Kajian Peningkatan Produktivitas Dan Keterampilan Masyarakat Berdasarkan Rencana Strategis Pt Newmont Nusa Tenggara
KAJIAN PENINGKATAN PRODUKTIVITAS DAN
KETERAMPILAN MASYARAKAT
BERDASARKAN RENCANA STRATEGIS
PT NEWMONT NUSA TENGGARA
ABDUL MUIS
SEKOLAH PASCASARJANA
INSTITUT PERTANIAN BOGOR
BOGOR
2015
PERNYATAAN MENGENAI TESIS DAN SUMBER
INFORMASI SERTA PELIMPAHAN HAK CIPTA
Dengan ini saya menyatakan bahwa tesis berjudul Kajian Peningkatan
Produktivitas dan Keterampilan Masyarakat berdasarkan Rencana Strategis
PT Newmont Nusa Tenggara adalah benar karya saya dengan arahan dari komisi
pembimbing dan belum diajukan dalam bentuk apapun kepada perguruan tinggi
manapun. Sumber informasi yang berasal atau dikutip dari karya yang diterbitkan
maupun tidak diterbitkan dari penulis lain telah disebutkan dalam teks dan
dicantumkan dalam Daftar Pustaka di bagian akhir tesis ini.
Dengan ini saya melimpahkan hak cipta karya tulis saya kepada Institut
Pertanian Bogor.
Bogor, September 2015
Abdul Muis
NRP I354120015
RINGKASAN
ABDUL MUIS, Kajian Peningkatan Produktivitas dan Keterampilan Masyarakat
berdasarkan Rencana Strategis PT Newmont Nusa Tenggara. Dibimbing oleh
PUDJI MULJONO dan EKAWATI SRI WAHYUNI
PTNNT telah menerapkan dan melaksanakan Corporate Social
Responsibility (CSR) sebagai bagian dari operasi perusahaan, meletakkan visi;
“menjadi perusahaan tambang yang paling dihargai dan dihormati melalui
kepemimpinan di bidang keselamatan kerja, pengelolaan lingkungan dan
tanggung jawab sosial”. Menempatkan aspek tanggung jawab sosial sebagai
bagian penting dalam kinerja perusahaan, diwujudkan dengan membangun
hubungan kemitraan yang sejajar, berdasarkan atas kepercayaan yang
mengedepankan nilai-nilai profesional, serta nilai tambah bagi masyarakat sekitar
tambang. Dalam mendukung dan mewujudkan visi tanggung jawab sosial,
PTNNT telah merumuskan Rencana Strategis (Renstra) pertama kali pada tahun
2004, dipergunakan sebagai instrumen dan acuan dalam pelaksanaan program
pengembangan masyarakat setiap lima tahunan, baik untuk jangka menengah
maupun jangka panjang, supaya program yang dilaksanakan relevan dengan
kebutuhan dan sasaran yang akan dicapai. PTNNT mengalokasikan anggaran
setiap tahun guna mendukung berbagai implementasi program tanggung jawab
sosial bagi pengembangan masyarakat, melalui Department Social Responsibility
& Gevernment Relations (SR&G). Dalam mewujudkan komitmen tanggung
jawab sosial, Department SR&G menetapkan visi bagi pengembangan masyarakat
sebagai “Masyarakat yang sehat, cerdas, mandiri, sejahtera dan religious”, dan
akan dicapai melalui lima bidang utama yaitu: (1) Bidang Kesehatan, (2) Bidang
Pendidikan, (3) Bidang Ekonomi Masyarakat, (4) Bidang Pertanian dan
Pariwisata, dan (5) Bidang Sosial Budaya dan Agama, termasuk di dalamnya
peningkatan infrastruktur untuk seluruh bidang. Selanjutnya merumuskan misi,
pada bidang pendidikan adalah: “Meningkatkan kualitas sumberdaya manusia
cerdas dan produktif”, dengan sasaran yang ingin dicapai “Terwujudnya kapasitas
masyarakat yang terampil, berpendidikan, kompetititf dan berbudi pekerti”.
Pengumpulan data melalui studi dokumentasi, observasi lapangan, indepth interview dan FGD, serta penyebaran kuesioner kepada 40 responden.
Kuesioner dikembangkan khusus untuk melihat penilaian responden terhadap
aspek pernyataan aktivitas serta menilai apakah responden mengenali aktivitas
yang dinyatakan dan memahaminya sebagai praktek SR PTNNT. Dalam
mengukur penilaian, dikembangkan kuantifikasi (skor) dan persentase (%),
sehingga diperoleh nilai untuk dibandingkan, dan digunakan sebagai pendukung
analisis. Analisis data melalui: 1). Interpretasi data dokumen dan pelaporan yang
ditunjang oleh validitas masyarakat melalui data hasil wawancara, observasi, dan
kuesioner, 2). Reduksi data dokumen, pelaporan program, hasil penelitian lain,
kemudian dilakukan pengeditan, tabulasi dan klasifikasi, 3). Penyajian data
analisis, 4). Mendeskripsikan hasil analisis dan kesimpulan.
Berdasarkan hasil kajian, tergambar bahwa dalam proses penyusunan
Renstra, PTNNT telah melibatkan perwakilan masyarakat dan pemerintah melalui
konsultasi publik, namun pada hasil akhir, ditemukan bahwa program yang
tercantum di dalam Renstra tidak disosialisasikan dengan baik ke tengah
masyarakat, sebagian besar menyatakan tidak mengetahui rencana maupun
substansi Renstra, akan tetapi hanya mengetahui tentang program pengembangan
masyarakat dari apa yang dilihat langsung di lapangan, atau pada saat program
berjalan, karena tidak adanya laporan dalam bentuk lisan maupun tulisan atau
pemberian informasi mengenai rencana program di desa, dan hanya pemerintah
desa yang menyatakan selalu dilibatkan dalam program pengembangan
masyarakat yang dilakukan. Terkait kegiatan peningkatan produktivitas dan
keterampilan masyarakat yang dilakukan oleh PTNNT, bahwa kegiatan tersebut
belum dapat dikatakan berhasil dalam mencapai sasaran dan tujuan pokok yang
ditetapkan, sehingga masih dibutuhkan komitmen kuat dari PTNNT melalui
pelaksanaan kegiatan yang lebih intensif dan kontinyu dalam memenuhi aspek
pelatihan keterampilan, penciptaan peluang kerja, produktivitas, maupun
kemandirian masyarakat. Pelaksanaan kegiatan, masih terindikasi persoalan pada
aspek perencanaan, pelaksanaan dan pada hasil akhir kegiatan, sehingga kegiatan
peningkatan produktivitas dan keterampilan masyarakat, belum tercapai sesuai
indikator yang ditetapkan, serta belum dapat secara optimal memenuhi aspirasi
dan kebutuhan masyarakat setempat.
Pelaksanaan kegiatan seharusnya dapat dilakukan secara optimal jika
melihat faktor pendukung dalam mencapai keberhasilan kegiatan, seperti adanya
komitmen CSR PTNNT, dukungan pendanaan, dukungan staf SR, lembaga mitra,
sarana dan prasarana, serta dukungan pemerintah terkait. Meskipun tidak bisa
dipungkiri pada persoalan hambatan yang dihadapi di masyarakat maupun di
internal PTNNT itu sendiri, seperti persoalan “over budget”, keterlambatan
implementasi, perubahan kebijakan, serta hambatan pada tingkat pola pikir
masyarakat, kurangnya SDM, tuntutan peluang berusaha dan kesempatan kerja
yang terus meningkat, karena masih kuatnya persepsi masyarakat bahwa bekerja
di PTNNT mendatangkan penghasilan yang relatif baik, disamping manfaat
psikologis berupa peningkatan status sosial.
Perancangan strategi aksi dilakukan secara partisipatif melalui forum
FGD, dan menghasilkan rekomendasi kepada PTNNT untuk melakukan
penyusunan ulang program pengembangan masyarakat dalam Renstra, dengan
melibatkan partisipasi aktif pemangku kepentingan pada setiap tahapan proses,
termasuk proses perencanaan, pengorganisasian, pelaksanaan, maupun monitoring
evaluasi program. Membentuk forum kelembagaan CSR yang terintegrasi dari
multi stakeholders mulai aras Dusun, Desa, Kecamatan, Kabupaten, sampai
Provinsi,
dengan keterlibatan aktif PTNNT menggerakan keikutsertaan
kontraktor yang berada dalam wilayah kerja pertambangan, serta peran
Pemerintah Kabupaten Sumbawa Barat dalam menggerakkan Dinas Instansi
terkait. Forum kelembagaan CSR dibentuk sebagai wadah kelembagaan yang
memiliki peran penting sebagai pusat kegiatan pengembangan masyarakat,
diharapkan mampu mengakomodir kebutuhan dan potensi masyarakat setempat,
melalui kegiatan pengembangan yang sinergis dengan arah kebijakan
pembangunan Pemerintah, sehingga mencapai keberhasilan kegiatan
pengembangan masyarakat secara optimal.
Program aksi disusun sebagai kegiatan untuk meningkatkan produktivitas
dan keterampilan masyarakat di Desa Benete adalah: (1) Pendidikan pelatihan
peningkatan skiil pencari kerja, (2) Pendidikan pelatihan pengembangan usaha
mandiri, (3) Pengembangan usaha produktif pertanian dan perikanan, serta (4)
Peningkatan pelayanan informasi forum CSR, yang akan berperan dalam
informasi berbagai rencana program, melakukan sosialisasi, seleksi peserta,
informasi pelaksanaan program, monitoring dan evaluasi, pengawasan,
pendampingan serta integrasi informasi, koordinasi maupun sebagai forum
diskusi.
Kata kunci: keterampilan, masyarakat, produktivitas, rencana strategis
SUMMARY
ABDUL MUIS, Study on Improving Productivity and Community Skills Based on
The Strategic Plan of PT Newmont Nusa Tenggara. Supervised by PUDJI
MULJONO and EKAWATI SRI WAHYUNI
PTNNT has implemented Corporate Social Responsibility (CSR) as part of
the company's operations, putting the vision; "Be a mining company's most valued
and respected through leadership in safety, environmental management and
social responsibility". Placing aspect of social responsibility as an important part
of the company's performance, realized by building relationships equal
partnership, based on the belief that promote professional values, as well as
added value for the community around mining site. In supporting and realizing
the vision of social responsibility, PTNNT has formulated a Strategic Plan which
was iniated in 2004 and used as an instrument and a reference in the
implementation of community development programs every five years for both the
medium term and long term, so that the program implemented relevant to the
needs and objectives shall be achieved. PTNNT has allocated budget each year to
support the implementation of various social responsibility programs for
community development, through the Department of Social Responsibility &
Gevernment Relations (SR & GR). In order to achieve the commitments on social
responsibility, the department of SR & G set a vision for the development of
society as a " healthy, intelligent, independent, prosperous and religious society",
and will be achieved through five key areas, namely: (1) Health sector, (2)
Education sector, (3) Community Economic sector, (4) Agriculture and Tourism,
and (5) Social and Culture and Religion, including the improvement of the
infrastructure for the entire field. On the education sector, the mission is
"Improving the quality of human resources to be intelligent and productive", with
a target to be achieved is "Realization of skilled, educated, competitife and
virtuous community capacity".
Through data collection, by documentation studies, field observations, indepth interviews and focus group discussions, as well as the distribution of
questionnaires to 40 respondents. Questionnaires were developed to find at the
respondents' perceptions on SR activities and assess whether respondents
recognize that activities stated and understood as the practice of SR of PTNNT. In
measuring the assessment, quantification (scoring) and percentage (%) were used
in order to obtain the value to be compared and used to support the analysis. The
data were analyzed through: 1) Data interpretation and reporting documents
which are supported by data from interviews, observations, and questionnaires,
2). Reduction of document data, program reporting, the results of another study,
then do the editing, tabulation and classification, 3) Presentation of data
analysis, 4 ) Describing the results of the analysis and conclusions.
The findings of the study show that in the process of drafting, PTNNT has
involved representatives of the community and the government through the public
consultation, but the final finding show that the program contained in the
Strategic Plan are not socialized to the community, most respondents stated that
they do not know the plan or the substances of the Strategic Plan, but just
knowing about the community development programs from what is seen on the
field, or when the programs run, there are no reports orally or writtenly or
information provided about each plan program in the village, and only village
officials stating always involved in community development programs undertaken.
Furthermore related to activities to improve productivity and skills of the
community conducted by PTNNT, show that those activities can not be said to be
successful in achieving the goals and main objectives set out, so it still takes a
strong commitment from PTNNT through the implementation of more intensive
and continuous in fulfilling aspects of skills training, employment creation,
productivity as well as community’s indepedence. On the implementation of
activities, still indicated problems in terms of planning, implementation and the
results of the activities, so that activities to improve productivity and skills of the
community, which has not been achieved according to the indicators set out, and
have not been able to optimally meet the aspirations and needs of the surrounding
community.
Thus, the implementation of activities should be performed optimally as it
has have been strongly supported by factors of success of activities, such as
PTNNT CSR commitment, funding, SR staffs, partner institutions, facilities and
infrastructure, as well as related government support. It is not denied that the
obstacles problems faced by society and PTNNT are becoming the limiting factors
of success of the activities, such as the issue of "over budget", delays in
implementation, the policy change in the management, the public mindset, the
lack of human resources, the demands of business opportunities and employment
which continue to increase, and the strong public perception that working in
PTNNT get good earning as well as the psychological benefits of the increase of
social status.
The design strategy used participatory action through Focus Group
Discussions, and provide recommendation to the PTNNT to rearrange various
community development programs in strategic planning, involving the active
participation of stakeholders at every stage of the process, including the process
of planning, organizing, implementing, monitoring and evaluation of programs.
Forming institutional forum of CSR involving multi stakeholders such as sub
village, village, sub-district, district and province government, with the active
involvement of PTNNT in initiating and invloving the participation of the
contractors of PTNNT as well as the role of the West Sumbawa Regency
Government in involving the related institutions. Institutional forum CSR was
formed as a media or institutional media, which will take an important role as a
center of community development around the mine site and expected to be able to
accommodate the needs and potential of the local community, through a various
of development activities which are synergized with the road map of the local
government policy so that successfull community development activities could be
optimally achieved.
The action program is arranged as activities to improve productivity and
skills of the people at Benete village are: (1) Educational training for enhancing
skills of job seekers, (2) Education and training for independen business
development such as training of hybrid corn processing, (3) development of
productive agriculture and fisheries, and (4) Improved information services CSR
forum, which will play an important role in managing information of various
activites such as of planned programs, dissemination, selection of participants,
information about program implementation, monitoring and evaluation,
supervision, mentoring and integrated information, coordination as well as
discussion forums.
Keywords: community, productivity, skills, strategic plan
© Hak Cipta Milik IPB, Tahun 2015
Hak Cipta Dilindungi Undang-Undang
Dilarang mengutip sebagian atau seluruh karya tulis ini tanpa mencantumkan
atau menyebutkan sumbernya. Pengutipan hanya untuk kepentingan pendidikan,
penelitian, penulisan karya ilmiah, penyusunan laporan, penulisan kritik, atau
tinjauan suatu masalah; dan pengutipan tersebut tidak merugikan kepentingan
IPB
Dilarang mengumumkan dan memperbanyak sebagian atau seluruh karya tulis ini
dalam bentuk apa pun tanpa izin IPB
KAJIAN PENINGKATAN PRODUKTIVITAS DAN
KETERAMPILAN MASYARAKAT
BERDASARKAN RENCANA STRATEGIS
PT NEWMONT NUSA TENGGARA
ABDUL MUIS
Tesis
sebagai salah satu syarat memperoleh gelar
Magister Profesional Pengembangan Masyarakat pada
Program Studi Magister Pengembangan Masyarakat
SEKOLAH PASCASARJANA
INSTITUT PERTANIAN BOGOR
BOGOR
2015
Penguji Luar Komisi Ujian Tesis: Dr Ir Djuara P. Lubis, MS
PRAKATA
Bimillahirahmannirrahim,
Puji syukur penulis panjatkan ke hadirat Allah SWT, yang telah
melimpahkan rahmat serta karuniaNya, sehingga penulis dapat menyelesaikan
Tesis ini sesuai waktu yang telah ditetapkan dan sebagai salah satu syarat untuk
mendapatkan gelar Magister Pengembangan Masyarakat pada Fakultas Ekologi
Manusia Institut Pertanian Bogor. Tema yang dipilih dalam Kajian yang telah
dilaksanakan sejak Juni 2014 ini adalah tentang aktivitas pemberdayaan
masyarakat di Desa Benete Kecamatan Maluk, Kabupaten Sumbawa Barat, yang
dilakukan oleh PT Newmont Nusa Tenggara, sebagai bagian dari tanggung jawab
sosial perusahaan, berjudul
Peningkatan Produktivitas dan Keterampilan
Masyarakat Berdasarkan Rencana Strategis PT Newmont Nusa Tenggara”.
Penulis menyadari bahwa kajian pengembangan masyarakat ini tidak akan
terwujud tanpa bantuan dan dukungan dari berbagai pihak. Oleh karena itu,
melalui kesempatan ini, penulis mengucapkan terima kasih dan penghargaan yang
setinggi tingginya kepada :
1. Bapak Dr Ir Pudji Muljono, MSi dan Ibu Dr Ir Ekawati Sri Wahyuni, MS
selaku komisi pembimbing, Bapak Dr Ir Djuara P. Lubis, MS selaku penguji
luar komisi, serta Bapak Ir Fredian Tonny Nasdian, MS selaku penguji
program studi.
2. Dekan Fakultas Ekologi Manusia, Ketua Program Studi Pengembangan
Masyarakat, para staf pengajar serta staf sekretariat program studi MPM IPB
yang telah memberikan ilmu, dukungan dan fasilitas selama penulis mengikuti
pendidikan.
3. Pemerintah Kabupaten Sumbawa Barat, Universitas Cordova dan Managemen
PTNNT yang telah memberikan kesempatan, tempat dan dukungan dana
dalam mengikuti program pendidikan Magister Pengembangan Masyarakat
4. Rekan-rekan di PTNNT, mitra kerja PTNNT dan para narasumber yang telah
banyak membantu proses kajian serta pengumpulan data di lapangan.
5. Seluruh rekan-rekan mahasiswa MPM IPB yang selalu memberi semangat,
dukungan motivasi dan diskusi-diskusi selama ini.
6. Istri tercinta Amiyati, ketiga putra putri tersayang (kaka Ecy, abang Wahyu,
adek Lala) dan ibunda Hj. Hadijah atas do’a tulus yang tiada henti hingga
penulis dapat menyelesaikan kajian dan pendidikan di IPB.
Akhirnya penulis berharap kajian ini dapat memberikan sumbangan
pemikiran kepada pihak-pihak terkait dalam kegiatan pengembangan masyarakat.
Demikian, semoga karya ilmiah ini bermanfaat.
Bogor,
September 2015
Abdul Muis
DAFTAR ISI
DAFTAR TABEL
DAFTAR GAMBAR
DAFTAR LAMPIRAN
1. PENDAHULUAN
Latar Belakang
Perumusan Masalah
Tujuan Kajian
Manfaat Kajian
Ruang Lingkup Kajian
2. PENDEKATAN TEORITIS
Tinjauan Pustaka
Corporate Social Responsibility (CSR)
Dasar Implementasi Corporate Social Responsibility (CSR)
Community Development (Comdev)
Komponen Pengembangan Masyarakat
Rencana Strategis PT Newmont Nusaa Tenggara
Kinerja dan Efektivitas Program
Pemberdayaan (Empowerment) pada Bidang Pendidikan
Pemberdayaan (Empowerment) dalam Meningkatkan Produkivitas
dan Keterampilan Masyarakat
Tempat Belajar Masyarakat (TBM)
Kerangka Pemikiran
3. METODE KAJIAN
Lokasi dan Waktu Kajian
Pendekatan Kualitatif
Pemilihan Informan
Pengumpulan Data
Pengolahan dan Analisis Data
Pendekatan Kuantitatif
Metode Pemilihan Responden
Pengumpulan Data
Pengolahan dan Analisis Data
Perancangan Strategi Aksi
Metode Perancangan
Partisipan Perancangan
Proses Perancangan
4. GAMBARAN UMUM WILAYAH KAJIAN
Profil Desa Benete Kecamatan Maluk
Letak Geografis
Kependudukan
Kondisi Agraris
Struktur Sosial
Kelembagaan Sosial
Jejaring Sosial
Kelembagaan Ekonomi
xiv
xv
xvi
1
5
7
7
8
9
9
11
13
14
15
18
20
21
22
23
27
27
27
28
28
29
30
30
30
33
34
34
34
37
37
37
38
39
40
41
42
Kelompok Usaha Produktif
Aksesibilitas terhadap Kebijakan dan Sumberdaya
Jaringan Bisnis
Basis Ekologi dan Perubahannya
Matapencaharian Utama
5. PENILAIAN RENCANA STRATEGIS (2009-2013) PT NNT
6. PENILAIAN KEGIATAN PENINGKATAN PRODUKTIVITAS DAN
KETERAMPILAN MASYARAKAT.
Kegiatan Pelatihan, Kursus, Magang
Pembentukan Tempat Belajar Masyarakat (TBM)
Capaian Pelatihan, Kursus, Magang
Capaian Pembentukan Tempat Belajar Masyarakat (TBM)
7. PENILAIAN KEGIATAN BERDASARKAN ASPIRASI DAN
KEBUTUHAN MASYARAKAT
Minat dan Partisipasi Masyarakat
Manfaat Pelatihan terhadap Peningkatan Produktivitas dan
Keterampilan Masyarakat
Dampak Pelatihan terhadap Peningkatan Pendapatan Masyarakat
8. FAKTOR PENDUKUNG DAN PENGHAMBAT KEGIATAN
Faktor Pendukung
Faktor Penghambat
9. PERANCANGAN STRATEGI AKSI
Strategi Aksi
Pembentukan Forum Kelembagaan CSR
Kegiatan Aksi Peningkatan Produktivitas dan Keterampilan Masyarakat
Kelembagaan dan Jaringan Usaha
Pendampingan dan Dukungan Pendanaan
10. SIMPULAN DAN SARAN
Simpulan
Saran
DAFTAR PUSTAKA
LAMPIRAN
RIWAYAT HIDUP
43
43
44
45
46
49
55
55
61
65
66
67
68
69
70
73
73
74
77
77
79
80
81
83
85
86
87
91
101
DAFTAR TABEL
1. Jumlah peserta program Keaksaraan Fungsional (KF) di
Kabupaten Sumbawa Barat, tahun 2011
2. Kelengkapan metode dan pengumpulan data kualitatif
3. Jumlah responden berdasarkan kategori keterwakilan dan keterkaitan
dengan program di wilayah kajian
4. Instrumen pengumpulan data kuantitatif terkait Renstra
5. Instrumen pengumpulan data kuantitatif terkait kegiatan peningkatan
produktivitas dan keterampilan masyarakat
6. Instrumen pengumpulan data kuantitatif terkait pembentukan TBM
7. Lembaga ekonomi di Desa Benete, tahun 2011
8. Skor penilaian dan pengakuan responden terhadap aspek proses dan
implementasi Renstra
9. Skor penilaian dan persentase rataan jawaban berdasarkan kategori
kelompok responden
10. Skor penilaian dan pengakuan responden terhadap aspek kegiatan
pelatihan, kursus dan magang
11. Skor penilaian dan persentase rataan jawaban berdasarkan kategori
kelompok responden
12. Skor penilaian dan pengakuan responden terhadap aspek pembentukan
TBM
13. Skor penilaian dan persentase rataan jawaban berdasarkan kategori
kelompok responden
14. Kegiatan peningkatan produktivitas dan keterampilan masyarakat
melalui pendekatan kelembagaan forum CSR
5
29
30
31
32
33
42
52
52
58
59
64
65
83
DAFTAR GAMBAR
1. Kerangka pemikiran kajian peningkatan produktivitas dan keterampilan
masyarakat berdasarkan Renstra
24
2. Grafik pertumbuhan penduduk Benete, tahun 2006
38
3. Grafik luas lahan menurut penggunaan lahan di Desa Benete
39
4. Grafik pekerjaan utama kepala keluarga di Desa Benete, tahun 2012
47
5. Skor penilaian responden terhadap proses dan implementasi Renstra
51
6. Skor penilaian responden terhadap kegiatan pelatihan, kursus
dan magang
58
7. Skor penilaian responden terhadap kegiatan pembentukan TBM
64
8. Struktur dan fungsi kelembagaan forum CSR
80
DAFTAR LAMPIRAN
1. Pedoman wawancara
2. Kuesioner penelitian
3. Riwayat hidup
89
95
99
1. PENDAHULUAN
Latar Belakang
Pertambangan mineral tembaga dan emas di Batu Hijau berawal dari
adanya kontrak karya antara PT Newmont Nusa Tenggara (PTNNT) dengan
pemerintah Republik Indonesia, pada tanggal 2 Desember 1986. Kontrak karya
tersebut memberikan izin kepada PTNNT untuk melakukan eksplorasi mineral
berharga di dalam wilayah kontrak. Setelah empat tahun melakukan eksplorasi,
PTNNT menemukan cebakan tembaga porfiri dalam jumlah besar di suatu
kawasan hutan yang kemudian diberi nama Batu Hijau. Pada saat itu kawasan
Batu Hijau secara administratif masuk wilayah Kabupaten Sumbawa, tapi sejak
tahun 2003, Kabupaten Sumbawa telah dimekarkan menjadi dua Kabupaten,
sehingga lahirlah kabupaten baru yaitu Kabupaten Sumbawa Barat, dan Batu
Hijau secara administratif masuk dalam wilayah Kabupaten Sumbawa Barat.
PTNNT telah memberikan kontribusi mencapai US$ 35,90 juta kepada
pemerintah Indonesia dalam bentuk pajak, non-pajak serta royalti yang sesuai
dengan peraturan pemerintah yang diterapkan pada semua daerah penghasil
tambang dengan pembagian 20 persen untuk pemerintah pusat, 16 persen untuk
propinsi, 32 persen untuk kabupaten penghasil dan 32 persen untuk kabupaten
lainnya di NTB . Di samping itu, PTNNT setiap tahun membelanjakan lebih dari
US$183 juta untuk pembelian barang dan jasa dari dalam negeri Indonesia, US$
55 juta untuk pembayaran gaji karyawan nasional dan rata rata US$ 5 juta/tahun
untuk program pengembangan masyarakat (PTNNT 2012).
Pada masa-masa awal aktivitas, PTNNT seringkali mengalami
permasalahan dengan masyarakat setempat, seperti permasalahan yang berkaitan
dengan isu lingkungan, tenaga kerja dan sosial ekonomi lainnya. Isu-isu tersebut
di khawatirkan dapat mengganggu aktivitas perusahaan. Oleh karena itu, untuk
meminimalisir adanya permasalahan tersebut, PTNNT memfasilitasi dan
mengakomodir kebutuhan, serta harapan dari masyarakat setempat. Sebagai
tetangga yang baik, PTNNT menempatkan aspek penting tanggung jawab sosial
(Corporate Sosial Responsibility) dan menerapkan beberapa kebijakan agar
mendapat dukungan dari masyarakat Sumbawa dalam melakukan kegiatan
operasionalnya.
PTNNT menerapkan dan melaksanakan Corporate Sosial Responsibility
(CSR) sebagai bagian dari operasi perusahaan, dengan meletakkan visi; “menjadi
perusahaan tambang yang paling dihargai dan dihormati melalui kepemimpinan di
bidang keselamatan kerja, pengelolaan lingkungan dan tanggung jawab sosial”.
Menempatkan aspek tanggung jawab sosial sebagai bagian yang penting dalam
kinerja perusahaan, diwujudkan dengan membangun hubungan kemitraan yang
sejajar, berdasarkan atas kepercayaan yang mengedepankan nilai-nilai
professional, serta nilai tambah bagi masyarakat sekitar tambang.
Menurut World Business Council for Sustainable Development (WBCSD)
bahwa: “CSR merupakan suatu komitmen berkelanjutan oleh dunia usaha untuk
bertindak etis dan memberikan kontstribusi kepada pengembangan ekonomi dari
2
komunitas setempat ataupun masyarakat luas, bersamaan dengan peningkatan
taraf hidup pekerjanya beserta seluruh keluarganya”. Sangat jelas bahwa CSR
merupakan ruh dari keseluruhan operasi perusahaan atau “how to make money”,
bukan “how to spend money”. Menurut John Elkington seperti dikutip Nasdian
(2013), dari sudut perusahaan, CSR merupakan proses internalisasi faktor-faktor
eksternal (the internalization of externalities) yang merujuk kepada tripel bottom
line (3P), yakni People, Planet, dan Profit. Perusahaan yang baik tidak hanya
memburu keuntungan ekonomi belaka (profit) melainkan pula memiliki
kepedulian terhadap kelestarian lingkungan (planet) dan kesejahteraan masyarakat
(people).
Konteks pembangunan CSR tidak hanya berorientasi pada produksi, tetapi
seperti telah dinyatakan diatas bahwa CSR harus berorientasi pada pemberdayaan
masyarakat dalam meningkatkan taraf hidup warga komunitas. Oleh karena itu,
tanggung jawab sosial perusahaan perlu dikonstruksikan dalam suatu kerangka
pergeseran paradigma dari “production center development” ke “people center
development”. Dengan demikian aksi CSR dicirikan dengan implementasi
prisnsip-prinsip desentralisasi, partisipasi, pemberdayaan, pelestarian, jejaring,
teritorial, dan ekonomi lokal.
Sejalan dengan konteks CSR tersebut, maka dilakukan berbagai upaya
intervensi untuk mempercepat proses pengembangan masyarakat dengan
melibatkan semua pihak dan pemangku kepentingan, dimana pihak
swasta/perusahaan akan mengambil peran sebagai katalis dalam membantu
masyarakat meraih tujuannya, dan mendukung strategi kebijakan pemerintah
setempat yang diwujudkan dengan merancang dan melaksanakan programprogram pengembangan masyarakat yang akhirnya bisa dialihkan kepemilikannya
kepada masyarakat ataupun pemerintah. Tujuannya adalah mewujudkan
masyarakat yang mandiri, memiliki bekal untuk dapat hidup sejahtera dalam
jangka panjang. Relevan dengan teori perubahan sosial yang menyatakan, sebuah
proses sosial biasanya menghasilkan keadaan dan strukutur sosial yang sama
sekali baru.
Salah satu upaya dari implementasi CSR adalah Community Development
(Comdev). Comdev merupakan tanggung jawab sosial suatu perusahaan pada
pengembangan lingkungan masyarakat untuk kepentingan semua pihak agar
ketenangan perusahaan akan tetap terjaga dan masyarakat di sekitar lokasi akan
ikut merasakan dampak positifnya. Menurut Budimanta (2003) Comdev
(pengembangan masyarakat) adalah kegiatan yang di arahkan untuk memperbesar
akses masyarakat dalam mencapai kondisi sosial-ekonomi dan budaya yang lebih
baik dibandingkan dengan sebelum adanya kegiatan sehingga masyarakat menjadi
mandiri dan kualitas kehidupan menjadi lebih baik.
PTNNT sebagai perusahaan yang memiliki kewajiban dalam
melaksanakan CSR, telah membentuk Departemen External Relation section
Community Development (Comdev) sejak awal konstruksi pembangunan tambang
pada tahun 1997. Dalam mendukung dan mewujudkan visi tanggung jawab sosial,
PTNNT telah merumuskan Rencana Strategis (Renstra) pertama kali pada tahun
2004, yang dipergunakan sebagai instrumen dan acuan dalam pelaksanaan
program pengembangan masyarakat sertiap masa lima tahunan. Dokumen Renstra
yang pertama (2004-2008) tersebut, dimaksudkan sebagai rujukan atau pedoman
untuk pelaksanaan program program jangka menengah (lima tahun) dan jangka
3
panjang bagi pengembangan masyarakat di daerah lingkar tambang, agar program
yang dilaksanakan relevan dengan kebutuhan dan sasaran yang akan dicapai.
Berbagai aktivitas dari program yang dituangkan dalam dokumen Renstra,
telah memberikan banyak manfaat dan pembelajaran bagi masyarakat Kabupaten
Sumbawa Barat, khususnya masyarakat yang berada di wilayah sekitar tambang.
Memasuki tahapan akhir masa lima tahunan dari Renstra (2009-2013), telah
dilakukan evaluasi dampak atas berbagai capaian selama periode kedua Renstra
tersebut, oleh beberapa lembaga independen sejak tahun 2012. Hasil evaluasi
dampak, terdapat berbagai masukan, harapan dan rekomendasi kepada PTNNT
untuk dapat lebih meningkatkan lagi efektivitas program, efisiensi sumberdaya,
koordinasi dan monitoring evaluasi selama implementasi program pengembangan
masyarakat yang telah berjalan, agar manfaatnya dapat lebih menyentuh
kehidupan masyarakat setempat. Salah satu rekomendasi yang langsung
diterapkan sejak Maret 2013 yaitu melakukan perubahan stuktur organisasi dan
merubah model pendekatan pengembangan masyarakat didalam tubuh
Departemen External Relation, dimana perubahan telah dikembangkan menjadi
Departemen Sosial Responsibility and Government Relation (SRG), serta
perubahan pola pendekatan di masyarakat melalui divisi Sosial Responsibitily
(SR) dan divisi Sosial Responsibility Planning and Development (SRPD), dengan
target cakupan wilayah yang lebih luas dan sasaran program yang lebih terukur.
PTNNT mengalokasikan anggaran setiap tahun guna mendukung program
pengembangan masyarakat senilai US$ 5 juta, melalui Departemen SRG, yang
terdistribusi pada:
1. Divisi Sosial Responsibility Planning and Development (SRPD), terbagi
atas 2 seksi yaitu:
a) Instrastruktur (Infras)
b) Capacity Building (CB)
2. Yayasan Pembangunan Ekonomi Sumbawa Barat (YPESB)
3. Yayasan Olat Parigi (YOP)
4. Divisi Sosial Responbisibilty (SR) melalui program Donation yaitu bentuk
program bantuan sosial yang disediakan bagi berbagai kegiatan
kemasyarakatan pada bidang-bidang keagamaan, pendidikan, kesehatan,
sosial
budaya
dan
berbagai
dukungan
untuk
kegiatan
masyarakat/lembaga/organisasi kemasyarakatan dan pemerintah.
Untuk dapat mewujudkan komitmen dalam bidang tanggung jawab sosial,
maka Department SRG menetapkan tujuan perusahaan dengan
visi
pengembangan masyarakat sebagai “Masyarakat yang sehat, cerdas, mandiri,
sejahtera dan religious”, dan akan dicapai melalui lima bidang utama yaitu: (1)
Bidang Kesehatan, (2) Bidang Pendidikan, (3) Bidang Ekonomi Masyarakat, (4)
Bidang Pertanian dan Pariwisata, dan (5) Bidang Sosial Budaya dan Agama,
termasuk didalamnya peningkatan infrastruktur untuk seluruh bidang. Serta
merumuskan Misi, yang salah satunya khusus pada bidang pendidikan adalah:
“Meningkatkan kualitas sumberdaya manusia cerdas dan produktif”, dengan
sasaran yang ingin dicapai adalah: “Terwujudnya kapasitas masyarakat yang
terampil, berpendidikan, kompetititf dan berbudi pekerti”.
Mengacu pada Misi bidang pendidikan dan sasaran yang ingin dicapai,
melalui implementasi program pada lima (5) tujuan pokok yang telah ditetapkan,
4
ditemukan bahwa sebagian dari tujuan tersebut, telah diimplementasikan secara
efektif di masyarakat, akan tetapi ada sebagian tujuan yang belum mencapai target
secara optimal, terutama khusus pada tujuan peningkatan produktivitas dan
keterampilan masyarakat, dengan kegiatan pokok (1) Pelatihan, kursus, dan
magang (2) Pembentukan tempat belajar masyarakat (TBM).
Melihat dari misi dan sasaran yang ingin dicapai, serta dari kondisi dan
potensi dalam masyarakat, masih banyak ruang bagi PTNNT dalam merealisasi
dan mengoptimalkan program yang telah dicanangkan sesuai tujuan pokok yang
termuat dalam Renstra (2009-2013). Menciptakan kesempatan dan peluang bagi
masyarakat dengan pendidikan non formal, akan mampu meningkatkan
produktivitas dan keterampilan masyarakat, sehingga kedepan masyarakat
memiliki bekal dalam dunia kerja, masyarakat menjadi berdaya, mampu
berwirausaha dan mandiri, yang pada akhirnya dapat meningkatkan pendapatan
serta meningkatkan kesejahteraan keluarga, disamping membantu pemerintah
mengurangi kemiskinan, mengurangi tingkat pengangguran, serta mengurangi
ketergantungan masyarakat terhadap PTNNT itu sendiri. Kegiatan peningkatan
produktivitas dan keterampilan masyarakat, merupakan kegiatan intervensi yang
positif dan harus dikembangkan, guna tercapainya misi dan sasaran yang telah
ditetapkan dalam Renstra (2009-2013) yaitu: terwujudnya kapasitas masyarakat
yang terampil, berpendidikan, kompetititf dan berbudi pekerti”. Kegiatan
peningkatan produktivitas dan keterampilan masyarakat, memiliki tujuan:
1. Pelatihan, kursus dan magang, dengan indikator angka pengangguran,
bahwa masyarakat dibekali palatihan untuk mendapatkan ilmu dan
keterampilan, terutama masyarakat yang tidak memiliki pekerjaan,
pemuda-pemudi putus sekolah, dengan memanfaatkan TBM ataupun
kerjasama dengan lembaga Pendidikan Luar Sekolah (PLS), Balai Latihan
Kerja (BLK) Depnakertrans, maupun lembaga pelatihan keterampilan
lainnya, sehingga masyarakat memiliki bekal ilmu keterampilan (skill)
dan kemampuan (capacity) dalam mencari peluang kerja, berwirausaha
ataupun dapat menciptakan lapangan kerja bagi masyarakat lainnya, yang
pada akhirnya terjadi peningkatan produktivitas dan keterampilan
masyarakat.
2. Pembentukan TBM (sarana, fasilitas, pengelola maupun kelembagaan),
yang akan berfungsi sebagai wadah pendidikan non formal bagi
masyarakat. TBM diharapkan akan mampu berperan aktif dalam
menyediakan bahan bacaan dalam rangka untuk membantu dan
memberikan layanan kepada masyarakat sesuai dengan (1) kebutuhan, (2),
meningkatkan kemampuan keaksaraan, dan (3) keterampilan membaca
masyarakat merata, meluas, terjangkau dan mudah diakses dengan murah.
Menurut hasil evaluasi program Community Development PTNNT oleh
lembaga Indonesia Center for Sustainable Development (ICSD) 2011, Pelatihan
kewirausahaan sebagai pendidikan nonformal, semestinya bisa menjadi fokus
tidak hanya bidang pendidikan, akan tetapi mencakup upaya mengurangi
kemiskinan dengan bekal keterampilan, hingga masyarakat dapat memiliki usaha
dalam meningkatkan pendapatan keluarga . Asumsi ini didasari atas data
kemiskinan di daerah sekitar tambang. Di Kecamatan Sekongkang, terdapat
sedikitnya 565 kepala keluarga (KK) miskin atau sekitar 29,4 persen dari 1.887
KK. Di Kecamatan Maluk, ada 452 kepala keluarga miskin atau 16,83 persen dari
5
2.743 KK. Di Kecamatan Jereweh, terdapat sedikitnya 552 KK miskin atau 23,04
persen dari 2.206 KK. Sementara total KK miskin di KSB mencapai 5.645 KK
atau 19,46 persen dari total jumlah KK di KSB.
Berdasarkan visi misi, sasaran dan tujuan yang telah dipaparkan diatas,
maka menjadi penting untuk melakukan analisis dalam melihat sejauh mana
komitmen implementasi program sosial responsibility PTNNT pada bidang
pendidikan, melalui Kajian Peningkatan Produktivitas dan Keterampilan
Masyarakat Berdasarkan Rencana Strategis PT Newmont Nusa Tenggara.
Perumusan Masalah
Dokumen Renstra dijabarkan lebih rinci dan detail ke dalam perencanaan
tahunan (action plan), guna memudahkan dalam proses implementasi, monitoring
dan evaluasi kinerja serta efektivitas program pengembangan masyarakat pada
masing-masing desa sekitar tambang. Dari berbagai implementasi program
pengembangan masyarakat yang telah dilakukan, diharapkan masyarakat di
masing-masing desa memiliki kemandirian dan daya saing kuat menghadapi
berbagai perubahan dan tantangan. Kajian dilakukan terhadap pencapaian tujuan
dari dokumen Renstra (2009-2013), khususnya pada kegiatan “peningkatan
produktivitas dan keterampilan masyarakat”, pada kegiatan pokok (1) Pelatihan,
kursus dan magang, dengan indikator capaian angka pengangguran yaitu dari 15
persen pada tahun 2009, menjadi < 10 persen pada 2013. (2) Pembentukan tempat
belajar masyarakat (TBM), dengan melihat indikator capaian target angka buta
huruf dari 1,87 persen pada tahun 2009, menjadi 0 persen pada 2013 .
Data yang dikeluarkan oleh Dinas Pendidikan dan Kebudayaan Kabupaten
Sumbawa Barat, masih terdapat 1.000 orang yang mengikuti program keaksaraan
fungsional pada 4 kecamatan, dan telah direalisasikan 100 persen, seperti
tergambar pada table 1.
Tabel 1 Jumlah Peserta Program Keaksaraan Fungsional (KF) di Kabupaten
Sumbawa Barat Tahun 2011
Jumlah Peserta
Kecamatan
1. Sekongkang
2. Jereweh
3. Maluk
4. Taliwang
5. Brang Ene
6. Brang Rea
7. Seteluk
8. Poto Tano
Total
Target (orang)
0
0
130
0
0
270
270
330
1.000
Realisasi
(orang)
0
0
130
0
0
270
270
330
1.000
Persentase (%)
0
0
100
0
0
100
100
100
100
Sumber: BPS Sumbawa Barat 2012
Namun seiring dengan berubahnya asumsi, sejak tahun 2010 KSB telah
mendeklarasikan bebas buta huruf, dengan data masyarakat buta huruf di bawah
6
5 persen, sehingga program keaksaraan fungsional yang dilaksanakan oleh SRPD
ikut dihentikan.
Pelatihan kursus dan magang yang sesuai dengan program peningkatan
produktivitas dan keterampilan masyarakat adalah sejumlah training yang bersifat
kewirausahaan, dalam bentuk kursus/pelatihan/pendampingan masyarakat, akan
tetapi tidak ada aktivitas yang dilakukan oleh SRPD terkait program tersebut,
yang terjadi adalah sejumlah pelatihan/pendampingan masyarakat mengarah ke
kewirausahaan yang diselenggarakan oleh Mitra Yayasan Olat Parigi (YOP) dan
Yayasan Pembangunan Ekonomi Sumbawa Barat (YPESB). Oleh karena itu,
perlu dilihat sejauh mana kegiatan dapat mencapai target yang sudah ditetapkan,
yaitu apakah telah dapat meningkatkan produktivitas dan keterampilan
masyarakat?
Dengan adanya intervensi kegiatan pelatihan, kursus keterampilan, dan
magang, diharapkan masyarakat pada akhirnya akan mampu mandiri, menjadi
berdaya, memiliki usaha produktif, memiliki sumber pendapatan atau penghasilan
tambahan (dari berbagai sektor usaha), yang pada akhirnya akan mampu
meningkatkan taraf hidup dan kesejahteraan keluarga. TBM sebagai sarana dalam
memenuhi kebutuhan masyarakat melalui pendidikan non formal, mempunyai
tujuan untuk memperluas kesempatan masyarakat yang tidak mampu dalam
meningkatkan pengetahuan, keterampilan, dan mental sebagai bekal
mengembangkan diri dan bekerja mencari nafkah. Upaya-upaya intervensi
pemberdayaan yang dilakukan oleh SRPD, harus sesuai dengan kebutuhan dan
kondisi riil dalam kehidupan masyarakat, sehingga program menjadi efektif dan
tepat sasaran, yang pada akhirnya akan mampu berperan penting dalam
meningkatkan kesejahteraan masyarakat, serta dapat menjadi bagian dari upaya
pengentasan kemiskinan. Oleh karena itu, apakah kegiatan tersebut benar-benar
telah sesuai dengan aspirasi dan kebutuhan masyarakat?.
Banyak faktor yang dapat menjadi penghambat maupun pendukung dalam
pencapaian, antara lain perencanaan yang tidak partisipatif, program yang tidak
sesuai dengan kebutuhan dan karakteristik masyarakat, pelaksanaan yang tidak
transfaran dan tidak sesuai dengan rencana, kurang adanya kontrol atau
pengawasan, yang pada akhirnya akan menyebabkan kegagalan pencapaian tujuan
yang direncanakan, dan begitu pula sebaliknya dalam keberhasilan pelaksanaan
dan pencapaian tujuan program yang telah direncanakan. Oleh karena itu, apa
sajakah yang menjadi faktor pendukung maupun penghambat yang dihadapi
dalam kegiatan peningkatan produktivitas dan keterampilan masyarakat?
Berdasarkan kondisi tersebut, maka dilakukan penelitian guna mengkaji
lebih jauh terhadap kegiatan peningkatan produktivitas dan keterampilan
masyarakat berdasarkan Rencana Strategis (2009-2013) PTNNT,
dengan
pertanyaan penelitian (research question) yaitu:
1. Apakah implementasi kegiatan peningkatan produktivitas dan
keterampilan masyarakat sudah sesuai dengan capaian target yang telah
ditetapkan?
2. Apakah kegiatan tersebut telah sesuai dengan aspirasi dan kebutuhan
masyarakat?
3. Apakah faktor pendukung dan penghambat kegiatan peningkatan
produktivitas dan keterampilan masyarakat?
7
4. Bagaimanakah strategi yang dapat dilakukan guna mencapai tujuan
peningkatan produktivitas dan keterampilan masyarakat?
Tujuan Kajian
Berdasarkan research question di atas, maka tujuan penelitian ini secara lebih
rinci dirumuskan sebagai berikut :
1. Mengkaji implementasi kegiatan peningkatan produktivitas dan
keterampilan masyarakat.
2. Mengkaji kegiatan peningkatan produktivitas dan keterampilan
masyarakat, berdasarkan aspirasi dan kebutuhan masyarakat.
3. Mengkaji faktor pendukung dan faktor penghambat.
4. Perancangan strategi aksi kegiatan peningkatan produktivitas dan
keterampilan masyarakat.
Manfaat Kajian
1. Memberikan sumbangan pemikiran bagi pengembangan ilmu pengetahuan
dan administrasi publik yang berkaitan dengan penyusunan rencana
strategis (Renstra) perusahaan dalam implementasi berbagai program
CSR, disamping dapat menambah khasanah ilmu pengetahuan dan
bermanfaat bagi peneliti serta pihak yang berkepentingan lainnya.
2. Sebagai masukan bagi pemerintah Kabupaten Sumbawa Barat dalam
menyusun kebijakan pendukung terkait pelaksanaan CSR dari berbagai
perusahaan, sehingga dapat disinergikan dengan arah kebijakan dan
program pembangunan yang akan dilakukan oleh pemerintah.
3. Sebagai masukan bagi PTNNT dalam melakukan evaluasi implementasi
program pengembangan masyarakat sehingga dapat bersinergis dengan
pemerintah, dapat diterima oleh pemangku kepentingan dan dirasakan
manfaatnya oleh masyarakat.
Ruang Lingkup Kajian
Kajian dilakukan terbatas pada ruang lingkup proses penyusunan dan
implementasi Renstra (2009-2013) terkait dengasn kegiatan peningkatan
produktivitas dan keterampilan masyarakat, serta pada tujuan pokok (1) pelatihan,
kursus, magang dan (2) pembentukan TBM.
Kajian dilakukan dalam ruang lingkup tersebut, dengan menetapkan salah
satu daerah sasaran program pengembangan masyarakat PTNNT yaitu Desa
Benete Kecamatan Maluk Kabupaten Sumbawa Barat. Kajian dilakukan dengan
menganalisis sejauh mana kinerja dan efektivitas implementasi dokumen Renstra
sebagai panduan kerja pengembangan masyarakat oleh SRPD PTNNT, khususnya
pada kegiatan peningkatan produktivitas dan keterampilan masyarakat.
8
2. PENDEKATAN TEORITIS
Tinjauan Pustaka
Corporate Sosial Responsibility (CSR)
Corporate Sosial Responsibility (CSR) atau diartikan sebagai tanggung
jawab sosial perusahaan adalah sebuah konsep, bahwa lembaga profit atau suatu
perusahaan memiliki tangung jawab terhadap konsumen, karyawan, pemegang
saham, komunitas, dan lingkungan, dalam segala aspek operasional perusahaan.
CSR berhubungan erat dengan “Sustainable Development”.
Definisi CSR sangatlah beragam, bergantung pada visi dan misi perusahaan
yang disesuaikan dengan needs, desire, wants, dan interest komunitas. Beberapa
definisi CSR seperti yang dikemukakan oleh Rahman (2009) diantaranya,
Chambers mendifinisikan melakukan tindakan sosial (termasuk kepedulian
terhadap lingkungan hidup, lebih dari batas-batas yang dituntut peraturan undangundang). Trinidad & Tobacco Bureau of Standards mendifinisikan komitmen
dunia usaha untuk bertindak secara etis, beroperasi secara legal, dan
berkonstribusi untuk peningkatan ekonomi bersamaan dengan peningkatan
kualitas hidup karyawan dan keluarganya, komunitas lokal, dan masyarakat yang
lebih luas. WBCSD mendifinisikan komitmen bisnis untuk berkontribusi dalam
pembangunan ekonomi berkelanjutan, bekerja dengan karyawan perusahaan,
keluarga karyawan, berikut komunitas setempat (lokal) dan masyarakat secara
keseluruhan dalam rangka meningkatkan kualitas hidup.
Kurun waktu 30 tahun terakhir, CSR dan ide ide lain yang sejalan, menjadi
isu menonjol dalam wacana etika, teoritik sekaligus praktek bisnis perusahaan
multi nasional dan dunia usaha pada umumnya. Sedemikian progresifnya, hingga
setelah melewati tiga dasawarsa, CSR masih tak lepas dari kerancuan konsep,
pengistilahan maupun penerapannya (sukada, et.al.,2006). Meskipun demikian
dalam lima tahun terakhir ini, praktek CSR di Indonesia sangat menggembirakan.,
dari sebuah konsep asing, CSR kini menjadi konsep yang banyak
diperbincangkan, diperdebatkan dan digunakan untuk melabel banyak aktivitas
tidak saja oleh pemerintah, ornop, media massa, juga DPR. Akan tetapi karena
tidak cukup pihak yang menekuni wacana CSR sebagaimana yang termuat dalam
berbagai literature, maka banyak kesalahan umum yang kerap ditemui kalau kita
benar benar memperhatikan bagaimana CSR digunakan.
Pada masa sebelumnya, upaya pendekatan terhadap masyarakat sudah
dilakukan oleh perusahaan, melalui aktivitas yang lazim dikenal dengan
community outreach. Bentuk dari community outreach yang paling primitive
adalah Corporate Philanthropy (CP), yaitu sebuah usaha yang dilakukan
perusahaan, atau seseorang, untuk memberikan dana kepada individu atau
kelompok masyarakat.
Seiring berjalannya waktu, CP kemudian berkembang menjadi CSR yang
dapat diartikan sebagai “komitmen dunia bisnis untuk menyumbang sesuatu bagi
kelangsungan pembangunan ekonomi, bekerja sama dengan para karyawan,
komunitas lokal dan masyarakat luas untuk meningkatkan kualitas hidup dan
10
pelestarian lingkungan”. Kegiatan CSR seringkali dilakukan sendiri oleh
perusahaan, atau dengan melibatkan pihak ketiga (misalnya yayasan atau lembaga
swadaya masyarakat) sebagai penyelenggara kegiatan tersebut.
CSR tidak hanya bergerak dalam philanthropy maupun level strategi,
melainkan terus merambat naik ketingkat kebijakan (policy) yang lebih makro dan
riil. CSR biasanya melibatkan sumber daya dan dana yang cukup besar, sehingga
banyak keengganan dari usaha menengah dan kecil untuk melakukan kegiatan
CSR.
CSR bukan hanya sekedar kegiatan amal, melainkan mengharuskan suatu
perusahaan
dalam
pengambilan
keputusan
agar
sungguh-sungguh
memperhitungkan akibat terhadap seluruh pemangku kepentingan (stakeholder)
perusahaan, termasuk lingkungan hidup. Hal ini mengharuskan perusahaan untuk
membuat keseimbangan antara kepentingan beragam pemangku kepentingan
eksternal dengan kepentingan pemegang saham, yang menjadi salah satu
pemangku kepentingan internal.
Tidak dapat dipungkiri, bahwa perusahaan yang memiliki image positif;
ramah lingkungan, dan memiliki kepekaan sosial yang tinggi, akan lebih eksis dan
unggul di arus pertarungan eksistensi antar perusahaan. Pencitraan positif juga
dapat menghadirkan keuntungan tersendiri bagi perusahaan; perusahaan dapat
menjalankan bisnisnya secara aman dan nyaman, sehingga tidak berlebihan bila
dikatakan bahwa CSR dapat dijadikan sebagai bagian dari strategi bisnis
perusahaan jangka panjang.
Setelah konsep CSR dideklarasikan dan implementasinya diatur dalam
undang-undang, yang menyertakan sanksi bagi mereka yang tidak melakukannya,
semua perusahaan tunduk atas peraturan tentangnya. Regulasi pemerintah melalui
Undang-undang Nomor 40 tahun 2007 tentang perseroan terbatas, ditambah
Peraturan Pemerintah Nomor 47 tahun 2012 yang membahas Tanggung Jawab
Sosial dan Lingkungan, hingga telah menjadikan CSR sebagai elemen penting
yang tidak terpisahkan dari bisnis jangka panjang perusahaan.
Sejalan dengan yang disampaikan oleh Susetiawan (2012) bahwa CSR
merupakan komitmen perusahaan atau dunia bisnis untuk berkontribusi dalam
pembangunan masyarakat sekitar, baik pada aspek ekonomis, sosial, politik,
budaya maupun lingkungan. Perusahaan mempunyai wujud kepedulian secara
internal (hubungan antara perusahaan dengan karyawannya) dan secara eksternal
(kaitannya dengan masyarakat sekitar). Dengan demikian masyarakat lokal bukan
merupakan masyarakat tertinggal ditengah munculnya perusahaan, dimana
masyarakatnya secara ekonomi menunjukkan kemiskinan, jika dibandingkan
dengan masyarakat dalam perusahaan itu sendiri. Secara hakiki, sebuah korporasi
tidak hanya merupakan suatu unit kegiatan ekonomistik manusia, melainkan juga
suatu unit aksi, maka dengan sendirinya juga merupakan unit sosial (Yosephus,
2010).
Alyson Warhurst seperti yang dikutip Sumardiyono (2007), berpendapat,
hubungan CSR dan masyarakat terwujud dalam empat hal utama, yaitu :
1. Konstribusi pada pengembangan masyarakat (comdev)
2. Pengikutsertaan (prioritas) kesempatan kerja dan usaha
3. Pembiayaan sesuai kerangka legal
4. Tanggapan atas harapan kelompok kepentingan.
11
Konteks pembangunan CSR tidak hanya berorientasi pada produksi, tetapi
juga harus berorientasi pada pemberdayaan masyarakat dalam meningkatkan taraf
hidup warga komunitas. Oleh karena itu, CSR perlu dikonstruksikan dalam suatu
kerangka pergeseran paradigma dari “production center development” ke “people
center development”. Aksi CSR dicirikan dengan implementasi prinsip-prinsip
desentralisasi, partisipasi, pemberdayaan, pelestarian, jejaring, teritorial, dan
ekonomi lokal.
Menurut Whardani (2012) bahwa apapun konsep yang digunakan dalam
implementasi CSR, tidak akan efektif dilaksanakan jika pada saat penyusunan
program perusahaan tidak berusaha melakukan survey kebutuhan program
terhadap target penerima manfaatnya terlebih dahulu. Terlebih lagi tidak
melakukan pemetaan siapa saja yang menjadi pemangku kepentingan atas
operasional perusahaan. Hal mendasar ini seringkali terlupakan atau dilewatkan
sehingga akhirnya setelah bermilyar anggaran CSR dikeluarkan tetap saja hasilny
KETERAMPILAN MASYARAKAT
BERDASARKAN RENCANA STRATEGIS
PT NEWMONT NUSA TENGGARA
ABDUL MUIS
SEKOLAH PASCASARJANA
INSTITUT PERTANIAN BOGOR
BOGOR
2015
PERNYATAAN MENGENAI TESIS DAN SUMBER
INFORMASI SERTA PELIMPAHAN HAK CIPTA
Dengan ini saya menyatakan bahwa tesis berjudul Kajian Peningkatan
Produktivitas dan Keterampilan Masyarakat berdasarkan Rencana Strategis
PT Newmont Nusa Tenggara adalah benar karya saya dengan arahan dari komisi
pembimbing dan belum diajukan dalam bentuk apapun kepada perguruan tinggi
manapun. Sumber informasi yang berasal atau dikutip dari karya yang diterbitkan
maupun tidak diterbitkan dari penulis lain telah disebutkan dalam teks dan
dicantumkan dalam Daftar Pustaka di bagian akhir tesis ini.
Dengan ini saya melimpahkan hak cipta karya tulis saya kepada Institut
Pertanian Bogor.
Bogor, September 2015
Abdul Muis
NRP I354120015
RINGKASAN
ABDUL MUIS, Kajian Peningkatan Produktivitas dan Keterampilan Masyarakat
berdasarkan Rencana Strategis PT Newmont Nusa Tenggara. Dibimbing oleh
PUDJI MULJONO dan EKAWATI SRI WAHYUNI
PTNNT telah menerapkan dan melaksanakan Corporate Social
Responsibility (CSR) sebagai bagian dari operasi perusahaan, meletakkan visi;
“menjadi perusahaan tambang yang paling dihargai dan dihormati melalui
kepemimpinan di bidang keselamatan kerja, pengelolaan lingkungan dan
tanggung jawab sosial”. Menempatkan aspek tanggung jawab sosial sebagai
bagian penting dalam kinerja perusahaan, diwujudkan dengan membangun
hubungan kemitraan yang sejajar, berdasarkan atas kepercayaan yang
mengedepankan nilai-nilai profesional, serta nilai tambah bagi masyarakat sekitar
tambang. Dalam mendukung dan mewujudkan visi tanggung jawab sosial,
PTNNT telah merumuskan Rencana Strategis (Renstra) pertama kali pada tahun
2004, dipergunakan sebagai instrumen dan acuan dalam pelaksanaan program
pengembangan masyarakat setiap lima tahunan, baik untuk jangka menengah
maupun jangka panjang, supaya program yang dilaksanakan relevan dengan
kebutuhan dan sasaran yang akan dicapai. PTNNT mengalokasikan anggaran
setiap tahun guna mendukung berbagai implementasi program tanggung jawab
sosial bagi pengembangan masyarakat, melalui Department Social Responsibility
& Gevernment Relations (SR&G). Dalam mewujudkan komitmen tanggung
jawab sosial, Department SR&G menetapkan visi bagi pengembangan masyarakat
sebagai “Masyarakat yang sehat, cerdas, mandiri, sejahtera dan religious”, dan
akan dicapai melalui lima bidang utama yaitu: (1) Bidang Kesehatan, (2) Bidang
Pendidikan, (3) Bidang Ekonomi Masyarakat, (4) Bidang Pertanian dan
Pariwisata, dan (5) Bidang Sosial Budaya dan Agama, termasuk di dalamnya
peningkatan infrastruktur untuk seluruh bidang. Selanjutnya merumuskan misi,
pada bidang pendidikan adalah: “Meningkatkan kualitas sumberdaya manusia
cerdas dan produktif”, dengan sasaran yang ingin dicapai “Terwujudnya kapasitas
masyarakat yang terampil, berpendidikan, kompetititf dan berbudi pekerti”.
Pengumpulan data melalui studi dokumentasi, observasi lapangan, indepth interview dan FGD, serta penyebaran kuesioner kepada 40 responden.
Kuesioner dikembangkan khusus untuk melihat penilaian responden terhadap
aspek pernyataan aktivitas serta menilai apakah responden mengenali aktivitas
yang dinyatakan dan memahaminya sebagai praktek SR PTNNT. Dalam
mengukur penilaian, dikembangkan kuantifikasi (skor) dan persentase (%),
sehingga diperoleh nilai untuk dibandingkan, dan digunakan sebagai pendukung
analisis. Analisis data melalui: 1). Interpretasi data dokumen dan pelaporan yang
ditunjang oleh validitas masyarakat melalui data hasil wawancara, observasi, dan
kuesioner, 2). Reduksi data dokumen, pelaporan program, hasil penelitian lain,
kemudian dilakukan pengeditan, tabulasi dan klasifikasi, 3). Penyajian data
analisis, 4). Mendeskripsikan hasil analisis dan kesimpulan.
Berdasarkan hasil kajian, tergambar bahwa dalam proses penyusunan
Renstra, PTNNT telah melibatkan perwakilan masyarakat dan pemerintah melalui
konsultasi publik, namun pada hasil akhir, ditemukan bahwa program yang
tercantum di dalam Renstra tidak disosialisasikan dengan baik ke tengah
masyarakat, sebagian besar menyatakan tidak mengetahui rencana maupun
substansi Renstra, akan tetapi hanya mengetahui tentang program pengembangan
masyarakat dari apa yang dilihat langsung di lapangan, atau pada saat program
berjalan, karena tidak adanya laporan dalam bentuk lisan maupun tulisan atau
pemberian informasi mengenai rencana program di desa, dan hanya pemerintah
desa yang menyatakan selalu dilibatkan dalam program pengembangan
masyarakat yang dilakukan. Terkait kegiatan peningkatan produktivitas dan
keterampilan masyarakat yang dilakukan oleh PTNNT, bahwa kegiatan tersebut
belum dapat dikatakan berhasil dalam mencapai sasaran dan tujuan pokok yang
ditetapkan, sehingga masih dibutuhkan komitmen kuat dari PTNNT melalui
pelaksanaan kegiatan yang lebih intensif dan kontinyu dalam memenuhi aspek
pelatihan keterampilan, penciptaan peluang kerja, produktivitas, maupun
kemandirian masyarakat. Pelaksanaan kegiatan, masih terindikasi persoalan pada
aspek perencanaan, pelaksanaan dan pada hasil akhir kegiatan, sehingga kegiatan
peningkatan produktivitas dan keterampilan masyarakat, belum tercapai sesuai
indikator yang ditetapkan, serta belum dapat secara optimal memenuhi aspirasi
dan kebutuhan masyarakat setempat.
Pelaksanaan kegiatan seharusnya dapat dilakukan secara optimal jika
melihat faktor pendukung dalam mencapai keberhasilan kegiatan, seperti adanya
komitmen CSR PTNNT, dukungan pendanaan, dukungan staf SR, lembaga mitra,
sarana dan prasarana, serta dukungan pemerintah terkait. Meskipun tidak bisa
dipungkiri pada persoalan hambatan yang dihadapi di masyarakat maupun di
internal PTNNT itu sendiri, seperti persoalan “over budget”, keterlambatan
implementasi, perubahan kebijakan, serta hambatan pada tingkat pola pikir
masyarakat, kurangnya SDM, tuntutan peluang berusaha dan kesempatan kerja
yang terus meningkat, karena masih kuatnya persepsi masyarakat bahwa bekerja
di PTNNT mendatangkan penghasilan yang relatif baik, disamping manfaat
psikologis berupa peningkatan status sosial.
Perancangan strategi aksi dilakukan secara partisipatif melalui forum
FGD, dan menghasilkan rekomendasi kepada PTNNT untuk melakukan
penyusunan ulang program pengembangan masyarakat dalam Renstra, dengan
melibatkan partisipasi aktif pemangku kepentingan pada setiap tahapan proses,
termasuk proses perencanaan, pengorganisasian, pelaksanaan, maupun monitoring
evaluasi program. Membentuk forum kelembagaan CSR yang terintegrasi dari
multi stakeholders mulai aras Dusun, Desa, Kecamatan, Kabupaten, sampai
Provinsi,
dengan keterlibatan aktif PTNNT menggerakan keikutsertaan
kontraktor yang berada dalam wilayah kerja pertambangan, serta peran
Pemerintah Kabupaten Sumbawa Barat dalam menggerakkan Dinas Instansi
terkait. Forum kelembagaan CSR dibentuk sebagai wadah kelembagaan yang
memiliki peran penting sebagai pusat kegiatan pengembangan masyarakat,
diharapkan mampu mengakomodir kebutuhan dan potensi masyarakat setempat,
melalui kegiatan pengembangan yang sinergis dengan arah kebijakan
pembangunan Pemerintah, sehingga mencapai keberhasilan kegiatan
pengembangan masyarakat secara optimal.
Program aksi disusun sebagai kegiatan untuk meningkatkan produktivitas
dan keterampilan masyarakat di Desa Benete adalah: (1) Pendidikan pelatihan
peningkatan skiil pencari kerja, (2) Pendidikan pelatihan pengembangan usaha
mandiri, (3) Pengembangan usaha produktif pertanian dan perikanan, serta (4)
Peningkatan pelayanan informasi forum CSR, yang akan berperan dalam
informasi berbagai rencana program, melakukan sosialisasi, seleksi peserta,
informasi pelaksanaan program, monitoring dan evaluasi, pengawasan,
pendampingan serta integrasi informasi, koordinasi maupun sebagai forum
diskusi.
Kata kunci: keterampilan, masyarakat, produktivitas, rencana strategis
SUMMARY
ABDUL MUIS, Study on Improving Productivity and Community Skills Based on
The Strategic Plan of PT Newmont Nusa Tenggara. Supervised by PUDJI
MULJONO and EKAWATI SRI WAHYUNI
PTNNT has implemented Corporate Social Responsibility (CSR) as part of
the company's operations, putting the vision; "Be a mining company's most valued
and respected through leadership in safety, environmental management and
social responsibility". Placing aspect of social responsibility as an important part
of the company's performance, realized by building relationships equal
partnership, based on the belief that promote professional values, as well as
added value for the community around mining site. In supporting and realizing
the vision of social responsibility, PTNNT has formulated a Strategic Plan which
was iniated in 2004 and used as an instrument and a reference in the
implementation of community development programs every five years for both the
medium term and long term, so that the program implemented relevant to the
needs and objectives shall be achieved. PTNNT has allocated budget each year to
support the implementation of various social responsibility programs for
community development, through the Department of Social Responsibility &
Gevernment Relations (SR & GR). In order to achieve the commitments on social
responsibility, the department of SR & G set a vision for the development of
society as a " healthy, intelligent, independent, prosperous and religious society",
and will be achieved through five key areas, namely: (1) Health sector, (2)
Education sector, (3) Community Economic sector, (4) Agriculture and Tourism,
and (5) Social and Culture and Religion, including the improvement of the
infrastructure for the entire field. On the education sector, the mission is
"Improving the quality of human resources to be intelligent and productive", with
a target to be achieved is "Realization of skilled, educated, competitife and
virtuous community capacity".
Through data collection, by documentation studies, field observations, indepth interviews and focus group discussions, as well as the distribution of
questionnaires to 40 respondents. Questionnaires were developed to find at the
respondents' perceptions on SR activities and assess whether respondents
recognize that activities stated and understood as the practice of SR of PTNNT. In
measuring the assessment, quantification (scoring) and percentage (%) were used
in order to obtain the value to be compared and used to support the analysis. The
data were analyzed through: 1) Data interpretation and reporting documents
which are supported by data from interviews, observations, and questionnaires,
2). Reduction of document data, program reporting, the results of another study,
then do the editing, tabulation and classification, 3) Presentation of data
analysis, 4 ) Describing the results of the analysis and conclusions.
The findings of the study show that in the process of drafting, PTNNT has
involved representatives of the community and the government through the public
consultation, but the final finding show that the program contained in the
Strategic Plan are not socialized to the community, most respondents stated that
they do not know the plan or the substances of the Strategic Plan, but just
knowing about the community development programs from what is seen on the
field, or when the programs run, there are no reports orally or writtenly or
information provided about each plan program in the village, and only village
officials stating always involved in community development programs undertaken.
Furthermore related to activities to improve productivity and skills of the
community conducted by PTNNT, show that those activities can not be said to be
successful in achieving the goals and main objectives set out, so it still takes a
strong commitment from PTNNT through the implementation of more intensive
and continuous in fulfilling aspects of skills training, employment creation,
productivity as well as community’s indepedence. On the implementation of
activities, still indicated problems in terms of planning, implementation and the
results of the activities, so that activities to improve productivity and skills of the
community, which has not been achieved according to the indicators set out, and
have not been able to optimally meet the aspirations and needs of the surrounding
community.
Thus, the implementation of activities should be performed optimally as it
has have been strongly supported by factors of success of activities, such as
PTNNT CSR commitment, funding, SR staffs, partner institutions, facilities and
infrastructure, as well as related government support. It is not denied that the
obstacles problems faced by society and PTNNT are becoming the limiting factors
of success of the activities, such as the issue of "over budget", delays in
implementation, the policy change in the management, the public mindset, the
lack of human resources, the demands of business opportunities and employment
which continue to increase, and the strong public perception that working in
PTNNT get good earning as well as the psychological benefits of the increase of
social status.
The design strategy used participatory action through Focus Group
Discussions, and provide recommendation to the PTNNT to rearrange various
community development programs in strategic planning, involving the active
participation of stakeholders at every stage of the process, including the process
of planning, organizing, implementing, monitoring and evaluation of programs.
Forming institutional forum of CSR involving multi stakeholders such as sub
village, village, sub-district, district and province government, with the active
involvement of PTNNT in initiating and invloving the participation of the
contractors of PTNNT as well as the role of the West Sumbawa Regency
Government in involving the related institutions. Institutional forum CSR was
formed as a media or institutional media, which will take an important role as a
center of community development around the mine site and expected to be able to
accommodate the needs and potential of the local community, through a various
of development activities which are synergized with the road map of the local
government policy so that successfull community development activities could be
optimally achieved.
The action program is arranged as activities to improve productivity and
skills of the people at Benete village are: (1) Educational training for enhancing
skills of job seekers, (2) Education and training for independen business
development such as training of hybrid corn processing, (3) development of
productive agriculture and fisheries, and (4) Improved information services CSR
forum, which will play an important role in managing information of various
activites such as of planned programs, dissemination, selection of participants,
information about program implementation, monitoring and evaluation,
supervision, mentoring and integrated information, coordination as well as
discussion forums.
Keywords: community, productivity, skills, strategic plan
© Hak Cipta Milik IPB, Tahun 2015
Hak Cipta Dilindungi Undang-Undang
Dilarang mengutip sebagian atau seluruh karya tulis ini tanpa mencantumkan
atau menyebutkan sumbernya. Pengutipan hanya untuk kepentingan pendidikan,
penelitian, penulisan karya ilmiah, penyusunan laporan, penulisan kritik, atau
tinjauan suatu masalah; dan pengutipan tersebut tidak merugikan kepentingan
IPB
Dilarang mengumumkan dan memperbanyak sebagian atau seluruh karya tulis ini
dalam bentuk apa pun tanpa izin IPB
KAJIAN PENINGKATAN PRODUKTIVITAS DAN
KETERAMPILAN MASYARAKAT
BERDASARKAN RENCANA STRATEGIS
PT NEWMONT NUSA TENGGARA
ABDUL MUIS
Tesis
sebagai salah satu syarat memperoleh gelar
Magister Profesional Pengembangan Masyarakat pada
Program Studi Magister Pengembangan Masyarakat
SEKOLAH PASCASARJANA
INSTITUT PERTANIAN BOGOR
BOGOR
2015
Penguji Luar Komisi Ujian Tesis: Dr Ir Djuara P. Lubis, MS
PRAKATA
Bimillahirahmannirrahim,
Puji syukur penulis panjatkan ke hadirat Allah SWT, yang telah
melimpahkan rahmat serta karuniaNya, sehingga penulis dapat menyelesaikan
Tesis ini sesuai waktu yang telah ditetapkan dan sebagai salah satu syarat untuk
mendapatkan gelar Magister Pengembangan Masyarakat pada Fakultas Ekologi
Manusia Institut Pertanian Bogor. Tema yang dipilih dalam Kajian yang telah
dilaksanakan sejak Juni 2014 ini adalah tentang aktivitas pemberdayaan
masyarakat di Desa Benete Kecamatan Maluk, Kabupaten Sumbawa Barat, yang
dilakukan oleh PT Newmont Nusa Tenggara, sebagai bagian dari tanggung jawab
sosial perusahaan, berjudul
Peningkatan Produktivitas dan Keterampilan
Masyarakat Berdasarkan Rencana Strategis PT Newmont Nusa Tenggara”.
Penulis menyadari bahwa kajian pengembangan masyarakat ini tidak akan
terwujud tanpa bantuan dan dukungan dari berbagai pihak. Oleh karena itu,
melalui kesempatan ini, penulis mengucapkan terima kasih dan penghargaan yang
setinggi tingginya kepada :
1. Bapak Dr Ir Pudji Muljono, MSi dan Ibu Dr Ir Ekawati Sri Wahyuni, MS
selaku komisi pembimbing, Bapak Dr Ir Djuara P. Lubis, MS selaku penguji
luar komisi, serta Bapak Ir Fredian Tonny Nasdian, MS selaku penguji
program studi.
2. Dekan Fakultas Ekologi Manusia, Ketua Program Studi Pengembangan
Masyarakat, para staf pengajar serta staf sekretariat program studi MPM IPB
yang telah memberikan ilmu, dukungan dan fasilitas selama penulis mengikuti
pendidikan.
3. Pemerintah Kabupaten Sumbawa Barat, Universitas Cordova dan Managemen
PTNNT yang telah memberikan kesempatan, tempat dan dukungan dana
dalam mengikuti program pendidikan Magister Pengembangan Masyarakat
4. Rekan-rekan di PTNNT, mitra kerja PTNNT dan para narasumber yang telah
banyak membantu proses kajian serta pengumpulan data di lapangan.
5. Seluruh rekan-rekan mahasiswa MPM IPB yang selalu memberi semangat,
dukungan motivasi dan diskusi-diskusi selama ini.
6. Istri tercinta Amiyati, ketiga putra putri tersayang (kaka Ecy, abang Wahyu,
adek Lala) dan ibunda Hj. Hadijah atas do’a tulus yang tiada henti hingga
penulis dapat menyelesaikan kajian dan pendidikan di IPB.
Akhirnya penulis berharap kajian ini dapat memberikan sumbangan
pemikiran kepada pihak-pihak terkait dalam kegiatan pengembangan masyarakat.
Demikian, semoga karya ilmiah ini bermanfaat.
Bogor,
September 2015
Abdul Muis
DAFTAR ISI
DAFTAR TABEL
DAFTAR GAMBAR
DAFTAR LAMPIRAN
1. PENDAHULUAN
Latar Belakang
Perumusan Masalah
Tujuan Kajian
Manfaat Kajian
Ruang Lingkup Kajian
2. PENDEKATAN TEORITIS
Tinjauan Pustaka
Corporate Social Responsibility (CSR)
Dasar Implementasi Corporate Social Responsibility (CSR)
Community Development (Comdev)
Komponen Pengembangan Masyarakat
Rencana Strategis PT Newmont Nusaa Tenggara
Kinerja dan Efektivitas Program
Pemberdayaan (Empowerment) pada Bidang Pendidikan
Pemberdayaan (Empowerment) dalam Meningkatkan Produkivitas
dan Keterampilan Masyarakat
Tempat Belajar Masyarakat (TBM)
Kerangka Pemikiran
3. METODE KAJIAN
Lokasi dan Waktu Kajian
Pendekatan Kualitatif
Pemilihan Informan
Pengumpulan Data
Pengolahan dan Analisis Data
Pendekatan Kuantitatif
Metode Pemilihan Responden
Pengumpulan Data
Pengolahan dan Analisis Data
Perancangan Strategi Aksi
Metode Perancangan
Partisipan Perancangan
Proses Perancangan
4. GAMBARAN UMUM WILAYAH KAJIAN
Profil Desa Benete Kecamatan Maluk
Letak Geografis
Kependudukan
Kondisi Agraris
Struktur Sosial
Kelembagaan Sosial
Jejaring Sosial
Kelembagaan Ekonomi
xiv
xv
xvi
1
5
7
7
8
9
9
11
13
14
15
18
20
21
22
23
27
27
27
28
28
29
30
30
30
33
34
34
34
37
37
37
38
39
40
41
42
Kelompok Usaha Produktif
Aksesibilitas terhadap Kebijakan dan Sumberdaya
Jaringan Bisnis
Basis Ekologi dan Perubahannya
Matapencaharian Utama
5. PENILAIAN RENCANA STRATEGIS (2009-2013) PT NNT
6. PENILAIAN KEGIATAN PENINGKATAN PRODUKTIVITAS DAN
KETERAMPILAN MASYARAKAT.
Kegiatan Pelatihan, Kursus, Magang
Pembentukan Tempat Belajar Masyarakat (TBM)
Capaian Pelatihan, Kursus, Magang
Capaian Pembentukan Tempat Belajar Masyarakat (TBM)
7. PENILAIAN KEGIATAN BERDASARKAN ASPIRASI DAN
KEBUTUHAN MASYARAKAT
Minat dan Partisipasi Masyarakat
Manfaat Pelatihan terhadap Peningkatan Produktivitas dan
Keterampilan Masyarakat
Dampak Pelatihan terhadap Peningkatan Pendapatan Masyarakat
8. FAKTOR PENDUKUNG DAN PENGHAMBAT KEGIATAN
Faktor Pendukung
Faktor Penghambat
9. PERANCANGAN STRATEGI AKSI
Strategi Aksi
Pembentukan Forum Kelembagaan CSR
Kegiatan Aksi Peningkatan Produktivitas dan Keterampilan Masyarakat
Kelembagaan dan Jaringan Usaha
Pendampingan dan Dukungan Pendanaan
10. SIMPULAN DAN SARAN
Simpulan
Saran
DAFTAR PUSTAKA
LAMPIRAN
RIWAYAT HIDUP
43
43
44
45
46
49
55
55
61
65
66
67
68
69
70
73
73
74
77
77
79
80
81
83
85
86
87
91
101
DAFTAR TABEL
1. Jumlah peserta program Keaksaraan Fungsional (KF) di
Kabupaten Sumbawa Barat, tahun 2011
2. Kelengkapan metode dan pengumpulan data kualitatif
3. Jumlah responden berdasarkan kategori keterwakilan dan keterkaitan
dengan program di wilayah kajian
4. Instrumen pengumpulan data kuantitatif terkait Renstra
5. Instrumen pengumpulan data kuantitatif terkait kegiatan peningkatan
produktivitas dan keterampilan masyarakat
6. Instrumen pengumpulan data kuantitatif terkait pembentukan TBM
7. Lembaga ekonomi di Desa Benete, tahun 2011
8. Skor penilaian dan pengakuan responden terhadap aspek proses dan
implementasi Renstra
9. Skor penilaian dan persentase rataan jawaban berdasarkan kategori
kelompok responden
10. Skor penilaian dan pengakuan responden terhadap aspek kegiatan
pelatihan, kursus dan magang
11. Skor penilaian dan persentase rataan jawaban berdasarkan kategori
kelompok responden
12. Skor penilaian dan pengakuan responden terhadap aspek pembentukan
TBM
13. Skor penilaian dan persentase rataan jawaban berdasarkan kategori
kelompok responden
14. Kegiatan peningkatan produktivitas dan keterampilan masyarakat
melalui pendekatan kelembagaan forum CSR
5
29
30
31
32
33
42
52
52
58
59
64
65
83
DAFTAR GAMBAR
1. Kerangka pemikiran kajian peningkatan produktivitas dan keterampilan
masyarakat berdasarkan Renstra
24
2. Grafik pertumbuhan penduduk Benete, tahun 2006
38
3. Grafik luas lahan menurut penggunaan lahan di Desa Benete
39
4. Grafik pekerjaan utama kepala keluarga di Desa Benete, tahun 2012
47
5. Skor penilaian responden terhadap proses dan implementasi Renstra
51
6. Skor penilaian responden terhadap kegiatan pelatihan, kursus
dan magang
58
7. Skor penilaian responden terhadap kegiatan pembentukan TBM
64
8. Struktur dan fungsi kelembagaan forum CSR
80
DAFTAR LAMPIRAN
1. Pedoman wawancara
2. Kuesioner penelitian
3. Riwayat hidup
89
95
99
1. PENDAHULUAN
Latar Belakang
Pertambangan mineral tembaga dan emas di Batu Hijau berawal dari
adanya kontrak karya antara PT Newmont Nusa Tenggara (PTNNT) dengan
pemerintah Republik Indonesia, pada tanggal 2 Desember 1986. Kontrak karya
tersebut memberikan izin kepada PTNNT untuk melakukan eksplorasi mineral
berharga di dalam wilayah kontrak. Setelah empat tahun melakukan eksplorasi,
PTNNT menemukan cebakan tembaga porfiri dalam jumlah besar di suatu
kawasan hutan yang kemudian diberi nama Batu Hijau. Pada saat itu kawasan
Batu Hijau secara administratif masuk wilayah Kabupaten Sumbawa, tapi sejak
tahun 2003, Kabupaten Sumbawa telah dimekarkan menjadi dua Kabupaten,
sehingga lahirlah kabupaten baru yaitu Kabupaten Sumbawa Barat, dan Batu
Hijau secara administratif masuk dalam wilayah Kabupaten Sumbawa Barat.
PTNNT telah memberikan kontribusi mencapai US$ 35,90 juta kepada
pemerintah Indonesia dalam bentuk pajak, non-pajak serta royalti yang sesuai
dengan peraturan pemerintah yang diterapkan pada semua daerah penghasil
tambang dengan pembagian 20 persen untuk pemerintah pusat, 16 persen untuk
propinsi, 32 persen untuk kabupaten penghasil dan 32 persen untuk kabupaten
lainnya di NTB . Di samping itu, PTNNT setiap tahun membelanjakan lebih dari
US$183 juta untuk pembelian barang dan jasa dari dalam negeri Indonesia, US$
55 juta untuk pembayaran gaji karyawan nasional dan rata rata US$ 5 juta/tahun
untuk program pengembangan masyarakat (PTNNT 2012).
Pada masa-masa awal aktivitas, PTNNT seringkali mengalami
permasalahan dengan masyarakat setempat, seperti permasalahan yang berkaitan
dengan isu lingkungan, tenaga kerja dan sosial ekonomi lainnya. Isu-isu tersebut
di khawatirkan dapat mengganggu aktivitas perusahaan. Oleh karena itu, untuk
meminimalisir adanya permasalahan tersebut, PTNNT memfasilitasi dan
mengakomodir kebutuhan, serta harapan dari masyarakat setempat. Sebagai
tetangga yang baik, PTNNT menempatkan aspek penting tanggung jawab sosial
(Corporate Sosial Responsibility) dan menerapkan beberapa kebijakan agar
mendapat dukungan dari masyarakat Sumbawa dalam melakukan kegiatan
operasionalnya.
PTNNT menerapkan dan melaksanakan Corporate Sosial Responsibility
(CSR) sebagai bagian dari operasi perusahaan, dengan meletakkan visi; “menjadi
perusahaan tambang yang paling dihargai dan dihormati melalui kepemimpinan di
bidang keselamatan kerja, pengelolaan lingkungan dan tanggung jawab sosial”.
Menempatkan aspek tanggung jawab sosial sebagai bagian yang penting dalam
kinerja perusahaan, diwujudkan dengan membangun hubungan kemitraan yang
sejajar, berdasarkan atas kepercayaan yang mengedepankan nilai-nilai
professional, serta nilai tambah bagi masyarakat sekitar tambang.
Menurut World Business Council for Sustainable Development (WBCSD)
bahwa: “CSR merupakan suatu komitmen berkelanjutan oleh dunia usaha untuk
bertindak etis dan memberikan kontstribusi kepada pengembangan ekonomi dari
2
komunitas setempat ataupun masyarakat luas, bersamaan dengan peningkatan
taraf hidup pekerjanya beserta seluruh keluarganya”. Sangat jelas bahwa CSR
merupakan ruh dari keseluruhan operasi perusahaan atau “how to make money”,
bukan “how to spend money”. Menurut John Elkington seperti dikutip Nasdian
(2013), dari sudut perusahaan, CSR merupakan proses internalisasi faktor-faktor
eksternal (the internalization of externalities) yang merujuk kepada tripel bottom
line (3P), yakni People, Planet, dan Profit. Perusahaan yang baik tidak hanya
memburu keuntungan ekonomi belaka (profit) melainkan pula memiliki
kepedulian terhadap kelestarian lingkungan (planet) dan kesejahteraan masyarakat
(people).
Konteks pembangunan CSR tidak hanya berorientasi pada produksi, tetapi
seperti telah dinyatakan diatas bahwa CSR harus berorientasi pada pemberdayaan
masyarakat dalam meningkatkan taraf hidup warga komunitas. Oleh karena itu,
tanggung jawab sosial perusahaan perlu dikonstruksikan dalam suatu kerangka
pergeseran paradigma dari “production center development” ke “people center
development”. Dengan demikian aksi CSR dicirikan dengan implementasi
prisnsip-prinsip desentralisasi, partisipasi, pemberdayaan, pelestarian, jejaring,
teritorial, dan ekonomi lokal.
Sejalan dengan konteks CSR tersebut, maka dilakukan berbagai upaya
intervensi untuk mempercepat proses pengembangan masyarakat dengan
melibatkan semua pihak dan pemangku kepentingan, dimana pihak
swasta/perusahaan akan mengambil peran sebagai katalis dalam membantu
masyarakat meraih tujuannya, dan mendukung strategi kebijakan pemerintah
setempat yang diwujudkan dengan merancang dan melaksanakan programprogram pengembangan masyarakat yang akhirnya bisa dialihkan kepemilikannya
kepada masyarakat ataupun pemerintah. Tujuannya adalah mewujudkan
masyarakat yang mandiri, memiliki bekal untuk dapat hidup sejahtera dalam
jangka panjang. Relevan dengan teori perubahan sosial yang menyatakan, sebuah
proses sosial biasanya menghasilkan keadaan dan strukutur sosial yang sama
sekali baru.
Salah satu upaya dari implementasi CSR adalah Community Development
(Comdev). Comdev merupakan tanggung jawab sosial suatu perusahaan pada
pengembangan lingkungan masyarakat untuk kepentingan semua pihak agar
ketenangan perusahaan akan tetap terjaga dan masyarakat di sekitar lokasi akan
ikut merasakan dampak positifnya. Menurut Budimanta (2003) Comdev
(pengembangan masyarakat) adalah kegiatan yang di arahkan untuk memperbesar
akses masyarakat dalam mencapai kondisi sosial-ekonomi dan budaya yang lebih
baik dibandingkan dengan sebelum adanya kegiatan sehingga masyarakat menjadi
mandiri dan kualitas kehidupan menjadi lebih baik.
PTNNT sebagai perusahaan yang memiliki kewajiban dalam
melaksanakan CSR, telah membentuk Departemen External Relation section
Community Development (Comdev) sejak awal konstruksi pembangunan tambang
pada tahun 1997. Dalam mendukung dan mewujudkan visi tanggung jawab sosial,
PTNNT telah merumuskan Rencana Strategis (Renstra) pertama kali pada tahun
2004, yang dipergunakan sebagai instrumen dan acuan dalam pelaksanaan
program pengembangan masyarakat sertiap masa lima tahunan. Dokumen Renstra
yang pertama (2004-2008) tersebut, dimaksudkan sebagai rujukan atau pedoman
untuk pelaksanaan program program jangka menengah (lima tahun) dan jangka
3
panjang bagi pengembangan masyarakat di daerah lingkar tambang, agar program
yang dilaksanakan relevan dengan kebutuhan dan sasaran yang akan dicapai.
Berbagai aktivitas dari program yang dituangkan dalam dokumen Renstra,
telah memberikan banyak manfaat dan pembelajaran bagi masyarakat Kabupaten
Sumbawa Barat, khususnya masyarakat yang berada di wilayah sekitar tambang.
Memasuki tahapan akhir masa lima tahunan dari Renstra (2009-2013), telah
dilakukan evaluasi dampak atas berbagai capaian selama periode kedua Renstra
tersebut, oleh beberapa lembaga independen sejak tahun 2012. Hasil evaluasi
dampak, terdapat berbagai masukan, harapan dan rekomendasi kepada PTNNT
untuk dapat lebih meningkatkan lagi efektivitas program, efisiensi sumberdaya,
koordinasi dan monitoring evaluasi selama implementasi program pengembangan
masyarakat yang telah berjalan, agar manfaatnya dapat lebih menyentuh
kehidupan masyarakat setempat. Salah satu rekomendasi yang langsung
diterapkan sejak Maret 2013 yaitu melakukan perubahan stuktur organisasi dan
merubah model pendekatan pengembangan masyarakat didalam tubuh
Departemen External Relation, dimana perubahan telah dikembangkan menjadi
Departemen Sosial Responsibility and Government Relation (SRG), serta
perubahan pola pendekatan di masyarakat melalui divisi Sosial Responsibitily
(SR) dan divisi Sosial Responsibility Planning and Development (SRPD), dengan
target cakupan wilayah yang lebih luas dan sasaran program yang lebih terukur.
PTNNT mengalokasikan anggaran setiap tahun guna mendukung program
pengembangan masyarakat senilai US$ 5 juta, melalui Departemen SRG, yang
terdistribusi pada:
1. Divisi Sosial Responsibility Planning and Development (SRPD), terbagi
atas 2 seksi yaitu:
a) Instrastruktur (Infras)
b) Capacity Building (CB)
2. Yayasan Pembangunan Ekonomi Sumbawa Barat (YPESB)
3. Yayasan Olat Parigi (YOP)
4. Divisi Sosial Responbisibilty (SR) melalui program Donation yaitu bentuk
program bantuan sosial yang disediakan bagi berbagai kegiatan
kemasyarakatan pada bidang-bidang keagamaan, pendidikan, kesehatan,
sosial
budaya
dan
berbagai
dukungan
untuk
kegiatan
masyarakat/lembaga/organisasi kemasyarakatan dan pemerintah.
Untuk dapat mewujudkan komitmen dalam bidang tanggung jawab sosial,
maka Department SRG menetapkan tujuan perusahaan dengan
visi
pengembangan masyarakat sebagai “Masyarakat yang sehat, cerdas, mandiri,
sejahtera dan religious”, dan akan dicapai melalui lima bidang utama yaitu: (1)
Bidang Kesehatan, (2) Bidang Pendidikan, (3) Bidang Ekonomi Masyarakat, (4)
Bidang Pertanian dan Pariwisata, dan (5) Bidang Sosial Budaya dan Agama,
termasuk didalamnya peningkatan infrastruktur untuk seluruh bidang. Serta
merumuskan Misi, yang salah satunya khusus pada bidang pendidikan adalah:
“Meningkatkan kualitas sumberdaya manusia cerdas dan produktif”, dengan
sasaran yang ingin dicapai adalah: “Terwujudnya kapasitas masyarakat yang
terampil, berpendidikan, kompetititf dan berbudi pekerti”.
Mengacu pada Misi bidang pendidikan dan sasaran yang ingin dicapai,
melalui implementasi program pada lima (5) tujuan pokok yang telah ditetapkan,
4
ditemukan bahwa sebagian dari tujuan tersebut, telah diimplementasikan secara
efektif di masyarakat, akan tetapi ada sebagian tujuan yang belum mencapai target
secara optimal, terutama khusus pada tujuan peningkatan produktivitas dan
keterampilan masyarakat, dengan kegiatan pokok (1) Pelatihan, kursus, dan
magang (2) Pembentukan tempat belajar masyarakat (TBM).
Melihat dari misi dan sasaran yang ingin dicapai, serta dari kondisi dan
potensi dalam masyarakat, masih banyak ruang bagi PTNNT dalam merealisasi
dan mengoptimalkan program yang telah dicanangkan sesuai tujuan pokok yang
termuat dalam Renstra (2009-2013). Menciptakan kesempatan dan peluang bagi
masyarakat dengan pendidikan non formal, akan mampu meningkatkan
produktivitas dan keterampilan masyarakat, sehingga kedepan masyarakat
memiliki bekal dalam dunia kerja, masyarakat menjadi berdaya, mampu
berwirausaha dan mandiri, yang pada akhirnya dapat meningkatkan pendapatan
serta meningkatkan kesejahteraan keluarga, disamping membantu pemerintah
mengurangi kemiskinan, mengurangi tingkat pengangguran, serta mengurangi
ketergantungan masyarakat terhadap PTNNT itu sendiri. Kegiatan peningkatan
produktivitas dan keterampilan masyarakat, merupakan kegiatan intervensi yang
positif dan harus dikembangkan, guna tercapainya misi dan sasaran yang telah
ditetapkan dalam Renstra (2009-2013) yaitu: terwujudnya kapasitas masyarakat
yang terampil, berpendidikan, kompetititf dan berbudi pekerti”. Kegiatan
peningkatan produktivitas dan keterampilan masyarakat, memiliki tujuan:
1. Pelatihan, kursus dan magang, dengan indikator angka pengangguran,
bahwa masyarakat dibekali palatihan untuk mendapatkan ilmu dan
keterampilan, terutama masyarakat yang tidak memiliki pekerjaan,
pemuda-pemudi putus sekolah, dengan memanfaatkan TBM ataupun
kerjasama dengan lembaga Pendidikan Luar Sekolah (PLS), Balai Latihan
Kerja (BLK) Depnakertrans, maupun lembaga pelatihan keterampilan
lainnya, sehingga masyarakat memiliki bekal ilmu keterampilan (skill)
dan kemampuan (capacity) dalam mencari peluang kerja, berwirausaha
ataupun dapat menciptakan lapangan kerja bagi masyarakat lainnya, yang
pada akhirnya terjadi peningkatan produktivitas dan keterampilan
masyarakat.
2. Pembentukan TBM (sarana, fasilitas, pengelola maupun kelembagaan),
yang akan berfungsi sebagai wadah pendidikan non formal bagi
masyarakat. TBM diharapkan akan mampu berperan aktif dalam
menyediakan bahan bacaan dalam rangka untuk membantu dan
memberikan layanan kepada masyarakat sesuai dengan (1) kebutuhan, (2),
meningkatkan kemampuan keaksaraan, dan (3) keterampilan membaca
masyarakat merata, meluas, terjangkau dan mudah diakses dengan murah.
Menurut hasil evaluasi program Community Development PTNNT oleh
lembaga Indonesia Center for Sustainable Development (ICSD) 2011, Pelatihan
kewirausahaan sebagai pendidikan nonformal, semestinya bisa menjadi fokus
tidak hanya bidang pendidikan, akan tetapi mencakup upaya mengurangi
kemiskinan dengan bekal keterampilan, hingga masyarakat dapat memiliki usaha
dalam meningkatkan pendapatan keluarga . Asumsi ini didasari atas data
kemiskinan di daerah sekitar tambang. Di Kecamatan Sekongkang, terdapat
sedikitnya 565 kepala keluarga (KK) miskin atau sekitar 29,4 persen dari 1.887
KK. Di Kecamatan Maluk, ada 452 kepala keluarga miskin atau 16,83 persen dari
5
2.743 KK. Di Kecamatan Jereweh, terdapat sedikitnya 552 KK miskin atau 23,04
persen dari 2.206 KK. Sementara total KK miskin di KSB mencapai 5.645 KK
atau 19,46 persen dari total jumlah KK di KSB.
Berdasarkan visi misi, sasaran dan tujuan yang telah dipaparkan diatas,
maka menjadi penting untuk melakukan analisis dalam melihat sejauh mana
komitmen implementasi program sosial responsibility PTNNT pada bidang
pendidikan, melalui Kajian Peningkatan Produktivitas dan Keterampilan
Masyarakat Berdasarkan Rencana Strategis PT Newmont Nusa Tenggara.
Perumusan Masalah
Dokumen Renstra dijabarkan lebih rinci dan detail ke dalam perencanaan
tahunan (action plan), guna memudahkan dalam proses implementasi, monitoring
dan evaluasi kinerja serta efektivitas program pengembangan masyarakat pada
masing-masing desa sekitar tambang. Dari berbagai implementasi program
pengembangan masyarakat yang telah dilakukan, diharapkan masyarakat di
masing-masing desa memiliki kemandirian dan daya saing kuat menghadapi
berbagai perubahan dan tantangan. Kajian dilakukan terhadap pencapaian tujuan
dari dokumen Renstra (2009-2013), khususnya pada kegiatan “peningkatan
produktivitas dan keterampilan masyarakat”, pada kegiatan pokok (1) Pelatihan,
kursus dan magang, dengan indikator capaian angka pengangguran yaitu dari 15
persen pada tahun 2009, menjadi < 10 persen pada 2013. (2) Pembentukan tempat
belajar masyarakat (TBM), dengan melihat indikator capaian target angka buta
huruf dari 1,87 persen pada tahun 2009, menjadi 0 persen pada 2013 .
Data yang dikeluarkan oleh Dinas Pendidikan dan Kebudayaan Kabupaten
Sumbawa Barat, masih terdapat 1.000 orang yang mengikuti program keaksaraan
fungsional pada 4 kecamatan, dan telah direalisasikan 100 persen, seperti
tergambar pada table 1.
Tabel 1 Jumlah Peserta Program Keaksaraan Fungsional (KF) di Kabupaten
Sumbawa Barat Tahun 2011
Jumlah Peserta
Kecamatan
1. Sekongkang
2. Jereweh
3. Maluk
4. Taliwang
5. Brang Ene
6. Brang Rea
7. Seteluk
8. Poto Tano
Total
Target (orang)
0
0
130
0
0
270
270
330
1.000
Realisasi
(orang)
0
0
130
0
0
270
270
330
1.000
Persentase (%)
0
0
100
0
0
100
100
100
100
Sumber: BPS Sumbawa Barat 2012
Namun seiring dengan berubahnya asumsi, sejak tahun 2010 KSB telah
mendeklarasikan bebas buta huruf, dengan data masyarakat buta huruf di bawah
6
5 persen, sehingga program keaksaraan fungsional yang dilaksanakan oleh SRPD
ikut dihentikan.
Pelatihan kursus dan magang yang sesuai dengan program peningkatan
produktivitas dan keterampilan masyarakat adalah sejumlah training yang bersifat
kewirausahaan, dalam bentuk kursus/pelatihan/pendampingan masyarakat, akan
tetapi tidak ada aktivitas yang dilakukan oleh SRPD terkait program tersebut,
yang terjadi adalah sejumlah pelatihan/pendampingan masyarakat mengarah ke
kewirausahaan yang diselenggarakan oleh Mitra Yayasan Olat Parigi (YOP) dan
Yayasan Pembangunan Ekonomi Sumbawa Barat (YPESB). Oleh karena itu,
perlu dilihat sejauh mana kegiatan dapat mencapai target yang sudah ditetapkan,
yaitu apakah telah dapat meningkatkan produktivitas dan keterampilan
masyarakat?
Dengan adanya intervensi kegiatan pelatihan, kursus keterampilan, dan
magang, diharapkan masyarakat pada akhirnya akan mampu mandiri, menjadi
berdaya, memiliki usaha produktif, memiliki sumber pendapatan atau penghasilan
tambahan (dari berbagai sektor usaha), yang pada akhirnya akan mampu
meningkatkan taraf hidup dan kesejahteraan keluarga. TBM sebagai sarana dalam
memenuhi kebutuhan masyarakat melalui pendidikan non formal, mempunyai
tujuan untuk memperluas kesempatan masyarakat yang tidak mampu dalam
meningkatkan pengetahuan, keterampilan, dan mental sebagai bekal
mengembangkan diri dan bekerja mencari nafkah. Upaya-upaya intervensi
pemberdayaan yang dilakukan oleh SRPD, harus sesuai dengan kebutuhan dan
kondisi riil dalam kehidupan masyarakat, sehingga program menjadi efektif dan
tepat sasaran, yang pada akhirnya akan mampu berperan penting dalam
meningkatkan kesejahteraan masyarakat, serta dapat menjadi bagian dari upaya
pengentasan kemiskinan. Oleh karena itu, apakah kegiatan tersebut benar-benar
telah sesuai dengan aspirasi dan kebutuhan masyarakat?.
Banyak faktor yang dapat menjadi penghambat maupun pendukung dalam
pencapaian, antara lain perencanaan yang tidak partisipatif, program yang tidak
sesuai dengan kebutuhan dan karakteristik masyarakat, pelaksanaan yang tidak
transfaran dan tidak sesuai dengan rencana, kurang adanya kontrol atau
pengawasan, yang pada akhirnya akan menyebabkan kegagalan pencapaian tujuan
yang direncanakan, dan begitu pula sebaliknya dalam keberhasilan pelaksanaan
dan pencapaian tujuan program yang telah direncanakan. Oleh karena itu, apa
sajakah yang menjadi faktor pendukung maupun penghambat yang dihadapi
dalam kegiatan peningkatan produktivitas dan keterampilan masyarakat?
Berdasarkan kondisi tersebut, maka dilakukan penelitian guna mengkaji
lebih jauh terhadap kegiatan peningkatan produktivitas dan keterampilan
masyarakat berdasarkan Rencana Strategis (2009-2013) PTNNT,
dengan
pertanyaan penelitian (research question) yaitu:
1. Apakah implementasi kegiatan peningkatan produktivitas dan
keterampilan masyarakat sudah sesuai dengan capaian target yang telah
ditetapkan?
2. Apakah kegiatan tersebut telah sesuai dengan aspirasi dan kebutuhan
masyarakat?
3. Apakah faktor pendukung dan penghambat kegiatan peningkatan
produktivitas dan keterampilan masyarakat?
7
4. Bagaimanakah strategi yang dapat dilakukan guna mencapai tujuan
peningkatan produktivitas dan keterampilan masyarakat?
Tujuan Kajian
Berdasarkan research question di atas, maka tujuan penelitian ini secara lebih
rinci dirumuskan sebagai berikut :
1. Mengkaji implementasi kegiatan peningkatan produktivitas dan
keterampilan masyarakat.
2. Mengkaji kegiatan peningkatan produktivitas dan keterampilan
masyarakat, berdasarkan aspirasi dan kebutuhan masyarakat.
3. Mengkaji faktor pendukung dan faktor penghambat.
4. Perancangan strategi aksi kegiatan peningkatan produktivitas dan
keterampilan masyarakat.
Manfaat Kajian
1. Memberikan sumbangan pemikiran bagi pengembangan ilmu pengetahuan
dan administrasi publik yang berkaitan dengan penyusunan rencana
strategis (Renstra) perusahaan dalam implementasi berbagai program
CSR, disamping dapat menambah khasanah ilmu pengetahuan dan
bermanfaat bagi peneliti serta pihak yang berkepentingan lainnya.
2. Sebagai masukan bagi pemerintah Kabupaten Sumbawa Barat dalam
menyusun kebijakan pendukung terkait pelaksanaan CSR dari berbagai
perusahaan, sehingga dapat disinergikan dengan arah kebijakan dan
program pembangunan yang akan dilakukan oleh pemerintah.
3. Sebagai masukan bagi PTNNT dalam melakukan evaluasi implementasi
program pengembangan masyarakat sehingga dapat bersinergis dengan
pemerintah, dapat diterima oleh pemangku kepentingan dan dirasakan
manfaatnya oleh masyarakat.
Ruang Lingkup Kajian
Kajian dilakukan terbatas pada ruang lingkup proses penyusunan dan
implementasi Renstra (2009-2013) terkait dengasn kegiatan peningkatan
produktivitas dan keterampilan masyarakat, serta pada tujuan pokok (1) pelatihan,
kursus, magang dan (2) pembentukan TBM.
Kajian dilakukan dalam ruang lingkup tersebut, dengan menetapkan salah
satu daerah sasaran program pengembangan masyarakat PTNNT yaitu Desa
Benete Kecamatan Maluk Kabupaten Sumbawa Barat. Kajian dilakukan dengan
menganalisis sejauh mana kinerja dan efektivitas implementasi dokumen Renstra
sebagai panduan kerja pengembangan masyarakat oleh SRPD PTNNT, khususnya
pada kegiatan peningkatan produktivitas dan keterampilan masyarakat.
8
2. PENDEKATAN TEORITIS
Tinjauan Pustaka
Corporate Sosial Responsibility (CSR)
Corporate Sosial Responsibility (CSR) atau diartikan sebagai tanggung
jawab sosial perusahaan adalah sebuah konsep, bahwa lembaga profit atau suatu
perusahaan memiliki tangung jawab terhadap konsumen, karyawan, pemegang
saham, komunitas, dan lingkungan, dalam segala aspek operasional perusahaan.
CSR berhubungan erat dengan “Sustainable Development”.
Definisi CSR sangatlah beragam, bergantung pada visi dan misi perusahaan
yang disesuaikan dengan needs, desire, wants, dan interest komunitas. Beberapa
definisi CSR seperti yang dikemukakan oleh Rahman (2009) diantaranya,
Chambers mendifinisikan melakukan tindakan sosial (termasuk kepedulian
terhadap lingkungan hidup, lebih dari batas-batas yang dituntut peraturan undangundang). Trinidad & Tobacco Bureau of Standards mendifinisikan komitmen
dunia usaha untuk bertindak secara etis, beroperasi secara legal, dan
berkonstribusi untuk peningkatan ekonomi bersamaan dengan peningkatan
kualitas hidup karyawan dan keluarganya, komunitas lokal, dan masyarakat yang
lebih luas. WBCSD mendifinisikan komitmen bisnis untuk berkontribusi dalam
pembangunan ekonomi berkelanjutan, bekerja dengan karyawan perusahaan,
keluarga karyawan, berikut komunitas setempat (lokal) dan masyarakat secara
keseluruhan dalam rangka meningkatkan kualitas hidup.
Kurun waktu 30 tahun terakhir, CSR dan ide ide lain yang sejalan, menjadi
isu menonjol dalam wacana etika, teoritik sekaligus praktek bisnis perusahaan
multi nasional dan dunia usaha pada umumnya. Sedemikian progresifnya, hingga
setelah melewati tiga dasawarsa, CSR masih tak lepas dari kerancuan konsep,
pengistilahan maupun penerapannya (sukada, et.al.,2006). Meskipun demikian
dalam lima tahun terakhir ini, praktek CSR di Indonesia sangat menggembirakan.,
dari sebuah konsep asing, CSR kini menjadi konsep yang banyak
diperbincangkan, diperdebatkan dan digunakan untuk melabel banyak aktivitas
tidak saja oleh pemerintah, ornop, media massa, juga DPR. Akan tetapi karena
tidak cukup pihak yang menekuni wacana CSR sebagaimana yang termuat dalam
berbagai literature, maka banyak kesalahan umum yang kerap ditemui kalau kita
benar benar memperhatikan bagaimana CSR digunakan.
Pada masa sebelumnya, upaya pendekatan terhadap masyarakat sudah
dilakukan oleh perusahaan, melalui aktivitas yang lazim dikenal dengan
community outreach. Bentuk dari community outreach yang paling primitive
adalah Corporate Philanthropy (CP), yaitu sebuah usaha yang dilakukan
perusahaan, atau seseorang, untuk memberikan dana kepada individu atau
kelompok masyarakat.
Seiring berjalannya waktu, CP kemudian berkembang menjadi CSR yang
dapat diartikan sebagai “komitmen dunia bisnis untuk menyumbang sesuatu bagi
kelangsungan pembangunan ekonomi, bekerja sama dengan para karyawan,
komunitas lokal dan masyarakat luas untuk meningkatkan kualitas hidup dan
10
pelestarian lingkungan”. Kegiatan CSR seringkali dilakukan sendiri oleh
perusahaan, atau dengan melibatkan pihak ketiga (misalnya yayasan atau lembaga
swadaya masyarakat) sebagai penyelenggara kegiatan tersebut.
CSR tidak hanya bergerak dalam philanthropy maupun level strategi,
melainkan terus merambat naik ketingkat kebijakan (policy) yang lebih makro dan
riil. CSR biasanya melibatkan sumber daya dan dana yang cukup besar, sehingga
banyak keengganan dari usaha menengah dan kecil untuk melakukan kegiatan
CSR.
CSR bukan hanya sekedar kegiatan amal, melainkan mengharuskan suatu
perusahaan
dalam
pengambilan
keputusan
agar
sungguh-sungguh
memperhitungkan akibat terhadap seluruh pemangku kepentingan (stakeholder)
perusahaan, termasuk lingkungan hidup. Hal ini mengharuskan perusahaan untuk
membuat keseimbangan antara kepentingan beragam pemangku kepentingan
eksternal dengan kepentingan pemegang saham, yang menjadi salah satu
pemangku kepentingan internal.
Tidak dapat dipungkiri, bahwa perusahaan yang memiliki image positif;
ramah lingkungan, dan memiliki kepekaan sosial yang tinggi, akan lebih eksis dan
unggul di arus pertarungan eksistensi antar perusahaan. Pencitraan positif juga
dapat menghadirkan keuntungan tersendiri bagi perusahaan; perusahaan dapat
menjalankan bisnisnya secara aman dan nyaman, sehingga tidak berlebihan bila
dikatakan bahwa CSR dapat dijadikan sebagai bagian dari strategi bisnis
perusahaan jangka panjang.
Setelah konsep CSR dideklarasikan dan implementasinya diatur dalam
undang-undang, yang menyertakan sanksi bagi mereka yang tidak melakukannya,
semua perusahaan tunduk atas peraturan tentangnya. Regulasi pemerintah melalui
Undang-undang Nomor 40 tahun 2007 tentang perseroan terbatas, ditambah
Peraturan Pemerintah Nomor 47 tahun 2012 yang membahas Tanggung Jawab
Sosial dan Lingkungan, hingga telah menjadikan CSR sebagai elemen penting
yang tidak terpisahkan dari bisnis jangka panjang perusahaan.
Sejalan dengan yang disampaikan oleh Susetiawan (2012) bahwa CSR
merupakan komitmen perusahaan atau dunia bisnis untuk berkontribusi dalam
pembangunan masyarakat sekitar, baik pada aspek ekonomis, sosial, politik,
budaya maupun lingkungan. Perusahaan mempunyai wujud kepedulian secara
internal (hubungan antara perusahaan dengan karyawannya) dan secara eksternal
(kaitannya dengan masyarakat sekitar). Dengan demikian masyarakat lokal bukan
merupakan masyarakat tertinggal ditengah munculnya perusahaan, dimana
masyarakatnya secara ekonomi menunjukkan kemiskinan, jika dibandingkan
dengan masyarakat dalam perusahaan itu sendiri. Secara hakiki, sebuah korporasi
tidak hanya merupakan suatu unit kegiatan ekonomistik manusia, melainkan juga
suatu unit aksi, maka dengan sendirinya juga merupakan unit sosial (Yosephus,
2010).
Alyson Warhurst seperti yang dikutip Sumardiyono (2007), berpendapat,
hubungan CSR dan masyarakat terwujud dalam empat hal utama, yaitu :
1. Konstribusi pada pengembangan masyarakat (comdev)
2. Pengikutsertaan (prioritas) kesempatan kerja dan usaha
3. Pembiayaan sesuai kerangka legal
4. Tanggapan atas harapan kelompok kepentingan.
11
Konteks pembangunan CSR tidak hanya berorientasi pada produksi, tetapi
juga harus berorientasi pada pemberdayaan masyarakat dalam meningkatkan taraf
hidup warga komunitas. Oleh karena itu, CSR perlu dikonstruksikan dalam suatu
kerangka pergeseran paradigma dari “production center development” ke “people
center development”. Aksi CSR dicirikan dengan implementasi prinsip-prinsip
desentralisasi, partisipasi, pemberdayaan, pelestarian, jejaring, teritorial, dan
ekonomi lokal.
Menurut Whardani (2012) bahwa apapun konsep yang digunakan dalam
implementasi CSR, tidak akan efektif dilaksanakan jika pada saat penyusunan
program perusahaan tidak berusaha melakukan survey kebutuhan program
terhadap target penerima manfaatnya terlebih dahulu. Terlebih lagi tidak
melakukan pemetaan siapa saja yang menjadi pemangku kepentingan atas
operasional perusahaan. Hal mendasar ini seringkali terlupakan atau dilewatkan
sehingga akhirnya setelah bermilyar anggaran CSR dikeluarkan tetap saja hasilny