3,4,6
Giant Mahang
Euphorbiaceae
Pohon
-
-
-
6,7,8
Mango
Anacardiaceae
Pohon
DD
-
-
6
Caqui
Sapotaceae
Pohon
-
-
-
6,8
Handkerchief Tree Fabaceae
Pohon
-
-
-
6,8
Water Clover
Marsileaceae
Herba
LC
-
-
6
Singapore
Rhododendron
Melastomataceae Herba
-
-
-
2,3,5
Ba'ambaa
Rutaceae
Perdu
-
-
-
3,5,6
Yellow Morning
Glory
Convolvulaceae
Liana
-
-
-
2
Bitter Vine
Asteraceae
Herba
-
-
-
2,3,5,6
Keterangan * : 1. Arboretum Bambu, 2. Arboretum Fakultas Kehutanan, 3. Arboretum Hutan Tropika, 4. Arboretum Lanskap, 5. Kebun PPSB, 6. Hutan AlHurriyyah , 7. Hutan Perumahan Dosen, 8. Taman Rektorat.
Lampiran 1 Daftar spesies tumbuhan (lanjutan)
No Nama Botani
Nama Indonesia
114 Mimosa pudica L.
Putri malu
Myristica fragrans
115
Pala
Houtt
Nephelium lappaceum
116
Rambutan
Linn.
Pachira aquatica
117
Pachira
Aubl.
118 Paederia foetida L.
Sembukan
Parkia
119
Petai
speciosa Hassk.
Paspalum
Rumput
120
scrobiculatum L.
Gegunjuran
121 Passiflora foetida L.
Rambusa
Pennisetum
122 purpureum
Rumput Gajah
Schumach.
Peperomia pellucida
123
Suruhan
(L.) Kunth
Persea americana
124
Alpukat
Mill.
Phaleria macrocarpa
125
Mahkota dewa
(Scheff.) Boerl.
Phyllanthus urinaria
126
Meniran
L.
Common Name
Sensitive Plant
Famili
Leguminosae
Habitus IUCN CITES PP 7 1999 Lokasi*
Herba
LC
3,4
-
Nutmeg
Myristicaceae
Pohon
DD
-
-
6
Rambutan
Sapindaceae
Pohon
LC
-
-
5,6
Cacao Cimarrón
Malvaceae
Pohon
-
-
-
5
Skunk Vine
Rubiaceae
Herba
Bitter Bean
Fabaceae
Pohon
-
-
-
6
Kodo Millet
Poaceae
Rumput
-
-
-
4
Amapola
Passifloraceae
Herba
-
-
-
5,6
elephant Grass
Poaceae
Herba
-
-
-
4,6
Tabardillo
Piperaceae
He
DI KAMPUS INSTITUT PERTANIAN BOGOR
DARMAGA, BOGOR
DINNY DWI HADI SAPUTRI
DEPARTEMEN KONSERVASI SUMBERDAYA HUTAN DAN EKOWISATA
FAKULTAS KEHUTANAN
INSTITUT PERTANIAN BOGOR
BOGOR
2016
PERNYATAAN MENGENAI SKRIPSI DAN
SUMBER INFORMASI SERTA PELIMPAHAN HAK CIPTA
Dengan ini saya menyatakan bahwa skripsi berjudul Potensi Tumbuhan
sebagai Pewarna Alami Tekstil di Kampus Institut Pertanian Bogor Darmaga,
Bogor adalah benar karya saya dengan arahan dari komisi pembimbing dan belum
diajukan dalam bentuk apa pun kepada perguruan tinggi mana pun. Sumber
informasi yang berasal atau dikutip dari karya yang diterbitkan maupun tidak
diterbitkan dari penulis lain telah disebutkan dalam teks dan dicantumkan dalam
Daftar Pustaka di bagian akhir skripsi ini.
Dengan ini saya melimpahkan hak cipta dari karya tulis saya kepada Institut
Pertanian Bogor.
Bogor, April 2016
Dinny Dwi Hadi Saputri
NIM E34110011
ABSTRAK
DINNY DWI HADI SAPUTRI. Potensi Tumbuhan sebagai Pewarna Alami
Tekstil di Kampus Institut Pertanian Bogor Darmaga, Bogor. Dibimbing oleh
SISWOYO dan TUTIE DJARWANINGSIH.
Zat pewarna merupakan suatu bahan kimia baik alami maupun sintetik yang
memberikan warna. Zat Pewarna Alam (ZPA) merupakan zat warna yang berasal
dari bahan-bahan alam pada umumnya dari hasil ekstrak tumbuhan atau hewan.
Uji warna dilakukan terhadap 66 spesies pohon, 1 herba dan 1 perdu dari 35
famili, yang digunakan pada uji warna ini adalah daun tumbuhan. Terdapat 19
spesies yang sudah dimanfaatkan sebagai bahan pewarna alami dari 68 spesies
yang diteliti tersebut. Uji warna ini dilakukan menggunakan metode perebusan
dan fiksasi. Fiksasi merupakan tahapan terpenting setelah proses pencelupan
warna, karena fiksasi merupakan tahapan untuk mengunci warna. Pada tahapan
fiksasi pewarna digunakan tiga jenis larutan fiksatif, yaitu tawas
(KAl(SO4)2.12H2O), kapur sirih (Ca(OH)2), dan tunjung (FeSO4). Bahan fiksasi
tersebut dipilih karena harga yang terjangkau, mudah didapat di pasaran.
Berdasarkan penelitian yang dilakukan terdapat berbagai macam warna yang
dihasilkan dari proses perebusan dan fiksasi ini, diantaranya: greye- green, violet,
dan blue-green.
Kata kunci: fiksasi, pewarna alami, potensi, tekstil, tumbuhan
ABSTRACT
DINNY DWI HADI SAPUTRI. Potential Plants as a Natural Dyes for Textile
around Bogor Agricultural University Darmaga Campus, Bogor. Supervised by
SISWOYO and TUTIE DJARWANINGSIH.
A dye is a natural or synthetic chemical substances that give natural color
dyes. Natural dyes (ZPA) that is derived from natural materials are generally the
result of plants or animal extraction. Color test was carried out on 66 tree species,
1 herb, 1 perdu from 35 families, leaves were used on this test. There are 19
species that are already used for natural dyes of the 68 species studied. This color
test is done using a boiling method and fixation. Fixation is the most important
stages after the dyeing process, since it is a step to lock the colors. At the stage of
fixation of the dye three types of fixative liquid were used, which are alum
(KAl(SO4)2.12H2O), whiting (Ca(OH)2), and lotus (FeSO4). These materials were
chosen for availability and affordability reasons. Based on the research conducted
there is a wide range of colors generated from the boiling process and this fixation,
such as: greyed-green, violet, and blue-green.
Keywords: fixation, natural dyes, plants, potential, textiles.
POTENSI TUMBUHAN SEBAGAI PEWARNA ALAMI TEKSTIL
DI KAMPUS INSTITUT PERTANIAN BOGOR
DARMAGA, BOGOR
DINNY DWI HADI SAPUTRI
Skripsi
sebagai salah satu syarat untuk memperoleh gelar
Sarjana Kehutanan
pada
Departemen Konservasi Sumberdaya Hutan dan Ekowisata
DEPARTEMEN KONSERVASI SUMBERDAYA HUTAN DAN EKOWISATA
FAKULTAS KEHUTANAN
INSTITUT PERTANIAN BOGOR
BOGOR
2016
PRAKATA
Puji dan syukur penulis panjatkan kepada Allah subhanahu wa ta’ala atas
segala karunia-Nya sehingga karya ilmiah ini berhasil diselesaikan. Tema yang
dipilih dalam penelitian yang dilaksanakan sejak bulan September 2015 ini ialah
tumbuhan pewarna, dengan judul Potensi Tumbuhan sebagai Pewarna Tekstil di
Kampus Institut Pertanian Bogor Darmaga, Bogor.
Terima kasih penulis ucapkan kepada Bapak Ir Siswoyo, MSi dan Ibu Dra
Tutie Djarwaningsih, MSi selaku pembimbing. Di samping itu, penghargaan
penulis sampaikan kepada Ir Elfi Anis Saati yang bersedia meluangkan waktunya
untuk berkorespodensi dengan penulis serta kepada teman-teman yang telah
membantu selama pengumpulan data. Ungkapan terima kasih juga disampaikan
kepada bapak, ibu, serta seluruh keluarga, atas segala doa dan kasih sayangnya.
Semoga karya ilmiah ini bermanfaat.
Bogor, April 2016
Dinny Dwi Hadi Saputri
DAFTAR ISI
DAFTAR TABEL
vii
DAFTAR GAMBAR
vii
DAFTAR LAMPIRAN
vii
PENDAHULUAN
1
Latar Belakang
1
Tujuan
1
Manfaat
2
METODE
2
Lokasi dan Waktu
2
Alat dan Bahan
2
Jenis Data
2
Metode Pengumpulan Data
4
HASIL DAN PEMBAHASAN
5
Kondisi Umum Lokasi Penelitian
5
Keanekaragaman Spesies Tumbuhan
5
Potensi Tumbuhan Pewarna
9
SIMPULAN DAN SARAN
15
Simpulan
15
Saran
16
DAFTAR PUSTAKA
16
LAMPIRAN
18
DAFTAR TABEL
1
2
3
4
5
6
7
8
9
Jenis data
Kekayaan spesies tumbuhan berdasarkan lokasi
Kekayaan spesies tumbuhan berdasarkan habitus
Kekayaan spesies tumbuhan berdasarkan famili
Status tumbuhan menurut status perlindungan
Kekayaan spesies tumbuhan pewarna menurut lokasi
Kekayaan spesies tumbuhan pewarna menurut famili
Kekayaan spesies tumbuhan pewarna berdasarkan habitus
Kekayaan spesies tumbuhan berdasarkan kelompok warna
2
6
6
7
8
9
10
10
11
DAFTAR GAMBAR
1
2
3
Peta lokasi penelitian di Kampus IPB Darmaga
Warna yang dihasilkan oleh daun Swietenia macrophylla King.
Warna yang dihasilkan oleh daun Averrhoa bilimbi L
3
13
14
DAFTAR LAMPIRAN
1
2
3
Daftar spesies tumbuhan
Daftar spesies tumbuhan pewarna
Hasil identifikasi warna pada tumbuhan berdasarkan kelompok warna
18
33
37
PENDAHULUAN
Latar Belakang
Institut Pertanian Bogor (IPB) merupakan salah satu perguruan tinggi
negeri di Indonesia yang memiliki potensi keanekaragaman hayati tinggi dengan
232 spesies tumbuhan dari 73 famili, 87 spesies burung dari 38 famili, 13 spesies
mamalia dari 11 famili, 12 spesies ampibi dari 4 famili dan 35 spesies reptil dari
12 famili (Suryadi 2013).
Zat pewarna merupakan suatu bahan kimia baik alami maupun sintetik yang
memberikan warna (Elbe dan Schwartz 1996). Menurut sumber diperolehnya zat
warna tekstil digolongkan menjadi dua yaitu: (1) Zat Pewarna Alam (ZPA)
merupakan zat warna yang berasal dari bahan-bahan alam pada umumnya dari
hasil ekstrak tumbuhan atau hewan dan (2) Zat Pewarna Sintesis (ZPS) yang
merupakan zat warna buatan atau sintesis dibuat dengan reaksi kimia dengan
bahan dasar arang batu bara atau minyak bumi yang merupakan hasil senyawa
turunan hidrokarbon aromatik seperti benzena, naftalena dan antrasena
(Isminingsih 1978). Perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi saat ini
menyebabkan pemakaian pewarna alami terdesak oleh pewarna sintetis, terutama
di negara-negara industri maju zat pewarna alami sudah tidak memiliki nilai
ekonomis yang penting. Namun, saat ini dengan adanya gerakan kembali ke alam,
ketakutan akan ancaman kesehatan yang ditimbulkan dari pencemaran oleh zat
pewarna sintesis berupa ancaman kanker, serta keinginan menghasilkan atau
memiliki suatu keunikan telah membawa kebangkitan bagi zat pewarna alami.
Berkaitan dengan hal tersebut, Kampus IPB Darmaga dipilih karena
Kampus IPB Darmaga merupakan kampus biodiversitas dengan keanekaragaman
hayati yang tinggi serta memiliki berbagai tipe habitat yang ada di dalamnya.
Teridentifikasi beberapa tipe habitat yang ditemui di Kampus IPB Darmaga
seperti, lahan basah, danau, sungai, hutan alam, hutan buatan (arboretum), hutan
pinus, hutan sengon, kebun karet, kebun percobaan, semak belukar, dan areal
terbuka, sehingga memiliki potensi tumbuhan berguna khususnya pewarna yang
tinggi. Namun, data dan informasi tentang potensi tumbuhan pewarna di kawasan
Kampus IPB Darmaga dan pemanfaatan tumbuhan pewarna belum tersedia karena
belum adanya penelitian yang dilakukan untuk mendata potensi tumbuhan
pewarna di Kampus IPB Darmaga, maka perlu dilakukan penelitian mengenai
studi potensi keanekaragaman tumbuhan pewarna tersebut.
Tujuan
Tujuan dari penelitian ini adalah :
1. Mendata keanekaragaman spesies tumbuhan di Kampus IPB Darmaga,
2. Mengidentifikasi potensi tumbuhan sebagai pewarna tekstil di Kampus IPB
Darmaga.
2
Manfaat
Penelitian ini diharapkan dapat memberikan data atau informasi mengenai
keanekaragaman tumbuhan khususnya pohon sebagai bahan pewarna alami yang
berada di Kampus IPB Darmaga dan diharapkan juga sebagai bahan masukan bagi
pengelola untuk melakukan tindakan konservasi dan pengembangan tumbuhan
pewarna khususnya di habitat alaminya.
METODE
Lokasi dan Waktu
Penelitian ini akan dilaksanakan di Kampus IPB Darmaga Kecamatan
Darmaga, Kabupaten Bogor, Provinsi Jawa Barat yang terbagi menjadi beberapa
lokasi, yaitu : Arboretum Bambu, Arboretum Fakultas Kehutanan, Arboretum
Hutan Tropika, Arboretum Lanskap, Kebun Percobaan Pusat Studi Biofarmaka,
Hutan Al-Hurriyyah, Hutan di Komplek Perumahan Dosen dan Taman Rektorat.
Penelitian ini dilaksanakan selama dua bulan yaitu pada Bulan SeptemberOktober 2015.
Alat dan Bahan
Alat yang digunakan selama penelitian ini antara lain kamera, panci,
timbangan, kompor, gunting, penggaris, alat tulis, gelas serta gelas ukur. Bahan
yang digunakan yaitu alkohol 70%, thally sheet, label gantung, plastik, kain
nilon/satin, kain katun, kain mori, benang wol, benang katun, tawas
(KAl(SO4)2.12H2O), kapur sirih (Ca(OH)2), tunjung (FeSO4), air, serta daun
tumbuhan yang digunakan.
Jenis Data
Jenis data yang diambil terdiri dari data primer dan data sekunder (Tabel 1).
Data primer meliputi nama spesies lokal dan nama ilmiah, famili, serta habitus
tumbuhan pewarna, sedangkan data sekunder merupakan data yang didapat dari
studi literatur untuk memperkuat data primer yang diperoleh.
Tabel 1 Jenis data
No
1
2
Data yang
Dikumpulkan
Keanekaragaman
Spesies Tumbuhan
Potensi Tumbuhan
pewarna di kampus
IPB Darmaga.
Sumber Data
Kampus IPB
Darmaga
Metode
1. Observasi Lapang
2. Studi Literatur
1. Kampus IPB
1 Melakukan uji warna dan
Darmaga
fiksasi pada daun tumbuhan
2. Studi Literatur 2. Mengidentifikasi
menggunakan literatur
3
Gambar 1 Peta lokasi penelitian
4
Metode Pengumpulan Data
Eksplorasi
Eksplorasi adalah pelacakan atau penjelajahan atau dalam plasma nutfah
tanaman dimaksudkan sebagai kegiatan mencari, mengumpulkan, dan meneliti
jenis plasma nutfah tertentu untuk mengamankan dari kepunahan. Plasma nutfah
yang ditemukan perlu diamati sifat dan asalnya.
Lokasi eksplorasi Kampus IPB Darmaga, yaitu : Arboretum Bambu,
Arboretum Fakultas Kehutanan, Arboretum Hutan Tropika, Arboretum Lanskap,
Kebun Percobaan Pusat Studi Biofarmaka, Hutan Al-Hurriyyah, Hutan di
Komplek Perumahan Dosen dan Taman Rektorat. Eksplorasi ini dilaksanakan
selama satu bulan, yaitu pada bulan September 2015.
Perebusan dan fiksasi
Perebusan dan fiksasi dilakukan untuk mengetahui suatu tumbuhan
merupakan tumbuhan penghasil pewarna atau bukan. Perebusan dan fiksasi
dilakukan dengan cara:
Persiapan bahan
1. Menggunting kain (satin, katun dan mori) dengan ukuran 4 x 5 cm,
2. Menggunting benang katun dan wol dengan panjang 80 cm,
3. Mencuci kain dan benang yang telah digunting dengan campuran
detergent dan air,
4. Mengeringkan kain dan benang yang telah dicuci.
Perebusan
1. Merebus 400 CC air dengan 20 gram daun hingga air berkurang menjadi
100 CC,
2. Memisahkan air dengan bagian tumbuhan yang telah direbus,
Fiksasi
1. Membuat campuran yang terdiri dari 50 gram bahan kimia yang
digunakan (tawas (KAl(SO4)2.12H2O), kapur sirih (Ca(OH)2), tunjung
(FeSO4)) masing-masing dengan satu liter air,
2. Mengendapkan larutan hingga terdapat dua lapisan,
3. Memisahkan endapan bahan kimia dengan larutan bening yang akan
digunakan.
Deteksi warna
1. Merendam kain dan benang yang telah dicuci dengan larutan pewarna
yang telah disiapkan,
2. Mendiamkan kain dan benang yang direndam dengan larutan pewarna
selama 24 jam,
3. Mencelupkan kain dan benang yang telah mengering kedalam larutan
kimia yang telah didiamkan selama 24 jam selama ±30 detik,
4. Mengeringkan kain dan benang yang telah direndam dalam larutan kimia,
5. Melakukan identifikasi terhadap kandungan zat warna,
5
6. Melakukan dokumentasi dan memberi label pada kain dan benang yang
telah teridentifikasi kandungan zat warna.
Studi Literatur
Studi literatur dilakukan sebelum dan sesudah kegiatan di lapangan. Hasil
dari studi literatur akan menunjang data primer yang diperoleh observasi lapang.
Pengumpulan data dilakukan dengan merekapitulasi data-data dari literatur yang
ada seperti buku, jurnal ilmiah dan hasil penelitian mahasiswa. Studi literatur
dilakukan di Perpustakaan Pusat Penelitian Biologi LIPI, Perpustakaan Pusat IPB
Darmaga dan tempat lainnya.
HASIL DAN PEMBAHASAN
Kondisi Umum Lokasi Penelitian
Kampus IPB Darmaga secara administratif terletak di Desa Babakan
Kecamatan Darmaga Kabupaten Bogor. Secara geografis, Kampus IPB Darmaga
terletak pada perpotongan garis 6o30’-6o45’ LS dan 106o45’-106o50’ BT (Mulyani
1985 diacu dalam Najib 2014). Kampus IPB Darmaga memiliki luasan sekitar
256.97 ha (Balen et al. 1986 diacu dalam Kurnia 2003). Topografi Kampus IPB
Darmaga bervariasi mulai dari datar hingga bergelombang dengan ketinggian
tempat 142 - 200 m dengan curah hujan rata–rata per tahun yaitu 4 051 mm/th,
dengan temperatur udara tahunan rata–rata 25.8 oC, suhu maksimum 33.2 oC dan
minimum 22.7 oC serta curah hujan tertinggi terjadi bulan November yaitu 437.13
mm dan terendah pada bulan Juli yaitu 146.95 mm (BMKG 2010 diacu dalam
Dahlan 2011). Vegetasi di Kampus IPB Darmaga memiliki unsur utama berupa
pepohonan yang lebih beragam, baik dalam spesies maupun vegetasinya (Kurnia
2003). Penelitian terhadap potensi tumbuhan pewarna dilakukan di 8 tempat di
Kampus IPB Darmaga, yaitu Arboretum Bambu, Arboretum Fakultas Kehutanan,
Arboretum Hutan Tropika, Arboretum Lanskap dan Taman Rektorat, Kebun
Percobaan Pusat Studi Biofarmaka, Hutan Al-Hurriyyah, serta Hutan di Komplek
Perumahan Dosen.
Keanekaragaman Spesies Tumbuhan
Spesies tumbuhan yang dijumpai pada delapan lokasi penelitian yang
berada di Kampus IPB Darmaga Bogor berjumlah 177 spesies (Tabel 2).
Berdasarkan Tabel 2 diketahui bahwa spesies terbanyak ditemukan pada Hutan
Al-Hurriyyah. Hal ini dikarenakan struktur vegetasi yang berada pada Hutan AlHurriyyah tersebut sudah seperti struktur vegetasi yang berada padaa hutan alam,
dimana terjadi stratifikasi tajuk, stratifikasi tajuk tersebut kemudian mendukung
terjadinya kelimpahan spesies tumbuhan yang berada pada tempat tersebut. Hutan
di Komplek Perumahan Dosen memiliki jumlah spesies terendah hal ini
dikarenakan hutan di Komplek Perumahan Dosen merupakan tegakan karet,
6
sementara Arboretum Bambu memiliki jumlah famili terendah. Rendahnya
komposisi spesies dan famili pada dua lokasi tersebut selain karena komunitas
tegakan pohon yang homogen, juga disebabkan oleh perlakuan yang diberikan
secara berkala di bawah tegakan karet terhadap tumbuhan bawah, yakni berupa
pemotongan (Prinando 2011).
Tabel 2 Kekayaan spesies tumbuhan berdasarkan lokasi
No Lokasi
Jumlah Spesies
Jumlah Famili
1
Arboretum Bambu
32
5
2
Arboretum Fakultas Kehutanan
38
26
3
Arboretum Hutan Tropika
32
23
4
Arboretum Lanskap
44
29
5
Taman Rektorat
25
18
a
6
Kebun PPSB
65
36
7
Hutan Al-Hurriyah
74
44
Hutan Perumahan Dosen
10
9
8
a
PPSB : Percobaan Pusat Studi Biofarmaka
Berdasarkkan habitusnya, 177 spesies tumbuhan yang ditemukan dapat
digolongkan menjadi delapan habitus yang berbeda seperti yang tersaji pada
Tabel 3. Jumlah habitus terbanyak yang ditemui adalah pohon sebanyak 66
spesies atau 37.29%.
Tabel 3 Kekayaan spesies tumbuhan berdasarkan habitus
No
Habitus
Jumlah Spesies
Persentase (%)
1
Pohon
66
37.29
2
Herba
52
29.38
3
Bambu
27
15.25
4
Perdu
12
6.78
5
Rumput
8
4.52
6
Liana
5
2.82
7
Palem
5
2.82
8
Paku
2
1.13
Jumlah famili yang ditemukan pada lokasi penelitian berjumlah 68 famili
seperti yang tersaji pada Tabel 4, dengan famili terbanyak yang ditemukan adalah
famili Poaceae. Famili Poaceae adalah tumbuhan perennial dan herba, bentuk
7
seperti pohon tetapi tanpa penebalan sekunder, dinding sel, dan memiliki
epidermis kuat dan merupakan famili yang memiliki kemampuan adaptasi lebih
baik dibanding famili lainnya sehingga memungkinkan famili ini untuk tetap
bertahan pada berbagai kondisi (Pandey 2003).
Tabel 4 Kekayaan spesies tumbuhan berdasarkan famili
No
Famili
Jumlah Spesies
Persentase (%)
1
Poaceae
38
21.47
2
Fabaceae
13
7.34
3
Asteraceae
6
3.39
4
Araceae
5
2.82
5
Euphorbiaceae
5
2.82
6
Moraceae
5
2.82
7
Myrtaceae
5
2.82
8
Rubiaceae
5
2.82
9
Acanthaceae
4
2.26
10
Phyllanthaceae
4
2.26
11
Piperaceae
4
2.26
12
Malvaceae
4
2.26
13
Annonaceae
3
1.69
14
Apocynaceae
3
1.69
15
Arecaceae
3
1.69
16
Lauraceae
3
1.69
17
Meliaceae
3
1.69
18
Famili Lain
64
36.16
Terdapat 30 spesies tumbuhan yang termasuk dalam IUCN Red List dan 3
spesies yang semuanya termasuk dalam Appendiks II CITES (Tabel 5) dari 177
spesies yang ditemukan pada lokasi penelitian. IUCN (International Union for
Conservation of Nature and Natural Resources) merupakan suatu organisasi
profesi tingkat dunia yang memantau keadaan populasi suatu spesies kehidupan
liar (flora dan fauna). Kategori Status konservasi IUCN Red List merupakan
kategori yang digunakan oleh IUCN dalam melakukan klasifikasi terhadap
spesies-spesies makhluk hidup yang terancam kepunahan, terdapat 9 kategori
dalam IUCN Red List. Apendiks CITES (Convention on International Trade in
Endangered Species of Wild Fauna and Flora) merupakan daftar spesies flora dan
fauna yang perdagangannya perlu diawasi dan negara-negara anggota telah setuju
untuk membatasi perdagangan dan menghentikan eksploitasi terhadap spesies
yang terancam punah (Fitzgerald 1989 diacu dalam Soehartono dan Mardiastuti
2003).
8
Tabel 5 Status tumbuhan menurut status perlindungan
No
Nama Botani
IUCN *
CITES
1
Agathis dammara (Lamb.) Rich. & A.Rich.
VU
-
2
Alstonia scholaris (L.) R.Br.
LC
-
3
Bauhinia purpurea L.
LC
-
4
Brachiaria mutica (Forssk.) Stapf.
LC
-
5
Calophyllum inophyllum L.
LC
-
6
Calophyllum soulattri L.
LC
-
7
Centella asiatica (L).Urb
LC
-
8
Commelina benghalensis L.
LC
-
9
Couroupita guianensis Aubl.
LC
-
10
Delonix regia (Hook.) Raf.
LC
-
11
Dendrocalamus giganteus Munro
LC
12
Diospyros celebica Bakh.
VU
II
13
Diplazium esculantum (Retz) Sw.
LC
-
14
Eusideroxylon zwageri Teysm. & Binnend.
VU
-
15
Gnetum gnemon L.
LC
-
16
Intsia bijuga (Colebr.) Kuntze
VU
-
17
Lindernia crustacea (L.) F.Muell.
LC
-
18
Mangifera indica L.
DD
-
19
Marsilea crenata C.Presl
LC
-
20
Mimosa pudica L.
LC
-
21
Myristica fragrans Houtt
DD
-
22
Nephelium lappaceum Linn.
LC
-
23
Pinus Merkusii Jungh. & de Vriese
VU
-
24
Platycladus orientalis (L.) Franco
NT
-
25
Pterocarpus indicus Willd.
VU
-
26
Scindapsus hederaceus Miq.
LC
-
27
Shorea leprosula Miq.
EN
-
28
Swietenia macrophylla King
VU
II
29
Swietenia mahagoni Jacq
EN
II
30
Typhonium flagelliforme (Lodd.) Blume
LC
-
Keterangan * : DD (Data Deficient), LC (Least Concern), NT (Near Threatened), VU
(Vulnerable), EN (Endangered)
9
Potensi Tumbuhan Pewarna
Pengujian warna dilakukan dengan cara merebus daun. Perebusan dilakukan
dengan menggunakan daun tumbuhan. Daun dipilih karena banyak digunakan
oleh pengrajin untuk membuat pewarna alami dengan proses pengolahan lebih
mudah dan praktis, daun tersedia dalam jumlah yang relatif banyak dibanding
dengan bagian tumbuhan yang lain serta regenerasi dari daun yang lebih baik dan
tidak mengganggu proses pertumbuhan tumbuhan tersebut (Zahra 2015). Kain
yang digunakan adalah kain satin, kain katun dan kain mori dimana ketiga bahan
ini dapat dianggap mewakili ketebalan kain yang ada, yaitu tebal, sedang dan
tipis, serta digunakan pula dua benang, yaitu benang katun dan benang wol.
Uji warna dilakukan terhadap 68 spesies tumbuhan yang berada pada lokasi
penelitian, berdasarkan lokasi penelitian diketahui bahwa Kebun Percobaan Pusat
Studi Biofarmaka dan Hutan Al-Hurriyyah memiliki kekayaan spesies tertinggi
(Tabel 6).
Tabel 6 Kekayaan spesies tumbuhan pewarna menurut lokasi
No
Lokasi
Jumlah Spesies
Persentase (%)
1
Arboretum Bambu
4
2.92
2
Arboretum Fakultas Kehutanan
14
10.22
3
Arboretum Hutan Tropika
4
2.92
4
Arboretum Lanskap
21
15.33
5
Taman Rektorat
16
11.68
6
Kebun PPSB a
35
25.55
7
Hutan Al-Hurriyah
34
24.82
8
Hutan Perumahan Dosen
9
6.57
a
PPSB : Percobaan Pusat Studi Biofarmaka
Fabaceae merupakan famili terbanyak dari 35 famili yang diuji warna dan
berpotensi sebagai bahan pewarna alami seperti pada Tabel 7. Famili Fabaceae
merupakan famili tumbuhan berbunga kedua terbesar dengan 650 genus dan lebih
dari 18 000 spesies. Fabaceae memiliki ciri-ciri berdaun majemuk, berseling
dengan daun penumpu, buah polong (legum), merekah atau tidak merekah. Famili
Fabaceae memiliki bahan cadangan dengan kandungan protein lektin, dalam
famili ini terdapat pula saponin, isoflavon dan asam amino non protein (Sutrisno
1998 diacu dalam Syafi’i 2010). Beberapa spesies famili Fabaceae sudah
digunakan sebagai pewarna alami, seperti; Indigofera tinctoria L. (Tarum)
penghasil warna nila dan Peltophorum pterocarpum (DC.) K.Heyne (Soga)
penghasil warna coklat kekuningan.
10
Tabel 7 Kekayaan spesies tumbuhan pewarna menurut famili
No Famili
Jumlah Spesies
Persentase (%)
1 Fabaceae
10
14.71
2 Myrtaceae
5
7.35
3 Malvaceae
4
5.88
4 Moraceae
4
5.88
5 Annonaceae
3
4.41
6 Lauraceae
3
4.41
7 Meliaceae
3
4.41
36
52.94
8 Lainnya
Berdasarkan habitus, pengujian pewarna alami ini dilakukan terhadap 66
spesies pohon, 1 herba dan 1 perdu yang ditemukan pada lokasi penelitian (Tabel
8).
Tabel 8 Kekayaan spesies tumbuhan pewarna berdasarkan habitus
No Habitus
Jumlah Spesies Persentase (%)
1 Pohon
66
97.06
2 Herba
1
1.47
3 Perdu
1
1.47
Fiksasi merupakan tahapan terpenting setelah proses pencelupan warna,
karena fiksasi merupakan tahapan untuk mengunci warna (Prayitno et al. 2014).
Penggunaan larutan fiksatif dalam proses pewarnaan akan membuat warna
menjadi tidak mudah pudar serta tahan terhadap gosokan (Ruwana 2008). Pada
tahapan fiksasi pewarna digunakan tiga jenis larutan fiksatif, yaitu tawas
(KAl(SO4)2.12H2O), kapur sirih (Ca(OH)2), tunjung (FeSO4). Bahan fiksasi
tersebut dipilih karena harga yang terjangkau, mudah didapat dipasaran serta
menurut Ratyaningrum dan Giari (2005) zat warna alam merupakan zat warna
yang memerlukan penggabungan dengan kompleks logam, sehingga daya tahan
lunturnya menjadi lebih baik sehingga tawas (KAl(SO4)2.12H2O), kapur sirih
(Ca(OH)2), dan tunjung (FeSO4) yang merupakan kelompok logam kompleks
memiliki kemampuan berguna untuk memperbaiki ketahanan luntur dari pewarna
alam tersebut. Pembuatan larutan fiksatif menggunakan tiga bahan yang berbedaa
namun memiliki konsentrasi yang sama hal ini dikarenakan pemberian bahan
fiksasi yang berbeda memberikan pengaruh nyata terhadap perbedaan warna
sementara perbedaan konsentrasi bahan fiksasi tidak memberikan pengaruh nyata
terhadap perbedaan warna (Prayitno et al. 2015).
11
Penelitian potensi tumbuhan pewarna yang dilakukan dengan uji warna
mendapatkan 60 warna dari 68 spesies yang diuji (Tabel 9). Warna yang
dihasilkan antara lain; Greyed-Green, Blue-Green, Yellow-Green, Red dan Violet.
Warna yang dihasilkan diperoleh dari bahan satin, bahan katun, bahan mori,
benang katun dan benang wol yang diberi fiksasi tunjung (FeSO4), kapur sirih
(Ca(OH)2), tawas (KAl(SO4)2.12H2O), serta tanpa fiksasi. Identifikasi warna yang
didapat dilakukan dengan menggunakan R.H.S Colour Chart. Terdapat 19 spesies
tumbuhan yang sudah dimanfaatkan sebagai pewarna alami dari 68 spesies
tumbuhan yang diuji warnanya (Lampiran 2), sementara 49 spesies lainnya belum
dimanfaatkan sebagai pewarna alami dan memiliki potensi untuk dikembangkan
sebagai pewarna alami. Spesies tumbuhan yang sudah dimanfaatkan antara lain;
Antidesma bunius (L.) Spreng. (buni), Artocarpus heterophyllus Lam. (nangka),
Bixa orellana L. (kesumba keling), Castanopsis argentea (Blume) A.DC.
(saninten), Mangifera indica L (mangga), Myristica fragrans Houtt (pala), dan
Swietenia mahagoni Jacq. (mahoni daun kecil). Spesies yang belum digunakan
sebagai pewarna alami, antara lain; Parkia speciosa Hassk. (petai), Ficus elastica
Roxb. (karet kerbau) dan Eusideroxylon zwageri Teysm. & Binnend (ulin).
Tabel 9 Kekayaan spesies tumbuhan berdasarkan kelompok warna
No
1
2
3
4
5
6
7
8
9
10
11
12
13
14
15
16
17
18
19
20
21
Warna
Grey 201
Greyed-White 156
Greyed-Yellow 160
Greyed-Yellow 161
Greyed-Yellow 162
Greyed-Orange 164
Greyed-Orange 166
Greyed-Orange 172
Greyed-Orange 174
Greyed-Orange 176
Greyed-Orange 177
Greyed-Purple 186
Greyed-Green 188
Greyed-Green 189
Greyed-Green 190
Greyed-Green 191
Greyed-Green 192
Greyed-Green 193
Greyed-Green 194
Greyed-Green 195
Greyed-Green 196
Fiksasi
Jumlah
Spesies Tanpa Fiksasi Tunjung Kapur Tawas
40
8
8
13
8
22
17
3
16
2
5
1
24
19
2
11
6
9
21
36
36
53
4
9
8
4
16
10
0
13
1
2
0
28
3
2
4
4
3
9
29
18
12
2
0
0
0
5
3
0
9
0
2
0
9
31
2
11
1
2
13
20
32
20
3
6
9
7
18
33
2
19
2
7
1
10
3
3
4
2
2
8
29
19
34
3
6
8
6
18
8
5
13
1
3
0
18
5
3
10
3
5
11
25
28
12
Tabel 9 Kekayaan spesies tumbuhan berdasarkan kelompok warna (lanjutan)
No
22
23
24
25
26
27
28
29
30
31
32
33
34
35
36
37
38
39
40
41
42
43
44
45
46
47
48
49
50
51
52
53
54
55
56
57
58
59
60
Warna
Greyed-Green 197
Greyed-Green 198
Greyed-Brown 199
Blue 100
Blue 101
Blue 103
blue 104
Blue-Green 112
Blue-Green 115
Blue-Green 116
Blue-Green 117
Blue-Green 121
Blue-Green 122
Blue-Green 123
Green 133
Green 135
Green 138
Green 142
Yellow 8
Yellow 10
Yellow-Orange 18
Yellow-Orange 20
Yellow-Green 145
Yellow-Green 147
Yellow-Green 148
Yellow-Green 150
Yellow-Green 151
Yellow-Green 154
Yellow-White 158
Violet 84
Violet-Blue 92
Violet-Blue 93
Violet-Blue 97
violet-blue 98
red 41
red-purple 67
Orange-White 159
Brown 200
White
Fiksasi
Jumlah
Spesies
Tanpa Fiksasi
46
36
17
4
3
5
4
6
5
5
6
7
2
5
11
6
4
4
3
2
6
11
3
13
1
3
3
11
6
5
4
2
3
4
1
1
7
5
12
16
20
4
0
2
0
4
3
3
0
3
3
1
5
0
3
0
0
1
1
5
0
1
2
0
4
0
1
3
12
3
0
0
2
0
1
9
1
5
Tunjung Kapur Tawas
54
26
6
7
0
11
1
0
3
5
6
1
1
2
28
0
5
2
1
0
0
12
2
16
2
1
1
3
2
1
0
1
2
0
0
0
2
0
1
27
15
20
0
1
0
1
1
1
1
3
3
1
4
0
3
0
2
1
0
9
3
0
5
0
0
0
5
3
5
3
0
1
1
1
0
2
5
6
18
19
7
1
0
0
1
3
3
0
4
4
1
2
0
10
0
4
2
1
3
2
0
4
0
0
4
10
3
4
1
1
0
2
0
1
1
0
10
13
a
b
c
d
e
f
g
h
i
j
k
l
m
n
o
p
q
r
s
t
Gambar 2 Warna yang dihasilkan oleh daun Swietenia macrophylla (a) kain satin
tanpa fiksasi, (b) kain satin dengan fiksasi tunjung, (c) kain satin
dengan fiksasi kapur sirih, (d) kain satin dengan fiksasi tawas, (e) kain
katun tanpa fiksasi, (f) kain katun dengan fiksasi tunjung, (g) kain
katun dengan fiksasi kapur sirih, (h) kain katun dengan fiksasi tawas,
(i) kain mori tanpa fiksasi, (j) kain mori dengan fiksasi tunjung, (k)
kain mori dengan fiksasi kapur sirih, (l) kain mori dengan fiksasi tawas,
(m) benang katun tanpa fiksasi, (n) benang katun dengan fiksasi
tunjung, (o) benang katun dengan fiksasi kapur sirih, (p) benang katun
dengan fiksasi tawas, (q) benang wol tanpa fiksasi, (r) benang wol
dengan fiksasi tunjung, s benang wol dengan fiksasi kapur sirih, dan (t)
benang katun dengan fiksasi tawas)
14
a
b
c
d
e
f
g
h
i
j
k
l
o
p
m
n
q
r
s
t
Gambar 3 Warna yang dihasilkan oleh daun Averrhoa bilimbi (a) kain satin
tanpa fiksasi, (b) kain satin dengan fiksasi tunjung, (c) kain satin
dengan fiksasi kapur sirih, (d) kain satin dengan fiksasi tawas, (e)
kain katun tanpa fiksasi, (f) kain katun dengan fiksasi tunjung, (g)
kain katun dengan fiksasi kapur sirih, (h) kain katun dengan fiksasi
tawas, (i) kain mori tanpa fiksasi, (j) kain mori dengan fiksasi tunjung,
(k) kain mori dengan fiksasi kapur sirih, (l) kain mori dengan fiksasi
tawas, (m) benang katun tanpa fiksasi, (n) benang katun dengan
fiksasi tunjung, (o) benang katun dengan fiksasi kapur sirih, (p)
benang katun dengan fiksasi tawas, (q) benang wol tanpa fiksasi, (r)
benang wol dengan fiksasi tunjung, (s) benang wol dengan fiksasi
kapur sirih, dan (t) benang katun dengan fiksasi tawas)
Berdasarkan penelitian yang dilakukan pada kain satin, kain katun, kain
mori, benang katun dan benang wol yang menghasilkan warna terbaik setelah
proses pencelupan dan fiksasi seperti yang tersaji pada Gambar 2 dan Gambar 3,
15
yaitu perbedaan warna yang dihasilkan pada bahan yang diberi warna dengan
larutan warna yang dihasilkan oleh Swietenia macrophylla King. dan pada
Averrhoa bilimbi L. Berdasarkan pengamatan kain mori, kain katun dan benang
katun menghasilkan warna dengan tingkatan paling gelap karena terbuat dari serat
kapas hal ini sesuai dengan pernyataan Pujilestari (2014) bahwa serat kapas
memiliki kemampuan mudah menyerap bahan alami maupun kimia dan banyak
digunakan untuk bahan media kain batik. Sementara hasil pewarnaan yang tidak
terlalu baik didapat pada kain satin.
Kain mori yang di fiksasi dengan tunjung (FeSO4) sesuai hasil penelitian
yang dilakukan memiliki arah warna paling gelap, sementara tawas
(KAl(SO4)2.12H2O) menghasilkan arah warna paling muda. Hal tersebut
disebabkan pada proses pencelupan reaksi antara tanin pada daun tumbuhan yang
digunakan dengan logam Fe2+ dari bahan fiksasi tunjung (FeSO4) menghasilkan
garam kompleks (ferro tanat), garam kompleks tersebut terbentuk karena adanya
ikatan kovalen koordinasi antara ion logam dan ion non logam (Taofik et al.
2010). Namun, berdasarkan penelitian dan pengamatan yang dilakukan perolehan
warna tersebut tergantung pada warna dasar (warna yang di dapat dari proses
pencelupan tanpa dilakukannya fiksasi) yang dihasilkan, seperti pada Swietenia
macrophylla King. (mahoni daun besar) (Gambar 2) yang memiliki warna dasar
merah maka kapur sirih (Ca(OH)2) menghasilkan arah warna merah yang paling
tua, dilanjutkan dengan tawas (KAl(SO4)2.12H2O) menghasilkan arah warna
merah agak muda cenderung mengarah pada warna orange. Hal tersebut sesuai
dengan pernyataan Saati (2004) yang menyatakan bahwa peningkatan nilai tingkat
kemerahan yang cukup tinggi menunjukkan adanya sumbangan warna pigmen
dominan merah dan sebagian cenderung kearah merah orange, artinya
berdasarkan urutan warna kemerahan bahan fiksasi kapur sirih (Ca(OH)2) akan
menghasilkan warna merah paling tua, dilanjutkan tawas (KAl(SO4)2.12H2O)
menghasilkan arah warna merah agak muda dan tunjung (FeSO4) menghasilkan
arah warna merah paling muda.
SIMPULAN DAN SARAN
Simpulan
Spesies tumbuhan yang ditemukan pada lokasi penelitian berjumlah 177
spesies dengan pohon sebagai habitus yang mendominasi yaitu sebanyak 37.29%.
Berdasarkan pengamatan spesies terbanyak terdapat pada Kebun PPSB, yaitu
sebanyak 36% serta terdapat 30 spesies yang termasuk dalam IUCN Red List dan
3 Appendix CITES. Pengujian warna dilakukan terhadap 68 spesies tumbuhan.
Fabaceae merupakan famili terbanyak yang dilakukan uji warna, yaitu sebanyak
14,71%. Terdapat 60 jenis warna yang dihasilkan dari hasil uji warna terhadap
tumbuhan yang berpotensi sebagai pewarna alami, diantaranya; greyed-green,
blue-green, red, violet dan yellow-orange.
16
Saran
Perlu dilakukannya penelitian lanjutan mengenai tumbuhan pewarna
ataupun pewarna alami khususnya dalam uji ketahanan luntur serta eksplorasi dan
uji warna terhadap spesies tumbuhan lain yang dapat menghasilkan pewarna
alami baik pewarna textil maupun makanan. Perlu dilakukan penelitian mengenai
tumbuhan pewarna yang dapat digunakan sebagai pewarna makanan.
DAFTAR PUSTAKA
[CITES] Convention on International Trade in Endangered Species of Wild Fauna
and Flora. 2015. Appendices CITES. [Internet]. [diunduh 2015 Des 20].
Tersedia
pada:
http://cites.org/sites/default/files/eng/app/2015/EAppendices-2015-12-20.pdf
[IUCN] International Union for Conservation of Nature and Natural Resources.
2015. IUCN Red List of Threatened Species. [Internet]. [diunduh 2015 Nov
27]. Tersedia pada: http://www.iucnredlist.org/
Dahlan. 2011. Potensi Hutan Kota sebagai Alternatif Substitusi Fungsi Alat
Pendingin Ruangan (Air Conditioner) (Studi kasus Kampus IPB Darmaga)
[skripsi]. Bogor (ID): Institut Pertanian Bogor.
Elbe V, Schwartz. 1996. Food Chemistry. New York (US): Marcel Dekker.
Hernowo JB, Soekmadi R dan Ekarelawan. 1991. Kajian Pelestarian Jenis
Satwaliar di Kampus IPB Darmaga. Media Konservasi. 3(2):43-65.
Heyne K. 1987. Tumbuhan Berguna Indonesia IV. Jakarta (ID): Badan
Penelitian dan Pengembangan Kehutanan Departemen Kehutanan.
Isminingsih. 1978. Pengantar Kimia Zat Warna. Bandung (ID): STTT
Kurnia I. 2003. Studi Keanekaragaman Jenis Burung untuk Pengembangan
Wisata Birdwatching di Kampus IPB Darmaga [skripsi]. Bogor (ID):
Institut Pertanian Bogor.
Lemmens RHMJ, Soetjipto W, Van der Zwan RP, Parren M. 1999. Sumber
Daya Nabati Asia Tenggara (3) Tumbuh-tumbuhan Penghasil Pewarna
dan Tanin. Bogor (ID): PROSEA Indonesia.
Najib NN. 2014. Identifikasi Penggunaan Lahan dan Keterkaitannya Dengan
Suhu Udara Permukaan di Kampus IPB Darmaga, Bogor [skripsi]. Bogor
(ID): Institut Pertanian Bogor.
Pandey B P. 2003. Botany Angiosperms: Taxonomy, Anatomy, Embryologi. Ram
Nagar (IND) : S.Chand & Company Ltd.
Prayitno RE, Wijana S, Suestining B. 2014. Pengaruh Bahan Fiksasi terhadap
Ketahanan Luntur dan Intensitas Warna Kain Mori Batik Hasil Pewarnaan
Daun Alpukat (Persea americana Mill.). Jurnal lulusan Tip FB UB.
Prinindo M. 2011. Keanekaragaman Spesies Tumbuhan Asing Invasif di Kampus
IPB Darmaga, Bogor [skripsi]. Bogor (ID): Institut Pertanian Bogor.
Pujilestari T. 2014. Pengaruh Ekstraksi Zat Warna Alam dan Fiksasi Terhadap
Ketahanan Luntur Warna pada Kain Batik Katun. Dinamika Kerajinan dan
Batik. 31(1):1-9.
17
Ratyaningrum F dan Giari N. 2005. Kriya Tekstil. Surabaya (ID): Unesa
University Press.
Ruwana L. 2008. Pengaruh Zat Fiksasi terhadap Ketahanan Luntur Warna pada
Proses Pencelupan Kain Kapas dengan Menggunakan Zat Warna Dari
Limbah Kayu Jati (Tectona grandis) [skripsi]. Semarang (ID): Universitas
Negeri Semarang.
Saati EA. 2004. Studi Efektivitas Ekstrak Pigmen Antosianin Bunga Mawar
(Rosa sp.) terhadap Sumbangan Warna dan Daya Antioksidan pada Produk
Makanan. Penelitian Jurusan Teknologi Hasil Pertanian. Fakultas Pertanian.
Malang (ID) : Universitas Muhammadiyah.
Soehartono T dan Mardiastuti A. 2003. Pelaksanaan Konvensi CITES di
Indonesia. Jakarta (ID): Japan International Cooperation Agency.
Songko IW. 2002. Studi Keanekaragaman Spesies Tumbuhan Obat di Kampus
IPB Darmaga [skripsi]. Bogor (ID): Institut Pertanian Bogor.
Suryadi D. 2013. Identifikasi Nilai Konservasi Tinggi Keanekaragaman Hayati di
Kampus Institut Pertanian Bogor Darmaga Jawa Barat [skripsi]. Bogor
(ID): Institut Pertanian Bogor.
Syafi'i RF. 2010. Aktivitas Antioksidan dan Antimikroba Fraksi Polar Ekstrak
Kulit Kacang Tanah (Arachis hypogaea L) [Skripsi]. Semarang (ID) :
Universitas Muhammadiyah Semarang.
Taofik E, Yulianti A, Barizi dan Hayati EK. 2010. Isolasi dan Identifikasi
Senyawa Aktif Ekstrak Air Daun Paitan (Thitonia diversifolia) sebagai
Bahan Insektisida Botani untuk Pengendalian Hama Tungau Eriophyidae.
Malang (ID) :Universitas Maulana Malik Ibrahim.
Zahra A. 2015. Etnobotani Pewarna Alami Pada Batik di Surakarta dan
Yogyakarta [skripsi]. Bogor (ID): Institut Pertanian Bogor
18
Lampiran 1 Daftar spesies tumbuhan
No Nama Botani
Nama Indonesia
1
Acacia mangium Willd. Akasia
2
Adiantum braunii Mett. eSuplir
3
Aerva sanguinolenta (L.) Sambang colok
Agathis dammara (Lamb
Agatis
A.Rich.
Ageratum conyzoides L. Babandotan
Allamanda cathartica L. Alamanda
Alstonia scholaris (L.) RPulai
Altingia excelsa NoronhaRasamala
Amorphophallus variabil Iles-iles
Andrographis paniculata
Sambiloto
fil.) Nees
Annona muricata Linn. Sirsak
Antidesma bunius (L.)
Buni
Spreng.
Ardisia crispa
Mata ayam
(Thunb.) A. DC.
Artocarpus communis
Sukun
J. R. & G. Forst.
Artocarpus
Nangka
heterophyllus Lam.
4
5
6
7
8
9
10
11
12
13
14
15
Common Name
Famili
Habitus IUCN CITES PP 7 1999
Lokasi*
Brown Salwood
Delta MaidenHair
Kapok bush
Amboina Pitch
Tree
Billygoat-weed
Golden Trumpet
Blackboard Tree
Rose-malloes
Voodoo Lily
Fabaceae
Pohon
-
-
-
6,7
Pteridaceae
Paku
-
-
-
6
Amaranthaceae
Perdu
-
-
-
6
Araucariaceae
Pohon
VU
-
-
4,7
Asteraceae
Apocynaceae
Apocynaceae
Altingiaceae
Araceae
Terna
Perdu
Pohon
Pohon
Herba
LC
-
-
-
2,4
6,8
5,6
5,7
2,3,4
King of Bitters
Acanthaceae
Herba
-
-
-
7
Soursop
Annonaceae
Pohon
-
-
-
5
Bignay
Phyllanthaceae
Pohon
-
-
-
2,4,7
Coralberry
Primulaceae
Herba
-
-
-
6
Breadnut
Moraceae
Pohon
-
-
-
5,6
Jack
Moraceae
Pohon
-
-
-
5,6
Keterangan * : 1. Arboretum Bambu, 2. Arboretum Fakultas Kehutanan, 3. Arboretum Hutan Tropika, 4. Arboretum Lanskap, 5. Kebun PPSB, 6. Hutan AlHurriyyah , 7. Hutan Perumahan Dosen, 8. Taman Rektorat.
Lampiran 1 Daftar spesies tumbuhan (lanjutan)
No Nama Botani
16
Asplenium nidus L.
17
Averrhoa bilimbi L.
18
Averrhoa carambola L.
Axonopus compressus
(Sw.) P.Beauv.
19
Nama Indonesia
Paku sarang
burung
Belimbing
wuluh
Belimbing
Common Name
Famili
Habitus
Bird's-Nest
Aspleniaceae
Paku
-
-
-
1
Bilimbi
Oxalidaceae
Pohon
-
-
-
1,7
Star pickle
Oxalidaceae
Pohon
-
-
-
1,6,7
Jukut pait
Carpet-Grass
Poaceae
Rumput
-
-
-
4,5
Bambu loleba
Bogor ThinWalled Bamboo
Poaceae
Bambu
-
-
-
1
IUCN CITES PP 7 1999
Lokasi*
20
Bambusa atra Lindley.
21
Bambusa blumeana J.A.
Bambu duri
& J.H. Schultes
Spiny Bamboo
Poaceae
Bambu
-
-
-
1
22
Bambusa glaucescens
(Willd.) Merr
Silverstripe
fernleaf hedge
bamboo
Poaceae
Bambu
-
-
-
1
Buddha bamboo
Poaceae
Bambu
-
-
-
1
Ivory bamboo
Poaceae
Bambu
-
-
-
1
Butterfly-tree
Leguminosae
Pohon
LC
-
-
5,6
Paper Flower
Nyctaginaceae
Pohon
-
-
-
8
23
24
25
26
Bambu pagar
Bambusa ventricosa Mc
Bambu buddha
Clure.
Bambusa vulgaris
Bambu kuning
Schrad.
Bunga kupuBauhinia purpurea L.
kupu
Bougenvillea glabra
Kembang
Chols
kertas, Bugenvil
19
Keterangan * : 1. Arboretum Bambu, 2. Arboretum Fakultas Kehutanan, 3. Arboretum Hutan Tropika, 4. Arboretum Lanskap, 5. Kebun PPSB, 6. Hutan AlHurriyyah , 7. Hutan Perumahan Dosen, 8. Taman Rektorat.
20
Lampiran 1 Daftar spesies tumbuhan (lanjutan)
No Nama Botani
Nama Indonesia
Brachiaria mutica
Rumput
27
(Forssk.) Stapf.
braciaria
Caladium bicolor
28
Keladi Mas
(Aiton) Vent.
Callistemon viminalis
29
Sikatan botol
(Sol. ex Gaertn.) G.Don
Calophyllum
30
Nyamplung
inophyllum L.
31 Calophyllum soulattri L. Solatri
Cananga odorata
32 (Lam.) Hook. f. &
Kenanga
Thomson
33 Caryota mitis Lour.
Sarai
Castanopsis argentea
34
Saninten
(Blume) A.DC.
Casuarina
35
Cemara gunung
junghuhniana Miq.
Ceiba pentandra (L.)
36
Kapuk randu
Gaertn.
Centella Asiatica
37
Pegagan
(L).Urb
Centrosema pubescens
38
Sentro
Benth.
Common Name
Famili
Habitus
Para Grass
Gramineae
Herba
LC
-
-
3,4,5,6
Heart of Jesus
Araceae
Herba
-
-
-
2,3,4,5,6
Red Bottlebrush
Myrtaceae
Pohon
-
-
-
8
Guttiferae
Pohon
LC
-
-
4,5,6
Guttiferae
Pohon
LC
-
-
2,6
Annonaceae
Pohon
-
-
-
2,5,8
Clustering Fishtal Arecaceae
Palem
-
-
-
5
Chyaran
Fagaceae
Pohon
-
-
-
2,4
She Oak
Casuarinaceae
Pohon
-
-
-
4
Silk Cotton-Tree
Malvaceae
Pohon
-
-
-
4,5,6
Cetella
Umbelliferae
Herba
LC
-
-
2
Butterfly Pea
Fabaceae
Herba
-
-
-
2,3,4,5,6
Borneo
Mahogany
Nicobar Canoe
Cananga
IUCN CITES PP 7 1999 Lokasi*
Keterangan * : 1. Arboretum Bambu, 2. Arboretum Fakultas Kehutanan, 3. Arboretum Hutan Tropika, 4. Arboretum Lanskap, 5. Kebun PPSB, 6. Hutan AlHurriyyah , 7. Hutan Perumahan Dosen, 8. Taman Rektorat.
Lampiran 1 Daftar spesies tumbuhan (lanjutan)
No
Nama Botani
Nama Indonesia
Common Name
Famili
Habitus
IUCN
39
Cerbera manghas L.
Chromolaena odorata
R.M.King & H.Rob.
Cinnamomum
burmannii Bl.
Cissus repens Lam
Citrus maxima (Burm.
f.) Osbeck
Clidemia hirta D. Don.
Coffea canephora
Pierre ex A.Froehner
Commelina
benghalensis L.
Costus speciosus
(Koenig) J.E. Smith
Couroupita guianensis
Aubl.
Cuphea ignea A.DC.
Cyclosorus aridus Ching
Cyclosorus opulentus
(Kaulf.) Nakaike
Cymbopogon nardus
(L.) Randle.
Bintaro
Sea Mango
Apocynaceae
Pohon
-
-
-
5,6
Kirinyuh
Jack in the bush
Asteraceae
Herrba
-
-
-
3,4
Lauraceae
Pohon
-
-
-
2,5,8
Vitaceae
Liana
-
-
-
4
40
41
42
43
44
45
46
47
48
49
50
51
52
CITES PP 7 1999 Lokasi*
Areuy Karokot
Indonesian
Cinnamon
Cissus
Jeruk bali
Pommelo
Rutaceae
Pohon
-
-
-
5
Harendong bulu
Soapbush
MelastomataceaeHerba
-
-
-
2,5,6
Kopi
Robusta Coffee
Rubiaceae
-
-
-
2,6
Gewor
Day Flower
Commelinaceae Herba
LC
-
-
5,6
Pacing
Wild Ginger
Zingiberaceae
Terna
-
-
-
2,5,6
Canonball Tree
Cannonball Tree
Lecythidaceae
Pohon
LC
-
-
8
Bunga serutu
Paku kadal
Cigar Flower
Jeweled Maiden
Fern
Lyrtaceae
Herba
ThelypteridaceaeHerba
-
-
-
4
3,4,6
ThelypteridaceaeHerba
-
-
-
6
Lemon Grass
Poaceae
-
-
-
2
Kayu manis
Pakis
Sereh
Pohon
Rumput
21
Keterangan * : 1. Arboretum Bambu, 2. Arboretum Fakultas Kehutanan, 3. Arboretum Hutan Tropika, 4. Arboretum Lanskap, 5. Kebun PPSB, 6. Hutan AlHurriyyah , 7. Hutan Perumahan Dosen, 8. Taman Rektorat.
22
Lampiran 1 Daftar spesies tumbuhan (lanjutan)
No
53
54
55
56
57
58
59
60
61
62
63
64
65
Nama Botani
Nama Indonesia
Delonix regia (Hook.)
Flamboyan
Raf.
Dendrocalamus asper
Bambu betung
(Schult.f.) Backer
Dendrocalamus
Bambu
giganteus Munro
sembilang
Dendrocalamus
Bambu hirtalus
hirtellus Ridl.
Dieffenbachia seguine
Sri rezeki
(Jacq.) Schoot
Digitaria sp.
Rumput
Dillenia indica L.
Sempur
Dioscorea pyrifolia
Huwi upas
Kunth
Diospyros celebica Bakh Eboni
Diospyros philippensis
Bisbul
(Desr.) Gürke.
Diplazium esculantum
Paku sayur
(Retz) Sw.
Dracaena angustifolia
Drakaena
(Medik.) Roxb.
Dracontomelon dao
Dahu
(Blanco) Merr. & Rolfe
Common Name
Famili
Habitus
IUCN
Flame Tree
Leguminosae
Pohon
LC
-
-
5,6
Poaceae
Bambu
-
-
-
1
Poaceae
Bambu
LC
-
-
1
Common Bamboo
Poaceae
Bambu
-
-
-
1
Dumbcane
Araceae
Herba
-
-
-
2,6
Digitaria Grass
Indian Catmon
Poaceae
Dilleniaceae
Herba
Pohon
-
-
-
2
4,8
Upas Tree
Dioscoreaceae
Herba
-
-
-
3,6
Indonesian Ebony
Ebenaceae
Pohon
VU
II
-
2,5
Butter Fruit
Ebenaceae
Pohon
-
-
-
5,6
Edible fern
Athyriaceae
Palem
LC
-
-
2
Dracena
Asparagaceae
Perdu
-
-
-
8
Pacific walnut
Anacardiaceae
Pohon
-
-
-
8
Black Culmed
Rough Bamboo
Giant
Dendrocalamus
CITES PP 7 1999 Lokasi*
Keterangan * : 1. Arboretum Bambu, 2. Arboretum Fakultas Kehutanan, 3. Arboretum Hutan Tropika, 4. Arboretum Lanskap, 5. Kebun PPSB, 6. Hutan AlHurriyyah , 7. Hutan Perumahan Dosen, 8. Taman Rektorat.
Lampiran 1 Daftar spesies tumbuhan (lanjutan)
Common Name
Famili
Habitus IUCN
Durio zibethinus Murray Durian
Zibetbaum
Malvaceae
Pohon
-
-
-
5,6
Elaeis guineensis Jacq.
Eleutheranthera
ruderalis (Sw.) Sch.
Bip.
Kelapa sawit
African oil palm
Arecaceae
Palem
-
-
-
2,3,5,6
Rumputrumputan
Ogiera
Asteraceae
Rumput
-
-
-
5
Dadap
cangkring
Swamp Imortelle
Fabaceae
Pohon
-
-
-
4,8
Torch-ginger
Zingiberaceae
Herba
-
-
-
6
Mindano Gum
Myrtaceae
Pohon
-
-
-
4,5
Patikan kebo
Asthma Weed
Euphorbiaceae Herba
-
-
-
2
Ulin
Borneo Ironwood
Lauraceae
VU
-
-
2,7
Sambang darah
Blindness tree
Euphorbiaceae Perdu
Daun dolar
Karet kerbau
Rubber Plant
Moraceae
Morace ae
Liana
Pohon
-
-
-
5
5,8
Awar-awar
Fig
Moraceae
Pohon
-
-
-
2,4,5
Bambu apus
Bamboo apoos
Poaceae
Bambu
-
-
-
1
No
Nama Botani
66
67
68
69
70
71
72
73
74
75
76
77
78
Erythrina fusca Lour.
Nama Indonesia
Etlingera solaris
Tepus
(Blume) R. M. Sm.
Eucalyptus deglupta Bl. Eucaliptus
Euphorbia hirta L.
Eusideroxylon zwageri
Teysm. & Binnend.
Excoecaria
cochinchinensis Lour.
Ficus assamica Miq.
Ficus elastica Roxb.
Ficus septica Burm.
fil.
Gigantochloa apus
(Schult.f.) Kurz
Pohon
CITES PP 7 1999
Lokasi*
6,8
23
Keterangan * : 1. Arboretum Bambu, 2. Arboretum Fakultas Kehutanan, 3. Arboretum Hutan Tropika, 4. Arboretum Lanskap, 5. Kebun PPSB, 6. Hutan AlHurriyyah , 7. Hutan Perumahan Dosen, 8. Taman Rektorat.
24
Lampiran 1 Daftar spesies tumbuhan (lanjutan)
No
79
80
81
82
83
84
85
86
87
88
89
Nama Botani
Gigantochloa
atroviolacea Widjaja.
Gigantochloa
hasskarliana (Kurz)
Backer
Gigantochloa
manggong Widjaja.
Gigantochloa
psedoarundinaceae
(Steud.) Widjaja.
Gigantochloa robusta
Kurz.
Gigantochloa
scortechinii Gamble.
Glochidion rubrum Bl.
Gmelina arborea
Roxb. ex Sm
Gnetum gnemon L.
Graptophyllum pictum
(L.) Griffith.
Gymnostoma
sumatranum (Jungh. ex
de Vriese) L.A.S.
Johnson
Common Name
Java Black
Bamboo
Famili
Habitus IUCN
Poaceae
Bambu
-
-
-
1
Bambu lengka
tali
Hasskarliana
Poaceae
Bambu
-
-
-
1
Bambu
manggong
Manggong
Bamboo
Poaceae
Bambu
-
-
-
1
Bambu andong
Maxima Bamboo
Poaceae
Bambu
-
-
-
1
Bambu mayan
Robusta Bamboo
Poaceae
Bambu
-
-
-
1
Bambu kapal
Big Bamboo
Poaceae
Bambu
-
-
-
1
Dempul lelet
Bagnang-pula
Phyllanthaceae Herba
-
-
-
5
Gmelina
Beechwood
Lamiaceae
Pohon
-
-
-
6,8
Melinjo
Gnemon Tree
Gnetaceae
Pohon
LC
-
-
5
Daun ungu
Caricature Plant
Acanthaceae
Perdu
-
-
-
6
Cemara aru
Rhu Bukit
Casuarinaceae
Pohon
-
-
-
6,8
Nama Indonesia
Bambu hitam
CITES PP 7 1999 Lokasi*
Keterangan * : 1. Arboretum Bambu, 2. Arboretum Fakultas Kehutanan, 3. Arboretum Hutan Tropika, 4. Arboretum Lanskap, 5. Kebun PPSB, 6. Hutan AlHurriyyah , 7. Hutan Perumahan Dosen, 8. Taman Rektorat.
Lampiran 1 Daftar spesies tumbuhan (lanjutan)
Nama Botani
Nama Indonesia
Hedyotis verticillata
90
(L.) Lam.
Hemigraphis
91
Sengengen
brunelloides Bremek.
Hevea brasiliensis
92 (Willd. ex A.Juss.)
Karet
Müll.Arg
93 Impatiens balsamina L. Pacar air
Imperata cylindrica
94
Alang-alang
(L.) Raeusch.
Intsia bijuga (Colebr.)
95
Merbau
Kuntze
Iris domestica (L.)
96
Brojolintang
Goldblatt & Mabb.
97 Ixora coccinea L.
Soka
Jacquemontia
98
paniculata Hall. fil.
Lagerstroemia
99 loudonii Teijsm. &
Bungur
Binn
100 Lantana camara L.
Tembelekan
Leea indica (Brum
101
Girang merah
F.) Merr.
No
Common Name
Shrubby False
Buttonweed
Famili
Habitus IUCN CITES PP 7 1999 Lokasi*
Rubiaceae
Herba
-
-
-
3,5,6
Cemetery Plant
Acanthaceae
Herba
-
-
-
2,5
Rubber Tree
Euphorbiaceae
Pohon
-
-
-
2,3,4,5,6
Garden Balsam
Balsaminaceae
Herba
-
-
-
6
Cogon Satin-tail
Poaceae
Rumput
-
-
-
4,8
Borneo Teak
Leguminosae
Pohon
VU
-
-
4
Leopard Lily
Iridaceae
Herba
-
-
-
8
Jungle Geranium
Mauve
Clustervine
Rubiaceae
Perdu
-
-
-
8
Convolvulaceae Herba
-
-
-
3
Thai Bangor
Lythraceae
Pohon
-
-
-
5,6
Wild-Sage
Verbenaceae
Herba
-
-
-
3,5
Bandicoot berry
Leeaceae
Herba
-
-
-
3,5
25
Keterangan * : 1. Arboretum Bambu, 2. Arboretum Fakultas Kehutanan, 3. Arboretum Hutan Tropika, 4. Arboretum Lanskap, 5. Kebun PPSB, 6. Hutan AlHurriyyah , 7. Hutan Perumahan Dosen, 8. Taman Rektorat.
26
Lampiran 1 Daftar spesies tumbuhan (lanjutan)
No Nama Botani
Nama Indonesia
Lepidagathis javanica
102
Daun segugur
Bl.
Lindernia crustacea
Juku mata
103
(L.) F.Muell.
keuyeup
Lophatherum gracile
104
Rumput bambu
Brongn.
Macaranga gigantea
105 (Reichb.f. & Zoll.)
Mahang
Muell. Arg.
106 Mangifera indica L.
Mangga
Manilkara kauki (L.)
107
Sawo kecik
Dubard
Maniltoa grandiflora
108
Sapu tangan
(A.Gray)Scheff.
Marsilea crenata
109
Semanggi
C.Presl
Melastoma
110
Harendong
malabathricum L.
Melicope latifolia
111
Sibutan
(DC.) T.G. Hartley
Merremia umbellata
112
Daun bisul
(L.) Hall
Mikania micrantha
113
Sembung rambat
Kunth
Common Name
Famili
-
Acanthaceae
Brittle False
Pimpernel
Habitus IUCN CITES PP 7 1999 Lokasi*
Herba
-
-
-
3,4,6
Scrophulariaceae Herba
LC
-
-
4
Lophatherum
Poaceae
Rumput
-
-
-
3,4,6
Giant Mahang
Euphorbiaceae
Pohon
-
-
-
6,7,8
Mango
Anacardiaceae
Pohon
DD
-
-
6
Caqui
Sapotaceae
Pohon
-
-
-
6,8
Handkerchief Tree Fabaceae
Pohon
-
-
-
6,8
Water Clover
Marsileaceae
Herba
LC
-
-
6
Singapore
Rhododendron
Melastomataceae Herba
-
-
-
2,3,5
Ba'ambaa
Rutaceae
Perdu
-
-
-
3,5,6
Yellow Morning
Glory
Convolvulaceae
Liana
-
-
-
2
Bitter Vine
Asteraceae
Herba
-
-
-
2,3,5,6
Keterangan * : 1. Arboretum Bambu, 2. Arboretum Fakultas Kehutanan, 3. Arboretum Hutan Tropika, 4. Arboretum Lanskap, 5. Kebun PPSB, 6. Hutan AlHurriyyah , 7. Hutan Perumahan Dosen, 8. Taman Rektorat.
Lampiran 1 Daftar spesies tumbuhan (lanjutan)
No Nama Botani
Nama Indonesia
114 Mimosa pudica L.
Putri malu
Myristica fragrans
115
Pala
Houtt
Nephelium lappaceum
116
Rambutan
Linn.
Pachira aquatica
117
Pachira
Aubl.
118 Paederia foetida L.
Sembukan
Parkia
119
Petai
speciosa Hassk.
Paspalum
Rumput
120
scrobiculatum L.
Gegunjuran
121 Passiflora foetida L.
Rambusa
Pennisetum
122 purpureum
Rumput Gajah
Schumach.
Peperomia pellucida
123
Suruhan
(L.) Kunth
Persea americana
124
Alpukat
Mill.
Phaleria macrocarpa
125
Mahkota dewa
(Scheff.) Boerl.
Phyllanthus urinaria
126
Meniran
L.
Common Name
Sensitive Plant
Famili
Leguminosae
Habitus IUCN CITES PP 7 1999 Lokasi*
Herba
LC
3,4
-
Nutmeg
Myristicaceae
Pohon
DD
-
-
6
Rambutan
Sapindaceae
Pohon
LC
-
-
5,6
Cacao Cimarrón
Malvaceae
Pohon
-
-
-
5
Skunk Vine
Rubiaceae
Herba
Bitter Bean
Fabaceae
Pohon
-
-
-
6
Kodo Millet
Poaceae
Rumput
-
-
-
4
Amapola
Passifloraceae
Herba
-
-
-
5,6
elephant Grass
Poaceae
Herba
-
-
-
4,6
Tabardillo
Piperaceae
He