Perbandingan Produksi Kacang Panjang 'Merah' (Vigna sinensis L.) Antara Metode Budidaya Sistem Hidroponik, Organik, dan Konvensional

ABSTRAK

PERBANDINGAN PRODUKSI KACANG PANJANG ‘MERAH’
(Vigna sinensis L) ANTARA METODE BUDIDAYA SISTEM
HIDROPONIK, ORGANIK, DAN KONVENSIONAL

Oleh

ANGGITA CHERIANY

Sistem budidaya menjadi salah satu cara untuk meningkatkan produksi tanaman.
Contoh perkembangan budidaya tanaman adalah teknologi budidaya hidroponik
dan teknologi budidaya organik. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui
perbandingan produksi kacang panjang ‘merah’ dengan metode hidroponik,
organik, dan konvensial mengetahui metode yang tepat untuk menghasilkan
produksi lebih tinggi.

Penelitian ini dilakukan di Rumah Kaca Laboratorium Lapang Terpadu
Universitas Lampung Bandar Lampung mulai bulan Desember 2013 sampai
Februari 2014. Rancangan lingkungan menggunakan rancangan kelompok
teracak sempurna (RKTS) dengan tiga perlakuan yaitu metode budidaya sistem

hidroponik, metode budidaya sistem organik, dan metode budidaya sistem

konvensional dengan 10 kali ulangan. Data dianalisis ragam dan dilanjutkan
dengan uji BNT pada taraf = 5%.

Hasil penelitian menunjukkan bahwa tanaman kacang panjang ‘merah’ yang
dibudidayakan secara hidroponik menghasilkan produksi yang lebih tinggi
dibandingkan dengan cara organik dan cara konvensional. Tanaman dengan
perlakuan organik menghasilkan produksi lebih tinggi dibandingkan dengan
tanaman yang ditanam dengan metode konvensional. Selisih bobot kering
berangkasan, produksi jumlah polong, dan bobot polong per tanaman antara
metode hidroponik dengan metode konvesional masing-masing adalah 12,04 g
(87,12%), 7,55 polong (64,53%), dan 44,83 g (65,37%), sedangkan selisih bobot
kering berangkasan, produksi jumlah polong, dan bobot polong per tanaman
antara metode organik dengan metode konvesional masing-masing adalah 5,87 g
(42,47%), 4,25 polong (36,32%), dan 26,17 g (38,16%).

Kata kunci: hidroponik, kacang panjang ‘merah’, konvensional,
organik, produksi


RIWAYAT HIDUP

Penulis dilahirkan di Bandar Lampung pada tanggal 15 Februari 1992. Penulis
adalah anak pertama dari dua bersaudara dari pasangan Bapak Mhd. Bakri
Tanjung dan Ibu Melia Martini.

Penulis menyelesaikan pendidikan taman kanak-kanak di TK Kartika Jaya II-26
Bandar Lampung pada tahun 1996 – 1997. Pada tahun yang sama penulis
melanjutkan ke sekolah dasar di SD Kartika Jaya II-5 Bandar Lampung dan lulus
pada tahun 2003, kemudian penulis melanjutkan pendidikannya di SMPN 9
Bandar Lampung pada tahun 2003 dan lulus pada tahun 2006. Penulis
menyelesaikan pendidikan sekolah menengah atas di SMAN 1 Bandar Lampung
pada tahun 2009. Pada tahun 2009, penulis terdaftar sebagai mahasiswa Jurusan
Agroteknologi Fakultas Pertanian Universitas Lampung melalui jalur Seleksi
Nasional Masuk Perguruan Tinggi Negeri (SNMPTN).

Penulis melaksanakan Praktik Umum di Balai Penelitian Tanaman Sayuran,
Cikole, Lembang, Jawa Barat pada bulan Januari – Februari 2012. Penulis
melaksanakan kegiatan Kuliah Kerja Nyata (KKN) di Pekon Sidokaton,
Kecamatan Gisting, Kabupaten Tanggamus pada Juli – Agustus 2012.


Selama menjadi mahasiswa, penulis mengikuti kegiatan keorganisasian, Pada
tahun 2009 – 2010, penulis aktif di Persatuan Mahasiswa Agroteknologi (PERMA
AGT) Fakultas Pertanian sebagai kader. Penulis juga mengikuti beberapa
kegiatan seperti Kemah Bakti Sosial Mahasiswa (KBSM) di Persatuan
Mahasiswa Agroteknologi (PERMA AGT). Pada tahun 2011 – 2012, penulis
terdaftar sebagai kepala bidang dana dan usaha di Persatuan Mahasiswa
Agroteknologi (PERMA AGT) Fakultas Pertanian. Pada tahun 2012 – 2013
penulis tercatat sebagai Bendahara Umum Persatuan Mahasiswa Agroteknologi
(PERMA AGT). Selama menjadi mahasiswa penulis aktif menjadi asisten dosen
pada praktikum Produksi Tanaman Sayuran 2011/2012 – 2012/2013, Produksi
Tanaman Buah 2011/2012 – 2013/2014, Dasar – Dasar Budidaya Tanaman
2013/2014, dan Gizi dan Manfaat Tanaman Hortikultura 2012/2013 – 2013/2014.

Teruntuk Ayah dan Ibu atas kasih sayang yang tak terhingga serta
Almamater tercinta

And seek help in patience and prayer.
(Q.S. Al Baqarah : 45)


You were born to win, but to be winner, you must
plan to win, prepare to win and expect to win.
(Zig Ziglar)

I m stronger because I had to be, I m smarter because
of mistakes, happier because the sadness I ve known,
and now wiser because I learned.
(Unknown)

SANWACANA

Puji syukur penulis panjatkan kehadirat Allah subhanahuwata’ala atas rahmat dan
karunia-Nya penulis dapat menyelesaikan penelitian dan penulisan skripsi yang
berjudul Perbandingan Produksi Kacang Panjang ‘Merah’ (Vigna sinensis L)
antara Metode Budidaya Sistem Hidroponik, Organik, dan Konvensional.
Shalawat serta salam senantiasa tercurah kepada Rasulullah Muhammad
shallallahu ’alaihiwasallam.

Ucapan terima kasih yang tulus penulis sampaikan kepada pihak yang telah
membimbing dan membantu kelancaran akan terselesaikannya skripsi ini, yaitu

1. Ibu Ir. Azlina Heryati Bakrie, M.S., selaku Pembimbing Utama yang telah
mendidik, memberikan banyak arahan dan saran, motivasi, serta bimbingan ;
2. Bapak Ir. Yohannes Cahya Ginting, M.P.,selaku anggota Komisi Pembimbing
atas saran, nasihat, motivasi, dan bimbingan selama penelitian dan penulisan
skripsi ini;
3. Bapak Ir. Setyo Widagdo, M.Si.,selaku Penguji atas saran, arahan, motivasi
dan bimbingan yang telah diberikan;
4. Bapak Dr. Ir. Kuswanta Futas Hidayat, M.P., selaku Ketua Jurusan
Agroteknologi, FakultasPertanian, Universitas Lampung;

xii

5. Bapak Prof. Dr. Ir.Wan Abbas Zakaria, M.S.,selaku Dekan Fakultas Pertanian,
Universitas Lampung;
6. Ibu Ir. Niar Nurmauli, M.S., selaku Pembimbing Akademik atas bimbingan,
motivasi dan saran selama penulis menempuh masa studi;
7. Seluruh dosen Fakultas Pertanian, Universitas Lampung, khususnya Program
Studi Agroteknologi yang telah banyak memberikan bekal ilmu pengetahuan.
8. Ayah Mhd. Bakri Tanjung, Ibu Melia Martini dan Adik Ricky Rahmat Maliki
Tanjung atas doa, bantuan, kasih sayang, motivasi, serta dukungan dalam

segala hal kepada penulis;
9. Sahabat-sahabat penulis Tika Leoni Putri, S.P dan Tri Kartika Sari, S.H atas
motivasi dan dukungan yang diberikan.
10. Mustika Adzania Lestari, S.P. dan Indah Pratiwi atas dukungan semangat
yang diberikan.
11. Teman- teman seperjuangan Abang Rachmat Tyas Pardi Aji S.P. , Saede
Nerotama, S.P., Dharma Mahardika S.P., Ahmad Fajar Apriyaldi, S.P.,Angga
Sukowardana, S.P., Reza Utama Saputra, S.P.,I Gusti Putu Setiawan, S.P.,
Panji Perwira, S.P., dan Seluruh Mahasiswa Agroteknologi Angkatan 2009
serta teman-teman yang tidak bisa saya sebutkan satu persatu, atas bantuan,
dukungan, persahabatan, dan kebersamaan selama ini.
Semoga keberkahan dan rahmat Allah subhanahu wa ta’ala selalu dilimpahkan
atas keikhlasan bantuan yang telah diberikan kepada Penulis dan semoga hasil
penelitian ini dapat bermanfaat.

Bandar Lampung,
Penulis,
Anggita Cheriany

DAFTAR ISI


Halaman
DAFTAR TABEL. ..............................................................................

xiii

DAFTAR GAMBAR.............................................................................

xvi

I.

PENDAHULUAN..........................................................................

1

1.1 Latar Belakang dan Masalah .....................................................

1


1.2 Tujuan Penelitian.......................................................................

3

1.3 Landasan Teori ..........................................................................

4

1.4 Kerangka Pemikiran ..................................................................

5

1.5 Hipotesis ...................................................................................

6

II. TINJAUAN PUSTAKA ................................................................

7


2.1. Hidroponik................................................................................

7

2.2 Sistem Pertanian Organik .........................................................

9

2.3 Sistem Pertanian Konvensional ................................................

10

2.4 Kacang Panjang (Vigna sinensis L)..........................................

11

2.4.1 Syarat Tumbuh Kacang Panjang ....................................
2.4.1.1 Iklim ....................................................................
2.4.1.2 Tanah ..................................................................


11
11
12

III. BAHAN DAN METODE..............................................................

13

3.1 Tempat dan Waktu Penelitian....................................................

13

3.2 Bahan dan Alat ..........................................................................

13

3.3 Metode Penelitian ......................................................................

13


3.4 Pelaksanaan Penelitian .............................................................

14

3.4.1 Metode Budidaya Hidroponik .........................................
3.4.2 Metode Budidaya Organik...............................................

14
15

xii
Metode Budidaya Konvensional .....................................
Penanaman......................................................................
Pemasangan tali atau turus ............................................
Pengamatan ....................................................................

15
16
16
17

IV. HASIL DAN PEMBAHASAN .....................................................

19

4.1 Hasil Penelitian .........................................................................

19

3.4.3
3.4.4
3.4.5
3.4.6

4.1.1 Variabel Pertumbuhan Vegetatif......................................
4.1.2 Waktu Muncul Bunga dan Lama Umur Panen ................
4.1.3 Jumlah Polong per Tanaman...........................................
4.1.4 Bobot Polong, Panjang Polong, dan Jumlah Biji per Polong
4.1.5 Korelasi Antarvariabel.....................................................

20
20
21
21
22

4.2 Pembahasan...............................................................................

24

KESIMPULAN DAN SARAN .....................................................

27

5.1 Kesimpulan ...............................................................................

27

5.2 Saran..........................................................................................

28

PUSTAKA ACUAN ..............................................................................

29

LAMPIRAN...........................................................................................

32

Tabel (10 – 40). .....................................................................................

33 – 53

Gambar ( 1– 4) ......................................................................................

54 –56

V.

DAFTAR TABEL

Tabel

Halaman

1.

Produksi beberapa komoditas sayuran 2007 – 2011. .........................

10

2.

Komposisi Larutan AB mix. ..............................................................

14

3.

Perbandingan unsur hara makro dan mikro pada metode budidaya sistem
hidroponik, organik, dan konvensional siap aplikasi. ………………………16

4.

Rekapitulasi hasil analisis ragam metode budidaya sistem hidroponik,
organik, dan konvensional. ................................................................

19

Perbandingan perlakuan hidroponik, organik, dan konvensional terhadap
variabel pertumbuhan vegetatif tanaman. ..........................................

20

5.

6.

Perbandingan metode budidaya hidroponik, organik, dan konvensional
terhadap rata-rata lama umur panen dan waktu muncul bunga pertama….. 21

7.

Perbandingan metode budidaya hidroponik, organik, dan konvensional
terhadap rata-rata jumlah polong per tanaman. .................................

21

Perbandingan metode budidaya hidroponik, organik, dan konvensional
terhadap rata-rata bobot polong, panjang polong,
dan jumlah biji per polong. ...….........................................................

22

Korelasi antarvariabel pengamatan pada perlakuan metode budidaya
hidroponik, organik, dan konvensional. .............................................

23

8.

.
9.

10. Hasil pengamatan pengaruh perlakuan hidroponik, organik, dan konvensional
terhadap lama umur panen ...................................................................
33
11. Uji homogenitas ragam pengaruh perlakuan hidroponik, organik,
konvensional terhadap r lama umur panen. .......................................

33

12. Analisis ragam pengaruh perlakuan hidroponik, organik, konvensional
terhadap lama umur panen. ................................................................

34

xiv

13. Hasil pengamatan pengaruh perlakuan hidroponik, organik, konvensional
terhadap bobot polong kacang panjang ‘merah’. ...............................
35
14. Uji homogenitas ragam pengaruh perlakuan hidroponik, organik,
konvensional terhadap bobot polong kacang panjang ‘merah’. .........

35

15. Analisis ragam pengaruh perlakuan hidroponik, organik, konvensional
terhadap bobot polong. .......................................................................

36

16. Hasil pengamatan pengaruh perlakuan hidroponik, organik, konvensional
terhadap panjang polong. ...................................................................
37
17. Uji homogenitas ragam pengaruh perlakuan hidroponik, organik,
konvensional terhadap ragam panjang polong. ..................................

37

18. Analisis ragam pengaruh perlakuan hidroponik, organik, konvensional
terhadap panjang polong. ...................................................................

38

19. Hasil pengamatan pengaruh perlakuan hidroponik, organik, konvensional
terhadap jumlah polong per tanaman. ................................................
39
20. Uji homogenitas ragam pengaruh perlakuan hidroponik, organik,
konvensional terhadap jumlah polong per tanaman. ..........................

39

21. Analisis ragam pengaruh perlakuan hidroponik, organik, konvensional
terhadap jumlah polong per tanaman. ................................................

40

22. Hasil pengamatan pengaruh perlakuan hidroponik, organik, konvensional
terhadap brangkasan kering. ..............................................................
41
23. Uji homogenitas ragam pengaruh perlakuan hidroponik, organik,
konvensional terhadap brangkasan kering. ........................................

41

24. Analisis ragam pengaruh perlakuan hidroponik, organik, konvensional
terhadap brangkasan kering. ..............................................................

42

25. Hasil pengamatan pengaruh perlakuan hidroponik, organik, konvensional
terhadap jumlah cabang produktif. .....................................................
43
26. Uji homogenitas ragam pengaruh perlakuan hidroponik, organik,
konvensional terhadap jumlah cabang produktif. ..............................

43

27. Analisis ragam pengaruh perlakuan hidroponik, organik, konvensional
terhadap jumlah cabang produktif. .....................................................

44

28. Hasil pengamatan pengaruh perlakuan hidroponik, organik, konvensional
terhadap jumlah biji per polong. ........................................................
45

xv

29. Uji homogenitas ragam pengaruh perlakuan hidroponik, organik, dan
konvensional terhadap jumlah biji per polong. ...................................

45

30. Analisis ragam pengaruh perlakuan hidroponik, organik, konvensional
terhadap jumlah biji per polong. .........................................................

46

31. Hasil pengamatan pengaruh perlakuan hidroponik, organik, konvensional
terhadap panjang batang tanaman. ......................................................
47
32. Uji homogenitas ragam pengaruh perlakuan hidroponik, organik, dan
konvensional terhadap panjang batang tanaman. ................................

47

33. Analisis ragam pengaruh perlakuan hidroponik, organik, konvensional
terhadap panjang batang tanaman. ......................................................

48

34. Hasil pengamatan pengaruh perlakuan hidroponik, organik, konvensional
terhadap waktu muncul bunga pertama. .............................................
49
35. Uji homogenitas ragam pengaruh perlakuan hidroponik,organik, dan
konvensional terhadap waktu muncul bunga. .....................................

49

36. Analisis ragam pengaruh perlakuan hidroponik, organik, konvensional
terhadap waktu muncul bunga. ...........................................................

50

37. Korelasi variabel pengamatan pada perlakuan hidroponik ..................

51

38. Korelasi variabel pengamatan pada perlakuan organik. .....................

52

39. Korelasi variabel pengamatan pada perlakuan konvensional. ............

53

DAFTAR GAMBAR

Gambar

Halaman

1.

Hasil panen pada ketiga perlakuan. ....................................................

54

2.

Pupuk Organik Cair Mastofol Tristar. ................................................

54

3.

Pupuk NPK Mutiara 16-16-16. ........................................................

55

4.

Tata letak percobaan. .........................................................................

56

I. PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang dan Masalah
Dewasa ini telah berkembang berbagai teknologi budidaya tanaman. Tujuannya
adalah untuk meningkatkan produksi tanaman, agar kebutuhan pangan nasional
dapat tercukupi. Contoh dari perkembangan budidaya tanaman adalah teknologi
budidaya hidroponik dan teknologi budidaya pertanian organik.

Hidroponik adalah suatu teknik budidaya yang tidak menggunakan tanah sebagai
media tanamnya (Jones, 2005). Teknik ini telah berkembang di Indonesia sejak
tahun 1980 di Jakarta (Benyamina, 2009) kemudian berkembang pesat di dataran
tinggi. Namun di dataran rendah teknologi ini baru berkembang di beberapa
tempat tetapi hasilnya belum teruji. Tanaman yang umum dibudidayakan adalah
tanaman hortikultura semusim. Produksi tanaman dengan teknik budidaya
hidroponik sangat tinggi. Penggunaan pestisida pada budidaya hidroponik sangat
minimal.

Budidaya pertanian organik telah berkembang di Indonesia sejak tahun 2010.
Menurut Mutowal (2011), pemerintah Indonesia sudah mulai mengurangi
pemakaian pupuk kimia dan menggalakkan pertanian organik di beberapa daerah
di Indonesia pada tahun 2010. Dalam budidaya pertanian organik, semua bahan

2

yang digunakan berasal dari bahan organik, termasuk pestisida untuk
pengendalian hama dan penyakit. Tujuan dari budidaya pertanian organik adalah
untuk menghasilkan produk yang bebas dari bahan kimia sintesis yang berbahaya
bagi kesehatan. Permintaan pasar terhadap produk pertanian organik semakin
meningkat, baik di pasar lokal maupun internasional.

Perkembangan budidaya organik di Indonesia masih lambat. Hal ini disebabkan
oleh berbagai faktor, antara lain tingkat kesadaran konsumen yang masih rendah
tentang produk hortikultura yang sehat, daya beli konsumen yang rendah, dan
anggapan petani bahwa biaya produksi dengan budidaya organik relatif tinggi,
serta produksinya rendah. Selain itu, petani menganggap budidaya sistem organik
sangat rumit, produksi rendah, dan biaya tinggi. Pada dasarnya budidaya secara
organik memberikan banyak keuntungan. Selain produk yang dihasilkan sehat
dan berkualitas, sistem budidaya ini menghasilkan produksi yang tinggi,
kesuburan tanah serta kesehatan lingkungan pun terjaga dengan baik.

Mayoritas petani di Indonesia masih menggunakan budidaya konvensional.
Budidaya ini masih menggunakan pupuk dan pestisida kimia sintesis.
Penggunaan pupuk kimia sintesis dalam jangka panjang dapat berpengaruh buruk
terhadap lingkungan. Penggunaan pupuk kimia sintesis secara berlebihan dapat
menurunkan sifat fisik, biologi, dan kimia tanah (Wedaran, 2013). Penggunaan
pestisida kimia sintesis juga tidak dianjurkan dalam jangka panjang. Menurut
Girsang (2009), penggunaan pestisida kimia sintesis memiliki tiga dampak negatif
yaitu mengganggu kesehatan manusia, mencemari lingkungan, dan meningkatkan
perkembangan populasi jasad pengganggu tanaman.

3

Kacang panjang ‘merah’ digunakan sebagai indikator perbandingan produksi
dalam penelitian ini. Kacang panjang (Vigna sinensis L) adalah tanaman
hortikultura semusim yang cukup diminati di Indonesia. Selain murah, komoditas
ini juga mengandung gizi yang cukup lengkap. Kandungan gizi pada kacang
panjang adalah karbohidrat, protein, vitamin A, vitamin B kompleks, vitamin C,
air, dan mineral (Harjana, 2013). Kacang panjang ‘merah’ mempunyai
keunggulan dibandingkan kacang panjang ‘hijau’. Polong yang dihasilkan
memiliki warna merah keunguan yang mengandung antosianin yang baik bagi
penderita diabetes.

Penelitian ini dilakukan untuk menjawab masalah yang dirumuskan sebagai
berikut :
1. Metode manakah yang mampu menghasilkan produksi lebih tinggi tanaman
kacang panjang ‘merah’ ?

1.2. Tujuan Penelitian

Berdasarkan identifikasi dan perumusan masalah, tujuan penelitian ini adalah
mengetahui metode budidaya yang menghasilkan produksi lebih tinggi pada
tanaman kacang panjang ‘merah’.

4

1.3 Landasan Teori

Hidroponik adalah teknik budidaya tanpa tanah yang berkembang sejak abad ke17 dan baru berkembang di Indonesia pada tahun 1980. Keuntungan dengan
sistem hidroponik adalah perawatan lebih praktis serta gangguan hama lebih
terkontrol, kemudian tidak membutuhkan banyak tenaga kasar karena metode
kerja lebih hemat dan memiliki standarisasi serta nutrisi dan air selalu tersedia
(Lingga, 2002). Keunggulan metode ini adalah ramah lingkungan karena lebih
hemat air dan pertumbuhan tanaman lebih cepat dan kualitas hasil tanaman dapat
terjaga (Afrizal, 2012).

Budidaya pertanian organik makin dilirik masyarakat dengan alasan kesehatan.
Selain itu penggunaan bahan organik pada metode ini juga dapat meningkatkan
kapasitas tukar kation (KTK) tanah dan memperbaiki sifat fisik tanah (Hanafiah,
2007). Menurut Mutowal (2011) Indonesia sudah mencanangkan pertanian
organik secara nasional dan mulai dikembangkan sejak tahun 2010.

Budidaya konvensional yang masih menggunakan pupuk dan pestisida kimia
sintesis jangka panjang dapat merusak lingkungan. Menurut Girsang (2009),
penggunaan pestisida dan pupuk kimia sintesis dapat menurunkan kesuburan
tanah dan dapat meningkatkan serangan hama dan penyakit.

Kacang panjang (Vigna sinensis L) tergolong dalam famili Papilionaceae.
Tanaman ini merupakan tanaman perdu semusim yang banyak dimanfaatkan oleh
masyarakat Indonesia, baik sebagai sayuran maupun sebagai lalapan dalam upaya
peningkatan gizi masyarakat sebagai sumber vitamin A, vitamin B, vitamin C, dan

5

mineral. Bijinya banyak mengandung protein, lemak, dan karbohidrat. Dengan
demikian komoditas ini merupakan sumber protein nabati yang potensial
(Haryanto, Suhartini, Rahayu, 2007).

1.4 Kerangka Pemikiran

Perkembangan teknologi pertanian sudah semakin pesat. Banyak metode-metode
yang ditemukan dengan tujuan peningkatan produksi dan produksi suatu
komoditas. Hidroponik adalah salah satu teknologi pertanian modern.
Hidroponik adalah sistem budidaya tanaman tanpa media tanah (soiless culture).
Kelebihan dari hidroponik adalah perawatan lebih mudah dan gangguan hama
penyakit lebih terkontrol, pemakaian pupuk lebih efesien, air selalu tersedia, serta
tidak mengenal musim tanam. Produksi tanaman pada metode ini relatif lebih
tinggi jika dibandingkan dengan metode lainnya. Kekurangan metode ini adalah
biaya produksi yang cukup tinggi dan membutuhkan kemampuan khusus
mengenai metode ini.

Sistem pertanian organik sudah mulai dikembangkan di Indonesia sejak tahun
2010. Sistem ini tidak menggunakan bahan kimia sintesis dalam pengerjaannya.
Penggunaan pupuk organik, seperti pupuk kandang dan kompos serta
pengggunaan pestisida nabati menjadi ciri khas dari sistem budidaya ini.
Kelebihan dari sistem ini adalah penggunaan bahan organik yang dapat
memperbaiki struktur tanah dan dapat meningkatkan kapasitas tukar kation (KTK)
sehingga penyerapan unsur hara dapat maksimal. Penggunaan pestisida nabati
juga memiliki kelebihan yaitu pestisida ini memiliki karakter yang spesifik,

6

sehingga akan tepat sasaran tanpa membunuh musuh alami dan tidak
menyebabkan resistensi. Metode ini dimungkinkan untuk program jangka
panjang karena fungsi dari bahan organik sendiri adalah untuk memperbaiki
struktur tanah sehingga hasil produksi dapat stabil. Hanya petani di Indonesia
masih berpikir bahwa dengan menggunakan metode ini hasilnya tidak sebanding
dengan biaya produksi dan membutuhkan banyak sekali bahan organik pada satu
periode tanam.

Sampai saat ini budidaya tanaman kacang panjang masih banyak dilakukan
dengan sistem konvensional. Pada sistem konvensional penggunaan pestisida
kimia sintesis menjadi kunci utama dalam pengendalian hama dan penyakit.
Padahal penggunaan pestisida kimia dapat menurunkan keanekaragaman hayati,
membunuh musuh alami, dan menyebabkan resistensi. Sistem ini juga
menggunakan pupuk kimia sintesis sebagai penyedia unsur hara bagi tanaman.
Kelebihan penggunaan pupuk kimia sintesis adalah unsur hara langsung tersedia
dan dapat segera diserap oleh tanaman, tetapi kekurangan dari pupuk ini adalah
dapat memadatkan tanah dan dapat menurunkan pH tanah.

1.5 Hipotesis

Berdasarkan kerangka pemikiran yang telah dikemukakan, maka hipotesis yang
diajukan adalah metode hidroponik menghasilkan produksi tanaman kacang
panjang ‘merah’ lebih tinggi daripada metode organik, dan metode konvensional.

II. TINJAUAN PUSTAKA

2.1 Hidroponik

Hidroponik berarti melakukan budidaya tanaman tanpa media tanah. Dalam
bahas asal yaituYunani, hidroponik berasal dari kata hydro (air) dan ponos (kerja)
yang berarti budidaya tanaman dengan air (Lingga, 2002). Hidroponik adalah
teknik budidaya tanaman yang menggunakan media tumbuh selain tanah, dengan
kata lain dapat juga diartikan sebagai budidaya tanpa tanah (soiless culture)
(Untung, 2000).

Keuntungan dari sistem hidroponik adalah kemudahan sterilisasi media,
penanganan nutrisi tanaman, menghemat luasan lahan, mudah penanganan gulma
dan serangan hama penyakit, kemudahan hal penyiraman, kualitas produk bagus,
menghemat pupuk, dan panen lebih besar (Resh, 1981).

Chadirin (2001) menuliskan, ada dua sistem hidroponik, yaitu hidroponik sistem
Nutrient Film Technique (NFT) dan hidroponik substrat. Hidroponik sistem
Nutrient Film Technique (NFT) adalah sistem hidroponik yang bekerja dengan
cara mengalirkan air kederetan akar tanaman secara dangkal yang mengandung
nutrisi sesuai kebutuhan tanaman. Hidroponik substrat merupakan salah satu dari
sistem hidroponik, dimana pada sistem ini menggunakan substrat selain air.

8

Media yang digunakan dapat menyerap atau menyediakan nutrisi, air, dan oksigen
serta mampu mendukung akar tanaman seperti halnya fungsi tanah (Lingga,
2002).

Hidroponik substrat sistem irigasi tetes banyak digunakan karena dianggap lebih
efektif dalam menghemat air dan nutrisi, karena pada sistem ini nutrisi diberikan
tetes demi tetes sesuai dengan kebutuhan tanaman, sehingga kecil sekali
kemungkinan nutrisi terbuang. Oleh karena itu diperlukan beberapa persyaratan
media tanam hidroponik yang steril, porous, ringan, dan mudah di dapat supaya
dapat menahan nutrisi lebih lama (Harthus, 2001).

Pemberian larutan nutrisi pada hidroponik substrat dapat dilakukan secara
siraman, sirkulasi, dan tetesan. Hidroponik substrat dengan menggunakan irigasi
tetes atau drip irrigation merupakan sistem irigasi yang lebih efisien penggunaan
nutrisi dan airnya dibanding dengan sistem saluran terbuka, lebih ekonomis dalam
operasionalnya dan perawatan alatnya terutama bila air dan pupuk menjadi barang
yang mahal. Sistem irigasi tetes cukup baik digunakan pada usaha agroindustri
tanaman hortikultura (Meijer, 1989).

Rata-rata hasil produksi tanaman yang dibudidayakan secara hidroponik lebih
tinggi dibandingkan dengan organik dan konvensional. Pada tanaman selada yang
ditanam secara hidroponik menghasilkan rata-rata bobot segar sebesar 137,31 g
per tanaman, sedangkan pada tanaman selada konvensional menghasilkan 51,81 g
per tanaman (Mas’ud, 2009).

9

2.2 Sistem Pertanian Organik

Menurut Badan Standarisasi Nasional (BSN) (2010), sistem pertanian organik
adalah sistem manajemen produksi yang holistik untuk meningkatkan dan
mengembangkan kesehatan agroekosistem, termasuk keragaman hayati, siklus
biologi, dan aktivitas biologi tanah. Pertanian organik menekankan penerapan
praktek-praktek manajemen yang lebih mengutamakan penggunaan input dari
limbah kegiatan budidaya di lahan dengan mempertimbangkan daya adaptasi
terhadap keadaan atau kondisi setempat.

Pertanian organik saat ini telah berkembang secara luas, baik dari sisi budidaya,
saran produksi, jenis produk, pemasaran, pengetahuan konsumen, dan organisasi
atau lembaga masyarakat yang menaruh minat pada pertanian organik.
Perkembangan ini memang tidak terorganisir dan berkesan jalan sendiri-sendiri.
Namun demikian bila dicermati ada kesamaan tujuan yang ingin dicapai oleh para
pelaku pertanian organik yaitu menyediakan produk yang sehat, aman, dan ramah
lingkungan (Sulaeman, 2005).

Pemberian pupuk hayati yang ramah lingkungan perlu dilakukan untuk
meningkatkan pertumbuhan tanaman. Pupuk hayati yang ramah lingkungan
adalah pupuk organik. Pupuk organik bila digunakan di dalam tanah akan
merangsang mikrobia, meningkatkan aktivitas biologis, memperbaiki struktur
tanah, memperbaiki struktur penyimpan air tanah dengan begitu meningkatkan
kesuburan tanah (Rosmarkam dan Yuwono, 2003).

10

2.3 Sistem Pertanian Konvensional

Sistem pertanian konvensional ini memiliki tujuan untuk meningkatkan hasil
produksi tanaman dengan penambahan unsure eksternal (pupuk kimia dan
pestisida) sehingga didapatkan produksi yang tinggi. Selain itu, teknologi yang
digunakan pada sistem ini telah maju dan berkembang. Namun, dampak positif
yang dihasilkan berupa peningkatan produksi tidak bertahan lama. Hal ini karena
terjadi penurunan kualitas tanah dan penumpukan residu dalam tanah yang dapat
meracuni tanaman sehingga sistem ini dianggap tidak arif lagi. Pada
perkembangannya sistem pertanian konvensional ini menerapkan panca usaha tani
sebagai acuan pengembangan program yang di lakukan (Abror, 2013)
Hal ini terbukti dengan terus menurunnya produksi beberapa komoditas dari tahun
ke tahun (Tabel 1).

Tabel 1. Produksi beberapa komoditas sayuran 2007 – 2011.
Tahun
2007
2008
2009
2010
2011

Bawang Putih
17.313
12.339
15.419
12.295
12.100

Kembang Kol
Kacang Merah
---ton.ha-1--124.252
112.272
109.497
115.817
96.038
110.051
101.205
116.397
98.525
92.508

Sumber: Badan Pusat Statistik (2012)

Kacang Panjang
488.500
455.524
483.793
482.449
458.307

11

2.4 Kacang Panjang (Vigna sinensis L)

Menurut Haryanto, dkk. (2007), tanaman ini diklasifikasikan sebagai berikut
Kerajaan : Plantae
Divisi

: Spermatophyta

Kelas

: Angiospermae

Ordo

: Rosales

Famili

: Papilionaceae

Genus

: Vigna

Spesies

: Vigna sinensis (L.) Savi ex Hassk

2.4.1. Syarat Tumbuh Kacang Panjang

2.4.1.1 Iklim

Unsur-unsur iklim yang perlu diperhatikan dalam pertumbuhan tanaman antara
lain ketinggian tempat, sinar matahari, dan curah hujan. Kacang panjang dapat
tumbuh dan berproduksi dengan baik di dataran rendah dan dataran tinggi dengan
ketinggian 0 – 1500 m dari permukaan laut, tetapi yang paling baik di dataran
rendah pada ketinggian kurang dari 600 m dpl.

Penanaman di dataran tinggi, umur panen relatif lebih lama, tingkat produksi
maupun produktivitasnya lebih rendah dibanding dengan dataran rendah.
Ketinggian tempat berkaitan erat dengan suhu, yang merupakan faktor penting
bagi tanaman. Suhu idealnya antara 18oC – 32oC, dengan suhu optimum 25oC.

12

2.4.1.2 Tanah

Hampir semua jenis tanah cocok untuk budidaya kacang panjang, namun yang
paling baik adalah tanah latosol atau lempung berpasir, subur, gembur, banyak
mengandung bahan organik, dan drainasenya baik. Untuk pertumbuhan yang
optimum, diperlukan derajat keasaman (pH) tanah antara 5,5 – 6,5. Bila pH
dibawah 5,5 dapat menyebabkan tanaman tumbuh kerdil karena teracuni garam
aluminium (Al) yang larut dalam tanah (Haryanto, dkk., 2007).

III. BAHAN DAN METODE

3.1 Tempat dan Waktu Penelitian

Penelitian dilaksanakan pada Desember 2013 sampai dengan Februari 2014 di
Rumah Kaca Laboratorium Lapang Terpadu Universitas Lampung, Bandar
Lampung.

3.2 Bahan dan Alat

Bahan yang digunakan yaitu benih kacang panjang ‘merah’, tanah, polybag, tali,
pupuk cair organik merk Mastofol Tristar, pupuk kandang kambing, arang
sekam, larutan AB mix, dan pupuk NPK (16:16:16). Alat yang digunakan pada
penelitian ini yaitu timbangan, ember, meteran, oven, gelas ukur, dan gembor.

3.3 Metode Penelitian

Rancangan lingkungan menggunakan rancangan kelompok teracak sempurna
(RKTS) dengan tiga perlakuan yaitu metode budidaya sistem hidroponik, metode
budidaya sistem organik, dan metode budidaya sistem konvensional dengan 10
ulangan. Seluruh data yang diperoleh dianalisis ragam. Untuk memenuhi asumsi

14

analisis ragam, homogenitas ragam uji dengan ujin Bartlet. Aditivitas diuji
dengan uji Tukey. Analisis data dilanjutkan dengan uji BNT pada taraf 5%.

3.4 Pelaksanaan Penelitian

3.4.1. Metode Budidaya Hidroponik

Media tanam yang digunakan pada metode ini adalah arang sekam. Arang sekam
dipilih karena mudah didapat dan sudah steril. Arang sekam diletakkan pada
polibag bervolume 5 kg. Aplikasi larutan hara dilakukan dengan cara disiram.
Larutan hara digunakan sebagai sarana penyedia unsur hara bagi tanaman.
Larutan hara yang digunakan adalah larutan AB mix dengan komposisi sebagai
berikut

Tabel 2. Komposisi Larutan AB mix.
Nama Senyawa
Pekatan A
Calcinit (kalsium nitrat)
Krista K (Kalium nitrat)
Mikro (BMX)
Pekatan B
Krista MKP (mono kalium phospat)
ZA (amonium sulfat)
Soluptasse (kalsium sulfat)
Magnesium sulfat

Bobot (g)
333,3
150,4
16,3
127
35,7
79,3
258

Sumber: Parung Farm (2013)
Setiap pekatan dilarutkan pada 180 L air. Kemudian setelah pekatan siap pakai,
diambil 5 ml per pekatan dan dilarutkan pada 500 ml air (Tabel 3). Frekuensi

15

pemberian larutan hara adalah satu kali setiap hari. Rata-rata pemberian larutan
hara per hari adalah 300 ml per tanaman.

3.4.2. Metode Budidaya Sistem Organik

Media tanam yang digunakan adalah campuran tanah, arang sekam, dan pupuk
kandang kambing. Pupuk cair organik yang digunakan adalah pupuk cair organik
Mastofol Tristar. Pupuk cair organik diaplikasikan dengan cara disemprotkan ke
seluruh bagian tanaman Pupuk organik cair Mastofol Tristar diambil 20 ml
kemudian dilarutkan dalam 1 L air. Unsur N yang terkandung per liter air adalah
289,20 mg/L (Tabel 3). Aplikasi dilakukan dua hari sekali. Rata-rata volume
semprot per tanaman adalah 200 ml/tanaman.

3.4.3 Metode budidaya sistem konvensional

Media tanam yang digunakan adalah tanah. Berat tanah yang digunakan per
polybag adalah 5 kg. Pupuk yang digunakan adalah NPK (16:16:16). Dosis yang
diberikan 60 g/tanaman dengan dua kali aplikasi masing-masing 30 g per
tanaman. N yang tersedia bagi tanaman adalah sebesar 2,16 g/polibag (Tabel 3).
Pupuk diberikan dengan cara dibenamkan dan interval pemberian pupuk adalah
pada saat tanam dan tiga minggu setelah tanam.

16

Tabel 3. Perbandingan unsur hara makro dan mikro pada metode budidaya sistem
hidroponik, organik, dan konvensional siap aplikasi.
Unsur hara
N
P
K
Ca
Mg
Mikro

Hidroponik*
---ppm--100,003
30,953
51,148
19,620
145,22
Lengkap

Organik**
---mg/l--289,20
49,12
124,53

Konvensional
---g/polibag--2,16
2,29
3,98

49,12
Lengkap

-

Sumber: *Parung Farm (2013)
**Balittan (2012)

3.4.4 Penanaman

Benih ditanam pada lubang tanam sedalam 5 cm dengan jumlah benih satu per
lubang tanam.

3.4.5. Pemasangan tali dan turus

Tali digunakan sebagai media merambat tanaman kacang panjang. Pemasangan
tali dilakukan pada 2 minggu setelah tanam.

17

3.4.6. Pengamatan

Variabel yang diamati adalah sebagai berikut
1. Lama umur panen
Perhitungan lama umur panen didasarkan pada waktu dari tanam hingga panen
polong pertama. Polong siap panen berwarna merah keunguan dan merata pada
seluruh bagian kulit polong.
2. Bobot polong segar
Bobot dihitung didasarkan pada rata-rata jumlah bobot polong per tanaman
3. Panjang polong
Panjang polong diukur dari pangkal polong pada tangkai tanaman hingga
ujung polong. Seluruh polong per tanaman diukur kemudian diratakanratakan.
4. Jumlah polong per tanaman
Jumlah polong per tanaman dihitung dari seluruh jumlah polong per tangkai
pada suatu tanaman
5. Bobot kering brangkasan
Bobot kering brangkasan dihitung setelah brangkasn dikeringkan
menggunakan oven sampai diperoleh bobot kering konstan
6. Jumlah cabang produktif
Rata-rata jumlah cabang produktif yang muncul per tanaman.
7. Jumlah biji per polong
Dihitung dari rata-rata jumlah biji per polong yang dihasilkan per tanaman.

18

8. Panjang batang tanaman
Panjang tanaman diukur dari seminggu setelah tanam hingga waktu muncul
bunga pertama
9. Waktu muncul bunga pertama
Waktu muncul bunga pertama dihitung dari hari pertama tanam sampai
dengan muncul bunga pertama

V. KESIMPULAN DAN SARAN

5.1 Kesimpulan

Berdasarkan hasil penelitian dapat disimpulkan bahwa bahwa tanaman kacang
panjang ‘merah’ yang dibudidayakan secara hidroponik menghasilkan produksi
yang lebih tinggi dibandingkan dengan cara organik dan cara konvensional.
Tanaman dengan perlakuan organik menghasilkan produksi lebih tinggi
dibandingkan dengan tanaman yang ditanam dengan metode konvensional.
Selisih bobot kering berangkasan, produksi jumlah polong dan bobot polong per
tanaman antara metode hidroponik dengan metode konvesional berturut-turut
adalah 12,04 g (87,12%), 7,55 polong (64,53%), dan 44,83 g (65,37%),
sedangkan selisih bobot kering berangkasan, produksi jumlah polong dan bobot
polong per tanaman antara metode organik dengan metode konvesional berturutturut adalah 5,87 g (42,47%), 4,25 polong (36,32%), dan 26,17 g (38,16%).

5.2 Saran

Dari hasil pengamatan dan pembahasan yang telah dilakukan, disarankan
melakukan penelitian lanjutan pada metode budidaya organik untuk mengetahui
dosis dan jenis pupuk organik terbaik pada tanaman kacang panjang merah

PUSTAKA ACUAN

Abror, U. 2013. Perbedaan Sistem Pertanian Tradisional, Konvensional, dan
Berkelanjutan. http://ulilmoucil.blogspot.com/2013/13/perbedaan-sistempertanian-tradisional.html (18 Oktober 2013).
Afrizal, A. 2012. Tanaman Hidroponik: Manfaat dan Keunggulannya.
http://carahidroponik.blogspot.com/2012/05/tanaman-hidroponik-manfaatdan.html (20 Februari 2015).
Badan Standarisasi Nasional. 2010. Standar Nasional Indonesia Sistem Pertanian
Organik. Badan Standarisasi Nasional. Jakarta.
Benyamina, F. 2009. Mengenal Hidroponik.
http://ficusbenyamina.blogspot.com/2009/09/mengenal-hidroponik.html (16
Oktober 2013).
Chadirin, Y. 2001. Pelatihan Aplikasi Teknologi Hidroponik Untuk Pengembangan
Agribisnis. Lembaga Institut Pertanian Bogor. Bogor.
Girsang, W. 2009. Dampak Negatif Penggunaan Pestisida.
http://usitani.wordpress.com/2009/02/26/dampak-negatif-penggunaanpestisida (16 Oktober 2013).
Hadisuwito, S. 2012. Membuat Pupuk Cair Organik. Agromedia. Jakarta. 74 hlm.
Hanafiah, K.A. 2007. Dasar-dasar Ilmu Tanah. Raja Grafindo Persada. Jakarta.
360 hlm.
Handayani, P. 2012. Pengertian Mikroorganisme dan Peranananya dalam Tanah.
http://putridatabase.blogspot.com/2012/09/pengertian-mikroorganismedan.html (22 Oktober 2014).

30

Harjana, D. 2013. Kandungan Nutrisi dan Manfaat Kacang Panjang.
http://manfaatnyasehat.blogspot.com/kandungan-nutrisi-dan-manfaat-kacangpanjang.html (14 Oktober 2013).
Harthus, T. 2001. Berkebun Hidroponik Secara Murah. Penebar Swadaya. Jakarta.
88 hlm.
Haryanto, E, T. Suhartini, dan E. Rahayu. 2007. Budidaya Kacang Panjang.
Penebar Swadaya. Jakarta. 76 hlm.
Jones, B. 2005. Hydroponics: A Practical Guide for Soilless Grower. CRC Press.
USA. 440pp.
Lingga, P. 2002. Hidroponik Bercocok Tanam Tanpa Tanah. Penebar Swadaya.
Jakarta. 112 hlm.
Lingga, P dan Marsono. 2013. Petunjuk Penggunaan Pupuk. Penebar Swadaya.
Jakarta. 150 hlm.
Mas’ud, H. 2009. Sistem Hidroponik dengan Nutrisi dan Media Tanam Berbeda
terhadap Pertumbuhan dan Hasil Selada. Jurnal Media Litbang Sulteng 2 (2).
Sulawesi Tengah.
Meijer, T.K.E. 1989. Sprinkler and Trickler Irrigation. Departement of Irrigation
and Civil Engineering, Agriculture University. Waginen Netherlands. 652
pp.
Mutowal. 2011. Sejarah Singkat Pertanian di Indonesia. http://grobogan.go.id/infodaerah/artikel/53-pupuk/149-manfaat-pupuk-organik (14 Oktober 2013).
Pardono. 2009. Pengaruh Pupuk Organik Air Kencing Sapi dan Pupuk Kandang
Terhadap Pertumbuhan dan Hasil Kacang Panjang (Vigna sinensis L.).
Jurnal Agrosains 11(1) : 11-14 2009.
Perwitasari, B, M. Tripatmasari, dan C. Wasonowati. 2009. Pengaruh Media Tanam
dan Nutrisi Terhadap Pertumbuhan dan Hasil Tanaman Pakchoi (Brassica
juncea L.) dengan Sistem Hidroponik. Jurnal Agrovigor Volume 5 No. 1
Maret 2012.
Resh, H.M. 1981. Hydroponics: Questions and Answer for Succesful Growing.
Woodbride Press. Santa Barbara. 806 pp.

31

Rosliani, N. dan N. Sumarni. 2005. Budidaya Tanaman Sayuran dengan Sistem
Hidroponik. Monografi No. 27. Balai Penelitian Tanaman Sayuran.
Lembang. 27 hlm.
Rosmarkam, A. dan N.W. Yuwono. 2003. Ilmu Kesuburan Tanah. Kanisius.
Yogyakarta. 219 hlm.
Samadi, B. 2003. Usaha Tani Kacang Panjang. Kanisius. Yogyakarta. 60 hlm.
Sulaeman. 2005. Perkembangan Pertanian Organik di Indonesia. Ditjen
Pengolahan dan Pemasaran Hasil Pertanian Departemen Pertanian Jakarta.
Jakarta.
Tisdale, S. dan W. Nelson. 1975. Soil fertility and fertilizers. Macmilan Publ.C.Inc.
New York. 516 pp.
Untung, O. 2000. Hidroponik Sayuran Sistem NFT (Nutrient Film Technique).
Penebar Swadaya. Jakarta. 78 hlm.
Wedaran. 2013. Dampak Pupuk Sintesis terhadap Lingkungan.
http://www.wedaran.com/6183/dampak-pupuk-sintesis-terhadap-lingkungan/
(14 Oktober 2013).