Kajian keragaman karakter eksternal dan DNA mikrosatelit sapi pesisir di Sumatera Barat

KAJIAN KERAGAMAN KARAKTER EKSTERNAL
DAN DNA MlKROSATELXT SAP1 PESISlR
DI SUMATERA BARAT

SEKOLAH PASCASARJANA
INSTITUT PERTANIAN BOGOR
BOGOR
2004

PERNYATAAN MENGENAI DISERTASI DAN
SUMBER NFORMASI
Dengan ini saya rnenyatakan bahwa disertasi Kajian Keragaman Karakter
Ekstmd dan DNA Mikrosatelit Sapi Pesisu di Sumatera Bsn?it addah karya
saya sendin dm belum diajukau ddam bentuk apa pun kepada perguruan mggi
mana pun. Sumber informasi yang b e n d atau dikutip dari karya yang
diterbitkan maupun tidak diterbitkan dari penulis lain telah disebutkan ddam
teks d m dimtumlran dalam D a f k Pustaka di bagian a h disertasi ini.

ABSTRAK
SARBAINI, Kajian Keragaman Kmkter EIrstemal dan DNA Mikrosatelit Sapi
Pesisir di Surnatera Barat. hbimbing oleh HARIMURTI MARTOJO,

RONNY RACHMAN NOOR, CECE SUMANTRI, dan DEDY DURYADl
SOLIHIN.

Tujuan penelitian hi adalah untuk ( I ) rnempelajari keragaman ukurant u b a warm dan pola warna bulu tubuh, (2) memperoleh dolabase
beberapa karakter kuantitati f bobot tubuh dan ukuran-ukuran tubuh, (3)
mempelajari kekerabatan d m kmgaman genetik antar subpopulasi sapi Pesisir
di Surnatera Barat berdasarkan polirnorfisme enam lokus DNA mikrosatelit.
Penelitian lapangan untuk memperoleh data karakter kuantitatif dan
hatitatif dilakukan di tiga kabupaten Sumatera Barat dwi bulan Febsampai
Juli 2002. Penelitian laboratorium ditujukan untuk rnempelajari keragaman DNA
mikrosatelit menggunakan enam primer: ETH225, ETH3, INRA037, ILSTSOOB,
BM2113, dart E L 9 dilakukan di Laboratonurn Biologi Molekuler Pusat Studi
Ilmu Hayati, IPB dari bulan Agustus 2002 sampai Desernber 2003.
Data dcummkuran dan bobot tubuh dianalisis rnenggunakan sbtistik
diskriptif, analisis fungsi disk%ninan dan analisis korelasi kanonik. Data diolah
menggunakan p r o p 1 SAS vmi 6.12, Minitab versi 13, dm Exel. Data warm
buIu tub& diolah secant diskriptif ddam bentuk p n t a s e . Data ale1
mikrosatelit yang dihasilkan old ke enam lokus mikrosatelit diolah dalam
bentuk jumlah dan sebaran alel, fiekuensigen, dan heterozigositas.
Dari analisis diskriminan diperoleh prosmtase kesesuaian dari inidividu

sampel yang diukur pa& masing-masing subpopulasi secara berturut-turut
adalah 86.36% untuk subpopulasi Pesisir Selatan, 70.27% untuk subpopulasi
Padang Pariaman dan 39.69% untuk subpopulasi Agam. Dari andllisa korelasi
kanonik diperoleh ukuran tubuh dengan d a i kanonik tinggi: 0.68 untuk tin@
pundak, 0.65 untuk tinggi pinggul, 0.52 untuk Iebar kepalq dan 0.54 untuk
panjang kepala. Hasil penelitian ini mmunjukkan bahwa warna bulu tubuh sapi
Pesisir di Surnatera Barat secara umum termasuk pola warna lunggal. Sapi
Pesisir ini memilih lima macam warna bdu tub& yaitu: putih, kunit~gwklat,
merah bata dan hitam dengan warna daminan memh bat&
Hasil PCR dari ke enam lakus mikrosatelit menwjukkan mtaan jumlah
alel yang dihasilkan oleh ke enam l o h mikrosateiit addah 9.6 dan I I ale1
dengan rataan heterozigositgs 0.85731iO.00014 dm 0.873&0.00012 berturutturut untuk subpopulasi Pesisir S e l m dan Padang Pariaman.
Hasil pene2itian rnmunjukkau bahwa sapi Pesisir mbpopdasi Pesisir
Selatm dm Agam memiliki h u b m p kekerabatm lebih dekat dibanding dmgm
subpopuiasi Padmg Pariman. Tinggi pundalq tinggi phggul, l&ar Icepala dan
psnjang kepala dapat digunakan untuk membedakan antar subpopulasi sapi
Pesisir di Sumatera Barat. Sapi Pesisir di Sumatera Barat temyata memililu
tingkat kemgaman ukum-ukuran tubuh dm DNA mikrosatelit yang tin=
sehingga sangat berpaan sehaga~sumber plasma nutfah bagi pemdiaan sapi
Iokal Indonesia sehingga perlu dipertahankan keberadaannya


ABSTRACT
SARBAINI. The Study of Extemd Chracters and Mjcrosatellite DNA Variation
of Pesisir Cattle in West Sumataa. Supervised by HARIMURTI MARTOJO,
WNNY RACHMAN NOOR, CECE SUMANTFU, and DEDY DURYADI
SOLIHIN.

The objectives of this study were ( I ) to study the variability of body size,
colour and colour coat pattmq (2) to generate the abt~baseof the body weight
and body sizes, and (3) to study the relationship and grouping among Pesisir
Sdatan, Padaog Pariaman and Agam subpopulation. The study was also to
describe the genetic variability between Pesisir Selatan and Agam subpopulations
of Pesisir cattle in West Sumatera based on the pohorphism of six DNA
microsatellites loci.
Quantitative and qualitative data of the cattle were collaed at Pesisir
Selsrtan, Padmg Pariaman and Agam di-cts.
In addition, b l d samples were
collected h m Pesisir Selatan and Padang Pariaman districts of W s t Sumatera
provinces. The whole data were collected during February to July 2002. The six
DNA microsatelIites foci polymorphism was analyzed at the Molecular Biology

Labomtory of the Biological Study Center, Bogor Agricultural University from
August to December 2003.
Body measurements and M y weight data were analized using the
disgiptive statistics, dimimhmt function analysis, and canonical correlation
Coat colour data were malized using disgiptive statistics. Microsatellites alleles
data within and among the six Ioci were presented according to alleles number,
distribution, frequencies, and heterozigosities.
Dischimmt function anaIysis showed that the similarities among the three
subpopulations were 86.36% 70.27%, and 39.69% for Pesisir SeIatan, Padang
Pariaman aod Agam subpopulations respectively. C a n o n - wrrelation analysis
indicated that body weight, withers heigth, hip heigth, head width, and head
length has the higher total csnonic simdme among the body measurements. The
result also showed that West S u m h a Pesisir attie showed a solid coat wlour
pattern with five &bate colour, and dominated by red sand.
The PCR analysis showed that the average number of allele of the six
microsatellite loci were 9.6 and 11, and the heteroigosity average were 0.8573 1
0.00014 and 0.8738 =k 0.001312 for Pesisir Selatan and Padang Pariaman
subpopuIation r e v e l y .
The body rn-ernemts
of West Sumatera Pesisir cattle showed a high

variability. The study also indimted that Pesisir Selatan and Agam subpopulations
showed a closer retationship than with the Padang Pariaman subpopulation.
Witbers height, hrp height, head width, and herad length can be used to
differentiatethe West Sumatera Pkisir cattle subpopulations.

Key WO&
variation

: West Sumatera Pesisir cattle, micromteIIite,external chamcters,

IKAJIAN KERAGAMAN KARAKTER EKSTERNAL
DAN DNA MIKROSATELIT SAP1 PESISIR
DI SUMATERA BARAT

Disertasi
sebagai sahh satu syarat untuk memperoleh gelar
Doktor pada
Program Studi h u Ternak

SEKOLAH PASCASARJANA

LNSTITUT PERTANIAN BOGOR
BOGOR
2004

O Hak cipta milik Sarbaini, tahun 2004
Hak cipta dilindungi
Dilomng menptip dan memperbanyuk tanpa izin tertulis dan'
Institut Pertanian Bogor, sebagjan atuu seluruhnya dalam
bentuk apapun, baik cetak,fotokopi, mikrofiIm, a h sebagainya.

Judul Disertasi

: Kajian Keragarnan Karakter Eksternal dm
DNA Mikrosatelit Sapi Pesisir di Sumatera

Nama

Barat
: Sarbaini


NTM

: 995170

Disetujui
Komisi Pembimbing

Anggota

Anggota

Ketus Program Studi lmu Ternak

Dr.Ir. Nahrowi, MSc.
Tanggal Ujian: 25 November 2004

Dr. b.Dedv Durvadi Solihin. DEA
Anggota

Dekan Sekolah Pamsarjana


Prof Drl Ir. SyaEda Manuwoto, MSc.
Iulus: 1 1 JAN 2005

Penulis dilahirkan di Muara Kiawai, Pasaman, Sumatera Barat pada
tanggal 01 Januari 1956. Pendis merupakan anak tertua dari tujuh bersaudara

dari pasangan ayah Abbas Dt. Kando (alm)dm ibu Delima (ah).

Penulis menyelesaikan pendidikan dasar di Sekolah Dasar Negeri No. 12
Kotamadya Padang p d a tahun 1 %9, pendidikan menagah pertama di SMP
Negeri III Kotamadya Padang pada tahun 1972, dm sekolah menengah atas di
SMA Negeri Simpang Empat Pasaman pada tahun 1975. Pada tahun 1977

penulis di terima di Fakultas Peternakan Univasitas Andalas dan memperoleh
gelar Sarjana (Ir) pada tahun 1983. Pada tahun 1986 penulis rnengrkuti
pendidikm pascasajma di Institute of Anunal Science, University of the

Philippines at L a Banes dm memperoleh gelar Master of Science pada tahun
1988.

Sejstk tahun 1984 penulis diterima bekerja sebagai dosen pada Fakultas

Peternakan Universitas Andalas Padang, dan tditung semmjak tahun 1999
penulis mengrkuti program Doktor pada Program Studi Ilmu Tern& - Sekolah
Pasmmjtmrl lnstiM Pertanian Bogor.

Penulis menikah dengan dr. Z u l M pada tahun 1982 dan dikaruniai d u
orang putm Andre Eka Putra d m Muhammad Iqbal, serta satu orang putri Nitari

Rahm Putri.

P m - t a m a penulis memanjatkan puji dan
aas segala &at

kehadirzd Allah SWT

dm kamniaNya selungga penelitian dan karya ilmiah ini

dis.elw&m, seiring den- ihr p u l i s mempemmbahkan dawat dan
d a m kepada m a h Nabi besar Muhammad SAW. Tema yang dipilih dalarn

penelitian yang dilaksmakan sejak bulan Februari 2002 m p a i Dcxmber 2003

ini ialah kmgaman genetik, dengan judul Kajian Keragaman Karakter Ekstemal

dan DNA MjkmWelit Sapi Pesisir di Sumatera Barat.
Terima kasrh disampaikan kepada Bapak Rektor Universitas Andalas dan

e Universitas Andalas yang telah memberikan
izin tugas belajar kepada penulis. Terima kasih dan penghargaan yang sebesarbaamya penulis sampsukan kepada Bapak Prof Dr.H Harimurti Martojo, MSc,

Bapak Dekan Fakultas P

sebagai ketua komisi pembirnbing, Bapak Dr. Ir. Ronny Ractunan Noor,
MRwSc, Dr. Ir. Dedy w a d i Sollhin, DEq dan Dr. h. C e ~ eSumaniri,
MAgrSc selaku anggota kornisi pembirnbing. Ungkapan terima kasih ini juga

penulis sampakan k@a

Bapak G u h u r Kepala Damah Tingkat I Prophi


Sumatera Barat, Bqak Bupati Repala Daerah Tingkat I1 Kabupaten Pesisir

Selatan, Bapak Bupati Kepala Daerah Tin@

I1 Kabupaten Padang Pariaman,

Bapak Bupati Kepala Daerab Tingkat I1 Kabupaten Agam yang telah

memb%rlkankin pmelitian pada penulis di daeaah ini. Kemudian u a p terima
kasih ini juga penulis sarnpailcau kepada Bapak Kepala Dinas Pertanian /

Kafllbdin Petanakan Kab-

Pesisir Selztan, Bapdc Kepda Dinas

Peternakan Kabupaten Padang Pariaman, Bapak Kepala Dinas Petemakau dm

P e r I k m Kabupaten Agam beserta petugas lapangannya yang tdah banyak

membantu penulis dalam peIaksanaan penelitian ini.

Terima kasih juga

disampdm kepada Bapak Direktorat Jenderal Pendidikan Tinggi, Bapak Ketua
Yayasan Supersemar, dan Bapak Direhr PT. Semen Padang yang telah

memberikao b e a h a dm bantuan biaya pelitiau kepada penulis. Terima
kasih kepada Bapak Dr.Ronny Racfunan Noor, MRurSc yang telah m e m b d a n
bantuan biaya weiitian den-

mengikut serhkan penulis sebaga anggota

peneliti pada RUT betiau dari 2002 smpai 2004 ini dan Bapak Dr. Ir. Dedy

w a d i Solihin DEA yang telab memberkan izin pmakaian hilitas

Laboratoriumyang seluas-luasnya kepada penulis.
Terima kasih ini juga penulis sampaikan kepada Bapak Rektor, Bapak

k k a n Fakultas Petemakan, buk D e b dan Bapak Ketua Program Studi llmu

Ternak Sekolah Pascasajma hstitut P d a n Bogor beserta seluruh jajarannya
yang tdah membdan kesempatao kepada penulis untuk mmejkuti program
Doktoral pada sekolah Pascasajana Institut Patanian Bogor beserta pelayanan
selarna studi penulis. Ucapan terima kasih ini jugp penulis sampadm kepada
para Dosen yang telah banyak rnembaikan bekal i h u yang sangat baarti daIam
memperluas wawasan keihuan baik =lam maupun setelah stud peuulis.
Beairing dengan, ini pmulis mendoakan kepada Allah 5.w.t semoga Allah
mengampuni segala dosa d m mengasihi ke dua ahmhum orang tua p u l i s .
Penulis mengucapkan terima kasih sebesar-besamya kepada istriku dr. Zdfatni,
kedua putraku Andre Eka P u n Muhammad Iqbal, dm putriku Nitari Rahmi
Putn atas dedikasinya selama penulis menjalani pendidikan. Terakhir, tterima

kasih kepada semua pihak yang tidak dapat disebutkan satu persatu yang telah
banyak membantu sehingga penelitian dan karya ilmiah ini dapat diselesaikan.
Penulis bdarap semoga karya ilmiah ini bermanfaat terutama bagi penulis
serta para pernbaca sekalian.

Bogor, member 2 004
Penulis,

DAFTAR IS1
Halaman

DAFTAR TABEL ...................................................................

xi

TiNJAUAN PUSTAKA.............................................................

4

Peran t d sapi lokal di Indonesia ......................................
Kean&amgamm genet& temak ..........................................
Pelestarian sw-berdaya genetlk tmak ...................................
Sumberdaya genetik temak lokal Indonesia .............................
Sapi Pesisir di Sumatera Barat ............................................
Karakteaekstd ...........................................................
Karakter kuantitatif ..........................................................
Kmkter kualitatif ..........................................................
Gen yang mempmgmhi warna bulu pada sapi dan sifat
pewarisannya ................................................................
Penanda gmetik .............................................................

DNA Wosatelit ...........................................................
Penggunaan DNA mkosatelit ...........................................

.

BAHAN DAN M O D E ..........................................................

..
Penehban Lapangan ;.......................................................
Tempt dan Waktu Penelitian .............................................
Bahan dm dat ...............................................................
Metode penelitian ............................................................
Ansrisis data .................................................................
PenLahmtorium ...................................................
Tempat dan walrtu pmelitian .............................................
Bahan dm metoda ..........................................................

23

Metoda penelitian ..........................................................
AnaIisis data .................................................................

HASIL DAN PEMBAHASAN ....................................................

36

Kmakteaistik ukuran-ukuran tub& sapi Pesisir
diSumatmaBarat............................................................ 36
Pengelolnpokan sapi Pesisir Sumatem Barat ............................
48
Kmkreristik dan analisis kera&amanwarna bulu pada sapi Pesisir
di Sumatera Barat ........................................................... 52

Tampilan alelik lokus mikrosatelit pada sapi Pesisir
di Sumatera Barat ........................................................... 57
Prof11alel-ale1 lokus DNA mikrosatdit terhadap bobot badan
sapi Pesisir di Sumatera Barat ............................................. 72
SIMPULAN DAN SARAN ........................................................

75

DAFTAR PUSTAKA ...............................................................

77

DAE"TAR TABEL
Halaman
~ataandm simpan- b a h bobot hidup, tingg pundak, panjang
badan dm lingkar dada sapi Pesisir Selatan menurut umur dan jenis

k e b i n . ..........................................................................~
Karakterishk l o b rnikrosatelit yang digunakan untuk mempelajari
-k
genetik sapi Pesisir Sumatera B m t .............................
b t a n dm bahan pewarna perak (silver staining) ..........................
Rataan, simpangan bakq koefkiea variasi, dm basil uji-t
&mn-ukuran tubuh sapi Pesisir Sumatera Barat untuk kelaminjantan
Maan, simpangan bakq koefisim v u , dan hasil uji-t
ukm-ukuran tub& sapi fesisir Sumatera Barat untuk kclamin betina
Perbandingan tamra&an bbot Man (kg)sapi Pesisir
Sumatera B m t dengan sapi iokal Indonesia lainnya .......................
Perbandingantampilan rataan bobot badan (kg) sapi Pesisir
di Sumatera Bsrat dagan bebentpa bangst sapi kecil dunis .............
Pmgelompokan sapi Pesisir di Slrmatera Barat m m w t subpopuhi
berdasarkm analisis fungsi diskriminan .....................................
Jar& antar subpopulasi sapi Fakir di Sumatera Barat ....................
Struktur total kanoniJc ukuran-ukuran tub& sapi Pesisir
di Sumatera Barat ................................................................
Sebaran warna bulu pada sapi Pesisir Sumatera Barat .....................
Judah ale1 yang ddmilkan &iap lokus mikrosatelit pada sapi Pesisir
di Swnatera Barat .................................................................
Jlrmlah d m tzbmul ald khas yang &asilkan Jnasing-&g
lokus mikrosatelit pada sapi Pesisir di Sumatera Barat ....................
P d d i n & a nbebeqm hid peneditiauj m h h lokus dm-aldprmla
berbagai hewan temak ... ;. .....................................................
Sebaran genotipe d mwhpmasing lokus hsatelit pada
populasi sap1 Pesisir Sumatera Barat .........................................
Kisam fdcuemi alel per l o b dmsatelit pada sapi Psisir
di SumatenBarat ................................................................
Mlai hdemzigositas dan ~
~ baku Wgg - m a smi n g lokw pada
ke dua subpopulasi sapi Pesisir di Sumatera Barat .........................
Profl del khas loblokus &OSafelit tdadap b o b badan
sapi Pesisir di Sumatera Barat .................................................

DAFTAR GAMBAR

Cmtoh warm bulu terang pa& sapi Pesisir di Sumatera Barat (a)
warma putih, (b)warna pilo, (c) warna kuning mud% (dl warm

kunillg ...........................................................................
Contoh wama bulu gelap pada sap] Pesisir di Sumatera Barat
(a) wama coklat, (b) wama maah W (c) warm kehitaman,
dan (d) warna hitam ...........................................................
Sebaran ale1 lokw INRA37 &a sapi Pesisir di Sumatera Barat
(a) 1ok-u~
HEL9, (b) lohs LSTS006 .......................................

Perbandingan pengelompokan genotip enam lokus mikrosatelit pada
sapi Pesisir di Sumatera Barat ................................................
Distribusi frekuensi ale1 lokus BM2 1 13 pa& ke dua mbpopulasi sapi
Pesisir di Sumatera Barat .....................................................
Distribusi hkuensi ale1 lokus ETH225 pada ke dua subpopulasi sapi
Pesisir di Sumatera Bar& .....................................................
Dihbusi frekuensi del lokus ILSTS006 pa& ke dua subpopuhi
sapi Pesisir di Sumatm Barat ................................................
Distribusi fekuensi del lokus HEL9 pada ke rlua subpopulasi sapi
Pesisir di Sumatera B m t .....................................................
Distribusi frekumi ale1 lokus ETH3 pada ke dua subpopulasi sapi
Pesisir di Sumatm Barat .....................................................
Distribusi kkumsi ale1 lokus INRA037 pada ke dua subpopulasi
sapi Pesisir di Sumatera Barat ................................................

DAFTAR LAMPIRAN
Peta lokasi penelitian di Sumataa Barat ...................................
Jumlah dan s e b m sunpet temak sapi Pesisir Sumatem B m t
menurut subpopuIasi, jenis kefamin dan ttngkat umur ...................
Komposisi Wan p m d s i p d a isolasi DNA sampel darah .............
Macam dm ukuran a14 genotipe l o b ETH225 pada
sapi Pesisir Sumatera Barat ...................................................
Macam dan ukuran alel, geaotipe l o b HEL9 p d a
sapi Pesisir Sumatera Barat ...................................................
Macam dan ukuran alel gmotipe l o b N U 0 3 7 @a
sapi Pesisir Sumatera Barat ..................................................
dm &wan aid, genotipe I o b ETH3 pada
sapi Pesisir Sumatera Barat ..................................................
Macam dao ukuran alel, genotipe lokus ILSTS006 pada
sapi Pesisir Sumatera Barat ...................................................
W dan ukuran dd,gmotipe l o b BM2113 pada
sapi Pesisir Sumatera Bmt ...................................................

Indonesia dikenal sebagai salah satu negara yang memililri
kemekaragaman hayati yang sangat kaya. Salah satu dari kekayaan itu adalah
hewan temak, termasuk sapi. Indonesia r n e d dua bangsa

keantern& sapi

lokal yang telah dikenal luas d m telah teridentibi den-

baik,

ydm sapi Bdi dm sapi Madura yang sampai saat ini tetap dijaga kemumiannya.

Sumatera Barat merniliki whyah duas &tar

42,229.64 h2dengan

j d a b p d u d u k pada tabm 1998 sebanyak 4.47 juta jiwa. Wdayah propinsi
Sumatera Barat sebahagian besar b d a di drserah dataran tinggi bukit barisan,

hanya s e w a n k d yang bemda di daerab datamn mdaWpesisir. Populasi
ternak sapi potong d a d ini pada tahun 2001 tercatat s e h y a k 501 356 ekor

(BPS Sumatera Barat, 2001). P o p M hi W dari brmgdxmgsa sapi lakal
seperzi: sapi Bsli, peranakan Ongole dan had persrlangmya; berbagai mgam

htlsil @ m g m

bmgsa s q i impor seperti S h m n t d , Charohis dengan sapi

lokal; serta sapi lokaI ymg dikenal dengan sap1 Pesisir.
Sapi Pesisir atau biasa disebut m a q m h t sebagai banriang mtuih atau
jawi

mtuih ditemukan di Kabupaten Pesisir Selatan (Saladin, 1983) memegang

peranan pemting nalrmr pen-

temak potwg e - h a n , dan fi-akhir ini

sangat populer sebagai m a k q d a n hilri raya Idul Adha.

Populasi sapi di
Wupkm PesiSir !&htat~ptada tahm 2001 tercatat sejmnkh % 443 &or (BPSSumatem Barat, 2001). h m p i r semu dari populasi ini d a h h sapi Iokal (sapi

Pesisir), sebagm kecil h t p terdiri dari sap1 Bah, had LB Bali, dan hasil IB
Simmentd. Sapi Pesisir ini menrpakan kmik piaraan masyarakat yang
menyebar seam merata di Kabupaten Pesisir SelS e h g m besar
masyrtrakat pemilik t

d ini memeldma ternaknya dengan membiarkan sapi

m e d m lepas siang dm mmrlam tanpa atau dengan -t
pmiliknya.

sekali

tan-

Di masa mendataug keberadaan dan kualitas genetik sapi Pesisir ini
dikhawatirkan~dalammamanoleh~hdsepeati:~aperan
temak sapi sebaw t

d keja ke mesin-mesin percanian sehingga masyarakat

mema tidak lagi rnembutuhkan ternak sapi yang h a t dan besar; semakin

w

y

a sumber daya g e n d tert>aik &'bat dari meningkatqa kebuhbm

konsumsi daging masyarakat dari satu sisi dm kebuhlhan uang segar oleh
m a ~ y pw e

t d di sisi Iain; serta program inseminasi buatan yang kurang

terencana dan terkontrol dengan M k .
Mempeatabmkan mkr daya temak lokal penting artinya untuk
rnencapai keamanan pangan berkelanjutan bagi jutaan urnat manusia N a r n
upaya mehdungi sumber daya g e n d ternak lokal ini, FA0 sebagai badan

Perserikatan Bangsa Bangsa mendirikan FA0 Global Strategv for the
Management of Farm Antm1 Genetic Resources unluk membantu pengatman

pernanfaatan dm konsmasi keanekaragaman genetik ternak lokal negara-negara
anggotanya (GTZ,200 1 ).

Sampai saat ini, tarnpilan luar (morfologi) masih umum digunakan para

peneliti dan praktisi petmakm d a b rnengidenti&asi, mmgkaak&isasi dm

seleksi hewan-hewan ternak untuk dikembangbiakkan. Pengamatan terhadzp
tampilau luar a u a h cara paling mudah mtuk ddakukan, namun pmampilan

oleh faktor lingkungan ddam seperli: umur
dan jenis kelamin, maupun lingkungan I u r s e p d ketersediaan pakan dan iklim.
Batasan-batasan ini menjadikan pengamatan terhadap tampilan morfologi ini
membutuhkan waktu lebih lama dan biaya ymg banyak
Perkembangan ilmu p e n m u a n dm telmologi biofogi molekuler akhirakhir ini, khu-ya
terhadap materi kimia gmetik (asam nddeat; DNA dm
RNA), t h d o g i PCR dan elekofmis telah menghasikan penemuan berbagai
rangkaim mat& geneeik d a g a ~penanda genetik (genetic marker) untuk $if&sifat e k m m i yang memililci nilai &momi tinggi, sifat-sifat morfologi,
penyakit, asal-wad dan kekembatm fllatu individu atau bangsa ternak tertentu.
Satu diantara babagai penanda molekuier pding popula saar ini untuk
berbagai keperiuan mdai dari identifikasi sampai pada peaanda karakter
kuantitatif pada hewan ternak adalah penanda milasosatelit. Penanda ini sangat
morfologi ini banyak dipen@

memenuhi

sebagai p a n d a rnolekuler karena jdahnya banyak dan

menyebar diseluruh genom sebagaimana dikemukakan o1eh Gmrges
(1 993) b&wa &0$8teht

ei

a/.

adalah pmanda yang terdapat dalam jumlah besar,

menyebar baik ddam gmom dm polimorfismenya yang tinggi menjadikannya

sekqg materi yang cocok mtuk meudeteksi pautan diantara pmtnda dan gen-

gen ymg mengontrol sifat-sifat produksi, penyalut, atau sifat-sifat morfologi.
S&ubmpn dengan sapi Pesisir Q Sumatma Barat rnerupakan salah satu

sumber daya genetik tan& atau kekaym keanekaragaman hayati lokal
hion&, maka adalah kewajiban kita bersama untuk memeJihara kehgsmgm
keberadaamya. Sebagai langkah awal dan upaya ini, maka dilakukan suatu
p e i i t h idendan karakterisasi pada tampilan luar (morfologi) untuk
kedua sifht kuantitatif d m kualitaW7, serta secara molekuler menggunakan enam
penan& DNA mkosatelit
Tujuan Penditian
Peuelitian ini dilakukan pada sapi Pesisir di Sumatera Barat untuk:
1. Mrmpelajari keragaman s@

halit& warm dao pola warm bulu

2. Mernpehjar! keragaman u k u r a n - a tubuh dm bobot tubuh.
3. M e a n ~ l e h
cda~abrrsekarakter kuantitaMdan Mitatif

4. Mmenmkm u k u r a n - m tubuh yang dapat rnenckhn sapi Pesisir
5. Mempelajari kemgmm behapa lokus DNA mikrosatelit

Kegunaan Penelitian

Hasilpielitmini~kmdapatdigmakmImtuk:.
1. Fedoman dalam mengevaluasi s u m k daya gebletik sapi Pesisir di Sumatem
Barn
2. Pedoman dalam menen-

kebijsrkan penyelamatan dm perbaikan mutu

g m d c sapi Pesisir di Sumatesa Barat
3. M e n U penehtian selaujutnya dalam upaya mendapatkan penanda DNA

mikrosxtelit untuk sifat-sifat kuantitatif sapi Pesisir
4. M m p r h y a kbasanah ilmu pengehhuau genetika molekuler tentang

kean-

genetik pada sapi lorn lndonesia umumnya dm sapi Pesisir

di Sumataa Barat khususnya

TINJAUAN PUSTAKA
Peran Ternik Lokal di Indonesia
Sampai dengan PELITA VI, peternakan *at

masih menjadi tulang

pmggung pembangunan p e t e i z i tenrtama untuk sapi potong, kerbau,

kambing, ayam buras dan itik.

Sedangkan ayarn ras dan babi ras telah

diupayakan secara kornersial dengan skala b.Sapi pesah walaupun telah

dikdola secara komersial t q ' mayoritas kepemilikannya masih berada d~
tangan pet&

kecil.

Usaha petanakan rakyat dicirikan dengan skala

kepemilikan ternak yang relatif k k l dan dikeIola secara tradisional sttau semi

intend, namun I>erpaan cukup penting dalam pembangunan m a n , dimana

pada tahun 200 1 subsektor ini menyunbang sekitar 1 1 % pada sektor pertanian
clan 1,9% pada @uk

domestik bmto (PDB) nasional (Utoyo, 2002).

Keanekazmgaman Genetik Ternak
Di negamnegaa sedang berkmbang, hewan temak merupakan bagian
dari agro-ecosystem, menyedidan pugan, serat, pup& dm bahan bakar gas.

Hewan temak ini menyediakan 60 persen tenaga tarik bag masyardat pedesaan

dunia dau dapat berperan sebagaa jaminan keamanan pangan bagi petam jika
maman pangan m d m magdam kegagah (FAO, 2001).
Selmjutnya FA0 (2001) magmukakm bahwa berbagai bangsa hewan
ternak yang telah kdccmbang dab berbag;u sistem dan lingkungiu yang ada
saat ini tel& rnenghasilb berbaga kombinasi gen yang unik. Gen-gen ini

tidak h y a meflmtdm hahtas sifat produksi dari masing-masing bangsa,
twi juga teddap k m u a n adaptasinya pada kondisi Iokal temasuk
makman, keteasediaan air, iklim dm hama p y a k i t .
Ke;anekaragaman geslehk

(FAGAGAS, I%),

d t n y a me*

empat manfiat

yaitu: (1) ketmimjutan dan pmingkatm produksi pangan,

(2) medcsimumkan pduktivitas Iahan dan sumberdaya pertanian, (3)
p
e
n
m
a
n p d a n berkelanjutan mtuk memhikan kewtungan masa kini
dan genaasi yang akan datang, (4) pmenuhan keanekaragaman baik yang telab
mupun yang Mum diketahui manfaatnya bagi kehidupan sosial rnasyarakat.

Ketmediaau k e a n e k m m gendk ternrtk,termasuk sapi akan mempengah

keberhasilan sbategi pemdiaan untuk masa ymg akan datang.
Pelstarian Sumber Daya Genetik Ternrmk
K q m m gene& di ddam spesies tern& dan beberapa kerabat liarnya

telah menjadi sumber keragaman drtlam rumpun dan popdasi ternak.
Keragaman genetik ini penting dalam pembentukan rumpun tmak rnodm dm
&an terus berlanjut untuk masa mendatang. P m h y a keragaman plasma nutfah

temak tidak akan dapat diganti meskipun dengan kemajuan biotekmlogi, paling
ti& sampai satit ini (Subandriyo & Setiadi, 2003).

Negara-negara sedang berkembang pada umumnya berada @a

ikfim

yang e k s h a n m rnusim panas dan hujan. Pada

dmgan p h tern-

kondisi sepesti ini akm terbentuk m p u n ternak yang beradaptasi disebut

dengan unirnpmed breed.

Wahpun produktivitasnya rendah apabils

dibandingkan dengan rumpun yang tadapat di wilayab tempemte, rumpun

ini
daya tahan tehdap be&aga~ macam pyakit; tahan
terhadap flukmsi k e t d i a a n dm mutu pakan dm air, t h a n terhadap
perubahan tempatw, kelernbaban dan p@ iklim &trim Iainnya Rumpun
teuak ini juga beradaptasi terhadap pemeIiharaan yang kurang baik sehingga
dnilai yang sangat bechar@ lmtuk m%ngmiisipasi be&aga~p a b a l m
dam dm lingkugan di wakfu yaag d m datang (GTZ, 2001).
Desrgan demikian, pelestarian t d a @ sumbetdayit genetik ternrtk lokal
sebagai m
a
n dari k o m p m keanekaragaman hayati adalah penting untuk
ntanenuhi kebutuh p g a n , patmian dm peakembangao mid masyarakat di
masa yang akan &tang. Ada beberapa alasan untuk ini, antam lain: ( I ) lebih dmi
tam&

60

dari bomgsa-hugs hewan ternak di dunia M

a di negara-negara

sedang bdembang, ( 2 ) k o m a s i bangsa temak lokai tidak menarik bagi
petani, (3) semra mum tidak

tersedianya info&

program monitoring yang sistematis dan tidak

diskriptif dasar sebagm besar sumber daya genetik hewan

temak, serta (4) &kit

sekali bangsa-berngsa hewan ternak asli yang telah

lgunakan dan dikembangkan sewaaktif (FAO, 2001).

Pelestarian sumber daya gmetik tern& pada dasamya dapat dilakukan

Aah satu atau gabungan dari: ( I ) rnempmtahankan populasi ternalc hidup baik
d&m bentuk in-situ mupun a-siltr pada satu tempat tatentu, (2) payimpanan
klcu (cwgenic) plasma g d i s dalarn h t u k haploid maupun diploid
(&am& dan embrio), dan (3) penyimpanan dalam b t u k DNA Dalam beberapa

ha], mempertahankan populasi merupakan metode pdestarian yang kbih pmktis.

Pel&an

pada temak hidup mempunyai bebempa keuntmgan antara lain:

bangsa-hgsa temak yang dilestarikan secara bertahap dapat rn-n

terhadap

perubahaa pgaruh ekstanal dan m e m u n m dilakukan d u a s i kinerjanya.
Pada peIestarian populasi ternak hidup yang teTisoiir dengan populasi terbatas,

prlu diupayakan agar tidak terjadi biak dalam (inbreeding) dm penghmyutan
genetik secara a d (random genetic dn;fr)(Diwyanto & Setiadi (1997).

Sambcr k y a Geaetik T e m k hka1 Indoneia
Sumber daya g a d hewan (anjmal geneiic resources) addah populasi
pda maPing-masing spesies yang secm genetik unk, krbentuk dalam proses

d o m e yaug digmakern untuk produksi pangan dan pertanian termafllk
-k
dekaJt populasi W u t yang masih liar. Ishlab ini j u g digunakan
mhdq m
u
a spesies dm bangsa-haugsa hewan yang mernpunyai nilai
e k m ilmu pengetahuan, dan susial budaya lmtuk
atau

m,

mempunyai kepentingan untuk masa depan (FAO-AAAS, 1994).
Sumbdaya genetik hewan merupakzm building block bqg pertanian dan

pengembangan rtuietas dan bangsa hewm ternak untuk mass yang &an datang.
Melimpahtrya kern-an

bmgsa hewan k m k asli ymg bmdqtasi secara

lokd menyelamadm petani dalam mengbdapi iklirn yang sulit dm wilayah
majhl. S u m b d q a geneiik low dapat dimanfaatkan den=

input minimum

d m memegang pexanan penthg dslam budaya mitsyarakat pedesaan (FAO,
2001; GTZ, 2001).
Sumberdaya tmak sapi di Indonesia saat ini terdiri dari tiga kelompok,
y a b : (1) ternmrk asli, (2) tern& impor, dan (3)
yang telab kadaptasi.
SehubpembngnYa d a i konservasi psda kelompok hewan tmak ini,
beberapa b g s a =pi ini rnenjadi target konservasi sekaiigus p e m a n f w y a

(Utoyo, 2002). Beberap dimtara sumberdqa tam& sapi iemebut adaiah: =pi
Aceh, Bali, turunan Ongole, Sumba Ongole, Madura, Jawa, Pesisir, dm Grati.

Selanjutnya Utoyo (2002) menjelaskan babwa k a d a m g m m sapi di Indonesia

terbentuk dari sumbdaya genetik asli dan impor. Imporhsi Bos indims Ongole
India telah dimulai pada awal abad ke 20 dan kemudiaa bangsa sapi ini
memegang peranan penting dalarn program pengembangan petemdm di

Indonesia Sapi Ongole murni pertama dibawa ke pulau Sumh yang kemudiaa
disebut sebagai Sumba Ongole, kemudian sapi ini dibawa ke tempat-tempat lain

untuk disilangkan dengan sapi ash lawa dm membentuk Pesanakan Ongde
(Ongoleaoss) dm sap1 Madura.
Sapi Pesisir di Sumatem b r a t
Di Sumatera Barat, tenrtama di Kabupatea Pesisir Selatan t a d a p t q i

lokal yaag disebut masymkat sebagai sapi Pesisir.
Menurut Schlegel dan MulIer (1 5 10) yang diacu dalam Merkens (1 926)
magemukakm b b a di ptmtai h a t daya Sumatera yakni di Padang dan
daman tinggi sekitamya terdapat sapi dengan pampilan yang berbeda dari sapi
yang

a h di pula J a m

Stlpi-sapi tersebut jaub l&ih k d dm pendeli

badannya, kaki-kabylt lebih

Tarnping,

dan keseluruhau bangun tubuhnya

tam@ lebih indah dlhmdmg sapi di Jawa Sapi jantannytr jarang memilild

punuk yang sebenamya (berpmuk kecil). Baik yang jantan rnaupun yaug betiaa

berwama kuning kernmaban, kwxlali di s d d a pantat dm bagan hwah U m y a

biwmya bmmm l&ih muda dm keputh-putihan. Kemudian teurink (1 923)
ymg juga d

k u dahm M a k m (1926) meagemdihn bahwa di P h g dan

dataran tinggi d t a m y a tad*

sapi dengan ciriciri: pejantannya m W k i

kepala yang p d e k h t a d u k pendek dm mengarah ke luar, lehernya lebar,

kokoh dan pendek. Punuknya cukup berkembang, daerah pinggulnya pendek
dan oval. Brtgian depm b h m y a lebih ringan dibanding bagan belakangnya.
Kakinya relatif pendek, pada betina kqalmya lebih panjang dan k d , pundak

dan dadanya kwmg

~~ sehgkangaya e

g

ke belakang, pendek

dan kecii. Warnanya coklat muda sampai coklat tua, atau sampai him. Sekitar
mata, mulut dan sebelah d a b ~ - k a k h y apaut
,
bagian bawah berwarna leblh

muda Tinggi pundak pa& yang jantan mtara 1 - 1.26 m (ratg-rata 1.15 m), dan
pada yang betina sekitar 1.05 m.
D i k e m d d m oleh Saladin (1983) bahwa sap! Pesisir di Sumatera Barat

dermkian
karma sapi ini dapat melahidan anak setiap tahmya atau mungkm juga
biasa juga disebut den*

jawi ratuih atau banfiang mrerih, disebut

disebabkan deh karma tubuhnya yang relatif paling ked diantara temak sapi

lokal lainnya (Minang:jawi = bantiang = sapi; rafziih= kd-kecil dan banyak).
Sapi ini diduga merupakan sisa sapi asli yang terdapat di Kabupaten Pesisir

Selatan, Propinsi Sumatera Barat.
Selanjutnya, Saladidin (1983) melqorkan satu penelitian pada t 563 &or
ternak sapi Pesisir yang berasal dari tiga kecamatan di Kabupatm Pesisir

Sdatan, Sumatera B m t dan sebagian h a d penehtian ini disajikan pada Tabel 1

baikut.

Tabel 1. R & m dm simpangan baku bobi hidup, tinggi pundak, panjang badan
dan lingkar dada sapi Pesisir Selatan mmwt wnur dan jenis kelamin
Jmis kelamin,
b b o t hidup
~ n u(th),
r
(kg)
dan iumIah sampet

Tinggi
pundak
(cm)

Lingkaran
dada

.

lcml

1 (20)
2 (44)
3 (53)
4 (108)
5 (163)

6 (167)
7 (109)
8 (94)

Jautan
1 (24)
2 (44)
3 (40)
4 (36)
5 (94)
6 (70)

7 (8)
8 (3)
Sumber: Saladin (1983)

-

Sektjutnya dikemhkm oleh Saladin (1983) bahwa wama bulu baik

pada sapi Pesisir jantan maupm yang betina beragam dari merah muda, merah
tua (merah bata), kehitm-hitaman, mMat tua, dm putih kehitam-hitaman.

Warna selutar mata, mulut, m
a
n ddam kala dan bagian perut terdapat warna
yang agak mu& Tempamen =pi ini pada umumnyajimk
Karakter Ekstemal

Davis & Heywood (1965) d h dalam Wiley (1981) m e n d e h i d m
karakter sebagai tan&-tan& m W u k hidup yang dapat dijdaskan atau dihitung
Selmjutnya Wiley (198 1) mengelompokkan k m h r ini atas tiga tipe, yaitu:
1. Kamkter s t m k t u d

-

Adalah dua tanda-tanda yang pada dasarnya atau stnrktur rincinya sama
h g g a bagm-hagiau t d u t dqat diidingkan

hgsung.

Karakter ini biasaaya disebutkan dengan nama karakter yang sama, atau

lebih tqatnya disebut sdwqp st~cturalhornologtle.
2. Kmkterfungsional

Addah k e - k & e r

y m g memiliki h g s i dasar yang sama sehingga

dapatdi'bandmgkm IIKslunrtfungshya
3. Karakter filogenetik
Satu lcarskter fiogenetik terdiri dari tandaada dari dua atau lebih mktduk

bidup yang dihipokakm homolog.

Dalam hal sqerti ini, k a d c k

filogenetdt yang dimitifri oleh dm atau lebih mhkluk hidup menggambsultan

a d q a hubungm fiI0gendi.kdiantara maWuk hidup tawhut

Karakter morfologi adalah tanda-tan& struktural dati satu makhluk hidup.
Karakter morfologi merupaktm sumbea utama karakter @a

k-akan

kelompok makhluk hidup- Kraakter morfoiogi biamya terdiri dari serangkaian
morplaaIogiical complex, pitu satu susunan yang secara ontogenetik mmn@

karakter morfologi.
Lebih lanjut W i l q ( I 98 1 ) mengemukakan bahwa sifat-sifat eksternal
mmpakan sumber utama dari k d e r pda banyak kelompok makhluk hidup.

Karakter &sternal ini dapat berupa sifat-sif& ymg relatif seddana atau sangat
rumit dm kmktex ini te1ah terbukti bermanbt untuk membedakan tmrrr

W u k hidup pada bbagai tingkatan, mulsti dari p&la sampai ke species.

Termasuk karakter eksternal ini adalah :
1. Ukuran dan bentuk. Karaktm ini m e r u p h penduga ysmg menyeluruh dari

bentuk tubuh dan diskripsi khas dari berbagai gambaran tubuh
a dicidm oieh k e p d d m warns
2. Warm dan pola warna Spesies m
tertentu atau pola warnmya. Karakter ini telah terbdd M a a t ddam
men@sa
banyak W u k hidup. Wama dapat dhmtitatifkan d t m p
panjang gelombang atau berdasarkan pada stmdar warna intemsrsional,

namun pola warm lebib Sering d a b b d u k penjelasan daripda
dikuantitatifkan.
3. Penatungan dari berbagai struktuc yang berulmg atau y m g dapa

dibmdingkaa Banyak fitur eacsternal yang dapat dihitung, k a d t a ini sering
disebut dengan meristic chumctem.
Kslrakter Kuantitatif

Wiley (198 1) menganukakan bahwa karakter kuantitatif adalah chi-ciri

dari m & h k hidup yang dapat diulrur, dihiturig, atau diskor. Karakter ini
ditentukan oleh banyak pasang gen (poligmik) dan sangat dipenganh oleh
m g a n .
Tffdapat dua bentuk dasar dari karakter kuantitatif, yaitu:

a. K m k k Icontinu. Karakter hi bkanya dijelaskan denpengdcmm
Pada penditim yang sistermrtis, kmher ini dapat benrpa ukuran panjang,
l e h , Ivolume, atsru bentuk dari ci-ciri suatu mkhluk hidup. Bmruk
ini biasaaya merupakan sum k o m b h i dari k d e r kontiou lainnya
b. K m k k diskontinu Addah karakta yang meujelaskan banyaknya
komponen tertentu yang ikut serta unhrk manbentuk satu ciri tertentu,
m d q z;mi&kromosom dalam satu genom rnakhluk +idup tmmtu.
Beberapa sifat kuantitatif pada tmak rnernpttnyai ht~bungalsalu wria
I& h u b g a s ini seam sw& d d u t dedlgan korelasi. Sifat-sifat yang
berkorelasi menjadi p h g karena se1ab;si terhadap satu sifat &an rnenyebabkan
kemjuan atau iremuadma bagi siht lain yang bailiorelasi dengan sifat tersebut
(Wanvick el a/., 1983).

Karralotcr~litatif

Berlstwanan dengan k d & r kuantitatif,k d e s Wtatif adalah kamkter
yang @a mmya d i j e l m b dengan kata-hta srtau gamhm. SiW ini d
t
sekali atau bahkan tidak ads hubungamya d e n p kemampuan produksi, namun

ini mmgkh penting s&gm penciri bagi bangsa atau tip temak t m t u
Sifat ini diatur oleh satu atau beberapa pasang gen saja, dan sedrkit s W
d

i

m oleh lingkungan (Warnick et at., 1983).

Warna darn Pula Wuma
Maciejowski & Zieba (1982) mengemddan bahwa tip dasar tatmama
bulu

dikddm m e d l W patma w m a ymg melrputi seluruh permukm

tub& &gga
tun&;

membentuk

clan kdua, h-gm

warnti

yang =&am

--

atau homogen atau wama

atau wama ampuraa

Warm heterogedl ini

memiliki dua tipe ymg beabeda, yaitu: (a) komposit, apabila pada tub&
d i t e m b bidang-bidsng
ymg bertKda (pried); dan (b) camp@ila buEu-bulu d a i dari yang
tampak secara bergantian satu dengan
k m y a W a m a ~ s a p 1 U m ~ ~ i lkedalam-amggal
a n
( u n i c o l m d ) dan terpola (patterned).

Dmwta&wama b u l u t u b u h p d a ~ d a u s e m u a ~ ~ a d a a t a u
-ti
m d m h pada bulu Melanin ditemukan dalam melanosom dari
mebmit
M e d s n d berpdab dari ujung syaraf
@ u n b g t m embrionik dan p i g m d terjadi htrnya di damahdxrah tub&
dhamujungsyarafiniada B e r c a k p u t i h t q b h d i d s m h M & k u l i t

~~

atau bulu kekumgan mdamit. Pigimatasi pads semua bagm tubuh juga

T
-

dm tipe
m e l a yaitu: melanin dan p o m e h k Eumelanin membesikan warn*
warm hitam dan cokht, dan paeom*
unhk wrlma-pwma coklat k e m d m ,
dapsd khmmg oleh l d c m a n m alrtivitas &&

merah, m,dm kuniDg (Fries & Ruvinsky, 1999).
Salah satu cara mengidensuatu banrnmgguuah warm dan pola

Wiley (1981) bahwa ~

ternak adalah dengan

s m a i dmgm apa yang dikernukab oleh

~ sering dimdai
e oleh warns
s atau poh W-

dapa diandahn tergmtung pada pengetah~an
m
a
pengad dari Wor-faktor ontogmetik dm hgkmgau Pola
tertentu. Seberapa jauh warna

4%mmgkin lebih bergma d m i p b warm itu sendiri.. Hal ini bidianggap sebaga~chamcter displacement untuk rnenghmdari kebingungan saat
-k&b

sam h g s a dengan bangsa lainnya (Bakwgt Manwell, 199I ),

W m a pada u m m y a kurang berperan d a r n produksi ternak, seperti

h g k a s pttmbuhm, efisieasi maksnan, clan produksi susu (Bogart, 1959).

tersendiri c h a m warm dapat
keuntmgan ekonomi, seperti kdit yang menad dapat memberikan

Namun demikian, warna memiliki nilai esth g a yang tin&

untuk *tan,

pakaian dan hiasan (Baker & ManweI1,

1991).
Wama bulu dan kdit secara nyata mempengmhi tamoregulasi.

Pmukam yang gdap q m t men@=fi
jw cepd mdepas panas,
&&an
permukaan yang putih d a p menahan radiasi rmtahi, namun b
g
(hhejowski & Zi&,

d

w daya ssdaptasi hewan t&ut

1982). Warna juga berhuhgm
pada Imgkunp tertentu, di d
d tropis

dengan derajat mlhi sinar matahari yang tinggi hewan den-

wama bulu

terrmg dan kulit yang berplgmen gelap h d q t a s i lebih baik (Fries & Ruvinsky,

1999).

Varlasi Wama Buiupada Sapi
Frk k R
u
m (1999) rnengenuhb bahwa unbk meanp&jari
variasi warm bulu dm pola bdang pada spesies apaprm, perlu dijelaskan
peqpuh mutan terhadap tipe liar. PoIa belang tipe liar pda s q i , secarol
sededma kmp pigmentasi ymg solid. Hewan-hewan dmgm warn. bulu tipe

kaki dim tubuh bagian
belakang. Warm bulu tipe liar pada sapi b m a cokh kemerahan saat lahir,
bmwama lebih gehp ssrat kumur mu* dm berwama cokiat kehisaat

riar cendenmg l

a gehp @a kqmh dan I*,

d m . Vm'asi warm bulu tipe liar yang p h g seaing teraaati @a

addah mewh dan hitam solid. Wama bulu- 1

sapi
pada sapi addab modifiasi

dari tiga wslma dasar, yaihi: hitam, tipe liar (wklat-hitam), dan m d . Hampir

m
u
a varhi dari ke tiga warm dasar ini addah &&at dari pen-

pigmentasi (lightening).

N a m h w a el al. (1982) rnelakukan satu pelitian tmtaug -k

warm bulu

sapi-sapi Indonesia, l m h a h n p d a poh wama sebagai

berikut: (a) hitam (teama&

adanya sedikit bagmu yang kecokhan), (b) coklat

gelap (termasuk sapi dun dm cuklat dengan pigmen hitarn pada kepala, bagian
pun&

ddatau -pat

bagan bekkmg), (c) coklat-kuning (dibolehkan

adanya pigmen hitam pada bagan kepala M a t a u kak~), (d) abu-abu putrh

(termasuk pllttb kdmhgan), (e) menyerupai Bali (hmasuk sebagiau pola Bali
atau pola Bali dalam warm yang berbeda), dan (f) tipe Bali (dengan bidang putih
pada permpat belakang dan warm putih menyenrpai kaos-kaki pada kaki, gark
hitam sepmjang garis punggung pada betina dan sap1 muda, warm bulu bitam
pada jantan dtwasa dan kuning atau lnming kemerahan pada betina clan sapi
muda).
Hasil penelitim ini menunjukkan bahwa I204 dari 3061 ekor sapi yang
diamati dikelmqddm sebagai tipe (a), (b) atau (c), dan hanya 42% dianbmrya
yang bei%otol.Kebanyakan sapi di Bdi, Lombok, Timor dan Sulawesi Tengah

dm Selatan rnempedibhn warna tipe Bali (9.Bebaapa individu sapi dmgm
tip (e) ditemukan di Jawa Barat (12 Pandakm-Mahug). Sebagian k d sapi di
W u r ajugs r n m p d h d m warmi tip (e) hi.
Gcn yang MempengarPbi Warm BpIu pada Sapi dan SiFat Pewahnuya
Friies & R u v i d q (1 999) menmjukkan bahwa ada tiga warm dasar pada
sslpi, y&u:

hitam, tipe liar (mklat-hitam),dan merah. Selanjutnya &em*

bahwa warna hitam bersifrlt dominan ~

~ ~ I U tahadsp
I M
mmh (B

untuk h i m

dan b d merah), hitam epistasis terhadap kehi&man (Bsuntuk kehitaman dan
bs
yang b d m kehitamm). Brinding, rnmqwhn suatu W r y m g
m
e k e h i m yaitu suatu pola wama shipstrip antara kehitamm
dan mexah
yang -m
lcarakter bridling. f i ~ i t a m
epistasis terfiadap bn'ding karma hitam mmutupi pemmpakm k e h i m dan
peammpakan bn'ding h y a apmbda a h kehitaman. Untuk hi,Br digunakan
untuk brindle dan br untuk yang bukan b r i d e .
B
o
w (1959) m e n j e b h Wwa p d a sapi Nellore, warna put&

disebabkan oleh -if

pubh, dimana Wn untuk tidak putih dm wn untuk

N d o r e put&. Ekatuk h dari warnrr putih ditemukan pada sapi En&& park

yang diduga bersifat domhrm, untuk ini genotipe W p adalah Park putih clan wp

untuk yang tidak putih. Albino bemifat mesif terhadap yang berwama dan
mengurangi pigmentasi, tamasuk pada mata. Ihsebabh 01th sedikitnyst

jumlah pigmen pada rnata, wpi albino sangat sensitif t e h d a p cahaya terang.
Bintik-bintik yang terdapat pada Mil bapigmen disebabkan oleh satu gen

dominan (Ps)dm alelnya (ps) -libdm

tanpa biniik berpigmen p d a

kulit.
Pamnda genetik

Semua W e r ymg ditampilkan baik secara nyata atau tidsrk oleh satu

individu teanak tidak lain adalah pen-

jlnnlah gm y a ~ gWiki 01eh

individu temak tersebut, atm dapat M u t bahwa semua infomasi yang dapat
dimti pads s u m individu temak ssdalah penanda genetik dari individu tessebui
Dalam kegiam pemuliaan, disamping p e n g h r m lmgsung t d d a p tamplan

fenotipiknya, be%@

penilnda (mmkr) tehh digunakan mtuk memonitor

introgresi ahu rekombinasi genom.

P

d h h h karakter yang dapat dimkkm dm berasosiasi dmgan

genotipe tatentu dm digunakan untuk mengk&&

genotipe. Potensi

.

-

p ~ ~ s e b a g a i a l a t m t u k m e a a k u k a n k a c a k t a r s agesletik
sl
telorb
dikenal Mak pduhan tahun yang lalu. Penanda ini dikategorikan atas penanda
morfobgi, sitologi, dan p u g terbaru adalah ~

d molelrula
a (Moritz & H i h ,

1 996).

Paa*

M o r f t

Penanda morfologi (fenotipik) rnerupah pemmda yang telah banyak
digunakan b&

*

maupun dalam propan praktis

dalam

pemuhm, karena penmda hi paIing mudah untuk diamati dan dibedakan.
Penanda b o w m m p a h peociriyang ditmtdm atas dasar ciri-ciri fmotipe
yang clapat -ti

atau dilibat seam langsmg seperti; ukuran-ukuran

ipemukm u
tb
a bobot bsrrllm, warm dan pola wama bulu tubuh, bentuk daa

perkemhgm tanduk dan sebagahya

Baker & Manwed (1991) -uldm
Wwa kmmaan potipik
&pat munjukkan identitas genetik, walau terdapat beberapa batasan, antara
lain: peootip yang identik dapat dkhbkan oleb alel-del ymg k b e d a mu oleh

Dab hal tertentu, mun@

gen-gen pada lokus yang berbedst

Wdq&

perbedaan ddam daya ekspmi (derajat manifestasi ppda satu individu); atau

oleh penemsi (hkuensi satu sifat diekqmdm relatif t m h h p sejumlah
pmbawa gen tertentu yang diketahui dalam satu populasi). Kemiripan fenotipik
@at

juga disebabkan oleh feookopi, yakni keank@~~satu fedlotip yang

diakibatkan satu gaotipe tmentu oleh aksi lingkungan pada genotipe laumya
Nmun demikian, pamda

ini memiliki kelemahao karena ia dipengmh o l d

hgkungan, rnernperlihatkau sifat medlurun d o d m d ~ i dan
f banyak yang
b y a dapat d i m t i pada trngkat umur tertentu.

Pengukuran parameter tubuh b i m digunakan untuk meaduga asal usul
ternak. Warwick ef al. ( 1983) m e n y a h h babwa ukuran-ulnrrantub&
sangat bsgma untuk menentukm asal-usul dm hubungan fdogenetlk antara
spies, h g s a dan tip ternak ymg berbeda

Beberapa penelitian telah diIakukan untuk menyezidiki asal-usul &

h u m geneaIogrca1 pada b e k q a tip sap1 asli Asia Thw; kmasuk
beberap sapi ash Indonesia Wasarkan ukuran b a b e m
a
n tub& (Otsukti

al., 1980; Otsuksl et d,1982), ukuran tengkorak (Hayash el al., 1980;
Hayash ef al., 1982). Peneliti I a h y a (Herrera ef al., I 9%) juga men^^
ukumt~tubuh untuk rntddakm kdompok kambing Anddusia
et

Sup-to

juga telah mel*

er a/. (1%)

ukmm tubuh (Mot b

*

penelitian menggunakan beberap

m panjag btsdan, lhgh W a , panjmg badan, tinggi

dads, lingkar W

lingkar pin@, dab
pingguZ panjang &or, kbar &or dan tebd ekw) se4qja1 peubtih pembeda
pufldak,

kelompok pada m

pin@

a kelompok domh di Indonesia.

Penan& M*k
Kamkterisasi gmetrk ymg berdasarkan pa& penanda morfologi
m d u b m obseryasi ymg intensif, champing itu ~

d ini bdum
a
r n e m k k n informasi genetik s h a m y a dari individu a masih

drpengaruhi oleh hghngm k g a n demikiao untuk kegiam p e m h tidak

cukup hanya k d a m h n pada i n h a s i karakter morfologi saja, apa Iagi
dengan kemajuan h u

dm tdmologi

saat ini, tapi

akan lebih

sempuma dao lebih cept dibantu dengan penmda genetik molekuler yang saat

ini relatif mudah untuk dikerjakan.
Penmmda molekulex yang pertma dm ymg paling sederhana dikenal
protein yang lazirn disebut isozim. Polimofime protein

dengan pen&

dengan ma elektroforesis, dm perbedaan yang terdeteksi antar ale1

did&

tergmtung pa& pergantian asamasam amino yang bemuatan. Protein sebaga~
penciri genetik telah lama digunakan dm d i m lebih bak daripada karaktea

morfologi yang dapat dipagamh oleh lingkungan. Pada masa ldu, penciri
protein digunaksn juga untuk membenalk peta genetik namun polimodkm

proteinaya b i ~ ~ a n yrendah
a
(Goodfedow, 1992) sehmgga penggunaan p a n d a
ini menjlrdi tidak berkembaug Sehjutnya hrfzd & Sudarmmowati (1998)

mengemukakan bahwa walau teknik ini relatif m u d serta tidak memerlukan
alat yang M

u canggih dm

mabd, khik ini tidak Iconpetitif dari segi waktu

d m w a n pekdaan serta tidak clapat diotomatisasi.

Menurut Paterson et 01. (1991), a p w i penanda molekuler yang pslling
penting addah untuk pembuzrtan peta g a d , yang dapat digunakan u t u k

memedm l o b i fllatu gen yang berttrnggungjawab terbdq s m u sifat ymg
seddma, misainya resistemi terhadap penyaht, atau sifat kuantitaiif ymg
komplek pad& h o m o m u Karma peaanda mokkder ini &da pada tin@ DNA,
maka m
d
a ini bebas dari pengada-pen@

fenotipe, &gp

epistasis, Zingkungan dm

dapt menyediakan informasi gene$& yang dehitif untuk

digunakan daJam mempeIajHri keragaman gar-

mendeteksi gen-gen major,

pet&yang komplek
Teknik ini sangat membantu pmulia ddam m e l d d m studi genetik

dan rnmplajari &+ifat

genetik dapat
ysmg tinggi. UnU m e d a p h n info&
dilakukan denga