Verifikasi Uji Cepat KomersialEscherichia coli pada Contoh Rutin Laboratorium Karantina Hewan Tanjung Priok

VERIFIKASI UJI CEPAT KOMERSIALEscherichia coli PADA
CONTOH RUTIN LABORATORIUM KARANTINA HEWAN
TANJUNG PRIOK

YASMINE QURROTA AYUNINA

SEKOLAH PASCASARJANA
INSTITUT PERTANIAN BOGOR
BOGOR
2015

PERNYATAAN MENGENAI TESIS DAN
SUMBER INFORMASI SERTA PELIMPAHAN HAK CIPTA
Dengan ini saya menyatakan bahwa tesis berjudul Verifikasi Uji Cepat
KomersialEscherichia coli pada Contoh Rutin Laboratorium Karantina Hewan
Tanjung Priok adalah benar karya saya denganarahan dari komisi pembimbing
dan belum diajukan dalam bentuk apa pun kepada perguruan tinggi mana pun.
Sumber informasi yang berasal atau dikutip dari karya yang diterbitkan maupun
tidak diterbitkan dari penulis lain telah disebutkan dalam teks dan dicantumkan
dalam Daftar Pustaka di bagian akhir tesis ini.
Dengan ini saya melimpahkan hak cipta dari karya tulis saya kepada Institut

Pertanian Bogor.
Bogor, Februar i2015
Yasmine Qurrota Ayunina
B251130084

RINGKASAN
YASMINE QURROTA AYUNINA. Verifikasi Uji Cepat KomersialEscherichia
coli pada Contoh Rutin Laboratorium Karantina Hewan Tanjung Priok.Dibimbing
oleh TRIOSO PURNAWARMAN dan SURACHMI SETIYANINGSIH.
Laboratorium Karantina Hewan Tanjung Priok memerlukan alat diagnostik
yang cepat, akurat dan dapat diandalkan untuk meningkatkan layanan
laboratorium dan mempertahankan jaminan kualitas hasil pengujian. Penelitian ini
bertujuan untuk menilai kinerja uji cepat komersial dibandingkan dengan uji
konvensional melalui proses verifikasi.
Penelitian ini menggunakan daging sapi beku dan daging ayam beku dari
contoh rutin laboratorium(kelompok alami) dan kelompok inokulasi bakteri.
Kelompok inokulasi bakteri dibagi menjadi kelompok bakteri rendah, kelompok
bakteri sedang, kelompok bakteri tinggi dan kelompok kontrol.Keseluruhan
contohakan diuji E. coli dengan metode isolasi dan identifikasi konvensional dan
metode uji cepat komersialdengansembilan kali ulangan. Hasil uji E. coli dari

kedua metode dihitung dengan beberapa kriteria unjuk kerja yaitu; akurasi
(persentase rekoveri dan rekoveri relatif), presisi (standar deviasi relatif),
sensitivitas, spesifisitas, negatif palsu, dan positif palsu.
Hasil penelitian menunjukkan bahwa uji cepat komersial memiliki akurasi
yang baik, terutama pada kelompok bakteri rendah dengan rekoveri danrekoveri
relatif sebesar 86.64% dan86.47%. Hasil perhitungan rata-rata standar deviasi
relatif sebesar 0.075 menunjukkan presisi yang baik. Sensitivitas, spesifisitas,
negatif palsu dan positif palsu adalah 93.06%, 100%, 6.94% dan 0%
menunjukkan uji cepat komersial memiliki kinerja yang setara dengan metode
standar. Uji cepat komersial ini dapat dipertimbangkan untuk diterapkan secara
rutin di laboratorium Karantina Hewan Tanjung Priok setelah diuji coba dengan
menggunakan berbagai macam contoh rutin yang lebih banyak dan bervariasi.
Kata Kunci: akurasi, uji cepat komersial E. coli, presisi, verifikasi

SUMMARY

YASMINE QURROTA AYUNINA.Verification Escherichia coli Commercial
Test Kit on Tanjung Priok Animal Quarantine Laboratory Routine Sample.
Supervised
by

TRIOSO
PURNAWARMAN
and
SURACHMI
SETIYANINGSIH.
Tanjung Priok Animal Quarantine Laboratory need fast diagnostic tools that
accurate and reliable to increase its services and quality assurance. This study was
aimed to assess the performance of a commercial rapid test compared to the
standard test through verification process.
This study used frozen beef and frozen chicken meat from laboratory
routine field samplesand inoculated sample. Inoculated samples containing low
bacteria levels group, medium bacteria level group, high bacteria level group and
control group.Whole samples test was subjected to comercial rapid test method
and conventional cultured method innine replicates. E. coli test result from both
methods will calculated as accuracy (recoverypercentage and relative recovery),
precision (relative standard deviation), sensitivity, specificity, false negative, and
false positive.
The study showed that commercial kit test had good accuracy, especially at
low bacteria level samples group with86.64%recoveryand 86.47% relative
recovery. This comercial rapid test had good precision with 0.075relative standard

deviations. Sensitivity, specificity, false negatives, and false positives scoreswere
93.06%, 100%, 6.94% and 0% indicates comparable performance with
conventional cultured method. Aplication of this commercial rapid test for routine
testing in Tanjung Priok Animal Quarantine Laboratory could be considered after
testing trial involving bigger sample size and sample variation.
Keywords: accuracy, E. coli commercial kit test, precision, verification

© Hak Cipta Milik IPB, Tahun 2015
Hak Cipta Dilindungi Undang-Undang
Dilarang mengutip sebagian atau seluruh karya tulis ini tanpa mencantumkan
atau menyebutkan sumbernya. Pengutipan hanya untuk kepentingan pendidikan,
penelitian, penulisan karya ilmiah, penyusunan laporan, penulisan kritik, atau
tinjauan suatu masalah; dan pengutipan tersebut tidak merugikan kepentingan
IPB
Dilarang mengumumkan dan memperbanyak sebagian atau seluruh karya tulis ini
dalam bentuk apa pun tanpa izin IPB

VERIFIKASI UJI CEPAT KOMERSIAL Escherichia coli PADA
CONTOH RUTIN LABORATORIUM KARANTINA HEWAN
TANJUNG PRIOK


YASMINE QURROTA A’YUNINA

Tesis
sebagai salah satu syarat untuk memperoleh gelar
Magister Sains
pada
Program Studi Kesehatan Masyarakat Veteriner

SEKOLAH PASCASARJANA
INSTITUT PERTANIAN BOGOR
BOGOR
2015

Penguji Luar Komisi pada Ujian Tesis: Prof Dr med vet Drh Hj Mirnawati B. Sudarwanto

PRAKATA
Puji dan syukur penulis panjatkan kepada Allah Subhanahu wa ta’ala atas
segala karunia-Nya sehingga Tesis yang berjudul “Verifikasi Uji Cepat Komersial
Escherichia coli pada Contoh Rutin Laboratorium Karantina Hewan Tanjung

Priok” berhasil diselesaikan. Tesis ini disusun sebagai salah satu syarat
menyelesaikan studi di program studi Magister Sains Sekolah Pascasarjana
Institut Pertanian Bogor. Penelitian ini dilakukan selama empat bulan secara
umum bertujuan untuk mengetahui unjuk kerja dan tingkat kesesuaian uji cepat
komersial.
Terima kasih serta penghargaan setinggi-tingginya penulis ucapkan kepada :
Bapak Dr Drh Trioso Purnawarman, MSi dan Ibu DrhSurachmi Setiyaningsih,
PhD selaku pembimbing yang senantiasa memberi dorongan semangat dan
mengorbankan waktu dalam memberi bimbingan bagi penulis sampai selesainya
tesis ini.Ibu Prof Dr med vet Drh Hj Mirnawati B. Sudarwantoselaku penguji luar
komisi yang telah meluangkan waktunya untuk menelaah tesis ini.Bapak Dr med
vet Drh Denny Widaya Lukman, MSi sebagai ketua Program Studi Kesehatan
Masyarakat Veteriner yang telah banyak meluangkan waktu untuk membimbing,
memberi arahan serta nasehat agar kami menjadi sebuah team work yang kuat,
tangguh dan santun.
Terimakasih kepada seluruh staf pengajar Kesehatan Masyarakat Veteriner
yang telah membimbing dan memberikan semangat penulis. Teman-teman analis
di Laboratorium BBKP Tanjung Priok yang telah banyak membantu penulis
sampai selesainya tesis ini.Kepala bidang Karantina Hewan BBKP Tanjung Priok
(DrhSriyanto, PhD) yang memberikan ijin dalam tugas belajar, membantu dalam

penelitian dan memberikan semangat.
Terimakasih yang tiada terkira kepada kedua orang tua penulis(Papa dan
Mama) dan adik-adiku tercinta yang selalu memberikan dukungan dan doanya.
Suami tercinta (Dawud Kuncoro Sakti) dan Putriku Ayunindya terimakasih atas
kesabaran, dukungan serta doa kalian.
Teman-teman KMV angkatan 2013, terimakasih atas kebersamaan,
semangat, dan kebahagiaan yang kita alami bersama. Serta semua pihak yang
tidak dapat disebutkan satu persatu yang telah membantu penelitian ini.
Penulis menyadari bahwa karya ilmiah ini masih mempunyai
keterbatasan.Kritik dan saran penulis harapkan dari semua pihak untuk perbaikan,
dan semoga tesis ini dapat berguna.
Bogor, Februari 2015
Yasmine Qurrota A’yunina

DAFTAR ISI

1 PENDAHULUAN
Latar Belakang
Perumusan Masalah
Tujuan Penelitian

Manfaat Penelitian
Ruang Lingkup Penelitian
Hipotesis

1
1
2
2
2
2
2

2 TINJAUAN PUSTAKA
Escherichia coli sebagai Penyakit yang Menyebar Melalui Makanan
Perkembangan Metode Uji Cepat Mikrobiologi
Validasi Metode Uji
Parameter Unjuk Kerja Verifikasi

3
3

3
4
5

3 MATERI DAN METODE
6
Waktu dan Tempat Penelitian
6
Alat dan Bahan Penelitian
6
Metode
7
Metode Inokulasi Bakteri Kultur Murni ................................................. 7
Persiapan Contoh .................................................................................... 7
PengujianEscherichia coli Metode Konvensional .................................. 8
Pengujian Escherichia coli Metode Uji Cepat Komersial ...................... 8
Analisis Data
9
4 HASIL DAN PEMBAHASAN
9

Akurasi
9
Presisi
10
Studi Komparatif Uji Cepat dengan Uji Konvensional
11
Sentifitas, Spesifisitas serta Tingkat Positif dan Negatif Palsu
13
Kelebihan Metode Uji Cepat
14
SIMPULAN DAN SARAN
15
Simpulan
15
Saran
15
DAFTAR PUSTAKA
15

DAFTAR TABEL


1
2
3
4
5
6

Matriks rancangan jumlah dan jenis contoh
yang
menggunakan metode uji cepat dan konvensional
Hasil persentase rekoveri dan rekoveri relatif
Hasil perhitungan standar deviasi relatif
Hasil uji komparatif uji cepat komersial dengan uji
konvensional
Proporsi sampel yang diklasifikasi-silangkan
Perbandingan antara metode konvensional dan uji cepat dalam hal
biaya, lama pengujian dan jumlah alat yang digunakan

8
10
11
12
13
14

1 PENDAHULUAN
Latar Belakang
Menghadapi era perdagangan pasar bebas serta keikutsertaan Indonesia
dalam perjanjian sanitary and phytosanitary (SPS) dan technical barrier to trade
(TBT) maka sangat diperlukan laboratorium uji yang diakui secara internasional.
Laboratorium uji mendapat pengakuan secara internasional jika menerapkan suatu
standar yang ditetapkan oleh Organisasi Standar Internasional (International
Organization for Standardization). Standar ISO 17025:2005 merupakan salah
satu standar yang dikeluarkan organisasi ini mengenai kompetensi sebuah
laboratorium uji.
Keuntungan penerapan standar ISO 17025:2005 yaitu pengakuan
internasional terhadap hasil uji melalui perjanjian saling pengakuan antar badan
standardisasi di berbagai negara. Laboratorium Karantina HewanBalai Besar
Karantina Pertanian (BBKP) Tanjung Priok merupakan salah satu laboratorium
karantina yang telah memperoleh akreditasi dari Komite Akreditasi Nasional
(KAN) terhadap pelaksanaan SNI ISO 17025:2008.
Standar SNI ISO 17025:2008 merupakan perpaduan antara persyaratan
manajemen dan persyaratan teknis. Salah satu persyaratan teknis yang harus
dilakukan suatu laboratorium terakreditasi yaitu pelaksanaan validasi. Validasi
dilakukan baik terhadap kemampuan personel, kemampuan laboratorium terhadap
suatu metode uji, metode pengujian (baik yang konvensional maupun alternatif)
dan terhadap peralatan yang digunakan dalam pengujian.
Arus bongkar muat barang di pelabuhan Tanjung Priok yang sangat padat
dan dalam rangka pemenuhan janji layanan tiga hari maka karantina
membutuhkan metode uji cepat dalam melaksanakan tugasnya. Sepuluh tahun
terakhir ini mulai berkembang berbagai metode uji cepat mikrobiologi. Pengertian
uji cepatsaat ini tidak hanya sebagai metode yang dapat mendeteksi lebih cepat
namun kemudahan dalam proses pengujian beberapa jenis sampel sekaligus
(Jasson et al. 2010). Sebagai laboratorium terakreditasi terhadap pelaksanaan ISO
17025maka validasi harus dilakukan sebelum menerapkan perangkat uji cepat
atau metode alternatif sebagai uji rutin.
Menurut Feldsine et al.(2002) validasi adalah sebuah proses pembuktian
suatu metode baru memilliki unjuk kerja yang sama dengan metode uji
konvensional. Terdapat dua jenis validasi yaitu validasi primer dan validasi
sekunder. Validasi primer adalah validasi terhadap suatu metode uji yang benarbenar baru atau modifikasi dari metode konvensional. Validasi sekunder atau
verifikasi merupakan penerapan suatu metode uji yangtelah diakui pada suatu
laboratorium.
Menurut Sartory (2005) verifikasi adalah proses validasi yang lebih
sederhana tujuannya untuk menjawab apakah metode baru ini menunjukkan
performa sesuai spesifikasinya pada lingkungan laboratorium. Verifikasiuntuk
menegaskan kemampuan laboratorium dalam penerapan metode ini serta sebagai
jaminan mutu sebuah laboratorium terhadap hasil pengujian yang
dilakukan.Verifikasidilakukan
sebab
terdapatkeragaman
sifat
alami
mikroorganisme disetiap contoh dan lingkungan laboratorium yang dapat

2
mempengaruhi performa suatu metode uji.Parameter unjuk kerja yang wajib
dibuktikan yaitu akurasi, presisi, sensitifitas, spesifisitas, tingkat positif palsu dan
negatif palsu (Jasson et al. 2010; Brodsky 2013).
Bakteri Escherichia coli (E. coli) merupakan salah satu agen yang dapat
terbawa oleh komoditas yang melalui pelabuhan Tanjung Priok. Bakteri E. coli
selain sebagai bakteri indikator higienitas namun dapat pula bersifat patogen.
Terdapat sebuah perangkat uji cepat terhadap E. coli yang perlu dilakukan
verifikasi sebelum diterapkan secara rutin menggantikan uji konvensional di
laboratorium Karantina Hewan BBKP Tanjung Priok.

Perumusan Masalah
Laboratorium Karantina Hewan Tanjung Priok dalam menaati janji layanan
tiga hari membutuhkan teknik dan alat diagnostik yang cepat, akurat dan dapat
dipertanggungjawabkan dalam pengujian. Penggunaan uji cepat menjadi suatu hal
yang sangat diperlukan. Laboratorium Karantina Hewan BBKP Tanjung Priok
adalah salah satu laboratorium yang telah menerapkan standar SNI ISO
17025:2008, maka sebelum menerapkan sebuah uji cepat sebagai metode uji rutin
perlu dilakukan verifikasi.

Tujuan Penelitian
Tujuan dari penelitian ini adalah untuk mengkajiunjuk kerja uji cepat
komersial dibandingkan dengan uji konvensional melalui proses verifikasiuntuk
diaplikasikan secara rutin di laboratorium Karantina HewanBBKP Tanjung Priok.

Manfaat Penelitian
Studi verifikasi merupakan salah satu persyaratan teknis dalam SNI ISO
17025:2008, sehingga penelitian ini sebagai pembuktian unjuk kerja dan jaminan
mutu hasil pengujian dari laboratorium Karantina Hewan BBKP Tanjung Priok.
Penelitian ini dapat menjadi gambaran pelaksanaan verifikasi di laboratorium
mikrobiologi lainnya.

Ruang Lingkup Penelitian
Penelitian ini dilakukan selama tiga bulan dengan lingkup kegiatan yaitu
pemilihan contoh rutin laboratorium dan jenis uji cepat komersial yang dibuktikan
unjuk kerja dan tingkat kesesuaiannya.

Hipotesis
Hipotesis dari penelitian ini adalah uji cepat E. colimenunjukkan unjuk
kerjasesuai spesifikasinya danmemiliki kesesuaian dengan uji konvensional.

3

2 TINJAUAN PUSTAKA
Escherichia coli sebagai Penyakit yang Menyebar Melalui Makanan
Escherichia coli merupakan mikroflora normal dalam saluran cerna hewan
dan manusia.Bakteri ini terkenal sebagai bakteri indikator sanitasi.Keberadaan E.
colidalam pangan mengindikasikan terdapat tahapan pengolahan yang tercemar
oleh feses manusia atau hewan (CDC 2012). Cemaran bakteri ini dapat berasal
dari pekerja yang tidak menerapkan higiene personal, dari bahan baku yang
tercemar, atau peralatan yang tidak dijaga sanitasinya.
Bakteri ini memiliki banyak strain dan beberapa diantaranya menyebabkan
penyakit pada manusia. Strain yang cukup banyak menimbulkan kasus penyakit
pada manusia yaitu strain O157:H7 dan strain O121:H19. Bentuk penyakit yang
muncul dari infeksiE. coli patogen dibagi menjadi lima tipe yaitu
enterohemorrhagic E. coli (EHEC) atau shigatoxin yang diproduksi oleh E.
coli(STEC), enterotoxigenicE. coli (ETEC), enteropathogenicE. coli(EPEC),
enteroaggregativeE. coli(EAEC), enteroinvasiveE. coli(EIEC) (Todar 2012).
Selain strain patogen, hal yang patut diwaspadai dari E. coli yaitu sifat
resistensinya terhadap antibiotik. E. coli memiliki kemampuan mentransfer gen
yang resisten terhadap antibiotik ke spesies lain termasuk bakteri patogen
(Madiggan et al. 2000). E. coli yang resisten terhadap antibiotik merugikan
kesehatan manusia melalui keparahan penyakit yang ditimbulkan akibat
kegagalan pengobatan dengan antibiotik (Ariyanti et al. 2007).

Perkembangan Metode Uji Cepat Mikrobiologi
Kurun waktu sepuluh tahun terakhir ini mulai tumbuh ketertarikan dalam
pengembangan metode uji cepat. Metode uji cepat dapat didefinisikan sebagai
metode atau sistem yang dapat menghemat waktu untuk mendapat hasil uji
mikrobiologi (Feng 1996). Metode uji cepat juga dapat diartikan kemudahan
dalam penanganan beberapa jenis dan jumlah sampel yang banyak. Bermacammacam jenis uji cepat mikrobiologi dapat dijumpai dipasaran merupakan hasil
dari perkembangan dibidang bioteknologi.
Saat ini terdapat beberapa metode perhitungan mikrobiologi yang digunakan
secara luas diantaranya yaitu metode kultur klasik, penggunaan mesin otomatisasi
sebagai metode alternatif, media isolasi kromogenik dan fluorogenik, metode
kultur modifikasi, metode perhitungan berdasarkan sifat biokimia (Jasson et al.
2010). Metode kultur klasik merupakan metode konvensional perhitungan koloni
bakteri dengan menggunakan media kultur spesifik. Metode ini merupakan gold
standard yang dipakai oleh banyak laboratorium terutama badan regulasi.
Penggunaan mesin otomatisasi sebagai alternatif metode dimaksudkan
untuk meningkatkan efisiensi dan mempersingkat waktu dalam preparasi media,
pengenceran berseri, serta perhitungan koloni. Beberapa contoh mesin otomatisasi
yaitu mesin preparasi agar, mesin pengenceran otomatis, mesin penghitung koloni
otomatis (Glynn et al. 2006). Media kromogenik dan fluorogenik merupakan
media kultur bakteri yang mengandung substrat enzim yang berikatan dengan

4
kromogen (menghasilkan reaksi warna) dan fluorogen (reaksi fluoresen) atau
kombinasi dari keduanya. Hasil metabolisme dari bakteri target bereaksi dengan
enzim yang melepas kromogen/fluorogen. Hasil positif ditandai dengan perubahan
warna pada media.
Metode kultur modifikasi menggunakan prinsip hitungan koloni dan prinsip
perhitungan MPN. Metode kultur modifikasi dengan prinsip hitungan koloni
menggunakan lapisan plastik tipis mengandung media yang dapat larut dengan air
dingin, nutrisi dan indikator berupa kromogenik subtrat (Nero et al. 2008).
Metode kultur modifikasi dengan prinsip perhitungan MPN menggunakan
indikator kromogen yang ditambahkan dalam media (Kampfer et al. 2008)
Perhitungan bakteri berdasarkan sifat biokimia terbagi menjadi impedansi
dan biopendar adenosine triphospate (ATP). Impedansi merupakan metode
mendeteksi bakteri melalui produk buangan yang dihasilkan oleh bakteri.
Biopendar ATP mendeteksi bakteri melalui keberadaan ATP yang melibatkan
reaksi enzim substrat antara luciferin dan luciferase (Chen dan Godwin 2006).
Jenis metode uji cepat yang digunakan dalam penelitian ini yaitu metode
kultur modifikasi. Uji cepat E. coliini berbentuk lapisan tipis yang mengandung
media kultur yang dapat larut dalam air dingin, nutrisi untuk mikroorganisme dan
indikator. Indikator yang digunakan yaituSalmon-glucuronic acid (6-chloro-3indoxyl-β-D-glucuronic acid) yang akan dihidrolisis oleh β-glucuronidase yang
dihasilkan E. coli. Enzim β-glucuronidasedihasilkan oleh 98% strain E.
coli(Manafi 1996). Enzim ini bereaksi dengan Salmon glucuronic acid dan
menimbulkan warna ungu kemerahan (Ushiyama dan Iwasaki 2010).Metode ini
selain menghemat waktu, menghemat tempat, efisien saat pengujian dengan
jumlah contoh yang banyak serta tidak membutuhkan persiapan yang rumit.
Uji cepat dengan metode kultur modifikasi selain yang digunakan dalam
penelitian ini terdapat pula beberapa uji cepat komersial lain. Beberapa uji cepat
komersial ini memiliki prinsip yang sama yaitu penggunaan indikator fluorogen
atau kromogen dalam media kulturnya. Petrifilm E. coli yang dikembangkan oleh
perusahaan 3M telah dilakukan validasi dengan menggunakan contoh daging
kalkun beku, daging sapi beku, dan ikan masak dengan penyimpanan beku. Hasil
validasi menunjukkan bahwa uji cepat ini setara dengan metode MPN, serta
memiliki nilai repitabilitas yang sama baik dengan metode MPN (Gangar et al.
1999). Compact dry E. coli yang dikembangkan oleh Nissui telah dibuktikan
setara dengan metode konvensional MPN pada tiga jenis contoh daging segar
yaitu daging babi segar, daging domba segar dan daging anak sapi segar.
Penelitian ini mendapatkan hasil akurasi yang baik dengan nilai faktor korelasi
sebesar 0.93 (Kodaka et al. 2006).

Validasi Metode Uji
Standar ISO 17025:2005 merupakan sistem untuk menjamin terlaksananya
good analytical practices (GAP).Standar ini kemudian diadopsi menjadi Standar
Nasional Indonesia (SNI) ISO 17025:2008. Standar ini berisi persyaratan umum
kompetensi laboratorium uji dan laboratorium kalibrasi untuk mendemonstrasikan
bahwa mereka mengoperasikan sistem manajemen dan secara teknis kompeten
dan mampu menyajikan hasil yang secara teknis absah.

5
Penerapan suatu metode baru harus melalui serangkaian uji dan dibuktikan
dengan analisis statistik bahwa metode baru tersebut memiliki performa atau
kemampuan sebaik metode yang dijadikan standar. Definisi validasi menurut ISO
(2003) yaitu proses suatu pembuktian suatu metode uji baru yang telah memenuhi
beberapa parameter unjuk kerja untuk dapat menyamai hasil atau unjuk kerja
metode uji standar.
Terdapat dua metode validasi yaitu validasi primer dan verifikasi.Validasi
primer adalah validasi terhadap suatu metode uji yang benar-benar baru atau
modifikasi dari metode standar/konvensional.Validasi primer dilakukan oleh
badan peneliti independen yang diakui secara internasional.Salah satu badan
peneliti independen yaitu Association of Analytical Communities(AOAC). Selain
sebagai badan peneliti AOAC juga berperan sebagai badan selain pemerintah
yang bertugas mengembangkan standar atau metode pengujian yang dapat
dipertanggung jawabkan.
Verifikasi atau validasi sekunder merupakan proses pembuktian ulang
melalui studi laboratorium, bahwa metode baru ini memiliki unjuk kerja yang
sesuai dengan spesifikasinya, dengan metode standar yang berlaku, sertasesuai
dengan kondisi yang tersedia dalam suatu laboratorium (Brodsky 2005). Menurut
Sartory (2005) proses verifikasi lebih sederhana dibandingkan validasi, karena
verifikasi dilakukan untuk membuktikan beberapa parameter unjuk kerja saja
sesuai kebutuhan laboratorium.

Parameter Unjuk Kerja Verifikasi
Metode baru dapat dikatakan memiliki kesesuaian dengan
metodekonvensionaljika dapat memenuhi parameter unjuk kerja yang sesuai
dengan metode konvensional.Parameter unjuk kerja dalam verifikasi yaitu akurasi,
presisi, sensitifitas, spesifisitas, tingkat positif palsu, dan negatif palsu (Jasson et
al. 2010; Brodsky 2013).
Akurasi atau ketepatan adalah kemampuan suatu metode untuk mengukur
jumlah mikroorganisme sebenarnya yang terdapat pada contoh (SAC 2002).
Akurasi dapat pula didefinisikan sebagai tingkat kedekatan hasil uji yang didapat
oleh pengerjaan prosedur terhadap nilai sebenarnya. Parameter ini
membandingkan jumlah bakteri E. coli yang didapat oleh metode uji cepat dan
metode konvensional.
Presisi adalah derajat kesamaan nilai beberapa hasil pengujian yang
berulang-ulang. Presisi memiliki tiga bagian yaitu repitabilitas, intra
reprodusibilitas dan inter reprodusibilitas. Repitabilitas yaitu kemampuan untuk
menghasilkan kesamaan hasil uji dari penggunaan berulang prosedur dalam
periode singkat, menggunakan laboratorium, peralatan dan analis yang sama. Intra
reprodusibilitas yaitu kemampuan untuk menghasilkan kesamaan hasil uji dari
penggunaan berulang prosedur dalam periode singkat, menggunakan laboratorium,
peralatan yang sama dan analis yang berbeda. Inter reprodusibilitas adalah
kemampuan untuk menghasilkan kesamaan hasil uji dari penggunaan berulang
prosedur terhadap contoh yang sama dengan laboratorium, peralatan dan analis
yang berbeda (SAC 2002).

6
Presisi dalam penelitian ini menggunakan pendekatan repitabilitas.
Perhitungan repitabilitas dengan merata-ratakan standar deviasi dari pengulangan
di setiap tingkat konsentrasi bakteri (Mettler dan Tholen 2014). Parameter ini
diukur dengan menghitung relative standard deviation (RSD). Presisi metode uji
cepat komersial dikatakan baik jika hasil RSD kurang dari 10% (SAC 2002).
Presisi metode pengujian mikrobiologi air minum dapat diterima jika hasil RSD
kurang dari 30% (Jacangelo dan Watson 2003).
Sensitifitas adalah proporsi contoh positif E. coli yang teridentifikasi
secara tepat oleh uji cepat. Spesifisitas adalah proporsi contoh negatif E. coli yang
teridentifikasi secara tepat oleh uji cepat. Positif palsu adalah proporsi contoh
yang negatif E. coli yang secara salah dinyatakan positif oleh uji cepat. Negatif
palsu adalah proporsi contoh yang positif E. coli yang secara salah dinyatakan
negatif oleh uji cepat (Nordval 2009).

3 MATERI DAN METODE

Penelitian ini merupakan percobaan laboratorium yang dirancang dalam
rangka memenuhi persyaratan ISO 17025 yaitu verifikasi terhadap uji cepat
komersial E. coli. Hasil verifikasi berupa saran pemakaian suatu metode uji cepat
komersialsebagai pengujian rutin E. coli.

Waktu dan Tempat Penelitian
Penelitian dilakukan pada bulan Agustus sampai Oktober 2014. Penelitian
dilakukan di laboratorium Karantina Hewan BBKP Tanjung Priok.

Alat dan Bahan Penelitian
Bahan yang digunakan dalam penelitian ini adalah daging sapi beku dan
daging ayam beku yang merupakan contoh rutin. Penelitian ini menggunakan
sebuah uji cepat komersial E. coli, kultur murni E. coli berbentuk kering beku
(ATCC 10799), Kultur murni Staphylococcus aureus (ATCC 25923). Bahan
kimia yang dperlukan dalam pengujian E. coli metode konvensional yaitu
aquades, phosphat buffer saline (PBS), buffered peptone water (BPW), lauryl
sulfat tryptose broth (LSTB), E. coli broth (ECB), Levine-Eosine methylene blue
agar (L-EMBA), tryptose broth, reagen Kovacs, media methyl red-Voges
Proskauer (MR-VP), α-naftol, KOH 40%, indikator MR, plate count agar (PCA),
Simmons citrate agar (SCA).
Peralatan yang digunakan dalam penelitian ini yaitu inkubator, stomacher,
stomacher bag, pipet, tabung, rak tabung, Erlenmeyer, gelas ukur, autoklaf,
neraca, waterbath, cawan petri, biosafety cabinet, bulb, bunsen dan ose.

7
Metode
Penelitian ini menggunakan daging sapi beku dan daging ayam beku yang
merupakan contoh rutin di laboratorium BBKP Tanjung Priok. Daging sapi beku
dan daging ayam beku masing-masing dikelompokkan berdasarkan jumlah E.
coliyang diinokulasikan menjadi lima kelompok yaitu „alami, bakteri level tinggi,
bakteri level sedang, bakteri level rendah dan kelompok kontrol‟. Setiap
kelompok dilakukan pengulangan sebanyak sembilan kali. Seluruh kelompok dan
ulangan diuji E. coli dengan metode konvensional dan metode uji cepat komersial.
Pengelompokan contoh berdasarkan jumlah E. coli sangat membantu dalam
pengukuran keakuratan suatu metode uji. Jumlah bakteri kultur murni yang
diinokulasikan pada kelompok „bakteri level rendah, bakteri level sedang dan
bakteri level tinggi‟ sebanyak 10-100, 100-1000 dan 1000-10000 cfu/g (Ushiyama
dan Iwasaki 2010).
Metode Inokulasi Bakteri Kultur Murni
Escherichia coli yang digunakan untuk inokulasi merupakan bakteri kultur
murni dalam bentuk kering beku. Bentuk padat bakteri ini kemudian dicairkan
dengan PBSpH 7.4 sebanyak 3 ml. Larutan stok dibuat dari 1 ml larutan bakteri
PBS ditambahkan dengan media cair brain heart infusion. Larutan stok ini
diinkubasi pada suhu 35°C selama 24 jam, kemudian dapat disimpan dalam suhu
2-4°C selama 1 bulan.
Larutan stokdiencerkan dengan mengambil sebanyak1 ml larutan stok
ditambahkan dengan 9 ml BPW (10-1), lanjutkan hingga pengenceran 10-10. Setiap
1 ml pengenceran ditanam dalam PCA kemudian diinkubasikan dalam suhu 35oC
selama 24 jam. Berdasarkan penghitungan jumlah bakteri dalam PCA maka
pengenceran dengan jumlah bakteri berkisar 10-100, 100-1000 dan 1000-10000
cfu/gakan dipilih untuk diinokulasikan.
Staphylococcus aureus yang digunakan untuk inokulasi merupakan bakteri
kultur murni yang dibiakkan dalam nutrien agar (NA) miring. Biakkan bakteri ini
kemudian diambil dengan ose dan tumbuhkan kembali dalam media cair brain
heart infusion.Biakkan cair ini diinkubasi pada suhu 35°C selama 24 jam,
kemudian dapat disimpan dalam suhu 2-4 °C selama 1 bulan.
Larutan stok diencerkan dengan mengambil sebanyak 1 ml larutan stok
ditambahkan dengan 9 ml BPW (10-1), lanjutkan hingga pengenceran 10-10. Setiap
1 ml pengenceran ditanam dalam PCA kemudian diinkubasikan dalam suhu 35°C
selama 24 jam. Berdasarkan penghitungan jumlah bakteri dalam PCA maka dapat
diketahui pengenceran yang digunakan untuk diinokulasikan dalam kelompok
„kontrol‟ .
Persiapan Contoh
Contoh direbus terlebih dahulu untuk mematikan mikroorganisme yang
ada sebelum diinokulasi dengan bakteri kultur murni. Kelompok „alami‟
merupakan kelompok contoh yang langsung diuji tanpa direbus dan tanpa
inokulasi bakteri. Hal ini untuk membandingkan kemampuan metode uji cepat
komersial dengan metode konvensional dalam mendiagnosa secara tepat E. coli
strain lapang. Kelompok „kontrol‟ merupakan kelompok contoh yang direbus dan
diinokulasikan bakteri Staphylococcus aureus.

8
Kelompok „bakteri level rendah‟ diinokulasikan E. coli sebanyak 10-100
cfu/g, kelompok „bakteri level sedang‟diinokulasikan E. coli sebanyak 100-1000
cfu/g dan kelompok „bakteri level tinggi‟ diinokulasikan E. coli sebanyak 100010000 cfu/g.Matriks rancangan jumlah dan jenis contoh dapat dilihat pada Tabel
1.
Tabel 1 Matriks rancangan jumlah dan jenis contoh yang menggunakan
metode uji cepat dan konvensional
Kelompok contoh

Jenis contoh

Alami

Daging sapi beku
Daging ayam beku
Daging sapi beku
Daging ayam beku
Daging sapi beku
Daging ayam beku
Daging sapi beku
Daging ayam beku
Daging sapi beku
Daging ayam beku

Bakteri level rendah
Bakteri level sedang
Bakteri level tinggi
Kontrol (S.aureus)
Jumlah

Uji
cepat
9
9
9
9
9
9
9
9
9
9
90

Konvensional
9
9
9
9
9
9
9
9
9
9
90

PengujianEscherichia coli Metode Konvensional
Pengujian yang dilakukan untuk menghitung jumlah Escherichia coli dalam
bahan pangan dengan mengacu pada BSN (2008a). Pengujian dilakukan dengan
uji pendugaan, uji penegasan dengan metode most probable number (MPN)
E. coli. Uji MPN menggunakan tabung fermentasi berseri dalam media cairs
pesifik dilanjutkan penanaman dalam media padat spesifik dan dilanjutkan dengan
uji biokimia. Uji biokimia yang dapat dilakukan untuk mengidentifikasi E.
coliyaitu uji indol, uji Voges-Proskauer, uji methyl red dan uji sitrat. Seluruh
tahapan uji dapat diakses dalam dokumen SNI 2897:2008.
Pengujian Escherichia coli Metode Uji CepatKomersial
Tahapan pengujian menggunakan metode ini, yaitu;
Larutan NaCl 0.9% dibuat sebagai larutan pengencer, lalu diautoklaf 15
menit pada suhu 121 °C.
Sebanyak 10 g daging contoh ditimbang secara aseptik, kemudian
dimasukkan dalam plastik steril. Larutan NaCl 0.9% ditambahkan 90 ml
dan dihomogenkan dengan stomacher selama 1-2 menit.
Sebanyak 1 ml contoh diinokulasikan ke dalam lembar uji cepat
komersialE. coli, hal ini dilakukan sebanyak dua replikat (duplo),lalu
diinkubasikan selama 24 jam dalam 35±1 °C.
Koloni berwana merah-ungu menunjukkan bakteri E. coli

9
Analisis Data
Perhitungan parameter akurasidapat dilakukan dengan menghitung
persentaserekoveridanrekoveri relatif. Persentase rekoveri yaitu derajat kesamaan
hasil yang didapat antara metode alternatif dengan jumlah bakteri yang
diinokulasikan, sedangkan rekoveri relatif yaitu derajat kedekatan hasil
perhitungan
bakteri
antara
metode
uji
cepat
komersialdengan
metodekonvensional(SAC 2002; Brodsky 2005).
Perhitungan parameterpresisi dilakukan dengan menghitung standar deviasi
relatif (relative standard deviation-RSD)di setiap kelompok bakteri (Mettler dan
Tholen 2014). Berikut ini adalah rumus perhitungan simpangan baku relatif (SAC
2002)

Keterangan:

a = lembar uji cepat komersial replikat 1
b = lembar uji cepat komersial replikat 2
xi = rata-rata replikat 1 dan 2
p = jumlah contoh
Perhitungan parameter sensitifitas, spesifisitas, tingkat positif palsu dan
negatif palsu dilakukan dengan membandingkan hasil positif dan negatif yang
diperoleh dengan dua metode uji ini(SAC 2002;Brodsky 2005).
Data yang diperoleh dianalisis secara statistik dengan membandingkan
jumlah E. coliyang didapat dengan menggunakan metode konvensional dan
metode uji cepat. Data jumlah E. colidari contoh dianalisis dengan pairedt student
testuntuk membandingkan rata-rata ulangan yang dilakukan oleh dua metode dan
membuat asumsi dasar bahwa tidak ada perbedaan yang signifikan antara nilai
rata-rata dari dua kelompok data (Dahlan 2011).

4 HASIL DAN PEMBAHASAN

Akurasi
Akurasi atau kecermatan adalah ukuran yang menunjukan derajat kedekatan
hasil jumlah mikroorganisme yang didapat dengan jumlah mikroorganisme
sebenarnya (SAC 2002).Terkadang masalah dalam menentukan akurasi adalah
ketidaktahuan terhadap nilai yang sebenarnya, oleh karena itu dilakukan inokulasi
bakteri kultur murni pada jumlah yang telah diketahui pada contoh.Jumlah bakteri
diketahui menggunakan metode yang diujikan sehinggaakurasi dari metode
tersebut dapat diketahui. Terdapat dua pendekatan perhitungan akurasi dalam
metode mikrobiologi yaitu dengan persentase rekoveri dan rekoveri
relatif(Parshionikar et al. 2009)
Pengukuran persentase rekoveri dilakukan dengan membandingkan jumlah
bakteri E. coli yang didapat oleh metode uji cepat dengan jumlah bakteri yang
diinokulasikan pada contoh. Rekoveri relatif dihitung dengan membandingkan

10
hasil perhitungan jumlah E. coli antara metode konvensional dengan metode uji
cepat komersial. Jenis perhitungan ini dikatakan relatif karena metode
konvensional belum tentu menunjukkan jumlah bakteri yang sebenarnya
(Parshionikar et al. 2009). Hasil perhitungan persentase rekoveri dan rekoveri
relatif dapat dilihat pada Tabel 2.
Tabel 2 Hasil persentase rekoveri dan rekoveri relatif
Kelompok contoh
Bakteri level rendah
Bakteri level sedang
Bakteri level tinggi

Rekoveri (%)

Rekoveri relatif (%)

86.64
105.44
96.19

86.47
110.55
113.31

Berdasarkan Tabel 2 kelompok bakteri level tinggi dan bakteri level rendah
memiliki persentase rekoveri atau ketepatan yang mendekati jumlah bakteri yang
sebenarnya. Kelompok bakteri level sedang memiliki persentase rekoveri diatas
100%, hal ini dapat disebabkan oleh tingginya jumlah bakteri yang terbaca pada
uji cepat komersial dibandingkan dengan jumlah yang diinokulasikan.
Perbandingan relatif antara hasil metode konvensional dan metode uji cepat
komersial pada Tabel 2 menunjukkan bahwa bakteri level rendah memiliki hasil
yang mendekati hasil dari metode konvensional. Besarnya persentase rekoveri
relatif pada kelompok bakteri level sedang dan tinggi menunjukkan bahwa hasil
dari metode konvensional lebih kecil dibandingkan hasil yang didapat dengan
metode uji cepat komersial.

Presisi
Presisi adalah derajat kesamaan nilai beberapa hasil pengujian yang
berulang-ulang. Presisi dibagi menjadi dua bagian yaitu repitabilitas dan
reprodusibilitas. Repitabilitas atau keterulangan yaitu kemampuan untuk
menghasilkan kesamaan hasil uji dari penggunaan berulang prosedur dalam
periode singkat, menggunakan laboratorium, peralatan dan analis yang sama.
Reprodusibilitas atau ketertiruan yaitu kemampuan untuk menghasilkan kesamaan
hasil uji dari penggunaan berulang prosedur dalam periode singkat, menggunakan
laboratorium, peralatan dan analis yang berbeda (SAC 2002). Penelitian ini
menggunakan prosedur yang berulang dalam periode singkat serta dilakukan di
laboratorium dengan peralatan dan analis yang sama, sehingga presisi yang
dihitung dalam penelitian ini adalah repitabilitas.
Repitabilitas diukur dengan relative standard deviation (RSD). Standar
deviasi relatif adalah metode untuk menilai atau membandingkan variasi yang
terjadi dalam sekelompok data. Semakin kecil nilai RSD maka presisi atau
ketepatan metode akan semakin baik. Standar deviasi relatif dapat dinyatakan
dalam bentuk persen dan disebut pula dengan coefficient of variation (CV). Presisi
metode uji cepat komersial dikatakan baik jika hasil CV kurang dari 10% (SAC
2002). Presisi metode pengujian air minum dapat diterima jika hasil CV kurang
dari 30% (Jacangelo dan Watson 2003). Hasil pengukuran RSD uji cepat
komersial pada tiap kelompok pengujian tersaji pada Tabel 3.

11
Tabel 3 Hasil perhitungan standar deviasi relatif
Jenis
contoh
Sapi
beku

Ayam
beku

Levelcontoh
Alami
Bakteri level rendah
Bakteri level sedang
Bakteri level tinggi
Alami
Bakteri level rendah
Bakteri level sedang
Bakteri level tinggi

Jumlah

Ratarata
(cfu/g)

9
9
9
9
9
9
9
9

20
20
233
2308
4411
13
222
2348

Standar
deviasi

RSD

CV
(%)

12.44
11.18
48.48
79.49
4.36
6.35
50.87
161.21
Rata-rata

0.154
0.113
0.079
0.066
0.018
0.143
0.025
0.0035
0.075

15.4
11.3
7.9
6.6
1.8
14.3
2.5
0.35
7.5

RSD: relative standard deviation; CV: coefficient of variation

Berdasarkan Tabel 3 diketahui bahwa nilai RSD semakin kecil pada
kelompok dengan tingkat jumlah bakteri yang tinggi. Contoh dengan jumlah
bakteri yang rendah (daging sapi beku alami, level rendah dan daging ayam beku
level rendah) didapatkan nilai presisi diatas 10% namun masih dibawah 30%.
Secara keseluruhan metode uji cepat komersial ini memiliki presisi yang baik
karena memiliki rata-rata sebesar 0.075.Hasil analisis repitabilitas yang dilakukan
Belloti et al.(2003)menunjukkan metode uji cepat komersial memiliki nilai presisi
yang lebih baik dibandingkan dengan metode MPN.
Hal yang sama disebutkan dalam penelitian Morita et al. (2003) serta
Ushiyama dan Iwasaki (2010) metode uji cepat komersial pada inokulasi bakteri
level rendah memiliki nilai RSD yang lebih tinggi dibandingkan inokulasi bakteri
level tinggi dan sedang. Hal ini dapat disebabkan olehnilai RSD dipengaruhi oleh
beberapa faktor yaitu selisih, rata-rata jumlah E. coliserta keseluruhan jumlah
ulangan yang dapat dihitung. Jika terdapat hasil negatif pada salah satu duplikasi
maka ulangan tersebut tidak dapat masuk dalam perhitungan dan memperbesar
nilai RSD.

Studi Komparatif Uji Cepat dengan Uji Konvensional
Rata-rata hasil uji E. coli dengan menggunakan dua metode dibandingkan
menggunakan uji t untuk melihat ada tidaknya perbedaan. Hasil uji t dari kedua
metode tersaji pada Tabel 4.

12
Tabel 4 Hasil uji komparatif uji cepat komersial dengan uji konvensional
Kelompok contoh
Alami
Bakteri level rendah
Bakteri level sedang
Bakteri level tinggi
Kontrol (S.aureus)

Metode uji
Konvensional
Uji cepat
Konvensional
Uji cepat
Konvensional
Uji cepat
Konvensional
Uji cepat
Konvensional
Uji cepat

Rata-rata ± standar deviasi
(log cfu/g)
1.45 ±0.643
1.71 ±0.764
1.27 ± 0.406
1.10 ±0.243
2.21 ±0.442
2.35 ±0.098
2.98 ±0.145
3.37 ±0.023
-

p
0.052
0.085
0.246
0.000a
-

p: nilai probabilitas; anilai p< 0.05 menunjukkan berbeda nyata

Berdasarkan hasil uji t pada Tabel 4 diketahui bahwa tidak ada perbedaan
yang signifikan antara nilai rata-rata dari dua metode (konvensional dan uji cepat
komersial) pada kelompok alami, bakteri level rendah dan bakteri level sedang.
Menurut Gangar et al. (1999) secara statistik tidak terdapat perbedaan rata-rata
jumlah E. coli antara kedua metode pada jenis contoh daging dalam tiga tingkat
inokulasi bakteri (rendah, sedang dan tinggi). Pengujian yang dilakukan oleh
Lauer et al. (2007) menunjukkan secara statistik (uji t) tidak terdapat perbedaan
rata-rata jumlah E. coli antara metode uji cepat komersial dengan metode
konvensional MPN pada daging mentah, daging ham, kalkun dan dada kalkun
beku, namun berbeda nyata pada contoh daging babi tanpa tulang, sosis
fermentasi, daging ayam, susu mentah, dan susu bayi.
Tabel 4 juga menunjukkan terdapat perbedaan yang signifikan pada
kelompok bakteri level tinggi. Rata-rata jumlah E. coli pada kelompok bakteri
level tinggi dengan metode uji cepat menunjukkan jumlah yang sesuai dengan
kisaran jumlah bakteri yang diinokulasikan pada bakteri level tinggi yaitu 3-4 log
cfu/g. Rata-rata jumlah E. coli yang didapat dengan metode konvensional
jumlahnya dibawah kisaran bakteri yang diinokulasikan.
Pengujian yang dilakukan oleh Morita et al. (2003) mendapatkan hasil yang
hampir sama yaitu terdapat perbedaan yang nyata pada inokulasi bakteri 100-250
cfu/g dan 1000 cfu/g (bakteri level sedang dan tinggi). Penelitian Ushiyama dan
Iwasaki (2010) menunjukkan bahwa pada bakteri level tinggi, rata-rata jumlah E.
coli dengan metode konvensional secara signifikan lebih rendah dibanding metode
uji cepat komersial terutama pada contoh daging sapi beku, daging babi beku dan
daging babi segar.
Perbedaan hasil yang didapat antara metode konvensional dengan metode
uji cepat pada kelompok bakteri level tinggi dapat disebabkan beberapa hal yaitu
metode MPN memiliki perhitungan berdasarkan teori probabilitas yaitu positif
dan negatif setiap tabung dalam seri sangat tergantung dengan peluang sel hidup
yang terambil oleh pipet, sedangkan uji cepat komersial membaca seluruh sel
hidup yang terambil oleh pipet. Terdapat beberapa hal yang menyebabkan hasil
negatif palsu pada metode MPN yaitu terdapat bahan yang dapat mematikan

13
mikroorganisme atau berinteraksi dengan media cair, serta gagalnya uji
peneguhan dan pelengkap mengidentifikasi organisme karena tabung durham
dilingkupi oleh substrat padat dari homogenat contoh sehingga gas tidak mampu
terperangkap (Corry et al. 2011). Selain itu waktu pengerjaan yang lebih lama
(lima hari) dapat meningkat peluang kesalahan dalam perhitungan.
Metode konvensional maupun uji cepat memberikan hasil negatif pada
kelompok kontrol yang diinokulasi dengan bakteri Staphylococcus aureus. Hal ini
menunjukkan bahwa metode uji cepat komersial sama halnya dengan metode
konvensional tidak bereaksi silang dengan bakteri lain. Hasil penelitian dari
Ushiyama dan Iwasaki (2010) mendapatkan bahwa uji cepat komersial ini tidak
bereaksi positif dengan bakteri Gram positif seperti S.aureus, Bacillus cereus,
Bacillus subtilis, Enterococcus hirae, serta tidak bereaksi positif pada beberapa
bakteri Gram negatif seperti Salmonella sp., Pseudomonas aeruginosa, Serratia
marcescens,dan Edwardsiella tarda.

Sentifitas, Spesifisitas serta Tingkat Positif dan Negatif Palsu
Sensitifitas adalah proporsi contoh positif E. coli yang teridentifikasi secara
tepat oleh uji cepat. Data yang digunakan untuk menghitung sensitifitas biasanya
didapat dari pengujian berulang contoh yang telah diinokulasikan dengan bakteri
kultur murni. Spesifisitas adalah kemampuan metode uji cepat komersial dalam
membedakan antara organisme target dengan organisme lain. Positif palsu adalah
proporsi contoh yang negatif E. coliyang secara salah dinyatakan positif oleh uji
cepat. Negatif palsu adalah proporsi contoh yang positif E. coliyang secara salah
dinyatakan negatif oleh uji cepat (Parshionikar et al. 2009).
Menurut Thusrfield (2005) selain parameter di atas, nilai kappa juga dapat
memperlihatkan keseuaian dua buah metode. Sensitifitas, spesifitas, tingkat positif
dan negatif palsu serta nilai kappa dapat dihitung berdasarkan data pada Tabel 5.
Tabel 5 Proporsi contoh yang diklasifikasi-silangkan
Metode uji
cepat komersial
Positif
Negatif
Jumlah

Metode konvensional
Positif
67
5
72

Negatif
0
18
18

Jumlah
67
23
90

Hasilnya diketahui bahwa sensitifitas dan spesifitas dari uji cepat komersial
E. coli mencapai 93.06% dan 100% dengan tingkat kepercayaan 95%.
Berdasarkan Tabel 5 diketahui pula tingkat positif dan negatif palsu yaitu sebesar
0% dan 6.94%. Nilai sentifitas dan spesifisitas tinggi maka akan menurunkan
angka negatif palsu dan positif palsu. Nilai sensitifitas dan spesifitas yang tinggi
menunjukkan bahwa metode uji cepat komersial E. coli ini memiliki sensitifitas
yang tinggi serta sangat spesifik dalam mendiagnosa bakteri E. coli.
Uji kappa dilakukan untuk melihat nilai kesepakatan antara metode
konvensional dan metode uji cepat komersial. Berdasarkan Tabel 5 diketahui nilai
kesepakatan dari kedua uji ini yaitu 0.843. Nilai kesepakatan uji cepat komersial

14
terhadap metode konvensional ini masuk dalam kategori bagus sekali (Nordval
2009).
Kelebihan Metode Uji Cepat
Metode uji cepat banyak dikembangkan karena laboratoriumbadan
regulasi dan industri membutuhkan metode yang memberikan hasil yang cepat,
akurat, mudah diaplikasikan, dapat dipercaya, ekonomis, efisien dalam waktu,
serta penyimpanannya. Perbandingan antara metode uji cepat dan konvensional
dalam pengujian E. colidari sisi ekonomis, kebutuhan peralatan, serta lamanya
waktu pengujian dapat dilihat pada Tabel 6.
Tabel 6 Perbandingan antara metode konvensional dan uji cepat dalam hal biaya,
lama pengujian dan jumlah alat yang digunakan
Biaya
Waktu pengujian
Metode Uji
Jumlah alat
(max)
(100 sampel)
Metode
210 tabung
15 juta
5-7 hari
konvensional
35 erlemeyer
Metode uji cepat
3 juta
2 hari
5 buah erlemeyer
Biaya yang dibutuhkan oleh metode konvensional jauh lebih mahal
dibandingkan dengan metode uji cepat. Analisis ini dibuat dengan catatan seluruh
sampel positif dan membutuhkan uji lanjut, sehingga memakai beberapa macam
media. Harga tersebut juga berdasarkan tarif pengujian E. coli yang paling mahal
di beberapa tempat pelayanan diagnostik mikrobiologi.
Analisis waktu yang dibutuhkan, menunjukkan metode uji cepat dapat
memberikan hasil yang lebih cepat dibandingkan metode konvensional. Metode
konvensional mensyaratkan jika pada inkubasi 24 jam hasil pembacaan masih
negatif maka harus diperpanjang menjadi 48 jam, selain itu jika hasil positif harus
dilanjutkan dengan uji biokimia. Waktu yang dibutuhkan oleh metode uji cepat
cukup singkat yaitu hanya dua hari, karena hanya membutuhkan satu hari
persiapan dan pengujian serta satu hari untuk inkubasi. Menurut
Schönenbrücheret al. (2008) media spesifik yang ditambah enzim substrat
florogenik/kromogenik tidak membutuhkan tahap untuk subkultur dan uji
biokimia.
Kebutuhan alat dan bahan dapat juga menjadi pertimbangan dalam memilih
metode uji. Alat dan bahan yang diperlukan dalam pengujian metode
konvensional sangat banyak dan membutuhkan tempat yang cukup besar untuk
penyimpanan media serta tempat untuk inkubasi. Metode uji cepat memiliki
kelebihan berupa bentuk yang tipis dan kecil sehingga tidak membutuhkan tempat
yang besar untuk inkubasi ataupun penyimpanan media.
Hal serupa juga dinyatakan oleh Indriani (2010) bahwa metode uji cepat
dibandingkan dengan metode konvensional lebih ekonomis, lebih hemat waktu
serta lebih efisien dalam penggunaan peralatan serta penyimpanan. Kodaka et
al.(2006) menyatakan bahwa metode uji cepat lebih praktis, tidak memerlukan
keterampilan khusus, efisien dalam penyimpanan, sedikit limbah yang dihasilkan,

15
tidak membutuhkan ruang yang banyak saat inkubasi, serta memiliki masa simpan
yang lebih lama dibandingkan dengan media kultur agar.
Uji cepat komersial ini selain memiliki kelebihan juga memiliki kelemahan.
Penelitian Bottini et al.(2011) membuktikan bahwa uji cepat komersial memiliki
sensitifitas uji hingga 100%. Hal ini akan meningkatkan jumlah positif palsu,
sehingga untuk meyakinkan hasil yang didapat adalah betul positif E. coli maka
perlu dilakukan uji lanjut dengan uji konvensionalnya yaitu uji isolasi dan
identifikasi.

SIMPULAN DAN SARAN
Simpulan
Hasil analisis beberapa parameter unjuk kerja seperti akurasi, presisi dan uji
t menunjukkan bahwa uji cepat komersial memiliki unjuk kerja analitik yang baik
pada contoh uji daging sapi beku dan daging ayam beku. Uji cepat komersial
memiliki unjuk kerja yang baik pada contoh daging sapi beku dan daging ayam
beku dengansensitifitas sebesar 93.06% dan spesifisitas sebesar 100%.

Saran
Pemakaian uji cepat komersial sebagai alternatif dari metode konvensional
sebaiknya selalu disertai dengan verifikasi. Verifikasi dilakukan untuk mengetahui
uji cepat ini menunjukkan unjuk kerja sesuai spesifikasinya atau tidak dan
kesesuaiannya dengan metode konvensional.
Berdasarkan hasil uji t diketahui uji cepat komersial memiliki kesesuaian
dengan uji konvensional sehingga bisa dipertimbangkan penggunaannya dalam
pengujian rutin di laboratorium BBKP Tanjung Priok.
Hasil penelitian ini dapat digunakan sebagai salah satu bahan pertimbangan
bagi badan karantina dalam penggunaan metode uji cepat E. coli yang sama di
seluruh laboratorium karantina. Penggunaan uji cepat komersial dilingkup
laboratorium diagnostik karantina sebaiknya diseragamkan agar tidak terjadi
perbedaan hasil antara laboratorium karantina satu dengan yang lain. Sebelum
diterapkan diseluruh laboratorium karantina sebaiknya uji cepat ini dikaji unjuk
kerjadan kesesuiannya dengan berbagai macam contoh yang rutin datang ke
laboratorium karantina.

DAFTAR PUSTAKA
Ariyanti T, Supar, Kusumaningsih A. 2007. Cemaran E. coli pada bahan pangan
asal ternak periode 2000-2004 dan resistensinya terhadap antibiotik. Prosiding
seminar nasional hari pangan sedunia XXVII dukungan teknologi untuk
meningkatkan produk pangan hewani dalam rangka pemenuhan gizi
masyarakat[Internet]. [Waktu dan tempat tidak diketahui].Bogor (ID):

16
Puslitbang Peternakan. hlm 207-211; [diunduh 2014 Agustus 10]. Tersedia
pada: http://peternakan.litbang.pertanian.go.id/fullteks/lokakarya/pbadan0729.pdf?secure=1.
Belloti V, Souza JA, Barros MAF , Nero LA, Matos MR, Gusmao VV, Moraes
LB. 2003. Evaluation of petrifilm™ EC and HS for total coliforms
and Escherichia coli enumeration inwater. BrazJ Microbiol. 34(4):301-304.
Bottini G, Losito F, De Ascentis A, Priolisi FR, Mari A, Antonini G. 2011.
Validation of the micro biological survey method for total viable count and E.
coli in food sample. American J Food Technol. 6(11):951-962.
Brodsky M. 2005. Verification and validation of methods in an accreditation
environment. A microbiological prespective FPAC July 20, 2005.
[Internet].[diunduh
pada
2014
Mei
19].
Tersedia
pada:http://www.flworkshop.com.
Brodsky M. 2013. Methode validation and verification APEC-PTIN project.
[Internet].[diunduh pada 2014 Mei 19]. Tersedia pada: http://
http://ifstl.jifsan.umd.edu/files/2014/02/DeAnnBenesh_VerificationValidation.pdf.
[BSN] Badan Standardisasi Nasional. 2008. SNI 17025:2008tentangpersyaratan
umum kompetensi laboratorium pengujian dan laboratorium kalibrasi. Jakarta
(ID): BSN.
[BSN] Badan Standardisasi Nasional. 2008a. SNI 2897:2008 tentang metode
pengujian cemaran mikrobia dalam daging, te