Hubungan Tingkat Kecukupan Gizi Dan Aktivitas Fisik Terhadap Kebugaran Fisik Pada Siswa Sman 1 Sungai Apit

HUBUNGAN TINGKAT KECUKUPAN GIZI DAN
AKTIVITAS FISIK TERHADAP KEBUGARAN
FISIK PADA SISWA SMAN 1 SUNGAI APIT

YESSY NIARTY

DEPARTEMEN GIZI MASYARAKAT
FAKULTAS EKOLOGI MANUSIA
INSTITUT PERTANIAN BOGOR
BOGOR
2014

PERNYATAAN MENGENAI SKRIPSI DAN
SUMBER INFORMASI SERTA PELIMPAHAN HAK CIPTA
Dengan ini saya menyatakan bahwa skripsi berjudul Hubungan Tingkat
Kecukupan Gizi dan Aktivitas Fisik terhadap Kebugaran Fisik pada Siswa SMAN
1 Sungai Apit adalah benar karya saya dengan arahan dari komisi pembimbing
dan belum diajukan dalam bentuk apa pun kepada perguruan tinggi mana pun.
Sumber informasi yang berasal atau dikutip dari karya yang diterbitkan maupun
tidak diterbitkan dari penulis lain telah disebutkan dalam teks dan dicantumkan
dalam Daftar Pustaka di bagian akhir skripsi ini.

Dengan ini saya melimpahkan hak cipta dari karya tulis saya kepada Institut
Pertanian Bogor.
Bogor, Juni 2014
Yessy Niarty
NIM I14100122

ABSTRAK
YESSY NIARTY. Hubungan Tingkat Kecukupan Gizi dan Aktivitas Fisik
terhadap Kebugaran Fisik pada Siswa SMAN 1 Sungai Apit. Dibimbing oleh
HADI RIYADI.
Penelitian ini bertujuan untuk menganalisis hubungan antara tingkat
kecukupan gizi dan aktivitas fisik terhadap kebugaran fisik pada siswa SMA
Negeri 1 Sungai Apit, Riau. Desain yang digunakan dalam penelitian ini adalah
cross sectional study dengan jumlah responden 66 siswa berusia 14-17 tahun.
Penelitian dilakukan di Kecamatan Sungai Apit, Kabupaten Siak, Provinsi Riau
pada bulan Februari-Maret 2014. Hasil penelitian menunjukkan terdapat
hubungan negatif yang signifikan antara jenis kelamin dengan tingkat kebugaran
(p=0.000, r=-0.752). Namun, tidak terdapat hubungan yang signifikan antara umur,
berat badan, serta tinggi badan terhadap tingkat kebugaran (p>0.05). Terdapat
hubungan negatif yang signifikan (p=0.000, r=-0.429) antara status gizi dengan

tingkat kebugaran. Terdapat hubungan yang tidak signifikan antara tingkat
kecukupan energi, protein, lemak, karbohidrat, kalsium, zat besi, dan vitamin C
dengan tingkat kebugaran (p>0.05). Namun, terdapat hubungan positif yang
signifikan antara aktivitas fisik dengan tingkat kebugaran (p=0.000, r=0.878).
Kata kunci: Aktivitas fisik, kebugaran fisik, remaja, tingkat kecukupan gizi.

ABSTRACT
YESSY NIARTY. Relation of Nutrient Adequacy Level and Physical Activity on
Physical Fitness of Senior High School Students in SMAN 1 Sungai Apit.
Supervised by HADI RIYADI.
This research, therefore, aimed to analyze a relationship between nutrient
adequacy level and physical activity on physical fitness among Senior High
School students in SMA Negeri 1 Sungai Apit, Riau. The design used in this
research was cross sectional study and the number of respondents were 66
students of 14 – 17 years old. This research was conducted in District of Sungai
Apit, Regency of Siak, Province of Riau on February – March 2014. Hence, the
finding of research is that there is a significantly negative relation of sex and
fitness extent (p=0.000, r=-0.752). However, there is no significance relation
between age, weight, and height on the level of fitness (p>0.05). In addition, there
is a significant negative correlation (p=0.000, r=-0.429) between nutritional

status and the level of fitness. There is no significance correlation between
adequacy level of energy, protein, fat, carbohydrate, calcium, zinc, and vitamin C
with the level of fitness (p>0.05). Yet, there is a significant positive correlation
between physical activity and the extent of fitness (p=0.000, r=0.878).
Keywords: Adolescent, nutrient adequacy level, physical activity, physical fitness.

HUBUNGAN TINGKAT KECUKUPAN GIZI DAN
AKTIVITAS FISIK TERHADAP KEBUGARAN
FISIK PADA SISWA SMAN 1 SUNGAI APIT

YESSY NIARTY

Skripsi
sebagai salah satu syarat untuk memperoleh gelar
Sarjana Gizi
dari Program Studi Ilmu Gizi pada
Departemen Gizi Masyarakat

DEPARTEMEN GIZI MASYARAKAT
FAKULTAS EKOLOGI MANUSIA

INSTITUT PERTANIAN BOGOR
BOGOR
2014

PRAKATA
Puji dan syukur penulis panjatkan kepada Allah subhanahu wa ta’ala atas
segala karunia-Nya sehingga skripsi yang berjudul Hubungan Tingkat Kecukupan
Gizi dan Aktivitas Fisik terhadap Kebugaran Fisik pada Siswa SMAN 1 Sungai
Apit dapat diselesaikan. Skripsi ini merupakan salah satu syarat bagi penulis
untuk memperoleh gelar Sarjana Gizi pada Departemen Gizi Masyarakat, Fakultas
Ekologi Manusia, Institut Pertanian Bogor. Penulis ingin mengucapkan terima
kasih yang sebesar-besarnya kepada kepada:
1. Bapak Dr. Ir. Hadi Riyadi, MS selaku dosen pembimbing skripsi yang telah
memberikan banyak saran dan masukan pada skripsi sejak awal penelitian
hingga penyelesaian skripsi.
2. Ibu Leily Amalia Furkon, S. TP, M. Si selaku dosen pemandu seminar dan
penguji yang telah memberikan banyak saran dan masukan pada skripsi
3. Kepala sekolah, guru-guru, staff serta siswa-siswi SMAN 1 Sungai Apit
yang telah memberikan kesempatan serta membantu dalam pelaksanaan
penelitian.

4. Mama, papa, adik serta seluruh keluarga atas segala doa, dukungan, dan
kasih sayangnya.
5. Sahabat selama penulis menempuh ilmu di Departemen Gizi Masyarakat:
Widya Lestari, Rizki Ichwansyah, dan Destiara LP.
6. Sahabat dan keluarga selama di Bogor: Aulia Frisca, Kartika Sari Touw,
dan Qonita Muhlisa.
7. Teman-teman ID: Rekyan H. Puspadewi, Cahyuning Isnaini, Putu Rossi
Tya L, dan I Kadek Agus H. Dinata.
8. Seluruh teman-teman Departemen Gizi Masyarakat 47.
Kritik dan saran yang membangun sangat penulis harapkan demi
kesempurnaan skripsi ini. Semoga penelitian ini bermanfaat dan menambah
pengetahuan bagi semua.

Bogor, Agustus 2014
Yessy Niarty
I14100122

DAFTAR ISI
DAFTAR TABEL
DAFTAR GAMBAR

DAFTAR LAMPIRAN
PENDAHULUAN

1

Latar Belakang

1

Tujuan Penelitian

2

Manfaat Penelitian

2

KERANGKA PEMIKIRAN

2


METODE

5

Desain, Tempat, dan Waktu Penelitian

5

Cara Pengambilan Contoh

5

Jenis dan Cara Pengumpulan Data

5

Pengolahan dan Analisis Data

6


Definisi Operasional

9

HASIL DAN PEMBAHASAN

10

Gambaran Umum Lokasi Penelitian

10

Karakteristik Contoh

11

Status Gizi

13


Intik Energi dan Zat Gizi

14

Tingkat Kecukupan Energi dan Zat Gizi

15

Aktivitas Fisik

20

Tingkat Kebugaran

21

Uji Hubungan Antar Variabel

22


SIMPULAN DAN SARAN

24

Simpulan

24

Saran

25

DAFTAR PUSTAKA

26

LAMPIRAN

29


RIWAYAT HIDUP

32

DAFTAR TABEL
1
2
3
4
5
6
7
8
9
10
11
12
13
14
15
16
17
18
19

Nilai indeks massa tubuh menurut IMT/U untuk anak usia 5-18 tahun
Kategori aktivitas berdasarkan nilai PAR
Kategori tingkat aktivitas fisik berdasarkan nilai PAL
Norma tes Balke
Karakteristik contoh
Sebaran contoh menurut status gizi (IMT/U) dan jenis kelamin
Intik energi dan zat gizi berdasarkan hari konsumsi
Intik energi dan zat gizi contoh berdasarkan jenis kelamin
Sebaran contoh berdasarkan klasifikasi tingkat kecukupan energi
Sebaran contoh berdasarkan klasifikasi tingkat kecukupan protein
Sebaran contoh berdasarkan tingkat kecukupan lemak
Sebaran contoh berdasarkan tingkat kecukupan karbohidrat
Sebaran contoh berdasarkan tingkat kecukupan kalsium
Sebaran contoh berdasarkan tingkat kecukupan zat besi
Sebaran contoh berdasarkan tingkat kecukupan vitamin C
Sebaran contoh berdasarkan tingkat aktivitas fisik
Sebaran contoh menurut kategori VO2 max
Hasil uji hubungan karakteristik contoh dengan tingkat kebugaran
Hasil uji hubungan tingkat kecukupan energi dan zat gizi dengan
tingkat kebugaran

7
8
8
9
11
13
14
15
15
16
17
17
18
19
20
21
22
22
24

DAFTAR GAMBAR
1 Skema kerangka pemikiran

4

DAFTAR LAMPIRAN
1 Kuesioner penelitian

29

1

PENDAHULUAN
Latar Belakang
Keberhasilan suatu negara dalam kemajuan berbagai aspek kehidupan
ditentukan oleh generasi penerus bangsa yang memiliki sumber daya manusia
yang berkualitas. Golongan remaja perlu mendapatkan perhatian khusus karena
pertumbuhan dan perkembangan tubuh pada usia ini memerlukan energi dan zat
gizi yang lebih banyak, sehingga harus diperhatikan tingkat kecukupan gizi dan
aktivitas fisiknya sebagai pendukung dalam menciptakan penerus bangsa yang
berkualitas. Remaja juga perlu memiliki kualitas kebugaran fisik yang baik agar
selalu sehat, bugar dan produktif.
Konsumsi pangan memiliki peranan dalam menciptakan status gizi yang
baik dan seimbang pada remaja. Kebutuhan akan zat gizi makro dan zat gizi
mikro akan terpenuhi secara tepat dan seimbang jika seseorang memiliki pola
konsumsi yang baik. Menurut Giam (2002), pemberian makanan harus
memperhatikan jenis kelamin, umur, berat badan, serta aktivitas fisik, sehingga
antara asupan dan pengeluaran energinya seimbang. Pencapaian kesehatan dan
gizi yang optimal akan memberikan pengaruh terhadap prestasi siswa dalam
bidang akademik maupun non akademik. Namun, remaja memiliki
kecendurungan melewatkan waktu makan dengan alasan tidak sempat atau sedang
melakukan diet ketat, sehingga asupan makanannya kurang. Selain itu, seiring
perkembangan zaman dan teknologi, remaja sering terpengaruh dengan iklaniklan dan promosi makanan cepat saji dan snack yang kandungan gizinya kurang
lengkap dan seimbang. Hal ini menimbulkan kekhawatiran kurang terpenuhinya
kebutuhan gizi remaja yang secara fisiologis sedang berada pada masa
pertumbuhan yang pesat.
Kesanggupan individu dalam menjalani kegiatan harian tanpa mengalami
kelelahan berat serta masih memiliki tenaga untuk melakukan kegiatan fisik di
waktu santai atau melakukan kegiatan fisik lainnya secara dadakan disebut
kebugaran fisik, dimana kebugaran tersebut dipengaruhi oleh faktor usia, gender,
keturunan, aktivitas fisik, kebiasaan merokok serta status gizi individu (Fatmah
2011). Salah satu indikator kebugaran fisik individu adalah jumlah rata-rata
konsumsi oksigen maksimal oleh tubuh atau VO2 max. Salarkia et al. (2004)
menyatakan tingginya aktivitas aerobik dapat meningkatkan konsumsi oksigen
maksimum (VO2 max). Semakin tinggi VO2 max maka semakin baik tingkat
ketahanan serta adaptasi individu dalam melakukan suatu aktivitas fisik.
Kebugaran fisik berperan dalam menentukan kesehatan dan prestasi siswa.
Hasil penelitian Grissom (2005) pada siswa tingkat 5, 7, dan 9 di California
Public School menunjukkan bahwa kebugaran fisik memiliki hubungan dengan
kemampuan akademik siswa. Selain itu hasil penelitian Sallis et al. (2000)
menunjukkan kebugaran fisik uga memiliki hubungan dengan aktivitas fisik
remaja, dimana remaja dengan aktivitas fisik sedentary atau kurang beraktivitas
memiliki kebugaran fisik yang rendah. Kebugaran fisik yang optimal akan
tercapai jika kecukupan gizi dan aktivitas fisiknya juga baik.
SMAN 1 Sungai Apit berada di Kecamatan Sungai Apit, Kabupaten Siak,
Provinsi Riau dengan jumlah siswa 533 orang. Kecamatan Sungai Apit hanya

2
memiliki satu Puskesmas dan jauh dari pusat perkotaan. Selain itu, sebagian besar
siswa membantu orangtua mereka bekerja di kebun sawit atau karet dan membuat
batu bata setelah pulang sekolah atau pada hari libur. Hal ini menarik untuk dikaji
lebih lanjut, bagaimana tingkat aktivitas para siswa dan apakah telah didukung
dengan konsumsi pangan yang baik serta apakah berpengaruh terhadap tingkat
kebugaran.

Tujuan Penelitian
Tujuan Umum
Secara umum, tujuan penelitian ini adalah untuk menganalisis hubungan
kecukupan gizi dan aktivitas fisik terhadap kebugaran fisik siswa SMAN 1 Sungai
Apit.
Tujuan Khusus
Adapun tujuan khusus dari penelitian ini adalah sebagai berikut.
1. Menganalisis karakteristik contoh (umur, jenis kelamin, dan suku) serta
antropometri contoh (berat badan, tinggi badan, dan status gizi).
2. Menganalisis intik gizi dan tingkat kecukupan gizi contoh.
3. Menganalisis aktivitas fisik dan kebugaran fisik contoh.
4. Menganalisis hubungan antara karakteristik contoh (umur dan jenis kelamin),
status gizi, tingkat kecukupan energi dan zat gizi, serta aktivitas fisik terhadap
kebugaran fisik contoh.

Manfaat Penelitian
Penelitian ini diharapkan dapat memberikan gambaran dan informasi bagi
siswa, orang tua, guru SMA Negeri 1 Sungai Apit, dan instansi dinas pendidikan
terkait mengenai tingkat kecukupan gizi, status gizi, aktivitas fisik dan kebugaran
fisik siswa. Selain itu, hasil penelitian ini juga diharapkan dapat menambah
pengetahuan dan kesadaran siswa tentang pentingnya pola konsumsi yang baik
dan aktivitas fisik untuk mencapai status gizi dan kesehatan yang optimal.
Penelitian ini bagi pihak sekolah dan dinas pendidikan dapat dijadikan acuan
dalam pelaksanaan program pendidikan gizi di sekolah.

KERANGKA PEMIKIRAN
Remaja merupakan golongan usia dengan banyak aktivitas dan kegiatan
serta berada pada fase pertumbuhan dan perkembangan fisiologis yang pesat,
sehingga perlu diperhatikan asupan makanannya baik dari segi kuantitas maupun
kualitas. Karakteristik setiap individu berbeda-beda baik menurut umur, jenis
kelamin, dan suku. Hal ini akan mempengaruhi konsumsi pangan masing-masing
siswa. Tingkat kecukupan energi dan zat gizi yang baik akan terpenuhi jika
konsumsi pangan siswa baik. Tingkat kecukupan energi dan zat gizi dapat

3
dihitung berdasarkan data konsumsi energi dan zat gizi. Tingkat kecukupan energi
dan zat gizi yang baik akan mendukung aktivitas fisik remaja.
Aktivitas fisik merupakan kegiatan yang dilakukan oleh individu sejak
bangun tidur hingga tidur kembali, dimana terjadi pengeluaran energi. Aktivitas
fisik berkaitan erat dengan kebugaran fisik, dimana remaja dengan aktivitas fisik
yang baik akan memiliki kebugaran fisik yang baik juga. Kebugaran fisik siswa
diukur menggunakan tes Balke. Kebugaran fisik dapat diukur dengan cara
mengukur volume oksigen yang dapat dikonsumsi selama melakukan tes pada
kapasitas maksimum. Konsumsi oksigen maksimal berhubungan dengan status
gizi karena kebutuhan oksigen dan energi dipengaruhi oleh ukuran tubuh.

4
Karakteristik Contoh:
Umur
Jenis Kelamin
Suku

Konsumsi Pangan

Tingkat Kecukupan:
Zat Gizi Makro
(Energi, Protein,
Lemak dan
Karbohidrat)
Zat Gizi Mikro
(Vitamin C, Kalsium
dan Zat Besi)

Status Gizi:
IMT/U

Aktivitas
Fisik

Tingkat Kebugaran Fisik:
Tes Balke
Gambar 1 Skema kerangka pemikiran

Keterangan
: Variabel yang diteliti
: Variabel yang tidak diteliti
: Hubungan yang diteliti
: Hubungan yang tidak diteliti

Penyakit Infeksi
dan Non Infeksi

5

METODE
Desain, Tempat, dan Waktu Penelitian
Penelitian ini dilakukan dengan menggunakan desain cross sectional study.
Penelitian dilakukan di SMAN 1 Sungai Apit, Kabupaten Siak, Provinsi Riau.
Pemilihan tempat dilakukan secara purposive dengan pertimbangan belum pernah
dilakukan penelitian serupa di SMAN 1 Sungai Apit serta peneliti memperoleh
izin untuk melakukan penelitian di tempat tersebut. Penelitian ini dilakukan pada
bulan Februari-Maret 2014.

Cara Pengambilan Contoh
Contoh ditentukan secara random sampling dengan kriteria inklusi contoh
masih terdaftar sebagai siswa SMAN 1 Sungai Apit selama penelitian ini
berlangsung, contoh dapat memahami dan mengisi kuesioner dengan baik, contoh
yang dipilih tidak mengalami cidera atau memiliki riwayat penyakit menahun
(asma, penyakit jantung, dan lain-lain) dan tidak mempunyai masalah dengan
pihak-pihak tertentu terutama institusi sekolah serta bersedia dijadikan contoh
penelitian.
Populasi dalam penelitian ini berjumlah 383 orang. Berdasarkan hasil
perhitungan jumlah contoh dalam penelitian ini adalah 66 orang, karena tidak
ditemukan nilai proporsi kasus maka peneliti melakukan asumsi bahwa proporsi
sebesar 0,5 (50%) untuk memberikan nilai yang cenderung lebih stabil (Susanto
2004). Berikut rumus Lemeshow (1991).

dengan
Z²1-a2 = tingkat kemaknaan 95% = 1,96
P = 50% = 0,5

d²= pendugaan (presisi) 0,1
N= populasi (383 orang)

Jenis dan Cara Pengumpulan Data
Data yang dikumpulkan terdiri dari data primer dan sekunder. Data primer
meliputi data karakteristik contoh, yaitu umur, jenis kelamin, dan suku diperoleh
dengan menggunakan alat kuesioner. Data antropometri contoh, yaitu berat badan
diukur dengan menggunakan timbangan injak dengan ketelitian 0.1 kg dan
kapasitas 150 kg, Sedangkan data tinggi badan diukur dengan menggunakan
microtouise dengan ketelitian 0.1 cm dan kapasitas 200 cm. Data status gizi
dengan indikator Indeks Massa Tubuh terhadap usia (IMT//U) dihitung dengan
menggunakan WHO antrhoplus 2007. Data konsumsi pangan dikumpulkan
dengan menggunakan metode recall 2x24 jam, yaitu pada hari sekolah dan hari
libur. Data aktivitas fisik diukur dengan menggunakan metode record 2x24 jam
(dibedakan menjadi hari sekolah dan hari libur) dan menggunakan skor physical
activity level (PAL). Sedangkan data kebugaran fisik diperoleh dari hasil tes Balke

6
dengan indikator nilai VO2 max. Sedangkan data sekunder meliputi gambaran
umum sekolah yang dijadikan lokasi penelitian meliputi sejarah sekolah, jumlah
guru dan pegawai sekolah, jumlah serta fasilitas yang terdapat di SMA Negeri 1
Sungai Apit.

Pengolahan dan Analisis Data
Data yang diperoleh kemudian diolah secara statistik. Pengolahan data
dimulai dari editing, pengkodean (coding), pemasukan data (entry), pengecekan
ulang (cleaning), dan analisis data. editing adalah koreksi seluruh kuesioner
setelah data terkumpul. Coding adalah pemberiaan angka atau kode tertentu
terhadap jawaban-jawaban pertanyaan dalam kuesioner, sehingga memudahkan
pada saat memasukkan data ke komputer. Entry adalah memasukan data jawaban
kuesioner sesuai kode yang telah ditentukan untuk masing-masing variabel
sehingga menjadi suatu data dasar. Cleaning yaitu melakukan pengecekan
terhadap isian data yang di luar pilihan jawaban yang disediakan kuesioner atau
isian data yang diluar kewajaran. Data yang diperoleh kemudian disajikan dalam
bentuk tabel serta dianalisis secara statistik deskriptif dan inferensia menggunakan
program Microsoft Excel dan SPSS 16 for Windows.
Data konsumsi pangan yang diperoleh kemudian dikonversikan untuk
menentukan jumlah zat gizi yang dikonsumsi contoh yatu energi, protein, lemak,
karbohidrat, vitamin C, kalsium, dan zat besi. Data konsumsi pangan dihitung
dengan menggunakan Daftar Komposisi Bahan Makanan (DKBM) dengan rumus
sebagai berikut (Hardinsyah & Briawan 1994).

Kgij = (Bj/100) x Gij x (BDDj/100)
Keterangan:
Kgij = Kandungan zat gizi –i dalam bahan makanan –j
Bj
= Berat makanan –j yang dikonsumsi
Gij
= Kandungan zat gizi –i dalam 100 gram BDD bahan makanan –j
BDDj = Bagian yang dapat dimakan dalam bahan makanan –j
Penentukan Angka Kecukupan Gizi (AKG) contoh digunakan rumus
sebagai berikut.
AKGI = (Ba/Bs) x AKG
Keterangan:
AKGI = Angka kecukupan gizi contoh
Ba
= Berat badan aktual sehat (kg)
Bs
= Berat badan standar (kg)
AKG = Angka kecukupan energi dan protein yang dianjurkan Widyakarya
Nasional Pangan dan Gizi (WNPG 2013).
Tingkat kecukupan lemak dan karbohidrat dihitung dengan
membandingkan terhadap kecukupan energi. Tingkat kecukupan vitamin dan
mineral dihitung langsung dengan menggunakan angka kecukupan tanpa
menggunakan AKGI. Selanjutnya tingkat kecukupan energi dan protein diperoleh

7
dengan cara membandingkan jumlah konsumsi zat gizi tersebut dengan
menggunakan rumus.
TKG = (K/AKGI) x 100
Keterangan:
TKG = Tingkat kecukupan zat gizi
K
= Konsumsi zat gizi
AKGI = Angka kecukupan gizi contoh
Konsumsi energi dan zat gizi contoh diperoleh dengan menggunakan
metode recall 2x24 jam. Tingkat kecukupan energi dan protein dibedakan
menjadi: (1) defisit tingkat berat (0.05).
Jenis karbohidrat dalam makanan dikelompokkan menjadi monosakarida,
disakarida dan polisakarida. Fungsi karbohidrat dalam tubuh antara lain sebagai
sumber energi yang paling murah dibandingkan lemak maupun protein (setiap 1
gram karbohidrat menghasilkan 4 kkal), sebagai simpanan energi dalam hati dan
otot dalam bentuk glikogen yang mudah dimobilisasi, sebagai penghemat protein
dan pengatur metabolisme lemak, dan lain-lain (Syafiq et al. 2007). Sekitar 80%
dari karbohidrat ini akan tersimpan sebagai glikogen di dalam otot, 18-22% akan
tersimpan sebagai glikogen di dalam hati dan sisanya akan bersirkulasi di dalam
aliran darah dalam bentuk glukosa (Irawan 2007). Sebaran contoh berdasarkan
tingkat kecukupan karbohidrat dapat dilihat pada Tabel 12 berikut ini.
Tabel 12 Sebaran contoh berdasarkan tingkat kecukupan karbohidrat
Klasifikasi Tingkat
Kecukupan
Karbohidrat
Defisit
Normal
Lebih
Total
p

Hari
Hari Libur
Sekolah
n
%
n
%
41 62.1 34 51.5
8
12.1
5
7.6
17 25.8 27 40.9
66
100
66
100
0.828

laki-laki
n
17
5
16
38

Perempuan

%
n
44.7
15
13.2
6
42.1
7
100
28
0.024

%
53.6
21.4
25
100

18
Rata-rata konsumsi karbohidrat contoh pada hari sekolah adalah
72.3±65.0%, sedangkan pada hari libur 70.4±32.0%. Berdasarkan Tabel 12,
sebaran tingkat kecukupan karbohidrat contoh pada hari sekolah menunjukkan
sebanyak 62.1% contoh mengalami defisit; 12.1% normal dan 25.8% berlebih.
Sedangkan sebaran tingkat kecukupan karbohidrat contoh pada hari libur
menunjukkan sebesar 51.5% mengalami defisit; 7.6% normal dan 40.9% berlebih.
Tidak terdapat perbedaan yang nyata antara tingkat kecukupan karbohidrat contoh
pada hari sekolah dan hari libur (p>0.05).
Rata-rata tingkat kecukupan karbohidrat contoh laki-laki adalah
80.1±46.2%. Sebanyak 44.7% contoh laki-laki mengalami defisit; 13.2% normal
dan 42.1% berlebih. Sedangkan rata-rata tingkat kecukupan karbohidrat contoh
perempuan adalah 59.5±25.2%. Sebanyak 53.6% contoh perempuan mengalami
defisit; 21.4% normal dan 25% berlebih. Terdapat perbedaan yang nyata antara
tingkat kecukupan karbohidrat pada contoh laki-laki dan perempuan (p