Pengaruh Dimensi Manfaat Citra Merek Terhadap Minat Beli Oleh-Oleh Khas Lampung Pada Waleu Kaos Lampung

(1)

Andrean Fahreza

ABSTRAK

PENGARUH DIMENSI MANFAAT CITRA MEREK TERHADAP MINAT BELI PRODUK OLEH-OLEH KHAS LAMPUNG PADA

WALEU KAOS LAMPUNG

Oleh:

ANDREAN FAHREZA

Persaingan industri pariwisata membuat perusahaan melakukan banyak strategi guna mencuri perhatian dan menarik minat dari konsumen, mulai dari strategi pemasaran hingga memaksimalkan citra merek agar konsumen membeli. Untuk memikat perhatian konsumen, maka perusahaan harus fokus ke dalam produk yang mereka jual. Produk yang mereka jual harus memiliki citra merek yang baik agar konsumen yakin akan produk yang akan dibelinya. Dimensi Manfaat citra merek merupakn sub variabel dari citra merek yang memungkinkan preferensi dan loyalitas konsumen terhadap suatu merek produk, maka kesempatan perusahaan untuk mempertahankan dan mengembangkan pasar semakin besar.

Permasalahan dalam penelitian ini adalah apakah dimensi manfaat citra merek berpengaruh terhadap minat beli produk oleh-oleh khas Lampung pada Waleu kaos


(2)

Andrean Fahreza Lampung. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui pengaruh dimensi manfaat citra merek terhadap minat beli prouk oleh-oleh khas Lampung pada Waleu Kaos Lampung dan ingin mengetahui variabel makanah yang paling dominan terhadap minat beli. Hipotesis penelitian ini adalah diduga terdapat pengaruh dimensi manfaat citra merek terhadap minat beli konsumen dalam membeli produk oleh-oleh khas Lampung pada Waleu Kaos Lampung. Teknik pengambilan sampel dengan purposive sampling terhadap 100 orang yang berminat membeli, warga kita Bandar Lampung dan wisatawan dalam negeri serta wisatawan mancanegara. Uji instrumen dilakukan dengan uji validitas dan uji reabilitas. Teknik analisis yang digunakan adalah analisis regresi berganda.

Hasil perhitungan regresi dalam penelitian ini menunjukan bahwa 60,5% variabel dimensi manfaat citra merek yang berfokus pada manfaat citra merek mempengaruhi variabel Minat Beli (Y). Hasil pengujian hipotesis secara parsial dengan nilai α = 5% di peroleh semua variabel diferensiasi produk t hitung > t tabel maka Ho ditolak dan Ha diterima dan f hitung > f tabel maka Ho ditolak dan Ha diterima, secara statistik bahwa semua variabel dimensi manfaat citra merek (X) memiliki pengaruh yang positif pada variabel minat beli konsumen. Perusahaan harus lebih memperhatikan pada variabel manfaat fungsional dan manfaat simbolik.


(3)

PENGARUH DIMENSI MANFAAT CITRA MEREK TERHADAP MINAT BELI PRODUK OLEH-OLEH KHAS LAMPUNG PADA

WALEU KAOS LAMPUNG

(Skripsi)

Oleh Andrean Fahreza

JURUSAN MANAJEMEN

FAKULTAS EKONOMI DAN BISNIS

UNIVERSITAS LAMPUNG


(4)

PENGARUH DIMENSI MANFAAT CITRA MEREK TERHADAP MINAT BELI PRODUK OLEH-OLEH KHAS LAMPUNG PADA

WALEU KAOS LAMPUNG

Oleh Andrean Fahreza

(Skripsi)

Sebagai salah satu syarat untuk mencapai gelar SARJANA EKONOMI

Pada

Jurusan Manajemen

Fakultas Ekonomi dan Bisnis Universitas Lampung

JURUSAN MANAJEMEN

FAKULTAS EKONOMI DAN BISNIS

UNIVERSITAS LAMPUNG


(5)

(6)

(7)

(8)

MOTO

Anyone who has never made a mistake, has never

tried anything new

.

Albert Einstein

Do what you love, love what you do

.

Benazio Rizki

Putera


(9)

PERSEMBAHAN

Terimakasih ku kepada Allah SWT yang telah memberiku kesehatan jasmani maupun rohani sehingga bisa menyelesaikan tugas akhirnya dengan baik.

Kupersembahkan karya ini kepada kedua orang tuaku tersayang Ayahanda M Rizal dan Ibunda Siti Fatimah yang senantiasa memberi dukungan dan berdoa’a demi keberhasilanku.


(10)

RIWAYAT HIDUP

Peneliti dilahirkan di Bandar Lampung, 2 Maret 1992, peneliti adalah anak ketiga dari Bapak M Rizal dan Ibunda Siti Fatimah.

Peneliti menyelesaikan pendidikan Taman Kanak-Kanak pada tahun 1997 di TK Al-Kautsar Bandar Lampung.Pendidikan Sekolah Dasar pada tahun 2004 di SD Al-Kautsar Bandar Lampung. Pendidikan Sekolah Menengah Pertama pada tahun 2007 di SMP Negeri 23 Bandar Lampung. Pendidikan Sekolah Menengah Atas pada tahun 2010 di SMA Negeri 1 Bandar Lampung.

Pada tahun 2010 peneliti diterima sebagai mahasiswa di Fakultas Ekonomi Universitas Lampung pada Program Studi D3 Pemasaran. Setelah Wisuda padatahun 2013, peneliti melanjutkan studi di S1 Manajemen Fakultas Ekonomi dan Bisnis Unviersitas Lampung. Peneliti juga aktif sebagai anggota organisasi kuliah yaitu Economic English Club (EEC) UNILA.


(11)

KATA PENGANTAR

Puji syukur kehadiran Allah SWT karena berkat dan rahmat dan karunianya peneliti dapat menyelesaikan skripsi ini.

Sejak dari persiapan dan selamamelakukanpenelitianskripsi, peneliti telah banyak mendapat bantuan dari berbagai pihak, pembinaan, arahan dan saran-saran yang semuanya itu merupakan masukan yang sangat berharga bagi peneliti. Untuk itu dengan penuh kerendahan hati peneliti mengucapkan terima kasih kepada:

1. Bapak Prof. Dr. Satria Bangsawan, S.E., M,Si. Selaku Dekan Fakultas Ekonomi dan Bisnis Universitas Lampung.

2. Ibu Aida Sari, S.E., M,Si. Selaku Ketua Jurusan Manajemen Fakultas Ekonomi dan Bisnis Universitas Lampung.

3. Ibu Yuningsih, S.E., M.M. selaku Sekretaris Jurusan Manajemen Fakultas Ekonomi dan Bisnis Universitas Lampung dan sebagai Dosen PembimbingAkademik yang telah banyak meluangkan waktu dan pemikiran dalam membimbing dan mengarahkan penelitisampai selamaini

4. Ibu Hj. Aida Sari, S.E., M.Si. selaku dosen pembimbing skripsi, terimakasih atas bimbingannya selama menyelesaikam skripsi ini.

5. Ibu Faila Shofa, S.E., M.S.M. selaku dosen pembimbing skripsi, terimakasih atas bimbingannya selama menyelesaikam skripsi ini.


(12)

6. Seluruh dosen dan Staff Administrasi Fakultas Ekonomi dan Bisnis Universitas Lampung yang telah membantu selama perkuliahan.

7. Bapak Supriyadi selaku pemilik Waleu Kaos Lampung yang telahmeluangkan waktu untuk memudahkan peneliti melakukan penelitian terhadap perusahaan yang bapak pimpin.

8. Albet Destanto selaku Creative DirectorWaleu Kaos Lampung dan seluruh karyawan yang telah banyak membantu selama proses penelitian dan memberikan perhatian serta rasa kekeluargaan yang hanga tselama peneliti melaksanakan penelitian disana.

9. Mama dan Papa yang tercinta, ini bukti rasa sayang dan terimakasihku kepada kalian yang banyak memberikan doa dan motivasi sampai penulis menyelesaikan penelitian skripsi ini.

10.Untuk kekasihku Yunita Elasari, S.E., yang saya cintai terimakasih selama ini selalu memberi dukungan untuk menyelesaikan skripsi ini.

11.Semua keluarga-keluargaku yang mencintaiku dan mengasihiku terimakasih atas doa yang tulus yang telah diberikan kepadaku demi keberhasilanku. 12.Untuk sahabatku Dania Hellin Amrina, Rulia Wulansari, Faris Gibran, Agus

Wahyudi, Agung Trisno, Bernadus Ricardo Saputra, Nurio Herlambang, Rachmadani Putri, Dina Elfitryanti, Ramdan Rossy,dan teman teman lainnya yang tidak dapat semuanya disebutkan disini, terima kasih atas jalinan persahabatan yang telah kita lewati bersama.

13.Teman-teman seperjuangan, anak-anak D3 Pemasaran Angkatan 2010 Billy, Adi, Gita, Alan, Cepy, Belinda, Deni, Dessky, Edy, Elvina, Fian, Hanita


(13)

Intan, Herdi, Iksir, Juwan, Aru, Toni, Mira, Nugroho,Nunika,Intan, Ria, Rizka, Rini, Resti, Andre, Roy, Sherly, Siti,Pelopin,Vidi,Wanda, dan Wisnu. 14.Teman-teman Konversi S1 Manajemen 2010 Konsentrasi Keuangan dan

Pemasaran, terus berjuang kawan, pendidikan adalah salah satu pilar penting dalam kehidupan kita.

15.Teman-teman Economic English Club (EEC) Universitas Lampung mulai dari newbie, boards, presidiums, expert staffs, dan demisioners. Terimakasih

atas nasehat beriring ketulusan, do’a, motivasi dan terjalinnya kehangatan

silaturahmi.

16.Teman-teman KKN Unila 2014 Annisa, Aulia Mufti, Diah, Eliza Hara, Frindya Vio, Kurniawansyah, Eriski Prawira dan Yossi Apriliani. Terimakasih telah berbagi kisah cerita yang tak akan pernah terlupa meski kita tinggal di daerah perkotaan. Serta, keluarga besar Cungkeng, Teluk Betung Barat khususnya Daeng Abdul dan keluarga, Om Agus dan keluarga, juga teman-teman lainnya di sekitaran Pulau Pasaran.

17.PT Bio Farma (Persero), yang telah menerima mahasiswa sebagai salah satu karyawannya untuk area Provinsi Lampung. Terimakasih banyak kepada Bapak Deden Margawaluya, Pak Andreas Heru Susanto dan Pak Heri Purwanto, kalian adalah pemimpin hebat dan displin. Tim divisi Marketing Pak Tyo dan Pak Dimas, Tim Management Product, Tim Promosi dan Distribusi Dalam Negeri, serta seluruh rekan-rekan Marketer seluruh Indonesia , mari kita abdikan jiwa dan raga kita untuk Indonesia Raya!

18.Juga untuk yang telah membantuku dan tidak bisa kusebutkan satu persatu, terima kasih.


(14)

Semoga Allah SWT membalas semua kebaikan kalian yang telah kalian berikan kepada peneliti. Akhirnya, penelitimengharapkan penelitian skripsi ini bermanfaat bagi kita semua, amin.

Bandar Lampung, 4 Desember2015

Peneliti,


(15)

DAFTAR ISI

Halaman

I. PENDAHULUAN... 1

1.1 Latar Belakang Penelitian ... 1

1.2 Rumusan Masalah ... 8

1.3 Tujuan Penelitian ... 9

1.4Manfaat Penelitian ... 9

II. TINJAUAN TEORI DAN PERUMUSAN HIPOTESIS…...... 10

2.1 Pengertian Pemasaran ... 10

2.2 Pengertian Merek... 11

2.3 Pengertian Citra Merek …...……….. 13

2.3.1 Asosiasi Citra Merek………...…... 15

2.3.1.1 Atribut Merek ………..…...…... 17

2.3.1.2 Manfaat Citra Merek………...…... 17

2.4 Minat Beli Konsumen ………... 20

2.4.1 Faktor Utama yang Mempengaruhi Perilaku Membeli... 22

2.5 Hubungan Citra Merek dengan Minat Pembelian... 22

2.6 Perilaku Konsumen... 26

2.7 Kajian Penelitian Terdahulu ... 27

2.8 Kerangka Pemikiran ... 29


(16)

III. METODOLOGI PENELITIAN... 31

3.1 Jenis Penelitian ………... 31

3.2 Metode Pengumpulan Data ....…....……….. 31

3.3 Jenis dan Sumber Data ... 33

3.3.1 Jenis Data ... 33

3.3.2 Sumber Data ... 33

3.4. Populasi dan Sampel ... 33

3.4.1 Populasi ... 33

3.4.2 Sampel ... 34

3.5 Operasional Variabel ... 35

3.6 Validitas dan Reabilitas ... 37

3.7 Analisis Data ... 38

3.7.1 Analisis Data Deskriptif ... 38

3.7.2 Analisis Data Kuantitatif ... 39

3.8 Pengujian Hipotesis ... 40

IV. HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN... 42

4.1 Gambaran Umum Perusahaan ... 42

4.2 Pelaksanaan Survei ...……….……….…... 42

4.3 Uji Validitas dan Uji Reabilitas ...…………..………….. 43

4.3.1 Uji Validitas ………..………... 43

4.3.2 Uji Reabilitas ………..…... 45

4.4 Analisis Kualitatif ... 46

4.4.1Hasil Analisis Tabulasi Silang Variabel Demografi ... 46

4.5 Distribusi Frekuensi Jawaban Responden... 50

4.5.1 Tanggapan Tentang Citra Merek ... 50

4.5.1.1Tanggapan Tentang Variabel Manfaat Pengalaman... 50

4.5.1.2 Tanggapan Tentang Variabel Manfaat Simbolik ... 51

4.5.1.3 Tanggapan Tentang Variabel Manfaat Sosial ... 52

4.5.1.4 Tanggapan Tentang Variabel Manfaat Fungsional 53

4.5.1.5 Tanggapan Tentang Variabel Manfaat Meningkatkan 4.5.2 Tanggapan tentang Variabel Minat Beli (Y) ... 54


(17)

4.6 Analisis Kuantitatif ... 55

4.6.1 Uji Regresi Linier Berganda Pengaruh Citra Merek (X) 4.6.2 Uji F (Uji Koefisien Regresi secara bersama-sama) ... 56

4.6.3 Uji Koefisien Regresi Secara Parsial (Uji t) ... 58

V. KESIMPULAN DAN SARAN... 61

5.1 Kesimpulan ... 61

5.2 Saran ... 62

DAFTAR PUSTAKA ... 65

LAMPIRAN Terhadap Minat Beli (Y) ... 55


(18)

DAFTAR TABEL

Halaman

1.1 Data Persaingan Perusahaan Toko Oleh-Oleh ... 3

1.2 Produk Waleu Kaos Lampung ... 6

1.3 Tabel Target Dan Realisasi ... 7

2.1 Tabel Kajian Penelitian Terdahulu ... 27

3.1 Tabel Operasional Variabel ... 36

4.1 Hasil Uji Validitas ... 44

4.2 Hasil Uji Reabilitas ... 45

4.3 Karakteristik Responden Berdasarkan Asal Tempat Tinggal ... 46

4.4 Karakteristik Responden Berdasarkan Jenis Kelamin ... 47

4.5 Karakteristik Responden Berdasarkan Usia ... 47

4.6 Karakteristik Responden Berdasarkan Pengeluaran ... 48

4.7 Karakteristik Responden Berdasarkan Pekerjaan ... 48

4.8 Karakteristik Responden Berdasarkan Pengetahuan Merek ... 49

4.9 Karakteristik Responden Berdasarkan Sumber Informasi Merek ... 50

4.10 Jawaban Responden Tentang Variabel Manfaat Pengalaman (X1) ... 50

4.11 Jawaban Responden Tentang Variabel Manfaat Simbolik (X2) ... 51

4.12 Jawaban Responden Tentang Variabel Manfaat Sosial (X3) ... 52

4.13 Jawaban Responden Tentang Variabel Manfaat Fungsional (X4) ... 53

4.14 Jawaban Responden Tentang Variabel Manfaat Meningkatkan Penampilan (X5) ... 53


(19)

4.1.5 Jawaban responden tentang Variabel Minat Beli (Y)... 54

4.16 Analisis Determinasi (R2) ... 55

4.17 Hasil Uji F ... 57

4.18 Hasil Uji t ... 58


(20)

DAFTAR GAMBAR

Halaman

1.1 Data Persaingan Toko Oleh-oleh Pakaian di Bandarlampung ... 4

1.2 Target dan Realisasi ... 8

2.1 Proses minat beli konsumen ... 22


(21)

1

I. PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Penelitian

Perkembangan pariwisata di Indonesia belakangan ini semakin meningkat. Hal ini didukung dari data Badan Pusat Statistik yang menyebutkan kunjungan wisatawan mancanegera terus meningkat setiap tahunnya, bahkan di tahun 2014 kunjungan wisatawan mencapai sekitar 15,7 juta jiwa di Indonesia. (www.bps.go.id) Selain itu juga menurut Kementrian Pariwisata dan Ekonomi Kreatif jumlah perjalanan wisatawan domestik di tahun 2013-2014 menyentuh angka 365 juta jiwa dimana pertumbuhan setiap tahunnya meningkat sekitar 3-4 persen. Hal ini membuat industri pariwisata semakin bergeliat menggarap potensi pasar yang begitu luas dan potensial. (www.parekraf.go.id)

Kedatangan wisatawan mancanegara maupun wisatawan nusantara ke beberapa daerah membuat perekonomian daerah tersebut menjadi lebih baik. Tidak hanya meningkatkan pendapatan asli daerah akan tetapi masyarakat lokal pun

mendapatkan penghasilan tambahan di industri ini.

Provinsi Lampung merupakan salah satu dari sekian banyak daerah yang cukup banyak dikunjungi oleh para wisatawan. Hal ini di dukung oleh program

pemerintah yang mengajak wisatawan mengeksplorasi keindahan cagar alam dan budaya yang dimiliki oleh Provinsi Lampung. Wisata bahari, konservasi alam,


(22)

2

taman rekreasi dan lain sebagainya merupakan beberapa tujuan alternatif pilihan yang bisa dikunjungi oleh para wisatawan tersebut.

Selain menikmati indahnya tempat pariwisata, para wisatawan yang berkunjung biasanya membeli produk kerajinan atau oleh-oleh khas daerah tersebut sebagai buah tangan yang akan diberikan kepada sanak saudara yang mereka miliki. Hal ini pun ditangkap sebagai pasar yang cukup potensial oleh pelaku usaha industri pariwisata dengan membuka toko oleh-oleh atau kerajinan tangan yang dapat memenuhi kebutuhan para wisatawan dalam hal produk lokal yang dijadikan buah tangan saat mereka berkunjung di suatu daerah.

Provinsi Lampung cukup dikenal oleh wisatawan melalui produk makanan olahan seperti keripik pisang, keripik singkong, sale pisang dan lain sebagainya. Lain halnya dengan daerah wisata di Indonesia yang banyak menjadikan produk sandang sebagai andalan buah tangan daerahnya seperti Dagadu di Jogjakarta, Joger di Provinsi Bali, Tangkelek di Provinsi Sumatera Barat dan lain sebagainya. Begitu pula di Provinsi Lampung yang menjadi pintu gerbang Pulau Sumatera juga memiliki oleh-oleh pakaian khas bercirikan budaya Lampung.

Waleu Kaos Lampung adalah salah satu dari sekian banyak toko oleh-oleh berupa sandang dan aksesori pelengkap yang berciri khas ornamen budaya Lampung. Lokasinya berada di Jalan Wolter Monginsidi No. 89, Bandar Lampung. Letaknya cukup strategis, dekat dengan hotel berbintang, taman rekreasi, dan Kantor

Pemerintahan Kota Bandar Lampung serta Pemerintah Provinsi Lampung. Oleh karena lokasinya yang strategis itu dan mudah di akses maka banyak wisatawan yang berdatangan mengunjungi Gerai Waleu Kaos Lampung.


(23)

3

Waleu Kaos Lampung merupakan usaha bisnis keluarga Bapak Supriyadi. Waleu Kaos Lampung terdiri dari 20 karyawan dengan peran berbeda namun memiliki satu tujuan, yaitu menciptakan dan memberikan kepuasan kepada konsumen. Kata yang menjadi merek Waleu memiliki arti yakni delapan (8) dimana filosofi angka delapan merupakan angka keberuntungan menurut versi fengshui Bangsa China, karena angka ini dinilai garisnya tidak bisa terputus. Hal ini juga dimaksudkan agar Waleu Kaos Lampung akan selalu memiliki keberuntungan dan kelancaran usaha.

Tabel 1.1 Data Persaingan Toko Oleh-Oleh Pakaian di Bandar Lampung

No. Nama Perusahaan Pangsa Pasar

1. Singgah Pai Shop 38%

2. Waleu Kaos Lampung 22%

3. Ninda Shop 20%

4. Kawoz Lampung 15%

5. Dan lain-lain 5%

Sumber: Asosiasi Pengusaha Oleh-Oleh Provinsi Lampung 2014

Berdasarkan tabel 1.1 dapat dilihat bahwa data pesaing dari toko oleh-olehWaleu Kaos Lampung adalah Singgah Pai Shop dimana sebagai pemimpin pasar lalu Ninda Shop, Kawoz Lampung dan lain sebagainya. Meski tergolong baru, Waleu Kaos Lampung dapat bersaing dengan toko oleh-oleh lainnya dengan yang sudah lama berdiri denhan ide yang selalu baru dan segar. Adapun untuk lebih jelas data persaingan toko oleh-oleh pakaian dapat dijabarkan pada gambar 1.1.


(24)

4

Semakin gencarnya pemasaran dari pesaing mengenai keunggulan dan produk-produk yang inovatif, Waleu Kaos Lampung meluncurkan produk-produk oleh-oleh yang lebih variatif dan mudah dilihat oleh konsumen secara langsung.Waleu Kaos Lampung mencoba mencari strategi agar mampu bersaing dengan para pesaingnya dan menguasai pangsa pasar industri oleh-oleh khususnya dalam bentuk pakaian. Waleu Kaos Lampung merupakan salah satu perusahaan yang masih terhitung baru dalam sektor industri oleh-oleh. Usaha ini berupaya untuk bersaing dengan para kompetitor sejenis yang tentu saja sudah memiliki pangsa pasar sendiri.

Persaingan yang dilakukan oleh antar toko oleh-oleh harus memanfaatkan sumber daya yang mereka miliki secara optimal dan baik serta berusaha mempengaruhi persepsi konsumen melalui citra merek produknya. Perusahaan harus mampu menciptakan citra merek yang menarik sekaligus menggambarkan manfaat yang sesuai dengan keinginan dan kebutuhan konsumen sehingga citra merek produk

38%

22% 20%

15%

5%

Singgah Pai Shop

Waleu Kaos Lampung

Ninda Shop

Kawoz Lampung

Dan Lain-lain


(25)

5

dinilai penting oleh konsumen. Citra yang dinilai baik oleh konsumen akan menambah ketertarikan konsumen terhadap produk tersebut.

Konsumen melihat citra merek sebagai salah satu bagian penting dari suatu produk, karena citra merek mencerminkan suatu produk. Semakin baik citra merek suatu produk maka dapat mendorong konsumen untuk membeli produk tersebut. Perkembangan teknologi saat ini lebih memudahkan para konsumen untuk mencari informasi tentang citra merek suatu produk yang ada di pasaran. Konsumen akan membandingkan suatu merek dengan merek yang lain dari citra yang melekat pada merek produk-produk yang ada di pasaran. Inilah yang membuat perusahaan untuk berlomba membuat citra merek yang positif dan menarik bagi perusahaannya.

Citra merek menurut Keller (2008:51) adalah persepsi konsumen tentang suatu merek sebagai refleksi dari asosiasi merek yang ada pada pikiran konsumen. Aaker (2011:109) menyatakan bahwa citra merek merupakan kumpulan asosiasi yang diorganisir menjadi suatu yang berarti. Konsumen memandang citra merek sebagai bagian yang terpenting dari suatu produk, karena citra merek

mencerminkan tentang suatu produk.

Fenomena persaingan ini menuntut para pemasar untuk selalu menginovasi strategi bisnisnya. Salah satu asset untuk mencapai hal tersebut adalah melalui manajemen merek. Citra merek yang kuat memungkinkan preferensi dan loyalitas dari konsumen terhadap perusahaan semakin kuat. Semakin besar preferensi dan loyalitas konsumen terhadap suatu merek produk, maka kesempatan perusahaan


(26)

6

untuk mempertahankan dan mengembangkan pasar semakin besar (Shimp, 2003:13). Di tengah persaingan yang semakin ketat, merek bisa menjadi senjata andalan untuk menarik perhatian dan mengikat loyalitas pelanggan.

Waleu Kaos Lampung berusaha memuaskan pelanggannya dengan menyediakan oleh-oleh berupa pakaian seperti T-shirt, polo shirt, jaket, lalu topi, totebag, dan sandal. Produk Waleu Kaos Lampung menyediakan berbagai macam ukuran mulai dari ukuran XS hingga ukuran XXXL dan dari berbagai macam usia mulai dari anak-anak hingga orang dewasa. Berikut adalah produk yang ditawarkan oleh Gerai Waleu Kaos Lampung:

Tabel 1.2 Produk yang Ditawarkan Waleu Kaos Lampung

No. Produk Harga

1 Kaos/Polo Shirt Dewasa Rp. 89.000

2 Kaos Sanak Lunik (Anak Kecil) Rp. 58.000

3 Topi Rp. 58.000

4 Tote Bag Rp. 108.000

5 Jaket Rp. 258.000

6. Sandal Rp. 58.000

Sumber: Gerai Waleu Kaos Lampung, 2014

Dalam beberapa tahun terakhir produk yang ditawarkan oleh pesaing-pesaing Waleu Kaos Lampung tidak kalah hebatnya, seperti halnya Kawoz Lampung yang sudah mempunyai merek yang bagus dan terkenal dengan harga murahnya. Selain itu juga Kawoz Lampung menjual produk oleh-oleh berupa pakaian tersebut secara langsung melalu mobil mini-van yang biasa terparkir di pelataran Toko


(27)

7

Manisan Yen-Yen. Ninda Shop dan Toko Singgah Pai juga melakukan strategi yang cukup baik dengan melakukan potongan harga di beberapa item tertentu. Adapun keberadaan Waleu Kaos Lampung sebagai salah satu toko oleh-oleh berupa sandang dan aksesori yang berada di kota Bandar Lampung berusaha memenuhi kebutuhan konsumen dalam hal oleh-oleh. Di bawah ini disajikan data zmengenai jumlah transaksi pembelian selama kurun waktu 4 tahun dari tahun 2010 sampai dengan tahun 2014.

Tabel 1.3 Jumlah Target dan Realisasi Tahun 2010-2014

Tahun Target Penjualan Realisasi Persentase

2010 2000 pcs 1953 pcs 97,65 %

2011 2100 pcs 1865 pcs 88,80 %

2012 2200 pcs 2266 pcs 103 %

2013 2300 pcs 2178 pcs 94,69 %

2014 2400 pcs 2654 pcs 110,58 %

Sumber: Gerai Waleu Kaos Lampung, 2014

Berdasarkan data pada tabel 1.3 dapat dilihat bahwa memang terjadi penurunan persentase capaian target yaitu sebesar 88.80 % pada tahun 2011. Namun, di tahun-tahun berikutnya jumlah transaksi pembelian mulai meningkat.

Persoalannya saat ini adalah peningkatan persentase transaksi pembelian tersebut sangat kecil. Bahkan pada tahun 2013 terjadi penurunan sebesar 94,69 % dari tahun sebelumnya padahal tahun 2012 persentase peningkatan lebih baik yakni sebesar 103 %. Hal ini terjadi dikarenakan volume promosi penjualan yang tidak begitu gencar, disamping persaingan antar pengusaha semakin meningkat


(28)

8

Sehingga terjadi penurunanyang cukup signifika. Untuk lebih jelas dapat dijabarkan pada diagram 1.2.

Berdasarkan dari uraian di atas maka peneliti tertarik untuk melakukan penelitian mengenai “Pengaruh Dimensi Manfaat Citra Merek Terhadap Minat Beli Produk Oleh-Oleh Khas Lampung Pada Waleu Kaos Lampung”.

1.2 Rumusan Masalah

Perumusan masalah merupakan hal yang paling penting dalam suatu penelitian, hal ini diperlukan agar batasan masalah menjadi jelas sehingga dapat dijadikan pedoman dalam melakukan penelitian. Berdasarkan latar belakang penelitian dan tabel 1.3 menunjukkan volume penjualan produk Waleu Kaos Lampung di Kota Bandar Lampung masih rendah dan sering tidak tercapai target, dan cenderung fluktuatif. Permasalahan dalam penelitian ini adalah apakah citra merek yang berfokus pada manfaat citra merek berpengaruh terhadap minat beli produk oleh-oleh Waleu Kaos Lampung?

0 500 1000 1500 2000 2500 3000

2010 2011 2012 2013 2014

Target

Realisasi


(29)

9

1.3 Tujuan Penelitian Tujuan penelitian ini adalah:

1. Ingin mengetahui pengaruh dimensi manfaat citra merek terhadap minat beli produk oleh-oleh khas Lampung Waleu Kaos Lampung.

2. Ingin mengetahui variabel manfaat citra merek manakah yang paling dominan terhadap minat beli.

1.4 Manfaat Penelitian 1. Bagi perusahaan

Hasil penelitian ini dapat dijadikan bahan masukan yang bermanfaat bagi perusahaan untuk mengetahui variabel – variabel mana yang belum sesuai dengan keinginan dan kebutuhan konsumen sehingga perusahaan akan mudah untuk melakukan pengembangan produk.

2. Bagi peneliti

Menambah dan memperluas pengetahuan serta pengalaman peneliti dalam menerapkan teori-teori yang diperoleh di perkuliahan khususnya yang berhubungan dengan pengaruh citra merek terhadap minat beli.

3. Bagi pihak lain

Hasil penelitian ini dapat digunakan sebagai bahan referensi bagi pembaca dan dapat memberikan informasi bagi penelitian lain yang berkaitan dengan


(30)

10

II. TINJAUAN TEORI DAN PERUMUSAN HIPOTESIS

2.1. Pengertian Pemasaran

Pemasaran adalah aspek yang penting dalam pencapaian tujuan yakni memperoleh laba yang berkelanjutan maka yang diperlukan adanya serangkaian upaya dan keterampilan dalam mengatur proses pencapaian tersebut melalui metode pengelolaan yang kita sebut dengan manajemen pemasaran.

Pemasaran pada umumnya dipandang sebagai tugas untuk, menciptakan, memperkenalkan, dan menyerahkan barang atau jasa kepada konsumen.

Definisi pemasaran menurut Kotler (2009:9)

“Pemasaran adalah suatu proses sosial yang didalamnya individu atau

kelompok mendapatkan apa yang mereka inginkan dengan menciptakan, menawarkan, dan secara bebas mempertukarkan produksian yang bernilai

dengan pihak lain.”

Menurut Kotler (2009:12) dari definisi di atas terkandung beberapa konsep pokok pemasran, yaitu:

1. Kebutuhan, adalah ketidakberadaan beberapa kepuasan dasar.

2. Keinginan, adalah hasrat akan memuaskan spesifik meskipun kebutuhan sedikit, keinginan banyak.

3. Permintaan, adalah keinginan akan produk spesifik yang didukung oleh kemampuan dan kesediaan untuk membelinya.


(31)

11

4. Produk, adalah segala sesuatu yang dapat ditawarkan untuk memuaskan suatu kebutuhan atau keinginan.

5. Pasar, adalah terdiri dari semua pelanggan potensial yang memiliki kebutuhan atau keinginan tertentu yang sama, yang mungkin tersedia dan mampu melaksanakan pertukaran untuk memuaskan kebutuhan dan keinginan itu.

6. Transaksi, adalah perdagangan nilai-nilai antara dua pihak ataupun lebih dimana pihak-pihak tersebut merasa terpenuhi kebutuhannya atau adanya hubungan timbal balik.

Pengertian di atas dapat disimpulkan bahwa mencapai tujuan organisasi tergantung pada penentuan kebutuhan, keinginan pasar sasaran (target market) dan memuaskan konsumen secara lebih efektif dan efisien daripada dilakukan oleh pesaing, sehingga kegiatan pemasaran merupakan kegiatan yang

dilaksanakan secara baik dan tepat untuk mendapatkan keuntungan.

2.2 Pengertian Merek (Brand)

Sebagaimana diketahui bahwa merek merupakan pembeda antar satu produk dengan produk lainnya. Kita menyimpan memori dibenak kita akan suatu produk dengan isi mengenai mengenal produk tersebut, bukan tentang produk-produk apa yang fungsi dan kegunaanya sama. Merek (brand) telah menjadi elemen yang sangat krusial yang berkontribusi terhadap kesuksesan sebuah organisasi pemasaran, baik perusahaan bisnis maupun penyedia jasa, organisasi lokal maupun global.


(32)

12

Menurut UU Merek No.15 Tahun 2001 Pasal 1 Ayat 1:

Merek adalah tanda yang berupa gambar, nama kata, huruf-huruf, angka-angka, susunan warna atau kombinasi dari unsur-unsur tersebut yang memiliki daya pembeda dan digunakan dalam kegiatan perdagangan barang dan jasa

(www.dgip.go.id/merek). Definisi ini memiliki kesamaan dengan definisi versi American Marketing Association yang menekankan peranan merek sebagai identifier dan differentiation.

Aaker (2011:56) mengemukakan bahwa “merek memiliki karakteristik yang lebih luas dari pada produk yaitu citra pengguna produk, asosiasi perusahaan, simbol-simbol, dan hubungan merek atau pelanggan”.

Merek sangat bermanfaat bagi konsumen dan produsen. Menurut Kotler (2009:263), bagi produsen merek berperan penting sebagai :

a. Sarana identifikasi untuk memudahkan proses penanganan atau pelacakan produk bagi perusahaan.

b. Bentuk proteksi hukum terhadap fitur atau aspek produk yang unik.

c. Signal tingkat kualitas bagi para pelanggan yang puas, sehingga mereka bisa dengan mudah memilih dan membelinya lagi di lain waktu.

d. Sarana menciptakan asosiasi dan makna unik yang membedakan produk dari para pesaing.

e. Sumber keunggulan kompetitif, terutama melalui perlindungan hukum, loyalitas pelanggan, dan citra unik yang berbentuk dalam benak konsumen. f. Sumber financial returns terutama menyangkut pendapatan masa depan.


(33)

13

Sedangkan bagi konsumen, merek berfungsi sebagai identifikasi sumber produk, penetapan tanggung jawab pada pemanufaktur atau distributor tertentu, pengurangan resiko, penekanan biaya pencarian internal dan eksternal, janji dan ikatan khusus dengan produsen, alat simbolis yang memproyeksi citra diri,dengan signal kualitas.

Menurut Palmer (2001:184), bahwa merek adalah penting didalam membimbing pembeli ketika memilih antara pelayanan yang bersaing namun kelihatan serupa. Selanjutnya Palmer (2001:184), menegaskan bahwa:

“Merek selalu digunakan oleh perusahaan untuk menyajikan bukti berupa standar tetap dan terutama penting untuk perusahaan yang tidak memiliki kesempatan untuk mengembangkan hubungan secara terus menerus dengan pelanggannya.” 2.3 Pengertian Citra Merek (Brand Image)

Kadang kita tidak dapat membedakan sesuatu secara jelas antara identitas dan citra. Untuk membedakannya, maka akan kita lihat pengertian masing-masing menurut Kotler (2009:259): “ Identitas adalah berbagai cara yang diarahkan

perusahaan untuk mengidentifikasikan dirinya atau memposisikan produknya”.

Citra (image) yaitu: “Citra adalah persepsi masyarakat terhadap perusahaan atau

produknya”. Maka jelas jika, brand image atau citra merek adalah bagaimana suatu merek mempengaruhi persepsi, pandangan masyarakat atau konsumen terhadap perusahaan atau produknya.

Pengertian citra merek menurut Keller (2009:166) bahwa:

1. Anggapan tentang merek yang direfleksikan konsumen yang berpegang pada ingatan konsumen.


(34)

14

2. Cara orang berpikir tentang sebuah merek secara abstrak dalam pemikiran mereka, sekalipun pada saat mereka memikirkannya, mereka tidak berhadapan langsung dengan produk.

Elemen – elemen dari merek Kotler (2009:405) adalah nama, logo, symbol, desain, slogan, dan kemasan. Beberapa kriteria yang harus diperhatikan dalam pemilihan elemen merek:

1. Mudah diingat, artinya elemen merek yang dipilih hendaknya yang mudah diingat, dan disebut atau diucapkan. Simbol, logo, nama yang digunakan hendaknya menarik, unik sehingga menarik perhatian masyarakat untuk diingat dan dikonsumsi.

2. Memiliki makna, artinya elemen merek hendaknya mengandung sebuah makna maupun penjelasan atau deskripsi dari produk. Diharapkan makna ini dapat mempengaruhi konsumen untuk mengkonsumsi produk tersebut. Deskripsi makna yang terkandung dapat berupa :

a. Informasi umum tentang kategori dan isi dari produk

b. Informasi tentang komposisi penting yang ditonjolkan produk dan manfaat dari produk.

3. Menarik dan lucu, artinya pendekatan lain untuk menarik perhatian konsumen adalah dengan variasi elemen merek yang unik, lucu, pemilihan elemen yang kaya akan visualisasi dan imajinasi. Dalam hal ini yang ditonjolkan adalah desain yang menarik dan lucu.

Sebuah merek membutuhkancitra untuk mengkomunikasikan kepada khalayak dalam hal ini pasar sasarannya tentang nilai-nilai yang terkandung didalamnya. Bagi perusahaan citra berarti persepsi masyarakat terhadap jati diri perusahaan.


(35)

15

Persepsi ini didasarkan pada apa yang masyarakat ketahui atau kira tentang perusahaan yang bersangkutan. Oleh karena itulah perusahaan yang memiliki bidang usaha yang sama belum tentu memiliki citra yang sama pula dihadapan orang atau konsumen. Citra merek menjadi salah satu pegangan bagi konsumen dalam mengambil keputusan penting.

2.3.1 Asosiasi Citra Merek

Citra merek dapat dianggap sebagai jenis asosiasi yang muncul dalam benak konsumen ketika mengingat suatu merek tertentu. Asosiasi tersebut secara

sederhana dapat muncul dalam bentuk pemikiran atau citra tertentu yang dikaitkan dengan suatu merek, sama halnya ketika kita berfikir tentang orang lain. Asosiasi ini dapat dikonseptualisasi berdasarkan jenis, dukungan, keunggulan, kekuatan, dan keunikan. (Keller, 2009:165)

Citra merek dapat dianggap sebagai jenis asosiasi yang muncul dalam benak konsumen ketika mengingat suatu merek tertentu. Asosiasi tersebut secara

sederhana dapat muncul dalam bentuk pemikiran atau citra tertentu yang dikaitkan dengan suatu merek, sama halnya ketika kita berfikir tentang orang lain. Asosiasi ini dapat dikonseptualisasi berdasarkan jenis, dukungan, keunggulan, kekuatan, dan keunikan. Membangun citra merek yang positif dapat dicapai dengan program pemasaranyang kuat terhadap produk tersebut, yang unik dan memiliki kelebihan yang ditonjolkan, yang membedakannya dengan produk lain. Kombinasi yang baik dari elemen-elemen yang mendukung dapat menciptakan citra merek yang kuat bagi konsumen.


(36)

16

Citra merekyang positif akan membuat konsumen menyukai suatu produk dengan merek yang bersangkutan dikemudian hari, sedangkan bagi produsen citra merek yang baik akan membantu kegiatan perusahaan dalam bidang pemasaran. Agar citra merekdapat terbentuk sesuai atau mendekati brandidenty yang diharapkan oleh perusahaan, maka perusahaan sebagai produsen harus mampu untuk

memahami dan mengeksploitasi unsur-unsur yang membentuk suatu merek yang akhirnya membentuk citra perusahaan yang baik.

Menurut Keller (2009:173) Citra merek diharapkan dapat menghasilkan sesuatu kualitas yang tinggi atas apa yang diharapkan atau dipersepsikan dengan yang diterima oleh konsumen, yang terakhir ini yang dikenal dengan pelayanan diterima. Hal ini harus didukung oleh kenyataan dan bukan sekedar pernyataan sebagai hal yang dikomunikasikan tanpa adanya bukti nyata. Bila pada mulanya, sebuah merek adalah nama, logo, simbol, maka dengansemakin meningkatnya usaha, sebuah merek harus memperjuangkan awareness atau tingkat kesadaran merek dibenak konsumen. Brand awareness memiliki empat tingkatan yaitu : Top of mind, brand recall, brand reqonition, danunreqnitiion brand, slanjutnya merek harus diusahakan agar memiliki citra yang positif yang dipersepsikan sebagai merek yang berkualitas tinggi menurut kriteria konsumen. Citra merek konsumen tentang merek dapat dibuat untuk beberapa manfaat, antara lain :

1. Citra yang baik dapat sebagai tujuan dalam strategi pemasaran. 2. Citra dapat dipakai sebagai suatu dasar untuk bersaing.


(37)

17

Menurut Zooming dalam Keller (1993) mengkonsepkan citra merek dianggap sebagai persepsi tentang merek yang tercermin dari asosiasi merek yang terpatri dalam memori konsumen. Zooming menyarankan bahwa "asosiasi merek" terdiri dari atribut merek, manfaat merek, dan sikap merek secara keseluruhan.

2.3.1.1 Atribut Merek

Sementara itu, Joseph Plummer (dalam Aaker, 2011: 139) menjelaskan bahwa atribut produk (brand attributes) merupakan hal-hal yang berkaitan dengan merek tersebut sendiri seperti kemasan, isi produk, harga, rasa, dan lain-lain.

Menurut Keller (1993) dalam Sondoh et al (2007:87) atribut adalah fitur deskriptif yang menjadi ciri pada produk atau jasa, apa yang ada di pikiran konsumen

tentang produk atau layanan atau menyebabkan dan apa yang ada terkait dengan pembelian atau konsumsi". Atribut dapat diklasifikasikan ke dalam atribut yang berhubungan dengan produk dan atribut yang tidak berhubungan dengan produk (yaitu harga, kemasan atau penampilan produk informasi, pengguna dan citra penggunaan). Atribut yang berhubungan dengan produk mengacu pada bahan-bahan yang diperlukan untuk melakukan produk atau jasa fungsi yang dicari oleh konsumen sedangkan atribut non terkait produk-lihat aspek eksternal produk atau jasa yang berhubungan dengan pembelian atau konsumsi.

2.3.1.2 Manfaat Citra Merek

Menurut Keller (1993:4) dalam Sondoh et al (2007:87) Brand benefit merupakan nilai-nilai dan keunggulan khas yang ditawarkan oleh suatu merek kepada


(38)

18

keinginan, mimpi dan obsesinya terwujudkan oleh apa yang ditawarkan tersebut. Manfaat, keunggulan dan kompetensi khas suatu merek akan memengaruhi brand image produk, individu atau lembaga atau perusahaan tersebut.Manfaat ini

dianggap konsumen sebagai nilai pribadi yang melekat pada produk atau layanan atribut yaitu apa yang konsumen pikirkan produk atau jasa dapat lakukan untuk mereka.

Keller (1993) dalam Sondoh et al. (2007:87) menjelaskan bahwa manfaat dapat diklasifikasikan menjadi manfaat fungsional, pengalaman dan simbolik, yang awalnya berasal dari karya Park et al. (1986). Berikut ini adalah pemaparan dari manfaat tersebut, yaitu:

1. Manfaat pengalaman adalah manfaat merek memaparkan bagaimana rasanya untuk menggunakan produk atau jasa dan biasanya sesuai dengan atribut produk yang terkait. Indikator dari manfaat pengalaman adalah:

 Merasa lebih baik.  Merasa senang.

 Meningkatkan frekuensi pemakaian.

Penggunaan manfaat pengalaman oleh Waleu Kaos Lampung digunakan semua sebagai indikator penelitian. Merek Waleu Kaos Lampung membuat konsumen dapat merasa baik, gembira, lalu dapat meningkatkan frekuensi pemakaiannya dan memberikan kesenangan.

2. Manfaat simbolik adalah manfaat merek yang mampu menjawab kebutuhan ilusif konsumen dalam mengaktualisasi dan mengekspresikan makna diri dan kehidupannya bagi lingkungan demi eksistensi diri. Manfaat simbolik


(39)

19

dikaitkan dengan kebutuhan yang mendasari persetujuan sosial atau ekspresi pribadi dan luar-diarahkan diri. Indikator dari manfaat simbolik adalah:  Mencegah mencari merek yang lebih murah.

 Meningkatkan persepsi.

 Membantu agar diterima dalam kehidupan bermasyarakat.

3. Manfaat sosial adalah manfaat merek yang mampu menjawab kebutuhan spiritual konsumen dalam merefleksikan diri serta mengapresiasi

kehidupannya melalui kontribusi positif bagi lingkungannya. Manfaat sosial diartikan sebagai cara untuk diterima oleh lingkungan sekitar dengan

penggunaan merek produk yang baik. Indikator dari manfaat sosial adalah:  Diterima oleh lingkungan.

 Meningkatkan rasa percaya diri.

Penggunaan manfaat sosial oleh Waleu Kaos Lampung digunakan semua sebagai indikator penelitian. Merek Waleu Kaos Lampung memberikan citra yang dapat diterima oleh lingkungan melalui ornamen-ornamen berciri khas budaya Lampung sehingga dapat meningkatkan rasa percaya diri seorang konsumen ketika berada di lingkungan masyarakat.

4. Manfaat fungsional adalah manfaat merek atau produk yang mampu menjawab kebutuhan fisik konsumen. Manfaat fungsional terkait dengan keuntungan intrinsik produk atau jasa konsumsi dan biasanya sesuai dengan produk yang berhubungan dengan atribut. Indikator dari manfaat fungsional adalah:


(40)

20

 Kualitas yang sesuai dengan yang dijanjikan.  Membuat penampilan lebih menarik.

 Dapat diandalkan.

Penggunaan manfaat fungsional oleh Waleu Kaos Lampung digunakan semua sebagai indikator penelitian. Mereka memberikan kualitas yang menjanjikan, dapat membuat penampilan seseorang lebih baik melalui produknya dan dapat diandalkan ketika digunakan oleh konsumen.

5. Manfaat meningkatkan penampilan adalah manfaat yang menjawab kebutuhan afektif konsumen seperti rasa aman, rasa percaya diri, rasa cinta, dan

pembangunan diri seseorang melalui penggunaan merek agar terlihat lebih baik. Indikator dari Manfaat meningkatkan penampilan adalah:

 Memberikan solusi.  Memberi kesan baik.

 Memberikan pilihan yang lebih efektif dari merek lain.

Penggunaan manfaat fungsional oleh Waleu Kaos Lampung digunakan semua sebagai indikator penelitian. Mereka memberikan solusi ketika konsumen ingin mendapatkan produk oleh-oleh yang diinginkan, lalu membuat kesan baik dengan citra merek yang dibangun dan dapat memberikan pilihan yang lebih baik dari merek lain.

2.4 Minat Beli Konsumen

Dalam mencari dan menumbuhkan minat beli konsumen, terlebih dahulu harus memahami bagaimana konsumen berkeputusan. Menurut McCarthy (2002:298)


(41)

21

minat beli adalah dorongan yang timbul dalam diri seseorang untuk membeli barang atau jasa dalam rangka pemenuhan kebutuhannya.

Menurut Kotler (2009:184) Minat Pembelian adalah tahap dalam proses

pengambilan keputusan pembeli di mana konsumen benar-benar ingin membeli. Konsumen bebas memilih produk yang diinginkan sesuai dengan kebutuhannya, memutuskan tempat pembelian, bagaimana caranya, banyak pembelian, kapan membeli, dan mengapa harus membeli. Konsumen membeli dan mengonsumsi produk bukan sekedar karena nilai fungsi awalnya, namun juga karena nilai sosial dan emosionalnya. Tumbuhnya minat beli konsumen itu disebabkan oleh unsur-unsur yang terdiri dari 5 tahapan, diantaranya:

a. Pengenalan Masalah

Proses pengenalan masalah adalah proses yang dimulai dengan pembeli mengenali suatu masalah atau kebutuhan pribadi konsumen yang dipicu oleh rangsangan internal atau eksternal.

b. Pencarian Informasi

Proses pencarian informasi adalah proses seorang konsumen yang telah dirangsang kebutuhan itu dapat atau tidak dapat mencari informasi. Sumber informasi tersebut antara lain secara pribadi, komersial, publik, dan

eksperimental. c. Evaluasi Alternatif

Proses evaluasi alternatif adalah hal yang berkaitan dengan bobot yang

diberikan terhadap produk dengan membandingkan antara satu produk dengan produk yang lain.


(42)

22

Proses minat beli konsumen akan dijelaskan dalam gambar berikut.

Sumber: Kotler, 2009

Gambar 2.1 Proses Minat Beli Konsumen

2.4.1 Faktor Utama yang Mempengaruhi Perilaku Membeli

Kotler (2009:166) mengemukakan bahwa faktor–faktor yang mempengaruhi perilaku pembelian konsumen adalah:

1. Faktor Budaya

Faktor budaya memiliki pengaruh yang luas dan mendalam terhadap perilaku. Peran budaya, sub-budaya dan kelas sosial pembeli sangatlah penting.

2. Faktor Sosial

Sebagai tambahan atas faktor budaya, perilaku seorang konsumen dipengaruhi oleh faktor-faktor sosial seperti kelompok acuan, keluarga, serta peran dan status.

3. Faktor Psikologis

Pilihan pembeli seseorang dipengaruhi oleh empat faktor psikologis utama yaitu motivasi, persepsi, pengetahuan, serta keyakinan dan pendirian.

2.5 Hubungan Dimensi Manfaat Citra Merek dengan Minat Pembelian Wicaksono (2007:29), mengemukakan pentingnya pengembangan citra merek dalam minat pembelian. Brand image yang dikelola dengan baik akan

menghasilkan konsekuensi yang positif, meliputi: Pencarian Informasi

Evaluasi Alternatif Pengenalan


(43)

23

a. Meningkatkan pemahaman terhadap aspek-aspek perilaku konsumen dalam mengambil keputusan pembelian.

b. Memperkaya orientasi konsumsi tehadap hal-hal yang bersifat simbolis lebih dari fungsi-fungsi produk.

c. Meningkatkan kepercayaan konsumen terhadap produk.

d. Meningkatkan keunggulan bersaing berkelanjutan, mengingat inovasi teknologi sangat mudah untuk ditiru oleh pesaing.

Menciptakan kesan menjadi salah satu karakteristik dasar dalam orientasi

pemasaran modern yaitu lewat pemberian perhatian lebih serta penciptaan merek yang kuat. Implikasi dari hal tersebut menjadikan merek suatu produk

menciptakan image dari produk itu sendiri di benak pikiran konsumen dan menjadikan motivasi dasar bagi konsumen dalam memilih suatu produk (Aaker dalam penelitian Roslina, 2010:5).

Menurut Kirmani & Zeithaml (1993) dalam penelitian Yu, Chih-Ching et. al (2013:601-602) Citra merek dapat didefinisikan sebagai gambar yang merek daun dengan konsumen. Untuk memenuhi kebutuhan konsumen untuk berbagai produk, bisnis menganggap makna yang unik untuk merek. Para peneliti telah

mengembangkan konsep tiga jenis brand image: fungsional, simbolik, dan pengalaman. Park et al. dalam Yu, Chih Ching et. Al (2013) mengemukakan bahwa merek dari jenis fungsional didefinisikan sebagai salah satu yang dirancang untuk mengatasi kebutuhan konsumsi eksternal yang dihasilkan.


(44)

24

Sebuah merek simbolik adalah salah satu yang dirancang untuk menghubungkan individu dengan grup yang diinginkan, peran, atau citra diri. Merek experiential dirancang untuk memenuhi kebutuhan-kebutuhan internal untuk stimulasi dan atau variasi. Persepsi konsumen terhadap citra merek memiliki dampak positif terhadap keputusan pembelian (Koh & Fang, 2012). Semakin kuat citra merek, semakin tinggi kualitas produk diakui oleh konsumen (Grewal, Krishnan, Baker, & Borin, 1998), dan semakin kuat minat beli konsumen (Lin, Wang, Chiou, & Chung, 2007).

Chih-Ching yu, Pei-Jou Lin, dan Chun-Shuo Chen (2013) dalam penelitianya tentang cara citra merek, negara asal dan kesesuaian diri mempengaruhi minat beli pengguna internet yang mengevaluasi citra merek dengan menggunakan

diferensiasi citra merek. Untuk memenuhi kebutuhan konsumen untuk berbagai produk, bisnis menganggap makna yang unik untuk merek. Para peneliti telah mengembangkan konsep citra merek: fungsional, simbolik, dan pengalaman. Hasil penelitian menunjukkan bahwa hubungan signifikan dan bahwa citra merek positif mempengaruhi minat beli.

Menurut Lin, Chien-Hsiung Lin (2013) melakukan penelitian tentang pengaruh citra merek pada niat pembelian di industri catering di Taiwan dengan memakai fungsi, simbolisme, dan experientiality di citra merek sebagai variabel independen dan minat beli, Dianggap pembelian produk dan minat beli sebagai variabel dependen dengan cara merekomendasikam ke teman untuk membeli. Setelah data


(45)

25

analisis dengan analisis regresi dan analisis varians, hasil berikut menyimpulkan bahwa: (1) citra merek menyajikan efek positif pada sebagian kemungkinan kembeli di minat beli, (2) citra merek menunjukkan efek yang sangat positif yang dianggap pembelian produk dalam niat pembelian, (3) citra merek

mengungkapkan efek positif saat merekomendasikan teman untuk membeli di minat beli, (4) variabel demografis muncul efek penting pada sebagian korelasi antara citra merek dan minat beli.

Di sisi lain Chien-Hsiung (2013; 747) Citra merek yang menguntungkan adalah faktor kunci dalam minat beli dan Penyebab konsumen untuk minat beli (Keller, 1993 dalam penelitian Shen & Chou, 2006; Jo, Myung-Soo, Nakamoto & Nelson, 2003). Setelah mengamati nilai, konsumen cenderung muncul minat beli (Lin & Chen, 2006) bahwa citra merek memainkan peran penting dalam keputusan pembelian. Selain itu, citra merek terkenal bisa menjadi pilihan utama pembelian produk tertentu (Macdonald & Sharp, 2000) bahwa citra merek muncul efek positif pada minat beli (Hsueh & Lee, 2008), lalu menurut Lin, Chien-Hsiung (2013:748) brand image simbolik dapat meningkatkan minat beli konsumen. Lin & Hong (2009) menunjukkan bahwa iklan emosional yang lebih baik bisa

merangsang minat beli konsumen dari pada yang rasional. Chen & Chang (2010) menunjukkan efek positif dari citra merek pada minat beli konsumen itu, citra merek yang lebih baik akan meningkatkan minat beli konsumen. Sebuah studi baru menemukan relevansi tingkat pendapatan konsumen, dibandingkan dengan konsumen yang lebih rendah penghasilannya, lebih tinggi konsumen braket


(46)

26

pendapatan menunjukkan minat beli yang lebih tinggi sebagai akibat dari nilai yang dirasakan (Tseng & Tsai, 2011).

2.6 Perilaku Konsumen

Menurut The American Marketing Association yang dikutip oleh Setiadi (2003:3)

“Perilaku konsumen merupakan interaksi dinamis antar aksi dan kognisi, perilaku dan lingkungannya dimana manusia melakukan kegiatan pertukaran dalam hidup

mereka.”

Dari definisi tersebut terdapat 3 ide penting, yaitu:

1. Perilaku konsumen adalah dinamis. Itu berarti bahwa perilaku konsumen, group, konsumen, ataupun masyarakat luas selalu berubah dan bergerak sepanjang waktu.

2. Hal tersebut melibatkan interaksi antara afeksi dan kognisi, perilaku dan kejadian disekitar.

3. Hal tersebut melibatkan pertukaran. Hal ini membuat definisi perilaku konsumen tetap konsisten dengan definisi pemasaran yang sejauh ini juga menekankan pertukaran. Kenyataannya, peran pemasaran adalah untuk menciptakan pertukaran dengan konsumen melalui formulasi dan penerapan strategi pemasaran.

Dari beberapa definisi diatas dapat disimpulkan, perilaku konsumen itu merupakan tindakan-tindakan yang dilakukan oleh individu, kelompok atau organisasi yang berhubungan dengan proses pengambilan keputusan dalam mendapatkan, menggunakan barang-barang atau jasa yang dipengaruhi oleh


(47)

27

rangsangan atau stimulus dari lingkungannya dan meruoukan aktivitas manusia yang meliputi kegiatan mencari, kegiatan membeli, kegiatan menggunakan, kegiatan mengevaluasi dan menilai tingkat kepuasan sehingga akhirnya menjurus pada citra.

Perilaku konsumen tidak hanya mengamati kegiatan-kegiatan yang tampak jelas dan mudah diamati saja yang merupakan suatu bagian dari proses pengambilan keputusan, melainkan hendaknya juga menyangkut pada kegiatan- kegiatan yang sulit dan tidak dapat diamati yang selalu menyertai pembelian. Jadi analisa perilaku konsumen harus menganalisa kegiatan – kegiatan yang jelas terlihat dari proses-proses yang sulit diamati dan berati selain mempelajari apa yang dibeli konsumen juga mempelajari dimana konsumen membeli, bagaimana cara

membelinya, serta dalam kondisi yang bagaimana barang dan jasa tersebut di beli.

2.7 Kajian Penelitian Terdahulu Judul Data

Peneliti

Tujuan Penelitian

Alat Analisis Hasil Penelitian Pengaruh

Citra Merek

(Brand Image) Dan Kepercayaan Merek (Brand Trust) Terhadap Keputusan Toyota Avanza Di Kota Semarang Nadia Lona Trista, Apriatni EP & Saryadi (2011) Untuk mengetahui pengaruh secara simultan, pengaruh secara parsial, dan secara dominan dari variabel Citra Merek (X1) dan Kepercayaan Merek (X2) terhadap keputusan pembelian mobil Toyota Avanza di kota Semarang, Jawa Tengah. Metode survey dengan menyebarkan kuesioner kepada 100 konsumen yang Melakukan pembelian terhadap mobil Toyota Avanza rentang tahun 2008-2011. Metode sampling menggunakan nonprobability sampling, Variabel citra merek dan kepercayaan merek mempunyai pengaruh positif terhadap variabel keputusan pembelian dengan melihat R Square

atau koefisien determinasi.


(48)

28 metode statistic deskriptif, dan Cochran Test digunakan untuk menganalisa data. The Effects Of Brand Images on Purchase Intention In Catering Industry Chien-Hsiung Lin (2013) Untuk Menganalisa Bagaimana Minat Beli Konsumen Berpengaruh Pada Citra Merek pada industri catering di Negara Taiwan. Metode analisis kualitatif dan kuantitatif yang menguji validitas, reabilitas, koefisien korelasi, regresi sederhana., regresi berganda, dan koefisien determinasi. Dari hasil penelitian, peneliti mengungkapkan korelasi positif, bahwa citra merek dapat

meningkatkan minat beli.

Hal ini lebih lanjut menyatakan bahwa usaha katering harus memperkuat pemasaran produk disetujui oleh GMP atau Makanan Kesehatan, memperkuat citra merek dan nilai produk, meningkatkan simbolisme pelanggan terhadap produk, dan memungkinkan konsumen lebih memahami keamanan produk. Selain itu, Packing juga dianggap sebagai elemen penting. The Effect of

Brand Image on Overall Satisfaction and Loyalty Intention in The Context of Color Cosmetic Sondoh, Stephen L. Et al. (2007) Untuk menganalisa bagaimana pengaruh kepuasan dan loyalitas konsumen terhadap citra merek dalam konteks warna Metode analisis kualitatif yang menguji validitas, reabilitas, koefisien korelasi, regresi sederhana., Hasil penelitian menunjukan bahwa manfaat citra merek pada kepuasan dan loyalitas sangat penting. Pengukuran terhadap kepuasan dan loyalitas


(49)

29

kosmetik. regresi berganda, dan koefisien determinasi

sangat penting bagi perusahaan untuk menganalisis performa produk atau layanan dan mengetahui seberapa besar kepuasan konsumen dan berencana untuk merekomendasikan produknya ke orang lain dimana dapat berpengaruh terhadap minat beli produk mereka.

2.8 Kerangka Pemikiran

Waleu Kaos Lampung dalam menjalankan aktivitas usahanya melakukan salah satu upaya yaitu dengan meningkatkan jumlah konsumen dan jumlah pelanggan maka perlu memperhatikan mengenai citra merek, dimana dengan pengukuran citra merek dimaksudkan untuk dapat meningkatkan minat beli konsumen.

Menurut Sondoh, Stephen L. et al. (2013) yang melakukan penelitian terhadap pengaruh citra merek pada kepuasan dan loyalitas konsumen dalam konteks warna kosmetik di Malaysia menggunakan metode analisis kualitatif yang menguji analisis validitas, frekuensi, reliabilitas dan regresi. Sondoh et al. memfokuskan pada sub variabel manfaat citra merek sehingga menghasilkan penelitian yang menunjukan bahwa variabel manfaat fungsional berpengaruh penting terhadap kepuasan dan loyalitas.

Berdasarkan tinjauan landasan teori dan penelitian terdahulu, maka dapat disusun kerangka pemikiran dalam penelitian produk oleh-oleh pada Waleu Kaos


(50)

30

Gambar 2.2 Paradigma Penelitian

2.9 Hipotesis

Menurut Sugiyono (2011, 84) hipotesis diartikan sebagai suatu jawaban sementara terhadap rumusan masalah penelitian.

Adapun hipotesis dalam penelitian ini adalah

H1: Terdapat pengaruh dimensi manfaat fungsional terhadap minat beli konsumen dalam membeli produk oleh-oleh khas Lampung.

H2: Terdapat pengaruh dimensi manfaat simbolik terhadap minat beli konsumen dalam membeli produk oleh-oleh khas Lampung.

H3: Terdapat pengaruh dimensi manfaat sosial terhadap minat beli konsumen dalam membeli produk oleh-oleh khas Lampung.

H4: Terdapat pengaruh dimensi manfaat pengalaman terhadap minat beli konsumen dalam membeli produk oleh-oleh khas Lampung.

H5: Terdapat pengaruh dimensi manfaat meningkatkan penampilan terhadap minat beli konsumen dalam membeli produk oleh-oleh khas Lampung.

(X) MANFAAT CITRA MEREK

Fungsional (X1) Simbolik (X2) Sosial (X3) Pengalaman (X4)

Meningkatkan penampilan (X5)

Sumber: Sondoh, L. Stephen et al. (2007; 91)

(Y)

MINAT BELI KONSUMEN Sumber: (Kotler, 2009)


(51)

31

III. METODOLOGI PENELITIAN

3.1 Jenis Penelitian

Dalam penelitian skripsi ini jenis penelitian yang digunakan adalah penelitian deskriptif verifikatif yaitu penelitian yang dilakukan dengan melakukan penggambaran atau pemaparan tentang variabel-variabel yang diteliti yang selanjutnya mencoba untuk menarik kesimpulan, Sugiyono (2011:206).

Penelitian ini dilakukan di Gerai Waleu Kaos Lampung, Jl. Wolter Monginsidi No. 89, Bandar Lampung.

3.2 Metode Pengumpulan Data

Dalam penelitian menggunakan metode pengumpulan data sebagai berikut : 1. Penelitian Pustaka (Library Research),

Penelitian Pustaka adalah pengumpulan data secara teoritis dengan cara menelaah berbagai buku literatur dan bahan teori lainnya yang berkaitan dengan masalah yang dibahas.

2. Penelitian lapangan (Field Research)

Penelitian lapangan yaitu pengumpulan data lapang dengan cara sebagai berikut:

a. Observasi, yaitu pengumpulan data yang dilakukan langsung ke tempat penelitian dan mengumpulkan data yang diperlukan.


(52)

32

b. Wawancara, yaitu pengumpulan data dengan melakukan tanya jawab dengan pimpinan dan karyawan perusahaan guna memperoleh keterangan tentang data yang diperlukan.

 Kuesioner, yaitu metode pengumpulan data yang dilakukan dengan

cara memberikan pernyataan-pernyataan kepada responden dengan panduan kuesioner. Dalam penelitian ini menggunakan kuesioner dengan Pernyataan tertutup

3. Skala Pengukuran

Tahapan yang sangat penting dalam proses penelitian ilmiah adalah menyusun alat ukur (instrumen) penelitian sebagai pedoman untuk mengukur variabel- variabel penelitian. Alat ukur tersebut harus valid dan reliabel. Dalam penelitian kuantitatif, peneliti akan menggunakan instrumen untuk mengumpulkan data penelitian. Instrumen penelitian ini digunakan untuk meneliti variabel diteliti.

Jawaban dari setiap pernyataan dalam kuesioner ditentukan skornya dengan menggunakan Skala Likert yaitu: (1 sampai 5) dengan kriteria umum untuk skor yang digunakan untuk jawaban adalah :

• Sangat setuju (SS) = 5

• Setuju (S) = 4

• Netral (N) = 3

• Tidak setuju (TS) = 2


(53)

33

3.3 Jenis dan Sumber Data

Jenis dan sumber data yang digunakan dalam penelitian ini adalah sebagai berikut: 3.3.1 Jenis data

a. Data Kualitatif yaitu data yang diperoleh dalam bentuk informasi, baik secara lisan maupun tulisan.

b. Data Kuantitatif yaitu data yang diperoleh dari perusahaan dalam bentuk angka-angka.

3.3.2 Sumber Data a. Data Primer

Data primer adalah data yang langsung diperoleh dari obyeknya. Pada

penelitian ini data primer diperoleh dari hasil survey dan pengisian kuesioner untuk mengetahui Keunggulan Asosiasi Merek, Kekuatan Asosiasi Merek, dan Keunikan Asosiasi Merek konsumen Waleu Kaos Lampung yang mempengaruhi keputusan pembelian konsumen.

b. Data Skunder

Data yang diperoleh berupa informasi tertulis dan dokumentasi serta laporan-laporan pada Gerai Waleu Kaos Lampung.

3.4 Populasi dan Sampel 3.4.1 Populasi

Populasi adalah wilayah generalisasi yang terdiri dari atas obyek atau subyek yang mempunyai kualitas dan karakteristik tertentu yang ditetapkan oleh peneliti untuk dipelajari dan kemudian ditarik kesimpulannya (Sugiyono, 2011:61). Dalam penelitian ini, populasi penelitian mengacu pada setiap pengunjung baik lokal


(54)

34

maupun luar kota yang merupakan konsumen produk Waleu Kaos Lampung. Karena populasi dalam penelitian ini yaitu seluruh orang yang merupakan warga Bandar Lampung dan wisatawan yang sedang berada di Bandar Lampung yang jumlahnya tidak diketahui secara pasti, maka dilakukan pengambilan sampel untuk penelitian ini.

3.4.2 Sampel

Sampel menurut Sugiyono (2011:64) adalah bagian dari jumlah dan karakteristik yang dimiliki oleh populasi tersebut. Pada penelitian ini, jumlah populasi yang ada sangat banyak dan sulit diketahui secara pasti, sehingga teknik pengambilan sampel yang digunakan adalah teknik Non-Probability Sampling, yaitu teknik pengambilan sampel dengan tidak memberikan kesempatan yang sama bagi setiap unsur atau anggota populasi untuk dipilih menjadi sampel dan dengan metode Purposive Sampling, yaitu pengambilan sampel yang dipilih secara cermat dengan mengambil objek penelitian yang selektif dan mempunyai ciri-ciri yang spesifik. Pelaksanaan pengambilan sampel secara purposive ini antara lain sebagai berikut: Mula-mula peneliti mengidentifikasi semua karakteristik populasi, misalnya dengan mengadakan studi pendahuluan atau dengan mempelajari berbagai hal yang berhubungan dengan populasi. Ukuran sampel yang sesuai berkisar antara 100-150 responden (Hair 2006:197; dalam Arif 2012:46). Jumlah sampel dalam penelitian ini ditentukan sebanyak 100 sampel, yang dirasakan sudah cukup untuk mewakili populasi.Sampel dalam penelitian ini mempunyai kriteria tertentu, adapun kriteria tersebut sebagai berikut:


(55)

35

b. Masyarakat yang berdomisili di Bandar Lampung yang mengetahui Waleu Kaos Lampung

c. Berniat membeli produk Waleu Kaos Lampung.

3.5 Operasional Variabel

Menurut Sugiyono (2011:60), variabel penelitian pada dasarnya adalah segala sesuatu yang berbentuk apa saja yang ditetapkan oleh peneliti untuk dipelajari sehingga diperoleh informasi tentang hal tersebut, kemudian ditarik

kesimpulannya. Pada penelitian ini penulis menggunakan dua variabel sebagai objek penelitian, yaitu :

 Variabel Independen (X)

Variabel independen atau variabel bebas adalah variabel yang mempengaruhi atau yang menjadi sebab perubahan atau timbulnya variabel dependen (terikat). Adapun variabel bebas yang akan digunakan dalam penelitian ini, yaitu Dimensi Manfaat Citra Merek (X).

 Variabel Dependen (Y)

Variabel dependen atau variabel terikat adalah variabel yang dipengaruhi atau yang menjadi akibat karena adanya variabel bebas. Pada penelitian ini yang menjadi variabel dependen adalah Minat Beli Konsumen (Y).


(56)

36

Tabel 3.1 Operasional Variabel

Variabel Penelitian Sub Variabel Indikator Skala X

Manfaat Citra Merek

Manfaat Citra Merek yaitu nilai dari konsumen yang melekat pada produk atau layanan atribut yaitu konsumen berpikir produk atau jasa dapat bisa untuk mereka.

Sumber: Sondoh, Stephen L. et al, 2007

1. Pengalaman Manfaat pengalaman berkaitan dengan bagaimana rasanya untuk menggunakan produk atau jasa dan biasanya sesuai dengan atribut produk yang terkait.

 Merasa lebih baik.  Merasa Senang.  Meningkatkan frekuensi pemakaian. Likert 2. Simbolik Manfaat simbolik dikaitkan dengan kebutuhan yang mendasari persetujuan sosial atau ekspresi pribadi dan luar-diarahkan diri dan pada dasarnya berhubungan dengan non-produk atribut terkait.

 Mencegah mencari merek yang lebih murah.

 Meningkatkan persepsi.  Membantu agar

diterima dalam kehidupan bermasyarakat

Likert

3. Sosial

Manfaat sosial diartikan sebagai cara untuk diterima oleh lingkungan sekitar dengan

penggunaan merek produk yang baik.

 Diterima oleh lingkungan.  Meningkatkan rasa

percaya diri. Likert 4. Fungsional Manfaat fungsional berkaitan dengan keuntungan secara intrinsik dari produk atau pemakaian layanan dan biasanya cocok ke produk yang berkaitan dengan atribut.

 Kualitas yang menjanjikan.

 Membuat penampilan lebih menarik.  Dapat diandalkan.

Likert 5. Meningkatkan Penampilan Manfaat meningkatkan penampilan menjelaskan pembangunan diri seseorang melalui penggunaan merek agar

 Memberikan solusi.  Membuat kesan baik.  Memberikan pilihan

yang lebih baik dari merek lain.


(57)

37

terlihat lebih baik. Y

Minat Beli Minat beli adalah tahap dalam proses

pengambilan keputusan pembeli di mana konsumen benar-benar ingin membeli. Konsumen bebas memilih produk yang diinginkan sesuai dengan kebutuhannya, memutuskan tempat pembelian, bagaimana caranya, jumlah, kapan, dan mengapa harus membeli. Konsumen membeli dan

mengonsumsi produk bukan sekedar karena nilai fungsi awalnya, namun juga karena nilai sosial dan

emosionalnya.

Sumber: Kotler, 2009

Pengenalan masalah Proses pengenalan masalah adalah proses yang dimulai dengan pembeli mengenali suatu masalah atau kebutuhan pribadi konsumen yang dipicu oleh rangsangan internal atau eksternal.

 Kebutuhan dan keinginan

Likert

Pencarian informasi Proses pencarian informasi adalah proses seorang konsumen yang telah dirangsang kebutuhan itu dapat atau tidak dapat mencari informasi. Sumber informasi tersebut antara lain secara pribadi, komersial, publik, dan eksperimental

 Informasi dan sumber-sumber

Likert

Evaluasi alternatif Proses yang berkaitan dengan bobot yang diberikan terhadap produk dengan

membandingkan antara satu produk dengan produk yang lain.

 Penilaian dan Seleksi. Likert

Sumber: Jurnal Internasional

3.6 Validitas dan Reliabilitas a. Uji Validitas

Menurut Sugiyono (2011:173), instrumen utama yang digunakan dalam penelitian ini adalah daftar pertanyaan yang disebarkan kepada responden. Instrumen yang dibuat sebelum disebarkan kepada responden yang menjadi sampel penelitian harus dilakukan uji validitas melalui analisis faktor dengan bantuan SPSS, agar daftar pertanyaan yang dibuat tersebut benar-benar mampu menguak data sehingga mampu menjawab permasalahan hingga tujuan penelitian tercapai.


(58)

38

Uji validitas dimaksudkan untuk memastikan seberapa baik suatu instrumen mengukur konsep yang seharusnya diukur. Instrumen yang valid berarti instrumen tersebut dapat digunakan untuk mengukur secara tepat dan benar. Dengan

mempergunakan instrumen penelitian yang memiliki validitas yang tinggi, hasil penelitian mampu menjelaskan masalah penelitian sesuai dengan keadaan atau kejadian yang sebenarnya. Uji validitas ditujukan kepada 30 orang responden dengan menggunakan faktor analisis dan kriteria dan skor Kaiser-Meyer-Olkin (KMO) serta Measure of Sampling Adequacy (MSA) minimal 0.5 dinyatakan valid dan sampel bisa di analisis lebih lanjut.(Santoso, 2002:101).

b. Uji Reliabilitas

Menurut Sugiyono (2011:172), reliabilitas instrumen adalah kejituan atau ketepatan instrumen pengukur. Uji reliabilitas dilakukan untuk mengetahui konsistensi dan ketepatan pengukuran, apabila pengukuran dilakukan pada objek sama berulang kali dengan instrumen yang sama. Untuk menilai reliabilitas, digunakan rumus Alpha Cronbach yang di hitung dengan SPSS 20.0. Sebuah instrumen memiliki reabilitas tinggi jika nilai Cronbach’s Coefficient Alpha >0,6

dan Cronbach’s Alpha If Item Deleted < Cronbach’s Coefficient Alpha(Ghozali, 2011:98).

3.7 Analisis Data

3.7.1 Analisis Data Deskriptif

Analisis Deskriptif adalah statistik yang digunakan untuk menganalisis data dengan cara mendeskripsikan atau menggambarkan data yang terkumpul. Pada penelitian ini, peneliti melakukan analisis deskriptif dengan menentukan tabel


(59)

39

frekuensi dan rata-rata. Selanjutnya menjelaskan atau mendeskripsikan tentang variasi responden dalam merespon pertanyaan yang diajukan kepada responden.

3.7.2 Analisis Data Kuantitatif

Dalam penelitian ini analisis kuantitatif dilakukan dengan menggunakan analisis regresi berganda. Metode analisis regresi berganda digunakan untuk mengetahui berapa besar pengaruh citra merek terhadap keputusan konsumen produk Waleu Kaos Lampung. Data diolah secara statistik untuk keperluan analisis dan

pengujian hipotesis dengan menggunakan alat bantu program SPSS 20.0 for Windows. Sedangkan metode regresi berganda yang digunakan dirumuskan adalah:

Keterangan:

Y = Minat Beli Konsumen A = Konstanta

β 1- β 5 = Koefisien regresi berganda X1 = Manfaat Pengalaman

X2 = Manfaat Simbolik

X3 = Manfaat Sosial

X4 = Manfaat Fungsional

X5 = Manfaat Meningkatkan Penampilan

e = Standar error


(60)

40

3.8 Pengujian Hipotesis

Suatu perhitungan statistik disebut signifikan secara statistik apabila nilai uji statistik berada dalam daerah kritis (daerah dimana Ho ditolak). Sebaliknya, disebut tidak signifikan bila nilai uji statistik berada dalam daerah dimana Ho diterima. Dalam analisis regresi ada 3 jenis kriteria ketepatan yang harus dilakukan yaitu :

1. Uji Signifikansi Parsial (Uji - t)

Menurut Sugiyono (2011:215) uji-t menentukan seberapa besar pengaruh variabel bebas secara parsial terhadap variabel terikat.

Ho: b1 = b2 = b3 = b4= b5 = 0

Artinya secara parsial tidak terdapat pengaruh yang positif dan signifikan dari variabel citra merek (X) pada minat beli (Y).

Ha : b1, b2, b3,b4,b5,≠ 0

Artinya secara parsial terdapat pengaruh yang positif dan signifikan dari variabel citra merek (X) pada minat beli (Y).

Kriteria pengambilan keputusan:

Ho diterima jika t hitung > t tabel, pada α = 5 % Ha ditolak jika t hitung < t tabel, pada α = 5 % 2. Uji Variabel Secara Bersama-sama (Uji - F)

Menurut Sugiyono (2011:215) uji-F pada dasarnya menunjukkan apakah semua variabel yang dimasukkan dalam model mempunyai pengaruh secara bersama-sama terhadap variabel terikat.


(61)

41

Artinya secara bersama-sama tidak terdapat pengaruh yang positif dan signifikan dari variabel variabel citra merek (X) pada minat beli (Y).

Ha : b1≠ b2≠ b3≠ b4≠ b5≠0

Artinya secara bersama–sama terdapat pengaruh yang positif dan signifikan dari variabel citra merek (X) pada minat beli (Y).

Kriteria pengambilan keputusan:

Ho diterima jika F hitung > F tabel pada α = 5 % Ha, ditolak jika F hitung < F tabel pada α = 5 %

3. Koefisien Determinasi (R2)

Koefisien determinasi (R2) pada intinya mengukur seberapa besar kemampuan model dalam menerangkan variabel terikat.


(62)

61

V. KESIMPULAN DAN SARAN 5.1 Kesimpulan

Berdasarkan hasil analisis dan pembahasannya, dapat disimpulkan bahwa hasil hipotesis awal yang menyatakan bahwa terdapat pengaruh citra merek terhadap minat beli konsumen dalam membeli produk oleh-oleh khas Lampung. Sehingga hipotesis diterima. Hal ini berdasarkan pada alasan berikut:

1. Hasil uji R2 sebesar 0.605 yang berarti faktor-faktor yang berkontribusi pada variabel X (Dimensi Manfaat Citra Merek) berperan dalam

mempengaruhi variabel Y (Minat Beli) sebesar 60,5% dan sisanya dipengaruhi oleh variabel lainnya.

2. Hasil uji F hitung lebih besar dibandingkan nilai F tabel (28,847 > 2,31) maka Ho ditolak dan Ha diterima, maka secara statistik bahwa secara keseluruhan variabel bebas (Citra Merek) berpengaruh terhadap Minat Beli pada produk Waleu Kaos Lampung.

3. Hasil uji t sub diketahui bahwa nilai t hitung pada variabel Citra Merek (X) yaitu Manfaat Pengalaman, Manfaat Simbolik, Manfaat Sosial, Manfaat Fungsional, dan Manfaaat Meningkatkan Penampilan lebih besar dari t tabel yaitu 1,986. Hal ini berarti semua variabel Manfaat Citra Merek (X) memiliki pengaruh yang positif terhadap Minat Beli pada produk Waleu Kaos Lampung. Sehingga dapat disimpulkan bahwa Ha diterima dan Ho ditolak.


(63)

62

4. Hasil analisis kuantitatif membuktikan Manfaat Pengalaman bepengaruh lebih besar terhadap Minat Beli pada produk Waleu Kaos Lampung. Hal tersebut di karenakan nilai β sebesar 0.304. Sedangkan Manfaat

Fungsional memberikan pengaruh yang sangat kecil yakni dengan nilai β sebesar 0.214.

5.2Saran

Berdasarkan penelitian yang telah dilakukan maka ada beberapa hal yang bisa dilakukan oleh Waleu Kaos Lampung antara lain:

1. Waleu Kaos Lampung perlu meningkatkan kualitas produk dari segi fungsional. Konsumen merasa produk yang diciptakan oleh Waleu Kaos Lampung masih bersifat non-formal dan santai, sehingga tidak dapat dipakai sebagai pakaian semi-formal. Banyaknya responden yang

memiliki pekerjaan sebagai Karyawan Swasta menginginkan pakaian yang dapat dipakai tidak hanya sebagai oleh-oleh tetapi dapat digunakan sebagai pakaian semi-formal yang bisa mereka gunakan pada saat mereka bekerja. 2. Untuk variabel simbolik, disarankan perusahaan mendesain produk yang

lebih baik lagi dan penggunaan bahasa yang lebih santun dan bijak

sehingga dapat mencegah konsumen untuk mencari yang lebih murah dan dapat membantu konsumen merasa diterima oleh lingkungannya.

Misalnya, menuliskan pantun bahasa Lampung baik pepadun ataupun sai batin dan menggunakan kalimat-kalimat bujak berbahasa Lampung. 3. Sebaiknya perusahaan mempertahankan dan meningkatkan manfaat


(64)

63

Perusahaan diharapkan dapat mempertahankan mutu produk dan reputasi yang baik sehingga dapat memberikan citra merek yang baik pada


(65)

DAFTAR PUSTAKA

Aaker, David. 2011. Managing Brand Equity: Capitalizing on The Value of a Brand Name. The Free Press. New York.

Ardhi, Arif A. 2012. Pengaruh Kepercayaan Merek terhadap Loyalitas Merek pada Maskapai Penerbangan Garuda Indonesia di Bandar Lampung. Skripsi. Fakultas Ekonomi dan Bisnis. Universitas Lampung.

As’ad, Abd. Rasyid. 2008. Peranan Iklan Pengaruhi Konsumen. Bisnis Indonesia. Jakarta.

Asosiasi Pengusaha Toko Oleh-Oleh Provinsi Lampung. 2014. Buku Tahunan Hasil Produksi.

Basu Swasta dan Handoko, T. Hani . 2007. Manajemen Pemasaran: Analisa Perilaku Konsumen. Liberty. Yogyakarta.

Desiarista, E. Triastuti, Srirahayu. 2011. Jurnal Skripsi: Analisis Pengaruh Iklan, Kepercayaan Merek, dan Citra Merek terhadap Minat Beli Konsumen. Penerbit Fakultas Ekonomi dan Bisnis. Universitas Diponegoro. Semarang. Vol. 13 No.1.

Djaslim Saladin. 2006. Manajemen Pemasaran. Bandung: Linda Karya.

Ghozali, Imam. 2011. Aplikasi Analisis Multivariat Dengan Program SPSS 20. Universitas Diponegoro, Semarang.

Jefkins, Frank. 2007. Periklanan (advertising) diterjemahkan oleh Haris Munandar, edisi Ketiga. Grafindo. Jakarta.

Keller, Kevin Lane. 2008. Strategic Brand Management: Building, Measuring, and Managing Brand Equity. Third Edition. Pearson International Edition. USA.

Kotler, Philip dan Keller, Kevin Lane. 2009. Manajemen Pemasaran. Jilid 1. Penerbit Erlangga. Jakarta.

Kotler, Philip dan Keller, Kevin Lane. 2009. Manajemen Pemasaran. Jilid 2. Penerbit Erlangga. Jakarta.

Lin, Chien-Hsiung. 2013. The Effect of Brand Images on Purchase Intention in Catering Industry. Pak J. Statist. Taiwan.


(66)

Santoso, Singgih. 2002. Mengolah Data Statistik Secara Profesional. PT Elexmedia Komputindo. Jakarta.

Setiadi, J. Nugroho. 2012. Terjemahan Buku Manajemen Pemasaran. The American Marketing Association. The Free Press. New York.

Shim, Terrence A. 2003. Periklanan dan Promosi: Aspek Tambahan Komunikasi Terpadu. Erlangga. Jakarta.

Sondoh, Stephen L. Jr., Omar, Wan., Maznah., Wahid, Abdul., Nabsiah, Ismail, Ishak., and Harun, Amran. 2007. The Effect of Brand Image on Overall Satisfaction and Loyalty Intention in The Context of Color Cosmetic. Asian Academy of Management Journal. Malaysia.

Palmer, Adrian. 2011. Principles Of Services Marketing, Third Edition. McGraw-Hill Companies. UK (United Kingdom).

Roslina. 2010. Citra Merek dan dimensinya. Jurnal Bisnis & Manajemen. Penerbit Fakultas Ekonomi dan Bisnis Universitas Lampung. Lampung. Sugiyono. 2011. Metode Penelitian Bisnis. Alfabeta. Bandung

Undang-Undang Merek No.15 Tahun 2001 Pasal 1 Ayat 1.

Wicaksono, Muhammad. 2007. Analisis Bauran Pemasaran Terhadap Keputusan Pembelian Konsumen. Bumi Aksara. Jakarta.

Stanton, William J. 2010. Prinsip Pemasaran. Jilid 1. Penerbit Erlangga. Jakarta. www.bps.go.id/menutab.php?kat=2&tabel=1&id_subyek=16

www.dgip.go.id/merek

www.parekraf.go.id/asp/ringkasan.asp?c=111


(1)

signifikan dari variabel variabel citra merek (X) pada minat beli (Y). Ha : b1≠ b2≠ b3≠ b4≠ b5≠0

Artinya secara bersama–sama terdapat pengaruh yang positif dan signifikan dari variabel citra merek (X) pada minat beli (Y).

Kriteria pengambilan keputusan:

Ho diterima jika F hitung > F tabel pada α = 5 % Ha, ditolak jika F hitung < F tabel pada α = 5 %

3. Koefisien Determinasi (R2)

Koefisien determinasi (R2) pada intinya mengukur seberapa besar kemampuan model dalam menerangkan variabel terikat.


(2)

61

V. KESIMPULAN DAN SARAN

5.1 Kesimpulan

Berdasarkan hasil analisis dan pembahasannya, dapat disimpulkan bahwa hasil hipotesis awal yang menyatakan bahwa terdapat pengaruh citra merek terhadap minat beli konsumen dalam membeli produk oleh-oleh khas Lampung. Sehingga hipotesis diterima. Hal ini berdasarkan pada alasan berikut:

1. Hasil uji R2 sebesar 0.605 yang berarti faktor-faktor yang berkontribusi pada variabel X (Dimensi Manfaat Citra Merek) berperan dalam

mempengaruhi variabel Y (Minat Beli) sebesar 60,5% dan sisanya dipengaruhi oleh variabel lainnya.

2. Hasil uji F hitung lebih besar dibandingkan nilai F tabel (28,847 > 2,31) maka Ho ditolak dan Ha diterima, maka secara statistik bahwa secara keseluruhan variabel bebas (Citra Merek) berpengaruh terhadap Minat Beli pada produk Waleu Kaos Lampung.

3. Hasil uji t sub diketahui bahwa nilai t hitung pada variabel Citra Merek (X) yaitu Manfaat Pengalaman, Manfaat Simbolik, Manfaat Sosial, Manfaat Fungsional, dan Manfaaat Meningkatkan Penampilan lebih besar dari t tabel yaitu 1,986. Hal ini berarti semua variabel Manfaat Citra Merek (X) memiliki pengaruh yang positif terhadap Minat Beli pada produk Waleu Kaos Lampung. Sehingga dapat disimpulkan bahwa Ha diterima dan Ho ditolak.


(3)

lebih besar terhadap Minat Beli pada produk Waleu Kaos Lampung. Hal tersebut di karenakan nilai β sebesar 0.304. Sedangkan Manfaat

Fungsional memberikan pengaruh yang sangat kecil yakni dengan nilai β sebesar 0.214.

5.2Saran

Berdasarkan penelitian yang telah dilakukan maka ada beberapa hal yang bisa dilakukan oleh Waleu Kaos Lampung antara lain:

1. Waleu Kaos Lampung perlu meningkatkan kualitas produk dari segi fungsional. Konsumen merasa produk yang diciptakan oleh Waleu Kaos Lampung masih bersifat non-formal dan santai, sehingga tidak dapat dipakai sebagai pakaian semi-formal. Banyaknya responden yang

memiliki pekerjaan sebagai Karyawan Swasta menginginkan pakaian yang dapat dipakai tidak hanya sebagai oleh-oleh tetapi dapat digunakan sebagai pakaian semi-formal yang bisa mereka gunakan pada saat mereka bekerja. 2. Untuk variabel simbolik, disarankan perusahaan mendesain produk yang

lebih baik lagi dan penggunaan bahasa yang lebih santun dan bijak

sehingga dapat mencegah konsumen untuk mencari yang lebih murah dan dapat membantu konsumen merasa diterima oleh lingkungannya.

Misalnya, menuliskan pantun bahasa Lampung baik pepadun ataupun sai batin dan menggunakan kalimat-kalimat bujak berbahasa Lampung. 3. Sebaiknya perusahaan mempertahankan dan meningkatkan manfaat


(4)

63

Perusahaan diharapkan dapat mempertahankan mutu produk dan reputasi yang baik sehingga dapat memberikan citra merek yang baik pada


(5)

DAFTAR PUSTAKA

Aaker, David. 2011. Managing Brand Equity: Capitalizing on The Value of a Brand Name. The Free Press. New York.

Ardhi, Arif A. 2012. Pengaruh Kepercayaan Merek terhadap Loyalitas Merek pada Maskapai Penerbangan Garuda Indonesia di Bandar Lampung. Skripsi. Fakultas Ekonomi dan Bisnis. Universitas Lampung.

As’ad, Abd. Rasyid. 2008. Peranan Iklan Pengaruhi Konsumen. Bisnis Indonesia. Jakarta.

Asosiasi Pengusaha Toko Oleh-Oleh Provinsi Lampung. 2014. Buku Tahunan Hasil Produksi.

Basu Swasta dan Handoko, T. Hani . 2007. Manajemen Pemasaran: Analisa Perilaku Konsumen. Liberty. Yogyakarta.

Desiarista, E. Triastuti, Srirahayu. 2011. Jurnal Skripsi: Analisis Pengaruh Iklan, Kepercayaan Merek, dan Citra Merek terhadap Minat Beli Konsumen. Penerbit Fakultas Ekonomi dan Bisnis. Universitas Diponegoro. Semarang. Vol. 13 No.1.

Djaslim Saladin. 2006. Manajemen Pemasaran. Bandung: Linda Karya.

Ghozali, Imam. 2011. Aplikasi Analisis Multivariat Dengan Program SPSS 20. Universitas Diponegoro, Semarang.

Jefkins, Frank. 2007. Periklanan (advertising) diterjemahkan oleh Haris Munandar, edisi Ketiga. Grafindo. Jakarta.

Keller, Kevin Lane. 2008. Strategic Brand Management: Building, Measuring, and Managing Brand Equity. Third Edition. Pearson International Edition. USA.

Kotler, Philip dan Keller, Kevin Lane. 2009. Manajemen Pemasaran. Jilid 1. Penerbit Erlangga. Jakarta.

Kotler, Philip dan Keller, Kevin Lane. 2009. Manajemen Pemasaran. Jilid 2. Penerbit Erlangga. Jakarta.

Lin, Chien-Hsiung. 2013. The Effect of Brand Images on Purchase Intention in Catering Industry. Pak J. Statist. Taiwan.


(6)

Santoso, Singgih. 2002. Mengolah Data Statistik Secara Profesional. PT Elexmedia Komputindo. Jakarta.

Setiadi, J. Nugroho. 2012. Terjemahan Buku Manajemen Pemasaran. The American Marketing Association. The Free Press. New York.

Shim, Terrence A. 2003. Periklanan dan Promosi: Aspek Tambahan Komunikasi Terpadu. Erlangga. Jakarta.

Sondoh, Stephen L. Jr., Omar, Wan., Maznah., Wahid, Abdul., Nabsiah, Ismail, Ishak., and Harun, Amran. 2007. The Effect of Brand Image on Overall Satisfaction and Loyalty Intention in The Context of Color Cosmetic. Asian Academy of Management Journal. Malaysia.

Palmer, Adrian. 2011. Principles Of Services Marketing, Third Edition. McGraw-Hill Companies. UK (United Kingdom).

Roslina. 2010. Citra Merek dan dimensinya. Jurnal Bisnis & Manajemen. Penerbit Fakultas Ekonomi dan Bisnis Universitas Lampung. Lampung. Sugiyono. 2011. Metode Penelitian Bisnis. Alfabeta. Bandung

Undang-Undang Merek No.15 Tahun 2001 Pasal 1 Ayat 1.

Wicaksono, Muhammad. 2007. Analisis Bauran Pemasaran Terhadap Keputusan Pembelian Konsumen. Bumi Aksara. Jakarta.

Stanton, William J. 2010. Prinsip Pemasaran. Jilid 1. Penerbit Erlangga. Jakarta. www.bps.go.id/menutab.php?kat=2&tabel=1&id_subyek=16

www.dgip.go.id/merek

www.parekraf.go.id/asp/ringkasan.asp?c=111