Adapun jenis ESO yang dilaporkan adalah:
Setiap reaksi efek samping yang dicurigai akibat obat, terutama efek samping yang selama ini belum pernah terjadi.
Setiap reaksi efek samping yang dicurigai akibat interaksi obat.
Setiap reaksi efek samping yang serius.
Setiap reaksi ketergantungan.
3.3.5.5 Pemantauan Terapi Obat dan Medication Error ME
Apoteker melakukan monitoring dan evaluasi untuk mengetahui efek terapi, mewaspadai efek samping obat, memastikan kepatuhan pasien. Hasil
monitoring dan evaluasi didokumentasikan dan ditindaklanjuti dengan melakukan perbaikan dan mencegah pengulangan kesalahan. Seluruh personal yang ada di
tempat pelayanan kefarmasian harus terlibat didalam program keselamatan pasien
khususnya medication safety dan harus secara terus menerus mengidentifikasi
Apoteker mengentry resep kedalam computer yang telah memiliki sofeware
interaksi obat, kemudian hasil interaksi obat diprint dan ditelaah oleh apoteker, kemudian member informasi yang sangat diperlukan oleh pasien
mengenai obat sehingga pasien terhindar dari interaksi obat yang merugikan, hasil telaah didokumentasikan lampiran .
Memberi edukasi kepada pasien jika mengalami efek samping obat yang tidak dikhendaki segera melaporkan kepada dokter atau apoteker. Kemudian
apoteker melaporkan ke pusat monitoring efek samping obat nasional
Universitas Sumatera Utara
BAB IV PEMBAHASAN
4.1 Panitia Farmasi dan Terapi PFT
Berdasarkan Keputusan Menteri Kesehatan RI Nomor 1197MenkesSK2004 tentang Standar Pelayanan Farmasi Rumah Sakit
a. ketua Panitia Farmasi dan Terapi dipilih dari dokter yang ada di dalam kepanitiaan dan jika rumah sakit tersebut mempunyai ahli farmakologi klinik,
maka sebagai ketua adalah dokter spesialis farmakologi. RSUP H. Adam Malik sebagai ketua Komite Farmasi dan Terapi adalah dokter spesialis penyakit
dalam konsultan ginjal dan hipertensi. b. Panitia Farmasi dan Terapi harus mengadakan rapat secara teratur, sedikitnya
dua bulan sekali dan untuk rumah sakit besar rapatnya diadakan sebulan sekali. Rapat Panitia Farmasi dan Terapi dapat mengundang pakar-pakar dari
dalam maupun dari luar rumah sakit yang dapat memberikan masukan bagi pengelolaan Panitia Farmasi dan Terapi. Rapat Panitia Farmasi dan Terapi di
RSUP H. Adam Malik belum diadakan sebulan sekali. Berdasarkan Permenkes RI No. 085MenkesPerI1989 menyatakan
bahwa rumah sakit umum kelas A diharuskan memiliki Formularium yang harus selalu dimutakhirkan dan direvisi secara periodik dan ini merupakan tugas Panitia
Farmasi dan Terapi. Revisi seharusnya dilakukan paling sedikit dua tahun sekali atau lebih jika diperlukan. RSUP. H. Adam Malik telah menerbitkan formularium
pada tahun 2003, 2009 dan 2011. Revisi Formularium tahun 2003 ke 2009 terlalu lama. Evaluasi formularium tidak berjalan dengan baik sesuai dengan kebijakan
yang merevisi formularium setiap dua tahun sekali.
Universitas Sumatera Utara