POTRET ETIKA KOMUNIKASI DALAM KELUARGA (Analisis Hermeneutika terhadap Film “I Not Stupid Too 2”)

(1)

ABSTRACT

POTRAIT OF COMMUNICATION ETHICS IN FAMILY (Hermeneutics Analysis to Film “I Not Stupid Too 2”)

By

ELSA PUJI RAHMAWATI

A potential ethical issues always inherent in any form of interpersonal communication so that communication can be assessed in a right-wrong dimension, involving significant impact on another human being, so communicators consciously choose certain goals to be achieved and the means of communication in order to achieve the goal. I Not Stupid Too 2 is one of the Singapore film in 2006 which is a sequel I Not Stupid. This film shows the problems of poor communication between parents and children.

This study uses The Hermeneutics Theory through the over all understanding and comprehension persection. Understanding of the process by using The Hermeneutics Theory is done by observing each scene by scene (visual) by looking at the proksemics aspect (distance/space), facial expressions and gestures. While the observations through dialogue, can be examined by looking at the structure of the language used in the film.

Based on the observations that have been made, then the two patterns obtained in this study are: Communication Ethics Parents to Children an Communication Ethics Children to Parents. The Communication Ethics framed by modern culture in Singapore. So the Model Ethics in Family Communication on film I Not Stupid Too 2 includes two patterns mentioned above. Singapore's modern culture was so individualistic society that parents spend more time outside the home to work rather than spend the time together and establish good communication with family members.


(2)

ABSTRAK

POTRET ETIKA KOMUNIKASI DALAM KELUARGA (Analisis Hermeneutika terhadap Film “I Not Stupid Too 2”)

Oleh

ELSA PUJI RAHMAWATI

Persoalan etika yang potensial selalu melekat dalam setiap bentuk komunikasi antarpribadi sehingga komunikasi dapat dinilai dalam dimensi benar-salah, melibatkan pengaruh yang berarti terhadap manusia lain, sehingga komunikator secara sadar memilih tujuan-tujuan tertentu yang ingin dicapai dan cara-cara komunikasi guna mencapai tujuan tersebut.I Not Stupid Too 2 adalah film Singapura tahun 2006 yang merupakan sekuel dari I Not Stupid. Film ini menunjukan masalah komunikasi yang buruk antara orang tua dan anak.

Penelitian ini menggunakan T eori Hermeneutika melalui pemahaman secara keseluruhan dan pemahaman per bagian. Proses pemahamandengan menggunakan Teori Hermeneutika ini dilakukan dengan mengamati setiap scene berdasarkan adegan (visual) yakni dengan melihat kepada aspek proksemik (jarak/ruang), ekspresi wajah dan gestur. Sementara itu pengamatan melalui dialog, dapat diteliti dengan melihat strukturbahasa yang digunakan dalam film.

Berdasarkan hasil pengamatan yang telah dilakukan, maka didapatkan dua pola dalam penelitian ini yakni: Etika Komunikasi Orang Tua terhadap Anak dan Etika Komunikasi Anak terhadap Orang Tua. Etika Komunikasi tersebut dibingkai oleh kebudayaan modern di Singapura.Sehingga Model Etika Komunikasi dalam Keluarga pada Film I Not Stupid Too 2 meliputi dua pola yang telah disebutkan di atas. Budaya modern masyarakat Singapura yang begitu individualis sehingga orang tua lebih banyak menghabiskan waktu di luar rumah untuk bekerja daripada menghabiskan waktu untuk berkumpul dan menjalin komunikasi yang baik dengan anggota keluarga.


(3)

POTRET ETIKA KOMUNIKASI DALAM KELUARGA

(Analisis Hermeunetika terhadap Film “I Not Stupid Too 2”) Oleh

ELSA PUJI RAHMAWATI

Skripsi

Sebagai Salah Satu Syarat untuk Mencapai Gelar SARJANA ILMU KOMUNIKASI

Pada

Jurusan Ilmu Komunikasi Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik

FAKULTAS ILMU SOSIAL DAN ILMU POLITIK

UNIVERSITAS LAMPUNG

BANDAR LAMPUNG

2014


(4)

(5)

(6)

(7)

RIWAYAT HIDUP

Penulis dilahirkan di kota Palembang pada tanggal 29 Agustus 1992 sebagai bungsu dari lima bersaudara pasangan Bapak Guswan Marsoni, S.E., dan Ibu Lina Anggraini.

Pendidikan yang pernah di tempuh oleh penulis adalah Taman Kanak-Kanak pada TK. YWKA Palembang. Belum sempat menamatkan TK nya, penulis pun pindah ke Provinsi Lampung tepatnya di Kotabumi karena Ayahanda dari penulis yang bekerja sebagai seorang pegawai Direktorat Jenderal Pajak mengharuskan Beliau dan keluarga untuk pindah tugas ke luar kota hampir setiap tiga tahun sekali. Kemudian Penulis melanjutkan pendidikannya pada TK Dharma Wanita Kotabumi dan lulus pada tahun 1998. Pada tahun yang sama beliau terdaftar sebagai siswi pada Sekolah Dasar Negeri 4 Gapura Kotabumi. Saat menginjak kelas III SD, penulis dan keluarga pindah ke Kota Lahat dan melanjutkan pendidikan Sekolah Dasar hingga kelas V SD. Kemudian beliau dan keluarga dipindahkan lagi ke kota Padangsidimpuan, Kabupaten Tapanuli Selatan, Provinsi Sumatera Utara. Penulis melanjutkan pendidikannya pada SDN. 200220 Padangsidimpuan sekaligus menamatkan pendidikan Sekolah Dasarnya pada tahun 2004. Pada tahun yang sama, Penulis terdaftar sebagai siswi pada Sekolah Menengah Pertama Negeri 2 Padangsidimpuan. Saat menaiki kelas IX, penulis dan keluarga dipindahkan ke kota Kisaran Provinsi Sumatera Utara dan melanjutkan pendidikannya pada


(8)

SMPN.1 Kisaran hingga penulis tamat pada tahun 2007. Pada tahun yang sama penulis terdaftar sebagai siswi pada Sekolah Menegah Pertama di kota Kisaran yakni SMA Swasta Diponegoro hingga kelas XII. Penulis dan keluarganya di pindahkan ke kota Bandar Lampung dan melanjutkan pendidikannya pada SMAN.1 Bandar Lampung hingga tamat pada tahun 2010.

Pada tahun 2010, Penulis terdaftar sebagai mahasiswi Jurusan Ilmu Komunikasi Universitas Lampung. Penulis pernah aktif dalam organisasi kemahasiswaan FSPI (Forum Studi Pendidikan Islam) FISIP UNILA dan pada HMJ (Himpunan Mahasiswa Jurusan) Ilmu Komunikasi Unila sebagai bendahara pada divisi Hubungan Masyarakat (Public Relations). Penulis melaksanakan kegiatan KKN Tematik pada Januari 2013 di Pekon Ketapang, Kecamatan Limau, Kabupaten Tanggamus, Provinsi Lampung. Kemudian penulis bersama ketiga sahabatnya melaksanakan Praktek Kuliah Lapangan pada Juli 2013 di Kantor Pelayanan Pajak Pratama Palembang Ilir Timur dan ditempatkan di seksi Pengawasan dan Konsultasi I.


(9)

Semua orang perlu impian.

Dengan impian, ada kekuatan.

Impian menyinari hatimu bagai mentari.

Menerangi seluruh duniamu.

Impian membimbingmu ke jalan yang benar.

Memberimu keberanian untuk melangkah maju.

(

I Not Stupid Too 2)

Hidup telah mengajari kita dengan berbagai cara

Dan membuka mata hati kita untuk melihat dunia

Lebih indah daripada sebelumnya.


(10)

Alhamdulillahirabbil ‘Alamin,

Ku Persembahkan karya sederhana ini:

Untuk Papa dan Mama Tercinta,

Kak Yaya,Uni Didis, Bang Koko dan Mbak Ayu

Tersayang,


(11)

SANWACANA

Alhamdulillahirabbil’alamin. Segala puji bagi Allah SWT yang telah

melimpahkan rahmat-Nya sehingga skripsi yang berjudul“Potret Etika Komunikasi dalam Keluarga (Analisis Hermeneutika terhadap film „I Not Stupid Too2‟)” dapat diselesaikan. Adapun maksud dari penulisan skripsi ini adalah sebagai salah satu syarat untuk mencapai gelar Sarjana Ilmu Komunikasi pada Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik Universitas Lampung.

Dalam kesempatan ini penulis mengucapkan terimakasih kepada:

1. Ayahanda Guswan Marsoni, S.E., dan Ibunda Lina Anggraini atas doa yang tak pernah putus kepada Ananda. Terima kasih untuk dukungan, kesabaran, air mata dan doa dari Papa dan Mama tersayang, satu-satunya yang mampu menguatkan Ananda selagi jauh dari kampong halaman guna menamatkan pendidikan di rantau orang.

2. Bapak Drs. Agus Hadiawan, M.Si., selaku Dekan Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik Universitas Lampung;

3. Bapak Drs. Teguh Budi Raharjo, M.Si., selaku Ketua Jurusan Ilmu Komunikasi Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik Universitas Lampung sekaligus selaku Penguji Utama skripsi penulis;


(12)

4. Bapak Drs. Abdul Firman Ashaf, S.Ip., M.Si., selaku Pembimbing skripsi atas kesediaannya untuk memberikan bimbingan, saran, dan kritik dalam proses penyusunan skripsi ini;

5. Ibu Nanda Utaridah, S.Sos., M.Si., selaku Pembimbing Akademik;

6. Ibu Dhanik Sulistyarini, S.Sos, M.Comm&Mediast., selaku Sekretaris Jurusan Ilmu Komunikasi;

7. Bapak dan Ibu Dosen beserta Staf Administrasi Jurusan Ilmu Komunikasi dan Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik Universitas Lampung;

8. Kak Yaya dan Bang Koko di Palembang serta Uni Didis dan Mbak Ayu di Medan yang merupakan kakak-kakak dari penulis, terima kasih banyak atas semangat, doa, dukungan, dan bantuan-bantuan yang tak kunjung habis dicurahkan kepada adik bungsu yang sendirian di Bandarlampung ini.

9. Teman, sahabat, abang sekaligus kekasih yang selalu menemaniku menjalani hari mendung maupun terik, hujan ataupun badai, terimakasih untuk semangatnya, bantuan dan supportnya, makasih banget Ependi Arianto, S.I.Kom.

10. Kepada seluruh pihak yang telah membantu yang tidak dapat penulis sebutkan satu-persatu, semoga Allah membalas kebaikan yang telah diberikan kepada penulis.


(13)

Penulis menyadari bahwa skripsi ini masih jauh dari kesempurnaan, akan tetapi sedikit harapan semoga skripsi yang sederhana ini dapat bermanfaat.

Bandarlampung, Penulis,


(14)

ii

DAFTAR ISI

Halaman

SANWACANA ... i

DAFTAR ISI ... ii

DAFTAR GAMBAR ... iii

DAFTAR TABEL ... iv

DAFTAR BAGAN ... v

BAB I. PENDAHULUAN 1.1.Latar Belakang Masalah ... 1

1.2.Rumusan Masalah ... 6

1.3.Tujuan Penelitian... 6

1.4.Manfaat Penelitian... 6

BAB II. TINJAUAN PUSTAKA 2.1.Kajian PenelitianTerdahulu ... 8

2.2.Potret Etika Komunikasi Keluarga dalam Film ... 16

a. Film sebagai Media Penyampai Pesan ... 16

b. Potret dalam Film ... 17

c. Etika Komunikasi dalam Keluarga ... 19

d. Hermeneutika dan Komunikasi ... 23

2.3.KerangkaPikir... 25

BAB III. METODE PENELITIAN 3.1.Tipe Penelitian ... 28

3.2.Metode Penelitian ... 28

3.3.Objek Penelitian ... 29

3.4.Fokus Pengamatan ... 29

3.5.Sumber Data ... 30

3.6.Metode Pengumpulan Data ... 30


(15)

BAB IV. GAMBARAN UMUM

4.1. Profil Film I Not Stupid Too 2 ... 33

4.1.1.Sinopsis Film I Not Stupid Too 2 ... 33

4.1.2. Tokoh dalam Film I Not Stupid Too 2 ... 38

4.1.3. Prestasi Film ... 46

4.1.4. Data Produksi Film I Not Stupid Too 2... 47

4.1.5. Profil Rumah Produksi... 48

BAB V. HASIL DAN PEMBAHASAN 5.1. HasilPenelitian ... 52

5.1.1. Pemahaman Keseluruhan ... 52

5.1.1.1. Identifikasi Karakter Penokohan, Latar Tempa dan Waktu ... 52

5.1.1.2. Penelusuran Alur ... 55

5.1.2. Pemahaman Per Bagian... 60

5.1.2.1. Bentuk-Bentuk Etika Komunikasi Keluarga dalam Film ... 60

5.1.2.1.1. Etika Komunikasi Orang Tua terhadap Anak ... 60

5.1.2.2. Etika Komunikasi Anak terhadap Orang Tua ... 80

5.2. Pembahasan... 88

5.2.1. Etika Komunikasi Orang Tua terhadap Anak ... 89

5.2.2. Etika Komunikasi Anak terhadap Orang Tua ... 93

5.3.Bentuk Pola dan Model dalam Film ... 97

BAB VI. KESIMPULAN DAN SARAN 6.1. Kesimpulan ... 105

6.2. Saran ... 107 DAFTAR PUSTAKA


(16)

iv

DAFTAR TABEL

Tabel Halaman


(17)

DAFTAR GAMBAR

Gambar Halaman

Gambar 1 Peta Negara Singapura ... 17

Gambar 2 Shawn Lee sebagai Tom Yeo ... 38

Gambar 3 Ashley Leong sebagai Jerry Yeo ... 40

Gambar 4 Joshua Ang sebagai Lim Chengcai ... 41

Gambar 5 Jack Neo sebagai Steven Yeo... 42

Gambar 6 Xiang Yun sebagai Karen Yeo ... 45

Gambar 7 Cover Film... 47

Gambar 8 Logo Rumah Produksi ... 48

Gambar 9 Adegan saat Orang Tua Memarahi Anak ... 54

Gambar 10 Adegan Anak Diam ketika Dimarahi ... 54

Gambar 11 Adegan Tom Dimarahi Ibu atas Prestasinya ... 55

Gambar 12 Adegan Ayah Chengcai Melarang Hobi Bela Diri Chengcai ... 56

Gambar 13 Gambar Cara Keluarga Yeo dalam Berkomunikasi ... 56

Gambar 14 Adegan Teman Pak Lim Menasehati Pak Lim... 57

Gambar 15 Adegan Orang Tua Tom Membaca Blog Pribadi Tom ... 59

Gambar 16 Tom Yeo Dimarahi Ibu saat Menang Lomba Blogger ... 61

Gambar 17 Ayah Chengcai dan Ibu Tom Memarahi Anaknya... 63

Gambar 18 Keluarga Yeo Merayakan Hari Ayah ... 65

Gambar 19 Pak Lim Dinasehati oleh Temannya ... 68

Gambar 20 Pak Lim Memberikan Chengcai Sebuah Tas ... 71

Gambar 21 Cchengcai Dipukuli oleh Ayahnya ... 74

Gambar 22 Jerry Dimarahi karena Mencuri... 76

Gambar 23 Ayah Chengcai Memberikan Pesan Terakhir ... 79

Gambar 24 Pak Lim Memberikan Tas kepada Chengcai... 81

Gambar 25 Ayah Tom Memaksa Tom Pulang ... 84


(18)

BAB I PENDAHULUAN

1.1.Latar Belakang

Film adalah alat untuk menyampaikan berbagai pesan kepada khalayak melalui sebuah media cerita. Film juga merupakan medium ekspresi artistik sebagai suatu alat bagi para seniman dan insan perfilman dalam rangka mengutarakan gagasan-gagasan dan ide cerita. Secara essensial dan substansial film memiliki power yang akan berimplikasi terhadap komunikan masyarakat.

Industri film adalah industri yang tidak ada habisnya. Sebagai media massa, film digunakan sebagai media yang merefleksikan realitas, atau bahkan membentuk realitas. Cerita yang ditayangkan lewat film dapat berbentuk fiksi atau non fiksi. Lewat film, informasi dapat dikonsumsi dengan lebih mendalam karena film merupakan suatu media audio visual. Media ini digemari banyak orang karena dapat dijadikan sebagai hiburan dan penyalur hobi.

Dalam perkembangannya, film tidak hanya dijadikan sebagai media hiburan semata, tetapi juga digunakan sebagai alat propaganda, terutama menyangkut tujuan sosial atau nasional. Berdasarkan pada pencapaiannya yang menggambarkan realitas, film dapat memberikan imbas secara emosional dan popularitas, karena film mempunyai pengaruh besar terhadap jiwa manusia.


(19)

Kekuatan dan kemampuan sebuah film menjangkau banyak segmen sosial, membuat film memiliki potensi untuk mempengaruhi khalayak. Film merupakan dokumen kehidupan sosial sebuah komunitas yang mewakili realitas kelompok masyarakat. Baik realitas bentuk imajinasi ataupun realitas dalam arti sebenarnya. Perkembangan film begitu cepat dan tidak terprediksi, membuat film semakin disadari sebagai fenomena budaya yang progresif.

Film sebagai produk kreativitas manusia dan ekspresi estetisnya tak bisa dipisahkan dari konteks masyarakat yang memproduksi dan mengonsumsinya. Film mencerminkan kode-kode budaya dari masyarakat tempat film itu diproduksi. Film mengangkat tema realitas sosial masyarakat guna memperlihatkan kepada khalayak adanya sisi lain kehidupan masyarakat.

Setiap film mengandung pesan yang ingin disampaikan oleh pembuatnya kepada para penonton. Semakin baik film tersebut secara kualitas dan pengemasannya, maka semakin baik pula pesan itu tersampaikan kepada penontonnya. Begitupun setiap bentuk karya seni lainnya. Bahwa pesan dan proses komunikasi di dalam setiap hasil karya seni menjadi penting untuk diperhatikan pada saat sebuah karya seni mampu mempengaruhi pola pikir dan perilaku penikmatnya secara masal. Dan saat itu terjadi, maka pesan yang terdapat dalam setiap karya seni tersebut bisa mempengaruhi pola budaya sebuah masyarakat.

I Not Stupid Too 2 adalah film Singapura tahun 2006 yang merupakan sekuel dari I Not Stupid. Film ini merupakan film komedi satir yang menggambarkan kehidupan, perjuangan, dan petualangan tiga pemuda Singapura: Tom yang berusia 15 tahun, adiknya Jerry yang berumur 8 tahun, dan teman Tom, Chengcai,


(20)

3

yang berusia 15 tahun. Mereka memiliki hubungan yang buruk dengan orang tuanya. Film ini menunjukan masalah komunikasi yang buruk antara orang tua dan anak.Film ini merupakan film yang mengisahkan tentang kehidupan anak-anak muda di negara Singapura. Tom dan Jery merupakan kakak beradik yang dianggap bodoh dan nakal oleh orang tuanya. Untuk Jery (adik) itu hal biasa mengingat ia masih duduk di sekolah dasar. Tapi untuk Tom (kakak), juara satu di kelas, pandai membuat blog dan bahasa mandarin bukan merupakan hal yang spesial bagi ayah dan ibunya.

Tak hanya itu, kehidupan kedua saudara ini sangat rumit. Sangat sulit untuk dapat berbicara dengan kedua orang tuanya, apalagi meminta mereka untuk mendengarkan kisah mereka. Walaupun mereka kaya, tapi kasih sayang tak bisa dibeli dengan uang. Di sekolah juga tak berbeda, mereka dituntut untuk patuh pada peraturan dan haruslah pandai. Keadaan tersebut akhirnya membuat perasaan menjadi marah, jengkel, sedih, semuanya bercampur. Namun kepada siapa mereka dapat mengadu?

Kisah lain dari temannya Tom, yaitu seorang anak bandel yang pandai berkelahi, merupakan anak dari mantan narapidana cacat dan pengangguran. Ia orang miskin. Miskin harta dan miskin kasih sayang. Yang ia dapat hanya pukulan dari ayahnya dan itu membuat hidupnya penuh dengan kekerasan.Kedua anak tersebut bergabung dengan sekelompok preman, dan tak lama kemudian barulah orang tua kedua anak tersebut sadar arti seorang anak yang perlu dididik dan diberi kasih sayang. Bukan uang dan pukulan.


(21)

Kritikus film, Richard Lim Jr mengatakan pada MovieXclusive.com, meski dua keluarga ini berasal dari latar belakang finansial dan status sosial berbeda, mereka menghadapi masalah yang sama, yakni: kurangnya komunikasi dan saling pengertian dalam keluarga.

Berikut adalah nama-nama pemeran dalam film ini :

1. Shawn Lee sebagai Tom Yeo

2. Ashley Leong sebagai Jerry Yeo

3. Joshua Ang sebagai Lim Chengcai 4. Jack Neo sebagai Mr Yeo

5. Xiang Yun sebagai Mrs Yeo 6. Huang Yiliang sebagai Mr Lim

I Not Stupid Too 2 adalah sebuah film yang sarat akan pesan moral. Banyak hal yang bisa ditemukan dalam film tersebut. Antara lain, nilai-nilai moral seperti nilai pendidikan, nilai asusila dan nilai hukum berdasarkan adegan-adegan yang memiliki unsur kekerasan, kemudian hubungan sosial-budaya. Film ini tak hanya dikategorikan sebagai film bertemakan keluarga, tetapi juga tentang hal-hal yang kerap terjadi dalam lingkungan sosial masyarakat pada umumnya.

Dewasa ini, dapat kita lihat perpecahan keluarga di mana-mana, kekerasan rumah tangga tak terelakkan, pun dengan mental anak yang akan tumbuh karena sedikit kepedulian dan apresiasi dari keluarganya, terutama dari ibu dan ayahnya. Jika dilihat latar belakang perpecahan suatu keluarga, maka sebabnya tidak jauh karena komunikasi yang tidak terjalin harmonis diantara individu di dalam keluarga tersebut.Padahal sebenarnya, keluarga adalah sekolah terbaik bagi pribadi


(22)

masing-5

masing manusia. Jika di dalam rumah tidak mendapat pendidikan dengan baik, bagaimana bisa berkembang dengan baik di luar rumah?

Di dalam sebuah keluarga, tentunya etika dalam berbicara yang baik antara orang tua dan merupakan salah satu penentu kesuksesan komunikasi dalam keluarga tersebut.Karena etika membantu manusia untuk lebih otonom. Otonomi manusia tidak terletak dalam kebebasan dari segala norma dan tidak sama dengan kesewenang-wenangan, melainkan tercapai dalam kebebasan untuk mengakui norma-norma yang diyakininya sendiri sebagai kewajibannya. Sehingga antara orang tua maupun anak sama-sama mengetahui peran dan fungsinya dalam keluarga. Dalam struktur keluarga yang vertikal, maka sangat perlu sekali ditekankan kepada pemilihan kata-kata atau kalimat yang pantas diucapkan baik dari orang tua kepada anak, maupun dari anak terhadap orang tua agar terjalin suatu harmoni di dalam keluarga.

Berangkat dari fenomena tersebut, peneliti memutuskan untuk melakukan penelitian yang lebih mendalam lagi tentang film “I Not Stupid Too 2”, dalam rangka mengetahui dan memahami etika komunikasi dalam keluarga dalam film tersebut dengan menggunakan Analisis Hermeneutika. Adapun peneliti lebih memilih film I Not Stupid Too 2 daripada film pertamanya yakni I Not Stupid, adalah karena Film I Not Stupid Too 2 banyak menampilkan kompleksitas permasalahan dalam keluarga zaman ini. Seperti pendidikan seks pada anak, perkelahian antar geng, budaya blog yang dinilai efektif sebagai tempat anak berpendapat, kenakalan remaja, hingga peraturan pendidikan di Singapura dalam menertibkan pelajar. Sementara film I Not Stupid, hanya sebatas mengkritik sistem pendidikan dan budaya sosial di Singapura.


(23)

1.2. Rumusan Masalah

Mengetahui bentuk Etika Komunikasi dalam Keluarga pada film I Not Stupid Too 2 yang dirumuskan dalam pertanyaan-pertanyaan berikut:

1. Bagaimana etika komunikasi orang tua terhadap anak? 2. Bagaimana etika komunikasi anak terhadap orang tua?

1.3. Tujuan Penelitian

Adapun tujuan dari penelitian ini adalah mengetahui bentuk Etika Komunikasi dalam Keluarga pada film I Not Stupid Too 2 yang dirumuskan dalam beberapa hal berikut:

1. Mengetahui etika komunikasi orang tua terhadap anak misalnya ketika menegur anak yang melakukan kesalahan, menghargai bakat anak dan memberikan pujian serta mengungkapkan kasih sayang terhadap anak 2. Mengetahui etika komunikasi anak terhadap orang tua misalnya dalam

menanggapi pertanyaan orang tua dan etika anak saat mengungkapkan kasih sayang terhadap orang tua.

1.4.Manfaat Penelitian

a. Secara Teoritis: Hasil penelitian ini diharapkan mampu menambah khasanah keilmuan dalam bidang Ilmu Komunikasi yang terkait dengan ilmu hermeneutika.


(24)

7

b. Secara Praktis:

1. Untuk dapat memberikan sumbangan pemikiran bagi para praktisi pembuat film, agar dapat membuat film yang lebih kreatif, sarat makna dan sesuai dengan etika budaya masyarakat Indonesia

2. Dapat digunakan sebagai salah satu pendukung evaluasi kelebihan dan kekurangan film yang telah dibuat sebelumnya, sehingga untuk kedepannya dapat menghasilkan film yang lebih berkualitas

3. Menjadi referensi bagi mahasiswa yang melakukan penelitian tentang film.


(25)

BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

2.1. Tinjauan Terdahulu

Penelitian Terdahulu Tentang Film:

A. Skripsi yang berjudul “Representasi Disfungsi Keluarga dalam Film Indonesia‖ oleh Triyanina Sari Jurusan Ilmu Komunikasi Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik Universitas Lampung (2011).

Penelitian ini menggunakan analisis hermeneutika dengan menggunakan metode penelitian kualitatif deskriptif.Fokus dari penelitian ini adalah masalah disfungsi keluarga yang tertuang dalam film dan menggambarkannya dalam teks.Hasil analisis film “Mereka Bilang Saya Monyet!”, “Bestfriend?”, dan “Kata Maaf Terakhir” adalah bentuk perilaku disfungsi keluarga tidak hanya muncul secara eksplisit (manifest content), namun juga secara implicit (latent content). Berdasarkan hasil analisis dan pembahasan yang menggambarkan bentuk perilaku disfungsi keluarga dalam ketiga film tersebut, maka disimpulkan hal-hal sebagai berikut:

a. Ketiga film tersebut mengkomunikasikan tentang adanya disfungsi keluarga dan segala problematikanya yang terdapat dalam ketiga film. Disfungsi religius dan disfungsi ekonomi dan unit produksi yang ditemukan dalam film “Kata Maaf Terakhir”, masalah kekerasan,


(26)

9

pelecehan seksual, penolakan, child abuse, perkosaan, dan disfungsi afeksi, serta disfungsi pemeliharaan dan perlindungan yang termuat dalam film “Mereka Bilang Saya Monyet!”, serta disfungsi sosialisasi dan pendidikan yang terdapat dalam film “Bestfriend?”.

b. Disfungsi keluarga yang diangkat ketiga film tersebut dalam penelitian ini membuktikan bahwa disfungsi keluarga merupakan sebuah fenomena yang sudah banyak terjadi dalam masyarakat Indonesia yang tidak lagi menjadi suatu hal yang dianggap tabu, dan dibicarakan secara tersembunyi dan personal seperti pelecehan seksual pada anak, perceraian, dan perselingkuhan.

Adapun relevansi penelitian di atas dengan penelitian yang dilakukan oleh peneliti yakni umumnya hampir sama dengan penelitian milik peneliti karena sama-sama menggunakan analisis hermeneutika dan sama-sama mengangkat tema tentang keluarga, hanya saja fokus penelitian skripsi ini adalah mengenai representasi disfungsi keluarga, sementara penelitian peneliti adalah mengenai etika komunikasi dalam keluarga.

B. Skripsi yang berjudul “Moral Anak dalam Film Hafalan Sholat Delisa‖ oleh Irma Fitri Setiawati Jurusan Komunikasi dan Penyiaran Islam Fakultas Dakwah Universitas Islam Negeri Sunan Kalijaga Yogyakarta (2012).

Penelitian ini menggunakan metode penelitian kualitatif dengan Teori Semiosis yakni Analisis Semiotik Roland Barthes.Hasil dari penelitian ini adalah menemukan pesan moral anak yang ada dalam film Hafalan Sholat


(27)

Delisa. Menurut penelitian ini pesan moral anak yang terdapat pada Delisa dalam Dalam Film Hafalan Sholat Delisa ada 11, yaitu : kepedulian dan empati, kerja sama, berani,keteguhan hati dan komitmen, suka menolong, kejujuran dan integritas, mandiri dan percaya diri, loyalitas, rasa bangga, banyak akal dan sikap respect.

Adapun relevansi penelitian di atas dengan penelitian yang peneliti lakukan adalah Penelitian yang dilakukan oleh Irma memfokuskan pada Apa saja pesan moral anak yang terkandung dalam film Hapalan Sholat Delisa. Subjek yang diteliti sama-sama film, namun penelitian ini menggunakan metode Analisis Semiotika Roland Barthes. Kemudian penelitian ini dibatasi hanya untuk moral anak saja. Sedangkan penelitian yang dilakukan oleh peneliti menggunakan Metode Analisis Hermeneutika.

C. Skripsi yang berjudul “Peranan Komunikasi Keluarga dalam Pengungkapan Diri Anak Remaja terhadap Orangtua‖ oleh Swesty Anggi Saputri Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik Jurusan Ilmu Komunikasi Universitas Lampung(2013).

Penelitian ini menggunakan metode penelitian kualitatif dengan teori komunikasi interpersonal milik De Vito sebagai pisau analisinya. Dari penelitian tersebut dapat disimpulkan sebagai berikut:

a. Peranan komunikasi keluarga dengan anak di Sukabumi Indah Bandar Lampung terbentuk dengan baik. Di mana komunikasi yang terjalin antara orang tua dan anak sudah cukup baik, di mana terdapat komunikasi dua arah antara orang tua dengan anak, dengan berbagi kondisi atau keadaan keluarga yang berbeda.


(28)

11

b. Pengungkapan diri pada anak remaja terhadap orang tua di Lingkungan II Bukit Sukabumi Indah Bandar Lampung terjalin dengan baik melalui komunikasi antara orang tua dengan remaja melalui keterbukaan, empati, sikap mendukung, sikap positif dan kesetaraan, dengan kecenderungan pada keterbukaan komunikasi yang dilakukan.

Adapun relevansi penelitian di atas dengan penelitian yang dilakukan oleh peneliti adalah Penelitian yang dilakukan oleh Swesty merupakan penelitian mengenai Komunikasi interpersonal dalam keluarga dan menggunakan teori yang merujuk pada efektivitas komunikasi interpersonal milik De Vito. Sedangkan penelitian yang peneliti lakukan adalah studi film yang membahas etika komunikasi keluarga dalam film dengan menggunakan analisis hermeneutika.Namun, relevansi antara dua penelitian ini adalah membahas masalah komunikasi keluarga.


(29)

Tabel 1. Kajian Penelitian Terdahulu

No Tinjauan Triyanina Sari / Universitas Lampung / 2011

Irma Fitri Setiawati / Universitas Islam Negeri Sunan Kalijaga

Yogyakarta / 2012

Swesty Anggi Saputri / Universitas Lampung/ 2013

1 Judul Representasi Disfungsi Keluarga dalam Film Indonesia

Moral Anak dalam Film Hafalan Sholat Delisa

Peranan Komunikasi Keluarga dalam Pengungkapan Diri Anak Remaja terhadap Orang tua

2 Fokus Fokus pengamatan dalam penelitian ini adalah masalah disfungsi keluarga yang tertuang dalam film dan

menggambarkannya dalam teks

Apa saja pesan moral anak yang terkandung dalam film Hapalan Sholat Delisa

Fokus penelitian dalam skripsi ini adalah:

1. Peranan komunikasi

antarpribadi dalam keluarga di Lingkungan II Bukit

Sukabumi Indah Bandar Lampung

2. Pengungkapan diri anak remaja terhadap orang tua di Lingkungan II Bukit

Sukabumi Indah Bandar Lampung

3 Teori Analisis Hermeneutika Teori Semiosis - Analisis Semiotik Roland Barthes

Teori Komunikasi Interpersonal – De Vito


(30)

13

5 Simpulan Berdasarkan hasil analisis dan pembahasan yang menggambarkan bentuk perilaku disfungsi keluarga dalam ketiga film yakni ”Mereka Bilang Saya Monyet!”, ”Bestfriend?”, dan ”Kata Maaf Terakhir” maka disimpulkan sebagai berikut:

c. Disfungsi religius dan disfungsi ekonomi dan unit produksi yang ditemukan dalam film “Kata Maaf Terakhir”, masalah kekerasan, pelecehan seksual, penolakan, child abuse, perkosaan, dan disfungsi afeksi, serta disfungsi pemeliharaan dan perlindungan yang termuat dalam film “Mereka Bilang Saya Monyet!”, serta disfungsi sosialisasi dan pendidikan yang terdapat dalam film “Bestfriend?”.

d. Disfungsi keluarga merupakan sebuah fenomena yang sudah banyak terjadi dalam masyarakat Indonesia yang tidak lagi menjadi suatu hal yang dianggap tabu, dan dibicarakan secara tersembunyi dan personal.

Hasil dari penelitian ini adalah menemukan pesan moral anak yang ada dalam film Hafalan Sholat Delisa. Menurut penelitian ini pesan moral anak yang terdapat pada Delisa dalam Dalam Film Hafalan Sholat Delisa ada 11, yaitu : kepedulian dan empati, kerja sama, berani,keteguhan hati dan komitmen, suka menolong, kejujuran dan integritas, mandiri dan percaya diri, loyalitas, rasa bangga, banyak akal dan sikap respek.

Dari penelitian tersebut dapat disimpulkan sebagai berikut:

c. Peranan komunikasi keluarga dengan anak di Sukabumi Indah Bandar Lampung terbentuk dengan baik. Di mana komunikasi yang terjalin antara orang tua dan anak sudah cukup baik, di mana terdapat komunikasi dua arah antara orang tua dengan anak, dengan berbagi kondisi atau keadaan keluarga yang berbeda. d. Pengungkapan diri pada anak remaja terhadap orang tua di Lingkungan II Bukit Sukabumi Indah Bandar Lampung terjalin dengan baik melalui komunikasi antara orang tua dengan remaja melalui keterbukaan, empati, sikap mendukung, sikap positif dan kesetaraan, dengan kecenderungan pada keterbukaan komunikasi yang dilakukan.


(31)

6 Perbandingan Penelitian ini umumnya hampir sama dengan penelitian milik peneliti karena sama-sama menggunakan analisis hermeneutika dan sama-sama mengangkat tema tentang keluarga, hanya saja fokus penelitian skripsi ini adalah mengenai representasi disfungsi keluarga, sementara penelitian peneliti adalah mengenai etika komunikasi dalam keluarga.

Penelitian yang dilakukan oleh Irma memfokuskan pada Apa saja pesan moral anak yang terkandung dalam film Hapalan Sholat Delisa. Subjek yang diteliti sama-sama film, namun penelitian ini menggunakan metode Analisis Semiotika Roland Barthes. Kemudian penelitian ini dibatasi hanya untuk moral anak saja.

Sedangkan penelitian yang dilakukan oleh peneliti menggunakan Metode Analisis Hermeneutika.

Penelitian yang dilakukan oleh Swesty merupakan penelitian mengenai Komunikasi interpersonal dalam keluarga dan menggunakan teori yang merujuk pada efektivitas komunikasi interpersonal milik De Vito.

Sedangkan penelitian yang peneliti lakukan adalah studi film yang membahas etika komunikasi keluarga dalam film dengan menggunakan analisis hermeneutika. Namun, relevansi antara dua penelitian ini adalah membahas masalah komunikasi keluarga


(32)

15

7 Kontribusi Penelitian

Penelitian ini diharapkan dapat memperkaya wawasan mengenai disfungsi keluarga dan media massa.

Penelitian ini berguna untuk penelitian selanjutnya yang

membahas tentang moral dan dapat memberikan kontribusi kepada mahasiswa mengenai moral anak dalam film drama, sebagai wujud nyata peran serta dalam

mengembangkan pemikiran serta mengemuakan pendapat yang berhubungan dengan moral anak dalam film.

Sebagai masukan bagi keluarga tentang peranan komunikasi keluarga dalam pengungkapan diri anak remaja terhadap orang tua dan juga sebagai masukan kepada remaja dalam proses pengungkapan jati diri melalui


(33)

2.2. Potret Etika Komunikasi Keluarga dalam Film a. Fim sebagai Media Penyampai Pesan

Film merupakan salah satu saluran atau media dalam komunikasi massa. Kedudukan media film dapat menjadi lembaga pendidikan nonformal dalam mempengaruhi dan membentuk budaya kehidupan masyarakat sehari-hari melalui kisah yang ditampilkan. Dalam hal ini berarti film dianggap sebagai medium sempurna untuk mengekspresikan realitas kehidupan yang bebas dari konflik-konflik ideologis serta berperan serta dalam pelestarian budaya bangsa.

Pesan film pada komunikasi massa dapat berbentuk apa saja tergantung dari misi film tersebut. Akan tetapi, umumnya sebuah film dapat mencakup berbagai pesan, baik itu pesan pendidikan, hiburan dan informasi. Serta pesan yang mengandung nilai-nilai moral seperti nilai pendidikan, nilai asusila dan nilai hukum. Pesan dalam film adalah menggunakan mekanisme lambang-lambang yang ada pada pikiran manusia berupa isi pesan, suara, perkataan, percakapan dan sebagainya.

Oleh sebab itu, dapat ditarik kesimpulan bahwa pengertian film adalah karya seni budaya yang merupakan pranata sosial dan media komunikasi massa yang dibuat berdasarkan kaidah sinematografi dengan atau tanpa suara dan dapat dipertunjukkan (UU No. 33 Tahun 2009 tentang Perfilman).


(34)

17

b. Potret dalam Film

Potret menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia (1997:789) merupakan keadaan yang tidak dapat diperkirakan.Potret merupakan sebuah keadaan yang berkaitan dengan situasional dan tidak dapat diprediksi serta ditentukan karena sifatnya tentatif. Potret dalam penelitian ini adalah representasi kehidupan keluarga pada masyarakat Singapura yang tertuang dalam film I Not Stupid Too 2.

Singapura merupakan sebuah Negara kepulauan yang letaknya ada di Asia Tenggara, diantara Malaysia dan Indonesia.

Jumlah populasi di Negara Singapura pada Juli 2004 adalah 4,353,893 jiwa.Masyarakat di Singapura dari berbagai etnik seperti China sebanyak 76.6%, Melayu sebanyak 14%, India sebanyak 7,9% dan etnik lainnya sebanyak 1,4%. Singapura telah mempromosikan identitas nasionalnya pada tahun 1965.Oleh sebab itu, Negara ini memiliki empat bahasa nasional yakni Mandarin, Malaysia, Tamil (India), dan Inggris.Untuk kegiatan bisnis dan politik, bahasa Inggris

menjadi pilihan masyarakat di Singapura

(http://www.kwintessential.co.uk/resources/global-etiquette/singapore.html diakses pada 9 April 2014 pukul 14.00 WIB).

Bentuk etika komunikasi tradisional yang berlaku dalam keluarga umumnya sama seperti Indonesia, yakni di dalam keluarga memiliki kedudukan tertinggi yang di tempati oleh orang tua kemudian diikuti oleh anak-anak, oleh sebab itu ketika berkomunikasi dalam keluarga, anak sebagai tatanan terbawah di keluarga akan


(35)

menghormati orang tua dan orang tua akan memiliki andil yang besar dalam segala hal tanpa terkecuali komunikasi dalam keluarga.

Keluarga bagi masyarakat Singapura adalah pusat dari struktur sosial dan menekankan persatuan, loyalitas dan rasa hormat terhadap orang tua. Istilah „keluarga‟ umumnya termasuk keluarga dan teman-teman dekat yang diperlakukan sebagai anggota keluarga. Budaya Singapura menghormati orang tua dan melihat keluarga sebagai tempat untuk meminta dan memberikan dukungan, sehingga membantu mempertahankan nilai-nilai inti di negara kepulauan ini.Namun, komunikasi yang terjadi di luar keluarga akan berbeda, karena masyarakat Singapura lebih memilih diam ketika berhadapan dengan lingkungan di luar rumah. Komunikasi non verbal lebih sering terjadi dari pada komunikasi verbal. Komunikasi non verbal yang terjadi lebih menekankan pada ekspresi wajah, nada suara serta postur tubuh untuk memberitahu tentang tanggapan atau respon mereka terhadap orang lain.

Namun aturan tersebut nampaknya sudah tidak banyak berlaku lagi di lingkungan keluarga Singapura.Negara Singapura yang sudah menjadi sebuah Negara yang maju, mulai mengalami pergeseran pada nilai kebudayaan khususnya pada kehidupan kekeluargaannya yang saat ini menganut budaya modern. Pada masyarakat modern, khususnya di lingkungan keluarga pada masyarakat Singapura yang menjadi objek penelitian ini, kesalahan-kesalahan yang umumnya ditemui pada orang tua yakni dalam bersikap, berkata dan bertindak terlalu keras, menuntut dan mengharapkan terlalu banyak dan sering kali menyimpang dari pembawaan dan kesanggupan anak. Sementara kesalahan yang umumnya timbul dari anak adalah tidak suka berterus terang, kurang terbuka, hingga seolah-olah


(36)

19

mengelabui orang tua walau tidak dalam arti yang buruk (blalbubla.blogspot.com diakses pada 9 Juli 2014 pukul 19.00 WIB).

Pranata Keluarga pada masyarakat modern berdasarkan shindohjourney.wordpress.com yang penulis akses pada tanggal 9 Juli 2014, mengungkapkan bahwa karakteristik keluarga modern terdiri dari: 1) ikatan kekeluargaan cenderung lemah dan longgar, karena cara hidup yang cenderung individualis, 2) rasa solidaritas berdasarkan kekerabatan umumnya sudah mulai menipis.

c. Etika Komunikasi dalam Keluarga

Dalam kehidupan bermasyarakat terdapat suatu sistem yang mengatur tentang tata cara manusia bergaul. Tata cara pergaulan untuk saling menghormati biasa kita kenal dengan sebutan sopan santun, tata krama, protokoler, dan lain-lain.Tata cara pergaulan bertujuan untuk menjaga kepentingan komunikator dengan komunikan agar merasa senang, tentram, terlindungi tanpa ada pihak yang dirugikan kepentingannya dan perbuatan yang dilakukan sesuai dengan adat kebiasaan yang berlaku serta tidak bertentangan dengan hak asasi manusia secara umum.

Berbeda dengan ajaran moral, etika tidak dimaksudkan untuk secara langsung dapat membuat manusia menjadi lebih baik. Etika adalah pemikiran sistematis tentang moralitas.Etika bukan suatu sumber tambahan bagi ajaran moral, melainkan merupakan filsafat atau pemikiran kritis dan mendasar tentang ajaran-ajaran dan pandangan-pandangan moral. Etika adalah sebuah ilmu, bukan suatu ajaran, sehingga mempunyai tingkatan yang berbeda. Etika berkaitan dengan


(37)

pengertian mengenai mengapa kita harus mengikuti ajaran moral tertentu, atau bagaimana sikap kita yang bertanggungjawab terhadap berbagai ajaran moral. Etika berusaha untuk mengerti mengapa atau atas dasar apa kita harus hidup menurut norma-norma tertentu.

Etika dapat mengantar orang kepada kemampuan untuk bersikap kritis dan rasional, untuk membentuk pendapatnya sendiri dan bertindak sesuai dengan apa yang dapat dipertanggungjawabkannya sendiri. Etika menyanggupkan orang untuk mengambil sikap rasional terhadap semua norma, baik norma-norma tradisi maupun norma-norma lain. Etika membantu manusia untuk lebih otonom. Otonomi manusia tidak terletak dalam kebebasan dari segala norma dan tidak sama dengan kesewenang-wenangan, melainkan tercapai dalam kebebasan untuk mengakui norma-norma yang diyakininya sendiri sebagai kewajibannya (Suseno 1982:20-21).

Etika komunikasi merupakan suatu rangkuman istilah yang yang mempunyai pengertian tersendiri, yakni ilmu mengenai ajaran norma, nilai, atau ukuran tingkah laku yang baik dalam kegiatan komunikasi di suatu masyarakat. Pada dasarnya komunikasi dapat berlangsung secara lisan maupun tertulis. Baik komunikasi langsung maupun tidak langsung norma etika perlu diperhatikan. Untuk menjaga agar proses komunikasi berjalan baik, agar tujuan komunikasi dapat tercapai tanpa menimbulkan kerenggangan hubungan antarindividu, maka diperlukan etika berkomunikasi.

Dalam pergaulan dan kehidupan bermasyarakat, antara etika dan komunikasi merupakan dua hal yang tidak dapat dipisahkan. Di manapun orang


(38)

21

berkomunikasi, selalu memerlukan pertimbangan etis, agar lawan bicara dapat menerima dengan baik. Berkomunikasi tidak selamanya mudah, apalagi jika kita tidak mengetahui jati diri (latar belakang sosial budaya) orang yang kita hadapi, tentu kita akan menebak-nebak dan merancang persiapan komunikasi yang sesuai dengan tuntutan etis kedua belah pihak. Ketika kita paham tentang karakter orang yang kita hadapi, kita akan lebih mudah berusaha menampilkan diri sebaik-baiknya dalam berkomunikasi.

Keluarga merupakan kelompok sosial pertama dalam kehidupan manusia dimana ia belajar dan menyatakan diri sebagai manusia sosial, dalam interaksi dengan kelompoknya. Dalam keluarga yangsesungguhnya, komunikasi merupakan sesuatu yang harus dibina, sehingga anggota keluarga merasakan ikatan yang dalam serta saling membutuhkan. Keluarga merupakan kelompok primer paling penting dalam masyarakat, yang terbentuk dari hubungan laki-laki dan perempuan, perhubungan ini yang paling sedikit berlangsung lama untuk menciptakan dan membesarkan anak-anak. Keluarga dalam bentuk yang murni merupakan kesatuan sosial yang terdiri dari ayah, ibu dan anak-anak.Komunikasi Keluarga adalah suatu pengorganisasian yang menggunakan kata-kata, sikap tubuh (gesture), intonasi suara, tindakan untuk menciptakan harapan, ungkapan perasaan serta saling membagi pengertian.

Dilihat dari pengertian di atas bahwa kata-kata, sikap tubuh, intonasi suara dan tindakan, mengandung maksud mengajarkan, mempengaruhi dan memberikan pengertian.Sedangkan tujuan pokok dari komunikasi ini adalah memprakarsaidan memelihara interaksi antara satu anggota dengan anggota lainnya sehingga tercipta komunikasi yang efektif.Komunikasi dalam keluarga juga dapat diartikan


(39)

sebagai kesiapan membicarakan dengan terbuka setiap hal dalam keluarga baik yang menyenangkan maupun yang tidak menyenangkan, juga siap menyelesaikan masalah-masalah dalam keluarga dengan pembicaraan yang dijalani dalam kesabaran dan kejujuran serta keterbukaan.Terlihat dengan jelas bahwa dalam keluarga adalah pasti membicarakan hal-hal yang terjadi pada setiap individu, komunikasi yang dijalin merupakan komunikasi yang dapat memberikan suatu hal yang dapat diberikan kepada setiap anggota keluarga lainnya. Dengan adanya komunikasi, permasalahan yang terjadi diantara anggota keluarga dapat dibicarakan dengan mengambil solusi terbaik.

Jadi komunikasi dalam keluarga dapat disamakan dengan peran jantung dalam tubuh. Sama seperti jantung yang memompa darah ke seantero tubuh, komunikasi memompa kehidupan ke seantero keluarga.Jadi, seberapa sehatnya keluarga dapat diukur dari berapa sehatnya komunikasi dalam keluarga itu.Untuk itu kita perlu berkomunikasi guna memberi dorongan, guna mengungkapkan kasih dan kepedulian.

Etika komunikasi dalam keluarga berperan sangat penting, karena jika komunikasi terjadi tanpa disertai dengan etika berkomunikasi yang baik maka komunikasi yang terjadi tidak akan mendapatkan feedback seperti yang diharapkan. Terkadang orang tua yang memiliki kedudukan yang lebih tinggi dalam keluarga akan mendidik anaknya secara keras (otoriter). Orang tua yang mendidik anak secara otoriter memberikan terlalu banyak larangan terhadap anak dan harus mereka laksanakan tanpa terkecuali dan tanpa memberikan pengertian kepada anak. Hal ini justru akan membuat anak semakin pasif, berkurang inisiatif, tidak dapat merencanakan sesuatu (tidak mandiri), daya tahan berkurang, dan


(40)

23

menjadikan anak menjadi sosok penakut sehingga anak berkembang menjadi anak yang sangat bergantung kepada orang tua dalam segala tingkah lakunya. Sebaliknya jika orang tua mendidik anak dengan sikap yang demokratis, anak akan tumbuh menjadi anak yang berinisiatif, tidak penakut, lebih giat, dan lebih bertujuan. Oleh sebab itu, dalam mendidik anak, orang tua juga harus menerapkan etika komunikasi yang baik dengan sikap yang demokratis kepada anak-anaknya.

d. Hermeneutika dan Komunikasi

Menurut Wittgenstein dalam bukunya Philosophical Investigations menegaskan bahwa “arti suatu kata tergantung pada penggunaannya dalam kalimat, sedangkan arti sebuah kalimat tergantung dalam penggunaannya dalam bahasa‖ (Amiruddin,2005:182). Dalam tutur bahasa sebuah film terkandung berbagai makna. Pemaknaan inilah yang akan membawa kita pada proses komunikasi berikut dengan pemakaian hermeneutik sebagai tahap pencapaian makna.

Pada dasarnya hermeneutik berhubungan dengan bahasa.Bahasa menjelma kebudayaan manusia.Melalui bahasa kita berkomunikasi, tetapi melalui bahasa pula kita bisa salah paham dan salah tafsir. Arti atau makna dapat kita peroleh tergantung dari banyak faktor: siapa yang berbicara, keadaan khusus yang berkaitan dengan waktu, tempat ataupun situasi yang dapat mewarnai arti sebuah peristiwa bahasa.

Proses pemahaman (verstehen) secara sistematis dilakukan dengan menggunakan Lingkaran Hermeneutik. Bilamana seseorang memahami sesuatu, hal itu terjadi dengan analogi, yaitu dengan jalan membandingkannya dengan sesuatu yang lain


(41)

yang sudah diketahuinya. Yang diketahui membentuk kesatuan-kesatuan sistematis atau juga membentuk lingkaran-lingkaran yang terdiri atas bagian-bagian.Lingkaran sebagai satu keseluruhan menentukan arti masing-masing bagian, dan bagian-bagian tersebut secara bersama membentuk lingkaran. Suatu kata ditentukan artinya lewat arti fungsionalnya dalam kalimat sebagai keseluruhan, dan kalimat ditentukan maknanya lewat arti satu per satu kata yang membentuknya.Jelas kiranya bahwa hermeneutika bersifat melingkar.

Tugas suatu hermeneutika adalah membandingkan pemakaian yang berbeda-beda dari arti rangkap dan fungsi yang berbeda-beda dari interpretasi lewat disiplin yang juga berbeda-beda seperti semantika, psikoanalisis, fenomenologi, sejarah perbandingan agama, kritik sastra dan sebagainya.Sesuai dengan pernyataan di atas hermeneutika membantu penulis dalam menemukan bentuk etika komunikasi keluarga dalam film.

Selain menggunakan Analisis Hermeneutika, peneliti menggunakan Teori Psiko-Humanistik tentang Konsep Diri milik Carl Rogers.Dalam perspektif komunikasi teori ini berhubungan dengan komunikasi antarpribadi yang mana komunikasi menjadi hal yang sangat penting dalam pemenuhan kebutuhan dasar psikologis seseorang. Konsep diri menurut Rogers adalah bagaimana orang memberi gambaran terhadap dirinya, tentang siapa dirinya. Setiap manusia memiliki kebutuhan dasar akan kehangatan, penghargaan, penerimaan, pengagungan, dan cinta dari orang lain.Kemudian ditambahkan dengan salah satu teori yang diusung dari studi etika yakni Teori Utilitarisme yakni sebuah mahzab yang berpendapat bahwa baik buruknya tindakan seseorang diukur dari akibat yang ditimbulkannya.Sehingga dalam perspektif komunikasi hal ini menjadi


(42)

25

pemikiran awal komunikator ketika berkomunikasi apakah komunikasi yang akan dilakukannya nanti akan dapat langsung menghasilkan respon yang baik atau buruk dari komunikannya.

2.3. Kerangka Pikir

Film adalah alat untuk menyampaikan berbagai pesan kepada khalayak melalui sebuah media cerita.Film juga merupakan medium ekspresi artistik sebagai suatu alat bagi para seniman dan insan perfilman dalam rangka mengutarakan gagasan-gagasan dan ide cerita. Secara essensial dan substansial film memiliki power yang akan berimplikasi terhadap komunikan masyarakat (Wibowo.Dkk,2006:196).

Keluarga merupakan kelompok sosial pertama dalam kehidupan manusia dimana ia belajar dan menyatakan diri sebagai manusia sosial, dalam interaksi dengan kelompoknya. Dalam keluarga yang sesungguhnya, komunikasi merupakan sesuatu yang harus dibina, sehingga anggota keluarga merasakan ikatan yang dalam serta saling membutuhkan.Tentu saja dalam berkomunikasi baik di dalam keluarga maupun di luar lingkungan keluarga diperlukan adanya etika berkomunikasi.Pentingnya etika komunikasi dalam keluarga yaitu untuk membicarakan dengan terbuka setiap hal dalam keluarga baik yang menyenangkan maupun yang tidak menyenangkan, juga siap menyelesaikan masalah-masalah dalam keluarga dengan pembicaraan yang dijalani dalam kesabaran dan kejujuran serta keterbukaan.Dengan adanya komunikasi, permasalahan yang terjadi diantara anggota keluarga dapat dibicarakan dengan mengambil solusi terbaik.


(43)

I Not Stupid Too 2 adalah film Singapura tahun 2006 yang merupakan sekuel dari I Not Stupid. Film ini merupakan film komedi satir yang menggambarkan kehidupan, perjuangan, dan petualangan tiga pemuda Singapura: Tom yang berusia 15 tahun, adiknya Jerry yang berumur 8 tahun, dan teman Tom, Chengcai, yang berusia 15 tahun. Mereka memiliki hubungan yang buruk dengan orang tuanya.Film ini menunjukan masalah komunikasi yang buruk antara orang tua dan anak.Untuk itu, diperlukan adanya etika komunikasi yang baik dalam berkomunikasi sesuai dengan penjelasan sebelumnya mengenai pentingnya etika komunikasi dalam keluarga.

Untuk menganalisis bentuk etika komunikasi keluarga dalam film, digunakan teori hermeneutika.Pada dasarnya hermeneutik berhubungan dengan bahasa.Bahasa menjelma kebudayaan manusia.Melalui bahasa kita berkomunikasi, tetapi melalui bahasa pula kita bisa salah paham dan salah tafsir. Arti atau makna dapat kita peroleh tergantung dari banyak faktor: siapa yang berbicara, keadaan khusus yang berkaitan dengan waktu, tempat ataupun situasi yang dapat mewarnai arti sebuah peristiwa bahasa.


(44)

27

Bagan 1. Bagan Kerangka Pikir

Potret Etika Komunikasi Keluarga dalam Film I Not Stupid Too 2

Adegan (Visual): 1. Proksemik

(Jarak/Ruang) 2. Ekspresi

Wajah (Fasial) 3. Gestur

Dialog (Verbal): 1. Struktur

Bahasa

Lingkaran Hermeneutika: 1. Mengelompokkan data

berdasarkan unit analisis 2. Menginterpretasi adegan yang mengandung etika komunikasi dalam keluarga


(45)

BAB III

METODE PENELITIAN

3.1. Tipe Penelitian

Tipe penelitian ini adalah deksriptif. Penelitian deskriptif merupakan penggambaran pengalaman dan pemahaman berdasarkan hasil pemaknaan sebagai bentuk pengalaman sesuai dengan karakteristik sasaran penelitian.

Penulis menggunakan tipe penelitian deskriptif karena penelitian ini bertujuan untuk mengetahui dan menggambarkan representasi dari fenomena tertentu serta berusaha menganalisanya sesuai dengan kenyataan dan data yang diperoleh.Fenomena sosial di sini adalah mengenai bentuk-bentuk etika komunikasi dalam keluarga yang diutarakan dalam film I Not Stupid Too 2.

3.2. Metode Penelitian

Dalam penelitian yang akan dilakukan ini penulis menggunakan pendekatan kualitatif yaitu prosedur penelitian menghasilkan data deskripsi berupa kata-kata atau lisan dari orang-orang atau perilaku yang diamati. Penelitian ini menggunakan paradigma kritis yang mana pada ilmu komunikasi khususnya pada kajian media dan budaya, pendekatan kritis pada umumnya selalu melihat dalam konteks yang luas, tidak hanya pada sebuah level saja namun juga mengeksplorasi level lain yang ikut berperan dalam sebuah peristiwa.


(46)

29

Dalam konteks pendekatan kualitatif ini alat yang digunakan untuk menganalisa adalah dengan memakai Lingkaran Hermeneutika.Hermeneutika berkaitan dengan pemaknaan suatu analog-teks (contoh analog teks adalah organisasi, dalam hal ini peneliti datang kemudian memahaminya secara lisan dan data tekstual). Pertanyaan dasar adalah: apa arti teks itu? Hal itu berarti interpretasi, dalam hal yang relevan dengan hermeneutik, adalah upaya untuk membuat jelas, membuat sesuatu memiliki makna sesuatu objek studi.Karena itu objek itu harus dalam bentuk teks, atau analog teks, yang biasanya kabur, remang-remang, kadang-kadang bertentangan satu dengan lainnya.Interpretasi bermaksud agar yang tidak jelas menjadi jelas dalam suatu pemahaman yang berarti.

Adapun proses analisis di atas juga tidak terlepas dari metode penelitian-penelitian terdahulu yang menyangkut tentang etika komunikasi dalam keluarga dalam film dengan menggunakan hermeneutika. Proses analisis terhadap film berbahasa mandarin ini akan dibantu dengan subtitle berbahasa Indonesia.

3.3. Objek Penelitian

Objek penelitian ini adalah konstruk bahasa berupa kata dan kalimat sertaadegan (visual) yang merepresentasikan etika komunikasi dalam keluarga pada film I Not Stupid Too 2.

3.4. Fokus Pengamatan

Di dalam rancangan penelitian kualitatif, fokus kajian penelitian dan/atau pokok soal yang hendak diteliti, mengandung penjelasan mengenai dimensi-dimensi apa


(47)

yang menjadi pusat perhatian serta yang kelak dibahas secara mendalam dan tuntas.

Fokus pengamatan pada penelitian ini adalah bentuk etika komunikasi dalam keluarga yang terdapat dalam film I Not Stupid Too 2 berupa gambar, bahasa, percakapan dan visual dari orang-orang atau perilaku yang diamati.

3.5. Sumber Data

Sumber data dalam penelitian ini terbagi menjadi dua:

a. Data Primer: Film “I Not Stupid Too 2

b. Data Sekunder: didapatkan melalui studi literatur seperti buku, majalah, artikel yang mendukung penelitian

3.6. Metode Pengumpulan Data a. Dokumentasi

Dokumentasi adalah mengumpulkan data dengan cara mengalir atau mengambil data-data dari catatan, dokumentasi, administrasi yang sesuai dengan masalah yang diteliti.

b. Studi Kepustakaan (Studi Literatur)

Studi kepustakaan adalah teknik pengumpulan data dengan mengadakan studi penelaahan terhadap buku-buku, litertur-literatur, catatan-catatan, dan laporan-laporan yang ada hubungannya dengan masalah yang dipecahkan (Nazir,1988:111).


(48)

31

3.7.Teknik Analisa Data

Sesuai dengan sifat Lingkaran Hermeneutik yang bekerja intuitif atau secara psikologis, maka secara garis besar penulis menyederhanakan proses pemahaman tersebut menjadi dua bagian yakni pemahaman keseluruhan yang didapatkan dari hasil analisis naratif dan pemahaman bagian yang didapat dengan memfokuskan diri pada identifikasi satuan analisis data yang sesuai dengan inti permasalahan. Adapun penggunaan tahapan analisis data adalah dengan meninjau kembali beberapa penelitian terdahulu tentang film yang menggunakan metode hermeneutik sebagai proses interpretasi. Secara konkret, analisis data pada film ini dengan beberapa tahap sebagai berikut:

1. Menonton dan Membaca Film

Suatu makna dalam teks dapat timbul ketika makna tersebut dibaca. Melalui proses pengulangan baca maka penafsir akan semakin memahami konteks cerita yang didapat sehingga memperoleh tahap pemahaman awal. Hal ini pula yang dinyatakan oleh Jaques Derrida bahwa teori interpretasi pada dasarnya adalah teori membaca, yang pada akhirnya juga merupakan teori tentang teks. Pemahaman seseorang tergantung pada bagaimana ia membaca teks. (Sumaryono,1999:133)

2. Memahami makna keseluruhan cerita dengan analisis naratif: a. Membuat sinopsis

b. Identifikasi karakter penokohan, latar, tempat, dan waktu c. Penelusuran alur


(49)

3. Memahami bagian-bagiannya yang berupa satuan analisis data, seperti kata, kalimat, relasi kalimat, maupun berbagai bentuk ungkapan dan hubungan antar teks atau realita dengan menyalin tuturan kata dalam film sesuai dengan fokus permasalahan. Secara konkret hasilnya berupa tabel spesifikasi.

4. Mendaftar wacana-wacana yang sudah teridentifikasi dalam film sesuai dengan fokus permasalahan berdasarkan poin 2 dan 3. Secara konkret hasilnya berupa tabel spesifikasi.

5. Apabila belum mendapatkan pemahaman secara optimal, maka proses dapat diulangi sampai dirasa cukup.


(50)

BAB IV

GAMBARAN UMUM

A. Gambaran Umum Obyek Penelitian 4.1. Profil Film “I Not Stupid Too 2”

I Not Stupid Too menggambarkan keberadaan keluarga yang mempunyai peran penting dalam kehidupan seseorang. Dalam film ini menceritakan dua keluarga yang berasal dari latar belakang dan status sosial berbeda tapi mereka menghadapi masalah yang sama: kurangnya komunikasi dan saling pengertian dalam keluarga, serta Keadaan orang tua dan keluarganya yang saling acuh tak acuh kepada anaknya.

Siapa yang salah bila seorang anak mencuri? Siapa yang paling bertanggung jawab apabila seorang anak terlibat kenakalan remaja, berwatak keras, dan bersifat pembangkang? Jangan dulu marahi mereka, karena jangan-jangan semua bersumber dari didikan orangtua.

4.1.1. Sinopsis Film “I Not Stupid Too 2”

Film ini menceritakan kehidupan dua keluarga yang penuh dengan masalah. Keluarga pertama adalah keluarga kakak beradik, Jerry yang masih SD dan kakaknya Tom yang sudah duduk di SMA, Ibunya, seorang editor majalah terkenal. Ayahnya, seorang pekerja yang super sibuk di sebuah perusahaan.


(51)

Mereka berasal dari keluarga berada, Tapi kedua orang tuanya itu hanya memiliki waktu yang sangat terbatas untuk kedua anaknya.

Jerry anak yang pintar. Di sekolahnya, ia mendapat nilai tertinggi. Namun, kedua orangtuanya tidak pernah sama sekali memujinya. Ironisnya, mereka malah memarahinya karena nilai Jerry tak pernah lebih baik dari sebelumnya. Lain lagi dengan kakaknya, Tom. Ia hobi „ngeblog‟ sampai-sampai ia mendapat penghargaan sebagai blogger terbaik. Tapi orang tuanya tak menyukainya dan malah memarahinya kalau blogging bukanlah kegiatan berguna.

Keterbatasan komunikasi di antara anak dan orangtua itu membuat kakak-adik itu juga tak akur. Apabila kedua anak itu memiliki keinginan yang hendak dibicarakan pada orangtua, mereka hanya menulis di atas kertas dan menempelkannya di kulkas. Misalnya, ketika Jerry yang terpilih jadi pemeran utama di drama sekolahnya, hendak memberitahukannya pada ibu dan ayahnya. Sayang, kertas itu tertiup angin dan jatuh terinjak, stelah terpilih, Ia juga berjuang keras untuk mendapatkan uang, bagaimanapun caranya agar bisa membeli waktu ayahnya yang sangat sibuk.

Keluarga kedua adalah Cheng Chang dan ayahnya, Mr. Lim . Cheng Chang adalah teman baik Tom. Berbeda dengan sahabatnya, ia hidup sederhana—bahkan miskin. Hobinya bela diri dan cita-citanya ingin seperti Jet Lee. Sayang, ayahnya marah besar dan melarangnya meniru tokoh kesenangan anaknya itu. Apabila Cheng Chang berbuat salah, ayahnya yang mantan narapidana dan cacat itu memukulinya. Kebiasaan dikasari itu membuat Cheng Chang berani melawan gurunya.


(52)

35

Hingga suatu saat, Tom yang ketahuan membawa film porno dimarahi gurunya dan dibela Cheng Chang. Kekacauan di kelas saat razia handphone itu berujung dengan dihukumnya kedua sahabat itu, . Chengcai dikeluarkan dari sekolah krn sebelumnya dia juga sudah sering melakukan kesalahan di sekolahnya, sedangkan Tom tidak dikeluarkan tetapi dihukum dengan rotan di depan seluruh siswa sekolah. Karena kejadian “dirotan‖ ini, sekolah Tom menjadi sorotan media massa dan muncul opini publik mengenai cara mendidik anak yang seharusnya.

Malu dengan keadaan dirinya, terlebih dengan ejekan teman-temannya di sekolah, Tom dan Chengcai akhirnya bergabung dengan gerombolan anak-anak jalanan yang dianggap “senasib‖ dengan mereka. Sebagai “ujian masuk‖, Tom dan Chengcai harus mencuri iPod dari sebuah toko elektronik. Malang bagi mereka, sebab mereka berdua tertangkap oleh dua orang pria yang mengaku sebagai polisi. Kedua pria ini meminta uang jaminan sebesar $2000 sebagai uang tutup mulut. Sekarang Tom dan Chengcai harus memutar otak demi mendapatkan uang yang jumlahnya tidak sedikit.

Selain kedua ABG tersebut yang mencuri, ternyata si bocah Jerry juga nekad mencuri, Ia ingin mengumpulkan uang sebanyak $500, karena ayahnya pernah berkata bahwa seseorang harus membayar sebesar jumlah tersebut untuk ‗membeli‘ 1 jam waktunya. Nah, dalam kasus ini, sang anak berpikir bahwa jika Ia ingin orang tuanya datang ke konser di sekolahnya, Ia harus membayar sebesar $500 demi ‗membeli‘ 1 jam waktu mereka. Orang tuanya sangat marah ketika mengetahui bahwa Jerry mencuri uang, tetapi kemudian sadar dan terharu ketika mengetahui bahwa Ia hanya ingin ‗membeli‘ sesaat waktu mereka. Karena kejadian ini, mereka membaca blog milik Tom, dan dari sana mereka mengetahui


(53)

bahwa keadaan batin anaknya yang satu lagi ini juga tidak lebih baik daripada adiknya.

Suatu ketika Tom dan Chengcai ingin membayar uang jaminan tutup mulut dari orang yang mengaku sebagai polisi tadi. Akhirnya, mereka berdua mencuri kalung emas yang dipakai seorang wanita tua. Menyadari bahwa apa yang mereka perbuat tidak benar, mereka memutuskan untuk mengembalikan kalung tersebut. Sungguh suatu tindakan yang heroik, karena akhirnya mereka harus rela dipukuli oleh orang-orang setempat. Ketika insiden pemukulan ini terjadi, handphone Tom jatuh dan tidak sengaja terhubung ke handphone milik ayahnya. Sang ayah sedang di kantor, hendak memulai sebuah presentasi yang sangat penting. Karena teknologi 3G, sang ayah melihat dengan jelas di layar handphone bahwa sang anak sedang dipukuli oleh para warga. Tanpa memedulikan kepentingannya saat itu, Ia langsung pergi dari kantor karena ingin menolong Tom.

Sesampai di tempat kejadian, orang tua dan nenek Tom menemui wanita tua yang telah dicuri kalungnya itu. Ayah Tom, tidak ingin anaknya masuk penjara, sampai memohon-mohon kepada si wanita tua agar jangan melaporkan kepada polisi tentang apa yang telah dilakukannya, dan merelakan dirinya sebagai tertuduh jika memang harus demikian adanya. Untungnya si wanita tua berbaik hati ketika mendengar pembelaan sang ayah dan ibu mengenai bagaimana mereka selama ini telah salah mendidik anak-anaknya, sehingga ia tidak melaporkan tentang hal pencurian tersebut, dan memberikan mereka kesempatan kedua untuk memperbaiki diri.


(54)

37

Nasib Chengcai mungkin agak lebih tragis. Sang ayah karena ingin menolong anaknya, malah akhirnya terluka di kepala dan dilarikan ke rumah sakit. Ibunda Chengcai sudah meninggal, sehingga ketika ayahnya sekarat, Chengcai menjadi sadar dengan kebaikan ayahnya selama ini, meskipun sang ayah suka memukuli Chengcai. Chengcai akhirnya memohon kepada kepala sekolah agar Ia diterima kembali menjadi murid di sekolah tersebut, tetapi permohonannya sia-sia. Bahkan Ia sampai berbohong kepada ayahnya agar Ia tidak mengecewakan beliau. Sebagai permintaan terakhir, sang ayah ingin bertemu langsung dengan sang kepala sekolah, karena Ia ingin berterima kasih secara langsung. Sang kepala sekolah ‗terpaksa‘ berbohong demi ayah Chengcai. Tak disangka, bahkan di saat sekarat pun, sang ayah dapat mengetahui sebenarnya kepala sekolah telah berbohong. Sang ayah kemudian berkata, “Tidak ada guru yang gagal mendidik muridnya.

Yang ada hanya orang tua yang gagal mendidik anaknya.” Sang ayah menasihati

Chengcai, jika memang ia suka bela diri, maka jadilah seorang petarung yang handal. Setelah ayahnya meninggal, Chengcai menjadi termotivasi untuk melakukan yang terbaik, dan Ia sukses menjadi juara bela diri.

Mengenai dua orang pria yang mengaku sebagai polisi, mereka akhirnya juga tertangkap basah oleh polisi saat ayah Tom menyerahkan uang kepada mereka. Ketika mereka menyadari bahwa uang tersebut adalah uang palsu, sang ayah juga tidak mau kalah berkata, “Kalian pun juga sama-sama palsu.‖ Adik Tom, Jerry, juga sangat bahagia karena orang tuanya bersedia menonton pertunjukannya di sekolah.

Di sisi lain, orangtua berbuat demikian tentu demi kebaikan anaknya. Hanya saja, cara penyampaiannya yang kurang tepat dan kurang pas di hati anak. Ini terbukti


(55)

saat ayah Chengcai yang keras sempat dengan susah payah membeli tas untuk mengganti tas anaknya yang rusak akibat bertengkar. Yah, meskipun tas tersebut adalah tas paling murah dan bergambar kartun yang tentu sangat tidak cocok untuk anak SMA seperti Chengcai. Bahkan, saat Chengcai dikeluarkan sekolah, ayahnya rela berkeliling Singapura hanya untuk memperjuangkan nasib anaknya. Ini membuktikan bahwa dia sangat sayang kepada anaknya, tapi tidak tahu mnunjukkan rasa sayangnya bahkan sering melakukan kekerasan kepada anaknya dengan memukulinya, orang tua tom pun demikian sibuk bekerja untuk anaknya tapi kesalahan mereka yaitu mereka lupa menyisakan waktu untuk anak-anaknya.

4.1.2. Tokoh dalam Film “I Not Stupid Too 2” 1. Shawn Lee sebagai Tom Yeo

Gambar 2. Shawn Lee sebagai Tom Yeo

Tom Yeo(diperankan oleh Shawn Lee), 15 tahun. Dia adalah seorang anak memiliki bakat dalam bidang blogging, tapi bakatnya itu tidak dipandang “penting‖ oleh sang ibu. Ibunya terus menyuruhnya untuk belajar dan belajar terus. Semua perbuatannya, salah satunya yang membantu memperbaiki laptop


(56)

39

ayahnya juga tidak pernah dihargai. Akhirnya, Tom menjadi liar dan kemudian bergaul bersama anak-anak nakal lainnya dan mulai mencuri hingga menjambret.

Shawn Lee:

Shawn Lee (Cina disederhanakan :李 创 锐; tradisional Cina :李 创 锐; pinyin : Li Chuàngruì). Lahir pada tanggal 11 Februari 1990. Lee adalah seorang aktor Singapura . Dia pertama kali datang ke Singapura untuk bekerja dan memenangkan penghargaan bersama temannya dan co - star Joshua Ang di box office hit “I Not Stupid”.

Lee adalah salah satu dari empat aktor anak yang berhasil mengikuti audisi untuk pemeran utama anak dalam film hit Jack Neo yang berjudul “I Not Stupid”. Penampilannya yang di adaptasi dari sebuah sitkom membuatnya mendapatkan nominasi untuk Penghargaan Bakat Muda Terbaik. Ia menang , bersama dengan co - star Joshua Ang dan Eric Huang di Star Awards 2002. Lee bersama kedua temannya membintangi tiga film Neo. Syuting film terakhirnya adalah pada tahun 2007 sebelum meninggalkan industri untuk berkonsentrasi pada Kuliah Tingkat A nya . Dalam waktu singkat kemudian Ia kembali untuk bermain dalam film baru Neo We Not Naughty, yang dirilis bersamaan dengan Tahun Baru Imlek 2012 dan I Not Stupid bersama co - star Joshua Ang dan Xiang Yun.

Lee belajar di SMA Negeri Bukit Panjang dan kemudian menyelesaikan Tingkat A nya di Anglo - Chinese Junior College. Saat ini sedang belajar bisnis di National University of Singapore. Lee menjadi tuan rumah Penghargaan Bakat Muda dengan mantan rekan - bintangnya Megan Tay di Star Awards 2011.


(57)

2. Ashley Leong sebagai Jerry Yeo

Gambar 3. Ashley Leong sebagai Jerry Yeo

Jerry Yeo(diperankan oleh Ashley Leong), 8 tahun. Merupakan adik dari Tom Yeo yang sangat pintar di sekolah, dialah sang bintang kelas. Namun, seperti kakaknya, prestasi-prestasi nya tetap saja tidak pernah cukup untuk bisa mendapatkan imbalan pujian dari orangtuanya. Jerry memang tidak pernah mengharapkan pujian, tapi setidaknya, apakah orang tua begitu susah mengatakan rasa bangga pada anak yang sudah begitu tekun berusaha?

Ashley Leong:

Belum terdapat banyak data mengenai Ashley Leong. Tetapi, sebelum membintangi film I Not Stupid Too 2 sebagai Jerry Yeo, Ashley Leong juga pernah bermain dalam dua film yakni Homerun (2003) berperan sebagai Little Red Dot dan Best Bet (2004) berperan sebagai Ah Boy. Meski prestasi yang dimilikinya belum secemerlang Shawn Lee, namun acting Ashley Leong sebagai Jerry Yeo dalam film I Not Stupid Too 2 benar-benar mampu menguras perasaan penonton.


(58)

41

3. Joshua Ang sebagai Lim Chengcai

Gambar 4. Joshua Ang sebagai Lim Chengcai

Lim Chengcai (diperankan oleh Joshua Ang), 15 tahun. Dia adalah sahabat Tom Yeo. Ayah Chengcai merupakan seorang mantan narapidana dan tidak pernah mengetahui cara untuk menyampaikan rasa cintanya pada anaknya. Jika Chengcai melakukan kesalahan, ayahnya akan langsung memukulnya. Karena terus-menerus dipukuli, akhirnya semua kebaikan ayahnya setelah itu, tidak pernah dihargai oleh Chengcai lagi.

Joshua Ang:

Joshua Ang atau Joshua Ang Ser Kian berperan sebagai Lim Chengcai dalam film I Not Stupid Too 2. Joshua lahir pada tanggal 1 Maret 1989. Selain bermain dalam film I Not Stupid Too 2, Joshua juga bermain dalam tiga film lain yakni sekuel dari film I Not Stupid Too 2 adalah film I Not Stupid (2002) bersama Shawn Lee berperan sebagai Ang Boon Hock, lalu film Homerun (2003) bermain bersama Ashley Leong dan berperan sebagai Tan Beng Soon, dan yang terakhir adalah film We Are Family (2006).


(59)

4. Jack Neo sebagai Mr. Steven Yeo

Gambar 5. Jack Neo sebagai Mr. Steven Yeo

Mr. Steven Yeo (diperankan oleh Jack Neo) adalah ayah dari Tom Yeo (Shawn Lee) dan Jerry Yeo (Ashley Leong). Sebagai seseorang yang sibuk bekerja di perusahaan, Mr. Yeo sangat jarang memiliki waktu untuk berkumpul bersama keluarga khususnya bersama anak-anaknya. Karakteristik Mr. Yeo dalam film ini adalah sebagai orang tua yang tidak mau mendengarkan pendapat dan alasannya anaknya, tetapi selalu saja memarahi anaknya. Karena Mr. Yeo adalah orang yang sangat sibuk dan tidak memiliki waktu untuk anaknya, komunikasi antara orang tua dan anak pun menjadi tidak ada sama sekali. Jika anaknya berbuat salah, Mr. Yeo selalu memarahi anaknya tanpa mencari penyebab ataupun mendengarkan alasan mereka terlebih dahulu, padahal letak kesalahan tidak sepenuhnya ada pada anak, tetapi juga pada pola didik orang tua yang salah.

Jack Neo:

Jack Neo (Neo Chee Keong), lahir pada tanggal 24 Januari 1960. Neo menikahi Irene Kng pada tahun 1988 dan mereka memiliki empat anak, usia 6 sampai 19.


(60)

43

Ini adalah pernikahan keduanya. Neo adalah seorang aktor film dan televisi Singapura, pembawa acara dan direktur. Dia terkenal karena peran cross-dressing -nya , sebagai Liang Popo (harfiah : Granny Liang) di 1999 Film Liang Po Po : dan sebagai Liang Ximei di akhir 1990-an pada Pertunjukan Malam Komedi. Neo menemukan panggilan kerja pertamanya pada usia 14, ia menulis dan bermain dalam sebuah drama komedi untuk Sekolah Menengah Tanjong Katong.

Neo memulai karirnya di televisi pada tahun 1980 dan menjadi salah satu selebriti paling sukses dan dikenal di MediaCorp untuk peran komedi di film dan televisi. Dua peran cross-dressing nya yang paling menonjol pada film dan televisi adalah Liang Po Po dan Liang Xi Mei, kedua sandiwara di variety show komedi Malam Komedi berjalan lama. Neo membuat debutnya sebagai sutradara dalam That One Not Enough ( 1999) dan Ia mendirikan perusahaan manajemen artis sendiri, J Team Productions, yang anggotanya termasuk komedian Mark Lee, Henry Thia dan John Cheng.

Film Neo menyindir beberapa aspek tentang Singapura dengan cara yang lucu, termasuk isu sosial seperti orangtua lalai dan sekolah hukuman fisik, dan isu-isu asing seperti sengketa air antara Singapura dan Malaysia. Terlepas dari filmnya dan karir TV, Neo juga telah rekaman dan menghasilkan sejumlah album.

Neo menerima Penghargaan sebagai Sutradara Terbaik di Silver Screen Awards di tahun 1998 untuk film pendek dan juga dianugerahi dengan Lifetime Achievement Award pada tahun berikutnya sebagai pengakuan atas kontribusinya terhadap industri media Singapura. Sejak itu, Ia menjadi pembuat film dan menciptakan film pertamanya, Money No Enough, disutradarai oleh Tay Teck Lock dan


(61)

ditayangkan di bioskop pada tanggal 7 Mei 1998. Pada tahun 2004, Neo menjadi pembuat film pertama di Singapura yang dihormati dengan Public Service Award. Dia juga menerima Medali Budaya pada 21 Oktober 2005 bersama-sama dengan musisi Dick Lee. Pada tahun 2008, Neo dan Mark Lee membeli hak waralaba utama Singapura untuk Old Town White Coffee, sebuah konsep retail kopi dari Ipoh, Malaysia. Toko pertama mereka di Big Splash dibuka pada tanggal 30 Maret di tahun itu. Pada 2013, Neo mengumumkan pembentukan J Team Academy, sebuah lembaga pendidikan yang bertujuan untuk mempertemukan para pakar industri untuk pengantin pria baru bakat pembuatan film. Akademi ini dibuka pada tanggal 6 April 2013.

Selama tahun 1990, Jack Neo memenangkan penonton lokal atas dengan menandatangani dengan menjadi pembawa acara berbagai program komedi. Selain sebagai host, Ia adalah otak kreatif di balik variety show lokal terlama dan bernilai tinggi, "Comedy Night". Popularitas produksi dekade - panjang merupakan bukti kuat dari bakat yang luar biasa. Menyusul keberhasilannya dalam produksi televisi, Direktur Neo mencoba tantangan baru dan berkelana ke industri film pada tahun 1998 dengan Money No Enough, sebagai film terlaris kedua di Singapura. Ia konsisten, membuat script, mengarahkan dan memproduksi serangkaian film sukses dambaan yaitu I Not Stupid (2002), Homerun (2003), The Best Bet ( 2004), komedi romantis I Do I Do (2005), One More Chance (2005), We Not Naughty (2012), Ah Boys To Men (2012) sebagai film terlaris tertinggi di Singapura, dan banyak lagi. Selain mengumpulkan pendapatan box office dengan rekor tinggi, kemudian bekerja Jack Neo banyak menarik perhatian regional dan internasional. Di antara


(62)

karya-45

karyanya yang berkomentar, Homerun memenangkan penghargaan film internasional pertama untuk Singapura.

5. Xiang Yun sebagai Mrs. Karen Yeo

Gambar 6. Xiang Yun sebagai Mrs. Karen Yeo

Mrs. Karen Yeo (diperankan oleh Xiang Yun) adalah ibu dari Tom Yeo (Shawn Lee) dan Jerry Yeo (Ashley Yeong). Dalam Film ini, Mrs. Karen Yeo adalah seorang ibu yang tidak mampu menghargai dan memuji bakat yang dimiliki anak-anaknya. Karena baginya yang terpenting adalah nilai akademik anak. Sama halnya seperti suaminya, Mr. Steven Yeo, Mrs. Karen Yeo ini juga selalu menasihati dan memarahi anaknya tanpa mau mendengarkan pendapat dan alasan anak. Ketika sedang memarahi, Ia akan menanyakan alasan anaknya, tetapi saat anak baru akan menjawab, Ia malah berkata “Kamu berani melawan ibumu

ya?!”. Jadi anak-anaknya lebih memilih diam ketika sedang dimarahi ketimbang

mengemukakan pendapatnya. Hal tersebut yang menjadikan komunikasi di antara mereka menjadi berantakan.


(63)

Xiang Yun:

Xiang Yun atau Heung Wan alias Chen Cui-Chang lahir pada tanggal 27 Oktober 1961. Ia adalah isteri dari Chan Chi-Choi (Edmund Choi). Beberapa film yang pernah dibintanginya antara lain When a Child is Born (1995), Be My Valentine (2002), I Not Stupid (2002) sebagai Mrs. Liu, Homerun (2003) sebagai ibunya Kun, I Not Stupid Too 2 (2006) sebagai Mrs. Karen Yeo, dan yang terakhir adalah

It‟s a Great Great World (2011) sebagai Mei Gui/Rose.

4.1.3. Prestasi Film

Film I Not Stupid Too 2 ini dirilis pada tanggal 26 Januari 2006. Pada Hongkong Film Award tahun 2006, I Not Stupid Too 2 dinominasikan sebagai Film Asia Terbaik, namun kalah dengan film Riding Alone for Thousand of Miles.

Penghargaan Perfilman Hong Kong (HKFA(Hong Kong Film Awards); Hanzi tradisional: 香港電影金像獎), didirikan pada tahun 1982, adalah penghargaan yang paling bergengsi di dunia perfilman Hong Kong dan juga di Asia Tenggara. Upacara penerimaan penghargaan itu diadakan secara berkala setiap tahun, yang biasanya diadakan di bulan April. Penghargaan ini mengakui pencapaian tertinggi dan terbaik dalam pembuatan suatu film dari segala segi seperti, pengarahannya, penulisan naskah, akting dan aspek-aspek sinematografi lainnya.

Penghargaan ini, diintergasikan dengan Hong Kong Film Awards Association Ltd sejak bulan December 1993, yang saat ini dikomandani oleh beberapa orang sutradara, yang merupakan perwakilan dari tiga belas profesional dunia perfilman di Hong Kong. Voting untuk film-film yang masuk nominasi biasanya dilakukan


(64)

47

pada bulan Januari sampai bulan Maret setiap tahunnya dan terbuka untuk para anggotanya, yang termasuk para pekerja film setempat, para kritikus, dan sekelompok dewan panelis penilai.

4.1.4. Data Produksi Film : “I Not Stupid Too 2”

Judul : I Not Stupid Too 2

Sutradara : Jack Neo

Produser : Chan Pui-Yin

Seah Saw Yam

Produksi : MediaCorp Raintree Pictures

Durasi : 180 menit

Tanggal Rilis : 26 Januari 2006

Penulis Skenario : Jack neo

Penyunting Gambar : Ardi Lam Gwok-Wah

Bahasa : Inggris, Mandarin, Hokkian

Klasifikasi Penonton : Segala Umur Gambar 7. Cover Film


(65)

4.1.5. Profil Rumah Produksi

Gambar 8. Logo Rumah Produksi

Dibentuk pada tanggal 22 Juli 1998, MediaCorp Raintree Pictures adalah perintis perusahaan produksi film lokal di Singapura. Perusahaan ini memproduksi dan mendistribusikan film dan fitur yang dibuat di wilayah setempat. Meskipun perusahaan telah berkembang menjadi film yang dibuat dalam bahasa lain, film-film berbahasa Cina tetap sebagai sebagian besar output tahunan perusahaan. Raintree Pictures didirikan pada tahun 1998 sebagai anak perusahaan produksi film dari televisi Corporation of Singapore ( TCS ), perusahaan yang sekarang dikenal sebagai MediaCorp Pte Ltd. Pohon Hujan, tanaman tropis , merupakan warisan Asia, sebagai "simbol dari produk Asia" bahwa perusahaan bertujuan untuk menghasilkan. Daniel Yun, wakil presiden Produksi TCS 5, diangkat sebagai chief executive officer.

Dalam sebuah produksi bersama dengan Zhao Wei Films auteur Singapura Eric Khoo, perusahaan mulai memproduksi filmnya pertama, Liang Po Po - The Movie (1999) pada tahun 1998. Dalam tahun-tahun awalnya, Raintree Pictures hanya memproduksi film berbahasa Cina. Setelah itu, Raintree Pictures diperluas dengan


(1)

BAB VI PENUTUP

6.1. Kesimpulan

Berdasarkan hasil analisis yang telah dilakukan pada Film “I Not Stupid Too 2” mengenai Potret Etika Komunikasi Keluarga maka peneliti menarik kesimpulan sebagai berikut:

1. Etika Komunikasi yang terjadi antara orang tua terhadap anak misalnya seperti Etika saat menegur anak yang melakukan kesalahan, Etika saat mengajari anak, Etika orang tua untuk memberikan kesempatan kepada anak untuk mengemukakan pendapatnya, Etika orang tua untuk menghargai dan memuji bakat yang dimiliki anak, Etika saat masing-masing anggota keluarga saling mengungkapkan perasaan sayang satu sama lain. Sebagian besar adegan yang telah dianalisis oleh peneliti menghasilkan bahwasanya orang tua dalam film ini tidak mampu menerapkan komunikasi yang baik di dalam keluarga. Sebagian adegan yang terlihat dalam adegan di film ini menunjukkan cara mendidik anak secara otoriter (keras) sehingga saat berkomunikasi anak hanya dipaksa mendengarkan tanpa bisa menjawab atau memberi alasan, dan anak hanya dipaksa melakukan sesuatu sesuai dengan kriteria orang tua tanpa bisa menjalani bakat miliknya dengan baik. Namun hal tersebut sesuai dengan budaya modern masyarakat Singapura yang begitu


(2)

106

individualis sehingga orang tua lebih banyak menghabiskan waktu di luar rumah untuk bekerja daripada menghabiskan waktu untuk berkumpul dan menjalin komunikasi yang baik dengan anggota keluarga.

2. Etika Komunikasi antara Anak terhadap Orang Tua yang terjadi misalnya etika anak dalam menjawab pertanyaan orang tua, berkata jujur dan berani mengakui kesalahan serta etika anak dalam mengungkapkan perasaan kasih dan sayang. Dalam beberapa adegan pada film ini menunjukkan bahwa anak yang tidak terbiasa menyuarakan pendapat serta mengungkapkan apa yang diinginkannya, apa yang menjadi kendalanya, ataupun bagaimana perasaan mereka. Anak tumbuh menjadi pribadi yang demikian murni karena didikan orang tua. Karena lingkungan pertama yang anak kenal adalah keluarga, dan kasih sayang yang seharusnya Ia terima pertama kali tentunya adalah dari orang tua. Hal tersebut yang akan mempengaruhi sikap dan sifat anak ketika mereka berkembang menuju kedewasaan. Namun apabila di rumahnya orang tua tidak memberikan kesempatan anak berbicara/ berpendapat, memuji bakatnya, mendukungnya bahkan mengungkapkan perasaan sayang terhadap dirinya, bagaimana anak bisa melakukan hal yang berbeda. Apa yang mereka dapat dalam keluarga tentulah yang menjadi cerminan kepribadian mereka. Budaya modern di Singapura memandang bahwa diam adalah lebih baik daripada membicarakan hal-hal yang bagi mereka terlalu mengandalkan perasaan, karena kepribadian orang Singapura modern cenderung individualis dan terlalu logis.


(3)

107

6.2. Saran

Berdasarkan hasil penelitian yang telah di analisis, maka saran yang penulis berikan terhadap mahasiswa yang akan melanjutkan meneliti mengenai film khususnya berkenaan dengan etika komunikasi adalah:

1. Memahami benar bagaimana konstruk bahasa yang baik untuk diteliti yang dibingkai oleh kebudayaan setempat sesuai dengan tempat asal produksi film tersebut agar tidak terjebak dalam budaya yang berlaku universal.

2. Adapun kekurangan dari penelitian ini adalah sulitnya bagi peneliti untuk melihat dari sudut pandang budaya Singapura yang sesungguhnya, karena budaya asli sudah tidak eksis lagi di lingkungan masyarakat Singapura, sehingga peneliti mengkondisikan penelitian ini berdasarkan budaya modern yang ada pada Negara Singapura. Untuk selanjutnya peneliti mengharapkan di masa depan kekurangan tersebut dapat lebih diperbaiki lagi oleh peneliti film selanjutnya.


(4)

DAFTAR PUSTAKA

Sumber dari Buku Bacaan:

Irwansyah, Ade. 2009. Seandainya Saya Kritikus Film. Yogyakarta: Homerian Pustaka

Pease, Allan. 1987. Bahasa Tubuh. Jakarta: Penerbit Arcan

Prastowo, Andi. 2011. Metode Penelitian Kualitatif dalam Perspektif Rancangan Penelitian. Yogyakarta : Ar-Ruzz Media

Bertens, Kees. (1997). Etika. Jakarta: Gramedia

Budyatna, Muhammad & Mona Ganiem, Leila. 2011. Teori Komunikasi Antarpribadi. Jakarta: Kencana Prenada Media Group

Mulyana, Deddy. 2004. Metodologi Penelitian Kualitatif Paradigma Baru Ilmu Komunikasi dan Ilmu Sosial Lainnya. Bandung : Rosdakarya

Mulyono, Edi, Dkk. 2012. Belajar Hermeneutika. Yogyakarta: IRCiSoD

Eriyanto. 2001. Analisis Wacana “Pengantar Analisis Teks Media”. Yogyakarta: LkiS

Leech, Geoffrey. 2003. “Semantik” Edisi Terjemahan. Yogyakarta: Pustaka Pelajar

Hazlitt, Henry. 2003. “Dasar-Dasar Moralitas” Edisi Terjemahan. Yogyakarta: Pustaka Pelajar


(5)

Parera, J.D. 2004. “Teori Semantik” Edisi Kedua. Jakarta: Penerbit Erlangga Monaco, James. 1984. Cara Menghayati Sebuah Film 1&2 : Edisi Terjemahan

Asrul Sani. Yayasan Citra

Boggs, Joseph. M. 1992. Cara Menilai Sebuah Film :Edisi Terjemahan Asrul Sani. Yayasan Citra

Kaelan. 2009. Filsafat Bahasa Semiotika dan Hermeneutika. Yogyakarta: Paradigma

Palmer, Richard. E. 2003. Hermeneutika “Teori Baru Mengenai Interpretasi” Edisi Terjemahan. Yogyakarta: Pustaka Pelajar

Aw, Suranto. 2011. Komunikasi Interpersonal. Yogyakarta: Graha Ilmu Gerungan, W.A. 2004. Psikologi Sosial. Bandung: PT. Refika Aditama

Sumber dari Skripsi :

Saputri, Anggi. 2013. Peranan Komunikasi Keluarga dalam Pengungkapan Diri Anak Remaja terhadap Orang Tua. Bandar Lampung: Universitas Lampung

Susanti, Ani. 2011. Pengaruh Komunikasi Orang Tua terhadap Peningkatan Motivasi Belajar Anak di Keluarga. Bandar Lampung: Universitas Lampung

Gaol, Dwi Putriana Lumban. 2012. Potret Kekerasan pada Anak dalam Film. Bandar Lampung: Universitas Lampung

Retnowati, Esty. 2013. Kritik Sosial dalam Film Indonesia. Bandar Lampung: Universitas Lampung

Sari, Triyanina. 2011. Representasi Disfungsi Keluarga dalam Film Indonesia. Bandar Lampung: Universitas Lampung

Hertina, Yulia. 2013. Potret Kekerasan di Sekolah. Jurusan Ilmu Komunikasi. Bandar Lampung: Universitas Lampung


(6)

Sumber dari Internet:

http://library.sunan-ampel.ac.id: Diakses pada 15 Januari 2014 http://www.academia.edu : Diakses pada 9 Juli 2014