PENGARUH CITRA MEREK TERHADAP MINAT BELI ULANG PRODUK WELLBORN PADA OU TLET ORAQLE DI BANDAR LAMPUNG

(1)

(2)

ABSTRAK

PENGARUH CITRA MEREK TERHADAP MINAT BELI ULANG PRODUK WELLBORN PADA OUTLET ORAQLE

DI BANDAR LAMPUNG

Oleh

Catra Novandra Satria

Seiring perkembangan dalam dunia bisnis dan teknologi, gaya hidup masyarakat menjadi berubah. Industri Pakaian menunjukan pertumbuhan dengan munculnya merek-merek baru dan semakin meramaikan persaingan di dalamnya. Menyikapi hal itu maka Wellborn mencoba untuk mencari strategi yang dapat menimbulkan minat beli ulang konsumennya.

Masalah yang dihadapi oleh Wellborn adalah penjualan produk yang berfluktuasi pada penjualan produknya, sedangkan minat beli ulang konsumen terhadap produk Wellborn dipengaruhi oleh citra produk yang dimiliki Wellborn pada produk-produknya. Berdasarkan hal tersebut maka permasalahnnya adalah, apakah citra merek yang terdiri dari citra pembuat, citra produk, dan citra pemakai berpengaruh


(3)

Lampung. Hipotesis yang diajukan adalah citra merek yang meliputi citra pembuat, citra pemakai, dan citra produk berpengaruh terhadap minat beli ulang produk Wellborn pada outlet Oraqle di Bandar Lampung.

Metode pengumpulan data untuk menguji hipotesis menggunakan kuesioner yang ditujukan kepada 100 konsumen produk Wellborn. Alat analisis Regresi berganda menunjukkan bahwa terdapat pengaruh dimensi citra merek mempunyai

hubungan yang kuat dengan minat beli ulang konsumen hal ini ditunjukkan dari hasil penghitungan sebesar R2= 0.623 hal ini berarti sumbangan variabel X (Citra Merek) berperan dalam mempengaruhi variabel Y (Minat beli ulang) sebesar 62,3%. Dari hasil uji F didapat hasil F hitung 55.636 yang menunjukan hasil lebih besar dari F tabel yaitu 2,70. Secara parsial pengujian dilakukan dengan uji t., diketahui nilai t hitung pada variabel citra pembuat (X1), citra pemakai (X2), dan citra produk (X3) lebih besar dari t tabel. Hal ini berarti Citra merek yang terdiri dari Citra pembuat, pemakai, dan produk memiliki pengaruh yang positif terhadap minat beli ulang produk Wellborn pada distro Oraqle di Bandar

Lampung. Sehingga dapat disimpulkan bahwa Ha diterima dan Ho ditolak.


(4)

(5)

(6)

(7)

i

DAFTAR ISI

Halaman

DAFTAR ISI ………. i

DAFTAR TABEL ………. iii DAFTAR GAMBAR ……… iv

DAFTAR LAMPIRAN ………. v

I. PENDAHULUAN ... 1

1.1 Latar Belakang ... 1

1.2 Perumusan masalah... 6

1.3 Tujuan Penelitian ………...…….. 6

1.4 Manfaat Penelitian... 7

1.5 Kerangka Pikir ... 7

1.6 Hipotesis ... 10

II. TINJAUAN PUSTAKA ... 11

2.1 Pengertian Pemasaran ………... 11

2.2 Pengertian Manajemen Pemasaran ... 12

2.3 Merek ………... 12

2.3.1 Pengertian Merek ……… 13

2.3.2 Manfaat Merek ……… 13

2.3.3 Tingkatan Merek ……….. 15

2.3.4 Karakteristik Merek ……… 16

2.4 Pengertian Citra ………... 16

2.5 Pengertian Citra Merek ……… 18

2.6 Variabel Citra Merek ……… 18

2.7 Manfaat Citra Merek ……… 20

2.8 Pengertian Perilaku Konsumen ……… 20

2.8.1 Jenis-jenis Perilaku Pembelian Konsumen ……..……… 21

2.9 Pengertian Minat Beli Ulang ………..………... 22


(8)

ii

3.3 Populasi ... 27

3.4 Sampel ... 27

3.5 Data dan Sumber Data ... 28

3.6 Teknik Pengumpulan Data... 29

3.7 Definisi Operasionel Variabel ……… 30

3.8 Metode Analisis Data ……… 31

3.8.1 Uji Validitas ……… 31

3.8.2 Uji Reliabilitas ……… 32

3.9 Teknik Analisis Data ……… 33

3.9.1 Analisis Kualitatif ………... 33

3.9.2 Analisis Kuantitatif ………. 34

3.10 Uji Hipotesis ……… 35

3.10.1 Pengujian Hipotesis Secara Keseluruhan (Uji F) ... 35

3.10.2 Pengujian Hipotesis Secara Parsial (Uji t) ……….. 35

IV. HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN ... 37

4.1 Uji Validitas dan Reliabilitas Kuesioner ... 37

4.1.1 Uji Validitas ... 37

4.1.2 Uji Reliabilitas ... 39

4.2 Tabulasi Silang Identitas Responden ... 41

4.2.1 Tabulasi Jenis Kelamin dan Usia... 41

4.2.2 Tabulasi Silang Pekerjaan dan Jenis Kelamin ... 42

4.2.3 Tabulasi Jenis Penghasilan dan Pekerjaan ………. 42

4.2.4 Tabulasi Jangka Waktu Penggunaan dan Produk yang Dibeli ………. 43

4.3 Distribusi Frekuensi Jawaban Responden ... 44

4.3.1 Tanggapan Tentang Citra Pembuat (X1) ………. 44

4.3.2 Tanggapan Responden tentang Citra Pemakai(X2) ………. 46

4.3.3 Tanggapan responden tentang Citra Produk (X3) ……… 48

4.3.4 Tanggapan Tentang Minat Beli Ulang (Y) ……….. 52

4.4 Analisis Kuantitatif ... 54

4.4.1 Uji Regresi Linier Berganda ... 54

4.4.2 Uji Koefisien Regresi Secara Bersama-sama (Uji F) ... 54

4.4.3 Uji Koefisien Regresi Secara Parsial (Uji t) ………. 56

V. KESIMPULAN DAN SARAN ... 58

5.1 Kesimpulan... 58

5.2 Saran... 59 DAFTAR PUSTAKA


(9)

iii

DAFTAR TABEL

Tabel Halaman

1.1 Jenis Produk dan Harga produk Wellborn Pada Tahun 2012 ... 3

1.2 Penjualan Produk pakaian di Oraqle Tahun 2011 -2012 ……….. 4

1.3 Data Penjualan Produk Wellborn di Oraqle Tahun 2012 ………. 7

2.1 Penelitian terdahulu ……… 25

3.1 Operasional Variabel ……………... 31

3.2 Penentuan Skor Variabel Penelitian ………... …... 34

4.1 Nilai Validitas Variabel Citra Pembuat (X1) ……… . 37

4.2 Nilai Validitas Variabel Citra Pemakai (X2) ……….. 38

4.3 Nilai Validitas Variabel Citra Produk (X3) ………... 38

4.4 Nilai Validitas Variabel Minat Beli Ulang (Y) ……… ……... 38

4.5 Hasil Uji Reliabilitas ………. ……... 40

4.6 Tabulasi Silang antara Jenis Kelamin dan Usia …….......…41

4.7 Tabulasi Silang antara Pekerjaan dan Jenis Kelamin ………... 42

4.8 Tabulasi Silang antara Penghasilan dan Pekerjaan ……….. 43

4.9 Tabulasi Silang antara Waktu Penggunaan Produk dan Produk yang dibeli ... 43

4.10 Hasil Jawaban responden tentang Citra Pembuat ……………... 44

4.11 Skor Variabel Citra Pembuat (X1) ……….. ……... 45

4.12 Hasil Jawaban responden tentang Citra Pemakai ………. 46

4.13 Skor Variabel Citra Pemakai (X2) ………... 47

4.14 Hasil Jawaban responden tentang Citra Produk ………... 48

4.15 Skor Variabel Dimensi Citra Produk (X3) ………..49

4.16 Skor Keseluruhan Variabel Citra Merek (X) ……….50

4.17 Hasil Jawaban responden tentang Minat Beli Ulang ……… … 52

4.18 Skor Variabel Dimensi Minat Beli Ulang (Y) ………. 53

4.19 Analisis Determinasi (R2) ……… 54

4.20 Hasil Uji F ……….. 55

4.21 Hasil Uji t ………...… 56


(10)

iv

DAFTAR GAMBAR


(11)

v

DAFTAR LAMPIRAN

Lampiran

1. Kuesioner Penelitian.

2. Rekapitulasi jawaban 30 Responden. 3. Lampiran Uji Validitas dan Reabilitas

4. Rekapitulasi Jawaban 100 Responden Untuk Uji Regresi Berganda Pengaruh Citra Merek terhadap Minat Beli Ulang

5. Regresi linier berganda dan tabel uji f uji T. 6. Tabel Frekuensi Variabel


(12)

I. PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Perkembangan usaha dewasa ini telah memasuki era globalisasi dan perdagangan bebas. Indonesia harus mempersiapkan diri dengan berbagai macam persaingan dan perubahan - perubahan di segala bidang, khususnya bidang ekonomi. Melihat kondisi tersebut menyebabkan pengusaha semakin dituntut untuk mempunyai strategi yang tepat agar dapat bertahan dalam kondisi persaingan usaha yang semakin ketat saat ini.Perusahaan perlu memanfaatkan sumber dayanya dengan optimal serta berusaha mempengaruhi persepsi konsumen melalui citra merek produknya.

Konsumen melihat citra merek sebagai salah satu bagian penting dari suatu produk, karena citra merek mencerminkan suatu produk. Semakin baik citra merek suatu produk maka dapat mendorong konsumen untuk membeli produk tersebut.

Perkembangan teknologi saat ini lebih memudahkan para konsumen untuk mencari informasi tentang citra merek suatu produk yang ada di pasaran. Konsumen akan dapat membandingkan suatu merek dengan merek yang lain dari citra yang melekat pada merek produk-produk yang ada di pasaran. Inilah yang membuat perusahaan berlomba - lomba membuat citra merek yang positif bagi perusahaannya.


(13)

Perusahaan harus mampu menciptakan citra merek yang menarik sekaligus menggambarkan manfaat produk yang sesuai dengan keinginan dan kebutuhan konsumen sehingga citra merek produk dinilai penting oleh konsumen. Citra yang dinilai baik oleh konsumen akan menambah ketertarikan konsumen terhadap produk tersebut.

Citra merek adalah sekumpulan keyakinan, ide, kesan, dan persepsi dari seseorang, suatu komunitas, atau masyarakat tentang suatu merek atau asosiasi merek yang melekat di benak konsumen Rangkuty (2002) . Konsumen memandang citra merek sebagai bagian yang terpenting dari suatu produk, karena citra merek mencerminkan tentang suatu produk.

Menurut Biel dalam penelitian Setyaningsih dan Didit Darmawan (2004) Citra merek memiliki tiga dimensi pendukung yaitu Citra Pembuat (Corporate image), Citra Pemakai (User image), dan Citra Produk (Product image). Citra pembuat (Corporate image) merupakan sekumpulan asosiasi yang dipersepsikan konsumen terhadap perusahaan yang membuat suatu produk atau jasa. Citra Pemakai (User image) merupakan sekumpulan asosiasi yang dipersepsikan konsumen terhadap pemakai yang menggunakan suatu barang atau jasa. Citra Produk (Product image) yaitu sekumpulan asosiasi yang dipersepsikan konsumen terhadap suatu produk.


(14)

Seiring perkembangan dalam dunia bisnis dan teknologi, gaya hidup masyarakat menjadi berubah. Model pakaian menjadi salah satu faktor yang dapat menunjukan identitas diri seseorang yang memakainya. Masyarakat mulai memperhatikan cara atau gaya berpakaian yang dapat menambah rasa percaya diri dan tingkat prestige dalam ruang lingkup kegiatan sehari-hari. Industri Pakaian menunjukan pertumbuhan dengan munculnya merek-merek baru dan semakin meramaikan persaingan di

dalamnya.

Keanekaragaman produk pakaian yang ada pada saat ini mendorong konsumen untuk melakukan identifikasi citra merek pada saat menentukan suatu merek yang menurut mereka memenuhi kriteria sebuah produk pakaian yang ideal. Untuk menghadapi persaingan ini pelaku industri pakaian harus lebih cermat lagi dalam mengamati perkembangan pasar.

Wellborn adalah sebuah perusahaan yang bergerak di bidang industri pakaian dan berpusat di Kota Bandung. Wellborn mempunyai sistem saluran promosi yang memungkinkan perusahaan dapat berinteraksi dengan konsumen secara langsung dengan membuat website resmi yang dapat di akses 24 jam untuk pelayanan

konsumen dan promosi produk terbarunya. Promosi lewat media cetak dan elektronik juga dilakukan oleh Wellborn melalui radio dan majalah.

Wellborn menggunakan teknik sablon manual (screen printing) dalam proses pembuatan produk-produknya. Wellborn percaya bahwa dengan sablon manual produk yang dihasilkan lebih baik ketimbang dengan menggunakan teknologi sablon


(15)

modern atau menggunakan mesin sablon. Dengan teknik sablon manual Wellborn membuat produk yang berbeda dengan merek lain yang bergerak dalam industri sejenis. Wellborn menampilkan bahwa ide, desain, dan kualitas bahannya lebih baik dari merek lainnya. Adapun jenis produk dan harga dari Wellborn dapat dilihat pada Tabel 1.1

Tabel 1.1 Jenis Produk dan Harga produk Wellborn Pada Tahun 2012

Jenis Produk Harga (Rp)

Kaos 120.000

Kemeja 200.000

Jeans ( Chino ) 385.000

Jaket 250.000

Tas 230.000

Sumber : Distro Oraqle, April 2013

Pada Tabel 1.1 dapat dilihat bahwa Wellborn yang bergerak dalam industri pakaian mengeluarkan produk seperti kaos, kemeja, celana, jaket, dan tas. Distributor produk Wellborn untuk wilayah Bandar Lampung adalah Distro Oraqle. Oraqle menjalin kerjasama dengan Wellborn dari tahun 2011 sampai dengan saat ini. Oraqle tidak hanya menjual merek Wellborn saja tapi menjual merek – merek produk pakaian lainnya seperti: Rockmen, Evil, Screamous, Eat 347, dan lain - lain.

Hal ini yang menimbulkan kompetisi dalam penjualan produk di Distro Oraqle. Kompetisi tersebut akan terus berlanjut karena beberapa merek baru terus

bermunculan dengan berbagai macam varian seperti: Rockmen, Evil, Screamous, Wellborn, Eat347 dan lain - lain. Berikut adalah data penjualan produk pakaian di Distro Oraqle :


(16)

Tabel 1.2 Penjualan Produk pakaian di Oraqle Tahun 2011 -2012 Merek Penjualan (unit) Total

penjualan (unit)

Perubahan (%)

Pangsa Pasar

2011 2012 2011 2012

Evil 2.225 2.000 4.225 -(11,25) % 18,0% 16,5%

Wellborn 1.975 2.300 4.275 14,13 % 18,9% 20,3% Screamous 1.800 1.750 3.550 -(2,85) % 10,5% 10,4%

Eat 347 1.900 1.950 3.850 2,56 % 8,0% 8,3%

Rockmen 1.500 1.650 3.150 9,09 % 7,3% 7,7%

Sumber : Distro Oraqle, April 2013

Berdasarkan Tabel 1.2 dapat dilihat bahwa Wellborn bersaing secara ketat dengan Evil dalam penjualan di Distro Oraqle. Wellborn mengalami peningkatan penjualan produk yang signifikan pada periode tahun 2011 hingga tahun 2012. Wellborn menunjukan bahwa ide, desain, dan kualitas bahan yang mereka gunakan berhasil menarik konsumen dan membuat citra merek yang positif dalam persaingan di industri pakaian.

Konsumen lebih tertarik dengan produk Wellborn daripada pesaing terdekatnya Evil karena Wellborn menggunakan teknik sablon yang berbeda serta desain-desain yang lebih fresh daripada Evil dan para pesaing lainnya. Kualitas bahan baku yang dipakai oleh Wellborn berbeda dengan pesaing-pesaingnya, bahannya lebih unggul dalam tingkat penyusutan bahan dan warna yang digunakan.

Penjualan produk Wellborn juga menjadi acuan untuk citra merek yang di buat oleh Wellborn mempunyai efek yang positif dalam mempengaruhi minat beli ulang konsumen di Kota Bandar Lampung. Berikut adalah data penjualan produk Wellborn pada Distro Oraqle :


(17)

Tabel 1.3 Data Penjualan Produk Wellborn di Oraqle Tahun 2012

Sumber :Distro Oraqle, April 2013

Dari data dari Tabel 1.3 maka dapat dilihat bahwa penjualan produk Wellborn berfluktuasi hampir setiap bulannya. Walaupun terjadi fluktuasi, pada tahun 2012 pada Tabel 1.3 Wellborn bergerak positif atau mengalami peningkatan dalam penjualan produk di Distro Oraqle selaku distributor resmi produknya di Bandar Lampung. Data diatas menunjukan bahwa citra merek yang melekat pada produk Wellborn membuat penjualan produknya berangsur-angsur naik..

Memperhatikan gambaran-gambaran atau penjelasan di atas maka dilakukan penelitian lebih lanjut dengan judul:

”Pengaruh Citra Merek terhadap Minat Beli Ulang Produk Wellborn Pada Outlet Oraqle di Bandar Lampung.

Bulan Total Penjualan (unit) Persentase kenaikan penjualan (%)

Januari 150 -

Februari 150 -

Maret 175 12,5%

April 175 -

Mei 150 -(12,5%)

Juni 175 12,5%

Juli 200 12,5%

Agustus 200 -

September 250 25%

Oktober 225 12,5%

November 225 -

Desember 200 -(12,5%)


(18)

1.2 Perumusan masalah

Wellborn sebagai salah satu produsen yang bergerak di industri pakaian menghadapi banyak pesaing yang sudah lebih dulu bergerak di bidang tersebut. Persaingan menjadi salah satu masalah yang dihadapi Wellborn saat ini. Banyaknya produsen dan merek baru semakin membuat konsumen lebih cermat dan teliti dalam memilih kualitas produk serta citra yang dibuat oleh perusahaan itu sendiri.

Masalah yang dihadapi adalah penjualan produk yang berfluktuasi dan penguasaan pangsa pasar pada penjelasan di Tabel 1.2 dan Tabel 1.3 membuat Wellborn harus memperhatikan citra merek menjadi lebih positif agar dapat bersaing dengan merek lainnya. Hal ini perlu dilakukan untuk membuat konsumen melakukan pembelian produk Wellborn. Naiknya volume penjulan produk Wellborn yang terdiri dari kaos oblong, kemeja, jaket, celana dan tas pada Tabel 1.2 membuat peneliti mengangkat permasalahan:

“Apakah dimensi Citra Merek berpengaruh terhadap minat beli ulang produk merek Wellborn?”

1.3 Tujuan Penelitian

Adapun tujuan dari penelitian ini adalah :

Untuk mengetahui pengaruh dimensi Citra Merek terhadap Minat Beli Ulang produk Wellborn pada outlet Oraqle di Bandar Lampung.


(19)

1.4 Manfaat Penelitian

Dengan adanya penelitian ini diharapkan dapat memberikan manfaat :

1. Kepada perusahaan agar dapat membuat citra merek produknya menjadi semakin berkembang di masa depan.

2. Menjadi masukan bagi pengembangan ilmu pengetahuan yang berhubungan dengan disiplin ilmu ekonomi khususnya Manajemen Pemasaran.

3. Sebagai bahan referensi bagi peneliti lain yang tertarik mengangkat permasalahan serupa.

1.5 Kerangka Pikir

Konsumen saat ini sangat kritis dalam memilih suatu produk, keputusan untuk membeli suatu produk sangat dipengaruhi oleh penilaian akan kualitas dan merek produk tersebut. Berbagai upaya dilakukan perusahaan dalam rangka pencitraan merek produk yang mereka miliki di antaranya inovasi teknologi yang dimiliki produk tersebut dan promosi yang tepat sasaran. Semakin baik citra merek produk yang dijual maka akan berdampak pada keputusan pembelian oleh konsumen.

Menurut Kotler dan Keller (2009) citra merek adalah sejumlah keyakinan tentang merek. Citra merek merupakan hasil dari pandangan atau penelitian konsumen terhadap suatu merek baik atau buruk. Hal ini berdasarkan pertimbangan atau menyeleksi dengan membandingkan perbedaan yang terdapat pada beberapa merek,


(20)

sehingga merek yang penawarannya sesuai dengan kebutuhan akan terpilih. Dalam sebuah citra merek terkandung beberapa hal yang menjelaskan tentang merek sebagai produk, merek sebagai organisasi merek sebagai simbol. Citra merek bisa juga

tercipta dari faktor-faktor lainnya. Citra merek tercipta bisa dengan waktu yang sangat lama bisa juga dengan waktu yang singkat. Hal ini tergantung cara perusahaan itu sendiri bagaimana cara membangun citra merek dan memeliharanya. Citra merek yang baik membuat konsumen untuk melakukan keputusan pembelian

Berdasarkan penelitian Setyaningsih dan Didit Darmawan (2004). Citra merek memiliki tiga dimensi pendukung yaitu Citra Pembuat (Corporate image), Citra Pemakai (User image), dan Citra Produk (Product image).

Citra pembuat (Corporate image) indikatornya meliputi nama besar perusahaan, layanan perusahaan dan jaringan perusahaan. ), Citra yang ada dalam perusahaan itu sendiri. Perusahaan sebagai organisasi berusaha membangun Citranya dengan tujuan tak lain agar nama perusahaan ini bagus, sehingga akan mempengaruhi segala hal mengenai apa yang dilakukan oleh perusahaan.

Citra Pemakai (User image) indikatornya yaitu gaya, gaul, percaya diri, dan mewah. dapat dibentuk langsung dari pengalaman dan kontak dengan pengguna merek

tersebut. Manfaat adalah nilai pribadi konsumen yang diletakkan terhadap atribut dari produk atau layanan yaitu apa yang konsumen pikir akan mereka dapatkan dari produk atau layanan tersebut.

Citra Produk (Product image) yaitu sekumpulan asosiasi yang dipersepsikan


(21)

berdampak positif maupun negatif yang berkaitan dengan kebutuhan, keinginan, dan harapan konsumen

Keputusan pembelian oleh konsumen adalah keputusan yang melibatkan persepsi terhadap produk, persepsi terhadap perusahaan dan persepsi terhadap pemakai. Disinilah kita melihat sejauh mana merek dapat memengaruhi penilaian konsumen dengan citra merek dari produk tersebut. Sedangkan minat beli ulang merupakan sesuatu yang berhubungan dengan rencana konsumen untuk membeli produk tertentu serta berapa banyak unit produk yang dibutuhkan pada periode tertentu hal ini

dijelaskan oleh Howard (1994) dalam Durianto dan Liana (2004).

Minat beli ulang merupakan komponen dari perilaku mengkonsumsi suatu produk yang membuat minat beli menjadi tahap kecendrungan seorang konsumen atau responden bertindak sebelum keputusan membeli benar – benar dilaksanakan. Sedangkan minat membeli ulang merupakan minat membeli produk yang telah dilakukan di masa lalu

Gambar 1.1 Paradigma Penelitian Citra Merek (X) Tiga dimensi pendukung : 1.Citra Pembuat

2.Citra Produk 3.Citra Pemakai

(Biel dalam penelitian Setyaningsih & Didit Darmawan (2004))

Minat Beli Ulang (Y)


(22)

1.6 Hipotesis

Berdasarkan masalah pokok yang telah dikemukakan, maka hipotesis yang diajukan adalah :

“Citra merek yang meliputi citra pembuat, citra pemakai, dan citra produk berpengaruh terhadap minat beli ulang produk Wellborn Pada Outlet Oraqle di Bandar Lampung”.


(23)

II. TINJAUAN PUSTAKA

2.1 Pengertian Pemasaran

Pemasaran merupakan suatu faktor penting dalam suatu siklus yang bermula dan berakhir dengan kebutuhan. Pemasar harus dapat menafsirkan, mengidentifikasi kebutuhan dan keinginan konsumen, mengembangkan produk, menetapkan harga, mempromosikan produk secara efektif, mendistribusikan produk serta

mengkombinasikannya dengan data pasar seperti lokasi konsumen, jumlah dan keseluruhan konsumen.

Menurut Kotler dan Keller (2009)

Pemasaran adalah mengidentifikasi dan memenuhi kebutuhan manusia dan sosial atau suatu usaha memenuhi kebutuhan dengan cara yang

menguntungkan.

Dari definisi di atas dapat disimpulkan bahwa pemasaran mencakup segala proses untuk memperoleh apa yang diinginkan individu dan organisasi melalui pertukaran dan penciptaan barang dan jasa yang dapat memuaskan kebutuhan dan keinginan individu dan organisasi. Selain itu, dalam pemasaran diperlukan suatu cara untuk mengatur proses pertukaran yaitu Manajemen Pemasaran.


(24)

2.2 Pengertian Manajemen Pemasaran

Manajemen Pemasaran terjadi ketika setidaknya satu pihak dalam sebuah pertukaran potensial berpikir tentang cara – cara untuk mencapai respons yang diinginkan pihak lain.

Menurut Kotler dan Keller (2009)

Manajemen Pemasaran sebagai seni dan ilmu memilih pasaran dan meraih, mempertahankan, serta menumbuhkanpelanggan dengan menciptakan, menghantarkan, dan mengkomunikasikan nilai pelanggan yang unggul.

Beradasarkan definisi tersebut di atas dapat disimpulkan bahwa manajemen

pemasaran adalah suatu kegiatan yang sangat kompleks dan kuat yang memerlukan perhatian dari pimpinan perusahaan atau organisasi agar tujuan organisasi perusahaan dapat tercapai.

2.3 Merek

Merek adalah salah satu atribut yang penting dari sebuah produk yang

penggunaannya pada saat ini sudah sangat meluas. Keahlian paling unik dari pemasar adalah kemampuannya menciptakan, memelihara, melindungi dan meningkatkan merek. Para pemasar mengatakan bahwa pemberian merek adalah seni dan bagian penting dalam pemasaran. Merek juga dapat membantu perusahaan memperluas lini produk serta mengembangkan posisi pasar yang spesifik bagi suatu produk.

Sebagai aset perusahaan yang tak ternilai harganya, pengelolaan merek merupakan suatu permasalahan yang sangat serius bagi produsen. Pengelolaan ini dilakukan sebaik mungkin sehingga konsumen bisa mengidentifikasi sebuah produk, agar


(25)

terjalin suatu hubungan antara konsumen dengan produk yang dipasarkan. Salah satu yang menjadi pertimbangan konsumen dalam mengambil keputusan membeli adalah merek.

2.3.1 Pengertian Merek

Merek merupakan janji penjual untuk secara konsisten memberikan

keistimewaan, manfaat dan jasa tertentu kepada pembeli. Merek-merek terbaik memberikan jaminan mutu. Agar dapat memberikan gambaran yang lebih jelas mengenai pengertian merek, berikut ini pengertian merek menurut para ahli : Menurut Bilson Simamora (2001)

Merek adalah nama, tanda, istilah, simbol, desain, atau kombinasinya yang ditujukan untuk mengidentifikasi dan mendiferensiasi

(membedakan) barang atau layanan suatu penjual dari barang atau layanan penjual lain.

Menurut Kotler dan Amstrong (2003)

Merek adalah suatu nama, kata, tanda, symbol, atau desain atau kombinasi dari semuanya yang mengidentifikasikan pembuat atau penjual produk dan jasa tertentu. Dari pengertian-pengertian di atas simbol, tanda mengidentifikasi produk dan membedakan perusahaan dengan produk asing.

2.3.2 Manfaat Merek

Belakangan ini, hampir semua produk diberi merek bahkan produk-produk yang sebelumnya tidak memerlukan merek. Merek sangat diperlukan oleh suatu produk, karena selain merek memiliki nilai yang kuat merek juga bermanfaat bagi konsumen, produsen, publik, seperti yang dikemukakan oleh Bilson Simamora (2001), yaitu:


(26)

a. Bagi konsumen, manfaat merek adalah :

1) Merek dapat menceritakan sesuatu kepada pembeli tentang mutu. 2) Merek membantu menarik perhatian pembeli terhadap produk-produk

baru yang mungkin bermanfaat bagi mereka.

b. Bagi produsen, manfaat merek adalah :

1) Merek memudahkan penjual mengolah pesanan dan menelusuri masalah- masalah yang timbul.

2) Merek memberikan perlindungan hukum atas keistimewaan atau ciri khas produk.

3) Merek memungkinkan menarik sekelompok pembeli yang setia dan menguntungkan.

4) Merek membantu penjual melakukan segmentasi pasar.

c. Bagi publik, merek bermanfaat dalam hal :

1) Pemberian Merek memungkinkan mutu produk lebih terjamin dan lebih konsisten.

2) Merek meningkatkan efisiensi pembeli karena Merek dapat menyediakan informasi tentang produk dan dimana membelinya. 3) Meningkatkan inovasi produk baru, karena produsen terdorong untuk


(27)

2.3.3 Tingkatan Merek

Pada hakikatnya, merek mengidentifikasi penjual dan pembeli. Merek dapat berupa nama, merek dagang, logo atau symbol lain. Merek memiliki enam level pengertian menurut Kotler dan Keller (2009) :

1. Atribut, Merek pertama-tama mengingatkan orang pada atribut-atribut tertentu. Atribut tersebut mencirikan produk sehingga menjadi hal pertama yang diingat oleh konsumen.

2. Manfaat, pelanggan tidak hanya membeli atribut, mereka juga membeli manfaat. Oleh karena itu, atribut harus diterjemahkan menjadi manfaat fungsional dan emosional.

3. Nilai, Merek juga mencerminkan sesuatu mengenai nilai-nilai oleh pembeli. Yang dinilai oleh pembeli adalah prestasi, keamanan dan persentase tinggi. Pemasar harus mengetahui nilai yang sesuai dengan paket manfaat yang diinginkan oleh konsumen.

4. Budaya, Merek mencerminkan budaya tertentu.

5. Kepribadian, Merek juga menggambarkan kepribadian. Konsumen biasanya mencocokkan kepribadian mereka yang sesuai dengan Merek.

6. Pemakai, Merek yang menunjukkan jenis konsumen yang membeli atau menggunakan produk.

Jika suatu perusahaan memperlakukan merek hanya sebagai nama, maka perusahaan tersebut tidak melihat tujuan perusahaan yang sebenarnya.


(28)

Tantangan dalam pemberian merek adalah mengembangkan satu kumpulan makna yang mendalam untuk merek tersebut.

2.3.4 Karakteristik Merek

Setelah diputuskan untuk member merek pada produk, selanjutnya perlu diputuskan merek apa yang digunakan. Merek apapun yang digunakan

semestinya mengandung sifat berikut ini seperti yang dikemukakan oleh Bilson Simamora (2001) :

1. Mencerminkan manfaat dan kualitas 2. Singkat dan sederhana

3. Mudah diucapkan, didengar, dibaca, dan diingat

4. Memiliki kesan berbeda dari merek-merek yang sudah ada

5. Mudah diterjemahkan ke dalam bahasa asing dan tidak mengandung konotasi negatif dalam bahasa asing

6. Dapat didaftarkan dan mendapat perlindungan hukum sebagai hak paten.

Setiap perusahaan dalam menentukan merek bagi produknya harus mempunyai dan memenuhi karakteristik di atas. Apabila merek sudah mempunyai dan memenuhi karakteristik tersebut, maka merek itu dapat diterima konsumen. 2.4 Pengertian Citra

Citra merupakan suatu komponen pendukung bagi sebuah merek, dimana ia mewakili “wajah” dan juga mutu suatu produk. Jika merek ibarat mengenal manusia dari namanya, maka Citra bagaikan kesan yang kita lihat dari manusianya.

Citra merupakan suatu hal yang penting bagi produsen, sebab Citra adalah salah satu kriteria yang digunakan konsumen dalam membuat keputusan membeli. Untuk itu,


(29)

produsen perlu membangun Citra yang baik di mata konsumen dengan usaha yang keras, karena belum tentu apa yang diproyeksikan sama dengan apa yang

dipersepsikan oleh konsumen.

Menurut Kotler dan Keller (2009)

Citra adalah persepsi masyarakat terhadap perusahaan atau produknya.

Pengertian Citra secara umum, merupakan sekumpulan keyakinan, ide, kesan, dan persepsi dari seseorang, suatu komunitas, atau masyarakat terhadap suatu produk, merek, figur, organisasi, perusahaan bahkan Negara yang dibentuk melalui suatu proses informasi yang diperoleh melalui berbagai sumber.

Menurut Kotler dan Keller (2009) Citra yang positif mempunyai 3 fungsi, yaitu : 1. Membentuk karakter produk atau perusahaan.

2. Citra membentuk karakter tersebut dengan cara tersendiri, sehingga tidak keliru dengan pesaing.

3. Citra menyalurkan kekuatan emosional.

Citra lahir dari suatu persepsi dan setiap oran akan memiliki persepsi yang berbeda dari objek yang sama karena ada tiga proses pembentukan

persepsi, yaitu :

a. Selective Attention. Dimana individu tidak dapat merawat seluruh stimuli atau rangsangan yang diterima karena kapasitas untuk


(30)

memperoleh stimuli tersebut terbatas, maka rangsangan-rangsangan tersebut diseleksi.

b. Selective Distortion. Kecenderungan untuk merubah informasi yang didapat menjadi sesuai dengan yang diduga olehnya.

c. Selective Retention. Individu mempunyai kecenderungan untuk merubah informasi tetapi mereka akan tetap menyimpan informasi yang mendukung sikap dan kepercayaan mereka.

2.5 Pengertian Citra Merek

Dalam sebuah Citra Merek terkandung beberapa hal yang menjelaskan tentang merek sebagai produk, merek sebagai organisasi merek sebagai simbol.

Menurut Rangkuty (2002)

Citra Merek adalah sekumpulan asosiasi merek yang terbentuk dibenak konsumen.

Menurut Kotler dan Keller (2009)

Citra Merek adalah sejumlah keyakinan tentang merek.

Citra Merek bisa juga tercipta dari faktor-faktor lainnya. Citra Merek tercipta bisa dengan waktu yang sangat lama bisa juga dengan waktu yang singkat. Hal ini tergantung dengan perusahaan itu sendiri bagaimana cara membangun Citra Merek dan memeliharanya.

2.6 Variabel Citra Merek

Menurut Biel dalam jurnal penelitian Setyaningsih dan Didit Darmawan (2004) variabel Citra Merek adalah :


(31)

1. Citra Pembuat (Corporate Image), citra yang ada dalam perusahaan itu sendiri. Perusahaan sebagai organisasi berusaha membangun Citranya dengan tujuan tak lain agar nama perusahaan ini bagus, sehingga akan

mempengaruhi segala hal mengenai apa yang dilakukan oleh perusahaan.

2. Citra Pemakai (User Image), dapat dibentuk langsung dari pengalaman dan kontak dengan pengguna merek tersebut. Manfaat adalah nilai pribadi konsumen yang diletakkan terhadap atribut dari produk atau layanan yaitu apa yang konsumen pikir akan mereka dapatkan dari produk atau layanan tersebut.

3. Citra Produk (Produk Image), citra konsumen terhadap suatu produk yang dapat berdampak positif maupun negative yang berkaitan dengan

kebutuhan, keinginan, dan harapan konsumen.

Sedangkan menurut Sutisna (2001), Citra Merek memiliki 3 variabel pendukung, yaitu :

1. Citra Pembuat (Corporate Image) merupakan sekumpulan asosiasi yang dipersepsikan konsumen terhadap perusahaan yang membuat suatu produk atau jasa.

2. Citra Pemakai (User Image) merupakan sekumpulan asosiasi yang dipersepsikan konsumen terhadap pemakai yang menggunakan suatu barang atau jasa.


(32)

3. Citra Produk (Product Image) merupakan sekumpulan asosiasi yang dipersepsikan konsumen terhadap suatu produk.

2.7 Manfaat Citra Merek

Pandangan konsumen terhadap suatu merek merupakan hal yang sangat penting dalam strategi pemasaran. Suatu citra dapat membantu perusahaan untuk mengetahui apakah strategi pemasaran yang dijalankan sudah tepat atau belum. Menurut Sutisna (2001), ada beberapa manfaat dari citra merek yang positif, yaitu :

1. Konsumen dengan Citra yang positif terhadap suatu Merek, lebih memungkinkan untuk melakukan pembelian.

2. Perusahaan dapat mengembangkan lini produk dengan memanfaatkan Citra positif yang telah terbentuk terhadap Merek produk lama.

3. Kebijakan family branding dan leverage branding dapat dilakukan jika Citra Merek produk yang telah ada positif.

2.8 Pengertian Perilaku Konsumen

Perilaku konsumen terpusat pada ciri individu mengambil keputusan untuk memanfaatkan sumber daya mereka yang sudah tersedia seperti waktu, uang, dan usaha guna memperoleh barang-barang yang berhubungan dengan konsumsi. Perilaku konsumen dapat dipengaruhi oleh ilmu pengetahuan seperti psikologi, sosiologi, sosial, antropologi, dan juga ilmu ekonomi, sehingga dapat dikatakan bahwa perilaku kosumen merupakan gabungan dari semua bidang ilmu.


(33)

Menurut Kotler diterjemahkan oleh Molan (2005)

Perilaku konsumen adalah mempelajari cara individu, kelompok dan organisasi memilih, membeli, memakai serta memanfaatkan barang, jasa, gagasan, atau pengalaman dalam rangka memuaskan kebutuhan dan hasrat mereka.

Dari pengertian tersebut dapat disimpulkan bahwa perilaku konsumen adalah suatu proses pengambilan keputusan seseorang untuk melakukan pembelian dan

menggunakan barang atau jasa dengan melakukan tindakan yang langsung terlibat untuk memperoleh barang atau jasa yang diharapkan dapat memenuhi kebutuhan dan keinginan mereka.

2.8.1 Jenis-jenis Perilaku Pembelian Konsumen

Kotler yang diterjemahkan oleh Molan (2005) membagi empat jenis perilaku pembelian konsumen berdasarkan tingkat keterlibatan pembeli dan tingkat perbedaan antara merek, yaitu :

1. Complex Buying Behaviour (Perilaku pembeli yang kompleks) Dalam perilaku pembelian yang rumit terdiri dari tiga tahap, yaitu :

a) Pembelian mengembangkan keyakinan mengenai produk tertentu.

b) Mengembangkan dan membangun sikap terhadap produk tersebut.


(34)

Konsumen termasuk ke dalam Complex Buying Behaviour ketika mereka sangat dilibatkan dalam pembelian dan sadar akan perbedaan signifikan di antara Merek.

2. Dissonance-Reducing Buyer Behaviour (Perilaku pembelian yang mengurangi ketidakefisienan).

Kadang-kadang konsumen sangat terlibat dalam pembelian tetapi melihat sedikit perbedaan di antara Merek. Keterlibatan tinggi didasari oleh fakta bahwa pembelian mahal, jarang dilakukan, dan berisiko.

3. Habitual Buying Behaviour (Perilaku pembelian karena kebiasaan) Banyak produk dibeli di bawah kondisi keterlibatan konsumen rendah dan

tidak ada perbedaan nyata di antara berbagai Merek.

4. Variety-Seeking Buying Behaviour (Perilaku pembeli mencari keragaman) Beberapa situasi pembelian dikarakteristikan oleh keterlibatan rendah,

tetapi perbedaan Merek yang signifikan. Konsumen banyak melakukan pertukaran Merek, hal ini terjadi karena alasan variasi bukan karena ketidakpuasan.

2.9 Pengertian Minat Beli Ulang

Keputusan pembelian ulang konsumen merupakan suatu keputusan konsumen untuk membeli produk lebih dari satu kali dimana keputusan ini juga diiringi faktor-faktor yang mempengaruhinya, terutama tentang informasi mengenai produk yang akan mereka dapatkan.


(35)

Menurut Howard (1994) dalam Durianto dan Liana (2004), minat beli ulang merupakan sesuatu yang berhubungan dengan rencana konsumen untuk membeli produk tertentu serta berapa banyak unit produk yang dibutuhkan pada periode tertentu

Minat beli ulang merupakan komponen dari perilaku mengkonsumsi suatu produk yang membuat minat beli menjadi tahap kecendrungan seorang konsumen atau responden bertindak sebelum keputusan membeli benar – benar dilaksanakan.

Sedangkan minat membeli ulang merupakan minat membeli produk yang telah dilakukan di masa lalu.

Menurut Margaretha (2008)

Minat beli ulang (repurchase intention), merupakan minat pembelian ulang yang menunjukan keinginan pelanggan untuk melakukan pembelian ulang. Menurut Bilson Simamora (2003)

Konsumen mendapatkan informasi tentang preferensi atau keinginan mereka untuk membuat keputusan terakhir apakah akan membeli secara berulang-ulang atau tidak. Konsumen mempunyai kebutuhan akan mencari manfaat tertentu dari suatu atribut produk dan diferensiasi produk.

Dari beberapa definisi diatas dapat disimpulkan bahwa minat beli ulang terjadi dari beberapa faktor yang terdapat di dalam suatu produk. Salah satunya adalah citra merek yang mempengaruhi persepsi konsumen dalam menilai suatu produk. 2.10 Pengaruh Citra Merek Terhadap Minat Beli Ulang

Menurut Andreani et al (2012)

Pembelian ulang dipengaruhi oleh faktor citra merek yang positif, karena dengan citra merek yang kuat dapat menyebabkan konsumen menjadi loyal dan citra merek yang kuat dapat membuat pelanggan melakukan pembelian secara berulang-ulang.


(36)

Minat (intention) dapat digambarkan sebagai situasi seseorang sebelum melakukan suatu tindakan (over action), yang dapat dijadikan dasar untuk memprediksi perilaku atau tindakan tersebut.

Menurut Ogilvy &Mather dalam Andreani et al (2012), juga mengatakan bahwa citra merek yang kuat dapat membuat pelanggan melakukan pembelian secara berulang-ulang.

Berdasarkan uraian di atas dapat disimpulkan bahwa citra merek merupakan salah satu faktor seorang konsumen dalam melakukan pembelian ulang, karena citra merek yang positif tersebut dapat membuat konsumen melakukan pembelian secara

berulang-ulang.

Dengan penjelasan beberapa teori yang telah dibahas sebelumnya maka konsep minat beli ulang dalam penelitian ini diartikan kecendrungan konsumen untuk membeli suatu merek atau mengambil tindakan yang berhubungan dengan minat pembelian produk kembali yang telah dilakukan di masa lalu. Maka variabel minat beli yang terbentuk adalah sebagai berikut :

1. Frekuensi Pembelian, berapa kali konsumen membeli produk Wellborn.

2. Komitmen Pelanggan, apakah konsumen akan membeli produk Wellborn

kembali

3. Rekomendasi Positif, konsumen akan membeli produk Wellborn kembali setelah Wellborn mengeluarkan produk baru dan memperbaiki kinerja pelayanannya


(37)

Tabel 2.1 Penelitian terdahulu

Peneliti Judul Hasil Penelitian

1. Nila Kasuma Dewi,SE, Gus Andri,SE.,MM, Sepris

Yonaldi,SE.,M M

Pengaruh Iklan, Citra Merek, dan Kepuasan Konsumen Terhadap Loyalitas Konsumen dalam Menggunakan Vaseline Hand and Body Lotion di Kota Padang ( Studi Kasus Di PT. Unilever Cabang Padang)

Variabel Iklan, Citra Merek, Kepuasan Konsumen secara bersama-sama mempunyai pengaruh yang signifikan terhadap Loyalitas Konsumen Vaseline Hand and Body Lotion di kota Padang. Hal ini berarti, dengan adanya variabel tersebut akan mempengaruhi Loyalitas Pelanggan Vaseline Hand and Body Lotion di kota Padang. 2. Ari Bagus

Wiyono

Pengaruh Brand image atau citra merek terhadap keputusan pembelian konsumen

Citra merek berpengaruh pada keputusan pembelian serta penjelasan tentang faktor-faktor yang mempengaruhinya

3. Adhi Laksita Winda Pradini

Analisis Pengaruh Kualitas Layanan dan Brand Image terhadap Minat beli Ulang pada restoran KFC

Pelayanan perusahaan

berpengaruh terhadap minat beli ulang, citra merek menjadi faktor terbesar dalam minat beli ulang.


(38)

III. METODE PENELITIAN

3.1 Desain Penelitian

Dalam penelitian ini objek penelitian adalah perusahaan yang bergerak dalam industri pakaian yaitu Wellborn. Penelitian ini dilakukan di Oraqle sebagai distributor resmi produk Wellborn di Bandar Lampung. Dalam melaksanakan penelitian ini, desain penelitian yang digunakan untuk mengetahui pengaruh citra merek terhadap keputusan pembelian konsumen adalah desain deskriptif dan desain kausal dimana disebut desain deskriptif karena menggunakan analisis regresi dengan menggunakan metode survey, dan desain kausal menggunakan metode kausalitas.

3.2 Jenis dan Pendekatan Penelitian

Adapun jenis data yang digunakan dalam uraian ini adalah sebagai berikut:

1. Data Kuantitatif

Merupakan data yang berbentuk angka atau bilangan. Sesuai dengan bentuknya, data kuantitatif dapat diolah atau dianalisis menggunakan teknik perhitungan matematika atau statistika.


(39)

2. Data Kualitatif

Merupakan data yang berbentuk kata – kata bukan dalam bentuk angka. Data kualitatif diperoleh melalui berbagai macam teknik pengumpulan data. Sedangkan pendekatan yang digunakan adalah pendekatan survei yaitu penelitian yang

mengambil sampel dari populasi dan menggunakan kuisioner sebagai alat pengumpulan data yang pokok

3.3 Populasi

Penelitian ini difokuskan pada masyarakat di Kota Bandar Lampung yang membeli di Distro Oraqle dan memakai produk merek Wellborn dalam kehidupan sehari-harinya. Penelitian dilakukan di lokasi ini atas berbagai pertimbangan seperti adanya berbagai latar belakang hidup, kebiasaan, sifat, kultur, sosial dan tingkat ekonomi yang ada di dalamnya sehingga secara tidak langsung mempengaruhi pola perilaku mereka dalam kehidupan sehari-hari termasuk juga dalam hal melakukan pembelian.

3.4 Sampel

Sampel adalah sebagaian untuk diambil dari keseluruhan obyek yang diteliti dan dianggap mewakili seluruh populasi. Oleh karena itu peneliti hanya mengambil sampel dengan menyebarkan kuesioner paa konsumen pemakai produk Wellborn dan konsumen yang sedang melakukan pembelian di Distro Oraqle.

Pada penelitian ini peneliti menggunakan simple random sampling untuk


(40)

setiap unit sampling sebagai unsur populasi yang terkecil memperoleh peluang yang sama untuk menjadi sampel atau untuk mewakili populasi.

Hair (2006) menyarankan bahwa jumlah sampel penelitian yang tidak diketahui jumlah populasi pastinya, minimal berjumlah lima kali variabel yang dianalisa atau indikator pertanyaan. Jumlah indikator pertanyaan dari penelitian ini berjumlah 14, maka diperoleh hasil perhitungan sampel sebagai berikut:

Jumlah sampel = 5 x indikator variabel = 5 x 14 indikator variabel

= 70 sampel = (dibulatkan) 100 responden

Sampel dijadikan menjadi 100 responden karena seperti yang dikemukakan oleh Hair (2006) bahwa data yang diolah dengan regresi linier berganda, jumlah sampel

minimal 50 responden dan lebih disarankan 100 responden bagi kebanyakan situasi penelitian. Sehingga besarnya sampel dalam penelitian ini adalah 100 responden agar lebih memudahkan pengumpulan data penelitian.

Penelitian ini difokuskan pada masyarakat di Kota Bandar Lampung yang membeli di Distro Oraqle dan memakai produk merek Wellborn .

3.5 Data dan Sumber Data

Sumber data yang digunakan didapat dari pengumpulan data dari objek penelitian dimana dalam hal ini Wellborn company dan Outlet Oraqle serta dari kuesioner yang disebar langsung kepada konsumen.


(41)

Data yang digunakan dalam penulisan ini adalah :

1. Data Primer, yaitu data yang diperoleh penulis langsung dari responden pemakai produk Wellborn dalam bentuk wawancara serta tanggapan tertulis responden terhadap sejumlah pertanyaan yang diajukan dalam kuesioner penelitian.

2. Data Sekunder, yaitu data pendukung yang diperoleh penulis dari beberapa sumber yang dinilai mempunyai relevansi dengan penelitian ini.

3.6 Teknik Pengumpulan Data

Guna memperoleh data yang lengkap untuk menunjang penulisan ini, maka diadakan pengumpulan data melalui :

a. Penelitian Kepustakaan (library research), penelitian yang dilakukan dengan membaca literatur, laporan-laporan tertulis, dan bahan-bahan referensi lainnya sebagai landasan teori dalam penelitian.

b. Penelitian lapangan (field research), penelitian dengan mengadakan peninjauan langsung pada lokasi perusahaan dengan maksud memperoleh data primer dan informasi penting melalui observasi dan kuesioner.

1) Observasi, teknik pengumpulan data dengan cara mengamati dan meninjau secara langsung ke perusahaan yang diteliti.

2) Wawancara, teknik pengumpulan data dengan melakukan dialog secara langsung dengan konsumen.


(42)

3) Kuesioner, teknik pengumpulan data dengan cara memberi seperangkatpertanyaan atau pernyataan tertulis kepada responden atau konsumen.

Kemudian jawaban dari setiap pertanyaan tersebut ditentukan skornya dengan menggunakan Skala Likert yaitu : (1, 2, 3, 4, 5) dengan kriteria umum untuk skor yang digunakan untuk jawaban adalah :

• Sangat setuju = 5

• Setuju = 4

• Cukup Setuju = 3

• Tidak setuju = 2

• Sangat tidak setuju = 1

3.7 Definisi Operasionel Variabel

Variabel adalah sesuatu yang diteliti dan mempunyai variasi nilai, dimana dalam melakukan penelitian ini penulis menggunakan dua variabel sebagai objek penelitian, yaitu :

1. Variabel Atribut Produk (X)

Dalam menyusun skripsi ini variabel bebasnya adalah citra merek yang terdiri dari citra pembuat (X1), citra pemakai (X2), citra produk(X3).

2. Variabel Minat Beli ulang (Y)


(43)

Penjabaran operasional variabel dalam penelitian ini secara singkat sebagai berikut :

Tabel 3.1 Operasional Variabel

Indikator Definisi Indikator

Citra Pembuat (X1) sekumpulan asosiasi yang dipersepsikan konsumen terhadap perusahaan yang membuat suatu produk atau jasa.

-Nama besar perusahaan b. -Layanan perusahaan c. -Jaringan penjualan

Citra Pemakai (X2) Sekumpulan asosiasi yang dipersepsikan konsumen terhadap pemakai yang menggunakan suatu barang atau jasa.

- Gaya - Gaul

- Percaya diri - Menarik Citra Produk (X3) Sekumpulan asosiasi yang

dipersepsikan konsumen terhadap suatu produk.

- Merek - Kualitas - Fitur/gaya - Desain Minat Beli Ulang (Y)

Kemungkinan seseorang untuk melakukan pembelian ulang setelah konsumen merasa puas dengan produk atau jasa yang di belinya

a. – Frekuensi pembelian b. – Komitmen pelanggan c. – Rekomendasi Positif

3.8 Metode Analisis Data 3.8.1 Uji Validitas

Instrumen utama yang digunakan dalam penelitian ini adalah daftar pertanyaan yang disebarkan kepada responden. Instrumen yang dibuat sebelum disebarkan kepada responden yang menjadi sampel penelitian harus diuji kevalidan dan kereliabelannya melalui analisis faktor dengan bantuan SPSS, agar daftar pertanyaan yang dibuat tersebut benar-benar mampu menguak data sehingga mampu menjawab permasalahan hingga tujuan


(44)

penelitian tercapai. Uji validitas dimaksudkan untuk memastikan seberapa baik suatu instrumen mengukur konsep yang seharusnya diukur. Instrumen yang valid berarti instrumen tersebut dapat digunakan untuk mengukur secara tepat dan benar. Dengan mempergunakan instrumen penelitian yang memiliki validitas yang tinggi, hasil penelitian mampu menjelaskan masalah penelitian sesuai dengan keadaan atau kejadian yang sebenarnya dengan signifikansi dibawah 0,05 dan Kaiser-Meyer-Olkin (KMO) serta Measure of Sampling Adequacy (MSA) minimal 0.5 dinyatakan valid dan sampel bisa di analisis lebih lanjut, Santoso (2002).

3.8.2 Uji Reliabilitas

Uji reliabilitas adalah tingkat ketepatan, ketelitian atau keakuratan sebuah instrumen. Instrumen yang sudah dapat dipercaya atau reliabel akan menghasilkan data yang dapat dipercaya juga (Arikunto, 2002). Arikunto (2002) merumuskan alpha cronbach yang telah dibakukan sebagai berikut :

Keterangan :

r11 = reabilitas instrumen

k = banyaknya butir pertanyaan = jumlah varian butir


(45)

Suatu konstruk atau variabel dikatakan reliabel jika memberikan nilai alpha cronbach (α) > 0,50 dengan bantuan SPSS

3.9 Teknik Analisis data

3.9.1 Analisis Kualitatif

Menganalisis permasalahan dan mencari jalan pemecahan masalah dengan menggunakan data yang terkumpul dari hasil kuesioner yang dihubungkan dengan teori pemasaran atau pendekatan-pendekatan yang berkaitan dengan citra merek dan minat beli ulang melalui penilaian menggunakan skor dengan rumus rentang skor adalahj skor tertinggi dikurangi skor terendah dibagi jumlah kelas, Umar (2002).

RS = (m-n)

b

keterangan :

RS = Rentang Skor

m = Skor Tertinggi

n = Skor Terendah


(46)

Tabel 3.2 Penentuan Skor Variabel Penelitian

Kriteria Skor

100 – 179 Sangat Tidak Baik

180 – 259 Tidak Baik

260 – 339 Cukup Baik

340 – 419 Baik

420 – 500 Sangat Baik

Sumber : Husein, Umar 2002 Riset pemasaran dan perilaku konsumen 3.9.2 Analisis Kuantitatif

Analisis kuantitatif adalah riset yang cara pengolahan datanya dihitung menggunakan analisis sistematis. Dalam penelitian ini menggunakan uji regresi linier berganda. Uji regresi linier berganda digunakan untuk

memeriksa kuatnya hubungan antara variabel bebas dengan variabel terikat. Menurut Sugiono (2006) uji regresi linier berganda dapat dilihat dalam persamaan berikut:

Y = a + b1x1+ b2x2+ b3x3+ e Keterangan :

Y = variabel terikat keputusan pembelian α = konstanta

b1-b3 = koefisien regresi variabel bebas ke-1 sampai ke-3 x1 = citra perusahaan (corporate image)

x2 = citra pemakai (user image) x3 = citra produk (product image)


(47)

3.10 Uji Hipotesis

3.10.1 Pengujian Hipotesis Secara Keseluruhan (Uji F)

Uji ini digunakan untuk mengetahui apakah variabel independen yaitu Citra Perusahaan (X1), Citra Pemakai (X2), Citra Produk (X3) bersama-sama berpengaruh secara signifikan terhadap variabel dependen yaitu keputusan pembelian (Y) pada tingkat kepercayaan 95% atau α = 5%. Hasil pengujian uji F dapat ditemui pada tabel ANOVA (Analysis of Variance) dari output SPSS untuk menjawab hipotesis statistik yaitu:

a) Jika Fhitung > Ftabel pada tingkat kepercayaan 95% (α = 0,05), maka terbukti bahwa ketiga variabel citra merek secara simultan mempengaruhi keputusan pembelian Produk Wellborn. Dengan demikian hipotesis alternative (H1) diterima dan hipotesis mula-mula (H0) diterima.

b) Jika Fhitung < Ftabel pada tingkat kepercayaan 95% (α = 0,05), maka terbukti bahwa ketiga variabel citra merek secara simultan tidak

mempengaruhi keputusan pembelian Produk Wellborn. Dengan demikian hipotesis alternative (H1) ditolak dan hipotesis mula-mula (H0) diterima.

3.10.2 Pengujian Hipotesis Secara Parsial (Uji t)

Uji ini digunakan untuk mengetahui apakah dalam model regresi variabel independen yaitu Citra Perusahaan (X1), Citra Pemakai (X2), Citra Produk (X3) secara parsial berpengaruh signifikan terhadap variabel dependen yaitu keputusan pembelian (Y) pada tingkat kepercayaan 95% atau α = 5%.


(48)

Dengan kaidah pengambilan keputusan sebagai berikut :

a. Jika Thitung > Ttabel pada tingkat kepercayaan 95% (α = 0,05), maka terbukti bahwa variabel citra merek secara parsial

mempengaruhi keputusan pembelian Produk Wellborn.

b. Jika Thitung < Ttabel pada tingkat kepercayaan 95% (α = 0,05), maka terbukti bahwa variabel citra merek secara parsial tidak mempengaruhi keputusan pembelian Produk Wellborn.


(49)

V. KESIMPULAN DAN SARAN

5.1 Kesimpulan

Berdasarkan hasil pembahasan yang telah dijelaskan pada bagian IV tentang pembahasan , dapat diambil kesimpulan bahwa hipotesis awal yang menyatakan bahwa citra merek yang meliputi citra pembuat, citra pemakai, dan citra produk berpengaruh terhadap minat beli ulang produk Wellborn pada outlet Oraqle di Bandar Lampung. Hal ini berdasarkan dengan uraian sebagai berikut.

1. Berdasarkan hasil pengujian melalui Uji F untuk mengetahui pengaruh variable bebas secara bersama-sama didapatkan hasil bahwa terdapat pengaruh secara signifikan antara citra merek terhadap minat beli ulang. Karena hasil penghitungan F hitung 55.636 yang berarti lebih besar dari F Tabel 2.70.

2. Besarnya sumbangan seluruh variabel bebas terhadap minat beli ulang produk Wellborn di Bandar Lampung ditunjukan dengan hasil Koefisien determinasi R2sebesar 0,623. Ini berarti secara statistik seluruh variabel citra merek


(50)

mempengaruhi minat beli produk Wellborn di Bandar Lampung sebesar 62,3% .

3. Berdasarkan hasil pengujian secara parsial melalui uji-t ternyata untuk masing-masing variabel diperoleh nilai bahwa pada variabel citra pembuat (X1), citra pemakai (X2), dan citra produk (X3) lebih besar dari t tabel yaitu 1,986. Hal ini berarti Citra merek yang terdiri dari citra pembuat, pemakai, dan produk memiliki pengaruh yang positif terhadap minat beli ulang produk Wellborn pada distro Oraqle di Bandar Lampung. sehingga dapat disimpulkan bahwa Ha diterima dan Ho ditolak..

5.2 Saran

Penelitian ini menunjukan bahwa analisis pengaruh Citra merek terhadap minat beli ulang produk Wellborn sudah tergolong cukup baik namun belum maksimal, masih ada beberapa hal yang perlu diperbaiki agar dapat mempertahankan dan

meningkatkan kualitas produk dan mutu yang dihasilkan oleh Wellborn. Berdasarkan simpulan tersebut, maka saran-saran yang dapat diberikan untuk menjadi bahan pertimbangan bagi Wellborn adalah sebagai berikut:

1. Variabel citra pembuat (X1) adalah variabel dengan skor paling besar maka dari itu variabel ini harus dipertahankan oleh Wellborn agar konsumen tetap berminat melakukan pembelian kembali. Nama besar perusahaan harus dipertahankan agar konsumen tetap memakai dan membeli produk Wellborn.


(51)

Saluran informasi dan promosi kepada konsumen tetap dipertahankan karena inilah yang menjadi keunggulan Wellborn daripada para pesaing-pesaingnya. Wellborn harus lebih menggunakan nama perusahaan pada kegiatan-kegiatan yang dapat menimbulkan kesan baik atau positif kepada konsumen dengan cara banyak melakukan kegiatan amal, program-program lingkungan hidup dan lain sebagainya.

2. Variabel Citra Pemakai (X2) harus dipertahankan oleh Wellborn karena merupakan gambaran yang diberikan oleh responden atau konsumen dalam memakai produk dari Wellborn. Variabel ini memperlihatkan kepada Wellborn apakah produk yang dihasilkan telah sama dengan keinginan konsumen akan suatu produk pakaian, dari variabel ini Wellborn dapat memperbaiki performa dalam bidang pembuatan produk untuk terus mengikuti perkembangan jaman. Salah satu cara adalah menggunakan artis atau figur masyarakat untuk memakai produk Wellborn agar para konsumen menjadi lebih tertarik dalam membeli dan menggunakan produk Wellborn

3. Variabel Citra Produk (X3) adalah variabel terkecil menurut responden. Responden menilai cukup baik terhadap produk yang dimiliki oleh Wellborn sehingga produk yang ada harus lebih di tingkatkan mutu dan kualitasnya sehingga menjadi kekuatan Wellborn dalam bersaing di industri pakaian masa depan. Keunggulan dalam pemakaian bahan baku dan teknik sablon


(52)

sudah mendapat respon baik dari responden, namun dari pemilihan warna dalam produksinya Wellborn harus perlu dikembangankan dan ditingkatkan lagi, agar dapat lebih menambah keanekaragaman dalam proses produksinya sehingga konsumen lebih tertarik karena warna yang ditawarkan lebih beraneka ragam.


(53)

Daftar Pustaka

Adhi Laksita Winda Pradini. Analisis Pengaruh Kualitas Layanan dan Brand Image terhadap Minat beli Ulang pada restoran KFC. Jurnal

Andreani, et al. 2012. The Impact of Brand Image Towards Loyalty with Satisfaction

as A Mediator in McDonald’s. Jurnal manajemen dan kewirausahaan, Vol.14, No.1, Maret 2012: 64-71.

Ari Bagus Wiyono. Pengaruh Brand Image atau Citra Merek Terhadap Keputusan Pembelian Konsumen. Jurnal

Arikunto, Suharsimi. Prosedur Penelitian, Edisi Revisi V. 2002. PT Rineka Cipta, Jakarta.

Darmawan, Didit dan Setyaningsih 2004. Pengaruh Citra Merek Terhadap Efektifitas Iklan, Jurnal Media Mahardika Vol 2 No.3 Hal 41-49.

Durianto, D,C dan Liana 2004 Analisis Efektifitas iklan televise Softener dan Fresh di Jakarta dan sekitarnya dengan menggunakan Customer Decision Model. Jurnal Ekonomi Perusahaan.

Freddy Rangkuty. 2002. The Power of Brand, Teknik Mengelola Brand Equity dan Strategy Perluasan Merek. Penerbit Gramedia, Jakarta.

Hair, J.F. Anderson, R.E, Tatham, R.I. and Black, W.C. 2006. Multivariate Data Analysis, Sixth Edition, Prentice Hall International: Uk

Husein, Umar Riset Pemasaran dan Perilaku Konsumen, Cetakan ke II. Gramedia Pustaka Utama. Jakarta

Kotler, Phillip dan Kevin Lane Keller 2009. Manajemen Pemasaran, Edisi 13. Terjemahan: Bob Sabran, MM. Erlangga, Jakarta.

Kotler, Phillip dan Gary Amstrong 2003. Dasar – dasar Pemasaran, Edisi kesembilan. Jakarta.

Kotler, Phillip 2005. Manajemen Pemasaran. Edisi 11. Terjemahan : Benyamin Molan. Jakarta.


(54)

dan Bisnis, September 2008.

Nila Kasuma Dewi,SE, Gus Andri,SE.,MM, Sepris Yonaldi,SE.,MM 2012Pengaruh Iklan, Citra Merek, dan Kepuasan Konsumen Terhadap Loyalitas Konsumen dalam Menggunakan Vaseline Hand and Body Lotion di Kota Padang ( Studi Kasus Di PT. Unilever Cabang Padang) Jurnal Elektronik Universitas

Tamansiswa.

Simamora, Bilson. 2001. Remarketing For Business Recovery. Cetakan Pertama. PT. Gramedia Pustaka Utama, Jakarta.

Simamora, Bilson. 2003. Membongkar Kotak Hitam Konsumen.. Jakarta: Gramedia Pustaka Utama.

Sigi, Santoso 2002. Mengolah data Statistik Secara Profesional. Elex Media Komputindo. Jakarta

Sugiyono, 2007. Metode Penelitian Bisnis.CV Alfabeta.Bandung

Sutisna dan Pawitra. 2001. Perilaku Konsumen dan Komunikasi Pemasaran. PT.Remaja Rosdakarya. Jakarta.

---. 2009. Pedoman Penulisan Karya Ilmiah Universitas Lampung (Edisi Revisi 3). Universitas Lampung. Bandarlampung


(1)

V. KESIMPULAN DAN SARAN

5.1 Kesimpulan

Berdasarkan hasil pembahasan yang telah dijelaskan pada bagian IV tentang pembahasan , dapat diambil kesimpulan bahwa hipotesis awal yang menyatakan bahwa citra merek yang meliputi citra pembuat, citra pemakai, dan citra produk berpengaruh terhadap minat beli ulang produk Wellborn pada outlet Oraqle di Bandar Lampung. Hal ini berdasarkan dengan uraian sebagai berikut.

1. Berdasarkan hasil pengujian melalui Uji F untuk mengetahui pengaruh variable bebas secara bersama-sama didapatkan hasil bahwa terdapat pengaruh secara signifikan antara citra merek terhadap minat beli ulang. Karena hasil penghitungan F hitung 55.636 yang berarti lebih besar dari F Tabel 2.70.

2. Besarnya sumbangan seluruh variabel bebas terhadap minat beli ulang produk Wellborn di Bandar Lampung ditunjukan dengan hasil Koefisien determinasi R2sebesar 0,623. Ini berarti secara statistik seluruh variabel citra merek


(2)

59

mempengaruhi minat beli produk Wellborn di Bandar Lampung sebesar 62,3% .

3. Berdasarkan hasil pengujian secara parsial melalui uji-t ternyata untuk masing-masing variabel diperoleh nilai bahwa pada variabel citra pembuat (X1), citra pemakai (X2), dan citra produk (X3) lebih besar dari t tabel yaitu 1,986. Hal ini berarti Citra merek yang terdiri dari citra pembuat, pemakai, dan produk memiliki pengaruh yang positif terhadap minat beli ulang produk Wellborn pada distro Oraqle di Bandar Lampung. sehingga dapat disimpulkan bahwa Ha diterima dan Ho ditolak..

5.2 Saran

Penelitian ini menunjukan bahwa analisis pengaruh Citra merek terhadap minat beli ulang produk Wellborn sudah tergolong cukup baik namun belum maksimal, masih ada beberapa hal yang perlu diperbaiki agar dapat mempertahankan dan

meningkatkan kualitas produk dan mutu yang dihasilkan oleh Wellborn. Berdasarkan simpulan tersebut, maka saran-saran yang dapat diberikan untuk menjadi bahan pertimbangan bagi Wellborn adalah sebagai berikut:

1. Variabel citra pembuat (X1) adalah variabel dengan skor paling besar maka dari itu variabel ini harus dipertahankan oleh Wellborn agar konsumen tetap berminat melakukan pembelian kembali. Nama besar perusahaan harus dipertahankan agar konsumen tetap memakai dan membeli produk Wellborn.


(3)

Saluran informasi dan promosi kepada konsumen tetap dipertahankan karena inilah yang menjadi keunggulan Wellborn daripada para pesaing-pesaingnya. Wellborn harus lebih menggunakan nama perusahaan pada kegiatan-kegiatan yang dapat menimbulkan kesan baik atau positif kepada konsumen dengan cara banyak melakukan kegiatan amal, program-program lingkungan hidup dan lain sebagainya.

2. Variabel Citra Pemakai (X2) harus dipertahankan oleh Wellborn karena merupakan gambaran yang diberikan oleh responden atau konsumen dalam memakai produk dari Wellborn. Variabel ini memperlihatkan kepada Wellborn apakah produk yang dihasilkan telah sama dengan keinginan konsumen akan suatu produk pakaian, dari variabel ini Wellborn dapat memperbaiki performa dalam bidang pembuatan produk untuk terus mengikuti perkembangan jaman. Salah satu cara adalah menggunakan artis atau figur masyarakat untuk memakai produk Wellborn agar para konsumen menjadi lebih tertarik dalam membeli dan menggunakan produk Wellborn

3. Variabel Citra Produk (X3) adalah variabel terkecil menurut responden. Responden menilai cukup baik terhadap produk yang dimiliki oleh Wellborn sehingga produk yang ada harus lebih di tingkatkan mutu dan kualitasnya sehingga menjadi kekuatan Wellborn dalam bersaing di industri pakaian masa depan. Keunggulan dalam pemakaian bahan baku dan teknik sablon


(4)

61

sudah mendapat respon baik dari responden, namun dari pemilihan warna dalam produksinya Wellborn harus perlu dikembangankan dan ditingkatkan lagi, agar dapat lebih menambah keanekaragaman dalam proses produksinya sehingga konsumen lebih tertarik karena warna yang ditawarkan lebih beraneka ragam.


(5)

Daftar Pustaka

Adhi Laksita Winda Pradini. Analisis Pengaruh Kualitas Layanan dan Brand Image terhadap Minat beli Ulang pada restoran KFC. Jurnal

Andreani, et al. 2012. The Impact of Brand Image Towards Loyalty with Satisfaction

as A Mediator in McDonald’s. Jurnal manajemen dan kewirausahaan, Vol.14, No.1, Maret 2012: 64-71.

Ari Bagus Wiyono. Pengaruh Brand Image atau Citra Merek Terhadap Keputusan Pembelian Konsumen. Jurnal

Arikunto, Suharsimi. Prosedur Penelitian, Edisi Revisi V. 2002. PT Rineka Cipta, Jakarta.

Darmawan, Didit dan Setyaningsih 2004. Pengaruh Citra Merek Terhadap Efektifitas Iklan, Jurnal Media Mahardika Vol 2 No.3 Hal 41-49.

Durianto, D,C dan Liana 2004 Analisis Efektifitas iklan televise Softener dan Fresh di Jakarta dan sekitarnya dengan menggunakan Customer Decision Model. Jurnal Ekonomi Perusahaan.

Freddy Rangkuty. 2002. The Power of Brand, Teknik Mengelola Brand Equity dan Strategy Perluasan Merek. Penerbit Gramedia, Jakarta.

Hair, J.F. Anderson, R.E, Tatham, R.I. and Black, W.C. 2006. Multivariate Data Analysis, Sixth Edition, Prentice Hall International: Uk

Husein, Umar Riset Pemasaran dan Perilaku Konsumen, Cetakan ke II. Gramedia Pustaka Utama. Jakarta

Kotler, Phillip dan Kevin Lane Keller 2009. Manajemen Pemasaran, Edisi 13. Terjemahan: Bob Sabran, MM. Erlangga, Jakarta.

Kotler, Phillip dan Gary Amstrong 2003. Dasar – dasar Pemasaran, Edisi kesembilan. Jakarta.

Kotler, Phillip 2005. Manajemen Pemasaran. Edisi 11. Terjemahan : Benyamin Molan. Jakarta.


(6)

Margaretha, Ardhanari. 2008. Customer Satisfaction Pengaruhnya Terhadap Brand Preference dan Repurchase Intention Private Brand. Jurnal Riset Ekonomi dan Bisnis, September 2008.

Nila Kasuma Dewi,SE, Gus Andri,SE.,MM, Sepris Yonaldi,SE.,MM 2012Pengaruh Iklan, Citra Merek, dan Kepuasan Konsumen Terhadap Loyalitas Konsumen dalam Menggunakan Vaseline Hand and Body Lotion di Kota Padang ( Studi Kasus Di PT. Unilever Cabang Padang) Jurnal Elektronik Universitas

Tamansiswa.

Simamora, Bilson. 2001. Remarketing For Business Recovery. Cetakan Pertama. PT. Gramedia Pustaka Utama, Jakarta.

Simamora, Bilson. 2003. Membongkar Kotak Hitam Konsumen.. Jakarta: Gramedia Pustaka Utama.

Sigi, Santoso 2002. Mengolah data Statistik Secara Profesional. Elex Media Komputindo. Jakarta

Sugiyono, 2007. Metode Penelitian Bisnis.CV Alfabeta.Bandung

Sutisna dan Pawitra. 2001. Perilaku Konsumen dan Komunikasi Pemasaran. PT.Remaja Rosdakarya. Jakarta.

---. 2009. Pedoman Penulisan Karya Ilmiah Universitas Lampung (Edisi Revisi 3). Universitas Lampung. Bandarlampung