RECRUITMENT AND MEMBERS stewardship POLITICAL PARTIES ( STUDY ON RECRUITMENT AND MANAGEMENT OF THE DEMOCRAT PARTY MEMBER BRANCH Bandar Lampung REKRUITMEN ANGGOTA DAN KEPENGURUSAN PARTAI POLITIK (STUDI TERHADAP REKRUITMEN ANGGOTA DAN PENGURUS PARTAI DEMOKR
ABSTRACT
RECRUITMENT AND MEMBERS stewardship
POLITICAL PARTIES ( STUDY ON RECRUITMENT AND MANAGEMENT OF THE DEMOCRAT PARTY MEMBER BRANCH Bandar Lampung )
by : N E L S O N
0926021017
Political parties are the backbone of democracy because only channel through which the public can , leave mandates and expectations This fact is a necessity that can not be denied how important and strategic roles and functions of political parties in determining the process of democratization in a country In this context , the recruitment process has a very important function for any political party In other words , if the political parties fail to perform this function then the party should cease to be a political party To that end , rather than political recruitment function is a function eksklufsif party and acts may be abandoned This thesis examines the process of recruitment of members and the management of the branch of the Democratic Party in the city of Bandar Lampung This research uses a qualitative approach with descriptive analysis method . Data was obtained through in-depth interviews and document research in the form of regulations and guidelines of the party Data analysis includes analysis based on concepts derived from the theory , especially from 4( four ) recruitment patterns of political parties namely partisanship survival , and kompartementalismemaritokratik
Based on the findings of this thesis , recruitment in the Democratic Party branch in Bandar Lampung showed kecunderungan as follows : First , in the process of recruitment of members and officials of the Democratic Party branch in Bandar Lampung members to raise the loyalty factor and the name of the party is an important factor in the recruitment process . Second , the strength of the support of the masses is also a consideration for the Democratic Party branch in Bandar Lampung in the process of recruitment of members and party officials . Third , factors other consideration that is for members who sit in the management of the Democratic Party should have a positive trackrecord , would raise the party and didpilih / appointed by the chairman and the formation elected . Finally, hand in hand with increasingly stringent and the selection of party membership rekruitman then this is the Democratic Party has shown a change from the beginning as a mass party has become increasingly steadiness as a party cadre .Therefore , internalization of democratic values and Democrats struggle to simultaneously transferred to the involvement of its members through a regeneration sympathizers members , and administrators in all party activities .
(2)
ABSTRAK
REKRUITMEN ANGGOTA DAN KEPENGURUSAN
PARTAI POLITIK (STUDI TERHADAP REKRUITMEN ANGGOTA DAN PENGURUS PARTAI DEMOKRAT CABANG KOTA BANDAR
LAMPUNG ) Oleh: N E L S O N
0926021017
Partai politik merupakan tulang punggung dalam demokrasi karena hanya melaluinya masyarakat dapat menyalurkan, menitipkan mandat dan harapan. Kenyataan ini adalah sebuah keniscayaan yang tidak dapat disangkal betapa penting dan strategisnya peran dan fungsi partai politik dalam menentukan proses demokratisasi di sebuah negara. Dalam konteks ini, proses rekruitmen memiliki fungsi yang sangat penting bagi setiap partai politik. Dengan kata lain, jika partai politik gagal melakukan fungsi ini maka partai tersebut sebaiknya berhenti menjadi partai politik. Untuk itu, fungsi daripada rekruitmen politik merupakan fungsi eksklufsif partai dan tindak mungkin ditinggalkan. Tesis ini meneliti tentang proses rekruitmen anggota dan kepengurusan Partai Demokrat di cabang kota Bandar Lampung. Jenis penelitian ini menggunakan pendekatan kualitatif dengan metode analisis deskriptif. Data diperoleh melalui wawancara mendalam dan studi dokumen berupa peraturan dan pedoman partai. Analisis data meliputi analisis berdasarkan konsep yang diturunkan dari teori, khususnya dari 4 (empat) pola rekruitmen partai politik yaitu partisanship, survival, maritokratik dan kompartementalisme.
Berdasarkan temuan tesis ini, rekruitmen dalam Partai Demokrat Cabang Kota Bandar Lampung menunjukkan kecunderungan sebagaimana berikut: Pertama, dalam proses rekruitmen anggota dan pengurus Partai Demokrat Cabang Kota Bandar Lampung faktor loyalitas anggota untuk membesarkan dan mengharumkan nama partai menjadi faktor penting dalam proses rekruitmen. Kedua, kekuatan dukungan massa juga menjadi pertimbangan bagi Partai Demokrat Cabang Kota Bandar Lampung dalam proses rekruitmen anggota dan pengurus partai. Ketiga, faktor pertimbangan lainnya yakni bagi anggota yang duduk dalam kepengurusan Partai Demokrat harus memiliki trackrecord yang positif, mau membesarkan partai dan didpilih/ditunjuk oleh ketua dan formatur terpilih. Terakhir, seiringan dengan semakin ketat dan seleksinya rekruitman keanggotaan partai maka hal ini Partai Demokrat telah menunjukkan perubahan dari awalnya sebagai partai massa kini menjadi semakin mantapnya sebagai partai kader. Oleh karena itu, internalisasi nilai-nilai demokrasi dan
(3)
perjuangan Partai Demokrat secara simultan ditransfer ke anggotanya melalui kaderisasi berupa pelibatan simpatisan, anggota, dan segenap pengurus dalam kegiatan-kegiatan partai.
(4)
(5)
REKRUITMEN ANGGOTA DAN KEPENGURUSAN
PARTAI POLITIK
(Studi Terhadap Rekruitmen Anggota dan Pengurus Partai
Demokrat Cabang Kota Bandar Lampung )
(TESIS)
Oleh:
NELSON
PROGRAM PASCA SARJANA MAGISTER ILMU PEMERINTAHAN FAKULTAS ILMU SOSIAL DAN ILMU POLITIK
UNIVERSITAS LAMPUNG MARET 2014
(6)
(7)
(8)
(9)
RIWAYAT
HIDUP
Penulis dilahirkan di Tanjung Karang tepatnya pada tanggal 20 November 1966 anak kedua dari delapan bersaudara, dari pasangan Ayahanda Hi. Zainal Abidin (alam) dan Ibunda Hj. Rogaiyah.
Penulis menyelesaikan pendidikan Sekolah Dasar Negri 22 Rawalaut Bandar Lampung pada tahun 1980, dan melanjutkan pendidikan pada Sekolah Menengah Pertama (SMP) Negri 2 Bandar Lampung diselesaikan pada tahun 1983, dan pada tahun 1986 penulis menyelesaikan pendidikan pada Sekolah Menengah Atas Pancasila Bandar Lampung. Penulis adalah salah satu Alumni pada Sekolah Tinggi Ilmu Administrasi Lampung (STIAL) yang diselesaikan pada tahun 1993.
Pada tahun 1995 penulis menjadi Dosen Tetap pada Yayasan Pendidikan Universitas Sangbumi Ruwa Jurai hingga sekarang pada Fakultas Isipol.
Pada bulan Juni tahun 2009 penulis terdaftar sebagai mahasiswa Pasca Sarjana Ilmu Pemerintahan Program Studi Politik Lokal dan Otomi Daerah Universitas Lampung angkatan ketiga.
(10)
MOTO
Allah Membimbing Kita Kepada Cahaya-Nya Siapa
Yang Dia Kehendaki, dan Allah
Perumpaan-Perumpaann Bagi Manusia dan Allah Maha
Mengetahui Segala Sesuatu……
( QS. An-Nur; 35 )
Dibalik setiap Kesulitan pasti ada kemudahan-
Kemudahan, Maka Kepada Allah-lah
Sebaik-baiknya
Tempat berharap……….
( QS. Al-Insyrah:6-8 )
(11)
PERSEMBAHAN
Bismillahirrahman nirrohim………,
Sebagai ungkapan tanda cinta dan penghargaan dengan diiringi ucap kehadirat Allah Tuhan Yang Maha Kuasa, kupersembahkan buah karya ini kepada yang tercinta :
1. Ayahanda Hi.Zainal Abidin (alm) dan Ibunda Hj. Rogiyah, Ayahanda H. Nadirsyah Bazar (alm) dan Ibunda Hj. Syarifah (alm), Kaka dan Adik-adikku serta Sanak Keluarga yang senantiasa membentangkan harapan doa tulusnya agar aku dapat meraih keberhasilan dalam hidupku.
2. Istriku tercinta “ Widyawati, SH,MM “ dan anak-anaku tersayang “ Novelia Shesa Ramadina , serta Jovelia Feliska” yang selalu menjadi penyemangat untuk-ku lebih maju dan berhasil dalam kehidupan ini.
3. Rekan-rekan seperjuangan dan sahabat-sahbatku pada Pasca Sarjana Magister Ilmu Pemerintahan Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik Universitas Lampung, yang selalau memberikan dorongan semangat untuk-ku terus maju dan berhasil dalam menyelesaikan pendidikan ini.
4. Almamaterku tercinta Pasca Sarjana Magister Ilmu Pemerintahan Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik Universitas Lampung.
(12)
SANWACANA
Rasa puji syukur tak terhingga penulis panjatkan kehadiran Allah SWT yang telah memberikan rahmat dan hidayah-Nya sehingga penulis dapat menyelesaikan penulisan dan penyusunan tesis ini.
Tesis dengan judul “Rekuitmen Anggota dan Kepengurusan Partai Politik ( Studi Terhadap Rekuitmen Anggota dan Pengurus Partai Demokrat Cabang Kota Bandar Lampung )”, Adalah salah satu syarat untuk memperoleh gelar Sarjana Magister Ilmu Pemerintahan (MIP) Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik Universitas Lampung .
Dalam kesempatan yang baik ini penulis ingin menyampaikan ucapan terimakasih yang sebesar-besarnya kepada semua pihak yang telah memberikan bantuan kepada penulis selama menyelesaikan studi, khususnya kepada yang terhormat :
1. Bapak Prof. Dr.Ir.Sugeng P. Harianto, MS, selaku rektor pada Universitas Lampung 2. Bapak Prof. Dr. Sudjarwo, MS, Direktur Program Pasca Sarjan Universitas Lampung. 3. Bapak Drs. Agus Hadiawan, M.Si, Selaku Dekan Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu
Politik Universitas Lampung.
4. Ibu Dr. Ari Darmastuti, M.A,. selaku Pembimbing Utama atas kesediannya untuk memberikan bimbingan, saran dan keritik dalam penyelesaian tesis ini.
5. Bapak Drs. Yana Ekana PS, M.Si, selaku Pembimbing Kedua atas kesediannya memberikan bimbingan, pengarahan, kritik dan saran dalam penyempurnaan tesis ini. 6. Bapak Dr. Suwondo, M.A, selaku Dosen Pembahas yang telah memberikan masukan
dan saran yang sangat berarti dalam penyempurnaan tesis ini.
7. Staf Pengajar dan Staf Administrasi Pasca Sarjana Ilmu Pemerintahan Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik Universitas Lampung.
(13)
8. Bapak H. Herianto, SE, selaku Ketua Partai Demokrat Kota Bandar Lampung beserta seluruh staf jajarannya yang telah memberikan kesempatan kepada penulis untuk melakukan penelitian.
9. Istri dan Anak-anakku, Oraang Tua, Kaka dan Adik, Sahabat-sahabatku, besrta sanak keluarga yang selalu memberikan do’a dan dorongan, motipasi kepada penulis
10.Reken-rekan Mahasiswa Pasca Sarjana Magister Ilmu Pemerintahan Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik Universitas Lampung dan seluruh pihak yang telah banyak membantu dalam penyelesaian tesis ini.
Penulis menyadari sepenuhnya bahwa baik dalam materi ataupun cara penguraian dalam penulisan tesis ini masih jauh dari sempurna. Meskipun demikian mudah-mudahan dapat memberikan sumbangsih bagi perkembangan keilmuan dan berguna bagi semua pihak khususnya bagi penulis.
Bandar Lampung, April 2014 Penulis,
(14)
DAFTAR ISI Halaman HALAMAN JUDUL ABSTRAK PERSETUJUAN PEMBIMBING PENGESAHAN SURAT PERNYATAAN RIWAYAT HIDUP MOTTO PERSEMBAHAN SANWACANA DAFTAR ISI BAB:
1. PENDAHULUAN... ... 1.1.Latar Belakang Masalah... 1.2.Rumusan Masalah Penelitian ... 1.3.Tujuan Penelitian ... 1.4.Manfaat Penelitian ... 2. TINJUAN PUSTAKA ...
2.1 PengertianRekruitmen ... 2.2 Alasan-Alasan Dasar Rekruitmen ... 2.3 Rekruitmen dan Pengaruh Nilai . ... 2.4 Rekruitmen Orang-orang Yang Diangkat Secara Politik ... 2.5 Pengaruh Eksternal Terhadap Rekruitmen ... 2.6 Teknik-Teknik Rekruit ... 2.6.1. Teknik Rekruitmen yang Desentralisasikan .... ... 2.6.2. Model Rekruitmen yang Desentralistik ... 2.7 Regulasi Rekruitmen ... 2.8 Basis-basis Penentu Konsep Rekruitmen ... 2.9 Pola Rekruitmen ... ... 2.10. Partai Politik ... ... 2.10.1.Pengertian Partai Politik ... 2.10.2. Tipologi Partai Politik... 2.10.3. Fungsi Partai Politik ...
1 2 5 6 6 7 7 8 8 9 11 11 12 14 15 15 18 20 20 23 25
(15)
3. METODE PENELITIAN ... 3.1 Desain Penelitian ... 3.2 Ruang Lingkup Penelitian... 3.3 Fokus Penelitian ... 3.4 Subyek dan Sumber Informasi ... 3.5 Teknik Pengumpulan Data ... 3.6 Teknik Analisa Data...
4. BAB IV PEMBAHASAN ... 4.1 Sejarah Pembentukan dan Berdirinya Partai Demokrat... . 4.2 Pembentukan Dewan Pimpinan Cabang Partai Demokrat- Kota Bandar Lampung... 4.3 Kewajiban Dewan Pimpinan Cabang Partai Demokrat Kota- BandarLampung ...
4.4. Hak Dewan Pimpinan Cabang Partai Demokrat Kota- Bandar Lampung ... 4.5. Pembahasan... 4.5.1. Pola Rekuitmen Partai Demokrat Kota Bandar - Lampung...
4.5.2. Kekuatan Massa dan Loyalitas Menjadi Faktor - Rekruitmen- Anggota dan Kepengurusan Dewan- Pimpinan Cabang Partai- Demokrat Kota Bandar- Lampung... 4.6. Proses Rekruitmen Kepengurusan Partai Demokrat Cabang Kota Bandar Lampung Terbuka Untuk Semua Golongan... .4.7. Model Rekruitmen Anggota dan Kepengurusan Partai- Demokrat Cabang Kota Bandar Lampung... 4.8. Transparansi dan Akutabilitas Rekruitmen Anggota Partai Demokrat Cabang Kota Bandar Lampung... 4.9.Pola Regulasi Kaderisai Partai Demokrat Cabang Kota Bandar Lampung...
5. BAB V KESIMPULAN DAN SARAN ... 5.1. Kesimpulan ...
5.2. Saran ………
6. DAFTAR PUSTAKA ...
29 29 29 29 30 31 32 34 34 37 40 41 41 41 42 47 50 60 61 66 66 69 71
(16)
BAB I PENDAHULUAN
I. 1.Latar Belakang Masalah
Partai politik merupakan tulang punggung dalam demokrasi karena hanya melaluinya masyarakat dapat menyalurkan, menitipkan mandat dan harapan. Kenyataan ini adalah sebuah keniscayaan yang tidak dapat disangkal. Proses demokrasi yang sedang berlangsung di Republik Indonesia menegaskan akan betapa penting dan strategisnya peran dan fungsi partai politik. Pasca reformasi merupakan titik awal dari bergelutnya Partai Politik serta menjamurnya kebebasan didalam berorganisasi dan berpartai, jatuhnya rezim order baru (Orba) bukan hanya telah membuka peluang bagi kehidupan politik bangsa, tetapi menumbuhkan hasrat para tokoh dan pemain politik untuk tampil melalui partai politik dalam rangka menggapai tujuan merebut kekuasaan melalui jalan yang dianggap konstitusional.
Secara legal formal, pergantian Rezim dari Orde Baru kemasa reformasimembawa konsekuensi dari masa yang selama 32 tahun terjadi pembatasan yang mereduksi aspirasi politik masyarakat kealam euphoria politik yang memberikan kebebasan kepada masyarakat untuk membuat dan menyalurkan aspirasi politik mereka kedalam wujud pembentukan partai politik yang baru sesuai dengan semangat, idiologi bahkan kepentingan yang cenderung subjektif dan sesaat.
(17)
2
Secara jumlah pertumbuhan politik dalam tahun 1999 mencapai 181 partai politik, ditahun 2004 jumlahnya menurun menjadi 65 partai politik dan ditahun 2009 jumlah tersebut menjadi 35 partai politik, dan ditahun 2014 sebanyak 12 partai politik, semua data diatas menunjukkan betapa besarnya hasrat untuk mendirikan partai politik, ditambah berbagai faktor kemudahan baik secara hukum maupun persyaratan administratif didalam proses pembentukkan partai politik diera reformasi.
Dibandingkan dengan dimasa orde baru dimana aspirasi politik masyarakat dikebiri melalui proses fungsi partai politik menjadi 3 (tiga) partai politik saja yaitu: Partai Golongan Karya (GOLKAR), Partai Demokrasi Indonesia (PDI), dan Partai Persatuan Pembangunan (P3), era reformasi lebih menawarkan beragam macam parti politik baik dari segi prinsip, idiologi hingga tujuan pendirian partai.
Namun proses diatas menunjukkan fakta bahwa proses alamiah (natural) terjadi didalam pendirian dan bertahan atau tidaknya sebuah partai politik, partai politik yang tumbuh dan berkembang dimasa orde baru tetap tampil didalam percaturan politik baik dalam lingkup lokal kedaerahan maupun secara nasional, dan tidak sedikit partai politik yang tumbuh dan muncul diera reformasi yang kemudian hilang dari percaturan politik.
Dalam konteks di atas rekruitmen memiliki fungsi yang sangat penting bagi partai politik. Menurut Schattchneider bahwa jika partai politik gagal melakukan fungsi ini maka ia berhenti menjadi partai politik. Fungsi rekruitmen politik ini menjadi fungsi eksklufsif partai politik dan tindak mungkin ditinggalkan oleh partai politik. Pengorganisasian masyarakat di luar partai politik
(18)
3
tidak menjalankan fungsi rekruitmen politik, karenya fungsi ini sekaligus menunjukkan pembedaan paling nyata antara partai politik dan bukan partai politik. Dengan kata lain, proses tumbuh berkembangnya suatu partai politik jika tela’ah lebih jauh sangat erat dengan ketersediaan sumber daya manusia (SDM) idalam tubuh partai politik serta mekanisme rekrutmen pengurus dalam partai politik itu sendiri. Tidak sedikit partai politik yang tidak mampu mengimplemensikan visi serta misinya karna keterbatasan ataupun ketidak mampuan pengurus partai didalam menterjemahkan berbagai program kerja maupun program aksi untuk keberlangsungan hidup partai tersebut
Mengapa peran pengurus partai politik sedemikian penting dan apa kaitan antara proses rekrutmen pengurus partai politik dengan keberadaan sebuah partai politik? pertanyaan ini membutuhkan jawaban yang tidak sedikit, pada prinsipnya setiap partai politik memiliki pola rekrutmen yang berbeda, dimana pola rekrutmen disesuaikan dengan sistem politik yang anut oleh partai politik tersebut (Tim Litbang Kompas; 2004: 4), secara spesifik terdapat 3 (tiga) cara rekrutmen didalam partai politik, ketiganya yaitu:
1. Rekrutmen untuk anggota partai politik.
2. Rekrutmen untuk jabatan internal didalm partai politik.
3. Rekrutmen untuk seleksi kader dalam proses pengisian jabatan public, baik dilegislatif ataupun dieksekutif.
Dari ketiga cara tersebut diatas, penulis menitikberatkan pada rekruitmen anggota dan kepengurusan untuk jabatan internal dipartai politik, perlu disampaikan jabatan secara internal merupakan struktur organisasi yang memegang peran penting serta bertanggung jawab terhadap berbagai hal yang
(19)
4
berkaitan dengan peran dan fungsi partai politik itu sendiri, secara umum dapat dikatakan, eksis, berkembang atau tidaknya suatu partai politik sangat tergantung terhadap struktur yang ada didalma partai itu sendiri. Hal ini erat kaitannya dengan tingkat kepercayaan (akuntabilitas) partai politik dimata rakyat, berbagai persoalan yang ada dan mengemuka serta menjadi objek pemberitaan mengenai partai politik didominasi oleh struktur individu yang ada ditubuh partai.
Data yang dikeluarkan oleh lingkar surve Indonesia (LSI) tahun 2010 menunjukkan bahwa partai politik merupakan organisasi/lembaga yang paling sedikit mendapat kepercayaan dari masyarakat, ini menunjukkan bahwa hubungan antara partai politik, rekruitmen dan penempatan individu di dalam struktur pengurus partai erat dengan tingkat kepercayaan masyarakat terhadap partai itu sendiri, semakin besar tingkat kepercayaan masyarakat terhadap suatu partai politik maka semakin besar kemungkinan diperolehnya suara pemilih didalam pemilu, begitu pula sebaliknya.
Rekruitmen pengurus partai politik kerap muncul sebagai area sensitif, abu-abu dan syarat dengan kepentingan baik yang bersifat pribadi ataupun kepentingan kelompok, tidak sedikit rekrutmen pengurus partai politik dilandasi oleh kedekatan pribadi baik secara emosional maupun kedaerahan, dan bukan rahasia lagi bahwa rekrutmen pengurus partai politik dilandasi oleh kepentingan kelompok dan faksi yang ada didalam partai politik. Proses ini menjadi satu kelaziman bagi partai politik baik dimasa orde baru maupun dimasa reformasi sekarang ini. Dampak dari kelaziman ini adalah munculnya berbagai konflik di internal partai politik yang berujung pada perpecahan, ketidak puasan dan ketidak dewasaan didalam menerima kenyataan politik mengakibatkan seseorang keluar
(20)
5
atau berhenti dari partai politik dan membuat partai politik baru sebagai wadah untuk mengawal dan menggagas ide serta pemikirannya.
Dari berbagai paparan diatas, patut disimak dan dicermati era refomasi melahirkan fenomena didalam perkembangan partai politik, ditahun 2004 terdapat partai demokrat yang mengusung Susilo Bambang Yudhoyono (SBY) sebagai ikon yang mampu mendulang suara bagi partai demokrat untuk tampil dan mengusung SBY sebagai capres hingga menjadi presiden ditahun 2004, hal ini terus berlanjut ditahun 2009 dengan perolehan suara yang hampir mencapai 90% disetiap tingkatan pemilihan partai demokrat tetap tampil sebagai kampuim dalam pemilu 2009 dan sukses menghantarkan SBY kembali menjadi presiden untuk periode yang kedua hingga sekarang.
1.2. Rumusan Masalah
Berdasarkan deskripsi latar belakang di atas, maka rumusan masalah dalam penelitian ini adalah, “Bagaimanakah Pola Rekruitmen Anggota dan Kepengurusan Partai Politik pada Partai Demokrat Cabang Kota Bandar
lampung?”.
1.3. Tujuan Penelitian
Tujuan penelitian ini adalah dimaksudkan untuk:
1. Untuk mengetahui bagaimana rekruitmen anggota dan pengurusan politik pimpinan partai Demokrat
2. Untuk mengetahui kriteria rekruitmen anggoa dan pemimpin partai Demokrat
(21)
6
3. Untuk mengetahui sejauh mana transparasi dan akuntabilitas rekruitmen anggota dan pemimpin partai Demokrat.
1.4. Manfaat Penelitian
1. Manfaat teoritis hasil penelitian dapat menambah dan memperkaya khasanah ilmu pengetahuan tentang rekrutmen pengurus partai.
2. Manfaat praktis, hasil penelitian ini diharapkan dapat memberikan kontribusi secara langsung bagi upaya peningkatan kualitas rekruitmen dan pengurus partai politik sehingga para pengurus partai dapat mengoptimalkan partainya.
(22)
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
2.1.Pengertian Rekruitmen
Rekruitmen merupakan proses mencari, menemukan, dan menarik para pelamar untuk dipekerjakan dalam dan oleh suatu organisasi. Maksud rekruitmen adalah untuk mendapatkan persediaan sebanyak mungkin calon-calon pelamar sehingga organisasi akan mempunyai kesempatan yang lebih besar untuk melakukan pilihan terhadap calon pekerja yang dianggap memenuhi standar kualifikasi organisasi. Proses rekruitmen berlangsung mulai dari saat mencari pelamar hingga pengajuan lamaran oleh pelamar.
Rekruitmen adalah proses kegiatan yang dilakukan oleh partai politik untuk mencari sumber daya manusia (human resources) guna dilibatkan dalam aktivitas partai politik, baik sebagai anggota, pengurus partai maupun untuk mengisi jabatan-jabatan publik. Dari pengertian tersebut, ada dua dimensi dari rekruitmen yang bisa dilihat. Pertama, dimensi internal, yakni bahwa rekruitmen menyangkut soal bagaimana partai mencukupi ketersediaan sumber daya manusia guna keberlanjutan eksistensinya. Kedua, pada hakekatnya, partai politik lahir dan dikonstruksikan sebagai milik publik. Konsekuensinya, partai bertanggungjawab menyediakan ruang bagi publik luas untuk terlibat dalam aktivitas partai politik.
(23)
8
2.2.Alasan-Alasan Dasar Rekruitmen
Rekruitmen dilaksanakan dalam suatu organisasi karena memungkinkan adanya lowongan (vacancy) dengan beraneka ragaman alasan, antara lain :
2.2.1. Berdirinya organisasi baru
2.2.2. Adanya perluasan kegiatan organisasi
2.2.3. Terciptanya pekerjaan-pekerjaan dan kegiatan-kegiatan baru 2.2.4. Adanya pekerja yang pindah ke organisasi lain.
2.2.5. Adanya pekerja yang berhenti, baik dengan hormat maupun tidak dengan hormat sebagai tindakan punitif
2.2.6. Adanya pekerja yang berhenti karena memasuki usia pensiun 2.2.7. Adanya pekerja yang meninggal dunia
2.3.Rekruitmen dan Pengaruh Nilai
Rekruitmen berkaitan dengan lingkungan, tidak hanya nilai-nilai, tetapi juga kondisi-kondisi ekonomi, sosial dan politik.
Permintaan dan penawaran tenaga kerja sangat dipengaruhi oleh keadaan lingkungan ini. Di sektor publik, rekruitmen juga dipengaruhi oleh hukum.
Klinger dan Nalbandian dalam Faustino Cardoso Gomes (2003:106) menyatakan rekruitmen merupakan fungsi manajemen sumber daya manusia yang penting dan menarik karena dalam praktek sangat dipengaruhi oleh tiga nilai utama, yang saling berbeda dan bahkan saling berlawanan satu sama lain, yang meliputi : (1) keadilan sosial (social equity), termasuk affirmative action; (2) efisiensi manajemen (managerial efficiency); dan (3) daya tanggap politik (political responsiveness).
(24)
9
Pendukung masing-masing dari ketiga nilai utama tersebut biasanya mempunyai tujuan dan cara yang saling berbeda dalam memandang dan mendekati proses rekruitmen. Adalah penting untuk memperhatikan nilai-nilai ini dalam praktek-praktek rekruitmen dari suatu lembaga tertentu, terutama dii sektor publik. Tidak hanya nilai efisiensi manajemen dan daya tanggap politik saja yang mesti dipenuhi, tetapi proses rekruitmen juga harus dikaitkan dengan Affirmatif Action, yang sangat menekankan pentingnya perwakilan proporsional sebagai manifestasi dari nilai keadilan sosial. Dari perspektif nilai, terdapat perbedaan pandangan dari para pendukung nilai itu masing-masing terhadap recuitment.
2.4. Rekruitmen Orang-Orang Yang Diangkat Secara Politik
Rekruitmen tidak hanya dilakukan untuk mendapatkan tenaga-tenaga operatif tetapi juga bagi tenaga pimpinan (eksekutif), atau ahli-ahli khusus. Ada tenaga-tenaga yang direkrut karena pertimbangan politik.
Sebelumnya perlu dibedakan antara Classified Positions dan Exempt Positions. Classified Positions biasanya diisi melalui mekanisme birokrasi, atau sistem pelayanan sipil. Oleh karena itu rekruitmen jenis ini sebenarnya lebih merupakan pemilihan berdasarkan karir/pengalaman kerja. Sedangkan Exempt Positions berada di luar dari pada mekanisme birokrasi, atau sistem pelayanan sipil tadi. Oleh karena itu posisi-posisi tipe ini biasanya diisi melalui apa yang dinamakan pemilihan secara politik. Jadi ada semacam pertimbangan politik bagi posisi-posisi tipe ini, sehingga dinamakan exempt (pengecualian). Mereka yang menduduki kedua jenis posisi ini biasanya mempunyai persepsi yang saling berbeda.
(25)
10
Orang-orang yang ditunjuk secara politik melihat pekerjaan pemerintah dengan berbagai perspektif dibandingkan dengan para administrator karir, antara lain: 2.3.1 Orang-orang yang dipilih secara politik biasanya orientasi dan kesetiaannya ke atas kepada pejabat terpilih yang memilihnya. Mereka diperkenalkan kepada jabatan-jabatannya dikarenakan kesetiaan politik dan psikologis yang telah mereka berikan kepada pejabat yang terpilih.
2.3.2 Mereka biasanya tidak banyak mengetahui tentang struktur dan fungsi dari instansi pemerintahan yang mereka jalankan, walaupun mungkin penunjukan mereka didasarkan kepada latar belakang pengalaman yang dianggap berkaitan dengan posisi yang mereka duduki.
2.3.3 Mereka kebanyakan adalah orang-orang yang juga dinggap berhasil dalam usaha-usahanya disektor swasta.
2.3.4 Orang-orang yang dipilih secara politik ini, dalam hal-hal tertentu mungkin melihat para birokrat karir sebagai orang-orang yang tidak mempunyai daya tanggap secara politik, termasuk loyalitas mereka terhadap program-program atau kebijaksanaan-kebijaksanaan dari pemerintah terdahulu. Oleh karena itu para pejabat terpilih memandang proteksi-proteksi pelayanan sipil sebagai ret tape (berbelit-belit) yang memelihara pegawai-pegawai yang tidak produktif pada pekerjaan-pekerjaan mereka.
Sebaliknya, secara mendasar, para birokrat karir dalam birokrasi memandang kelangsungan kebijaksanaan publik tergantung kepada mereka, dan melihat orang-orang yang dipilih secara politik tidak profesional.
(26)
11
2.5. Pengaruh Eksternal Terhadap Rekruitmen
Jalannya suatu organisasi sangat dipengaruhi oleh lingkungan. Terdapat tiga faktor lingkungan yang mempengaruhi kebijaksanaan-kebijaksanaan dan praktek-praktek rekruitmen, terutama di sektor publik, yaitu (1) economic conditions, (2) political factors dan (3) peraturan-peraturan AA dan keputusan-keputusan pengadilan.
2.6. Teknik-Teknik Rekruitmen
Teknik-teknik rekruitmen, baik di sektor publik maupun swasta, dapat dilakukan melalui asas disentralisasikan atau didesentralisasikan, tergantung kepada keadaan (besarnya) organisasi, kebutuhan dan jumlah calon pekerja yang hendak direkrut.
2.6.1. Teknik rekruitmen yang disentralisasikan
Jika instansi tersebut mempunyai beberapa ribu pekerja, dan jika departemen-departemen yang berbeda merekrut sejumlah beser pekerja juru ketik atau teknis bagi tipe kedudukan yang sama, rekruitmen yang disentralisasikan akan lebih sering dipakai karena lebih efisien biaya. Jika rekruitmen disentralisasikan, instansi yang mengelola sumber daya manusia itu akan bertanggungjawab untuk meminta dari para manajer akan perkiraan-perkiraan periodik mengenai jumlah dan tipe pekerja-pekerja baru yang dibutuhkan di waktu akan datang.
(27)
12
Dalam kenyataannya , proyeksi yang tepat mengenai kebutuhan-kebutuhan pembayaran baru tidak mudah karena beberapa hal, seperti :
2.5.1.1 Krisi politik atau pemotongan anggaran yang dapat secara drastis mempengaruhi kebutuhan-kebutuhan rekruitmen, dan karenanya berpengaruh terhadap kualitas daripada perkiraan.
2.5.1.2 Para Manager cenderung memperkirakan terlalu tinggi pekerja yang mereka butuhkan, hanya karena menurut pandangan mereka lebih baik mempunyai banyak pelamar dari pada terlalu sedikit. Hal ini tentu bertentangan dengan keinginan dari instansi-instansi yang menangani manajemen sumber daya manusia di tingkat pusat untuk mengurangi biaya seleksi dengan cara mengurangi jumlah pelamar pada jumlah minimum yang dibutuhkan untuk menjamin bahwa semua posisi yang tersedia diisi dengan pelamar-pelamar yang berkualitas.
2.5.1.3. Posisi-posisi yang spesial membutuhkan sejumlah besar pelamar karena suatu persentase yang tinggi dari para pelamar mungkin ditolak oleh instansi yang menyeleksi karena tidak memenuhi persyaratan-persyaratan spesialisasi dari posisi tersebut, walaupun mereka memenuhi semua persyaratan masuk yang umum.
Atas pertimbangan-pertimbangan itu, instansi manajemen sumber daya manusia tingkat pusat akan mengeluarkan pengumuman perihal lowongan kerja yang tersedia. Untuk memenuhi peraturan perundangan Affirmative Action yang
(28)
13
menghendaki perwakilan proporsional maka setiap pengumuman pekerjaan harus memasukkan informasi seperti :
1. Jenis pekerja, klasifikasi dan besarnya gaji 2. Lokasi tugas (unit geografis dan organisasi) 3. Gambaran dari kewajiban-kewajiban kerja 4. Kualifikasi minimal
5. Tanggal mulai kerja
6. Prosedur-prosedur pelamaran
7. Tanggal penutup bagi penerimaan pelamaran-pelamaran
Jika terdapat kelompok-kelompok anggota masyarakat yang tidak terwakilkan dalam suatu instansi tertentu, seperti kaum wanita, kaum minoritas, atau kelompok-kelompok lainnya, seperti ras, suku bangsa, daerah, maka rekruitmen membutuhkan waktu yang agak lama kalau memang rekruitmen itu ditargetkan untuk kelompok-kelompok tersebut.
2.6.2. Model Rekruitmen yang Desentralistik
Rekruitmen yang didesentralisasikan terjadi di instansi-instansi yang relatif kecil, kebutuhan-kebutuhan rekruitmen terbatas, dan dalam mana setiap instansi mempekerjakan berbagai tipe pekerja. Rekruitmen dengan cara ini selalu dipakai untuk posisi-posisi khas profesional, ilmiah, atau administratif bagi suatu instansi tertentu. Selama masa resesi, di mana permintaan akan pekerjaan-pekerjaan
(29)
14
pemerintah meningkat tetapi lowongannya terbatas, maka penggunaan rekruitmen dengan cara ini lebih efektif.
Instansi-instansi secara sendiri-sendiri biasanya lebih memilih rekruitmen yang didesentralisasikan karena mereka akan secara langsung mengendalikan proses rekruitmennya. Hanya saja, kelemahannya, para pimpinan tingkat pusat akan kehilangan kendali mengenai apakah proses rekruitmen itu dijalankan sesuai dengan peraturan perundang-undangan, dan memperhatikan nilai yang hendak diutamakan oleh AA atau tidak.
Beberapa instansi menggunakan kombinasi dari kedua jenis rekruitmen, baik yang disentralisasikan maupun yang didesentralisasikan. Berarti pengendaliannya menjadi lebih ketat, dan pada waktu bersamaan akan memberikan kepada instansi-instansi kesempatan melakukan rekruitmen yang lebih tepat waktu dan lebih fleksibel.
2.7. Regulasi Rekruitmen
Kebutuhan rekruitmen dapat dipahami sebagai area pengakuan eksistensi masyarakat oleh partai politik. Partai politik adalah milik publik. Oleh karena itu, partai harus terbuka bagi setiap warga negara dan non diskriminatif baik atas nama agama, etnis, kekayaan, gender dan sebagainya. Selain itu, kedaulatan partai politik berada ditangan para anggotanya yang karenanya berhak menentukan kebijakan partai serta hak memilih dan dipilih dalam berbagai jabatan partai atau jabatan publik
(30)
15
(UU 31 Tahun 2002, Pasal 10 dan 11). Pengaturan kesemuanya ini harus ada dalam AD/ART partai. Dari sini bisa dilihat bahwa AD/ART menjadi pilar penting bagi bekerjanya demokratisasi dalam rekruitmen. Persoalannya, selama ini ketentuan-ketentuan rekruitmen yang diatur dalam AD/ART sifatnya terlalu umum atau bahkan sama saja dengan yang tertera dalam UU No. 31 Tahun 2002.
AD/ART butuh disusun untuk memberikan panduan batasan yang lebih dalam menunjukkan kualifikasi yang jelas bagi calon anggota baru, pengurus, dan calon yang akan dipromosikan dalam jabatan publik atau politik oleh partai
2.8. Basis-Basis Penentu Konsep Rekruitmen
Ada 3 (tiga) basis pokok yang butuh dicermati guna memahami masing-masing karakteristik yang muncul dan sekaligus memiliki ruang transformasi bagi pencapaian demokrasi yang semakin matang bagi kehidupan internal partai, yakni, logika partai, tipe partai dan ideologi partai.
1. Logika Partai
Logika partai yang dimaksud di sini berkenaan dengan bagaimana kecenderungan partai menempatkan posisinya dalam menjalankan fungsinya sebagai agen masyarakat untuk terlibat dalam kontestasi perebutan kekuasaan. Dua jenis logika utama dalam hal ini adalah logika reprentasi pendukung dan logika kompetisi partai.
(31)
16
2. Tipe Partai
Ada beberapa tipe yang menjadi kecenderungan dari partai politik namun pada dasarnya tipe partai politik hanya diperbedakan kedalam dua tipe utama yakni partai masa dan partai kader. Dan dalam perkembangan nya kemudian muncul tipe Cacth all.
Tingkah laku partai masa sangat dipengaruhi oleh keinginan dan dinamika dari masa pendukungnya untuk menyuarakan kepentingan masyarakat kedalam sistem politik. Eksistensi ideal dari partai masa sangat ditentukan oleh besarnya pengaruh masa pendukungnya dalam menentukan arah partai disatu sisi dan kemampuan elit partai dalam menjalankan fungsi agregasi kepentingan masa pendukungnya.
Partai kader sangat dipengaruhi oleh keinginan dan dinamika dari elit/kader pendukungnya untuk memobilisasi dan mendapatkan dukungan masa bagi program-programnya atau untuk legitimasi kekuasaan. Sedangkan tipe partai cacth all muncul untuk mengatasi ketegangan diametris antara partai kader dan partai masa. Tingkah laku partai politik dengan tipe ini pada dasarnya sangat dipengaruhi oleh keinginan untuk memenangkan pemilu.
Dalam realitas partai politik di Indonesia saat ini ada kecurigaan banyak partai politik menunjukkan kecenderungan untuk bergerak menuju partai kartel, atau setidaknya berorientasi menjadi partai kader.
(32)
17
Kristiadi menunjukkannya kedalam beberapa gejala berikut ini : 1. Partai merupakan bagian dari agen negara yang berhadapan dengan warga
masyarakat dan bukan lagi sebagai mediator yang menghubungkan masyarakat dengan negara
2. Partai memilihkan ”menu” politik bagi pemilihnya, termasuk para calon anggota lembaga perwakilan.
3. Partai sangat bergantung pada subsidi pemerintah.
4. Partai tidak mengandalkan loyalitas anggotanya. Akibat nya hubungan partai dengan konstituen menjadi longgar, kampanye lebih mengandalakan kemampuan menejerial dan efisiensi serta capital intinsive dibanding menggalang solidaritas masa.
5. Partai tidak memiliki ediologi yang solid, tetapi lebih memperaktekkan pragmatisme politik.
6. Peran kepengurusan partai dipusat semakin kuat, sementara kepengurusan didaerah semakin melemah.
3. Ideologi
Ideologi atau basis sosial partai disamping katagorisasi pembilahan seperti yang dilakukan oleh Geertz diata, ada pembilahan lain yang didasarkan para ideologi seperti yang pernah tumbuh dalam partai politik di Indonesia. Feith dan Castles mengklasifikasi beragam ideologi partai kontestan pemilu 1955 kedalam komunisme, tradisionalisme jawa, nasionalisme radikal, islam dan sosialisme demokrat. Jikapun berbagai ideologi ini kemudian hilang, menurut dhakidae bukanlah karena
(33)
dasar-18
dasar ideologi tersebut runtuh, namun lebih karena pemaksaan dari luar yang membuat ideologi tersebut tenggelam.
Ideologi dan identitas sosial bukanlah sekat identitas eksklusif bagi partai politik untuk menandai penegasiannya atas yang lain. Ideologi partai politik atau keberagaman basis sosial yang ada justru dapat menjadi titik pijak dari partai politik untuk tampil lebih inklusif bagi kelompok basis sosial manapun.
2.9. Pola Rekruitmen
Pola rekruitmen yang dimaksud adalah konstantasi berbagai praktek rekruitmen oleh partai politik. Sungguhpun pada dasarnya setiap partai harus berprinsip untuk terbuka bagi kelompok sosial manapun, namun pada level praktis, kerapkali sulit dihindari bahwa tiap kecenderungan tipe partai menstrukturkan perbedaan dalam menatap konsep rekruitmen yang dianggap ideal bagi partainya.
Secara umum ada 4 (empat) pola dasar yang menjadi kecenderungan partai politik dalam melakukan rekruitmen anggota, pengurus maupun pejabat politik.
(34)
19
Tabel 1. Pola Rekruitmen Partai Politik
Partisanship Rekruitmen didasarkan dan diarahkan untuk mencari orang yang memiliki loyalitas kepada partai
Survival Rekruitmen didasarkan dan diarahkan pada orang yang memiliki sumber financial dan masa (dilakukan oleh partai pada saat momen pemilu)
Maritokratik Rekruitmen didasarkan dan diarahkan pada orang yang memiliki keahlian dan kapasitas tertentu.
Kompartementalisme Rekruitmen dilakukan berdasarkan kebutuhan penguatan departemen-departemen yang dianggap strategis dalam organisasi.
Secara umum, pola rekruitmen partai politik di Indonesia cendrung bergerak kearah pola survival, yang mengandalkan uang dan massa sebagai sumberdaya utama. Akibatnya dalam beberapa halpartai politik di Indonesia kerap menemui kesulitan, misalnya soal ketiadaan atau kekurangan persediaan kader-kader partai yang memiliki kapasitas dan kapabilitas untuk mengisi jabatan-jabatan publik (Erawan, Kompas com, 17/5/2005)
Namun demikian, sebenarnya proses pencampuran antara pola juga mungkin terjadi pada level internal partai. Maksudnya, tidak selalu sebuah partaikonsisten dengan satu pola perekrutan dalam setiap jenis rekruitmen. Ini karena menandakan setiap jenis rekruitmen adanya perbedaan persepsi terhadap strategi tidaknya suatu posisi atau jabatan tertentu. Ketiga jenis rekruitmen ini bisa kita andaikan berjenjang atau juga tidak.
(35)
20
Tantangan umum yang akan tampak nyata dalam pola rekruitmen ini adalah menstimbangkan antara kecenderungan oligarkhis dari elit atau faksi dominan dalam partai dengan faksi lainnya.
2.10. Partai Politik
2.10.1. Pengertian Partai Politik
Pada masa sekarang, partai politik merupakan sebuah gejala yang umum pada negara-negara modern. Pada awalnya partai politik lahir di Eropa, yaitu sebagai usaha dari kaum Aristokrat dalam parlemen, yang bertujuan mencari dukungan dari masyarakat1. Dalam perkembangannya partai politik diadopsi oleh negara-negara baru, yang salah satu fungsinya adalah sebagai sarana bagi masyarakat untuk ikut serta dalam proses politik. Partai politik merupakan fenomena modern yang munculnya berbarengan dengan perkembangan demokrasi modern (kelembagaan). Disini partai politik berperan sebagai saluran aspirasi politik berbagai kelompok masyarakat, berperan sebagai wahana untuk mengartikulasikan tuntutan politik juga berperan sebagai organisasi yang berhak membentuk pemerintahan. Fungsi-fungsi tersebut bekerja tergantung dari banyak faktor dan salah satunya adalah sejarah berdirinya partai politik.
Di dalam Pasal 1 Ayat 1 Undang-Undang Nomor 2 Tahun 2008 partai politik adalah organisasi yang bersifat nasional dan dibentuk oleh sekelompok warga negara
1
Ramlan Surbakti, Memahami Ilmu Politik, Jakarta, PT Gramedia Widia Sarana, 1992,
(36)
21
Indonesia secara sukarela atas dasar kesamaan kehendak dan cita-cita untuk memperjuangkan dan membela kepentingan politik anggota, masyarakat, bangsa dan negara, serta memelihara keutuhan Negara Kesatuan Republik Indonesia berdasarkan Pancasila dan Undang-Undang Dasar Negera Republik Indonesia Tahun 1945. Namun, di sini perbedaan terpenting sejarah kepartaian di Indonesia dengan negara-negara Eropa Barat terletak pada relasi kekuasaan negara-negara dan rakyatnya. Pluralisme yang mengakar demikian kuat di Barat membentuk watak dan karakter kekuasaan yang menyebar dikalangan rakyatnya. Negara, yang tidak mempunyai tujuan dan ideologi untuk dirinya sendiri, memainkan peran sebagai penengah dalam kompetisi antar kelompok-kelompok kepentingan. Setiap kelompok mamiliki hak untuk mendirikan partai dan menentukan program politik dan ekonominya sendiri. Di Indonesia, sekurangnya pada masa Orde Baru, negara memainkan peran yang sangat sentral, negara memiliki program, tujuan dan ideologi politiknya sendiri. partai hanya menjadi kendaraan orang-orang yang mempresentasikan diri sebagai bagian negara. Pemilu diadakan sebagai prasyarat politk bantuan luar negeri, demikian pula “partai
-partai alternatif” memperoleh hak hidup tetapi ruangnya sangat terbatas. pemilu
selama Orde Baru tidak jujur, bebas, adil dan fair.2
Secara umum ada banyak sekali definisi tentang partai politik. Menurut Sigmund Neumann, partai politik adalah organisasi artikulatif yang terdiri dari pelaku-pelaku politik yang aktif dalam masyarakat, yaitu mereka yang memusatkan
2
Joko J. Prihatmoko, Pemilu 2004 dan Konsolidasi Demokrasi, LP2I Press, Semarang, 2003,
(37)
22
perhatiannya pada pengendalian kekuasaan pemerintahan dan yang bersaing untuk memperoleh dukungan rakyat, dengan beberapa kelompok lain yang mempunyai pandangan yang berbeda-beda. Dengan demikian partai politik merupakan perantara yang besar yang menghubungkan kekuatan-kekuatan dan ideologi-ideologi sosial dengan lembaga-lembaga pemerintahan yang resmi dan yang mengkaitkan dengan aksi politik didalam masyarakat politik yang lebih luas.3
Partai politik, menurut Haryanto, pada hakekatnya merupakan sekelompok warganegara yang sedikit banyak telah terorganisir, dimana anggota-anggotanya memiliki cita-cita, tujuan-tujuan, dan orientasi yang sama. Kelompok ini berusaha untuk merebut dukungan rakyat sedangkan yang menjadi tujuannya adalah memperoleh dan mengendalikan kekuasaan politik atau pemerintahan, dan kemudian berusaha untuk melaksanakan kebijakan-kebijakannya dengan jalan menempatkan anggota-anggotanya dalam jabatan-jabatan politik ataupun pemerintahan.4
Sedangkan menurut Riswandha Imawan definisi partai politik yang cocok dengan setting politik Indonesia adalah dari devinisi Giovanni Sartori. Menurut Giovani Sartori partai politik adalah: “any political group identified by an official label that present at election and is capable of placing trough election (free and non
free ) candidates for public offices”. ( adalah segala macam bentuk kelompok politik
3
Sigmund Neumann, “Modern Political Parties”, Comparative Politics: A Reader, diedit
oleh Herry E. Eckstein dan Devid E. Epter, (London: The Free Press of Gloenco, 1963),
hal.352. dalam Miriam Budiardjo “Partisipasi dan Partai Politik”, PT Gramedia Jakarta,
1982, hal 14.
4
(38)
23
yang ditandai oleh adanya label resmi yang mengikuti pemilu baik yang bebas atau tidak dan mampu menempatkan calon-calon mereka pada kantor resmi pemerintahan.)5
2.10.2. Tipologi Partai Politik
Ada banyak sekali tipologi partai politik. Jika kita melihat organisasi internal dari partai-partai politik,6 maka terdapat dua klasifikasi partai;
1. Partai-partai elit atau sering disebut sebagai partai-partai tradisional. Partai jenis ini lebih menekankan pada mendapatkan dukungan dari orang-orang terkemuka, mereka lebih memperhatikan kualitas dari pada kuantitas. Warganegara berkualitas dicari karena prestise mereka, yang akan memberikan pengaruh moral atau partai
2. Partai Massa. Jenis ini lebih memprioritaskan jumlah kuantitas pemilih dari pada kualitas anggota. Pada partai tipe Massa, para calon tidak dipilih oleh komite-komite kecil, maka suatu perwakilan dari para anggota diorganisir secara demokratis, pada kongres-kongres partai lokal atau kongres partai nasional.
Selain tipologi diatas maka partai politik juga bisa diidentifikasi berdasarkan pada basis sosial dan tujuan. Almond telah menggolongkan partai
5
Riswandha Imawan : Isu-Isu Politik Dekade 1990-an dan pengaruhnya terhadap Sistem
Kepartaian di Indonesia, Jurusan Ilmu Pemerintahan, Fisipol, UGM, 1991, h.2.
6
Penulis mendapatkan tipologi organisasi internal kepartaian dari kuliah „Sistem Kepartaian
(39)
24
politik berdasarkan atas basis sosial dan tujuan. Menurut basis sosialnya partai politik dibagi menjadi empat tipe. Pertama, partai politik dengan basis sosial dalam masyarakat, seperti kelas atas, golongan bawah. Kedua, partai politik yang anggotanya berasal dari kalangan kelompok kepentingan tertentu., seperti kaum buruh, petani, pengusaha. Ketiga, partai politik yang anggota-anggotanya berasal dari pemeluk agama tertentu, seperti Islam, Katholik, Hindu. Keempat, partai politik yang anggota-anggotanya berasal dari kelompok budaya tertentu, seperti suku bangsa, bahasa, daerah tertentu. Namun dalam kebanyakan kasus sebuah partai tidak hanya memiliki satu jenis basis sosial, tetapi merupakan kumpulan dari berbagai kalangan, dengan satu atau dua kelompok yang dominan. Contohnya adalah Partai demokrat di Amerika yang berisi kelas bawah, kulit hitam dan katolik, hal ini tidak berarti bahwa pendukungnya tidak ada yang berasal dari kelas atas, kulit putih dan protestan. 7
Sedangkan berdasarkan tujuan, maka partai politik dibagi menjadi tiga. Pertama Partai Perwakilan Kelompok, artinya, partai yang menghimpun berbagai kelompok dalam masyarakat untuk memenangkan sebanyak mungkin kursi dalam parlemen. Seperti Barisan Nasional di Malaysia. Kedua adalah partai politik Pembinaan Bangsa, artinya partai ini bertujuan menciptakan kesatuan nasional dan biasanya menindas kepentingan-kepentingan sempit, seperti seperti Partai Aksi Rakyat Singapura. Ketiga partai Mobilisasi, artinya partai yang berupaya memobilisasi masyarakat kearah pencapaian tujuan-tujuan yang
7
(40)
25
ditetapkan oleh pemimpin partai, sedangkan partisipasi dan perwakilan kelompok cenderung diabaikan. Partai ini cenderung monopolistis karena hanya ada satu partai dalam masyarakat. Contohnya adalah partai Komunis.
2.10.3 Fungsi Partai Politik
Menurut Roy C. Macridis partai politik berfungsi sebagai reprensentasi, konversi dan agregasi, integrasi (partisipasi, sosialisasi, mobilisasi), persuasi, represi, rekruitmen, pemilihan pemimpin, pertimbangan-pertimbangan, perumusan kebijakan dan kontrol terhadap pemerintah.8 Membuat Pertimbangan, Perumusan Kebijakan dan Kontrol terhadap Pemerintah. Para anggota mencapai persetujuan tentang tujuan-tujuan utama partai dan sebelumnya mereka mempunyai kesempatan untuk memperdebatkannya.9
Fungsi utama partai politik adalah mencari dan mempertahankan kekuasaan guna mewujudkan program-program yang disusun berdasarkan ideologi tertentu. Partai politik juga mempunyai fungsi politik sebagai berikut:
1. Partai sebagai sarana komunikasi
Salah satu tugas dari partai politik adalah sebagai penyalur aneka ragam pendapat dan aspirasi masyarakat, serta mengatur sedemikian rupa sehingga kesimpang siuran pendapat dalam masyarakat berkurang.di dalam masyarakat modern pendapat atau aspirasi seseorang maupun kelompok akan hilang bila apabila
8
Roy C. Macridis, sejarah fungsi dan tipologi partai politik dalam Ichlasul Amal, Teori-teori
Mutakhir Partai Politik, Yogyakarta, Tiara Wacana, 1996, hal.26.
9
(41)
26
tidak ditampung dan digabung dengan pendapat dan aspirasi yang senada. Proses ini dinamakan penggabungan kepentingan (interest aggregation) pendapat dan aspirasi ini diolah dan dirumuskan dalam bentuk yang teratur. Proses ini dinamakan proses perumusan kepentinggan (interes articulation) yang mana kegiatan tersebut hanya dapat dilakukukan partai politik. Hasil perumusan kepentingan tersebut kemudian di jadikan sebagai infut pembuatan program kerja yang akan diperjuangkan dan disampaikan kepada pemerintah untuk dijadikan sebuah kebijakan publik.
Dilain pihak partai politik juga berfungsi memperbincangkan dan menyebarluaska rencana-rencana dan kebijakan-kebijakan pemerintah, dengan demikian partai politik memainkan peranan sebagai penghubung antara yang memerintah dengan yang diperintah antara pemerintah dengan warga masyarakat.
Didalam menjalankan fungsi ini partai politik sering disebut sebagai broker (perantara) dalam suatu bursa ide-ide ( clearing hause of ideas ) kadang kadang partai politik bagi pemerintah dikatakan sebagai alat pendengar, sedangkan bagi masyarakat sebagai pengeras suara.
2. Partai sebagai sarana sosialisasi politik ( instrument of political socialization) Di dalam ilmu politik sosialisasi diartikan sebagai proses melalui mana sesorang memperolih sikap dan orientasi terhadap fenomena politik yang umumnya berlaku dalam masyarakat dimana ia berada. Dalam usaha menguasai pemerintahan melalui kemenagan dalam pemilihan umum, partai harus memperoleh dukungan seluas
(42)
27
mungkin, untuk itu partai berusah untuk menciptakan sebuah “image” bahwa ia memperjuangkan kepentinggan umum.
Disamping menanamkan solidaritas di dalam paartai , partai juga mendidik anggotanya menjadi manusia yang sadar akan tanggung jawabnya sebagai warga negara dan menempatkan kepentingan pribadi dibawah kepentingan nasional.
3. Partai sebagai rekruitmen politik
Partai juga berfunngsi untuk mengajak dan merekrut orang untuk yang berkompeten untuk berpartisipasi aktif dalam kegiatan politik sebagai anggota partai (political recruitment) dengan demikian partai turut memperluas partisipasi politik. Dalam rekruitmen mereka mengusahakan menarik kader-kader muda untuk dipersiapkan menjadi penggati dimasa mendatang.
4. Partai politik sebagai sarana untuk pengatur konflik (conflict management) Dalam demokrasi perbedaan pendapat merupakan sesuatu yang wajar, karena itula keindahan sebuah demokrasi, terkadang dalam sebuah perbedaan akan memmunculkan sebuah konflik maka disitulah partai berperan untuk mengatasinya. Namun dalam prakteknya fungsi ini tidak dilakukan sebagai mana fungsinya . misalnya informasi yang diberikan justru memberikan kegelisahan dan perpecahan dalam masyarakat, yang dikejar bukan kepentingan nasional melaikan kepentingan partai dengan akibat pengotakan politik sehingga konflik tidak diselesaikan malah dipertajam.
(43)
28
Selain keempat funsi diatas Surbaki menambahkan fungsi partai poltik sbb: 1) pemandu kepentingan, 2). Partisipasi politik, 3). Kontrol politik.oleh karena itu partai sangat bermanfaat menurut Lance castles yakni sebagai sarana rekruitmen, oposisi, kompetisi, dan alternasi bagi negara modern yang demokratis. Tetapi partai juga bisamenjadi kutukan bagi masyarakat jika ia menjadi alat utuk mobilisasi rakyat demikepentingan penguasa. Inilah yang disebut sebagai totalitarianisme.
Tujuan partai politik adalah memperolih kekuasaan politik dan melalui kekuasaan tersebut dapat mrmpengarui serta melaksanakan kebijakan. Kekuasaan diperolih jika mendapat dukungan dari rakyat melalui perolehan suara mayoritas dalam pemilihan umum. Oleh karena itu menjaga agar kepercayaan masyarakat terhadappartai semakin menguat merupakan bagian dari komunikasi vertikal antara pemerintahan dan masyarakat
(44)
BAB III
METODE PENELITIAN
3.1. Desain Penelitian
Jenis penelitian yang dipergunakan adalah tipe penelitian deskriptif dengan metode kualitatif. Menurut Narbuko (2005:44) Penelitian deskriptif adalah penelitian yang berusaha untuk menuturkan pemecahan masalah yang ada sekarang berdasarkan data-data, jadi ia juga menyajikan data, menganalisis dan menginterpretasikan.
3.2. Ruang Lingkup Penelitian
Pada penelitian ini, lokasi yang dijadikan sebagai sasaran penelitian adalah Partai Demokrat di Kota Bandar Lampung, karena ada beberapa pertimbangan sebagaimana yang disampaikan oleh Moleong (2002:109) bahwa cara terbaik yang perlu ditempuh dalam penentuan lapangan penelitian adalah dengan cara mempertimbangkan teori substansif, pergilah dan jajakilah lapangan untuk melihat apakah ada kesesuaian dengan kenyataan yang ada di lapangan. Berbagai keterbatasan waktu, biaya, tenaga, peralatan perlu pula dijadikan pertimbangan dalam penentuan lokasi penelitian.
(45)
30
3.3. Fokus Penelitian
Fokus penelitian adalah gambaran mengenai pokok bahasan atau pokok masalah yang akan diteliti. Topik atau pokok bahasan yang menjadi fokus penelitian ini adalah rekruitmen pengurus partai politik (pimpinan) pada partai Demokrat di Kota bandar Lampung.
3.4. Subyek dan Sumber Informasi
Sumber data utama dalam penelitian kualitatif adalah kata-kata atau tindakan, selebihnya adalah data tambahan seperti dokumen dan lain-lain. Kata-kata atau tindakan orang-orang yang diamati atau diwawancarai merupakan sumber data utama, sumber data utama dicatat melalui rekaman audiotik atau foto. Pencatatan sumber data utama melalui wawancara utama atau pengamatan merupakan hasil gabungan dari melihat, mendengar dan bertanya pada penelitian kualitatif, kegiatan-kegiatan ini dilakukan secara sadar, terarah dan senantiasa bertujuan memperoleh suatu informasi yang diperlukan (Lofland dan Lofland dalam Lexy J. Moleong (2000: 112),
Sumber data yang digunakan dalam penelitian ini meliputi: a. Data Primer
Yaitu data yang diperoleh secara langsung dari para informan melalui wawancara dengan pihak yang berkompeten, dalam hal wawancara dilakukan melalui pengurus partai yang meliputi (Ketua, unsur wakil ketua, sekretaris, dan Bidang Humas di partai Demokrat di Kota Bandar Lampung).
(46)
31
1. Pengurus
2. Standar Operasional (SoP) rekruitmen
3. Surat perintah penetapan hasil musyawarah cabang (Muscab) DPC Demokrat Kota Bandar Lampung.
b. Data Sekunder
Sumber data sekunder dalam penelitian ini meliputi data yang secara tidak langsung memberi keterangan maupun data yang ikut mendukung data primer.
Data sekunder tersebut terdiri dari: 1. Dokumen
2. Buku-buku, Surat-surat.
3.5. Teknik Pengumpulan Data a. Intervew (Wawancara)
Menurut Surachmad (1982:174) wawancara adalah metode pengumpulan data dimana peneliti mengumpulkan data dengan jalan komunikasi langsung dengan subyek penyelidikan baik dalam situasi yang sebenarnya maupun dalam situasi buatan.
Jadi wawancara yaitu proses tanya jawab dalam penelitian yang berlangsung secara lisan dengan pihak-pihak yang berkompeten. Wawancara dilakukan terhadap informan yang telah ditentukan untuk mendapatkan informasi yang lebih jelas dan mendalam tentang berbagai hal yang diperlukan, yang berhubungan dengan masalah penelitian, juga untuk merespon berbagai pendapat untuk meningkatkan kinerja organisasi yang akan datang.
(47)
32
b. Dokumentasi
Menurut pendapat Moleong (2002:161) Dokumentasi adalah setiap bahan yang tertulis ataupun film, yang dipersiapkan untuk penelitian, pengujian suatu peristiwa atau record maupun yang tidak dipersiapkan untuk itu. Data-data sekunder ini diperoleh dari berbagai sumber yang terkait. Disamping dokumentasi yang terdapat pada kantor juga dilakukan pengambilan data dokumen dari perpustakaan.
c. Observasi
Menurut Pendapat Suharsimi Arikunto (1993:169) observasi adalah semua bentuk penerimaan data yang dilakukan dengan cara merekam kejadian, menghitungnya, mengukurnya dan mencatatnya.
Berdasarkan pendapat di atas, dapat diketahui observasi adalah teknik pengumpulan data melalui pengamatan dan pencatatan langsung pada objek penelitian untuk mengetahui fenomena-fenomena dan gejala-gejala yang terjadi sesuai dengan pokok permasalahan yang diselidiki dan yang diobservasi.
3.6. Teknik Analisis Data
Menurut pendapat Sugiyono (2005:169), analisis data merupakan kegiatan setelah data dari seluruh responden atau sumber data lain terkumpul. Setelah data terkumpul maka penulis memberikan uraian fakta-fakta dalam bentuk kalimat yang sistematis dengan mangacu pada ketentuan yang berlaku sehingga diperoleh suatu kesimpulan sebagai bahan pembahasan yang merupakan jawaban terhadap pokok permasalahan dalam penelitian ini.
(48)
33
Teknik analisa data yang dipergunakan dalam penelitian ini adalah analisa secara kualitatif dengan menggunakan model analisis interaktif. Dimana analisa data disajikan berdasarkan konsep tertentu dalam kerangka teori yang telah diuraikan sebelumnya. Data yang diperoleh dalam obyek penelitian ini ditemukan, diolah dan dikonfirmasikan dengan opini dari responden yang sedang diamati. Berdasarkan paparan tersebut kemudian ditarik kesimpulan dan saran. Selain itu juga bermanfaat untuk memecahkan masalah-masalah yang telah disebutkan dalam rumusan masalah.
(49)
66
BAB V
KESIMPULAN DAN SARAN
5.1. Kesimpulan.
Rekruitmen politik merupakan fungsi yang sangat penting bagi partai politik. Fungsi rekruitmen politik ini menjadi fungsi eksklusif partai politik dan tidak mungkin ditinggalkan oleh partai politik. Meskipun
demikian, rekruitmen politik merupakan sebuah “kotak hitam politik”
yang menyimpan banyak misteri dan belum banyak diungkap. Oleh karena itu, penelitian terhadap fenomena rekruitmen politik dapat menjelaskan banyak hal dari dinamikan partai politik.
Berdasarkan temuan tesis ini, rekruitmen politik dalam Partai Demokrat menunjukkan kecunderungan sebagaimana berikut: Pertama, dalam proses rekruitmen anggota dan pengurus Partai Demokrat Cabang Kota Bandar Lampung adalah melihat kemampuan kekuatan basis massa anggota atau pengurus menjadi pertimbangan utama dalam rekruitmen Partai Demokrat. Kenyataan ini sangat penting karena dukungan massa merupakan modal sosial yang dapat dimanfaatkan secara total oleh partai untuk mendulang suara sebesar-besarnya dengan dukungan dari komunitas-komunitas yang ada. Meskipun demikian menurut Sekretaris Dewan Pimpinan Daerah Partai Demkorat Provinsi Lampung, faktor loyalitas untuk
(50)
67
membesarkan partai juga menjadi pertimbangan dalam setiap proses rekruitmen baik anggota maupun pengurus dalam Partai Demokrat.
Kedua, selain faktor kekuatan massa dan loyalitas faktor kemampuan finansial anggota atau pengurus juga menjadi pertimbangan namun hal ini tidak menjadi patokan utama dalam prosess rekruitmen anggota Partai Demokrat di Bandar Lampung. Pola rekruitmen Partai Demokrat yang juga melihat kemampuan finansial calon kandidat sebagai salah satu pertimbangan menurut peneliti merupakan salah satu jawaban mengapa kepengurusan Partai Demokrat kota Bandar Lampung didominasi oleh anggota yang pindahan dari kader-kader partai lain..
Ketiga, faktor pertimbangan lainnya yakni bagi anggota yang duduk dalam kepengurusan Partai Demokrat harus memiliki trackrecord yang positif, mau membesarkan partai dan didpilih/ditunjuk oleh katua dan formatur terpilih. Hal ini karena pasca rekruitmen politik setiap kader Partai Demokrat akan merepresentasikan penentu wajah partai di ruang publik. Maka, siapa mereka, darimana asalnya, apa ideologinya, bagaimana pengalaman politiknya, dan bagaimana kapasitas politiknya akan menjadi petunjuk awal politik partai di ruang publik.
Terakhir, seiringan dengan semakin ketat dan seleksinya proses rekruitman keanggotaan dalam Partai Demokrat hal ini telah menunjukkan perubahan haluan partai dari awalnya sebagai partai massa kini telah semakin mantapnya menjadi partai kader. Dalam hal ini, internalisasi nilai-nilai demokrasi dan perjuangan partai demokrat ditransfer ke anggotanya
(51)
68
melalui kaderisasi yang berupa pelibatan simpatisan, anggota dan segenap pengurus dalam kegiatan-kegiatan partai. Kegiatan-kegiatan tersebut berupa rapat, menerima kunjungan dari kepengurusan yang lebih tinggi, kunjungan sosial dan sebagainya. Meski secara organisasi kaderisasi dilakukan melalui instrumen program pendidikan dan pembentukan lembaga yang khusus mengelola kaderisasi, kegiatan partai demokrat tersebut langsung diselenggarakan oleh kepengurusan DPC.
Di setiap jenjang kepengurusan Partai Demokrat, sesuai AD-ART partai dibentuk unit kaderisasi, pendidikan dan pelatihan yang bertugas untuk melaksanakan pendidikan, pelatihan, dan kaderisasi secara teratur dan insedental sesuai kebutuhan semua kader dan fungsionaris partai di tingkatanannya. Namun, dalam praktiknya di kota Bandar Lampung unit ini kurang berfungsi sebagaimana diuraikan AD-ART tersebut. Kaderisasi oleh pengurus Partai Demokrat dipahami lebih dari pemberian materi atau indoktrinasi secara formal melalui ruang-ruang kelas tetapi juga sebagai pengikutsertaan anggota atau jajaran pengurus lain dan kegiatan-kegiatan yang dilakukan oleh partai, seperti rapat-rapat dan kunjungan ke PAC. Sehingga unit kaderisasi sebagi bagian struktur organisasi partai, bersama fungsionarisnya tidak lebih sebagai papan nama jika ditinjau dari fungsi unit tersebut.
(52)
69
5.2. Saran
1. Partai demokrat penting untuk selalu menciptakan budaya rekruitmen politik tidak hanya menjadikan faktor kemampuan finansial sebagai faktor utama dalam proses rekruitmen keanggotaan, karena hal ini hanya akan menjadi partai demokrat sebagai partai kompetisi bagi kalangan yang mampu, sementara yang membedakan Partai Demokrat dengan partai lainnya di lapangan adalah keunggulan program-program prorakyat yang selam ini telah dijalankan di bawah pemerintah SBY.
2. Partai Demokrat yang berkomitmen memperjuangkan program-program prorakyat maka penting untuk terus melakukan strategi pengembangan sumber daya manusia.
3. Di samping itu, Partai Demokrat juga harus menyiapkan dan mendidik pimpinan-pimpinan partai agar dapat mengelola partai dengan baik dalam rangka menyiapkan para calon kepala daerah maupun legislatif agar dapat melakukan tugasnya dengan baik.
4. Fenomena rekuitmen politik dalam Partai Demokrat yang belakangan cenderung merekrut orang-orang di luar partai untuk dicalonkan menjadi kepada daerah/kota dan legislatif hal ini dapat menjadi bumerang bagi Partai Demokrat karena banyak dari kader yang hanya memiliki kepentingan pragmatis sehingga lupa dengan tugasnya sebagai seorang kader yang harus membesarkan partai.
(53)
70
5. Keberadaan Partai Demokrat masih belum menunjukkan sebagai partai kader yang kuat dan mandiri karena secara kelembagaan partai ini masih sangat tergantung pada sosok SBY.
6. Penelitan ini memiliki ketebatasan baik dari segi konseptual teoritis, metodologis maupun operasional teknis termasuk variasi sumber data. Untuk itu, perlu dilakukan penelitian lebih mendalam dan berkelanjutan baik dalam kerangka konsep, metodologis maupun operasional teknis sehingga lebih mampu mengungkapkan pola-pola rekruitmen dalam partai politik.
(54)
71
DAFTAR PUSTAKA
.
Rahman H.I. 2007, Sistem Politik Indonesia, Graha Ilmu, Jakarta.
Evans, Kevin Raymond, 2003, Sejarah Pemilu dan Partai Politik di Indonesia¸Arise Concultancies, Jakarta.
Imawan, Riswanda. 2004, Partai Politik di Indonesia, Pergulatan Setengah Hati Mencari Jati Diri, Pidato Pengukuhan Guru Besar dalam Ilmu Politik, Fisipol, UGM.
Surbakti, Ramlan. 1992¸ Memahami Ilmu Politik, PT. Gramedia Widiasarana, Indonesia, Jakarta.
Pemungkas, Sigit, 2011, Partai Politik Teori dan Praktik di Indonesia, Institute for Democracy and Welfarism, Yogyakarta
Prof. Budiardjo, Meriam. 2008, Dasar Dasar Ilmu Politik, Gramedia Pustaka Utama, Jakarta.
Prihatmoko, J, Joko. 2003. Pemilu 2004 dan Konsolidasi Demokrasi, LP2I Press, Semarang,.
Neumann, Sigmund. 1963, Modern Political Parties”, Comparative Politics: A Reader, diedit oleh Herry E. Eckstein dan Devid E. Epter, London.
(55)
72
Budiardjo, Miriam. 1982, Partisipasi dan Partai Politik”, PT Gramedia Jakarta.
Haryanto. 1983, Sistem Politik, Suatu Pengantar, Liberty, Yogyakarta. Imawan, Riswandha. 1991, Isu-Isu Politik Dekade 1990-an dan pengaruhnya terhadap Sistem Kepartaian di Indonesia, Jurusan Ilmu Pemerintahan, Fisipol, UGM.
http://politik.rmol.co/read/2013/03/02/100606/Tadinya-Partai-Massa,-Demokrat-Menjadi-Partai-Kader-Sejak-Anas-Memimpin-
Buku Pedoman Partai Demokrat Program Penanggulangan Kemiskinan Kabinet SBY..
(1)
membesarkan partai juga menjadi pertimbangan dalam setiap proses rekruitmen baik anggota maupun pengurus dalam Partai Demokrat.
Kedua, selain faktor kekuatan massa dan loyalitas faktor kemampuan finansial anggota atau pengurus juga menjadi pertimbangan namun hal ini tidak menjadi patokan utama dalam prosess rekruitmen anggota Partai Demokrat di Bandar Lampung. Pola rekruitmen Partai Demokrat yang juga melihat kemampuan finansial calon kandidat sebagai salah satu pertimbangan menurut peneliti merupakan salah satu jawaban mengapa kepengurusan Partai Demokrat kota Bandar Lampung didominasi oleh anggota yang pindahan dari kader-kader partai lain..
Ketiga, faktor pertimbangan lainnya yakni bagi anggota yang duduk dalam kepengurusan Partai Demokrat harus memiliki trackrecord yang positif, mau membesarkan partai dan didpilih/ditunjuk oleh katua dan formatur terpilih. Hal ini karena pasca rekruitmen politik setiap kader Partai Demokrat akan merepresentasikan penentu wajah partai di ruang publik. Maka, siapa mereka, darimana asalnya, apa ideologinya, bagaimana pengalaman politiknya, dan bagaimana kapasitas politiknya akan menjadi petunjuk awal politik partai di ruang publik.
Terakhir, seiringan dengan semakin ketat dan seleksinya proses rekruitman keanggotaan dalam Partai Demokrat hal ini telah menunjukkan perubahan haluan partai dari awalnya sebagai partai massa kini telah semakin mantapnya menjadi partai kader. Dalam hal ini, internalisasi nilai-nilai demokrasi dan perjuangan partai demokrat ditransfer ke anggotanya
(2)
melalui kaderisasi yang berupa pelibatan simpatisan, anggota dan segenap pengurus dalam kegiatan-kegiatan partai. Kegiatan-kegiatan tersebut berupa rapat, menerima kunjungan dari kepengurusan yang lebih tinggi, kunjungan sosial dan sebagainya. Meski secara organisasi kaderisasi dilakukan melalui instrumen program pendidikan dan pembentukan lembaga yang khusus mengelola kaderisasi, kegiatan partai demokrat tersebut langsung diselenggarakan oleh kepengurusan DPC.
Di setiap jenjang kepengurusan Partai Demokrat, sesuai AD-ART partai dibentuk unit kaderisasi, pendidikan dan pelatihan yang bertugas untuk melaksanakan pendidikan, pelatihan, dan kaderisasi secara teratur dan insedental sesuai kebutuhan semua kader dan fungsionaris partai di tingkatanannya. Namun, dalam praktiknya di kota Bandar Lampung unit ini kurang berfungsi sebagaimana diuraikan AD-ART tersebut. Kaderisasi oleh pengurus Partai Demokrat dipahami lebih dari pemberian materi atau indoktrinasi secara formal melalui ruang-ruang kelas tetapi juga sebagai pengikutsertaan anggota atau jajaran pengurus lain dan kegiatan-kegiatan yang dilakukan oleh partai, seperti rapat-rapat dan kunjungan ke PAC. Sehingga unit kaderisasi sebagi bagian struktur organisasi partai, bersama fungsionarisnya tidak lebih sebagai papan nama jika ditinjau dari fungsi unit tersebut.
(3)
5.2. Saran
1. Partai demokrat penting untuk selalu menciptakan budaya rekruitmen politik tidak hanya menjadikan faktor kemampuan finansial sebagai faktor utama dalam proses rekruitmen keanggotaan, karena hal ini hanya akan menjadi partai demokrat sebagai partai kompetisi bagi kalangan yang mampu, sementara yang membedakan Partai Demokrat dengan partai lainnya di lapangan adalah keunggulan program-program prorakyat yang selam ini telah dijalankan di bawah pemerintah SBY.
2. Partai Demokrat yang berkomitmen memperjuangkan program-program prorakyat maka penting untuk terus melakukan strategi pengembangan sumber daya manusia.
3. Di samping itu, Partai Demokrat juga harus menyiapkan dan mendidik pimpinan-pimpinan partai agar dapat mengelola partai dengan baik dalam rangka menyiapkan para calon kepala daerah maupun legislatif agar dapat melakukan tugasnya dengan baik.
4. Fenomena rekuitmen politik dalam Partai Demokrat yang belakangan cenderung merekrut orang-orang di luar partai untuk dicalonkan menjadi kepada daerah/kota dan legislatif hal ini dapat menjadi bumerang bagi Partai Demokrat karena banyak dari kader yang hanya memiliki kepentingan pragmatis sehingga lupa dengan tugasnya sebagai seorang kader yang harus membesarkan partai.
(4)
5. Keberadaan Partai Demokrat masih belum menunjukkan sebagai partai kader yang kuat dan mandiri karena secara kelembagaan partai ini masih sangat tergantung pada sosok SBY.
6. Penelitan ini memiliki ketebatasan baik dari segi konseptual teoritis, metodologis maupun operasional teknis termasuk variasi sumber data. Untuk itu, perlu dilakukan penelitian lebih mendalam dan berkelanjutan baik dalam kerangka konsep, metodologis maupun operasional teknis sehingga lebih mampu mengungkapkan pola-pola rekruitmen dalam partai politik.
(5)
DAFTAR PUSTAKA
.
Rahman H.I. 2007, Sistem Politik Indonesia, Graha Ilmu, Jakarta.
Evans, Kevin Raymond, 2003, Sejarah Pemilu dan Partai Politik di Indonesia¸Arise Concultancies, Jakarta.
Imawan, Riswanda. 2004, Partai Politik di Indonesia, Pergulatan Setengah Hati Mencari Jati Diri, Pidato Pengukuhan Guru Besar dalam Ilmu Politik, Fisipol, UGM.
Surbakti, Ramlan. 1992¸ Memahami Ilmu Politik, PT. Gramedia Widiasarana, Indonesia, Jakarta.
Pemungkas, Sigit, 2011, Partai Politik Teori dan Praktik di Indonesia, Institute for Democracy and Welfarism, Yogyakarta
Prof. Budiardjo, Meriam. 2008, Dasar Dasar Ilmu Politik, Gramedia Pustaka Utama, Jakarta.
Prihatmoko, J, Joko. 2003. Pemilu 2004 dan Konsolidasi Demokrasi, LP2I Press, Semarang,.
Neumann, Sigmund. 1963, Modern Political Parties”, Comparative Politics: A Reader, diedit oleh Herry E. Eckstein dan Devid E. Epter, London.
(6)
Budiardjo, Miriam. 1982, Partisipasi dan Partai Politik”, PT Gramedia Jakarta.
Haryanto. 1983, Sistem Politik, Suatu Pengantar, Liberty, Yogyakarta. Imawan, Riswandha. 1991, Isu-Isu Politik Dekade 1990-an dan pengaruhnya terhadap Sistem Kepartaian di Indonesia, Jurusan Ilmu Pemerintahan, Fisipol, UGM.
http://politik.rmol.co/read/2013/03/02/100606/Tadinya-Partai-Massa,-Demokrat-Menjadi-Partai-Kader-Sejak-Anas-Memimpin-
Buku Pedoman Partai Demokrat Program Penanggulangan Kemiskinan Kabinet SBY..