Penggolongan Piutang TINJAUAN TEORITIS

usaha normal perusahaan. Piutang yang timbul dari transaksi di luar kegiatan usaha normal perusahaan digolongkan sebagai piutang lain-lain. Definisi piutang menurut Fess 1993:232, istilah piutang receivable meliputi semua tagihan dalam bentuk uang terhadap perorangan, badan usaha atau pihak tertagih lainnya. Piutang timbul dari beberapa jenis transaksi dimana yang paling umum ialah dari penjualan barang taupun jasa secara kredit. Sedangkan menurut Jusup 1994:52, piutang merupakan hak untuk menagih sejumlah uang dari si penjual kepada si pembeli yang timbul karena adanya suatu transaksi. Pada umumnya piutang timbul karena adanya transaksi penjualan secara kredit. Dari beberapa defini piutang di atas dapat diambil kesimpulan bahwa pada umumnya piutang itu timbul sewaktu sebuah perusahaan menjual barang atau jasa secara kredit dan perusahaan itu berhak atas penerimaan kas di masa mendatang. Proses timbulnya piutang ini dimulai dari pengambilan keputusan untuk memberikan kredit kepada langganan atau debiturnya, melakukan pengiriman barang, penagihan, dan akhirnya menerima pembayaran piutang tersebut.

2.3. Penggolongan Piutang

Penggolongan piutang dalam suatu perusahaan dilakukan dengan tujuan untuk memudahkan pelaksanaan pencatatan atas transaksi yang mempengaruhi piutang yang ada di perusahaan tersebut. Transaksi ini berasal dari transaksi penjualan kredit, transaksi return penjualan, transaksi penerimaan kas dari piutang, dan transaksi penghapusan piutang. 11 11 Untuk tujuan pelaporan keuangan, perusahaan hendaknya menggolongkan piutang menurut lamanya tanggal jatuh tempo. Penggolongan semacam ini akan menghasilkan piutang lancar atau piutang jangka pendek dan piutang tidak lancar atau piutang jangka panjang. Piutang lancar merupakan piutang yang diperkirakan dapat ditagih dalam waktu kurang dari satu tahun atau dalam satu siklus operasi normal perusahaan. Sedangkan piutang tidak lancar diperkirakan penagihannya dilakukan lebih dari satu tahun dalam suatu siklus operasi normal perusahaan. Menurut Standar Akuntansi Keuangan IAI, 1995: PSAK No. 9, Paragraf 7, Seksi 9.4, penggolongan piutang melipurti menurut sumber terjadinya, piutang digolongkan dalam dua kategori yaitu piutang usaha dan piutang lain-lain. Sedangkan menurut Baridwan 1993:124 mengemukakan bahwa piutang terdiri atas tiga golongan yaitu piutang dagang usaha, piutang bukan dagang, dan piutang penghasilan. Piutang dagang merupakan adanya janji lisan dari pembeli untuk membayar barang atau jasa yang dijual yang penagihannya tidak lebih dari satu periode akuntansi dan pada umumnya penjualan secara kredit biasanya dengan syarat pembayaran 210, n30, seperti piutang yang timbul dari penjualan barang atau jasa secara kredit. Sedangkan piutang di luar dagang merupakan adanya transaksi di luar dagang yang mengakibatkan timbulnya tagihan pada masa yang akan datang kepada konsumen, seperti: piutang dividen, piutang bunga, piutang sewa, d.l.l. Jika suatu transaksi yang mengakibatkan piutang, yang mana transaksi tersebut dituangkan dalam sebuah janji tertulis yang periode penagihannya bisa 12 12 kurang dari satu periode akuntansi atau lebih dari satu tahun periode akuntansi maka hal inilah yang disebut Piutang wesel atau surat piutang Note Receivable.

2.4. Pengakuan Piutang