Kinerja belanja pemerintah daerah dan indeks pembangunan manusia di Indonesia: analisis data kabupaten/kota 2010-2012

KINERJA BELANJA PEMERINTAH DAERAH DAN INDEKS
PEMBANGUNAN MANUSIA DI INDONESIA: ANALISIS
DATA KABUPATEN/KOTA 2010-2012

HERNITA NUR FADJRINA

DEPARTEMEN ILMU EKONOMI
FAKULTAS EKONOMI DAN MANAJEMEN
INSTITUT PERTANIAN BOGOR
BOGOR
2014

PERNYATAAN
Dengan ini saya menyatakan bahwa skripsi berjudul Kinerja Belanja
Pemerintah Daerah dan Indeks Pembangunan Manusia di Indonesia: Analisis Data
Kabupaten/Kota 2010-2012 adalah benar karya saya dengan arahan dari komisi
pembimbing dan belum diajukan dalam bentuk apa pun kepada perguruan tinggi
mana pun. Sumber informasi yang berasal atau dikutip dari karya yang diterbitkan
maupun tidak diterbitkan dari penulis lain telah disebutkan dalam teks dan
dicantumkan dalam Daftar Pustaka di bagian akhir skripsi ini.
Dengan ini saya melimpahkan hak cipta dari karya tulis saya kepada Institut

Pertanian Bogor.
Bogor, Juli 2014
Hernita Nur Fadjrina
NIM H14100127

ABSTRAK
HERNITA NUR FADJRINA. Kinerja Belanja Pemerintah Daerah dan Indeks
Pembangunan Manusia di Indonesia: Analisis Data Kabupaten/Kota 2010-2012.
Dibimbing oleh D.S. PRIYARSONO
Pembangunan tidak hanya dinilai berdasarkan tingginya pertumbuhan
ekonomi saja namun tingkat kesejahteraan masyarakat perlu diperhatikan.
Kesejateraan masyarakat dapat dinilai berdasarkan nilai IPM. Adanya
desentralisasi fiskal melalui belanja fungsi daerah diharapkan dapat meningkatkan
pembangunan daerah. Tujuan dari penelitian ini untuk menganalisis keterkaitan
belanja fungsi pemerintah daerah terhadap komponen IPM kabupaten/kota di
Indonesia. Penelitian ini menggunakan metode data panel, dengan data cross
section sebanyak 192 kabupaten/kota di Indonesia dan data time series periode
2010-2012. Hasil dari analisis metode data panel menunjukkan belanja fungsi
ekonomi, belanja fungsi pendidikan dan belanja fungsi kesehatan berpengaruh
positif terhadap angka harapan hidup, angka melek huruf dan rata-rata lama

sekolah.
Kata Kunci : belanja fungsi daerah, desentralisasi fiskal, data panel, IPM.

ABSTRACT
HERNITA NUR FADJRINA. The Performance of Local Government
Expenditure and Human Development Index in Indonesia: Analysis Of Districts /
Municipalities Data 2010-2012. Supervised by D.S. PRIYARSONO
Development is not only judged by the high rate of economic growth but
also by the public welfare level. Public welfare can be evaluated based on human
development index. The existence of fiscal decentralization through local
expenditure function is expected to improve regional development.The purpose of
this research is to analyze the relationship between the functions of local
government expenditure and the components of HDI districts / municipalities in
Indonesia. Panel data method is applied with cross section data of 192 districts /
municipalities and time series data set in 2010-2012 period is used in this research.
The result shows that economic function expenditure, education function
expenditure, and health function expenditure give a positive effect on life
expectancy, literacy rates and average length of study.

Keywords: fiscal decentralization, HDI, local expenditure function, panel data


KINERJA BELANJA PEMERINTAH DAERAH DAN INDEKS
PEMBANGUNAN MANUSIA DI INDONESIA: ANALISIS
DATA KABUPATEN/KOTA 2010-2012

HERNITA NUR FADJRINA

Skripsi
sebagai salah satu syarat untuk memperoleh gelar
Sarjana Ekonomi
pada
Departemen Ilmu Ekonomi

DEPARTEMEN ILMU EKONOMI
FAKULTAS EKONOMI DAN MANAJEMEN
INSTITUT PERTANIAN BOGOR
BOGOR
2014

Judul Skripsi


Nama
NIM

: Kinerja Belanja Pemerintah Daerah dan Indeks Pembangunan
Manusia di Indonesia: Analisis Data Kabupaten/Kota 20102012
: Hernita Nur Fadjrina
: H14100127

Disetujui oleh

Prof. D.S. Priyarsono, Ph.D.
Pembimbing

Diketahui oleh

Dr. Ir. Dedi Budiman Hakim, M.Ec.
Ketua Departemen

Tanggal Lulus:


PRAKATA
Puji dan syukur penulis panjatkan kepada Allah SWT atas segala rahmat
dan karunia-Nya sehingga penulis dapat menyelesaikan penyusunan skripsi yang
berjudul Kinerja Belanja Pemerintah Daerah dan Indeks Pembangunan Manusia di
Indonesia: Analisis Data 2010-2012. Skripsi ini merupakan salah satu syarat
untuk memperoleh gelar Sarjana Ekonomi pada Departemen Ilmu Ekonomi,
Fakultas Ekonomi dan Manajemen Institut Pertanian Bogor.
Pada kesempatan ini penulis mengucapkan terima kasih yang sebesarbesarnya kepada kedua orang tua tercinta, adik dan keluarga besar atas doa yang
tulus, kasih sayang, kesabaran, kepercayaan, dan dukungan bagi penulis dalam
menyelesaikan skripsi ini. Selain itu, penulis juga mengucapkan terima kasih
kepada :
1.
Prof. D.S. Priyarsono, Ph.D. selaku dosen pembimbing skripsi yang telah
memberikan arahan dan bimbingan baik secara teknis, teoritis, maupun
moril dalam proses penyusunan skripsi ini sehingga dapat diselesaikan
dengan baik.
2.
Dr. Ir. Wiwiek Rindayati, M.Si. selaku dosen penguji utama atas saran,
kritik dan masukan yang sangat membantu dan berarti dalam proses

perbaikan skripsi ini.
3.
Dr. Muhammad Findi A, M.E. selaku penguji komisi pendidikan atas saran,
kritik dan masukan yang sangat membantu dan berarti dalam proses
perbaikan skipsi ini.
4.
Para dosen dan staf Departemen Ilmu Ekonomi FEM IPB yang telah
memberikan ilmu dan bantuan kepada penulis selama menjalani studi di
Departemen Ilmu Ekonomi.
5.
Teman-teman satu bimbingan Ni Putu Manacika, Putri Rahayuningtyas,
Tisa Amelia, dan Nia Verba S yang telah menjadi teman diskusi dan
berbagi suka duka dalam penyusunan skripsi ini.
6.
Sahabat penulis Septian Hadianto, Sergi Roseli, Uke Tri Evasari , dan Novi
Budianti yang telah membantu dan memberi dukungan dalam
menyelesaikan skripsi ini.
7.
Teman-teman satu kosan Esatri, Puti, Tuty, Rahma Syafira, Dyah Ayu,
Syafira Salzabella, Nadya Mazaya, dan Retno atas doa dan dukungan yng

telah diberikan.
8.
Teman-teman Ilmu ekonomi 47 atas doa dan dukungannya selama ini.
9.
Seluruh pihak yang telah membantu menyelesaian skripsi ini yang tidak
dapat disebutkan satu persatu.
Semoga karya ilmiah ini bermanfaat.

Bogor, Juli 2014
Hernita Nur Fadjrina

DAFTAR ISI
DAFTAR TABEL

vii

DAFTAR GAMBAR

vii


DAFTAR LAMPIRAN

viii

PENDAHULUAN

13

Latar Belakang

13

Perumusan Masalah

4

Tujuan Penelitian

5


Manfaat Penelitian

5

Ruang Lingkup Penelitian

5

TINJAUAN PUSTAKA

5

Belanja Pemerintah Daerah

5

Indeks Pembangunan Manusia

6


Penelitian Terdahulu

8

Kerangka Pemikiran

9

METODE PENELITIAN

9

Jenis dan Sumber Data

9

Metode dan Pengolahan Data

10


HASIL DAN PEMBAHASAN

14

Kondisi Umum Indeks Pembangunan Manusia di Indonesia

14

Kondisi Umum Belanja Fungsi di Indonesia

19

Keterkaitan Belanja Pemerintah Daerah dengan Komponen Indeks
Pembangunan Manusia

23

Keterkaitan Belanja Pemerintah Daerah dengan Angka Harapan Hidup

25

Keterkaitan Belanja Pemerintah Daerah dengan Angka Melek Huruf

26

Keterkaitan Belanja Pemerintah Daerah dengan Rata-rata Lama Sekolah

27

SIMPULAN DAN SARAN

28

Simpulan

30

Saran

30

DAFTAR PUSTAKA

31

LAMPIRAN

33

RIWAYAT HIDUP

46

DAFTAR TABEL
1 Indeks Pembangunan Manusia per Provinsi tahun 2008-2012
2 Jenis, Sumber Data, dan Variabel
3 Uji model terbaik (Pooled Least Square, Random Effect Model dan
Fixed Effect Model)
4 Tabel Nilai Sum Squared Resid Weighted, Sum Squared Resid
Unweighted, Durbin-Watson
5 Hasil Estimasi Model Keterkaitan Belanja Pemerintah Daerah dan
Angka Harapan Hidup Kabupaten/Kota di Indonesia
6 Hasil Estimasi Model Keterkaitan Belanja Pemerintah Daerah dan
Angka Melek Huruf Kabupaten/Kota di Indonesia
7 Hasil Estimasi Model Keterkaitan Belanja Pemerintah Daerah dan
Rata-rata Lama Sekolah Kabupaten/Kota di Indonesia

3
10
24
25
26
27
28

DAFTAR GAMBAR
1
2
3
4
5
6
7
8
9
10
11
12
13
14
15

Komposisi Realisasi Belanja Pemerintah Daerah Kabupaten/Kota
Tahun Anggaran 2012
Kerangka Pemikiran
Indeks Pembangunan Manusia di Indonesia Tahun 2008-2012
Angka Harapan Hidup di Indonesia Tahun 2008-2012
Angka Harapan Hidup Provinsi di Indonesia Tahun 2008-2012
Angka Melek Huruf di Indonesia Tahun 2008-2012
Angka Melek Huruf Provinsi di Indonesia Tahun 2008-2012
Rata-rata Lama Sekolah Provinsi Tahun 2008-2012
Kemampuan Dayabeli Masyarakat Provinsi Tahun 2008-2012
Alokasi Belanja Fungsi Pemerintah Daerah Kabupaten/Kota di
Indonesia
Alokasi Belanja Fungsi Pelayanan Umum Pemerintah Daerah
Provinsi Tahun 2010-2012
Alokasi Belanja Fungsi Ekonomi Pemerintah Daerah Provinsi Tahun
2010-2012
Alokasi Belanja Fungsi Kesehatan Pemerintah Daerah Provinsi
Tahun 2010-2012
Alokasi Belanja Fungsi Pendidikan Pemerintah Daerah Provinsi
Tahun 2010-2012
Persentase Penyerapan Belanja Pemerintah Daerah Kabupaten/Kota
di Indonesia 2010-2012

13
9
14
15
16
16
17
18
18
20
20
21
21
22
23

DAFTAR LAMPIRAN
1 Hasil Uji Korelasi untuk Pengujian Asumsi Klasik Multikolinearitas
2 Hasil Pengujian Pooled Least Square untuk Mengestimasi
Keterkaitan antara Belanja Fungsi Pemerintah Daerah dan Angka
Harapan Hidup Kabupaten/Kota di Indonesia

33

33

3 Hasil Pengujian Fixed Effect Model untuk Mengestimasi Keterkaitan
antara Belanja Fungsi Pemerintah Daerah dan Angka Harapan Hidup
Kabupaten/Kota di Indonesia
4 Hasil Pengujian Random Effect Model untuk Mengestimasi
Keterkaitan antara Belanja Fungsi Pemerintah Daerah dan Angka
Harapan Hidup Kabupaten/Kota di Indonesia
5 Hasil Pengujian Chow Test untuk Mengestimasi Keterkaitan antara
Belanja Fungsi Pemerintah Daerah dan Angka Harapan Hidup
Kabupaten/Kota di Indonesia
6 Hasil Pengujian Hausman Test untuk Mengestimasi Keterkaitan
antara Belanja Fungsi Pemerintah Daerah dan Angka Harapan Hidup
Kabupaten/Kota di Indonesia
7 Hasil Pengujian Pooled Least Square untuk Mengestimasi
Keterkaitan antara Belanja Fungsi Pemerintah Daerah dan Angka
Melek Huruf Kabupaten/Kota di Indonesia
8 Hasil Pengujian Fixed Effect Model untuk Mengestimasi Keterkaitan
antara Belanja Fungsi Pemerintah Daerah dan Angka Melek Huruf
Kabupaten/Kota di Indonesia
9 Hasil Pengujian Random Effect Model untuk Mengestimasi
Keterkaitan antara Belanja Fungsi Pemerintah Daerah dan Angka
Melek Huruf Kabupaten/Kota di Indonesia
10 Hasil Pengujian Chow Test untuk Mengestimasi Keterkaitan antara
Belanja Fungsi Pemerintah Daerah dan Angka Melek Huruf
Kabupaten/Kota di Indonesia
11 Hasil Pengujian Hausman Test untuk Mengestimasi Keterkaitan
antara Belanja Fungsi Pemerintah Daerah dan Angka Melek Huruf
Kabupaten/Kota di Indonesia
12 Hasil Pengujian Pooled Least Square untuk Mengestimasi
Keterkaitan antara Belanja Fungsi Pemerintah Daerah dan Rata-rata
Lama Sekolah Kabupaten/Kota di Indonesia
13 Hasil Pengujian Fixed Effect Model untuk Mengestimasi Keterkaitan
antara Belanja Fungsi Pemerintah Daerah dan Rata-rata Lama
Sekolah Kabupaten/Kota di Indonesia
14 Hasil Pengujian Random Effect Model untuk Mengestimasi
Keterkaitan antara Belanja Fungsi Pemerintah Daerah dan Rata-rata
Lama Sekolah Kabupaten/Kota di Indonesia
15 Hasil Pengujian Chow Test untuk Mengestimasi Keterkaitan antara
Belanja Fungsi Pemerintah Daerah dan Rata-rata Lama Sekolah
Kabupaten/Kota di Indonesia
16 Hasil Pengujian Hausman Test untuk Mengestimasi Keterkaitan
antara Belanja Fungsi Pemerintah Daerah dan Rata-rata Lama
Sekolah Kabupaten/Kota di Indonesia
17 Hasil Pengujian Pooled Least Square untuk Mengestimasi
Keterkaitan
antara Belanja Fungsi Pemerintah Daerah dan
Kemampuan Dayabeli Kabupaten/Kota di Indonesia
18 Hasil Pengujian Fixed Effect Model untuk Mengestimasi Keterkaitan
antara Belanja Fungsi Pemerintah Daerah dan Kemampuan Dayabeli
Kabupaten/Kota di Indonesia

34

35

35

36

36

37

38

38

39

39

40

41

41

42

42

43

19 Hasil Pengujian Random Effect Model untuk Mengestimasi
Keterkaitan
antara Belanja Fungsi Pemerintah Daerah dan
Kemampuan Dayabeli Kabupaten/Kota di Indonesia
20 Hasil Pengujian Chow Test untuk Mengestimasi Keterkaitan antara
Belanja Fungsi Pemerintah Daerah dan Kemampuan Dayabeli
Kabupaten/Kota di Indonesia
21 Hasil Pengujian Hausman Test untuk Mengestimasi Keterkaitan
antara Belanja Fungsi Pemerintah Daerah dan Kemampuan Dayabeli
Kabupaten/Kota di Indonesia

44

44

45

PENDAHULUAN
Latar Belakang
Desentralisasi fiskal merupakan implementasi kebijakan otonomi daerah di
Indonesia. Diberlakukannya UU No. 32 Tahun 2004 tentang Pemerintah Daerah
dan UU No. 33 Tahun 2004 tentang Perimbangan Keuangan antara Pemerintah
Pusat dan Pemerintah Daerah telah mengubah pola pelaksanaan desentralisasi
fiskal dan otonomi daerah di Indonesia. Salah satu tujuan dari desentralisasi fiskal
adalah pemerintah daerah memiliki kewenangan untuk meningkatkan pendapatan
dan melakukan peran alokasi secara mandiri dalam menetapkan pembangunan
dengan mengembangkan potensi daerah masing-masing.
Pemerintah daerah meningkatkan pembangunan daerah melalui anggaran
pendapatan dan belanja daerah (APBD). Setiap tahunnya pemerintah daerah
merencanakan anggaran belanja daerah untuk masing-masing daerah sesuai
kebutuhan pembangunan tiap daerah. Berdasarkan Undang-Undang No. 33 Tahun
2004, belanja pemerintah daerah adalah kewajiban pemerintah daerah yang diakui
sebagai pengurangan kekayaan bersih pada periode tahun anggaran bersangkutan.
Pemerintah daerah harus mengalokasikan belanja daerah secara adil dan merata
agar dapat dinikmati oleh seluruh kelompok masyarakat tanpa diskriminasi
khususnya dalam memberikan pelayanan dan kesejahteraan yang maksimal guna
kepentingan masyarakat.
Belanja pemerintah terbagi atas dua kelompok utama yaitu belanja rutin dan
belanja pembangunan. Belanja terbesar adalah belanja rutin yaitu sekitar 60
persen terhadap total pengeluaran dan 40 persennya digunakan untuk belanja
pembangunan (Indrawati 2011). Belanja rutin meliputi belanja pegawai, barang,
pemeliharaan, perjalanan dinas, pinjaman berserta bunga, dan subsidi yang
mempunyai sifat pengeluaran konsumsi. Pengeluaran pembangunan terbagi
menurut sektor-sektor pembangunan yang lebih bersifat sebagai investasi atau
modal pemerintah.
7.25%

Belanja pegawai
23.03%

Belanja barang dan jasa
51.72%

17.99%

Belanja modal
Belanja lainnya

Sumber: BPS, 2012 (diolah)

Gambar 1 Komposisi Realisasi Belanja Pemerintah Daerah Kabupaten/Kota
Tahun Anggaran 2012

2
Seperti yang dapat dilihat dalam Gambar 1 realisasi belanja daerah
kabupaten/kota seluruh Indonesia didominasi oleh belanja pegawai yaitu sebesar
51.72 persen sedangkan belanja modal sebesar 23.03 persen (Kemenkeu 2012).
Lebih dominannya belanja pegawai menunjukkan bahwa tingkat pembangunan
masih rendah dan belum optimal. Belanja modal seharusnya digunakan oleh
pemerintah daerah untuk membangun dan memperbaiki sektor pendidikan,
kesehatan dan transportasi sehingga masyarakat juga dapat menikmati manfaat
dari pembangunan daerah (Abimanyu 2005). Keberhasilan suatu daerah dalam
mewujudkan kesejahteraan masyarakatnya tergantung pada kinerja pemerintah
daerah dalam mengalokasikan belanjanya pada program dan kegiatan yang sesuai
dengan kebutuhan masyarakat (Nugraheni 2012).
Pada hakikatnya pembangunan adalah proses perubahan yang berjalan
secara terus menerus untuk mencapai suatu kondisi kehidupan yang lebih baik
pada aspek sosial, politik, ekonomi, dan budaya. Tujuan pokok yang harus dicapai
oleh seluruh masyarakat dinilai dari kecukupan (substance), jati diri (self-esteem)
dan keberhasilan (freedom) (Todaro dan Smith 2006). Pertumbuhan PDRB yang
tinggi dianggap sebagai suatu keberhasilan pembangunan ekonomi namun tidak
menjamin peningkatan kesejahteraan masyarakat. Keberhasilan pembangunan
dapat dilihat juga dari pengurangan kemiskinan, pengangguran, ketimpangan dan
peningkatan kualitas sumberdaya manusia (Damanhuri 2010).
Pembangunan manusia sebagai suatu proses perluasan pilihan manusia
dalam meningkatkan kesempatan untuk memperoleh pendidikan, pelayanan
kesehatan, penghasilan dan pekerjaan. Peningkatan kualitas modal manusia akan
memberikan manfaat dalam mengurangi ketimpangan karena jika modal manusia
semakin baik akan dapat meningkatkan produktivitas yang pada akhirnya akan
meningkatkan pendapatan individu tersebut sehingga akan meningkatkan
kesejahteraannya. Sumberdaya yang handal merupakan solusi dan salah satu
modal utama dalam proses pembangunan yang meliputi kesehatan, pengetahuan,
keterampilan dan dayabeli. Kualitas sumberdaya suatu wilayah rendah maka
penduduk tersebut akan membebani proses pembangunan secara keseluruhan .
Pada tahun 2000, Perserikatan Bangsa-Bangsa (PBB) bersama 189 negara
menyepakati program Millenium Development Goals (MDGs) dengan fokus
utama pembangunan manusia. Program tersebut memiliki batas waktu dari tahun
2000 sampai dengan tahun 2015. Indonesia termasuk negara yang menjalankan
program MDGs dengan tujuan meningkatkan kesejahteraan masyarakatnya.
Target MDGs yang harus dicapai hingga tahun 2015 yaitu: (1) mengurangi
kemiskinan dan kelaparan, (2) mencapai pendidikan dasar untuk semua
masyarakat, (3) mempromosikan kesetaraan dan keadilan gender, khususnya
pendidikan serta pemberdayaan perempuan, (4) menurunkan angka kematian
balita, (5) meningkatkan kesehatan ibu, (6) mencegah HIV/AIDS, malaria dan
penyakit lainnya, (7) menjamin lingkungan berkelanjutan, (8) memperkuat
kemitraan global antara negara kaya dan negara miskin.
Konsep kesejahteraan diukur melalui Indeks Pembangunan Manusia (IPM).
Ada tiga unsur dalam IPM yaitu tingkat kesehatan, pendidikan yang dicapai dan
standar hidup atau ekonomi (UNDP 2001). Indeks ini memberikan sudut pandang
yang lebih luas untuk menilai kemajuan manusia serta meninjau hubungan antara
penghasilan dan kesejahteraan.

3
Tabel 1 Indeks Pembangunan Manusia per Provinsi tahun 2008-2012
No
1
2
3
4
5
6
7
8
9
10
11
12
13
14
15
16
17
18
19
20
21
22
23
24
25
26
27
28
29
30
31
32
33

Provinsi
Aceh
Sumatera Utara
Sumatera Barat
Riau
Jambi
Sumatera Selatan
Bengkulu
Lampung
Bangka Belitung
Kepulauan Riau
DKI Jakarta
Jawa Barat
Jawa Tengah
Yogyakarta
Jawa Timur
Banten
Bali
Nusa Tenggara
Barat
Nusa Tenggara
Timur
Kalimantan Barat
Kalimantan Tengah
Kalimantan Selatan
Kalimantan Timur
Sulawesi Utara
Sulawesi Tengah
Sulawesi Selatan
Sulawesi Tenggara
Gorontalo
Sulawesi Barat
Maluku
Maluku Utara
Papua Barat
Papua
Indonesia

2008
70.76
73.29
72.96
75.09
71.99
72.05
72.14
70.3
72.19
74.18
77.03
71.12
71.6
74.88
70.38
69.7
70.98

2009
71.31
73.8
73.44
75.6
72.45
72.61
72.55
70.93
72.55
74.54
77.36
71.64
72.1
75.23
71.06
70.06
71.52

2010
71.7
74.19
73.78
76.07
72.74
72.95
72.92
71.42
72.86
75.07
77.6
72.29
72.49
75.77
71.62
70.48
72.28

2011
72.16
74.65
74.28
76.53
73.3
73.42
73.4
71.94
73.37
75.78
77.97
72.73
72.94
76.32
72.18
70.95
72.84

2012
72.51
75.13
74.7
76.9
73.78
73.99
73.93
72.45
73.78
76.2
78.33
73.11
73.36
76.75
72.83
71.49
73.49

64.12

64.66

65.2

66.23

66.89

66.15
68.17
73.88
68.72
74.52
75.16
70.09
70.22
69
69.29
68.55
70.38
68.18
67.95
64
70.88

66.6
68.79
74.36
69.3
75.11
75.68
70.7
70.94
69.52
69.79
69.18
70.96
68.63
68.58
64.53
71.4

67.26
69.15
74.64
69.92
75.56
76.09
71.14
71.62
70
70.28
69.64
71.42
69.03
69.15
64.94
71.86

67.75
69.66
75.06
70.44
76.22
76.54
71.62
72.14
70.55
70.82
70.11
71.87
69.47
69.65
65.36
72.37

68.28
70.31
75.46
71.08
76.71
76.95
72.14
72.7
71.05
71.31
70.73
72.42
69.98
70.22
65.86
72.82

Sumber : BPS RI, 2013 (diolah)

Berdasarkan laporan United Nations Development Programme (UNDP),
dalam 40 tahun terakhir Indonesia telah menunjukkan kemajuan dalam setiap

4
indikator IPM. Indonesia menempati peringkat ke 121 dari 187 negara, dengan
IPM Indonesia tahun 2012 sebesar 72.82. Nilai IPM Indonesia dikategorikan pada
kelompok menengah sesuai dengan kriteria UNDP. Tabel 1 merupakan nilai
keseluruhan IPM dari berbagai daerah di Indonesia yang mengalami peningkatan.
Nilai IPM tertinggi terdapat di provinsi DKI Jakarta sebesar 78.33, sedangkan
untuk nilai IPM terendah terdapat di provinsi Papua sebesar 65.86. Adanya selisih
yang cukup besar antarprovinsi dengan IPM tertinggi dan provinsi IPM terendah
merupakan indikator yang menunjukkan bahwa pembangunan di Indonesia belum
dilakukan secara merata.
Tingkat pendidikan dan kesehatan penduduk merupakan faktor yang perlu
mendapat prioritas utama dalam peningkatan pembangunan manusia. Tingkat
pendidikan dan kesehatan penduduk yang tinggi mampu menyerap dan mengelola
sumber-sumber pembangunan sehingga tercipta kesejahteraan penduduk.
Pembangunan manusia terhadap akses pendidikan dan kesehatan saat ini
mengalami ketimpangan kesempatan bagi masyarakat. Akses terhadap
pendidikaan dapat terlihat dari data rata-rata lama sekolah sebagai indikator
melihat kualitas penduduk dalam menempuh pendidikan formal. Data Badan
Pusat Statistik tahun 2012 menunjukkan adanya kertimpangan akses terhadap
pendidikan. Rata-rata lama sekolah untuk penduduk desa sekitar 6.8 tahun.
Penduduk desa umumnya bersekolah hingga kelas 1 SMP. Penduduk perkotaan
memiliki rata-rata lama sekolah sekitar 9.4 tahun, artinya penduduk kota
umumnya mengenyam pendidikan hingga kelas 1 SMA.
Ketimpangan antara pedesaan dan perkotaan pun terjadi pada akses
kesehatan berupa pertolongan persalinan. Di perkotaan persalinan dengan bantuan
dokter cukup tinggi yaitu sekitar 24.27 persen sedangkan di pedesaan hanya 9.97
persen. Kelahiran bayi dengan pertolongan bidan di perkotaan sebesar 66.98
persen dan di pedesaan sekitar 64.54 persen. Sebaliknya, pertolongan dukun
tradisional dalam persalinan di pedesaan 22.48 persen yaitu tiga kali di perkotaan.
Pemerintah sebagai pelaksana pembangunan tentunya membutuhkan modal
manusia yang berkualitas sebagai modal dasar pembangunan. Oleh karena itu
diperlukan upaya-upaya untuk meningkatkan kualitas pembangunan manusianya.
Pemerintah mendukung pembangunan melalui penyediaan anggaran belanja bagi
tiap daerah. Anggaran belanja fungsi pemerintah yang telah disediakan digunakan
untuk pembangunan sesuai dengan kebutuhan dari daerah masing-masing. Belanja
fungsi pemerintah merupakan cerminan kebijakan yang diambil pemerintah untuk
membiayai sektor publik yang lebih penting dan menjadi prioritas dalam
peningkatan pembangunan. Oleh karena itu, dibutuhkan penelitian mengenai
dampak belanja pemerintah daerah terhadap pembangunan manusia berdasarkan
pendidikan dan kesehatan di Indonesia.
Perumusan Masalah
Berdasarkan latar belakang yang telah diuraikan maka dapat dirumuskan
permasalahan dalam penelitian ini yaitu :
1.
Bagaimana gambaran umum pembangunan manusia dan belanja fungsi
pemerintah daerah di Indonesia ?
2.
Bagaimana keterkaitan antara belanja fungsi pemerintah daerah dengan
pembangunan manusia kabupaten/kota di Indonesia ?

5

Tujuan Penelitian
1.
2.

Tujuan penelitian ini adalah :
Menjelaskan gambaran umum mengenai pembangunan manusia dan belanja
fungsi pemerintah daerah di Indonesia.
Menganalisis keterkaitan belanja fungsi pemerintah daerah terhadap
indikator pembangunan manusia kabupaten/kota di Indonesia.
Manfaat Penelitian

Hasil penelitian ini sebagai bahan informasi bagi pemerintah kabupaten/kota
mengenai pentingnya pengalokasian belanja urusan pemerintah dalam upaya
meningkatkan kesejahteraan manusia. Selain itu, penelitian ini juga dijadikan
sebagai bahan pustaka, informasi dan referensi bagi pihak yang membutuhkan
serta sebagai rujukan untuk penelitian selanjutnya.
Ruang Lingkup Penelitian
Penelitian ini dilakukan terhadap pembangunan manusia pada 192
kabupaten/kota di Indonesia tahun 2010-2012.

TINJAUAN PUSTAKA
Belanja Pemerintah Daerah
Berdasarkan Peraturan Menteri Dalam Negeri Nomor 13 Tahun 2006 dan
amademen Menteri Dalam Negeri Nomor 59 Tahun 2007, belanja pemerintah
daerah adalah kewajiban pemerintah daerah yang diakui sebagai pengurangan
kekayaan bersih dalam periode tahun anggaran bersangkutan. Pemerintah daerah
harus mengalokasikan belanja secara adil dan merata agar dinikmati oleh seluruh
kelompok masyarakat tanpa diskriminasi, khususnya dalam memberikan
pelayanan umum. Dana yang diperoleh harus digunakan sebaik mungkin agar
dapat menghasilkan peningkatan pelayanan dan kesejahteraan yang maksimal
bagi masyarakat. Belanja daerah digunakan untuk pelaksanaan urusan pemerintah
daerah yang menjadi kewenangan provinsi atau kabupaten/kota yang terdiri dari
urusan wajib dan urusan pilihan yang ditetapkan dengan ketentuan undangundang.
Berdasarkan Undang-Undang Nomor 17 Tahun 2003 Pasal 16 Ayat 4
belanja daerah terdiri dari belanja pegawai, belanja barang, belanja modal, belanja
subsidi, belanja hibah, dan belanja bantuan sosial. Belanja daerah berdasarkan
Peraturan Pemerintah No 58 Tahun 2004 terdiri dari belanja pegawai, belanja
barang dan jasa, belanja modal, belanja bunga, belanja subsidi, belanja hibah,
belanja bantuan sosial, belanja keuangan, dan belanja tak terduga.
Belanja daerah berdasarkan Peraturan Menteri Dalam Negeri Nomor 13
Tahun 2006 adalah belanja menurut urusan pemerintah, belanja fungsi pemerintah,
belanja menurut organisasi, belanja menurut program dan kegiatan, dan belanja

6
menurut kelompok. Belanja pemerintah daerah menurut fungsi yang digunakan
oleh pemerintah untuk tujuan keselarasan dan keterpaduan pengelolaan keuangan
negara. Belanja pemerintah daerah menurut fungsi terdiri dari :
1.
Belanja pelayanan umum adalah pengeluaran yang ditujukan dalam rangka
peningkatan pelayanan umum pemerintah terhadap masyarakat maupun
pihak swasta untuk pembayaran gaji, akses layanan atau perizinan,
kemudahan informasi dan belanja operasional kebutuhan perkantoran
sehari-hari.
2.
Belanja fungsi ekonomi adalah pengeluaran yang digunakan untuk
menciptakan lapangan pekerjaan, pembangunan sarana dan prasarana
umum, serta memicu peningkatan kegiatan perekonomian masyarakat.
Pengeluaran ini ditujukan agar mempunyai pengaruh langsung terhadap
kesejahteraan masyarakat sekaligus mempunyai multiplier effect yang besar.
3.
Belanja fungsi kesehatan adalah pengeluaran yang ditujukan untuk
meningkatan kualitas kesehatan dan pelayanan seperti pembelian obat,
fasilitas kesehatan dan gedung kesehatan.
4.
Belanja fungsi pendidikan adalah pengeluaran yang ditujukan untuk
meningkatkan kualitas pendidikan seperti pembelian buku, fasilitas jaringan
internet sekolah maupun gedung sekolah.
5.
Belanja fungsi ketertiban dan keamanan adalah pengeluaran yang ditujukan
untuk menambah kekuatan dan ketahanan dalam mendukung ketahanan dan
keamanan kondisi daerah.
6.
Belanja fungsi pariwisata dan lingkungan hidup adalah pengeluaran untuk
peningkatan kegembiraan atau hiburan bagi masyarakat seperti promosi dan
pemeliharaan tempat wisata sekaligus dalam mempertahankan kelestarian
dan kualitas lingkungan hidup adar tercipta kenyamanan
7.
Belanja fungsi perlindungan atau jaminan sosial adalah pengeluaran untuk
jaminan perlindungan masyarakat seperti penanganan bencana,
permasalahan sosial dan lingkungan.
Indeks Pembangunan Manusia
Pembangunan manusia adalah suatu proses untuk memperbesar pilihanpilihan bagi manusia (a process of enlarging people’s choices)(UNDP, 2007).
Pada dasarnya pembangunan manusia mencakup dimensi pembangunan yang
sangat komprehensif. Pembangunan manusia mencakup aspek yang lebih luas
daripada pembangunan yang hanya menekankan pada pertumbuhan ekonomi.
Pembangunan manusia ditujukan untuk meningkatkan partisipasi rakyat dalam
semua proses dan kegiatan pembangunan.
Paradigma pembangunan manusia yang meliputi empat komponen utama
yaitu:
1.
Produktivitas, masyarakat harus meningkatkan produktivitas mereka dan
berpartisipasi secara penuh dalam proses memperoleh penghasilan dan
pekerjaan yang menguntungkan
2.
Keadilan, masyarakat harus punya akses untuk memperoleh kesempatan
yang adil. Semua hambatan terhadap peluang ekonomi dan politik harus
dihapus agar masyarakat dapat berpartisipasi di dalam memperoleh manfaat
dari kesempatan ini.

7
3.

Keberlanjutan, akses untuk memperoleh kesempatan harus dipastikan tidak
hanya untuk generasi sekarang tapi juga generasi yang akan datang. Segala
bentuk modal fisik, manusia, dan lingkungan harus ditingkatkan.
4.
Pemberdayaan, pembangunan harus dilakukan oleh masyarakat bukan
hanya untuk mereka. Masyarakat harus berpartisipasi penuh dalam
mengambil keputusan dan proses yang memengaruhi hidup mereka.
Indeks Pembangunan Manusia merupakan ukuran capaian pembangunan
manusia berbasis sejumlah komponen dasar kualitas hidup. IPM dibangun melalui
tiga dimensi dasar mencakup umur panjang dan sehat, pengetahuan dan kehidupan
yang layak. Ketiga dimensi tersebut memiliki pengertian sangat luas karena terkait
banyak faktor. Untuk mengukur dimensi kesehatan digunakan angka harapan
hidup. Ukuran dimensi pengetahuan digunakan indikator angka melek huruf dan
rata-rata lama sekolah. Adapun untuk mengukur dimensi hidup layak digunakan
indikator kemampuan dayabeli masyarakat terhadap sejumlah kebutuhan pokok
yang dilihat dari rata-rata besarnya pengeluaran per kapita sebagai pendekatan
pendapatan yang mewakili capaian pembangunan untuk hidup layak.
Konsep pembangunan manusia yang dikembangkan oleh Perserikatan
Bangsa-Bangsa (PBB) menetapkan peringkat kinerja pembangunan manusia pada
skala 0-100. IPM dibagi menjadi 3 kategori, (1) kelompok IPM rendah memiliki
nilai lebih kecil dari 50, (2) kelompok IPM menengah bawah memiliki nilai antara
50 sampai dengan 65.9 (3) kelompok IPM menengah atas memiliki nilai antara 66
sampai dengan 79.9, (4) kelompok IPM tinggi memiliki nilai lebih besar dari 80.
Adanya perbedaan dalam perhitungan indeks pembangunan manusia antara
UNDP dan BPS Indonesia yaitu perbedaan metodologi. Perbedaan ini terletak
pada komponen rata-rata lama sekolah. Perhitungan untuk rata-rata lama sekolah
menurut UNDP yaitu diukur dari penduduk 25 tahun ke atas. Menurut BPS
sendiri rata-rata lama sekolah diukur dari penduduk 15 tahun ke atas.
Angka harapan hidup merupakan suatu perkiraan rata-rata lamanya hidup
sejak lahir yang akan dicapai oleh sekelompok penduduk yang dilahirkan pada
tahun tersebut (BPS 2012). Angka harapan hidup dapat dijadikan sebagai tolok
ukur indikator kesehatan. Semakin tinggi angka harapan hidup suatu masyarakat
akan mengindikasikan tingginya derajat kesehatan masyarakat tersebut.
Angka melek huruf adalah presentase penduduk usia 15 tahun ke atas yang
bisa membaca dan menulis serta mengerti sebuah kalimat sederhana dalam
kehidupan sehari-hari (BPS 2012) dan rata-rata lama sekolah adalah lama sekolah
(tahun) penduduk usia 15 tahun ke atas. Angka melek huruf dan rata-rata lama
sekolah menggambarkan status pendidikan suatu masyarakan. Rendahnya angka
melek huruf dan rata-rata lama sekolah dapat disebabkan oleh kurangnya fasilitas
pendidikan dan biaya pendidikan yang mahal dan terkait dengan kemiskinan.
Dayabeli penduduk merupakan suatu indikator yang digunakan untuk
melihat kondisi ekonomi masyarakat dalam menghitung IPM. Dayabeli
mencerminkan kemampuan masyarakat secara ekonomi dalam memenuhi
kebutuhan konsumsinya dan sangat jauh berbeda dengan PDRB per kapita atau
yang dikenal dengan income per capita. Perhitungan dayabeli penduduk
menggunakan konsumsi per kapita yang kemudian disesuaikan.

8
Penelitian Terdahulu
Yulianti (2012) meneliti faktor-faktor yang memepengaruhi IPM di wilayah
perbatasan darat Indonesia. Penelitian ini menggunakan data sekunder berupa data
panel 16 kabupaten dari 4 Provinsi yaitu Kalimantan Timur, Kalimantan Barat,
Nusa Tenggara Timur, dan Papua dengan periode tahun 2007-2010. Metode
analisis yang digunakan adalah analisis desktiptif dan analisi kuantitatif dengan
menggunakan estimasi data panel. Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa
variabel yang signifikan dan berpengaruh positif adalah PDRB per kapita,
pengeluaran pemerintah bidang pendidikan dan infrastruktur jalan. Variabel yang
signifikan dan berpengaruh negatif adalah presentase penduduk miskin,
pengeluaran pemerintah bidang kesehatan, rasio tenaga pendidikan tingkat SD dan
rasio tenaga kesehatan. Variabel yang berpengaruh besar terhadap IPM di wilayah
perbatasan darat Indonesia adalah infrastruktur jalan.
Averiana (2013) meneliti pengaruh ketersediaan infrastruktur terhadap
kesejahteraan masyarakat analisis kabupaten/kota di Indonesia. Penelitian ini
menggunakan data sekunder berupa data panel 155 kabupaten/kota di Indonesia
dengan periode tahun 2009-2011. Hasil analisis metode data panel menunjukkan
ketersediaan infrastruktur air, listrik, sekolah, dan tempat tidur rumah sakit
berpengaruh positif terhadap kesejahteraan masyarakat, sedangkan ketersediaan
infrastruktur panjang jalan per wilayah tidak berpengaruh signifikan terhadap
kesejahteraan masyarakat.
Dewi Kacaribu (2013) meneliti faktor-faktor yang memengaruhi Indeks
Pembangunan Manusia di Papua. Penelitian ini menggunakan data sekunder
berupa data panel 29 kabupaten/kota dengan periode tahun 2009-2011. Analisis
yang digunakan adalah analisis deskriptif dan analisis data panel dengan
pendekatan Fixed Effect Model. Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa variabel
yang memengaruhi IPM adalah PDRB, pengeluaran pemerintah menurut fungsi
pendidikan, rasio kemiskinan terhadap jumlah penduduk, rasio jumlah penduduk
terhadap jumlah dokter, rasio jumlah penduduk terhadap jumlah bidan, rasio
jumlah penduduk terhadap jumlah perawat dan rasio jumlah murid SMA terhadap
guru.
Puspitaningrum (2013) meneliti peran pendidikan terhadap ketimpangan
distribusi pendapatan Indonesia. Penelitian ini menggunakan data sekunder berupa
data panel 33 provinsi di Indonesia dengan periode waktu 2006-2011. Hasil
penelitian ini menunjukkan bahwa angka partisipasi sekolah, rata-rata lama
sekolah, angka putus sekolah tingkat SMP dan SMA dan PDRB per kapita
berpengaruh positif terhadap distribusi pendapatan sedangkan angka putus
sekolah tingkat SD, rasio anggaran belanja pemerintah sektor pendidikan, serta
produktivitas tenaga kerja berpengaruh negatif terhadap ketimpangan.

9
Kerangka Pemikiran

Pelaksanaan Otonomi Daerah dan Desentralisasi Fiskal

Keuangan Daerah

Belanja Pemerintah Daerah Kabupaten/Kota di Indonesia

Belanja
Kesehatan

Belanja
Pendidikan

Belanja
Ekonomi

Belanja
PU

IPM
(Angka Melek Huruf, Angka Harapan Hidup, Rata-rata Lama Sekolah,
PPP)

Gambar 2 Kerangka Pemikiran

METODE PENELITIAN
Jenis dan Sumber Data
Jenis data yang digunakan dalam penelitian ini adalah data sekunder 192
kabupaten/kota di Indonesia tahun 2010-2012. Pemilihan kabupaten/kota
dilakukan berdasarkan kelengkapan dan ketersediaan data yang diperoleh dari
Badan Pusat Statistik dan Direktorat Jenderal Perimbangan Keuangan
Kementerian Keuangan Republik Indonesia. Data yang diperoleh
ditransformasikan dalam bentuk data panel, yaitu kombinasi data time series dan
data cross section. Studi pustaka dilakukan terhadap jurnal, artikel internet serta
literatur-literatur yang berkaitan dengan masalah yang diteliti. Data sekunder yang
digunakan diuraikan dalam bentuk Tabel 2 sebagai berikut:

10

Tabel 2 Jenis, Sumber Data, dan Variabel
No
1
2
3
4
5

6

7

8

Data yang Digunakan
Angka Harapan Hidup (Tahun)
Angka Melek Huruf (Persen)
Rata-rata Lama Sekolah (Tahun)
Purchasing Power Parity
Realisasi Belanja Pendidikan 192
Kabupaten/Kota di Indonesia (Milyar
Rupiah)
Realisasi Belanja Kesehatan 192
Kabupaten/Kota di Indonesia (Milyar
Rupiah)
Realisasi Belanja Ekonomi 192
Kabupaten/Kota di Indonesia (Milyar
Rupiah)
Realisasi Belanja Pelayanan Umum
192 Kabupaten/Kota di Indonesia
(Milyar Rupiah)

Sumber
BPS
BPS
BPS
BPS

Vaiabel
LNAHHit
AMHit
LNRLSit
LNPPPit

Kementerian
Keuangan

LNEDUit

Kementerian
Keuangan

LNHEALTHit

Kementerian
Keuangan

LNECOit

Kementerian
Keuangan

LNPUit

Metode dan Pengolahan Data
Metode analisis yang digunakan adalah analisis kualitatif dan kuantitatif.
Analisis kualitatif digunakan untuk mendeskripsikan gambaran secara umum
mengenai perkembangan angka harapan hidup, angka melek huruf, rata-rata lama
sekolah, PPP, IPM dan belanja pemerintah daerah di Indonesia. Analisis
kuantitatif yang digunakan adalah metode data panel, untuk mengkaji kaitan
antara belanja pemerintah daerah dengan komponen kesejahteraan masyarakat
atau IPM kabupaten/kota di Indonesia. Metode data panel merupakan suatu
metode yang digunakan untuk melakukan analisis empirik yang tidak mungkin
dilakukan jika hanya menggunakan data time series saja atau data cross section
saja (Gujarati 2006). Pengolahan data dilakukan dengan menggunakan program
Eviews 6.0 dan Microsoft Excel 2007.
Metode Data Panel
Data panel (pooled data) merupakan gabungan antara data cross section dan
data time series. Data cross section adalah data yang dikumpulkan dalam satu
waktu terhadap banyak individu, sedangkan data time series adalah data yang
dikumpulkan dari waktu ke waktu terhadap suatu individu. Data umumnya
diperoleh melalui survey yang berulang atau dengan mengikuti perkembangan
sampel selama beberapa kurun waktu. Data panel juga biasa disebut dengan time
series cross section data, longitudinal data, microdata panel, ataupun cohort
analysis (Baltagi 2005). Beberapa keunggulan penggunaan data panel secara
statistik maupun menurut teori ekonomi antara lain adalah

11
1.
2.
3.
4.

Memberikan informasi yang lebih luas, mengurangi kolinearitas diantara
variabel, memperbesar derajat bebas dan lebih efisien.
Mampu mengontrol heterogenitas individu.
Dapat lebih baik untuk mengidentifikasikan dan mengukur efek yang tidak
dapat dideteksi dalam model data cross section maupun time series.
Lebih sesuai untuk mempelajari dan menguji model pelaku (behavioral
models) yang kompleks dibandingkan dengan model data cross section
atau time series.
Model Statistik untuk Pengujian Hipotesis

Analisis model data panel dilakukan dengan tiga macam metode yaitu
metode kuadrat terkecil (Pooled Least Square Model), metode tetap (Fixed Effect
Model), dan metode acak (Random Effect Model). Pemilihan model yang paling
tepat dalam pengolahan data panel harus dilakukan beberapa pengujian antara
lain :
1.
Chow Test merupakan pengujian untuk memilih apakah model yang
digunakan Pooled Least Square Model (PLS) atau Fixed Effect Model.
Hipotesis dalam pengujian ini adalah
�0 = Pooled Least Square Model ( Restricted)
�1 = Fixed Effect Model (Unrestricted)
2.

Jika nilai Chow Statistics (F Statistik) hasil pengujian lebih besar dari F
Tabel, maka cukup bukti menolak �0 sehingga model yang digunakan
adalah Fixed Effect Model.
Hausman Test merupakan pengujian statistik sebagai dasar peertimbangan
dalam memilih apakah menggunakan Fixed Effect Model atau Random
Effect Model. Pengujian ini dilakukan dengan hipotesis sebagai berikut:
�0 = Random Effect Model
�1 = Fixed Effect Model

Jika nilai statistik Hausman lebih besar dari Chi Square Tabel atau dapat
juga dengan menggunakan nilai probabilitas (p-value). Jika p-value lebih
besar dari tingkat kritis α, maka cukup bukti menolak �0 sehingga model
yang digunakan adalah Fixed Effect Model.
Metode Evaluasi Model

Model regresi yang ideal dan optimal harus menghasilkan estimator yang
memenuhi kriteria Best Linear Unbiased Estimator (BLUE). Pada data panel
berdasarkan uji kriteria ekonometrika harus terbebas dari tiga pelanggaran asumsi
untuk mendapatkan model regeri bersifat BLUE yaitu:

12
Uji Multikolinearitas
Multikolinearitas adalah hubungan linear yang kuat antara variabel-variabel
bebas dalam persamaan regresi berganda. Gujarati (2006) multikolinearitas ini
dapat dilihat melalui :
a.
Nilai R-square yang tinggi tetapi sedikit rasio yang signifikan.
b.
Korelasi berpasangan yang tinggi antar variabel bebasnya
c.
Melakukan regresi tambahan dengan memberlakukan variabel independen
sebagai salah satu variabel dependen dan variabel independen lainnya tetap
diberlakukan sebagai variabel independen.
Salah satu cara untuk mendeteksi adanya multikolinearitas dengan melihat
nilai koefisien korelasi antara variabel peubah bebas dalam model. Jika nilai
masing-masing koefisen korelasi lebih besar dari rule of thumb (0.8) maka dapat
dikatakan model tersebut terdapat multikolinearitas.
Uji Heteroskedastisitas
Salah satu asumsi dasar dari metode regresi linear adalah varians tiap unsur
error adalah suatu angka konstan yang sama dengan δ. Heteroskedastisitas terjadi
ketika varians tiap unsur error tidak konstan. Pada umumnya heteroskedastisitas
ditemukan pada data cross section. Jika suatu model terdapat heteroskedastisitas,
maka model menjadi tidak efisien meskipun tidak bias dan konsisten. Cara
menngatasi masalah heteroskedastisitas dengan menggunakan metode
Generalized Least Square (GLS). Metode ini merupakan metode kuadrat terkecil
yang terboboti, dimana model ditransformasi dengan memberikan bobot pada data
asli (Juanda 2009).
Uji Autokorelasi
Autokorelasi adalah korelasi antara serangkaian observasi yang diurtkan
menurut waktu seperti dalam data time series atau diurutkan menurut ruang
seperti dalam data cross section. Model yang terdapat autokorelasi jika error dari
periode waktu (time series) yang berbeda saling berkorelasi. Masalah autokorelasi
menyebabkan model menjadi tidak efisien meskipun masih tidak bias dan
konsisten. Autokorelasi menyebabkan estimasi standar error dan varians koefisien
regresi yangdiperoleh akan underestimate, sehingga 2 akan besar tetapi di uji tstatistik dan uji F-statistik menjadi tidak valid.
Autokorelasi dapat dideteksi dengan melihat Durbin-Watson statistik
dengan nilai DW-Tabel. Model yang terbebas dari atokorelasi jika nilai DurbinWatson statistik terletak di area non-autokorelasi. Kerangka identifikasi
autokorelasi terangkum sebagai berikut:
0 < DW <
: tolak �0 , ada autokorelasi positif
DL < DW < DU
: daerah ragu-ragu, tidak ada keputusan
DU < DW < 4-DU
: terima �0 , tidak ada autokorelasi
4-DU < DW < 4-DL
: daerah ragu-ragu, tidak ada keputusan
4-DL < DW < 4
: tolak �0 , ada autokorelasi negatif
Perumusan Model
Analisis keterkaitan antara belanja pemerintah daerah dan Indeks
Pembangunan Manusia, maka digunakan 4 variabel bebas belanja pemerintah
daerah berdasarkan fungsi meliputi belanja pendidikan, belanja kesehatan, belanja

13
ekonomi dan belanja pelayanan umum. Variabel dependen adalah Indeks
Pembangunan Manusia yang yang dipisah menjadi angka harapan hidup, angka
melek huruf, rata-rata lama sekolah dan PPP. Transformasi logaritma natural (ln)
pada model untuk variabel bebas maupun variabel dependen digunakan untuk
mempermudah dalam interpretasi model. Penggunaaan logaritma natural juga
untuk mengurangi perbedaan signifikan antara observasi yang bernilai besar
dengan observasi yang bernilai kecil dan membuat data tersebut tetap terdistribusi
normal.
Model Angka Harapan Hidup
���� = + 1
� + 2
+ �
Model Angka Melek Huruf
� �� = + 1
� + 2
+ �
Model Rata-rata Lama Sekolah
� = � + �1
� + �2
+ �
Model Kemampuan Dayabeli
� = � + �1
� + �2
+ �
dimana:
����
� ��








� �




��

, , �, �
1 , 1 , �1 , �1
2 , 2 , �2 , �2
3 , 3 , �3 , �3
4 , 4 , �4 , �4






+

+

3

3

� �

+ �3




� �

+ �3

�� +

�� +

� �
� �



4

4

�� + �4
�� + �4





: Logaritma natural Angka Harapan Hidup (Tahun)
: Angka Melek Huruf (Persen)
: Logaritma natural Rata-rata Lama Sekolah (Tahun)
: Logaritma natural Kemampuan Dayabeli (Tahun)
: Logaritma natural Realisasi Belanja Fungsi Pendidikan (Milyar
Rupiah)
: Logaritma natural Realisasi Belanja Fungsi Ekonomi (Milyar
Rupiah)
: Logaritma natural Realisasi Belanja Fungsi Kesehatan (Milyar
Rupiah)
: Logaritma natural Realisasi Belanja Fungsi Pelayanan Umum
(Milyar Rupiah)
: Intersep pada masing-masing model
: Koefisien variabel LNECO pada masing-masing model
: Koefisien variabel LNEDU pada masing-masing model
: Koefisien variabel LNHEALTH pada masing-masing model
: Koefisien variabel LNPU pada masing-masing model
: Error term pada masing-masing model
: Kabupaten/ Kota; i=1, 2, 3,...,192
: Indeks Tahun; t=1, 2, 3 (2010-2012)

14

HASIL DAN PEMBAHASAN
Kondisi Umum Indeks Pembangunan Manusia di Indonesia
IPM merupakan indikator untuk mengukur kesejahteraan secara lebih luas
daripada pendapatan domestik bruto (PDB). IPM terdiri dari tiga indikator yaitu
ekonomi, pendidikan, dan kesehatan. Pembangunan manusia merupakan proses
yang tidak bisa diukur dalam waktu singkat karena hasil dari pembangunan
pendidikan dan kesehatan dirasakan pada jangka panjang.
Berdasarkan Gambar 3 Indeks Pembangunan Manusia di Indonesia
mengalami peningkatan nilai setiap tahunnya. Nilai IPM meningkatan dari tahun
2008 sebesar 70.88 dan tahun 2012 nilai 72.82. Kinerja pembangunan manusia di
Indonesia termasuk dalam kategori menengah atas. Hal ini menunjukkan bahwa
proses pembangunan manusia di Indonesia mengalami kemajuan seiring dengan
membaiknya perekonomian dan meningkatnya kinerja pemerintah.
73
72.5
72
71.5
71
70.5
70
69.5
IPM

2008

2009

2010

2011

2012

70.88

71.4

71.86

72.37

72.82

Sumber: BPS, 2012 (diolah)

Gambar 3 Indeks Pembangunan Manusia di Indonesia Tahun 2008-2012
Besaran angka IPM menurut kabupaten/kota menunjukkan nilai yang
semakin beragam. Hal ini tercermin dalam selisih nilai antara IPM tinggi dan IPM
rendah. Nilai IPM tertinggi tersebar pada Provinsi diantaranya Provinsi DKI
Jakarta, Sulawesi Utara, Riau, Yogyakarta, dan Kalimantan Timur. Untuk nilai
IPM terendah diantaranya berada di Provinsi NTT, NTB dan Papua. Perbedaan
capaian pembangunan setiap daerah tergantung dari kinerja pemerintah daerah
dalam peningkatan pembangunan serta kualitas dasar manusia di wilayah tersebut.
Angka Harapan Hidup
Kesehatan merupakan indikator penting dalam pembentukan pembangunan
manusia. Pembangunan kesehatan diarahkan untuk meningkatkan kualitas
sumberdaya manusia, meningkatkan kualitas kehidupan dan meningkatkan angka
harapan hidup. Sesuai dengan target MDGs yang telah di sepakati oleh Indonesia
yaitu menurunkan angka kematian balita, meningkatkan kesehatan ibu, dan
mencegah HIV/AIDS, malaria serta penyakit lainnya. Indikator kesehatan sebagai
ukuran pembentuk pembangunan manusia yaitu angka harapan hidup (AHH).

15
Keberhasilan pencapaian target MDGs tersebut dibutuhkan peran dari
pemerintah dan masyarakat untuk meningkatkan kualitas kesehatan. Peran
pemerintah dalam meningkatkan kualitas kesehatan melalui peningkatan programprogram pelayanan dan penyediaan sarana prasarana agar mudah diakses oleh
seluruh masyarakat. Berdasarkan Gambar 4 angka harapan hidup di Indonesia
menujukan bahwa setiap tahunnya mengalami peningkatan. Nilai angka harapan
hidup tahun 2008 sebesar 69 tahun dan tahun 2012 sebesar 69.87 tahun. Hal ini
menunjukkan bahwa pemerintah dan masyarakat sadar akan pentingnya kesehatan.
Peningkatan angka harapan hidup di Indonesia belum mampu mencapai target
MDGs sebesar 85 tahun. Nilai angka harapan hidup Indonesia hanya berkisar
pada angka 70an.
70
69.8
69.6
Tahun

69.4
69.2
69
68.8
68.6
68.4
AHH (Tahun)

2008

2009

2010

2011

2012

69

69.21

69.43

69.65

69.87

Sumber: BPS, 2012 (diolah)

Gambar 4 Angka Harapan Hidup di Indonesia Tahun 2008-2012
Nilai angka harapan hidup di tingkat provinsi setiap tahunnya mengalami
peningkatan. Pada Gambar 5 angka harapan hidup tertinggi tahun 2012 yaitu
Provinsi DI Yogyakarta sebesar 73.73 tahun, DKI Jakarta sebesar 73.49 tahun,
dan Sulawesi Utara sebesar 72.44 tahun. Provinsi dengan angka harapan hidup
tertinggi memiliki nilai diatas nilai angka harapan hidup Indonesia tahun 2012.
Nilai yang diperoleh provinsi tinggi hampir mendekati target MDGs. Provinsi
dengan nilai angka harapan hidup terendah tahun 2012 yaitu Banten sebesar 65.23
tahun, Kalimantan Selatan sebesar 64.52 tahun dan NTB sebesar 62.73 tahun.
Provinsi dengan angka harapan hidup terendah memiliki nilai dibawah nilai angka
harapan hidup di Indonesia pada tahun 2012.

AHH (Tahun)

16
76
74
72
70
68
66
64
62
60
58
56
54

Prov. DI Jogjakarta
Prov. DKI Jakarta
Prov. Sulawesi Utara
Prov. Riau
Prov. Jawa Tengah
Prov. Sulawesi Tengah
Prov. Banten
Prov. Maluku Utara
Prov. Kalimantan Selatan
2008

2009

2010

2011

2012

Prov. Nusa Tenggara Barat

Tahun
Sumber: BPS diolah

Gambar 5 Angka Harapan Hidup Provinsi di Indonesia Tahun 2008-2012

Persen

Angka Melek Huruf dan Rata-rata Lama Sekolah
Pendidikan merupakan salah satu faktor yang mencerminkan kualitas
sumberdaya manusia. Ketersediaan sumberdaya yang berkualitas akan
meningkatkan produktivitas, pendapatan, kemampuan dayabeli yang akhirnya
akan meningkatkan kesejahteraan. Angka melek huruf dan rata-rata lama sekolah
merupakan komponen IPM untuk menilai bidang pendidikan. Menurut UNESCO
melek huruf adalah kemampuan untuk mengidentifikasi, mengerti,
menerjemahkan, membuat, mengkomunikasikan dan mengolah isi dari rangkaian
teks yang terdapat pada bahan-bahan cetak.
93.4
93.2
93
92.8
92.6
92.4
92.2
92
91.8
91.6

AMH(%)

2008

2009

2010

2011

2012

92.19

92.58

92.91

92.99

93.25

Sumber: BPS, 2012 (diolah)

Gambar 6 Angka Melek Huruf di Indonesia Tahun 2008-2012
Perkembangan angka melek huruf pada Gambar 6 menunjukkan bahwa
Indonesia dari tahun 2008-2012 mengalami peningkatan. Angka melek huruf di
Indonesia tahun 2008 sebesar 92.19 persen dan tahun 2012 sebesar 93.25 persen.
Peningkatan nilai yang telah dicapai Indonesia relatif stabil. Peningkatan nilai

17
angka melek huruf menunjukkan bahwa sebagian besar masyarakat Indonesia
telah mampu membaca dan menulis dengan baik. Nilai angka yang dicapai
Indonesia saat ini hampir mendekati target 100 persen yang telah ditentukan oleh
MDGs.
Berdasarkan Gambar 7 nilai angka melek huruf pada setiap Provinsi
mengalami peningkatan setiap tahunnya. Provinsi yang memiliki nilai angka
melek huruf tertinggi adalah Provinsi Sulawesi Utara sebesar 99.53 persen, DKI
Jakarta sebesar 99.21 persen, dan Maluku sebesar 98.45 persen. Provinsi dengan
nilai angka melek huruf terendah adalah Sulawesi Selatan sebesar 88.73 persen,
NTB sebesar 83.68 persen, dan Papua sbesar 75.83 persen.

Angka Melek Huruf (%)

120

Prov. Sulawesi Utara
Prov. DKI Jakarta
Prov. Maluku
Prov. Riau
Prov. Kalimantan Tengah
Prov. Sulawesi Barat
Prov. Bali
Prov. Sulawesi Selatan
Prov. Nusa Tenggara Barat
Prov. Papua

100
80
60
40
20
0
2008

2009

2010

2011

2012

Tahun
Sumber: BPS, 2012 (diolah)

Gambar 7 Angka Melek Huruf Provinsi di Indonesia Tahun 2008-2012
Rata-rata lama merupakan indikator yang menunjukkan rata-rata jumlah
tahun efektif untuk bersekolah yang di capai penduduk usia 15 tahun ke atas.
Jumlah tahun efektif adalah jumlah tahun standar yang harus dijalani oleh
seseorang untuk menamatka