Respon Ketahanan Enam Varietas Kacang Hijau (Vigna radiata L.) Terhadap Konsentrasi Garam NaCl Melalui Uji Perkecambahan Benih

(1)

RESPON KETAHANAN ENAM VARIETAS KACANG HIJAU (Vigna radiata L.) TERHADAP KONSENTRASI GARAM NaCl MELALUI

UJI PERKECAMBAHAN BENIH

SKRIPSI

Oleh : INAENI SOLEHA 040301024 / AGRONOMI

DEPARTEMEN BUDIDAYA PERTANIAN FAKULTAS PERTANIAN

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA MEDAN


(2)

RESPON KETAHANAN ENAM VARIETAS KACANG HIJAU (Vigna radiata L.) TERHADAP KONSENTRASI GARAM NaCl MELALUI

UJI PERKECAMBAHAN BENIH

SKRIPSI

Oleh : INAENI SOLEHA 040301024 / AGRONOMI

Skripsi sebagai salah satu syarat untuk memperoleh gelar Sarjana di Fakultas Pertanian

Universitas Sumatera Utara

DEPARTEMEN BUDIDAYA PERTANIAN FAKULTAS PERTANIAN

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA MEDAN


(3)

RESPON KETAHANAN ENAM VARIETAS KACANG HIJAU (Vigna radiata L.) TERHADAP KONSENTRASI GARAM NaCl MELALUI

UJI PERKECAMBAHAN BENIH

SKRIPSI

OLEH INAENI SOLEHA 040301024 / AGRONOMI

Skripsi Sebagai Salah Satu Syarat untuk Memperoleh Gelar Sarjana Di Departemen Budidaya Pertanian Fakultas Pertanian

Universitas Sumatera Utara Medan

Disetujui oleh : Komisi Pembimbing

Ketua

Prof. Dr. Ir. T. Chairun Nisa, B. MSc. NIP : 19450503 197603 2 001

Disetujui oleh : Komisi Pembimbing

Anggota

Ir. Haryati, MP.

NIP : 19640307 199001 2 001

DEPARTEMEN BUDIDAYA PERTANIAN FAKULTAS PERTANIAN

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA MEDAN


(4)

ABSTRAK

Penelitian ini bertujuan untuk mempelajari respon ketahanan enam varietas kacang hijau (Vigna radiata L.) terhadap konsentrasi garam NaCl melalui uji perkecambahan benih. Penelitian ini menggunakan Rancangan Acak Lengkap (RAL) faktorial dengan 3 ulangan. Faktor pertama adalah konsentrasi larutan garam NaCl yang terdiri atas 4 taraf perlakuan yaitu 0 ppm (part per million), 1000 ppm, 2000 ppm dan 3000 ppm. Faktor kedua adalah varietas yang terdiri atas 6 varietas yaitu varietas Camar, Merpati, Gelatik, Arta Ijo, Bhakti dan no. 129. Parameter yang diamati adalah laju perkecambahan, persentase kecambah normal, persentase kecambah abnormal, persentase benih mati, bobot segar kecambah dan tinggi kecambah. Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa perlakuan konsentrasi larutan garam NaCl berpengaruh nyata terhadap laju perkecambahan, bobot segar kecambah dan tinggi kecambah. Varietas berbeda menghasilkan perbedaan nyata untuk parameter laju perkecambahan, bobot segar kecambah dan tinggi kecambah. Interaksi antara kedua faktor tersebut berpengaruh nyata terhadap laju perkecambahan, bobot segar kecambah dan tinggi kecambah. Dapat disimpulkan bahwa konsentrasi larutan garam NaCl 1000 ppm adalah yang terbaik dengan laju perkecambahan tercepat yaitu umur 1,57 hari setelah tanam (HST). Dari enam varietas yang diuji, varietas Gelatik adalah yang terbaik.

Kata kunci : Kacang hijau (Vigna radiata L.), larutan NaCl, varietas dan perkecambahan.


(5)

ABSTRACT

The aim of the research was to study the responses of endurance of six varieties of mung bean (Vigna radiata L.) on the concentration of NaCl salt by seed germination test. The research used the factorial Completely Randomized Design with three replicates. The first factor was the concentration of NaCl salt solution at four levels namely 0, 1.000, 2.000 and 3.000 part per million (ppm). The second factor was variety wich consisted of six varieties namely Camar, Merpati, Gelatik, Arta Ijo, Bhakti and number 129. Parameters observed were germination speed, percentages of normal seedling, percentages of abnormal seedling, percentages of death seed, seedling fresh weight and seedling height. Results showed that concentration of NaCl salt solution significantly affected germination speed, seedling fresh weight and seedling height. Different varieties showed significant differences for the parameters of germination speed, seedling fresh weight and seedling height. There was significant interaction effects of the two factors for the parameters germination speed, seedling fresh weight and seedling height. It was concluded that the concentration of NaCl salt solution of 1.000 ppm was the best with fastest germination speed was age 1,57 days after planting (dap). From the six varieties tested the Gelatik variety was the best.

Key word : Mung bean (Vigna radiata L.), NaCl solution, variety and germination.


(6)

RIWAYAT HIDUP

Penulis lahir di desa Sungai Sahut, Tabir Selatan, pada tanggal 11 April 1987 dari Ayah Maryadi dan Ibu Sri Salmiyati. Penulis anak kedua dari tiga bersaudara.

Penulis lulus SD pada tahun 1998 di SDN 415/VI Sungai Sahut, lulus SLTPN 4 Tabir pada tahun 2001 di Sarolangun Bangko, lulus SMU Prayatna pada tahun 2004 di Medan dan pada tahun 2004 penulis lulus seleksi masuk Universitas Sumatera Utara melalui jalur PMP/PMDK dengan Program Studi Agronomi Departemen Budidaya Pertanian, Fakultas Pertanian, Universitas Sumatera Utara, Medan.

Selain aktif akademis penulis juga aktif sebagai anggota Unit Kegiatan Mahasiswa (UKM) Pramuka USU pada tahun 2005-2010 dan menjabat sebagai Ketua Dewan Racana Rasuna Said UKM Pramuka USU pada tahun 2006-2007 serta sebagai Pemangku Adat Racana Rasuna Said UKM Pramuka USU pada tahun 2007-2008. Pada tahun 2008 penulis melaksanakan PKL (Praktek Kerja Lapangan) di PPKS Marihat, Siantar.


(7)

KATA PENGANTAR

Segala Puji bagi Allah SWT yang telah memberikan hidayahNya sehingga penulis dapat menyelesaikan skripsi ini. Judul yang dipilih dalam penelitian ini adalah ”Respon Ketahanan Enam Varietas Kacang Hijau (Vigna radiata L.)

terhadap Konsentrasi Garam NaCl melalui Uji Perkecambahan Benih”.

Penulis mengucapkan terima kasih yang teristimewa kepada ibu Prof. Dr. Ir. T. Chairun Nisa, B. M.Sc. selaku ketua komisi pembimbing dan ibu

Ir. Haryati, MP. selaku anggota komisi pembimbing yang telah banyak membimbing penulis dalam menyelesaikan skripsi ini.

Terima kasih yang tak terhingga dan tulus dari hati penulis kepada kedua orang tua tercinta ayahanda Maryadi dan ibunda Sri Salmiyati, kakanda dan adinda yang terus mendo’akan dan menyokong penulis dalam menyelesaikan skripsi ini.

Terima kasih yang luar biasa penulis ucapkan kepada teman-teman di Departemen Budidaya Pertanian Fakultas Pertanian Universitas Sumatera Utara, seluruh anggota UKM Pramuka USU, seluruh saudari di Asrama Putri USU dan teman-teman tercinta atas keikhlasan, do’a, perhatian serta bantuannya kepada penulis agar tetap bersemangat dan berjuang menyelesaikan skripsi dengan baik.

Besar harapan, semoga skripsi ini bermanfaat bagi para pembaca, Amin. Medan, Desember 2010


(8)

DAFTAR ISI

Halaman

ABSTRAK ... i

ABSTRACT ... ii

RIWAYAT HIDUP ... iii

KATA PENGANTAR ... iv

DAFTAR ISI ... v

DAFTAR TABEL ... vii

DAFTAR GAMBAR ... viii

DAFTAR LAMPIRAN ... ix

PENDAHULUAN Latar Belakang ... 1

Tujuan Penelitian... 4

Hipotesis Penelitian ... 4

Kegunaan Penelitian ... 4

TINJAUAN PUSTAKA Botani Tanaman ... 5

Syarat Tumbuh ... 6

Iklim ... 6

Tanah ... 7

Varietas ... 10

Salinitas... 11

Perkecambahan Benih ... 14

BAHAN DAN METODE Tempat dan Waktu Penelitian ... 13

Bahan dan Alat ... 13

Metode Penelitian ... 14

PELAKSANAAN PENELITIAN Persiapan Media Tanam ... 16

Aplikasi Larutan Garam NaCl ... 16

Seleksi Benih ... 16

Penanaman ... 17

Pemeliharaan ... 17

Pengamatan Parameter ... 17

Laju perkecambahan (hari)... 17

Persentase kecambah normal (%) ... 17

Persentase kecambah abnormal (%) ... 18

Persentase benih mati (%) ... 18

Bobot segar kecambah (g) ... 18


(9)

HASIL DAN PEMBAHASAN

Hasil ... 19 Pembahasan... 27

KESIMPULAN DAN SARAN

Kesimpulan ... 31 Saran ... 31

DAFTAR PUSTAKA LAMPIRAN


(10)

DAFTAR TABEL

1. Luas panen, produktivitas dan produksi kacang hijau di Sumatera Utara tahun 2005 - 2008 ... 1 2. Rataan laju perkecambahan pada perlakuan konsentrasi larutan garam NaCl

dan varietas ... 19 3. Rataan persentase kecambah normal pada perlakuan konsentrasi larutan

garam NaCl dan varietas ... 21 4. Rataan persentase kecambah abnormal pada perlakuan konsentrasi

larutan garam NaCl dan varietas ... 22 5. Rataan persentase benih mati pada perlakuan konsentrasi larutan garam

NaCl dan varietas ... 23 6. Rataan bobot segar kecambah pada perlakuan garam NaCl dan varietas 24 7. Rataan tinggi kecambah pada perlakuan garam NaCl dan varietas ... 25


(11)

DAFTAR GAMBAR

1. Laju perkecambahan pada berbagai konsentrasi larutan garam NaCl untuk keenam varietas kacang hijau ... 20 2. Bobot segar kecambah pada berbagai konsentrasi larutan garam NaCl

keenam varietas kacang hijau ... 25 3. Tinggi kecambah pada berbagai konsentrasi larutan garam NaCl untuk


(12)

DAFTAR LAMPIRAN

Halaman

1. Deskripsi kacang hijau varietas Camar ... 21

2. Deskripsi kacang hijau varietas Merpati ... 22

3. Deskripsi kacang hijau varietas Gelatik ... 23

4. Deskripsi kacang hijau varietas Arta Ijo ... 24

5. Deskripsi kacang hijau varietas Bhakti ... 25

6. Deskripsi kacang hijau varietas no. 129 ... 26

7. Bagan penelitian ... 27

8. Jadwal pelaksanaan penelitian ... 28

9. Evaluasi kecambah kacang hijau ... 29

10. Data pengamatan laju perkecambahan (hari) ... 30

11. Data pengamatan persentase kecambah normal (%) ... 31

12. Data pengamatan persentase kecambah abnormal (%) ... 32

13. Data pengamatan persentase benih mati (%) ... 34

14. Data pengamatan bobot segar kecambah (g) ... 36

15. Data pengamatan tinggi kecambah (cm) ... 37


(13)

ABSTRAK

Penelitian ini bertujuan untuk mempelajari respon ketahanan enam varietas kacang hijau (Vigna radiata L.) terhadap konsentrasi garam NaCl melalui uji perkecambahan benih. Penelitian ini menggunakan Rancangan Acak Lengkap (RAL) faktorial dengan 3 ulangan. Faktor pertama adalah konsentrasi larutan garam NaCl yang terdiri atas 4 taraf perlakuan yaitu 0 ppm (part per million), 1000 ppm, 2000 ppm dan 3000 ppm. Faktor kedua adalah varietas yang terdiri atas 6 varietas yaitu varietas Camar, Merpati, Gelatik, Arta Ijo, Bhakti dan no. 129. Parameter yang diamati adalah laju perkecambahan, persentase kecambah normal, persentase kecambah abnormal, persentase benih mati, bobot segar kecambah dan tinggi kecambah. Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa perlakuan konsentrasi larutan garam NaCl berpengaruh nyata terhadap laju perkecambahan, bobot segar kecambah dan tinggi kecambah. Varietas berbeda menghasilkan perbedaan nyata untuk parameter laju perkecambahan, bobot segar kecambah dan tinggi kecambah. Interaksi antara kedua faktor tersebut berpengaruh nyata terhadap laju perkecambahan, bobot segar kecambah dan tinggi kecambah. Dapat disimpulkan bahwa konsentrasi larutan garam NaCl 1000 ppm adalah yang terbaik dengan laju perkecambahan tercepat yaitu umur 1,57 hari setelah tanam (HST). Dari enam varietas yang diuji, varietas Gelatik adalah yang terbaik.

Kata kunci : Kacang hijau (Vigna radiata L.), larutan NaCl, varietas dan perkecambahan.


(14)

ABSTRACT

The aim of the research was to study the responses of endurance of six varieties of mung bean (Vigna radiata L.) on the concentration of NaCl salt by seed germination test. The research used the factorial Completely Randomized Design with three replicates. The first factor was the concentration of NaCl salt solution at four levels namely 0, 1.000, 2.000 and 3.000 part per million (ppm). The second factor was variety wich consisted of six varieties namely Camar, Merpati, Gelatik, Arta Ijo, Bhakti and number 129. Parameters observed were germination speed, percentages of normal seedling, percentages of abnormal seedling, percentages of death seed, seedling fresh weight and seedling height. Results showed that concentration of NaCl salt solution significantly affected germination speed, seedling fresh weight and seedling height. Different varieties showed significant differences for the parameters of germination speed, seedling fresh weight and seedling height. There was significant interaction effects of the two factors for the parameters germination speed, seedling fresh weight and seedling height. It was concluded that the concentration of NaCl salt solution of 1.000 ppm was the best with fastest germination speed was age 1,57 days after planting (dap). From the six varieties tested the Gelatik variety was the best.

Key word : Mung bean (Vigna radiata L.), NaCl solution, variety and germination.


(15)

PENDAHULUAN

Latar Belakang

Kacang hijau merupakan salah satu tanaman Leguminosae yang cukup penting di Indonesia. Posisinya menduduki tempat ketiga setelah kedelai dan kacang tanah. Permintaan terhadap kacang hijau cukup tinggi dan cenderung meningkat dari tahun ke tahun sedangkan luas panennya cenderung menurun (Marzuki dan Soeprapto, 2004).

Produksi kacang hijau tahun 2008 di Provinsi Sumatera Utara sebesar 5.493 ton, meningkat sebesar 638 ton dibandingkan produksi kacang hijau tahun 2007. Peningkatan tersebut disebabkan kenaikan luas panen sebesar 591 ha atau 12,93 % dan produktivitas juga mengalami kenaikan sebesar 0,02 kw/ha atau 0,19 % (BPS Provinsi Sumatera Utara, 2009). Namun produksi tersebut dibandingkan dengan tahun 2006 mengalami penurunan sebesar 1.044 ton dan mengalami penurunan sebesar 2.606 ton dibandingkan dengan tahun 2005 dikarenakan penurunan luas panen.

Tabel 1. Luas Panen, Produktivitas dan Produksi Kacang Hijau di Sumatera Utara Tahun 2005 - 2008

Uraian Satuan 2005 2006 2007 2008

Luas Panen Ha 7.663 6.173 4.569 5.160

Produktivitas Kw/Ha 10,57 10,59 10,63 10,65

Produksi *) Ton 8.099 6.537 4.855 5.493

Keterangan *): Bentuk hasil produksi biji kering Sumber : BPS Provinsi Sumatera Utara, 2009.

Tanaman kacang hijau termasuk multiguna, yakni sebagai bahan pangan, pakan ternak, dan pupuk hijau. Dalam tatanan makanan sehari-hari, kacang hijau


(16)

dikonsumsi sebagai bubur, sayur (taoge), dan kue-kue. Kacang hijau merupakan sumber gizi, terutama protein nabati. Kandungan gizi dalam tiap 100 gram kacang hijau yaitu kalori 345, protein 22 g, lemak 1,2 g, karbohidrat 62,9 g, kalsium 125 mg, fosfor 320 mg, zat besi 6,7 mg, vitamin A 157 SI, vitamin B1 0,64 mg,

vitamin C 6 mg, air 10 g dan bagian yang dapat dimakan 100 % (Rukmana, 2004).

Kacang hijau mempunyai beberapa kelebihan jika dibandingkan dengan tanaman kacang-kacangan lain. Kelebihan tersebut yaitu lebih tahan kekeringan; hama dan penyakit yang menyerang relatif sedikit; dapat dipanen pada waktu relatif cepat (umur 55-60 hari); cara tanam dan pengelolaannya di lapangan serta perlakuan pascapanennya relatif mudah; resiko kegagalan panen secara total relatif kecil; harga jual tinggi dan stabil dan dapat dikonsumsi langsung dengan cara pengolahan yang mudah (Marzuki dan Soeprapto, 2004).

Perkembangan pertanian saat ini dibatasi oleh berkurangnya lahan yang baik karena didesak oleh perkembangan bidang industri dan peningkatan pertambahan penduduk. Maka perluasan lahan mengacu pada pemanfaataan lahan marginal seperti lahan pasang surut. Lahan pasang surut menghadapi masalah kegaraman atau salinitas.

Pemanfaatan lahan marginal, seperti lahan pasang surut, belum diupayakan secara optimal untuk memenuhi dan mempertahankan kebutuhan pangan nasional. Areal pasang surut di Indonesia diperkirakan mencapai 20,11 juta ha, dengan 0,44 juta ha lahan salin yang merupakan salah satu lahan marginal yang dapat berpotensi menjadi

areal pertanian (Alihamsyah et al, 2001 dalam Sudana, 2005).

Salah satu cara untuk mengatasi lahan bergaram adalah penggunaan jenis tanaman atau varietas yang mempunyai daya tahan terhadap kegaraman. Kacang hijau


(17)

merupakan jenis tanaman yang terus akan dikembangkan, termasuk dalam menghadapi masalah lahan bergaram.

Pengaruh racun dari beberapa ion tertentu seperti sodium dan klorida, yang lazim terdapat dalam tanah bergaram, yang akan menghancurkan struktur enzim dan makromolekul lainnya, merusak organel sel, mengganggu fotosintesis dan respirasi, akan menghambat sintesis protein dan mendorong kekurangan ion. Sebagai tambahan, tingginya konsentrasi garam akan menyebabkan penurunan permeabilitas akar terhadap air dan mengakibatkan penurunan laju masuknya air ke dalam tanaman (Marschner,

1995 dalam Delvian, 2005).

Garam NaCl akan menghambat perkecambahan benih dan menekan pertumbuhan dan produksi tanaman (Poljakoff-Mayber,

1975 dalam Pramono dan Zen, 1993).

Dasar berfikirnya adalah bahwa benih merupakan pembawa sifat menurun, termasuk sifat tahan kegaraman. Selain itu, perkecambahan adalah proses awal dari pertumbuhan suatu tanaman. Oleh karena itu, sifat kurang tahan atau tahan terhadap kegaraman dapat dilihat sejak perkecambahan benih.

Berdasarkan uraian di atas, penulis tertarik untuk melakukan penelitian mengenai respon ketahanan enam varietas kacang hijau (Vigna radiata L.) terhadap konsentrasi garam NaCl melalui uji perkecambahan benih.


(18)

Untuk mengetahui respon ketahanan enam varietas kacang hijau (Vigna radiata L.) terhadap konsentrasi garam NaCl melalui uji perkecambahan benih.

Hipotesis Penelitian

1. Peningkatan konsentrasi garam NaCl semakin menekan perkecambahan benih kacang hijau.

2. Terdapat respon varietas yang berbeda dalam hal perkecambahan benih kacang hijau.

Kegunaan Penelitian

1. Sebagai bahan penyusun skripsi yang merupakan salah satu syarat untuk dapat mengikuti ujian Sarjana di Fakultas Pertanian Universitas Sumatera Utara, Medan.

2. Sebagai bahan informasi bagi pihak yang membutuhkan.


(19)

Botani Tanaman

Dalam dunia tumbuh-tumbuhan, tanaman kacang hijau diklasifikasikan seperti berikut ini.

Divisio : Spermatophyta Subdivisi : Angiospermae Kelas : Dicotyledonae Ordo : Rosales Famili : Papilionaceae Genus : Vigna

Spesies : Vigna radiata L. (Marzuki dan Soeprapto, 2004).

Tanaman kacang hijau berakar tunggang. Sistem perakarannya dibagi menjadi dua yaitu mesophytes dan xerophytes. Mesophytes mempunyai banyak cabang akar pada permukaan tanah dan tipe pertumbuhannya menyebar, sementara xerophytes memiliki akar cabang lebih sedikit dan memanjang ke arah bawah (Purwono dan Hartono, 2008).

Batang tanaman kacang hijau berukuran kecil, berbulu, berwarna hijau kecokelat-cokelatan atau kemerah-merahan; tumbuh tegak mencapai ketinggian 30 cm - 110 cm dan bercabang menyebar ke semua arah. Daun tumbuh majemuk, tiga helai anak daun per tangkai. Helai daun berbentuk oval dengan ujung lancip dan berwarna hijau (Rukmana, 2004).

Daun tanaman kacang hijau tumbuh majemuk dan terdiri dari tiga helai anak daun setiap tangkai. Helai daun berbentuk oval dengan bagian ujung lancip


(20)

dan berwarna hijau muda hingga hijau tua. Letak daun berseling. Tangkai daun lebih panjang daripada daunnya sendiri (Purwono dan Purnamawati, 2009).

Bunga kacang hijau berkelamin sempurna (hermaprodite), berbentuk kupu-kupu, dan berwarna kuning. Proses penyerbukan terjadi pada malam hari

sehingga pada pagi harinya bunga akan mekar dan pada sore hari menjadi layu (Rukmana, 2004).

Polong kacang hijau berbentuk silindris dengan panjang antara 6-15 cm dan biasanya berbulu pendek. Sewaktu muda polong berwarna hijau dan setelah

tua berwarna hitam atau cokelat. Setiap polong berisi 10-15 biji (Marzuki dan Soeprapto, 2004).

Biji kacang hijau berbentuk bulat. Biji kacang hijau lebih kecil dibandingkan dengan biji kacang tanah atau kacang kedelai, yaitu bobotnya hanya sekitar 0,5 - 0,8 mg. Kulitnya hijau berbiji putih. Bijinya sering dibuat kecambah atau taoge (Purwono dan Hartono, 2008).

Syarat Tumbuh

Iklim

Kacang hijau merupakan tanaman tropis yang menghendaki suasana panas selama hidupnya. Tanaman ini dapat ditanam di dataran rendah hingga ketinggian 500 meter di atas permukaan laut. Di Jawa, tanaman ini banyak ditanam di daerah Pasuruan, Probolinggo, Bondowoso, Mojosari, Jombang, Pekalongan, Banyumas, Jepara, Cirebon, Subang dan Banten. Selain di Jawa, tanaman ini juga ditanam di

Madura, Sulawesi, Nusa Tenggara dan Maluku (Marzuki dan Soeprapto, 2004).


(21)

Berdasarkan indikator di daerah sentrum produsen, keadaan iklim yang ideal untuk tanaman kacang hijau adalah daerah yang bersuhu 250C - 270C dengan kelembaban udara 50% - 80%, curah hujan antara 50 mm - 200 mm/bulan, dan cukup mendapat sinar matahari (tempat terbuka). Jumlah curah hujan dapat mempengaruhi produksi kacang hijau. Tanaman ini cocok ditanam pada musim kering (kemarau) yang rata-rata curah hujannya rendah (Rukmana, 2004).

Tanaman kacang hijau termasuk tanaman golongan C3. Artinya, tanaman

ini tidak menghendaki radiasi dan suhu yang terlalu tinggi. Fotosintesis tanaman kacang hijau akan mencapai maksimum pada sekitar pukul 10.00. Radiasi yang terlalu terik tidak diinginkan oleh tanaman kacang hijau. Panjang hari yang diperlukan minimum 10 jam/hari (Purwono dan Hartono, 2008).

Tanah

Hal yang penting diperhatikan dalam pemilihan lokasi kebun kacang hijau adalah tanahnya subur, gembur, banyak mengandung bahan organik (humus), aerasi dan drainasenya baik, serta mempunyai kisaran pH 5,8 - 6,5. Untuk tanah yang ber-pH lebih rendah daripada 5,8 perlu dilakukan pengapuran (liming) (Rukmana, 2004).

Tanaman kacang hijau menghendaki tanah yang tidak terlalu berat. Artinya, tanah tidak terlalu banyak mengandung tanah liat. Tanah dengan kandungan bahan organik tinggi sangat disukai oleh tanaman kacang hijau. Tanah berpasir pun dapat digunakan untuk pertumbuhan tanaman kacang hijau, asalkan kandungan air tanahnya tetap terjaga dengan baik (Purwono dan Hartono, 2008).


(22)

Kacang hijau menghendaki tanah dengan kandungan hara (fosfor, kalium, kalsium, magnesium, dan belerang) yang cukup. Unsur hara ini penting untuk meningkatkan produksinya (Marzuki dan Soeprapto, 2004).

Varietas

Varietas adalah klasifikasi tumbuhan di bawah jenis yang menunjukkan varian jenis dengan perbedaan warna atau habitat yang morfologinya tanpa mengaitkan masalah distribusinya (Tim Penyusun Kamus PS, 2001).

Pada tahun 1970-an varietas kacang hijau yang populer ditanam petani adalah varietas no. 129 dan varietas Bhakti. Kedua varietas tersebut berpotensi menghasilkan 1,6 ton biji kering/hektar, tetapi hasil rata-rata yang dicapai petani amat rendah karena kedua varietas tersebut peka terhadap penyakit bercak daun. Dalam perkembangan berikutnya telah dirakit aneka kacang hijau varietas unggul baru secara berkesinambungan dari tahun ke tahun. Varietas unggul prinsipnya adalah jenis tanaman yang mempunyai sifat-sifat lebih baik daripada jenis-jenis lainnya. Pemuliaan tanaman kacang hijau diarahkan untuk menghasilkan varietas unggul yang mempunyai sifat-sifat sebagai berikut.

1. Daya hasilnya tinggi, yakni mencapai 2 ton/hektar dan berkualitas baik 2. Umur tanaman pendek (genjah) dan cepat berbuah (membentuk polong) 3. Tanaman tahan (resisten) terhadap penyakit utama, seperti bercak daun,

kudis, embun tepung dan karat daun

4. Daya adaptasinya luas terhadap berbagai keadaan lngkungan tumbuh 5. Masak buah (polong) berlangsung serempak


(23)

Tahun 1954 – 1991 telah dilepas (dirilis) 13 varietas unggul kacang hijau yaitu Siwalik, Artaijo, Bhakti, No. 129, Merak, Manyar, Nuri, Gelatik, Walet, Betet, Parkit, Camar dan Merpati (Rukmana, 2004).

Sampai saat ini kebanyakan petani masih menanam kacang hijau varietas lokal yang produksinya relatif rendah, 500 kg/ha. Di samping produktivitasnya rendah, masaknya polong juga tidak serempak sehingga menyulitkan pemanenan. Panen biji kacang hijau biasa dilakukan dengan pemetikan polong demi polong yang memerlukan banyak waktu dan tenaga. Untuk itu, perlu dipilih varietas yang polongnya dapat masak serempak, contohnya Siwalik (3-5 kali panen) dan Bhakti (2 kali panen) (Marzuki dan Soeprapto, 2004).

Kacang hijau yang ditanam di Indonesia dibagi menjadi dua golongan, yaitu kacang hijau yang polongnya pecah saat masak (dehiscen) dan kacang hijau yang polongnya tidak pecah saat masak (indehiscen). Jenis yang mudah pecah

harus dipanen secara bertahap agar tidak pecah di lapangan (Purwono dan Purnamawati, 2009).

Salinitas

Salinitas tidak ditentukan oleh garam NaCl saja tetapi oleh berbagai jenis garam

yang berpengaruh dan menimbulkan stres pada tanaman antara lain ialah Na2SO4, CaCl2,

MgSO4, MgCl2 yang terlarut dalam air. Dalam larutan tanah, garam-garam ini

mempengaruhi pH dan daya hantar listrik. Dalam proses fisiologi tanaman, Na+ dan Cl-

diduga mempengaruhi pengikatan air oleh tanaman sehingga menyebabkan tanaman

tahan terhadap kekeringan. Sedangkan Cl- diperlukan pada reaksi fotosintetik yang


(24)

tanah akan mengakibatkan pembengkakan dan penutupan pori-pori tanah yang memperburuk pertukaran gas, serta dispersi material koloid tanah (Sipayung, 2003).

Tanaman mempunyai ketahanan yang berbeda terhadap keberadaan garam dalam tanah. Kadar kegaraman yang tinggi menyebabkan penurunan produksi tanaman yang lebih tinggi pula (Rosmarkam dan Yuwono, 2002).

Selain itu, salinitas juga menekan proses pertumbuhan tanaman dengan efek yang menghambat pembesaran dan pembelahan sel, produksi protein serta penambahan biomassa tanaman. Tanaman yang mengalami stres garam umumnya tidak menunjukkan respon dalam bentuk kerusakan langsung tetapi pertumbuhan yang tertekan dan perubahan secara perlahan (Sipayung, 2003).

Beberapa proses fisiologis dan biokimia terlibat dalam mekanisme toleransi dan adaptasi tanaman terhadap salinitas. Sebagai contoh (i) cekaman garam menginduksi akumulasi senyawa organik spesifik di dalam sitosol sel yang dapat bertindak sebagai osmoregulator; (ii) tanaman juga dapat mencegah akumulasi Na dan Cl dalam sitoplasma melalui eksklusi Na dan Cl ke lingkungan eksternal (media tumbuh); (iii) kompartementasi ke dalam vakuola atau

mentranslokasi Na dan Cl ke jaringan-jaringan lain (Marschner, 1995 dalam Yuniati, 2004).

Selain proses fisiologi yang terlibat dalam mekanisme toleransi dan adaptasi tanaman terhadap salinitas, adaptasi morfologi juga terlibat. Bahkan, Mekanisme yang paling jelas adalah dengan adaptasi morfologi. Seperti, ukuran daun yang lebih kecil sangat penting untuk mempertahankan turgor. Sedangkan lignifikansi akar diperlukan untuk penyesuaian osmosis yang sangat penting untuk


(25)

memelihara turgor yang diperlukan untuk pertumbuhan tanaman dan aktivitas normal (Sipayung, 2003).

Perkecambahan Benih

Proses perkecambahan benih merupakan suatu rangkaian kompleks dari perubahan-perubahan morfologi, fisiologi dan biokimia. Tahap pertama suatu perkecambahan benih dimulai dengan proses penyerapan air oleh benih, melunaknya kulit benih dan hidrasi dari protoplasma. Tahap kedua dimulai dengan kegiatan-kegiatan sel dan enzim-enzim serta naiknya tingkat respirasi benih tahap ketiga merupakan tahap dimana terjadi penguraian bahan-bahan seperti karbohidrat, lemak dan protein menjadi bentuk-bentuk yang melarut dan ditranslokasikan ke titik-titik tumbuh. Tahap keempat adalah asimilasi dari bahan-bahan yang telah diuraikan tadi di daerah meristematik untuk menghasilkan energi bagi kegiatan pembentukan komponen dan pertumbuhan sel-sel baru. Tahap kelima adalah pertumbuhan dari kecambah melalui proses pembelahan, pembesaran dan pembagian sel-sel pada titik-titik tumbuh. Sementara daun belum dapat berfungsi sebagai organ untuk fotosintesa maka pertumbuhan kecambah sangat bergantung pada persediaan makanan yang ada dalam biji (Sutopo, 2004).

Proses metabolisme perkecambahan terdiri dari proses katabolisme dan anabolisme. Katabolisme terhadap simpanan bahan makan sehingga menghasilkan energi terjadi dalam organ penyimpanan cadangan seperti endosperm dan daun lembaga sedangkan anabolisme yang menghasilkan sintesa protein baik sebagai umpan katabolisme ataupun untuk pembentukan sel-sel baru bagi pertumbuhan terjadi dalam poros lembaga (Sadjad, 1994).


(26)

Faktor eksternal dan internal sangat berpengaruh pada proses perkecambahan dan pada hasil akhir. Faktor eksternal meliputi faktor lingkungan perkecambahan yaitu air, oksigen, suhu dan cahaya sedangkan faktor internal berhubungan dengan ”sejarah” dari individu benih yaitu tingkat kemasakan benih,

ukuran benih, dormansi dan penghambat perkecambahan (Direktorat Perbenihan, 2005).

Benih yang dipanen sebelum tingkat kemasakan fisiologisnya tercapai tidak mempunyai viabilitas tinggi. Bahkan pada beberapa jenis tanaman, benih yang demikian tidak akan dapat berkecambah. Diduga pada tingkatan tersebut benih belum memiliki cadangan makanan yang cukup dan juga pembentukan embrio belum sempurna (Sutopo, 2004).

Biji kacang hijau berkecambah dan keluar dari permukaan tanah sampai fase kotiledon membutuhkan waktu 4 – 5 hari, rata-rata 5 hari, tergantung kelembaban dan kedalaman penanaman. Munculnya daun pertama (unifoliate leaf) setelah daun lembaga membutuhkan waktu 9 – 11 hari, rata-rata 10 hari (Marzuki dan Soeprapto, 2004).

BAHAN DAN METODE


(27)

Tempat dan Waktu Penelitian

Penelitian akan dilaksanakan di Laboratorium Teknologi Benih Fakultas Pertanian Universitas Sumatera Utara, Medan pada bulan November - Desember 2010, dengan ketinggian tempat ± 25 m di atas permukaan laut.

Bahan dan Alat

Bahan-bahan dalam penelitian ini adalah benih kacang hijau varietas Camar, Merpati, Gelatik, Arta Ijo, Bhakti dan no. 129 sebagai objek penelitian, larutan garam NaCl sebagai bahan perlakuan salinitas, pasir sungai sebagai media tanam, label nama sebagai label perlakuan dan bahan lainnya yang mendukung penelitian ini.

Alat–alat yang digunakan dalam penelitian ini adalah bak perkecambahan untuk meletakkan media tanam, beaker glass untuk merendam benih dan tempat larutan garam NaCl, timbangan analitik untuk menimbang garam NaCl, meteran, alat tulis, kalkulator dan peralatan lainnya yang mendukung penelitian ini.


(28)

Penelitian ini menggunakan Rancangan Acak Lengkap (RAL) faktorial dengan 2 faktor perlakuan, yaitu :

Faktor I : Konsentrasi larutan garam NaCl (G) dengan 4 taraf yaitu : G0 = Tanpa konsentrasi larutan garam NaCl (Kontrol) G1 = Konsentrasi larutan garam NaCl 1000 ppm G2 = Konsentrasi larutan garam NaCl 2000 ppm G3 = Konsentrasi larutan garam NaCl 3000 ppm Faktor II : Varietas kacang hijau (V) terdiri dari 6 taraf yaitu :

V1 = Varietas Camar V4 = Varietas Arta Ijo V2 = Varietas Merpati V5 = Varietas Bhakti V3 = Varietas Gelatik V6 = Varietas no.129 Sehingga diperoleh 24 kombinasi perlakuan yaitu :

G0V1 G0V2 G0V3 G0V4 G0V5 G0V6

G1V1 G1V2 G1V3 G1V4 G1V5 G1V6

G2V1 G2V2 G2V3 G2V4 G2V5 G2V6

G3V1 G3V2 G3V3 G3V4 G3V5 G3V6

Jumlah ulangan = 3 ulangan Jumlah benih/unit perlakuan = 20 benih Jumlah benih seluruhnya = 1440 benih


(29)

Data hasil penelitian dianalisa dengan sidik ragam berdasarkan model linier sebagai berikut :

Yijk = µ + αi + βj + (αβ)ij + Σijk Dimana :

Yijk = hasil pengamatan dari faktor konsentrasi garam NaCl pada taraf ke-i dan faktor varietas ke-j dan pada ulangan ke-k

µ = nilai tengah

αi = pengaruh faktor konsentrasi garam NaCl pada taraf ke-i

βj = pengaruh faktor varietas ke-j

(αβ) ij = pengaruh interaksi faktor konsentrasi garam NaCl pada taraf ke-i dan faktor varietas ke-j

Σijk = efek dari faktor konsentrasi garam NaCl pada taraf ke-i dan faktor varietas ke-j dan pada ulangan ke-k

Data hasil penelitian pada perlakuan yang berpengaruh nyata dilanjutkan dengan uji Beda Nyata Jujur (BNJ) pada taraf 5 % (Gomez dan Gomez, 1983).


(30)

PELAKSANAAN PENELITIAN

Persiapan Media Tanam

Media tanam yang digunakan adalah pasir sungai. Terlebih dahulu pasir diayak dan dicuci bersih kemudian dijemur di bawah sinar matahari serta disterilkan dengan cara digongseng. Banyaknya media tanam disesuaikan dengan volume bak perkecambahan dan diratakan.

Aplikasi Larutan Garam NaCl

Pembuatan larutan garam NaCl dimana 1 ppm = 1 mg/L yang ditempatkan pada beaker glass sesuai dengan perlakuan masing-masing. Larutan garam NaCl diaplikasikan dengan cara dicampur dengan media tanam yang telah disiapkan hingga merata sesuai dengan perlakuan.

Seleksi Benih

Sebelum dilakukan penanaman terlebih dahulu dilakukan seleksi terhadap benih yang akan ditanam. Dilakukan perendaman benih dengan air untuk memilih benih yang baik, benih yang terapung dibuang dan yang terbenam atau bernas digunakan.


(31)

Penanaman

Penanaman benih dilakukan sesuai perlakuan dengan memasukkan 1 benih per lubang tanam dengan kedalaman + 1 cm dari permukaan media tanam sebanyak 20 benih setiap unit perlakuan, kemudian lubang tanam ditutup kembali dengan pasir.

Pemeliharaan

Dipelihara kelembaban media tanam dengan cara disungkup dengan plastik transparan sampai umur 3 HST.

Pengamatan Parameter

Laju perkecambahan (hari)

Laju perkecambahan diukur dengan menghitung jumlah hari yang diperlukan untuk munculnya radikel atau plumula.

Perhitungan laju perkecambahan sebagai berikut : Rata-rata hari = N1T1 + N2T2 + ... NxTx

Jumlah total benih yang berkecambah

Keterangan : N : jumlah benih yang berkecambah pada satuan waktu tertentu T : menunjukkan jumlah waktu antara awal pengujian sampai

dengan akhir dari interval tertentu suatu pengamatan (Sutopo, 2004).

Persentase Perkecambahan (%)

Analisa daya kecambah atau daya tumbuh dilakukan setelah benih dikecambahkan selama 7 hari dengan kondisi tumbuh optimum.


(32)

Persentase perkecambahan terdiri dari beberapa evaluasi diantaranya : 1. Kecambah normal

Persentase kecambah normal menunjukkan jumlah kecambah normal yang dapat dihasilkan oleh benih murni pada kondisi lingkungan tertentu dalam jangka waktu yang telah ditetapkan.

Perhitungan persentase kecambah normal sebagai berikut : Kecambah normal = jumlah kecambah normal yang dihasilkan

jumlah contoh benih yang diuji

x 100%

(Sutopo, 2004).

2. Kecambah abnormal

Perhitungan persentase kecambah abnormal sebagai berikut : Kecambah abnormal = jumlah kecambah abnormal

jumlah contoh benih yang diuji

x 100%

(Badan Standarisasi Nasional, 2000). 3. Benih mati

Perhitungan persentase benih mati sebagai berikut : Benih mati = jumlah benih mati

jumlah contoh benih yang diuji

x 100%

(Sutopo, 2004).

Bobot Segar Kecambah (g)

Pengamatan bobot segar kecambah dilakukan pada akhir penelitian dengan menggunakan timbangan analitik.

Tinggi Kecambah (cm)

Pengamatan tinggi kecambah dilakukan pada akhir penelitian dengan menggunakan meteran.


(33)

HASIL DAN

PEMBAHASAN

Hasil

Laju Perkecambahan (hari)

Berdasarkan analisis data secara statistik diketahui bahwa perlakuan konsentrasi larutan garam NaCl, varietas dan interaksi antara kedua faktor perlakuan tersebut berpengaruh nyata terhadap laju perkecambahan (Lampiran 10).

Data laju perkecambahan dalam hubungannya dengan perlakuan konsentrasi larutan garam NaCl dan varietas dapat dilihat pada tabel 1.

Tabel 1. Rataan laju perkecambahan pada perlakuan konsentrasi larutan garam NaCl dan varietas

Varietas (V) Konsentrasi larutan garam NaCl (G) Rataan

G0 G1 G2 G3

Camar (V1) 1.82abcdefg 1.92abcdef 1.47bcdefg 2.15ab 1.84ab Merpati (V2) 1.33cdefg 1.65abcdefg 1.72abcdefg 2.03abcde 1.68ab Gelatik (V3) 1.39bcdefg 1.75abcdefg 1.55abcdefg 1.55abcdefg 1.56b Arta Ijo (V4) 1.65abcdefg 1.23fg 2.07abc 1.32cdefg 1.57b Bhakti (V5) 1.92abcdef 1.77abcdefg 1.68abcdefg 2.30a 1.92a No. 129 (V6) 2.05abcd 1.12g 1.87abcdefg 1.83abcdefg 1.72ab

Rataan 1.69ab 1.57b 1.72ab 1.86a

Keterangan : Angka-angka yang diikuti oleh huruf yang tidak sama pada baris dan kolom pada kelompok perlakuan yang sama, menunjukkan berbeda nyata menurut Uji Beda Nyata Jujur (BNJ) pada taraf 5 %

Berdasarkan Tabel 1 dapat dilihat bahwa laju perkecambahan yang paling lama akibat perlakuan konsentrasi larutan garam NaCl terdapat pada perlakuan G3 yaitu pada umur 1,86 hari setelah tanam (HST) berbeda tidak nyata dengan G0 dan G2 tetapi berbeda nyata dengan G1 serta tercepat pada perlakuan G1 yaitu pada umur 1,57 HST berbeda tidak nyata dengan G0 dan G2 tetapi berbeda nyata dengan G3.


(34)

Sedangkan laju perkecambahan tertinggi akibat perlakuan varietas terdapat pada varietas Bhakti (V5) yaitu sebesar 1,92 hari berbeda tidak nyata dengan varietas Camar (V1), Merpati (V2) dan No. 129 (V6) tetapi berbeda nyata dengan varietas Gelatik (V3) dan Arta Ijo (V4) serta terendah pada varietas Gelatik (V3) sebesar 1,56 hari berbeda tidak nyata dengan varietas Camar (V1), Merpati (V2), Arta Ijo (V4) dan No. 129 (V6) tetapi berbeda nyata dengan varietas Bhakti (V5).

Hubungan antara laju perkecambahan dengan konsentrasi larutan garam NaCl untuk masing-masing varietas kacang hijau dapat dilihat pada gambar 1.

Gambar 1. Laju perkecambahan pada berbagai konsentrasi larutan garam NaCl untuk keenam varietas kacang hijau.

Persentase Kecambah Normal (%)

Berdasarkan analisis data secara statistik diketahui bahwa perlakuan konsentrasi larutan garam NaCl, varietas dan interaksi antara kedua faktor perlakuan tersebut berpengaruh tidak nyata terhadap persentase kecambah normal (Lampiran 11).

Data persentase kecambah normal dalam hubungannya dengan perlakuan konsentrasi larutan garam NaCl dan varietas dapat dilihat pada Tabel 2.

G G G G V V V V V V G G G G Varietas La ju p e rk e ca m b a h a n (H a ri ) NaCl


(35)

Tabel 2. Rataan persentase kecambah normal pada perlakuan konsentrasi larutan garam NaCl dan varietas

Varietas (V) Konsentrasi larutan garam NaCl (G) Rataan

G0 G1 G2 G3

Camar (V1) 100.00 98.33 100.00 100.00 99.58

Merpati (V2) 100.00 100.00 100.00 96.67 99.17 Gelatik (V3) 95.00 100.00 100.00 100.00 98.75 Arta Ijo (V4) 100.00 100.00 100.00 100.00 100.00

Bhakti (V5) 98.33 100.00 98.33 100.00 99.17

No. 129 (V6) 98.33 100.00 100.00 100.00 99.58

Rataan 98.61 99.72 99.72 99.44

Berdasarkan Tabel 2 dapat dilihat bahwa persentase kecambah normal tertinggi akibat perlakuan konsentrasi larutan garam NaCl terdapat pada perlakuan G1 dan G2 yaitu sebesar 99,72 % dan terendah pada G0 yaitu sebesar 98.61 %, sedangkan persentase kecambah normal tertinggi akibat perlakuan varietas terdapat pada varietas Arta Ijo (V4) yaitu sebesar 100 % dan terendah pada Gelatik (V3) yaitu sebesar 98.75 %.

Persentase Kecambah Abnormal (%)

Berdasarkan analisis data secara statistik diketahui bahwa perlakuan konsentrasi larutan garam NaCl, varietas dan interaksi antara kedua faktor perlakuan tersebut berpengaruh tidak nyata terhadap persentase kecambah abnormal (Lampiran 12).

Data persentase kecambah abnormal dalam hubungannya dengan perlakuan konsentrasi larutan garam NaCl dan varietas dapat dilihat pada Tabel 3.


(36)

Tabel 3. Rataan persentase kecambah abnormal pada perlakuan konsentrasi larutan garam NaCl dan varietas

Varietas (V) Konsentrasi larutan garam NaCl (G) Rataan

G0 G1 G2 G3

Camar (V1) 0.00 0.00 0.00 0.00 0.00

Merpati (V2) 0.00 0.00 0.00 3.33 0.83

Gelatik (V3) 3.33 0.00 0.00 0.00 0.83

Arta Ijo (V4) 0.00 0.00 0.00 0.00 0.00

Bhakti (V5) 1.67 0.00 0.00 0.00 0.42

No. 129 (V6) 1.67 0.00 0.00 0.00 0.42

Rataan 1.11 0.00 0.00 0.56

Berdasarkan Tabel 3 dapat dilihat bahwa persentase kecambah abnormal tertinggi akibat perlakuan konsentrasi larutan garam NaCl terdapat pada perlakuan G0 yaitu sebesar 1,11 % dan terendah pada G1 dan G2 yaitu sebesar 0 %, sedangkan persentase kecambah abnormal tertinggi akibat perlakuan varietas terdapat pada varietas Merpati (V2) dan Gelatik (V3) yaitu sebesar 0,83 % dan terendah pada varietas Camar (V1) dan Arta Ijo (V4) yaitu sebesar 0 %.

Persentase Benih Mati (%)

Berdasarkan analisis data secara statistik diketahui bahwa perlakuan konsentrasi larutan garam NaCl, varietas dan interaksi antara kedua faktor perlakuan tersebut berpengaruh tidak nyata terhadap persentase benih mati (Lampiran 13).

Data persentase benih mati dalam hubungannya dengan perlakuan konsentrasi larutan garam NaCl dan varietas dapat dilihat pada Tabel 4.


(37)

Tabel 4. Rataan persentase benih mati pada perlakuan konsentrasi larutan garam NaCl dan varietas

Varietas (V) Konsentrasi larutan garam NaCl (G) Rataan

G0 G1 G2 G3

Camar (V1) 0.00 1.67 0.00 0.00 0.42

Merpati (V2) 0.00 0.00 0.00 0.00 0.00

Gelatik (V3) 1.67 0.00 0.00 0.00 0.42

Arta Ijo (V4) 0.00 0.00 0.00 0.00 0.00

Bhakti (V5) 0.00 0.00 1.67 0.00 0.42

No. 129 (V6) 0.00 0.00 0.00 0.00 0.00

Rataan 0.28 0.28 0.28 0.00

Berdasarkan Tabel 4 dapat dilihat bahwa persentase benih mati tertinggi akibat perlakuan konsentrasi larutan garam NaCl terdapat pada perlakuan G0, G1 dan G2 yaitu sebesar 0,28 % dan terendah pada G3 yaitu sebesar 0 %, sedangkan persentase benih mati tertinggi akibat perlakuan varietas terdapat pada varietas Camar (V1), Gelatik (V3) dan Bhakti (V5) yaitu sebesar 0,42 % dan terendah pada varietas Merpati (V2), Arta Ijo (V4) dan No. 129 (V6) yaitu sebesar 0 %.

Bobot Segar Kecambah (g)

Berdasarkan analisis data secara statistik diketahui bahwa perlakuan konsentrasi larutan garam NaCl, varietas dan interaksi kedua faktor tersebut berpengaruh nyata terhadap parameter bobot segar kecambah (Lampiran 14).

Data bobot segar kecambah dalam hubungannya dengan perlakuan konsentrasi larutan garam NaCl dan varietas dapat dilihat pada Tabel 5.


(38)

Tabel 5. Rataan bobot segar kecambah pada perlakuan garam NaCl dan varietas

Varietas (V) Garam NaCl (G) Rataan

G0 G1 G2 G3

Camar (V1) 0.15n 0.31ghijklmn 0.45cdefghi 0.32fghijklmn 0.31e Merpati (V2) 0.49bcdef 0.46cdefgh 0.48bcdefg 0.36efghijkl 0.45bcd Gelatik (V3) 0.44cdefghij 0.54bcd 0.45cdefghi 0.42cdefghijk 0.46bc Arta Ijo (V4) 0.25klmn 0.30hijklmn 0.33fghijklm 0.36efghijkl 0.31e Bhakti (V5) 0.51bcde 0.54bcd 0.54bcd 0.46cdefgh 0.51b No. 129 (V6) 0.76a 0.65ab 0.56bc 0.51bcde 0.62a

Rataan 0.43ab 0.47a 0.47a 0.40b

Keterangan : Angka-angka yang diikuti oleh huruf yang tidak sama pada baris dan kolom pada kelompok perlakuan yang sama, menunjukkan berbeda nyata menurut Uji Beda Nyata Jujur (BNJ) pada taraf 5 %.

Berdasarkan Tabel 5 dapat dilihat bahwa bobot segar kecambah tertinggi akibat perlakuan konsentrasi larutan garam NaCl terdapat pada perlakuan G1 dan G2 yaitu sebesar 0,47 g berbeda tidak nyata dengan G0 tetapi berbeda nyata dengan G3 serta terendah pada perlakuan G3 yaitu sebesar 0,4 g berbeda tidak nyata dengan G0 tetapi berbeda nyata dengan G1 dan G2.

Sedangkan bobot segar kecambah tertinggi akibat perlakuan varietas terdapat pada varietas No. 129 (V6) yaitu sebesar 0.62 g berbeda nyata dengan varietas Camar (V1), Merpati (V2), Gelatik (V3), Arta Ijo (V4), dan Bhakti (V5) serta terendah pada varietas Camar (V1) dan Arta Ijo (V4) yaitu sebesar 0,31 g berbeda nyata dengan varietas Merpati (V2), Gelatik (V3), Bhakti (V5) dan No. 129 (V6).

Hubungan antara bobot segar kecambah dengan konsentrasi larutan garam NaCl untuk masing-masing varietas kacang hijau dapat dilihat pada Gambar 2.


(39)

Gambar 2. Bobot segar kecambah pada berbagai konsentrasi larutan garam NaCl keenam varietas kacang hijau

Tinggi Kecambah (cm)

Berdasarkan analisis data secara statistik diketahui bahwa perlakuan konsentrasi larutan garam NaCl, varietas dan interaksi kedua faktor tersebut berpengaruh nyata terhadap parameter tinggi kecambah (Lampiran 15).

Data tinggi kecambah dalam hubungannya dengan perlakuan konsentrasi larutan garam NaCl dan varietas dapat dilihat pada tabel 6.

Tabel 6. Rataan tinggi kecambah pada perlakuan garam NaCl dan varietas

Varietas (V) Garam NaCl (G) Rataan

G0 G1 G2 G3

Camar (V1) 22.43bcdefghijk 20.59fghijklm 21.50bcdefghijklm 19.06m 20.89d

Merpati (V2) 21.53bcdefghijklm 21.73bcdefghijklm 22.73bcdefgh 20.60fghijklm 21.65cd

Gelatik (V3) 23.91abc 23.92ab 23.35abcdef 22.11bcdefghijkl 23.32a

Arta Ijo (V4) 20.27ghijklm 19.62lm 22.53bcdefghij 19.99hijklm 20.60d

Bhakti (V5) 22.55bcdefghi 20.74efghijklm 21.84bcdefghijklm 23.40abcde 22.13bc

No. 129 (V6) 25.63a 23.04abcdefg 23.56abcd 19.16m 22.85ab

Rataan 22.72a 21.61c 22.58ab 20.72d

Keterangan : Angka-angka yang diikuti oleh huruf yang tidak sama pada baris dan kolom pada kelompok perlakuan yang sama, menunjukkan berbeda nyata menurut Uji Beda Nyata Jujur (BNJ) pada taraf 5 %.

G G G G V V V V V V G G G G Varietas B o b o t se g ar k e cam b ah (g ) NaCl


(40)

Berdasarkan tabel 6 dapat dilihat bahwa tinggi kecambah tertinggi akibat perlakuan konsentrasi larutan garam NaCl terdapat pada perlakuan G0 yaitu sebesar 22.72 cm berbeda tidak nyata dengan G2 tetapi berbeda nyata dengan G1 dan G3 serta terendah pada perlakuan G3 yaitu sebesar 20.72 cm berbeda nyata dengan G0, G1 dan G2.

Sedangkan tinggi kecambah tertinggi akibat perlakuan varietas terdapat pada varietas Gelatik (V3) yaitu sebesar 23.32 cm berbeda tidak nyata dengan varietas No. 129 (V6) tetapi berbeda nyata dengan varietas Camar (V1), Merpati (V2), Arta Ijo (V4) dan Bhakti (V5) serta terendah pada varietas Arta Ijo (V4) sebesar 20,6 cm berbeda tidak nyata dengan varietas Camar (V1) dan Merpati (V2) tetapi berbeda nyata dengan Gelatik (V3), Bhakti (V5) dan No. 129 (V6).

Hubungan antara tinggi kecambah dengan konsentrasi larutan garam NaCl untuk masing-masing varietas kacang hijau dapat dilihat pada gambar 3.

Gambar 3. Tinggi kecambah pada berbagai konsentrasi larutan garam NaCl untuk keenam varietas kacang hijau

G… G… G… G… V V V V V V G G G G Varietas T in g g i k e cam b ah (c m ) NaCl


(41)

Pembahasan

Pengaruh konsentrasi larutan garam NaCl terhadap perkecambahan benih kacang hijau

Dari hasil analisis statistik, diperoleh bahwa perlakuan pemberian larutan garam NaCl pada konsentrasi yang berbeda memperlihatkan respon yang nyata pada parameter laju perkecambahan, bobot segar kecambah dan tinggi kecambah. Akan tetapi, hasil perkecambahan benih kacang hijau oleh setiap parameter tersebut tidaklah sama diantara 4 konsentrasi larutan garam NaCl yang diuji.

Berdasarkan laju perkecambahan akibat perlakuan konsentrasi larutan garam NaCl, laju perkecambahan benih kacang hijau yang paling cepat pada perlakuan G1 yaitu pada umur 1,57 HST, yang sedang pada perlakuan G0 dan G2 serta yang paling lama terdapat pada perlakuan G3 yaitu pada umur 1,86 HST.

Berdasarkan bobot segar kecambah akibat perlakuan konsentrasi larutan garam NaCl dapat dilihat bahwa bobot segar kecambah tertinggi terdapat pada perlakuan G1 dan G2 yaitu sebesar 0,47 g, yang sedang pada G0 dan terendah pada perlakuan G3 yaitu sebesar 0,4 g.

Berdasarka tinggi kecambah akibat perlakuan konsentrasi larutan garam NaCl, dapat dilihat bahwa tinggi kecambah tertinggi terdapat pada perlakuan G0 yaitu 22.72 cm, yang sedang terdapat pada G1 dan G2 serta terendah pada perlakuan G3 yaitu 20.72 cm.

Dari ketiga parameter tersebut disimpulkan bahwa pengaruh perlakuan G0 terhadap perkecambahan benih kacang hijau termasuk dalam kategori sedang. Hal ini mungkin dikarenakan kekurangan unsur Na+ dan Cl- yang berfungsi dalam proses fisiologi tanaman. Hal ini sesuai dengan literatur Follet et al. (1981) dalam


(42)

Sipayung (2003) yang menyatakan bahwa kekurangan unsur Na+ dan Cl- dapat menekan pertumbuhan dan mengurangi produksi. Dan hal ini sesuai juga dengan literatur Sipayung (2003) yang menyatakan bahwa dalam proses fisiologi tanaman, Na+ dan Cl- diduga mempengaruhi pengikatan air oleh tanaman. Sementara air sangat dibutuhkan pada tahap awal suatu perkecambahan benih.

Perlakuan G1 berpengaruh baik terhadap perkecambahan benih kacang hijau. Hal ini diduga karena konsentrasi larutan garam NaCl 1000 ppm adalah sesuai untuk pertumbuhan dan produksi kacang hijau. Hal ini sesuai dengan literatur Tan (1991) dalam Delvian (2005) yang menyatakan bahwa tanah disebut bergaram jika ECs lebih dari 4 mmhos/cm. Secara alternatif, jika tanah dinyatakan dalam konteks konsentrasi garam, tanah bergaram adalah tanah yang mengandung garam lebih dari 0,1 % (1000 ppm).

Pengaruh perlakuan G2 terhadap perkecambahan benih kacang hijau termasuk dalam kategori sedang. Hal ini diduga karena kacang hijau masih toleran terhadap konsentrasi larutan garam NaCl 2000 ppm. Hal ini sesuai dengan literatur Sipayung (2003) yang menyatakan bahwa toleransi terhadap salinitas adalah beragam dengan spektrum yang luas diantara spesies tanaman mulai dari yang peka hingga yang cukup toleran.

Perlakuan G3 berpengaruh tidak baik terhadap perkecambahan benih kacang hijau. Hal ini diduga karena konsentrasi larutan garam NaCl 3000 ppm berlebih cukup tinggi atau tanaman kacang hijau mengalami stres garam secara perlahan. Hal ini sesuai dengan literatur Sipayung (2003) yang menyatakan bahwa tanaman yang mengalami stres garam umumnya tidak menunjukkan respon dalam


(43)

bentuk kerusakan langsung tetapi pertumbuhan yang tertekan dan perubahan secara perlahan.

Pengaruh varietas terhadap perkecambahan benih kacang hijau

Berdasarkan hasil penelitian diketahui bahwa rataan laju perkecambahan tercepat terdapat pada varietas Gelatik (V3) yaitu pada umur 1,56 hari setelah tanam (HST) dan yang paling lama terdapat pada varietas Bhakti (V5) yaitu pada umur 1,92 HST (tabel 1). Laju perkecambahan benih kacang hijau diduga berkaitan dengan umur panennya. Semakin cepat laju perkecambahan benih kacang hijau maka semakin cepat umur panennya dan semakin lama laju perkecambahan benih kacang hijau maka semakin lama umur panennya. Hal ini sesuai dengan deskripsi kacang hijau varietas Gelatik (lampiran 3) yang umur panennya lebih cepat yaitu 58 HST sedangkan varietas Bhakti umur panennya lebih lama yaitu 65-70 HST (lampiran 5).

Rataan bobot segar kecambah tertinggi akibat perlakuan varietas terdapat pada varietas No. 129 (V6) yaitu sebesar 0.62 g serta terendah pada varietas Camar (V1) dan Arta Ijo (V4) yaitu sebesar 0,31 g (tabel 5). Bobot segar kecambah kacang hijau kemungkinan ada kaitannya dengan bobot 1000 biji kacang hijau. Semakin tinggi bobot 1000 biji kacang hijau maka semakin tinggi bobot segar kecambahnya dan semakin rendah bobot 1000 biji kacang hijau maka semakin rendah bobot segar kecambahnya. Hal ini sesuai dengan deskripsi kacang hijau varietas no. 129 (V6) yang bobot 1000 bijinya sebesar 65-70 g yakni lebih tinggi dari pada Camar (V1) 39 g dan Arta Ijo (V4) 46 g (lampiran 1, 4 dan 6).

Rataan tinggi kecambah terendah pada varietas Arta Ijo (V4) sebesar 20,6 cm. (tabel 6). Hal ini sesuai dengan deskripsi kacang hijau varietas Arta Ijo (V4)


(44)

yang memiliki tinggi tanaman terendah diantara varietas yang diteliti yaitu hanya mencapai 30 cm (lampiran 4).

Hasil penelitian menunjukkan bahwa varietas Gelatik (V3) lebih cepat berkecambah dari pada varietas lain yang diteliti yaitu pada umur 1,56 HST.

Pengaruh interaksi antara konsentrasi larutan garam NaCl dan varietas terhadap perkecambahan benih kacang hijau

Berdasarkan tabel 1 diketahui bahwa laju perkecambahan yang tercepat pada perlakuan G1V6 yaitu pada umur 1,12 HST sedangkan yang paling lama perlakuan G3V5 yaitu pada umur 2,3 HST.

Berdasarkan tabel 5 diketahui bahwa bobot segar kecambah tertinggi terdapat pada perlakuan G0V6 yaitu 0,76 g sedangkan yang terendah pada perlakuan G0V1 yaitu 0,15 g.

Berdasarkan tabel 6 diketahui bahwa tinggi kecambah tertinggi terdapat pada perlakuan G0V6 yaitu 25,63 cm sedangkan yang terendah pada perlakuan G3V1 yaitu 19,06 cm.

Berdasarkan ketiga parameter tersebut perkecambahan kacang hijau yang paling tinggi terdapat pada perlakuan G0V6 dan yang terendah pada perlakuan G0VI, G3V1 dan G3V5. Pada perlakuan G0V6 berarti bahwa pada varietas no. 129 didalam tubuhnya cukup cadangan makanan dan sudah matang fisiologis. Hal ini sesuai dengan literatur Sutopo (2004) yang menyatakan bahwa benih yang dipanen sebelum tingkat kemasakan fisiologisnya tercapai tidak mempunyai viabilitas tinggi.


(45)

KESIMPULAN DAN SARAN

Kesimpulan

1. Perlakuan konsentrasi larutan garam NaCl memberikan pengaruh berbeda nyata terhadap parameter laju perkecambahan, bobot segar kecambah dan tinggi kecambah serta berbeda tidak nyata terhadap parameter persentase kecambah normal, persentase kecambah abnormal, dan persentase benih mati. 2. Perlakuan varietas memberikan pengaruh berbeda nyata terhadap parameter

laju perkecambahan, bobot segar kecambah dan tinggi kecambah serta berbeda tidak nyata terhadap parameter persentase kecambah normal, persentase kecambah abnormal, dan persentase benih mati.

3. Interaksi antara konsentrasi larutan garam NaCl dan varietas memberikan pengaruh berbeda nyata terhadap parameter laju perkecambahan, bobot segar kecambah dan tinggi kecambah serta berbeda tidak nyata terhadap parameter persentase kecambah normal, persentase kecambah abnormal, dan persentase benih mati.

4. Konsentrasi larutan garam NaCl 1000 ppm adalah yang terbaik dengan laju perkecambahan tercepat yaitu umur 1,57 HST.

5. Dari enam varietas yang diuji, varietas Gelatik adalah yang terbaik dengan laju perkecambahan tercepat yaitu umur 1,56 HST.

Saran

Untuk penelitian selanjutnya disarankan menggunakan konsentrasi larutan garam NaCl yang berbeda atau menggunakan varietas yang berbeda.


(46)

DAFTAR PUSTAKA

Badan Standarisasi Nasional. 2000. Benih Kedelai Kelas Benih Sebar (BR). Dikutip dariSNI 01-6234.3-2000.pdf. Diakses 2010.

BPS Provinsi Sumatera Utara. 2009. Statistik Padi dan Palawija Sumatera Utara Tahun 2008 dan Ramalan Kondisi Tahun 2009. Dikutip dari

Delvian. 2005. Respon Pertumbuhan dan Perkembangan Cendawan Mikoriza Arbuskula dan Tanaman Terhadap Salinitas Tanah. Universitas Sumatera Utara, Medan. Dikutip dari http://library.usu.ac.id/download/fp/hutan-delvian2.pdf. Diakses 1 Agustus 2010.

Direktorat Perbenihan. 2005. Evaluasi Kecambah Pengujian Daya Berkacambah. Balai Pengembangan Mutu Benih Tanaman Pangan dan Hortikultura, Depok.

Gomez, K. A. dan A. A. Gomez. 1983. Prosedur Statistik untuk Penelitian Pertanian. University of Philippines, Los Banos.

Marzuki, A. R. dan Soeprapto HS., 2004. Bertanam Kacang Hijau. Penebar Swadaya, Jakarta.

Pramono, E. dan L. Zen. 1993. Pemilihan Sifat Daya Tahan Kegaraman Beberapa Genotife Kedelai (Glycine max L. Merr.) Melalui Uji Perkembangan Benih. Prosiding Seminar Penelitian Pertanian Badan Kerja Sama Perguruan Tinggi Negeri Indonesia Bagian Barat. Universitas Lampung, Lampung.

Purwono dan H. Purnamawati. 2009. Budidaya 8 Jenis Tanaman Pangan Unggul. Penebar Swadaya, Jakarta.

Purwono dan R. Hartono. 2008. Kacang Hijau. Penebar Swadaya, Jakarta.

Rosmarkam, A. dan N. W. Yuwono. 2002. Ilmu Kesuburan Tanah. Kanisius, Yogyakarta.

Rukmana, R., 2004. Kacang Hijau: Budidaya dan Pascapanen. Kanisius, Yogyakarta.

Sadjad, S., 1994. Kuantifikasi Metabolisme Benih. PT Gramedia Widiasarana Indonesia, Jakarta.


(47)

Sipayung, R., 2003. Stres Garam dan Mekanisme Toleransi Tanaman. Universitas

Sumatera Utara, Medan. Dikutip dari

Diakses 7 Januari 2010.

Sudana, W. 2005. Potensi dan Prospek Lahan Rawa Sebagai Sumber Produksi Pertanian. Jurnal Analisis Kebijakan Pertanian. Volume 3(2):141-151.

Dikutip dari

Sutopo, L., 2004. Teknologi Benih. PT RajaGrafindo Persada, Jakarta.

Tim Penyusun Kamus PS. 2001. Kamus Pertanian Umum. Penebar Swadaya, Jakarta.

Yuniati, R., 2004. Penapisan Galur Kedelai Glycine max (L.) Merrill Toleran Terhadap NaCl untuk Penanaman di Lahan Salin. Jurnal Makara Sains Volume 8(1):21-24.


(48)

Lampiran 1. Deskripsi kacang hijau varietas Camar

Tahun pelepasan : 1991 Nomor galur : MI-5/Psj.

Asal : iradiasi gamma dosis 0,1 Kgy di varietas Manyar Hasil rata-rata : 1-2 ton/ha biji bersih

Warna daun : hijau muda Warna polong tua : hitam

Letak dan sifat polong : di atas kanopi dan tidak mudah pecah Warna dan ukuran biji : hijau mengkilat dan kecil

Umur berbunga : 32 hari Umur polong masak : 60 hari Tinggi tanaman : 56 cm Bobot 1000 biji : 39 g Kualitas rebus : cepat lunak

Ketahanan terhadap penyakit : tahan bercak cokelat Cercospora sp., dan cukup tahan penyakit kudis Uromyces sp.


(49)

Lampiran 2. Deskripsi kacang hijau varietas Merpati

Tahun pelepasan : 9 Maret 1991

SK Mentan : 108/Kpts/TP.240/3/91 Nomor galur : VR8608-1-B (VC 2754)

Asal : seleksi galur F4, introduksi dari Taiwan Hasil rata-rata : 1,2-1,8 t/ha biji bersih

Warna hipokotil dan epikotil : hijau Warna daun : hijau muda

Warna bunga : kuning

Warna polong tua : hitam

Letak dan sifat polong : di atas mahkota daun dan tidak mudah pecah Warna dan ukuran biji : hijau mengkilat dan besar

Umur mulai berbunga : 35 hari

Umur polong masak : 58 hari (serempak) Tinggi dan bentuk tanaman : 57 cm dan determinate Bobot 1000 biji : 61 g

Kadar protein : 18,53%

Kadar lemak : 8,75%

Kualitas rebus : baik, tidak terdapat biji keras

Ketahanan terhadap penyakit : tahan bercak daun Cercospora sp., dan embun tepung Erysiphe polygoni

Keterangan : cocok untuk lahan sawah dan tegalan


(50)

Lampiran 3. Deskripsi kacang hijau varietas Gelatik

Tahun pelepasan : 1985 Nomor induk : VC-78146

Asal : introduksi dari AVRDC Taiwan

Hasil rata-rata : 1,5 – 1,8 ton/ha biji kering

Warna daun : hijau

Warna bunga : kuning

Warna polong tua : hitam

Sifat polong : tidak mudah pecah Warna biji : hijau kusam Umur berbunga : 35 hari

Umur polong masak : 58 hari (serempak) Tinggi tanaman : 45 cm

Bobot 1000 biji : 60 g Kadar protein : 20%

Kadar lemak : 1,7%


(51)

Lampiran 4. Deskripsi kacang hijau varietas Arta Ijo

Nama Varietas : Arta Ijo Tahun pelepasan : 1954

Asal : Hasil seleksi galur varietas lokal Sumenep Potensi Hasil : 0,9 ton/ha

Pemulia : Balai penyelidikan Teknik Pertanian Bogor

Nomor galur : MB 26

Warna hipokotil : Merah

Warna epikotil : Hijau kemerahan

Warna daun : Hijau

Warna polong tua : Hitam

Warna biji : Hijau kusam

Umur berbunga : 43 hari

Umur matang : 99 hari

Tinggi tanaman : 30 cm

Bobot 1000 biji : Kurang lebih 46 g

Kadar protein : 18,3%

Kadar lemak : -

Sifat-sifat lain : -polong pendek -mutu biji baik


(52)

Lampiran 5. Deskripsi kacang hijau varietas Bhakti

Nama Varietas : Bhakti

Kategori : Varietas lokal (landrace)

Tahun : 1965

Tetua : Introduksi dari Srilangka Potensi Hasil : 1,4 ton/ha

Pemulia : Lembaga Penelitian Ubi-ubian dan Kacang-kacangan, Bogor

Nomor galur : MB 116

Warna hipokotil : Merah

Warna epikotil : Hijau kemerahan

Warna daun : Hijau

Warna polong tua : Coklat

Warna biji : Hijau mengkilap Umur berbunga] : 35 hari

Umur matang : 70 hari Tinggi tanaman : 50-75 cm

Bobot 1000 biji : Kurang lebih 60 g Kadar protein : 20,4%

Kadar lemak : 1,8%

Kadar vitamin C : 11,0 mg/100 g Kadar vitamin B1 : 0,4 mg/100 g Kadar karbohidrat : 70,7% Kadar kalsium : 94 mg/100 g Kadar fosfor : 315 mg/100 g Kadar besi : 4,9 mg/100 g

Sifat-sifat lain : -polong tidak mudah pecah

-mutu biji baik, mudah lunak kalau direbus Ketahanan terhadap

penyakit


(53)

Lampiran 6. Deskripsi kacang hijau varietas no.129

Nama Varietas : No. 129

Tahun : 1979

Tetua : Introduksi dari Filipina Potensi Hasil : 1,6 ton/ha

Pemulia : Tateng Sutarman, Lukman Hakim

Nomor galur : MB 129

Warna hipokotil : Hijau Warna epikotil : Hijau

Warna daun : Hijau

Warna polong tua : Hitam

Warna biji : Hijau tua mengkilap Umur berbunga : 32 hari

Umur matang : 58 hati

Tinggi tanaman : 45 cm

Bobot 1000 biji : Kurang lebih 70 g

Kadar protein : 22,2%

Kadar lemak : 1,2%

Kadar Vitamin C : 10,5 mg/100 g Kadar Vitamin B1 : 0,11 mg/100 g Kadar karbohidrat : 62,9%

Kadar Kalsium : 125 mg/100 g Kadar fosfor : 320 mg/100 g

Kadar besi : 6,7 mg/100 g

Sifat-sifat lain : -polong terletak dibagian atas tajuk -polong matang hampir serentak

-kualitas biji baik, tidak ada biji keras bila direbus Ketahanan terhadap penyakit : peka penyakit kudis dan Cercospora sp.


(54)

Lampiran 7. Bagan penelitian

G2V2 G2V1 G0V1 G1V1 G1V5 G3V1

G0V4 G3V5 G2V5 G0V2 G1V2 G1V4

G3V4 G2V3 G3V2 G3V1 G0V3 G2V6


(55)

Lampiran 8. Jadwal pelaksanaan penelitian

No. Kegiatan Hari ke-

1 2 3 4 5 6 7 8

1. Pembuatan larutan garam NaCl X

2. Seleksi benih X

3. Penanaman X

4. Pemeliharaan X X X X X X X X

5. Pengamatan parameter

Laju perkecambahan X X X X X X X

Persentase kecambah normal X

Persentase kecambah abnormal X

Persentase benih mati X

Bobot segar kecambah X


(56)

Lampiran 9. Evaluasi kecambah kacang hijau

A. Kecambah Normal

1. Memiliki perkembangan sistem perakaran yang baik terutama akar primer & untuk tanaman yang secara normal menghasilkan akar seminal maka akar ini tidak boleh kurang dari dua

2. Perkembangan hipokotil yang baik & sempurna tanpa ada kerusakan pada jaringan-jaringannya

3. Pertumbuhan plumula yang sempurna dengan daun hijau & tumbuh baik, di dalam atau muncul dari koleoptil atau pertumbuhan epikotil yang sempurna dengan kuncup yg normal 4. Memiliki dua kotiledon untuk kecambah dikotil

Kekurangan lain yang masih dapat diterima untuk dinyatakan sebagai

kecambah normal adalah :

- Untuk kecambah Phaseolus, Vigna, tanpa akar primer atau dengan akar primer yang pendek ditambah dua akar seminal yang kuat - Hipokotil boleh memperlihatkan sedikit kerusakan atau kebusukan

yang terbatas asalkan jaringan-jaringan penting tidak terganggu fungsinya.

- Untuk dikotil yang kehilangan satu kotiledonnya

- Kecambah yang busuk karena infeksi oleh kecambah lain masih dianggap normal, kalau jelas bahwa sebelumnya bagian-bagian penting dari kecambah itu semua ada.

B. Kecambah Abnormal

1. Kecambah yang rusak, tanpa kotiledon, embrio yang pecah dan akar primer yang pendek

2. Kecambah yang bentuknya cacad, perkembangannya lemah atau kurang seimbang dari bagian-bagian yang penting. Plumula yang terputar, hipokotil, epikotil, kotiledon yang membengkok, akar yang pendek. Koleoptil yang pecah atau tidak mempunyai daun; kecambah yang kerdil.

3. Kecambah yang tidak membentuk chlorophyl 4. Kecambah yang lunak

C. Benih Mati

Kriteria ini ditujukan untuk benih-benih yang busuk sebelum berkecambah atau tidak tumbuh setelah jangka waktu pengujian yang ditentukan, tetapi bukan dalam keadaan dorman. Benih mati pada akhir pengujian tidak lagi keras atau segar, biasanya ditandai dengan adanya jamur, lunak/busuk, dan tidak menunjukkan unsur utama pada bibit, misalnya ujung akar.

D. Benih Keras

Benih kacang-kacangan yang pada akhir uji daya kecambah masih keras karena tidak menyerap air disebabkan kulit yang impermeabel.


(57)

Lampiran 10. Data pengamatan laju perkecambahan (hari)

Perlakuan

Ulangan

Total Rataan

1 2 3

G0V1 1.85 1.70 1.90 5.45 1.82

G0V2 1.25 1.60 1.15 4.00 1.33

G0V3 1.42 1.55 1.20 4.17 1.39

G0V4 1.50 1.60 1.85 4.95 1.65

G0V5 1.60 1.70 2.45 5.75 1.92

G0V6 2.15 2.10 1.90 6.15 2.05

G1V1 1.75 2.05 1.95 5.75 1.92

G1V2 1.75 1.50 1.70 4.95 1.65

G1V3 2.05 1.55 1.65 5.25 1.75

G1V4 1.30 1.20 1.20 3.70 1.23

G1V5 1.65 1.70 1.95 5.30 1.77

G1V6 1.20 1.05 1.10 3.35 1.12

G2V1 1.40 1.25 1.75 4.40 1.47

G2V2 1.95 1.25 1.95 5.15 1.72

G2V3 1.80 1.50 1.35 4.65 1.55

G2V4 2.20 1.95 2.05 6.20 2.07

G2V5 1.55 1.95 1.53 5.03 1.68

G2V6 1.45 2.25 1.90 5.60 1.87

G3V1 1.55 2.50 2.40 6.45 2.15

G3V2 2.15 1.95 2.00 6.10 2.03

G3V3 1.35 1.70 1.60 4.65 1.55

G3V4 1.35 1.15 1.45 3.95 1.32


(58)

G3V6 1.55 1.90 2.05 5.50 1.83

Total 40.07 40.85 42.43 123.35 41.12

Rataan 1.67 1.70 1.77 5.14 1.71

Daftar sidik ragam laju perkecambahan (hari)

Sumber Keragaman db JK KT Fhit F0.05

Konsentrasi Garam (G) 3 0.78 0.26 4.31 * 2.80

Varietas (V) 5 1.22 0.24 4.08 * 2.41

Interaksi (GxV) 15 4.38 0.29 4.87 * 1.88

Error 48 2.88 0.06 - -

Total 71 9.26 - -

Keterangan

FK = 211.32

KK = 14.29

* = nyata

tn = tidak nyata

Lampiran 11. Data pengamatan persentase kecambah normal (%)

Perlakuan

Ulangan

Total Rataan

1 2 3

G0V1 100 100 100 300 100.00

G0V2 100 100 100 300 100.00

G0V3 90 95 100 285 95.00

G0V4 100 100 100 300 100.00

G0V5 100 95 100 295 98.33

G0V6 100 100 95 295 98.33


(59)

G1V2 100 100 100 300 100.00

G1V3 100 100 100 300 100.00

G1V4 100 100 100 300 100.00

G1V5 100 100 100 300 100.00

G1V6 100 100 100 300 100.00

G2V1 100 100 100 300 100.00

G2V2 100 100 100 300 100.00

G2V3 100 100 100 300 100.00

G2V4 100 100 100 300 100.00

G2V5 100 100 95 295 98.33

G2V6 100 100 100 300 100.00

G3V1 100 100 100 300 100.00

G3V2 100 90 100 290 96.67

G3V3 100 100 100 300 100.00

G3V4 100 100 100 300 100.00

G3V5 100 100 100 300 100.00

G3V6 100 100 100 300 100.00

Total 2390 2375 2390 7155 2385

Rataan 99.58 98.96 99.58 298.13 99.38

Daftar sidik ragam persentase kecambah normal (%)

Sumber Keragaman db JK KT Fhit F0.05

Konsentrasi Garam (G) 3 14.93 4.98 1.30 tn 2.80

Varietas (V) 5 11.46 2.29 0.60 tn 2.41

Interaksi (GxV) 15 87.15 5.81 1.52 tn 1.88


(60)

Total 71 296.88 - - Keterangan

FK = 711028.13

KK = 1.97

* = nyata

tn = tidak nyata

Lampiran 12. Data pengamatan persentase kecambah abnormal (%)

Perlakuan Blok Total Rataan

I II III

G0V1 0 0 0 0 0.00

G0V2 0 0 0 0 0.00

G0V3 5 5 0 10 3.33

G0V4 0 0 0 0 0.00

G0V5 0 5 0 5 1.67

G0V6 0 0 5 5 1.67

G1V1 0 0 0 0 0.00

G1V2 0 0 0 0 0.00

G1V3 0 0 0 0 0.00

G1V4 0 0 0 0 0.00

G1V5 0 0 0 0 0.00

G1V6 0 0 0 0 0.00

G2V1 0 0 0 0 0.00

G2V2 0 0 0 0 0.00

G2V3 0 0 0 0 0.00

G2V4 0 0 0 0 0.00


(61)

G2V6 0 0 0 0 0.00

G3V1 0 0 0 0 0.00

G3V2 0 10 0 10 3.33

G3V3 0 0 0 0 0.00

G3V4 0 0 0 0 0.00

G3V5 0 0 0 0 0.00

G3V6 0 0 0 0 0.00

Total 5 20 5 30 10.00

Rataan 0.21 0.83 0.21 1.25 0.42


(62)

Perlakuan Blok Total Rataan

I II III

G0V1 0.71 0.71 0.71 2.13 0.71

G0V2 0.71 0.71 0.71 2.13 0.71

G0V3 2.35 2.35 0.71 5.41 1.80

G0V4 0.71 0.71 0.71 2.13 0.71

G0V5 0.71 2.35 0.71 3.77 1.26

G0V6 0.71 0.71 2.35 3.77 1.26

G1V1 0.71 0.71 0.71 2.13 0.71

G1V2 0.71 0.71 0.71 2.13 0.71

G1V3 0.71 0.71 0.71 2.13 0.71

G1V4 0.71 0.71 0.71 2.13 0.71

G1V5 0.71 0.71 0.71 2.13 0.71

G1V6 0.71 0.71 0.71 2.13 0.71

G2V1 0.71 0.71 0.71 2.13 0.71

G2V2 0.71 0.71 0.71 2.13 0.71

G2V3 0.71 0.71 0.71 2.13 0.71

G2V4 0.71 0.71 0.71 2.13 0.71

G2V5 0.71 0.71 0.71 2.13 0.71

G2V6 0.71 0.71 0.71 2.13 0.71

G3V1 0.71 0.71 0.71 2.13 0.71

G3V2 0.71 3.24 0.71 4.66 1.55

G3V3 0.71 0.71 0.71 2.13 0.71

G3V4 0.71 0.71 0.71 2.13 0.71

G3V5 0.71 0.71 0.71 2.13 0.71


(63)

Total 18.68 22.85 18.68 60.21 20.07

Rataan 0.78 0.95 0.78 2.51 0.84

Daftar sidik ragam persentase kecambah abnormal (%)

Sumber Keragaman db JK KT Fhit F0.05

Konsentrasi Garam (G) 3 1.60 0.53 2.65 tn 2.80

Varietas (V) 5 0.73 0.15 0.73 tn 2.41

Interaksi (GxV) 15 4.04 0.27 1.34 tn 1.88

Error 48 9.65 0.20 - -

Total 71 16.01 - -

Keterangan

FK = 50.35

KK = 53.61

* = nyata

tn = tidak nyata

Lampiran 13. Data pengamatan persentase benih mati (%)

Perlakuan Blok Total Rataan

I II III

G0V1 0 0 0 0 0.00

G0V2 0 0 0 0 0.00

G0V3 5 0 0 5 1.67

G0V4 0 0 0 0 0.00

G0V5 0 0 0 0 0.00


(64)

G1V1 0 5 0 5 1.67

G1V2 0 0 0 0 0.00

G1V3 0 0 0 0 0.00

G1V4 0 0 0 0 0.00

G1V5 0 0 0 0 0.00

G1V6 0 0 0 0 0.00

G2V1 0 0 0 0 0.00

G2V2 0 0 0 0 0.00

G2V3 0 0 0 0 0.00

G2V4 0 0 0 0 0.00

G2V5 0 0 5 5 1.67

G2V6 0 0 0 0 0.00

G3V1 0 0 0 0 0.00

G3V2 0 0 0 0 0.00

G3V3 0 0 0 0 0.00

G3V4 0 0 0 0 0.00

G3V5 0 0 0 0 0.00

G3V6 0 0 0 0 0.00

Total 5 5 5 15 5.00

Rataan 0.21 0.21 0.21 0.63 0.21


(65)

Data transformasi persentase benih mati (Y'=√Y+0.5)

Perlakuan Blok Total Rataan

I II III

G0V1 0.71 0.71 0.71 2.13 0.71

G0V2 0.71 0.71 0.71 2.13 0.71

G0V3 2.35 0.71 0.71 3.77 1.26

G0V4 0.71 0.71 0.71 2.13 0.71

G0V5 0.71 0.71 0.71 2.13 0.71

G0V6 0.71 0.71 0.71 2.13 0.71

G1V1 0.71 2.35 0.71 3.77 1.26

G1V2 0.71 0.71 0.71 2.13 0.71

G1V3 0.71 0.71 0.71 2.13 0.71

G1V4 0.71 0.71 0.71 2.13 0.71

G1V5 0.71 0.71 0.71 2.13 0.71

G1V6 0.71 0.71 0.71 2.13 0.71

G2V1 0.71 0.71 0.71 2.13 0.71


(66)

G2V3 0.71 0.71 0.71 2.13 0.71

G2V4 0.71 0.71 0.71 2.13 0.71

G2V5 0.71 0.71 2.35 3.77 1.26

G2V6 0.71 0.71 0.71 2.13 0.71

G3V1 0.71 0.71 0.71 2.13 0.71

G3V2 0.71 0.71 0.71 2.13 0.71

G3V3 0.71 0.71 0.71 2.13 0.71

G3V4 0.71 0.71 0.71 2.13 0.71

G3V5 0.71 0.71 0.71 2.13 0.71

G3V6 0.71 0.71 0.71 2.13 0.71

Total 18.68 18.68 18.68 56.04 18.68

Rataan 0.78 0.78 0.78 2.34 0.78

Daftar sidik ragam persentase benih mati (%)

Sumber Keragaman db JK KT Fhit F0.05

Konsentrasi Garam (G) 3 0.11 0.04 0.33 tn 2.80

Varietas (V) 5 0.34 0.07 0.60 tn 2.41

Interaksi (GxV) 15 1.91 0.13 1.13 tn 1.88

Error 48 5.38 0.11 - -

Total 71 7.73 - -

Keterangan

FK = 43.62

KK = 43.01

* = nyata


(67)

Lampiran 14. Data pengamatan bobot segar kecambah (g)

Perlakuan

Ulangan

Total Rataan

1 2 3

G0V1 0.23 0.10 0.13 0.46 0.15

G0V2 0.52 0.44 0.51 1.47 0.49

G0V3 0.43 0.49 0.41 1.33 0.44

G0V4 0.22 0.28 0.24 0.74 0.25

G0V5 0.54 0.56 0.44 1.54 0.51

G0V6 0.74 0.66 0.88 2.28 0.76

G1V1 0.28 0.34 0.31 0.93 0.31

G1V2 0.40 0.45 0.54 1.39 0.46

G1V3 0.51 0.50 0.60 1.61 0.54

G1V4 0.27 0.29 0.34 0.90 0.30

G1V5 0.48 0.60 0.54 1.62 0.54

G1V6 0.72 0.60 0.63 1.95 0.65

G2V1 0.51 0.42 0.43 1.36 0.45

G2V2 0.45 0.56 0.44 1.45 0.48

G2V3 0.43 0.42 0.50 1.35 0.45

G2V4 0.33 0.31 0.35 0.99 0.33

G2V5 0.57 0.51 0.54 1.62 0.54

G2V6 0.57 0.56 0.56 1.69 0.56

G3V1 0.31 0.33 0.31 0.95 0.32

G3V2 0.36 0.33 0.39 1.08 0.36

G3V3 0.44 0.43 0.40 1.27 0.42

G3V4 0.35 0.33 0.39 1.07 0.36


(68)

G3V6 0.52 0.47 0.54 1.53 0.51

Total 10.64 10.38 10.93 31.95 10.65

Rataan 0.44 0.43 0.46 1.33 0.44

Daftar sidik ragam bobot segar kecambah (g)

Sumber Keragaman db JK KT Fhit F0.05

Konsentrasi Garam (G) 3 0.052 0.017 6.897 * 2.800

Varietas (V) 5 0.878 0.176 69.858 * 2.410

Interaksi (GxV) 15 0.280 0.019 7.434 * 1.880

Error 48 0.121 0.003 - -

Total 71 1.331 - -

Keterangan

FK = 14.18

KK = 11.3

* = nyata

tn = tidak nyata

Lampiran 15. Data pengamatan tinggi kecambah (cm)

Perlakuan

Ulangan

Total Rataan

1 2 3

G0V1 22.23 22.35 22.70 67.28 22.43

G0V2 22.57 20.50 21.51 64.58 21.53

G0V3 23.41 23.63 24.68 71.72 23.91

G0V4 19.77 20.23 20.82 60.82 20.27

G0V5 23.26 22.67 21.72 67.65 22.55

G0V6 25.93 26.18 24.77 76.88 25.63


(69)

G1V2 21.30 22.04 21.86 65.20 21.73

G1V3 23.65 23.79 24.32 71.76 23.92

G1V4 19.18 19.39 20.30 58.87 19.62

G1V5 20.92 19.74 21.55 62.21 20.74

G1V6 22.62 23.47 23.03 69.12 23.04

G2V1 20.32 21.34 22.83 64.49 21.50

G2V2 21.98 23.13 23.09 68.20 22.73

G2V3 23.91 23.07 23.06 70.04 23.35

G2V4 21.85 22.30 23.44 67.59 22.53

G2V5 21.58 21.91 22.02 65.51 21.84

G2V6 22.91 23.93 23.83 70.67 23.56

G3V1 17.40 19.18 20.60 57.18 19.06

G3V2 21.22 19.90 20.67 61.79 20.60

G3V3 22.58 21.51 22.24 66.33 22.11

G3V4 19.70 19.80 20.47 59.97 19.99

G3V5 23.14 23.82 23.23 70.19 23.40

G3V6 18.46 19.12 19.91 57.49 19.16

Total 517.60 525.49 534.21 1577.30 525.77

Rataan 21.57 21.90 22.26 65.72 21.91

Daftar sidik ragam tinggi kecambah (cm)

Sumber Keragaman db JK KT Fhit F0.05

Konsentrasi Garam (G) 3 47.09 15.70 20.30 * 2.80

Varietas (V) 5 68.71 13.74 17.77 * 2.41

Interaksi (GxV) 15 77.25 5.15 6.66 * 1.88


(70)

Total 71 230.17 - - Keterangan

FK = 34553.82

KK = 4.01

* = nyata


(1)

Data transformasi persentase benih mati (Y'=√Y+0.5)

Perlakuan Blok Total Rataan

I II III

G0V1 0.71 0.71 0.71 2.13 0.71

G0V2 0.71 0.71 0.71 2.13 0.71

G0V3 2.35 0.71 0.71 3.77 1.26

G0V4 0.71 0.71 0.71 2.13 0.71

G0V5 0.71 0.71 0.71 2.13 0.71

G0V6 0.71 0.71 0.71 2.13 0.71

G1V1 0.71 2.35 0.71 3.77 1.26

G1V2 0.71 0.71 0.71 2.13 0.71

G1V3 0.71 0.71 0.71 2.13 0.71

G1V4 0.71 0.71 0.71 2.13 0.71

G1V5 0.71 0.71 0.71 2.13 0.71

G1V6 0.71 0.71 0.71 2.13 0.71

G2V1 0.71 0.71 0.71 2.13 0.71


(2)

G2V3 0.71 0.71 0.71 2.13 0.71

G2V4 0.71 0.71 0.71 2.13 0.71

G2V5 0.71 0.71 2.35 3.77 1.26

G2V6 0.71 0.71 0.71 2.13 0.71

G3V1 0.71 0.71 0.71 2.13 0.71

G3V2 0.71 0.71 0.71 2.13 0.71

G3V3 0.71 0.71 0.71 2.13 0.71

G3V4 0.71 0.71 0.71 2.13 0.71

G3V5 0.71 0.71 0.71 2.13 0.71

G3V6 0.71 0.71 0.71 2.13 0.71

Total 18.68 18.68 18.68 56.04 18.68

Rataan 0.78 0.78 0.78 2.34 0.78

Daftar sidik ragam persentase benih mati (%)

Sumber Keragaman db JK KT Fhit F0.05

Konsentrasi Garam (G) 3 0.11 0.04 0.33 tn 2.80

Varietas (V) 5 0.34 0.07 0.60 tn 2.41

Interaksi (GxV) 15 1.91 0.13 1.13 tn 1.88

Error 48 5.38 0.11 - -

Total 71 7.73 - -

Keterangan

FK = 43.62

KK = 43.01

* = nyata


(3)

Lampiran 14. Data pengamatan bobot segar kecambah (g)

Perlakuan

Ulangan

Total Rataan

1 2 3

G0V1 0.23 0.10 0.13 0.46 0.15

G0V2 0.52 0.44 0.51 1.47 0.49

G0V3 0.43 0.49 0.41 1.33 0.44

G0V4 0.22 0.28 0.24 0.74 0.25

G0V5 0.54 0.56 0.44 1.54 0.51

G0V6 0.74 0.66 0.88 2.28 0.76

G1V1 0.28 0.34 0.31 0.93 0.31

G1V2 0.40 0.45 0.54 1.39 0.46

G1V3 0.51 0.50 0.60 1.61 0.54

G1V4 0.27 0.29 0.34 0.90 0.30

G1V5 0.48 0.60 0.54 1.62 0.54

G1V6 0.72 0.60 0.63 1.95 0.65

G2V1 0.51 0.42 0.43 1.36 0.45

G2V2 0.45 0.56 0.44 1.45 0.48

G2V3 0.43 0.42 0.50 1.35 0.45

G2V4 0.33 0.31 0.35 0.99 0.33

G2V5 0.57 0.51 0.54 1.62 0.54

G2V6 0.57 0.56 0.56 1.69 0.56

G3V1 0.31 0.33 0.31 0.95 0.32

G3V2 0.36 0.33 0.39 1.08 0.36

G3V3 0.44 0.43 0.40 1.27 0.42

G3V4 0.35 0.33 0.39 1.07 0.36


(4)

G3V6 0.52 0.47 0.54 1.53 0.51 Total 10.64 10.38 10.93 31.95 10.65

Rataan 0.44 0.43 0.46 1.33 0.44

Daftar sidik ragam bobot segar kecambah (g)

Sumber Keragaman db JK KT Fhit F0.05

Konsentrasi Garam (G) 3 0.052 0.017 6.897 * 2.800

Varietas (V) 5 0.878 0.176 69.858 * 2.410

Interaksi (GxV) 15 0.280 0.019 7.434 * 1.880

Error 48 0.121 0.003 - -

Total 71 1.331 - -

Keterangan

FK = 14.18

KK = 11.3

* = nyata

tn = tidak nyata

Lampiran 15. Data pengamatan tinggi kecambah (cm)

Perlakuan

Ulangan

Total Rataan

1 2 3

G0V1 22.23 22.35 22.70 67.28 22.43

G0V2 22.57 20.50 21.51 64.58 21.53

G0V3 23.41 23.63 24.68 71.72 23.91

G0V4 19.77 20.23 20.82 60.82 20.27

G0V5 23.26 22.67 21.72 67.65 22.55

G0V6 25.93 26.18 24.77 76.88 25.63


(5)

G1V2 21.30 22.04 21.86 65.20 21.73

G1V3 23.65 23.79 24.32 71.76 23.92

G1V4 19.18 19.39 20.30 58.87 19.62

G1V5 20.92 19.74 21.55 62.21 20.74

G1V6 22.62 23.47 23.03 69.12 23.04

G2V1 20.32 21.34 22.83 64.49 21.50

G2V2 21.98 23.13 23.09 68.20 22.73

G2V3 23.91 23.07 23.06 70.04 23.35

G2V4 21.85 22.30 23.44 67.59 22.53

G2V5 21.58 21.91 22.02 65.51 21.84

G2V6 22.91 23.93 23.83 70.67 23.56

G3V1 17.40 19.18 20.60 57.18 19.06

G3V2 21.22 19.90 20.67 61.79 20.60

G3V3 22.58 21.51 22.24 66.33 22.11

G3V4 19.70 19.80 20.47 59.97 19.99

G3V5 23.14 23.82 23.23 70.19 23.40

G3V6 18.46 19.12 19.91 57.49 19.16

Total 517.60 525.49 534.21 1577.30 525.77 Rataan 21.57 21.90 22.26 65.72 21.91

Daftar sidik ragam tinggi kecambah (cm)

Sumber Keragaman db JK KT Fhit F0.05

Konsentrasi Garam (G) 3 47.09 15.70 20.30 * 2.80

Varietas (V) 5 68.71 13.74 17.77 * 2.41

Interaksi (GxV) 15 77.25 5.15 6.66 * 1.88


(6)

Total 71 230.17 - - Keterangan

FK = 34553.82

KK = 4.01

* = nyata