Efek Pemberian Biskuit Biosuplemen terhadap Produksi Susu, Kadar Lemak dan Protein Susu Kambing Peranakan Etawah

EFEK PEMBERIAN BISKUIT BIOSUPLEMEN TERHADAP
PRODUKSI SUSU, KADAR LEMAK DAN PROTEIN SUSU
KAMBING PERANAKAN ETAWAH

RINA ROSLINA

DEPARTEMEN ILMU NUTRISI DAN TEKNOLOGI PAKAN
FAKULTAS PETERNAKAN
INSTITUT PERTANIAN BOGOR
BOGOR
2014

PERNYATAAN MENGENAI SKRIPSI DAN
SUMBER INFORMASI SERTA PELIMPAHAN HAK CIPTA
Dengan ini saya menyatakan bahwa skripsi berjudul Efek Pemberian Biskuit
Biosuplemen terhadap Produksi Susu, Kadar Lemak dan Protein Susu Kambing
Peranakan Etawah adalah benar karya saya dengan arahan dari komisi
pembimbing dan belum diajukan dalam bentuk apa pun kepada perguruan tinggi
mana pun. Sumber informasi yang berasal atau dikutip dari karya yang diterbitkan
maupun tidak diterbitkan dari penulis lain telah disebutkan dalam teks dan
dicantumkan dalam Daftar Pustaka di bagian akhir skripsi ini.

Dengan ini saya melimpahkan hak cipta dari karya tulis saya kepada Institut
Pertanian Bogor.
Bogor, September 2014
Rina Roslina
NIM D24100074

ABSTRAK
RINA ROSLINA. Efek Pemberian Biskuit Biosuplemen terhadap Produksi Susu,
Kadar Lemak dan Protein Susu Kambing Peranakan Etawah. Dibimbing oleh
YULI RETNANI dan IDAT GALIH PERMANA.
Kambing Peranakan Etawah merupakan ternak yang potensial sebagai
penghasil susu dengan produksi susu dapat mencapai 0.45-2.1 liter hari-1. Akan
tetapi produksi susu di peternakan masih relatif rendah. Hal ini disebabkan
rendahnya kualitas hijauan, sehingga perlu teknologi pengolahan pakan. Biskuit
biosuplemen merupakan produk teknologi pengolahan pakan yang mengandung
protein dan energi tinggi terbuat dari daun pepaya, daun indigofera dan bahan
baku alami lainnya. Penelitian ini bertujuan untuk menganalisis pengaruh biskuit
biosuplemen terhadap produksi susu, protein dan kadar lemak susu kambing perah.
Penelitian ini dilakukan dari bulan Mei 2013 sampai dengan Agustus 2013 di
peternakan Cordero Farm, Ciapus, Bogor, Jawa Barat. Penelitian ini dianalisis

dengan uji statistik T-Test dengan dua perlakuan dan enam ulangan. Perlakuan
yang diberikan adalah T0 (Hijauan + konsentrat + biskuit biosuplemen 0 %) dan
T1 (Hijauan + konsentrat + biskuit biosuplemen 15%). Hasil uji statistik
menunjukkan bahwa pemberian biskuit biosuplemen tidak memberikan pengaruh
yang nyata terhadap produksi susu, lemak dan kadar protein susu kambing
peranakan etawah di Cordero Farm. Pemberian biskuit biosuplemen diindikasikan
dapat memperlambat laju penurunan produksi susu.
Kata kunci: biskuit biosuplemen, lemak, produktivitas, protein, susu

ABSTRACT
RINA ROSLINA. The effect of Biscuit Biosupplement on Milk Production, Milk
Fat and Protein Level of Goat Etawah Crossbred. Supervised by YULI RETNANI
and IDAT GALIH PERMANA.
Etawah Crossbred has a good potential as a producer of milk with milk
production can reach 0.45-2.1 liters day-1. In fact, milk production on the farm is
still relatively low. This was due to low quality forage, so it needs a feed
processing technology. Biscuit biosupplement is product of feed precessing trat
contains high protein and energy which made by papaya leaves, Indigofera leaves
and the other natural raw materials. This study aimed to analyze the effect of
biscuit biosupplement on milk production, protein and fat level of dairy goat. This

study was conducted from May until August 2013 at Cordero Farm, Ciapus,
Bogor, West Java, Indonesia. The data were analyzed using T–Test with two
treatments and six replications. The treatments were T0 (Basal diet + Biscuit 0 %)
and T1 (Basal diet + Biscuit 15 %). The results showed that there was no
significant difference in the production of milk, fat and protein level. Feeding
biscuit bio-supplement indicated can retard of decline in milk production.
Keywords : biscuit biosupplement, fat, milk, productivity, protein

EFEK PEMBERIAN BISKUIT BIOSUPLEMEN TERHADAP
PRODUKSI SUSU, KADAR LEMAK DAN PROTEIN SUSU
KAMBING PERANAKAN ETAWAH

RINA ROSLINA

Skripsi
sebagai salah satu syarat untuk memperoleh gelar
Sarjana Peternakan
pada
Departemen Ilmu Nutrisi dan Teknologi Pakan


DEPARTEMEN ILMU NUTRISI DAN TEKNOLOGI PAKAN
FAKULTAS PETERNAKAN
INSTITUT PERTANIAN BOGOR
BOGOR
2014

Judul Skripsi : Efek Pemberian Biskuit Biosuplemen terhadap Produksi Susu,
Kadar Lemak dan Protein Susu Kambing Peranakan Etawah
Nama
: Rina Roslina
NIM
: D24100074

Disetujui oleh

Prof Dr Ir Yuli Retnani, MSc
Pembimbing I

Dr Ir Idat Galih Permana, MScAgr
Pembimbing II


Diketahui oleh

Prof Dr Ir Panca Dewi MHK, MS
Ketua Departemen

Tanggal Lulus: (

)

PRAKATA
Puji dan syukur penulis panjatkan kepada Allah Subhanahu wa ta’ala atas
segala karunia-Nya sehingga karya ilmiah ini berhasil diselesaikan. Tema yang
dipilih dalam penelitian yang dilaksanakan sejak bulan Mei hingga Agustus 2013
ini ialah produktivitas dan kualitas susu kambing, dengan judul Efek Pemberian
Biskuit Biosuplemen terhadap Produksi Susu, Kadar Lemak dan Protein Susu
Kambing Peranakan Etawah.
Produksi susu dan kualitas susu kambing di Indonesia masih tergolong
rendah, salah satu penyebabnya adalah kualitas hijauan yang kurang baik. Biskuit
biosuplemen merupakan salah satu cara untuk mengatasi masalah hijauan pada

kambing perah. Pembuatan biskuit biosuplemen menggunakan cara pressing dan
heating.
Penulis menyadari bahwa dalam penulisan skripsi ini masih jauh dari
kesempurnaan. Kritik, saran, dan masukan yang bersifat membangun sangat
penulis harapkan demi penyempurnaan di masa mendatang. Penulis berharap
semoga skripsi ini dapat memberikan informasi baru dalam dunia peternakan dan
dapat bermanfaat bagi pembaca dan penulis khususnya.
Semoga karya ilmiah ini bermanfaat.

Bogor, September 2014
Rina Roslina

DAFTAR ISI
DAFTAR TABEL
DAFTAR GAMBAR
DAFTAR LAMPIRAN
PERNYATAAN MENGENAI SKRIPSI DAN
SUMBER INFORMASI SERTA PELIMPAHAN HAK CIPTA
PENDAHULUAN
MATERI DAN METODE

Lokasi dan Waktu Penelitian
Materi
Peralatan
Metode
Pemeliharaan
Pemerahan dan Pengukuran Produksi Susu
Uji Kadar Lemak, Kadar Protein dan Berat Jenis Susu
Rancangan Percobaan
Perlakuan
Peubah yang Diamati
Rancangan Percobaan
Analisis Data
PEMBAHASAN
Produksi Susu
Analisis Kadar Lemak, Protein dan Berat Jenis Susu
Kadar Lemak Susu
Kadar Protein Susu
Berat Jenis Susu
SIMPULAN DAN SARAN
Simpulan

Saran
DAFTAR PUSTAKA
LAMPIRAN
RIWAYAT HIDUP
UCAPAN TERIMA KASIH

vi
vi
vi
iii
iii
1
2
2
2
2
3
4
4
5

5
5
5
5
5
5
6
7
8
8
9
9
9
10
10
12
14
14

DAFTAR TABEL

1 Hasil analisis proksimat ransum penelitian (% BK)
3
2 Rataan produksi susu kambing PE selama empat minggu masa penelitian
6
3 Kadar lemak, protein dan berat jenis susu kambing PE selama masa penelitian 8

DAFTAR GAMBAR
1 Kandang kambing yang digunakan dalam penelitian
2 Kambing yang digunakan dalam penelitian
3 Proses produksi biskuit biosuplemen
4 Biskuit biosuplemen
5 Produksi susu kambing PE selama masa penelitian

2
2
4
6
7

DAFTAR LAMPIRAN

1
2
3
4
5
6
7
8

Uji T rataan produksi susu kambing PE pada awal dan akhir penelitian
Uji T Δ produksi susu kambing PE penelitian
Uji T rataan kadar lemak susu kambing PE pada awal dan akhir penelitian
Uji T Δ kadar lemak susu kambing PE penelitian
Uji T rataan kadar protein susu kambing PE pada awal dan akhir penelitian
Uji T Δ kadar protein susu kambing PE penelitian
Uji T rataan berat jenis susu kambing PE pada awal dan akhir penelitian
Uji T Δ berat jenis susu kambing PE penelitian

12
12
12
12
12
13
13
13

PENDAHULUAN
Susu merupakan salah satu produk peternakan yang dapat digunakan
sebagai sumber protein. Produksi susu di Indonesia pada tahun 2012 sebesar
959.7 ribu ton (Deptan 2013) baru memenuhi sekitar 20-30% kebutuhan nasional
sehingga sisanya masih diimpor. Perlunya adanya optimalisasi potensi ternakternak perah untuk meningkatkan produksi susu di Indonesia. Salah satu ternak
perah yang cukup potensial dan prospektif untuk dikembangkan di Indonesia
adalah kambing perah. Kambing merupakan salah satu penghasil susu yang sering
dianggap sebagai miniatur sapi perah (Blakely dan Bade 1991). Peningkatan
produksi susu kambing dapat membantu memenuhi kebutuhan susu dalam negeri
sehingga impor susu dapat dikurangi. Kambing Peranakan Etawah (PE)
merupakan salah satu jenis kambing perah yang banyak dikembangkan di
Indonesia karena mampu beradaptasi dengan sistem pertanian Indonesia. Menurut
Atabany (2001), kambing Peranakan Etawah merupakan hasil persilangan antara
kambing lokal (Kacang) dengan kambing Etawah yang berasal dari India.
Susu kambing memiliki banyak keunggulan dibandingkan dengan susu
sapi. Karakteristik susu kambing bila dibandingkan dengan susu sapi adalah
warnanya lebih putih, globul lemak susu lebih kecil dan beremulsi dengan susu,
lemak susu kambing lebih mudah dicerna, mengandung mineral yang lebih tinggi
dan susu kambing dapat diminum orang yang alergi minum susu sapi dan orangorang yang mengalami berbagai gangguan pencernaan (Blakely dan Bade, 1991).
Produksi susu dan kualitas susu yang dihasilkan oleh kambing Peranakan Etawah
(PE) di Indonesia masih sangat beragam dan tergolong rendah.
Pakan merupakan salah satu faktor yang mempengaruhi produksi susu dan
kualitas susu kambing perah (Goetsch et al. 2011). Kendala utama pakan
ruminansia adalah kualitas hijauan rendah, tingkat palatabilitas dan kecernaan
rendah. Kendala tersebut dapat berpengaruh pada produksi susu dan kualitas susu
kambing.
Perbaikan kualitas pakan merupakan salah satu upaya untuk memperbaiki
produksi dan kualitas susu kambing. Salah satu cara meningkatkan kualitas pakan
yaitu dengan penambahan suplemen. Suplemen adalah suatu bahan makanan yang
ditambahkan dalam ransum untuk meningkatkan kualitas ransum (Anggorodi
1979). Biskuit biosuplemen merupakan salah satu bentuk pengolahan pakan yang
dapat meningkatkan kualitas pakan. Biskuit merupakan produk kering dan remah
yang tahan lama akibat proses pengeringan sehingga mudah disimpan dan
ditangani karena volume dan beratnya relatif ringan (Whiteley 1971).
Pemberian biskuit biosuplemen memiliki potensi sebagai suplemen pakan
kambing perah. Pemberian biskuit biosuplemen di Peternakan Doa Anak Yatim
(DAY Farm) pada taraf 5 %, 10 % dan 15% dapat meningkatkan produksi susu
dan kadar protein susu kambing perah (Retnani et al. 2013a). Pemberian biskuit
biosuplemen pada taraf 15 % memperlihatkan peningkatan produksi susu paling
tinggi. Sehingga perlu dilakukan pengujian penerapan pemberian biskuit
biosuplemen pada peternakan kambing perah.
Penelitian ini bertujuan untuk menganalisis pengaruh pemberian biskuit
biosuplemen pada taraf 15 % terhadap produksi susu, kadar lemak dan protein
susu kambing Peranakan Etawah (PE) di Cordero Farm.

2

MATERI DAN METODE
Lokasi dan Waktu Penelitian
Penelitian ini dilakukan selama 3 (tiga) bulan yaitu pada Mei sampai
Agustus 2013 di Cordero Farm, Kecamatan Ciapus, Kabupaten Bogor Barat, Jawa
Barat. Pembuatan biskuit biosuplemen dan analisis kualitas susu masing-masing
dilakukan di Laboratorium Industri Pakan dan Laboratorium Teknologi
Pengolahan Hasil Ternak Perah, Fakultas Peternakan, Institut Pertanian Bogor.
Materi
Peralatan
Peralatan yang digunakan dalam penelitian ini meliputi peralatan
pembuatan biskuit biosuplemen dan peralatan laboratorium. Peralatan pembuatan
biskuit biosuplemen adalah mesin chopper, hammer mill, mesin pembuat biskuit,
karung, dan timbangan. Kandang yang digunakan adalah kandang individu sistem
panggung sebanyak 12 petak dan tiap petaknya dilengkapi dengan tempat pakan.

Gambar 1 Kandang kambing yang digunakan dalam penelitian
Ternak
Ternak yang digunakan dalam penelitian ini adalah kambing Peranakan
Etawah (PE) betina laktasi dengan periode laktasi 3-5 dan lama laktasi 7-9 bulan.
Kambing yang diamati berjumlah 12 ekor dengan rataan produksi susu rendah
343.33 ± 3.785 mL dan produksi susu tinggi 866.67 ± 3.22 mL.

Gambar 2 Kambing yang digunakan dalam penelitian

3
Pakan
Ransum perlakuan yang digunakan terdiri atas ransum basal yang seharihari digunakan di Peternakan Cordero Farm dan biskuit biosuplemen. Ransum
basal terdiri atas hijauan (rumput gajah dan legum Clitoria sp.) dan konsentrat
(campuran ampas tempe dengan konsentrat komersil). Biskuit biosuplemen
tersusun atas Indigofera sp., daun pepaya, bungkil kelapa, bungkil kedelai, corn
gluten meal (CGM), molases, dan kapur. Hasil analisis proksimat ransum
penelitian dalam persen bahan kering (BK) disajikan dalam Tabel 1.
Tabel 1 Hasil analisis proksimat ransum penelitian (% BK)
Nutrien
Hijauan*
Konsentrat*
Biskuit**
Ransum T0*
Ransum T1*

BK
(%)
15.75
40.23
92.39
33.92
36.19

Abu
(%)
12.46
13.3
8.55
13.19
12.86

PK
(%)
8.78
13.7
36.65
13.11
14.92

LK
(%)
0.07
4.35
3.77
3.84
3.88

SK
(%)
31.63
20.08
20.4
21.46
21.25

BETN
(%)
47.07
48.57
30.63
48.39
47.08

TDN1
(%)
60.83
60.03
58.78
60.03
60.11

*

Dianalisis di Laboratorium Ilmu dan Teknologi Pakan, Fakultas Peternakan, Institut Pertanian
Bogor (2013); BK: bahan kering, PK: protein kasar, LK: lemak kasar, SK: serat kasar, ransum T0:
hijauan + konsentrat, ransum T1: hijauan + konsentrat + biskuit 15%, BETN: bahan ekstrak tanpa
nitrogen, TDN: total digestible nutrient; 1 Rumus perhitungan TDN menurut Wardeh (1981): TDN
hijauan = 1.6899 + 1.3844 (% protein kasar) - 0.8279 (% lemak kasar) + 0.3673 (% serat kasar) +
0.7526 (% BETN), TDN konsentrat dan biskuit =2.6407 + 0.6964 (% protein kasar) + 1.2159 (%
lemak kasar) – 0.1043 (% serat kasar) + 0.9194 (% BETN).
**
Retnani et al. (2013a)

Pemberian biskuit biosuplemen ditetapkan 3 buah biskuit ekor-1 hari-1 atau
setara dengan 150 g untuk perlakuan 15% biskuit biosuplemen per konsumsi
bahan kering (BK). Persentase biskuit biosuplemen yang diberikan yaitu
berdasarkan persentase dari konsumsi BK per bobot badan (BB) per hari dengan
asumsi konsumsi BK 3% BB dan BB 30 kg ekor-1.
Metode
Proses produksi biskuit biosuplemen
Proses pembuatan biskuit biosuplemen dapat dilihat pada Gambar 1.
Bahan yang digunakan dalam pembuatan biskuit biosuplemen menurut Retnani et
al. 2013a adalah daun Indigofera sp. (15 %), daun papaya (15 %), bungkil kelapa
(20 %), bungkil kedelai (25 %), Corn Gluten Meal (15 %), molasses (9 %) dan
kapur (1 %). Daun pepaya dan daun Indigofera sp. dipotong dengan mesin
chopper kemudian dijemur. Setelah kering, daun pepaya dan daun indigofera
dicampur dengan bahan penyusun biskuit yang. Hasil campuran dicetak
menggunakan mesin pencetak biskuit berdiameter 5.5 cm dan ketebalan biskuit
3.5 cm dengan suhu 100oC selama 5 menit, kemudian biskuit didinginkan dalam
suhu ruang (Retnani et al. 2014).
Produksi biskuit biosuplemen dilaksanakan di Laboratorium Industri Pakan,
langkah-langkah yang dilakukan dalam pembuatan biskuit biosuplemen menurut
Retnani et al. 2013a disajikan dalam Gambar 3.

4

Gambar 3 Diagram proses produksi biskuit biosuplemen
Pemeliharaan
Kambing Peranakan Etawah (PE) dipelihara dalam kandang individu
selama enam minggu yaitu dua minggu pertama sebagai periode pendahuluan
(preliminary period) dan empat minggu berikutnya sebagai periode perlakuan.
Penempatan ternak dan pemberian perlakuan dilakukan secara acak.
Perlakuan pakan terdiri atas ransum basal (hijauan dan konsentrat) dan
biskuit biosuplemen. Jumlah pemberian ransum basal sesuai dengan kebiasaan
peternakan Cordero Farm yaitu hijauan sebanyak 2 kg ekor-1 hari-1 dan konsentrat
sebanyak 4 kg ekor-1 hari-1 sedangkan pemberian biskuit biosuplemen sesuai
perlakuan yaitu 3 buah (150 g).
Frekuensi pemberian pakan dalam sehari adalah tiga kali, yaitu pagi hari
pukul 07.00-08.00, siang hari pukul 12.00-13.00, sore hari pukul 17.00-18.00.
Hijauan diberikan pada sore hari, konsentrat campuran diberikan pada pagi dan
siang hari, dan biskuit biosuplemen diberikan pada pagi hari sebelum pemberian
konsentrat.
Pemerahan dan Pengukuran Produksi Susu
Pemerahan dan pengukuran produksi susu dilakukan dua kali sehari yaitu
pagi hari pukul 06.00-07.00 dan sore hari pukul 17.00-18.00. Teknik pemerahan
menggunakan metode whole hand (seluruh jari tangan). Gelas ukur digunakan
sebagai alat pengukur produksi susu. Pengukuran produksi susu dilakukan pada
tiap ekor ternak. Setiap dua minggu sampel susu diambil sebanyak 50 mL untuk
analisis kadar lemak, protein dan berat jenis susu.

5
Uji Kadar Lemak, Kadar Protein dan Berat Jenis Susu
Sampel susu diambil pada 0, 2 dan 4 minggu penelitian untuk analisis
kadar lemak, protein dan berat jenis susu. Sampel susu diambil pada pagi dan sore
hari masing-masing sebanyak 25 mL sehingga jumlah setiap sampel adalah 50 mL.
Sampel susu dihomogenisasi sebelum dianalisis. Analisis dilakukan di
Laboratorium Ilmu Produksi Ternak Perah, Departemen Ilmu Produksi dan
Teknologi Peternakan, Fakultas Peternakan, Institut Pertanian Bogor. Alat yang
digunakan untuk analisis kadar lemak, protein dan berat jenis susu adalah
Milkotester Milk Analyzing Device model Master Pro.
Rancangan Percobaan
Perlakuan
Perlakuan yang diberikan adalah :
T0 : Hijauan + konsentrat
T1 : Hijauan + konsentrat + biskuit 15 % (dari konsumsi BK BB-1 hari-1)
Peubah yang Diamati
Peubah yang diamati dalam penelitian ini adalah produksi susu, kadar
lemak, kadar protein dan berat jenis susu.
Rancangan Percobaan
Ternak yang diamati pada penelitian ini adalah 12 ekor kambing PE
(Peranakan Etawah). Penempatan ternak dan pemberian perlakuan dilakukan
secara acak. Penelitian ini terdiri dari 2 (dua) perlakuan dan 6 (enam) ulangan.
Perlakuan terdiri dari T0 (pakan basal + biskuit 0%) dan T1 (pakan basal + biskuit
15%).
Analisis Data
Data peubah dianalisis dengan T-Test untuk membandingkan kontrol (T0)
dan perlakuan (T1). Software SPSS (versi 16.0 for Windows) digunakan untuk uji
statistik.

PEMBAHASAN
Biskuit Biosuplemen
Biskuit biosuplemen pakan yang digunakan yang pada penelitian ini
berwarna hijau kecoklatan dan memiliki aroma yang harum. Menurut Retnani et
al. (2014) biskuit biosuplemen umumnya berwarna hijau kecoklatan dengan
aroma harum serta memiliki tingkat kepadatan yang remah dan tekstur yang kasar
dengan ukuran partikel (4.16-4.80 mm) sehingga disukai oleh kambing perah.
Biskuit biosuplemen yang terbuat dari daun pepaya dan daun Indigofera memiliki
kandungan protein kasar yang tinggi dan aktivitas air yang rendah. Susu kambing

6
yang diberi biskuit biosuplemen memiliki rasa gurih, manis dan tidak beraroma
“prengus”.

Gambar 4 Biskuit biosuplemen
Produksi Susu
Masa laktasi kambing PE penelitian yaitu 7-9 bulan (28-36 minggu) yang
termasuk ke dalam laktasi akhir dimana produksi susu sudah mengalami
penurunan (Goetsch et al. 2011). Rataan produksi susu kambing selama penelitian
disajikan pada Tabel 3.
Tabel 2 Rataan produksi susu kambing PE selama empat minggu masa penelitian
Perlakuan
T0
T1

Produksi Susu (mL ekor-1 hari-1)
Awal
Akhir
606 ± 406.2
573 ± 245.5
603 ± 282.8
656 ± 326.8

Δ
-97
46

T0: ransum basal + 0 % biskuit biosuplemen, T1: ransum basal + 15 % biskuit biosuplemen; Δ:
perubahan produksi susu

Berdasarkan uji statistik menunjukkan bahwa perlakuan pemberian biskuit
biosuplemen pakan tidak berpengaruh nyata terhadap produksi susu (p>0.05).
Produksi susu kambing perah sebelum dan setelah pemberian biskuit biosuplemen
selama empat minggu tidak terlihat perubahan yang nyata. Produksi susu pada
penelitian ini berada pada kisaran normal yaitu 0.573-0.670 liter ekor-1 hari-1.
Berbagai penelitian menunjukkan bahwa produksi susu kambing perah bervariasi
yaitu 0.287-0.795 liter ekor-1 hari-1 (Apdini 2011), 0.636-1.123 liter ekor-1 hari-1
(Rangkuti 2011), 0.585-0.970 (Novita et al. 2006).
Produksi susu kambing perah tanpa pemberian biskuit biosuplemen
mengalami penurunan sampai minggu keempat penelitian sebesar 97 mL.
Kambing perah dengan pemberian biskuit biosuplemen mengalami peningkatan
produksi susu sebesar 46 mL. Produksi susu minggu kedua pada perlakuan T1
mengalami peningkatan dan stabil pada minggu ketiga sampai minggu keempat
penelitian. Pemberian biskuit biosuplemen mengindikasikan dapat memperlambat
penurunan produksi susu kambing perah.

Produksi susu (mL ekor-1 hari-1)

7
y = 27,286x - 267,79
R² = 0,6406

700

650
y = -18,167x + 1299,1
R² = 0,8956
600

Minggu ke36

550
32

33

34

35

Gambar 5 Produksi susu kambing PE selama masa penelitian
T0

T1

Linear (T0)

Linear (T1)

Kambing perah pada perlakuan T0 memiliki rataan konsumsi bahan kering
1.749 kg hari-1, protein kasar 230 g hari-1, dan TDN 1.051 kg hari-1. Kambing
perah pada perlakuan T1 memiliki rataan konsumsi bahan kering 1.867 kg hari-1,
protein kasar 279 g hari-1, dan TDN 1.120 kg hari-1. Berdasarkan NRC (2007),
kambing perah laktasi dengan bobot badan 37 kg membutuhkan BK sekitar 1.0361.702 kg hari-1 dengan protein kasar 124.3-289.3 g hari-1 dan TDN 0.549-1.123 kg
hari-1.
Penelitian Retnani et al. (2013a) di DAY Farm penambahan biskuit
biosuplemen pada kambing perah dapat meningkatkan produksi susu sebesar
41.03% dibandingkan dengan kambing perah tanpa pemberian biskuit
biosuplemen. Rataan konsumsi BK tanpa penambahan biskuit biosuplemen adalah
0.952 kg hari-1dan PK 358 g hari-1, sedangkan rataan konsumsi BK dengan
penambahan biskuit biosuplemen adalah 0.883 kg hari-1dan PK 332 g hari-1
(Retnani et al. 2013a).
Peningkatan produksi susu pada T1 dapat disebabkan oleh kandungan
herbal yang terdapat pada daun pepaya dan daun Indigofera pada biskuit
biosuplemen. Menurut Khrisna et al. (2008), tanaman pepaya memiliki
kandungan alkaloid karpain pada bagian daunnya. Kharisma et al. (2001)
menyatakan bahwa alkaloid karpain dapat meningkatkan produksi susu melalui
mekanisme stimulasi hormon prolaktin dan oksitosin. Hasil penelitian Apdini
(2011) menunjukkan bahwa pemberian pelet Indigofera dapat meningkatkan
produksi susu kambing perah sebesar 26%.
Pemberian pakan dalam bentuk biskuit juga dapat mempengaruhi produksi
susu. Bahan baku biskuit telah mengalami proses penggilingan dan pemanasan
sehingga ternak dapat mengurangi waktu makan. Pengurangan waktu makan
dapat menghemat energi yang digunakan ternak, energi yang dihemat ternak
tersebut digunakan untuk memproduksi susu (Orskov 2001).
Analisis Kadar Lemak, Protein dan Berat Jenis Susu
Kadar lemak, protein dan berat jenis susu awal, akhir dan rataan harian
selama 4 minggu penelitian ditampilkan dalam Tabel 2. Berdasarkan uji statistik,
pemberian biskuit biosuplemen tidak berpengaruh nyata terhadap berat jenis,

8
kadar lemak dan protein susu. Hasil kualitas susu sangat beragam tergantung dari
berbagai faktor diantaranya adalah manajemen perkandangan, pakan, pemerahan,
penanganan susu, bangsa dan masa laktasi (Goetsch et al. 2011). Masa laktasi
kambing PE penelitian termasuk kedalam laktasi akhir, dimana produksi susu
sudah mulai menurun yang berpengaruh terhadap meningkatnya kualitas nutrien.
Kadar lemak, protein dan berat jenis susu kambing PE selama masa penelitian
disajikan dalam Tabel 4.
Tabel 3 Kadar lemak, protein dan berat jenis susu kambing PE selama masa
penelitian
Peubah
Lemak (%)*
Protein (%)*
BJ(g.cm-3)*

Perlakuan
T0
T1
T0
T1
T0
T1

Awal
10.398 ± 2.177
8.113 ± 1.446
6.010 ± 1.112
5.405 ± 0.151
1032 ± 0.007
1030 ± 0.001

Akhir
8.347 ± 0.474
8.362 ± 1.659
5.705 ± 0.253
5.698 ± 0.215
1032 ± 0.002
1032 ± 0.002

Δ
-2.052 a
0.248 b
-0.305
0.293
0.000
0.002

* Dianalisis di Laboratorium Ilmu dan Teknologi Perah, Fakultas Peternakan, Institut Pertanian
Bogor (2013); BJ: berat jenis; T0: ransum basal + 0 % biskuit biosuplemen, T1: ransum basal +
15% biskuit biosuplemen; Δ: perubahan kualitas susu; Huruf yang berbeda pada baris yang sama
menunjukkan perbedaan nyata (P0.05). Berbagai penelitian menunjukkan kadar lemak susu kambing bervariasi
yaitu 4.00-10.17% Apdini (2011), 6.00-7.28% (Rangkuti 2011), 5.00-6.17%
(Setiawan et al. 2013) dan 6.68% (Atabany 2001). Kadar lemak susu T0 pada
akhir penelitian mengalami penurunan sebesar 2.052%, sedangakan T1
mengalami peningkatan sebesar 0.248%. Perubahan kadar lemak tersebut
berpengaruh nyata dengan pemberian biskuit (p0.05). Berbagai penelitian menunjukkan bahwa kadar protein susu
kambing bervariasi yaitu 5.27-5.54% (Setiawan et al. 2013), 4.17-4.56%
(Rangkuti 2011), 2.93% (Atabany 2001).
Kadar protein susu kambing tanpa pemberian biskuit biosuplemen
mengalami penurunan sebesar 0.305%, sedangkan kadar protein susu kambing
dengan pemberian biskuit biosuplemen mengalami peningkatan sebesar 0.293%.
Kandungan herbal daun pepaya dan Indigofera pada biskuit biosuplemen
memberikan pengaruh positif terhadap kecernaan protein susu. Menurut
Khoerunnisa et al. (2002), kandungan enzim papain pada daun pepaya dapat
membantu mikroba dalam memecah protein. Sedangkan koefisien cerna protein
kasar pada daun Indigofera mencapai 90.64% (Suharlina 2010).
Pemberian suplemen dalam bentuk biskuit juga berpengaruh terhadap
kecernaan yang akan menentukan ketersediaan asam amino sebagai prekursor
dalam sintesis susu. Hasil penelitian Sanz Sampelayo et al. (1998) menunjukkan
bahwa pemberian hijauan dalam bentuk pellet pada kambing akan meningkatkan
efisiensi penggunaan nitrogen untuk sintesis protein mikroba, sehingga asam
amino sebagai prekursor dalam proses sintesis protein susu yang dihasilkan juga
meningkat.
Berat Jenis Susu
Berdasarkan analisis statistik menunjukkan bahwa pemberian biskuit
biosuplemen tidak berpengaruh nyata terhadap berat jenis susu awal dan akhir
penelitian, serta perubahan berat jenis susu (p>0.05). Berat jenis susu kambing
penelitian berada pada kisaran normal yaitu 1030-1032 g.cm-3. Berat jenis susu
kambing PE pada penelitian Apdini (2011) berada pada kisaran 1028-1033 g.cm-3.
Berat jenis merupakan salah satu indikator untuk melihat kualitas susu.
Berdasarkan Thai Agricultural Standard (2008) berat jenis susu kambing segar
adalah 1028 g.cm-3 karena terdapat kandungan bahan kering/padatan. Berat jenis
susu sangat dipengaruhi oleh komponen penyusun susu seperti protein dan lemak,
sehingga pemberian pakan yang berkualitas baik akan meningkatkan berat jenis
susu (Sukarini 2006). Menurut Susilowati et al. (2013) kadar lemak susu
mempengaruhi berat jenis susu karena berat jenis lemak lebih ringan
dibandingkan dengan air dan padatan lain dalam air susu. Berat jenis dipengaruhi
oleh volume susu, semakin tinggi volume susu maka berat jenis susu akan
semakin turun (Utami 2012).

SIMPULAN DAN SARAN
Simpulan
Pemberian biskuit biosuplemen di Cordero Farm tidak memberikan
pengaruh nyata terhadap produksi susu, kadar lemak dan protein susu. Akan tetapi,
pemberian biskuit biosuplemen diindikasikan dapat memperlambat laju penurunan
produksi susu.

10
Saran
Penelitian mengenai pemberian biskuit biosuplemen terhadap produksi susu,
kadar lemak dan protein susu pada kambing PE di Cordero Farm perlu diuji sejak
awal laktasi sampai akhir laktasi untuk dapat melihat pengaruh pemberian biskuit
biosuplemen selama laktasi.

DAFTAR PUSTAKA
Anggorodi. 1979. Ilmu Makanan Ternak Umum. Jakarta (ID): Gramedia.
Apdini, TAP. 2011. Pemanfaatan pellet Indigofera sp. pada kambing perah
Peranakan Etawah dan Saanen di peternakan Bangun Karso Farm [skripsi].
Bogor (ID). Institut Pertanian Bogor
Atabany, A. 2001.Studi kasus produktivitas kambing Peranakan Etawah pada
peternakan kambing perah Barokah dan PT. Taurus Dairy Farm [tesis].
Bogor (ID). Institut Pertanian Bogor.
Blakely J, Bade DH. 1991. Ilmu Peternakan. Yogyakarta (ID): Gadjah Mada
University Pr.
[Deptan] Departemen Pertanian. 2013. Produksi Susu Menurut Provinsi. Jakarta
(ID): Direktorat Jendral Peternakan.
Dewan Standarisasi Nasional. 1998. SNI 01-3141-1998. Susu Segar. Jakarta (ID):
Standar Nasional Indonesia
Goetsch AL, SS Zeng, TA Gipson. 2011. Factors affecting goat milk production
and quality. Small Rumin Res. 101: 55-63
Kharisma Y, Ariyoga A, Sastramiharja HS. 2011. Efek air buah pepaya (Carica
papaya L.) muda terhadap gambaran histologi kelenjar mamma mencit
laktasi. MKB 43 (4) : 160-165.
Khoerunnisa HM, Suryahadi, Trisyulianti E. 2002. Pengaruh penggunaan papain
dalam meningkatkan protein kedelai secara in vitro. Med Pet. 25 (3)
Krishna, K dan M Paridhavi. (2008). Review on nutritional, medicinal and
pharmacological properties of papaya (Carica papaya Linn.). Nat Prod Radian.
7: 364-373.
Marwah MP, YY Suranindyah, TW Murti. 2010. Produksi dan komposisi susu
kambing Peranaan Ettawa yang diberi suplemen daun katuk (Sauropus
androgynus (L.) Merr) pada awal masa laktasi. Bul Pet. 32 (2): 94-102
Maheswari, RRA. 2004. Penanganan dan Pengolahan Hasil Ternak Perah.
Bogor (ID): Institut Pertanian Bogor.
Novita CI, A Sudono, IK Sutama, T Toharmat. 2006. Produktivitas kambing
Peranakan Etawah yang diberi ransum berbasis jerami padi fermentasi. Med
Pet. 29(2): 96-106
[NRC] National Research Council. 2007. Nutrient Requirement of Sheep.
Washington DC (US): National Academy Press.
Orskov, ER. 2001. The Feeding of Ruminants Principles and Practice. Lincoln (UK):
Chalcombe Publication.

11
Rangkuti, JH. 2011. Produksi dan kualitas susu kambing Peranakan Etawah (PE)
pada kondisi tatalaksana yang berbeda [skripsi]. Bogor (ID). Institut Pertanian
Bogor.
Retnani Y, IG Permana, NR Kumalasari, BA Hendriawan, DR Pembayu. 2013a.
Enhancing productivity of dairy goat by biscuit bio-supplement feeding. 4th
International Conference on Sustainable Future for Human Security; 2013
Okt 19-21; Kyoto (JP): [Kyoto University]. hlm 72. [No abstr tidak
diketahui]
Retnani Y, IG Permana, NR Kumalasari, R Roslina, A Ikhwanti. 2013b. Biscuit
bio-supplement for increasing milk production and quality in dairy goat
farm. Asian J Anim Sci. 8 (1): 15-23
Retnani Y, IG Permana, LC Purba. 2014. Physical characteristic and palatability
of biscuit bio-supplement for dairy goat. Pakistan J Biol Sci. 13 (1):1-3.
Sanz Sampalayo M. R, L. Perez, J. Boza, dan L. Amigo. 1998. Forage of different
physical forms in the diets of lactating granadina goats: nutrient digestibility
and milk production and composition. J Dairy Sci 81: 492-498.
Setiawan J, RRA Maheswari, BP Purwanto. 2013. Sifat Fisik dan Kimia, Jumlah
Sel Somatik dan Kualitas Mikrobiologis Susu Kambing Peranakan Ettawa.
Acta Vet Indones. 1 (1): 32-43
Suharlina. 2010. Peningkatan produktivitas Indigofera sebagai pakan hijauan
berkualitas tinggi melalui aplikasi pupuk organik cair dari limbah industri
penyedap masakan [tesis]. Bogor (ID): Institut Pertanian Bogor
Sukarni. 2006. Produksi dan komposisi air susu kambing Peranakan Etawah yang
diberi tambahan konsentrat pada awal laktasi. Denpasar (ID): Universitas
Udayana.
Susilowati DR, S Utami, HA Suratim. 2013. Nilai berat jenis dan total solid susu
kambing Sapera di Cilacap dan Bogor. JIP. 1(3): 1071-1077
Thai Agricultural Standard. 2008. Raw Goat Milk. Thailand (TH): National
Bereau of Agricultural Comodity and Food Standards. Ministry of
Agriculture and Cooperatives
Utami, Sri. 2012. Kajian berat jenis dan total solid susu Kambing Saanen, Jawa
Randu, dan Peranakan Etawa. Purwokerto (ID): Universitas Jenderal
Soedirman.
Wardeh MF. 1981. Models for estimating energy and protein utilization for feed
[disertasi]. Logan (US) : Utah State University
Whiteley PR. 1971. Biscuit Manufacture. London (GB): Applied Science
Publisher.

12

LAMPIRAN
Lampiran 1

N
T0
T1

6
6

Uji T rataan produksi susu kambing PE pada awal dan akhir
penelitian
Rataan
Awal
606
603

SD
Akhir
573
656

Awal
406.2
282.8

Akhir
245.5
326.8

Sig
0.798

T0: perlakuan pakan basal + biskuit 0%, T1: perlakuan pakan basal + biskuit 15%; N: jumlah
sampel, SD: standar deviasi, Sig: signifikansi (p