Dampak Inklusi Keuangan Terhadap Kebijakan Moneter : Pengalaman Empiris Dengan Data Panel Dinamis
DAMPAK INKLUSI KEUANGAN TERHADAP KEBIJAKAN
MONETER : Pengalaman Empiris dengan Data Panel Dinamis
ROZIANA OCTIA DASRIL
DEPARTEMEN ILMU EKONOMI
FAKULTAS EKONOMI DAN MANAJEMEN
INSTITUT PERTANIAN BOGOR
BOGOR
2015
PERNYATAAN MENGENAI SKRIPSI DAN
SUMBER INFORMASI SERTA PELIMPAHAN HAK CIPTA*
Dengan ini saya menyatakan bahwa skripsi berjudul Dampak Inklusi
Keuangan terhadap Kebijakan Moneter : Pengalaman Empiris dengan Data Panel
Dinamis adalah benar karya saya dengan arahan dari dosen pembimbing dan
belum diajukan dalam bentuk apa pun kepada perguruan tinggi mana pun. Sumber
informasi yang berasal atau dikutip dari karya yang diterbitkan maupun tidak
diterbitkan dari penulis lain telah disebutkan dalam teks dan dicantumkan dalam
Daftar Pustaka di bagian akhir skripsi ini.
Dengan ini saya melimpahkan hak cipta dari karya tulis saya kepada Institut
Pertanian Bogor.
Bogor, Mei 2015
Roziana Octia Dasril
NIM H14110044
ABSTRAK
ROZIANA OCTIA DASRIL. Dampak Inklusi Keuangan terhadap Kebijakan
Moneter : Pengalaman Empiris dengan Data Panel Dinamis. Dibimbing oleh
NOER AZAM ACHSANI.
Inklusi keuangan diciptakan untuk meningkatkan kapasitas dan
kesempatan yang sama untuk berpartisipasi dan berkontribusi bagi masyarakat
luas. Berdasarkan studi terdahulu menunjukkan inklusi keuangan terbukti
mempunyai dampak yang positif terhadap pertumbuhan ekonomi. Kemudian saat
ini mulai bermunculan studi yang menganalisis bagaimana inklusi keuangan dapat
memengaruhi transmisi kebijakan moneter. Menggunakan Index of Financial
Inclusion (IFI) yang dikembangkan oleh Sarma (2008), penelitian ini bertujuan
untuk menganalisis dampak inklusi keuangan terhadap kebijakan moneter.
Penelitian ini menggunakan pendekatan GMM untuk menganalisis data panel
dinamis dengan periode 2008-2013 dari 37 negara di dunia yang dikelompokkan
berdasarkan empat kategori tingkat pendapatan. Dari hasil penelitian ditemukan
bahwa peningkatan inklusi keuangan dapat meningkatkan efektivitas kebijakan
moneter dengan cara mereduksi tingkat inflasi. Kemudian ditemukan pengaruh
yang kuat dari inklusi keuangan terhadap efektivitas kebijakan moneter pada
negara yang memiliki tingkat inklusi keuangan sedang dan tinggi.
Kata kunci: Data panel dinamis, Inklusi keuangan, GMM, Kebijakan moneter
ABSTRACT
ROZIANA OCTIA DASRIL. The Impact of Financial Inclusion on Monetary
Policy : An Empirical Study with Dynamic Panel Data. Supervised by NOER
AZAM ACHSANI.
Financial inclusion is designed to increase capability and equal
oppurtunities to participate and contribute among the economically excluded
people. Based on literature review show that countries with higher degrees of
financial inclusion tend to post higher economic growth. Then currently there is a
growing literature discussing how the presence of financial inclusion may
influence in transmitting monetary impulses to achieve the objective of monetary
policy. Using Index of Financial Inclusion (IFI) that has been developed by Sarma
(2008), the aim of this research is to provide some new empirical evidence on the
impact of financial inclusion on monetary policy. This study using GMM method
for dynamic panel over the period 2008-2013 for a sample of 37 countries
grouped in to four cluster of level income. The result show that growing financial
inclusion would improve the monetary policy effectiveness through decrease
inflation rate. And then this study find strong effect of financial inclusion on
monetary policy effectiveness for countries wich medium and high level of
financial inclusion.
Keywords : Dynamic panel data, Financial inclusion, GMM, Monetary policy
DAMPAK INKLUSI KEUANGAN TERHADAP KEBIJAKAN
MONETER : Pengalaman Empiris dengan Data Panel Dinamis
ROZIANA OCTIA DASRIL
Skripsi
sebagai salah satu syarat untuk memperoleh gelar
Sarjana Ekonomi
pada
Departemen Ilmu Ekonomi
DEPARTEMEN ILMU EKONOMI
FAKULTAS EKONOMI DAN MANAJEMEN
INSTITUT PERTANIAN BOGOR
BOGOR
2015
PRAKATA
Puji dan syukur penulis panjatkan kepada Allah subhanahu wa ta’ala atas
segala karunia-Nya sehingga karya ilmiah ini berhasil diselesaikan. Tema yang
dipilih dalam penelitian yang dilaksanakan sejak bulan Desember 2014 ini ialah
inklusi keuangan dengan judul Dampak Inklusi Keuangan terhadap Kebijakan
Moneter : Pengalaman Empiris dengan Data Panel Dinamis.
Terima kasih penulis ucapkan kepada Bapak Prof. Noer Azam Achsani,
Ph.D selaku pembimbing yang senantiasa memberikan arahan, motivasi dan ilmu
yang sangat berharga kepada penulis, kepada Ibu Dr. Lukytawati Anggraeni
selaku penguji utama, dan Ibu Heni Hasanah, M.Si. Rasa terima kasih juga
disampaikan kepada Ayah Drs. Dasril W, Ibu Dra. Oktra Zariati serta sahabatsahabat terdekat atas segala doa dan kasih sayangnya. Terakhir penulis ucapkan
terima kasih atas segala dukungannya dari rekan-rekan Ilmu Ekonomi 48.
Semoga karya ilmiah ini bermanfaat.
Bogor, Mei 2014
Roziana Octia Dasril
DAFTAR ISI
DAFTAR TABEL
vi
DAFTAR GAMBAR
vi
DAFTAR LAMPIRAN
vi
PENDAHULUAN
1
Latar Belakang
1
Perumusan Masalah
4
Tujuan Penelitian
4
Manfaat Penelitian
4
Ruang Lingkup Penelitian
5
TINJAUAN PUSTAKA
5
Penelitian Terdahulu
5
Kerangka Pemikiran
7
Hipotesis Penelitian
8
METODE PENELITIAN
9
Jenis dan Sumber Data
9
Metode Analisis Data
9
Index of Financial Inclusion (IFI)
9
Data Panel Dinamis
10
Perumusan Model
13
Definisi Operasional Variabel
14
Prosedur Analisis
15
ANALISIS DAN PEMBAHASAN
Analisis Eksploratif Data
15
15
Hasil Perhitungan Indeks Inklusi Keuangan Berdasarkan Kelompok Negara 18
Pengaruh Inklusi Keuangan terhadap Kebijakan Moneter
SIMPULAN DAN SARAN
22
25
Simpulan
25
Saran
25
RIWAYAT HIDUP
34
DAFTAR TABEL
1 Peran inklusi keuangan dalam membantu tujuan kebijakan bank sentral
2 Rata-rata perkembangan indikator jumlah rekening deposit di bank
komersial (per 1000 populasi dewasa) berdasarkan kelompok negara
3 Rata-rata perkembangan indikator jumlah cabang bank komersial (per
100.000 populasi dewasa) berdasarkan kelompok negara
4 Rata-rata perkembangan indikator jumlah pinjaman dari bank komersial
dan jumlah deposit di bank komersial (% terhadap GDP) berdasarkan
kelompok negara
5 Rata-rata perkembangan inflasi, lending rate, perubahan nilai tukar dan
index of financial inclusion tahun 2008-2013
6 Hasil estimasi total panel dengan SYS-GMM, FD-GMM, PLS dan
FEM
7 Hasil estimasi SYS-GMM berdasarkan kelompok negara
6
16
17
17
19
23
24
DAFTAR GAMBAR
1 Tingkat rata-rata indikator akses keuangan tahun 2008-2013
2 Rata-rata pergerakan tingkat inflasi tahun 2008-2013 berdasarkan
kelompok negara dengan perbedaan tingkat pendapatan
3 Kerangka pemikiran teoritis
4 Kerangka pemikiran operasional
5 Rata-rata indeks inklusi keuangan tahun 2013
6 Hubungan linier inflasi dengan indeks inklusi keuangan, perubahan
nilai tukar dan lending rate tahun 2008-2013
7 Perbandingan hubungan linier inflasi dengan index of financial
Inclusion (IFI) berdasarkan tingkat pendapatan tahun 2008-2013
2
3
7
8
18
20
21
DAFTAR LAMPIRAN
1 Hasil penghitungan indeks inklusi keuangan (IFI) 37 negara di dunia
berdasarkan kategori tingkat pendapatan
2 Hasil output model data panel dinamis program STATA v.12
28
29
PENDAHULUAN
Latar Belakang
Penelitian terdahulu telah banyak membahas tentang hubungan inklusi
keuangan dengan pembangunan dan pertumbuhan ekonomi di suatu negara.
Berdasarkan pengalaman empiris menunjukkan bahwa peningkatan akses
terhadap layanan keuangan dasar seperti tabungan, pembayaran dan kredit
memberikan dampak positif yang cukup subtansial dalam meningkatkan taraf
hidup masyarakat miskin (Dupas dan Robinson 2009). Untuk pelaku usaha
khususnya usaha kecil dan menengah, akses terhadap modal atau pembiayaan
seringkali menjadi kendala utama dalam pertumbuhan bisnis (Schiffer dan Weder
2001). Berdasarkan hal tersebut reformasi sektor keuangan telah menjadikan
inklusi keuangan sebagai prioritas dan inti dari agenda pembangunan internasional
bagi para pembuat kebijakan dan lembaga-lembaga pengembangan di tingkat
global.
Perserikatan Bangsa-Bangsa (PBB) pada tahun 2005 mendeklarasikan
pentingnya meningkatkan lembaga keuangan mikro (Microfinance) bagi negara
berkembang. Kemudian pada tahun 2006 The Nobel Institut memberikan
penghagaan Nobel Perdamaian kepada Muhammad Yunus pendiri Grameen Bank
atas jasanya sebagai pendiri lembaga keuangan mikro di Bangladesh yang berhasil
meningkatkan akses keuangan bagi masyarakat miskin. Hasil kesepakatan KTT
negara G-20 menetapkan inklusi keuangan untuk rumah tangga dan pelaku usaha
kecil dan menengah sebagai pilar penting dalam pembangunan ekonomi dan
pengentasan kemiskinan di negara-negara anggotanya. Lembaga-lembaga
internasional juga bermunculan seperti Aliansi Inklusi Keuangan (AFI) yang
memiliki tujuan utama untuk memajukan inklusi keuangan bagi kaum miskin
dunia. Lebih lanjut International Monetary Fund (IMF) telah meluncurkan
database yang berkaitan tentang inklusi keuangan sebagai upaya dalam
mendorong peningkatan dan penelitian terhadap inklusi keuangan di dunia.
Inklusi keuangan menurut Sarma (2008) didefinisikan sebagai sebuah
proses yang menjamin kemudahan dalam akses, ketersediaan, dan manfaat dari
sistem keuangan formal bagi seluruh pelaku ekonomi. Kemudian Sarma (2008)
berpendapat sebuah sistem keuangan yang inklusif diciptakan karena berbagai
alasan. Pertama, memfasilitasi efisiensi alokasi untuk sumber daya yang produktif.
Kedua, akses ke layanan keuangan yang tepat secara signifikan dapat
meningkatkan manajemen keuangan bagi rumah tangga dan UKM. Ketiga, sistem
keuangan yang inklusif dapat membantu mengurangi pertumbuhan kredit dari
lembaga keuangan informal (seperti rentenir) yang cenderung eksploitatif.
Penurunan lembaga keuangan informal tersebut sebagai akibat dari
peningkatan inklusi keuangan, menurut Khan (2011) tidak hanya memberikan
manfaat bagi pembangunan ekonomi, namun sejatinya juga dapat memberikan
dampak positif bagi transmisi kebijakan moneter karena dapat meningkatkan
jumlah lembaga keuangan formal. Oleh karena itu saat sekarang ini mulai
berkembang penelitian lebih lanjut (namun masih terbatas) yang menghubungkan
inklusi keuangan dengan kebijakan moneter di beberapa negara seperti penelitian
yang dilakukan oleh Mbutor dan Uba (2013), Mehrotra dan Yetman (2014), Di
Bortolomeo dan Rossi (2007) serta Filardo, Genberg dan Hofmann (2014).
2
Data dari Bank Dunia menunjukkan bahwa 50 persen dari orang dewasa di
seluruh dunia pada tahun 2011 tidak memiliki rekening di lembaga keuangan
formal. Konsekuensinya menurut Mehrotra dan Yetman (2014) keterbatasan akses
oleh masyarakat ini membuat kebijakan perubahan tingkat suku bunga oleh
otoritas moneter menjadi tidak optimal dalam memengaruhi keputusan
masyarakat untuk mengonsumsi suatu barang atau menyimpan uang mereka di
lembaga keuangan formal. Kemudian hal ini juga akan menghasilkan efek yang
tidak jelas dari pass-through tingkat suku bunga yang ditetapkan oleh bank sentral
untuk memaksimalkan kesejahteraan. Lebih lanjut Mehrotra dan Yetman (2014)
berpendapat penyebab kebijakan moneter berjalan tidak begitu stabil ketika
tingkat inklusi keuangan rendah diakibatkan karena konsumen tidak dipengaruhi
secara lansung oleh kebijakan perubahan suku bunga seperti yang tejadi di negara
miskin dan berkembang yang memiliki tingkat akses keuangan yang rendah.
Jumlah cabang bank komersial
(per 100,000 populasi dewasa)
Jumlah rekening deposit di bank
komersial (per 1000 populasi dewasa)
31.188
3845.74
21.380
14.292
269.98
Low
Income
886.37
1113.96
Lower
Income
Upper
Income
3.425
High
Income
Low
Income
Lower
Income
Upper
Income
High
Income
Outstanding loans from commercial banks (% terhadap GDP)
Outstanding deposits with commercial banks (% terhadap GDP)
90.84
52.16
30.35
34.37
40.49
90.16
53.52
19.28
Low Income
Lower Income
Upper Income
High Income
Sumber : Financial Access Survey 2014 (diolah)
Gambar 1 Tingkat rata-rata indikator akses keuangan tahun 2008-2013
Pada umumnya terdapat tiga tujuan dari kebijakan moneter di beberapa
negara yaitu stabilitas keuangan, stabilitas nilai tukar dan stabilitas harga atau
stabilitas inflasi. Akan tetapi pada hakikatnya kebijakan moneter yang dilakukan
oleh otoritas moneter dimaksudkan untuk memengaruhi kegiatan sektor riil dan
kontrol terhadap inflasi sebagai upaya dalam menciptakan pertumbuhan ekonomi
yang berkelanjutan. Penelitian ini berfokus pada dampak inklusi keuangan
terhadap tujuan utama dari kebijakan moneter yaitu stabilitas inflasi. Terdapatnya
3
tingkat inklusi keuangan yang berbeda berdasarkan tingkat pendapatan per kapita
di suatu negara mengindikasikan bahwa kondisi ini juga akan memberikan
pengaruh yang berbeda pada stabilitas moneter di negara tersebut. Hal ini terlihat
dari tingkat inflasi yang cenderung lebih tinggi pada negara berpendapatan
menengah dan berpendapatan rendah.
12
Tingkat inflasi
10
8
Low income
6
Lower middle Income
Upper middle income
4
High Income
2
0
2008
2009
2010
2011
2012
2013
Sumber : World Development Indicator 2014 (diolah)
Gambar 2 Rata-rata pergerakan tingkat inflasi tahun 2008-2013 berdasarkan
kelompok negara dengan perbedaan tingkat pendapatan
Masih terbatasnya penelitian yang menganalisis tentang pengaruh inklusi
keuangan terhadap efektivitas kebijakan moneter maka diperlukan penelitian lebih
lanjut untuk menambah dan memperkaya bukti empiris tentang dampak inklusi
keuangan terhadap kebijakan moneter. Pada penelitian terdahulu, indikator inklusi
keuangan yang sering digunakan yaitu jumlah rekening pada bank komersial (per
1000 populasi dewasa). Indikator lain yang juga banyak digunakan yaitu jumlah
cabang bank komersial, jumlah mesin ATM (per 100,000 populasi), jumlah
deposit di bank komersial, dan jumlah kredit dari bank komersial (persen terhadap
GDP).
Semua indikator tersebut menurut Sarma (2008) memberikan informasi
yang penting dalam sistem keuangan yang inklusif. Namun, ketika digunakan
secara terpisah atau individu, indikator tersebut hanya akan memberikan informasi
secara parsial. Penggunaan indikator secara terpisah tersebut juga akan
menimbulkan kesalahan interpretasi dalam merepresentsikan tingkat inklusi
keuangan. Oleh karena itu penelitian ini menggunakan Index of Financial
Inclusion (IFI) yang dikembangkan oleh Sarma (2008) sebagai proksi dari tingkat
inklusi keuangan. IFI merupakan kombinasi dari tiga dimensi inklusi keuangan
yaitu penetrasi perbankan, ketersediaan jasa perbankan, dan kegunaan.
Penelitian mengenai dampak inklusi keuangan terhadap kebijakan moneter
berdasarkan tingkat pendapatan dengan objek penelitian yang luas masih relatif
jarang dilakukan. Pada penelitian ini bukan hanya menggunakan IFI dan ruang
lingkup yang luas, namun juga akan menggunakan metode yang juga sesuai
dengan tujuan dari penelitian yang ingin dicapai. Kemudian penelitian ini juga
akan memberikan implikasi yang cukup berharga bagi otoritas moneter untuk
mengevaluasi peran dari inklusi keuangan (yang gencar dilakuan pada dekade ini)
dalam efektivitas kebijakan moneter.
4
Perumusan Masalah
Studi terdahulu telah banyak membahas tentang peran inklusi keuangan
dalam pembangunan dan pengentasan kemiskinan di dunia. Namun baru sedikit
yang melakukan penelitian tentang peran inklusi keuangan dalam transmisi
kebijakan moneter. Padahal pada dasarnya inklusi keuangan berhubungan secara
tidak lansung dengan pendapatan agregat yang memiliki variabel tingkat suku
bunga, tingkat tabungan, investasi, dan tingkat konsumsi masyarakat. Sehingga
inklusi keuangan dapat membantu otoritas moneter mengontrol tingkat harga, dan
stabilitas moneter. Peningkatan inklusi keuangan juga dapat mereduksi biaya cash
management dan juga berkontribusi menjaga kekuatan dari local currency dan
peningkatan terhadap sistem keuangan dalam perekonomian suatu negara (Mbutor
dan Uba 2013).
Terdapatnya tingkat inklusi keuangan yang berbeda berdasarkan tingkat
pendapatan per kapita di suatu negara mengindikasikan bahwa hal ini juga akan
memberikan pengaruh yang berbeda pada stabilitas moneter di negara tersebut.
Hal ini terlihat dari tingkat inflasi yang cenderung lebih tinggi pada negara
berpendapatan menengah dan berpendapatan rendah. Berdasarkan uraian singkat
di atas, permasalahan yang akan dibahas dalam penelitian ini yaitu :
1.
Bagaimana perbandingan tingkat inklusi keuangan berdasarkan kategori
negara yang memilik tingkat pendapatan per kapita yang berbeda?
2.
Bagaimana implikasi dari perbedaan tingkat inklusi keuangan terhadap
kebijakan moneter di beberapa negara berdasarkan tingkat pendapatan?
Tujuan Penelitian
Secara umum tujuan penelitian ini adalah untuk mengevaluasi atau
mengetahui dampak inklusi keuangan terhadap tujuan utama dari kebijakan
moneter yaitu stabilitas inflasi di beberapa negara berdasarkan tingkat pendapatan.
Secara khusus tujuan penelitian ini adalah untuk menjawab permasalahan yang
telah diuraikan, yaitu :
1.
Menjelaskan perbedaan tingkat inklusi keuangan berdasarkan kategori
negara yang memilik tingkat pendapatan per kapita yang berbeda.
2.
Menganalisis dan membandingkan dampak dari inklusi keuangan terhadap
kebijakan moneter di beberapa negara berdasarkan kategori tingkat
pendapatan.
Manfaat Penelitian
Penelitian yang dilakukan diharapkan dapat memberi manfaar bagi
berbagai pihak, diantaranya adalah sebagai berikut:
1.
Bagi pemerintah, diharapkan hasil penelitian dapat menjadi informasi dan
masukan untuk perumusan kebijakan maupun program dalam rangka
mewujudkan sistem keungan yang inklusif dan juga efektivitas kebijakan
moneter.
2.
Bagi masyarakat dan akademisi, diharapkan hasil penelitian ini dapat
menambah wawasan serta informasi mengenai inklusi keuangan,
5
efektivitas kebijakan moneter dan dapat dijadikan sumber acuan untuk
penelitian lebih lanjut.
Ruang Lingkup Penelitian
Penelitian ini difokuskan untuk mengevaluasi dan menganalisis peran dari
inklusi keuangan terhadap tujuan utama kebijakan moneter yaitu stabilitas inflasi
di 37 negara di dunia dari tahun 2008-2013. Negara yang diteliti adalah negara
dengan karakteristik low income, lower middle income, upper middle income, dan
high income yang kemudian dibagi ke dalam tiga ketegori yaitu berdasarkan
indeks inklusi keuangan atau IFI. Menutur Sarma (2008) tiga kategori IFI yaitu
high financial inclusion dengan nilai interval IFI (0.5 ≤ IFI
MONETER : Pengalaman Empiris dengan Data Panel Dinamis
ROZIANA OCTIA DASRIL
DEPARTEMEN ILMU EKONOMI
FAKULTAS EKONOMI DAN MANAJEMEN
INSTITUT PERTANIAN BOGOR
BOGOR
2015
PERNYATAAN MENGENAI SKRIPSI DAN
SUMBER INFORMASI SERTA PELIMPAHAN HAK CIPTA*
Dengan ini saya menyatakan bahwa skripsi berjudul Dampak Inklusi
Keuangan terhadap Kebijakan Moneter : Pengalaman Empiris dengan Data Panel
Dinamis adalah benar karya saya dengan arahan dari dosen pembimbing dan
belum diajukan dalam bentuk apa pun kepada perguruan tinggi mana pun. Sumber
informasi yang berasal atau dikutip dari karya yang diterbitkan maupun tidak
diterbitkan dari penulis lain telah disebutkan dalam teks dan dicantumkan dalam
Daftar Pustaka di bagian akhir skripsi ini.
Dengan ini saya melimpahkan hak cipta dari karya tulis saya kepada Institut
Pertanian Bogor.
Bogor, Mei 2015
Roziana Octia Dasril
NIM H14110044
ABSTRAK
ROZIANA OCTIA DASRIL. Dampak Inklusi Keuangan terhadap Kebijakan
Moneter : Pengalaman Empiris dengan Data Panel Dinamis. Dibimbing oleh
NOER AZAM ACHSANI.
Inklusi keuangan diciptakan untuk meningkatkan kapasitas dan
kesempatan yang sama untuk berpartisipasi dan berkontribusi bagi masyarakat
luas. Berdasarkan studi terdahulu menunjukkan inklusi keuangan terbukti
mempunyai dampak yang positif terhadap pertumbuhan ekonomi. Kemudian saat
ini mulai bermunculan studi yang menganalisis bagaimana inklusi keuangan dapat
memengaruhi transmisi kebijakan moneter. Menggunakan Index of Financial
Inclusion (IFI) yang dikembangkan oleh Sarma (2008), penelitian ini bertujuan
untuk menganalisis dampak inklusi keuangan terhadap kebijakan moneter.
Penelitian ini menggunakan pendekatan GMM untuk menganalisis data panel
dinamis dengan periode 2008-2013 dari 37 negara di dunia yang dikelompokkan
berdasarkan empat kategori tingkat pendapatan. Dari hasil penelitian ditemukan
bahwa peningkatan inklusi keuangan dapat meningkatkan efektivitas kebijakan
moneter dengan cara mereduksi tingkat inflasi. Kemudian ditemukan pengaruh
yang kuat dari inklusi keuangan terhadap efektivitas kebijakan moneter pada
negara yang memiliki tingkat inklusi keuangan sedang dan tinggi.
Kata kunci: Data panel dinamis, Inklusi keuangan, GMM, Kebijakan moneter
ABSTRACT
ROZIANA OCTIA DASRIL. The Impact of Financial Inclusion on Monetary
Policy : An Empirical Study with Dynamic Panel Data. Supervised by NOER
AZAM ACHSANI.
Financial inclusion is designed to increase capability and equal
oppurtunities to participate and contribute among the economically excluded
people. Based on literature review show that countries with higher degrees of
financial inclusion tend to post higher economic growth. Then currently there is a
growing literature discussing how the presence of financial inclusion may
influence in transmitting monetary impulses to achieve the objective of monetary
policy. Using Index of Financial Inclusion (IFI) that has been developed by Sarma
(2008), the aim of this research is to provide some new empirical evidence on the
impact of financial inclusion on monetary policy. This study using GMM method
for dynamic panel over the period 2008-2013 for a sample of 37 countries
grouped in to four cluster of level income. The result show that growing financial
inclusion would improve the monetary policy effectiveness through decrease
inflation rate. And then this study find strong effect of financial inclusion on
monetary policy effectiveness for countries wich medium and high level of
financial inclusion.
Keywords : Dynamic panel data, Financial inclusion, GMM, Monetary policy
DAMPAK INKLUSI KEUANGAN TERHADAP KEBIJAKAN
MONETER : Pengalaman Empiris dengan Data Panel Dinamis
ROZIANA OCTIA DASRIL
Skripsi
sebagai salah satu syarat untuk memperoleh gelar
Sarjana Ekonomi
pada
Departemen Ilmu Ekonomi
DEPARTEMEN ILMU EKONOMI
FAKULTAS EKONOMI DAN MANAJEMEN
INSTITUT PERTANIAN BOGOR
BOGOR
2015
PRAKATA
Puji dan syukur penulis panjatkan kepada Allah subhanahu wa ta’ala atas
segala karunia-Nya sehingga karya ilmiah ini berhasil diselesaikan. Tema yang
dipilih dalam penelitian yang dilaksanakan sejak bulan Desember 2014 ini ialah
inklusi keuangan dengan judul Dampak Inklusi Keuangan terhadap Kebijakan
Moneter : Pengalaman Empiris dengan Data Panel Dinamis.
Terima kasih penulis ucapkan kepada Bapak Prof. Noer Azam Achsani,
Ph.D selaku pembimbing yang senantiasa memberikan arahan, motivasi dan ilmu
yang sangat berharga kepada penulis, kepada Ibu Dr. Lukytawati Anggraeni
selaku penguji utama, dan Ibu Heni Hasanah, M.Si. Rasa terima kasih juga
disampaikan kepada Ayah Drs. Dasril W, Ibu Dra. Oktra Zariati serta sahabatsahabat terdekat atas segala doa dan kasih sayangnya. Terakhir penulis ucapkan
terima kasih atas segala dukungannya dari rekan-rekan Ilmu Ekonomi 48.
Semoga karya ilmiah ini bermanfaat.
Bogor, Mei 2014
Roziana Octia Dasril
DAFTAR ISI
DAFTAR TABEL
vi
DAFTAR GAMBAR
vi
DAFTAR LAMPIRAN
vi
PENDAHULUAN
1
Latar Belakang
1
Perumusan Masalah
4
Tujuan Penelitian
4
Manfaat Penelitian
4
Ruang Lingkup Penelitian
5
TINJAUAN PUSTAKA
5
Penelitian Terdahulu
5
Kerangka Pemikiran
7
Hipotesis Penelitian
8
METODE PENELITIAN
9
Jenis dan Sumber Data
9
Metode Analisis Data
9
Index of Financial Inclusion (IFI)
9
Data Panel Dinamis
10
Perumusan Model
13
Definisi Operasional Variabel
14
Prosedur Analisis
15
ANALISIS DAN PEMBAHASAN
Analisis Eksploratif Data
15
15
Hasil Perhitungan Indeks Inklusi Keuangan Berdasarkan Kelompok Negara 18
Pengaruh Inklusi Keuangan terhadap Kebijakan Moneter
SIMPULAN DAN SARAN
22
25
Simpulan
25
Saran
25
RIWAYAT HIDUP
34
DAFTAR TABEL
1 Peran inklusi keuangan dalam membantu tujuan kebijakan bank sentral
2 Rata-rata perkembangan indikator jumlah rekening deposit di bank
komersial (per 1000 populasi dewasa) berdasarkan kelompok negara
3 Rata-rata perkembangan indikator jumlah cabang bank komersial (per
100.000 populasi dewasa) berdasarkan kelompok negara
4 Rata-rata perkembangan indikator jumlah pinjaman dari bank komersial
dan jumlah deposit di bank komersial (% terhadap GDP) berdasarkan
kelompok negara
5 Rata-rata perkembangan inflasi, lending rate, perubahan nilai tukar dan
index of financial inclusion tahun 2008-2013
6 Hasil estimasi total panel dengan SYS-GMM, FD-GMM, PLS dan
FEM
7 Hasil estimasi SYS-GMM berdasarkan kelompok negara
6
16
17
17
19
23
24
DAFTAR GAMBAR
1 Tingkat rata-rata indikator akses keuangan tahun 2008-2013
2 Rata-rata pergerakan tingkat inflasi tahun 2008-2013 berdasarkan
kelompok negara dengan perbedaan tingkat pendapatan
3 Kerangka pemikiran teoritis
4 Kerangka pemikiran operasional
5 Rata-rata indeks inklusi keuangan tahun 2013
6 Hubungan linier inflasi dengan indeks inklusi keuangan, perubahan
nilai tukar dan lending rate tahun 2008-2013
7 Perbandingan hubungan linier inflasi dengan index of financial
Inclusion (IFI) berdasarkan tingkat pendapatan tahun 2008-2013
2
3
7
8
18
20
21
DAFTAR LAMPIRAN
1 Hasil penghitungan indeks inklusi keuangan (IFI) 37 negara di dunia
berdasarkan kategori tingkat pendapatan
2 Hasil output model data panel dinamis program STATA v.12
28
29
PENDAHULUAN
Latar Belakang
Penelitian terdahulu telah banyak membahas tentang hubungan inklusi
keuangan dengan pembangunan dan pertumbuhan ekonomi di suatu negara.
Berdasarkan pengalaman empiris menunjukkan bahwa peningkatan akses
terhadap layanan keuangan dasar seperti tabungan, pembayaran dan kredit
memberikan dampak positif yang cukup subtansial dalam meningkatkan taraf
hidup masyarakat miskin (Dupas dan Robinson 2009). Untuk pelaku usaha
khususnya usaha kecil dan menengah, akses terhadap modal atau pembiayaan
seringkali menjadi kendala utama dalam pertumbuhan bisnis (Schiffer dan Weder
2001). Berdasarkan hal tersebut reformasi sektor keuangan telah menjadikan
inklusi keuangan sebagai prioritas dan inti dari agenda pembangunan internasional
bagi para pembuat kebijakan dan lembaga-lembaga pengembangan di tingkat
global.
Perserikatan Bangsa-Bangsa (PBB) pada tahun 2005 mendeklarasikan
pentingnya meningkatkan lembaga keuangan mikro (Microfinance) bagi negara
berkembang. Kemudian pada tahun 2006 The Nobel Institut memberikan
penghagaan Nobel Perdamaian kepada Muhammad Yunus pendiri Grameen Bank
atas jasanya sebagai pendiri lembaga keuangan mikro di Bangladesh yang berhasil
meningkatkan akses keuangan bagi masyarakat miskin. Hasil kesepakatan KTT
negara G-20 menetapkan inklusi keuangan untuk rumah tangga dan pelaku usaha
kecil dan menengah sebagai pilar penting dalam pembangunan ekonomi dan
pengentasan kemiskinan di negara-negara anggotanya. Lembaga-lembaga
internasional juga bermunculan seperti Aliansi Inklusi Keuangan (AFI) yang
memiliki tujuan utama untuk memajukan inklusi keuangan bagi kaum miskin
dunia. Lebih lanjut International Monetary Fund (IMF) telah meluncurkan
database yang berkaitan tentang inklusi keuangan sebagai upaya dalam
mendorong peningkatan dan penelitian terhadap inklusi keuangan di dunia.
Inklusi keuangan menurut Sarma (2008) didefinisikan sebagai sebuah
proses yang menjamin kemudahan dalam akses, ketersediaan, dan manfaat dari
sistem keuangan formal bagi seluruh pelaku ekonomi. Kemudian Sarma (2008)
berpendapat sebuah sistem keuangan yang inklusif diciptakan karena berbagai
alasan. Pertama, memfasilitasi efisiensi alokasi untuk sumber daya yang produktif.
Kedua, akses ke layanan keuangan yang tepat secara signifikan dapat
meningkatkan manajemen keuangan bagi rumah tangga dan UKM. Ketiga, sistem
keuangan yang inklusif dapat membantu mengurangi pertumbuhan kredit dari
lembaga keuangan informal (seperti rentenir) yang cenderung eksploitatif.
Penurunan lembaga keuangan informal tersebut sebagai akibat dari
peningkatan inklusi keuangan, menurut Khan (2011) tidak hanya memberikan
manfaat bagi pembangunan ekonomi, namun sejatinya juga dapat memberikan
dampak positif bagi transmisi kebijakan moneter karena dapat meningkatkan
jumlah lembaga keuangan formal. Oleh karena itu saat sekarang ini mulai
berkembang penelitian lebih lanjut (namun masih terbatas) yang menghubungkan
inklusi keuangan dengan kebijakan moneter di beberapa negara seperti penelitian
yang dilakukan oleh Mbutor dan Uba (2013), Mehrotra dan Yetman (2014), Di
Bortolomeo dan Rossi (2007) serta Filardo, Genberg dan Hofmann (2014).
2
Data dari Bank Dunia menunjukkan bahwa 50 persen dari orang dewasa di
seluruh dunia pada tahun 2011 tidak memiliki rekening di lembaga keuangan
formal. Konsekuensinya menurut Mehrotra dan Yetman (2014) keterbatasan akses
oleh masyarakat ini membuat kebijakan perubahan tingkat suku bunga oleh
otoritas moneter menjadi tidak optimal dalam memengaruhi keputusan
masyarakat untuk mengonsumsi suatu barang atau menyimpan uang mereka di
lembaga keuangan formal. Kemudian hal ini juga akan menghasilkan efek yang
tidak jelas dari pass-through tingkat suku bunga yang ditetapkan oleh bank sentral
untuk memaksimalkan kesejahteraan. Lebih lanjut Mehrotra dan Yetman (2014)
berpendapat penyebab kebijakan moneter berjalan tidak begitu stabil ketika
tingkat inklusi keuangan rendah diakibatkan karena konsumen tidak dipengaruhi
secara lansung oleh kebijakan perubahan suku bunga seperti yang tejadi di negara
miskin dan berkembang yang memiliki tingkat akses keuangan yang rendah.
Jumlah cabang bank komersial
(per 100,000 populasi dewasa)
Jumlah rekening deposit di bank
komersial (per 1000 populasi dewasa)
31.188
3845.74
21.380
14.292
269.98
Low
Income
886.37
1113.96
Lower
Income
Upper
Income
3.425
High
Income
Low
Income
Lower
Income
Upper
Income
High
Income
Outstanding loans from commercial banks (% terhadap GDP)
Outstanding deposits with commercial banks (% terhadap GDP)
90.84
52.16
30.35
34.37
40.49
90.16
53.52
19.28
Low Income
Lower Income
Upper Income
High Income
Sumber : Financial Access Survey 2014 (diolah)
Gambar 1 Tingkat rata-rata indikator akses keuangan tahun 2008-2013
Pada umumnya terdapat tiga tujuan dari kebijakan moneter di beberapa
negara yaitu stabilitas keuangan, stabilitas nilai tukar dan stabilitas harga atau
stabilitas inflasi. Akan tetapi pada hakikatnya kebijakan moneter yang dilakukan
oleh otoritas moneter dimaksudkan untuk memengaruhi kegiatan sektor riil dan
kontrol terhadap inflasi sebagai upaya dalam menciptakan pertumbuhan ekonomi
yang berkelanjutan. Penelitian ini berfokus pada dampak inklusi keuangan
terhadap tujuan utama dari kebijakan moneter yaitu stabilitas inflasi. Terdapatnya
3
tingkat inklusi keuangan yang berbeda berdasarkan tingkat pendapatan per kapita
di suatu negara mengindikasikan bahwa kondisi ini juga akan memberikan
pengaruh yang berbeda pada stabilitas moneter di negara tersebut. Hal ini terlihat
dari tingkat inflasi yang cenderung lebih tinggi pada negara berpendapatan
menengah dan berpendapatan rendah.
12
Tingkat inflasi
10
8
Low income
6
Lower middle Income
Upper middle income
4
High Income
2
0
2008
2009
2010
2011
2012
2013
Sumber : World Development Indicator 2014 (diolah)
Gambar 2 Rata-rata pergerakan tingkat inflasi tahun 2008-2013 berdasarkan
kelompok negara dengan perbedaan tingkat pendapatan
Masih terbatasnya penelitian yang menganalisis tentang pengaruh inklusi
keuangan terhadap efektivitas kebijakan moneter maka diperlukan penelitian lebih
lanjut untuk menambah dan memperkaya bukti empiris tentang dampak inklusi
keuangan terhadap kebijakan moneter. Pada penelitian terdahulu, indikator inklusi
keuangan yang sering digunakan yaitu jumlah rekening pada bank komersial (per
1000 populasi dewasa). Indikator lain yang juga banyak digunakan yaitu jumlah
cabang bank komersial, jumlah mesin ATM (per 100,000 populasi), jumlah
deposit di bank komersial, dan jumlah kredit dari bank komersial (persen terhadap
GDP).
Semua indikator tersebut menurut Sarma (2008) memberikan informasi
yang penting dalam sistem keuangan yang inklusif. Namun, ketika digunakan
secara terpisah atau individu, indikator tersebut hanya akan memberikan informasi
secara parsial. Penggunaan indikator secara terpisah tersebut juga akan
menimbulkan kesalahan interpretasi dalam merepresentsikan tingkat inklusi
keuangan. Oleh karena itu penelitian ini menggunakan Index of Financial
Inclusion (IFI) yang dikembangkan oleh Sarma (2008) sebagai proksi dari tingkat
inklusi keuangan. IFI merupakan kombinasi dari tiga dimensi inklusi keuangan
yaitu penetrasi perbankan, ketersediaan jasa perbankan, dan kegunaan.
Penelitian mengenai dampak inklusi keuangan terhadap kebijakan moneter
berdasarkan tingkat pendapatan dengan objek penelitian yang luas masih relatif
jarang dilakukan. Pada penelitian ini bukan hanya menggunakan IFI dan ruang
lingkup yang luas, namun juga akan menggunakan metode yang juga sesuai
dengan tujuan dari penelitian yang ingin dicapai. Kemudian penelitian ini juga
akan memberikan implikasi yang cukup berharga bagi otoritas moneter untuk
mengevaluasi peran dari inklusi keuangan (yang gencar dilakuan pada dekade ini)
dalam efektivitas kebijakan moneter.
4
Perumusan Masalah
Studi terdahulu telah banyak membahas tentang peran inklusi keuangan
dalam pembangunan dan pengentasan kemiskinan di dunia. Namun baru sedikit
yang melakukan penelitian tentang peran inklusi keuangan dalam transmisi
kebijakan moneter. Padahal pada dasarnya inklusi keuangan berhubungan secara
tidak lansung dengan pendapatan agregat yang memiliki variabel tingkat suku
bunga, tingkat tabungan, investasi, dan tingkat konsumsi masyarakat. Sehingga
inklusi keuangan dapat membantu otoritas moneter mengontrol tingkat harga, dan
stabilitas moneter. Peningkatan inklusi keuangan juga dapat mereduksi biaya cash
management dan juga berkontribusi menjaga kekuatan dari local currency dan
peningkatan terhadap sistem keuangan dalam perekonomian suatu negara (Mbutor
dan Uba 2013).
Terdapatnya tingkat inklusi keuangan yang berbeda berdasarkan tingkat
pendapatan per kapita di suatu negara mengindikasikan bahwa hal ini juga akan
memberikan pengaruh yang berbeda pada stabilitas moneter di negara tersebut.
Hal ini terlihat dari tingkat inflasi yang cenderung lebih tinggi pada negara
berpendapatan menengah dan berpendapatan rendah. Berdasarkan uraian singkat
di atas, permasalahan yang akan dibahas dalam penelitian ini yaitu :
1.
Bagaimana perbandingan tingkat inklusi keuangan berdasarkan kategori
negara yang memilik tingkat pendapatan per kapita yang berbeda?
2.
Bagaimana implikasi dari perbedaan tingkat inklusi keuangan terhadap
kebijakan moneter di beberapa negara berdasarkan tingkat pendapatan?
Tujuan Penelitian
Secara umum tujuan penelitian ini adalah untuk mengevaluasi atau
mengetahui dampak inklusi keuangan terhadap tujuan utama dari kebijakan
moneter yaitu stabilitas inflasi di beberapa negara berdasarkan tingkat pendapatan.
Secara khusus tujuan penelitian ini adalah untuk menjawab permasalahan yang
telah diuraikan, yaitu :
1.
Menjelaskan perbedaan tingkat inklusi keuangan berdasarkan kategori
negara yang memilik tingkat pendapatan per kapita yang berbeda.
2.
Menganalisis dan membandingkan dampak dari inklusi keuangan terhadap
kebijakan moneter di beberapa negara berdasarkan kategori tingkat
pendapatan.
Manfaat Penelitian
Penelitian yang dilakukan diharapkan dapat memberi manfaar bagi
berbagai pihak, diantaranya adalah sebagai berikut:
1.
Bagi pemerintah, diharapkan hasil penelitian dapat menjadi informasi dan
masukan untuk perumusan kebijakan maupun program dalam rangka
mewujudkan sistem keungan yang inklusif dan juga efektivitas kebijakan
moneter.
2.
Bagi masyarakat dan akademisi, diharapkan hasil penelitian ini dapat
menambah wawasan serta informasi mengenai inklusi keuangan,
5
efektivitas kebijakan moneter dan dapat dijadikan sumber acuan untuk
penelitian lebih lanjut.
Ruang Lingkup Penelitian
Penelitian ini difokuskan untuk mengevaluasi dan menganalisis peran dari
inklusi keuangan terhadap tujuan utama kebijakan moneter yaitu stabilitas inflasi
di 37 negara di dunia dari tahun 2008-2013. Negara yang diteliti adalah negara
dengan karakteristik low income, lower middle income, upper middle income, dan
high income yang kemudian dibagi ke dalam tiga ketegori yaitu berdasarkan
indeks inklusi keuangan atau IFI. Menutur Sarma (2008) tiga kategori IFI yaitu
high financial inclusion dengan nilai interval IFI (0.5 ≤ IFI