Efek Pemberian Biskuit Biosuplemen terhadap Daya Cerna Ransum, Kadar Laktosa dan Kalsium Susu pada Kambing Peranakan Etawah

EFEK PEMBERIAN BISKUIT BIOSUPLEMEN TERHADAP DAYA
CERNA RANSUM, KADAR LAKTOSA DAN KALSIUM SUSU
PADA KAMBING PERANAKAN ETAWAH

AMALIA IKHWANTI

DEPARTEMEN ILMU NUTRISI DAN TEKNOLOGI PAKAN
FAKULTAS PETERNAKAN
INSTITUT PERTANIAN BOGOR
BOGOR
2014

PERNYATAAN MENGENAI SKRIPSI DAN
SUMBER INFORMASI SERTA PELIMPAHAN HAK CIPTA
Dengan ini saya menyatakan bahwa skripsi berjudul Efek Pemberian Biskuit
Biosuplemen terhadap Daya Cerna Ransum, Kadar Laktosa dan Kalsium Susu
pada Kambing Peranakan Etawah adalah benar karya saya dengan arahan dari
komisi pembimbing dan belum diajukan dalam bentuk apa pun kepada perguruan
tinggi mana pun. Sumber informasi yang berasal atau dikutip dari karya yang
diterbitkan maupun tidak diterbitkan dari penulis lain telah disebutkan dalam teks
dan dicantumkan dalam Daftar Pustaka di bagian akhir skripsi ini.

Dengan ini saya melimpahkan hak cipta dari karya tulis saya kepada Institut
Pertanian Bogor.
Bogor, Agustus 2014
Amalia Ikhwanti
NIM D24100092

ABSTRAK
AMALIA IKHWANTI. Efek Pemberian Biskuit Biosuplemen terhadap Daya
Cerna Ransum, Kadar Laktosa dan Kalsium Susu pada Kambing Peranakan
Etawah. Dibimbing oleh IDAT GALIH PERMANA dan YULI RETNANI.
Kualitas pakan mempengaruhi produksi dan kualitas susu. Pada musim
kemarau, kualitas pakan relatif rendah. Oleh sebab itu, peternak membutuhkan
pakan efektif dan efisien untuk ternak. Penelitian ini bertujuan untuk
meningkatkan kualitas susu kambing perah (kambing Peranakan Etawah) dengan
penambahan biskuit biosuplemen pada pakan ternak. Biskuit biosuplemen adalah
pakan kering berbentuk seperti biskuit, aman dan mudah ditangani. Biskuit
biosuplemen merupakan ransum komplit, terdiri dari daun papaya, Indigofera sp.,
konsentrat dan premix. Penelitian ini dilaksanakan pada bulan Mei sampai dengan
Agustus 2013 di Cordero Farm, Ciapus, Bogor. Perlakuan terdiri dari T0 (pakan
basal + tanpa biskuit) dan T1 (pakan basal + biskuit 15%), digunakan Uji T untuk

analisis data. Penelitian ini menunjukkan bahwa penambahan biskuit biosuplemen
secara signifikan mempengaruhi kecernaan bahan kering ransum (p0.05).
Penambahan biskuit dapat meningkatkan kadar Ca susu (p0.05).
Kata kunci : biskuit, biosuplemen, kalsium, susu, kualitas susu

ABSTRACT
AMALIA IKHWANTI. The Effect of Biosupplement Biscuit on Ration
Digestibility, Milk Lactose and Calcium Level of Etawah Breed Goat. Supervised
by IDAT GALIH PERMANA and YULI RETNANI.
Feed quality determines milk production and quality. In dry season, feed
quality is low. Therefore, farmers need to feed their livestock effectively and
efficiently. A study aimed to increase dairy goat’s milk quality (Etawah Breed
Goat) had been conducted by adding biscuit biosupplement of their diet. Biscuit
biosupplement is dried feed, round shaped, saved and easily handled. The biscuit
is a completed ration, consists of papaya leaves, Indigofera sp., concentrate, and
premix. The study was conducted from May 2013 until August 2013 at Dairy
Goat Cordero Farm, Ciapus, Bogor. The T0 (Basal diet + without biscuit) and T1
(Basal diet + Biscuit 15 %) used T-Test to analize data. The addition biscuit
biosupplement in daily diet significantly increased drymatter digestibility
(p0.05). The study

showed milk Ca level was significantly increased by adding biscuit biosupplement
(p0.05).
Keywords : biscuit, biosupplement, calsium, milk, quality

EFEK PEMBERIAN BISKUIT BIOSUPLEMEN TERHADAP DAYA
CERNA RANSUM, KADAR LAKTOSA DAN KALSIUM SUSU
PADA KAMBING PERANAKAN ETAWAH

AMALIA IKHWANTI

Skripsi
sebagai salah satu syarat untuk memperoleh gelar
Sarjana Peternakan
pada
Departemen Ilmu Nutrisi dan Teknologi Pakan

DEPARTEMEN ILMU NUTRISI DAN TEKNOLOGI PAKAN
FAKULTAS PETERNAKAN
INSTITUT PERTANIAN BOGOR
BOGOR

2014

Judul Skripsi

Nama
NIM

: Efek Pemberian Biskuit Biosuplemen terhadap Daya Cerna
Ransum, Kadar Laktosa dan Kalsium Susu pada Kambing
Peranakan Etawah
: Amalia Ikhwanti
: D24100092

Disetujui oleh

Dr Ir Idat Galih Permana MSc Agr
Pembimbing I

Prof Dr Ir Yuli Retnani MSc
Pembimbing II


Diketahui oleh

Prof Dr Ir Panca Dewi MHK MS
Ketua Departemen

Tanggal Lulus:

PRAKATA
Puji dan syukur penulis panjatkan kepada Allah subhanahu wa ta’ala atas
segala karunia-Nya sehingga karya ilmiah ini berhasil diselesaikan. Tema yang
dipilih dalam penelitian ini adalah penambahan biskuit biosuplemen terhadap
daya cerna ransum, kalsium susu dan laktosa susu. Pemilihan kambing Peranakan
Etawah didasarkan atas potensi genetik dan ketersediaannya di Bogor, Jawa Barat.
Efektivitas dan efisiensi pemberian pakan merupakan fokus utama peternak dalam
menjalankan usahanya. Disamping itu, ketersediaan pakan pada umumnya masih
fluktuatif, terutama pada musim kemarau. Oleh sebab itu, biskuit biosuplemen
yang mudah disimpan dan ditangani, merupakan pakan solutif dan berkualitas.
Penulis menyadari bahwa penulisan skripsi ini masih belum sempurna. Oleh
sebab itu, kritik dan saran yang membangun, penulis harapkan untuk

penyempurnaan pada masa yang akan datang. Penulis berharap skripsi ini dapat
memberikan wawasan bagi seluruh pembaca, khususnya di bidang peternakan.
Semoga karya ilmiah ini bermanfaat.

Bogor, Agustus 2014

Amalia Ikhwanti

DAFTAR ISI
DAFTAR TABEL

vi

DAFTAR GAMBAR

vi

DAFTAR LAMPIRAN

vi


PENDAHULUAN
METODE
Bahan
Ternak
Pakan
Kandang dan Perlengkapan
Lokasi dan Waktu
Prosedur
Pembuatan Biskuit Biosuplemen
Persiapan Kandang dan Peralatan
Pemeliharaan
Pengambilan dan Analisis Kualitas Sampel Susu
Koleksi dan Analisis Feses
Rancangan dan Analisis Data
Perlakuan
Peubah yang Diamati
Rancangan Percobaan
Analisis Data


1
2
2
2
2
2
3
3
3
4
4
4
4
5
5
5
5
5

HASIL DAN PEMBAHASAN

Konsumsi dan Kecernaan Ransum
Total Solid dan Laktosa Susu
Kalsium Susu

5
5
7
8

SIMPULAN DAN SARAN
Simpulan
Saran

10
10
10

DAFTAR PUSTAKA

10


LAMPIRAN

13

RIWAYAT HIDUP

16

DAFTAR TABEL
1
2
3
4
5
6

Kandungan nutrien bahan pakan penelitian (dalam bahan kering)
Rataan konsumsi bahan kering dan nutrien ransum penelitian
Jumlah feses selama koleksi

Rataan KBK dan KBO
Rataan kadar total solid dan laktosa susu
Analisis kadar kalsium susu

2
6
6
6
7
8

DAFTAR GAMBAR
1 Biskuit biosuplemen
2 Perubahan laktosa dan kalsium susu

3
9

DAFTAR LAMPIRAN
1
2
3
4
5
6
7
8
9
10
11
12
13

Hasil T-test konsumsi bahan kering (BK) ransum
Hasil T-test konsumsi protein kasar (PK) ransum
Hasil T-test konsumsi lemak kasar (LK) ransum
Hasil T-test konsumsi serat kasar (SK) ransum
Hasil T-test konsumsi BETN ransum
Hasil T-test kecernaan bahan kering (KBK) ransum
Hasil T-test kecernaan bahan organik (KBO) ransum
Hasil T-test jumlah as fed feses
Hasil T-test jumlah bahan kering feses
Hasil T-test jumlah bahan organik feses
Kadar total solid susu
Kadar laktosa susu
Kadar kalsium susu

13
13
13
13
13
13
14
14
14
14
14
14
15

1

PENDAHULUAN
Tingkat konsumsi susu di Indonesia masih relatif rendah dibandingkan
negara-negara ASEAN lainnya dan negara-negara maju. Konsumsi susu
masyarakat Indonesia terbilang rendah dengan kisaran 11.09 liter per kapita per
tahun dibandingkan sejumlah negara di ASEAN sekitar 20 liter per kapita per
tahun (Kemenperin 2013). Rendahnya konsumsi susu di Indonesia, disebabkan
oleh beberapa faktor. Selain faktor ekonomi, terdapat faktor internal dari masingmasing individu untuk mengonsumsi susu, yakni adanya cara pandang bahwa
lemak susu dapat menyebabkan kegemukan atau obesitas. Selain itu, adanya studi
kasus mengenai gejala lactose intolerant setelah mengonsumsi susu yang terjadi
pada orang tertentu. Lactose intolerant adalah kondisi ketika bakteri dalam
saluran pencernaan tidak mampu memecah laktosa menjadi glukosa dan galaktosa
sehingga menyebabkan perut kembung, diare dan sakit perut. Ada beberapa cara
mengatasi lactose intolerant, antara lain menghindari bahan pangan yang
mengandung laktosa, memilih makanan fermentasi, konsumsi enzim lactase,
konsumsi probiotik, adaptasi kolon, dan pendekatan psikologi serta tingkah laku
(Mummah et al. 2014).
Rendahnya konsumsi susu di Indonesia dapat disebabkan oleh produksi
susu yang relatif rendah karena faktor pakan yang berkualitas rendah. Permintaan
susu meningkat 14.01% selama periode antara tahun 2002 sampai tahun 2007.
Namun, produksi susu Indonesia hanya tumbuh 2% (Direktorat Budidaya Ternak
Ruminansia, 2010).
Selain sapi perah, kambing perah juga memiliki potensi sebagai penghasil
susu yang dapat berkontribusi terhadap produksi susu nasional. Kambing
peranakan etawah (PE) merupakan bangsa kambing perah hasil persilangan antara
kambing etawah (India) dan kambing kacang (Indonesia). Rataan produksi susu
harian kambing PE adalah 1.12 liter ekor-1 hari-1 (Marwah et al. 2010). Potensi
genetik dan ketersediaan kambing PE yang relatif baik di Indonesia, umumnya
mendorong banyak peternak yang mengembangkan kambing PE.
Pengolahan pakan perlu dilakukan untuk menunjang palatabilitas pakan
dan efisiensi penyerapan pakan oleh hewan ternak (Retnani et al. 2014). Salah
satu pengolahan pakan modern adalah biskuit pakan. Biskuit adalah produk ringan
dan awet akibat proses pengeringan sehingga mudah disimpan dan ditangani
karena volume dan beratnya yang relatif ringan (Whiteley 1971). Pembuatan
biskuit biosuplemen dalam bentuk pakan kering bertujuan untuk memudahkan
proses penanganan dan penyimpanan. Biskuit biosuplemen dibuat dari bahan
pakan sumber serat, yakni hijauan segar yang dibutuhkan oleh ruminansia ketika
terjadi penurunan kualitas dan kuantitas hijauan (Retnani et al. 2014). Biskuit
pakan ini dapat diberikan untuk hewan ternak perah, seperti kambing. Penelitian
ini bertujuan untuk mengevaluasi pemberian biskuit biosuplemen terhadap
kecernaan ransum, kadar laktosa dan kalsium susu.

2

METODE
Bahan
Ternak
Ternak yang digunakan dalam penelitian ini adalah kambing Peranakan
Etawah (PE) betina laktasi. Kambing yang diamati berjumlah 12 ekor, umur 4
tahun, periode laktasi 3 – 4 dan lama laktasi 7- 9 bulan. dengan rataan bobot
badan 36.65 ± 3.17 kg.
Pakan
Perlakuan terdiri dari ransum basal (rumput gajah dan konsentrat) dan
biskuit biosuplemen dari daun pepaya dan daun Indigofera sp. Diberikan rumput
gajah 2 kg ekor-1 hari-1. Pakan konsentrat merupakan hasil pencampuran antara
8.35 kg konsentrat komersil dan sekitar 230 kg ampas tempe setiap pengadukan.
Campuran konsentrat diberikan 4 kg ekor-1 hari-1. Penelitian ini menggunakan
pakan ransum basal dan biskuit biosuplemen sebagai perlakuan.
1. Ransum basal terdiri atas konsentrat (campuran antara konsentrat
komersil dan ampas tempe) dan rumput gajah (Penissetum purpureum)
sebagai hijauan.
2. Biskuit biosuplemen yang digunakan merupakan campuran dari daun
pepaya, daun Indigofera sp., bungkil kelapa, bungkil kedelai, corn
gluten meal, molasses dan kapur. Kandungan nutrien bahan pakan
penelitian disajikan pada Tabel 1.
Tabel 1 Kandungan nutrien bahan pakan penelitian (dalam bahan kering)
Nutrien
BK
Abu
PK
LK
SK
BETN TDN
(%)
(%)
(%)
(%)
(%)
(%)
(%)
Hijauan
15.75
12.46
8.78
0.07 31.63
47.07 60.83
campuran
Konsentrat
40.23
13.3
13.7
4.35 20.08
48.57 60.03
Biskuit
92.39
8.55
36.65
3.77
20.4
30.63 58.78
Ransum T0
33.92
13.19 13.11
3.84 21.46
48.39 60.03
Ransum T1
36.19
12.86 14.92
3.88 21.25
47.08 60.11
Dianalisis di Laboratorium Ilmu dan Teknologi Pakan, Fakultas Peternakan, Institut Pertanian
Bogor (2013) ; BK: bahan kering, PK: protein kasar, LK: lemak kasar, SK: serat kasar, ransum T0:
hijauan campuran + konsentrat + tanpa biskuit, ransum T1: hijauan campuran + konsentrat +
biskuit 15%,, BETN: bahan ekstrak tanpa nitrogen, TDN: total digestible nutrient; *) Rumus
perhitungan TDN menurut Wardeh (1981): TDN hijauan = 1.6899 + 1.3844 (%protein kasar) 0.8279 (%lemak kasar) + 0.3673 (%serat kasar) + 0.7526 (%BETN), TDN konsentrat dan biskuit
=2.6407 + 0.6964 (%protein kasar) + 1.2159 (%lemak kasar) – 0.1043 (%serat kasar) + 0.9194
(%BETN).

Kandang dan Perlengkapan
Kandang yang digunakan adalah kandang individu berjumlah 12 petak
dengan jenis kandang panggung. Peralatan yang digunakan untuk analisa kualitas
susu adalah alat milkotester, termos es, dan plastik food grade. Peralatan yang
digunakan untuk analisis kalsium susu adalah Atomic Absorption

3
Spectrophotometer (AAS), botol kaca terang, erlenmeyer dan timbangan digital.
Peralatan yang digunakan untuk analisis sampel pakan antara lain oven 60oC,
oven 105oC, dan tanur.
Lokasi dan Waktu
Penelitian ini dilaksanakan di Cordero Farm, Ciapus, Bogor selama 3
(tiga) bulan yaitu pada bulan Mei sampai dengan Agustus 2013. Cordero Farm
merupakan peternakan mandiri milik Bapak Syauqi Masyhal yang terletak di
Ciapus, Bogor, Jawa Barat. Ternak yang dipelihara antara lain, 5 ekor sapi dan
100 ekor kambing. Peternakan ini bergerak pada bidang pemeliharaan dan
produksi. Manajemen pemeliharaan ditangani langsung oleh teknisi kandang yang
berjumlah 7 orang. Pakan yang digunakan adalah rumput gajah dan konsentrat
yang terdiri atas ampas tempe dan konsentrat komersil. Cordero Farm menjual
susu kambing segar dengan harga Rp 35.000 liter-1. Produksi susu kambing per
ekor per hari di peternakan ini mencapai rataan 1 liter ekor-1 hari-1. Oleh sebab itu,
penelitian ini menetapkan tempat di Cordero Farm.
Analisa kualitas susu dilakukan di Laboratorium Teknologi Pengolahan
Hasil Ternak Perah, Departemen Ilmu Produksi dan Teknologi Peternakan,
Fakultas Peternakan, Institut Pertanian Bogor. Analisa kalsium susu dilakukan di
Laboratorium Nutrisi Ternak Perah dan Laboratorium Bersama Kimia, Fakultas
Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam, Institut Pertanian Bogor. Analisis
sampel pakan dilakukan di Laboratorium Nutrisi Ternak Perah, Fakultas
Peternakan, Institut Pertanian Bogor.
Prosedur
Pembuatan Biskuit Biosuplemen

Gambar 1 Biskuit biosuplemen
Sumber : dokumentasi pribadi
Pembuatan biskuit biosuplemen dalam penelitian ini melalui beberapa
tahap. Daun pepaya dan Indigofera sp. yang dikumpulkan, kemudian dikeringkan
dibawah sinar matahari selama 1 sampai 3 hari. Setelah kadar air turun hingga
mencapai 10%, daun pepaya dan Indigofera sp. dicacah dengan menggunakan
mesin chopper. Penggilingan dengan mesin grinder dilakukan setelah pencacahan.
Setelah berbentuk mash, daun pepaya dan Indigofera sp. dicampur dengan bahan-

4
bahan yang lain, yaitu bungkil kelapa, bungkil kedelai, corn gluten meal,
molasses dan kapur. Pencampuran dilakukan dengan menggunakan mesin mixer.
Setelah menjadi campuran homogen, dicetak dengan mesin biskuit yang
menggunakan prinsip panas dan press. Satu kali pencetakan membutuhkan waktu
15 menit dengan jumlah biskuit yang dihasilkan sebanyak 42 biskuit. Ukuran
biskuit yang dihasilkan berdiameter 7 cm dengan ketebalan 1.5 cm.
Persiapan Kandang dan Peralatan
Sebelum dilakukan penelitian, kandang dibersihkan terlebih dahulu dan
dilakukan perbaikan. Sebanyak 12 ekor kambing PE dengan umur 3 – 4 tahun dan
bobot badan 36.65 ± 3.17 kg digunakan dalam penelitian ini. Pembuatan biskuit
biosuplemen dilakukan dengan menggunakan mesin press.
Pemeliharaan
Ransum perlakuan dicobakan selama dua minggu sebelum penelitian
dimulai sebagai penelitian pendahuluan (preliminary periode). Pakan diberikan 3
kali sehari, yaitu pagi hari pukul 07.00-08.00, siang hari pukul 14.00-15.00, sore
hari pukul 17.00-18.00. Pada pagi hari diberikan biskuit biosuplemen dan
konsentrat campuran, siang hari diberikan konsentrat sedangkan sore hari hanya
diberikan campuran rumput gajah dan legum Clitoria sp.
Pemerahan dilakukan secara manual dengan menggunakan tangan.
Pemerahan dilakukan dua kali sehari yaitu pagi hari pukul 05.00-06.00 dan sore
hari pukul 17.00-18.00. Susu hasil pemerahan diukur dalam gelas ukur dan
diambil sebagian untuk kepentingan analisis dan dimasukkan dalam termos es.
Pengambilan dan Analisis Kualitas Sampel Susu
Sampel susu diambil pagi dan sore setiap dua minggu dari masing-masing
ternak penelitian. Sebanyak 50 ml sampel susu per ekor diambil dan dimasukkan
ke dalam plastik food grade, kemudian dikomposit antara pemerahan pagi dan
sore untuk setiap ternak. Setelah itu dianalisis kualitasnya dengan milkotester.
Temperatur susu dijaga dengan dimasukannya masing-masing sampel ke dalam
termos. Analisis kalsium susu dilakukan dengan Atomic Absorption
Spectrophotometre (AAS). Sebelumnya dilakukan preparasi sampel, terdiri atas
destruksi basah dengan campuran HNO3, H2SO4 dan HClO4, pemanasan dengan
hotplate dan filtrasi.
Koleksi dan Analisis Feses
Kecernaan mulai diamati pada satu minggu terakhir pengamatan sesuai
dengan prosedur yang dilakukan oleh Hijar et al. (2009). Koleksi feses dilakukan
selama 7 x 24 jam pada masa akhir penelitian, kemudian diambil 10% dari bobot
segar feses per perlakuan setiap harinya. Feses yang sudah ditampung dikeringkan
dengan sinar matahari atau oven 60oC dan dibungkus dengan kertas. Pada hari ke7, dilakukan komposit feses setiap ternak. Kemudian dilakukan pemisahan bulu
yang menempel pada feses. Sampel feses yang sudah dikeringkan sebelumnya,
dimasukkan kedalam oven 105oC. Setelah itu dimasukkan ke dalam tanur. Hal
tersebut ditujukan untuk analisis bahan kering dan bahan organik.

5

Rancangan dan Analisa Data
Perlakuan
Perlakuan yang diberikan adalah :
T0 : Hijauan campuran + Konsentrat + tanpa Biskuit
T1 : Hijauan campuran + Konsentrat + Biskuit 15 %
Peubah yang Diamati
Peubah yang diamati dalam penelitian ini adalah konsumsi (bahan kering,
bahan organik dan nutrien) ransum, kecernaan bahan kering (KBK) dan kecernaan
bahan organik (KBO). Data bahan segar, kering dan organik feses pun diamati
untuk mendukung data kecernaan ransum. Selain itu, total solid, laktosa dan
kalsium susu serta perubahannya pun diamati.
Rancangan Percobaan
Sebanyak 12 kambing PE (Peranakan Etawah) digunakan dalam penelitian.
Penempatan ternak di kandang dan pemberian perlakuan dilakukan secara acak.
Penelitian ini terdiri dari perlakuan T0 (pakan basal + biskuit 0%) dan T1 (pakan
basal + biskuit 15%) dengan 6 (enam) ulangan.
Analisis Data
Data peubah dianalisis dengan T-Test (Paired T-Test) untuk
membandingkan kontrol (T0) dan perlakuan (T1). Software SPSS (versi 16.0 for
Windows) digunakan untuk uji statistik.

HASIL DAN PEMBAHASAN
Konsumsi dan Kecernaan Ransum
Kecernaan ransum sangat berkaitan dengan jumlah konsumsi ransum yang
diberikan. Konsumsi ransum akan lebih banyak ketika aliran digesta berlangsung
cepat, misanya dipengaruhi oleh ukuran partikel ransum yang diberikan.
Konsumsi pakan yang maksimum bergantung pada keseimbangan nutrien dalam
pencernaan (Paramita et al. 2008).
Retani et al. (2009) menyatakan bahwa palatabilitas ransum menentukan
konsumsi ransum. Berdasarkan uji statistik, konsumsi ransum kontrol dan
perlakuan tidak menunjukkan adanya perbedaan (p>0.05). NRC (2007)
menyatakan bahwa kebutuhan bahan kering kambing laktasi dengan bobot 36.65
kg adalah 1.38 kg hari-1. Hal ini menunjukkan bahwa konsumsi BK lebih tinggi
daripada standar kebutuhan pada ransum T0 dan T1, dengan standar kebutuhan
sebesar 1.39 kg hari-1.
Kecernaan ransum merupakan zat makanan dari konsumsi yang dapat
dimanfaatkan oleh tubuh yang tidak terdefekasi. Kecernaan pakan yang diamati
dalam penelitian ini terdiri dari kecernaan bahan kering (KBK) dan bahan organik
(KBO). Total Digestible Nutrient (TDN) adalah jumlah zat-zat makanan yang
dapat dicerna (NRC 2007). Pengukuran kecernaan bahan kering pakan penelitian

6
ini dilakukan secara in vivo dengan menghitung konsumsi bahan kering pakan dan
bahan kering feses ternak. Rataan konsumsi bahan kering dan nutrien ransum
penelitian disajikan pada Tabel 2.
Tabel 2 Rataan konsumsi bahan kering dan nutrien ransum penelitian
T0

Bahan
Pakan
Hijauan
Konsentrat
Total

BK
211 ± 22.9
1551 ± 35.5
1762 ± 50.5

Konsumsi (g ekor-1 hari-1)
PK
LK
SK
18.5 ± 2.01
0.15 ± 0.02
66.8 ± 7.25
212.4 ± 4.86
67.45 ± 1.54
311.4 ± 7.12
230.9 ± 6.07
67.6 ± 1.55
378.2 ± 12.32

BETN
99.4 ± 10.79
753.2 ± 17.23
852.6 ± 24.25

T1

Hijauan
187 ± 57.8
16.4 ± 5.08
0.13 ± 0.04
59.1 ± 18.29
88.0 ± 27.23
Konsentrat 1535 ± 68.7
210.3 ± 9.42
66.77 ± 2.99
308.2 ± 13.80 745.5 ± 33.38
Biskuit
138 ± 4.9
50.7 ± 1.80
5.21 ± 0.19
28.2 ± 1.00
42.4 ± 1.50
Total
1860 ± 108.7 277.4 ± 12.99
72.12 ± 2.99
395.6 ± 27.65 875.9 ± 51.72
BK = Bahan Kering; BO = Bahan Organik; PK = Protein Kasar; LK = Lemak Kasar; SK = Serat
Kasar; BETN = Bahan Ekstrak Tanpa Nitrogen. Dianalisis di Laboratorium Nutrisi Ternak Perah
dan Laboratorium Ilmu dan Teknologi Pakan, Departemen Ilmu Nutrisi dan Teknologi Pakan,
Institut Pertanian Bogor, 2013.

Kecernaan bahan kering dipengaruhi faktor internal dan eksternal, faktor
internal terdiri atas bobot badan ternak, produksi dan status fisiologis ternak.
Faktor eksternal dipengaruhi oleh komposisi nutrisi pakan, bentuk pengolahan
atau penyajian pakan dan lingkungan. Kualitas dan umur hijauan mempengaruhi
intake dan kecernaannya (Bohnert et al. 2011). Jumlah feses selama koleksi
disajikan pada Tabel 3.

Perlakuan
T0
T1

Tabel 3 Jumlah feses selama koleksi
Jumlah feses (g ekor-1 hari-1)
As Fed
Bahan Kering
Bahan Organik
360.31 ± 139.74
114.20 ± 36.95 a
96.88 ± 31.59
170.64 ± 46.20
76.45 ± 21.94 b
66.67 ± 18.81

Dianalisis di Laboratorium Nutrisi Ternak Perah, Departemen Ilmu Nutrisi dan Teknologi Pakan,
Institut Pertanian Bogor, 2013 ; Superskrip pada kolom yang sama menunjukkan perbedaan yang
signifikan (p