Analisis Penagihan Dengan Surat Paksa Dalam Meningkatkan Penerimaan Pajak Di KPP Pratama Medan Kota
UNIVERSITAS SUMATERA UTARA FAKULTAS EKONOMI DAN BISNIS
PROGRAM STUDI DIPLOMA III KEUANGAN
ANALISIS PENAGIHAN DENGAN SURAT PAKSA DALAM
MENINGKATKAN PENERIMAAN PAJAK DI KPP PRATAMA MEDAN KOTA
TUGAS AKHIR Diajukan Oleh:
SRI LESTARI SIBUEA 112101082
Guna Memenuhi Salah Satu Syarat Untuk Menyelesaikan Pendidikan Pada Program Diploma III
FAKULTAS EKONOMI DAN BISNIS UNIVERSITAS SUMATAERA UTARA
MEDAN 2014
(2)
UNIVERSITAS SUMATERA UTARA FAKULTAS EKONOMI DAN BISNIS
PROGRAM STUDI DIPLOMA III KEUANGAN
LEMBAR PERSETUJUAN TUGAS AKHIR
NAMA : SRI LESTARI SIBUEA
NIM : 112101082
PROGRAM STUDI : DIPLOMA III KEUANGAN
JUDUL : ANALISIS PENAGIHAN DENGAN SURAT PAKSA
DALAM MENINGKATKAN PENERIMAAN PAJAK DI KPP PRATAMA MEDAN KOTA
Tanggal,.…….. 2014 Dosen Pembimbing
Dra. Setri Hiyanti Siregar M,Si NIP. 19510213 198303 2 002 Tanggal,.…….. 2014 Ketua Program Studi
Diploma III Keuangan
Dr. Yeni Absah, SE, M.Si NIP.19741123 200012 2 001
Tanggal,….…... 2014 Dekan Fakultas Ekonomi
(3)
KATA PENGANTAR
Puji dan syukur penulis panjatkan kehadirat Tuhan Yang Maha Esa atas limpah rahmat dan karunianya sehingga penulis dapat menyelesaikan Tugas Akhir ini dengan baik. Tugas Akhir ini merupakan salah satu syarat untuk menyelesaikan pendidikan pada Program Diploma III Keuangan Fakultas Ekonomi dan Bisnis Universitas Sumatera Utara. Adapun judul Tugas Akhir ini adalah Analisis Penagihan Dengan Surat Paksa Dalam Meningkatkan Penerimaan Pajak Di KPP Pratama Medan Kota
Dalam penulisan Tugas Akhir ini, Penulis mengucapkan terima kasih dengan setulus hati kepada semua pihak yang turut membantu dan mendukung Penulis. Dalam kesempatan ini penulis mengucapkan terimakasih kepada:
1. Bapak Pof. Dr. Azhar Maksum, M.Ec. Ac, Ak, CA selaku Dekan Fakultas Ekonomi dan Bisnis Universitas Sumatera Utara.
2. Ibu Dr. Yeni Absah, SE. M.Si selaku Ketua Program Studi D-III Keuangan Fakultas Ekonomi dan Bisnis Universitas Sumatera Utara.
3. Bapak Syafrizal Helmi Situmorang, SE. M.Si. selaku Sekretaris Program Studi D-III Keuangan Fakultas Ekonomi dan Bisnis Universitas Sumatera Utara. 4. Ibu Dra.Setri Hiyanti Siregar selaku dosen pembimbing yang dengan sabar
memberikan bimbingan dan arahan kepada penulis.
5. Pimpinan dan seluruh staf karyawan KPP Pratama Medan Kota yang telah memberikan banyak pengetahuan yang bermanfaat serta memberikan izin kepada penulis untuk memperoleh data sebagai pendukung dalam penyelesaian tugas akhir ini.
(4)
6. Teristimewa untuk kedua Orang Tua Terkasih, Ayahanda B. Sibuea dan Ibunda T.Sitorus yang telah membesarkan, mendidik dan memberikan dukungan moril dan materil serta limpahan kasih sayang dan doa yang tulus kepada penulis.
7. Abang saya Riko Sibuea ,Indra Sibuea ,Kaka Saya Yani Seventina Sibuea, Adek Saya Fransiska Sibuea Dan segenap keluarga yang telah memberikan semangat dan doanya kepada penulis .
8. Teman teman pelayanan K.O Gloria yang memberikan semangat dan doanya kepada penulis
9. Teman-teman penulis yaitu Novita ,Menik ,Junita yang telah memberikan dukungan kepada penulis.
10.Teman teman 1 (Satu ) kos ada kak Nia ,dan Dk Ruth ,Pinta , Felicianana yang selalu memberikan semangat dan doanya kepada penulis .
Penulis menyadari bahwa dalam proses penyelesaian Tugas Akhir ini masih terdapat kekurangan. Oleh karena itu penulis mengharapkan kritik dan saran yang bersifat membangun. Semoga tugas akhir ini dapat bermanfaat bagi semua pihak, Terima kasih.
Medan Juni 2014
Sri Lestari Sibuea 112101082
(5)
DAFTAR ISI
Halaman
KATA PENGANTAR ………. i
DAFTAR ISI ……… iii
DAFTAR TABEL ……… iv
DAFTAR GAMBAR ………... v
BAB I PENDAHULUAN 1.1Latar Belakang ……… 1
1.2Rumusan Masalah ………..………… 4
1.3Tujuan Penulisan ………..……….. 5
1.4Manfaat Penelitian ………..… 5
BAB II PROFIL PERUSAHAAN 2.1Sejarah Perusahaan ……….. 6
2.2Visi dan Misi Perusahaan ……… 9
2.3Struktur Organisasi Perusahaan ……….. 9
2.4Job Description …..………. 13
2.5Kinerja Terkini ………. 17
BAB III PEMBAHASAN 3.1Teori Perpajakan Secara Umum 1. Pengertian Pajak……… 22
2. Pengertian Penagihan Pajak ………. 28
3. Pengertian Keberatan……… 31
4. Tahapan penagihan Pajak……….. 33
3.2 Prosedur Penerbitan Surat Paksa ……….. 45
3.3Kendala – kendala yang dihadapi ………. 50
3.4Analisis pelaksanaan kegiatan Peagihan dengan Surat Paksa… 52 BAB IV KESIMPULAN DAN SARAN 4.1Kesimpulan ……….. 55
4.2Saran ……….……… 56
(6)
DAFTAR TABEL
Tabel 3.1 Jumlah Wajib Pajak Terdaftar dan Efektif di KPP Pratama Medan Kota Tahun 2012 dan 2013……… 52 Tabel 3.2 Jumlah Target dan Realisasi Penerimaan Pajak KPP pratama Medan Kota Tahun 2012 dan Tahun 2013………...….. 54
(7)
DAFTAR GAMBAR
Gambar 2.1 Struktur Organisasi KPP Pratama Medan Kota………. 12 Gambar 3.1 Bagan Tata Cara Penerbitan dan Pemberitahuan Surat paksa
(8)
BAB I
PENDAHULUAN
1.1
Latar Belakang
Negara Indonesia merupakan negara yang menjunjung tinggi hukum yang berlandaskan pada Undang – Undang Dasar 1945 dan berasaskan Pancasila. Sekarang ini setiap negara sedang melakukan pembangunan secara menyeluruh baik dari segi infrastruktur maupun pada sektor pelayanan masyarakat tak terkecuali Bangsa Indonesia. Pada saat ini sebagai negara berkembang Indonesia tengah gencar gencarnya melaksanakan pembangunan di segala bidang baik ekonomi, social politik, hukum maupun bidang pendidikan dengan tujuan untuk meningkatkan kesejahteraan rakyat, mencerdaskan kehidupan bangsa dengan secara adil dan makmur. Untuk mewujudkan tujuan dari Pembangunan Nasional tersebut setiap negara harus memperhatikan masalah pembiayaan. Salah satu usaha yang harus ditempuh pemerintah dalam mendapatkan pembiayaan yaitu dengan memaksimalkan potensi pendapatan yang berasal dari Negara Indonesia sendiri yaitu salah satunya berasal dari pajak. Pajak merupakan salah satu sumber pembiayaan dalam Pembangunan Nasional yang berasal dari iuran masyarakat atas pendapatan yang diperolehnya, Oleh karena itu peran masyarakat dalam Pembangunan Nasional harus terus ditumbuhkan dengan meningkatkan kesadaran masyarakat tentang pentingnya membayar pajak walaupun nantinya manfaat dari membayar pajak tidak dapat dirasakan secara langsung oleh masyarakat
Disamping itu pajak merupakan sumber pendapatan asli negara yang mempunyai potensi besar dalam mendukung seluruh program kerja suatu
(9)
diharapkan pemerintah dapat tercapai, maka dari itu diperlukan suatu penanganan dan perhatian yang menyeluruh dari segenap insan perpajakan dalam memaksimalkan penerimaan negara yang belum mencapai potensi maksimalnya. Apalagi sekarang ini bangsa Indonesia sedang berusaha untuk keluar dari krisis ekonomi global yang sekarang ini baru melanda di berbagai dunia. Untuk itu kita sebagai warga negara yang baik harus turut serta membantu apa yang menjadi tujuan bangsa Indonesia salah satunya dengan cara ikut berpartisipasi dalam hal perpajakan seperti mempunyai kesadaran untuk membayar pajak secara tepat dan benar. Sehingga apabila seluruh warga negara mempunyai kesadaran untuk dapat menumbuhkan dan meningkatkan penerimaan dari sektor pajak maka akan sangat berpengaruh terhadap penerimaan negara dan seluruh tujuan negara akan dapat dicapai.
Salah satu cara yang ditempuh pemerintah Indonesia dalam usaha peningkatan penerimaan pajak adalah dengan melakukan pembauran peraturan, kebijakan dan administrasi perpajakan dimana telah dilakukan secara terus menerus, bertahap, konsisten dan berkelanjutan. Usaha yang telah ditempuh bangsa Indonesia dalam rangka untuk meningkatkan pendapatan negara melalui sektor perpajakan yaitu diawali dengan adanya perubahan atau pembaharuan sistem perpajakan nasional yang biasanya lebih dikenal dengan nama Tax Reform.
Tax Reform dilakukan pemerintah karena dianggap bahwa peraturan perpajakan
yang berlaku pada tahun 1983 adalah peninggalan kolonial Belanda yang sudah tidak sesuai lagi dengan perkembangan zaman, struktur dan organisasi pemerintahan serta tidak berdasarkan Pancasila. Tujuan dari dilakukannya
(10)
membiayai pembangunan nasional dengan jalan lebih mengerahkan lagi segenap kemampuan diri kita sendiri.
Pemerintah menyadari bahwa untuk membiayai pelaksanaan pembangunan nasional kita tidak dapat dan tidak mungkin hanya mengandalkan kepada peningkatan penerimaan negara dari minyak bumi dan gas alam maupun dari utang luar negri. Oleh karena itu, peningkatan penerimaan negara melalui perpajakan dari sumber-sumber diluar minyak bumi dan gas merupakan suatu keharusan yang mutlak bagi berhasilnya pelaksanaan pembangunan. Pada reformasi perpajakan sistem perpajakan yang berlaku pada saat itu akan disederhanakan. Salah satu bukti diberlakukannya tax reform yaitu ditandai dengan diberlakukannya sistem pemungutan pajak self assessment yaitu dimana
wajib pajak sekarang diberi kepercayaan untuk menghitung dan melaporkan sendiri segala perpajakannya menggantikan sistem official assessment dimana
dalam sistem ini semua urusan perpajakan dilakukan oleh fiskus termasuk menghitung dan melaporkan pajak sebagaimana diatur dalam Pasal 12 Undang-undang Nomor 6 Tahun 1983 sebagaimana telah diubah dengan Undang-Undang-undang Nomor 16 Tahun 2000 dan diubah lagi dengan Undang-undang No. 28 Tahun 2007.
Untuk dapat meningkatkan kesadaran pentingnya pajak terhadap masyarakat berarti pemerintah telah membantu masyarakat untuk turun serta berpartisipasi dalam Pembangunan Nasional. Tetapi sekarang ini dalam prakteknya sering sekali dijumpai adanya pihak-pihak yang tidak mempunyai kesadaran dalam membayar pajak, hal itu dibuktikan dengan banyaknya tunggakan-tunggakan pajak dalam jumlah besar yang belum terselesaikan
(11)
pembayarannya maupun adanya pihak-pihak yang berusaha lari atau menghindari pajak dengan tidak melaporkan kegiatan usahanya. Untuk mengatasi masalah diatas biasanya apabila dalam jangka waktu yang ditentukan WP tidak segera melunasi utang pajaknya Instansi perpajakan langsung menerbitkan Surat Paksa yaitu surat yang mempunyai kekuatan hukum yang digunakan untuk menagih adanya hutang dan pembiayaan pajak.
Berdasarkan hal tersebut diatas, penulis sangat tertarik untuk membahas lebih jauh mengenai Tugas Akhir yang berjudul “Analisis Penagihan Dengan Surat Paksa Dalam Meningkatkan Penerimaan Pajak Di KPP Pratama Medan Kota “
1.2
Rumusan Masalah
Dari latar belakang diatas dapat ditarik rumusan masalah sebagai berikut:
1. Bagaimana prosedur penerbitan Surat Paksa yang diterapkan di KPP Pratama Medan Kota ?
2. Apa saja kendala yang dihadapi dalam kegiatan pelaksanaan Surat Paksa di KPP Pratama Medan Kota?
3. Bagaimana menganalisa penagihan dengan menggunakan Surat Paksa di KPP Pratama Medan Kota?
(12)
1.3
Tujuan Penelitian
Tujuan yang ingin dicapai penulis dalam penulisan Tugas akhir ini adalah :
1. Untuk mengetahui prosedur penerbitan Surat Paksa yang diterapkan oleh
KPP Pratama Medan Kota .
2. Untuk mengetahui kendala yang dihadapi dalam kegiatan pelaksanaan Surat Paksa di KPP Pratama Medan Kota.
3. Untuk menganalisis penagihan dengan menggunakan Surat Paksa di KPP Pratama Medan Kota
1.4
Manfaat Penelitian
Manfaat yang dapat kita ambil dalam penulisan laporan Tugas akhir ini adalah:
1. Bagi Mahasiswa Untuk dapat menambah pengetahuan dan wawasan di bidang perpajakan khususnya serta untuk dapat menerapkan teori yang diberikan pada bangku perkuliahan dengan kenyataan yang terjadi di lapangan
2. Bagi Kantor Pelayanan Pajak Pratama Medan Kota Dapat digunakan sebagai bahan evaluasi atas hasil kinerja sehingga dapat menjadi bahan pertimbangan untuk mengambil keputusan dalam memperbaiki kinerja sehingga dapat berjalan lebih baik.
3. Bagi Pihak Lain Dapat digunakan sebagai informasi untuk pihak luar serta dapat digunakan sebagai bahan pertimbangan atau salah satu acuan penelitian selanjutnya.
(13)
BAB II
PROFIL PERUSAHAAN
2.1
Sejarah Singkat Perusahaan
Sejarah Kantor Pelayanan Pajak dimulai pada masa penjajahan Belanda, Kantor Pelayanan Pajak pada masa itu bernama ’’Belasting’’, yang kemudian
setelah kemerdekaan berubah nama menjadi Kantor Inpspeksi Keuangan. Kemudian berubah lagi menjadi kantor Inspeksi Pajak dengan induk organisasinya Direktorat Jenderal Pajak Keuangan Republik Indonesia. Di Sumatera Utara pada tahun 1976 berdiri tiga kantor inspeksi pajak, yaitu :
1. Kantor Inspeksi Pajak Medan Selatan 2. Kantor Inspeksi Pajak Medan Utara 3. Kantor Inspeksi Pajak Pematang Siantar
Pada tahun 1978 Kantor Inspeksi Pajak Medan Selatan dipecah menjadi dua yaitu Kantor Inspeksi Pajak Medan Selatan dan Kantor Inspeksi Pajak Kisaran. Untuk memudahkan pelayanan pembayaran pajak dari masyarakat dan dengan pertumbuhan ekonomi yang semakin cepat, maka didirikanlah Kantor Inspeksi Medan Timur. Dan untuk semakin meningkatkan pelayanannya kepada masyarakat di dalam pelayanan pajak, maka berdasarkan Keputusan Menteri Keuangan Republik Indonesia Nomor 267/KMK.01/1989, diadakanlah perubahan secara menyeluruh pada Direktorat Jenderal Pajak yang mencakup reorganisasi Kantor Inspeksi Pajak yang diganti nama menjadi Kantor Pelayanan Pajak,
(14)
Berdasarkan pada Keputusan Menteri Keuangan Republik Indonesia Nomor 758/KMK.01/1993, maka pada tanggal 1 April 1994 didirikanlah Kantor Pelayanan Pajak Medan Timur. Kantor Pelayanan Pajak Medan Timur merupakan pecahan dari tiga Kantor Pelayanan Pajak, yaitu :
1. Kantor Pelayanan Pajak Medan Selatan 2. Kantor Pelayanan Pajak Medan Barat 3. Kantor Pelayanan Pajak Medan Utara
Terhitung mulai tanggal 1 April 1994, Kantor Pelayanan Pajak berubah menjadi empat wilayah kerja, yaitu :
1. Kantor Pelayanan Pajak Medan Timur 2. Kantor Pelayanan Pajak Medan Barat 3. Kantor Pelayanan Pajak Medan Utara 4. Kantor Pelayanan Pajak Medan Binjai
Dan berdasarkan Keputusan Menteri Keuangan Republik Indonesia Nomor 443/KMK.01/2001 tentang Organisasi dan Tata Kerja Kantor Wilayah Direktorat Jenderal Pajak sebagaimana disebutkan bahwa Kantor Pelayanan Pajak di Kotamadya Medan menjadi enam wilayah kerja :
1. Kantor Pelayanan Pajak Medan Timur, dengan wilayah kerja : a. Kecamatan Medan Timur
b. Kecamatan Medan Tembung c. Kecamatan Medan Perjuangan
2. Kantor Pelayanan Pajak Medan Barat, dengan wilayah kerja : a. Kecamatan Medan Barat
(15)
c. Kecamatan Medan Petisah d. Kecamatan Medan Helvetia
3. Kantor Pelayanan Pajak Medan Kota, dengan wilayah kerja : a. Kecamatan Medan Kota
b. Kecamatan Medan Denai c. Kecamatan Medan Johor d. Kecamatan Medan Amplas e. Kecamatan Medan Area
4. Kantor Pelayanan Pajak Medan Polonia, dengan wilayah kerja : a. Kecamatan Medan Polonia
b. Kecamatan Medan Maimun c. Kecamatan Medan Baru d. Kecamatan Medan Tuntungan e. Kecamatan Medan Selayang
5. Kantor Pelayanan Pajak Medan Belawan, dengan wilayah kerja : a. Kecamatan Medan Belawan
b. Kecamatan Medan Marelan c. Kecamatan Medan Labuhan d. Kecamatan Medan Deli
6. Kantor Pelayanan Pajak Medan Binjai, dengan wilayah kerja : a. Kotamadya Binjai
b. Kabupaten Langkat
(16)
peraturan Menteri Keuangan Nomor 131/PMK.01/2006 tentang organisasi dan Tata Kerja Departemen Keuangan sebagaimana telah diubah terakhir dengan Peraturan Menteri Keuangan Nomor 54/PMK.01/2007 dan berdasarkan Peraturan Menteri Keuangan Nomor 132/PMK.01/2006 tentang Organisasi dan Tata Kerja Instansi Vertikal Direktorat Jenderal Pajak sebagaimana telah diubah dengan Peraturan Menteri Keuangan Nomor 67/PMK.01/2008
2.2
Visi Misi dan Tujuan Perusahaan
VISI DIREKTORAT JENDRAL PAJAK Menjadi institusi pemerintah yang menyelenggarakan sistem administrasi perpajakan modern yang efektif, efisien, dan dipercaya masyarakat dengan integritas dan profesionalisme yang tinggi.
MISI DIREKTORAT JENDRAL PAJAK Menghimpun penerimaan pajak negara berdasarkan Undang-Undang Perpajakan yang mampu mewujudkan kemandirian pembiayaan Anggaran Pendapatan dan Belanja Negara melalui sistem administrasi perpajakan yang efektif dan efisien.
2.3
Struktur Organisasi KPP Pratama Medan Kota
Struktur organisasi yang digunakan kantor pelayana pajak pratama medan kota adalah struktur orgaisasi lini dan staf , yang dipimpin oleh seseorang kepala kantor dibawah naungan kantor wilayah DJP Sumatera bagian Utara , dimana seluruh pegawai adalah pegawai negeri sipil Republik Indonesia dibawah nauangan Departemen Keuangan Republik Indonesia .
(17)
Secara umum tugas Kantor Pelayanan Pajak Meliputi :
1. Pengumpula,pencarian dan pengolahan data ,pengamatan potensi perpajakan ,penyajian informasi perpajakan ,pendapatan objek dan subjek , serta penilaian objek pajak bumi dan bangunan
2. Penetapan dan penerbitan produk hukum perpajakan .
3. Pengadministrasian dokumen dan berkas perpajakan ,penerimaan dan pengolahan surat pemberitahuan , serta penerimaan surat lainya
4. Penyuluhan perpajakan . 5. Pelaksanaan ekstensifikasi . 6. Pelaksaan registrasi Wajib Pajak
7. Penatausahaan piutang pajak dan pelaksanaan penagihan pajak 8. Pelaksanaan pemeriksaan pajak
9. Pengawasan kepatuhan kewajiban perpajakan Wajib Pajak 10.Pelaksanaan konsultasi perpajakan
11.Pelaksanaan intensifikasi 12.Pembetulan ketetapan pajak
13.Pengurangan pajak Bumi dan Bangunan serta Bea Perolehan Hak atas Tanah dan atau Bangunan.
14.Pelaksanaan Administrasi kantor
Setelah adanya modernisasi perpajakan kantor pelayanan pajak pratama yang berdasarkan peraturan Menteri Keuangan maka Kantor Pelayanan Pajak Pratama terbagi Menjadi beberapa seksi yaitu :
(18)
1. Sub .bagian umum
2. Seksi pengolahan data dan Informasi 3. Seksi pelayanan
4. Seksi penagihan 5. Seksi pemeriksaan
6. Seksi ekstensifikasi perpajakan 7. Seksi pengawasan dan konsultasi 1 8. Seksi pengawasan dan konsultasi II 9. Seksi pengawasan dan konsultasi III 10.Seksi pengawasan dan konsultasi IV 11.Kelompok jabatan fungsional
Berdasarkan uraian diatas maka gambar struktur organisasi KPP medan kota dapat digambarkan sebagai berikut :
(19)
(20)
2.4
Job Description
1. Kepala Kantor
Tugas Kepala Kantor Mengingat KPP Pratama merupakan penggabungan dari KPP, KPPBB, dan karipka maka Kepala Kantor KPP Pratama mempunyai tugas mengkoordinasi pelaksanaan penyuluhan, pelayanan dan pengawasan Wajib Pajak di bidang Pajak Penghasilan, Pajak Pertambahan Nilai, Pajak Penjualan atas Barang Mewah, dan Pajak tidak langsung lainnya dalam wilayah wewenangnya berdasarkan peraturan perundang-undangan yang berlaku.
2. Sub Bagian Umum
Tugas Sub Bagian Umum membantu dan menunjang kelancaran tugas Kepala Kantor dalam mengkoordinasikan tugas dan fungsi pelayanan kesekretarian terutama dalam hal pengaturan kegiatan tata usaha dan kepegawaian ,keuangan,rumah tangga serta perlengkan.
3. Seksi Ekstensifikasi
Seksi Ekstensifikasi bertugas membantu Kepala Kantor mengkoordinasikan pelaksanaan dan penatausahaan pengamatan potensi perpajakan, pendataan obyek dan subyek pajak penilaian obyek pajak dan ekstensifikasi.
4. Seksi Pengolahan Data dan Informasi
Seksi Pengolahan Data dan Informasi bertugas membantu Kepala Kantor dalam mengkoordinasikan pengumpulan, pengolahan data, penyajian informasi, perpajakan, perekaman dokumen perpajakan, urusan tata usaha penerimaan pajak, pelayanan dukungan teknis komputer, pemantauan aplikasi e-SPT e-Filling dan penyiapan laporan kinerja.
(21)
5. Seksi Pelayanan
Seksi Pelayanan bertugas membantu Kepala Kantor dalam mengkoordinasikan penetapan dan penerbitan produk hukum perpajakan, pengadministrasian dokumen dan berkas perpajakan, penerimaan dan pengolahan surat pemberitahuan dan surat lainnya, penyuluhan perpajakan, pelaksanaan registrasi Wajib Pajak, serta kerjasama perpajakan sesuai ketentuan yang berlaku.
6. Seksi Pengawasan dan Konsultasi
Seksi Pengawasan dan Konsultasi bertugas mengkoordinasikan pengawasan kepatuhan kewajiban perpajakan Wajib Pajak (PPh, PPN, Pajak Lainnya), bimbingan atau himbauan kepada Wajib Pajak, rekonsiliasi data Wajib Pajak dalam rangka melakukan intensifikasi, dan melakukan evaluasi hasil banding berdasarkan ketentuan yang berlaku.
Dalam satu KPP Pratama terdapat 4 (empat) Kepala Seksi Pengawasan dan Konsultasi yang pembagian tugasnya pada cakupan Wilayah (teritorial tertentu).
7. Seksi Pemeriksaan
Seksi Pemeriksaan bertugas membantu Kepala Kantor mengkoordinasikan pelaksanaan penyusunan rencana pemeriksaan, pengawasan pelaksanaan aturan pemeriksaan, penerbitan dan penyaluran Surat Pemeriksaan Pajak serta administrasi pemeriksaan perpajakan lainnya.
8. Seksi Penagihan
Seksi Penagihan bertugas membantu Kepala Kantor mengkoordinasikan pelaksanaan dan penatausahaan penagihan aktif, piutang pajak, penundaan dan
(22)
angsuran tunggakan pajak, dan usulan penghapusan pajak serta penyimpanan dokumen-dokumen penagihan.
9. Kelompok Jabatan Fungsional
Pejabat Fungsional terdiri dari Pejabat Fungsional Pemeriksaan dan Pejabat Fungsional Penilai yang bertanggung jawab secara langsung kepada Kepala KPP Pratama. Dalam melaksanakan pekerjaannya, Pejabat Fungsional Pemeriksaan berkoordinasi, integrasi, sinkronisasi, dan simplikasi dengan Seksi Pemeriksaan sedangkan Pejabat Fungsional Penilai berkoordinasi dangan Seksi Ekstensifikasi. Selain itu, teknologi informatika dimanfaatkan secara optimal
Jumlah Pegawai KPP Pratama Medan Kota
1. Kepala KPP Pratama Medan Kota :Yan Santoso Purba 2. Kepala Sub Bagian Umum :Irwan Harefa
Pelaksana Sub Bagian Umum :3 (tiga) Anggota
Bendaharawan Sub Bagian Umum :Mayer alponco Manurung Sekretaris Sub Bagian Umum :Elisabeth sinaga
3. Kepala Seksi Pelayanan :Edison Debata Raja Pelaksana Seksi Pelayanan :12 (dua belas) anggota 4. Kepala Seksi Waskon I :Simon Gomeri Sinambela
Account Representative Waskon I :5 (lima) anggota
Pelaksana Waskon I :Natalia Br. Barus 5. Kepala Seksi Waskon II :Mangatur Simanjutak
Account Representative Waskon II :6 (enam) anggota
(23)
6. Kepala Seksi Waskon III :Alex Kurniawan
Account Representative Waskon III :5 (lima) anggota
Pelaksana Waskon III : -
7. Kepala Sksi Waskon IV : Gintar Ginting
Account Representative Waskon IV : 5 (lima) anggota
Pelaksana Waskon IV : -
8. Kepala Seksi Ekstensifikasi : Erny Lindawati Pelaksana Seksi Ekstensifikasi : 3 (tiga) anggota 9. Kepala Seksi Penagihan : Luseria Maryani
Pelaksana Seksi Penagihan : 2 (dua) anggota Juru Sita Seksi Penagihan : 2 (dua) anggota 10.Kepala Seksi PDI : Ika Rotua Sinurat
Pelaksana Seksi PDI : 9 (sembilan) anggota 11.Kepala Seksi Pemeriksaan : Zulham
Pelaksana Seksi Pemeriksaan : 2 (dua) anggota 12.Bagian Fungsional
Pemeriksa Pajak Madya : 1 (satu) anggota Pemeriksa Pajak Muda : 2 (dua) anggota Pemeriksa Pajak Pertama : 6 (enam) anggota Pemeriksa Pajak Pelaksana : 2 (dua) anggota
10.Account Representative
Dalam organisasi KPP Pratama terdapat jabatan Account Representative
(24)
kepala seksi pengawasan dan konsultasi .Ikhtisar tugas Account Representative
adalah sebagai berikut :
1. Pe ngawasan kepatuhan kewajiban perpajakan wajib pajak
2. Bimbingan /Himbauan kepada Wajib Pajak dan konsultasi teknis perpajakan
3. Penyusunan profil wajib pajak
4. Rekonsiliai data wajib pajak dalam rangka intensifikasi 5. Analisis kineja wajib pajak
6. Melakukan evaluasi hasil banding berdasarkan ketentuan yang berlaku 7. Memberikan informasi perpajakan
Pembagian tugas kinerja Account Representative dilakukan dengan
membagi habis wilayah kerja seksi pengawasan dan konsultasi berikut seluruh pengawasan pemenuhan kewajiban perpajakan (PPh,PPN,PBB,BPHTB, dan pajak lainya ).Untuk mempermudah pembagian wilayah kerja Account Representative
dapat digunakan wilayah / Blok PBB dengan memperhatikan keseimbangan bebean kerja .
2.5 Kinerja Usaha Terkini
Bagi direktorat jenderal pajak (DJP),institusi yang bertanggung jawab dalam menopang pembiayaan kehidupan bernegara, “Perubahan” merupakan suatu keniscayaan mengingat perkembangan masyarakat dan dunia usaha yang sangat dinamis dan semakin komplek. Sampai saat ini ada 2 (dua) perubahan yang cukup fenomenal di DJP, yaitu Perubahan Sistem Pemungutan Pajak dari
(25)
1983 dan Modernisasi Administrasi Perpajakan yang dilakukan pada tahun 2002 (dimulai dengan pembentukan Kanwil dan KPP Wajib Pajak (WP) Besar). Kedua perubahan tersebut telah berhasil mengubah pola pikir dan perilaku para
stakeholders terlebih pola pikir dan perilaku aparat perpajakan.
Sistem pemungutan pajak “self assessment” memberikan kewenangan
sepenuhnya kepada WP untuk menghitung, membayar, dan melaporkan sendiri besarnya pajak yang harus dibayar. Perubahan ini telah berhasil mengubah aparat perpajakan yang sebelumnya “powerful” karena kewenangan penetapan besarya
pajak terhutang berdasarkan penilaian secara langsung menjadi aparat perpajakan yang “akuntabel” dalam berinteraksi dengan WP. Awalnya cukup efektif untuk meredam perilaku-perilaku kolusi dan koruptif. Namun, seiring perjalanan waktu, akibat tidak efektifnya sistem pengendalian internal pada DJP ditambah lagi dengan organisasi yang cukup toleran dengan perilaku-perilaku kolusi koruptif, maka budaya organisasi yang berkembang saat itu lebih cenderung ke arah budaya materialistis dan berdampak pada kurang baiknya citra DJP baik di mata masyarakat Indonesia maupun di dunia internasional. Konon katanya, banyak pegawai DJP sendiri yang merasa malu mengaku bekerja di DJP.Momentum krisis ekonomi Indonesia tahun 1998, yang membawa angin perubahan untuk mewujudkan pemerintahan yang lebih bersih dan transparan, dimanfaatkan dengan baik oleh para pemimpin DJP untuk menyusun suatu agenda reformasi di tubuh DJP yang bertujuan untuk membawa DJP menjadi suatu institusi yang akuntabel, dipercaya, dan dibanggakan masyarakat. Agenda reformasi ini kemudian lebih dikenal dengan nama “Modernisasi Administrasi Perpajakan”.
(26)
Secara umum, modernisasi administrasi perpajakan menyentuh 3 (tiga) hal utama, yaitu: Restrukturisasi Organisasi, Pengembangan Proses Bisnis yang berbasis Teknologi Informasi, dan Penyelenggaraan praktek “Good Governance”
yang didukung oleh Manajemen Sumber Daya Manusia yang berbasis kompetensi.
Konsep Restrukturisasi Organisasi bertujuan untuk mengatasi beberapa permasalahan organisasi pada level operasional (unit vertikal) seperti adanya
redundansi duplikasi pengawasan dan pemeriksaan, tidak adanya pelayanan satu
atap, struktur belum mendukung sepenuhnya praktek “good governance”, standar
pelayanan yang belum proper memadai, dan sebagainya. Konsep ini meliputi
hal-hal sebagai berikut:
1. Struktur Organisasi KPP berdasarkan segmentasi WP: Besar, Menengah, dan kecil
2. Struktur Organisasi yang berbasiskan fungsi administrasi perpajakan; 3. Penggabungan KPP, Karikpa, dan KPPBB;
4. Penerapan konsep Account Representative;
5. Pemindahan fungsi keberatan ke Kanwil;
6. Pembentukan Unit Transformasi dan Kepatuhan Internal.
Pengembangan proses bisnis yang berbasis teknologi informasi ditandai dengan penerapansistem “workflow” dan ”Case Management” dalam Sistem Informasi
Direktorat Jenderal Pajak (SIDJP).Dengan adanya kedua sistem tersebut, proses bisnis administrasi perpajakan menjadi semakinakuntabel karena penentuan mulai dan berakhirnya suatu kasus di generate oleh system sehingga tidak dapat
(27)
proses secara transparan, sehingga apabila terjadi keterlambatan, sistem dengan mudah mendeteksi pihak-pihak yang bertanggung jawab.
Sekali lagi jajaran pimpinan Kementerian Keuangan menunjukan komitmen dan konsistensi pada implementasi strategi yang ditandai dengan prosesi penandatangan kontrak kinerja. Tentunya pencapaian target kinerja yang telah disepakati tersebut, tidak hanya menjadi tanggungjawab para pimpinan tetapi juga menjadi acuan bagi seluruh pegawai dalam mencapai tujuan organisasi. Salah satu kinerja Kementerian Keuanganyang menjadi prioritas utama adalah penerimaan negara. Perlambatan pertumbuhan ekonomi global yang terjadi belakangan ini, semakin memberikan tekanan pada penerimaan negara. Sementara itu, pembangunan dan pengoperasian negara mutlak memerlukan dana, sehingga Kementerian Keuangan sebagai penanggung jawab fiskal memiliki tantangan utama menjaga penerimaan negara. Di sisi lain, sumber penerimaan tidak dapat lagi bergantung pada sumber daya alam yang semakin menipis. Melihat realisasi APBN Perubahan tahun 2013, diketahui bahwa pajak menyumbang 73 persen dari total penerimaan negara. Artinya, saat ini penerimaan pajak merupakan sumber utama pembiayaan kehidupan bernegara. Target penerimaan pajak pun semakin ke depan digenjot semakin tinggi. Target penerimaan pajak yang diamanatkan kepada Direktorat Jenderal Pajak tahun 2013 adalah sebesar 1.042,28 Triliun meningkat 24,79% dari realisasi penerimaan pajak tahun 2012 sebesar 835,25 Triliun. Hal menarik inilah yang menjadi topik pembahasan buletin kinerja edisi kali ini.
(28)
terus dilakukan oleh DJP adalah modernisasi perpajakan. Peningkatan pelayanan prima sekaligus pengawasan intensif kepada para wajib pajak DJP dengan melakukan perubahan-perubahan pada struktur organisasi, business process dan
teknologi informasi dan komunikasi, manajemen sumber daya manusia, dan pelaksanaan good governance. Sistem pengawasan tidak hanya diarahkan kepada
Wajib Pajak, namun juga dilakukan upaya pengawasan terhadap kualitas kinerja serta integritas pegawai DJP. Upaya-upaya tersebut bukanlah hal mudah selayaknya membalikkan telapak tangan. Dibutuhkan waktu dan banyak tantangan yang dihadapi, baik eksternal maupun internal. Banyak hal sudah dikembangkan oleh DJP terutama dalam upaya peningkatan sistem pelayanan dan pengawasan perpajakan. Namun demikian, yang terpenting dari semua itu adalah perubahan pola pikir dan perilaku di seluruh jajaran DJP. Apa yang terjadi di DJP, juga dialami oleh semua unit organisasi dan pegawai Kementerian Keuangan. Program Transformasi Kelembagaan lahir untuk menjawab perlunya upaya-upaya perbaikan pada perspektif business process dan learning and growth yang
berkesinambungan. Hal terpenting adalah bagaimana Kementerian Keuangan dapat memberikan yang terbaik bagi kesejahteraan seluruh bangsa Indonesia dan sanggup menghadapi segala tantangan yang timbul dari ketidakpastian ekonomi global. Selamat melaksanakan tugas bagi seluruh pegawai Kementerian Keuangan. Hadapi segala tantangan dengan smart. Bekerjalah sepenuh hati,
karena bekerja merupakan bagian dari ibadah kita kepada Sang Pencipta. Jadikan tahun 2013 ini menjadi tahun keberuntungan bagi Kementerian Keuangan untuk meraih kesuksesan di tahun-tahun mendatang.
(29)
BAB III
PEMBAHASAN
3.1
Teori Perpajakan Secara Umum
1. Pengertian Pajak
a. Menurut Prof. Dr. H. Rochmat Soemitro SH Pajak adalah iuran rakyat kepada Kas Negara berdasarkan undang-undang (yang dapat dipaksakan) dengan tiada mendapat jasa timbal (kontra prestasi) yang langsung dapat ditunjukkan dan yang digunakan untuk membayar pengeluaran umum (Mardiasmo , 2009:1 ).
b. Menurut Dr.Soeparman soemahamidjaja dari disertasinya yang berjudul pajak berdasarkan gotong royong menyatakan pajak adalah iuran wajib berupa uang atau barang yang dipungut oleh penguasa berdasarkan norma norma hukum , guna menutup biaya produksi barang barang dan jasa jasa kolektif dalam mencapai kesejahteraan umum (waluyo ,2008:3)
Dari definisi diatas dapat disimpulkan bahwa pajak memiliki ciri ciri sebagai berikut:
1. Pajak dipungut berdasarkan undang undang serta aturan pelaksanaanya yang sifatnya dapat dipaksakan
2. Dalam pembayaran pajak tidak dapat ditunjukkan adanya kontraprestasi individual oleh pemerintah
(30)
4. Pajak diperuntukkan bagi pengeluaran pengeluaran pemerintah ,yang bbila dari pemasukannya masih terdapat surplus , dipergunakan untuk membiayai
public investment
5. Pajak dapat pula mempunyai tujuan budgeter ,yaitu mengatur .
2. Fungsi Pajak
a. Fungsi Penerimaan (budgeter)
Pajak berungsi sebagai sumber dna yang diperuntukkan bagi pembiayaan pengeluaran – pengeluaran pemerintah .Sebagai contoh :dimasukkannya pajak dalam APBN sebagai penerimaan dalam negeri .
b. Fungsi Mengatur (Reguler)
Pajak berfungsi sebagai alat untuk mengatur atau melaksanakan kebijakan di bidang social dan ekonomi .Sebagai contoh :dikenakanya pajak yang lebih tinggi terhadap minuman keras , dapat ditekan .Demikian pula terhadap barang mewah .
3. Asas Pemungutan pajak
Menurut Adam Smith dalam bukunya An Inquiri Into the Nature and
Cause of The Wealth of the Nations menyatakan bahwa pemungutan pajak
hendaknya didasarkan pada asas asa berikut :
a. Asas Equality
Pemungutan pajak harus bersifat adil dan merata , yaitu pajak dikenakan kepada orang pribadi yang harus sebanding dengan kemampuan membayar pajak atau abalility to pay dan sesuai dengan manfaat yang diterima .
(31)
b. Asas Certainty
Penetapan pajak itu tidak ditentukan sewenang sewenang.oleh karena itu , Wajib Pajak harus mengetahui secara jelas dan pasti besarnya pajak yang terutang, kapan harus dibayar ,serta batas waktu pembayaranya .
c. Asas Convenience
Kapan wajib pajak itu harus membayar pajak sebaiknya sesuai dengan saat saat yang tidak menyulitkan Wajib pajak ; sebagai contoh :pada saat Wajib pajak memperoleh penghasilan .Sistem pemungutan ini disebut Pay as You Earn .
d. Asas Economy
Secara ekonomi bahwa biaya pemungutan dan biaya pemenuhan kewajiban pajak bagi Wajib Pajak diharapkan seminimum mungkin ,demikian pula beban yang dipikul Wajib Pajak
4. Asas Pengenaan Pajak
Terdapat tiga asas yang digunakan untuk memungut pajak dalam Pajak Penghasilan yaitu :
a. Asas Tempat Tinggal
Negara – Negara mempunyai hak untuk memungut atas seluruh penghasilan wajib pajak berdasarkan tempat tinggal dan wajib pajak .
Wajib Pajak yang tinggal di Indonesia dikenai pajak atas penghasilan yang diterima atau diperoleh , yaitu berasal darri Indonesia atau berasal dari luar negeri (pasal 4 Undang – Undang Pajak Penghasilan )
(32)
b. Asas Kebangsaan
Pengenaan pajak dihubungkan dengan suatu Negara .Asas ini diberlakukan kepada setiap orang asing yang bertempat tinggal di Indonesia untuk membayar pajak .
c. Asas Sumber
Negara mempunyai hak untuk memungut pajak atas penghasilan yang bersumber pada suatu Negara yang memungut pajak . Dengan demikian Wajib Pajak menerima atau memperoleh penghasilan dari Indonesia dikenakan pajak di Indonesia tanpa memperhatikan tempat tinggal Wajib Pajak
5. Sistem Pemungutan Pajak
Sistem pemungutan pajak dibagi menjadi : (Mardiasmo ,2009:7)
a. Officia Assessment system
Suatu sistem pemungutan pemungutan yang memberi wewenang kepada pemerintah (fiskus ) untuk menentuakan besarya pajak yang terutang oleh Wajib Pajak .
Ciri – cirinya :
1. Wewenang untuk menentukan besarnya pajak terutang ada pada fiskus 2. Wajib pajak bersifat pasif
3. Utang pajak timbul setelah dikeluarkan surat ketetapan pajak oleh fiskus .
b. Self Assessment system
Suatu sistem pemungutan pemungutan yang memberi wewenang kepada Wajib Pajak untuk menentukan sendiri besarnya pajak yang terutang .
(33)
Ciri – cirinya :
1. Wewenang untuk menentukan besarnya pajak terutang ada pada Wajib Pajak Sendiri .
2. Wajib pajak aktif , mulai dari menghitung , menyetor dan melaporkan sendiri pajak yang terutang .
3. Fiskus tidak ikut campur dan hanya mengawasi .
c. With Holding system
Suatu sistem pemungutan pajak yang member wewenang kepada pihak ketiga untuk menentukan besarnya pajak yang terutang oleh Wajib Pajak .
Cirri – cirinya :
1. wewenang menentukan besarnya pajak yang terutang ada pihak pihak ketiga , selain fiskus dan Wajib Pajak .
6. Pengelompokan Pajak
a. Menurut golonganya dapat dibedakan menjadi 2 yaitu : (Mardiasmo, 2009: 5 ).
1. Pajak Langsung , yaitu pajak yang harus dipikul sendiri oleh wajib pajak dan tidak dapat dibebankan dan dilimpahkan kepada orang lain .
Contoh :Pajak Penghasilan
2. Pajak tidak Langsung , yaitu pajak yang pada akhirnya dapat dibebankan atau dilimpahkan kepada orang lain
(34)
b. Menurut Sifatnya dapat dibedakan menjadi 2 yaitu :
1. Pajak Subjektif , yaitu pajak yang berpangkal atau berdasarkan pada subjeknya , dalam arti memperhatikan keadaan diri Wajib Pajak .
Contoh : Pajak Penghasilan
2. Pajak Objektif , yaitu pajak yang berpangkal pada objeknya , tanpa memperhatikan keadaan diri Wajib Pajak
Contoh : PPN dan Pajak Penjualan atas Barang Mewah
c. Menurut Lembaga Pemungutanya dapat dibedakan menjadi 2 yaitu : (Mardiasmo, 2009: 6).
1. Pajak Pusat yaitu pajak yang dipungut oleh pemerintah pusat dan digunakan untuk membiayai rumah tangga Negara
Contohnya: PPh, PPN, PPnBM
2. Pajak daerahyaitu pajak yang dipungut pemerintah daerah Daerah dan
digunakan untuk membiayai rumah tangga Negara .Pajak daerah terdiri atas
• Pajak Provinsi Contoh Pajak Kendaraan Bermotor, Pajak bahan bakar Kendaraan Bermotor.
• Pajak kabupaten / kota contoh : pajak Hotel ,Pajak Resoran, Pajak Hiburan.
(35)
2.
Pengertian Penagihan PajakMenurut Prof .DR. H .Rochmat Soemitro , SH dalam bukunya “Asas dan Dasar Perpajakan 2 “ halaman 67 diartikan bahwa penagihan adalah perbuatan yang dilakukan oleh direktorat Jendral Pajak , karena wajib pajak tidak mematuhi ketentuan undang undang pajak , khususnya mengenai pembayaran pajak .
Penagihan Pajak adalah serangkaian tindakan agar penanggung pajak melunasi utang pajak dan biaya penagihan pajak dengan menegur atau memperingatkan, melaksanakan penagihan seketika dan sekaligus, memberitahukan surat paksa, mengusukkan pencegahan, melaksanakan penyitaan, melaksanakan penyandraan, menjual barang-barang yang telah disita. (Mardiasmo ,2009 :119 )
Biaya Penagihan pajak adalah biaya pelaksanaan Surat Paksa, Surat Perintah Melaksankan Penyitaan, Pengumuman Lelang, Pembatalan Lelang, Jasa Penilai dan biaya lainya sehubungan dengan penagihan pajak. Besarnya biaya penyampaian Surat Paksa yang harus dibayar oleh Penanggung Pajak adalah sebesar Rp 50.000 (lima puluh ribu rupiah) untuk setiap Surat Paksa.
2. Macam – macam Bentuk penagihan pajak 1. Penagihan Aktif
Penagihan yang didasarkan pada STP /SKP/ SKPT dimana undang – undang telah menentukan tanggal jatuh tempo yaitu 1 (satu ) bulan terhitung dari saat STP /SKP/ SKPT diterbitkan .(Moeljo,1993:3 )
(36)
Tindakan yang dilakukan oleh kantor pelayanan pajak dengan cara melakukan pencatatan pengawasan atas kepatuhan pembayaran masa dan pembayaran lainya yang dilakukan oleh Wajib Pajak
3. Penagihan Seketika dan Sekaligus.
Penagihan seketika dan sekaligus adalah tindakan penagihan pajak yang dilaksanakan oleh juru sita pajak kepada penanggung pajak tanpa menunggu tanggal jatuh tempo pembayaran yang meliputi seluruh utang pajak dari semua jenis pajak, masa pajak dan tahun pajak. (Mardiasmo , 2009 :120 )
Juru Sita Pajak melaksanakan penagihan seketika dan sekaligus tanpa menunggu tanggal jatuh tempo pembayaran berdasarkan Surat Perintah Penagihan Seketika dan Sekaligus yang diterbitkan oleh Pejabat apabila:
1. Penanggung Pajak akan meninggalkan Indonesia untuk selamalamanya atau berniat untuk itu.
2. Penanggung Pajak memindahtangankan barang yang dimiliki atau yang dikuasai dalam rangka menghentikan atau mengecilkan kegiatan perusahaan atau pekerjaan yang dialkukan diIndonesia.
3. Tedapat tanda-tanda bahwa penanggung pajak akan membubarkan badan usahanya, atau menggabungkan usahanya, atau memekarkan usahanya, atau memindahtangankan perusahaan yang dimiliki atau dikuasainya, atau melakukan perubahan bentuk lainnya.
4. Badan Usaha akan dibubarkan oleh Negara
5. Terjadi penyitaan atas barang Penanggung Pajak oleh pihak ketiga atau terdapat tanda-tanda kepailitan.
(37)
Surat Perintah Penagihan Seketika dan Sekaligus sekurangkurangnya harus memuat:
1. Nama Wajib Pajak, atau nama Wajib Pajak dan Penanggung Pajak. 2. Besarnya utang pajak.
3. Perintah untuk membayar. 4. Saat pelunasan pajak.
Surat Perintah Penagihan Seketika dan Sekaligus diterbitkan oleh Pejabat: 1. Sebelum tanggal jatuh tempo pembayaran.
2. Tanpa didahului Surat Teguran.
3. Sebelum jangka waktu 21 hari sejak Surat Teguran. 4. Sebelum penerbitan Surat Paksa.
Sarana Penagihan Pajak Sarana administrasi yang digunakan oleh Direktorat Jendral Pajak dalam melakukan penagihan adalah:
a. Surat Tagihan Pajak (STP)
Merupakan surat untuk melakukan tagihan pajak apabila: 1. Pajak penghasilan dalam tahun berjalan tidak atau kurang bayar
2. Dari hasil penelitian Surat Pemberitahuan terdapat kekurangan pembayaran akibat salah tulis atau salah hitung.
3. Pengenaan sangsi administrasi
4. Pengusaha Kena Pajak tidak lapor untuk dikukuhkan
5. Pengusaha yang tidak atau bukan Pengusaha Kena Pajak membuat Faktur Pajak atau Pengusaha Kena Pajak tidak membuat Faktur Pajak Surat Tagihan Pajak mempunyai kekuatan hukum yang sama dengan Surat Ketetapan Pajak, sehingga
(38)
Surat Tagihan Pajak Wajib Pajak akan dikenakan sangsi administrasi berupa bunga atau denda.
b. Surat Ketetapan Pajak Kurang Bayar (SKPKB)
Adalah surat keputusan yang diterbitkan berdasarkan hasil pemeriksaan atau ada keterangan lain yang menyatakan jumlah pajak yang terutang kurang atau tidak dibayar atau Surat Pemberitahuan tidak disampaikan dalam jangka waktu 3 bulan setelah akhir tahun pajak
meskipun telah ditegur secara tetulis oleh fiskus.
c. Surat Ketetapan Pajak Kurang Bayar Tambahan (SKPKBT)
Adalah surat keputusan yang dikeluarkan karena ditemukannya data baru atau data yang semula belum terungkap sehingga menyebabkan penambahan pajak yang terungkap dalam Surat Ketetapan Pajak lainnya.
4. Pengertian Keberatan
Dalam pelaksanaan ketentuan peraturan perundang-undangan perpajakan kemungkinan terjadi bahwa Wajib Pajak merasa kurang atau tidak puas atas suatu ketetapan pajak yang dikenakan kepadanya atau atas pemotongan atau pemungutan oleh pihak ketiga.
2. Ketentuan tentang Keberatan
Wajib Pajak dapat mengajukan keberatan atas suatu: a. Surat Ketetapan Pajak Kurang Bayar (SKPKB)
b. Surat Ketetapan Pajak Kurang Bayar Tambahan (SKPKBT) c. Surat Ketetapan Pajak Lebih Bayar (SKPLB)
d. Surat Ketetapan Pajak Nihil (SKPN)
(39)
Pihak yang dapat mengajukan Keberatan adalah: a. Bagi Wajib Pajak Badan oleh Pengurus
b. Bagi Wajib Pajak Orang Pribadi oleh Wajib Pajak yang bersangkutan c. Pihak yang dipotong atau dipungut oleh pihak ketiga
d. Kuasa yang ditunjuk oleh mereka pada butir a s/d c diatas dengan Surat
Kuasa khusus untuk pengajuan keberatan. Untuk mengajukan Keberatan harus memenuhi syarat-syarat dibawah ini:
a. Satu keberatan harus diajukan untuk satu jenis dan satu tahun atau masa pajak b. Diajukan secara tertulis dalam bahasa Indonesia
c. Wajib menyatakan alasan-alasan secara jelas
d. Wajib menyebutkan jumlah pajak yang terutang menurut penghitungan Wajib Pajak.
Dalam mengajukan keberatan harus memperhatikan jangka waktunya yaitu sebgai berikut:
a. Keberatan harus diajukan dalam jangka waktu 3 bulan sejak tangal SKPB, SKPKBT, SKPLB, SKPN, atau sejak tanggal dilakukan pemotongan ata pemungutan oleh pihak ketiga.
b. Untuk surat keberatan yang disampaikan langsung ke Kantor Pelayanan Pajak maka jangka waktu 3 bulan dihitung sejak tanggal SKPB, SKPKBT, SKPLB, SKPN atau sejak dilakukan pemotongan atau pemungutan oleh pihak ketiga sampai saat keberatan diterima oleh Kantor Pelayanan Pajak.
(40)
3 bulan dihitung sejak tanggal SKPB, SKPKBT, SKPLB, SKPN atau sejak dilakukan pemotongan atau pemungutan oleh pihak ketiga sampai dengan tanggal tanda bukti pengiriman melalui Kantor Pos dan Giro.
Keputusan atas Penyelesaian Permohonan Keberatan di Kantor Pelayanan Pajak yaitu sebagai berikut. Kepala KPP, atau Dirjen Pajak harus sudah memberikan keputusan atas surat keberatan paling lambat 12 bulan sejak diterimanya surat keberatan Wajib Pajak. Selanjutnya surat keputusan keberatan harus diterbitkan selambat-lambatnya 3 bulan sejak jangka waktu 12 bulan tersebut berakhir. Apabila dalam jangka waktu 12 bulan, Kepala KPP atau Dirjen Pajak tidak memberikan keputusan maka keberatan yang diajukan oleh Wajib Pajak dianggap diterima.
Wajib Pajak yang mengajukan keberatan tetapi tidak memenuhi persyaratan yang ditetapkan maka Kepala KPP akan memberikan jawaban tertulis dengan surat biasa selambat-lambatnya 1 bulan sejak jangka waktu pengajuan keberatan berakhir.
Keputusan Keberatan dapat berupa diterima seluruhnya, diterima sebagian, ditolak, dan menambah jumlah pajak. Apabila Wajib Pajak tidak atau belum puas dengan keputusan yang diberikan atas keberatan, maka Wajib pajak dapat mengajukan banding. Pengajuan keberatan tidak menunda pembayaran pajak. Dengan demikian, penagihan Pajak dapat tetap dilaksanakan.
5. Tahapan penagihan Pajak
Kegiatan tindakan pelaksanaan penagihan sejak tanggal jatuh tempo pembayaran sampai dengan pengajuan permintaan penetapan tanggal dan tempat
(41)
pelelangan meliputi jangka waktu 58 hari. Penentuan jangka waktu 58 hari tersebut dijelaskan sebagai berikut:
1. Surat Teguran
Formulir teguran dibuat dan dikirimkan kepada Wajib Pajak, jika Wajib Pajak belum melunasi hutang pajaknya, sesudah 7 hari dari tanggal pelunasan terakhir atau tanggal jatuh tempo pembayaran yang telah ditentukan dalam tindasan STP/SKP/SKPKB/SKPKBT. Surat Teguran harus disampaikan kepada Wajib Pajak segera setelah dan hari sejak saat pelunasan terakhir atau jatuh tempo pembayaran.
Berdasarkan data keterlambatan pembayaran tunggakan pajak yang diperoleh dari sistem, Juru Sita Pajak mencetak konsep Surat Teguran Penagihan dan meneruskannya kepada Kepala Seksi Penagihan. Surat Teguran Penagihan dicetak minimal sebanyak rangkap 2 (dua) yaitu :
a. Lembar ke-1 untuk Wajib Pajak
b. Lembar ke-2 untuk Arsip Kantor Pelayanan Pajak.
Kepala Seksi Penagihan meneliti dan memaraf konsep Surat Teguran Penagihan dan meneruskannya kepada Kepala Kantor Pelayanan Pajak. Dalam hal Kepala Seksi Penagihan tidak menyetujui, Juru Sita Pajak harus memperbaiki dahulu dokumen tersebut.
Kepala Kantor menandatangani Surat Teguran Penagihan kemudian mengembalikannya kepada Kepala Seksi Penagihan untuk ditatausahakan dan dikirimkan ke Wajib Pajak/Penanggung Pajak. Kepala Seksi Penagihan menugaskan Juru Sita Pajak untuk mencatat Surat Teguran pada Kartu
(42)
Surat Teguran Penagihan kepada Sub Bagian Umum untuk dikirim kepada Wajib Pajak.
2. Surat Paksa
a. Pengertian Surat Paksa
Menurut surat edaran Direktur Jenderal Pajak No .D.15.4/IV/31/1976 tanggal 30 Maret 1976 tentang pedoman juru sita surat Paksa adalah surat perintah membayar utang pajak.Didalam surat paksa dicantumkan nama penanggung pajak dan alamatnya yang jelas serta jumlah utang pajaknya .
Di dalam undang-undang penagihan telah ditegaskan bahwa Surat Paksa diterbitkan oleh Pejabat (Pejabat adalah Kepala Kantor Pelayanan Pajak/kepala Kantor Pelayanan Pajak dan Bangunan (KPP/KPPBB)) mempunyai kekuatan eksekutorial dan kedudukan hukum yang sama dengan putusan pengadilan yang telah mempunyai kekuatan hukum tetap. Hal ini dapat dilihat dari Surat Paksa dengan adanya kata-kata “DEMI KEADILAN BERDASARKAN KETUHANAN YANG MAHA ESA,” (Moeljo ,1993 :14 ).
Surat Paksa sekurang-kurangnya harus memuat: 1. Nama Wajib Pajak dan Penanggung Pajak
2. Dasar Penagihan 3. Besarnya utang pajak 4. Perintah untuk membayar
b. Ciri-ciri Surat Paksa
1. Surat Paksa berkepala "DEMI KEADILAN BERDASARKAN KETUHANAN YANG MAHA ESA".
(43)
2. Yang dapat ditagih dengan Surat Paksa adalah semua jenis pajak pusat dan daerah yang terdiri dari pajak pusat, pajak daerah, kenaikan, denda (bukan denda pidana), bunga dan biaya.
3. Penagihan pajak dengan Surat Paksa tersebut dilaksanakan oleh Jurusita Pajak pusat dan Jurusita Pajak daerah.
c. Sifat Surat Paksa
Surat Paksa memiliki sifat-sifat sebagai berikut:
1. Berkekuatan hukum yang sama dengan Grosse putusan Hakim dalam perkara perdata yang tidak dapat diminta banding lagi pada Hakim atasan.
2. Berkekuatan hukum yang pasti (in kracht van Gewijsde).
3. Mempunyai fungsi ganda yaitu menagih pajak dan menagih bukan pajak (biaya-biaya penagihan).
4. Dapat dilanjutkan dengan tindakan penyitaan atau penyendraan atau pencegahan.
d. Penerbitan Surat Paksa
Menurut keputusan Direktur Jenderal Pajak Nomor Kep – 04 / PJ.7 /1990 tertanggal 24 Desember 1990 tentang Pedoman Tata Usaha Piutang dan Penagihan Pajak ,Surat Paksa dapat diterbitkan dalam hal sebagai berikut :
a. Wajib pajak ternyata belum melunasi utang pajaknya dalam 21 hari setelah pengeluaran surat teguran .
b. Wajib pajak tidak memenuhi ketentuan mengenai jumlah angsuran dan tanggal yang tercantum dalam surat keputusan angsuran pembayaran pajak atau surat keputusan penundaan pembayaran pajak .
(44)
c. Wajib pajak tidak memenuhi ketentuan sebagaimana dimaksud dalam surat Perintah Penagihan Pajak seketika dan sekaligus .
3. Surat paksa dikeluarkan segera setelah lewat 21 (dua puluh satu ) hari sejak tanggal Surat Teguran kecuali terhadap Wajib pajak yang tersebut pada b dan c pada sub bab I.
4. Tanggal dan nomor surat paksa yang sudah ditanda tangani kepala KPP dicatat dalam buku Register Surat Paksa buku register pengawasan penagihan , Buku register tindakan STP /SKP /SKPT yang bersangkutan .
5. Surat Paksa diserahkan kepada juru sita yang akan melaksanakan tugas penagihan dengan surat paksa .
6. Juru Sita menerima surat paksa harus :
a. Mencatat Surat Paksa dalam buku Produksi Harian Juru sita dan Buku register tindakan Penagihan
b. Melaksanakan surat paksa tersebut dengan menyatakan / memberitahukan kepada WP /PP dan menyerahkan salinan surat paksa tersebut kepada yang bersangkutan .
c. Membuat laporan pelaksana Surat Paksa .
7. Surat paksa yang telah dilaksanakan dimasukkan dalam berkas penagihan penagihan Wajib Pajak yang bersangkutan dengan terlebih dahulu pelaksanaan Surat Paksa dicatat dalam buku Register Surat Paksa buku register pengawasan penagihan ,Buku register tindakan Penagihan , Kartu Pengawasan tunggakan Pajak dan tindasan STP /SKP /SKPT yang bersangkutan .
(45)
8. Bagi juru sita yang melaksanakan Surat Paksa ditempat Wajib Pajak yang jauh dari kedudukan KPP sehingga tidak mungkin untuk kembali ke KPP dalam waktu yang pendek maka surat paksa itu berlaku pula sebagai surat perintah melakukan penyitaan .
e. Pelaksanaan Pemberitahuan surat paksa
Prosedur pelaksanaan pemberitahuan penerbitan Surat Paksa:
1. Jurusita Pajak mendatangi tempat tinggal tempat kedudukan Wajib Pajak/Penanggung Pajak dengan memperlihatkan tanda pengenal diri. Jurusita Pajak mengemukakan maksud kedatangannya yaitu memberitahukan Surat Paksa dengan Pernyataan dan menyerahkan salinan Surat Paksa tesebut.
2. Jika Jurusita Pajak bertemu langsung dengan Wajib Pajak/Penanggung Pajak minta agar WP/PP memperlihatkan suratsurat keterangan pajak yang ada untuk diteliti:
a. Apakah tunggakan pajak menurut surat ketetapan pajak cocok dengan jumlah tunggakan yang tercantum dalam Surat Paksa.
b. Apakah ada Surat Keputusan Pengurangan/Penghapusan.
c. Apakah ada kelebihan pembayaran dari tahun/jenis pajak lainnya yang belum diperhitungkan.
3. Kalau Jurusita Pajak tidak menjumpai Wajib Pajak/Penanggung Pajak maka salinan Surat Paksa tersebut dapat diserahkan kepada:
a. Keluarga Penanggung Pajak atau orang bertempat tinggal bersama Wajib Pajak/Penanggung Pajak yang akil baliq (dewasa dan sehat mental). b. Anggota Pengurus Komisaris atau para pesero dari Badan Usaha yang
(46)
c. Pejabat Pemerintah setempat (Bupati/Walikota/Camat/Lurah) dalam hal mereka tersebut pada butir a dan b diatas juga tidak dijumpai.
d. Pejabat-pejabat ini harus memberi tanda tangan pada Surat Paksa dan salinannya, sebagai tanda diketahuinya dan menyampaikan salinannya kepada Wajib Pajak/Penanggung Pajak yang bersangkutan.
e. Jurusita Pajak yang telah melaksanakan penagihan pajak dengan Surat Paksa, harus membuat laporan pelaksanaan Surat Paksa (bentuk KP.RIKPA 4.9-97).
4. Kalau Penanggung Pajak tidak diketemukan di kantor, maka Jurusita Pajak dapat menyerahkan salinan SP kepada:
a. Seseorang yang ada di kantornya (salah seorang pegawai),
b. Seseorang yang ada di tempat tinggalnya (misalnya: istri, anak atau pembantu rumahnya).
5. Sebaliknya apabila Penanggung Pajak tidak dikenal/tidak mempunyai tempat tinggal yang dikenal perusahaan sudah dibubarkan/tidak mempunyai kantor lagi, Surat Paksa (salinannya) ditempelkan pada pintu utama kantor Pejabat di mana penanggung pajak/wajib pajak semula berdomisili. Dapat juga Surat Paksa disampaikan melalui Pemda setempat, mengumumkan melalui media masa atau cara lain yang ditetapkan oleh Menteri Keuangan.
f. Penolakan Terhadap Surat Paksa
Adakalanya Penanggung Pajak menolak menerima SP dengan berbagai alasan. Apabila alasan penolakan adalah karena kesalahan SP itu sendiri, maka Penanggung Pajak dapat mengajukan permohonan pembetulan atau penggantian
(47)
kepada Pejabat terhadap Surat Paksa yang dalam penerbitannya terdapat kesalahan atau kekeliruan.
Pejabat dalam jangka waktu paling lama 7 (tujuh) hari sejak tanggal diterima permohonan harus memberi keputusan atas permohonan yang diajukan. Apabila dalam jangka waktu sebagaimana dimaksud Pejabat tidak memberikan keputusan, permohonan Penanggung Pajak dianggap dikabulkan dan penagihan ditunda untuk sementara waktu dan akan dilanjutkan kembali setelah kesalahan atau kekeliruan telah dibetulkan oleh Pejabat.
g. Penentangan Terhadap Surat Paksa.
Surat Paksa dapat ditentang karena adanya indikasi bahwa:
1. Surat Paksa tidak dapat disampaikan atau diberitahukan oleh seorang petugas Jurusita Pajak yang telah disumpah
2. Surat Paksa dikirim melalui pos, sekalipun tercatat
3. Surat Paksa tidak ditandatangani oleh yang berwenang, dalam hal ini oleh Kepala Kantor Pelayanan Pajak apabila Wajib Pajak atauPenanggung Pajak menemukan salah satu unsur fomil sebagaimana tersebut diatas.
4. Jurusita Pajak belum disumpah.
Apabila pajak yang masih harus dibayar, tidak dilunasi dalam jangka waktu dua kali duapuluh empat jam (2 X 24 jam) sesudah tanggal pemberitahuan SURAT PAKSA kepada penanggung pajak, pejabat segera menerbitkan Surat Perintah Melaksanakan Penyitaan. Setelah disita, bila penanggung pajak belum juga melunasi utangpajaknya, maka lewat 14 (empatbelas) hari sejak tanggal pelaksanaan Surat Perintah Melaksanakan Penyitaan, (SPMP) Pejabat membuat
(48)
utang pajaknya, maka kepada KPP mengajukan kepada Kepala Kantor Lelang Negara supaya dilaksanakan lelang.
3. Penerbitan Surat Penyitaan a. Pengertian Penyitaan
Penyitaan menurut KUHAP (UU No. 8 Tahun 1981 Pasal 1 ayat 1 ialah “Serangkaian tindakan penyidik untuk mengambil dan atau menyimpan dibawah penguasaannya benda bergerak atau tidak bergerak , berwujud atau tidak berwujud untuk kepentingan pembuktian dalam penyidikan , penuntutan dan peradilan (Moeljo, 1993 :44)
b. Tujuan dilakukannya Penyitaan
Tujuan penyitaan adalah memperoleh jaminan pelunasan utang pajak dari Penanggung Pajak. Oleh karena itu, penyitaan dapat dilaksanakan terhadap semua barang Penanggung Pajak, baik yang berada di tempat tinggal, tempat usaha, tempat kedudukan Penanggung Pajak, atau di tempat lain sekalipun penguasaannya berada di tangan pihak lain.
Penyitaan dilakukan berdasarkan Surat Perintah melaksanakan penyitaan jika Penanggung Pajak tidak melunasi utang pajak setelah lewat 2x24 jam setelah surat pajak diberitahukan. Dalam melaksanakan penyitaan, Jurusita Pajak harus: 1. Memperlihatkan kartu tanda pengenal Juru Sita Pajak
2. Memperlihatkan Surat Perintah Melaksanakan Penyitaan 3. Memberitahukan tentang maksud dan tujuan penyitaan.
c. Pelaksanaan Penyitaan
Penyitaan dilaksanakan oleh Juru Sita Pajak dengan disaksikan oleh sekurang-kurangnya 2 dua orang yang telah dewasa, penduduk Indonesia,dikenal
(49)
oleh Juru sita Pajak dan dapat dipercaya. Setiap penyitaan Juru Sita membuat Berita Acara Pelaksanaan Sita, ditandatangani oleh Juru Sita, Penanggung Pajak dan saksi. Dalam hal Penanggung Pajak adalah Badan maka Berita Acara Pelaksanaan Sita ditandatangani oleh pengurus, kepala perwalian, kepala cabang, penanggung jawab, pemilik modal atau pegawai tetap perusahaan. Penyitaan dapat dilakukan meskipun penanggung pajak tidak hadir asalkan salah seorang saksi dari pemda. Berita Acara Pelaksanaan Sita ditandatangani oleh Penanggung Pajak dan saksi-saksi. Berita Acara Pelaksanaan Sita tetap sah jika Penanggung Pajak menolak untuk menandatangani. Salinan Berita Acara Pelaksanaan Sita ditempelkan pada barang yang disita atau barang yang disita berada ditempat umum. Atas barang yang disita ditempel segel sita. Selain itu Salinan Berita Acara Pelaksanaan Sita disampaikan kepada:
1. Penanggung Pajak
2. Polisi untuk barang bergerak yang kepemilikannya terdaftar
3. Badan Pertanahan Nasional, untuk tanah yang kepemilikannya sudah terdaftar 4. Pemerintah Daerah dan Pengadilan Negeri setempat, untuk tanah yang kepemilikannya belum terdaftar
5. Dirjen Perhubungan Laut, untuk kapal
Juru Sita Pajak dalam melaksanakan tugasnya merupakan pelaksana eksekusi dan putusan yang sama kedudukannya dengan putusan pengadilan yang telah mempunyai kekuatan hukum tetap. Oleh karena itu, untuk dapat diangkat sebagi Juru Sita Pajak, harus memenuhi syarat-syarat tertentu yang ditetapkan oleh Menteri.
(50)
Syarat-syarat yang harus dipenuhi untuk diangkat menjadi Juru Sita Pajak adalah sebagai berikut (Ida Zuraida ,2011:61 ) :
1. Berijazah serendah-rendahnya Sekolah Menengah Umum atau yang setingkat dengan itu;
2. Berpangkat serendah-rendahnya Pengatur Muda/Golongan II/a; 3. Berbadan sehat;
4. Lulus pendidikan dan pelatihan Juru Sita Pajak; dan 5. Jujur, bertanggung jawab, dan penuh pengabdian Juru Sita Pajak diberhentikan apabila :
1. Meninggal dunia; 2. Pensiun;
3. Karena alih tugas atau kepentingan dinas lainnya;
4. Ternyata lalai atau todak cakap dalam menjalankan tugas; 5. Melakukan perbuatan tercela;
6. Melanggar sumpah atau janji Juru Sita Pajak; atau 7. Sakit jasmani atau rohani terus menerus.
4. Melakukan Lelang a. Pengertian Lelang
Lelang adalah setiap penjualan barang di muka umum dengan cara penawaran harga secara lisan dan atau tertulis melalui usaha pengumpulan peminat atau calon pembeli (Mardiasmo ,2009 :124 ).
(51)
b. Pelaksanaan Pelelangan
Kepala kantor permohonan lelang harus hadir dalam pelaksanaan lelang dan setidak – tidaknya menugaskan bawahanya untuk mewakili .Prosedur yang dilakukan saat pelaksanaan lelang adalah sebagai berikut : 1. Kepala kantor menentukan nilai limit dan diserahkan kepada pejabat lelang
selambat lambat nya pada saat akan dimulainya pelaksanaan lelang .Harga limit dalam lelang eksekusi pajak dapat dapat bersifat terbuka / tidak rahasia dan dapat diumumkan dalam pengumuman lelang .
2. Kepala kantor atau yang mewakilinya menghadiri pelaksaan lelang vuntuk : a. Menentukan dilepas atau tidak nya barang yang dilelang apabila harga
penawaran yang diajukan oleh calon pembeli lebih rendah dari harga limit yang ditentukan .
b. Menghentikan lelang apabila hasil lelang sudh cukup untuk melunasi utang pajak dan atau biaya penagihan pajak
c. Menandatangani asli risalah lelang
3. Kepala kantor ; kepala seksi penagihan dan juru sita pajak , termasuk istri , keluarga sedarah dan semenda dalam keturunan garis lurus, serta anak angkat; tidak diperbolehkan membeli barang sitaan yang dilelang.
4. Pelaksanaan lelang dilakukan oleh pejabat lelang dapat dibantu oleh pemandu lelang. Lelang dimulai dengan penawaran lelang.
5. Lelang dapat dilaksanakan, meskipun :
a. Wajib pajak sedang mengajukan keberatan dan belum memperoleh keputusan keberatan;
(52)
Lelang tidak dilaksanakan dalam hal :
a. Wajib pajak/penanggung pajak telah melunasi utang pajak dan biaya penagihan pajak;
b. Terdapat putusan pengadilan; c. Objek lelang musnah.
6. Pejabat harus menghentikan pelaksanaan lelang meskipun barang yang akan dilelang masi ada apabila hasil lelang sudah mencapai jumlah yang cukup untuk melunasi biaya penagihan pajak dan utang pajak. Sisa barang dan kelebihan hasil lelang harus dikembalikan kepada penanggung pajak paling lambat 3 hari setelah pelaksanaan lelang. Penggunaan hasil lelang terlebih dahulu untuk membayar biaya penagihan pajak dan sisanya untuk membayar utang pajak.
7. Biaya penagihan pajak ditambahi 1% dari hasil penjualan barang yang dikecualikan dari penjualan secara lelang pokok lelang dari penjualan secara lelang.
3.2Prosedur Penerbitan Surat Paksa di Kantor Pelayanan Pajak Pratama Medan Kota .
Mekanisme Penerbitan Surat bisa dikatakan sesuai aturan apabila pada saat diterbitkannya Surat Paksa sesuai dengan yang telah diterapkan oleh Peraturan Perundang – undangan Perpajakan. Berikut ini merupakan Standart Operating Prosedur yang diterapkan oleh Direktorat Jendral Pajak.
a. Deskripsi :
Prosedur operasi ini menguraikan tata cara penerbitan dan pemberitahuan Surat Paksa. Surat Paksa diterbitkan apabila sampai dengan 21 hari sejak
(53)
diterbitkannya Surat Teguran Penagihan, penanggung pajak belum melunasi utang pajaknya.
b. Dasar Hukum :
1. Keputusan Menteri Keuangan Nomor 564/KMK.04/2000 tanggal 26 Desember 2000 tentang Tata Cara Pelaksanaan Surat Paksa Dan Penyitaan di Luar Wilayah Kerja Pejabat yang Menerbitkan Surat Paksa
2. Keputusan Menteri Keuangan Nomor KMK-147/KMK.04/1998 tanggal 15 Januari 1998 tentang Penunjukan Pejabat untuk Penagihan Pajak Pusat, Tata Cara dan Jadwal Waktu Pelaksanaan Penagihan Pajak s.t.d.t.d. Keputusan Menteri Keuangan Nomor KMK-561/KMK.04/2000 tanggal 26 Desember 2000 tentang Tata Cara Pelaksanaan Penagihan Seketika dan Sekaligus dan Pelaksanaan Surat Paksa
3. Keputusan Direktur Jenderal Pajak Nomor Kep-645/PJ./2001 tanggal 4 Oktober 2001 tentang Bentuk, Jenis, Kartu, Formulir, Surat, dan Buku yang Digunakan dalam Pelaksanaan Penagihan Pajak dengan Surat Paksa s.t.d.d KEP-474/PJ/2002
c. Pihak yang Terkait : 1. Kepala Kantor Pelayanan Pajak 2. Kepala Seksi Penagihan
3. Juru Sita Pajak
4. Wajib Pajak/Penanggung Pajak d. Formulir yang Digunakan : 1. Surat Teguran penagihan
(54)
3. Bukti pelunasan (SSP/STTS/SSB/Bukti Pbk) 4. SuratKetetapanPajak(SKPKB/SKPKBT/Keputusan
Keberatan/Putusan Banding) dan STP 5. Risalah Putusan Banding.
e. Dokumen yang Dihasilkan : 1. Surat Paksa
2. Berita Acara Pemberitahuan Surat Paksa 3. Laporan Pelaksanaan Surat Paksa
f. Prosedur Kerja :
1. Berdasarkan data Surat Teguran yang telah lewat waktu dari sistem, Juru Sita Pajak meneliti dan mencetak konsep Surat Paksa dan Berita Acara Pemberitahuan Surat Paksa serta meneruskannya kepada Kepala Seksi Penagihan.
2. Kepala Seksi Penagihan meneliti dan menandatangani konsep Surat Paksa dan Berita Acara Pemberitahuan Surat Paksa serta meneruskannya kepada Kepala Kantor Pelayanan Pajak.
3. Kepala Kantor Pelayanan Pajak menyetujui dan menandatangani Surat Paksa kemudian menyampaikannya kepada Juru Sita Pajak.
4. Juru Sita Pajak menerima kemudian memberitahukan Surat Paksa kepada Wajib Pajak/ Penanggung Pajak.
5. Juru Sita Pajak memberitahukan Surat Paksa dan Berita Acara Pemberitahuan Surat Paksa kepada Wajib Pajak/ Penanggung Pajak.
6. Juru Sita Pajak membuat sekaligus menandatangani Laporan Pelaksanaan Surat Paksa (LPSP) dan menyampaikannya kepada Kepala Seksi Penagihan.
(55)
7. Kepala Seksi Penagihan meneliti dan menandatangani Laporan Pelaksanaan Surat Paksa (LPSP) kemudian menyerahkannya kembali kepada Juru Sita Pajak untuk ditatausahakan.
8. Juru Sita menatausahakan LPSP dengan cara mencatat pada Kartu Pengawasan serta mengarsipkan LPSP.
Sebenarnya proses penerbitan dan pemberitahuan Surat Paksa yang dilakukan oleh Kantor Pelayanan Pajak Pratama Medan Kota telah sesuai dengan Satndart Operating System ( SOP ) yang ditetapkan oleh Dirjen Pajak, yang sedikit membedakan adalah bahwa didalam SOP juga dijelaskan bahwa jangka waktu penerbitan Surat Paksa biasanya diselesaikan paling lama 7 (tujuh) hari kerja, tetapi yang terjadi di KPP Medan Kota biasanya dilakukan lebih dari tujuh hari kerja, hal inilah yang menjadi pelaksanaan Surat Paksa di KPP belum berjalan dengan baik dan efektif. Hal ini terjadi karena dalam pengerjaannya KPP Medan Kota banyak menemukan hambatan – hambatan yang terjadi dalam pelaksanaannya.
(56)
g. Bagan Arus (Flow Chart) :
Gambar 3.1
Bagan Tata Cara Penerbitan dan Pemberitahuan Surat paksa
(57)
3.3Kendala – kendala yang dihadapi KPP Pratama Medan Kota dalam kegiatan pelaksanaan Surat Paksa.
Seksi penagihan merupakan salah satu seksi yang sangat mempunyai peranan penting dalam upaya melaksanakan penagihan tunggakan pajak dimana sangat berpengaruh terhadap penerimaan pajak, yang salah satunya dengan menggunakan Surat Paksa. Pelaksanaan penagihan dengan Surat Paksa yang dilaksanankan oleh seksi penagihan di Kantor Pelayanan Pajak Pratama Medan Kota mendapat beberapa kendala yang akhirnya dapat menghambat jalannya proses pelaksanaan kegiatan penagihan.
Kendala – kendala tersebut ternyata datang bukan hanya dari Wajib Pajak tetapi juga datang dari KPP Pratama itu sendiri. Adapun kendala – kendala yang dihadapi tersebut adalah sebagai berikut:
a. Faktor Intern ( KPP Pratama Medan Kota )
1. Banyaknya alamat Wajib Pajak yang tidak ditemukan disebabkan karena adanya Wajib Pajak yang pindah tempat tanpa memberikan pemberitahuan kepada KPP Pratama Medan Kota , selain itu disebabkan karena adanya Juru Sita yang tidak menguasai daerah – daerah diwilayah kerjanya yang terjadi karena Juru Sita tersebut tidak berasal dari daerah yang bersangkutan. 2. Terbatasnya Sumber Daya Manusia yang dimiliki oleh KPP Pratama Medan
Kota di Seksi Penagihan, dimana sejak bulan Mei hanya terdapat 1 (satu ) juru sita sementara ditemui adanya Penanggung Pajak yang cukup banyak sehingga tidak dapat mencukupi untuk melakukan pelaksanaan pelaksanaan surat paksa dalam waktu yang ditentukan.
(58)
3. Banyaknya usaha WP yang tutup / bangkrut , sehingga tdak bisa lagi dilakukan penagihan .
4. Adanya berkas – berkas penagihan pajak yang tidak lengkap baik itu Surat Teguran, Surat Paksa, maupun Surat Perintah melakukan Penyitaan.
5. Banyak nya tunggakan – tunggakalan lama yang belum terselesaikan .
6 Wilayah kerja Kantor Pelayanan Pajak Pratama Medan Kota yang cukup luas yakni meliputi Kecamatan Medan Kota, Kecamatan Medan Denai ,Kecamatan Medan Johor ,Kecamatan Medan Amplas ,Kecamatan Medan Area ,sehingga proses penagihan kurang berjalan secara maksimal.
b. Faktor Ekstern ( Wajib Pajak )
1. Adanya kesulitan pencarian terhadap Wajib Pajak dikarenakan Wajib Pajak tersebut pindah alamat atau tempat usaha tanpa memberikan keterangan terhadap pihak KPP Pratama Medan Kota sehingga juru sita kesulitan mencari objek sita. Selain itu biasanya dalam menyampaikan Surat Paksa maupun Surat Teguran sering tidak sampai kepada Wajib Pajak yang bersangkutan karena ketidak jelasan alamat yang dituju
2. Rendahnya kesadaran Wajib Pajak untuk memenuhi kewajiban perpajakannya, serta banyaknya Wajib Pajak yang menghindar dari pemenuhan kewajiban perpajakannya karena berbagai alasan yang tidak jelas dan kurangnya respon positif dari Wajib Pajak terhadap pajak itu sendiri, sehingga dari tersebut akan sangat menghambat proses pencairan tunggakan pajak.
3. Banyaknya Wajib Pajak yang bersikap kurang kooperatif sehingga sering menyulitkan pihak KPP Pratama dengan cara selalu berpindah – pindah
(59)
tempat atau selalu mengelak terhadap apa yang ditujukan kepadanya. Selain itu adanya rasa takut dari Wajib Pajak terhadap penagih pajak sehingga Wajib Pajak selalu berusaha untuk menghindar.
4.Adanya Wajib Pajak yang meninggal dunia dengan tidak menyampaikan kepada KPP Medan Kota padahal Wajib Pajak tersebut masih memiliki tanggungan pajak yang cukup besar.
3.4Analisis pelaksanaan kegiatan Peagihan dengan Surat Paksa
1. Jumlah wajib pajak di KPP Pratama Medan Kota Tabel 3.1
Jumlah Wajib Pajak Terdaftar dan Efektif di KPP Pratama Medan Kota Tahun 2012 dan 2013
Ket
Tahun 2012 Tahun 2013
Terdaftar Efektif Terdaftar Efektif
WP OP 98.475 97.825 119.583 118.756
WP Badan 8.323 8.051 10.157 9.845
Jumlah 106.798 105.876 129.740 128.601
Sumber: Seksi Pelayanan KPP Pratama Medan Kota Tahun 2014
Wajib Pajak terdaftar adalah seluruh Wajib Pajak yang telah mempunyai NPWP (Nomor Pokok Wajib Pajak) dan terdaftar di Kantor Pelayanan Pajak Pratama. Wajib Pajak terdaftar terdiri dari Wajib Pajak Efektif dan Wajib Pajak Non Efektif. Wajib Pajak Efektif yaitu Wajib Pajak yang setiap tahun pajak selalu melaksanakan kewajiban perpajakannya seperti menghitung pajak terutang, membayar dan melaporkan SPT. Sedangkan untuk Wajib Pajak Non Efektif
(60)
melaksanakan kewajiban perpajakannya atau karena alasan berikut: 1.Wajib pajak yang meninggal dunia/bubar dimana :
Wajib pajak orang pribadi yang meninggal dunia tetapi belum diterima pemberitahuan tertulis secara resmi dari ahli warisnya ( keterangan/akte kematian belum dilampirkan)
Wajib pajak badan telah bubar tetapi belum ada akte pembubarannya dari instansi yang berwenang atau belum ada penyelesaian likuidasi (bagi badan yang sudah mendapat pengesahan dari Menteri Kehakiman)
2.Wajib pajak yang tidak diketahui lagi alamatnya, walaupun sudah dilakukan pencarian oleh petugas verifikasi atau petugas yang ditunjuk untuk itu
3.Wajib pajak yang berdasarkan hasil penelitian/pengamatan tidak melakukan kegiatan usaha lagi.
Dari tabel diatas dapat dijelaskan bahwa pada tahun 2012 jumlah keseluruhan untuk Wajib Pajak terdaftar yaitu sebesar 106.798 dimana terdiri dari 98.475 untuk Wajib Pajak Orang Pribadi dan 8.323 untuk Wajib Pajak Badan, sedangkan untuk Wajib Pajak Efektif total keseluruhan Wajib Pajak sebesar 105.876 dimana 97.825 untuk jumlah Wajib Pajak Orang Pribadi dan 8.051 untuk Wajib Pajak Badan. Jika kita lihat untuk tahun 2013 jumlah keseluruhan Wajib Pajak terdaftar naik dari tahun 2012 menjadi 129.740 dimana 118.756untuk Wajib Pajak Orang Pribadi dan 9.845 untuk Wajib Pajak Badan .Sedangkan untuk Wajib Pajak Efektif total keseluruhan Wajib Pajak sebesar 12 8.601dimana 118.756 untuk jumlah Wajib Pajak Orang Pribadi dan 9.845 untuk Wajib Pajak Badan.
(61)
2. Jumlah keadaan Penerimaan Pajak dan Tunggakan Pajak di KPP Pratama Medan Kota
Tabel 3.2
Jumlah Target dan Realisasi Penerimaan Pajak KPP Pratama Medan Kota Tahun 2012 dan Tahun 2013
Tahun Target Realisasi Presentase
2012 657.138.000.000 604.350.704.724 91,96 % 2013 819.089.000.0000 799.177.928.579 97,56 %
Sumber : Seksi PDI KPP Pratama Medan Kota 2014
Dari data diatas dapat dijelaskan bahwa untuk tahun 2012 penerimaan pajak di KPP Pratama Medan Kota ditargetkan mencapai Rp. 657.138.000.000, tetapi dalam realisasinya bisa mencapai Rp. 604.350.704.724 atau 91, 96 % dari jumlah yang ditargetkan.
Melihat realisasi penerimaan pajak tahun 2012 hampir bisa mencapai target yang diharapkan maka untuk tahun 2013 perusahaan memutuskan untuk menaikkan target penerimaan pajak menjadi Rp. 819.089.000.0000 dan diharapkan dapat tercapai .
Stategi target yang dilakukan pada tahun 2013 ternyata berhasil juga karena pada realisasinya penerimaan pajak mencapai total Rp.799.177.928.579 atau sekitar 97 , 56 % dari yang ditargetkan.
(62)
BAB IV PENUTUP A. Kesimpulan
Setelah membahas berbagai hal yang berhubungan Analisis Penagihan dengan Surat Paksa dalam meningkatkan Penerimaan pajak di KPP Pratama Medan Kota , maka pada bab ini penulis mencoba mengemukakan beberapa kesimpulan dan saran . Berdasarkan analisis dan pembahasan serta keterangan dari KPP Pratama Medan Kota dapat diambil kesimpulan sebagai berikut:
1. Kurangnya pelaksanaan penagihan pajak dengan Surat Paksa akibat minimnya Sumber Daya Manusia dan Juru Sita Pajak yang tidak sebanding dengan banyaknya Wajib Pajak yang mempunyai tunggakan pajak. Selain itu banyaknya Juru Sita Pajak yang kurang paham atau kurang menguasai wilayah kerjanya.
2. Penerimaan pajak tahun 2013 mengalami kenaikan sebesar 32,23 % dari tahun 2012 yaitu dimana tahun 2012 penerimaan pajaknya mencapai Rp. 604.350.704.724 dan pada tahun 2013 naik menjadi Rp. 799.177.928.579 3. Pelaksanaan kegiatan penagihan dengan Surat Paksa dari mulai penerbitan
sampai pelaksanaannya telah sesuai dengan Standart Operating System yang diterapkan oleh SIDJP hanya saja dalam penyelesaiannya dimana seharusnya harus diselesaikan dalam waktu 7 hari di KPP Pratama Medan Kota diselesaikan lebih dari 7 hari, karena kadang kadang kelengkapan berkas berkas belum lengkap .
(63)
B. Saran
Dari kesimpulan yang telah diuraikan maka penulis mencoba memberi beberapa saran :
1. Perusahaan KPP Pratama Medan Kota Sebaiknya menambahkan jumlah Sumber Daya Manusia agar supaya proses penagihan pajak dapat berjalan dengan lancar dan harapanya Juru sita yang di pilih benar benar menguasai wilayah kerja dan pekerjaan yang akan di kerjakan .
2. Penerimaan Pajak di KPP Pratama Medan Kota meningkat, oleh Karena itu untuk tahun kedepanya Penerimaan pajak dapat di pertahankan dan terus terus ditingkatkan .
3. Dalam Pelaksanaan kegiatan penagihan dengan Surat Paksa di KPP Pratama Medan Kota, Juru sita seharusnya harus yakin dan melengkapi berkas berkas terlebih dahulu sebelum melakukan penyitaan sesuai SOP yang telah ditentukan .
(64)
DAFTAR PUSTAKA
Buletin kinerja . http ://www.pajak.go.id/content/buletin-kinerja-edisi-xiv2013 diakses pada 19 mei 2014 12.30
Gambar tata cara dan penerbitan surat pak
Hadi, Moeljo .1993. Dasar dasar penagihan pajak Negara .jakarta : Raja grafindo Persada
Mardiasmo . 2006 . Perpajakan Edisi Revisi 2006. Bulaksumur : Andi
Mardiamo .2009.Perpajakan Edisi Revisi 2009 .Jakarta : Andi
Waluyo . 2008.perpajakan Indonesia.Jakarta :Salemba Empat
Zuraida, Ida Jakarta :
(1)
tempat atau selalu mengelak terhadap apa yang ditujukan kepadanya. Selain itu adanya rasa takut dari Wajib Pajak terhadap penagih pajak sehingga Wajib Pajak selalu berusaha untuk menghindar.
4.Adanya Wajib Pajak yang meninggal dunia dengan tidak menyampaikan kepada KPP Medan Kota padahal Wajib Pajak tersebut masih memiliki tanggungan pajak yang cukup besar.
3.4Analisis pelaksanaan kegiatan Peagihan dengan Surat Paksa
1. Jumlah wajib pajak di KPP Pratama Medan Kota Tabel 3.1
Jumlah Wajib Pajak Terdaftar dan Efektif di KPP Pratama Medan Kota Tahun 2012 dan 2013
Ket
Tahun 2012 Tahun 2013
Terdaftar Efektif Terdaftar Efektif
WP OP 98.475 97.825 119.583 118.756
WP Badan 8.323 8.051 10.157 9.845
Jumlah 106.798 105.876 129.740 128.601 Sumber: Seksi Pelayanan KPP Pratama Medan Kota Tahun 2014
Wajib Pajak terdaftar adalah seluruh Wajib Pajak yang telah mempunyai NPWP (Nomor Pokok Wajib Pajak) dan terdaftar di Kantor Pelayanan Pajak Pratama. Wajib Pajak terdaftar terdiri dari Wajib Pajak Efektif dan Wajib Pajak Non Efektif. Wajib Pajak Efektif yaitu Wajib Pajak yang setiap tahun pajak selalu melaksanakan kewajiban perpajakannya seperti menghitung pajak terutang, membayar dan melaporkan SPT. Sedangkan untuk Wajib Pajak Non Efektif adalah Wajib Pajak yang selama dua tahun berturut – turut tidak pernah
(2)
melaksanakan kewajiban perpajakannya atau karena alasan berikut: 1.Wajib pajak yang meninggal dunia/bubar dimana :
Wajib pajak orang pribadi yang meninggal dunia tetapi belum diterima pemberitahuan tertulis secara resmi dari ahli warisnya ( keterangan/akte kematian belum dilampirkan)
Wajib pajak badan telah bubar tetapi belum ada akte pembubarannya dari instansi yang berwenang atau belum ada penyelesaian likuidasi (bagi badan yang sudah mendapat pengesahan dari Menteri Kehakiman)
2.Wajib pajak yang tidak diketahui lagi alamatnya, walaupun sudah dilakukan pencarian oleh petugas verifikasi atau petugas yang ditunjuk untuk itu
3.Wajib pajak yang berdasarkan hasil penelitian/pengamatan tidak melakukan kegiatan usaha lagi.
Dari tabel diatas dapat dijelaskan bahwa pada tahun 2012 jumlah keseluruhan untuk Wajib Pajak terdaftar yaitu sebesar 106.798 dimana terdiri dari 98.475 untuk Wajib Pajak Orang Pribadi dan 8.323 untuk Wajib Pajak Badan, sedangkan untuk Wajib Pajak Efektif total keseluruhan Wajib Pajak sebesar 105.876 dimana 97.825 untuk jumlah Wajib Pajak Orang Pribadi dan 8.051 untuk Wajib Pajak Badan. Jika kita lihat untuk tahun 2013 jumlah keseluruhan Wajib Pajak terdaftar naik dari tahun 2012 menjadi 129.740 dimana 118.756untuk Wajib Pajak Orang Pribadi dan 9.845 untuk Wajib Pajak Badan .Sedangkan untuk Wajib Pajak Efektif total keseluruhan Wajib Pajak sebesar 12 8.601dimana
(3)
2. Jumlah keadaan Penerimaan Pajak dan Tunggakan Pajak di KPP Pratama Medan Kota
Tabel 3.2
Jumlah Target dan Realisasi Penerimaan Pajak KPP Pratama Medan Kota Tahun 2012 dan Tahun 2013
Tahun Target Realisasi Presentase
2012 657.138.000.000 604.350.704.724 91,96 % 2013 819.089.000.0000 799.177.928.579 97,56 % Sumber : Seksi PDI KPP Pratama Medan Kota 2014
Dari data diatas dapat dijelaskan bahwa untuk tahun 2012 penerimaan pajak di KPP Pratama Medan Kota ditargetkan mencapai Rp. 657.138.000.000, tetapi dalam realisasinya bisa mencapai Rp. 604.350.704.724 atau 91, 96 % dari jumlah yang ditargetkan.
Melihat realisasi penerimaan pajak tahun 2012 hampir bisa mencapai target yang diharapkan maka untuk tahun 2013 perusahaan memutuskan untuk menaikkan target penerimaan pajak menjadi Rp. 819.089.000.0000 dan diharapkan dapat tercapai .
Stategi target yang dilakukan pada tahun 2013 ternyata berhasil juga karena pada realisasinya penerimaan pajak mencapai total Rp.799.177.928.579 atau sekitar 97 , 56 % dari yang ditargetkan.
(4)
BAB IV PENUTUP A. Kesimpulan
Setelah membahas berbagai hal yang berhubungan Analisis Penagihan dengan Surat Paksa dalam meningkatkan Penerimaan pajak di KPP Pratama Medan Kota , maka pada bab ini penulis mencoba mengemukakan beberapa kesimpulan dan saran . Berdasarkan analisis dan pembahasan serta keterangan dari KPP Pratama Medan Kota dapat diambil kesimpulan sebagai berikut:
1. Kurangnya pelaksanaan penagihan pajak dengan Surat Paksa akibat minimnya Sumber Daya Manusia dan Juru Sita Pajak yang tidak sebanding dengan banyaknya Wajib Pajak yang mempunyai tunggakan pajak. Selain itu banyaknya Juru Sita Pajak yang kurang paham atau kurang menguasai wilayah kerjanya.
2. Penerimaan pajak tahun 2013 mengalami kenaikan sebesar 32,23 % dari tahun 2012 yaitu dimana tahun 2012 penerimaan pajaknya mencapai Rp. 604.350.704.724 dan pada tahun 2013 naik menjadi Rp. 799.177.928.579 3. Pelaksanaan kegiatan penagihan dengan Surat Paksa dari mulai penerbitan
sampai pelaksanaannya telah sesuai dengan Standart Operating System yang diterapkan oleh SIDJP hanya saja dalam penyelesaiannya dimana seharusnya harus diselesaikan dalam waktu 7 hari di KPP Pratama Medan
(5)
B. Saran
Dari kesimpulan yang telah diuraikan maka penulis mencoba memberi beberapa saran :
1. Perusahaan KPP Pratama Medan Kota Sebaiknya menambahkan jumlah Sumber Daya Manusia agar supaya proses penagihan pajak dapat berjalan dengan lancar dan harapanya Juru sita yang di pilih benar benar menguasai wilayah kerja dan pekerjaan yang akan di kerjakan .
2. Penerimaan Pajak di KPP Pratama Medan Kota meningkat, oleh Karena itu untuk tahun kedepanya Penerimaan pajak dapat di pertahankan dan terus terus ditingkatkan .
3. Dalam Pelaksanaan kegiatan penagihan dengan Surat Paksa di KPP Pratama Medan Kota, Juru sita seharusnya harus yakin dan melengkapi berkas berkas terlebih dahulu sebelum melakukan penyitaan sesuai SOP yang telah ditentukan .
(6)
DAFTAR PUSTAKA
Buletin kinerja . http ://www.pajak.go.id/content/buletin-kinerja-edisi-xiv2013 diakses pada 19 mei 2014 12.30
Gambar tata cara dan penerbitan surat pak
Hadi, Moeljo .1993. Dasar dasar penagihan pajak Negara .jakarta : Raja grafindo Persada
Mardiasmo . 2006 . Perpajakan Edisi Revisi 2006. Bulaksumur : Andi Mardiamo .2009.Perpajakan Edisi Revisi 2009 .Jakarta : Andi
Waluyo . 2008.perpajakan Indonesia.Jakarta :Salemba Empat
Zuraida, Ida Jakarta :