Strategi Pengembangan Pembiayaan Syariah di Sektor Mikro Agribisnis (Studi Kasus Bank Syariah Mandiri KCP Tajur, Bogor)

STRATEGI PENGEMBANGAN PEMBIAYAAN SYARIAH DI
SEKTOR MIKRO AGRIBISNIS (STUDI KASUS BANK
SYARIAH MANDIRI KCP TAJUR, BOGOR)

DEWI ROSMAWATI

DEPARTEMEN AGRIBISNIS
FAKULTAS EKONOMI DAN MANAKEMEN
INSTITUT PERTANIAN BOGOR
BOGOR
2013

PERNYATAAN MENGENAI SKRIPSI DAN
SUMBER INFORMASI SERTA PELIMPAHAN HAK CIPTA∗
Dengan ini saya menyatakan bahwa skripsi berjudul Strategi Pengembangan
Pembiayaan Syariah di Sektor Mikro Agribisnis (Studi Kasus: Bank Syariah
Mandiri KCP Tajur, Bogor) adalah benar karya saya dengan arahan dari komisi
pembimbing dan belum diajukan dalam bentuk apa pun kepada perguruan tinggi
mana pun. Sumber informasi yang berasal atau dikutip dari karya yang diterbitkan
maupun tidak diterbitkan dari penulis lain telah disebutkan dalam teks dan
dicantumkan dalam Daftar Pustaka di bagian akhir skripsi ini.

Dengan ini saya melimpahkan hak cipta dari karya tulis saya kepada Institut
Pertanian Bogor.
Bogor, September 2013
Dewi Rosmawati
NIM H34114030



   Pelimpahan hak cipta atas karya tulis dari penelitian kerjasama dengan pihak

luar IPB harus didasarkan pada perjanjian kerja sama yang terkait.

ABSTRAK
DEWI ROSMAWATI. Strategi Pengembangan Pembiayaan Syariah di Sektor
Mikro Agribisnis (Studi Kasus: Bank Syariah Mandiri KCP Tajur-Bogor)
Dibimbing oleh POPONG NURHAYATI.
Bank Syariah Mandiri adalah salah satu perusahaan perbankan yang
menyediakan pembiayaan mikro syariah untuk sektor mikro agribisnis. Penelitian
ini bertujuan untuk mengidentifikasi faktor internal dan eksternal perusahaan,
menganalisis alternatif strategi pengembangan bisnis dan merekomendasikan

prioritas strategi yang dapat digunakan BSM KCP Tajur dalam mengembangkan
bisnisnya. Penelitian ini menggunakan tehnik Delphi, matriks IFE, EFE, IE,
SWOT dan matriks QSP yang menunjukkan kondisi internal perusahaan yaitu
manajemen perusahaan, produktivitas tenaga kerja, Pemasaran jasa pembiayaan,
lokasi perusahaan, kondisi keuangan, kemampuan permodalan, kualitas
pelayanan, sarana dan prasarana operasional, dan sistem informasi manajemen
perusahaan. Penelitian ini juga menunjukkan kondisi eksternal perusahaan, yaitu
kondisi perekonomian, kondisi sosial budaya, dukungan pemerintah,
perkembangan teknologi dan sistem informasi, banyaknya perusahaan baru,
kekuatan tawar menawar pembeli, kekuatan tawar menawar pemasok, ancaman
produk substitusi, persaingan anggota industri. Berdasarkan analisis matriks IE,
BSM KCP Tajur terdapat pada posisi tumbuh dan kembangkan dengan strategi
utama yaitu strategi intensif dan strategi integrasi. Berdasarkan analisis matriks
SWOT maka dihasilkan delapan strategi. Strategi prioritas berdasarkan hasil
matriks QSP BSM KCP Tajur adalah strategi pengembangan kerjasama dengan
organisasi/kelompok usaha mikro agribisnis dan memanfaatkan program sosial
pemerintah.
Kata kunci: mikro agribisnis, pembiayaan mikro syariah, dan strategi
pengembangan bisnis.


ABSTRACT
DEWI ROSMAWATI. Development strategy of syariah finance in micro
agribusiness sector (case study: Bank of Syariah Mandiri KCP Tajur-Bogor).
Supervised by POPONG NURHAYATI.
Bank of Syariah Mandiri is one of banking company which provide
funding of micro syariah for micro agribusiness. The purpose of this research are
to identify the internal and eksternal strategy factor of company, to analyze the
alternative strategy of business development and also to recommend the priority
of strategy which can be applied by BSM KCP Tajur in expanding The business.
This research used Delphi technique, IFE Matrix, EFE, IE, SWOT and QSP
Matrix which indicate the internal condition of company namely company
management, manpower productivity, marketing of financial service, location of
the company, financial condition, capital power, quality service, means and
operational infrastructure, and also the information system of the company
management. This research also indicates the eksternal condition of company

namely economy, social culture, government contribution, technology and
information system development, The number of new established companies,
bargaining power among purchasers and suppliers, the threat of substitution
product and the competition among the members of industry. Based on IE matrix

analysis That BSM KCP TAJUR is on growing and developing position with
main strategy are intensive strategy and integrative strategy. Based on SWOT
matrix analysis obtainable eight strategies. The priority strategy base on QSP
matrix result of BSM KCP TAJUR is that the strategy of corporation development
whith micro agribusiness organization by utilizing the social program from the
government.
Keywords : Agribusiness micro, syariah micro finance, business development
strategy.

.

STRATEGI PENGEMBANGAN PEMBIAYAAN SYARIAH DI
SEKTOR MIKRO AGRIBISNIS (STUDI KASUS BANK
SYARIAH MANDIRI KCP TAJUR, BOGOR)

DEWI ROSMAWATI

Skripsi
sebagai salah satu syarat untuk memperoleh gelar
Sarjana Ekonomi

pada
Departemen Agribisnis

DEPARTEMEN AGRIBISNIS
FAKULTAS EKONOMI DAN MANAJEMEN
INSTITUT PERTANIAN BOGOR
BOGOR
2013

Judul Skripsi : Strategi Pengembangan Pembiayaan Syariah di Sektor Mikro
Agribisnis (Studi Kasus Bank Syariah Mandiri KCP Tajur, Bogor)
: Dewi Rosmawati
Nama
:H3411430
NIM

Disetujui oleh

Ir Popong Nurhayati, MM
Pembimbing


Diketahui oleh

Tanggal Lulus:

1 2 SEP 2013

Judul Skripsi : Strategi Pengembangan Pembiayaan Syariah di Sektor Mikro
Agribisnis (Studi Kasus Bank Syariah Mandiri KCP Tajur, Bogor)
Nama
: Dewi Rosmawati
NIM
: H3411430

Disetujui oleh

Ir Popong Nurhayati, MM
Pembimbing

Diketahui oleh


Dr Ir Nunung Kusnadi, MSc
Ketua Departemen

Tanggal Lulus:

PRAKATA
Puji dan syukur penulis panjatkan kehadirat Allah subhanahu wa ta’ala atas
segala rahmat dan karunia-Nya sehingga karya ilmiah ini berhasil diselesaikan.
Tema yang dipilih dalam penelitian yang dilaksanakan sejak bulan Maret sampai
dengan Agustus 2013 ini ialah pembiayaan syariah, dengan judul Strategi
Pengembangan Pembiayaan Syariah di Sektor Mikro Agribisnis.
Terima kasih penulis ucapkan kepada Ibu Ir. Popong Nurhayati, MM selaku
pembimbing yang dengan penuh kesabaran memberi bimbingan dan arahannya
kepada penulis, Ibu Eva Yolynda Aviny, SP. MM selaku dosen evaluator
kolokium, Bapak Ir. Burhanudin, MM selaku dosen penguji utama dan Bapak Ir.
Joko Purwono, MS selaku dosen penguji akademik yang telah banyak memberi
masukan dan saran dalam penulisan penelitian. Disamping itu, penghargaan
penulis sampaikan kepada Bapak Aziz Ridwan Sholeh, Ibu Sri Kuntari, Ibu
Rapika, team marketing dan team mikro dari Bank Syariah Mandiri KCP Tajur

beserta seluruh staff lainnya, Bapak Dr. Hendri Tanjung S.Si, MM, M.Ag, M.Phil,
Ph.D, dari Universitas Ibnu Khaldun, serta Bapak Irfan Syauqi Beiq M.Sc., Ph.D
dari Institut Pertanian Bogor, yang telah membantu selama pengumpulan data.
Ungkapan terima kasih juga disampaikan kepada ayah, ibu, suami dan buah hati
tercinta, serta seluruh keluarga, dan sahabat atas segala doa, kasih sayang dan
motivasinya.
Semoga karya ilmiah ini bermanfaat.

Bogor, Agustus 2013
Dewi Rosmawati

DAFTAR ISI
DAFTAR TABEL

vii

DAFTAR GAMBAR

viii


DAFTAR LAMPIRAN

ix

PENDAHULUAN



Latar Belakang



Perumusan Masalah



Tujuan Penelitian

10 


Ruang Lingkup Penelitian

11 

TINJAUAN PUSTAKA

11 

Strategi Pengembangan Usaha

11 

Tinjauan Penelitian

11 

Persamaan dan Perbedaan
KERANGKA PEMIKIRAN
Kerangka Pemikiran Teoritis


15 
16 
16 

Manajemen Strategis

16 

Pernyataan Visi dan Misi

19 

Analisis Lingkungan Bisnis

20 

Alat analisis

27 

Kerangka Pemikiran Operasional
METODE PENELITIAN

28 
31 

Lokasi dan Waktu Penelitian

31 

Metode Penentuan Responden

31 

Jenis dan Sumber Data

32 

Metode Pengumpulan Data

32 

Metode Pengolahan dan Analisis Data

33 

Tahap Analisis Input

33 

Tahap Pencocokan

42 

Matriks IE

42 

Analisis Matriks SWOT

43 

HASIL DAN PEMBAHASAN
Gambaran Umum Perusahaan

47 
47 

Sejarah dan Perkembangan Bank Syariah Mandiri

47 

Lokasi Bank Syariah Mandiri Indonesia

48 

Visi, Misi dan Tujuan Bank Syariah Mandiri

48 

Produk Bank Syariah Mandiri

49 

Bank Syariah Mandiri KCP Tajur-Bogor

56 

Analisis Lingkungan Perusahaan

58 

Analisis Lingkungan Internal

58 

Analisis Lingkungan Eksternal

67 

Formulasi Alternatif Strategi

103 

Analisis Matriks IFE dan EFE

103 

Analisis Matriks IE

107 

Analisis Matriks SWOT

114 

Penentuan Urutan Prioritas Strategi Menggunakan QSPM

122 

Kesimpulan

124 

Saran

126 

DAFTAR PUSTAKA

126 

LAMPIRAN

128 

RIWAYAT HIDUP

143

DAFTAR TABEL
1
2
3
4
5
6
7
8
9
10
11
12
13
14
15
16
17
18

Perkembangan data Usaha Mikro, Kecil, Menengah (UMKM) dan
Usaha Besar (UB) Tahun 2009-2010
Jumlah usaha menurut skala usaha 2009-2010
Jumlah usaha mikro berdasarkan sektor ekonomi 2008-2009
Penyaluran pembiayaan BSM KCP Tajur berdasarkan segmentasi
pembiayaan periode 2008-2012.
Hasil penelitian terdahulu
Lima fungsi dasar manajemen produksi/operasi menurut Schroeder
dalam David
Jenis dan sumber data
Faktor- faktor strategis internal dugaan
Penilaian bobot faktor strategis internal perusahaan
Analisis dugaan matriks IFE
Faktor- faktor strategis eksternal dugaan
Penilaian bobot faktor strategis eksternal perusahaan
Analisis dugaan matriks EFE
Matriks SWOT
Matriks QSP dugaan
Perkembangan pembiayaan BSM periode 2008-2012
Price pembiayaan Warung Mikro Bank Syariah Mandiri
Hasil tehnik Delphi lingkungan eksternal oleh Para Pakar untuk
lingkungan umum





16 
23 
32 
35 
36 
37 
39 
40 
41 
44 
46 
52 
62 
73 

19 Hasil Tehnik Delphi Lingkungan Eksternal oleh Para Pakar untuk
Lingkungan Industri.
20 Hasil konfirmasi faktor eksternal dengan pihak internal
21 PDRB atas dasar harga berlaku Kabupaten Bogor menurut lapangan
usaha tahun 2010-2011 (Juta Rupiah)
22 Peta perusahaan pesaing
23 Faktor-faktor strategis lingkungan internal BSM KCP Tajur
24 Faktor-faktor strategis lingkungan eksternal BSM KCP Tajur
25 Faktor-faktor strategis internal dugaan (Identifikasi perubahan)
26 Faktor-faktor strategis lingkungan internal BSM KCP Tajur
(Identifikasi perubahan)
27 Faktor-faktor strategis eksternal dugaan (Identifikasi perubahan)
28 Faktor-faktor strategis lingkungan eksternal BSM KCP Tajur
(Identifikasi perubahan)
29 Matriks IFE (Internal Faktor Evaluation) BSM KCP Tajur
30 Matriks EFE (Eksternal Faktor Evaluation) BSM KCP Tajur
31 Rangkuman strategi operasional hasil analisis matriks IE
32 Matriks SWOT BSM KCP Tajur
33 Gambaran umum tentang alternatif strategi yang diberikan dengan
strategi yang telah dijalankan oleh Pihak BSM KCP Tajur
34 Urutan prioritas strategi bagi BSM KCP Tajur-Bogor

74 
75 
77 
94 
95 
96 
97 
98 
100 
101 
104 
106 
113 
115 
121 
123 

DAFTAR GAMBAR
1 Model manajemen strategis komprehensif
17 
2 Model lima kekuatan Porter
27 
3 Kerangka pemikiran operasional strategi pengembangan pembiayaan
syariah pada sektor mikro agribisnis
30 
4 Rancangan implementasi tehnik Delphi
39 
5 Matriks internal-eksternal
42 
6 Pertumbuhan komposisi Dana Pihak Ketiga BSM 2011-2012
50 
7 Skema operasional BSM dalam menyalurkan pembiayaan melalui
Outlet Warung Mikro.
65 
8 Proses pembiayaan murabahah
65 
9 Pertumbuhan PDB dan penjualan akhir riil, persen tahun ke tahun
79 
10 Matriks IE BSM KCP Tajur
107 

DAFTAR LAMPIRAN
1 Struktur organisasi Bank Syariah Mandiri
2 Struktur organisasi Bank Syariah Mandiri KCP Tajur-Bogor
3 Bukti dokumentasi para pakar (ekspert) responden eksternal
4 Penilaian faktor eksternal oleh pihak internal perusahaan
5 Hasil penilaian pembobotan dan rating faktor strategis internal
6 Hasil pembobotan faktor strategis eksternal oleh masing-masing
responden
7 Matriks QSPM BSM KCP Tajur-Bogor
8 Dokumentasi kegiatan magang kerja dan penelitian di BSM KCP
Tajur-Bogor

129 
130 
131 
133 
134 
136 
138 
140 

1

PENDAHULUAN
Latar Belakang
Usaha mikro menempati posisi strategis dan memiliki peranan penting
dalam pembangunan perekonomian Indonesia. Hal tersebut dapat terlihat dari
ketangguhannya dalam menghadapi berbagai krisis ekonomi yang terjadi, seperti
krisis moneter pada tahun 1997 dan krisis global pada tahun 2008.
Keunggulan Usaha Mikro Kecil dan Menengah (UMKM) khususnya usaha
mikro sebagai sektor domestik yang mampu menggerakkan perekonomian
nasional adalah karena ketergantungannya yang kuat terhadap muatan lokal. Unit
usaha UMKM menggunakan sumber daya dalam negeri baik sumber daya
manusia, bahan baku dan peralatan sehingga UMKM tidak tergantung pada impor.
Selain itu, hasil produksi sektor UMKM lebih ditujukan untuk memenuhi pangsa
pasar dalam negeri, sehingga tidak tergantung kepada kondisi perekonomian
negara lain. Oleh karena itu, sektor inilah yang paling tahan terhadap ancaman
krisis global beberapa waktu yang lalu.1
Selain itu usaha mikro juga dikenal memiliki karakteristik positif karena
memiliki kontribusi yang besar terhadap penyerapan jumlah tenaga kerja, Produk
Domestik Bruto (PDB) dan jumlah usaha yang berjalan. Berdasarkan data yang
diperoleh dari Kementrian Koperasi dan Usaha Mikro, Kecil, dan Menengah
(KUKM), pada tahun 2009 usaha mikro memiliki kemampuan dalam menyerap
tenaga kerja tertinggi (berdasarkan skala usaha) sebanyak 90.012.694 orang
(91,03%) dan mengalami peningkatan jumlah tenaga kerja pada tahun 2010
menjadi 93.014.759 (90,98%). Usaha mikro juga telah mampu memberikan
kontribusi terbesar kedua terhadap PDB (berdasarkan skala usaha) pada tahun
2009 yaitu sebesar 682.259,8 milyar (32,66%) dan mengalami peningkatan nilai
menjadi 719.070,2 milyar (32,42%). Walaupun kedua indikator tersebut
persentasenya mengalami sedikit penurunan, tetapi jumlah tenaga kerja yang
mendapatkan pekerjaan dan nilai PDB yang dihasilkan mengalami peningkatan.
Adapun data mengenai perkembangan data usaha mikro kecil menengah
(UMKM) dan usaha besar disajikan pada Tabel 1 berikut.

1

 Outlook2013BS2013seminar1 http://www.bi.go.id/NR/rdonlyres/77FFB81A-7E62-4408-89BBB87DE482D7D0/27761/OutlookBS2013seminar1.pdf [Di akses 25 April 2013] 

2
Tabel 1 Perkembangan data Usaha Mikro, Kecil, Menengah (UMKM) dan
Usaha Besar (UB) tahun 2009 – 2010
PDB atas Harga Konstan
2000 (Rp. Milyar)

JumlahTenaga Kerja (orang)
Skala Usaha
2009
Jumlah
Usaha Mikro
Usaha Kecil
Usaha
Menengah
Usaha Besar

2010

2009

2010

90.012.694

93.014.759

682.259,8

719.070,2

Pangsa (%)

91,03

90,98

32,66

32,42

Jumlah
Pangsa (%)

3.521.073
3,56

3.627.164
3,55

224.311,0
10,74

239.111,4
10,78

Jumlah

2.677.565

2.759.852

306.028,5

324.390,2

Pangsa (%)
Jumlah
Pangsa (%)

2,71
2.674.671
2,70

2,70
2.839.711
2,78

14,65
876.459,2
41,95

14,63
935.375,2
42,17

98.886.003

102.241.486

2.089.058,5

2.217.947,0

100

100

100

100

Jumlah
Total
Pangsa (%)

Sumber: Kementrian Koperasi dan UMKM (2013) dan BPS (2013)

Kontribusi usaha mikro terhadap pembangunan perekonomian Indonesia
juga dapat dilihat dari jumlah usaha yang beroperasi. Berdasarkan Tabel 2, dari
seluruh skala usaha yang ada, usaha mikro memiliki jumlah usaha terbanyak yaitu
52.176.795 usaha (98,89%) pada tahun 2009 dan mengalami peningkatan jumlah
usaha pada tahun 2010 yaitu menjadi 53.207.500 usaha (98,86%). Jumlah usaha
mikro jauh lebih banyak dari skala usaha lainnya, hal tersebut menyiratkan bahwa
usaha mikro memiliki peran penting dalam perekonomian nasional.
Tabel 2 Jumlah usaha menurut skala usaha tahun 2009-2010
Jumlah Usaha
Skala Usaha
Usaha Mikro
Usaha Kecil
Usaha Menengah
Usaha Besar
Total

2009
52.176.795
546.675
41.133
4.677
52.764.603

%
98,89
1,04
0,08
0,009
100

2010
53.207.500
573.601
42.631
4.838
53.823.732

%
98,86
1,07
0,08
0,009
100

Sumber: Kementrian koperasi dan UMKM (2013)

Usaha mikro yang beroperasi, terdapat di dalam berbagai macam sektor
ekonomi, diantaranya disektor pertanian, peternakan, kehutanan dan perikanan,
sektor perdagangan, hotel dan restoran, sektor pengangkutan dan komunikasi,
sektor industri pengolahan, sektor jasa dan sektor-sektor lainnya. Berdasarkan
data pada Tabel 3, jumlah terbesar usaha mikro terdapat pada (1) sektor pertanian,
peternakan, kehutanan dan perikanan yaitu sebanyak 26.222.578 pada tahun 2008
dan mengalami peningkatan menjadi 26.364.440 pada tahun 2009, (2) sektor
perdagangan, hotel dan restoran sebanyak 14.387.690 pada tahun 2008 dan
mengalami peningkatan menjadi 15.112.028 pada tahun 2010, (3) sektor
pengangkutan dan komunikasi sebanyak 3.186.181 dan mengalami peningkatan

3
menjadi 3.388.742 pada tahun 2010, (4) sektor industri pengolahan sebanyak
3.176.471 dan mengalami peningkatan sebanyak 3.205.046 pada tahun 2010.
Tabel 3 Jumlah usaha mikro berdasarkan sektor ekonomi 2008-2009
No.
1

Sektor Ekonomi

2

Pertanian, peternakan, kehutanan dan
perikanan
Pertambangan dan Penggalian

3
4

Industri Pengolahan
Listrik, gas dan air Minum

5
6

Jumlah Usaha
2008
2009
26.222.578
26.364.440
258.974

269.516

3.176.471
10.756

3.205.046
10.838

Bangunan
Perdagangan, hotel dan Restoran

485.530
14.387.690

538.603
15.112.028

7

Pengangkutan dan Komunikasi

3.186.181

3.388.742

8

Keuangan, persewaan,dan jasa
Perusahaan
Jasa-jasa
Total

970.163

1.031.609

2.149.428
50.847.771

2.255.973
52.176.795

9

Sumber: Kementrian Koperasi dan UMKM (2010)

Berdasarkan data pada Tabel 3, usaha mikro sebagian besar bergerak dalam
sektor agribisnis. Sektor agribisnis tersebut tidak hanya dipandang dari sisi
pertanian primer atau on farm saja (sektor pertanian, peternakan, kehutanan dan
perikanan) tetapi juga dari sisi off farm yang memiliki keterkaitan dengan sisi on
farm, seperti sub sektor hulu, sub sektor hilir dan sub sektor penunjang, yang
dalam hal ini adalah sektor industri, sektor perdagangan, sektor pengangkutan,
serta jasa penunjang seperti koperasi dan permodalan. Dengan demikian sektor
mikro agribisnis memiliki peranan yang besar dalam perkembangan jumlah usaha
mikro nasional, sehingga pada akhirnya sektor mikro agribisnis merupakan sektor
yang sangat dapat diandalkan dalam pembangunan perekonomian Indonesia.
Menurut Saragih (2010), sektor agribisnis sebagai bentuk modern dari
pertanian primer paling sedikit mencakup empat subsistem yaitu: subsistem
agribisnis hulu, yaitu kegiatan ekonomi yang menghasilkan dan perdagangan
sarana produksi pertanian primer (seperti industri pupuk, obat-obatan, bibit/benih,
alat dan mesin pertanian, dan lain-lain); subsistem usahatani, yang di masa lalu
disebut sebagai sektor pertanian primer; subsistem agribisnis hilir, yaitu kegiatan
ekonomi yang mengolah hasil pertanian primer menjadi produk olahan, baik
dalam bentuk yang siap untuk dimasak atau siap untuk disaji atau siap untuk
dikonsumsi beserta kegiatan perdagangannya di pasar domestik dan internasional;
dan subsistem jasa layanan pendukung seperti lembaga keuangan dan pembiayaan,
transportasi, penyuluhan dan layanan informasi agribisnis, penelitian dan
pengembangan, kebijakan pemerintah, asuransi agribisnis, dan lain-lain.
Sektor agribisnis di Indonesia masih banyak yang berada pada skala usaha
mikro. Usaha mikro adalah usaha produktif milik orang perorangan dan/atau
badan usaha perorangan yang memiliki kekayaan bersih paling banyak Rp

4
50.000.000,00 tidak termasuk tanah dan bangunan tempat usaha atau memiliki
hasil penjualan tahunan paling banyak Rp 300.000.000,00 (UU No. 20 Tahun
2008 tentang UMKM).2
Mengingat besarnya peran dan tingginya peluang usaha mikro agribisnis
terhadap perkembangan perekonomian Indonesia, sudah selayaknya usaha mikro
agribisnis mendapat perhatian lebih dari berbagai pihak, baik pemerintah (melalui
dinas pertanian,peternakan, kehutanan, dan perikanan serta kementrian koperasi
dan UMKM), maupun lembaga jasa pembiayaan. Namun pada kenyataannya,
tidak ringan kendala dan tantangan yang harus dihadapi usaha mikro agribisnis
khususnya sektor UMKM. Kendala klasik yang kerap dihadapi diantaranya adalah
permodalan.3
Minimnya akses pelaku usaha pertanian (sebagai salah satu sektor agribisnis
yang sebagian besar masih berada pada skala mikro) terhadap sumberdaya
keuangan merupakan persoalan utama yang dihadapi oleh sektor ini. Ini terlihat
antara lain dari rendahnya prosentase kredit perbankan nasional untuk pertanian,
yang angkanya baru mencapai 5,33 persen per Februari 2012.4 Rendahnya pihak
perbankan untuk menyalurkan kredit di sektor mikro agribisnis dikarenakan sektor
mikro agribisnis dianggap kurang memberikan keuntungan dan memiliki risiko
yang tinggi, padahal berdasarkan data yang ada, sektor mikro agribisnis memiliki
kontribusi yang besar terhadap perekonomian nasional.
Pada tahun 2012 total kredit yang disalurkan perbankan mencapai Rp 2.725
triliun, dari total kredit tersebut yang disalurkan ke sektor Usaha Mikro Kecil dan
Menengah (UMKM) hanya sekitar 19,31 persen atau sekitar Rp 526,4 triliun. BI
mengeluarkan ketentuan terhadap pihak perbankan, baik itu BPR atau bank
konvensional harus menyalurkan kreditnya kepada UMKM minimal 20 persen
dari total kredit yang disalurkan, dari Rp 526,4 triliun kredit untuk UMKM ini
yang paling banyak disalurkan ke sektor perdagangan sebesar 47,2 persen,
sedangkan ke sektor pertanian hanya 7,73 persen atau Rp 40,70 triliun. Dari Rp
40,70 triliun, untuk sektor pertanian ini, sebanyak 56,29 persen disalurkan ke
sektor perkebunan seperti kelapa sawit dan tebu. Untuk sektor pangan hanya 8
persen, hortikultura mencapai 6 persen dan peternakan 17,94 persen. Alasan
perbankan enggan menyalurkan kredit ke sektor pertanian yang sebagian besar
masih di mikro agribisnis, karena sektor ini memiliki risiko gagal panen, fluktuasi
harga dan faktor cuaca. Selain itu, sangat sulit menghitung cash flow secara akurat
dan tidak memiliki jaminan yang memadai.5
Kredit memiliki peran strategis dalam pembangunan sektor mikro agribisnis,
sehingga pemerintah menjadikan kredit sebagai instrumen kebijakan yang
penting, namun ternyata berdasarkan pengalaman selama ini efektivitas pemberian
kredit pemerintah belum optimal, hal ini terbukti dengan masih lemahnya
permodalan ditingkat pelaku usaha mikro agribisnis, walaupun beberapa kredit
sudah pernah diimplementasikan. Langkah yang diambil pemerintah untuk
mengatasi persoalan akses pembiayaan diantaranya dengan
menerapkan
2

www.bi.go.id/NR/rdonlyres/C7402D01.../UU20Tahun2008UMKM.pdf
UMKM Indonesia VS Prinsip ekonomi Syariah
http://www.republika.co.id/berita/nasional/opini/11/10/02/lsf53r-umkm-indonesia-vs-prinsip-ekonomi- [Di
akses 20 maret 2013]
4
Majalah Sharing Edisi Agustus 2012 : Akselerasi Lima Jalur Pembiayaan Syariah untuk Pertanian
5
 Tamburian E. 2013. www.shnews.co/detile-14779-ri-lalai-bangun-bank-pertanian.html (Di akses15 maret
2013)
3

5
kebijakan Pengembangan Usaha Agribisnis Perdesaan (PUAP). Namun, kebijakan
tersebut dinilai kurang efektif akibat sejumlah moral hazard pada praktiknya. 6
Indikasi ketidakefektifan tersebut jelas terlihat dari banyaknya kredit macet yang
sampai kini belum terselesaikan, seperti yang terjadi pada kasus lainnya yaitu
Kredit Usaha Tani (KUT) dan Kredit Usaha Rakyat ( KUR).7
Menurut Ashari dan Saptana (2005) setidaknya ada tiga sifat yang melekat
pada skim kredit pertanian/mikro agribisnis yang berpeluang menimbulkan
ketidakefektifan. Pertama, kredit selalu berbasis bunga tetap (fix interest). Setiap
skim kredit, apapun bentuknya, menjadikan bunga sebagai harga tetap dari dana
yang pinjam dan harus dikembalikan ketika jatuh tempo. Padahal sektor pertanian
memiliki risiko kegagalan yang tinggi baik dalam produksi maupun fluktuasi
harga yang relatif tinggi. Jika petani gagal dalam usahataninya, baik karena gagal
panen maupun rendahnya harga pasar, mereka tidak akan mampu membayar
pinjaman sehingga dapat terjerat hutang yang semakin besar karena prinsip bunga
berbunga.
Kedua, terdapat kesenjangan (gap) “dalam ruang usaha” antara peminjam
(debitor) dan pemberi pinjaman (kreditor), pihak debitor murni berusaha disektor
riil, sementara kreditor hanya bergerak disektor moneter. Konsekuensinya, risiko
kegagalan usaha umumnya hanya akan dibebankan kepada debitor, sementara
kreditor tetap mendatangkan keuntungan sebesar tingkat suku bunga yang
ditetapkan. Antara kreditor dan debitor tidak ada sinergi yang utuh karena masingmasing bergerak secara parsial dalam sistem perhitungan yang berbeda. Ketiga
sistem pembiayaan pertanian selama ini diintegrasikan dengan non pertanian.
Setiap penghitungan usaha pada sektor nonpertanian (terutama industri dan jasa)
jika diterapkan untuk usaha pertanian cenderung over estimate. Apabila
dipaksakan hal ini akan membuat usaha pertanian tidak akan mendapat dukungan
kredit dalam jumlah sesuai dengan kebutuhan.
Pembiayaan (kredit) untuk usaha agribisnis saat ini dapat dilakukan dengan
pembiayaan konvensional (kredit) maupun dengan pembiayaan syariah. Berbeda
dengan pembiayaan konvensional yang lebih menekankan pada sistem bunga,
pembiayaan syariah lebih mengandung nilai keadilan dengan prinsip profit loss
sharing (bagi hasil dan bagi risiko), bebas bunga dan pembagian keuntungan
didasarkan atas bagi hasil yang dilakukan setelah periode transaksi berakhir.
Karakteristik pembiayaan syariah dengan skema bagi hasil dinilai sesuai dengan
karakteristik mikro agribisnis yang bergerak disektor riil dengan tingkat risiko
tinggi, namun juga terbukti mampu memberikan manfaat dan kontribusi yang
nyata dalam pembangunan.
Karakteristik sistem perbankan syariah yang beroperasi berdasarkan prinsip
bagi hasil memberikan alternatif sistem perbankan yang saling menguntungkan
bagi masyarakat dan bank, serta menonjolkan aspek keadilan dalam bertransaksi,
investasi yang beretika, mengedepankan nilai-nilai kebersamaan dan persaudaraan
dalam berproduksi, dan menghindari kegiatan spekulatif dalam bertransaksi
keuangan. Dengan menyediakan beragam produk serta layanan jasa perbankan
yang beragam dengan skema keuangan yang lebih bervariatif, perbankan syariah
6

Pembiayaan Syariah Solusi bagi UMKM agribisnis. ukmindonesiasukses.blogspot.com (Di akses25 April
2003)
7
Prospek Pembiayaan Syariah untuk sektor pertanian, Forum Penelitian Agro Ekonomi. Vol. 23 No. 2
Desember 2005 : 132-147 (Di akses 20 Januari 2013) 

6
menjadi alternatif sistem perbankan yang kredibel dan dapat dinimati oleh seluruh
golongan masyarakat Indonesia tanpa terkecuali (BI,2013).
Saat ini telah berkembang lembaga keuangan syariah, baik Bank Umum
Syariah (BUS) maupun Bank Perkreditan Rakyat Syariah (BPRS). Tingkat
perkembangan dan pertumbuhan perbankan syariah di Indonesia setiap tahunnya
cukup pesat. Hal ini tercermin dari ekspansi pelayanan (jaringan kantor yang
semakin meluas menjangkau 33 propinsi di Indonesia), pertumbuhan asset dan
peningkatan pembiayaan. Selama periode tahun 2012, jumlah Bank Umum
Syariah (BUS) dan Unit Usaha Syariah (UUS) sampai dengan Oktober 2012 tidak
mengalami perubahan, namun demikian jumlah jaringan kantor meningkat.
Meskipun dengan jumlah BUS (11 buah) maupun UUS (24 buah) yang sama,
namun pelayanan kebutuhan masyarakat akan perbankan syariah menjadi semakin
meluas yang tercermin dari bertambahnya Kantor Cabang (KC) dari sebelumnya
sebanyak 452 menjadi 508 Kantor, sementara Kantor Cabang Pembantu (KCP)
dan Kantor Kas (KK) telah bertambah sebanyak 440 kantor pada periode yang
sama (Oktober 2012, yoy: year on year). Secara keseluruhan jumlah kantor
perbankan syariah yang beroperasi sampai dengan bulan Oktober 2012
dibandingkan tahun sebelumnya meningkat dari 1.692 kantor menjadi 2.188
kantor (BI, 2013).
Tingkat rentabilitas perbankan syariah terhadap penggunaan asetnya cukup
baik yang tercermin dari rasio ROA (Return On Assets: rasio laba sebelum
pajak)dan ROE ( Return On Equity: rasio laba setelah pajak)yang masing-masing
sebesar 2,11% dan 25,51% yang lebih baik dari tahun lalu sebesar 1,75%
dan17,43%. Jumlah pembiayaan yang meningkat diiringi dengan membaiknya
kinerja telah mampu menurunkan rasio BOPO (Biaya Operasional Per Pendapatan
operasional) menjadi 75,04% dari posisi tahun lalu 79,17%. Perbankan Syariah
sebagai lembaga keuangan yang sangat concern terhadap pengembangan sektor
riil telah dapat memanfaatkan peluang atas kebutuhan finansial sektor UMKM.
Sebesar 61,29% atau Rp 83,09 triliun dari total pembiayaan perbankan syariah
(BUS dan UUS) disalurkan ke sektor UMKM (BI, 2013).
Keberadaan pembiayaan syariah di Indonesia dipelopori oleh berdirinya
Bank Muamalat Indonesia (BMI) yang didirikan pada 24 Rabius Tsani 1412 H
atau 1 Nopember 1991, diprakarsai oleh Majelis Ulama Indonesia (MUI) dan
Pemerintah Indonesia, dan memulai kegiatan operasinya pada 27 Syawwal 1412
H atau 1 Mei 1992. Undang-Undang No. 10 tahun 1998 tentang perubahan UU
No.7 tahun 1992 tentang perbankan, memberikan landasan hukum yang lebih kuat
bagi keberadaan sistem perbankan syariah di Indonesia.
Dewasa ini, telah banyak Bank Umum Syariah (BUS) yang memperbesar
portofolio pembiayaannya ke sektor mikro, termasuk sektor mikro agribisnis.
Segmentasi pasar ke sektor mikro dinilai memiliki potensi nasabah yang besar,
dan potensi pasar mikro di Indonesia sangat tinggi. Banyaknya perbankan syariah
yang ramai membidik sektor mikro merupakan pilihan yang wajar, hal tersebut
dikarenakan 70 persen pertumbuhan ekonomi Indonesia disumbang oleh sektor
UMKM.8 Usaha mikro yang sebagian besar berasal dari sektor agribisnis tersebut,
telah terbukti mampu memberikan kontribusi yang tinggi terhadap perekonomian
nasional, dan komitmen perbankan syariah untuk menyalurkan pembiayaannya
8

Bank Syariah Perkuat Sektor Mikro, http://www.syariahmandiri.co.id (Di akses 25 Maret 2013) 

7
disektor riil seperti agribisnis, merupakan suatu sinergi diantara keduanya
sehingga dapat membantu pemerintah untuk dapat mengembangkan
perekonomian, mensejahterakan masyarakat serta mengurangi tingkat kemiskinan.
Bank Syariah Mandiri (BSM) adalah salah satu Bank Umum syariah yang
fokus terhadap usaha agribisnis dalam penyaluran pembiayaan disektor UMKM 9,
sesuai dengan salah satu misinya yaitu “mengutamakan penghimpunan dana
konsumer dan penyaluran pembiayaan pada segmen UMKM”. BSM hadir dengan
cita-cita mulia untuk turut serta membangun negeri. BSM sendiri dapat melihat
bahwa segmen UMKM merupakan segmen usaha yang memiliki potensi pasar
mikro yang sangat tinggi, sehingga menjadikan UMKM sebagai salah satu target
pasarnya.

Perumusan Masalah
Seperti telah disampaikan sebelumnya, bahwa BSM merupakan Bank
Umum Syariah yang memiliki fokus terhadap usaha mikro agribisnis dalam
penyaluran pembiayaan disektor UMKM, sesuai dengan salah satu visinya yaitu
penyaluran pembiayaan pada segmen UMKM. Melihat besarnya potensi pasar
UMKM terutama mikro agribisnis yang dibuktikan oleh beberapa data yang telah
ditampilkan, pada tahun 2012 BSM telah menyalurkan pembiayaan sebesar 33
triliun rupiah (78%) ke segmen UMKM, dari seluruh total pembiayaan yaitu 42
triliun rupiah, dan sisanya 9 triliun rupiah (22%) disalurkan ke korporasi. 33
triliun rupiah yang disalurkan ke UMKM tersebut, sebesar 15 triliun rupiah
disalurkan kepada usaha yang bersifat produktif, sedangkan selebihnya disalurkan
untuk konsumtif. BSM dalam menyalurkan pembiayaannya melalui dua cara,
yakni secara langsung dan kemitraan. Kemitraan (linkage program), melalui
lembaga keuangan mikro seperti Baitul Mal wa Tamwil (BMT), BPRS, koperasi
simpan pinjam dan KUD (Koperasi Unit Desa), yang mana bisnis inti dari BSM
ini lebih banyak di sektor mikro agribisnis.
Keberhasilan penyaluran pembiayaan dengan proporsi yang telah dilakukan
BSM tersebut, dapat dilihat dari perolehan laba bersih BSM pada semester I
tahun 2012 sebesar 396,84 miliar rupiah atau meningkat 146,98%, dibanding
periode yang sama tahun sebelumnya sebesar 270 milyar rupiah. penyumbang
terbesar terhadap kenaikan laba adalah pendapatan marjin dan bagi hasil yang
mencapai 2,24 triliun rupiah, naik 24,81% dari 1,79 triliun rupiah. Sementara
perolehan pendapatan berbasis biaya (fee based income) tercatat sebesar 613
miliar rupiah, naik 53,55% dalam setahunan dari 339 miliar rupiah.10
Warung mikro BSM adalah layanan pembiayaan di kantor cabang (KC) dan
kantor cabang pembantu (KCP) untuk nasabah kategori mikro. Plafon maksimum
yang diberikan kepada nasabah melalui warung mikro BSM adalah Rp100 juta
sesuai dengan rata-rata maksimum kebutuhan usaha mikro saat ini. Sampai akhir
tahun 2012, Outlet Warung Mikro yang telah dibuka berjumlah 482 Outlet
9

 Bank Syariah Perkuat Sektor Mikro, http://www.syariahmandiri.co.id ( Di akses 25 Maret 2013) 

10

 

Mayoritas Pembiayaan UMKM BSM di Sektor Agribisnis
www.neraca.co.id/harian/article/20841/Mayotritas.Pembiayaan.UMKM.BSM.di.Sektor.Agribisnis (Di
akses 26 April 2013)

8
tersebar di seluruh wilayah Indonesia. BSM menyalurkan pembiayaan melalui
warung mikro selama tahun 2012 dengan pertumbuhan sebesar 700 miliar rupiah,
semula 912 miliar rupiah di akhir tahun 2011, dan meningkat menjadi 1.612
miliar rupiah di akhir tahun 2012 .
Target utama pasar Warung Mikro adalah perorangan/badan usaha yang
membutuhkan pembiayaan investasi/Modal Kerja sampai dengan Rp 100 juta
untuk kegiatan produktif. Contoh nasabah kategori ini adalah petani/petenak,
pedagang di pasar tradisional, usaha bengkel sepeda motor, industri rumah tangga,
pedagang klontong dan sebagainya. Sesuai pedoman pembiayaan, Warung Mikro
juga dapat membiayai pembiayaan multiguna sampai dengan Rp 100 juta. Produk
dan persyaratan pembiayaan mikro disesuaikan dengan karakteristik usaha mikro
tersebut.
BSM KCP Tajur merupakan salah satu kantor cabang pembantu dari BSM
KC Bogor yang memberikan pembiayaan ke berbagai lini usaha, termasuk
diantaranya sektor agribisnis melalui warung mikro BSM. Mikro agribisnis
merupakan salah satu fokus usaha dari Warung Mikro BSM KCP Tajur karena
memiliki peluang pasar yang tinggi. Selama empat tahun perjalanannya dalam
menyalurkan pembiayaan, total pembiayaan yang telah berhasil disalurkan BSM
KCP Tajur adalah 80.360.110.000 rupiah. Dari total pembiayaan yang telah
disalurkan tersebut, yang telah berhasil disalurkan untuk segmen mikro baru
hanya 1.917.130.000 rupiah atau 2,39 %. Nilai tersebut masih terpaut jauh dengan
segmen pembiayaan lainnya seperti segmen konsumer yaitu 56.352.640.000
rupiah atau 70,13%. Pada Tabel 4 berikut, ditampilkan data penyaluran
pembiayaan BSM KCP Tajur selama empat tahun (2008-2012).
Tabel 4 Penyaluran pembiayaan BSM KCP Tajur berdasarkan segmentasi
pembiayaan periode 2008-2012
Segmentasi
Jumlah Pembiayaan yang
Pangsa (%)
Pembiayaan
disalurkan (dalam juta rupiah)
Komersil
2.848,03
3,54%
Konsumer
56.352,64
70,13%
Mikro
1.917,13
2,39%
Linkage
12.869,19
16,01%
Gadai
2.267,13
2,82%
Talangan Haji
4.106,00
5,11%
Total
80.360,11
100%
Sumber : Laporan Keuangan BSM KCP Tajur April 2012

Berdasarkan data pada Tabel 4, proporsi penyaluran pembiayaan BSM KCP
Tajur yang telah berhasil disalurkan untuk segmen mikro menempati posisi
terendah yaitu 2,39%, padahal apabila melihat potensi dan peluang segmen mikro
dinilai cukup besar, hal ini terlihat dari permintaan pembiayaan syariah disektor
mikro cukup tinggi dan mengalami tren yang meningkat, serta ceruk pasar
permodalan usaha mikro belum terbidik sepenuhnya. Selain itu mayoritas pelaku
usaha mikro dan masyarakat Tajur serta daerah sekitarnya beragama Islam,
menjadikan hal tersebut peluang besar untuk menyalurkan pembiayaan, ditambah
lagi semakin meningkatnya kesadaran masyarakat muslim untuk menjalankan

9
usaha atau perniagaan sesuai syariah Islam.11 Disamping itu syariah Islam lebih
mengandung nilai-nilai universal, tidak hanya untuk masyarakat muslim, tetapi
juga untuk masyarakat non muslim.
Total nasabah mikro yang masih aktif melakukan pembayaran terhadap
pembiayaan yang diterimanya dari BSM KCP Tajur sampai dengan bulan April
adalah sebanyak 119 orang. Dari 119 orang tersebut 63 orang (52,94%) adalah
nasabah produktif. Nasabah produktif adalah nasabah yang menggunakan
pembiayaan yang diterimanya untuk modal usaha yang dijalankannya, seperti
pembibit dan penjual ikan (ikan konsumsi dan ikan hias), peternakan ayam, usaha
pembesaran kambing, pedagang bakso, pedagang sembako, pengusaha bawang
goreng, rumah makan, usaha warnet, lembaga pendidikan, dan usaha mikro
lainnya. Nasabah produktif tersebut terbagi dua yaitu nasabah produktif agribisnis
berjumlah 44 orang (36,97%) dan non agribisnis berjumlah 19 orang (15,97%).
Nasabah produktif agribisnis jumlahnya lebih banyak dari nasabah produktif non
agribisnis, hal tersebut mengindikasikan bahwa usaha mikro agribisnis memiliki
peluang mendapatkan pembiayaan yang tidak kalah tingginya dengan usaha mikro
non agribisnis, namun hal tersebut belum tergarap sepenuhnya sehingga
jumlahnya masih relatif sedikit. Selain nasabah produktif terdapat pula nasabah
mikro konsumtif yaitu sebanyak 56 orang (47,06%), nasabah mikro konsumtif
yaitu nasabah yang mengunakan pembiayaan yang diterimanya untuk keperluan
konsumsi, seperti renovasi rumah, dan membeli motor. Proporsi pembiayaan
mikro konsumtif untuk saat ini memang tidak berbeda jauh dari pembiayaan
mikro produktif, hal ini terkait dengan nasabah pembiayaan mikro konsumtif yang
sebagian besar memiliki penghasilan tetap serta memiliki agunan, sehingga pihak
BSM melihat hal tersebut sebagai peluang pasar yang dapat diambil, dan dapat
dengan lebih mudah menyalurkan pembiayaannya karena terjamin kelancaran
pengembaliannya.
Tingginya peluang penyaluran pembiayaan syariah disektor mikro agribinis,
yang ditandai dengan semakin meluasnya chanelling pemasaran, sehingga
semakin bertambahnya referensi calon nasabah yang mengajukan permintaan
produk pembiayaan BSM. Permintaan tersebut belum sepenuhnya dapat dipenuhi
oleh pihak BSM KCP Tajur. Hal ini dikarenakan adanya beberapa kendala
seperti : belum memadainya jumlah tenaga pemasaran pembiayaan mikro di BSM
KCP tajur, serta kurangnya informasi tenaga pemasaran mengenai pertanian
apabila dipandang dari sistem agribisnis yang memiliki peran dan potensi usaha
yang menjanjikan, sehingga penyaluran pembiayaan untuk usaha mikro agribisnis
(khususnya pertanian) dinilai belum optimal. Disamping itu belum terisi kembali
untuk posisi kepala warung mikro (KWM) karena KWM yang ada sebelumnya
telah mengundurkan diri, sehingga posisi KWM selama satu tahun kosong,
kosongnya posisi KWM tersebut berdampak kepada turunnya penyaluran
pembiayaan, hal tersebut dikarenakan didalam pemasaran, tentunya dibutuhkan
seorang leader yang secara langsung mengontrol dan membantu jalannya
pemasaran, sehingga target pemasaran dapat tercapai.
Selain itu tenaga pemasaran warung mikro masih terbentur oleh ketentuan
agunan yang harus dimiliki calon nasabah. Sebenarnya peluang BSM KCP Tajur
untuk menyalurkan pembiayaan untuk segmen mikro agribisnis tinggi, hal
11

Hasil wawancara dengan Business Banking Officer BSM KCP Tajur (19 April 2013)

10
tersebut dapat terlihat dari banyaknya calon nasabah mikro agribisnis yang
sebenarnya feasible namun tidak bankable (tidak memiliki agunan), sehingga
pembiayaan disektor mikro agribisnis belum sepenuhnya berkembang, untuk itu
tenaga pemasaran warung mikro perlu untuk mensiasati agar dapat
mengembangkan penyaluran pembiayaan pada sektor mikro agribisnis tersebut.
Faktor lainnya yaitu tingginya tingkat persaingan antar Lembaga Keuangan
Syariah (LKS) yang membidik segmen mikro, sehingga mempengaruhi
perkembangan pembiayaan syariah disektor agribisnis yang masih banyak berada
pada skala mikro.
Agar dapat mengatasi permasalahan tersebut BSM KCP Tajur perlu untuk
merumuskan strategi yang tepat dan sesuai dengan kondisi perusahaan agar dapat
mengembangkan pembiayaan syariah disektor agribisnis. Perumusan strategi
tersebut dapat dilakukan dengan mengevaluasi faktor internal perusahaan, baik
dari segi kekuatan maupun dari segi kelemahan perusahaan. Disamping itu perlu
mengidentifikasi lingkungan eksternal perusahaan, dengan mengetahui peluang
dan ancaman yang datang.
Berdasarkan uraian tersebut maka permasalahan dirumuskan dalam bentuk
pertanyaan berikut:
1. Faktor-faktor internal dan eksternal yang menjadi kekuatan, kelemahan,
peluang dan ancaman BSM KCP Tajur-Bogor dalam mengembangkan
pembiayaan syariah untuk sektor mikro agribisnis ?
2. Strategi apa saja yang dapat dikembangkan dalam upaya mengembangkan
pembiayaan syariah untuk sektor mikro agribisnis ?
3. Prioritas strategi apa saja yang dapat diterapkan dalam upaya pengembangan
pembiayaan syariah untuk sektor mikro agribisnis ?

Tujuan Penelitian
Berdasarkan permasalahan diatas, maka dapat dirumuskan tujuan dari
penelitian ini adalah sebagai berikut:
1. Menganalisis Faktor-faktor internal dan eksternal yang menjadi kekuatan,
kelemahan, peluang dan ancaman BSM KCP Tajur-Bogor dalam
mengembangkan pembiayaan syariah untuk sektor mikro agribisnis.
2. Merumuskan alternatif strategi pengembangan bisnis yang tepat untuk
diterapkan dalam mengembangkan pembiayaan syariah untuk sektor mikro
agribisnis.
3. Merumuskan prioritas strategi dalam upaya pengembangan pembiayaan
syariah untuk sektor mikro agribisnis.

Manfaat Penelitian
Adapun kegunaan penelitian ini adalah :
1. Sebagai bahan masukan serta bahan pertimbangan dalam mengatasi masalah
yang dihadapi terutama yang berkaitan dengan masalah internal dan eksternal,
serta dalam merumuskan strategi pengembangan pembiayaan syariah untuk
sektor mikro agribisnis di PT BSM KCP Tajur, Bogor.

11
2. Bagi perguruan tinggi, kajian lingkungan usaha ini dapat digunakan sebagai
referensi bagi penulisan selanjutnya.
3. Bagi mahasiswa, kajian lingkungan bisnis ini merupakan tambahan
pengetahuan dan wawasan serta sarana untuk mengaplikasikan ilmu
pengetahuan yang diterima selama kuliah.
4. Informasi bagi peneliti selanjutnya dalam melakukan riset atau penelitian
lanjutan terkait pengembangan lembaga keuangan syariah.

Ruang Lingkup Penelitian
Saat ini fokus BSM KCP Tajur yang ingin dikembangkan adalah penyaluran
pembiayaan untuk sektor mikro agribisnis melalui penyaluran pembiayaan
disektor UMKM, disamping mereka juga menyalurkan pembiayaan ke segmen
lainnya seperti linkage, gadai, dan talangan haji. Adapun ruang lingkup penelitian
ini adalah mengenai perumusan strategi pengembangan pembiayaan syariah untuk
sektor mikro agribisnis. Penelitian ini hanya terbatas pada formulasi dan
manajemen strategi, untuk tahap implementasi strategi serta evaluasinya, adalah
kewenangan dari pihak BSM KCP Tajur.

TINJAUAN PUSTAKA
Strategi Pengembangan Usaha
Dalam melaksanakan pengembangan usaha, strategi sangat diperlukan agar
keputusan yang diambil tepat sasaran. Strategi yang dirumuskan dalam
pengembangan usaha haruslah dipersiapkan secara baik, sehingga mampu
memenangkan persaingan dan mencapai tujuan perusahaan. Oleh karena itu
terkait dengan judul penelitian, maka beberapa literatur yang digunakan dalam
penelitian ini adalah yang berhubungan dengan strategi pengembangan usaha.

Tinjauan Penelitian
Penelitian terdahulu mengenai strategi pengembangan usaha telah banyak
dilakukan. Penelitian-penelitian tersebut dapat menjadi referensi dalam penelitian
ini. Tujuan dari penelitian tersebut adalah menganalisis dan memformulasikan
strategi pengembangan usaha sesuai dengan objek penelitiannya masing-masing.
Wisandhini (2008), melakukan penelitian dengan objek yang berbeda
dengan penelitian ini yang berkaitan dengan bidang jasa pembiayaan, Wisandhini
meneliti tentang ”Strategi Pengembangan Usaha Jamur Tiram Putih (Pleurotus
Sp.) pada Perusahaan Jamur Tegalwaru, Bogor. Permasalahan yang dihadapi oleh
perusahaan adalah kapasitas produsi belum optimal, pemasaran produk masih
tergantung dua orang bandar, kenaikan biaya produksi akibat peningkatan
harga BBM, keterbatasan modal untuk mengembangkan usaha, dan
persaingan dalam harga. Hasil analisis matriks IFE diketahui bahwa kekuatan

12
dari perusahaan adalah: (1) Mampu memproduksi dan menjual bibit jamur
sendiri; (2) Lokasi strategis; (3) Lahan masih luas; (4) Fasilitas produksi baik;
(5) Kualitas produk baik; 6) Tenaga kerja yang kompeten. Kelemahan
perusahaan adalah: (1) Kapasitas produksi belum optimal sehingga
menyebabkan tingginya HPP; (2) Keterbatasan modal; (3) Sistem administrasi
keuangan sederhana; (4) Kurangnya promosi jamur; dan (5) Tergantung dua
bandar; (6) Peningkatan biaya produksi. Total nilai tertimbang adalah 2,56
yang berarti pada saat ini kondisi internal perusahaan berada di atas kondisi
rata-rata. Hasil analisis matriks EFE diketahui bahwa peluang dari
perusahaan adalah: (1) Peningkatan permintaan jamur; (2) Alat sterilisasi
autoklaf; (3) Tren kenaikan harga komoditas jamur; 4) Industri jamur
diarahkan untuk ketahanan pangan dan pengembangan teknologi kesehatan dan
obat-obatan; (5) Meningkatnya pengetahuan masyarakat akan manfaat jamur; (6)
Kebijakan skim kredit UKM; dan (7) Peningkatan PDRB Bogor. Ancaman
perusahaan adalah: (1) Ancaman pendatang baru besar; (2) Peningkatan impor
jamur; (3) Peningkatan persaingan dalam industri jamur tiram putih; dan (4)
Peningkatan harga BBM atau bahan bakar minyak. Total nilai tertimbang adalah
3,10, yang berarti pada saat ini perusahaan dapat merespons peluang dan
ancaman dengan baik, yaitu dapat memanfaatkan peluang yang ada dan
menghindari ancaman eksternal perusahaan.
Berdasarkan hasil dari matriks IE pada penelitian Wisandhini tersebut
diketahui bahwa perusahaan berada pada kuadran II atau pada posisi ”tumbuh
dan kembangkan” (grow and build). Pada kondisi tersebut, strategi yang
tepat digunakan adalah strategi intensif dan strategi integratif. Untuk
mendapatkan alternatif strategi yang lebih teknis, maka ditambahkan analisis
Matriks SWOT. Berdasarkan hasil analisis matriks SWOT, diperoleh 10 alternatif
strategi. Hasil dari analisis matriks IE kemudian diintegrasikan dengan hasil
analisis matriks SWOT. Hasil integrasi matriks IE dan QSPM diprioritaskan
dengan QSPM. Pengambilan
keputusan
dilakukan
melalui
QSPM
mendapatkan enam strategi utama. Keenam strategi tersebut adalah: (1)
Mengoptimalkan kapasitas produksi dengan nilai STAS sebesar 6,29; (2)
Menekan biaya produksi dengan nilai STAS sebesar 6,03; (3) Mencari pasar
yang baru dengan nilai STAS sebesar 5,68; (4) Meningkatkan promosi dengan
nilai STAS sebesar 5,35; 5) Meningkatkan penjualan bibit jamur dengan nilai
STAS sebesar 5,27; dan 6) Mencari dana tambahan dengan nilai STAS
sebesar 4,42.
Ramadhan (2009), meneliti tentang Analisis Strategi Pengembangan KUD
Giri Tani (Kec. Cisarua, Kab. Bogor, Jawa Barat). Dalam menjalankan usahanya,
KUD Giri Tani memiliki beberapa permasalahan yang mengganggu jalannya
aktivitas usaha mereka. Diantara permasalahan tersebut antara lain jumlah
anggota yang tidak mengalami peningkatan signifikan dari tahun ke tahun
ditambah dengan kurangnya tingkat partisipasi anggota dalam bertransaksi dan
berinteraksi dengan KUD Giri Tani. Jumlah anggota aktif tidak lebih dari 20
persen dari jumlah anggota keseluruhan. Permasalahan lainnya yaitu menurunnya
jumlah produksi dan pendapatan penjualan susu yang disalurkan melalui KUD
Giri Tani pada tahun 2006, 2007 hingga 2008. Selain itu ada diantara anggota
KUD Giri Tani yang mengirimkan susu tanpa melalui KUD Giri Tani tetapi
langsung dikirim ke PT. Cimory. Hasil analisis matriks IFE diketahui bahwa

13
kekuatan dari perusahaan adalah: (1) Penggunaan teknologi yang modern; (2)
Komunikasi antara pengurus dan anggota berjalan baik; (3) Hubungan baik
dengan PT. Cimory; (4) Fasilitas produksi yang lengkap. Kelemahan perusahaan
adalah: (1) Pembukuan yang kurang baik; (2) Produksi susu yang belum mencapai
kebutuhan PT. Cimory; (3) Tingkat pendidikan karyawan yang rendah; (4) RAT
yang belum sepenuhnya berjalan; (5) Belum adanya pengolahan produk yang
memiliki nilai tambah. Hasil analisis matriks EFE diketahui bahwa peluang dari
perusahaan adalah: (1) Permintaan susu yang meningkat; (2) Kemajuan tehnik
pengolahan pasca perah; (3) Perbedaan harga susu antar pabrik pengolahan susu;
(4) Berdirinya asosiasi koperasi susu (5) Turunnya harga BBM (6) Adanya
otonomi daerah: (7) Adanya pembinaan dari dinas peternakan. Ancaman yang
dihadapi perusahaan adalah: (1) Sulitnya kredit dari lembaga keuangan; (2)
Kebijakan pemerintah tentang impor susu.
Hasil analisis dari matriks IE penelitian Ramadhan tersebut, terungkap dari
pencocokan antara nilai tertimbang matriks EFE dan matriks IFE dimana didapat
total nilai tertimbang sebesar 3,460 dan 2,948. Dari hasil tersebut menempatkan
KUD Giri Tani pada sel II dalam matriks IE. Strategi terbaik yang dapat
diterapkan disebut tumbuh dan bangun (growth and build). Hasil penelitian
menunjukkan bahwa strategi yang direkomendasikan untuk pengembangan usaha
KUD Giri Tani berdasarkan analisis SWOT dan QSPM adalah (1) Meningkatkan
mutu pelayanan kepada anggota dan PT. Cimory, (2) Membangun koalisi strategis
dengan peternak besar agar mengirimkan kembali susunya melalui KUD (3)
Mengoptimalkan penggunaan fasilitas produksi yang ada agar susu yang disupply
ke PT. Cimory mendapat harga terbaik. (4) Mengadakan pelatihan khusus bagi
staff pembukuan secara berkesinambungan. (5) Membuka unit pengolahan susu
menjadi susu pasteurisasi atau yoghurt yang secara khusus dipasarkan ke wilayah
Cisarua dan sekitarnya, (6) Menjalin hubungan dengan dinas peternakan agar
kegiatan penyuluhan kepada peternak anggota KUD Giri Tani lebih diintensifkan,
(7) Memanfaatkan nama KUD Giri Tani sebagai jaminan ke pihak lembaga
keuangan dengan menampilkan laporan keuangan yang ada, (8) Mengadakan
promosi investasi yang menguntungkan kepada para investor tentang prospek
usaha beternak sapi perah, (9) Konsolidasi internal pengurus koperasi.
Asrini (2011), meneliti tentang “Analisis Strategi Pengembangan Usaha
Jasa Keuangan Syariah di Bidang Agribisnis (Studi Kasus Koperasi Jasa
Keuangan Syariah Berkah Madani Cimanggis, Kota Depok).” Dalam menjalankan
kegiatannya Koperasi Jasa Keuangan Syariah (KJKS) Berkah Madani Cimanggis
dihadapkan pada kendala berupa kelemahan yaitu belum adanya sanksi yang tegas
kepada para nasabah yang telat dalam pembayaran, rendahnya tingkat
kedisiplinan dan kesadaran diri sumberdaya manusia koperasi dalam mengelola
unit usaha, kompetitor usaha sejenis, kurangnya kontroling pengurus terhadap
pengelola, masih menyatunya dewan pengawas syariah dengan badan pengawas,
pen