Identifikasi Nilai Konservasi Tinggi Keanekaragaman Hayati di Kampus Institut Pertanian Bogor Darmaga Jawa Barat

IDENTIFIKASI NILAI KONSERVASI TINGGI
KEANEKARAGAMAN HAYATI
DI KAMPUS INSTITUT PERTANIAN BOGOR
DARMAGA JAWA BARAT

DOMI SURYADI

DEPARTEMEN KONSERVASI SUMBERDAYA HUTAN DAN EKOWISATA
FAKULTAS KEHUTANAN
INSTITUT PERTANIAN BOGOR
BOGOR
2013

PERNYATAAN MENGENAI SKRIPSI DAN
SUMBER INFORMASI SERTA PELIMPAHAN HAK CIPTA*
Dengan ini saya menyatakan bahwa skripsi berjudul Identifikasi Nilai
Konservasi Tinggi Keanekaragaman Hayati di Kampus Institut Pertanian Bogor
Darmaga Jawa Barat adalah benar karya saya dengan arahan dari komisi
pembimbing dan belum diajukan dalam bentuk apa pun kepada perguruan tinggi
mana pun. Sumber informasi yang berasal atau dikutip dari karya yang diterbitkan
maupun tidak diterbitkan dari penulis lain telah disebutkan dalam teks dan

dicantumkan dalam Daftar Pustaka di bagian akhir disertasi ini.
Dengan ini saya melimpahkan hak cipta dari karya tulis saya kepada Institut
Pertanian Bogor.
Bogor, Mei 2013
Domi Suryadi
NIM E34063292

ABSTRAK
DOMI SURYADI. Identifikasi Nilai Konservasi Tinggi Keanekaragaman Hayati
di Kampus Institut Pertanian Bogor Darmaga Jawa Barat. Dibimbing oleh
HARNIOS ARIEF dan RACHMAD HERMAWAN.
Kampus Institut Pertanian Bogor (IPB) Darmaga merupakan kawasan yang
memiliki tingkat keanekaragaman hayati yang tinggi jika dibandingkan daerah
sekitarnya. Penelitian ini bertujuan untuk mengidentifikasi areal yang mempunyai
nilai konservasi tinggi keanekaragaman hayati di Kampus IPB Darmaga.
Penelitian ini dilaksanakan dari Februari hingga April 2012. Penelitian dilakukan
dengan mengambil data sekunder melalui wawancara dan studi literatur, serta
mengambil data lapangan melalui pengamatan flora-fauna. Data tersebut
dianalisis untuk menetapkan areal yang bernilai konservasi tinggi. Dari total luas
Kampus IPB Darmaga ± 256,97 hektar, yang teridentifikasi sebagai areal yang

bernilai konservasi tinggi adalah ± 65,11 hektar (25,34 %), yaitu Sempadan
Sungai Cihideung, Sempadan Sungai Ciapus, Tegakan Sengon Rektorat, Hutan
Al-Huriyah, Hutan Cikabayan, Danau LSI/Situ Leutik, Tegakan Asrama Sylva,
Arboretum Fahutan, Arboretum Lanskap, Arboretum Bambu & Hutan Tropika.
Kata kunci: keanekaragaman hayati, nilai konservasi tinggi

ABSTRACT
DOMI SURYADI. Identification of High Conservation Value of Biodiversity in
Bogor Agricultural University Campus, Darmaga, West Java. Supervised by
HARNIOS ARIEF and RACHMAD HERMAWAN.
The research was conducted in Bogor Agricultural University Campus,
located in Darmaga, Bogor, West Java, that has higher value of biodiversity
compared to other areas surrounding. The research was aimed to identify areas
that have high conservation value of biodiversity in the location studied. The
study was carried out from Februari to April 2012. Primary data were collected
from direct survey, and the secondary data were obtained from interview and
literature study. Among total ± 256,97 hectares of IPB Campus area, the study
identified about 65,11 hectares (25,34 %) of the areas having high conservation
value, such as Riparian of Cihideung and Ciapus River, Sengon Forest near
Rectorat building, Al-Huriyah forest, Cikabayan forest, LSI Lake (Situ Leutik),

Forest near Sylva dormitory, Arboretum of Forest Faculty, and Arboretum of
Tropical Forest .
Keywords: biodiversity, high conservation values

IDENTIFIKASI NILAI KONSERVASI TINGGI
KEANEKARAGAMAN HAYATI
DI KAMPUS INSTITUT PERTANIAN BOGOR
DARMAGA JAWA BARAT

DOMI SURYADI

Skripsi
sebagai salah satu syarat untuk memperoleh gelar
Sarjana Kehutanan
pada
Departemen Konservasi Sumberdaya Hutan dan Ekowisata

DEPARTEMEN KONSERVASI SUMBERDAYA HUTAN DAN EKOWISATA
FAKULTAS KEHUTANAN
INSTITUT PERTANIAN BOGOR

BOGOR
2013

3

Judul Skripsi : Identifikasi Nilai Konservasi Tinggi Keanekaragaman Hayati
di Kampus Institut Pertanian Bogor Darmaga Jawa Barat
Nama
: Domi Suryadi
NIM
: E34063292

Disetujui oleh

Dr Ir Harnios Arief, M.Sc.F
Pembimbing I

Dr Ir Rachmad Hermawan, M.Sc.F
Pembimbing II


Diketahui oleh

Prof Dr Ir Sambas Basuni, MS
Ketua Departemen

Tanggal Lulus:

5

PRAKATA
Puji dan syukur penulis panjatkan kepada Allah Subhanahu wa Ta’ala atas
segala karunia-Nya sehingga karya ilmiah ini berhasil diselesaikan. Topik yang
dipilih dalam penelitian ini adalah nilai konservasi tinggi, dengan judul
Identifikasi Nilai Konservasi Tinggi Keanekaragaman Hayati di Kampus Institut
Pertanian Bogor Darmaga Jawa Barat.
Terima kasih penulis ucapkan kepada Bapak Dr.Ir.Harnios Arief,M.Sc.F dan
Bapak Dr.Ir.Rachmad Hermawan, M.Sc.F selaku pembimbing yang telah banyak
memberikan saran dan bantuan selama penulisan karya ilmiah ini. Ungkapan
terima kasih juga disampaikan kepada orangtua serta seluruh keluarga, atas segala
doa dan kasih sayangnya.

Semoga karya ilmiah ini bermanfaat.

Bogor, Mei 2013
Domi Suryadi

DAFTAR ISI
DAFTAR TABEL

vii

DAFTAR GAMBAR

vii

DAFTAR LAMPIRAN

vii

PENDAHULUAN


1

Latar Belakang

1

Tujuan Penelitian

2

Manfaat Penelitian

2

METODE

2

Lokasi dan Waktu


2

Alat dan Bahan

2

Pengambilan Sampel

3

Pengumpulan Data

3

Analisis Data

4

HASIL DAN PEMBAHASAN
Kondisi Bentang Lahan


5
5

Hasil Identifikasi Nilai Konservasi Tinggi

14

Ancaman Kelestarian Nilai Konservasi Tinggi

23

Implikasi Pengelolaan Nilai Konservasi Tinggi

24

SIMPULAN DAN SARAN

25


Simpulan

25

Saran

25

DAFTAR PUSTAKA
LAMPIRAN

26

7

DAFTAR TABEL
1
2
3
4

5

Status konservasi jenis tumbuhan di Kampus IPB Darmaga
Status konservasi jenis Burung Kampus IPB Darmaga
Status konservasi jenis Mamalia di Kampus IPB Darmaga
Status konservasi jenis Reptil di Kampus IPB Darmaga
Daftar jenis satwaliar yang menggunakan Kampus IPB sebagai habitat
Temporer
6 Kawasan bernilai konservasi Tinggi di Kampus IPB Darmaga

17
18
19
20
21
21

DAFTAR GAMBAR
1 Peta lokasi pengambilan sampel
2 Letak Kampus IPB dalam bentang alam DAS Cisadane berdasarkan
Peta Aster DEM (Digital Elevation Model)
3 Kondisi tutupan lahan DAS Cisadane berdasarkan Peta Liputan Lahan
Tahun 1999
4 Kondisi tutupan lahan DAS Cisadane berdasarkan Peta Liputan Lahan
Tahun 2006
5 Kondisi tutupan lahan DAS Cisadane berdasarkan Peta Liputan Lahan
Tahun 2009
6 Kondisi tutupan lahan DAS Cisadane berdasarkan Peta Liputan Lahan
Tahun 2012
7 Peta Fungsi Kawasan dalam unit DAS Areal IPB berdasarkan Peta
Kawasan Hutan dan Perairan
8 Peta Liputan Lahan Tahun 1999 yang menunjukkan tutupan lahan areal
IPB
9 Peta Liputan Lahan Tahun 2009 yang menunjukkan tutupan lahan areal
IPB
10 Peta Liputan Lahan Tahun 2011 yang menunjukkan tutupan lahan areal
IPB
11 Peta Liputan Lahan Tahun 2012 yang menunjukkan tutupan lahan areal
IPB
12 Kondisi Sempadan Sungai Cihideung
13 Kondisi Sempadan Sungai Ciapus
14 Jumlah jenis satwa di lokasi pengungsian satwa
15 Peta kawasan bernilai konservasi tinggi di Kampus IPB Darmaga

3
5
6
7
8
9
10
11
12
12
13
14
15
15
22

DAFTAR LAMPIRAN
1.
2.
3.
4.

Jumlah jenis vegetasi di Kampus IPB Darmaga
Jumlah jenis dan sebaran burung di Kampus IPB Darmaga
Jumlah jenis dan sebaran mamalia di Kampus IPB Darmaga
Jumlah jenis dan sebaran reptil dan amfibi di Kampus IPB Darmaga

28
38
42
43

PENDAHULUAN
Latar Belakang
Paradigma untuk melakukan pembangunan berwawasan lingkungan mulai
muncul ketika penurunan kualitas lingkungan dirasa mengganggu terhadap laju
pertumbuhan perekonomian dan kualitas hidup manusia (Pimm et al. 1995;
Simon, Wildavsky 1995). Kondisi yang terjadi kemudian mensyaratkan bahwa
suatu kawasan lebih baik dilindungi dan tetap dilestarikan dibandingkan dibuka
menjadi bentuk lain seperti perumahan, perkebunan, dan pendukung kegiatan
ekonomi lainnya (Bekessy et al. 2012; Lochner et al. 2003). Seringkali berbagai
tekanan faktor ekonomi, politik dan kepentingan lainnya menyebabkan kualitas
lingkungan kurang diperhatikan.
Strategi konservasi sumberdaya alam hayati seharusnya tidak dititikberatkan
pada kawasan konservasi saja, tetapi juga harus dilakukan di luar kawasan
konservasi (Hansen et al. 2011). Terlebih jika kawasan konservasi tersebut tidak
mampu mengakomodasi keseluruhan sumberdaya yang khas dan rentan seperti
Amerika Serikat dan Indonesia dimana lebih dari 60% dari spesies yang
dilindungi berada di luar kawasan konservasi hutan produksi dan perkebunan
kelapa sawit (Meijard et al. 2011). Hal ini menunjukkan bahwa nasib sebagian
besar keanekaragaman hayati di dunia terletak pada seberapa bijak manusia dapat
mengelola lanskap yang didominasinya terutama di kawasan tropis (Gardner et al.
2010) tidak terkecuali di kawasan pendidikan seperti Institut Pertanian Bogor.
Kampus Institut Pertanian Bogor (IPB) Darmaga diduga merupakan areal
penting sebagai konsentrasi berbagai satwaliar karena areal sekelilingnya telah
terbuka. Hal ini dibuktikan dengan ditemukannya 12 jenis mamalia, 68 jenis
burung, 37 jenis reptil dan 4 jenis ikan (Hernowo et al. 1991) serta 13 jenis amfibi
(Yuliana 2000). Tingginya tingkat kehati ini selaras dengan telah
dideklarasikannya kampus IPB Darmaga sebagai kampus biodiversity pada
tanggal 22 Mei 2011. Hal ini menjadi perhatian khusus ditengah keterdesakan
kegiatan pembangunan sarana dan prasarana di Kampus IPB. Idealnya
pembangunan yang berjalan harus memadukan antara sistem ekologi dan sistem
pendidikan yang dapat menciptakan suasana kampus yang alami, asri dan nyaman
sesuai dengan konsep pembangunan yang berkelanjutan.
Guna mewujudkannya maka diperlukan penelitian lebih lanjut mengenai
sebaran kehati secara pasti. Hal ini dimaksudkan agar lokasi yang memiliki kehati
tinggi tersebut harus tetap dijaga fungsinya. Oleh karena itu perlu dilakukan
identifikasi areal yang memiliki nilai konservasi tinggi (NKT) untuk menjamin
keberlanjutan keberadaannya. Tempat-tempat yang teridentifikasi memiliki NKT
nanti akan dikenali, dilindungi, dan dikelola yang tentu akan memberi sumbangsih
yang besar untuk keberlanjutan lingkungan alam yang berkolerasi dengan
kegiatan belajar mengajar terutama sebagai laboratorium lapangan.

Tujuan Penelitian
Tujuan dari penelitian ini adalah mengidentifikasi areal yang mempunyai
nilai konservasi tinggi keanekargaman hayati di Kampus IPB Darmaga.
Manfaat Penelitian
1).

2).

Sebaran areal-areal yang memiliki nilai konservasi tinggi yang dapat
dijadikan dasar dalam penentuan kebijakan pelestarian keaneragaman hayati
di Kampus IPB Darmaga.
Memberikan masukan kepada pengelola kampus IPB Darmaga untuk
mempertahankan atau meningkatkan fungsi areal yang teridentifikasi
sebagai areal yang bernilai konservasi tinggi.

METODE
Lokasi dan Waktu
Penelitian dilakukan di Kampus IPB Darmaga Kecamatan Darmaga,
Kabupaten Bogor, Provinsi Jawa Barat. Secara Administratif kampus ini terletak
di Desa Babakan, Kecamatan Darmaga, Kabupaten Bogor, Provinsi Jawa Barat.
Menurut Balen et al. (1986) diacu dalam Kurnia (2003) secara Geografis kampus
ini terletak antara 6º30’ – 6 º 45’ LS dan 106º30’ – 106º45’ BT dengan luas
sekitar 256,97 ha. Kampus IPB Darmaga terletak di ketinggian tempat 142-200
mdpl dengan kondisi topografi yang beragam dari datar di sebelah Timur dan
Selatan kemudian bergelombang di sebelah Utara, dengan kemiringan lahan
sekitar 0-5%. Jenis tanah di Kampus IPB Darmaga termasuk ke dalam jenis
latosol, selain itu juga terdapat asosiasi podsolik coklat dan podsolik merah
kekuningan dengan bahan induk volkan. Kampus IPB Darmaga termasuk ke
dalam yang termasuk dalam DAS Cisadane, dimana sungai yang mengalir
disekitar kampus IPB Darmaga adalah Sungai Ciapus dan Sungai Cihideung.
Rata-rata lebar seluruh badan kedua sungai bila kondisi air penuh adalah 9-10
meter dan kondisi surut adalah 3-4 meter. Waktu penelitian dilakukan selama 3
(tiga) bulan yaitu bulan Februari sampai dengan bulan April 2012.
.
Alat dan Bahan
Alat digunakan dalam penelitian ini secara umum dibagi menjadi dua, yaitu :
a. Alat yang digunakan pada pengamatan di lapangan yaitu alat tulis, peta
kawasan, tally sheet, kamera digital, Global Positioning System (GPS)
Garmin 76 cx, buku panduan lapangan pengamatan mamalia, burung, amfibi
dan reptil.
b. Alat digunakan pada pengolahan dan analisis data yaitu laptop, dan citra
satelit Tahun 1999, 2009, 2011, dan 2012, dimana pengolahan data spatial
dengan mengunakan software ArcGis 9.3.

Pengambilan Sampel
Lokasi pengambilan sampel (sampling area) dititikberatkan pada daerahdaerah yang masih memiliki tutupan lahan yang relatif masih baik atau di daerahdaerah yang memiliki atau diduga merupakan konsentrasi keanekaragaman hayati
yang belum dan/atau menjadi areal yang belum menjadi areal terbangun.
Pendugaan lokasi yang bernilai konservasi tinggi tersebut dibantu dengan
pengolahan peta atau analisis spasial yaitu berdasarkan olahan peta tutupan lahan.
Proses pengolahan peta dilakukan dengan mengunakan software ArcGis 9.3. Peta
ini dapat membantu dalam menginterpretasikan areal mana saja yang masih
memilki tutupan lahan relatif baik. Peta lokasi pengambilan sampel disajikan pada
Gambar 1.

Gambar 1 Peta Lokasi Pengambilan Sampel
Pengumpulan Data
Pengumpulan data merupakan kegiatan pengambilan data langsung di
lapangan atau di wilayah studi yakni data flora dan fauna. Parameter yang diamati
adalah data mengenai jumlah jenis dan penyebaran yang merupakan variabel
utama dalam penetapan kawasan bernilai konservasi tinggi. Kegiatan
pengumpulan data di lapangan dapat digunakan untuk melakukan cek-silang
secara langsung terhadap data dan informasi sekunder yang telah dikumpulkan
sebelumnya.

Pengumpulan Data Flora
Metode ini dilakukan pada awal waktu penelitian sebagai survei
pendahuluan dalam menentukan lokasi pengambilan sampel dan sekaligus
pengambilan data jenis tumbuhan dan keanearagaman serta penyebarannya.
Metode yang digunakan adalah metode rapid assessment (penilaian cepat)
(Kuncoro et al. 2006). Metode ini tidak memiliki petak atau jalur pengamatan
yang khusus sehingga pengamat dapat mencatat langsung jenis dan lokasi
keberadaan flora yang ditemukan.
Pengumpulan Data Fauna
Batasan fauna yang diidentifikasi dalam penelitian ini hanya pada kelas
mamalia, burung, reptilia serta amfibi (herpetofauna). Konsep dasar dalam
pengumpulan data fauna adalah sama dengan pengumpulan data flora. Konsep
tersebut adalah penilaian cepat yang bertujuan untuk memperoleh indikator
kekayaan, keunikan dan variabel lainnya sebagai dasar penentuan kawasan yang
bernilai penting. Pengumpulan data pada kelas mamalia dan herpetofauna
menggunakan metode rapid assessment (Kuncoro et al. 2006). Sedangkan pada
kelas burung metode yang digunakan adalah metode daftar jenis MacKinnon
(MacKinnon et al. 1998). Pengamatan dilakukan dengan mendaftar jenis burung
yang dijumpai sebanyak 10 jenis pertama untuk daftar pertama dan berulang
untuk daftar jenis selanjutnya. Pengamatan akan berhenti jika tidak ditemukan
penambahan jenis kembali.
Analisis Data
Status Perlindungan Jenis Flora dan Fauna
Daftar jenis flora fauna yang teridentifikasi ditentukan status kelangkaan
dan atau perlindungannya Status flora dan fauna diperoleh dari Website IUCN
(www.iucnredlist.org) dan CITES (www.cites.org) serta dari dokumen peraturan
perundang-undangan pemerintah Indonesia (Peraturan Pemerintah Nomor 7
Tahun 1999) tentang Pengawetan Jenis Tumbuhan dan Satwa.
Delianiasi Areal Bernilai Konservasi Tinggi
Data lapangan dianalisis dan diklasifikasikan berdasarkan atribut serta
kriteria nilai konservasi tinggi yakni kawasan yang mempunyai atau memberikan
fungsi pendukung keanekaragaman hayati, kawasan yang merupakan habitat bagi
populasi spesies yang terancam, penyebaran terbatas atau dilindungi yang mampu
bertahan hidup, dan kawasan yang merupakan habitat bagi spesies atau
sekumpulan spesies yang digunakan secara temporer. Areal yang teridentifikasi
sebagai areal bernilai konservasi tinggi dilakukan analisis pemetaan dengan
dengan sebuah sistem pengelolaan data spatial yang dikenal dengan Geographyc
information System (GIS). GIS membantu menampilkan peta peta yang menjadi
lokasi NKT kehati dan menentukan luasan masing-masingNKT.

5

HASIL DAN PEMBAHASAN
Kondisi Bentang Lahan
Historis Perubahan Tutupan Lahan
Bentang Alam DAS Cisadane
Hasil analisis Peta Digital Elevation Model, DAS Cisadane terdapat dua
tipe wilayah yaitu perbukitan dan dataran. Wilayah perbukitan umumnya
terbentang luas dari sisi selatan, sedangkan daerah dataran membentang sepanjang
areal lokasi penelitian. Letak Letak areal Institut Pertanian Bogor (IPB) dalam
bentang alam DAS Cisadane berdasarkan Peta Aster DEM (Digital Elevation
Model) disajikan pada Gambar 2. Berdasarkan Gambar 2 tersebut, diketahui
bahwa areal IPB yang terletak dalam DAS Cisadane merupakan DAS bagian
tengah.

Gambar 2 Letak Kampus IPB dalam bentang alam DAS Cisadane berdasarkan
Peta Aster DEM (Digital Elevation Model)

6

Kondisi tutupan lahan DAS Cisadane ditunjukkan dari hasil analisis Peta
Citra Landsat Path/Row 128/59 Tahun 1999, 2009, 2011 dan 2012 yang disajikan
pada Gambar 3 - Gambar 6. Kondisi tutupan lahan terlihat dari Tahun 1999 sudah
terkonversi menjadi areal pemukiman, ladang/tegalan, kebun campuran dan hanya
menyisakan areal berhutan di wilayah hulu saja. Ragam pemanfaatan DAS
Cisadane wilayah hulu erat kaitannya dengan pemanfaatan sumber air baku dan
budidaya pertanian (padi dan ikan). Masyarakat masih memanfaatkan kejernihan
air pegunungan di Sungai Ciapus (Sub DAS Cisadane) dijadikan sumber air baku
untuk memenuhi kebutuhan sehari-hari khususnya minum dan memasak.
Pemanfaatan lain yang digunakan untuk memenuhi kebutuhan air untuk budidaya
pertanian. Kondisi bantaran sungai dalam DAS Cisadane juga terdapat
penambangan tradisional yang dikelola oleh masyarakat, sebagian besar mereka
memanfaatkan untuk menambang pasir dan batu belah. Kebutuhan air meningkat
seiring dengan peningkatan jumlah penduduk yang dicirikan meningkatnya
jumlah pemukiman.

Gambar 3 Kondisi tutupan lahan DAS Cisadane berdasarkan Peta Liputan Lahan
Tahun 1999

7

Gambar 4 Kondisi tutupan lahan DAS Cisadane berdasarkan Peta Liputan Lahan
Tahun 2006

8

Gambar 5 Kondisi tutupan lahan DAS Cisadane berdasarkan Peta Liputan Lahan
Tahun 2009

9

Gambar 6 Kondisi tutupan lahan DAS Cisadane berdasarkan Peta Liputan Lahan
Tahun 2012
Banyaknya kegiatan manusia di dalam bentang alam DAS Cisadane ini
memberikan kontribusi terhadap kerusakan DAS baik itu lahan maupun
sungainya. DAS bagian hulu mempunyai peran penting, terutama sebagai tempat
penyedia air untuk dialirkan ke bagian hilirnya. Secara ekologis, hal tersebut
berkaitan dengan ekosistem tangkapan air (catchment ecosystem) yang merupakan
rangkaian proses alami daur hidrologi. Perubahan tata guna lahan di DAS hulu
memberikan pengaruh yang cukup dominan terhadap peningkatan debit banjir
seperti yang terjadi di DAS Cisadane. Oleh karena itu, berdasarkan Keputusan
Menhut RI No. 328/Menhut-II/2009, pemerintah sudah menetapkan DAS
Cisadane masuk dalam DAS skala prioritas. Skala prioritas berarti bahwa DAS
harus diperhatikan pengelolaannya karena DAS sudah mengalami degradasi yang
cukup parah serta diperlukan upaya terpadu dalam pengelolaan DAS ini agar
fungsinya kembali seperti semula (Jamilah, 2011).

10

Kawasan Konservasi di sekitar
Pengertian kawasan konservasi kaitannya dengan kepentingan studi
identifikasi nilai konservasi tinggi keanekaragaman hayati ini adalah hutan
konservasi yang terdiri atas kawasan hutan suaka alam, kawasan hutan pelestarian
alam dan taman buru. Hal ini didasarkan pada Undang-undang Nomor 5 Tahun
1990 tentang Konservasi Sumberdaya Alam Hayati dan Ekosistemnya, Keputusan
Presiden Nomor 32 Tahun 1990 tentang Pengelolaan Kawasan Lindung, Undangundang Nomor 41 Tahun 1999 tentang Kehutanan dan Peraturan Pemerintah
Nomor 26 Tahun 2008 tentang Rencana Tata Ruang Wilayah Nasional.
Berdasarkan Peta Fungsi Kawasan dalam unit DAS areal Institut Pertanian Bogor
(Gambar 7) adalah kawasan Areal Pengunaan Lain (APL). Kawasan konservasi
yang terletak disisi selatan dan tenggara yakni Taman Nasional Gunung Halimun
Salak Hutan dan Taman Nasional Gunung Gede Pangrango.

Gambar 7 Peta Fungsi Kawasan dalam unit DAS Areal IPB berdasarkan Peta
Kawasan Hutan dan Perairan

11
Kondisi Tutupan Lahan
Sejak tahun 1789 yakni di jaman pemerintahan kolonial Belanda merupakan
areal perkebunan kopi. Oleh karena dianggap sebagai komuditas yang kurang
menguntungkan maka ditanam gula lalu beralih ke tanaman teh dan terakhir
Darmaga dijadikan areal perkebunan karet. Pada tahun 1961 Jurusan Kehutanan
IPB melakukan penanaman pohon-pohon kehutanan di sekitar belakang Mesjid
Al-Hurriyah memanjang di lereng dekat Sungai Ciapus sampai di Cangkurawok
dan kearah Cikabayan. Kemudian tahun 1968, sebagian areal dibangun Fakultas
Kehutanan dan sejak tahun 1983 pembangunan kampus IPB terus berkembang
pesat sampai sekarang (TPLP 2002).
Kajian kondisi tutupan lahan di dalam dan sekitar areal IPB Darmaga
didasarkan pada Citra Landsat Path/Row: 122/65 Tahun 1999, 2009, 2011 dan
2012 (Gambar 8 – 11). Berdasarkan citra tersebut, kondisi tutupan lahan di dalam
IPB yang dahulu merupakan perkebunan karet kini telah menjadi areal
pembangunan sarana dan prasarana IPB Darmaga mengakibatkan semakin
terfragmentasi areal bervegetasi. Fragmentasi tersebut menyebabkan Kampus IPB
Darmaga terbagi menjadi dua areal yaitu areal bervegetasi dan areal terbangun.

Gambar 8 Peta Liputan Lahan Tahun 1999 yang menunjukkan tutupan lahan
areal IPB

12

Gambar 9 Peta Liputan Lahan Tahun 2009 yang menunjukkan tutupan lahan
areal IPB.

Gambar 10 Peta Liputan Lahan Tahun 2011 yang menunjukkan tutupan lahan
areal IPB.

13

Gambar 11 Peta Liputan Lahan Tahun 2012 yang menunjukkan tutupan lahan
areal IPB
Perkembangan pembangunan Kampus IPB Darmaga juga dibarengi dengan
pertumbuhan pembangunan di daerah sekitar. Pada prinsipnya suatu kelompok
masyarakat akan lebih suka bermukim di daerah yang mempunyai kesuburan baik
untuk produksi atau tempat yang mempunyai akses yang mudah untuk
mendapatkan pekerjaan, fasilitas sosial seperti rumah sakit, hiburan dan lain-lain
(Suharyanto 2007). Dengan adanya Kampus IPB Darmaga, mendorong adanya
migrasi penduduk ke sekitar kampus. Sebagai konsekuensinya perkembangan
pemukiman di sekitar kampus berlangsung cepat. Kampus IPB Darmaga sendiri
masih memiliki ruang terbuka hijau relatif baik yang dapat menjadi areal penting
untuk habitat satwaliar.
Posisi Penting Kampus IPB Darmaga dalam Konservasi Keanekaragaman
Hayati
Posisi penting Kampus IPB Darmaga dalam konservasi keanekaragaman
hayati karena beberapa hal sebagai berikut :
(1) Kampus IPB Darmaga memiliki kekayaan flora dan fauna yang cukup
tinggi. Berdasarkan data yang sudah dikumpulkan, sedikitnya tercatat 232
jenis tumbuhan dari 73 Famili. Sedangkan jumlah jenis fauna sebanyak 87
spesies Burung dari 38 famili, 13 spesies Mamalia dari 11 famili, 12 jenis
Ampibi dari 4 famili dan 35 Spesies Reptil dari 12 famili.
(2) Kampus IPB Darmaga merupakan salah satu tempat sebagai jalur
lintasan/migrasi bagi burung-burung migran. Jenis-jenis burung tersebut
berasal dari bangsa Accipitridae yaitu Elang-alap nipon Accipiter gularis
dan Elang-alap cina Accipiter soloensis. Jika dilihat dari penyebaran lokal,
burung-burung tersebut merupakan pengunjung pada musim dingin
melewati dan mencari pakannya di Kampus IPB Darmaga. Aktivitas
tersebut terjadi setiap tahun pada bulan Oktober dalam jumlah yang besar.

14

(3)

Berdasarkan pada Keputusan Presiden Nomor 32 Tahun 1990 tentang
Pengelolaan Kawasan Lindung, bahwa di dalam Kampus IPB Darmaga
ditemukan kawasan sekitar danau yakni Danau/Situ Leutik. Kawasan ini
merupakan habitat penting bagi jenis-jenis burung air seperti Kowak-malam
kelabu Nycticorax nycticorax, Raja-udang meninting Alcedo meninting,
Cekakak jawa Halcyon cyanoventris, Cekakak belukar Halcyon smyrnensis,
dan Cekakak sungai Todirhamphus chloris.

Berdasarkan uraian di atas, maka kegiatan-kegiatan yang dilakukan oleh
pihak Kampus IPB Darmaga harus memastikan bahwa fungsi pendukung
keanekaragaman hayati yang terdapat di dalam Kampus IPB Darmaga dapat
terpelihara. Dampak-dampak langsung maupun tidak langsung, terkait dengan
pembangunan infrastruktur harus dipertimbangkan.
Hasil Identifikasi Nilai Konservasi Tinggi
Kawasan yang Mempunyai atau Memberikan Fungsi Pendukung
Keanekaragaman Hayati
Berdasarkan wawancara dengan masyarakat sekitar dan berdasarkan kajian
di lapangan mengenai fungsi kawasan sebagai pendukung keanekaragaman
hayati, kawasan lindung yang dapat diidentifikasi sesuai dengan peraturan
pemerintah Nomor 26 Tahun 2008 adalah : 1) kawasan perlindungan setempat,
yaitu sempadan sungai 2) kawasan lindung lainnya, yaitu kawasan pengungsian
satwa
Kawasan Perlindungan Setempat
a.

Sempadan Sungai
Kampus IPB Darmaga didasarkan hasil pengamatan lapangan diketahui
paling memiliki dua aliran sungai yang berada di sebelah utara IPB yaitu Sungai
Ciapus (Cikabayan) dan sebelah Barat IPB yaitu Sungai Cihideung. Kondisi
vegetasi sempadan Sungai Cihideung dan Sungai Ciapus (Cikabayan) relatif
sama. Secara umum sempadan sungai telah terbuka dan sedikit menyisakan
vegetasi berhabitus pohon. Sekitar sempadan sungai masih banyak ditemukan
jenis satwaliar yang menjadikan sungai sebagai tempat mencari makan dan
minum satwa. Meskipun kondisi sempadan relatif kurang baik karena adanya
aktivitas masyarakat yang mengambil batu dan pasir, sempadan sungai dapat
dikatakan masih menjadi lokasi yang cukup mendukung bagi keanekaragaman
hayati. Kondisi Sungai Cihideung dan Ciapus seperti disajikan pada Gambar 12
dan 13.

Gambar 12 Kondisi Sempadan Sungai Cihideung

15

Gambar 13 Kondisi Sempadan Sungai Ciapus
b.

Kawasan Sekitar Danau
Kampus IPB Darmaga memiliki sebuah Danau yang sering disebut Danau
LSI atau Situ Leutik. Kondisi sempadan kawasan Situ Leutik telah ditumbuhi oleh
pohon-pohon besar diantaranya Pinus merkusii, Pterocarpus indicus,
Stelechocarpus burahol, Gmelina arborea, Mimosops elengi, Caliandra
callothyrsus dan Paraserianthes falcataria. Di pulau kecil yang terlihat pada
musim kering juga dapat ditemukan Cocos nucifera. Kondisi sempadan tersebut
menjadi areal ini merupakan habitat penting bagi satwa liar khususnya jenis-jenis
burung air.
Kawasan lindung lainnya, yaitu kawasan pengungsian.
Kawasan pengungsian satwa berfungsi sebagai kantong satwa bila satwasatwa yang ada membutuhkan habitat lebih aman bagi kelangsungan hidupnya,
baik sebagai tempat mencari makan, berkembang biak, tempat istirahat dan
tempat bersarang. Lokasi yang teridentifikasi sebagai kawasan pengusian satwa
memilki kondisi tutupan vegetasi yang cukup baik, dimana mampu mendukung
keberlangsungan hidup jenis satwa di wilayah tersebut. Daerah yang
teridentifikasi sebagai kawasan pengungsian satwa dan jumlah jenisnya dijelaskan
pada Gambar 14.

Keterangan: ARL = Arboretum Lanskap, ABT = Arboretum Bambu & Hutan Tropika, HAH = Hutan AlHurriyah, HCK = Hutan Cikabayan, AFA = Arboretum Fahutan, TAS = Tegakan Sengon
Rektorat, TSR = Tegakan Asrama Sylva

Gambar 14 Jumlah jenis satwa di lokasi pengungsian satwa

16

Kawasan yang Merupakan Habitat bagi Populasi Spesies yang Terancam,
Penyebaran Terbatas atau Dilindungi yang Mampu Bertahan Hidup
Tujuan identifikasi kawasan ini adalah mengelola habitat di dalam atau di
dekatnya bagi populasi spesies yang terancam, penyebaran terbatas atau
dilindungi oleh Pemerintah Indonesia. Spesies yang perlu dipertimbangkan dalam
NKT 1.3 adalah sebagai berikut :
(1) Terancam (endangered) atau rentan (vulnerable) di Daftar Merah IUCN
(2) Penyebaran terbatas pada tingkat suatu pulau atau bagian darinya (restricted
range species)
(3) CITES Appendix 1 dan 2
(4) Populasi yang mampu bertahan hidup dari spesies terancam punah (critically
endangered)
(5) Dilindungi oleh Pemerintah Indonesia di bawah Undang-Undang Nomor 5
tahun 1990 tentang Konservasi Keanekaragaman Hayati dan Ekosistemnya
dan hukum serta peraturan di bawahnya diantaranya dalam PP No 7 tahun
1999 tentang Pengawetan Jenis Tumbuhan dan Satwa
Tumbuhan
Berdasarkan hasil pengamatan lapangan, baik pengamatan langsung di
lapangan maupun wawancara dengan masyarakat sedikitnya tercatat 232 jenis
tumbuhan dari 75 Famili. Daftar Jumlah jenis tumbuhan di disajikan pada
Lampiran 1. Hasil analisa status kelangkaan dari jenis tumbuhan yang telah
teridentifikasi berdasarkan pada Daftar Merah (Red List) IUCN Tahun 2012,
CITES Tahun 2012 dan Peraturan Pemerintah Nomor 7 Tahun 1999 diketahui
bahwa terdapat jenis-jenis tumbuhan dengan kategori langka/dilindungi, seperti :
(1)

(2)

(3)
(4)

Kategori hampir punah (Critical Endangered), yaitu Shorea seminis
Kategori Terancam (Endangered) yaitu Shorea leprosula dan Swietenia
mahagoni (L.) Jacq
Kategori Rentan (Vulnerable) yaitu Agathis dammara, Dalbergia latifolia
Roxb., Diospyros celebica Bakh, Eusideroxylon zwageri, Swietenia
macrophylla King.
Kategori CITES Appendix 1 dan 2 yaitu Swietenia macrophylla King. dan
Swietenia mahagoni (L.) Jacq
Dilindungi berdasarkan Peraturan Pemerintah No 7 Tahun 1999, yaitu jenis
Shorea pinanga dapat dijumpai di Arboretum Fahutan

Jenis tumbuhan yang dilindungi tersebut bukan tumbuhan asli di kampus
IPB Darmaga akan tetapi adalah jenis-jenis yang ditanam ketika Darmaga
ditetapkan sebagai lokasi kampus IPB. Keseluruhan jenis tersebut adalah jenisjenis yang telah mampu bertahan hidup apabila daerah tempat hidup masih dapat
dipertahankan kondisinya, maka keberadaan jenis ini dapat dipertahankan dalam
jangka panjang. Diantara jenis tumbuhan dilindungi yang dijumpai, ditemukan
adanya jenis yang tergolong terancam punah (Critical Endangered - CR) menurut
daftar merah (Red List Data Book) IUCN (2012). Jenis tersebut adalah dari jenis
tumbuhan, yaitu balau Shorea seminis. Balau adalah pohon khas Kalimantan
yang dapat dijumpai di Arboretum Fakultas Kehutanan IPB dan pernah dilakukan
penanaman bibit jenis ini. Sebaran dan daftar jenis tumbuhan yang dilindungi
disajikan pada Tabel 1.

17
Tabel 1 Status konservasi jenis tumbuhan di Kampus IPB Darmaga
Status
Nama Lokal

Nama Latin

Famili

CITES

PP No 7
/1999

Fabaceae

VU

-

-

Ebenaceae

VU

-

-

Lauraceae

VU

-

-

AFA

Dipterocarpaceae

EN

-

-

AFA,
ABT

Dipterocarpaceae

-

-

V

AFA

Meranti
merah

Dalbergia latifolia
Roxb.
Diospyros
celebica Bakh.
Eusideroxylon
zwageri
Shorea leprosula
Miq.
Shorea pinanga
R.Scheffer

Balau

Shorea seminis

Dipterocarpaceae

CR

-

Mahoni
daun lebar

Swietenia
macrophylla King.

Meliaceae

VU

APP II

-

Mahoni
daun kecil

Swietenia
mahagoni (L.)
Jacq.

Meliaceae

EN

APP II

-

Sonokeling
Eboni
Ulin
Meranti

Lokasi
Temuan

IUCN

HCK,
ARL
ABT,
HAH

AFA,
ABT
AFA,
HCK,
ABT
HCK

Keterangan:, HCK = Hutan Cikabayan, ARL = Arboretum Lanskap, ABT = Arboretum Bambu & Hutan
Tropika, HAH = Hutan Al-Hurriyah, AFA = Arboretum Fahutan

Burung
Berdasarkan pengamatan langsung dan pengkajian data sekunder diperoleh
sebanyak 87 jenis burung dari 38 famili. Berdasarkan hasil analisis, di lokasi studi
ditemukan 19 jenis burung dari enam famili yang teridentifikasi masuk dalam
Spesies yang Terancam, Penyebaran Terbatas atau Dilindungi yang Mampu
Bertahan Hidup. Keseluruhan jenis termasuk dalam daftar jenis yang dilindungi
oleh hukum Indonesia yakni berdasarkan PP No 7 tahun 1999. Penetapan suatu
jenis tumbuhan dan satwa wajib ditetapkan dalam golongan yang dilindungi
apabila telah memenuhi kriteria: mempunyai populasi yang kecil, adanya
penurunan yang tajam pada jumlah individu di alam, daerah penyebaran yang
terbatas (endemik). Kampus IPB Darmaga saat ini merupakan lokasi yang
digunakan oleh jenis-jenis burung, khususnya burung yang dilindungi sebagai
tempat mencari pakan.Jenis-jenis dari Famili Accipitridae yakni jenis elang-alap
cina Accipiter soloensis dan elang-alap besra Accipiter virgatus adalah pemangsa
untuk kodok, kadal serta jenis-jenis burung kecil yang masih banyak terdapat di
dalam lokasi penelitian. Untuk jenis dari famili Alcedinidae seperti jenis cekakak
belukar Halcyon smyrnensis adalah mencari lahan yang relatif terbuka serta
sungai sebagai tempat untuk mencari pakan. Cekakak jawa Halcyon cyanoventris
memiliki kebiasaan bertengger pada pohon yang memiliki cabang relatif rendah,
dimana serangga dan mangsa lain sebagai pakannya. Berdasarkan uraian tersebut
Kampus IPB Darmaga masih terdapat lokasi yang cukup baik untuk habitat
burung yang dilindungi baik itu untuk lokasi mencari pakan maupun untuk
bersarang. Daftar jenis dan lokasi temuan jenis burung yang ditemukan dijelaskan
pada Tabel 2 dan Lampiran 2.

18

Tabel 2 Status konservasi jenis Burung di Kampus IPB Darmaga
Status
Nama Lokal
Elang hitam
Elang-alap
besra
Elang-alap
Cina
Elang-alap
jambul
Elang-alap
Nipon
Elang-ular
bido
Sikep-madu
Asia
Cekakak
belukar
Cekakak
Jawa
Cekakak
sungai
Raja-udang
meninting
Kuntul besar
Kuntul kecil
Alap-alap
sapi
Burungmadu
belukar
Burungmadu kelapa
Burungmadu
sriganti
Pijantung
kecil
Kipasan
belang

Nama Latin

Famili

Lokasi
Temuan

IUCN

CITES

PP No 7
/1999

Accipitridae

-

-



Accipitridae

-

-



HCK, SSCC

Accipitridae

-

-



HCK, SSCC

Accipitridae

-

-



HCK

Accipitridae

-

-



HAH, HCK

Accipitridae

-

-



HCK, TAS

Accipitridae

-

-



HCK, TAS

Alcedinidae

-

-



ARL, SSCC

Alcedinidae

-

-



Alcedinidae

-

-



Alcedinidae

-

-



Ardeidae

-

-



ARL,HCK,DL
SL, SSCC
ARL,HCK,DL
SL, SSCC
ARL,DLSL,
SSCC
DLSL, SSCC

Ardeidae

-

-



DLSL, SSCC

Falconidae

-

-



HAH

Anthreptes
singalensis

Nectariniidae

-

-



HCK

Anthreptes
malacensis

Nectariniidae

-

-



Hampir
Seluruh Lokasi

Nectarinia
jugularis

Nectariniidae

-

-



Hampir
Seluruh Lokasi

Arachnothera
longirostra

Nectariniidae

-

-



HCK,SSCC

Rhipidura
javanica

Rhipiduridae

-

-



ARL,HCK,DL
SL, TAS,
SSCC

Ictinaetus
malayensis
Accipiter
virgatus
Accipiter
soloensis
Accipiter
tyivirgatus
Accipiter
gularis
Spilornis
cheela
Pernis
ptilorhynchus
Halcyon
smyrnensis
Halcyon
cyanoventris
Todirhamphu
s chloris
Alcedo
meninting
Egretta alba
Egretta
garzetta
Falco
moluccensis

HCK, TAS,
SSCC

Keterangan:, HAH = Hutan Al-Hurriyah, TAS = Tegakan Asrama Sylva, SSCC = Sempadan Sungai
Cihideung & Cikabayan HCK = Hutan Cikabayan, ARL = Arboretum Lanskap, DLSL = Danau LSI/Situ
Leutik

19
Mamalia
Berdasarkan pengamatan langsung dan pengkajian data sekunder diperoleh
sebanyak 13 jenis mamalia dari 10 famili Berdasarkan hasil analisis, di lokasi
studi ditemukan dua jenis mamalia yang teridentifikasi masuk dalam Spesies yang
Terancam, Penyebaran Terbatas atau Dilindungi yang Mampu Bertahan Hidup.
Daftar jenis mamalia yang dilindungi dijelaskan pada Tabel 3. Jenis landak jawa
secara alaminya hidup di hutan alam telah adaptif di lahan budidaya. Bila melihat
dari sumber pakan jenis ini adalah buah-buahan yang jatuh, akar-akaran dan tunas
masih mencukupi untuk didapatkan di sekitar lokasi studi akan tetapi tingginya
tingkat perburuan terhadap jenis ini menjadikan perhatian khusus terhadap
keberadaannya. Jenis lain yang dilindungi dan terancam keberadaannya adalah
monyet ekor panjang yang merupakan jenis satwa lain yang menjadi target
buruan. Keberadaan salah jenis yang masuk dalam ordo primata ini dianggap
sebagai hama dikarenakan keberadaannya sudah memasuki ke pemukiman
warga. Populasi monyet ekor panjang tersebut yang semakin meningkat tetapi
tidak diimbangi dengan ketersediaan pakan yang tersedia di arboretum sehingga
sekelompok satwa tersebut memperlebar wilayah jelajah dalam mencari sumber
pakan lainnya yakni ke pemukiman warga. Jumlah jenis dan distribusi jenis
mamalia di setiap titik pengamatan disajikan pada Lampiran 3.
Tabel 3 Status konservasi jenis Burung Mamalia di Kampus IPB Darmaga
Status
Nama Lokal
Landak Jawa
Monyet Ekor
Panjang

Nama Latin
Hystrix
javanica
Macaca
fascicularis

Famili

IUCN

CITES

PP No 7
/1999

Hystricidae

-

-

V

Cercopithecidae

-

App II

-

Lokasi
Temuan
HAH, HCK,
TAS, SSCC
ABT,
HCK,SSCC

Keterangan:, HAH = Hutan Al-Hurriyah, HCK = Hutan Cikabayan, TAS = Tegakan Asrama Sylva, ABT =
Arboretum Bambu & Hutan Tropika, SSCC = Sempadan Sungai Cihideung & Cikabayan

Reptil dan Amfibi
Berdasarkan pengamatan langsung dan pengkajian data sekunder diperoleh
sebanyak 12 jenis amfibi dari 4 famili dan 35 Spesies reptil dari 12 famil.
Berdasarkan hasil analisis, di lokasi studi ditemukan empat jenis dari kelas Reptil
yang teridentifikasi masuk dalam spesies yang terancam, penyebaran terbatas atau
dilindungi yang mampu bertahan hidup (Tabel 4). Keseluruhan jenis yang
dilindungi berdasarkan daftar jenis CITES Appendix II dan satu jenis yang
dilindungi juga berdasarkan daftar merah IUCN yakni
kategori Rentan
(vulnerable). Kampus IPB Darmaga masih merupakan habitat yang cukup baik
untuk jenis reptil khususnya jenis yang dilindungi. Jenis reptil yang dijumpai
dapat dikatakan telah adaptif dimana jenis-jenis ini tidak hanya ditemukan di
areal-areal berhutan yang ada di kampus IPB tetapi juga dapat dijumpai di lokasilokasi gedung perkuliahan ataupun perumahan. Ancaman utama keberadaan jenis
adalah perburuan, hal ini dikarenakan jenis reptil khususnya ular diangap sebagai
satwaliar yang membahayakan manusia. Secara keseluruhan di lokasi penelitian
masih dapat dijumpai lokasi yang ideal bagi habitat untuk jenis-jenis satwaliar
dari kelas reptil ini. Jumlah jenis dan distribusi jenis reptil dan amfibi di setiap
titik pengamatan disajikan pada Lampiran 4.

20

Tabel 4 Status konservasi jenis Reptil di Kampus IPB Darmaga
Nama
Lokal
Ular
Anang
Ular
Sendok
Ular
Sanca
Biawak
Air

Status
Nama Latin

Famili

IUCN

CITES

PP No 7
/1999

Lokasi Temuan

Ophiophagus
hannah

Elapidae

VU

App II

-

HCK

Naja naja

Elapidae

-

App II

-

Hampir seluruh
lokasi

Python
reticulatus
Varanus
salvator

Pythonidae/
Boidae

-

App II

-

ABT,SSCC,HAH

Varanidae

-

App II

-

AHT,SSCC,DLSL

Keterangan: HCK = Hutan Cikabayan, HAH = Hutan Al-Hurriyah, ABT = Arboretum Bambu & Hutan
Tropika, SSCC = Sempadan Sungai Cihideung & Cikabayan, DLSL = Danau LSI/Situ Leutik

Kawasan yang Merupakan Habitat Bagi Spesies atau Sekumpulan Spesies
yang Digunakan Secara Temporer
Tujuan utama dari identifikasi kawasan ini adalah untuk mengidentifikasi
habitat kunci dalam sebuah bentang alam dimana terdapat kumpulan individu
atau sekelompok spesies yang digunakan secara temporer. Beberapa contoh dari
habitat kunci tersebut adalah: (1) tempat untuk berkembang biak atau bersarang,
seperti gua atau habitat lahan basah bagi beberapa spesies burung, kelelawar atau
reptil; (2) tempat yang ada di sepanjang jalur migrasi utama; (3) jalur pergerakan
lokal satwa (koridor) di mana individu dapat bergerak diantara ekosistem yang
berbeda dalam upaya mencari makanan dengan ketersediaan secara musiman; (4)
sebuah tempat berlindung (refugium) bagi suatu spesies pada saat musim panas
yang panjang, banjir, ataupun kebakaran lahan.
Berdasarkan hasil pengamatan di lapangan di areal kampus IPB Darmaga
terdapat beberapa areal yang digunakan temporer oleh spesies-spesies satwaliar.
Habitat kunci yang terdapat di areal kampus IPB Darmaga adalah:
(1) Areal bervegetasi yang masih memiliki penutupan tajuk yang relatif rapat
dengan kanopi tinggi (Sempadan Sungai Cihedeung dan Sungai Ciapus,
Hutan Al-huriyah, Hutan Cikabayan). Kondisi ini sering digunakan oleh
beberapa jenis satwa khususnya burung sebagai tempat bertengger untuk
beristirahat atau mencari makan. Beberapa jenis burung yang menjadikan
areal tersebut secara temporer adalah dari jenis dari famili Accipitridae.
Terdapat dua (2) Jenis burung dari famili Accipitridae yang bersifat migran
yakni Accipiter soloensis, dan Accipiter gularis.
(2) Habitat basah yang digunakan oleh jenis burung sebagai cover yang
digunakan secara temporer oleh jenis Nycticorax nycticorax yakni di Danau
LSI/Situ Leutik. Burung ini memiliki kebiasaan, yaitu di siang hari
beristirahat di atas pohon, dimana bersarang dalam koloni di pohon. Pada
malam hari mencari makan di sawah, padang rumput, dan di pinggir sungai
(Mackinnon et al 1998). Aktivitas Harian burung yang mengunakan Danau
LSI sebagai tempat beristirahat pada pagi hingga sore hari memenuhi
kriteria areal ini sebagai habitat temporer.
Jenis-jenis satwaliar yang teridentifikasi menggunakan areal Kampus IPB
Darmaga sebagai bagian dari habitatnya umumnya adalah jenis-jenis burung
Jenis-jenis tersebut disajikan pada Tabel 5.

21
Tabel 5 Jenis satwaliar yang menggunakan Kampus IPB sebagai habitat Temporer
Nama Lokal

Nama Latin

Famili

Lokasi Temuan

Elang hitam

Ictinaetus
malayensis

Accipitridae

HCK, TAS,
SSCC

Elang-alap besra

Accipiter virgatus

Accipitridae

HCK, SSCC

Elang-alap Cina

Accipiter soloensis

Accipitridae

HCK, SSCC

Elang-alap jambul

Accipiter tyivirgatus Accipitridae

HCK

Elang-alap Nipon

Accipiter gularis

Accipitridae

HAH, HCK

Elang-ular bido

Spilornis cheela

Accipitridae

HCK, TAS

Sikep-madu Asia

Pernis ptilorhynchus Accipitridae

HCK, TAS

Kowak-malam
kelabu

Nycticorax
nycticorax

DLSL

Ardeidae

Sifat Temporer
Tajuk untuk
Bertengger
Tajuk untuk
Bertengger
Migran/Tajuk untuk
Bertengger
Tajuk untuk
Bertengger
Migran/Tajuk untuk
Bertengger
Tajuk untuk
Bertengger
Tajuk untuk
Bertengger
Cover/Bersarang

Keterangan: HCK = Hutan Cikabayan, HAH = Hutan Al-Hurriyah, SSCC = Sempadan Sungai Cihideung &
Cikabayan, DLSL = Danau LSI/Situ Leutik

Luasan dan Deliniasi Nilai Konservasi Tinggi di Areal Kampus IPB
Darmaga
Hasil analisis dan berdasarkan hasil pengolahan peta, Kampus IPB Darmaga
teridentifikasi terdapat areal yang bernilai konservasi tinggi dengan luas ± 65,11
hektar atau sekitar 25,34 % dari luasan total areal yakni ± 256,97 hektar.
Keberadaan dan peta kawasan bernilai konservasi tinggi secara rinci didisajikan
pada Tabel 6 dan Gambar 15.
Tabel 6 Kawasan bernilai konservasi Tinggi di Kampus IPB Darmaga
No

Areal NKT

Atribut NKT

1
2
3
4

Hutan Cikabayan
Hutan Al Huriah
Tegakan Asrama Sylva
Arboretum Landskap

A, B, C
A, B, C
A, B,
A,B

Luas
(ha)
14.53
7.74
1.94
4.18

5
6
7
8

Arboretum Bambu & Hutan Tropika
SempadanDanau LSI/Situ Leutik
Arboretum Fahutan
Tegakan Sengon Rektorat

A,B
A, B, C
A,B
A

6.37
1.80
0.55
4.12

9
10

Sempadan S. Cihideung
Sempadan S. Ciapus
Total

A, B, C
A, B, C

14.12
9.76
65.11

Keterangan: A = kawasan yang mempunyai atau memberikan fungsi pendukung keanekaragaman hayati, B =
kawasan yang merupakan habitat bagi populasi spesies yang terancam, penyebaran terbatas atau dilindungi
yang mampu bertahan hidup, C = kawasan yang merupakan habitat bagi spesies atau sekumpulan spesies
yang digunakan secara temporer

22

Gambar 15 Peta kawasan bernilai konservasi tinggi di Kampus IPB Darmaga

23

Ancaman Kelestarian Nilai Konservasi tinggi
Berbagai macam aktivitas yang dilakukan di dalam kampus IPB Darmaga
antara lain: kegiatan akademik mahasiswa, pejalan kaki, berkendaraan,
berolahraga, pengembalaan liar, pengambilan rumput, pengerukan tanah,
pengambilan pasir sungai, penyadapan getah karet, perawatan kelapa sawit,
kegiatan outbond, perburuan, dan pembangunan gedung prasarana kampus.
Beberapa aktifitas-aktifitas manusia tersebut terutama perburuan dan
pembangunan dapat mengganggu dan mengancam keberadaan keanekaragaman
hayati khususnya untuk jenis-jenis fauna baik langsung maupun tidak langsung.
Berikut adalah aktivitas perburuan dan pembangunan yang terdapat di Kampus
IPB Darmaga.
Perburuan
Secara keseluruhan terdapat beberapa jenis yang menjadi target buruan,
antara lain: Hystrix javanica, Tupaia javanica, dan Macaca fascicularis pada
kelas mamalia. sedangkan pada kelas burung yang sering diburu adalah jenis
Pycnotus aurigates, Lanius scliach, Oriolus chinensis dan Centropus sinensis.
Kelas reptil yang sering kali menjadi incaran perburuan adalah jenis Varanus
salvator dan Phyton reticulatus.
Berdasarkan hasil wawancara T.javanica dan M.fascicularis diburu karena
menjadi hama pengganggu bagi tanaman di sekitar perumahan warga. Perburuan
kedua satwa tersebut dilakukan dengan menggunakan senapan angin. Berdasarkan
hasil wawancara dengan warga setempat, T.Javanica menjadi hama bagi tanaman
perkebunan seperti hama bagi tanaman pisang karena sering memakan bunga atau
jantung tanaman pisang. Sedangkan M.fascicularis sering memasuki areal
pemukiman di sekitar Arboretum Bambu & Hutan Tropika dan mengganggu
sehingga di buru warga. Perburuan H.javanica dilakukan atas dasar keperluan
ekonomi dimana hasil tangkapan nantinya akan dijual. Sama halnya dengan hasil
buruan dari kelas reptil dan aves dimana jenis yang ditangkap nanti akan dijual ke
pasar-pasar perdagangan satwa atau kepada orang-orang yang telah memesankan
jenis yang akan ditangkap.
Pembangunan
Adanya pengembangan pembangunan gedung (sarana dan prasarana
kampus) dapat menyebabkan penyempitan dan perusakan habitat di Kampus IPB
Darmaga. Kegiatan pembangunan di Kampus IPB Darmaga merupakan
pembangunan kampus tahap III periode tahun 2010-2030 yang diresmikan pada
tanggal 5 Oktober 2011 oleh rektor IPB. Berdasarkan revisi master plan 2011,
kegiatan pembangunan ini terbagi ke dalam tiga paket yaitu: Paket I adalah
pembangunan gedung pendidikan seperti pembangunan ruang kuliah,
laboratorium, fasiltas olahraga, dan fasilitas lainnya; Paket II adalah pembangunan
gedung perpustakaan IPB; dan Paket III adalah penambahan nilai atau rehabilitasi
gedung pendidikan (Munawaroh 2011). Pada saat ini pembangunan tersebut
masih berlangsung dan beberapa ada yang telah selesai seperti pembangunan
ruang kuliah.
Satwaliar pada prinsipnya membutuhkan ruang gerak yang luas tetapi
dengan adanya pembangunan dapat menyebabkan ruang geraknya semakin
terbatas sehingga satwa dapat lari dan berpindah ke tempat lain. Hal tersebut
sangat beresiko karena kepindahan satwa tersebut keseimbangan dapat

24

menyebabkan kematian satwa itu sendiri. Kegiatan pengembangan pembangunan
Kampus IPB Darmaga berpengaruh terhadap ekosistem yang mengakibatkan
penyempitan habitat satwaliar sehingga terjadi pegurangan makanan dan cover
yang sangat dibutuhkan satwa demi kelangsungan hidupnya. Saat ini jenis
H.javanica adalah satwa yang kondisinya semakin terancam dikarenakan kegiatan
perburuan menjadi ancaman terbesarnya. Contoh lainnya akibat dari kegiatan
perburuan dan pengembangan pembangunan di Kampus IPB Darmaga adalah
sudah tidak ditemukan lagi beberapa jenis satwa liar pada saat penelitian ini
dilakukan. Menurut data Hernowo et al. (1991), terdapat 14 jenis mamalia yang
ditemukan, dua diantaranya adalah satwa langka yaitu Felix bengalensis dan
Manis javanica. Kedua jenis satwaliar tersebut merupakan bukti nyata telah
hilangnya beberapa jenis satwaliar akibat adanya kegiatan perburuan dan kegiatan
pembangunan di Kampus IPB Darmaga.
Implikasi Pengelolaan Nilai Konservasi Tinggi
Beberapa permasalahan yang terjadi di Kampus IPB Darmaga yaitu makin
tingginya ancaman terhadap keanekaragaman hayati. Faktor tersebut berkaitan
dengan perubahan tutupan hijau di Kampus IPB Darmaga yang cenderung
menurun. Salah satu penyebabnya karena adanya aktifitas pembangunan gedunggedung untuk kegiatan belajar mengajar. Berkurangnya tutupan hijau di kampus
IPB Darmaga akan berdampak langsung terhadap tingkat kekayaan maupun
keanekaragaman hayati. Selain pembangunan, ancaman lain yang dapat menekan
tingkat keanekaragaman hayati di Kampus IPB Darmaga adalah perburuan.
Perburuan sangat berkaitan erat dengan spesies-spesies yang dianggap
mempunyai nilai ekonomi tinggi dan di dalamnya terdapat jenis-jenis yang
dilindungi oleh pemerintah. Hasil penelitian menunjukkan ada beberapa lokasi
mempunyai karakteristik seperti hutan alam yaitu di Hutan Al Huriyah dan Hutan
Cikabayan. Kondisi ini cocok untuk habitat berbagai jenis satwa seperti kelompok
burung-burungan, herpetofauna maupun mamalia. Areal ini merupakan tempat
mengumpulnya berbagai satwaliar. Oleh karena itu, maka keberadaan
dipertahankan keberadaannya dan keasliannya. Areal ini dibiarkan berkembang
secara alami.
Permasalahan lain yang harus dicermati bahwa lokasi Kampus IPB Darmaga
berada pada pemukiman yang padat. Keadaaan tersebut akan berdampak langsung
terhadap menurunnya kualitas udara dan meningkatnya pencemaran air. Dengan
demikian, Kampus IPB Darmaga memiliki peran penting untuk mengurangi
dampak tersebut dengan cara mempertahankan lokasi-lokasi yang mengandung
Nilai Konservasi Tinggi seperti Arboretum Lanskap, Arboretum Hutan Tropika,
Hutan Cikabayan dan Hutan Al-Huriyah untuk menjaga kualitas udara dengan
cara menyerap dan menjerap partikel timbal dan debu yang berasal dari kendaraan
bermotor.
Upaya untuk meningkatkan kualitas dan kuantitas air permukaan maupun air
tanah, perlu dilakukan pengelolaan dengan cara mempertahankan dan
memperkaya jenis tumbuhan pada lokasi yang berdekatan dengan badan-badan air
yang juga merupakan kawasan lindung yakni sempadan Danau/Situ Leutik,
sempadan Sungai Cihideung, sempadan Sungai Ciapus (Hutan Cikabayan). Areal
sekitar sempadan sungai perlu dilakukan rehabilitasi sempadan yang bertujuan

25
untuk mencegah terjadinya longsoran tanah masuk sungai sehingga tidak terjadi
pengikisan. Jenis tanaman yang dikembangkan untuk keperluan ini adalah jenis
tanaman yang mempunyai perakaran kuat sekaligus dapat berfungsi sebagai
habitat satwaliar yaitu jenis tanaman yang dapat menghasilkan pakan satwa.
Satwaliar menyukai habitat pohon-pohonan dekat sumber air, karena satwa
sekaligus mencari air minum. Sesuai peraturan perundangan untuk sungai dengan
lebar kurang 30 m, maka lebar sempadan adalah selebar 50 m. Areal sekitar
sempadan danau dibuatkan buffer berupa jalur hijau yang ditanami dengan
berbagai jenis tanaman yang berfungsi untuk konservasi tanah dan air, juga
berfungsi dalam keanekaragaman hayati. Tujuan pembuatan buffer adalah untuk
mempertahankan fungsi danau.
Di areal Kampus IPB Darmaga, terdapat tempat berbagai pohon ditanam dan
dikembangbiakkan untuk tujuan penelitian dan pendidikan berupa arboterum yaitu
Arboretum Lanskap, Arboretum Fahutan Arboretum Bambu dan Hutan Tropika.
Sesuai dengan tujuan dari keberadaan areal ini harus dipertahankan atau
ditingkatkan fungsinya. Hal lain yang perlu dilakukan dengan pengelolaan areal
ini adalah perlu ditingkatkannya fasilitas dan papan interpretasi serta penataan
lansekap yang lebih memadai untuk program agroedutourism.
Selain itu, lokasi-lokasi tersebut apabila dipertahankan akan mem