ANALISIS IMPLIKASI PENGUNDURAN DIRI HARI TANOESUDIBJO TERHADAP EKSISTENSI PARTAI NASDEM DALAM PERSPEKTIF PENGURUS WILAYAH PARTAI NASDEM PROVINSI LAMPUNG

(1)

ABSTRAK

ANALISIS IMPLIKASI PENGUNDURAN DIRI HARI TANOESUDIBJO TERHADAP EKSISTENSI PARTAI NASDEM DALAM PERSPEKTIF

PENGURUS WILAYAH PARTAI NASDEM PROVINSI LAMPUNG

Oleh Aditya Fermanda

Penelitian ini diteliti dari hasil rapat para petinggi partai Nasdem yang menentukan Surya Paloh menjadi ketua umum partai membuat Harry Tanoesodibjo mengundurkan diri karena tidak sesuai dengan apa yang di inginkannya, karena keinginan Harry Tanoesodibjo adalah Surya Paloh tidak menjabat sebagai ketua umum partai NasDem. Tujuan penelitian adalah untuk Mengetahui kronologi pengunduran diri Harry Tanoesodibjo terhadap eksistensi Partai Nasdem dan mengetahui implikasi pengunduran diri Harry Tanoesodibjo terhadap eksistensi Partai Nasdem dari perspektif pengurus wilayah Provinsi Lampung.

Data yang telah diperoleh dianalisis secara deskriptif yaitu suatu penelitian yang sistematis, faktual dan akurat. Sumber diperoleh dari wawancara mendalam dengan teknik Snowball yaitu pemilihan informan yang ditentukan dari pengetahuannya tentang pengunduran Harry Tanoesudibjo ini.

Hasil penelitian diperoleh data bahwa mundurnya Harry Tanoesodibjo karena tidak setuju dengan pencalonan Surya Paloh sebagai ketua umum. Pengunduran diri Harry Tanoesodibjo dari partai Nasdem ditinjau dari perspektif pengurus partai provinsi lampung menurut 4 indikator eksistensi partai yaitu derajat kesisteman,identitas nilai,derajat otonomi dan pengetahuan publik.

Satu,pengunduran diri Harry Tanoesudibjo terhadap aspek derajat kesisteman tidak berpengaruh karena semua penyelesaian konflik sesuai dengan AD/ART yang berlaku. Dua,pengunduran diri Harry Tanoesudibjo terhadap aspek identitas nilai menurut perspektif pengurus Lampung sedikit berpengaruh karena keluarnya anggota partai di beberapa daerah karena mengikuti Harry Tanoesudibjo dan merupakan basis dukungan Harry Tanoesudibjo. Tiga,Pengunduran diri Harry Tanoesudibjo terhadap aspek derajat otonomi partai menurut perspektif pengurus Lampung tidak berpengaruh karena intervensi dari luar partai tidak ada dalam penyelesaian masalah ini dan empat,Pengunduran diri Harry Tanoesudibjo terhadap aspek pengetahuan publik menurut perspektif pengurus mundurnya


(2)

(3)

ABSTRACT

ANALYSIS IMPLICATIONS OF HARRY TANOESUDIBJO

RESIGNATION FROM NASDEM PARTY ON EXISTENCE OF NASDEM PARTY IN THE PERSPECTIVE OF THE REGION NASDEM PARTY

PROVINCE LAMPUNG BY

ADITYA FERMANDA

This study examined the results of a meeting of top party officials who determine Surya Paloh Nasdem become party chairman Harry Tanoesodibjo resign because it does not conform to what is wanted it, because his desire is Surya Paloh not served as party chairman NasDem. The research objective is to Know the chronology of the resignation of Harry Tanoesodibjo the existence Nasdem Party and the implications of the resignation of Harry Tanoesodibjo Nasdem Party's existence from the perspective of management areas of Lampung Province.

The data obtained were analyzed descriptively have a study that systematic, factual and accurate. Source derived from in-depth interviews with Snowball technique is the selection of proper informants knowledge about Harry Tanoesoedibjo's resignation.

Results of the study data showed that the resignation of Harry Tanoesodibjo because it does not agree with the nomination Surya Paloh as chairman. Harry Tanoesodibjo resignation from the party Nasdem viewed from the perspective of the provincial party officials lampung according to four indicators of the existence of the party, namely the degree of systemic, identity value, the degree of autonomy and public knowledge.


(4)

systemic no effect because all conflict resolution in accordance with the AD / ART applicable. Two, the resignation of Harry Tanoesoedibjo against identity aspect value according to the board's perspective Lampung little effect since the release of party members in some areas due to follow Harry Tanoesoedibjo and a support base Harry Tanoesoedibjo. Three, Harry Tanoesoedibjo resignation of aspects of the degree of autonomy of the party according to the board's perspective Lampung no effect due to the intervention of outside parties do not exist in the settlement of this problem and four, Harry Tanoesoedibjo resignation of aspects of public knowledge according to the board's perspective pullback Harry Tanoesoedibjo have influence in the decline of trust society and the party's image as a solid new party.


(5)

ANALISIS IMPLIKASI PENGUNDURAN DIRI HARI TANOESUDIBJO TERHADAP EKSISTENSI PARTAI NASDEM DALAM PERSPEKTIF

PENGURUS WILAYAH PARTAI NASDEM PROVINSI LAMPUNG

Oleh

Aditya Fermanda

Skripsi

Sebagai Salah Satu Syarat untuk Mencapai Gelar SARJANA ILMU PEMERINTAHAN

Pada

Jurusan Ilmu Pemerintahan Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik

FAKULTAS ILMU SOSIAL DAN ILMU POLITIK UNIVERSITAS LAMPUNG

BANDAR LAMPUNG 2015


(6)

(7)

(8)

(9)

DAFTAR RIWAYAT HIDUP

Penulis dilahirkan di Jakarta, pada tanggal 07 Oktober 1990, anak kedua dari tiga bersaudara dari pasangan bapak Drs. Hotman Yusuf. MM dan Ibu Dra. Hidayati. M.Pd

Jenjang akademis penulis dimulai dengan mengawali pendidikan pada Taman Kanak-Kanak pada TK Persit Kartika II-5 Bandar Lampung yang diselesaikan pada tahun 1996. Kemudian melanjutkan pendidikan pada Sekolah Dasar (SD) Persit Kartika II-5 Bandar Lampung yang diselesaikan pada tahun 2002. Selanjutnya melanjutkan ke Sekolah Lanjutan Tingkat Pertama (SLTP) Negeri 25 Bandar Lampung dan lulus pada tahun 2005. Pada tahun 2008 penulis berhasil menyelesaikan pendidikan pada Sekolah Menengah Atas (SMA) Negeri 4 Bandar Lampung.

Pada tahun 2008 penulis terdaftar sebagai mahasiswa Jurusan Ilmu Pemerintahan Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik di Universitas Lampung memalui jalur tes seleksi nasional masuk perguruan tinggi negeri (SNMPTN).


(10)

PERSEMBAHAN

Alhamdulillahhirabbil’alamin...

Kupersembahkan hasil karya yang sederhana ini Untuk orang-orang yang luar biasa dalam hidupku:

“Papa dan Mama tercinta”

yang telah mempersembahkan

arti kehidupan melalui jerih payah, peluh keringat, rintihan, petuah dalam proses hidup yang cukup panjang..

serta selalu memberikan curatan kasih sayang, dukungan, dan doa’anya serta restu

yang tiada hentinya hingga sekarang dan sampai nanti .

“Adik

-Adikku

Andryan Fermanda dan Artita Fermanda

Terima kasih atas curahan kasih sayang, motivasi dan bantuan yang telah kalian berikan..

Seluruh

keluarga besarku

dan sahabat terbaik yang selalu memberi warna dan pelajaran padaku, dari yang mengajarkan arti hidup sampai

membantu dalam proses penyusunan karya yang sederhana ini .

“ALMAMATER KU UNIVERSITAS LAMPUNG TERCINTA”


(11)

MOTO

Why Do We Fall, Sir?

So That We Can Learn To Pick Ourselves Up.

(Alfred Pennyworth)

If You are First you are first, if you are second you are nothing

(Bill Shankly)

Tidak yang Abadi di dunia ini,

begitu juga masalah hidup kita


(12)

SANWACANA

Alhamdulillahirobbil’alamin...

Segala puji syukur penulis panjatkan kehadirat Allah SWT, karena atas berbagai nikmat, karunia, rakhmat, petunjuk dan kasih saying Nya, sehingga penulis dapat menyelesaikan skripsi ini dengan judul “Analisis Implikasi Pengunduran Diri Hary Tanoesudibjo Terhadap Eksistensi Partai Nasdem Dalam Perspektif Pengurus Wilayah Partai Nasdem Provinsi Lampung” yang merupakan salah satu syarat untuk mencapai gelar Sarjana Ilmu Pemerintahan di Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik Universitas Lampung.

Penulis menyadari sepenuhnya, bahwa apa yang tersaji dalam skripsi ini masih jauh dari kesempurnaan. Skripsi ini dapat terselesaikan tidak terlepas dari bantuan, arahan, dukungan, dan bimbingan dari berbagai pihak. Pada kesempatan ini dengan segala kerendahan hati penulis mengucapkan terima kasih kepada: 1. Bapak Drs. Hi. Agus Hadiawan, M.Si. selaku Dekan FISIP Universitas

Lampung.

2. Bapak Drs. Denden Kurnia Drajat, M.Si. selaku Ketua Jurusan Ilmu Pemerintahan Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik Universitas Lampung.


(13)

motivasi, nasehat dan semua yang berharga untuk bekal ke depan kelak. 4. Ibu Dr. Ari Darmastuti, MA selaku Pembimbing Utama penulis yang telah

banyak memberikan arahan untuk kesempurnaan skripsi ini;

5. Ibu Dwi Wahyu Handayani, S.I.P., M.Si. selaku Pembimbing II Mahasiswa, penulis berterima kasih atas kesediannya yang dengan sabar memberikan bimbingan, saran, kritik serta motivasi dalam proses penyelesaian skripsi ini; 6. Bapak Drs. Hertanto, M.Si. Ph.D. selaku Penguji Skripsi yang telah banyak

memberikan arahan dan masukan berharganya untuk perbaikan dalam penyusunan skripsi ini;

7. Seluruh Dosen Fisip Unila yang telah membekali penulis dengan ilmu dan pengetahuan selama menjalani masa perkuliahan;

8. Seluruh Staf Administrasi dan Karyawan Tata Usaha FISIP Unila khususnya kepada Staf Ruang Baca Fisip, terima kasih atas pinjaman buku-buku selama ini.;

9. Kantor DPW Partai Nasdem Provinsi Lampung, penulis berterima kasih atas bantuannya yang telah memberikan informasi dan data sehingga skripsi ini dapat terselesaikan;

10.Pengurus wilayah Partai Nasdem Provinsi Lampung selaku informan dan responden yang telah memberikan informasi dan bantuan.

11.Motivatorku dan yang teristimewa kepada kedua Orang Tuaku (Papa , Mama), yang telah membesarkan, mendidik dan membimbingku dengan penuh


(14)

12.Untuk Adik-adikku : Andryan Fermanda semoga menjadi abdi yang baik dan rock n roll.. tetap kritis ya dek hancurkan semua yang ingin menghancurkan jalanmu dengan izin tuhan dan Artita Fermanda. Terima kasih untuk doa dan semangatnya. Kalian tempat berbagi dalam suka dan dukaku;

13.Untuk orang yang selalu menemani perjuanganku FDJ terimakasih sudah menemani dan semoga selalu menemani .

14.Teman-teman Ilmu Pemerintahan Angkatan 2008 khususnya kepada felix,cahyadi,zona,dendri,iyong sebagai sesama mahasiswa pecinta kantin yang doyan ngopi;

15.Teman-teman Ilmu Pemerintahan Angkatan 2009; khususnya novita dan hadi,ridhal yang sering menjadi teman ngobrol.

16.Teman-teman Ilmu Pemerintahan Angkatan 2010 mirzan, rendi, novrico, okta, tano, aditya arief, rendra, dimas, hazmi, dejol, jaseng, adit darmawan yang bersedia menemani untuk mengulang kuliah dan teman ngopi di kantin ; 17.Teman-teman Ilmu Pemerintahan Angkatan 2011 khususnya caca, indah,

miranti dan restia atas kesediaannya menitipkan absen kalo lagi kepepet hehe; 18.Teman-teman seperjuangan KKN di desa Sidorejo, Kecamatan Sribawono,

Kabupaten Lampung Timur neri,niki,rendi,dilly,wendi,iwan,dewi,uni fitri ,atuya riana terimakasih berkat kalian saya mempunyai keluarga yang bisa membuat saya betah dan merasa kampung KKN itu tempat tinggal saya  . 19.Untuk teman-teman seperjuangan Puput,Nindi,IZI,Nira,Aya yang berjuang


(15)

20.Untuk kance-kance sepermainan yang bersedia memberikan waktunya dikala saya malas kuliah dan butuh teman sharing bukit,tio,iwan,andi,janto,andri marta,ardi,agung novrian,agung bali dan alid,doyok alias arian,andri rifkiansyah,riksa hemameru terimakasih atau waktu dan kadang bisikan setannya tanpa itu hidup saya tak berwarna jayalah KUPLEKS 

Akhir kata, Penulis menyadari bahwa skripsi ini masih jauh dari kesempurnaan, akan tetapi sedikit harapan semoga skripsi yang sederhana ini dapat berguna dan bermanfaat bagi kita semua. Amin.

Bandar Lampung, Juli 2015

Penulis


(16)

DAFTAR ISI

Halaman I. PENDAHULUAN

A. Latar Belakang Masalah ... 1

B. Rumusan Masalah ... 6

C. Tujuan Penelitian ... 6

D. Manfaat dan Kegunaan Penelitian ... 7

II. TINJAUAN PUSTAKA A. Tinjauan Tentang Implikasi... 8

B. Tinjauan Tentang Eksistensi... 8

1. Pengertian Eksistensi... 8

2. Eksistensi Partai Politik... 9

C. Tinjauan Tentang Persepsi... 14

1. Pengertian Persepsi... 14

2. Faktor Penentu Persepsi... 16

D. Tinjauan Tentang Partai Politik ... 17

1. Pengertian Partai Politik... 17

2. Fungsi Partai Politik... 19

3. Undang-Undang Partai Politik... 21

E. Tinjauan Tentang Konflik... 22

1. Pengertian Konflik... 22

2. Konflik Internal Partai... 24

F. Kerangka Fikir... 26

III. METODE PENELITIAN... 29

A. Tipe Penelitian... 29

B. Fokus Penelitian... 31

C. Sumber Data... 32

D. Penentuan Informan... 33

E. Teknik Pengumpulan Data... 35

F. Teknik Pengolahan Data... 36

G. Teknik Keabsahan Data... 38

H. Teknik Analisis Data... 40

IV. GAMBARAN UMUM... 44

A. Partai Nasional Demokrat... 44

B. Lambang Partai Nasional Demokrat... 46

C. Visi dan Misi Partai Nasional Demokrat... 46

D. Struktur, Komposisi, dan Personalia Dewan Pimpinan Wilayah Partai NasDem Propinsi Lampung... 47


(17)

E. Kronologi pengunduran diri HarryTanoesodibjo terhadap

eksistensi Partai Nasdem... 50

V. HASIL DAN PEMBAHASAN... 53

A. Eksistensi Partai Nasdem... 53

1. Derajat Kesisteman... 54

2. Identitas Nilai... 57

3. Derajat otonomi... 59

4. Pengetahuan publik... 60

B. Eksistensi Partai Nasdem Pasca Pengunduran Diri Harry Tanoesodibjo………... 62

C. Implikasi Pengunduran Diri HarryTanoesodibjo terhadap Eksistensi Partai Nasdem dari perspektif pengurus wilayah Provinsi Lampung………... 65

1. Derajat Kesisteman... 69

2. Identitas Nilai... 72

3. Derajat otonomi... 75

4. Pengetahuan publik... 77

VI. SIMPULAN DAN SARAN…... 82

A. Simpulan………... 82

B. Saran……….. 83 DAFTAR PUSTAKA


(18)

DAFTAR ISI

Halaman I. PENDAHULUAN

A. Latar Belakang Masalah ... 1

B. Rumusan Masalah ... 6

C. Tujuan Penelitian ... 6

D. Manfaat dan Kegunaan Penelitian ... 7

II. TINJAUAN PUSTAKA A. Tinjauan Tentang Implikasi... 8

B. Tinjauan Tentang Eksistensi... 8

1. Pengertian Eksistensi... 8

2. Eksistensi Partai Politik... 9

C. Tinjauan Tentang Persepsi... 14

1. Pengertian Persepsi... 14

2. Faktor Penentu Persepsi... 16

D. Tinjauan Tentang Partai Politik ... 17

1. Pengertian Partai Politik... 17

2. Fungsi Partai Politik... 19

3. Undang-Undang Partai Politik... 21

E. Tinjauan Tentang Konflik... 22

1. Pengertian Konflik... 22

2. Konflik Internal Partai... 24

F. Kerangka Fikir... 26

III. METODE PENELITIAN... 29

A. Tipe Penelitian... 29

B. Fokus Penelitian... 31

C. Sumber Data... 32

D. Penentuan Informan... 33

E. Teknik Pengumpulan Data... 35

F. Teknik Pengolahan Data... 36

G. Teknik Keabsahan Data... 38

H. Teknik Analisis Data... 40

IV. GAMBARAN UMUM... 44

A. Partai Nasional Demokrat... 44

B. Lambang Partai Nasional Demokrat... 46

C. Visi dan Misi Partai Nasional Demokrat... 46

D. Struktur, Komposisi, dan Personalia Dewan Pimpinan Wilayah Partai NasDem Propinsi Lampung... 47


(19)

E. Kronologi pengunduran diri HarryTanoesodibjo terhadap

eksistensi Partai Nasdem... 50

V. HASIL DAN PEMBAHASAN... 53

A. Eksistensi Partai Nasdem... 53

1. Derajat Kesisteman... 54

2. Identitas Nilai... 57

3. Derajat otonomi... 59

4. Pengetahuan publik... 60

B. Eksistensi Partai Nasdem Pasca Pengunduran Diri Harry Tanoesodibjo………... 62

C. Implikasi Pengunduran Diri HarryTanoesodibjo terhadap Eksistensi Partai Nasdem dari perspektif pengurus wilayah Provinsi Lampung………... 65

1. Derajat Kesisteman... 69

2. Identitas Nilai... 72

3. Derajat otonomi... 75

4. Pengetahuan publik... 77

VI. SIMPULAN DAN SARAN…... 82

A. Simpulan………... 82

B. Saran……….. 83 DAFTAR PUSTAKA


(20)

I. PENDAHULUAN

A. Latar Belakang Masalah

Partai politik merupakan penyalur aspirasi masyarakat, salah satu partai politik di negara Indonesia yang dapat dikatakan sebagai partai politik yang berfungsi sebagai penyalur aspirasi adalah Partai Nasional Demokrat (selanjutnya disebut Partai Nasdem). Partai Nasdem ialah partai yang dibentuk sebagai alat perjuangan agar demokrasi di Indonesia menemukan sejatinya dan bukan sekedar praktik formal prosedural semata, tetapi demokrasi yang berujung pada kesejahteraan rakyat (http://www.kompasiana.com/post/politik/2013/01/23/road-to-2014-partai-nasional-demokrat-nasdem/ diakses pada 14 April 2015 pada pukul 09.56 WIB)

“Pada awal berdirinya Partai Nasdem menyita perhatian publik karena tingkat infrastruktur partainya yang sudah mencapai 100 persen cabang di tingkat kecamatan seluruh Indonesia, dari sisi finansial Partai Nasdem cukup kuat dengan banyaknya kalangan pengusaha yang ikut bergabung, serta sumber daya mobilisasi media yang kuat berkat bergabungnya pemilik MNC Media Harry Tanoesoedibjo yang semakin memperkuat Surya Paloh yang juga sebagai pemilik Media Group. Begitupun kader kader Partai


(21)

Nasdem yang didominasi oleh kader-kader muda potensial yang menjadi mesin penggerak yang berperan menghantarkan Partai Nasdem lolos sebagai peserta pemilu tahun 2014. Kondisi ini jelas menjadi salah satu kekuatan Partai Nasdem dalam menghadapi pemilu tahun 2014.” (http://www.kompasiana.com/post/politik/2013/01/23/road-to-2014-partai-nasional-demokrat-nasdem/ diakses pada 14 April 2015 pada pukul 09.56 WIB).

Konflik antara Harry Tanoesodibjo dan Surya Paloh berawal saat Surya Paloh berencana merombak kepengurusan Partai. Tidak hanya merombak, Surya Paloh juga berencana mengendalikan partai dengan langsung menjadi ketua umum. Disisi lain Harry Tanoesoedibjo menginginkan pengurus partai tidak perlu dirombak, selama ini komposisi kepengurusan partai menurut Harry Tanoesoedibjo yang didominasi kelompok kader muda membawa perkembangan yang sangat baik bagi Partai Nasdem. Keinginan Surya Paloh untuk menduduki jabatan Ketua umum juga dinilai melanggar AD/ART Partai Nasdem (Iswara, 2013: 115)

Peraturan yang diinginkan dari para petinggi Partai Nasdem adalah keputusan bersama dari hasil rapat dari seluruh pengurus pusat dan wilayah untuk menentukan siapa yang akan menjadi ketua umum Partai Nasdem, namun hasil yang diterima adalah berbeda dimana HT merasakan sakit hati karena keinginan dari HT adalah bukan Surya Paloh untuk menjadi ketua umum Partai Nasdem, dimana hasilnya berbalik dari keinginan yang diinginkan dari HT, yaitu terpilihnya Surya Paloh menjadi ketua umum partai Nasdem. Hal


(22)

itu menjadikan HT mundur dari Partai Nasdem dan beralih ke Partai Hanura. Ini juga diikuti oleh beberapa kader yang ada di beberapa wilayah di Indonesia, yang ikut keluar dari Partai Nasdem, dan ada juga yang mengikuti langkah dari HT untuk keluar dari Partai Nasdem dan masuk ke Partai Hanura. Hal ini berakibat hilangnya dukungan dari beberapa kader yang keluar dari Partai Nasdem dan yang masuk ke Partai Hanura.

Setelah HT keluar dari Partai Nasdem, pada tanggal 17 Februari 2013 HT resmi bergabung ke dalam Partai Hanura. Ada banyak hal yang melatarbelakangi bergabungnya HT ke Partai Hanura yaitu antara lain karena HT melihat sosok ketua umum Partai Hanura yakni Wiranto yang dianggap dapat diajak berdiskusi dan memiliki pengendalian diri yang baik. Alasan kedua, HT memilih bergabung dengan Hanura karena memiliki visi dan misi yang sama yang ingin memajukan partai serta memberi kesempatan lebih kepada kalangan muda untuk bisa lebih berperan di dalam partai. Alasan ketiga yang lebih meyakinkan HT masuk bergabung dengan Hanura, partai ini sejak 2009 tidak masuk dalam kelompok koalisi Pemerintah. Sikap Hanura yang konsisten mengambil bagian sebagai oposisi menjadi pertimbangan tersendiri bagi HT. Alasan keempat, Partai Hanura dianggap HT sebagai partai yang bersih. Hingga saat ini, menurut HT tidak ada kader Partai Hanura yang terlibat kasus korupsi. Kemudian alasan kelima, HT memilih masuk Partai Hanura karena melihat soliditas dan kekompakan partai. Wiranto sebagai sosok yang memimpin partai memiliki kemampuan kepemimpinan yang kuat secara internal. Pada Partai Hanura, HT menjabat sebagai ketua Dewan Pertimbangan Partai. Ke depannya, Partai Hanura


(23)

bersama HT akan fokus pada pengembangan partai (Sumber dari http://www.tempo.com/nasional/2013/02/29/alasan-harytanoe-memilih-Partai-hanura).

Pengunduran diri HT secara langsung maupun tak langsung tentu merugikan Partai Nasdem. Pertama, terkait dengan image partai, perpecahan ini akan menyebabkan buruknya citra kekinian (current image) Partai Nasdem sebagai partai baru. Selayaknya partai baru dalam pemilu, Partai Nasdem membangun impresi sebagai partai solid dan mengembangkan kebersamaan untuk bertarung melawan kompetitor lain. Bukan sebaliknya, mengembangkan hubungan yang renggang antar sesama pengurus Partai Nasdem itu sendiri. Perpecahan dalam partai sebelum kompetisi akan menyumbang persepsi negatif sekaligus keraguan publik akan kemampuan Partai Nasdem membawa harapan. Kedua, Kerugian bagi Partai Nasdem atas mundurnya HT, akan merugikan momentum politik pemasaran yang sekarang sedang gencar dilakukan Partai Nasdem. Posisi Partai Nasdem ini yang sudah masuk di masyarakat tidak bisa dilepaskan dari kontribusi pengemasan opini publik di berbagai media milik HT. Keuntungan ini tentu tak akan lagi didapat Partai Nasdem. Ketiga, kerugiannya adalah dapat memicu konflik lanjutan di lingkungan internal Partai Nasdem.

Pada perspektif sirkulasi elite, perubahan elite itu selalu menyebabkan perubahan-perubahan lain pada subsistem lainnya. Sangat mungkin, akan banyak anggota partai yang mendukung HT yang kecewa. Mungkin pula Partai Nasdem akan mengalami konflik yang tidak hanya terjadi di level


(24)

pengurus pusat, tetapi juga di daerah. Hal ini tentu akan sangat berbahaya bagi eksistensi Partai Nasdem karena bisa menjadi katalisator keguncangan di antara pendukung HT dan pendukung Surya Paloh. Misalnya, indikator itu terlihat dari komentar HT saat mengundurkan diri. Salah satu visinya adalah mendukung orang-orang muda untuk menjadi pengurus partai dan dengan

“pengambilalihan” eksekutif partai oleh Surya Paloh, hal itu akan berpotensi

memicu ketidaksolidan pengurus yang merembet hingga ke daerah. Tentu, mundurnya HT merugikan persiapan Partai Nasdem sebagai partai potensial di pemilu 2014. Elektabilitas sangat mungkin turun drastis dan berpotensi terjadinya pengurangan suara yang signifikan akibat hubungan yang renggang antar elite di dalamnya.

Beberapa daerah yang ada di Pulau Jawa dan daerah lainnya memperlihatkan pengaruh mundurnya HT dari Partai Nasdem ke Partai Hanura, mulai dari yang mengikuti HT ke Partai Hanura sampai keluar dan masuk ke partai lainnya. Hal ini merupakan peristiwa yang merupakan bentuk dari konflik politik yang terjadi di Partai Nasdem yang mengakibatkan mundurnya HT. Keputusan pembekuan DPW Partai Nasdem Sanusi Ramadhan dilatar belakangi oleh tindakan Sanusi Ramadhan yang dianggap mengumpulkan 11 DPW se-Indonesia guna melakukan penolakan terhadap pencalonan Surya Paloh sebagai Ketua Umum, dan pertemuan tersebut digelar di salah satu gedung milik mantan Ketua Dewan Pakar Partai Nasdem, Harry Tanoesodibjo Para anggota partai yang mengikuti mundurnya HT ke Partai Hanura ataupun partai lainnya banyak dari kalangan muda yang kecewa dengan pengurus Partai Nasdem yang memilih Surya Paloh menjadi ketua


(25)

umum dari Partai Nasdem. (http://makassar.tribunnews.com/menyimpang-ketua-dpw-nasdem-sulsel-dinonaktifkan, diakses pada tanggal 14 April 2015 Pukul 11.05 WIB)

Penelitian tentang konflik yang terjadi di partai politik pernah di teliti oleh saudara Andre mahasiswa Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik Universitas Lampung tetapi ia lebih membahas tentang konflik internal yang terjadi dalam partai PDI-P dalam pemilihan Bupati dan wakil Bupati Kabupaten Mesuji. Berdasarkan uraian tersebut di atas, maka peneliti tertarik melakukan penelitian dengan judul: Analisis Implikasi Pengunduran Diri Harry Tanoesodibjo terhadap eksistensi Partai Nasdem dari perspektif pengurus wilayah Provinsi Lampung.

B. Rumusan masalah

Berdasarkan latar belakang masalah di atas dapat dirumuskan masalah yang

penulis angkat yaitu “Bagaimana implikasi pengunduran diri Harry

Tanoesodibjo terhadap eksistensi Partai Nasdem dari perspektif pengurus wilayah Provinsi Lampung?”.

C. Tujuan Penulisan

Berdasarkan rumusan masalah di atas, maka tujuan penelitian ini adalah a. Mengetahui kronologi pengunduran diri Harry Tanoesodibjo terhadap

eksistensi Partai Nasdem

b. Mengetahui implikasi pengunduran diri Harry Tanoesodibjo terhadap eksistensi Partai Nasdem dari perspektif pengurus wilayah Provinsi Lampung


(26)

D. Manfaat dan Kegunaan Penelitian

1. Kegunaan teoritis penelitian ini meliputi :

Sebagai pengembangan keilmuan, khususnya pengembangan dasar-dasar ilmu politik yang berhubungan dengan kajian partai politik, terutama dalam kajian tentang sistem kepartaian di indonesia. Selain itu dapat menjadi penambah pengetahuan tentang implikasi pengunduran diri Harry Tanoesodibjo terhadap eksistensi Partai Nasdem dari perspektif pengurus wilayah Provinsi Lampung serta solusi yang akan ditempuh dalam mengatasi akibat dari konflik tersebut.

2. Kegunaan secara praktis dari penelitian ini meliputi :

Secara praktis sebagai bahan yang dapat dipertimbangkan bagi partai politik dalam menyikapi implikasi pengunduran diri Harry Tanoesodibjo terhadap eksistensi Partai Nasdem.


(27)

II. TINJAUAN PUSTAKA

A. Tinjauan Tentang Implikasi

Menurut M Irfan Islamy dalam bukunya Prinsip-Prinsip Perumusan Kebijakan Negara (2002: 114-115) “Implikasi adalah segala sesuatu yang telah dihasilkan dengan adanya proses perumusan kebijakan”.

Dalam Kamus Besar Bahasa Indonesia (1998: 114) implikasi didefinisikan sebagai akibat langsung atau konsekuensi atas temuan hasil suatu penelitian, akan tetapi secara bahasa memiliki arti sesuatu yang telah tersimpul di dalamnya.

Berdasarkan beberapa pendapat di atas maka yang dimaksud dengan implikasi dalam penelitian ini adalah suatu akibat yang terjadi atau ditimbulkan dari suatu peristiwa yiatu implikasi konflik internal partai antara HT dan Surya Paloh dalam perspektif pengurus wilayah Provinsi Lampung. B. Tinjauan Tentang Eksistensi

1. Pengertian Eksistensi

Menurut kamus besar bahasa Indonesia (2002:357) “Eksistensi adalah keberadaan atau kehadiran yang mengandung unsur bertahan”.


(28)

Berdasarkan beberapa definisi di atas maka dapat disimpulkan bahwa eksistensi 1adalah proses atau gerak untuk menjadi ada kemudian melakukan suatu hal untuk tetap menjadi ada.

2. Eksistensi Partai Politik

Eksistensi partai politik dalam sistem politik ditentukan oleh jumlah suara yang diperoleh pada pemilihan umum. Partai politik memperjuangkan untuk memperoleh suara dari masyarakat dalam pemilu untuk memperoleh eksistensinya. Keikutsertaan masyarakat dalam pemilihan umum adalah sebuah keputusan bagi seseorang apakah akan menggunakan hak pilihnya atau tidak dan akan memilih partai yang mana, dari sudut pandang pilihan rasional pemilih pertimbangan untung dan rugi, digunakan untuk membuat keputusan tentang partai politik atau kandidat yang akan dipilih.

Eksistensi partai sebagai keberadaan sebuah partai politik untuk memegang bagian dalam sistem politik karena kedudukan atau status yang dimilikinya. Keberadaan atau eksistensi partai politik dalam sistem politik ditentukan oleh jumlah suara yang diperoleh pada pemilu, sehingga penulis mengaggap untuk mengukur eksistensi partai adalah dengan melihat upaya dari partai politik dalam memperoleh suara pada pemilu. Untuk memperoleh suara dalam pemilu diperlukan mesin partai yaitu kader yang hadir melalui proses rekrutmen. Rekrutmen partai politik dapat dijadikan sebagai tolak ukur untuk mengetahui eksistensi sebuah partai politik. Merupakan suatu hal yang mutlak bagi partai politik untuk merekrut kader untuk berpartisipasi secara aktif dalam kampanye dan


(29)

mengajukan calon untuk menduduki posisi struktural dalam pemerintahan (pilkada) mereka harus mendapatkan simpati rakyat dengan menawarkan ide dan tujuan yang membuat mereka merasa bahwa mereka bagian dari proses politik (simbol integritas) dengan begitu mereka akan membentuk pemerintahan dan saluran internal untuk menghasilkan program yang memuaskan untuk sebagian besar warga negara (fungsi agregasi), (Scimitter (1999: 477-478), sementara menurut Subakti (2010: 151) rekutmen merupakan kelanjutan dari fungsi mencari dan mempertahankan kekuasaan.Basis massa merupakan salah satu indikator eksistensi suatu partai, dimana loyalitas seorang konstituen pada sebuah partai ditentukan oleh identitas partai tersebut.

Menurut Anwar dan Salviana (2006: 28) identitas partai merupakan perasaan terikat pada kelompok dimana ia menjadi anggota maupun kelompok yang ia pilih. Loyalitas massa pendukung partai akan berpengaruh terhadap perolehan suara sebuah partai politik dalam pemilu, bahkan partai akan melakukan segala upaya agar loyalitas konstituenya tetap terjamin termasuk menggunakan cara-cara yang dianggap sesuai dengan situasi dan kondisi.

Aktor sentral dalam partai politik merupakan indikator eksistensi sebuah partai politik. Menurut Bima Arya aktor central dalam partai politik lebih penting bagi pemilih untuk menentukan partai apa yang dipilih ketimbang alasan-alasan lainnya seperti keyakinan agama, ideologi, etnis dan geografis. Dengan karakter pemilih Indonesia yang rata-rata masih


(30)

menyandarkan diri pada ketokohan personal dalam preferensi pilihan politiknya, untuk kebutuhan merebut simpati rakyat, kharisma dan popularitas citra figur tokoh adalah kekuatan referen partai politik di Indonesia.

Menurut Anwar dan Salviana (2006: 28) selain indikator yang telah disebutkan di atas strategi partai merupakan salah satu indikator eksistensi partai, berbagai strategi partai politik yang telah dilakukan sebagaimana yang tertuang dalam platform partai atau dalam manifesto partai yang telah digariskan arah dan perjuangan partai untuk mencapai tingkat popularitas dalam memenangkan suatu pemilu yang berlangsung.

Salah satu konsep yang dapat digunakan untuk mengetahui eksistensi partai politik adalah dengan melihat institutionalisasi partai politik, yang dimaksud dengan institutionalisasi partai politik ialah situasi di mana terdapat stabilitas dalam kompetisi antar-partai, sehingga partai akan memiliki akar stabil di masyarakat, dan partai-partai yang berkompetisi dalam pemilihan umum diterima sebagai alat yang sah untuk menentukan siapa yang akan mengelolah pemerintah, dan partai memiliki aturan yang relatif stabil dan terstruktur (Mainwaring dan Scully, 1995;1).

Menurut Vicky Randall dan Lars Svasand (2002:13-14) ada empat kriteria untuk mengukur eksistensi partai politik yaitu:

1. Derajat Kesisteman

Derajat kesisteman adalah proses pelaksanaan fungsi-fungsi partai politik, termasuk penyelesaian konflik, dilakukan menurut aturan,


(31)

persyaratan, prosedur, dan mekanisme yang disepakati dan ditetapkan dalam Anggaran Dasar (AD) dan Anggaran Rumah Tangga (ART) partai politik. AD/ART partai politik dirumuskan secara komprehensif dan rinci sehingga mampu berfungsi sebagai acuan dan prosedur dalam melaksanakan semua fungsinya sebagai partai politik.

Derajat kesisteman suatu partai poilitik dapat dilihat dari asal-usul partai politik tersebut, apakah dibentuk dari atas, dari bawah, atau dari atas yang disambut dari bawah. Berikutnya siapakah yang lebih menentukan dalam partai, apakah seorang pemimpin yang disegani atau pelaksanaan kedaulatan anggota menurut prosedur dan mekanisme yang ditetapkan organisasi sebagai suatu kesatuan. Siapakah yang menentukan dalam pembuatan keputusan faksi-faksi dalam partai ataukah partai secara keseluruhan merupakan salah satu indikator derajat kesisteman suatu partai politik dan bagaimana partai memelihara hubungan dengan anggota dan simpatisan, apakah bersifat klientelisme atau pertukaran dukungan dengan pemberian materi atau menurut konstitusi partai (AD/ART).

2. Identitas Nilai

Identitas nilai merupakan orientasi kebijakan dan tindakan partai politik menurut ideologi atau platform partai. Identitas nilai seperti ini tidak hanya tampak pada pola dan arah kebijakan yang diperjuangkan partai politik tetapi juga tampak pada basis sosial pendukungnya. Lapisan sosial atau golongan masyarakat memberi dukungan kepada


(32)

suatu partai karena mengidentifikasi orientasi politiknya dengan ideologi atau platform partai politik tersebut.

Indikator derajat identitas nilai suatu partai politik dapat dilihat dari bagaimana hubungan partai dengan kelompok masyarakat tertentu, apakah partai politik tersebut merupakan gerakan sosial yang didukung kelompok masyarakat tertentu, seperti buruh, petani, dunia usaha, kelas menengah, komunitas agama tertentu, komunitas kelompok etnik tertentu, dan apa yang akan di dapat jika menjadi anggota partai tersebut apakah anggota tersebut akan mendapatkan materi ataukah partai politik tersebut dapat bertindak berdasarkan ideologi partai. 3. Derajat Otonomi

Derajat otonomi suatu partai politik dalam pembuatan keputusan berkait dengan hubungan partai dengan aktor luar partai, baik dengan sumber otoritas tertentu yaitu penguasa, pemerintah maupun dengan sumber dana seperti pengusaha, penguasa, negara atau lembaga luar, dan sumber dukungan massa yaitu organisasi masyarakat. Pola hubungan suatu partai dengan aktor di luar partai dapat berupa hubungan ketergantungan kepada aktor luar, hubungan itu bersifat saling tergantung dan hubungan itu berupa jaringan yang memberi dukungan kepada partai.

4. Pengetahuan Publik

Pengetahuan publik tentang partai politik merujuk pertanyaan apakah keberadaan partai politik itu telah tertanam bayangan masyarakat


(33)

seperti dimaksudkan partai politik itu. Yang menjadi isu utama di sini bukan terutama tentang sikap masyarakat mengenai partai politik umumnya, tetapi tentang kiprah masing-masing partai politik bagi masyarakat. Bila sosok dan kiprah partai politik tertentu telah tertanam pada pola pikir masyarakat seperti dimaksudkan partai politik tersebut itu, maka pihak lain baik individu maupun lembaga di masyarakat akan menyesuaikan aspirasi dan harapannya atau sikap dan perilaku mereka dengan keberadaan partai politik itu.

C. Tinjauan Tentang Persepsi

1. Pengertian Persepsi

Menurut W.S.Poerwadarminta dalam kamus besar Bahasa Indonesia (1990:227), disebutkan bahwa yang dimaksud dengan persepsi adalah : 1. Tanggapan langsung dari suatu penerimaan

2. Proses seseorang mengetahui berbagai hal melalui panca inderanya. Definisi persepsi menurut Sarlito Wirawan Sarwono dalam bukuTeori-Teori Psikologi Sosial (1998:146) “Persepsi sebagai suatu kemampuan membeda-bedakan, mengelompokkan dan memfokuskan perhatian kepada suatu obyek.

Menurut Morgan King dan Robinson (1994:36), persepsi merujuk kepada bagaimana kita melihat, mendengar, merasakan,mengecap dan mencium dunia di sekitar kita. Dengan kata lain persepsi dapat didefinisikan sebagai segala sesuatu yang dialami oleh manusia.


(34)

Jack .L. Plano dkk dalam budaya politik dan pembangunan ekonomi (1982:148) mengatakan bahwa persepsi mencakup dua proses kerja yang saling berkaitan yaitu :

1. Melihat kesan melalui penglihatan, sentuhan dan inderawi lainnya. 2. Menafsirkan atau menetapkan arti dari pesan-pesan inderawi dengan

struktur pengertian (keyakinan relevan yang muncul dari pengalaman masa lalu) seseorang dengan struktur evaluatif (nilai-nilai yang dipegang seseorang).

Sedangkan perspektif menurut Little John and Foss (2005: 4) merupakan sudut pandang atau cara pandang terhadap sesuatu. Cara memandang yang digunakan dalam mengamati kenyataan untuk menentukan pengetahuan yang diperoleh. Perspektif berdasarkan pada konteks komunikasi menekankan bahwa manusia aktif memilih dan mengubah aturan- aturan yang menyangkut kehidupannya. Agar komunikasi dapat berlangsung dengan baik individu-individu yang berinteraksi harus menggunakan aturan-aturan dalam menggunakan lambang-lambang. Bukan hanya aturan mengenai lambang itu sendiri, tetapi juga harus ada aturan atau kesepakatan dalam hal berbicara, bagaimana bersikap sopan santun atau sebaliknya, bagaimana harus menyapa, dan sebagainya, agar tidak terjadi konflik atau kekacauan. Perspektif ini memiliki dua ciri utama:

1. Aturan pada dasarnya merefleksikan fungsi-fungsi perilaku dan kognitif yang kompleks dari kehidupan manusia.

2. Aturan menunjukan sifat-sifat dari keberaturan yang berbeda dari keberaturan sebab akibat.


(35)

Berdasarkan beberapa penjelasan di atas dapat disimpulkan bahwa persepsi diartikan sebagai suatu proses pengamatan seseorang terhadap suatu obyek di dalamnya menyangkut tanggapan mengenai kebenaran langsung atau keyakinan terhadap objek tersebut, pada akhirnya berpengaruh terhadap predisposisi seseorang untuk bertindak senang atau tidak senang yang merupakan jawaban atas pertanyaan apa yang dipikirkan atau dipersepsikan.

2. Faktor Penentu Persepsi

Menurut David Krech dkk dalam psikologi komunikasi (2005:110) ada dua faktor utama yang menentukan persepsi seseorang yaitu :

1. Faktor Fungsional

Faktor fungsional berdasar dari kebutuhan dan hal lain yang termasuk dari faktor personal. Persepsi bukan jenis atau bentuk stimuli, tetapi karakteristik yang memberikan respon kepada stimuli itu. Faktor fungsional meliputi :

a. Kebutuhan

Kebutuhan sesaat dan kebutuhan menetap pada diri seseorang akan mempengaruhi atau menentukan persepsi seseorang. Dengan demikian kebutuhan yang berbeda akan menyebabkan perbedaan persepsi.

b. Kesiapan mental

Suasana mental seseorang akan mempengaruhi persepsi seseorang.

c. Suasana emosi

Suasana emosi seseorang baik dalam keadaaan sedih, bahagia, gelisah maupun marah akan sangat mempengaruhi persepsinya kepada suatu obyek masalah.

d. Latar belakang budaya

Latar belakang budaya dimana seseorang berasal, akan mempengaruhi dan menentukan persepsi seseorang tersebut kepada suatu obyek rangsangan.


(36)

2. Faktor Struktural

Faktor struktural semata-mata berasal dari sifat stimuli fisik dan efek-efek saraf yang ditimbulkan pada sistem individu meliputi antara lain : a. Kemampuan berfikir

b. Daya tangkap inderawi

c. Seluruh daya tangkap yang ada pada manusia

Pada penelitian ini peneliti hanya fokus pada faktor structural sebagai pembentuk persepsi para pengurus wilayah Partai Nasdem.

D. Tinjauan Tentang Partai Politik

1. Pengertian Partai Politik

Menurut Kamus Bahasa Indonesia definisi partai adalah sebagaiberikut:

“Partai adalah sekelompok orang yang seasas, sehaluan terutama di bidang

politik”.

Definisi Politik Menurut Miriam Budiarjo dalam bukunya Dasar-Dasar Ilmu Politik sebagai berikut: “Politik adalah bermacam-macam kegiatan dalam suatu sistem politik (atau negara) yang menyangkut proses menentukan tujuan-tujuan dari sistem itu dan melaksanakan tujuan-tujuan itu (Miriam Budiarjo, 2002:8)”.

Berdasarkan definisi partai dan politik di atas, definisi mengenai partai politik sebagai berikut, menurut Miriam Budiarjo dalam Dasar-Dasar Ilmu Politik mengemukakan bahwa:

“Partai politik adalah suatu kelompok yang terorganisir yang anggota-anggotanya mempunyai orientasi, nilai-nilai dan cita-cita yang sama, dimana tujuannya untuk memperoleh kekuasaan politik dan merebut kedudukan politik dengan cara konstitusional untuk melaksanakan kebijaksanaan-kebijaksanaan mereka (MiriamBudiarjo, 2002:160)”.


(37)

Partai politik menurut Mochtar Mas’oed & Collin Mc. Andrews dalam buku Perbandingan Sistem Politik(1989:16) adalah suatu kelompok yang terorganisir yang anggotanya mempunyai orientasi, nilai-nilai dan cita-cita yang sama. Tujuan kelompok ini adalah untuk memperoleh kekuasaan politik dan kedudukan politik yang biasanya dengan cara konstitusional untuk melaksanakan kebijakan-kebijakan mereka.

Rusadi Kantaprawira dalam buku Sistem Politik Indonesia Suatu Model Pengantar (1999: 48) mendefinisikan partai politik sebagai sebuah organisasi manusia dimana di dalamnya terdapat pembagian tugas dan petugas-petugas untuk mencapai suatu tujuan, ia memiliki ideologi, program politik sebagai rencana pelaksanaan atau cara pencapaian tujuan yang lebih pragmatis mencakup pentahapan jangka pendek sampai dengan jangka panjang serta berkeinginan untuk berkuasa.

Berdasarkan pendapat di atas, dapat penulis simpulkan bahwa partai politik adalah sekelompok manusia yang memiliki kesamaan-kesamaan tujuan dan bersatu dalam sebuah lembaga atau organisasi politik, yakni organisasi yang bertujuan untuk memperoleh kekuasaan politik dan menguasai pemerintahan semata-mata agar kebijaksanaan yang dibuat akan berjalan sebagaimana mestinya, dengan cara menempatkan anggota atau kader-kadernya sebagai penentu kebijakan pada lembaga-lembaga politik, baik di lembaga eksekutif maupun di lembaga legislatif.


(38)

2. Fungsi Partai Politik

Fungsi partai politik menurut Miriam Budiarjo dalam buku Dasar-Dasar Ilmu Politik (2002:163), yaitu:

1. Partai sebagai sarana Komunikasi Politik.

Salah satu tugas dari partai politik adalah menyalurkan aneka ragam pendapat dan aspirasi masyarakat dan mengaturnya sedemikian rupa sehingga kesimpangsiuran pendapat dalam masyarakat berkurang. Dalam masyarakat modern yang begitu luas, pendapat dan aspirasi seseorang atau suatu kelompok akan hilang tak berbekas seperti suara di pandang pasir, apabila tidak ditampung dan digabung dengan pendapat dan aspirasi orang lain yang senada. Proses ini dinamakan

“penggabungan kepentingan” (interest aggregation). Sesudah

digabung, pendapat dan aspirasi ini diolah dan dirumuskan dalam bentuk yang teratur. Proses ini dinamakan “perumusan kepentingan” (interest articulation).

2. Partai sebagai sarana Sosialisasi Politik.

Di dalam ilmu politik, sosialisasi politik diartikan sebagai suatu proses dimana seseorang memperoleh sikap dan orientasi terhadap fenomena politik di dalam lingkungan masyarakat dimana ia berada. Biasanya proses sosialisasi berjalan secara berangsur-angsur dari masa kanak-kanak sampai dewasa. Proses sosialisasi politik diselenggarakan melalui ceramah-ceramah penerangan, kursus-kursus kader, kursus penataran, dan sebagainya.


(39)

3. Politik sebagai sarana Rekrutmen Politik.

Partai politik juga berfungsi untuk mencari dang mengajakorang yang berbakat untuk turut aktif dalam kegiatan politik sebagai anggota partai (political recruitment). Dengan demikian partai turut memperluas partisipasi politik. Caranya ialah melalui kontak pribadi, persuasi dan lain-lain. Juga disuahakan untuk menarik golongan muda untuk dididik menjadi kader yang di masa mendatang akan mengganti pimpinan lama (selection of leadership).

4. Politik sebagai sarana pengatur konflik.

Dalam suasana demokrasi, persaingan dan perbedaan pendapat merupakan soal yang wajar. Jika sampai terjadi konflik, partai politik berusaha untuk mengatasinya.

Fungsi Partai Politik menurut Ramlan Surbakti dalam bukunya Memahami Ilmu Politik (1992:116), berpendapat bahwa fungsi utama partai politik adalah mencari dan mempertahankan kekuasaan untuk mewujudkan program-program yang disusun berdasarkan ideologi tertentu. Selain fungsi utama tersebut terdapat fungsi lain yang dilaksanakan oleh partai politik, yaitu :

1. Fungsi sosialisasi politik. 2. Fungsi rekrutmen politik. 3. Fungsi partisipasi politik. 4. Fungsi pemandu kepentingan. 5. Fungsi komunikasi politik.


(40)

6. Fungsi pengendalian konflik. 7. Fungsi kontrol politik.

Dari beberapa hal mengenai fungsi dari partai politik di atas, penulis dapat menyimpulkan bahwa dalam negara demokratis fungsi partai politik cenderung mencari atau merekrut massa sebesar-besarnya dan hanya mementingkan kepentingan individu/kelompok. Tetapi fungsinya sebagai alat kontrol terhadap pelaksanaan pemerintah dan sebagai pengendali konflik belum terealisir secara maksimal.

3. Undang-Undang Partai Politik Nomor 2 Tahun 2011

Pada Undang-Undang Partai Politik Nomor 2 Tahun 2011 Pasal 32 berbunyi:

Pasal 32

(1) Perselisihan Partai Politik diselesaikan oleh internal Partai Politik sebagaimana diatur di dalam AD dan ART.

(2) Penyelesaian perselisihan internal Partai Politik sebagaimana dimaksud pada ayat (1) dilakukan oleh suatu mahkamah Partai Politik atau sebutan lain yang dibentuk oleh Partai Politik.

(3) Susunan mahkamah Partai Politik atau sebutan lain sebagaimana dimaksud pada ayat (2) disampaikan oleh Pimpinan Partai Politik kepada Kementerian.

(4) Penyelesaian perselisihan internal Partai Politik sebagaimana dimaksud pada ayat (2) harus diselesaikan paling lambat 60 (enam puluh) hari.


(41)

(5) Putusan mahkamah Partai Politik atau sebutan lain bersifat final dan mengikat secara internal dalam hal perselisihan yang berkenaan dengan kepengurusan.

Ketentuan Pasal 33 ayat (1) diubah sehingga Pasal 33 berbunyi sebagai berikut:

Pasal 33

(1) Dalam hal penyelesaian perselisihan sebagaimana dimaksud dalam Pasal 32 tidak tercapai, penyelesaian perselisihan dilakukan melalui pengadilan negeri.

(2) Putusan pengadilan negeri adalah putusan tingkat pertama dan terakhir, dan hanya dapat diajukan kasasi kepada Mahkamah Agung. (3) Perkara sebagaimana dimaksud pada ayat (1) diselesaikan oleh

pengadilan negeri paling lama 60 (enam puluh) hari sejak gugatan perkara terdaftar di kepaniteraan pengadilan negeri dan oleh Mahkamah Agung paling lama 30 (tiga puluh) hari sejak memori kasasi terdaftar di kepaniteraan Mahkamah Agung.

E. Konflik Internal Partai

1. Pengertian Konflik

Istilah konflik dalam ilmu politik sering kali dikaitkan dengan kekerasan, seperti kerusuhan, kudeta, terorisme, dan revolusi. Oleh Ramlan Subakti

(1992:149) dikatakan, “konflik mengandung pengertian “benturan”,


(42)

dan individu, kelompok dan kelomppok, dan antara individu atau kelompok dengan pemerintah.

Teori Paul Conn, “Conflict an Decision Making : An introduction to

Political Science”, yang dikutip oleh Ramlan Surbakti (1992:8), bahwa pada dasarnya politik adalah konflik, karena konflik merupakan gejala yang selalu hadir dalam masyarakat termasuk dalam setiap proses politik. Menurut pandangan ini, ada diantara pihak yang berupaya mendapatkan nilai-nilai dan mereka yang berusaha keras mempertahankan apa yang selama ini telah mereka dapatkan, antara pihak yang sama-sama juga mempertahankan nilai-nilai yang selama ini mereka kuasai.

Menurut K.W. Thomas yang dikutip oleh Stephen P.Robbins (1996:124)

dalam bukunya “Perilaku Organisasi”, berpendapat bahwa konflik

merupakan suatu proses yang mulai bila satu pihak merasakan bahwa suatu pihak lain telah mempengaruhi secara negatif, atau akan segera, sesuatu yang diperhatikan pihak pertama.

Sedangkan menurut Arraq Steinberg (1981:71), konflik adalah :

“Suatu proses yang kuat sekali untuk hasil yang diharapkan maupun

hasil yang tidak diharapkan. Hasil yang diharapkan termasuk menciptakan gagasan-gagasan baru dan unggul, yang memaksa orang untuk mencari pendekatan-pendekatan baru dan menguji kemampuannya. Hasil yang tidak diharapkan termasuk mencipatakan jarak antara orang-orang, menumbuhkan rasa curiga, serta membuat

mereka terasa dihina dan dikalahkan”.

Konflik politik yang berkaitan dengan permasalahan mengenai konflik yang terjadi di dalam organisasi politik atau partai politik, merupakan suatu pertentangan yang terjadi dalam individu dengan individu, atau


(43)

individu dengan kelompok yang bertujuan untuk mencapai ambisi dan tujuan bersama melalui berbagai macam cara yang ditempuh. Meskipun politik selalu menyangkut tujuan-tujuan dari seluruh masyarakat dan bukan tujuan pribadi seseorang, meskipun politik juga menyangkut kegiatan berbagai kelompok termasuk partai politik dan kegiatan orang seorang (individu).Hal inilah yang dapat menyebabkan timbulnya suatu konflik baik secara internal didalam partai itu sendiri terhadap masing-masing anggota partainya, maupun secara eksternal terhadap partai lain untuk melakukan bargaining atau koalisi partai. Namun dalam kaitannya dengan penelitian ini, konflik partai politik secara internal yang terjadi didalam Partai Nasdem dan Harry Tanoe.

2. Konflik Internal Partai

Proses sosial didalam masyarakat yang demokratis, perbedaan pendapat dan persaingan di antara warga masyarakat atau golongan-golongan merupakan hal yang wajar. Perbedaan pendapat dan persaingan itu sering kali mengakibatkan konflik, bahkan mengakibatkan terjadi perpecahan. Konflik menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia adalah : 1) Percecokan, pertentangan; 2) Ketegangan atau pertentangan antara dua kekuatan atau dua tokoh.

Menurut Nazuruddin Sjamsuddin, Zukifli Hamid, dan Toto Pribadi (1988:56) perpecahan dalam partai politik bisa disebabkan tiga hal, yaitu:

1. Perbedaan ideologi dari para anggotanya, karena partai tidak memeliki platform yang jelas, sehingga mengakibatkan tidak adanya


(44)

ikatan ideologis di antara anggota partai. Ketika terjadi perpecahan yang bersifat klik, personal atau kelompok, dengan mudah hal itu memecah belah partai

2. Perbedaan pelaksanaan kebijaksanaan, dipandang dari proses regenerasi yang harus dilakukan, kegagalan muncul tokoh baru dalam parpol menunjukan kegagalan parpol melakukan reformasi internal, terutama untuk revitaslisasi dan regenerasi terutama karena figur petingginya menjadi simbol institusi.

3. Persaingan kepemimpinan dalam partai, faktor kepemimpinan tunggal dan manajemen yang buruk. Terlalu kuatnya figur pemimpin parpol berpotensi mematikan kaderisasi di tubuh partai politik bersangkutan. Figur yang kuat seringkali dianggap mampun menjadi perekat sementara pada saat bersamaan kader yang memiliki kualifikasi sepadan tidak pernah dipersiapkan sebagi calon pengganti.

Kutipan skripsi oleh Ridwan Muhammad (1999:37), Synder memandang bahwa konflik yang terjadi dalam internal suatu partai politik disebabkan persoalan pembatasan posisi yang dapat diisi dalam suatu sistem. Tentunya, makin sedikit posisi yang bisa diisi, tingkat persaingan untuk mendapatkannya makin tinggi pula. Akibatnya semakin tajam pula tingkat konflik diantara individu atau kelompok untuk merebut posisi atau sumber-sumber tersebut. Artinya apabila sumber-sumber tersebut tidak seimbang dengan kondisi anggota/kelompok masyarakat yang ada dan menginginkan sumber-sumber itu, maka kemungkinan berkembangnya suatu konflik yang semakin besar.


(45)

Beberapa dari pendapat yang dikemukakan di atas, maka dapat penulis simpulkan tentang defenisi atau konsep dari konflik internal partai sebagai pertentangan, perdebatan atau persaingan untuk mempengaruhi, mendapatkan dan/atau mempertahankan nilai-nilai baru, ide tau pemikiran yang dimiliki di dalam sebuah organisasi partai politik yang terdiri dari pelaku-pelaku politik yang aktif dalam masyarakat, yang bersaing untuk memperoleh dukungan rakyat dengan beberapa kelompok lain yang mempunyai pandangan yang berbeda bahkan sama.

F. Kerangka Pikir

Dalam kehidupan bernegara di negara yang berdemokrasi seperti Indonesia, partisipasi politik dari warga negara sangat berperan dalam pelaksanaan demokrasi dan modernisasi politik. Untuk melakukan hal tersebut perlu sebuah wadah yang bernama partai politik yang mempunyai fungsi sebagai salah satu alat untuk melakukan partisipasi politik. Partai Nasdem juga dapat dikatakan sebagai partai politik yang berfungsi sebagai penyalur aspirasi masyarakat.

Partai Nasdem adalah partai yang dibentuk sebagai alat perjuangan baru agar demokrasi di indonesia menemukan kesejatiannya, dan bukan sekedar praktek formal prosedural semata, tetapi demokrasi yang berujung pada kesejahteraan rakyat. HT sebagai salah satu warga negara indonesia mempunyai hak untuk berpartisipasi politik dengan melalui media bernama partai politik sehingga ia masuk dalam partai Nasdem dan menjadi ketua dewan pakar di partai tersebut. Tetapi akhirnya HT keluar dari partai tersebut dan bergabung ke Partai Hanura


(46)

karena bertentangan dengan kebijakan yang dilakukan oleh Partai Nasdem tersebut yang mengakibatkan suara para pengurus Partai Nasdem terbelah. Kerangka berfikir dalam penelitian ini sebagai landasan penelitian ini adalah sebagaimana teori Menurut M Irfan Islamy (2002,114-115), implikasi adalah segala sesuatu yang telah dihasilkan dengan adanya proses perumusan kebijakan. Dengan kata lain implikasi adalah sebab-akibat dan konsekuensi-konsekuensi yang ditimbulkan dengan dilaksanakannya kebijakan atau kegiatan tertentu. Bertitik tolak dari semua pemikiran tersebut, maka penulis ingin menggambarkan bagan kerangka pikir tentang analisis implikasi mundurnya HT adalah:

Bagan 1. Kerangka Pikir Konflik HT

dan PartaiNasdem

Implikasi pengunduran diri Harry Tanoesodibjo terhadap eksistensi Partai Nasdem dari perspektif pengurus wilayah

Provinsi Lampung menurut Vicky Randall dan Lars Svasand (2002:13-14) (1998:220)

1. Derajat Kesisteman 2. Identitas Nilai 3. Derajat Otonomi 4. Pengetahuan Publik

Kemunduran HT

Implikasi Kemunduran

HT

Faktor Individual :

 Perbedaan pandangan dalam pengisian jabatan Ketua Umum

 Perbedaan Kepentingan Antar Pengurus DPW Partai Nasdem Lampung

Faktor Kolektif :


(47)

III. METODE PENELITIAN

A. Tipe Penelitian

Penelitian ini bertujuan untuk menganalisis implikasi pengunduran diri Harry Tanoesodibjo terhadap eksistensi Partai Nasdem dari perspektif pengurus wilayah Provinsi Lampung, sehingga penulis menggolongkan sebagai penelitian deskriptif.

Menurut Hasan (2004:13), penelitian deskriptif mempelajari masalah-masalah dalam masyarakat serta situasi-situasi, termasuk tentang hubungan, kegiatan-kegiatan, sikap-sikap, pandangan-pandangan, serta proses-proses yang sedang berlangsung dan pengaruh-pengaruh dari suatu fenomena sosial.

Berdasarkan pengertian di atas maka yang dimaksud dengan penelitian deskriptif adalah penelitian yang bersifat menggambarkan tentang kejadian yang sedang berlangsung serta hal-hal yang mempengaruhinya.

Sukardi (2005: 157) mengemukakan bahwa, “Penelitian deskriptif adalah suatu penelitian yang bertujuan untuk membuat deskripsi, gambaran atau lukisan secara sistematis, faktual dan akurat mengenai fakta-fakta, sifat-sifat serta hubungan antara fenomena yang akan diselidiki”.Pengertian yang disampaikan oleh Sukardi mengenai penelitian deskriptif sedikit berbeda dari


(48)

pengertian Hasan, menurutnya pengertian deskriptif adalah penelitian yang menggambarkan segala sesuatu tentang yang akan diteliti.

Tujuan dari penelitian deskriptif menurut Nazir (1988:63) adalah untuk membuat deskripsi, gambaran, atau lukisan secara sistematis, faktual dan akurat mengenai fakta-fakta, sifat-sifat serta hubungan antar fenomena yang diselidiki.

Berdasarkan berbagai pendapat diatas dapat ditarik kesimpulan bahwa yang dimaksud dengan metode penelitian deskriptif adalah metode penelitian untuk merumuskan sebuah gambaran yang tersusun sistematis, faktual dan akurat mengenai kejadian nyata, sifat-sifat serta hubungan fenomena yang akan diteliti yang pada akhirnya dapat mengungkapkan suatu kebenaran.

Peneliti tertarik melakukan penelitian dengan menggunakan metode penelitian deskriptif kualitatif dikarenakan sependapat dengan Bogdan dan Taylor dalam Hadari Nawawi (1994:49) bahwa pendekatan kualitatif sebagai prosedur penelitian yang menghasilkan data deskripsi berupa kata-kata tertulis atau lisan dengan orang-orang yang prilakunya yang dapat diamati. Berkaitan dengan penelitian yang peneliti lakukan, peneliti mencoba untuk menggambarkan analisis implikasi mundurnya HT dari dewan pakar Partai Nasdem terhadap eksistensi Partai Nasdem dalam perspektif pengurus wilayah Partai Nasdem provinsi Lampung.


(49)

B. Fokus Penelitian

Untuk memahami dan memudahkan menafsirkan berbagai teori yang berhubungan dengan penelitian ini maka fokus penelitian pada penelitian ini adalah :

Eksistensi Partai Nasdem pasca pengunduran diri Harry Tanoe dari perspektif pengurus wilayah Provinsi Lampung, indikator yang digunakan adalah: a. Derajat Kesisteman, dilihat dari proses pelaksanaan fungsi-fungsi partai

politik, termasuk penyelesaian konflik, dilakukan menurut aturan, persyaratan, prosedur, dan mekanisme yang disepakati dan ditetapkan dalam Anggaran Dasar (AD) dan Anggaran Rumah Tangga (ART) partai politik.

b. Identitas Nilai, dilihat dari orientasi kebijakan dan tindakan partai politik menurut ideologi atau platform partai

c. Derajat Otonomi, dilihat dari derajat otonomi suatu partai politik dalam pembuatan keputusan berkait dengan hubungan partai dengan aktor luar partai, baik dengan sumber otoritas tertentu

d. Pengetahuan Publik yang merujuk pertanyaan apakah keberadaan partai politik itu telah tertanam bayangan masyarakat seperti dimaksudkan partai politik itu.

Dalam penelitian ini penulis menentukan waktu penelitian saat HT melakukan pengunduran diri dari Partai Nasdem dan memilih ke Partai Hanura dalam menghadapi Pemilihan Umum tahun 2014. Hal ini yang mempengaruhi penulis melakukan penelitian tersebut di Pengurus Wilayah Partai Nasdem Provinsi Lampung.


(50)

C. Sumber Data

Menurut Loftland dan Loftland dalam Lexy J Moelong (1984:47) sumber data utama pada penelitian kualitatif ialah kata-kata dan tindakan, selebihnya adalah data tambahan seperti sumber data tertulis, foto dan statistik.

Mengutip dari pendapat Loftland dan Loftland, sumber data yang akan gunakan dalam penelitian ini adalah :

1. Kata-kata

Perkataan orang-orang diwawancarai merupakan sumber data utama, sumber data dapat ditulis atau direkam. Dalam hal ini yang akan diwawancarai oleh peneliti berkaitan dengan penelitian ini adalah dewan pengurus wilayah Partai Nasdem provinsi Lampung.

Teknik pemilihan informan yang akan diwawancarai dalam penelitian inidilakukan dengan teknik purposive sampling. Alasan pemakaian teknik purposive sampling disebabkan oleh bentuk dan ciri penelitian ini sendiri yaitu untuk mendapatkan informasi-informasi yang sesuai dengan tujuan dari pelaksanaan penelitian ini. Berdasarkan ketentuan tersebut maka informan, yang akan diwawancarai dalam penelitian ini adalah Pengurus wilayah Partai Nasdem Provinsi Lampung.

Peneliti menggunakan teknik Simple Random Sampling atau Sampel Acak Sederhana.Disini peneliti mengambil beberapa orang untuk dijadikan informan.Beberapa informan ini peneliti ambil dari dewan pengurus wilayah Partai Nasdem provinsi Lampung. Peneliti menganggap ini sudah cukup mewakili mengetahui bagaimana analisis konflik internal partai


(51)

antara HT dan Surya Paloh dan implikasinya terhadap Partai Nasdem dalam perspektif dewan pengurus wilayah Partai Nasdem provinsi Lampung.

2. Sumber Tertulis

Walaupun dikatakan bahwa sumber di luar kata dan tindakan merupakan sumber data kedua, jelas hal itu jelas tidak bisa diabaikan. Dilihat dari segi sumber tertulis dapat dibagi menjadi sumber buku dan majalah ilmiah, sumber dari arsip, dokumen pribadi dan dokumen resmi.

3. Foto

Sekarang ini foto sudah lebih banyak digunakan sebagai alat untuk keperluan kualitatif. Foto menghasilkan data deskriptif, ada dua kategori foto yang dapat dimanfaatkan dalam penelitian kualitatif yaitu foto yang dihasilkan oleh orang dan peneliti sendiri (Bogdan dan Biklen, 1982:102). Foto-foto yang akan dijadikan sumber data dalam penelitian ini adalah foto-foto wawancara dewan pengurus wilayah Partai Nasdem provinsi Lampung.

D. Penentuan Informan

Dalam memilih sample awal menurut Spadly ( dalam Arrohman R, 2001 ) supaya lebih terbukti perolehan informasinya, ia mengajukan beberapa kriteria yang perlu dipertimbangkan, yaitu :

1. Subjek yang telah lama dan insentif menyatu dengan kegiatan atau medan aktifitas yang menjadi sasaran atau perhatian


(52)

penelitian dan ini biasanya ditandai dengan suatu kemampuan memberikan informasi diluar kepala tentang suatu yang ditanyakan.

2. Subjek masih terkait secara penuh atau aktif pada lingkungan yang menjadi sasaran perhatian peneliti.

3. Subjek yang mempunyai cukup banyak waktu atau kesempatan untuk dimintai informasi.

4. Subjek yang dalam memberikan informasi tidak cenderung diolah atau dikemas terlebih dahulu, mereka relatif masih lugu dalam memberikan informasi.

5. Subjek yang sebelumnya tergolong asing dengan peneliti sehingga peneliti dapat merasa lebih tertantang untuk belajar sebanyak mungkin dari subjek yang semacam guru baginya.

Dengan demikian berdasarkan tujuan yang sudah ditentukan, peneliti menggunakan teknik snowball atau bola salju dalam penentuan informan. Teknik ini dipergunakan bukan saja untuk mendapatkan informasi data tapi juga untuk memperbaiki, mempertajam, dan memperjelas data atau informasi yang sudah terdahulu serta rinciannya. Kegiatan mengumpulkan data atau informasi hanya akan berhenti setelah mencapai taraf ketuntasan atau kejenuhan. Ketuntasan atau kejenuhan terjadi bilamana tidak ada lagi sumber data yang dapat memberikan informasi dan mungkin tidak ada lagi data atau informasi yang dapat dihimpun.


(53)

E. Teknik Pengumpulan Data

Teknik pengumpulan data yang digunakan dalam penelitian ini adalah: 1. Observasi

Observasi atau pengamatan adalah metode pengumpulan data dimana peneliti mencatat informasi sebagaimana yang mereka saksikan selama penelitian. Sebagaimana yang diungkapkan Riyanto (2001:63) bahwa

“observasi merupakan metode pengumpulan data yang menggunakan

pengamatan terhadap objek penelitian”. Pada penelitian ini, peneliti akan menambah dengan foto-foto pengamatan mengenai wawancara dengan pengurus wilayah Nasdem Provinsi Lampung.

2. Wawancara Mendalam (in-depth interview)

Wawancara mendalam dalam penelitian ini dilakukan dengan jalan mewawancarai sumber-sumber data dengan mengajukan beberapa pertanyaan kepada sumber informasi. Dalam hal ini peneliti menggunakan pedoman wawancara yang cendrung bersifat campuran (yaitu gabungan dari wawancara berstruktur dan wawancara tidak berstrukur). Adapun dalam penelitian ini pelaksanaan wawancara yang dilakukan kepada: Pengurus Wilayah Partai Nasdem provinsi Lampung, yaitu:

a. Hj. Mis Gustini, Ms, selaku Wakil Ketua Bidang Kesehatan dan Perempuan dan Anak Partai Nasdem Provinsi Lampung

b. Arief Tritia Hatang, BIB selaku Wakil Sekretaris Bid. Kepengurusan Partai Nasdem Provinsi Lampung

c. Devita Komala Sari selaku Wakil Sekretaris Bid. Internal dan Kesekretariatan Partai Nasdem Provinsi Lampung


(54)

d. Amrullah Ahmad El Hakim, SH selaku wakil ketua Biro Politik dan Pemerintahan Partai Nasdem Provinsi Lampung

e. Sulaiman, SE selaku Wakil Ketua Bidang Biro Media Dan Komunikasi Politik Partai Nasdem Provinsi Lampung

f. Musmaidah selaku Wakil Ketua Organisasi dan Keanggotaan DPW Partai Nasdem Provinsi Lampung

3. Studi Dokumentasi

Dokumen dan record digunakan untuk melengkapi data yang diperoleh dari hasil observasi pada penelitian, menurut Guba dan Lincoln dalam L.J Moelong (2000:161), karena alasan-alasan yang dapat dipertanggung jawabkan sebagai berikut:

a. Dokumen dan record dikarenakan merupakan sumber yang kaya, stabil dan mendorong.

b. Berguna sebagai bukti untuk suatu pengujian.

c. Keduanya berguna dan sesuai dengan konteks, lahir, dan berada dalam konteks.

d. Record relatif murah dan tidak sukar diperoleh tetapi dokumen harus dicari dan ditemukan.

e. Hasil pengkajian isi akan membuka kesempatan untuk lebih memperluas tubuh pengetahuan terhadap sesuatu yang diselidiki. F. Teknik Pengolahan Data

Setelah data diperoleh dari lapangan terkumpul, tahap selanjutnya yang dilakukan adalah mengolah data tersebut. Adapun teknik yang digunakan dalam pengolahan data sebagaimana yang disebutkan Lexy J. Moleong (2005:92) adalah:


(55)

Yaitu teknik mengolah data dengan cara meneliti kembali data yang telah diperoleh melalui wawancara, maupun dokumentasi untuk menghindari kekeliruan dan kesalahan. Tahap editing yang telah dilakukan oleh peneliti dalam penelitian ini yaitu menyajikan hasil wawancara dan observasi berupa kalimat-kalimat yang kurang baku disajikan dengan menggunakan kalimat baku dan bahasa yang mudah dipahami.

Pada tahapannya kegiatan editing dilakukan setelah peneliti melakukan kegiatan turun lapang dan mendapatkan sejumlah data melalui wawancara dan dokumentasi yang dilakukan. Data hasil wawancara terhadap beberapa informan yang masih berupa kalimat tidak baku tersebut kemudian disajikan dalam bab hasil dan pembahasan dengan menggunakan kalimat baku dan bahasa akademis yang mudah dipahami. Sedangkan hasil wawancara yang telah dilakukan oleh peneliti dan bentuknya masih bersifat belum baku di lampirkan pada bagian lampiran dalam skripsi ini. 2. Interpretasi Data

Interpretasi merupakan upaya untuk memperoleh arti dan makna yang lebih mendalam dan luas terhadap hasil penelitian yang sedang dilakukan. Pembahasan hasil penelitian dilakukan dengan cara meninjau hasil penelitian secara kritis dengan teori yang relevan dan informasi akurat yang diperoleh dilapangan.

Interpretasi yang dilakukan oleh peneliti dalam penelitian ini adalah pembahasan hasil penelitian mengenai analisis konflik internal Partai Nasdem partai nasdem antara HT dan Surya Paloh dan analisis implikasi


(56)

konflik tersebut terhadap Partai Nasdem dalam perspektif pengurus wilayah Partai Nasdem provinsi Lampung.

G. Teknik Keabsahan Data

Peneliti menggunakan triangulasi sebagai teknik untuk mengecek keabsahan data. Dimana dalam pengertiannya triangulasi adalah teknik pemeriksaan keabsahan data yang memanfaatkan sesuatu yang lain dalam membandingkan hasil wawancara terhadap objek penelitian (Moloeng, 2004:330).

Triangulasi dapat dilakukan dengan menggunakan teknik yang berbeda (Nasution, 2003:115) yaitu wawancara, observasi dan dokumen. Triangulasi ini selain digunakan untuk mengecek kebenaran data juga dilakukan untuk memperkaya data. Menurut Nasution, selain itu triangulasi juga dapat berguna untuk menyelidiki validitas tafsiran peneliti terhadap data, karena itu triangulasi bersifat reflektif.

Denzin (dalam Moloeng, 2004) membedakan empat macam triangulasi diantaranya dengan memanfaatkan penggunaan sumber, metode, penyidik dan teori. Pada penelitian ini, dari keempat macam triangulasi tersebut, peneliti hanya menggunakan teknik pemeriksaan dengan memanfaatkan sumber.Triangulasi dengan sumber artinya membandingkan dan mengecek balik derajat kepercayaan suatu informasi yang diperoleh melalui waktu dan alat yang berbeda dalam penelitian kualitatif (Patton,1987:331).

Menurut Patton (dalam Sulistiany 1999: 23) ada 4 macam triangulasi sebagai teknik pemeriksaan untuk mencapai keabsahan, yaitu :


(57)

1. Triangulasi data

Menggunakan berbagai sumber data seperti dokumen, arsip, hasil wawancara, hasil observasi atau juga dengan mewawancarai lebih dari satu subjek yang dianggap memeiliki sudut pandang yang berbeda.

2. Triangulasi Pengamat

Adanya pengamat di luar peneliti yang turut memeriksa hasil pengumpulan data. Dalam penelitian ini, dosen pembimbing studi kasus bertindak Sebagai pengamat (expert judgement) yang memberikan masukan terhadap hasil pengumpulan data.

3. Triangulasi Teori

Penggunaan berbagai teori yang berlainan untuk memastikan bahwa data yang dikumpulkan sudah memasuki syarat. Pada penelitian ini, berbagai teori yang menjelaskan tentang Konflik Internal Partai dan Analisis Implikasi dan menguji terkumpulnya data tersebut.

4. Triangulasi metode

Penggunaan berbagai metode untuk meneliti suatu hal, seperti metode wawancara dan metode observasi. Dalam penelitian ini, peneliti melakukan metode wawancara yang ditunjang dengan metode observasi pada saat wawancara dilakukan.

Dalam penelitian ini, reabilitas data mengacu pada kemungkinan peneliti selanjutnya memeperoleh hasil yang sama apabila penelitian dilakukan sekali lagi dengan subjek yang sama. Hal ini menujukan bahwa konsep reabilitas


(58)

data pada penelitian kualitatif selain menekankan pada desain penelitian, juga pada cara pengumpulan data dan pengolahan data.

Adapun untuk mencapai kepercayaan itu, maka ditempuh langkah sebagai berikut :

1. Membandingkan data hasil pengamatan dengan data hasil wawancara 2. Membandingkan apa yang dikatakan orang di depan umum dengan apa

yang dikatakan secara pribadi.

3. Membandingkan apa yang dikatakan orang-orang tentang situasi penelitian dengan apa yang dikatakannya sepanjang waktu.

4. Membandingkan keadaan dan perspektif seseorang dengan berbagai pendapat dan pandangan masyarakat dari berbagai kelas.

5. Membandingkan hasil wawancara dengan isi suatu dokumen yang berkaitan.

H. Teknik Analisis Data

Data yang telah diperoleh selanjutnya akan dianalisis secara deskriptif yaitu suatu penelitian yang bertujuan untuk membuat deskriptif, gambaran atau lukisan secara sistematis, faktual dan akurat mengenai fakta-fakta, sifat-sifat serta hubungan antar fenomena yang diselidiki. Fenomena yang diteliti secara deskriptif tersebut dicari informasi mengenai hal-hal yang dianggap mempunyai relevansi dengan tujuan penelitian.

Menurut Purwanto dan Sulistyastuti (2007:93) analisis data merupakan proses memanipulasi data hasil penelitian sehingga data tersebut dapat menjawab pertanyaan penelitian/proses menyederhanakan data kedalam bentuk yang


(59)

lebih mudah diinterpretasikan. Data yang diperoleh dari wawancara mendalam akan diolah dan dianalisis secara kualitatif dengan proses reduksi dan interpretasi.

Menurut Matew Milles dan Huberman (1992:16-20), terdapat tiga komponen analisis data dalam penelitian kualitatif meliputi tahap-tahap sebagai berikut: 1. Reduksi Data

Yaitu sebagai proses pemilihan, pemusatan perhatian pada

penyederhanaan, pengabstrakan dan tranformasi data “kasar” yang muncul

dari catatan-catatan yang tertulis di lapangan. Reduksi data yang dilakukan peneliti dalam penelitian ini adalah analisa yang menajam, menggolongkan, mengarahkan, membuang yang tidak perlu dan mengorganisasi data mengenai analisis implikasi mundurnya HT dari dewan pakar Partai Nasdem terhadap eksistensi Partai Nasdem terhadap perspektif dewan perwakilan wilayah Partai Nasdem provinsi Lampung, dengan cara sedemikian rupa sehingga kesimpulan akhirnya dapat ditarik dan diverifikasi. Reduksi data terasa sesudah penelitian dilapangan, sampai laporan akhir lengkap tersusun. Pada pengumpulan data terjadilah tahapan reduksi selanjutnya yaitu membuat ringkasan mengenai penelitian ini.Reduksi data sebagai proses transformasi ini berlanjut terus sesudah penelitian lapangan.

2. Penyajian Data (Display Data)

Sekumpulan informasi tersusun yang memberi kemungkinan adanya penarikan kesimpulan dan pengambilan tindakan. Data-data yang ada


(60)

dikelompokkan pada bagian atau sub bagian masing-masing. Data yang disajikan disesuaikan dengan informasi yang didapat dari catatan tertulis di lapangan. Dengan penyajian data tersebut akan dapat dipahami apa yang terjadi dan apa yang harus dilakukan, menganalisis ataukah tindakan berdasarkan pemahaman yang didapat dari penyajian-penyajian tersebut. Prosesnya dilakukan dengan cara menampilkan dan membuat hubungan antar fenomena untuk memaknai bagaimana yang sebenarnya konflik internal antara HT dan Surya Paloh serta Implikasinya terhadap Partai Nasdem dari Perspetif pengurus Partai Nasdem Wilayah Lampung

3. Penarikan Kesimpulan (verifikasi)

Dari permulaan pengumpulan data, penganalisis kualitatif mulai mencari arti benda-benda, mencatat keteraturan, pola-pola kejelasan, konfigurasi-konfigurasi yang mungkin, alur sebab akibat, dan proposisi. Penelitian yang berkompeten akan menangani kesimpulan-kesimpulan itu dengan longgar, tetap terbuka, dan skeptis, tetapi kesimpulan sudah disediakan, mula-mula belum jelas, kemudian lebih rinci dan mengakar dengan kokoh. Dan kesimpulan akhir mungkin muncul sampai pengumpulan data berakhir, tergantung pada kesimpulan-kesimpulan catatan lapangan, pengodeannya, penyimpanan, metode pencairan ulang yang digunakan dan kecakapan peneliti.

Peneliti melakukan verifikasi yaitu melakukan pengumpulan data-data mengenai konflik internal antara HT dan Surya Paloh serta Implikasinya terhadap Partai Nasdem dari Perspetif pengurus Partai Nasdem Wilayah


(61)

Lampung kemudian penulis membuat kesimpulan, kesimpulan awal mula-mula mungkin belum jelas namun setelah itu akan semakin rinci dan mengakar dengan kokoh.


(62)

IV. GAMBARAN UMUM

A. Partai Nasional Demokrat

Partai NasDem berdiri pada tanggal 26 Juli 2011 di Mercure Hotel Ancol Jakarta. Partai ini didukung oleh Surya Paloh yang merupakan pendiri organisasi bernama sama yaitu Nasional Demokrat. Kaum muda penggerak Partai NasDem memiliki keinginan untuk membumikan Restorasi Indonesia. Diantara mereka ada tiga serangkai, yakni Patrice Rio Capella seorang politisi, Sugeng Suparwoto seorang jurnalis, dan Ahmad Rofiq seorang aktifis gerakan. Selain mereka, ada eksponen aktivis 98, kaum muda profesional, advokat, LSM, Serikat Buruh, Organisasi Tani, dan lain sebagainya.

Pada awal berdiri, Patrice Rio Capella menjabat sebagai ketua umum dengan Sekretaris Jendral dipegang oleh Ahmad Rofiq. Pada awal nya Surya Paloh masih memegang Organisasi Masyarakat (ORMAS) Nasional Demokrat, belum mencampuri urusan Partai NasDem. Januari 2013 Surya Paloh mengambil alih Partai NasDem dan merubah struktur organisasi yang ada. Surya paloh menilai pengurus yang ada kurang populer sehingga ia harus merubah struktur agar mendapat dukungan lebih besar dari masyarakat. Awal Januari 2013, Surya Paloh pun merombak kepengurusan yang ada. Ketua umum yang semula dipegang oleh Patrice Rio Capella kini dipegang oleh Surya Paloh. Keputusan ini mengakibatkan para golongan muda dan


(63)

beberapa pengurus partai tidak menyetujui keputusan Surya Paloh tersebut, sehingga pada tanggal 21 Januari 2013 ada empat pengurus Partai NasDem yang mengundurkan diri dari jabatannya. Keempat pengurus ini adalah Harry Tanoe (Ketua Dewan Pakar), Sekretaris Jendral Ahmad Rofiq, Wakil Sekretaris Jendral Saiful Haq, dan Ketua Bidang Internal Endang Tirtana. Keluarnya keempat pengurus DPP Partai NasDem tersebut memicu pengurus-pengurus lain di daerah ikut mengundurkan diri karena merasa tidak sependapat dengan keputusan yang diambil Surya Paloh. Pengurus di beberapa daerah seperti Sulawesi Barat, Jakarta, Jawa Tengah dan yang lainnya sebagian ada yang mengundurkan diri. Tidak hanya para pengurus yang ternyata mengundurkan diri, namun tidak sedikit para anggota Partai pun ikut mengundurkan diri.

Keadaaan seperti ini tentu saja membuat konflik internal Partai NasDem semakin memanas. Namun, Ketua Umum Surya Paloh tetap pada keputusannya dan yakin NasDem tetap memiliki banyak anggota yang menginingkan perubahan. Surya Paloh yakin pada Pemilu 2014 mendatang, NasDem akan menjadi pemenang setidaknya 4 besar. Partai NasDem merupakan satu-satunya Partai baru yang lolos verifikasi KPU untuk maju dalam Pemilu 2014.

Partai NasDem mengusung gagasan Restorasi Indonesia, dan tidak bergantung pada figur semata. Partai NasDem didirikan oleh kaum muda pergerakan (aktivis) yang membawa harapan baru dan tidak mewarisi dosan dan beban status quo. Partai NasDem bukanlah partai masa lalu yang hanya bicara masa


(64)

lalu, melainkan partai masa depan yang akan hadir 24 jam ditengah rakyat, bukan jenis partai yang hadir hanya menjelang pemilu.

B. Lambang Partai Nasional Demokrat

Gambar Lambang Partai NasDem , sebagai berikut:

Sumber: www. partaiNasdem.org Gambar 3. Lambang Partai NasDem

Lambang Partai NasDem terdiri dari Rotasi Biru dan Gestur Jingga memeluk, Lambang yang dibuat sedehana dengan mewakili semangat perubahan, serta mudah untuk di ingat dan di gambar sebagai simbol gerakan perubahan. Rotasi biru merupakan simbol perputaran yang dinamis sebagai semangat dan harapan baru, keterbukaan, ketegasan, yang memiliki tujuan yang nyata. Gestur jingga memeluk adalah lambang dari kebersamaan, keutuhan dalam bergerak, dan semangat pembaruan yang siap menampung aspirasi zaman. C. Visi dan Misi Partai Nasional Demokrat

Visi Patai NasDem adalah mengembalikan tujuan bernegara yang temasuk dalam pembukaan Undang-Undang Dasar 1945; yakni Negara Merdeka, Bersatu, Berdaulat, Adil, dan Makmur.


(1)

partai yang baru mengundang reaksi dari HT yang tidak setuju dengan keputusan tersebut. Karena tidak sejalan dengan visi dan misi yang di usung partai pada awalnya yang lebih mengutamakan anggota- anggota muda untuk memimpin partai dan tidak mengangkat para golongan tua seperti Surya Paloh untuk memimpin partai.


(2)

82

VI. SIMPUIAN DAN SARAN

A. Kesimpulan

Berdasarkan hasil penelitian dan pembahasan, maka dapat disimpulkan bahwa: 1. Pengunduran diri HT dari partai Nasdem terjadi karena adanya Perbedaan

persepsi atau ide-ide serta kepentingan antara salah satu anggota partai dengan anggota yang lainnya terhadap keputusan partai yang dimana HT tidak setuju dalam pemilihan Surya Paloh sebagai Ketua Umum partai dan lebih menginginkan golongan muda dari partai yang menjadi ketua umum inilah yang menjadi salah satu penyebab terjadinya konflik internal suatu partai. 2. Mundurnya HT dari Partai Nasdem terhadap eksistensi partai nasdem secara

derajat kesisteman tidak terpengaruh karena sistem didalam partai sebelum dan sesudah HT keluar pun sudah sesuai dengan AD/ART yang dibuat oleh partai dan penyelesaian konflik ini juga sudah dilakukan sesuai derajat kesisteman yang berlaku. Dalam identitas nilai partai sedikit berpengaruh dari mundurnya HT dari Partai Nasdem ini terlihat dari basi sosial pendukungnya terutama golongan muda yang keluar dari Partai Nasdem akibat mundurnya HT ini karena HT di Partai Nasdem mempunyai basis sosial pendukung yang didominasi golongan muda sehingga saat HT mengundurkan diri banyak tokoh muda dan anggota serta simpatisian muda yang ikut mundur dari Partai


(3)

Nasdem, sehingga sedikit melemahkan kekuatan Partai Nasdem menjelang pemilihan umum. Mundurnya HT dari Partai Nasdem membuat Partai Nasdem kehilangan dukungan dari kelompok-kelompok pengusaha yang mempunyai hubungan baik dengan Partai Nasdem melalui HT serta dukungan dari MNC Group yang dimiliki oleh HT. Serta dari derajat otonomi tidak mendapatkan intervensi dalam penyelesaian masalah ini dan otonomi partai nasdem di daerah juga tidak berpengaruh karena banyak daerah yang anggota dan simpatisannya tidak mengikuti HT keluar dari partai nasdem dan ditinjau dari Pengetahuan publik implikasi dari mundurnya HT ini mengakibatkan penurunan tingkat kepercayaan masyarakat akan partai yang mengakibatkan partai kehilangan dukungan yang tidak sedikit dari masyarakat.

B. Saran

Berdasarkan hasil penelitian yang telah dilakukan oleh penulis, menunjukkan bahwa terjadinya konflik di Internal Partai Nasdem khususnya di DPW Partai Nasdem Lampung terjadi akibat tidak adanya komunikasi yang kuat baik itu ditingkat pusat maupun ditingkat wilayah sehingga menghasilkan perbedaan-perbedaan pandangan antara petinggi,anggota maupun kader Partai Nasdem. Untuk mengatasi hal tersebut ada beberapa saran yang dianggap penting untuk penulis sampaikan.

1. Jika kedepannya Partai Nasdem tidak ingin kembali terjadi konflik mengenai hal-hal yang sudah disepakati sebelumnya seperti konflik mengenai ide dasar


(4)

84

ataupun platform, Partai Nasdem perlu melakukan penanaman ideologi yang lebih jelas sampai ke akar, mulai dari tingkat pusat,wilayah,sampai ke tingkat daerah.

2. Partai Nasdem perlu mengadakan dialog demokrasi di dalam tubuh partai, sehingga nantinya mulai dari tingkat pusat,wilayah,sampai kedaerah bisa meresapi berbagai prinsip dan kebijakan yang berlaku di internal partai. 3. Dalam upaya membesarkan Parta iNasdem dan pencapaian tujuan

memenangkan Partai Nasdem pada Pemilu 2014 perlu kiranya para pengurus, anggota,dan kader Partai Nasdem bersatu kembali dan mendahulukan kepentingan Partai di atas kepentingan pribadi untuk menjalankan kembali Visi Misi Partai Nasdem, terutama untuk dapat merealisasikan tagline yang selama ini diusung yaitu Restorasi Indonesia.


(5)

DAFTAR PUSTAKA

Buku: `

Budiarjo, Miriam, 2002. Dasar-Dasar Ilmu Politik. Jakarta: PT Gramedia Pustaka Utama.

Graham, Helen. 2005. Psikologi Humanistik dalam Konteks Sosial,

Budaya, dan Sejarah. Yogyakarta: Pustaka Pelajar.

Islamy, M Irfan, 2002. Prinsip-Prinsip Perumusan Kebijaksanaan

Negara. Jakarta: PT. Bumi Aksara.

Kamus Besar Bahasa Indonesia 2002. Departemen Pendidikan Nasional

Edisi ke-3 Balai Pustaka. Jakarta: PT Gramedia.

Kantaprawira, Rusadi. 1999. Sistem Politik Indonesia: Suatu Model

Pengantar. Bandung: Sinar Baru Alensindo.

Rakhmat Jalaluddin. 2005. Psikologi Komunikasi. Bandung: Remaja Rosdakarya.

Lexy Moleong, Metodologi Penelitian Kualitatif (Edisi Revisi), 2004. M. Khoirul Anwar & Vina Salviana, 2006, Perilaku Partai Politik : Studi

Partai Politik dalam Kampanye dan kecenderungan Pemilih pada

Pemilu 2004 ,UMM Press. Malang.

Matthew Miles & Michael Huberman. 1992. Analisis Data Kualitatif. Universitas Indonesia Pers. Jakarta.

Michels, Robert. 1984. Partai Politik Kecenderungan Oligarkis dalam

Birokrasi. Jakarta: Rajawali.

Mochtar Mas’oed & Collin Mc. Andrews, 1989, Perbandingan Sistem

Politik. Yogyakarta: Gadjah Mada University Press.

Sarwono, Sarlito, Wirawan. 1998. Teori-Teori Psikologi Sosial. Jakarta: Raja Grafindo Persada.


(6)

Silalahi, Ulbert. 2005. Studi Tentang Ilmu Administrasi Konsep, Teori dan

Dimensi. Bandung: Sinar Baru Algensindo.

Surbakti, Ramlan. 2010. Memahami Ilmu Politik. Jakarta: PT Grasindo. Vicky Randall dan Lars Svasand. 2002. Party Institutionalization In New

Democracies. Sage Publications

Widjaya, Albert. 1982. Budaya Politik Dan Pembangunan Ekonomi. Jakarta: LP3FS.

Winarno, Budi. 2005. Teori dan Proses Kebijakan Publik. Yogyakarta: Media Press.

Dokumen :

Buku Saku Partai Nasdem

Undang-undang partai politik no.2 tahun 2011.

http://www.tribunnews.com/nasional/2013/02/24/ribuan-kader-partai-nasdem-karo-mundur

http://sitisaiyah.blogspot.com/2012/03/pelaksanaan-demokrasi-di-indonesia.html

http://www.tribunnews.com/nasional/2013/02/20/Harytanoe-partai-nasdem-mundur

http://www.tempo.com/nasional/2013/02/29/alasan-harytanoe-memilih-partai-hanura

http://se2/isn/chserviceengineFilesEINIRAS47085ipublicationdocument_singledo cument95DCB6FD-EC71-4D92-82F1-FC2AD430FFE6enwp44.pdf