Perubahan simpanan karbon permukaan di Kampus Darmaga, Institut Pertanian Bogor.

PERUBAHAN SIMPANAN KARBON PERMUKAAN DI KAMPUS
DARMAGA, INSTITUT PERTANIAN BOGOR

LYAN LAVISTA GREISE AENDWI

DEPARTEMEN KONSERVASI SUMBERDAYA HUTAN DAN EKOWISATA
FAKULTAS KEHUTANAN
INSTITUT PERTANIAN BOGOR
BOGOR
2015

PERNYATAAN MENGENAI SKRIPSI DAN
SUMBER INFORMASI SERTA PELIMPAHAN HAK CIPTA
Dengan ini saya menyatakan bahwa skripsi berjudul Perubahan Simpanan
Karbon Permukaan di Kampus Darmaga, Institut Pertanian Bogor adalah benar
karya saya dengan arahan dari komisi pembimbing dan belum diajukan dalam
bentuk apa pun kepada perguruan tinggi mana pun. Sumber informasi yang
berasal atau dikutip dari karya yang diterbitkan maupun tidak diterbitkan dari
penulis lain telah disebutkan dalam teks dan dicantumkan dalam Daftar Pustaka di
bagian akhir skripsi ini.
Dengan ini saya melimpahkan hak cipta dari karya tulis saya kepada Institut

Pertanian Bogor.

Bogor, Agustus 2015
Lyan Lavista Greise Aendwi
NIM E34100142

ABSTRAK
LYAN LAVISTA GREISE AENDWI. Perubahan simpanan karbon permukaan di
Kampus Darmaga, Institut Pertanian Bogor. Dibimbing oleh LILIK BUDI
PRASETYO dan RACHMAD HERMAWAN.
Kampus IPB Darmaga telah mengalami perkembangan cukup pesat dalam
hal pembangunan sehingga menyebabkan meningkatnya karbondioksida di udara.
Pembangunan rendah emisi merupakan solusi serta strategi yang perlu
dipertimbangkan dalam pembangunan di Kampus IPB. Tujuan dari penelitian ini,
yaitu menduga jumlah cadangan karbon yang tersimpan pada tahun 1989, 1999,
2009, dan 2014 menggunakan citra satelit. Cadangan karbon yang tersimpan
dihitung menggunakan persamaan alometrik dan data pengukuran pohon berdiri.
Data dikumpulkan pada bulan Agustus – November 2014. Penelitian juga
dilakukan untuk memperkirakan cadangan karbon permukaan pada tahun 2025
berdasarkan korelasi antara Normalized Difference Vegetation Index (NDVI), data

pengukuran lapang, dan Masterplan Kampus IPB. Hasil Penelitian menunjukkan
jumlah cadangan karbon yang tersimpan mengalami peningkatan terbesar pada
tahun 1999 – 2009 dan mengalami penurunan pada tahun 2009 - 2025.
Kata kunci: cadangan karbon, kampus IPB Darmaga, ndvi, rendah emisi

ABSTRACT
LYAN LAVISTA GREISE AENDWI. Changes of the above carbon stocks in
Darmaga Campus of Bogor Agricultural University. Supervised by LILIK BUDI
PRASETYO and RACHMAD HERMAWAN.
Darmaga Campus of Bogor Agricultural University has been developing
rapidly, depleting openspace and causing carbon dioxide emission to the
atmosphere. Regarding on this matter, Low Emission Development Strategies
(LEDS) need to be considered. The purpose of this study was to estimate the
amount of above carbon stock in 1989, 1999, 2009, and 2014 by using satellite
imagerier. The above carbon stocks were estimated by allometric equation and
field measurement of stand parameter (diameter, height, and number of trees)
which collected in August – November 2014. Prediction the above ground carbon
stock in 2025 was also conducted by using correlation between Normalized
Difference Vegetation Index (NDVI), field measurement as well as Masterplan of
Campus IPB consideration. Results showed that the amount of carbon stored

reserves highly increased in 1999 – 2009 and decreased in 2009 - 2025.
Keywords: carbon-stock, Darmaga campus of IPB, low-emission, ndvi

PERUBAHAN SIMPANAN KARBON PERMUKAAN DI KAMPUS
DARMAGA, INSTITUT PERTANIAN BOGOR

LYAN LAVISTA GREISE AENDWI

Skripsi
sebagai salah satu syarat untuk memperoleh gelar
Sarjana Kehutanan
pada
Departemen Konservasi Sumberdaya Hutan dan Ekowisata

DEPARTEMEN KONSERVASI SUMBERDAYA HUTAN DAN EKOWISATA
FAKULTAS KEHUTANAN
INSTITUT PERTANIAN BOGOR
BOGOR
2015


PRAKATA
Puji dan syukur penulis kepada Tuhan Yang Maha Esa atas segala karuniaNya sehingga karya ilmiah ini berhasil diselesaikan. Penelitian yang berjudul
“Perubahan Simpanan Karbon Permukaan di Kampus Darmaga, Institut Pertanian
Bogor” ini dilaksanakan pada bulan Agustus 2014 hingga Februari 2015.
Terima kasih penulis sampaikan kepada Prof Dr Ir Lilik Budi Prasetyo MSc
dan Dr Ir Rachmad Hermawan MScF selaku pembimbing atas arahan, bimbingan,
dan saran. Penghargaan penulis sampaikan kepada Budi S, Anugro P, Lupi Y, Eka
M, Risca F, Wida A, Kumala A, M Haris, Eko H, Aldira N, A Samuel, Adjrini S,
dan Aditya N yang telah membantu selama pengumpulan data. Ungkapan terima
kasih juga disampaikan kepada Wiliyam Purwanto (Alm.), Anastasia Sri Suisna,
adik (Lolie Mayranis, Lovenly, dan Liveliu Juan) atas segala doa dan kasih
sayangnya. Tak lupa penulis sampaikan terima kasih untuk sahabat, yaitu M
Adlan Ali, M Ahda Agung, Syahru Ramdhoni, Radhita Millaty, Astrid Miradiyas,
Mentari Karina, Winahyu, Dewi Jully, Nuning Hamidah, Wida Agustina, Amalia
Choirunnisa, Seli Anoda A, Novi T Ayuningrum, dan Ratna P Putri atas
dukungan yang diberikan, keluarga besar Fakultas Kehutanan IPB, Departemen
KSHE, Nepenthes Rafflesiana 47, HIMAKOVA, Kelompok Pemerhati Flora,
Laboratorium Analisis Lingkungan dan Pemodelan Spasial, Divisi Hutan Kota
dan Jasa Lingkungan DKSHE, serta semua pihak yang telah memberikan bantuan
moral maupun material demi kelancaran penulisan tugas akhir.

Semoga karya ilmiah ini bermanfaat.

Bogor, Agustus 2015
Lyan Lavista Greise Aendwi

DAFTAR ISI
DAFTAR TABEL

vii

DAFTAR GAMBAR

vii

DAFTAR LAMPIRAN

vii

PENDAHULUAN


1

Latar Belakang

1

Tujuan Penelitian

1

Manfaat Penelitian

2

METODE

2

Lokasi dan Waktu


2

Alat

2

Jenis Data

2

Batasan Masalah Kajian

2

Alur Penelitian

3

Metode Pengumpulan Data


4

Analisis Data

6

HASIL DAN PEMBAHASAN
Kondisi Umum Lokasi Penelitian

9
9

Leaf Area Index (LAI)

10

Normalized Difference Vegetation Index (NDVI)

11


Pendugaan Potensi Cadangan Karbon pada tahun 2014 di Kampus IPB
Darmaga

11

Pendugaan Hubungan antara NDVI dengan Biomassa, Luas Bidang
Dasar Tegakan (LBDT), LAI, dan Kerapatan Tegakan

12

Validasi Model

24

Pendugaan Potensi Cadangan Karbon di Kampus IPB Darmaga pada
tahun 1989, 1999, 2009, dan 2025

24

SIMPULAN DAN SARAN


28

Simpulan

28

Saran

28

DAFTAR PUSTAKA
LAMPIRAN

28
20

DAFTAR TABEL
1 Daftar persamaan allometrik yang digunakan untuk menduga nilai
biomassa tersimpan

2 Potensi cadangan karbon atas permukaan tanah di Kampus IPB Darmaga
2014
3 Pendugaan hubungan antara NDVI dengan biomassa, LBDT, LAI, dan
kerapatan pohon
4 Persentase ketepatan model
5 Pendugaan total biomassa dan cadangan karbon

8
12
23
24
25

DAFTAR GAMBAR
1 Kampus IPB Darmaga
2 Alur penelitian
3 Plot contoh untuk pengukuran biomassa pohon, kerapatan pohon, dan nilai
LAI
4 (a) Tutupan tajuk terbuka (Nilai LAI= 0.04); (b) Tutupan tajuk tertutup
(Nilai LAI=3.49); (c) Tutupan terhalang bangunan (Nilai LAI=0)
5 Sebaran NDVI di Kampus IPB
6 Sebaran NDVI pada tahun 1989, 1999. dan 2009
7 Jumlah rata - rata biomassa dan cadangan karbon di Kampus IPB
8 Sebaran biomassa
9 Sebaran dugaan biomassa tahun 2025

3
4
5
10
13
14
25
26
27

DAFTAR LAMPIRAN
1 Lokasi titik plot contoh
2 Rekap jumlah luas bidang dasar tegakan, kerapatan, biomassa, LAI, dan
NDVI
3 Analisis pendugaan hubungan antara NDVI dengan basal area, LAI,
biomassa, dan kerapatan
4 Uji asumsi klasik pada residu persamaan model regresi linier
5 Uji validasi model persamaan kerpatan, LAI, basal area, dan biomassa
6 Masterplan Kampus IPB Darmaga 2000-2030

24
23
31
31
33
34

1

PENDAHULUAN
Latar Belakang
Kampus IPB Darmaga telah mengalami perkembangan cukup pesat dalam
hal pembangunan, seperti gedung-gedung baru perkuliahan serta berbagai
infrastruktur penunjang lainnya. Perkembangan pembangunan menimbulkan
implikasi permasalahan yang berdampak pada lingkungan kampus. Kondisi ruang
terbuka hijau yang dikonversi untuk memenuhi kebutuhan ruang bagi kegiatan
perkuliahan menyebabkan karbondioksida di udara semakin meningkat yang
ditunjukkan melalui suhu udara yang semakin panas dan kering (BMKG 2012).
Berdasarkan hasil pengukuran BMKG (2012), pada tahun 1975 hingga
2010 telah terjadi peningkatan suhu rata-rata tahunan di Stasiun Klimatologi
Darmaga Bogor sebesar 0.0194 °C dengan suhu terendah terjadi pada tahun 1975
sebesar 24.8°C. Pembangunan rendah emisi atau Low Emission Development
Strategy (LEDS) merupakan solusi, strategi, serta upaya mitigasi yang perlu
dipertimbangkan dalam pembangunan di Kampus IPB. Pembangunan rendah
emisi atau karbon merupakan kegiatan pembangunan yang direncanakan dan
dilaksanakan dengan tujuan meningkatkan kesejahteraan sekaligus mengurangi
dampak emisi karbon yang ditimbulkan dari kegiatan pembangunan tersebut
(Johanna et al.. 2013). Kondisi Kampus IPB yang masih memiliki jenis vegetasi
bervariasi dari tingkat pohon sampai dengan tumbuhan bawah (Nainggolan 2014)
sangat bermanfaat dalam hal pengembangan dan pengendalian fungsi lingkungan.
Berdasarkan Masterplan IPB, hingga tahun 2030 merupakan tahun
pembangunan dalam skala besar guna memajukan dan mengembangkan IPB.
Salah satu dampak yang terjadi adalah berkurangnya tutupan hijau di kampus
yang pada akhirnya akan berdampak pada perubahan jumlah karbon yang terdapat
di permukaan. Reduksi efek tersebut dapat dilakukan melalui pohon, karena
pohon berfungsi menyerap gas asam arang yang mulanya terdapat di udara bebas
dengan bentuk CO2 melalui proses fotosintesis, lalu diubah menjadi biomassa dan
O2 sehingga disebut sebagai penghasil udara bersih. Proses fotosintesis mengubah
CO2 menjadi karbohidrat, kemudian disebarkan ke seluruh tubuh tanaman dan
akhirnya ditimbun dalam tubuh tanaman (biomassa). Menghitung biomassa pada
suatu lahan dapat menggambarkan banyaknya C di atmosfer yang diserap oleh
tanaman. Hairiah dan Rahayu (2007) menyatakan bahwa 46% simpanan karbon
diestimasi dari jumlah biomassanya. Oleh karena itu, pengukuran biomassa dan
simpanan karbon pada permukaan sangat diperlukan di Kampus IPB Darmaga
sebagai salah satu bentuk Ruang Terbuka Hijau (RTH) di wilayah Bogor sehingga
dapat berperan optimal guna menjaga kualitas lingkungan di sekitar kampus.
Tujuan Penelitian
Penelitian ini bertujuan untuk menduga jumlah simpanan karbon yang
tersimpan pada tahun 1989, 1999, 2009, dan 2014 serta memperkirakan jumlah
karbon tersimpan pada tahun 2025 berdasarkan Masterplan Kampus IPB Darmaga.

2

Manfaat Penelitian
Penelitian ini diharapkan dapat memberi informasi mengenai jumlah
simpanan karbon tersimpan beserta perubahannya di Kampus IPB Darmaga,
sehingga dapat dijadikan pertimbangan dalam pengelolaan jasa lingkungan dan
pengembangan pembangunan kampus di IPB Darmaga.

METODE
Lokasi dan Waktu
Lokasi pengambilan data dilakukan di kampus IPB Darmaga (Gambar 1)
pada bulan Agustus –November 2014.
Alat
Alat yang digunakan selama kegiatan penelitian meliputi pita ukur,
hagameter, tali raffia, meteran, dan kompas untuk membuat plot contoh; kamera
digital, tripod, dan kamera DSLR dengan fisheye lens untuk mengambil gambar
tutupan tajuk; seperangkat komputer dilengkapi dengan aplikasi ArcGIS 10.3,
ERDAS IMAGINE 2014, Microsoft office, Google Earth, TerraIncognita Ver.
2.25, Gap Light Analyzer Ver. 2.0, dan Minitab 14 untuk menganalisis data;
Global Positioning System (GPS) seri e-Trex 30 untuk menentukan titik
koordinat; tally sheet dan alat tulis untuk membantu penulisan data lapang.
Jenis Data
Penelitian dilakukan dengan pengambilan data seperti Peta batas kawasan
Kampus IPB, Masterplan IPB 2000 – 2030, Citra landsat 5 TM (akusisi 9 April
1989, 9 Agustus 1999, dan 2 November 2009), dan Citra landsat 8 LDCM OLI
dan TIRS (akusisi 17 Februari 2014) dengan cara mengunduh melalui situs
earthexplorer.usgs.gov sedangkan Citra Google Earth tahun 2013 (perbesaran 18
kali) diunduh melalui situs Google Earth. Hemispherical (fisheye) canopy
photographs (Foto struktur kanopi), titik Ground Control Points (GCP), kerapatan
tegakan (KT), luas bidang dasar tegakan (Basal area), dan biomassa tegakan (BT)
diperoleh melalui observasi lapang. Persamaan allometrik dan kerapatan jenis
kayu (g.cm-3) diperoleh melalui studi pustaka.
Batasan Masalah Kajian
Hal yang dibahas pada penelitian ini dibatasi dalam jumlah cadangan karbon
permukaan pada tingkat pertumbuhan tiang dan pohon di atas permukaan tanah
(above ground carbon stocks) dengan menggunakan metode persamaan
allometrik.. Penelitian dilakukan dengan pendekatan nilai indeks kehijauan
vegetasi (Normalized Difference Vegetation Index (NDVI)) dan Leaf Area Index
(LAI).

3

Gambar 1 Kampus IPB Darmaga
Model dengan hubungan terbaik akan dijadikan masukan sebagai metode
alternatif dalam upaya pembangunan rendah emisi atau pembangunan rendah
karbon (LEDS) di Kampus IPB Darmaga. Nilai NDVI yang digunakan untuk
menduga biomassa dan simpanan karbon pada tahun 2025 merupakan nilai
dugaan dengan asumsi sama atau tetap dengan nilai NDVI pada tahun 2014 sesuai
dengan kondisi Masterplan IPB pada tahun 2025.
Alur Penelitian
Jumlah simpanan karbon multitemporal di Kampus IPB Darmaga diperoleh
melalui alur penelitian seperti yang ditunjukkan pada Gambar 2. NDVI pada
tahun yang berbeda dapat digunakan untuk menduga jumlah simpanan karbon
secara multitemporal. Analisis regresi linier sederhana dilakukan untuk mencari
hubungan masing – masing antara data NDVI dan data biomassa, kerapatan
tegakan, luas bidang dasar tegakan, dan LAI. Model persamaan yang didapatkan
selanjutnya dianalisis uji asumsi klasik dan uji validasi model atau uji ketepatan
model untuk memperoleh model persamaan terbaik. Selanjutnya, model
persamaan terbaik yang diperoleh akan digunakan untuk menduga jumlah
biomassa dan simpanan karbon permukaan secara multitemporal.

4

Gambar 2 Alur penelitian
Metode Pengumpulan Data
Pembuatan plot analisis vegetasi
Pembuatan plot analisis vegetasi digunakan 9 plot contoh besar dan
dikelompokkan ke dalam 1 grid berukuran 60 m x 60 m (Gambar 2). Plot contoh
besar digunakan untuk pengambilan contoh tegakan pohon dan tiang berbentuk
persegi dengan ukuran 20 m x 20 m (SNI 2011). Metode yang digunakan dalam
pengambilan contoh pohon yaitu dengan metode purposive random sampling
dengan jumlah grid sebanyak 76 grid. Lokasi pengambilan data atau plot contoh
ditunjukkan pada Lampiran 1. Pengumpulan data plot untuk luas bidang dasar

5

tegakan dan kerapatan tegakan pohon dilakukan dengan analisis vegetasi dan
dilakukan penandaan dengan GPS di setiap plot pengamatan.

Keterangan:
a. Plot pengukuran biomassa dan kerapatan pohon berukuran 20 m x 20 m.
b. Plot pengukuran biomassa dan kerapatan tiang berukuran 10 m x 10 m.
. Titik foto untuk menentukan nilai LAI dan GCP.

Gambar 3 Plot contoh untuk pengukuran biomassa pohon, kerapatan pohon, dan
nilai LAI
Biomassa dan kerapatan tegakan
Data yang dikumpulkan di dalam plot adalah nama jenis, diameter 10 cm –
19,99 cm dan ≥ 20 cm yang diukur setinggi dada (dbh = 1.3 m dari permukaan
tanah), keliling pohon, dan tinggi total pohon. Data yang diperoleh kemudian
dicatat ke dalam tallysheet.
Hemispherical canopy photographs (foto struktur kanopi)
Foto kanopi diambil dengan menggunakan kamera DSLR dengan lensa
fisheye. Waktu pengambilan gambar pada pagi dan sore atau kondisi mendung,
hal ini bertujuan untuk menghindari difraksi matahari yang dapat mengakibatkan
timbulnya bayangan pada foto, sehingga sukar dianalisa (Djumhaer 2003).
Djumhaer (2003) juga menjelaskan pengambilan foto dilakukan dengan arah
kamera menghadap ke arah atas pada tripod dan monitor kamera menghadap ke
arah utara kompas.
Menurut Rich et al. (1999) kamera harus dinaikkan atau diturunkan dengan
tinggi yang tepat. Dalam kasus kamera sangat dekat dengan tanah, dimungkinkan
untuk berjongkok atau bahkan berbaring untuk keluar dari bidang pandang lensa.
Menurut Rich (1990) foto diambil dari dalam kanopi tanaman menengadah ke atas,
foto akan mencatat koordinat sudut semua hasil kanopi, seperti yang terlihat dari
posisi dari mana foto tersebut diambil. Kemudian kamera diposisikan dengan
benar dan diratakan sebelum gambar diambil.
Ground control points (GCPs)
GCP diperoleh dengan melakukan marking pada GPS dan pengambilan
gambar searah empat mata angin pada setiap titik petak ukur yang telah
direncanakan. Pengambilan gambar digunakan untuk identifikasi lokasi.

6

Analisis Data
Kerapatan tegakan
Kerapatan tegakan diperoleh melalui perhitungan analisis vegetasi
menggunakan rumus sebagai berikut.
Kerapatan suatu spesies (K) =

Jumlah individu suatu spesies (ind)
Luas petak contoh (ha)

Leaf Area Index (LAI)
Perhitungan LAI dianalisis menggunakan Gap Light Analyze version 2,
dengan menerapkan ambang batas dan didasarkan pada kecerahan foto yang
ditentukan oleh pengguna sendiri secara manual. Taraf nilai ambang batas dapat
dinaikan atau diturunkan sampai ditemukan kococokan antara gambar hasil
klasifikasi dengan gambar asli sehingga didapat batas yang jelas antara bagian
yang tertutup kanopi dengan bagian yang terbuka. Untuk mengurangi
subyektifitas metode ini maka diperlukan kualitas gambar yang sangat baik dan
memiliki batas yang sangat jelas antara bagian tertutup kanopi dan bagian yang
terbuka (Rich et al.. 1999). Besarnya nilai LAI adalah setengah dari luas total
penutupan daun per unit penutupan permukaan dasar (Rich et al.. 1999).
Normalized Difference Vegetation Index (NDVI)
Normalized Difference Vegetation Index merupakan indeks yang diperoleh
dengan manipulasi matematis sederhana antara pancaran gelombang infra merah
dekat dengan gelombang merah melalui serangkaian proses pengolahan citra yang
direkam oleh satelit (Affan 2002). Satelit Landsat-TM merekam pancaran
gelombang infra merah pada kanal 4 sedangkan Landsat 8, LDCM OLI/TIRS
merekam pada kanal 5.
Gelombang merah direkam pada kanal 3 untuk Landsat-TM serta kanal 4
untuk Landsat 8, LDCM OLI/TIRS. Formulasi perhitungan sebagai berikut.
NDVI =

NIR - Red
NIR + Red

Keterangan: NIR = Near Infra Red (Gelombang infra merah dekat, Landsat-TM
dan Landsat-ETM 0.775-0.900 ; LDCM OLI/TIRS 0.845-0.885 ��)
Red = Gelombang merah (0.630-0.690 ��)
Pendugaan hubungan antara NDVI dengan LAI, biomassa pada pohon, luas
bidang dasar tegakan (LBDT), dan kerapatan tegakan

Uji normalitas
Uji normalitas digunakan untuk mengetahui apakah data residual yang
diperoleh menyebar normal, sehingga hasilnya dapat dipakai dalam statistik
parametrik. Data diuji dengan metode Kolomogorov-Smirnov yang diolah dengan
softwere Minitab 14.

7

Pencilan data (outliers)
Pencilan data (outliers) merupakan data yang tidak mengikuti pola umum
data, sehingga dapat menyebabkan munculnya nilai rata-rata dan simpangan baku
yang tidak konsisten terhadap mayoritas data, estimasi koefisien garis regresi yang
diperoleh tidak tepat dan kesalahan dalam pengambilan keputusan dan kesimpulan
(Wulandari et al.. 2013). Pencilan data dihilangkan dengan menggunakan
software Minitab 14. Pertama melakukan regresi antara peubah predictor dengan
peubah respon. Setelah dilakukan regresi kemudian diperoleh nilai residual. Data
yang memiliki nilai residual yang tinggi maka data tersebut merupakan data
pencilan (Sungkawa 2009).
Model persamaan regresi linear
Model regresi yang digunakan dalam penelitian adalah model regresi
sederhana :
y� = a + bx

Keterangan : �� = variabel terikat, x= variabel bebas, a dan b = konstanta

Pada penelitian ini, NDVI merupakan variabel bebas sedangkan variabel
terikat yang dimaksud diantaranya kerapatan tegakan, LBDT, biomassa, dan LAI.
Model yang digunakan untuk menduga nilai adalah model penduga yang berasal
dari variabel penduga dengan nilai R2 terbesar (Johnson dan Gouri 2010,
Muhammad 2013, Khairiah 2014, dan Al-reza 2014).

Uji asumsi klasik
Model regresi dikatakan baik apabila telah terbebas dari masalah normalitas,
autokorelasi dan heterokedasitas. Terdapat empat asumsi klasik yang harus
terpenuhi yaitu uji normalitas, uji autokorelasi, uji heteroskedastisitas dan uji
multikolinearitas (Rosadi 2011). Uji multikolinearitas tidak dilakukan pada model
regresi linear sederhana. Uji asumsi klasik dianalisis menggunakan software
Minitab 14.
Uji Normalitas bertujuan untuk menguji apakah residu dari persamaan
regresi berdistribusi normal atau tidak (Ghozali 2009). Uji normalitas
menggunakan uji Kolmogorov-Smirnov (K-S). Data dikatakan terdistribusi normal
bila nilai p-val ≥ 0.05. Nilai uji normalitas dapat dilihat pada Lampiran 5.
Uji Heterokedasitas digunakan untuk mengetahui ada atau tidaknya
ketidaksamaan varian dan residual dari satu pengamatan ke pengamatan yang lain.
Penelitian ini menggunakakan uji Levene dengan hipotesis:
• Jika nilai p-val < 0.05 terjadi Heterokedastitas.
• Jika nilai p-val > 0.05 tidak terjadi Heterokedastitas.
Nilai uji heterokedasitas dapat dilihat pada Lampiran 5.
Uji Autokorelasi digunakan untuk menguji apakah dalam sebuah model
regresi linear terdapat korelasi antara kesalahan pengganggu pada suatu
pengamatan terhadap pengamatan lainnya. Model regresi yang baik seharusnya
tidak terjadi korelasi atau bebas autokorelasi. Pada penelitian ini menggunakan uji
Durbin–Watson (DW test) dengan hipotesis:
• Jika d < dL, berarti terdapat autokorelasi positif.

8

• Jika d > (4 – dL), berarti terdapat autokorelasi negatif.
• Jika dU < d < (4 – dU), berarti tidak terdapat autokorelasi.
• Jika dl < d < du, berarti tidak menghasilkan kesimpulan yang pasti.
Nilai d diperoleh dari hasil uji Durbin–Watson yang dapat dilihat pada
Lampiran 5, sedangkan dU dan dL diperoleh dari tabel Durbin–Watson.
Uji validitas model
Validasi model pendugaan digunakan untuk mengetahui ketepatan dari
model yang dipilih. Validasi model dilakukan pada model yang memiliki nilai
koefisien determinasi (R2) yang terbesar. Ketepatan model dipilih ditunjukkan
dengan nilai A, semakin kecil nilai presentase A maka model akan semakin tepat
(Muhammad 2014).
�� − �̅
�=�
� � 100%
�̅

Keterangan:
A = ketepatan model
�� = rata-rata nilai dugaan model
�̅ = rata-rata nilai aktual

Biomassa
Pendugaan biomassa dihitung dengan menggunakan persamaan allometrik
yang telah dibuat dan diuji oleh para peneliti sebelumnya yang disajikan dalam
Tabel 1.
Tabel 1 Daftar persamaan allometrik yang digunakan untuk menduga nilai
biomassa tersimpan

Pohon bercabang

Estimasi Biomassa pohon
(kg/pohon)
BK = 0.11ρD2.62

Bambu
Sengon
Kelapa sawit
Palem

BK = 0.131 D2.28
BK = 0.0272 D2.831
(AGB)est = 0.0976 H + 0,0706
(AGB)est = 4.5 + 7.7 H

Jenis pohon

Sumber
Ketterings et al..
(2001)
Priyadarsini (1991)
Sugiharto (2002)
ICRAF (2009)
Frangi dan Lugo
(1985)

Sumber: Hairiah dan Rahayu (2007), Hairiah et al.. (2011).
Keterangan: BK = berat kering (kg/pohon); (AGB)est = biomassa pohon bagian atas (kg/pohon);
D = diameter pohon (cm); H = tinggi pohon (cm); ρ = BJ kayu (g cm-3).

Karbon tersimpan
Penghitungan karbon dari biomassa dihitung dengan menggunakan nilai
konversi karbon yang digunakan oleh SNI (2011):

9

Cb = B x % C Organik
Keterangan:
Cb
= kandungan karbon dari biomassa (kg)
B
= total biomassa (kg)
%C Organik = nilai presentase kandungan karbon, sebesar 0.47.
Perhitungan cadangan karbon per hektar untuk biomassa diatas permukaan
tanah menggunakan persamaan berikut SNI (2011):
Cn =

Cx
10000
x
1000
lplot

Keterangan:
Cn
= kandungan karbon per hektar pada masing-masing plot (ton/ha).
Cx
= kandungan karbon pada masing-masing plot (kg).
lplot
= luas plot (m2).

HASIL DAN PEMBAHASAN
Kondisi Umum Lokasi Penelitian
Kampus IPB Darmaga dengan luas sekitar 256.97 ha memiliki tutupan
vegetasi yang beragam, baik itu vegetasi homogen maupun campuran yang
digunakan sebagai kebun percobaan dan ruang terbuka hijau. Kampus IPB
Darmaga berjarak sekitar 10 km dari pusat Kota Bogor. Secara Administratif,
terletak di Desa Babakan, Kecamatan Darmaga, Kabupaten Bogor, Provinsi Jawa
Barat. Menurut Masterplan IPB, secara Geografis terletak antara 60 30” – 60 45”
LS dan 1060 30” – 1060 45” BT. Adapun batas-batas Kampus IPB Darmaga adalah
sebagai berikut:
- sebelah Utara
: Sungai Cihideung dan Sungai Ciapus
- sebelah Timur
: Desa Babakan
- sebelah Selatan
: Jalan Raya Bogor- Leuwiliang
- sebelah Barat
: Sungai Cihideung.
Kampus IPB Darmaga terletak di ketinggian tempat 142-200 m dpl dengan
kondisi topografi yang beragam dari datar di sebelah Timur dan Selatan kemudian
bergelombang di sebelah Utara, dengan kemiringan lahan sekitar 0-5%.
Berdasarkan BMKG (2015), wilayah Darmaga memiliki curah hujan rata – rata
374.3 mm, kelembaban nisbi sebesar 85 %, dan temperatur rata – rata 250.C pada
bulan Maret 2015. Kecamatan Darmaga mempunyai beberapa sarana dan
prasarana yang cukup lengkap, seperti sarana dan prasarana sosial, pengairan,
perhubungan, pertanian, dan perekonomian (BPS kabupaten Bogor 2009). Jenis
tanah di Kampus IPB Darmaga termasuk ke dalam jenis latosol, selain itu juga
terdapat asosiasi podsolik coklat dan podsolik merah kekuningan dengan bahan
induk volkan (Mardhotillah 2001).
Kampus Institut Pertanian Bogor (IPB) Darmaga merupakan kampus yang
memiliki tingkat keanekaragaman yang tinggi, baik flora maupun fauna (Hernowo
et al.. 1991; Yuliana 2000; Yazid 2006; Saputro 2007; Prinando 2011; dan

10

Nainggolan 2014). Vegetasi di Kampus IPB Darmaga umumnya berupa vegetasi
semak berumput, tegakan karet, hutan campuran, arboretum bambu, dan taman.
Sementara fauna yang ada di kampus ini mulai dari mamalia, burung, reptil dan
ikan. Beberapa spesies yang mudah ditemukan diantaranya bajing kelapa
(Callosciurus notatus), monyet ekor panjang (Macaca fascicularis), kowak
malam kelabu (Nycticorax nycticorax) dan kutilang (Pygnonotus aurigaster)
(Hernowo et al.. 1991). Penutupan lahan di Kampus IPB Darmaga semula
didominasi oleh karet (Hevea brasiliensis) (Mulyani 1985). Selain itu, Prijono
(1998) diacu dalam Kurnia (2003) juga menyatakan bahwa kampus IPB Darmaga
merupakan kawasan pendidikan yang dikonversi dari lahan perkebunan karet.
Namun, seiring dengan perkembangan dan pembangunan kampus yang dilakukan,
maka terjadi perubahan penutupan lahan oleh unsur mikrohabitat yang semakin
beragam (Kurnia 2003). Vegetasi di Kampus IPB Darmaga memiliki unsur utama
berupa pepohonan yang lebih beragam, baik dalam spesies maupun vegetasinya
(Kurnia 2003). Beberapa spesies yang cukup dominan adalah sengon (Abizia
moluccana), akasia (Acacia sp.), kemlandingan (Leucaena glauca), flamboyan
(Delonix regia), dan gmelina (Gmelina arborea). Seluruh spesies tumbuhan
ditanam secara sengaja dengan tujuan untuk penghijauan di tepi jalan atau
rehabilitasi lahan kosong, serta koleksi di arboretum atau taman. Selain spesies
pohon, tumbuhan bawah dan rerumputan juga hampir tersebar di seluruh kawasan
kampus IPB Darmaga (Kurnia 2003). Kampus IPB Darmaga sebagai kawasan
pendidikan terdiri dari berbagai sarana pendidikan, kurang lebih 72 ha atau
25.99% dari seluruh kawasan kampus IPB Darmaga adalah bangunan fisik berupa
gedung, perumahan, kandang ternak, sarana olahraga, serta jalan beraspal.
Leaf Area Index (LAI)
Leaf Area Index (LAI) atau indeks luas daun adalah suatu peubah yang
menunjukkan hubungan antara luas daun dengan luas bidang yang tertutupi
(Risdiyanto dan Setiawan 2007). Kegunaan LAI di kawasan hutan adalah untuk
menduga pertukaran bahang pada tipe hutan tertentu, dan menentukan hubungan
antara karakteristik fisik lingkungan dengan arsitektur tajuk hutan (Setiawan
2006). Pengambilan data LAI dilakukan dengan teknik hemispherical
photography, yaitu suatu teknik untuk tanaman yang memiliki karakteristik
berupa kanopi dengan menggunakan foto yang diambil melalui lensa ekstrem
yang memiliki sudut besar biasnya sama dengan 180o (Khairiah 2014). Hasil foto
tersebut dapat dianalisis untuk menduga nilai radiasi sinar matahari dan
menentukan leaf area index (LAI) (Rich 1990).

a

b

c

Gambar 4 (a) Tutupan tajuk terbuka (Nilai LAI= 0.04); (b) Tutupan tajuk tertutup
(Nilai LAI=3.49); (c) Tutupan terhalang bangunan (Nilai LAI=0)

11

Hasil foto yang diperoleh dari plot di Kampus IPB Darmaga (Gambar 3)
terdiri dari vegetasi terbuka, tutupan tajuk pohon tertutup, ataupun lahan terbagun.
Nilai LAI semakin kecil atau sama dengan 0 artinya kondisi lahan tidak
bervegetasi. Menurut Handoko et al.. (2010) menyatakan bahwa LAI bernilai 0,
artinya tidak ada tajuk tanaman. Berdasarkan hasil penelitian diperoleh nilai LAI
di Kampus IPB Darmaga antara 0.06 - 3.72, kisaran tersebut menunjukkan tipe
vegetasi yang dikategorikan sebagai kebun. Turner et al.. (1999) menyatakan
bahwa tipe vegetasi berdasarkan nilai LAI diklasifikasikan sebagai hutan
bervegetasi rendah terbakar (2.5 - 6.3), hutan bervegetasi rendah (2.5 - 3.2), hutan
alami primer (4.4 - 8.4), hutan konifer (1.4 - 3.9), kebun (1.00 - 3.00), hutan
konifer (muda) (5.3 - 9.6), dan hutan konifer (tua) (7.9 - 13.00).
Normalized Difference Vegetation Index (NDVI)
Normalized Difference Vegetation Index (NDVI), merupakan rasio
perbedaan antara pancaran gelombang merah dekat dan gelombang merah, yang
juga merupakan salah satu indeks vegetasi (Tucker et al.. 2005). NDVI sudah
banyak digunakan dalam menganalisis berbagai dinamika vegetasi (Zhou et al..
2001) dan di beberapa studi lingkungan utamanya wilayah kota (urban) (Fung and
Siu 2000, Wilson et al.. 2003, Zhou et al.. 2004, Myeong et al.. 2006). Hasil
penelitian (Gambar 5) menunjukkan nilai Indeks NDVI Kampus IPB Darmaga
berkisar antara 0,19 – 0.38. Wilayah yang memiliki nilai NDVI sangat tinggi
berlokasi di kawasan kebun dan ladang percobaan IPB sedangkan wilayah yang
memiliki nilai NDVI sangat rendah berlokasi di Graha Widya Wisuda. Indeks
NDVI pada tahun 1989, 1999, dan 2009 secara berturut-turut adalah 0.08 – 0.56, 0.10 – 0.64, dan 0 – 0.61 (Gambar 6)
Pendugaan Potensi Cadangan Karbon pada tahun 2014 di Kampus IPB
Darmaga
Biomassa merupakan berat bahan organik per unit area yang ada dalam
ekosistem pada paruh waktu tertentu (Aminudin 2008). Sedangkan menurut
Brown (1997) biomassa merupakan jumlah total materi organik tanaman yang
hidup di atas tanah yang diekspresikan sebagai berat kering tanaman per unit areal.
Biomassa yang dihitung pada penelitian ini merupakan biomassa pohon, tiang,
dan tumbuhan lainnya. Setelah didapatkan biomassa pohon, tiang, dan tumbuhan
lainnya untuk mendapatkan nilai karbon dikalikan dengan nilai persentase
kandungan karbon sebesar 0.47 (SNI 2011). Hasil pengukuran potensi cadangan
karbon di Kampus IPB Darmaga dengan menggunakan persamaan allometrik
berdasarkan jenis vegetasi dalam 76 grid di lapangan ditunjukkan pada Tabel 2.
Komponen pohon mempunyai persentase terbesar karena adanya batang
pohon yang merupakan tempat penyimpanan cadangan hasil fotosintesis terbesar
untuk pertumbuhan (Syam’ani et al.. 2012). Hal tersebut didukung oleh
pernyataan White dan Plashett (1981) dalam Aminudin (2008) yang menyebutkan
bahwa biomassa bagian-bagian pohon didistribusikan sebesar 60 – 65% pada
bagian batang, 5% pada bagian tajuk, 10 – 15% pada bagian daun dan cabang, 5 –
10% pada bagian tunggak, dan 5% pada bagian akar. Data pada Tabel 2,
menunjukkan bahwa biomassa pohon dengan diameter 10 – 19.99 cm memiliki

12

potensi cadangan karbon sebesar 4.64 Mg/ha, sedangkan pohon dengan diameter
≥ 20 cm memiliki potensi cadangan karbon 22.72 Mg/ha. Hal ini menunjukkan
bahwa potensi cadangan karbon paling banyak di Kampus IPB Darmaga dimiliki
oleh pohon yang berdiameter ≥ 20 cm dan semakin meningkatnya diameter pohon
maka jumlah cadangan karbon semakin besar.
Tabel 2 Potensi cadangan karbon atas permukaan tanah di Kampus IPB Darmaga
2014
Vegetasi
Pohon diameter 10 cm – 19.99 cm
Pohon diameter ≥ 20 cm
Jumlah

Biomassa ratarata (Mg/ha)
9.88
48.34
58.22

Karbon (Mg/ha)
4.64
22.72
27.36

Keterangan : Mg/ha= Mega gram/hektare

Hal tersebut sesuai dengan pernyataan Chanan (2011) bahwa pohon paling
banyak menyimpan biomassa. Selain itu, Lubis et al.. (2013) menyatakan bahwa
cadangan karbon pohon mengalami peningkatan seiring dengan adanya
peningkatan diameter pohon. Syam’ani et al.. (2012) juga menyatakan bahwa
biomassa pohon bertambah karena pohon menyerap CO2 dari udara dan
mengubahnya menjadi senyawa organik dari fotosintesis dan hasilnya untuk
pertumbuhan baik diameter maupun tinggi pohon, pertumbuhan diameter
berhubungan dengan pertambahan biomassa pohon dan jumlah karbon yang
tersimpan dalam pohon. Komponen pohon mempunyai persentase terbesar karena
adanya batang pohon yang merupakan tempat penyimpanan cadangan hasil
fotosintesis terbesar untuk pertumbuhan (Syam’ani et al.. 2012). Jumlah biomassa
di Kampus IPB Darmaga berdasarkan hasil yang diperoleh sebesar 58.22 Mg/ha,
sehingga didapatkan jumlah cadangan karbon sebesar 27.36 Mg/ha. Kampus IPB
Darmaga memiliki luas 256.97 ha, maka jumlah cadangan karbon tersimpan
sebesar 7 031.57 Mg/ha. Hal ini menunjukkan potensi cadangan karbon atas
permukaan tanah yang cukup tinggi. Menurut Houghton (2005) menyatakan
bahwa rata-rata biomassa di hutan alam adalah 70 Mg/ha.
Pendugaan Hubungan antara NDVI dengan Biomassa, Luas Bidang Dasar
Tegakan (LBDT), LAI, dan Kerapatan Tegakan
Analisis regresi digunakan untuk membuktikan keeratan hubungan dan
apakah NDVI dapat menduga biomassa, LBDT, LAI, dan kerapatan tegakan pada
suatu area hutan. Model regresi yang digunakan dalam penelitian adalah model
regresi sederhana (Duan 1991). Model regresi sederhana dipilih karena model ini
akan lebih stabil, hal tersebut dikarenakan model menggunakan persamaan garis
lurus tanpa melakukan modifikasi kurva (Djumhaer 2003). Keeratan hubungan
ditentukan dari nilai (r) yang dapat dilihat dari koefisien determinasi (R2).
Pendugaan hubungan antara variabel NDVI dengan biomassa pada Tabel 3
hanya dapat dijelaskan sebesar 12.8% dan 77.4% diduga dipengaruhi oleh faktor
lainnya. Hubungan antara LAI dengan NDVI dijelaskan sebesar 10.2% sedangkan
89.8%
merupakan
pengaruh
dari
faktor
lain.

Gambar 5 Sebaran NDVI di Kampus IPB

13

Gambar 6 Sebaran NDVI pada tahun 1989, 1999. dan 2009

14

15

Tabel 3 Pendugaan hubungan antara NDVI dengan biomassa, LBDT, LAI, dan
kerapatan pohon
R2 Pval Normalitas Autokorelasi Heterokedasitas
(%)
residu
B= -95.8+525N
12.8 0.048 KS = 0.132 d = 1.64222 Ftest = 1.15
Pval= >0.15 dU = 1.4957 Pval = 0.710
dL = 1.3630 Levene’s test =
0.09
Pval = 0.769
L= -1.10+6.92N
10.2 0.010 KS = 0.099 d = 1.84200 Ftest = 1.11
Pval = 0.118 dU = 1.6268 Pval = 0.672
dL= 1.5635 Levene’s test =
0.17
Pval = 0.684
K= -6164+30513N 30 0.000 KS = 0.125 d = 1.82218 Ftest = 1.43
Pval = 0.089 dU = 1.5577 Pval = 0.252
dL = 1.4628 Levene’s test =
1.43
Pval = 0.236
Ba = -17.6+89.7N 29.3 0.000 KS = 0.093 d = 1.85850 Ftest = 1.41
Pval = >0.15 dU = 1.5776 Pval = 0.238
dL = 1.4928 Levene’s test =
0.73
Pval = 0.394
B = -13.1+4.2Ba
45.9 0.000 KS = 0.097 d = 1.72518 Ftest = 1.85
Pval = >0.15 dU = 1.5534 Pval = 0.053
dL = 1.4562 Levene’s test =
7.96
Pval = 0.006

No. Persamaan regresi
1

2

3

4

5

Keterangan : R2= Koefisien determinasi B= Biomassa Ba= Luas bidang dasar tegakan (LBDT) L=
Leaf Area Index (LAI) K= Kerapatan N= Normalized Difference Vegetation Index (NDVI) KS=
Kolmogorov-Smirnov

Selanjutnya, hubungan antara kerapatan pohon dengan NDVI dijelaskan
sebesar 30.0% sedangkan 70.0% merupakan pengaruh dari faktor lain. Kerapatan
tegakan merupakan pernyataan kuantitatif yang menunjukkan tingkat kepadatan
pohon dalam suatu tegakan (Young 1982 dalam Muhammad 2014). Tajuk pohon
dapat digunakan sebagai dasar pengaturan kerapatan tegakan karena
perkembangan tajuk menggambarkan ruang yang diperlukan oleh pohon untuk
dapat tumbuh secara optimal (Sumadi dan Siahaan 2011).
Abdurachman (2008) menyatakan bahwa luas bidang dasar tegakan (LBDT)
merupakan suatu jumlah luas penampang dari seluruh pohon yang ada dalam
tegakan. LBDT dapat memberikan gambaran tentang jumlah seluruh pohon yang
menutupi suatu areal hutan (Abdurachman 2008). Hubungan antara luas bidang
dasar tegakan dengan NDVI dijelaskan sebesar 29.3% dan 70.7% dijelaskan oleh
pengaruh dari faktor lain. Pendugaan hubungan antara biomassa dan LBDT dapat
dijelaskan sebesar 45.9% dan Pval sebesar 0.000. Hal tersebut menunjukkan
tingginya korelasi antara biomassa dengan luas bidang dasar tegakan di kampus

16

IPB Darmaga. Uji asumsi klasik untuk kelima variabel tersebut menunjukkan data
sisaan galat bersifat normal, homogen dan terbebas dari autokorelasi (Lampiran 3,
4, 5, dan 6). Sedangkan, untuk persamaan antara biomassa dan LBDT belum
dapat disimpulkan apakah data homogen atau heterogen. Hal tersebut
menunjukkan bahwa nilai beserta hasil yang didapat dari model penduga masih
dapat dipakai namun, tidak efisien sehingga model pendugaan hubungan biomassa
dan LBDT dapat disimpulkan diterima.
Validasi Model
Validasi model digunakan untuk menunjukkan bahwa seberapa akurat
model regresi yang telah didapatkan. Data variabel bebas dimasukkan ke dalam
model regresi, kemudian nilai dugaan hasil dari model dibandingkan dengan nilai
hasil dari lapang. Nilai ketepatan dari model regresi menunjukkan besarnya
kesalahan dari pendugaan model.
Tabel 4 Persentase ketepatan model
Variabel Terikat (Y) Variabel
Bebas (X)
Biomassa
NDVI
LAI
NDVI
Kerapatan
NDVI
Bassal area (LBDT) NDVI
Biomassa
Bassal area
(LBDT)

Model
B = -95.8 + 525 N
L = -1.10 + 6.92 N
K = -7751 + 37426 N
Ba = -17.6 + 89.7 N
B = -13.1 + 4.2 Ba

Ketepatan
(%)
10.34
23.74
40.54
3.89
21.59

Keterangan : B= Biomassa Ba= Luas bidang dasar tegakan (LBDT) L= Leaf Area Index (LAI) K=
Kerapatan N= Normalized Difference Vegetation Index (NDVI)

Model dengan ketepatan terbaik berdasarkan Tabel 4 ditunjukkan oleh
model pendugaan hubungan antara NDVI dengan luas bidang dasar tegakan
(LBDT). Hal tersebut dikarenakan persentase ketepatan yang diperoleh
merupakan persentase yang terendah, yaitu sebesar 3.89%. Muhammad (2014)
menyatakan semakin kecil nilai persentase ketepatan, maka model akan semakin
tepat. Berdasarkan uji asumsi klasik dan uji validitas, maka model pendugaan
hubungan yang digunakan untuk menduga nilai biomassa dan cadangan karbon
yang tersimpan pada tahun 1989, 1999, 2009, dan 2025 merupakan model antara
NDVI dan LBDT serta model antara biomassa dan LBDT.
Pendugaan Potensi Cadangan Karbon di Kampus IPB Darmaga pada tahun
1989, 1999, 2009, dan 2025
Pendugaan potensi cadangan karbon pada tahun 1989, 1999, 2009, dan
2025 dilakukan melalui dua tahapan. Penghitungan nilai LBDT melalui NDVI
merupakan tahapan yang pertama. Selanjutnya dilakukan tahapan yang kedua,
yaitu penghitungan nilai biomassa melalui LBDT serta konversi nilai cadangan
karbon melalui biomassa.Pendugaan jumlah biomassa dan cadangan karbon pada
tahun 1989, 1999, 2009, dan 2025 ditunjukkan pada Tabel 5.

15
17
Tabel 5 Pendugaan total biomassa dan cadangan karbon
1989
1999
2009
2014
2025
Biomassa (Mg) 44 887.19 33 305.53 35 683.74 14 960.79 11 767.21
Karbon (Mg)
21 096.98 15 653.6 16 771.36 7 031.57 5 530.59
Jumlah cadangan karbon tersimpan pada tahun 2025 diduga merupakan
jumlah terkecil jika dibandingkan dengan tahun 1989, 1999, 2009, dan 2014. Hal
tersebut dikarenakan terjadinya peningkatan fasilitas atau pembangunan di
Kampus IPB yang cukup signifikan dibandingkan dengan tahun-tahun
sebelumnya. Nilai yang tertera pada pada Tabel 5 dipengaruhi oleh fluktuasi nilai
yang dihasilkan pada NDVI yang juga dipengaruhi reflektansi sinar merah dan
sinar merah dekat. Penurunan terbesar jumlah cadangan karbon tersimpan terjadi
pada tahun2009 hingga 2014 seperti yang ditunjukkan pada Gambar 7.
80
70
60
50
40
30
20
10
0

Biomassa (Mg/ha)
Karbon (Mg/ha)

1989 1999 2009 2014 2025
Gambar 7 Jumlah rata - rata biomassa dan cadangan karbon di Kampus IPB
Berdasarkan Masterplan Kampus IPB Darmaga tahun 2000-2030 (Lampiran
7), pembangunan sarana dan prasarana kampus tetap dilakukan untuk memenuhi
kebutuhan peningkatan dan pengembangan kampus di antaranya pembangunan
fasilitas seperti gedung bangunan Fakultas Manajemen, Common Lab, Rumah
Sakit, Lapangan Basket dan Softball, Kolam Renang, Training Centre, dan
Teaching Lab. Hal tersebut tentu akan mempengaruhi simpanan karbon di
Kampus IPB Darmaga seperti yang ditunjukkan pada Tabel 5, yaitu menjadi
sebesar 5.64 Mg. Perubahan biomassa dan simpanan karbon di Kampus IPB
Darmaga sangat beragam, tidak hanya terjadi penurunan saja namun, berbagai
kegiatan yang berkaitan dengan penanaman ataupun penghijauan menyebabkan
peningkatan jumlah cadangan karbon juga terjadi di Kampus IPB. Peningkatan
terbesar terjadi pada tahun 1999 ke 2009 sedangkan penurunan terus terjadi
diduga hingga tahun 2025 (Gambar 7 dan 8). Hal tersebut menunjukkan
pentingnya upaya mitigasi, seperti perluasan ruang terbuka hijau (RTH), untuk
mengimbangi pembangunan di Kampus IPB Darmaga.

Gambar 8 Sebaran biomassa

16
18

Gambar 9 Sebaran dugaan biomassa tahun 2025

15

19

16
20
Upaya kegiatan mitigasi berupa perluasan ruang terbuka hijau berdasarkan
Gambar 8 dapat dilakukan di area yang ditunjukkan pada warna kuning
kecokelatan, yaitu area yang masih memiliki lahan terbuka (grass land). Area
yang dimaksud merupakan area lahan percobaan di Kampus. Selanjutnya, RTH
yang sudah ada di Kampus IPB perlu semakin dioptimalkan kembali seperti yang
ditunjukkan pada area yang berwarna biru muda. Kegiatan seperti menanam jenis
tumbuhan berdiameter besar namun memiliki nilai estetik dapat menjadi salah
satu solusi dalam mengoptimalkan RTH hingga mereduksi emisi yang terdapat
pada area berwarna kuning hingga merah, yaitu area pusat perkuliahan.

SIMPULAN DAN SARAN
Simpulan
Jumlah simpanan karbon yang tersimpan pada tahun 1989 sebesar 21 096.98
Mg/ha, selanjutnya mengalami penurunan pada tahun 1999 menjadi sebesar 15
654.6 Mg/ha. Pada tahun 2009 terjadi penurunan hingga diduga pada tahun 2025
jumlah karbon tersimpan di Kampus IPB Darmaga menjadi 5 530.59 Mg/ha
sehingga Kampus IPB Darmaga dapat disebut sebagai penyumbang emisi.
Saran
1.

2.

Upaya mitigasi di Kampus IPB Darmaga perlu dilakukan untuk mengimbangi
pembangunan berupa perluasan ataupun peningkatan kualitas Ruang Terbuka
Hijau di Kampus dan melakukan pembangunan dengan strategi rendah emisi.
Selain itu, upaya penghitungan biomassa dan simpanan karbon perlu
dilakukan secara berkala.
Citra dengan resolusi yang tinggi sangat diperlukan untuk menunjang
penelitian ataupun pengembangannya. Selain itu, analisis statistik mendalam
mengenai uji validasi dan realibilitas penting untuk dilakukan.

DAFTAR PUSTAKA
Abdurachman. 2008. Karakteristik tegakan hutan alam produksi setelah tujuh
tahun penebangan di Labanan, Kalimantan Timur. Info Hutan. 5(4): 365375.
Affan JM. 2002. Penilaian tingkat bahaya kebakaran hutan berdasarkan indeks
vegetasi (NDVI) dan indeks kekeringan (KBDI). [skripsi]. Bogor (ID):
Institut Pertanian Bogor.
Al-reza DD. 2014. Potensi cadangan karbon di atas permukaan tanah di Taman
Hutan Raya Pancoran Mas Depok [skripsi]. Bogor (ID): Institut Pertanian
Bogor.

15
21

Aminudin S. 2008. Kajian potensi cadangan karbon pada pengusahaan hutan
rakyat (studi kasus: hutan rakyat Desa Dengok, Kecamatan Playen,
Kabupaten Gunungkidul). [tesis]. Bogor (ID): Institut Pertanian Bogor.
Brown S. 1997. Estimating biomass change of tropical forest: a primer. FAO
Forestry Paper-134 [Internet]. [diunduh 2015 Januari 10]; Rome. Tersedia
pada: http://www.fao.org/.
Badan Meteorologi, Klimatologi, dan Geofisika [BMKG]. 2012. Buku Informasi
Perubahan Iklim dan Kualitas Udara di Indonesia. Jakarta (ID): Badan
Meteorologi Klimatologi dan Geofisika.
Badan Meteorologi, Klimatologi, dan Geofisika [BMKG]. 2015. Buletin Analisis
Hujan Bulan Maret 2015 dan Prakiraan Hujan Bulan Mei, Juni, dan Juli
2015. Bogor (ID): Badan Meteorologi Klimatologi dan Geofisika.
Badan Pusat Statistik Kabupaten Bogor [BPS]. 2009. Kabupaten Bogor dalam
Angka 2009. Bogor (ID): -.
Chanan M. 2011. Potensi karbon di atas permukaan tanah di blok perlindungan
Taman Wisata Alam Gunung Baung Pasuruan – Jawa Timur. GAMMA.
6(2): 101-112.
Djumhaer M. 2003. Pendugaan leaf area index dan luas bidang dasar tegakan
dengan menggunakan landsat 7 ETM+ [skripsi]. Bogor (ID): Institut
Pertanian Bogor.
Duan N, Li KC. 1991. A bias bound for least squares linear regression. Statistica
Sinica. 1: 127-136.
Fung T, Siu W. (2000). Environmental quality and its changes, an analysis using
NDVI. International Journal of Remote Sensing. 21: 1011–1024.
Ghozali I. 2009. Aplikasi Analisis Multivariate dengan Program SPSS Edisi ke-4.
Semarang (ID): Universitas Diponegoro.
Hairiah K, Ekadinata A, Sari RR, Rahayu S. 2011. Pengukuran Cadangan
Karbon: dari tingkat lahan ke bentang lahan. Ed ke-2. Bogor (ID): World
Agroforestry Centre, ICRAF SEA Regional Office, University of
Brawijaya.
Hairiah K, Rahayu S. 2007. Pengukuran ‘Karbon Tersimpan’ di Berbagai Macam
Penggunaan Lahan. Bogor (ID): World Agroforestry Centre, ICRAF SEA
Regional Office, University of Brawijaya.
Handoko I, Kodarsih T, Ariyani A. 2010. Koefisien pemadaman tajuk dan
efisiensi penggunaan radiasi surya pada tanaman kentang (Solanum
tuberosum l.) varietas granola di Galudra, Cianjur, Jawa Barat. J Agromet.
24(2): 27-32.
Hernowo JB, Soekmadi R, Ekarelawan. 1991. Kajian pelestarian satwaliar di
Kampus IPB Darmaga. Media konservasi. III (2): 43-65.
Houghton RA. 2005. Aboveground forest biomass and the global carbon balance.
Global Change Biology. 11: 945-958.
Johana F, Suyanto S, Widayati A, Zulkarnain MT, Budiman A, dan Muller D.
2013. Perancangan Aksi Mitigasi Untuk Mendukung Rencana
Pembangunan Rendah Emisi di Kabupaten Kutai Barat, Kalimantan
Timur. Brief No. 36: Seri Kutai Barat. Bogor (ID): World Agroforestry
Centre (ICRAF), Southeast Asia Regional Program.
Johnson RA, Gouri KB. 2010. Statistics, Principles and Methods 6th. New York
(US): John Wiley & Sons, Inc.

16
22

Khairiah RN. 2014. Model pemantauan pelaksanaan pembayaran jasa lingkungan
di DAS Cidanau dengan pendekatan kerapatan tegakan [skripsi]. Bogor
(ID): Institut Pertanian Bogor
Kurnia I. 2003. Studi keanekaragaman jenis burung untuk pengembangan wisata
birdwatching di Kampus IPB Darmaga. [skripsi]. Bogor (ID): Institut
Pertanian Bogor.
Lubis SH, Arifin HS, Samsoedin I. 2013.Analisis cadangan karbon pohon pada
lanskap hutan kota di DKI Jakarta. J Penelitian Sosial dan Ekonomi
Kehutanan. 10(1): 1-20.
Mardhotillah A. 2001. Analisis pola penggunaan lahan, pola transportasi, dan pola
perilaku beraktivitas (studi kasus mobilitas civitas IPB menuju ke dalam,
di dalam, dan ke luar Kampus IPB Darmaga). [skripsi]. Bogor (ID):
Institut Pertanian Bogor.
Muhammad A. 2014. Pemetaan perubahan forest canopy density di KPH
Kuningan [skripsi]. Bogor (ID): Institut Pertanian Bogor.
Mulyani YA. 1985. Studi keanekaragaman jenis burung di lingkungan Kampus
IPB Darmaga. [skripsi]. Bogor (ID): Institut Pertanian Bogor.
Myeong S, Nowak DJ, Duggin MJ (2006). A temporal analysis of urban forest
carbon storage using remote sensing. Remote Sensing of Environment.
101: 277–282.
Nainggolan AF. 2014. Keanekaragaman jenis paku epifit dan pohon inangnya di
kawasan Kampus IPB Darmaga Bogor, Jawa Barat. [skripsi]. Bogor (ID):
Institut Pertanian Bogor.
Prinando M. 2011. Keanekaragaman spesies tumbuhan asing invasif di Kampus
IPB Darmaga, Bogor. [skripsi]. Bogor (ID): Institut Pertanian Bogor.
Rich PM, Wood J, Vieglais DA, Burek K, Webb N. 1999. Hemiview User Manual.
United of Kingdom (GB): Delta-T Devices LTD.
Rich PM. 1990. Characterizing plant canopies with hemispherical
photographs.Remote Sensing Reviews.5:13-29.
Risdiyanto I, Setiawan R. 2007. Metode neraca energi untuk perhitungan indeks
luas daun menggunakan data citra satelit multi spectral. J Agromet
Indonesia. 21(2): 27 – 38.
Rosadi D. 2011. Analisis Ekonometrika & Runtun Waktu Terapan dengan R.
Yogyakarta (ID): Andi Offset.
Saputro NA. 2007. Keanekaragaman jenis kupu-kupu di Kampus IPB Darmaga.
[skripsi]. Bogor (ID): Institut Pertanian Bogor.
Setiawan R. 2006. Metode neraca energi untuk perhitungan leaf area index (LAI)
di lahan bervegetasi menggunakan data citra satelit [skripsi]. Bogor (ID):
Institut Pertanian Bogor.
Standar Nasional Indonesia [SNI]. 2011. Pengukuran dan Perhitungan Cadangan
Karbon-Pengukuran Lapangan untuk Penaksiran Cadangan Karbon
Hutan. Jakarta (ID): Badan Standarisasi Nasional.
Sumadi A, Siahaan A. 2011. Pengaturan kerapatan tegakan bambang berdasarkan
hubungan antara diameter batang dan tajuk. J Penelitian Hutan Tanaman.
8(5): 259-265.
Sungkawa I. 2009. Pendeteksian pencilan (outlier) dan residual pada regresi linear.
Informatika Pertanian. 18(2): 95-105.

15
23
Syam’ani, Agustina AR, Susilawati, Nugroho Y. 2012. Cadangan karbon di atas
permukaan tanah pada berbagai sistem penutupan lahan di sub-sub DAS
Amandit. J Hutan Tropis. 13(2): 148-158.
Turner DP, Cohen WB, Kennedy RE, Fassnacht KS, Briggs JM. 1999.
Relationships between leaf area index and Landsat TM spectral vegetation
indices across three temperate zone sites. Remote Sensing of Environment.
70: 52-68.
Tucker CJ, Pinzon JE, Brown ME, Slayback DA, Pak EW, Mahoney R. 2005. An
extended AVHRR 8-km NDVI dataset compatible with MODIS and SPOT
vegetation NDVI data. International Journal of Remote Sensing. 26:
4485–4498.
Wilson JS, Clay M, Martin E, Stuckey D, Vedder-Risch K. 2003. Evaluating
environmental influences of zoning in urban ecosystems with remote
sensing. Remote Sensing of Environment. 86: 303–321.
Wulandari S, Sutarman, Darnius O. 2013. Perbandingan metode least trimmed
squares dan penaksir dalam mengatasi permasalahan data pencilan. Saintia
Matematika. 1(1): 73-85.
Yazid M. 2006. Perilaku berbiak katak pohon hijau (Rhacophorus reinwardtii
Kuhl & van Hasselt 1822) di Kampus IPB Darmaga. [skripsi]. Bogor (ID):
Instutut Pertanian Bogor.
Yuliana S. 2000. Keragaman jenis amfibi (ordo anura) di Kampus IPB Darmaga,
Bogor. [skripsi]. Bogor (ID): Institut Pertanian Bogor.
Zhou LM, Dickinson RE, Tian YH, Fang JY, Li QX, Kaufmann RK. 2004.
Evidence for a significant urbanization effect on climate in China.
Proceedings of the National Academy of Sciences of the United States of
America. 101: 9540–9544.
Zhou LM, Tucker CJ, Kaufmann RK, Slayback D, Shabanov NV, Myneni RB.
2001. Variations in northern vegetation activity inferred from satellite data
of vegetation index during 1981 to 1999. Journal of Geophysical
Research-Atmospheres. 106: 20069– 20083.

Lampiran 1 Lokasi titik plot contoh

16
24

15

Lampiran 2 Rekap jumlah luas bidang dasar tegakan, kerapatan, biomassa