8 Singkatnya, Pembelajaran Refleksif yang dilaksanakan secara konsisten dan
berkelanjutan akan membantu pebelajar lebih siap mengolah pengalamannya sehingga menjadi bahan baginya untuk tumbuh-berkembang menjadi dirinya,
yaitu pribadi yang semakin dewasa dan peduli terhadap sesama.
4. Model Pembelajaran Reflektif
Salah satu model pembelajaran refleksif adalah Pembelajaran Refleksif yang dikembangakn berdasarkan paradigma pedagogi Igansian di sekolah sekolah
milik ordo Jesuit. Pada intinya model ini merupakan proses pembelajaran dengan lima langkah, yaitu: a pengenalan konteks, b penyajian pengalaman, c
refleksi, d aksi, dan e evaluasi.
a. Pengenalan Konteks
Pengalaman manusiawi, yang merupakan titik tolak dalam Pembelajaran Refleksif, tidak berlangsung dalam ruang hampa. Hal itu terjadi dalam sebuah
konteks tertentu. Oleh karena itu, pengajar perlu mengenali secara baik kenyataan-kenyataan kontekstual dunia pebelajar maupun dunia pengajar.
Dalam hal ini, pengajar perlu mengenali secara baik konteks berikut: Konteks nyata kehidupan pebelajar, seperti keluarga, kelompok sebaya,
keadaan sosial, kondisi politik dan ekonomi, suasana kebudayaan, media, musik, dan kenyataan-kenyataan hidup yang lain yang dekat dengan
kehidupan pebelajar. Itu semua potensial berdampak menguntungkan atau merugikan. pada pebelajar.
Konteks sosio-ekonomi-politik-kebudayaan yang merupakan lingkungan hidup pebelajar yang amat mempengaruhi pebelajar. Misalnya, kemiskinan
yang menghimpit pada umumnya berdampak negatif terhadap harapan untuk berhasil dalam studi; sikap politik pemerintah yang otoriter akan
menindas keberanian untuk berpendapat, dlsb. Konteks kelembagaan sekolah, yaitu jaringan kompleks dari norma-norma,
harapan-harapan, dan interaksi-interaksi yang mewarnai suasana kehidupan sekolah. Berbagai hasil penelitian menunjukkan bahwa suasana sekolah
merupakan prasyarat mutlak bagi berlangsungnya pendidikan yang baik.
9 Konteks nyata proses pembelajaran, yaitu, pengertian-pengertian yang
dibawa oleh pebelajar ketika memulai proses pembelajaran, pendapat- pendapat dan pemahaman-pemahaman yang mereka peroleh dari studi
sebelumnya, perasaan dan sikap mereka terhadap bidang studi yang akan mereka pelajari.
b. Penyajian Pengalaman
Pengalaman yang dimaksud di sini adalah setiap kegiatan yang bercirikan adanya pemahaman kognitif dari bahan yang disimak dan juga pelibatan
dimensi afektif pebelajar. Di sini, pengalaman bisa dibedakan menjadi dua, yaitu pengalaman langsung dan tidak langsung. Termasuk pengalaman
langsung dalam situasi pembelajaran, biasanya berupa: diskusi, penelitian, kegiatan lapang, aksi sosial,
home stay
, karya wisata, dlsb. Termasuk pengalaman tidak langsung dalam situasi pembelajaran adalah upaya
memperoleh informasi mengenai sebuah peristiwa melalui kegiatan membaca, mendengarkan atau menyimak gambar. Untuk itu, biasanya dilakukan proses
perangsangan indera dan daya imajinasi pebelajar melalui simulasi, permainan peran, atau tayangan audio-visual.
c. Refleksi