Efektivitas penyusunan perencanaan pembangunan daerah di Badan Perencanaan pembangunan Daerah Kabupaten Asahan

(1)

EFEKTIVITAS PENYUSUNAN RENCANA PEMBANGUNAN

DAERAH DI BADAN PERENCANAAN PEMBANGUNAN

DAERAH KABUPATEN ASAHAN

TESIS

Oleh

IRFANSYAH HARAHAP

087003027/PWD

SEKOLAH PASCASARJANA

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA

MEDAN

2012

S

E K

O L

A

H

P A

S C

A S A R JA

N A


(2)

EFEKTIVITAS PENYUSUNAN RENCANA PEMBANGUNAN

DAERAH DI BADAN PERENCANAAN PEMBANGUNAN

DAERAH KABUPATEN ASAHAN

TESIS

Diajukan Sebagai Salah Satu Syarat untuk Memperoleh Gelar Magister Sains dalam Program Studi Perencanaan Pembangunan Wilayah dan Pedesaan

pada Sekolah Pascasarjana Universitas Sumatera Utara

Oleh

IRFANSYAH HARAHAP

087003027/PWD

SEKOLAH PASCASARJANA

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA

MEDAN

2012


(3)

Judul Tesis : EFEKTIVITAS PENYUSUNAN RENCANA PEMBANGUNAN DAERAH DI BADAN PERENCANAAN PEMBANGUNAN DAERAH KABUPATEN ASAHAN

Nama mahasiswa : Irfansyah Harahap Nomor pokok :

087003027

Program Studi : Perencanaan Pembangunan Wilayah dan Pedesaan

Menyetujui Komisi Pembimbing

(Prof. Dr. lic.rer.reg. Sirojuzilam, SE Ketua

)

(Wahyu Ario Pratomo, SE, M.Ec) (Dr. Rujiman, MA Anggota Anggota

)

Ketua Program Studi Direktur

(Prof. Dr. lic.rer.reg. Sirojuzilam, SE) (Prof. Dr. Ir. A. Rahim Matondang, MSIE)


(4)

Telah diujikan pada Tanggal : 25 April 2012

PANITIA PENGUJI TESIS

Ketua : Prof. Dr. lic.rer.reg. Sirojuzilam, SE Anggota : 1. Wahyu Ario Pratomo, SE, M.Ec

2. Dr. Rujiman, MA 3. Ir. Supriadi, M.Si


(5)

EFEKTIVITAS PENYUSUNAN PERENCANAAN PEMBANGUNAN DAERAH DI BADAN PERENCANAAN PEMBANGUNAN DAERAH

KABUPATEN ASAHAN ABSTRAK

Pelaksanaan penelitian ini bertujuan untuk mengetahui apakah efektif penyusunan perencanaan pembangunan daerah yang dilaksanakan oleh Badan Perencanaan Pembangunan Daerah Kabupaten Asahan. Penyusunan perencanaan tersebut akan menghasilkan rencana kerja pemerintahan daerah setiap tahunnya.

Dalam penelitian ini, fokus utamanya adalah efektivitas penyusunan perencanaan pembangunan daerah di Badan Perencanaan Pembangunan Daerah Kabupaten Asahan dengan indikator Sumber daya manusia dan Koordinasi.

Metode yang digunakan dalam penelitian ini adalah metode deskriptif dengan pendekatan kualitatif, dengan tehnik pengumpulan data utama adalah Wawancara terhadap 8 (delapan) orang responden dan telaah dokumen.

Hasil penelitian menunjukkan bahwa Bappeda dalam penyusunan perencanaan pembangunan daerah Kabupaten Asahan dilihat dari indikator sumber daya manusia yang ada belum memadai, hal ini dapat dilihat dari tingkat pendidikan pegawai Bappeda yang lebih dominan setingkat SLTA.

Sedangkan terhadap indikator koordinasi sudah mencerminkan adanya hubungan-hubungan pembagian tugas dan fungsi-fungsi antar bagian dan bidang secara sistematis, sehingga dari kondisi ini dapat dijadikan kekuatan bagi Sumber daya manusia perencana dalam melaksanakan tugas pokok dan fungsi. Sedangkan rencana Bappeda dalam penyusunan perencanaan pembangunan daerah berpedoman pada surat edaran Bappenas dan Kementerian Dalam Negeri tentang petunjuk teknis dalam penyelenggaraan musrenbang.

Tetapi dalam mensosialisasikan surat edaran tersebut belum baik, hal ini dikarenakan surat edaran tersebut terlambat sampai kepada kecamatan, kelurahan dan desa serta Dinas/Instansi terkait. Sehingga rencana program pembangunan yang dimusrenbangkan di tingkat desa/kelurahan sampai kecamatan tidak berjalan sesuai jadwal yang telah ditetapkan. Hal ini mengakibatkan skala prioritas dalam rencana pembangunan yang akan di musrenbangkan ditingkat Kabupaten lebih condong kepada pembangunan tahun kemarin.

Atas hal tersebut diatas, disarankan Sumber daya manusia yang ada di Bappeda perlu diadakan peningkatan pendidikan dengan mengirimkan pegawainya untuk mengikuti pendidikan contohnya di berikan sekolah dengan biaya pemerintah daerah, Bappenas maupun kerjasama dengan Instansi lain yaitu Tugas Belajar sesuai dengan bidang tugasnya. Selain itu dengan memberikan pegawai pelatihan dengan mengikuti diklat-diklat teknis khususnya diklat perencanaaan yang di selenggarakan oleh Bappenas ataupun yang lainnya. Dari hal tersebut maka diharapkan adanya suatu perubahan pada sumber daya aparatur yang ada di Bappeda Kabupaten Asahan.


(6)

EFFECTIVENESS IN THE DEVELOPMENT OF REGIONAL DEVELOPMENT PLANNING BOARD REGIONAL DEVELOPMENT DISTRICT ASAHAN

ABSTRACT

Implementation of this study aims to determine whether effective regional development planning undertaken by the Regional Planning Board Asahan District. The preparation of these plans will result in local government work plan each year.

In this study, its main focus is the effectiveness of regional development planning in the Regional Planning Board District Asahan with indicators of human resources and coordination.

The method used in this research is descriptive method with qualitative approach, with primary data collection techniques were interviews of 8 (eight) of the respondents and document review.

The results showed that Bappeda in the preparation of regional planning district Asahan seen from the indicators of human resources are not adequate, this can be seen from the level of employee education Bappeda more dominant high school level

While the coordination of the indicators have to reflect the relationships and division of duties between the functions and fields systematically, so that from this condition can be a force for human resource planners in carrying out the duties and fungsi. so Bappeda plans in the preparation of regional planning based on circular Bappenas and the Ministry of Interior of the technical guidance in the administration of musrenbang.

.

But in the dissemination of the circular is not good, this is because the circular was delayed until the districts, villages and countryside as well as the Department/Institution. So plan musrenbang development program at the village/sub district is not going according to a predetermined schedule. This resulted in the development plan priorities that will be more inclined musrenbang district level to the development last year.

On the above, it is suggested that human resources are needed to be improved Bappeda education by sending their employees to follow the example of education in schools given the cost of local government, Bappenas and cooperation with other agencies in accordance with the task of learning their tasks. In addition to providing training to employees following the training, technical training, especially training that planning on hold by the National Development Planning Agency or the other. From this it is expected that there is a change in personnel resources that exist in Bappeda Asahan District.


(7)

KATA PENGANTAR

Ucapan rasa syukur penulis panjatkan keharibaan ALLAH SWT, karena berkat kehendak nyalah akhirnya penulisan skripsi ini dapat diselesaikan dengan tepat pada waktunya dan sesuai dengan kemampuan serta kapabilitas penulis selaku mahasiswa Sekolah Pascasarjana Universitas Sumatera Utara, serta tak lupa penulis juga selalu panjatkan shalawat dan salam kepada Rasullullah Muhammad S.A.W. Penulisan tesis

ini berjudul, “Efektivitas penyusunan perencanaan pembangunan daerah di Badan

Perencanaan pembangunan Daerah Kabupaten Asahan”. yang juga merupakan salah satu syarat untuk meraih gelar Pascasarjana pada Universitas Sumatera Utara.

Penulis mengakui bahwa penulisan Tesis ini tidak terlepas dari peran berbagai pihak, baik yang terlibat langsung maupun tidak langsung. Untuk itu pada kesempatan baik ini penulis menyampaikan ucapan terima kasih khususnya kepada Dosen Pembimbing penulis yang terhormat yakni Bapak Prof. Dr. lic.rer.reg.Sirojuzilam, SE, Bapak Wahyu Ario Pratomo, SE, M.Ec, dan Bapak Dr. Drs. Rujiman, MA yang mana dengan penuh kesabaran dan pengertian telah berkenan meluangkan waktunya untuk memberikan bimbingan dan petunjuk kepada penulis hingga selesainya penulisan tesis ini.

Ucapan terima kasih dan penghargaan yang setinggi-tingginya juga penulis sampaikan kepada:

1. Bapak Prof. Dr. dr. Syahril Pasaribu, DTM&H, MSc (CTM). Sp.A (K) Rektor

Universitas Sumatera Utara

2. Bapak Prof. Dr. Ir. A. Rahim Matondang, MSIE Direktur Sekolah Pascasarjana

Universitas Sumatera Utara.

3. Bapak Prof. Dr. lic.rer.reg. Sirojuzilam, SE Ketua Program Studi S2/S3

Perencanaan Pembangunan Wilayah Pedesaan Sekolah Pascasarjana Universitas Sumatera Utara.

4. Bapak Bupati Kabupaten Asahan yang berperan dalam memberikan Izin Belajar

kepada penulis untuk mengikuti pendidikan Pascasarjana Universitas Sumatera Utara.

5. Bapak Drs. H. Mahendra, MM, Kepala Badan Perencanaan Pembangunan Daerah

Kabupaten Asahan beserta unsur staf yang juga telah turut berperan dalam memberikan bantuan kepada penulis selama melakukan penelitian di lapangan khususnya dalam meluangkan waktu untuk melakukan wawancara dan pengambilan data-data.

6. Khusus kepada Ibu dan (alm) Ayahanda tercinta yang sangat berperan dalam

membentuk budi pekerti penulis dengan tiada henti-hentinya memberikan dukungan dan motivasi kepada penulis, baik selama mengikuti pendidikan hingga terselesaikannya penulisan tesis ini.


(8)

Akhirnya dengan segala kekurangan yang dimiliki penulis serta keterbatasan dalam melakukan penelitian ini harus diakui bahwa penulisan tesis ini belumlah begitu sempurna. Oleh sebab itu penulis sangat mengharapkan berbagai masukan dan saran dari para pembaca sekalian baik dalam bentuk kritik maupun saran yang sifatnya membangun guna perbaikan skripsi ini di masa yang akan datang. Akhir kata semoga tesis ini bermanfaat bagi kita semua. Amin.

Medan, Mei 2012 Penulis,


(9)

(10)

DAFTAR ISI

Halaman

ABSTRAK ... i

ABSTRACT ... ii

KATA PENGANTAR ... iii

RIWAYAT HIDUP ... v

DAFTAR ISI ... vi

DAFTAR TABEL ... viii

DAFTAR GAMBAR ... ix

DAFTAR LAMPIRAN ... x

BAB I. PENDAHULUAN ... 1

1.1. Latar Belakang ... 1

1.2. Rumusan Masalah ... 9

1.3. Tujuan Penelitian ... 10

1.4. Manfaat Penelitian ... 10

BAB II TINJAUAN PUSTAKA ... 11

2.1. Konsep Efektivitas ... 11

2.2. Perencanaan... 13

2.3. Administrasi Pembangunan ... 15

2.4. Konsep Pembangunan Daerah ... 18

2.5. Perencanaan Pembangunan Partisipatif ... 24

2.6. Faktor-faktor Perencanaan Pembangunan Daerah ... 26

2.7. Sumber Daya Manusia ... 27

2.8. Koordinasi ... 30

2.8.1. Prinsip-Prinsip Koordinasi ... 35

2.9. Konsep Kunci ... 38

2.10. Kerangka Berpikir ... 39

BAB III METODE PENELITIAN ... 42

3.1. Metode Penelitian ... 42

3.2. Teknik Pengumpulan Data ... 43

3.3. Teknik Analisa Data ... 45

3.4. Analisis Data ... 46

3.5. Lokasi dan Waktu Penelitian ... 47

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN ... 48

4.1. Deskripsi Wilayah Penelitian ... 48

4.1.1. Gambaran Umum Kabupaten Asahan ... 48


(11)

4.2.1. Tugas dan Fungsi Jabatan Struktural ... 58

4.3. Analisis Data Hasil Penelitian ... 76

BAB V KESIMPULAN DAN SARAN ... 117

5.1. Kesimpulan ... 117

5.2. Saran ... 118


(12)

DAFTAR TABEL

Nomor Judul Halaman

1.1.Jadwal Pelaksanaan Musrenbang Tahun 2011... 7

1.2.Tingkat Pendidikan Pegawai Bappeda Kabupaten Asahan Tahun 2011 ... 8

3.1. Responden Penelitian ... 45

4.1. PDRB menurut Lapangan Usaha atas Dasar Harga berlaku tahun 2009

dan 2010 ... 55

4.2. Produk Domestik Regional Bruto menurut Lapangan Usaha atas dasar

Harga Konstan Tahun 2009 dan 2010 ... 55

4.3. Tingkat Pendidikan Pegawai Negeri Sipil Bappeda Kabupaten Asahan

Tahun 2011 ... 79

4.4. Masa Kerja Pegawai Bappeda Kabupaten Asahan ... 86

4.5. Jenis Teknik dan Fungsional Bappeda Kabupaten Asahan ... 89

4.6. Pegawai Bappeda Kabupaten Asahan yang Mengikuti Diklat Teknis dan

Fungsional ... 90

4.7. Diklat Struktural bagi Aparatur Bappeda yang telah Mengikuti Diklat

Struktural ... 93


(13)

DAFTAR GAMBAR

Nomor Judul Halaman

2.1.Kerangka Berfikir ... 40

4.1.Struktur Organisasi Bappeda Kabupaten Asahan ... 76

4.2.Struktur Organisasi Tim Pelaksana Penyusunan Rencana Pembangunan

Daerah Kabupaten Asahan ... 100


(14)

DAFTAR LAMPIRAN

Nomor Judul Halaman


(15)

EFEKTIVITAS PENYUSUNAN PERENCANAAN PEMBANGUNAN DAERAH DI BADAN PERENCANAAN PEMBANGUNAN DAERAH

KABUPATEN ASAHAN ABSTRAK

Pelaksanaan penelitian ini bertujuan untuk mengetahui apakah efektif penyusunan perencanaan pembangunan daerah yang dilaksanakan oleh Badan Perencanaan Pembangunan Daerah Kabupaten Asahan. Penyusunan perencanaan tersebut akan menghasilkan rencana kerja pemerintahan daerah setiap tahunnya.

Dalam penelitian ini, fokus utamanya adalah efektivitas penyusunan perencanaan pembangunan daerah di Badan Perencanaan Pembangunan Daerah Kabupaten Asahan dengan indikator Sumber daya manusia dan Koordinasi.

Metode yang digunakan dalam penelitian ini adalah metode deskriptif dengan pendekatan kualitatif, dengan tehnik pengumpulan data utama adalah Wawancara terhadap 8 (delapan) orang responden dan telaah dokumen.

Hasil penelitian menunjukkan bahwa Bappeda dalam penyusunan perencanaan pembangunan daerah Kabupaten Asahan dilihat dari indikator sumber daya manusia yang ada belum memadai, hal ini dapat dilihat dari tingkat pendidikan pegawai Bappeda yang lebih dominan setingkat SLTA.

Sedangkan terhadap indikator koordinasi sudah mencerminkan adanya hubungan-hubungan pembagian tugas dan fungsi-fungsi antar bagian dan bidang secara sistematis, sehingga dari kondisi ini dapat dijadikan kekuatan bagi Sumber daya manusia perencana dalam melaksanakan tugas pokok dan fungsi. Sedangkan rencana Bappeda dalam penyusunan perencanaan pembangunan daerah berpedoman pada surat edaran Bappenas dan Kementerian Dalam Negeri tentang petunjuk teknis dalam penyelenggaraan musrenbang.

Tetapi dalam mensosialisasikan surat edaran tersebut belum baik, hal ini dikarenakan surat edaran tersebut terlambat sampai kepada kecamatan, kelurahan dan desa serta Dinas/Instansi terkait. Sehingga rencana program pembangunan yang dimusrenbangkan di tingkat desa/kelurahan sampai kecamatan tidak berjalan sesuai jadwal yang telah ditetapkan. Hal ini mengakibatkan skala prioritas dalam rencana pembangunan yang akan di musrenbangkan ditingkat Kabupaten lebih condong kepada pembangunan tahun kemarin.

Atas hal tersebut diatas, disarankan Sumber daya manusia yang ada di Bappeda perlu diadakan peningkatan pendidikan dengan mengirimkan pegawainya untuk mengikuti pendidikan contohnya di berikan sekolah dengan biaya pemerintah daerah, Bappenas maupun kerjasama dengan Instansi lain yaitu Tugas Belajar sesuai dengan bidang tugasnya. Selain itu dengan memberikan pegawai pelatihan dengan mengikuti diklat-diklat teknis khususnya diklat perencanaaan yang di selenggarakan oleh Bappenas ataupun yang lainnya. Dari hal tersebut maka diharapkan adanya suatu perubahan pada sumber daya aparatur yang ada di Bappeda Kabupaten Asahan.


(16)

EFFECTIVENESS IN THE DEVELOPMENT OF REGIONAL DEVELOPMENT PLANNING BOARD REGIONAL DEVELOPMENT DISTRICT ASAHAN

ABSTRACT

Implementation of this study aims to determine whether effective regional development planning undertaken by the Regional Planning Board Asahan District. The preparation of these plans will result in local government work plan each year.

In this study, its main focus is the effectiveness of regional development planning in the Regional Planning Board District Asahan with indicators of human resources and coordination.

The method used in this research is descriptive method with qualitative approach, with primary data collection techniques were interviews of 8 (eight) of the respondents and document review.

The results showed that Bappeda in the preparation of regional planning district Asahan seen from the indicators of human resources are not adequate, this can be seen from the level of employee education Bappeda more dominant high school level

While the coordination of the indicators have to reflect the relationships and division of duties between the functions and fields systematically, so that from this condition can be a force for human resource planners in carrying out the duties and fungsi. so Bappeda plans in the preparation of regional planning based on circular Bappenas and the Ministry of Interior of the technical guidance in the administration of musrenbang.

.

But in the dissemination of the circular is not good, this is because the circular was delayed until the districts, villages and countryside as well as the Department/Institution. So plan musrenbang development program at the village/sub district is not going according to a predetermined schedule. This resulted in the development plan priorities that will be more inclined musrenbang district level to the development last year.

On the above, it is suggested that human resources are needed to be improved Bappeda education by sending their employees to follow the example of education in schools given the cost of local government, Bappenas and cooperation with other agencies in accordance with the task of learning their tasks. In addition to providing training to employees following the training, technical training, especially training that planning on hold by the National Development Planning Agency or the other. From this it is expected that there is a change in personnel resources that exist in Bappeda Asahan District.


(17)

BAB I PENDAHULUAN

1.1. Latar Belakang

Salah satu persoalan mendasar kehidupan bernegara dalam proses penyelenggaran pemerintah baik di tingkat pusat mupun daerah adalah bagaimana membangun atau menciptakan mekanisme pemerintahan yang dapat mengemban

misinya untuk mewujudkan raison de’etre pemerintahan yaitu menyejahterakan

masyarakat secara berkeadilan. Untuk mewujudkan kesejahteraan masyarakat tersebut, pemerintah harus melaksanakan pembangunan. Selain untuk memelihara keabsahannya (legitimasi), pemerintah juga akan dapat membawa kemajuan bagi masyarakatnya sesuai dengan perkembangan jaman.

Terdapat dua hal yang harus dilaksanakan oleh pemerintah, pertama: perlu aspiratif terhadap aspirasi-aspirasi yang disampaikan oleh masyarakatnya, dan perlu sensitive terhadap kebutuhan rakyatnya. Pemerintah perlu mengetahui apa yang dibutuhkan oleh rakyatnya serta mau mendengarkan apa kemauannya. Kedua: pemerintah perlu melibatkan segenap kemauan dan kemampuan yang dimiliki oleh masyarakat dalam melaksanakan pembangunan. Dengan kata lain pemerintah perlu menempatkan rakyat sebagai subjek pembangunan, bukan hanya sebagai objek pembangunan.

Keberhasilan pelaksanaan pembangunan masyarakat (Community development)


(18)

mampu menciptakan sinergi. Tanpa melibatkan masyarakat, pemerintah tidak akan dapat mencapai hasil pembangunan secara optimal. Pembangunan hanya akan melahirkan produk-produk baru yang kurang berarti bagi masyarakatnya, tidak sesuai dengan kebutuhan masyaratnya. Demikian pula sebaliknya, tanpa peran yang optimal dari pemerintah, pembangunan akan berjalan secara tidak teratur dan tidak terarah, yang pada akhirnya akan menimbulkan permasalahan baru.

Selain memerlukan keterlibatan masyarakat, pembangunan juga membutuhkan strategi yang tepat agar dapat lebih efisien dari segi pembiayaan dan efektif dari segi hasil. Pemilihan strategi pembangunan ini penting karena akan menentukan dimana peran pemerintah dan dimana peran masyarakat, sehingga kedua pihak mampu berperan secara optimal dan sinergis. Selain dengan amanat yang diemban dalam Undang-undang Nomor 32 Tahun 2004 dan di ubah terakhir kali Undang-Undang Nomor 12 tahun 2009 tentang Pemerintahan Daerah yang merupakan salah satu bentuk perwujudan cita-cita pembangunan nasional dan penjabaran dari pasal 18 UUD 1945 khususnya ayat (1) dan (2) yang berbunyi:

1. Negara Kesatuan Republik Indonesiadibagi atas daerah-daerah Provinsi dan

daerah Provinsi itu dibagi atas Kabupaten dan Kota, yang tiap-tiap Provinsi, kabupaten dan kota itu mempunyai pemerintahan daerah yang diatur dengan Undang-undang;

2. Pemerintah Daerah Provinsi, daerah Kabupaten dan Kota mengatur dan mengurus


(19)

Dalam Undang-undang ini dimaksud otonomi daerah adalah sebagai hak, wewenang dan kewajiban daerah otonomi untuk mengatur dan mengurus sendiri urusan pemerintah dan kepentingan masyarakat setempat sesuai dengan peraturan perundang-undangan. Berdasarkan pada pemahaman otonomi daerah tersebut, maka pada hakekatnya otonomi daerah dari aspek pembangunan regional adalah hak mengurus rumah tangga sendiri bagi suatu daerah otonom yang dalam penyelenggaraannya memberikan tekanan pada prinsip-prinsip demokrasi, peran serta masyarakat, pemerataan dan keadilan serta memperhatikan potensi keragaman daerah. Hal ini menyiratkan dengan jelas bahwa daerah berhak untuk mengatur dan merencanakan pembangunan di daerah masing-masing, seperti yang tercantum pada Undang-undang Nomor 32 tahun 2004 tentang Pemerintahan Daerah pada pasal 2 ayat (3) bahwa:

Pemerintah daerah sebagaimana dimaksud pada ayat (2) menjalankan otonomi seluas-luasnya, kecuali urusan pemerintahan yang menjadi urusan pemerintah dengan tujuan meningkatkan kesejahteraan masyarakat, pelayanan umum dan daya saing daerah.

Untuk menjawab tantangan-tantangan yang dihadapi dalam kegiatan pembangunan maka pemerintah membentuk Badan Perencanaan Pembangunan Daerah (BAPPEDA) pada daerah tingkat I sejak tahun 1974 melalui Keputusan Presiden Nomor 15 Tahun 1974 dan Keputusan menteri Dalam Negeri Nomor 142 tahun 1974 serta Badan Perencanaan Daerah TK II melalui Keputusan Presiden Nomor 27 tahun 1980 dan Keputusan Menteri Dalam Negeri Nomor 185 Tahun 1980.


(20)

Terbitnya Keputusan Presiden Nomor 27 Tahun 1980 tentang Pembentukan Badan Perencanaan Pembangunan Daerah diseluruh Indonesia, membuktikan adanya perhatian khusus pemerintah akan pentingnya perencanaan pembangunan daerah.

Pembentukan Badan Perencanaan Pembangunan Daerah didasarkan atas dua pertimbangan pokok yaitu: pertama dalam rangka usaha meningkatkan keserasian sektoral dan pembangunan daerah dan kedua dalam rangka usaha menjamin laju perkembangan kesimbangan dan kesinambungan pembangunan yang lebih menyeluruh.

Disamping itu dalam rangka pelaksanaan Undang-undang Nomor 25 Tahun 2004 tentang Sistem Perencanaan Pembangunan Nasional, UU No. 17 Tahun 2003 tentang Keuangan Negara dan Undang-undang No. 32 Tahun 2004 diubah terakhir kali Undang-undang Nimor 12 Tahun 2008 tentang Pemerintahan Daerah. Pemerintah dan Pemerintah Daerah wajib menyusun Rencana Pembangunan Jangka Panjang (RPJP/D), Rencana Pembangunan jangka Menengah (RPJM/D) dan Rencana Kerja Pemerintah (RKP/D) sebagai rencana tahunan.

Setiap Proses penyusunan Dokumen rencana pembangunan tersebut diperlukan koordinasi antar instansi pemerintah dan partisipasi seluruh pelaku pembangunan, melalui forum yang disebut Mjusyawarah Perencanaan Pembangunan (Musrenbang) yang dilakukan dari tingkat Desa/kelurahanurahan sampai tingkat Pusat. Musrenbang berfungsi sebagai forum untuk menghasilkan kesepakatan antar pelaku pembangunan tentang rencaangan RKP dan rancangan RKPD, yang menitikberatkan pada pembahasan untuk sinkronisasi rencana kegiatan Kementerian/Lembaga/Satuan kerja


(21)

perangkat daerah dan antar pemerintah, pemerintah daerah dan masyarakat dalam pencapaian tujuan pembangunan nasional dan daerah.

Berlakunya Undang-undang Nomor 25 tahun 2004 tentang Sistem Perencanaan Pembangunan Nasional juga telah mengubah wajah proses perencanaan pembangunan didaerah, dari bersifat top down yang terfokus pada pencapaian kepentingan pemerintah secara internal saja, menjadi penyusunan perencanaan pembangunan daerah yang lebih bersifat partisipatif dengan meningkatkan keterlibatan baik masyarakat maupun dunia usaha yang lebih luas. Oleh karena itu pemerintah daerah harus dapat segera merespon tuntutan yang dimaksud melalui penyusunan perencanaan pembangunan daerah yang mengadopsi nilai-nilai baru sebagai tuntutan masyarakat lain deioktratis, transparan, partisipatif dan melibatkan seluruh stakeholder di daearh. Senada dengan perihal tersebut di atas Rasyid (1998;103) dalam buku kajian awal birokrasi pemerintahan dan politik orde naru mengemukakan:

Secara prinsipil, yang dibutuhkan saat ini adalah terwujudnya administrasi pembangunan daerah yang disatu pihak mampu mengakomodasi serta selaras dengan perencanaan, pelaksanaan, pengendalian pembangunan nasional. Dilain pihak, ia juga mampu menjawab kebutuhan masyarakat di tiap-tiap daerah berdasarkan tantangan yang mereka hadapi serta peluang yang tersedia pada suatu periode pembangunan tertentu.

Berdasarkan hal tersebut terbentuklah Badan Perencanaan Pembangunan Daerah (Bappeda) melalui Peraturan Daerah Nomor 5 Tahun 2003 tentang Pembentukan dan Susunan Organisasi Lembaga Teknis Daerah Kabupaten Asahan.


(22)

Dalam menjalankan tugas pokok Kepala Bappeda Kabupaten Asahan bertanggung jawab kepada Kepala Daerah melalui Sekretaris Daerah Kabupaten Asahan, di dalam mengkoordinasikan perencanaan pembangunan serta evaluasi pelaksanaan pembangunan di daerah Kabupaten Asahan. Disampaing itu Bappeda Kabupaten Asahan mempunyai fungsi:

1. Mengkoordinasikan pelaksanaan program tahunan sebagai pelaksanaan rencana

dalam Propeda dan Repetada.

2. Mengkoordinasikan pelaksanaan perencanaan antar dinas-dinas, satuan organisasi

dalam lingkungan Pemerintah Daerah.

3. Mengkoordinasikan pelaksanaan penelitian untuk kepentingan perencanaan

pembangunan daerah.

4. Mengkoordinasikan pelaksanaan pemantauan pelaksanaan pembangunan daerah.

Mengacu pada tugas pokok dan fungsi Bappeda Kabupaten Asahan yang merupakan dapur dari perencanaan pembangunan di daerah dan Bappeda masih banyak menghadapi hambatan, terutam dalam mengkoordinasikan segenap perencanaan pembangunan sesuai dengan pendataan akurat dan teliti dalam mengintegrasikan program-program pembangunan. Hal ini dapat dilihat dari table berikut:


(23)

Tabel 1.1. Jadwal Pelaksanaan Musrenbang Tahun 2011

No Kegiatan Jadwal

Pelaksanaan

Terlaksana Keterangan

1 Musrenbang

desa/kelurahan

10 Januari 2011 17 Januari 2011 Peserta rapat tidak

mewakili dalam unsur peserta rapat

Musrenbang

2 Musrenbang

kecamatan

7 Februari 2011 8 Maret 2011 Peserta rapat tidak

mewakili dalam unsur peserta rapat

Musrenbang

3 Musrenbang

Kabupaten

2 Maret 2011 11 Mei 2011 Peserta rapat tidak

mewakili dalam unsur peserta rapat

Musrenbang Sumber: Bappeda Kabupaten Asahan, 2011

Dari hal tersebut di atas, terlihat bahwa jadwal kegiatan Musrenbang yang telah disepakati tidak sesuai jadwal yang telah ditetapkan pada Musrenbang sehingga terhambat dalam perencanaan pembangunan di Kabupaten Asahan.

Sedangkan dalam pelaksanaan Musrenbang sebagaimana ketentuan yang telah diatur dalam surat edaran bersama Menteri Negara Perencanaan Pembangunan Nasional/Bappenas dan Menteri Dalam Negeri No. 0008/M.PPN/01/2007 perihal Petunjuk Teknis penyelenggaraan Musrenbang dilaksanakan secara terjadwal seperti tertera pada table di atas, akan tetapi pada setiap pelaksanaannya tidak sesuai dengan yang telah dijadwalkan. Hal ini dikarenakan pada setiap pelaksanaan Musrenbang unsure peserta rapat yang terlibat tidak terwakili seperti yang telah ditetapkan dalam setiap rapat Musrenbang sehingga menyebabkan terjadinya penundaan jadwal. Kondisi ini memperlihatkan bahwa Bappeda Kabupaten Asahan belum dapat mengkoordinasikan pelaksanaan Musrenbang yang pada akhirnya mengakibatkan


(24)

pemerintah daerah akan terlambat menyusun Rencana Kerja Pemerintah Daerah (RKPD).

Dalam hal lain juga dapat dilihat berdasarkan latar belakang Pendidikan Pegawai Bappeda Kabupaten Asahan memang sebagian besar adalah Pendidikan SLTA dan SMP seperti yang tergambar pada Tabel dibawah ini:

Tabel 1.2. Tingkat pendidikan Pegawai Bappeda Kabupaten Asahan Tahun 2011

No Uraian Jumlah (org)

1 Strata 2 (S2) 4

2 Strata 1 (S1) 8

3 Diploma 3 (D3) 2

4 SLTA/SMA/SMK 20

5 SMP 1

Jumlah 35

Sumber: Bappeda Kabupaten Asahan 2011

Tabel di atas menunjukkan bahwa tingkat pendidikan apartur Bappeda Kabupaten Asahan belum cukup memadai, tingkat pendidikan aparatur Bappeda yang paling dominan pendidikan setingkat SLTA. Sementara itu Bappeda yang perananya merumuskan konsep-konsep pembangunan memerlukan aparatur-aparatur yang memiliki kemampuan teknis sesuai dengan bidang masing-masing dan wawasan yang luas dengan kondisi pegawai yang dominannya adalag SLTA. Hal ini tentu menyebabkan tidak optimalnya pelaksanaan tugas pokok dan fungsi terlebih yang sesuai dengan kebutuhan sebagai perencana.

Untuk menjawab kedua pertanyaan di atas, sudah barang tentu diperlukan suatu penelitian yang dapat mengungkap fenomena Efektivitas Penyusunan Perencanaan


(25)

Pembangunan Daerah di Badan Perencanaan Pembangunan Daerah Kabupaten Asahan.

Dengan pertimbangan bahwa secara praktis penelitian mengenai apakah efektif penyusunan Perencanaan Pembangunan Daerah di Badan Perencanaan Pembangunan Daerah Kabupaten Asahan akan memberi manfaat kepada penulis, dan juga mungkin bermanfaat juga bagi Pemerintah Daerah Kabupaten Asahan, maka penulis memandang perlu melakukan penelitian terhadap fenomena penyusunan Perencanaan Pembangunan Daerah yang dilaksanakan oleh Badan Perencanaan Pembangunan Daerah Kabupaten Asahan. untuk merealisasikan penelitian tersebut, penulis memilih judul penelitian: “Efektivitas Penyusunan Rencana Pembangunan Daerah di Badan Perencanaan Pembangunan Daerah Kabupaten Asahan”.

1.2. Rumusan Masalah

Berdasarkan latar belakang permasalahan sebagaimana yang ditetapkan di atas,

selanjutnya masalah dalam penelitian penulis rumuskan dengan mengajukan

pertanyaan penelitian (research questions) sebagai berikut:

1 Bagaimana dukungan Sumber Daya Manusia pada Badan Perencanaan

Pembangunan Daerah Kabupaten Asahan dalam penyusunan Rencana Pembangunan Daerah ?

2 Bagaimana koordinasi yang dilaksanakan Badan Perencanaan Pembangunan


(26)

1.3. Tujuan Penelitian

1. Penelitian ini dilakukan untuk mengetahui apakah efektif Penyusunan

Perencanaan Pembangunan Daerah pada Badan Perencanaan pembangunan Daerah Kabupaten Asahan.

2. Untuk mengetahui perencanaan pembangunan sudah dipahami dan dituangkan

dalam strategi kerja oleh semua pihak memiliki hasil yang efektif.

1.4. Manfaat Penelitian

1. Terhadap Kepentingan Akademik

a. Dengan mengetahui penyusunan Perencanaan Pembangunan Daerah pada

Badan Perencanaan Pembangunan Daerah Kabupaten Asahan diharapkan dapat memperkaya pengetahuan teori Administrasi pembangunan melalui perencanaan pembangunan yang efektif berdasarkan indikator Koordinasi dan Indikator sumber daya manusia.

b. Sebagai bahan masukan bagi pemerintah Kabupaten Asahan untuk menjadi

data bantu perencanaan (planning data) pembangunan yang lebih

mengakomodasi dimensi efektivitas dalam perencanaan pembangunan daerah. 2. Terhadap kepentingan Dunia Praktis

Penelitian ini mempunyai kegunaan untuk meningkatkan efektivitas penyusunan rencana pembangunan daerah di tingkat Kelurahan (Musrenbang Kelurahan) dan tingkat Kecamatan (Musrenbang Kecamatan). Sedangkan dari sisi akademis adalah untuk mengkaji efektivitas suatu model perencanaan, sehingga dapat dijadikan sebagai referensi bagi pengembangan aspek akademis.


(27)

BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

Untuk melaksanakan kegiatan penelitian yang sesuai dengan pedoman-pedoman yang berlaku, tentu tidak terlepas dari pola (kerangka) pemeikiran yang mengacu pada beberapa konsep-konsep teoritis dalam kerangka teori yang dikemukakan oleh para ahli serta acuan lain yang dianggap relevan dengan judul tesis ini.

Berangkat dari pemikiran di atas, dalam tinjauan teori ini, akan diuraikan secara konseptual melalui melalui tinjauan teori dan konsep kunci tentang hal-hal yang berhubungan dengan Efektifitas Penyusunan Perencanaan Pembangunan Daerah pada Badan Perencanaan Pembangunan Daerah Kabupaten Asahan sevara sistematis. Untuk lebih lengkapnya uraian-uraian teritis akan ditampilkan sebagai berikut.

2.1. Konsep Efektivitas

Setiap kegiatan manajemen dalam organisasi ditujukan untuk mencapai tingkat efektivitas yang tinggi, dimana dengan efektivitas yang tinggi segala apa yang direncanakan dapat dicapai, baik dari sudut kualitas, kuantitas maupun waktu.

Pengertian efektitivitas, banyak dikemukakan oleh para ahli, diantaranya menurut Hutapea (1997:98),: Efektivitas berasal dari kata efek, yang berarti mempunyai pengaruh yang besar dan tepat, memberikan perubahan sesuai dengan tujuan dan sasaran yang direncanakan. Efektif titik beratnya adalah tepat sasaran, berarti dengan


(28)

Menurut Komaruddin (1994:269) efektivitas adalah: Suatu keadaan yang menunjukkan tingkat keberhasilan (atau kegagalan) kegiatan manajemen dalam mencapai tujuan yang telah ditetapkan lebih dahulu. Tercapainya tujuan manajemen (artinya manajemen yang efektif) tidak selamanya disertai dengan efisiensi yang maksimum. Dengan perkataan lain manajemen yang efektif tidak perlu disertai manajemen yang efisien.

Menurut Handayaningrat (1996:16),: yang dimaksud dengan efektif adalah bila suatu sasaran atau tujuan telah tercapai sesuai dengan yang direncanakan sebelumnya. Jadi kalau sasaran atau tujuan itu tidak sesuai dengan waktu yang telah ditentukan, maka pekerjaan itu tidak efektif.

Dengan demikian dapat dikemukakan bahwa Efektivitas merupakan suatu keadaan yang mencerminkan bahwa aktivitas yang dilaksanakan telah mencapai hasil sesuai dengan rencana yang telah ditetapkan.

Untuk menentukan efektif tidaknya suatu pekerjaan yang dilakukan oleh seseorang pegawai dapat dilihat dari ketepatan sasaran/tujuan pekerjaan itu, apakah sesuai dengan waktu (rencana) yang telah ditetapkan sebelumnya.

Hal ini sesuai dengan pendapat Emerson (dalam Handayaningrat, 1996:16),:

Efectivity is measuring in term of attaining prescribed goals or objectives” (efektivitas ialah pengukuran dalam arti pencapaian sasaran atau tujuan yang telah ditentukan sebelumnya).

Dalam mewujudkan efektivitas tersebut, para pegawai/karyawan yang ada dalam organisasi dituntut untuk mampu bekerja dengan sungguh-sungguh dan penuh ketekunan, berjalan sesuai dengan prosedur dan rencana kerja, serta dapat


(29)

memanfaatkan waktu kerja sebaik mungkin, sehingga hasil kerja dapat dicapai secara maksimal tanpa adanya kesalahan-kesalahan, dan kalaupun ada dapat ditekan hingga seminimal mungkin.

2.2.Perencanaan

Pada dasarnya perencanaan merupakan lengan intelektual dari perkembangan hari depan kita. Seorang pimpinan melaksanakan fungsi-fungsi manajemen untuk mengetahui sasaran-sasaran yang dibutuhkan, tentang cara untuk mencapainya sebagaimana ditetapkan oleh perencanaannya. Tidak ada seorang pimpinan pun yang dapat mencapai sukses tanpa ditunjung oleh perencanaan yang baik.

Terry (dalam Soekarno, 1992:71) mengemukakan pendapat bahwa

Perencanaan adalah: Gambaran tentang apa yang akan dicapai, yang kemudian memberikan pedoman, garis-garis besar tentang apa yang akan dituju. Perencanaan merupakan persiapan daripada pelaksanaan suatu tujuan.

Sedangkan menurut Stoner & Freeman (1994:13), bahwa Perencanaan dapat diartikan yaitu: Perencanaan yaitu menunjukkan bahwa manajer berpikir melalui sasaran-sasaran dan kegiatan mereka sebelumnya, bahwa kegiatan-kegiatan mereka lebih di dasarkan pada suatu metode, rencana atau pikiran logis ketimbang pada praduga. Rencana memberikan sasaran sasaran bagi organisasi dan menetapkan prosedur terbaik untuk mencapai sasaran tersebut.

Dari pendapat di atas, penulis berkesimpulan bahwa pada intinya, perencanan dibuat sebagai upaya untuk merumuskan apa sesungguhnya ingin dicapai oleh


(30)

organisasi serta bagimana sesuatu yang ingin dicapai tersebut dapat diwujudkan melalui serangkaian rumusan rencana kegiatan tertentu.

Adapun menurut pendapat Siagian (1997:108) bahwa Perencanaan dapat diartikan yaitu: Perencanaan (Planning) yaitu keseluruhan proses pemikiran dan penentuan secara matang daripada hal-hal yang akan dikerjakan dimasa yang akan datang dalam rangka pencapaian tujuan yang telah ditentukan.

Sedangkan pendapat Manullang (2005:13) bahwa Perencanaan adalah: Perencanaan

adalah penetapan tujuan, policy (kebijaksanaan), prosedur, budget, program dari suatu

organisasi.

Dari beberapa pendapat di atas, terlihat bahwa dalam melaksanakan suatu kegiatan perlu adanya suatu pemikiran maupun penentuan yang secara matang dan juga adanya suatu penetapan kebijaksanaan, prosedur, badget dan program dari organisasi sehingga pelaksanaan kegiatan tersebut dapat terlaksana sesuai dengan tujuan yang diinginkan.

Handoko (2003:23) menyatakan bahwa yang dimaksud dengan perencanaan sebagai berikut adalah: Perencanaan yaitu (1). Pemilihan atau penetapan tujuan-tujuan organisasi dan (2). Penentuan strategi, kebijaksanaan, proyek, program, prosedur, metode, sistem, anggaran dan standar yang dibutukan untuk mencapai tujuan. Dalam suatu organisasi perencanaan merupakan salah satu aspek yang menjadi perhatian utama dalam pelaksanaan berbagai kegiatan yang dikelola dengan cara pemilihan ataupun penetapan tujuan-tujuan organisasi.


(31)

2.3.Administrasi Pembangunan

Administrasi Pembangunan lahir dari kesadaran tentang diperlukannya berbagai pendekatan disipliner untuk mensukseskan usaha-usaha pembangunan nasional, khususnya pembangunan ekonomi negara-negara berkembang. Administrasi pembangunan merupakan disiplin ilmu administrasi yang diarahkan pada penerapan konsep administrasi atau manajemen dalam pembangunan.

Administrasi pembangunan dimaksudkan untuk lebih menjamin pelaksanaan perencanaan pembangunan secara baik dengan melakukan penyempurnaan-penyempurnaan administrasi negara (reformasi administrasi) dan mengembangkan berbagai sistem administrasi guna mendukung perencanaan dan pelaksanaan pembangunan (Tjokroamidjojo, 1996:176).

Gant (dalam Tjokroamidjojo, 1988: 83) menyatakan bahwa: administrasi

pembangunan adalah administrasi mengenai kebijakan, program dan proyek untuk mendukung tujuan-tujuan pembangunan. Administrasi pembangunan juga sebagai penyempurnaan birokrasi (apartur pemerintah) dalam menghadapi meningkatnya jumlah, jenis, dan kompleksitas fungsi-fungsi pemerintah untuk memenuhi berbagai kebutuhan masyarakat dalam pembangunan.

Kemudian Mustopadidjaya (dalam Tjokroamidjojo 1988:83) berpendapat

bahwa: administrasi pembangunan adalah ilmu dan seni tentang bagaimana pembangunan suatu sistem administrasi negara dilakukan sehingga sistem administrasi tersebut mampu menyelenggarakan berbagai fungsi umum pemerintahan dan pembangunan secara efektif dan efisien.


(32)

Administrasi pembangunan dilingkungan pemerintah daerah merupakan bagian dari administrasi negara Indonesia yang memiliki fungsi nyata, fungsi-fungsi tersebut

adalah 1. Perencanaan, 2 Pengerahan, 3. Sumber daya, 4. Penganggaran, 5. Pelaksanaan pembangunan yang ditangani langsung oleh pemerintah pusat, 6. Koordinasi dan evaluasi 7. Pengawasan (Kartasasmita, 1997: 48).

Kedelapan fungsi di atas tidak dapat berjalan sendiri-sendiri, namun terintegrasi dala suatu sistem yang utuh. Dalam konteks kebijaksanaan desentralisasi yang memberikan kewenangan yang lebih besar kepada daerah, sehingga secara langsung dapat menunjang pembangunan daerah. Menurut Rasyid (1998:52) menyatakan bahwa: terdapat beberapa bidang yang perlu diperbaiki, yakni dibidang perencanaan pembangunan, dibidang organisasi pemerintahan dan dibidang kepegawaian.

Kartasasmita (1997:53) mengemukakan lima kriteria perencanaan pembangunan daerah yang efektif. Kelima kriteria itu adalah:

1. Perencanaan pembangunan harus bersifat garis besar dan indikatif.

2. Perencanaan pembangunan daerah harus dapat mengendalikan dan mengarahkan

invetasi pemerintah yang mendorong meningkatnya usaha masyarakat swasta.

3. Perencanaan pembangunan daerah harus dapat mendorong bekerjanya pasar.

4. Harus dapat mengikutsertakan masyarakat dalam prosesnya

5. Harus dapat memajukan golongan masyarakat dan wilayahnya yang dengan

ekonomi pasar saja tidak mungkin berkembang atau bersaing dalam memperoleh akses faktor-faktor produksi.


(33)

Selanjutnya ada berbagai pendekatan yang dipergunakan dalam proses perencanaan (Kartasasmita 1997:49) pendekatan tersebut adalah: pertama dasar perencanaan;kedua keterlibatan stakeholders;ketiga ruang lingkup dan tujuan sasaran perencanaan; keempat metode perencanaan; kelima hierarki perencanaan;keenam jangka wakti perencanaan; ketujuh alur perencanaan, kedelapan arah perencanaan; kesembilan sifat perencanaan dan kesepuluh produk perencanaan.

Agar pelaksanaan pembangunan daerah berjalan dengan baik diperlukan adanya kelembagaan yang bertanggung jawab langsung terhadap penyelenggaraan pembangunan didaerah Rasyid (dalam Kartasasmita, 1998:145) kelembagaan dalam hal ini mencakup organisasi-organisasi baik organisasi pusat yang berada di daerah maupun organisasi daerah sendiri beserta perangkatnya termasuk sumber daya manusia yang berada didalamnya. Dibidang organisasi, diperlukan kajian lengkap mengenai efektivitas keberadaan lembaga-lembaga pusat dan daerah yang bertanggung jawab terhadap penyelenggaraan pembangunan didaerah sesuai dengan perubahan-perubahan yang terjadi baik dalam kewenangan daerah dalam penyelenggaraan urusan pemerintahan, dalam perencanaan pembangunan dan dalam pengelolaan keuangan.

Dari defenisi di atas dapat ditarik kesimpulan bahwa administrasi pembangunan adalah meliputi masalah-masalah yang berkaitan dengan penyelenggaraan fungsi umum pemerintahan maupun pembangunan terutama pada bidang kelembagaan, kepegawaian, manajmen, dan sarana-sarana administrasi.


(34)

2.4.Konsep Pembangunan Daerah

Disetiap negara, pendekatan yang digunakan dalam pelaksanaan pembangunan berbeda-beda, namun secara umum dapat dilihat dari tiga hal pokok yaitu melalui pendekayan makro, pendekatan sektoral dan pendekatan regional. Hal ini sebagaimana yang diungkapkan oleh Wrihatnolo (2006;23) yang menyebutkan: pada umumnya pembangunan yang dilaksanakan suatu negara atau bangsa di dasarkan pada tiga pendekatan yaitu pendekatan makro, sektoral dan regional. Pembangunan makro mencakup sasaran-sasaran dan upaya pada lingkup nasional, yang mencapaianya merupakan hasil dari upaya-upaya pada tingkat sektoral dan regional. Pembangunan sektoral hanya memfokuskan pada bidang-bidang tertentu seperti pertanian dan pembangunan regional yang menekankan pada pelaksanaan pembangunan suatu daerah tertentu, pada dasarnya merupakan bagian dari pembangunan nasional itu sendiri.

Ini berarti bahwa keberhasilan pembangunan di daerah-daerah akan membawa

dampak positif terhadap pembangunan nasional secara keseluruhan. Kartasasmita (dalam Bratakusuma, 2003:43) Yaitu: Proses Pembangunan daerah dilihat dengan tiga

cara pandang berbeda. Pertama Pembangunan bagi suatu Kota, daerah atau wilayah sebagai wujud bebas yang pengembangannya tidak terikat pada Kota, daerah atau wilayah lain sehingga penekanannya perencanaan pembangunannya mengikuti pola yang lepas dan mandiri. Kedua pembangunan daerah merupakan bagian dari pembangunan nasional, ketiga perencanaan pembangunan daerah sebagai instrumen bagi penentu alokasi sumber daya pembangunan dan lokasi kegiatan daerah.


(35)

Cara pandang pertama wujud pelaksanaan otonomi yang diimplementasikan dalam proses desentralisasi, dimana daerah dberikan kewenangan untuk melakukan perencanaan pembangunannya secara mandiri dan independen, baik dari keterikatannya dengan pemerintah pusat maupun daerah. Cara pandang kedua bahwa pembangunan yang dilaksanakan didaerah merupakan bagian integral dari pembangunan nasional, dimana perencanaan pembangunan yang dilaksanakan oleh pusat. Ini merupakan perwujudan dari dekonsentrasi. Sedangkan cara pandang ketiga lebih menunjukkan adanya tugas pembantuan. Dalam konteks ini, perencanaan pembangunan terpusat dengan alokasi sumber daya dan kegiatan yang ada di daerah (Bratakusuma; 2003:43). Meskipun Perencanaan Pembangunan bersifat indenpenden (mandiri) sesuai dengan Undang-undang Nomor 32 Tahun 2004 di ubah terakhir kali menjadi Undang-undang Nomor 12 tahun 2008 tentang Pemerintahan Daerah, dimana setiap daerah Kabupaten/Kota memiliki kewenangan sendiri untuk melakukan kegiatan-kegiatan secara otonom, namun hal itu tidak berarti bahwa daerah harus mengabaikan kepentingan nasionalnya. Hal ini sejalan dengan prinsip otonomi yang bertanggung jawab berupa peningkatan pelayanan dan kesejahteraan masyarakat yang semakin baik, pengembangan kehidupan berdemokras, keadilan dan pemerataan serta pemeliharaan hubungan yang serasi antar pusat dan daerah dalam rangka menjaga keutuhan Negara Kesatuan Republik Indonesia.

Hal ini sebagaimana yang diInformasikan bahwa Perencanaan Pembangunan pada tingkat pusat dan tingkat daerah berjalan secara sendiri-sendiri. Tetapi dalam


(36)

pelaksanaan perencanaan pembangunan ditingkat pusat dan daerah diserasikan dengan adanya pelaksanaan Musrenbang.

Pembangunan Daerah adalah Usaha untuk meningkatkan kualitas dan perikehidupan manusia dan masyarakat daerah yang dilakukan secara terus menerus, berlandaskan kemampuan daerah dan kemampuan nasional dengan memanfaatkan kemajuan ilmu pengetahuan dan teknologi serta memperhatikan tantangan perkembangan keadaan daerah, nasional dan global. Pengertian daerah adalah mencakup Kabupaten/Kota dan daerah Provinsi, masing-masing sebagai daerah otonom (Wrihatnolo, 2006:125).

Sedangkan menurut Siagian (2005:5): pembangunan yaitu seluruh usaha dilakukan oleh suatu negara bangsa untuk bertumbuh, berkembang dan berubah secara sadar dan terencana dalam semua segi kehidupan dan penghidupan negara bangsa yang bersangkutan dalam rangka pencapaian tujuan akhir.

Menurut Kartasasmita seperti yang dikutip (Bratakusuma, 2003:4) Pembangunan yaitu sebagai suatu proses perubahan kearah yang lebih baik melalui upaya yang dilakukan secara terencana.

Hal lain menurut Razal (1988:2) bahwa: Aspek sangat penting dalam pelaksanaan kegiatan pembangunan adalah penyusunan program. Program dan proyek merupakan penjabaran atau unit kecil dari perencanaan pembangunan. Dengan demikian keseluruhan tujuan yang ditetapkan dalam rencana tersebut diimplementasikan dan dicapai melalui pencapaian sasaran0sasaran atau target yang ditetapkan dalm program dan proyek dimaksud.


(37)

Menurut Nigo seperti yang dikutip (dalam Abidin, 1984:4) menyebutkan: Perencanaan sebagai penentuan dasar dari oragnisasi dan pemilihan program terbaik untuk mencapai tujuan. Dia membedakannya dengan program, yang diartikan sebagai penjadwalan kegiatan dan pelaksanaan seefisien mungkin dari proyek-proyek yang diperlukan untuk mewujudkan program tersebut.

Hal yang paling penting dalam melaksanakan setiap kegiatan-kegiatan yang menuntut adanya kerjasama antar kelompok maupun individu adalah makna dari kerjasama untuk pencapaian tujuan. Oleh karena sebab itu agar kegiatan kelompok atau individu dapat diwujudkan secara efektif, maka kepada setiap anggota dalam kelompok dimaksud harus memahami dengan baik setiap kegiatan yang dilaksanakan. Disinilah pentingnya makna perencanaan sebagai suatu landasar atau kerangka dari keseluruhan fungsi manajemen, sebab keberadaannya menyangkut semua pilihandiantara beberapa alternatif usaha kegiatan dimasa yang akan datangoleh setiap unit kerja yang terdpat dalam satu kelompok organisasi.

Dari hal tersebut di atas dapat diperluas lingkupnya, dalam Undang-undang Nomor 25 Tahun 2004 tentang Sistem Perencanaan Pembangunan Daerah dapat dibedakan menjadi:

a. Perencanaan Nasional (umumnya untuk mengejar keterbelakangan suatu bangsa

dalam berbagai bidang): pelaksanaan pembangunan nasional yang perencanaannya dilakukan dalam suatu rencana nasional melalui Badan Perencanaan Pembangunan Nasional (BAPPENAS);


(38)

b. Perencanaan Regional (untuk menggali potensi suatu wilayah dan mengembangkan kehidupan masyarakat wilayah bersangkutan) dalam hal ini sebagai contoh rencana pembangunan wilayah Indonesia bagian Timur dan sejenisnya;

c. Perencanaan Lokal, Misalnya:

1. Perencanaan Kota, (untuk mengatur pertumbuhan Kota, menertibkan

penggunaan tempat, memperindah Kota sebagai ciri khas kota bersangkutan.

2. Perencanaan desa, (utnuk menggali potensi suatu desa serta mengembangkan

masyarakat desa tersebut).

Perencanaan lokal sesungguhnya dapat mengandung pengertian perencanaan daerah jika dikaitkan dengan konteks pelaksanaan pembangunan daerah. Sehubungan dengan pengertian hal di atas, dapat dikaitkan dengan pembangunan daerah nyang merupakan pembangunan yang suatu wilayah atau daerah. Menurut Itisastro ( dalam Tjokroamidjojo, 1994:14) menyebutkan: perencanaan ini sebenarnya berkisar kepada dua hal yang pertama adalah penentuan pilihan secara sadar mengenai tujuan-tujuan konkret yang hendak dicapai dalam jangka waktu yang akan datang atas dasar nilai-nilai yang dimiliki masyarakat yang bersangkutan, dan yang kedua adalah pilihan pilihan diantara alternatif-alternatif cara-cara alternatif yang efisien serta rasional guna mencapai tujuan – tujuan tersebut diperlukan ukuran-ukuran atau kriteria-kriteria tertentu terlebih dahulu.

Dari pendapat di atas dapat dipahami bahwa pada hakekatnya tujuan dari perencanaan pembangunan adalah untuk menciptakan keseimbangan antara


(39)

kebutuhaan yang ingin dicapai dengan sumber daya atau potensi yang dimiliki oleh suatu negara, wilayah atau daerah yang bersangkutan. Hal ini juga diperkuat dari pendapat Beratha (1982;79) bahwa tujuan pokok perencanaan tiada lain adalah untuk menentukan, menciptakan dengan mengusahakan kesimbangan antara kebutuhan dengan bahan yang tersedia.

Pembangunan menurut Siagian (1999:4) menyebutkan bahwa Pembangunan adalah rangkaian usaha mewujudkan pertumbuhan dan perubahan secara terencana dan sadar dan ditempuh oleh suatu bangsa menuju modrenitas dalam rangka pembinaan bangsa (Nation-Building).

Kartasasmita (1997: 9) menyatakan: Pembangunaan adalah sebagai suatu proses perubahan kearah yang lebih baik melalui upaya yang di lakukan secara terencana. Sedangkan Wrihatnolo dan Nugroho (2006:10) mengatakan: Pembangunan diartikan sebagai suatu perubahan tingkat kesehteraan sevara terukur dan alami. Perubahan tingkat kesejahteraan ditentukan oleh dimensi dari definisi ekonomi, politik dan hukum. Petubahan alami ditentukan oleh siapa yang berperan dalam perubahan itu. Perubahan alami adalah perubahan yang melembaga dalam bangun sosial sekelompok manusia. Hanya perubahan alami yang mampu menjamin adanya perubahan terukur secara konstan.

Berpedoman pada pengertian di atas, makna dari perencanaan pembangunan dapat disebutkan sebagai suatu proses kegiatan tentang bagaimana malakukan sumber daya pembangunan yang ditentukan oleh ketetapan yang berlaku untuk melaksanakan proses program pembangunan.


(40)

2.5.Perencanaan Pembangunan Partisipatif

Seiring dengan berkembangnya proses demokrasi dalam pemerintahan dan demokrasi dalam pembangunan pada otonomi daerah, maka peran serat masyarakat dengan keikutsertaanya dalam proses perencanaan sangat diperlukan. Masyarakat pada masa sekarang ini bukan hanya berperan sebagai objek perencanaan, tetapi mereka telah dapat di berdayakan menjadi subyek perencanaan. Dengan demikian proses perencanaan dan pengambilan keputusan dalam program pembangunan dilakukan dari

atas ke bawah (Top down planning): Perencanaan ideal yang disebut Interactive

Planning ialah perencanaan memenuhi tiga prinsip yaitu Partisipatif, kesimabnungan dan holistik. Partisipatif yaitu masyarakat terlibat dalam proses perencanaan, kesinambunga yaitu dapat menjamin adanya kemajuan terus menerus dalam kesejahteraan serta prinsip holistik adalah melihat berbagai aspek tetapi dalam keutuhan konsep secara keseluruhan.

Friedman (dalam Korten, david dan Sjahrir, 1988:67) menyatakan:

Perencanaan yang melibatkan masyarakat adalah sebagai proses belajar sosial yang menekankan adanya dialog yang melibatkan hubungan yang saling mempercayai antar dua pihak atau lebih dan dalam perencanaan partisipatif terdapat apa yang disebut dengan gaya transaktif yakni hasil perencanaan tergantung pada hubungan timbal balik pribadi-pribadi menurut latar belakang khususnya dan bukan pada lembaga-lembaga yang abstrak.

Partisipatif atau keikutsertaan masyarakat dalam pembangunan sangat diharapkan dalam mendukung pelaksanaan pembangunan, Tjokromidjojo (1993:225) mengatakan


(41)

bahwa: disatu pihak partisipasi masyarakat penting bagi pembangunan dan bukanmenjadi salah satu tujuan pembangunan itu sendiri. Yakni terlibatnya, tergeraknya, seluruh masyarakat dalam proses pembangunan berencanasesuai dengan arah dan strategi ditetapkan melalui suatu bentuk partisipasi dalam sistem politik. Dilain pihak proses pembangunan itu sendiri di harapkan akan menimbulkan partisipatif.

Huntington (dalam Abidin, 2006: 161) menyatakan partisipatif masyarakat

adalah kegiatan warga negara biasa yang bertujuan untuk mempengaruhi pengambilan keputusan oleh pemerintah.

Conyer (1991:186) keberhasilan atau kegagalan partisipasi dalam perencanaan pembangunan di pengaruhi beberapa faktor yaitu:

1. Hasil keterlibatan masyarakat itu sendiri, masyarakat tidak akan ikut berpartisipasi

atas kemauan sendiri dengan antusiasme yang tinggi dalam perencanaan kalau mereka merasa dalam perencanaan tersebut tidak mempunyai pengaruh pada rencana akhir.

2. Masyarakat merasa enggan berpartisipasi dalam kegiatan yang tidak menarik

minat mereka atau yang tidak mempunyai pengaruh langsung yang dapat mereka rasakan.

Sedangkan Abidin (2006: 163) partisipasi masyarakat sangat penting dalam penyelenggaraan pemerintahan karena:

1. Keikutsertaan masyarakat merupakan cara untuk memobilitasi pendapat dan


(42)

brilian yang muncul dalam masyarakat maka akan baik dalam penyelenggaraan pemerintahan, karena pemerintah tidak bersifat otoriter sehingga pemerintah di dukung oleh masyarakat.

2. Adanya keterbukaan berpendapat melalui partisipasi memungkinkan munculnya

aspirasi masyarakat dengan demikian mempermudah pemerintah dalam proses identifikasi masalah danformulasi kebijakan yang tepat.

3. Meringankan pemerintah dalam mengambil kebijakan yang mengandung resiko

besar.tanpa ada dukungan dari masyarakat, pemerintah tidak mampu mengambil resiko untuk membuat kebijakan dalam menyatakan perang atau membuat sebuah perubahan besar.

Dari pendapat di atas perencanaan partisipatif dapat penulis simpulkan yaitu suatu proses atau rangkaian beberapa kegiatan yang saling berhubungan dalam memilih salah satu beberapa alternatif tentang tujuan yang ingin dicapai oleh suatu organisasi atau kelompok dalam jangka waktu tertentu ataupun dalam skala jangka waktu yang panjang pada sasaran tertentu dengan melibatkan masyarakat dan pelaku stakeholders.

2.6.Faktor-faktor Perencanaan Pembangunan Daerah

Dapat ditambahkan bahwa keberhasilan perencanaaan pembangunan sangat tergantung dari beberapa faktor yang dapat mempengaruhinya.beberapa negara, perencanaan pembangunan dapat berhasil dengan baik karena disebabkan oleh beberapa hal seperti yang diungkapkan Riyadi dan Bratakusuma, (2005:15) yaitu:


(43)

a. Kestabilan politik dan keamanan dalam negeri;

b. Dilakukan oleh orang-orang yang ahli dibidangnya;

c. Realistis, sesuai dengan sumber daya dan dana;

d. Koordinasi yang baik;

e. Top down dan battom up planning;

f. Sistem pemantauan dan pengawasan yang terus menerus.

Jika dilihat dari faktor pengaruh perencanaan pembangunan yang diungkapkan tersebut, sepertinya terlalu luas untuk peneliti melakukan penelitian, maka penulis akan membatasi pembahasan dalam penulisan tesis ini, yaitu Penyusunan Perencanaan pembanguna Daerah di Kabupaten Asahan dimana penulis tidak akan membahas tentang ketujuh faktor yang terdapat di atas, jadi arah pembahasannya terbatas pada Sumber Daya manusia dan Koordinasi yang terdapat pada badan Perencanaan Pembangunan Daerah Kabupaten Asahan.

2.7. Sumber Daya Manusia

Sumber Daya Manusia (human resaurcess) merupakan unsur terpenting dalam

setiap organisasi karena sumber daya manusia merupakan penggerak dalam organisasi dan menentukan berkembang atau tidak organisasi sebagaimana dikemukakan oleh Soedjadi (2002:2) menyebutkan kekuatan yang bersumber dari diri manusia sendiri

yang mempunyai kemampuan (competency) untuk membangun dalam arti untuk

maju-Positif.

Menurut Siagian (1992:20) menyatakan bahwa: sumber daya manusia merupakan unsur terpenting dalam organisasi, sekaligus merupakan miliknya yang


(44)

paling berharga dengan pengertian bahwa manusia diperlukan sesuai dengan harkat dan martabatnya sehingga berprilku positif dalam kegidupan organisasunya.

Sedangkan Zainun (1997:20) menyebutkan: sumber daya manusia adalah daya/kekuatan atau kemampuan yang bersumber dari manusia. Jadi pada instansi pemerintah yang dimaksud dengan sumber daya manusia adalah pegawai Negeri Sipil (PNS).

Oleh sebab itu keberhasilan organisasi dalam mencapai tujuan yang telah ditetapkan sebelumnya melalui pemanfaatan kemampuan sumber daya manusia untuk

menghadapi berbagai tantangan (treats) baik itu internal ataupun eksternal sangat

ditentukan oleh kampuan dalam mengelola secara profesional SDM (pegawai) untuk dikembangkan dan dimanfaatkan sebagaimana disarankan Flippo (dalam Edwin,

1988:5) yang mengemukakan: Human Resources managemen is the development and

utilizaion of personnel for the effective achievement of individual, organization, community, national and international goal and objective (manajemen sumber daya manusia adalah pengembangan dan pemanfaatan pegawai bagi pencapaian yang fektif mengenai sasaran-sasaran dan tujuan-tujuan individu, organisasi, masyarakat, nasional dan internasional).

Sedangkan Cushway (1996:6) menyebutkan sumber daya manusia adalah rangakaian strategi, proses dan aktivitas yang didesain untuk menunjang tujuan perusahaan dengan cara mengintegrasikan kebutuhan perusahaan dan individu.


(45)

Lebih lanjut Handoko (1996:3) menyebutkan sebagai penarik, seleksi, pengembangan, pemeliharaan dan penggunaan sumber daya manusia untuk mencapai hasil baik tujuan individu maupun organisasi.

Hasibuan mengemukakan (2000:245) yaitu sumber daya manusia adalah kemampuan terpadu dari daya pikir dan daya fisik yang dimiliki individu. Perilaku dan sifatnya ditentukan oleh keturunan dan lingkungannya, sedangkan prestasi kerjanya dimotivasi oleh keinginan untuk memenuhi kepuasannya.

Berdasarkan uraian di atas terlihat bahwa sumber daya manusia sangat dominan dalam suatu organisasi, oleh sebab itu dibutuhkan penanganan sumber daya manusia dengan tepat dan konsisten sehingga akan berpengaruh bagi perkembangan organisasi Bappeda Kabupaten Asahan dimasa yang akan datang dalam merumuskan program perencanaan pembangunan di Kabupaten Asahan.

Dari pengertian di atas dapat disimpulkan sumber daya manusia adalah pengembanagan dan pemanfaatan pegawai untuk menunjang dalam pencapaian tujuan-tujuan individu atau organisasi.

Suatu organisasi harus mampu untuk mengembangkan dan menerapkan satu sistem yang memuaskan para pegawainya, apabila organisasi masih mengingikan adanya orang-orang yang terampil dan berkemampuan tinggi dilingkungan organisasinya.


(46)

2.8. Koordinasi

Dalam penyelenggaraan tugas-tugas umum pemerintahan dan pembangunan, setiap aparatur pemerintah bertugas melaksanakan sebagian tugas-tugas umum pemerintahan dan pembangunan dibidangnya masing-masing. Namun demikian tujuan dan sasaran yang harus dicapai oleh pemerintah selalu menyangkut kegiatan-kegiatan atau tugas lebih dari satu aparatur pemerintahan dan pembangunan tidak saja tergantung dari segi tersedianya dana, sumber daya manusia, akan tetapi sering kali tergantung dari adanya koordinasi antar Dinas/instansi terkait.

Dalam hal ini kata koordinasi berasal dari bahasa inggris didalamnya terkandung pengertian kesetaraan, kesesuaian, saling mengisi dan saling mendukung.

White (dalam Syafie 1997:85) mengungkapkan: koordinasi adalah penyesuaian diri

dari masing-masing bagian dan usaha menggerakkan serta mengoperasikan bagian-bagian pada waktu yang cocok sehingga dengan demikian masing-masing bagian-bagian dapat memberikan sumbangan terbanyak pada keseluruhan hasil.

Terry (dalam Syafie, 1997:87) Koordinasi adalah sinkronisasi yang teratur dari

usaha-usaha untuk menciptakan pengaturan waktu dan terpimpin dalam hasil pelaksanaan yang harmonis dan bersatu untuk menghasilkan tujuan yang telah ditetapkan.

Hidayanigrat (dalam Tamim, 2002:32) menyatakan bahwa: koordinasi adalah

sebagian usaha menyatukan kegiatan-kegiatan dari satuan-satuan kerja (unit-unit) organisasi sehingga organisasi bergerak sebagai suatu kesatuan yang bulat, guna melaksanakan seluruh tugas organisasi untuk mencapai tujuannya.


(47)

Awaluddin (dalam Tamim, 2002:32) mengemukakan: Koordinasi adalag suatu usaha bersama antar badan,instansi, unit organisasi dalam pelaksanaan tugas-tugas tertentu sedemikian rupa sehingga terdapat saling mengisi, membantu dan melengkapi. Dalam konteks penyelenggaraan pemerintahan, koordinasi sebagaimana peraturan pemerintah nomor: 6 Tahun 1988 tentang koordinasi kegiatan instansi vertikal di daerah, dinyatakan bahwa: Koordinasi adalah upaya yang dilaksanakan oleh kepala wilayah guna mencapai keselarasan, keserasian, dan keterpaduan baik perencanaan maupun pelaksanaan tugas serta semua kegiatan instansi vertikal dan antar instansi vertikal dengan dinad-dinas agar tercapai hasil guna dan daya guna yang sebesar-besarnya.

Jadi koordinasi dapat diartikan menurut penulis yaitu suatu hubungan komunikasi serta usaha untuk mencapai sebuah tujuan yang sama, yang dilakukan oleh beberapa orang atau kelompok atau satuan kerja yang berstatus setara dan sederajat dengan yang lainnya.

Hasil dari koordinasi adalah keputusan-keputusan atau kesepakatan bersama antar intansi terkait. Keputusan tersebut harus dilaksanakan, pimpinan berkewajiban mengawasi dan memastikan bahwa semua keputusan sudah dilaksanakan sesuai dengan rencana yang telah ditetapkan.

Dari hal tersebut di atas Sugandha (1984:35) koordinasi adalah sebagai pemersatu gerak dalam proses administrasi. Hal lain menurut Abdurachman (1979:113) pengkoordinasian sebagai berikut:


(48)

1. Pengkoordinasian adalah kegiatan-kegiatan untuk menertibkan, sehingga segenap kegiatan manajemen maupun kegiatan pelaksanaan satu sama lain tidak simpangsiur, tidak berlawanan dan dapat ditujukan kepada titik arah pencapaian tujuan. Hasil dari pengkoordinasian adalah ketertiban, ketidaksimpangsiuran.

2. Sebagian ahli berpendapat bahwa pengkoordinasian adalah kegiatan manajemen

yang berdiri sendiri disamping kegiatan manajemen yang lain seperti perencanaan, pengorganisasian dan sebagainya (Fayol), akan tetapi kebanyakan ahli berpendapat bahwa pengkoordinasian adalah salah satu fungsi diri setiap kegiatan manajemen.

3. Bahwa ada yang berpendapat kegiatan pengkoordinasian dapat pula dilakukan

oleh mereka yang bukan manajemen.

4. Perbedaan antara manajemen dan bukan manajemen dalam melakukan koordinasi

ialah bahwa manajemen dapat melaksanakan koordinasi itu karena koordinasi itu dilakukan terhadap orang-orang bawahannya, sedangkan yang bukan manajemen lebih banyak menggunakan Personal authority, kewibawaan, pribadi wewenang, karena pengaruh kepribadiannya, sehingga faktor paksaan tidak ada, tegasnya apabila kegiatan pengkoordinasian dari bukan manajemen ditolak oleh orang-orang yang di koordinasikan, maka bukan manajemen itu dapat memaksanya untuk diterima.

Selain itu Mooney (dalam Handayaningrat, 1980:88) mendefinisikan

Koordinasi sebagai berikut: Coordinating as the achievement of orderly group effort,


(49)

usaha kelompok secara teratur dan kesatuan tindakan di dalam mencapai tujuan bersama).

Sedangkan Farland (dalam Handayaningrat, 1990:89) mendefinisikan

koordinasi sebagai berikut: Cordinating is the process where by an executive

developan ordely pattern is of group efforts among his subordinate and secure unity of action in the pursit of common purpose (koordinasi adalah suatu proses dimana pimpinan mengembangkan pola usaha kelompok secara teratur diantar bawahannya dan menjamin kesatuan tindakan didalam mencapai tujuan bersama).

Selanjutnya Farland (dalam Hadayaningrat, 1992;187) mendefinisikan

koordinasi atas lima pokok yaitu:

1. Bahwa tanggung jawab Koordinasi adalah terletak pada pimpinan, oileh karena itu

koordinasi merupakan tugas dari pimpinan;

2. Adanya proses yang terus menerus, sebab koordinasi adalah pekerjaan pimpinan

yang bersifat berkesinambungan dan harus dikembangkan sehingga tujuan organisasi dapat tercapai dengan baik;

3. Penyusunan usaha kelompok secara aturan, maka oleh sebab itu koordinasi

merupakan konsep yang diterapkan didalam kelompok, bukan terhadap usaha individu;

4. Konsep kesatuan tindakan, hal ini merupakan inti koordinasi, kesatuan tindakan

berarti bahwa pimpinan harus mengatur sedemikian rupa usaha-usaha setiap kegiatan individu sehingga terdapat keserasian dalam mencapai hasil.


(50)

5. Tujuan organisasi adalah tujuan bersama, kesatuan usaha meminta suatu pengertian kepada semua individu agar ikut serta melaksanakan tujuan sebagai kelompok tempat mereka bekerja.

Disamping pengertian dan definisi di atas perlu juga penulis kemukakan jenis-jenis koordinasi menurut para ahli antara lain:

1. Koordinasi intern yaitu koordinasi yang langsung dilakukan oleh atasan kepada

bawahannya didalam suatu organisasi yang sama, koordinasi intern dibagi atas

tiga kelompok yaitu: a. Koordinasi Vertikal, b. Koordinasi Horizontal, c. Koordinasi diagonal.

2. Koordinasi ekstern yaitu koordinasi yang dilakukan oleh suatu organisasi dengan

organisasi lainnya, koordinasi ekstern ini dapat dibagi menjadi dua yaitu: a. Koordinasi yang bersifat Horizontal, b. Koordinasi ekstern yang bersifat

diagonal.

Juga Abdurachman (dalam Tamim, 2002:45) mengungkapkan pula macam koordinasi

sebagai berikut:

a. Buat management, maupun bukan management dinamakan koordinasi vertikal,

karena yang dikoordinasikan adalah orang-orang bawahan atau orang-orang dalam status kedudukan dalam oragnisasi atau status sosial dapat dipandang sebagai bawahan;

b. Buat pejabat/fungsional dalam suatu oragnisasi yang mempunyai wewenang

fungsional yang ada padanya untuk koordinasi khusus dalam bidang fungsinya, koordinasi ini dinamakan koordinasi horizontal atau koordinasi fungsional.


(51)

Untuk lebih memperjelas tentang koordinasi perlu pula dikemukakan prinsip-prinsip koordinasi, mekanisme dan syarat-syarat koordinasi berikut ini.

2.8.1 Prinsip-Prinsip Koordinasi

Menurut Abdurachman (1995;47) mengemukakan prinsip-prinsip koordinasi sebagai berikut:

1. Prinsip efisiensi;

2. Prinsip kesatuan arah dan tujuan;

3. Prinsip koordinasi;

4. Prinsip ketetapan penggunaan alat-alat koordinasi.

Sugandha (1996:47) menyebutkan prinsip-prinsip koordinasi yaitu:

a. Adanya kesepakatan dan kesatuan pengertian mengenai sasaran yang harus

dicapai sebagai kegiatan bersama;

b. Adanya kesepakatan mengenai kegiatan dan atau tindakan yang harus

dilakukan oleh masing-masing pihak termasuk target dan jadwalnya;

c. Adanya kesatuan atau loyalitas pada setiap pihak terhadap tugas

masing-masing serta jadwal yang telah ditetapkan;

d. Adanya koordinator yang dapat memimpin dan menggerakkan serta memonitor

kerjasama tersebut sertapemechahan masalah bersama.

Maka di dalam pelaksanaan koordinasi dalam pengembangan baik koordinasi

intern maupun ekstern membutuhkan koordinasi yang didasarkan pada prinsip-prinsip koordinasi, hal nini diperlukan karena prinsip ini merupakan kebenaran yang


(52)

fundamental yang harus dijadikan pegangan oleh koordinator untuk menyelesaikan suatu kegiatan.

Juga didalam operasional dari proses pengkoordinasian perlu memperhatikan hal-hal yang dikemukan Lembaga Administrasi Negara Republik Indonesia (1985;58) sebagai berikut:

a. Perlu ditentukan secara jelas siapa atau satuan mana yang secara fungsional

berwenang dan bertanggung jawab atas sesuatu masalah;

b. Perlu di rumuskan program kerja organisasi yang jelas memperlihatkan keserasian

kegiatan diantara satuan-satuan kerja;

c. Perlu di rumuskan secar jelas wewenang tanggung jawab dan tugas-tugas

satuan-satuan kerja;

d. Perlu dikembangkan kesatuan bahasa dan kerjasama antara lain melalui rapat

berkala, briefing, rapat kerja, team adhoc dll;

e. Koordinasi sudah harus dimulai pada saat penyusunan program kerja dan

anggarannya.

Selanjutnya didalam pengembangan dan pembangunan perlu pula mempedomani prinsip-prinsip koordinasi menurut Pamuji (1997;40-41) adalah:

a. Koordinasi dimulai dari tahapan permulaan;

b. Tahapan yang kontinu;

c. Sepanjang kemungkinan koordinasi harus merupakan pertemuan-pertemuan


(53)

d. Perbedaan-perbedaan dalam pandangan harus dikemukakan secara terbuka dan selidiki dalam hubungan dengan situasi seluruhnya.

Ungkapan di atas menunjukkan bahwa pelaksanaan koordinasi dimulai dari tahapan permulaan untuk membahas apa-apa saja kegiatan yang akan dilaksanakan dan memperhatikan kejelasan struktur organisasi, rencana, prosedur dan tindakan pengawasan menjadi mutlak yang perlu diperhatikan.

Sedangkan menurut Sugandha (1988;83-101) dalam pelaksanaan koordinasi perlu ada prinsip-prinsip sebagai berikut:

a. Struktur Organisasi

Bahwa strukutunya secara tepat menggambarkan penjabaran dari fungsi-fungsi yang penting sebagai bagian dari tugas pokok dan fungsi.

b. Rencana

Dalam arti penyusunan kegiatan apa yang akan dilakukan, bagaimana cara melakukannya, apa fasilitas, waktu yang mungkin diperlukan dan siapa bertanggung jawabnya atau yang harus melaksanakan semua rencana tersebut.

c. Prosedur

Didalam prosedur akan lebih jelas siap yang melakukannya, apa, dari siapa diterima pekerjaan dan pekerjaan yang selesai harus dikirim kepada siap untuk ditambah atau dilengkapi.

d. Pengawasan

Sebagai suatu fungsi administrasi dimaksudkan untuk menjaga agar ada persesuaian antara kegiatan pelaksanaan dengan rencana dan tujuan yang telah


(54)

ditetapkan serta dengan prosedur yang sudah diciptakan agar benar-benar pelaksanaan usaha penyatupaduan kegiatan

Berdasarkan uraian di atas maka inti koordinasi adalah terletak pada upaya untuk mengintegrasikan dan menyerasikan berbagai kepentingan dan kemampuan yang dilibatkan dalam suatu aktivitas tertentu.

2.9. Konsep Kunci

Konsep kunci adalah konsep-konsep penelitian yang berhubungan langsung dengan pokok/fokus permasalahan penelitian. Konsep kunci yang dipergunakan adalah sebagai berikut:

1. Efektivitas Penyusunan Rencana Pembangunan Daerah pada Bappeda Kabupaten

Asahan dapat dilihat dari aspek Sumber daya Manusia dan Koordinasi dengan tujuan pembangunan di Kabupaten Asahan terlaksana sesuai dengan yang telah ditetapkan.

2. Sumber Daya Manusia adalah pengembangan dan pemanfaatan pegawai untuk

menunjang dalam pencapaian tujuan-tujuan individu atau organisasi. Jadi SDM dapat diartikan sebagai penggerak dalam organisasi, karena SDM dalam BAPPEDA bertugas merumuskan konsep-konsep pembangunan yang menjadi prioritas bagi masyarakat dan stakeholders di Kabupaten Asahan.

3. Koordinasi terletak pada upaya untuk mengintegrasikan dan menyerasikan

berbagai kepentingan dan kemampuan yang dilibatkan dalam suatu aktivitas tertentu. Sesuai dengan tugas pokok dan fungsi Bappeda bertanggung jawab dalam pelaksanaan Koordinasi pembangunan di Kabupaten Asahan. Bappeda


(55)

melakukan koordinasi dengan pola Bottom Up sesuai dengan Undang-undang Nomor 25 tahun 2004 yaitu adanya partisipasi masyarakat dalam pembangunan melalui Musrenbang, sehingga perencanaan pembangunan yang dihasilkan sesuai dengan kebutuhan masyarakat dan stakeholders.

2.10. Kerangka Berpikir

Dalam penelitian ini yang dimaksud dengan Efektivitas penyusunan Rencana Pembangunan Daerah pada Bappeda Kabupaten Asahan adalah meliputi Faktor Sumber daya manusia yang ada di Bappeda Kabupaten Asahan dan Koordinasi Bappeda dengan Instansi-instansi terkait. Dengan demikian yang menjadi Variabel adalah Efektivitas Penyusunan Rencana Pembangunan Daerah pada Bappeda Kabupaten Asahan dan aspek dalam penelitian ini adalah Sumber Daya Manusia dan Koordinasi.

Berdasarkan hal di atas, maka kerangka berpikir yang dipergunakan dalam penelitian ini dapat digambarkan sebagai berikut:


(56)

Gambar 2.1. Kerangka Berpikir

Dari gambar kerangka berpikir maka dapat diidentifikasi konsep dan aspek penelitian. Adapun konsep dan aspek penelitian tersebut adalah:

1. Efektivitas Penyusunan Rencana Pembangunan Daerah pada Bappeda Kabupaten

Asahan sebagai konsep penelitian yang dinilai dan di analisis dari aspek sumber daya manusia dengan sub aspek tingkat pendidikan, keterampilan, pengalaman, pendidikan dan pelatihan (Diklat) serta gaji dan kompensasi, sedangkan aspek Koordinasi dengan sub aspek struktur organisasi dan rencana.

Efektivitas Penyusunan Rencana

Pembangunan Daerah pada Badan

Perencanaan Pembangunan Daerah

Kabupaten Asahan

SUMBER DAYA MANUSIA KOORDINASI

a. Tingkat Pendidikan

b. Keterampilan

c. Pengalaman

d. Pendidikan dan Pelatihan

e. Gaji dan Kompensasi

a. Struktur Organisasi


(57)

2. Sumber daya manusia dan koordinasi merupakan aspek penelitian sebagai penilai dalam konsep Efektivitas Penyusunan Rencana Pembangunan Daerah pada Bappeda Kabupaten Asahan.


(58)

BAB III

METODE PENELITIAN

3.1. Metode Penelitian

Dengan menerapkan metode penelitian yang tepat, akan dapat dihasilkan fakta-fakta dan teori-teori yang tersusun baik, dengan merumuskan secara obyektif, rasional dan sistematis terhadap gejala yang terdapat dalam suatu obyek, seperti yang dikemukakan Surakhmad (1989:13) yaitu:

Metode merupakan cara yang digunakan untuk mencapai suatu tujuan dengan mempergunakan teknik serta alat-alat tertentu. Cara utama yang dipergunakan setelah penyidik memperhitungkan kewajaran yang ditinjau dari penyelidikan serta dari situasi penyelidikan. Sehingga dalam melaksanakan suatu penelitian merupakan bagian yang sangat penting dan sangat menentukan sukses tidaknya pelaksanaan penelitian tersebut.

Metode penelitian yang digunakan dalam penelitian ini adalah metode penelitian deskriptif dengan pendekatan kualitatif. Alasan pemilihan metode ini dilatarbelakangi oleh keinginan peneliti untuk mengetahui fakta-fakta, gejala-gejala atau fenomena-fenomena tertentu secara deskriptif tentang efektivitas penyusunan rencana pembangunan daerah di Badan Perencanaan Pembangunan Daerah Kabupaten Asahan.

Yang dimaksud dengan penelitian deskriptif adalah penelitian yang bertujuan mendeskripsikan atau menjelaskan sesuatu hal seperti apa adanya (Irawan, 1999:60),


(59)

sedangkan menurut Arikunto (1996:309) dalam merumuskan yang hampir sama mengatakan yaitu:

Penelitian deskriptif merupakan penelitian yang dimaksudkan untuk mengumpulkan informasi mengenai status suatu gejala yang ada, yaitu keadaan gejala yang apa adanya pada suatu penelitian dilakukan. Penelitian deskriptif tidak dimaksudkan untuk menguji hipotesis tertentu, melainkan hanya menggambarkan apa adanya suatu variabel, gejala atau keadaan.

Dari pendapat tersebut diketahui bahwa metode penelitian deskriptif hanya menggambarkan atau melukiskan fakta-fakta yang ada di lapangan, kemudian menganalisa dan pada akhirnya ditarik suatu kesimpulan.

Sedangkan yang dimaksud dengan pendekatan kualitatif adalah nahwa penelitian ini berusaha menemukan kebenaran yang bersifat intersubjektif yaitu kebenaran yang dibangun dari jalinan berbagai faktor bekerja bersama-sama dan bukan kebenaran objektif (Irawan, 2006:5).

3.2. Teknik Pengumpulan Data

Dalam metode pengumpulan data ini khususnya Bappeda kabupaten Asahan akan di jadikan sebagai Lokus (tempat) yang ditempatkan pada proporsi yang lebih dari obyek yang lain.

Sehubungan dengan metode yang digunakan dalam penelitian ini adalah metode deskriptif dengan pendekatan kualitatif, maka metode pengumpulan data dilakukan melalui kegiatan wawancara dan telaah Dokumen.


(60)

a. Teknik Wawancara

Teknik wawancara adalah cara pengumpulan data yang dilakukan seseorang peneliti melalui kontak langsung secara lisan atau tatap muka dengan sumber data, baik dalam situasi sebenarnya maupun yang sengaja dibuat untuk keperluan tersebut.

Wawancara merupakan alat yang efektif untuk mengumpulkan data dan informasi, penggunaan metode wawancara bertujuan untuk memperoleh data primer yang langsung kepada sumbernya, mereka dijadikan informasi dalam penelitian ini. Tentang informasi Kartono (1997) menjelaskan sebagai berikut:

Pada penelitian sering digunakan teknik komunikasi dimana peneliti berfungsi sebagai pengumpul data sedangkan pihak lain yang dihubungi atau diteliti bertindak sebagai informan atau pemberi data. Sehubungan dengan ini terjadilah komunikasi, disertai proses pertanyaan/meminta dan menjawab/ melayani, baik yang langsung lisan maupun tulisan.

Sehubungan dengan hal tersebut di atas, adapun informasi dalam penelitian ini adalah orang yang dianggap paling mengetahui atau menguasai dengan baik hal-hal yang berhubungan dengan masalah penelitian disamping keterlibatan informasi baik langsung maupun tidak langsung. Adapun yang di jadikan informasi dalam penelitian ini adalah


(61)

Tabel 3.1. Responden Penelitian

No Responden Jumlah

1 Kepala Bappeda 1 orang

2 Sekretaris Bappeda 1 orang

3 Kepala Bidang Penelitian dan Pengembangan 1 orang

4 Staf Bappeda 1 orang

5 Camat 1 orang

6 Lurah 1 orang

7 Kepala Desa 1 orang

8 Tokoh masyarakat 1 orang

Jumlah 8 orang

Sumber: Hasil Pengelolaan Data Sekunder, 2011

b. Teknik Telaah Dokumen

Telaah dokumen merupakan teknik pengumpulan data dengan mencermati dan mempelajari dokumen seperti: Laporan, surat resmi dan peraturan perundang-undangan yang berlaku serta arsip yang berhubungan dengan pertanyaan penelitian.

3.3. Teknik Analisa Data

Untuk membahas data yang diperoleh melalui proses kegiatan penelitian, penulis menggunakan metoda penelitian deskriptif dengan pendekatan kualitatif. yang berdasarkan data-data yang telah diperoleh dari lapangan, selanjutnya akan dilakukan pengolahan data melalui beberapa tahapan sebagai berikut:

a. Mengklasifikasikan seluruh materi-materi data berdasarkan sumber-sumber data

yang diperoleh dari; wawancara, telaah dokumen, catatan lapangan (bila diperlukan) maupun data sekunder.


(1)

TRANSKRIP WAWANCARA

NAMA : SRI HUMIATSI, SE

JABATAN : CAMAT

TANGGAL : 12 DESEMBER 2010

TEMPAT : KANTOR CAMAT KISARAN BARAT

A. ASPEK SUMBER DAYA MANUSIA

1. Tanya : Menurut Ibu, apakah latar belakang pendidikan pegawai Bappeda sudah sesuai dengan Tupoksinya ?

Jawab : menurut saya belum memadai, hal ini dikarenakan pegawai yang ditugaskan Bappeda ke Kecamatan haruslah memiliki latar belakang pendidikan sarjana sesuai dengan jurusannya yaitu Perencanaan.

2. Selain dari latar belakang pendidikan pegawai bappeda yang belum memadai, apakah ada diberikan diklat teknis perencanaan ?

Jawab : saya sudah melihat daftar Urut Kepangkatan pegawai Bappeda bahwasannya pegawai yang diberikan diklat terakhir pada tahun 2001, tetapi untuk tahun 2010 belum ada diberikan diklat sehingga untuk mengembangkan kemampuan dan keterampilan dalam pelaksanaan tugasnya belum memadai.

B. Aspek Koordinasi

1. Tanya : Apakah Bappeda sudah memberikan surat edaran tentang jadwal musrenbang yang harus dilaksanakan kecamatan ?

Jawab : ya sudah..kami telah diberikan surat edaran dari Bappeda yang diantar langsung oleh Staf Bappeda.

2. Tanya : apa yang perlu dipersiapkan agar dalam pelaksanaan musrenbang dapat berjalan dengan lancer atau sesyau dengan yang direncanakan ?

Jawab : dalam pelaksanaan mursrenbang ditingkat bkecamatan kami sudah mengkoordinasikan kepada pihak Kelurahan/Desa agar musrenbang dapat diambil suatu keputusan dalam rencana penyusunan pembangunan . hal ini dikarenakan kita sudah diberikan informsai melalui surat edaran dari Bappeda tentang jadwal musrenbang tingkat desa/kelurahan, kecamatan sampai kabupaten. Disini ditekankan agtar desa/kel dan kecamatan merencanakan dengan matang program pembangunan yang akan dimusyawarahkan.

3. Tanya : Apakah jadwal yang telah di berikan Bappeda tentang musrenbang dapat terlaksana sesuai jadwal ?


(2)

kecamatan pada bulan februari tetapi kenyataannya sebahagian pemerintah desa/kelurahan belum dapat menyelesaikan rencana pembangunan tepat pada waktunya. Sehingga jadwal yang kami buat terpaksa kami undur sampai selesainya musrenbang tingkat kelurahan/Desa, sedangkan jadwal dari Bappeda untuk musrenbang tingkat kabupaten dilaksanakan pada bulan maret.


(3)

TRANSKRIP WAWANCARA

NAMA : SAFARI

JABATAN : KEPALA DESA TANGGAL : 14 DSEMBER 2010 TEMPAT : Kantor Kepala Desa

A. Aspek Sumber Daya manusia

1. Tanya : Dalam mensosialisasikan tentang musrenbang yang akan dilaksanakan bagaimana peran staf Bappeda dalam pelaksanaanya ?

Jawab : staf Bappeda dalam memberikan informasi dalam penyusunan rencana pembangunan belum optimal sehingga kami dalam penyusunan rencana pembangunan tidak optimal dala penyusunannya. Disini saya melihat belum adanya keterampilan staf Bappeda dalam memberikan informasi yang jelas bagaimana tata cara musrenbang tersebut.

2. Tanya : menurut bapak…apakah yang menjadi kendala yang dihadapi oleh Staf Bappeda dalam mensosialisasikan dan mengkoordinasikan dalam penyusunan rencana pembangunan yang akan dimusrenbangkan ?

Jawab : kalau menurut saya kendalanya yang pertama latar belakang pendidikan yang belum memadai pegawai bappeda yang diutus ke desa kami setingkat vSLTA. Dengan adanya hak tersebut terlihat bahwa belum ada pengalaman serta untuk berbicara sangatlah berbelit-belit (tidak terarah) dan tidak mengerti apa yang harus di bicarakan.

B. Aspek Koordinasi

1. Tanya : dalam Musrenbang bagaimana koordinasi penunjukkan di dalam memberikan fasilitator pelaksanaan musrenbang Desa ?

Jawab : disini saya sebagai kepala desa yang memiliki peran aktif dalam pengambilan keputusan dalam musrenbang desa , sehingga saya dapat menetapkan siapa-siapa saja yang sebagai fasilitator. Adapun fasilitatir yang saya tunjuk yaitu unsure dari BPD (Badan Perwakilan Desa), aparatur Pemerintahan Desa, tokoh masyarakar, tokoh agama, pemuda dll. Sedangkan didusun saya tetapkan untuk masyarakat dusun dan kelompok tani dll yang ada di desa yang bermusyawarah.

2. Tanya : Mengapa kebanyakan para peserta musrenbang tidak dapat menghadiri rapat meskipun telah dilakukan sosialisasi ?

Jawab : kami belum menyelesaikan rencana pembangunan hal ini diraenakan para peserta rapat dalam penyusunan rencana pembangunan sebagian yang kami undang tidak hadir mengikuti rapat, hal ini dikarenakan


(4)

musrenbang tersebut sehingga mereka lebih baik bekerja mencari nafkah untuk kehidupan keluarganya.

3. Tanya : dari jawababn diatas terkesan bahwa masyarakat yang diundang kepala desa tidak peduli terhadap adanya rapat pelaksanaan mysrenbang desa..mengapa tidak ada ketertarikan masyarakat dalam mengikuti musrenbang ?

4. Jawab : sebenarnya masyarakat mengetahui akan adanya musrenbang desa tetapi mereka sebagian besar tidak tahu apa kegunaan musrenbang tersebut dan beranggapan mereka hanyalah orang kecil sehingga aspirasi mereka tidak didengar. Mereka lebih mengutamakan kebutuhan keluarga mereka daripada mengikuti nmusrenbang.


(5)

TRANSKRIP WAWANCARA

NAMA : FAHMI PANDAPOTAN NASUTION, SAP JABATAN : LURAH BUNUT

TANGGAL : 16 Desember 2010 TEMPAT : KANTOR LURAH

A. ASPEK SUMBER DAYA MANUSIA

1. Tanya : Dalam mensosialisasikan tentang musrenbang yang akan dilaksanakan bagaimanakah peran pegawai bappeda dalam pelaksanaan musrenbang Kelurahan ?

Jawab : pada dasarnya pegawai bappeda yang sudah di tunjuk oleh pimpinan Bappeda dalam mensosialisasikan untuk musrembang bahwasanya pegawai tersebut belum lengkap memberikan arahan dan informasi tata cara musrenbang seperti : bagaimana cara mengisi format penyusunan rencana pembangunan, skala prioritas yang wajib dalam rencana pembangunan diwilayah kelurahan kami.

2. Tanya : dari hal tersebut..menurut bapak..apa yang menjadi kendala yang dihadapi aparatur Bappeda dalam mensosialisasikan untuk kegiatan musrenbang ?

Jawab : menurut saya kendala bagi staf Bappeda yaitu saya melihat dar latar belakang pendidikan pegawai bappeda masuh rendah sehingga mereka mensosialisasikan musrenbang tidak optimal. Sedangkan untuk keterampilan pegwai bappeda belum menunjukkan hasil yang baik. Hal ini terlihat dari cara mengerjakan tugas-tugasnya, menyiapkan data-data untuk dipaparkan nmasih bersalahan.

B. ASPEK KOORDINASI

1. Tanya : Bapak sebagai lurah.. bagaimana cara bapak mengkoordinasikan penyusunan rencana program pembangunan diwilayah yang bapak pimpin ? serta apakah skala prioritas rencana pembangunan diwilayah yang bapak pimpin sudah tersusun untuk di bawa ke musrenbang kecamatan ?

Jawab : penyusunan rencana program pembangunan yang kami musyawarahkan bersama dengan Kepala Lingkungan dan tokoh masyarakat serta Lembaga Pemberdayaan Masyarakat (LPM) dalam penyusunan rencana pembangunan belum dapat diambil keputusan untuk satu tujuan. Hal ini dikarenakan masih banyaknya masukkan-masukkan dari peserta rapat untuk diprogramkan pembangunan di daerah masing-masing. Sehingga belum adanya diprioritaskan program apa yang harus dilaksanakan terlebih dahulu dan peserta musrenbang kelurahan tidak


(6)

yang diundang tidak hadir sedangkan berdasarkan surat edaran bersama Bappenas dan Meneteri Dalam negeri tentang petunjuk teknis penyelenggaraan musrenbang adanya suatu program pembangunan yang prioritas dan peserta yang hadir sudah mencukupi untuk musyawarah dalam penyusunan dan jadwal musrenbang sudah ditetapkan.